laporan besar irigasi dan drainase

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Setiap makhluk hidup selalu membutuhkan air dengan sekala yang berbeda-beda untuk proses metabolisme. Di alam ini ketersediaan air pada tiap daerah dan waktu selalu berbeda, kadang melimpah atau kadang pula kekurangan. Oleh karena itu perlu diadakan suatu upaya agar ketersediaan air bisa stabil dan bisa mencukupi kebutuhan maklhuk disetiap saat. Air merupakan reagen yang penting dalam proses- proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuhtumbuhan,melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan . Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati. 1

Upload: fahmiganteng

Post on 12-Jun-2015

5.685 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan besar irigasi dan drainase

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup.

Setiap makhluk hidup selalu membutuhkan air dengan sekala yang berbeda-beda

untuk proses metabolisme. Di alam ini ketersediaan air pada tiap daerah dan waktu

selalu berbeda, kadang melimpah atau kadang pula kekurangan. Oleh karena itu perlu

diadakan suatu upaya agar ketersediaan air bisa stabil dan bisa mencukupi kebutuhan

maklhuk disetiap saat.

Air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan

dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-

garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam

tumbuhtumbuhan,melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya

turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk dan menutupnya

stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan . Kekurangan air akan

mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan

terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerus akan menyebabkan

perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang

pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi

pompa dan irigasi rawa. Pembangunan saluran irigrasi sebagai penunjang penyediaan

bahan pangan nasional tentu sangat diperlukan, sehingga ketersediaan lahan akan

terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air permukaan. Dalam

pertanian bahwa irigasi dan drainase merupakan suatu sub system pertanian yang

sangat penting. Jika salah satunya tidak terpenuhi maka pertanian tidak akan berjalan.

Irigasi merupakan proses pemberian air sedangkan drainase adalah proses

pembuangan air. Laporan ini akan membahas tentang irigrasi pada tanaman jagung.

1

Page 2: Laporan besar irigasi dan drainase

Peranan irigasi dalam meningkatkan dan menstabilkan produksi pertanian tidak

hanya bersandar pada produktivitas saja tetapi juga pada kemampuannya untuk

meningkatkan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang berhubungan dengan input

produksi. Irigasi mengurangi resiko kegagalan panen karena ketidakpastian hujan

dan kekeringan, membuat unsur hara yang tersedia menjadi lebih efektif,

menciptakan kondisi kelembaban tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman, serta

hasil dan kualitas tanaman yang lebih baik.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah:

Agar dapat mengetahui kebutuhan air pada tanaman jagung

Agar dapat mengetahui kebutuhan irigasi pada tanaman jagung

Agar dapat mengtahui jadwal irigasi yang tepat

Agar dapat mengetahui metode irigrasi yang tepat

2

Page 3: Laporan besar irigasi dan drainase

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) ialah salah satu tanaman pangan dunia yang penting, selain

gandum dan padi. Penduduk beberapa daerah di Indoensia seperti di Madura dan Nusa

Tenggara juga menggunakan jagung sebagai tanaman pokok. Selain sebagai sumber

karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya),

diambil minyaknya (dari biji), dibuat dari tepung (dari biji), dan bahan baku industri.

Tongkol jagung mengandung banyak pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku

pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika saat ini juga ditanam sebagai

bahan penghasil farmasi. Jagung merupakan tanaman semusim yang mempunyai siklus

hidup 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase

pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal

musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman

yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak

optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah

khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH

tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %.

Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan

teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-

600 m dpl. Tanaman jagung membutuhkan tanah yang bertekstur lempung, lempung

berdebu, atau lempung berpasir dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainase baik,

serta endap air. Keadaan tanah ini dapat memacu pertumbuhan dan produksi jagung bila

tanahnya subur, gembur dan kaya bahan organik.

3

Page 4: Laporan besar irigasi dan drainase

Tanah yang kekurangan air dapat menimbulkan penurunan produksi jagung

hingga15%. Tanaman jagung tahan terhadap pH tanah 5,5 sedangkan pH tanah yang

paling baik adalah 6,8. Dari hasil penelitian bahwa reaksi tanah pH 6,8 dapat

menimbulkan hasil yang tinggi. Pada tanah dengan pH 7,5 dan pH tanah di bawah 5,7

pada jagung cendrung menurun. Jenis tanah di Indonesia dengan jenis tanah podsolik

merah kuning (PMK) yang mempunyai pH tanah rata-rata rendah (masam) untuk

penanaman.

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri

denganlingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan

yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah

yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa

persyaratan.

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerahdaerah

beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat

tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Pada

lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal

sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji

tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim

hujan, dan menjelang musim kemarau. Pertumbuhan tanaman jagung sangat

membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan

terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat

membentuk buah. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34O C, akan tetapi

bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27O C. Pada

proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30O C. Saat

panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan,

karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh

optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami

4

Page 5: Laporan besar irigasi dan drainase

jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah

berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung

dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah

dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk

pertumbuhannya. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur

hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH

antara 5,6 - 7,5. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air

dalam kondisi baik. d) Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung,

karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah

dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras

dahulu.

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah

pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan

ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi

pertumbuhan tanaman jagung.

2.2 Fungsi Air Dalam Pertumbuhan Tanaman

Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat

hidup. Begitu juga tanaman,salah satu unsur terbesar tanaman adalah air yaitu

berkisar anatara 90% untuk tanaman muda, sampai kurang dari 10% untuk padi-

padian yang menua sedangkan tanaman yang mengandung minyak , kandungan

airnya sangat sedikit. penyiraman harus dilakukan teratur agar tidak kekurangan. Jika

tidak disiram, tanaman akan mati kekeringan. Air merupakan bahan untuk

fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari total air yang digunakan untuk fotosintesis. Air

yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan yang digunakan untuk

hidrasi 1 %, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan pertumbuhan yang lebih

baik. Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan sejumlah air yang tepat.

