laporan beton 2008
TRANSCRIPT
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton adalah campuran antara agregat kasar, agregat halus, semen dan air
serta kadang–kadang ditambahkan zat–zat additive (admixture) sebagai bahan
tambahan. Beton merupakan bahan struktur bangunan yang sangat populer dalam
abad ini karena penggunannya yang sangat luas dalam bidang kontruksi bangunan
sipil.
Dipilihnya beton dalam struktur didorong oleh beberapa faktor di antaranya :
1. Dapat dibentuk sesuai dengan selera kita.
2. Bahan dasarnya banyak tersedia di permukaan bumi.
3. Awet dan tahan terhadap cuaca serta api.
4. Ekonomis.
Beton dalam penggunaannya dalam bidang kontruksi tidak berdiri sendiri,
sering digabungkan dengan yang lain seperti baja yang sering disebut dengan beton
bertulang.
Beberapa aspek yang dibahas dalam teknologi beton adalah :
1. Komponen–komponen utama pembentuk beton yang terdiri dari :
- Semen (Portland cemen ).
- Bahan isian (Agregat kasar dan halus).
- Air.
2. Rencana campuran (Mix Design).
3. Cara mencampur, menuang dan memelihara beton.
4. Pengujian kualitas beton.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa perlu diadakan Praktikum Teknologi Beton agar
mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan merencanakan beton sesuai dengan
teori dan ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan oleh dosen pengajar mata kuliah
yang bersangkutan.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
1
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum Ilmu Teknologi Beton adalah :
Sebagai penerapan teori yang telah diberikan dalam kuliah tatap muka.
Agar mahasiswa mengetahui tata cara dalam menentukan rencana
campuran beton.
Agar mahasiswa mampu membuat beton sesuai dengan rencana
campuran beton yang telah ditetapkan.
1.2 Ruang Lingkup
Pelaksanaan “Praktikum Teknologi Beton” ini meliputi berbagai jenis kegiatan
yang harus dilaksanakan, antara lain:
Pemeriksaan kadar air dalam agregat.
Pemeriksaan kandungan lumpur agregat.
Pemeriksaan berat jenis agregat dan penyerapan air dalam agregat.
Pemeriksaan berat satuan volume agregat dan semen.
Pemeriksaan gradasi pasir dan kerikil.
Perencanaan campuran beton.
Proses pencampuran beton.
Penyimpanan dan perawatan benda uji
Pengukuran nilai slump.
Pengujian kuat tekan dan lentur beton.
Pembuatan beton dalam praktikum Ilmu Teknologi Beton ini, ditentukan agar
beton yang dibuat memiliki kekuatan 21 MPa dengan nilai slump 60-180 mm.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
2
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton atau
tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar yang dapat diminum. Air yang digunakan
dalam pembuatan beton pra-tekan dan beton yang akan ditanami logam almunium
(termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat) tidak boleh mengandung ion
klorida dalam jumlah yang membahayakan (ACI 318-89:2-2). Untuk perlindungan
terhadap korosi, konsentrasi ion klorida maksimum yang terdapat dalam beton yang
telah mengeras pada umur 28 hari yang dibasilkan dari bahan campuran termasuk air,
agregat, bahan bersemen dan bahan campuran tambahan tidak boleh melampaui nilai
batas diberikan pada Tabel 3.2.
Tabel Batas Maksimum Ion Klorida
Jenis Beton Batas (%)
Beton pra-tekan
Beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan klorida
Beton bertulang yang selamanya kering atau terlindung dari basah
Konstruksi beton bertulang lainnya
0,06
0,15
1,00
0,30
Sumber: PB 1989:23
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
3
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
2.2 Semen
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi
pasta semen. Jika ditarnbah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika
digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah
mengeras akan menjadi beton keras (concrete). Semen yang digunakan untuk
pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik
yang diberikan.
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam
reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat
mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan
memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.
Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 2% pasta semen
(semen dan air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat halus dan agregat kasar)
sekitar 60% - 75%. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik
dari masing-masing bahan penyusun tersebut perlu dipelajari.
2.2.1 Jenis semen
Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran dan
susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. semen non-hidrolik semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras
dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-
hidrolik adalah kapur.
b. Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras dalam
air. Contoh semen hidrolik adalah semen pozollan, semen terak, semen alam,
semen protland, semen portland-pozollan, dll.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
4
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
2.3 Agregat
Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi. Berdasarkan
pengalaman, komposisi agregat tersebut berkisar 60%-70% dari berat campuran
beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang
cukup besar, agregat inipun menjadi penting. Karena itu perlu dipelajari karakteristik
agregat yang akan menentukan sifat mortar atau beton yang akan dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau
agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat
halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya.
Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan
agregat kasar yaitu 4,80 mm, (British Standard) atau 4,75 mm (Standar ASTM).
Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4,80 mm (4,75
mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4,80 mm (4,75 mm).
Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4,80 mm dibagi lagi menjadi dua: yang
berdiameter antara 4,80-40 mm, disebut kerikil beton dan yang lebih dari 40 mm,
disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih
kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan
tanah, bronjong, atau bendungan, dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan
pasir dan agregat kasar dinamakan kerrikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.
