laporan (batik jawa barat).docx

26
BAGIAN I Sejarah Batik di Indonesia Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur. Ragam Batik Ada beberapa pandangan yang mengelompokkan batik menjadi dua kelompok seni batik, yakni batik keraton (Surakarta dan Yogyakarta) dan seni batik pesisir. Motif seni batik keraton banyak yang mempunyai arti filosofi, sarat dengan makna kehidupan. Gambarnya rumit/halus dan paling banyak mempunyai beberapa warna biru, kuning muda atau putih. Motif kuno keraton seperti pola panji (abad ke- 14), gringsing (abad 14), kawung yang diciptakan Sultan Agung (1613-1645), dan parang, serta motif anyaman seperti tirta teja. Kemudian motif batik pesisir memperlihatkan gambaran yang lain dengan batik keraton. Batik pesisir lebih bebas

Upload: johnny-pranata

Post on 25-Oct-2015

212 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Cuplikan mengenai batik-batik yang ada di Jawa

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

BAGIAN I

Sejarah Batik di Indonesia

      Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.

Ragam Batik

      Ada beberapa pandangan yang mengelompokkan batik menjadi dua kelompok seni batik, yakni batik keraton (Surakarta dan Yogyakarta) dan seni batik pesisir.

 Motif seni batik keraton banyak yang mempunyai arti filosofi, sarat dengan makna kehidupan. Gambarnya rumit/halus dan paling banyak mempunyai beberapa warna biru, kuning muda atau putih. Motif kuno keraton seperti pola panji (abad ke-14), gringsing (abad 14), kawung yang diciptakan Sultan Agung (1613-1645), dan parang, serta motif anyaman seperti tirta teja.

 Kemudian motif batik pesisir memperlihatkan gambaran yang lain dengan batik keraton. Batik pesisir lebih bebas serta kaya motif dan warna. Mereka lebih bebas dan tidak terikat dengan aturan keraton dan sedikit sekali yang memiliki arti filosofi. Motif batik pesisir banyak yang berupa tanaman, binatang, dan ciri khas lingkungannya. Warnanya semarak agar lebih menarik konsumen.

Page 2: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

BAGIAN II

Sejarah Batik di Jawa Barat

Berkembangnya Batik Jawa Barat mendapat pengaruh yang kuat dari penduduk yang datang dari Jawa Tengah. Ketika terjadi perang Diponegoro melawan Belanda, terjadilah pengungsian para penduduk ke wilayah barat sekitar tahun 1825. Sebagian pengungsi tersebut adalah para pembatik Banyumas yang kemudian memberi pengaruh pada batik Tasikmalaya, Indramayu dan Ciamis.

Tasikmalaya, Indramayu, Ciamis, Garut dan Cirebon bisa dibilang sebagai daerah pembatikan yang lama. Di Indramayu, misalnya, batik diperkirakan mulai tumbuh pada kisaran tahun 1527-1650 saat kerajaaan Islam Demak berkuasa dan banyak para perajin batik Lasem yang hijrah ke Indramayu. Sementara di Cirebon, batik sudah lama berkembang di wilayah Keraton. Daerah-daerah ini sampai saat ini masih konsisten menghasilkan batik, dan mungkin merupakan daerah yang lebih di kenal masyarakat dibanding daerah-daerah lain.

Sementara itu terdapat pula daerah-daerah yang tergolong baru dalam pengembangan batik. Berapa daerah tersebut menginisiasi motif-motif baru yang berasal dari ciri khas daerah masing-masing. Subang, Cimahi, Cianjur, Sukabumi, Bogor, Bekasi, dan Banjar adalah beberapa daerah yang dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan eksistensinya dalam pengembangan batik daerah.