5

Page 6: Laporan besar irigasi dan drainase

Air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan

dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-

garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh-

tumbuhan,melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya

turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk dan menutupnya

stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan. Kekurangan air akan

mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan

terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerus akan menyebabkan

perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.

Air adalah pelarut terbaik bagi 3 kelompok bahan biologis yang sangat

penting bagi tanaman: 1). Bahan organik, melalui ikatan hidrogen dengan asam

amino (protein), karbohidrat dll, khususnya molekul yang mengandung ikatan

hidroksil, amine, maupun gugus fungsional karboksilat, 2). Ion-ion, unsur hara yang

mampu diserap tanaman sebagian besar berupa ion yang terlarut dalam air, 3). Gas di

atmosfer yang BM-nya kecil seperti O2 dan N2.

Air sangat penting bagi kehidupan tanaman, peranannya: Merupakan 90 –

95% penyusun tubuh tanaman, Aktivator enzim, Pereaksi dalam reaksi hidrolisis,

Sumber H dalam fotosintesis, Penghasil O2 dalam fotosintesis, Pelarut dan pembawa

berbagai senyawa, Menjaga Ψp sel yang penting untuk pembelahan, pembesaran,

pemanjangan sel, mengatur bukaan stomata, gerakan daun dan bunga (misal epinasti),

Pemacu respirasi, Mengatur keluar masuknya zat terlarut ke dan dari sel, Mendukung

tegaknya tanaman, terutama pada tanaman herbaceus, Agensia penyebaran benih

tanaman, Mempertahankan suhu tanaman tetap konstan pada saat cahaya penuh.

(Anonymous , 2012)

2.3 Software Cropwat 8

CROPWAT 8,0 adalah program komputer untuk perhitungan kebutuhan air

tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan data tanah, iklim dan tanaman. Selain itu,

program ini memungkinkan pengembangan jadual irigasi untuk kondisi manajemen

yang berbeda dan perhitungan pasokan skema air untuk berbagai pola tanaman.

6

Page 7: Laporan besar irigasi dan drainase

CROPWAT 8,0 juga dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek-praktek irigasi

petani dan untuk menilai kinerja tanaman yang berhubungan dengan kebutuhan air.

Prosedur perhitungan yang digunakan dalam semua CROPWAT 8,0 didasarkan pada

dua publikasi dari FAO Irigasi dan Drainase Series, yaitu, No 56 "Evapotranspirasi

Tanaman - Pedoman untuk kebutuhan air tanaman komputasi" dan

Nomor 33 berjudul "Tanggapan Hasil untuk air". Sebagai titik awal, dan hanya untuk

digunakan saat data lokal tidak tersedia, CROPWAT 8,0 termasuk tanaman standar

dan data tanah. Ketika data lokal yang tersedia, file-file data dapat dengan mudah

diubah atau yang baru dapat diciptakan. Demikian juga, jika data iklim lokal tidak

tersedia, ini dapat diperoleh untuk lebih dari 5.000 stasiun di seluruh dunia dari

CLIMWAT, database iklim terkait. Perkembangan jadwal irigasi di CROPWAT 8,0

didasarkan pada keseimbangan tanah-air setiap hari menggunakan pilihan yang

ditetapkan pengguna berbagai untuk suplai air dan kondisi pengelolaan irigasi. Skema

pasokan air dihitung sesuai dengan pola tanam yang ditentukan oleh pengguna, yang 

dapat berisi hingga 20 tanaman. 

Langkah langkah dalam pengoprasian software CropWat sebagai berikut :

1. Ini merupakan tampilan awal dari software CropWat.

2. Klik menu Climate/ETo pada samping kiri layar.

7

Page 8: Laporan besar irigasi dan drainase

3. Selanjutnya akan muncul

4. Kemuadian mengisi data pada table yang dengan data yang kita punya. Dan

hasilnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

8

Page 9: Laporan besar irigasi dan drainase

5. Lalu klik menu Rain, dan mengisi data hujan yang kita miliki.

6. Selanjutnya Klik menu Crop, akan muncul gambar seperti ini

7. Lalu klik menu soil dibawah menu crop. Lalu mengisi jenis tanah

9

Page 10: Laporan besar irigasi dan drainase

8. Lalu klik menu Schedule dan muncul menu seperti gambar

9. Muncul menu dan klik menu chart untuk mendapatkan diagram hasil dari

pengisian data data diatas.

10

Page 11: Laporan besar irigasi dan drainase

10. Pada setiap garis yang menurun berarti pada saat itu tanaman memerlukan irigasi.

Jadi waktu itulah tanaman budidaya disiram. Pada tanda di atas, umur tanaman 58

hst memerlukan 78 mL air untuk irigasi. Sumbu X atau sumbu yang mendatar

adalah hari penanaman tanaman. Dan sumbu Y atau garis vertical adalah

kebutuhan air bagi tanah.

(FAO, 2012)

2.4 Macam Metode Irigrasi

Menurut Sudjarwadi (1990), macam-macam metode irigasi adalah sebagai berikut:

Irigasi Tetes

Prinsip dari irigasi tetes adalah pemberian air pada tanaman yang

dilakukan dengan menggunakan jaringan pipa bertekanan rendah, yang dipasangi

dengan penetes (emitter), dan ditempatkan sepanjang baris-baris tanaman.Dasar

operasi sistem irigasi tetes adalah memberikan air ke tanaman dengan

menggunakan jaringan pipa yang ekstensif pada tekanan rendah (1 – 2 atm) yang

diletakan di dekat tanaman yang akan diairi. Air keluar dari jaringan pipa melalui

lubang-lubang penetes dalam bentuk tetesan (trickle), karena adanya perbedaan

tinggi tekan antara sumber air dan penetes. Salah satu ciri khas irigasi tetes adalah

bahwa air dialirkan dari sumbernya ke tanaman yang akan diairi melalui jaringan

11

Page 12: Laporan besar irigasi dan drainase

pipa yang ektensif. Komponen-komponen yang digunakan dalam sistem ini

meliputi pengendali tinggi tekan, jaringan pipa dan unit penetes.