2.3.1 Pemeriksaan Mutu Agregat & Syarat Mutu Agregat
Pemeriksaan mutu agregat dimaksudkan untuk mendapatkan bahan
bahan campuran beton yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan
nantinya sesuai dengan yang diharapkan. Agregat yang digunakan harus memenuhi
spesifikasi teknik yang telah ditetapkan di dalam kontrak kerja. Jika dilihat dari
volume agregat dalam campuran beton, agregat memberikan kontribusi yang besar
terhadap campuran.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
5
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Agregat normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII.0052-80, "Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton" dan jika tidak tercantum dalam syarat ini harus memenuhi
syarat ASTM C.33-82, "Standard Spesification for Concrete Aggregates". Agregat
ringan harus memenuhi syarat yang diberikan oleh ASTM C.330-80, "Spesificatioii
for Lightweight for Struclural Concrete".
2.3.1.1 Agregat Normal Menurut SII.0052
2.3.1.1.1 Agregat Halus
1. Modulus halus butir 1,5 sampai 3,8
2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)
maksimum 5%.
3. Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan mencampur
agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaS04) 3%, jika
dibandinglcan dengan warna standar/pembanding tidak lebih tua dari pada
warna standar.
4. Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir
pembanding yang berasal dari pasir kwarsa bangka memberikan angka,
tidak lebih dari 2,20.
5. Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 10%, dan jika di pakai magnesium sulfat, maksimum 15%)
2.3.1.1.2 Agregat Kasar
1. Modulus halus butir 6,0 sampai 7,1.
2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074mm)
maksimum 1%.
3. Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5%.
4. Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum
12%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum
18%.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
6
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
5. Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai
Na20 lebih besar dari 0,6%.
6. Tidak rnengandung butiran yang panjang dan pipih lebih dari 20%.
7. Kekerasan agregat harus memenuhi syarat seperti Tabel 4.4 di atas.
2.3.1.2 Agregat Normal Menurut ASTM C.33
Agregat normal yang dipakai dalam campuran beton sesuail dengan ASTM, berat
isinya tidak boleh kurang dari 1200 kg/m3.
2.3.1.2.1 Agregat Halus
1. Modulus halus butir 2,3 sampai 3,1
2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm atau
No.200) dalam persen berat maksimum,
Untuk beton yang mengalarni abrasi sebesar 3,0%
Untuk beton jenis lainnya sebesar 5%.
3. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan maksimum
3%.
4. Kandungan arang dan lignit.
Bila tampak permukaan beton dipandang penting (beton akan
diekspos), maksimurn 0,5%.
Beton jenis lainnya,maksimum l,0%
5. Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus
dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%, tidak menghasilkan warna
yang lebih tua dibanding warna standar. Jika warnanya lebih tua maka
ditolak kecuali :
Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau yang
sejenis
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
7
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat
dengan pasir standar silika hasilnya menunjukan nilai lebih besar dari
95%. Up kuat tekan sesuai dengan cara ASTM C.87.
6. Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang
berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan
bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana penggunaan
semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6%.
7. Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum
10%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%.
2.3.1.2.2 Agregat Kasar
1. Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang
berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan
bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, di mana penggunaan
semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6%.
2. Sifat fisika yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana Los
Angeles. Batas ijin partikel yang berpengaruh buruk terhadap beton dan
sifat fisika yang diijinkan untuk agregat kasar. (Limits for Agregat
Deleterious Substances and Physical Requirement of Coarse Aggregates
for Concrete)
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
8
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
BAB III
PEMERIKSAAN BAHAN
3.1 Pemeriksaan Kadar Air
Tanggal : 17 April 2008
Alat yang digunakan
1. Timbangan
2. Cawan
3. Oven
Bahan :
1. Pasir
2. Kerikil
Cara kerja :
1. Cawan ditimbang beratnya kemudian ditimbang bersama bahan uji
agregat.
2. Kedua bahan uji yang telah ditimbang dimasukkan kedalam oven (selama
24 jam).
3. Setelah 24 jam kita bisa menghitung berat air, berat contoh kering oven,
dan kadar air.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
9
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Pemeriksaan kadar air
A. Pasir :
No. Uraian Nomor keranjang
A
(gr)
B
(gr)
1 Berat pasir semula + cawan
W1 752 725
2 Berat pasir oven
+ cawan
W2 697 677
3 Prosentase = X
100%
7,89 7,09
Prosentase rata-rata 7,49%
B. Kerikil :
No. Uraian Nomor keranjang
A
(gr)
B
(gr)
1 Berat kerikil semula + cawan
W1 621 658
2 Berat kerikil oven
+ cawan
W2 616 651
3 Prosentase = X
100%
0,81 1,07
Prosentase rata-rata 0,94%
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
10
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Uraian :
Dari pemeriksaan kadar air yang terdapat pada pasir maupun kerikil didapat bahwa
kadar air rata-rata pada pasir = 7,49% dan kerikil = 0,94%
3.2 Pemeriksaan Kandungan Lumpur
Tanggal : 17 April 2008
Alat yang digunakan :
1. Timbangan
2. Cawan
3. Oven
Bahan :
1. Pasir Kering Oven.
2. Kerikil Kering Oven.
3. Air.
Cara kerja :
a. Pasir Kering Oven dimasukkan kedalam gelas ukur, kemudian ditambahkan
air sesuai batas gelas ukur tersebut. Lalu diaduk sehingga lumpur dari pasir
tersebut terpisah. Dan menimbulkan endapan antara pasir dan lumpur,
sehingga dapat dihitung tinggi dari masing-masing endapan.