Page 3: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

BAGIAN III

Perkembangan Seni Batik di Jawa Barat

Seni batik di daerah pembatikan Jawa Barat mulanya hanya dikenal di beberapa

daerah seperti Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Cirebon, dan Indramayu. Seni batik di

Tasikmalaya diduga dikenal sejak zaman kerajaan “Tarumanegara”. Desa peninggalan yang

sekarang masih ada pembatikan ialah Wurug/Urug. Daerah yang dikenal dengan kerajinan

batiknya, yaitu Kabupaten Tasikmalaya Sukapura dan Tasikmalaya Kota. Pembatikan dikenal

di Ciamis sekitar abad ke-19. Batik Ciamis saat ini telah kembali dikembangkan dengan

pendampingan dari Yayasan Batik Jawa Barat, setelah mengalami masa sulit akibat krisis

ekonomi beberapa tahun silam.

Selain Indramayu, Cirebon, Tasikmalaya, Garut, dan Ciamis, di wilayah Jawa Barat lainnya telah muncul beragam batik dari berbagai daerah yang sebelumnya tidak memiliki latar belakang budaya batik. Majalengka, Sumedang, Cianjur, Kuningan, Bekasi, Bogor, Sukabumi, Subang, Cimahi adalah beberapa daerah baru yang mengusung batik sebagai salah satu produknya. Dalam proses perencanaan untuk memunculkan kegiatan kerajinan yang berlatar kriya tekstil sangat penting dilakukan upaya riset dari berbagai latar belakang budaya dan kehidupan yang menjadi kekayaan wilayah setempat. Batik-batik dari daerah tersebut pada umumnya muncul atas bantuan Dekranasda kabupaten/kota dan promosinya diintegrasikan dalam promosi wisata daerah.

Bukan sesuatu hal yang mudah untuk menentukan dan membuat keputusan yang tepat

terhadap sebuah peristiwa penting dalam lingkup kemasyarakatan pada wilayah atau daerah

tertentu, mengingat beberapa daerah kabupaten di Jawa Barat tidak memiliki latar belakang

budaya kesenian kriya batik, sementara daerah penghasil batik yang terlebih dulu ada telah

dan harus teruji eksistensinya dalam kurun waktu yang begitu lama.

Page 4: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

BAGIAN IV

Motif Batik Jawa Barat

Batik-batik di Jawa Barat sangat beragam motifnya. Ada batik yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Cina, Arab, Islam dan Hindu. Ada batik yang motifnya terpengruh dari batik Solo dan Yogya seperti ragam motif kawung, rereng (lereng), dan sidomukti. Adapula batik yang menandakan flora, fauna, kesenian tradisional dari daerah masing-masing. Penamaan motif-motif batik Jawa Barat pada umumnya erat dengan penggunaan bahasa Sunda, misalnya motif “papatong pucuk teh”, “Kumeli“, “Hayam Pelung”, dan lainnya.

Dalam kitab Sanghyang Siksakandang Karesian (tahun 1440 Saka atau 1518 Masehi) yang merupakan naskah didaktik, juga telah disebutkan adanya beberapa motif batik yang digunakan pada masa lalu. Motif batik yang disebutkan dalam naskah tersebut antara lain: Kembang Muncang, Gagang Senggang, Sameleg, Seumat Sahuruan, Poleng Rengganis, Jayanti, Mangin Haris, Kampuh Jayanti, Ragen Panganten dan beberapa nama lainnya. Namun nama-nama motif tersebut tidak dijelaskan dengan gambar. Kini beberapa daerah menterjemahkan nama-nama tersebut dalam bentuk gambar untuk motif batik.

Ragam motif batik Jawa Barat umumnya diilhami dari keindahan dan kekayaan alam

yang subur di tatar Priangan dan digambarkan secara naturalistik. Cirebon dan Indramayu

yang memiliki sejarah panjang tentang batik saling mengisi dan memberi pengaruh. Pengaruh

lokal dan berbagai pengaruh dari budaya asing, Cina, Hindu, dan Islam, tampak pada batik

dengan motif Angkin (corak anyaman), Banji, Kawung, dan lar. Namun banyak pula jenis-

jenis flora yang ada di daerah Sunda/Priangan umumnya dijadikan inspirasi oleh para

seniman dan perajin dalam menciptakan karyanya.

Cirebon dan Indramayu termasuk kelompok Batik Pesisiran, pantai utara Jawa.