Sistem irigasi ini menggunakan air sedikit sekali yang langsung

mengalirkan air ke tanaman-tanaman secara terus menerus sesuai kebutuhan.

Irigasi jenis ini terbukti berhasil menyuburkan tanaman di daerah pertanian Israel

yang kering.

Prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa air dan mengalirkannya ke

tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan tiap 15 cm (tergantung

jarak antartanaman). Penyiraman dengan sistem ini biasanya dilakukan dua kali

sehari pagi dan petang selama 10 menit. Sistem tekanan air rendah ini

menyampaikan air secara lambat dan akurat pada akar-akar tanaman, tetes demi

tetes.

Keuntungannya dengan sistem ini sedikit menggunakan air, air tidak

terbuang percuma, dan penguapan pun bisa diminimalisir.

Irigasi tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah

kekeringan atau sedikitnya persediaan air di lahan-lahan kering.

Irigasi tetes pertamakali digunakan di kawasan gurun dimana air sangat langka

dan berharga. Pada pertanian skala besar, irigasi tetes cocok untuk sistem

pertanian berjajar, untuk buah-buahan, juga sistem irigasi di dalam greenhouse.

Irigasi tetes juga menjadi sarana penting di negara-negara maju di seluruh dunia

dalam mensiasati pasokan air yang terbatas.

Drip irrigation dirancang khusus untuk pertanian bunga-bungaan,

sayuran, tanaman keras, greenhouse, bedengan, patio dan tumbuhan di dak.

Selain oleh petani tradisional, sistem mikro irigasi ini cocok untuk kebun

perkotaan, sekolah, rumahan, operator greenhouse. Pada dasarnya siapapun yang

bercocok tanam yang butuh pengairan yang tepat dan efisien, bisa menggunakan

sistem ini.

12

Page 13: Laporan besar irigasi dan drainase

Sistem irigasi tetes cepat dan mudah dirakit. Komponennya utama adalah

pipa paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Yang berdiameter lebih besar

digunakan sebagai pipa utama, sementara yang lebih kecil digunakan sebagai pipa

tetes. Pipa utama berfungsi sebagai pembagi air ke setiap pipa tetes. Pipa tetes

diberi lubang-lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman dengan jarak sesuai

jarak antar tanaman. Untuk mengalirkan air dari sumbernya diperlukan pompa air,

juga dilengkapi kran dan saringan air ke pipa utama, tidak lupa pipa konektor

untuk sambungan.

Untuk instalasi sistem perpipaan memang membutuhkan biaya. Tapi

banyak alternatif yang layak dicoba selain menggunakan pipa-pipa dan pompa.

Contoh irigasi tetes yang paling sederhana adalah dengan menggunakan bambu

yang dilubangi antar ruasnya atau memanfaatkan botol plastik bekas kemasan air

mineral yang diletakkan terbalik.

Dibandingkan dengan sprinkler atau penyiram taman sistem semprot

perlu jumlah air yang banyak. Diperlukan sebanyak 400 galon air per jam,

sementara tanah tidak diberi waktu untuk menyerap air. Hasilnya air lolos di

permukaan mengakibatkan erosi. Sementara dengan irigasi tetes air bisa dihemat

hingga 50%. Drip irrigation tidak membuang-buang air, tidak menyebabkan erosi

dan sedikit air yang menguap. Air memiliki waktu untuk menyerap ke dalam dan

secara kapiler ke seluruh area perakaran. Hasilnya irigasi tetes memiliki efisiensi

hingga 95% dibanding sistem sprinkler yang hanya 50% - 65%.Dengan

penambahan pengatur waktu (timer) yang diprogram, sistem irigasi mikro ini

secara otomatis akan menyiram tanaman dengan jumlah air yang tepat setiap hari

sementara anda bisa berleha-leha di rumah atau bisa tenang bepergian.

Sasaran utama dari perancangan dan pengelolaan sistem irigasi yang baik

adalah memperoleh kapasitas sistem yang bisa mencukupi kebutuhan air seluruh

tanaman. Hubungan antara debit penetes minimum dan rata-rata merupakan

13

Page 14: Laporan besar irigasi dan drainase

faktor terpenting dalam pemakaian sistem irigasi ini. Tingkat keseragaman sistem

irigasi tetes dinyatakan sebagai keseragaman tetesan (Emission Uniformity, EU).

Metode Irigasi Sprinkle (Metode Siraman)

Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk

membentuk tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian.

Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula

digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan

pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan

pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang masing-

masing mempunyai beberapa mata pencurah (sprinkler) (Prastowo, 1995). Sistem

irigasi curah dibagi menjadi dua yaitu set system (alat pencurah memiliki posisi

yang tepat),serta continius system (alat pencurah dapat dipindah-pindahkan).

Pada set system termasuk ; hand move, wheel line lateral, perforated pipe,

sprinkle untuk tanaman buah-buahan dan gun sprinkle.  Sprinkle jenis ini ada

yang dipindahkan secara periodic dan ada yang disebut fixed system atau tetap

(main line lateral dan nozel tetap tidak dipindah-pindahkan). Yang termasuk

continius move system adalah center pivot, linear moving lateral dan traveling

sprinkle (Keller dan Bliesner, 1990).

Berdasarkan penyusunan alat penyemprot, irigasi curah dapat dibedakan ;

(1) system berputar (rotaring hed system) terdiri dari satu atau dua buah nozzle

miring yang berputar dengan sumbu vertical akibat adanya gerakan memukul dari

alat pemukul (hammer blade). Sprinkle ini umumnya disambung dengan suatu

14

Page 15: Laporan besar irigasi dan drainase

pipa peninggi (riser) berdiameter 25 mm yang disambungkan dengan pipa lateral,

(2) system pipa berlubang (perforated pipe system), terdiri dari pipa berlubang-

lubang, biasa dirancang untuk tekanan rendah antara 0,5-2,5 kg/cm2 , hingga

sumber tekanan cukup diperoleh dari tangkai air yang ditempatkan pada

ketinggian tertentu (Prastowo dan Liyantono, 2002.

