laporan farmasi fisika modul i

15
LAPORAN FISKA Percobaan Faraday DISUSUN OLEH : NAMA : NURLINA OCTAVIA NIM : K100120031 KELOMPOK : A3 KOREKTOR : LABORATORIUM FARMASI FISIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 MODUL I PENENTUAN KERAPATAN DAN BERAT JENIS TUJUAN PERCOBAAN

Upload: nurlinaoctavia31

Post on 16-Nov-2015

165 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Laporan farmasi fisikia modul 1

TRANSCRIPT

LAPORAN FISKA

Percobaan FaradayDISUSUN OLEH :

NAMA: NURLINA OCTAVIA

NIM

: K100120031

KELOMPOK: A3

KOREKTOR:

LABORATORIUM FARMASI FISIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

MODUL I

PENENTUAN KERAPATAN DAN BERAT JENIS

TUJUAN PERCOBAAN

1. Menjelaskan beda kerapatan dan bobot jenis.

2. Menjelaskan berbagai metode penentuan kerapatan dan bobot jenis zat.

3. Mengukur kerapatan zat cair dan zat padat dengan alat piknoeter.

4. Menghitung kerapatan dan bobot jenis zat berdasarkan hasil pengukuran.

5. Menganalisa hasil pengukuran.

DASAR TEORI

Kerapatan adalah turunan besaran yang meyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dantekana tertentu yang dinyatakan dalam system cgs dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3).

(Martin, 1990)

Apabila kerapatan benda lebih besar dari kerapatan air, maka benda tersebut akan tenggelam dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, maka benda akan mengapung. Benda yang mengapung, bagian volume sebuah benda yang tercelup dalam cairan manapun sama dengan rasio kerapatan benda-benda terhadap cairan. Rasio kerapatan air dinamakan berat jenis zat itu.

(Mochtar, 1990)

Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat pada air dengan volume yang sama ditimbang di udara dengan suhu yang sama (Anonim, 1979). Cairan hanya digunakan untuk penetapaan bobot jenis kecuali dinyatakan lein berdasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan pada bobot air dengan olume dan suhu yang sama. Bila zat berbentuk padat pada suhu 25oC, maka tetapkan bobot jenis pada suhu yang ada pada masing-masing monografi serta mengacu pada air dengan suhu 25oC. Bilangan bobot jenis adalah bilangan perbandingan tanpa dimensi yang mengacu pada bobot jenis air pada 4oC (= 1000 g.m-1).

(Anonim, 1995)

Rapat jenis merupakan perbandingan dalam desimal, dari berat suatu zat pada berat dari standar dalam volume yang sama dengan temperatur yang sama atau sudah diketahui. Untu standar, air digunakan untuk zat padat dan zat cair, hydrogen atau udara unuk gas. Perhitungan bobot jenis berupa cairan, zat padat, air adalah pilihan yang tepat digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.

(Ansel H.C, 1989)

ALAT DAN BAHAN

ALAT :

1. Piknometer

2. Timbangan

3. Baskom

4. Termometer

BAHAN :

1. Aquades

2. Es batu

3. Tissue

4. Etanol

5. Kloroform

6. Parafin solid

7. Aseton

8. Peluru

CARA KERJA SKEMATIS

Penentuan volume piknomoter pada suhu percobaan

Ditimbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama

Diisi piknometer dengan aquadest hingga penuh , dibuka tutup kapilernya direndam dalam air es hinnga shunya turun kira-kia 2C dibawah suhu percobaan , dutambahkan aquadest hingga piknometer penuh

Diangkat dari air es dibiarkan suhunya naik diatas suhu percobaan , ditutup pipa kapilernya dengan cepat

Air yag menempel diusap , kemudian ditimbang seksama

Penentuan kerapatan zat cair (etanol ,aceton , kloroform )

Dilakukan penimbangan zat cair yang akan dicari kerapatannya dengan piknometer ,sama seperti percobaan sebelumnya