b. Kerikil Kering Oven dicuci, hingga air untuk mencuci kerikil tersebut terlihat
jernih. Kerikil yang telah dicuci kemudian di oven kembali dan ditimbang
beratnya.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
11
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus :
No Uraian Keterangan
1 Tinggi agregat halus + lumpur (H1) 17,8 cm
2 Tinggi agregat halus (H2) 17,2 cm
3Kadar lumpur = X100%
3,37 %
Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar :
No Uraian Keterangan
(gr)
1 Berat agregat kasar kering oven (W1) 890
2 Berat agregat kasar kering oven setelah dicuci dan tertahan saringan No.200 (W2)
874
3Prosentase = X 100%
1,797%
Prosentase Rata-rata 1,797%
Uraian :
Dari hasil pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus didapatkan bahwa
kandungan lumpur pasir adalah sebesar 3,37 %. Hal tersebut menyatakan bahwa
kandungan lumpur lebih rendah dari kadar lumpur maksimum 5% (SNI 03 – 2461 –
1991 atau ASTM C 33), jadi pasir tersebut layak digunakan untuk bahan campuran
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
12
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
beton. Sedangkan untuk kandungan lumpur agregat kasar didapatkan bahwa
kandungan lumpur kerikil adalah 1,797 %. Kerikil tersebut tidak layak digunakan
untuk bahan campuran beton kerena kandungan lumpur untuk agregat kasar
maksimum 1 % (SNI 03 – 2461 – 1991 atau ASTM C 33). Dengan demikian kerikil
perlu dicuci kembali untuk mendapatkan hasil kandungan lumpur kurang dari 1%
3.3 Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat
3.3.1 Agregat Halus
Tanggal : 18 April 2008
Tempat : Laboratorium beton fakultas teknik UNUD
Tujuan : Untuk menentukan berat jenis bulk, berat jenis jenuh kering
permukaan (SSD), berat jenis semu, dan menentukan besarnya
penyerapan dari agregat halus.
Alat yang digunakan :
1. Timbangan
2. Piknometer (seberat 18,6 gr)
3. Gelas ukur
4. Cawan
Bahan :
1. Pasir SSD
2. Air
Cara kerja :
1. Siapkan 500 gram pasir SSD, dimana cara mendapatkan pasir
SSD adalah dengan membasahi pasir dengan air, lalu
dijemur/diangin-anginkan. Pasir yang sudah dijemur tersebut
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
13
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
diuji dengan alat corong kerucut, pasir dalam kondisi SSD
mempunyai bentuk tetap dengan puncak yang sedikit longsor.
2. Siapkan piknometer ditambah air, hitung beratnya kemudian
masukkan pasir tadi dan hitung pula beratnya.
3. Pasir dikeluarkan dari piknometer dan di oven.
4. Hari berikutnya kita bisa menghitung berat pasir kering oven.
Setelah itu kita dapat berat jenis bulk, berat jenis SSD, berat jenis
semu,dan absorpsi.
Pemeriksaan berat jenis agregat halus
No. Nama Pemeriksaan Keterangan
A. Berat contoh pasir SSD 500gr
B. Berat contoh pasir kering oven 489 gr
C. Berat piknometer + air (25ºC) 672 gr
D. Berat piknometer + pasir SSD + air (25ºC) 970gr
E.Berat jenis Bulk =
2,42 gr/cm³
F.Berat jenis SSD =
2,47gr/cm³
G.Berat jenis semu =
2,56 gr/cm³
H.Absorpsi = ×100%
2,25 %
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
14
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Kesimpulan :
- Berat jenis SSD pasir yang diperoleh dari percobaan adalah 2,47 gr/cm3
- Penyerapan air untuk pasir sebesar 2,25 %
3.3.2 Agregat Kasar
Tanggal : 18 April 2008
Alat yang digunakan :
1. Timbangan
2. Talam
3. Keranjang
Bahan :
1. Kerikil SSD
2. Air
Cara kerja :
1. Siapkan kerikil kering oven 5 kg, kemudian masukkan kedalam
air, hitung beratnya didalam air.
2. Kerikil tadi kemudian dilap sehingga lembab permukaanya
(SSD) hitung beratnya.
3. Setelah itu kita bisa mendapatkan berat jenis Bulk, berat jenis
semu, dan absorpsi.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
15
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Pemeriksaan berat jenis agregat kasar
No. Uraian Keranjang
1. Berat benda uji kering oven (BK) 5000 gr
2. Berat benda uji SSD (BJ) 5210 gr
3. Berat benda uji dalam air (BA) 2810 gr
4.Berat jenis Bulk =
2,083gr/cm3
5.Berat jenis SSD =
2,170 gr/cm3
6.Berat jenis Semu =
2,283 gr/cm3
7.Absorpsi = ×100%
4,03 %
Kesimpulan :
- Berat jenis SSD agregat kasar (kerikil) = 2,170 gr/cm3
- Penyerapan air / absorpsi untuk kerikil sebesar 4,03 %
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
16
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
3.4 Pemeriksaan Berat Satuan Volume Agregat dan Semen
Tanggal : 18 April 2008
Alat yang digunakan :
1. Timbangan
2. Tongkat tusuk
3. Kontainer
Bahan :
1. Pasir
2. Semen Gresik
3. Kerikil
Cara kerja :