Umumnya komponen irigasi curah terdiri dari (a) pompa dengan tenaga

penggerak sebagai sumber tekanan, (b) pipa utama, (c) pipa lateral, (d) pipa

peninggi (riser) dan (e) kepala sprinkle (head sprinkle). Sumber tenaga penggerak

pompa dapat berupa motor listrik atau motor bakar. Pipa utama adalah pipa yang

mengalirkan air ke pipa lateral. Pipa lateral adalah pipa yang mengalirkan air dari

pipa utama ke sprinkle. Kepala sprinkle adalah alat/bagian sprinkle yang

menyemprotkan air ke tanah (Melvyn, 1983).

Metode Surface (Permukaan)

Irigasi permukaan didefinisikan sebagai sekelompok teknik aplikasi

dimana air diterapkan dan didistribusikan ke permukaan tanah oleh gravitasi Ini

adalah jauh bentuk paling umum dari irigasi di seluruh dunia dan telah

dipraktekkan di banyak daerah hampir tidak berubah selama ribuan tahun.

Permukaan sering disebut sebagai irigasi banjir, menyiratkan bahwa distribusi air

tidak terkendali dan karena itu, secara inheren tidak efisien Pada kenyataannya,

beberapa praktek irigasi dikelompokkan dalam nama ini melibatkan tingkat

signifikan manajemen (untuk irigasi lonjakan misalnya Irigasi permukaan datang

dalam tiga jenis utama; cekungan tingkat, alur dan perbatasan strip.

15

Page 16: Laporan besar irigasi dan drainase

Irigasi permukaan merupakan metode pemberian air yang paling awal

dikembangkan. Irigasi permukaan merupakan irigasi yang terluas cakupannya di

seluruh dunia terutama di Asia. Sistem irigasi permukaan terjadi dengan

menyebarkan air ke permukaan tanah dan membiarkan air meresap (infiltrasi) ke

dalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan melalui saluran terbuka baik

dengan atau lining maupun melalui pipa dengan head rendah. Investasi yang

diperlukan untuk mengembangkan irigasi permukan relatif lebih kecil daripada

irigasi curah maupun tetes kecuali bila diperlukan pembentukan lahan, seperti

untuk membuat teras.

Sistem irigasi permukaan (Surface irrigation), khususnya irigasi alur (Furrow

irrigation) banyak dipakai untuk tanaman palawija, karena penggunaan air oleh

tanaman lebih efektif. Sistem irigasi alur adalah pemberian air di atas lahan

melalui alur, alur kecil atau melalui selang atau pipa kecil dan megalirkannya

sepanjang alur daalam lahan.

Untuk menyusun suatu rancangan irigasi harus diadakan terlkebih dahulu

survei mengenai kondisi daerah yang bersangkutanserta penjelasannya,

penyelidikan jenis-jenis tanah pertanian, bagi bagian-bagian yang akan diirigasi

dan lain-lain untuk menentukan cara irigasi dan kebutuhan air tanamannya.

Irigasi Alur (Furrow Irrigation)

Salah satu jenis dari sistem irigasi permukaan adalah irigasi alur yang 

dilakukan dengan mengalirkan air melalui alur-alur atau saluran kecil yang dibuat

searah atau memotong slope. Air masuk ke dalam permukaan tanah dari dasar

alur dan dinding alur. Teknik ini cocok untuk tanah berderet dengan tekstur

medium sampai halus untuk mengalirkan air vertikal dan horisontal. Desain

irigasi alur meliputi panjang alur, jarak antar alur, dan kedalaman alur. Panjang

alur berkisar 100-200 m dengan memperhatikan perkolasi dan erosi. Jarak antar

alur 1-2 m tergantung jenis tanaman dan sifat tanah. Kedalaman alur 20-30 cm

untuk memudahkan pengendalian dan penetrasi air. Kelebihan dari irigasi alur ini

16

Page 17: Laporan besar irigasi dan drainase

adalah mengurangi kehilangan akibat evaporasi, mengurangi pelumpuran tanah

berat, dan mempercepat pengolahan tanah setelah pemberian air. Irigasi alur

cocok untuk memberikan air pada tanaman yang mudah rusak bila bagian

tanamannya terkena air.

Beberapa keuntungan dan kerugian menggunakan sistem irigasi alur,

keuntungannnya adalah sesuai untuk semua kondisi lahan, besarnya air yang

mengalir ke dalam lahan akan meresap ke dalam tanah dan membasahai daerah

perakaran untuk dipergunakan oleh tanah secara efektif, efisiensi pemakaian air

lebih besar dibanding dengan irigasi genangan (basin) dan irigasi galengan

(border). Sedangkan kekurangannya, adanya akumulasi garam disepanjang alur,

waktu untuk membuat alur lebih lama, erosi tanah di sepanjang alur cukup tinggi,

serta sulit dikontrol secara otomatis terutama pemberian air yang seragam

sepanjang alur.

(Sudjarwadi 1990),

17

Page 18: Laporan besar irigasi dan drainase

BAB III

METODE ANALISIS

3.1 Analisis Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk

proses pertumbuhannya sehingga diperoleh produksi yang baik. Kebutuhan air

tanaman ditentukan oleh evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses

menguapnya air dari permukaan tanah atau air, sedangkan transpirasi adalah proses

menguapnya air dari bagian tubuh tanaman. Evaporasi yang mungkin terjadi pada

kondisi air yang tersedia berlebihan disebut evaporasi potensial. Evaporasi yang

sesungguhnya terjadi dalam kondisi air tidak berlebihan yang sering terjadi di

lapangan disebut evaporasi actual (Susi Susilawati. 2002).

Evapotranspirasi potensial dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

Penman-Monteith yang lebih dikenal sebagai metode “one-step”. Pendekatan ini

memerlukan data-data dari koefisien tanaman yang tidak selalu tersedia. Metode

“twostep” lebih dikenal. Evapotranspirasi potensial dari tanaman dihitung dari

persamaan:

ETpot = kc . ETref

Dimana kc adalah koefisien tanaman dan ETref adalah evapotranspirasi referensi.