Jika diketahui bobot zat cair tersebut = C gram

Penentuan kerapatan peluru (zat padat yang kerapatannya > dari air )

Ditimbang peluru (misal = X gram)

Dimasukan peluru kedalam piknometer yang sama , diisi penuh dengan air

Dilakukan penimbangan piknometer dengan cara kerja seperti A

Penentuan kerapatan paraffin ( zat paat kerapatannya < dari air )

Dicairkan sedikit paraffin solid

Digulirkan peluru yang digunakan pada percobaan C ke dalam cairan paraffin tersebut ad rata, dibiarkan hingga dingin ( membeku )

Ditimbang berat praffin + peluru tersebut

Dimasukan peluru ke dalam piknometer yang sama , diisi penuh dengan air

Dilakukan penimbangan piknometer dengan cara kerja seperti A

Tentukan kerapatan paraffin

Tentukan berat jenis dari masing masing zat yang telah ditentukan karapatannya

Bandingkan kerapatan dan berat jenis dengan litteratur.

V. HASIL PERCOBAANNama

: Nurlina Octavia

NIM

: K100120031

Kelas

: A3

Tanggal: 21 November 2013

Modul I

Penentuan Kerapatan dan Berat Jenistpercobaan: 26O air

: 0,995876V piknometer: 49,313 mlNoZatBobot Pikno

KosongBobot Pikno

+ ZatBobot Zat (Gram)

g/ml-1BJ

1Air44,9594,0649,1109958761

2Etanol44,9589,0144,060,893470,897176

3Aseton44,9583,8738,920,78920,7925

4Kloroform44,95117,4172,461,46941,475

5Peluru44,9594,720,701,7451,75

6Parafin44,9594,650,820,6290,631

VI. PERHITUNGAN

a. Percobaan volume piknometer pada suhu percobaan- Bobot piknometer + air

= 94,06 g- Bobot piknometer kosong

= 44,95 g- Bobot air

= 49,11g# air

= = 0,99567 x = 4x 3,98268

0,99567 + 3,98268 = 4x + x

5x = 4,97938

X = 0,995876 g/ml

# Vair/pikno

V = = = 49,313 # BJ air

b. = 1c. Percobaan kerapatan zat cair ( etanol ,aseton ,kloroform) Etanol

- Bobot pikno + etanol

= 89,01 g- Bobot pikno kosong

= 44,95 g- Bobot etanol

= 44,06 g

# etanol

= = = 0,89347 g/ml

#BJ etanol

= = 0897176 Aseton- Bobot pikno + aseton

= 83,87 g- Bobot pikno kosong

= 44,95 g- Bobot aseton

= 38,92 g# aseton

= = = 0,7892 g/ml

# BJ aseton

= = 0,7925 Kloroform- Bobot pikno + kloroform

= 117,41 g- Bobot pikno kosong

= 44,95 g- Bobot kloroform

= 72,46 g- kloroform

= 72,46 g / 49,313 ml = 1,4694 g/cm3- Bj kloroform

= 1,4694 / 0,995876 = 1,475d. Penetapan kerapatan peluru- Bobot piknometer + zat padat + air

= 94,72 g

- Bobot zat padat

= 0,7 g- Bobot piknometer + air

= 94,02 g- Bobot air

= 49,07 g- Bobot air yang ditumpahkan oleh zat padat

= 49,11 49,07 = 0,04 g

Volume air yang tumpah

= 0,4 / 0,995876= 0,401 mL- Kerapatan zat padat

=(0,7 x 0,401)

= 1,745 g/ ml

- BJ Peluru

= 1,745 / 0,995876= 1,74e. Penentuan kerapatan paraffin- Bobot piknometer + peluru + paraffin + air

