laporan ekologi tumbuhan transek

15
LAPORAN EKOLOGI TUMBUHAN “METODA TRANSEK DAN HUTAM ALAMI” PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014 nama Maximus tigo nim F05112047 kelompok 2

Upload: maximustigo

Post on 18-Jan-2016

364 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

ubv

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ekologi Tumbuhan Transek

LAPORAN EKOLOGI TUMBUHAN

“METODA TRANSEK DAN HUTAM ALAMI”

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014

nama Maximus tigo

nim F05112047

kelompok 2

Page 2: Laporan Ekologi Tumbuhan Transek

ABSTRAK

Dalam melakukan analisis dalam suatu area diperlukan suatu metode yang cocok,

untuk area hutan alami, metode yang paling cocok ialah metode jalur/transek. Metode ini

efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, tofografi dan

elevasi. Untuk itu dalam praktikum ini kami melakukan analisa vegetasi di hutan fekon

Universitas Tanjungpura menggunakan metode jalur/ transek. Dalam praktikum ini bertujuan

untuk mengetahui komposisi tumbuhan pada hutan fekon ini. Peralatan yang kami gunakan

berupa meteran, pancang, penggaris, amnilevel, alat tulis, tali plastik tali tambang, kompas,

kantong plastik, label, termometer, soil termometer, hygrometer. Sedangkan bahannya ialah

tumbuhan yang ada di hutan tersebut. Dari hasil pengamatan kami kelimpahan dari

tumbuhan di sekitar hutan fekon cukup rendah. Pengamatan dilakukan dari plot ke plot,

dimulai dari plot semai dengan ukuran 2x2 m, kemudian plot pancang dengan ukuran 5x5 m,

dilanjutkan dengan plot tiang dengan ukuran 10x10 m dan terakhir plot pohon dengan

ukuran 20x16 m. Untuk menganalisa spesies yang terdapat di hutan ini, diperlukan data-data

seperti nama spesies, jumlah spesies, dan diameter batang sehingga dapat diketahui

kerapatan, distribusim, dan dominasi atau kelimpahannya. Selain itu diperlukan juga data

fisik lingkungan untuk melihat pengaruhnya terhadap kelimpahan tanaman. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa terdapat berbagai macam spesies di hutan tersebut,namun

tidak terlalu beragam beberapa ada yang memiliki kerapatan dan frekuensi yang cukup

tinggi, hal ini berarti tingkat kelimpahan tanaman di hutan ini rendah. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh suhu yang rendah, kurangnya intensitas cahaya matahari, ataupun pH

tanah yang rendah.

Kata kunci : analisa vegetasi, frekuensi, hutan, jalur, kerapatan , transek.

Page 3: Laporan Ekologi Tumbuhan Transek

PENDAHULUAN

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi

secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi

adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis

vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai

penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh

informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas

tumbuhan(Soerianegara,1978).

Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode, dengan petak dan

tanpa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak digunakan adalah kombinasi

anatara metode jalur/ transek (untuk risalah pohon) dengan metode garis petak (untuk risalah

pemudaan).

Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/ diselidiki. Tujuannya

adalah untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan, atau untuk

mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat. Dalam hal ini, apabila

vegetasi sederhana maka garis yang digunakan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya

panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar,

garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang

lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m. (Marpaung, 2009).

Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan,

dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan

untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis

yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasarkan panjang garis yang tertutup

oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan presentase perbandingan panjang penutupan

garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh

berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman,

2001) dalam Ali, 2008.

1. Line transect (transek garis)

Dalam metode ini garis – garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada

tepat pada garis dicatat jenisnya dan beberapa kali dijumpai.

2. Belt transect (transek sabuk)

Belt transect merupakan jalur vegetasi yang lebar nya sama dan sangat panjang. Lebar

jalur ditentukan oleh sifat – sifat vegetasinya untuk menunjukan bagan yang sebenarnya.

Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m, transek 1 m digunakan jika semak dan tunas dibawah

Page 4: Laporan Ekologi Tumbuhan Transek

dilakukan, tetap apabila hanya pohon-pohonnya yang dewasa di petakkan itu merupakan

transek yang baik 10 m. Panjang transek tergantung pada tujuan penelitian, dimana setiap

segmennya dipelajari vegetasinya (Michael,1997).

Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relatif

dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi

relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:

Nilai Penting = Kr + Dr + Fr

Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang

didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat,

dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai

penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki

harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi

tersebut (Odum, 1978).

Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Nilai kerapatan, Kerapatan

Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, Dominasi, Dominasi Relatif, dan Indeks

Shannon_Wienner dimaknai dengan mengkaitkannya terhadap pengolahan dan kelesterian

hasil hutan (Odum,1998).

Page 5: Laporan Ekologi Tumbuhan Transek

METODOLOGI

Praktikum mengenai Metode jalur (transek) ini dilaksanakan pada hari sabtu 8

November 2014, di hutan Fekon Universitas Tanjungpura pukul 07.00-14.00 WIB. Praktikum

ini bertujuan untuk mengetahui komposisi tumbuhan pada suatu daerah atau dalam praktikum

ini pada hutan fekon. Peralatan yang digunakan berupa Meteran, pancang, penggaris,

amnilevel, alat tulis, tali plastik tali tambang, kompas, kantong plastik, label, termometer, soil

termometer, hygrometer. Sedangkan bahannya ialah tumbuhan yang ada di hutan tersebut.

Pengerjaan dilakukan dengan membuat jalur (transek) sepanjang 100 m dengan

menggunakan tali tambang, kemudian, pada setiap 20 m, dibuat plot kuadrat dengan ukuran

20 x 20 m, 10 x 10 m, 5 x 5 m, dan 2 x 2 m. Untuk pohon, bagian yang diukur ialah jenis

(nama) spesies dari pohon tersebut, dan DBH (Diameter Breast High). Setelah dibuat plot,

dengan ukuran yang berbeda-beda, kemudian dihitung jumlah spesies yang terdapat di dalam

plot tersebut. Plot dengan ukuran 2 x 2 m, jenis tanaman yang dihitung adalah tanaman yang

berupa semai dengan diameter sebesar < 1,5 cm. Selanjutnya, pada plot 5 x 5 m, jenis

tanaman yang dihitung berupa tanaman pancang dengan diameter sebesar ≥1,5 cm dan

keliling sebesar 1 - 2,5 cm, jika pancang juga terdapat pada plot 2 x 2 m, maka pancang juga

temasuk dalam hitungan. Pada plot yang berukuran 10 x 10 m, tanaman yang dihitung adalah

tanaman yang berupa tiang dengan diameter sebesar 5 – 10 cm dan keliling sebesar 25 – 60

cm, jika tanaman tiang juga terdapat pada plot 2 x 2 m, dan 5 x 5 m, maka tiang tersebut juga

termasuk di dalam hitungan. Pada plot 20 x 20, jenis tanaman yang dihitung adalah tanaman

yang berupa pohon dengan diameter sebesar > 20 cm dan keliling sebesar > 60 cm, dan jika di

dalam plot 2 x 2 m, 5 x 5 m, dan 10 x 10 m, juga terdapat pohon, maka, pohon tersebut juga

termasuk dalam hitungan. Setelah seluruh data terkumpul yaitu, dari plot pertama, sampai

dengan plot kedelapan (data kelas), maka dilakukan perhitungan dari data yang telah

diperoleh. Selanjutnya, untuk langkah kerja yang dilakukan pada praktikum hutan alami

adalah seluruh alat yang telah dibawa, yaitu : termometer, digunakan untuk mengukur suhu

udara dan suhu tanah dari masing-masing plot yang telah dibuat. Suhu tanah dan udara diukur

pada tiga titik yang berbeda. Setelah diukur suhu udara dan tanah, maka diambil sampel tanah

dari ketiga titik tersebut. Kemudian, sampel tanah yang telah diambil diukur pHnya dengan

menggunakan pH meter. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan cara melarutkan tanah di

dalam gelas kimia, dengan menggunakan akuades. Selain, diukur suhu udara, tanah dan pH

tanah, pada praktikum hutan alami ini juga di identifikasi tanaman apa saja yang terdapat di

Page 6: Laporan Ekologi Tumbuhan Transek

87654321

dalam hutan tersebut, serta, diamati kondisi yang berada di sekitar hutan, misalnya faktor

cahaya.