Evapotranspirasi referensi didefinisikan sebagai laju evapotranspirasi dari

rumput hijau setinggi 8 – 15 cm yang menutupi permukaan tanah dan dalam kondisi

tidak kekurangan air. Doorenbos dan Pruitt dalam Makalah FAO – ID No. 24 (1977)

menjelaskan prosedur dari metode Penman Modifikasi yang banyak dipakai dan

khususnya dipakai dalam perhitungan evapotranspirasi dari komputer model

“Cropwat versi 5.5”. Persamaan dari metode Penman Modifikasi adalah sebagai

berikut :

ETref = c.{ W . Rn + ( 1-W ) f ( u ) ( ea – ed )}

18

Page 19: Laporan besar irigasi dan drainase

Dimana :

ETref = evapotranspirasi referensi

W = suatu faktor, tergantung dari temperatur

Rn = radiasi netto dalam evapotranspirasi ekivalen (mm/hari)

f(u) = faktor yang tergantung dari kecepatan angin

(ea – ed) = perbedaan tekanan uap jenuh rata-rata dengan tekanan uap

rata-rata yang sesungguhnya (mbar)

c = faktor penyesuaian yang tergantung dari kondisi cuaca siang

dan malam.

Secara praktis kebutuhan air untuk tanaman seringkali ditaksirkan dari suatu

evapotranspirasi referensi ETref dan koefisien tanaman kc dengan mengikuti

persamaan dari ETpot = kc . ETref.

Koefisien tanaman dapat dibedakan dalam 4 tingkatan:

1. Tingkatan awal (initial stage) dari tanggal tanam sampai permukaan tanah

ditutupi tanaman (Sc) sekitar 10 %

2. Tingkatan pertumbuhan tanaman (crop development stage) yaitu dari Sc = 10

% sampai Sc = 70 – 80 %

3. Tingkatan pertengahan (mid-season stage) yaitu dari Sc = 70 – 80 % sampai

tanaman dewasa

4. Tingkatan akhir (late season stage) yaitu dari tanaman dewasa sampai berbuah

atau panen.

Sedangkan pada laporan ini untuk menentukan kebutuhan air tanaman maka

analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan software cropwat 8.0. Pertama

yaitu dengan memasukkan data meteorologi di stasiun klimatologi selorejo.

Kemudian memasukkan data rata-rata hujan, data tanah, dan data tanaman. Dengan

memasukkan semua data tersebut maka jumlah kebutuhan air tanaman akan muncul.

19

Page 20: Laporan besar irigasi dan drainase

Pada hasil data Cropwat dihasilkan kebutuhan air tanaman sesuai yang ditunjukkan oleh

table:

3.2 Analisis Kebutuhan Air Irigasi

Air irigasi merupakan air yang diambil dari suatu sungai atau waduk melalui

saluran-saluran irigasi yang disalurkan ke lahan pertanian guna menjaga

keseimbangan air dan kepentingan pertanian. Air sangat dibutuhkan untuk produksi

pangan, seandainya pasokan air tidak berjalan baik maka hasil pertanian pun akan

terpengaruh (Sutawan, 2001). Air irigasi dapat berasal dari air hujan maupun air

permukaan atau sungai. Pemanfaatan air irigasi tidak hanya untuk pertanian saja

melainkan dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang lain seperti

perikanan atau peternakan. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu kebutuhan untuk penyiapan lahan (IR), kebutuhan air konsumtif untuk tanaman

(Etc), perkolasi (P), kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (RW), curah hujan

20

Page 21: Laporan besar irigasi dan drainase

efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE), dan luas lahan irigasi (A). Untuk menghitung

kebutuhannya dapat menggunakan persamaan berikut :

Dimana :

IG       = kebutuhan air irigasi (m3),

Etc     = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),

IR       = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari),

RW     = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari),

P          = perkolasi (mm/hari),

ER      = hujan efektif (mm/hari),

EI        = efisiensi irigasi (-),

A         = luas areal irigasi (m2).

Namun persamaan diatas sapat disederhanakan dengan asumsi bahwa Pemberian

Air Irigasi adalah kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah.

Persaannya adalah sebagai berikut :

PAI = KAI - HE – KAT

Dimana :

PAI = Pemberian air irigasi

KAI = Kebutuhan air

HE = Hujan efektif

KAT = Kontribusi air tanah

Sebagai contoh misalnya kebutuhan air pada suatu periode telah dihitung

sebesar 10 mm per hari, sumbangan hujan efektif pada periode tersebut juga telah

dihitung sebesar 3 mm per hari dan kontribusi air tanah adalah 1 mm per han, maka

air yang perlu diberikan adalah :

PAI = 10 – 3 -1

PAI = 6 mm per hari

21

Page 22: Laporan besar irigasi dan drainase

Pada laporan ini seperti analisis kebutuhan air irigasi sama seperti analisis

kebutuhan air tanaman yaitu dengan menggunakan sofware cropwat 8.0 dengan

memasukkan data meteorogi, data tanah, dan data tanaman maka hasilnya akan

keluar.

(Suroso, 2008)

Pada hasil data Cropwat dihasilkan kebutuhan air tanaman sesuai yang ditunjukkan oleh

table:

3.3 Analisis Pemilihan Metode Irigrasi

Dalam memberikan air pada areal lahan ada beberapa macam cara tergantung

dari jenis tanaman yang akan dialiri. Macam-macam metode irigasi adalah sprinkler,

permukaan, dan tetes. Dari hasil analisis kebutuhan air tanaman dan kebutuhan

irigasi diatas untuk tanaman jagung hanya bisa menggunakan irigasi permukaan atau

sureface. Ini karena sifat dari tanaman jagung sendiri hanya membutuhkan sedikit air

dalam proses pertumbuhannya. Namun jika apabila kekurangan air dalam proses

pertumbuhannya maka hasil dari produksi tanaman jagung tersebut tidak akan

maksimal.lebih-lebih pada proses perkembangan bunga sampai penyerbukan.