1. Hitung berat kontainer dan berat sample.
2. Kontainer diisi air kemudian ditimbang, didapat volume air.
3. Masing-masing container diisi kerikil, semen, pasir dan dihitung
beratnya (tanpa ditusuk-tusuk dengan tongkat), cara ini disebut
Sovling.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
17
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
4. Cara Rodding, cara ini hampir sama dengan diatas, hanya ditambah
dengan penusukan pada sample dan dihitung beratnya masing-
masing (tiap sample ditusuk 25 kali pada setiap ⅓ bagian).
5. Setelah itu kita bisa dapatkan berat isi sample dan isi rata-rata pada
dua cara tersebut.
Hasil yang didapat dengan cara Rodding lebih besar dari pada dengan cara Sovling.
Hal ini dikarenakan adanya penusukan dengan cara Rodding sehingga menjadi lebih
padat.
Pemeriksaan berat isi agregat halus, agregat kasar, dan semen
No. Berat Isi Lepas / Sovling Semen Pasir Kerikil
A. Berat isi container + sample (gr) 9835 9454 9345
B. Berat container (gr) 3475 3475 3475
C. Berat sample (gr) 6360 5979 5870
D. Berat isi container (cm³) 4860 4860 4860
E. Berat isi sample (gr/cm³) 1,308 1,230 1,207
No. Berat Isi Padat / Rodding Semen Pasir Kerikil
A. Berat container + sample (gr) 10330 10547 9961
B. Berat container (gr) 3475 3475 3475
C. Berat sample (gr) 6855 7072 6486
D. Berat isi container (cm³) 4860 4860 4860
E. Berat isi sample (gr/cm³) 1,410 1,455 1,334
F. Berat isi sample rata-rata 1,359 1,342 1,271
Hasil pemeriksaan didapat :
1. Dengan cara Sovling didapat berat isi semen = 1,308gr/cm3, pasir =
1,230 gr/cm3, kerikil= 1,207 gr/cm3.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
18
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
2. Dengan cara Rodding didapat berat isi semen = 1,410 gr/cm3, pasir =
1,455 gr/cm3, kerikil = 1,334 gr/cm3.
3. Jadi berat isi rata-rata sample adalah : semen = 1,359 gr/cm3, pasir =
1,342 gr/cm3, kerikil = 1,271 gr/cm3.
3.5 Pemeriksaan Gradasi Pasir dan Kerikil
Tanggal : 17 April 2008
Alat yang digunakan :
1. Timbangan
2. Ayakan standar
3. Mesin pengayak
Bahan :
1. Pasir Kering Oven
2. Kerikil Kering Oven
Cara kerja :
1. Siapkan ayakan kemudian masukkan agregat yang sudah dioven
untuk diayak (susunan ayakan disusun dari lubang yang terbesar ke
lubang yang terkecil). Letakkan pada mesin pengayak selama 15
menit.
2. Setelah itu timbang berat agregat yang tertahan pada masing-masing
lubang ayakan.
3. Setelah didapatkan beratnya, kita bisa mendapatkan modulus
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
19
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Modulus kehalusan pasir (Fm) = jumlah % tertinggal komulatif pada tiap
ayakan dari suatu seri ayakan yang ukuran lubangnya berbanding 2 kali lipat
dimulai dari ayakan berukuran lubang 0,15 mm.
Fm = Jumlah kumulatif diatas ayakan/100
Pemeriksaan gradasi pasir
Nomor
Ayakan
(mm)
Bahan Yang Diayak (1000 gr)
Pasir (gr) Jumlah Pasir
(%)
Jumlah Sisa
Ayakan Rata-rata
(%)
Jumlah Yang
Melalui Ayakan
(%)
4,75 133 13.3 13.3 86.7
2,36 99 9.9 23.2 76.8
1,18 130 13 36.2 63.8
0,60 130 13 49.2 50.8
0,30 128 12.8 62 38
0,15 164 16.4 78.4 21.6
0 216 21.6 100 0
Jumlah 1000 100
Modulus halus butir (Fm) = 262.3/ 100
= 2.623
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
20
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
21
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Pemeriksaan gradasi kerikil
Nomor
Ayakan (mm)
Bahan Yang Diayak (1000 gr)
Kerikil (gr) Jumlah
Kerikil (%)
Jumlah Sisa
Ayakan Rata-
rata (%)
Jumlah Yang
Melalui
Ayakan (%)
37,50 55 5,5 5,5 94,5
25,40 68 6,8 12,3 87,7
19,00 549 54,9 67,2 32,8
12,50 298 29,8 97 3
9,50 17 1,7 98,7 1,3
4,75 13 1,3 100 0
2,36 - - 100 -
1,18 - - 100 -
0,60 - - 100 -
0,30 - - 100 -
0,15 - - 100 -
pan - - - -
Jumlah 1000 780,7 -
Modulus halus butir (Fm) = 780,7/ 100
= 7,807
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
22
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
23
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
BAB IV
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
4.1 Data-data Campuran Beton
Data-data untuk perencanaan campuran beton :
1. Berat jenis pasir SSD = 2,47 gr/cm³
2. Berat jenis kerikil SSD = 2,170 gr/cm³
3. Berat satuan isi semen = 1,359 gr/cm³
4. Berat satuan isi pasir SSD = 1,342 gr/cm³
5. Berat satuan isi kerikil SSD = 1,271 gr/cm³
6. Modulus halus butir pasir (Fm) = 2.623
7. Modulus halus butir kerikil (Fm) = 7,807
8. Mutu beton yang direncanakan (fc’) = 21 MPa