Karakter batik Pesisiran dipengaruhi oleh sifat masyarakat pesisiran yang memiliki jiwa

terbuka dan mudah menerima pengaruh budaya luar. Budaya Cina, Timur Tengah atau Arab,

Hindu Jawa, Eropa terutama Belanda.

Sebagian motif Batik Cirebon dipengaruhi oleh batik Kraton Kanoman, Kasepuhan

dan Keprabonan. Konon berdasarkan sejarah dari keraton muncul beberapa desain batik

Cirebon Klasik seperti Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Singa Payung, Singa

Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, dan lain-lain. Saat ini Batik Cirebon cenderung

mengikuti selera konsumen dari berbagai daerah sehingga warna-warna batik Cirebonan lebih

aktraktif dan dinamis. Sentra Batik Cirebon terdapat di daerah Trusmi sehingga terkenal

dengan sebutan Batik Trusmi. Namun daerah pembatikan di Ciwaringin Cirebon juga telah

mulai menjadi tujuan belanja selain Trusmi.

Page 5: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

Indramayu atau disebut juga dengan Dermayu pada mulanya merupakan wilayah

Kerajaan Galuh. Ketika Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung meluaskan

pengaruhnya ke Jawa Barat, banyak petani yang memiliki ketrampilan membatik hijrah ke

Dermayu, sehingga pengaruh Kerajaan Mataram mewarnai penampilan batik Indramayu

seperti pada pola sawat, lunglungan, dan ceplokIndramayu yang dihubungkan dengan alam

kehidupan nelayan. Indramayu sering juga disebut Dermayon yang dikategorikan sebagai

daerah pesisir. Daerah Paoman menjadi salah satu tempat atau sentra batik Indramayu. Selain

dipengaruhi budaya lintas etnis, motif batik Dermayon menggambarkan keadaan pada masa

batik tersebut dibuat, seperti motif burung-burung pantai, tanaman pantai, karang laut, hasil

laut, ikan, udang, cumi serta kapal atau perahu nelayan, dan lain-lain. Dengan warna natural

yang menggambarkan laut dan alam sekitarnya yang terlihat masih sederhana dan tradisional.

Cirebon, Indramayu, Garut, Tasikmalaya, Ciamis merupakan daerah pembatikan lama yang mampu bertahan hingga saat ini. Di wilayah lain Jawa Barat terdapat pula perkembangan daerah baru pembatikan. Batik Kuningan, Majalengka, Sumedang, Cimahi, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Subang, merupakan beberapa daerah yang memiliki batik. Keberadaan dan perkembangan wilayah baru pembatikan telah menjadi bukti bahwa batik telah berkembang di berbagai wilayah Jawa Barat khususnya karena adanya kesempatan, penghargaan dan kebanggaan pada kekuatan budaya lokal yang menjadi warisan tak benda yang sangat berharga.

Page 6: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

BAGIAN V

Jenis Batik

Batik Tulis

      Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain. Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan). Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya. Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000,- hingga Rp. 20.000,-/pcs. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik.

Batik CapDikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang

dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu. Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis. Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain. Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu. Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap. Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari canting. Untuk harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 350.000,- hingga Rp. 700.000,-/motif. Sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif lebih mahal. Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5 tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas. Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.

Page 7: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

BAGIAN VI

Cara Kerja dalam Membatik

Inti dari cara membatik adalah ‘cara penutupan‘,yaitu menutupi bagian kain atau bahan dasar yang tidak hendak diberi warna dengan bahan penutup,dalam hal ini berupa lilin.Pada awalnya penggunaan lilin dengan cara diteteskan pada kain,oleh karena itu ada paham yang mengembalikan arti kata batik pada suku kata ‘tik‘yang berarti titik atau tetes.

Bahan utama dari teknik membatik adalah berupa kain putih,baik yang halus maupun yang kasar,lilin sebagai bahan penutup dan zat warna.Kualitas kain putih sangat mempengaruhi hasil seni batik.Jadi makin halus kain putih yang dipakai makin bagus hasil pembatikannya,yaitu makin jelas pola dan perbedaan warnanya. Dahulu di kota Juwana, daerah utara Jawa Tengah pernah dipakai bahan sutera shantung murni yang menghasilkan selendang dan sarung batik sutera yang sangat terkenal akan kehalusannya.