22

Page 23: Laporan besar irigasi dan drainase

3.4 Perancangan Design Irigasi di Lapangan

Setelah menganalisis dan menentukan metode irigasi yang tepat untuk tanaman

jagung, selanjutnya adalah merencanakan gambaran desain atau gambaran dari

model irigasi yang akan diterapkan pada lahan pertanaman yakni metode irigasi

Surface (permukaan). Gambaran modelnya adalah sebagai berikut :

Aplikasi pada lahan pertanaman

Irigasi surface cakupannya cukup luas dan cepat, luas cakupan lahan irigasi yang

di airi tergantung dari tingkat kelerengan . Namun untuk rencana desain irigasi harus

juga memperhatikan sumber air yang tersedia, biaya pengadaan alat, serta dapat

berkelanjutan yaitu dapat digunakan pada musim tanam selanjutnya meskipun bebeda

komoditas yang ditanam.

23

Page 24: Laporan besar irigasi dan drainase

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Study

Malang sebagai salah satu daerah tujuan menarik di Jawa Timur dan terletak 90 km

disebelah selatan kota Surabaya, merupakan salah satu tempat yang nyaman dan

mengesankan untuk dikunjungi. Secara geografis Malang terletak antara 112 17’ 10,90”

sampai dengan 112 57’ 00,00’’ Bujur Timur dan 07 44’ 55,11” sampai dengan 08 26’

35,34” Lintang Selatan. Lokasi study terletak di desa Najum kecamatan Sumber Pucung.

Sumberpucung adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur,

Indonesia. Saat ini Sumberpucung terus mengalami kemajuan, terutama di pusat

kecamatan. Banyak sekali pendatang dari daerah atau kecamatan lain yang mengadu

nasib mencari rezeki di Sumberpucung. Penghasilan utama masyarakatnya adalah dari

sektor pertanian dan sektor perdagangan.

Batas Kecamatan Sumberpucung Wetan berada di antara:

Selatan: Kalipare

Barat: Selorejo (Kabupaten Blitar)

Utara: Kromengan

Timur: Kepanjen

(Ahmad Muwassi, 2011)

24

Page 25: Laporan besar irigasi dan drainase

4.2 Kebutuhan Air Tanaman

4.2.1 Kondisi Meteorologi Lokasi Studi

Data Meteorologi

Stasiun pengamat : Karangkates

Altitude : 2857 m

Latitude : 8.090 L.S

Longitude : 112. 210 B.T

Tabel data iklim daerah Desa Najum Kec. Sumberpucung

Layaknya daerah lainnya dimalang desa memiliki kondisi iklim dengan suhu

berkisar 18.3 – 32.60 C (Sedang). Kelembaban udara rata-rata pertahun adalah

79% dan kecepatan angin mencapai 167 km/day. Lama penyinaran matahari

rata-rata tiap tahun 7.8 hours dengan radiasi rata-rata 20.6 MJ/m/day.

Sedangkan evaporasi rata-rata tiap tahun adalah 4.51mm/day.

25

Page 26: Laporan besar irigasi dan drainase

4.2.2 Kebutuhan Air Tanaman

Grafik Kebutuhan air (Etc) pada komoditas jagung kasus ini.

Kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh faktor – faktor evaporasi, transpirasi yang

kemudian dihitung sebagai evapotranspirasi, evapotranspirasi adalah suatu peristiwa

perubahan air menjadi uap dengan adanya energi panas matahari, laju evaporasi

dipengaruhi oleh faktor lamanya penyinaran matahari, angin, kelembaban udara, dll.

Transpirasi merupakan proses peristiwa uap air meninggalkan tubuh tanaman dan

26

Page 27: Laporan besar irigasi dan drainase

memasuki atmosfir. Fakta iklim yang mempengaruhi laju transpirasi adalah intensitas

penyinaran matahari, tekanan uap air di udara, suhu, kecepatan angin.

Evapotranspirasi sering disebut dengan kebutuhan konsumtif tanaman yang

merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan areal tanaman dengan air

untuk transpirasi dari tubuh tanaman. Pada kasus ini tanaman jagung memerlukan

jumlah air sebanyak 534.5mm/dec selama masa tanam. Pada awal masa tanam yaitu

pada bulan juni dekade 3 sampai bulan juli dekade 3 tanaman hanya memerlukan air

dibawah 40mm/dec. Kebutuhan air menjdi banyak terjadi antara bulan agustus

dekade 2 sampai bulan september dekade 3. Selanjutnya setelah memasuki fase

generatif kebutuhan air mulai menurun. Kebutuhan tertinggi yaitu 69.1mm/dec pada

bulan Agustus dekade 3.

(Anonymousc, 2011)

4.3. Kebutuhan Air Irigasi Sesuai Skenario

Dari data meteorologi di stasiun Karagkates diatas dapat dicari kebutuhan air irigrasi

dengan menggunakan software cropwat 8. Dengan membutuhkan data tambahan untuk

irigrasi terhadap tanaman jagung yakni kedalaman akar tanaman Jagung , fraksi air yang

tersedia, dll. Dengan data tersebut dapat dimasukkan ke dalam software cropwat

sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

Gambar 1. Data tanaman jagung

27

Page 28: Laporan besar irigasi dan drainase

Dari data diatas kita dapat mengetahui bahwa danaman jagung ditanam pada tanggal

23 juni dan akan di panen pada 25 oktoer. Jadi tanaman jagung mempunyai umur total

125 hari dengan rincian masa awal atau perkecambahan 20 hari, masa perkembangan 35

hari, massa pertengahan (akir pertumbuhan vegetatif dan awal pertumbuhan generatif) 40

hari, dan 30 hari pada masa akhir pertumbuhan.. Sedangkan kedalaman akar tanaman

jagung adalah 1 m.