9. Nilai standar deviasi = 6 MPa
10. Faktor air semen maskimum = 0,60
11. Slump = 60-180 mm
12. Kadar semen minimum = 275 Kg/m3
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
24
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
4.2 Langkah-Langkah Perencanaan Campuran Beton ( mix design )
1. Hitung kuat tekan rata-rata
Nilai standar deviasi ditetapkan = 6 MPa
σbm = σbk + m, dimana m = k x Sd
= 1,64x 6
= 9,84
σbm = 21+9,84 = 30,84
Nilai faktor air semen hitung = 0,65 (grafik 12 SK SNI T-15 1990-03)
2. Jenis semen (ditetapkan) = Gresik PPC 40 Kg (Type 1)
3. Jenis agregat :
- kasar = Batu Campuran
- halus = Pasir Alami
4. Nilai slump ditentukan = 60-80 mm
5. Ukuran maksimum kerikil = 40 mm
6. Kadar air bebas = 185 Kg/m3 (tabel 6 SK SNI T-15 1990-03)
7. Kadar semen = Kadar air bebas
f.a.s
=308 Kg/m3
8. Kadar semen minimum = 275 Kg/m3
9. Susunan agregat halus = Zone 2 (grafik 3 s/d 6 SK SNI T-15-1990-30)
10. Persen agregat halus = 38,52 % (grafik 12 SK SNI T-15-1990-30)
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
25
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
11. Berat jenis agregat gabungan = 2,389Kg/m3
12. Berat jenis beton = 2160 Kg/m3
13. Kadar agregat gabungan = Berat jenis beton – (Kadar semen +
Kadar air bebas)
= 2160 – (185+308)
= 1667 Kg/m3
14. Kadar agregat halus = 38,5% x 1667
= 633,46 Kg/m3
15. Kadar agregat kasar =1667 – 633,46
= 1033,54 Kg/m3
Komposisi campuran :
1. Kondisi SSD
Air = 185 L
Semen = 308 Kg
Pasir = 633,46 Kg
Kerikil = 1033,54 Kg
Perbandingan :
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
Air Semen Pasir Kerikil
185 L 308 kg 633,46 kg 1033,54 kg
0,60 : 1 : 2,05 : 3,35
26
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
2. Kondisi lapangan
Air = 182,60 L
Semen = 308 Kg
Pasir = 666,65 Kg
Kerikil = 1001,60 Kg
Perbandingan :
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
Air Semen Pasir Kerikil
182,60 L 308 kg 666,65 kg 1001,60 kg
0,60 : 1 : 2,164 : 3,25
27
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
BAB V
PEMBUATAN CAMPURAN BETON
5.1 Percobaan Pembuatan Beton
Dalam percobaan ini digunakan dua buah benda uji, yaitu bentuk kubus dan
balok, dimana jumlah benda uji berbentuk kubus berjumlah 10 buah dan benda uji
berbentuk balok berjumlah 1 buah. Cetakan kubus ini berukuran panjang (p) 15 cm,
lebar (l) 15 cm, dan tinggi (t) 15 cm, sedangkan cetakan balok mempunyai ukuran
lebar (l) 15 cm, panjang (p) 60 cm dan tinggi (t) 15 cm, Pada saat pencampuran
dilakukan dua kali pencampuran. Pertama, pencampuran untuk 8 buah kubus, dan
kedua pencampuran 2 kubus dan 1 balok, sehingga untuk perhitungan proporsi
campuran dilakukan dua kali.
Perhitungan proporsi untuk pencampuran sebagai berikut:
Volume untuk 8 kubus
V = (8 x 15 x 15 x 15)
= 27 000 cm3
= 0,027 m3
untuk menghindari kekurangan bahan dalam pencampuran, maka volume total benda
uji di tambah ± 20 % dari volume awal sehingga volume total benda uji untuk 8
kubus adalah :
Vtotal = (Vawal x 20 %) + Vawal
= (0,027 x 20 %) + 0,027
= 0,0324 m3
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
28
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Proporsi pengadukan campuran (kondisi lapangan) untuk benda uji 8 kubus beton :
* air = 0,0324 x 182,60 = 5,91 kg
* semen = 0,0324 x 308 = 9,9792 kg
* pasir = 0,0324 x 666,65 = 21,59 kg
* kerikil = 0,0324 x 1001,60 = 32,451 kg
Volume untuk 2 kubus dan 1 balok
V = (2 x 15 x 15 x 15) + (1 x 60 x 15 x 15)
= 6750 + 13500
= 20250 cm3
= 0,020250 ~ 0,02 m3
untuk menghindari kekurangan bahan dalam pencampuran, maka volume total benda
uji di tambah ± 20 % dari volume awal sehingga volume total benda uji untuk 2
kubus dan 1 balok adalah :
Vtotal = (Vawal x 20 %) + Vawal
= (0,02 x 20 %) + 0,02
= 0,024 m3
Proporsi pengadukan campuran untuk benda uji 2 kubus dan 1 balok beton :
* air = 0,024 x 182,60 = 4,3824 kg
* semen = 0,024 x 308 = 7,392 kg
* pasir = 0,024 x 666,65 = 15,99 kg
* kerikil = 0,024 x 1001,60 = 24,038 kg
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
29
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
5.2 Proses Pembuatan Beton
Tanggal : 21 April 2008
Alat yang digunakan :
1. Timbangan
2. Ember
3. Molen (mesin pencampur bahan beton)
4. Sekop
Bahan :
1. Pasir
2. Kerikil
3. Semen
4. Air
Proses pembuatan beton :
a. Bahan disiapkan kemudian ditimbang (pasir, kerikil, dan semen)
sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan dan jumlah air disesuaikan
dengan jumlah fas yang dihitung.