Adapun gambar model plot yang telah di buat untuk praktikum adalah sebagai

berikut :

Gambar 1. Sebelum Ada Plot

Gambar 2. Sesudah Ada Plot

Gambar 3. Ukuran Tiap Plot

1

2Keterangan Plot:1. ukuran 2 x 2 (Semai)2. ukuran 5 x 5 m (pancang)3. ukuran 10 x 10 m (tiang)4. ukuran 20 x 20 m (pohon)

3

4

Page 7: Laporan Ekologi Tumbuhan Transek

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 : Nilai Analisa Kuantitatif Semai Setiap Plot

N

oSpesies ƩInd ƩPlot

KM

(m2)

KR

(%)FM

FR

(%)

INP

(%)

INP

sp/INP

total

LOG

(INP

sp/

INP

total

)

Hˈ sp

1Sirih

hutan1 2 × 2 0.25 100% 0.5 200% 300% 1 0

Kelimpahan

rendah

Tabel 2 : Nilai Analisa Kuantitatif Pancang Setiap Plot

NoSpesie

sƩInd ƩPlot

KM

(m2)

KR

(%)FM

FR

(%)

INP

(%)

INP

sp/INP

total

LOG

(INP

sp/

INP

total

)

Hˈ sp

1Paku

uban25 5 × 5 1 30% 0.25 10% 40% 0.20

-

0.69

Kelimpahan

rendah

2 Pakis 4 5 × 5 0.16 4% 0.25 10% 14% 0.07-

1.15

Kelimpahan

rendah

3Sirih

hutan13 5 × 5 0.52 16% 0.5 20% 36% 0.18

-

0.74

Kelimpahan

rendah

4Keladi

hutan25 5 × 5 1 30% 0.5 20% 50% 0.25

-

0.60

Kelimpahan

rendah

5Spesie

s a5 5 × 5 0.2 6% 0.25 10% 16% 0.08

-

1.09

Kelimpahan

rendah

6Pinang

hutan4 5 × 5 0.16 4% 0.5 20% 24% 0.12

-

0.92

Kelimpahan

rendah

7Spesie

s b7 5 × 5 0.28 8% 0.25 10% 18% 0.09

-

1.04

Kelimpahan

rendah

Jumlah 3.32 98% 2.5 100% 198%

Tabel 3 : Nilai Analisa Kuantitatif Tiang Setiap Plot

Page 8: Laporan Ekologi Tumbuhan Transek

NoSpesie

sƩInd ƩPlot

KM

(m2)

KR

(%)FM

FR

(%)

INP

(%)

INP

sp/INP

total

LOG

(INP

sp/

INP

total)

Hˈ sp

1 Jambu 1 10×10 0.01 2% 0.5 28% 30% 0.15-

0.82

Kelimpahan

rendah

2Pinang

hutan15 10×10 0.15 31% 0.5 28% 59% 0.30

-

0.52

Kelimpahan

rendah

3Keladi

hutan20 10×10 0.2 42% 0.5 28% 70% 0.35

-

0.45

Kelimpahan

rendah

4 Tasbih 11 10×10 0.11 23% 0.25 14% 37% 0.18-

0.74

Kelimpahan

rendah

Jumlah 0.47 98% 1.75 98% 196%

Tabel 4 : Nilai Analisa Kuantitatif Pohon Setiap Plot

N

oSpesies

ƩIn

dƩPlot

KM

(m2)

KR

(%)FM

FR

(%)

INP

(%)

IN

P

sp/I

NP

tota

l

LOG

(INP

sp/

INP

total)