Gambar 5. Merupakan data tanah

Dalam hal ini tanah yang digunakan adalah medium yang sudah tersedia didalam

cropwat 8 dengan penciri diatas. Total ketersediaan air tanah adalah 290 mm/meter

dengan rata-rata infiltrasi air hujan masimum sebesar 40 mm/day. Bisa dianalisa bahwa

laju infiltrasi ini cukup tinggi sehingga air akan cepat masuk kedalam tanah bagian

dalam. Sedangkan kedalaman maksimal perakaran tanaman jagung adalah 900cm.

28

Page 29: Laporan besar irigasi dan drainase

Gambar 6. Kebutuhan irigrasi

Berdasarkan data diatas irigasi baru perlu dilaksanakan pada bulan juli dekade

pertama dengan jumlah irigasi sebesar 1.8 mm/dec. Pada bulan Juni dekade ke-3 belum

perlu diadakan irigasi karena kebutuhan tanaman akan air masih sangat rendah dan bisa

terpenuhi dari air hujan. Sejak bulan Juli dekade pertama kebutuhan irigasi terus

meningkat sampai mencapai klimaks pada bulan agustus dekade ketiga yaitu sebesar 66.3

mm/dec. Pada bulan Agustus dekade dua sampai september dekade kedua irigasi yang

diperlukan sangat tinggi karena pada masa itu tanaman memasuki fase akhir vegetatif

dan mulai masuk ke fase generatif sehingga kebutuhan airnya sangat tinggi , disisi lain

curah hujan saat itu sangat rendah karena dekade tersebut tergolong bulan kering. Pada

bulan September dekade ke-2 curah hujan mulai meningkat sehingga keperluan irigasi

mulai menurun yaitu 45.4 mm/dec. Sampai pada bulan oktober dekade ke-2 sudah tidak

diperlukan lagi irigasi karena tanaman memasuki fase pematangan sehingga kebutuhan

tanaman akan sangat rendah yaitu 19.0 pada bulan Oktober dekade ke-3. Secara

keseluruhan tanaman jagung mulai dari awal tanam sampai masa panen memerlukan

534.5 mm/dec sedangkan air yang tersedia dari curah hanya sebesar 157.3mm/dec

sehingga diperlukan irigasi sebanyak 395.8 mm/dec.

29

Page 30: Laporan besar irigasi dan drainase

4.4. Metode Irigasi yang Dipilih

Dalam memberikan air pada areal lahan ada beberapa macam cara tergantung

dari jenis tanaman yang akan dialiri. Macam-macam metode irigasi adalah sprinkler,

permukaan, dan tetes. Dari hasil analisis kebutuhan air tanaman dan kebutuhan

irigasi diatas untuk tanaman jagung sangat cocok untuk menggunakan metode

irigasi permukaan atau sureface. Sistem irigasi permukaan (Surface irrigation),

khususnya irigasi alur (Furrow irrigation) banyak dipakai untuk tanaman palawija,

karena penggunaan air oleh tanaman lebih efektif. Sistem irigasi alur adalah

pemberian air di atas lahan melalui alur, alur kecil atau melalui selang atau pipa kecil

dan megalirkannya sepanjang alur daalam lahan. Ini karena sifat dari tanaman

jagung sendiri hanya membutuhkan sedikit air dalam proses pertumbuhannya.

Namun jika apabila kekurangan air dalam proses pertumbuhannya maka hasil dari

produksi tanaman jagung tersebut tidak akan maksimal. lebih-lebih pada proses

perkembangan bunga sampai penyerbukan. Selain itu pemilihan metode irigasi

permukaan karena pada daerah tersebut pertanian dilakukan tiap kepala keluarga

dalam sekala kecil jadi sehingga pengaturan irigasi dipilih yang palng sederhana dan

ekonomis sehingga pengeluaran biaya produksi bisa diteka semaksimalkan untuk

mendapat keuntungan yang besar.

4.4.1. Rancangan Design Irigasi di Lapangan

30

Page 31: Laporan besar irigasi dan drainase

Untuk menyusun suatu rancangan irigasi harus diadakan terlebih dahulu survei

mengenai kondisi daerah yang bersangkutanserta penjelasannya, penyelidikan jenis-

jenis tanah pertanian, bagi bagian-bagian yang akan diirigasi dan lain-lain untuk

menentukan cara irigasi dan kebutuhan air tanamannya. Berdasarkan jenis komoditas

tanaman termasuk tanaman yang tidak banyak memerlukan air sehingga mampu

hidup pada bulan kering. Kondisi tanah pada daerah desa Najum Kec. Karangploso

adalah tergolong medium yaitu tersusun dari fraksi debu dominan dan lempung dan

struktur tanah gumpal membulat dengan konsistensi agak gembur. Total

ketersediaan air tanah adalah 290 mm/meter dengan rata-rata infiltrasi air hujan

masimum sebesar 40 mm/day. Pada kasus ini dilakukan irigasi dengan metode

permukaan dengan tekhnik Farrow agar aliran/pergerakan air bisa mencapai tepat

sasaran ketanaman sehingga efisiensi irigasi meningkat. Efisiensi metode irigasi

surface ini sebesar 70%. Irigasi baru dilakukan apabila air telah mencapai batas

kritis kapasitas lapang, sehingga dibutuhkan dua kali irigasi. Irigasi pertama kali

dilakukan pada hari ke-60 setelah tanam, dan irigasi kedua dilakukan pada hari ke-87

31

Page 32: Laporan besar irigasi dan drainase

setelah tanam. Total ketersediaan air dari curah hujan adalah 157.3 mm/dec

sedangkan yang diperlukan tanaman adalah 532.6 mm/dec sehingga dibutuhkan

irigasi sebesar 359.2 mm/dec.