b. Cetakan disiapkan kemudian dilumasi oli agar beton tidak melekat
pada cetakan nantinya.
c. Kemudian seluruh bahan dicampur sampai menjadi adonan atau
adukan yang plastis.
d. Setelah adonan cukup plastis lalu dikontrol nilai slumpnya.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
30
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
e. Setelah didapat nilai slump yang diinginkan maka adonan dimasukkan
kedalam cetakan beton. Bahan dimasukkan sampai seluruh cetakan
terisi penuh, diusahakan semampat-mampatnya dalam arti seluruh
pori terisi bahan, kemudian biarkan didalam ruangan selama 24 jam.
f. Setelah dibiarkan dalam ruangan selama 24 jam, maka cetakan dibuka.
g. Kemudian diletakkan kembali diruangan dan ditutup dengan karung
goni basah sampai berumur 28 hari terhitung mulai dari saat
dibukanya.
h. Setelah berumur 28 hari barulah diuji kuat tekan untuk kubus dan kuat
lentur untuk balok.
5.3 Penyimpanan Benda Uji
a. Benda kubus harus dikeluarkan dari cetakan setelah 18 - 24 jam sejak
pencetakan.
b. Bersihkan benda uji dari kotoran yang mungkin melekat, kemudian beri
tanda / kode agar tidak keliru dengan benda uji yang lain dan timbanglah.
c. Kembalikan benda uji (kubus beton) ke dalam ruangan lembab atau tempat
penyimpanan yang lain.
d. Bila pembuatan benda uji dilakukan di lapangan tempat penuangan beton
dikerjakan, maka setelah benda uji dikeluarkan harus ditutup dengan rapat
(misalnya dengan kertas kedap air) dan hindarkan dari panas sinar
matahari langsung.
5.4 Perawatan Benda Uji
Pekerjaan perawatan dimaksudkan untuk menjaga agar beton segar selalu lembab,
sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Kelembaban
permukaan beton itu harus dijaga untuk menjamin proses hidrasi semen (reaksi
semen dengan pasir) dapat berlangsung dengan sempurna. Untuk memperoleh
beton yang kuat dan tidak timbul retak-retak maka diperlukan proses perawatan
beton yang dilakukan dengan cara menyelimuti permukaan beton dengan karung
basah kemudian disiram setiap dua hari sekali.
5.5 Proses Pengujian Kuat Tekan Beton
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
31
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Dalam pelaksanaan praktikum beton ini, benda uji beton kubus yang telah
mencapai umur 28 hari sejak beton yang telah padat dilepaskan dari cetakan akan
dilakukan pengujian terhadap kuat tekan beton kubus tersebut. Kuat tekan beton
merupakan nilai yang ditunjukkan dengan jalan menekan benda uji beton melalui
alat tekan beton, dimana nilai yang didapatkan melalui alat penguji kuat tekan
tersebut selanjutnya dibagi dengan luas permukaan.
5.6 Pengukuran Nilai Slump
Tanggal : 21 April 2008
Alat yang digunakan :
1. Beton segar yang diperiksa dibentuk menjadi sebagai kerucut
terpancung, dengan diameter dasar 20 cm, diameter bagian atas 10
cm dan tinggi 30 cm. Untuk membentuk seperti itu diperlukan
cetakan berbentuk corong yang tanpa tutup di bagian bawah maupun
bagian atas, dan bentuknya harus baik (sumbu corong harus tegak
lurus dengan lingkaran bawah maupun lingkaran atas). Bahan plat
dan cetakan seperti, tergambar
2. Tongkat pemampat berdiameter 16 mm, panjang 60 cm, dengan
ujung bulat dan terbuat dari baja tahan karat.
3. Alas corong kerucut berupa plat tahan karat.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
32
10 cm
kerucut terpancung 30 cm
20 cmcetakan corong uji slump
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Cara kerja :
a. Basahi corong cetakan dan kemudian letakkan di tempat rata, basah, tidak
menyerap air dan ruangan cukup bagi pemegang corong untuk secara kuat
berdiri pada kedua kaki selama pengisian corong dilakukan.
b. Corong cetakan diisi dalam 3 (tiga) lapisan masing-masing sekitar 1/3
volume corong. Setiap lapis beton segar ditusuk dengan batang baja
diameter 16 mm, panjang 60 cm dan ujungnya dibulatkan sebanyak 25 kali.