= 94,65 g- Bobot peluru + paraffin

= 0,82 g- Bobot piknometer + air

= 93,83 g- Bobot air

= 48,88Bobot air yang ditumpahkan oleh peluru + paraffin

= 49,11 48,88

= 0,23 gBobot air yang ditumpahkan oleh paraffin saja

= 0,23 0,04

= 0,19 g

Volume air yang ditumpahkan paraffin

= 0,19 / 0,995876

= 0,1907 mlKerapatan paraffin

= 0,12 / 0,1907

= 0,629 g / mlBJ Zat

= 0,629 / 0,995876

= 0,631VII. PEMBAHASAN

Tujuan dari praktikum kali ini adalah mampu menetukan kerapatan dan bobot jenis berbagai zat. Zat yang digunakan antara lain adalah air, etanol, aseton, kloroform, peluru dan parafin cair. Hal yang pertama dilakukan adalah penentuan volume piknometer pada suhu percobaan yaitu 26oC. Dengan menimbang piknometer bersih dan kering kemudian mengisi pikno sampai penuh dengan berbagai zat. Kemudian langkah selanjutnya yaitu merendam dalam air es hingga suhunya turun kira kira 2oC untuk mengetahui penyusutan larutan. Lalu ditambahkan aquades dan dibiarkan hingga piknometer kembali penuh. Diangkat dari es dan dibiarkan suhunya naik hingga suhu percobaan. Didapatkan volume piknometer = volume air untuk mendapat air (kerapatan air) pada suhu percobaan dilakukan dengan cara ekstrapolasi.Langkah selanjutnya yaitu menentukan kerapatan zat yang berfungsi untuk menentukan kemurnian suatu zat, semua zat cair kemudian diberi perlakuan yang sama seperti perlakuan untuk mengukur volume air sedangkan untuk zat padat (dalam peluru)diberi perlakuan yaitu memasukkan zat padat ke dalam pikno yang berisi air, lalu diukur kerapatan dan bobot jenisnya sedangkan zat semi solid (parafin ) dilebur terlebih dahulu lalu dilumuri pada zat padat (peluru). Setelah itu dimasukkan dalam piknometer yang berisi air dan diukur bobot jenis dan kerapatannya.

Setelah semua zat yang digunakan dalam praktikum ini diketahui kerapatannya kemudian ditentukan berat jenis dari masing masing zat yang telah ditentukan kerapatannya. Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus.Berdasarkan teori, yang memiliki kerapatan dimulai dari yang paling besar yaitu peluru > kloroform > air > parafin > etanol > aseton. Hasil percobaan kami kurang sesuai sesuai dengan teori tersebut yaitu peluru > kloroform > air > etanol > aseton > parafin. Pada bobot piknometer + zat (peluru) lebih berat daripada piknometter + peluru + parafin karena sifat parafin mampu memperingan berat peluru/parafin memberi gaya ke peluru yang mengakibatkan peluru lebih ringan.

Hubungan dari kerapatan dan berat jenis, apabila kerapatan besar berat jenisnya juga besar.

Penentuan berat jenis adalah untuk menghitung dosis. Perbedaan hasil percobaan dan teori dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu pada saat penimbangan, pengemabilan bahan atau volume masing masing zat yang berbeda beda karena kurangnya ketelitian dan sebagainya.

VIII. KESIMPULAN

1. Bobot zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25C).

2. Kerapatan adalah salah satu sifat fisika yang paling definitif dapat digunakan untuk menentukan kemurnian.

3. Metode yang digunakan adalah metode piknometer.

4. Dalam percobaan ini hubungan dari kerapatan dan berat jenis apabila kerapatan besar maka, berat jenis juga besar.IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Indonesia : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Indonesia : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

H.C, Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press : Jakarta

Martin A. N ,Suargick , J. , dan cammarata , J. 1990 . Farmasi Fisika: Dasar-dasar farmasi fisika dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi III , jilid I. Penerbit UI : Jakarta

Mochtar, Drs.Apt. 1990. Farmasi Fisika. Universitas Gadjah Mada Press : Yogyakarta