Hˈ sp

1 Karet 320×1

6

0.00

960%

0.2

525% 85%

0.4

25

-

0.37

Kelimpah

an rendah

2Rambuta

n1

20×1

6

0.00

320%

0.2

525% 45%

0.2

25

-

0.64

Kelimpah

an rendah

3 Jambu 120×1

6

0.00

320% 0.5 50% 70%

0.3

5

-

0.45

Kelimpah

an rendah

Jumlah0.01

5

100

%1

100

%

200

%

Page 9: Laporan Ekologi Tumbuhan Transek

Tabel 5: Pengamatan Suhu udara dan suhu tanah

PlotSuhu udara Suhu tanah

5 cm 10 cm 15 cm 0 cm 5 cm 10 cm

Semai 29 0 C 28 0 C 28 0 C 27.5 0 C 27 0 C 26 0 C

Pancang 26 0 C 26 0 C 25.5 0 C 26 0 C 26 0 C 26 0 C

Tiang 26 0 C 25.5 0 C 25 0 C 26 0 C 27 0 C 27 0 C

Pohon 26 0 C 26 0 C 25.5 0 C 26 0 C 26 0 C 26 0 C

Tabel 6: Pengamatan pH tanah

Plot Titik (pH)

1 2 3

1 (2x2) Semai 4 5 5

2(5x5) Pancang 6 4 5

3 (10x10) Tiang 5 5 4

4 (20x16) Pohon 5 6 5

Pada praktikum kali ini dilakukan di hutan Fekon UNTAN dengan mengamati komposisi

tumbuhan yang ada pada daerah tersebut. Untuk mengetahui komposisi tumbuhan ini

dilakukan dengan menghitung kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, frekuensi

relatif dan dominansi tumbuhan yang ada. Pengamatan dilakukan pada empat level tumbuhan,

yaitu semai, pancang tiang dan pohon.

Berdasarkan hasil pengamatan pada tingkat semai hanya diperoleh satu jenis tumbuhan

saja dengan jumlahnya juga satu pada areal 2x2 m, ini berarti kerapatan tumbuhan ini sangat

kurang atau kelimpahannya kurang.

Dari hasil analisa kuantitatif pada level pancang spesies yang lebih mendominasi adalah

Keladi hutan sedangkan yang dominansi paling kecil adalah Pakis. Pada level tiang, spesies

yang mendominasi adalah keladi hutan dan jambu merupakan spesies dengan dominansi

paling kecil. Kemudian pada level pohon tumbuhan yang memiliki dominasi tertinggi adalah

tumbuhan karet.

Keanekaragamn tumbuhan di setiap levelnya berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh daya

dukung tumbuh disetiap level tumbuhan tersebut. Daya dukung ini dapat berupa faktor abiotik

seperti suhu, cahaya matahari, curah hujan serta kelembaban pada daerah hutan ini.

Page 10: Laporan Ekologi Tumbuhan Transek

Selain mengamati keanekaragaman tumbuhan di hutan ini, kami juga mengamati kondisi

abiotik seperti suhu udara , suhu tanah dan juga pH tanah. Suhu udara di setiap plot berkisar

antara 26-290C, sedangkan suhu tanahnya berkisar 26-270C dan pH tanahnya 4-6. Pengaruh

keanekaragaman tanaman di hutan ini juga erat kaitannya dengan kondisi tanah ini, kondisi

asam dapat menyebabkan banyak tumbuhan tidak dapat hidup dengan baik bahkan tidak dapat

hidup sama sekali.

Page 11: Laporan Ekologi Tumbuhan Transek

KESIMPULAN

Komposisi tanaman dari hutan fekon kurang beragam, ini dilihat dari sedikitnya jenis

spesies tanaman yang ditemukan. Keladi cukup mendominasi areal ini, hal ini dilihat dari INP

keladi pada tabel pancang dan tiang. Spesies dengan jumlah paling sedikit ialah rambutan

dengan kategori pohon dengan jumlah hanya satu spesies. Suhu udara di hutan fekon berkisar

26-290C dan suhu tanahnya berkisar 26-27 0C sedangkan pH tanahnya berkisar 4-6 yang

menandakan areal ini dengan kondisi tanah asam.

Page 12: Laporan Ekologi Tumbuhan Transek

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Iqbal. 2008. Analisis Vegetasi 1. http://iqbalali.wordpress.com. Diakses 20 Oktober 2009.

Marpaung, Andre. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.

http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana-mempelajari-

analisa-vegetasi/. Diakses, Rabu 26 Oktober 2011.

Michael, P. 1997. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta :

UI Press.

Odum, E. P. 1998. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta : UGM Press.

Soerianegara,I dan A.Indrawan.1978. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan IPB

Bogor