4.4.2. Evaluasi Design

Hasil dari pernetuan schedule irigasi diatas mendapatkan beberapa hasil

grafik jadwal pengairan pada komoditi jagung berdasarka masing-masing perlakuan

yang berbeda. Perlakuan-perlakuan tersebut adalah Irrigation of critical depletion

(Refill soil to 100% field capacity), Irrigation below or above critical depletion

(Refill soil to 50% field capacity), Irrigation of critical depletion (Fixed Aplication

depth (100 mm). Irrigated at given ET crop repduction percentage, Rainfed No

irrigation. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa kelima metode tersebut masing

masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Diantara kelima grafik diantaranya ada

beberapa grafik yang hasilnya sangat cocok untuk sistem irigasi komoditi jagung

karena memiliki alur grafik yang tidak sampai menyentuh garis batas kapasitas

lapang, ini disebabkan karena perlakuan dari sistem irigasinya pas dan cocok dengan

tanah dan juga memiliki nilai Yield Reduction yang rendah yaitu 0,0% ketiga grafik

itu adalah Grafik (Irrigation of critical depletion (Refill soil to 100% field capacity),

Irrigation below or above critical depletion (Refill soil to 50% field capacity),

Irrigation of critical depletion (Fixed Aplication depth (100 mm).

32

Page 33: Laporan besar irigasi dan drainase

4.4.3. Rencana Desain Irigasi Di lapang

Setelah menganalisis dan menentukan metode irigasi yang tepat untuk tanaman

jagung, selanjutnya adalah merencanakan gambaran desain atau gambaran dari

model irigasi yang akan diterapkan pada lahan pertanaman yakni metode irigasi

Surface (permukaan). Gambaran modelnya adalah sebagai berikut :

Aplikasi pada lahan pertanaman

Irigasi surface cakupannya cukup luas dan cepat, luas cakupan lahan irigasi yang

di airi tergantung dari tingkat kelerengan . Namun untuk rencana desain irigasi harus

juga memperhatikan sumber air yang tersedia, biaya pengadaan alat, serta dapat

berkelanjutan yaitu dapat digunakan pada musim tanam selanjutnya meskipun bebeda

komoditas yang ditanam.

33

Page 34: Laporan besar irigasi dan drainase

BAB V

KESIMPULAN DAN RENCANA LANJUTAN

5.1 Kesimpulan

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang

jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi

rawa. Pembangunan saluran irigrasi sebagai penunjang penyediaan bahan pangan

nasional tentu sangat diperlukan, sehingga ketersediaan lahan akan terpenuhi walaupun

lahan tersebut berada jauh dari sumber air permukaan.

metode irigasi ada 3 macam:

- Metode irigasi tetes (Drip)

- Metode irigasi curah (Sprinkel)

- Metode irigasi permukaan (Surface)

Dari hasil analisis kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi diatas untuk

tanaman jagung sangat cocok untuk menggunakan metode irigasi permukaan atau

sureface. Sistem irigasi permukaan (Surface irrigation), khususnya irigasi alur

(Furrow irrigation) banyak dipakai untuk tanaman palawija, karena penggunaan air

oleh tanaman lebih efektif. Pemilihan metode irigasi yang akan digunakan adalah

irigasi dengan metode surface (Permukaan) dengan efisiensi 70% dengan 5 model

perlakuan. Perlakuan tersebut diantaranya:

- Irrigation of critical depletion (Refill soil to 100% field capacity)

- Irrigation below or above critical depletion (Refill soil to 50% field capacity)

- Irrigated at given ET crop repduction percentage

- Irrigation of critical depletion (Fixed Aplication depth (100 mm)

- Rainfed No irrigation

Berikut keuntungan dan kelemahan irigasi surface:

Keuntungan :

- Menggunakan gravitasi

- Murah dalam penggunaannya

34

Page 35: Laporan besar irigasi dan drainase

- Bisa di atur tingkat salinitasnya

- Tidak menggunakan energi

Kelemahan

- Efisiensinya rendah 65-70%

- Membutuhkan banyak air

- Desainnya kurang bagus

- Sulit memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan

Dan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut Hasil dari pernetuan schedule

irigasi diatas mendapatkan beberapa hasil yaitu irigasi baru dilakukan apabila air

telah mencapai batas kritis kapasitas lapang, sehingga dibutuhkan dua kali irigasi.

Irigasi pertama kali dilakukan pada hari ke-60 setelah tanam, dan irigasi kedua

dilakukan pada hari ke-87 setelah tanam. Total ketersediaan air dari curah hujan

adalah 157.3 mm/dec sedangkan yang diperlukan tanaman adalah 532.6 mm/dec

sehingga dibutuhkan irigasi sebesar 359.2 mm/dec.

5.2 Rencana Lanjutan

Rencana lanjutan dalam metode ini adalah mngevaluasi hasil setelah di tunggu

sampai masa panen. Dan melakukan evaluasi disisi mana yang kurang optimal penerapan

irigasinya. Serta merancang sistem irigasi yang lain supaya suatu saat nanti bisa

diterapkan seperti metode sprinkel (Curah) atau irigasi drip (Tetes).

35

Page 36: Laporan besar irigasi dan drainase

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous , 2012.http://www.perkebunanku.com/2011/02/peranan-air-bagi-tanaman.html

diakses tanggal 9 April 2012

Anonymous,2012.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47515/F11yrw_

BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=6 .diakses tanggal 9 April 2012

Anonymous,2012.http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/jagung.diakses

tanggal 9 April 2012

Anonymous,2012. http://surososipil.files.wordpress.com/2008/10/irigasi1-bab-4-

kebutuhan-irigasi.pdf diakses tanggal 9 April 2012

FAO, 2012. http://www.fao.org/nr/water/infores_databases_cropwat.html

diakses tanggal 9 April 2012

Hansen, CV.C.O.W, Israel Son G.B. Stingherm., 2002. Dasar – Dasar dan Praktek

Irigasi. Erlangga; Jakarta.

Melvyn, 1983., Sprinkler Irigation; Equitment and educational, London UK.

Partowijoto, A. 2003. Peningkatan Produksi Sebagai Salah Satu Faktor Ketahanan

Pangan. Majalah Dunia Insinyur. Jakarta.

Prastawo, 1995., Kriteria Pembangunan Irigasi Sprinkler dan Drip. Fateta, IPB. Bogor.

Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi. PAU Ilmu Teknik UGM. Yogyakarta.

Tim Dosen Budidaya Pertanaian. 2011. Modul Praktikum TPT. Fakultas

Pertanian.Universitas Brawijaya MAlang

36