Penusukan harus merata selebar permukaan lapisan dan tidak boleh sampai
masuk ke dalam lapisan beton sebelumnya.
c. Setelah lapisan beton segar yang terakhir selesai ditusuk, kemudian beton
segar dimasukkan lagi kebagian atas dan diratakan sehingga rata dengan sisi
atas cetakan.
d. Setelah ditunggu sekitar 30 detik, kemudian corong ditarik ke atas dengan
pelan-pelan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
e. Pengukuran nilai slump dilakukan dengan ketelitian sampai 0,5 cm dengan
meletakkan penggaris / batang baja horizontal di atas beton segar.
f. Beton yang memiliki perbandingan campuran yang baik, dan mempunyai
kelecakan yang baik akan menampakkan penurunan bagian atas secara
perlahan-lahan dan bentuk kerucut semula tidak hilang, seperti tampak pada
gambar dibawah ini
Hasil yang di dapat berdasarkan percobaan yang kami lakukan nilai slump
pertama adalah 4 cm sedangkan yang kedua adalah sebesar 16 cm. Perbedaan nilai
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
33
Penggaris
Nilai Slump
Adukan Beton
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
slump dikarenakan oleh keadaan molen yang masih lembab, dan masih terdapat sisa-
sisa air dari pada saat pencampuran pertama.
BAB VI
PENGUJIAN KEKUATAN BETON
6.1 Pengujian Kuat Tekan Beton
Tanggal : 19 Mei 2008
Alat yang dipakai :
- Mesin tekan ELE
- Kaliper
- Penolok ukur
- Timbangan
Bahan :
- Benda uji berumur 28 hari.
Jalannya pengujian :
1. Setelah benda uji berumur 28 hari maka, benda uji di timbang
beratnya, kemudian dites kuat tekannya. Benda uji diletakkan pada
tempat yang telah tersedia pada mesin tekan.
2. Didapat berat dan daya tahan untuk masing-masing benda uji yang
telah dicantumkan pada tabel berikut :
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
34
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Kubus Berat Kubus
(Kg)
Daya Tahan Kubus
(KN)
I 7,1 720
II 7,1 730
III 7,1 720
IV 7,1 690
V 7,5 700
VI 7,5 740
VII 7,1 670
VIII 7 700
IX 7 370
X 6,9 390
Perhitungan kuat tekan beton
1. Luas permukaan tekan (F)
F = p x l
= 150 x 150
= 22500 mm2
2. Kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus :
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
35
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
σ’b =
dimana : σ’b = kuat tekan beton (MPa)
P = daya tahan kubus (N)
F = luas permukaan tekan (mm2)
Perhitungan Berat Jenis Beton
1. Volume kubus beton
V = 150 x 150 x 150
= 3375000 mm3
= 0.003375 m3
2. Berat jenis kubus beton dihitung dengan cara :
Bj =
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
36
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Tabel Hasil Perhitungan Kuat Tekan dan Berat Volume Beton.
Kubus
Kuat Tekan
Beton
(MPa)
Berat Volume
Beton
( )
( σ'bi – σ’bn)2
Campuran
I
I 32 2103,70 27,81
II 32,4 2103,70 53,57
III 32 2103,70 27,81
IV 31,6 2103,70 2,37
V 31 2222,22 -35,19
VI 32,8 2222,22 79,65
VII 29,7 2103,70 -114,10
VIII 31 2074,07 -35,19
Campuran
II
(Tidak
digunakan)
IX 16,4 2074,07 0
X 17,3 2044,44 0
Jumlah 252,50 17037,01 6,72
Rata-rata 31,56 2129,63 0,84
Uraian
Berat Volume Rata-rata adalah 2129,13 Kg/m3
Kuat tekan rata-rata adalah 27,49 MPa
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
37
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Campuran yang digunakan dalam perhitungan adalah campuran beton 1
(kubus No.1 – No 8). Sedangkan untuk campuran beton II (kubus No.9 & No.10)
tidak digunakan dalam perhitungan karena kuat tekan benda uji rendah yang
disebabkan oleh kondisi benda uji yang jenuh air.
Uraian :
Kuat tekan kubus rata-rata adalah :
Perhitungan nilai standar deviasi (Sd) dihitung dengan rumus :
Sd =
Sd =
dimana : σ’bi = kuat tekan masing-masing kubus
σ’bm = kuat tekan rata-rata kubus
n = 8
jumlah benda uji 8 = 1,37
Sehingga nilai Sd didapat : 1,01 MPa
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
38
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Perhitungan kuat tekan karekteristik :
dimana : = kuat tekan karakteristik
= kuat tekan rata-rata kubus
k = 1,92 ( karena benda uji 8 buah)
Sd = Standar deviasi
Didapat kuat tekan kubus rata-rata adalah 29,62 MPa.
6.2 Pengujian Kuat Lentur Beton
Tanggal : 19 Mei 2008
Alat dan bahan
1. Benda uji berupa balok dengan ukuran 15 x 15 x 60 cm
2. Mesin tekan ELE
3. Timbangan
Cara kerja
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Balok diletakkan memanjang diantara dua perletakan dengan diberi
tekanan ditengah-tengah bentang.
3. Catat tekanan yang diterima balok pada saat patah.
Hasil percobaan :
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
39
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Beban yang diberikan = 19,5 KN (beton patah)
Volume balok (V) = 15 x 15 x 60 = 13500 cm³
Berat balok = 29,5 kg = 29500 gr
Berat volume = 0,0218 gr/cm³
Luas penampang (A) = 0,15 x 0,15 = 0,0225 m²
Reaksi Perletakan
P1 P2
C A D E B F
7.5 15 15 15 7,5
60 cm
∑ MB = 0
AV.0,45 – P1.0,3 – P2. 0,15 = 0
` AV.0,45 – 9,75.0,3 – 9,75. 0,15 = 0
AV = 9,75 KN
BV = 9,75 KN
Perhitungan bidang Momen :
► Tinjau kiri :
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
40
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
1. Batang CA (0 ~ 0,075)
Mx = 0
2. Batang AD (0,075 ~ 0,225)
Mx = Av (x – 0,075)
= 9,75 (x – 0,075)
x = 0,075 Mx = 0
x = 0,225 Mx = 1,4625 KN m
3. Batang DE (0,225 ~ 0,375)
Mx = 9,75 (x – 0,075) – 9,75 (x – 0,225)
x = 0,225 Mx = 1,4625 KN m
x = 0,30 Mx = 1,4625 KN m
x = 0,375 Mx = 1,4625 KN m
►Tinjau kanan :
4. Batang FB (0 ~ 0,075)
Mx = 0
5. Batang BE (0,075 ~ 0,225)
Mx = 9,75 (x – 0,075)
x = 0,075 Mx = 0
x = 0,225 Mx = 1,4625 KN m
Inersia penampang :
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
41
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Penampang berbentuk segi empat : b = 0,15 m
h = 0,15 m
I = 1/12 b. h³
= 1/12 0,15. (0,15)³
= 4,21875 x 10-5 m4
Y = 0,075 m
Tegangan / kuat lentur balok :
σ lt =
= 2666,667 KN/m² = 2,7 MPa.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
42
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Dari perhitungan didapatkan kadar air yang terkandung dalam pasir = 7,49
% dan dalam kerikil = 0,94 %.
2. Kadar lumpur yang didapat dari perhitungan adalah untuk pasir = 3,37 %
dan kerikil = 1,797%
3. Berat jenis SSD agregat halus (pasir) = 2,479 gr/cm³ dengan penyerapan
sebesar 2,25 %. Berat jenis agregat kasar (kerikil) = 2,170 gr/cm³ dengan
penyerapan sebesar 4,03 %.
4. Dengan cara Sovling didapat berat isi semen = 1,308gr/cm3, pasir = 1,230
gr/cm3, kerikil= 1,207 gr/cm3.
Dengan cara Rodding didapat berat isi semen = 1,410 gr/cm3, pasir = 1,455
gr/cm3, kerikil = 1,334 gr/cm3.
Jadi berat isi rata-rata sample adalah : semen = 1,359 gr/cm3, pasir = 1,342
gr/cm3, kerikil = 1,271 gr/cm3.
5. Dari grafik dapat disimpulkan bahwa pasir mendekati dalam grading zone 3.
Sedangkan kerikil yang digunakan tidak termasuk dalam grafik standar.
6. Perbandingan campuran beton adalah :
Semen : Pasir : Kerikil : Air
1 2,164 3,3,25 0,6
Total kebutuhan bahan untuk 10 kubus dan 1 balok adalah :
Air : 10,2924 L
Semen : 17,3712Kg
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
43
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
Kerikil : 58,489 Kg
Pasir : 37,58 Kg
7. Dari hasil percobaan sesuai dengan kebutuhan bahan didapat nilai Slumpnya
adalah yang pertama 4 cm dan yang kedua 16 cm.
8. Kuat tekan rata-rata kubus beton yang didapat adalah 29,62 MPa, pada umur
28 hari.
9. Dari pengujian didapat berat volume kubus beton rata-rata adalah
.
10. Dari hasil perhitungan besarnya kuat lentur balok adalah 2,7 MPa
7.2 Saran
1. Penggunaan air dibuat sedemikian rupa, agar faktor air semen (fas) yang
direncanakan / ditentukan tidak dilampaui. Karena jika digunakan air yang
berlebihan maka dapat mengurangi kuat tekan beton.
2. Terhadap pelaksanaan pengecoran beton di lapangan agar diperhatikan
pemadatan / pengerojokan beton secara baik dan sempurna.
3. Dalam perencanaan campuran beton hendaknya dilakukan seteliti mungkin
sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang direncanakan.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
44
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
LAMPIRAN
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
45
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
I VI
II` VII
III VIII
IV IX
V X
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
46
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Udayana
DAFTAR PUSTAKA
1. Ir. Tri Mulyono, MT, 2004, Teknologi Beton, Yogyakarta, ANDI Yogyakarta;
2004.
2. I. B. Rai Widiarsa, ST, MASc, 2001, Pengantar Praktikum Ilmu Teknologi
Bahan, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana.
3. Kelompok 3, 2007, Laporan Teknologi Bahan, Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
4. Kelompok 6, 2002, Laporan Teknologi Bahan, Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Tugas Pratikum Teknologi BahanKlp I, 2008
47