Dahulu lilin lebah dipakai sebagai satu-satunya bahan penutup, namun dengan perkembangan industri dan pengolahan minyak tanah dewasa ini dipakailah lilin buatan pabrik berupa paraffine, microwax, dan lain-lain, baik yang murni atau campuran dengan bahan lilin alam. Lilin merupakan bahan penutup yang sangat tepat,karena mudah dituliskan pada kain,tetap melekat sewaktu dicelupkan dalam cairan pewarna,dan mudah dihilangkan di saat tidak digunakan lagi.Di Banten,ada yang memakai bahan penutupnya berupa bubur beras ketan yaitu pada kain Simbut.

Foto Lilin penutup atau malam di atas AngloLilin penutup hanya bisa dipakai atau dituliskan dalam keadaan cair,untuk itu pembatik harus memanaskan lilinnya dalam sebuah wajan kecil yang ditaruh di atas api dalam suatu anglo. Suhu lilin haruslah tepat,tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin. Kalau terlalu panas, lilin akan jauh meresap ke dalam kain sehingga akan sukar untuk dihilangkan, sedangkan kalau suhunya tidak cukup panas akan terlalu mengental sehingga akan sukar keluar dari alat penulis atau canting. Jika dirasakan suhunya terlalu panas, maka pembatik akan mengangkat wajannya dari api anglo.

Page 8: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

.

Foto Beberapa jenis CantingAlat penulis yang khas yang dinamakan canting ini terbuat dari bambu dan tembaga. Gagang atau tempat pemegang ini terbuat dari bambu, sedangkan kepalanya yang dipakai untuk menyendok dan mencucurkan lilin terbuat dari tembaga. Mulut canting berupa pembuluh bengkok yang besarnya berbeda-beda,dan dari mulutnya ini melelehkan cairan lilin,yang mirip dengan pulpen.

Kain putih yang dilampirkan pada sebuah rak kayu atau gawangan dipegang dengan tangan kiri sebagai tatakan, sedangkan tangan kanan memegang canting.Berikut ini akan diuraikan tahap-tahap di dalam proses pembuatan batik tulis. Istilah-istilah yang diuraikan nantinya memakai istilah yang lazim dipakai dalam dunia batik Jawa.

Page 10: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

Panci dan kompor kecil untuk memanaskan

Larutan pewarna

Cara Kerja :

1.) Pengolahan persiapan kain putih

Tujuannya adalah supaya lilin mudah melekat dan tidak mudah rusak sewaktu dilakukan pencelupan. Disamping juga supaya zat-zat warna itu mudah meresap. Dahulu dipakai zat warna dari tumbuh-tumbuhan, namun karena prosesnya yang memakan waktu lama, maka sekarang dipakai zat pewarna pabrik. Pengolahan ini terdiri atas mencuci kain putih yang telah dipotong-potong dengan air bersih agar hilang kanji perekatnya kemudian diremas serta direndam dalam minyak jarak(Ricinus Communis L) atau kacang(Arachis hypogala). Kemudian untuk menghilangkan kelebihan minyak, maka kain direndam dalam air saringan abu merang. Menurut cara modern merang ini diganti dengan larutan soda, yang dapat mempercepat waktu dan lebih mudah dipakai. Ini disebut ngetel atau ngloyor. Untuk kain mori yang kualitas tertinggi seperti primisima tidak perlu dikanji lebih dahulu, karena ketebalan kanjinya telah memenuhi syarat. Pada mulanya diselang-

seling dengan penjemuran di panas sinar matahari, sehingga memakan waktu berhari-hari. Kain putih yang telah mendapat pengolahan ini kemudian dilicinkan dengan menaruhnya di atas sebilah kayu dan dipukul-pukul dengan pemukul kayu juga, ini dinamakan dengan ngemplong.

Page 11: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

2.) NgrengrengGambaran pertama dengan lilin cair di atas kain inilah disebut dengan ngrengrengada yang menyebut juga dengan nglowong.Pada tahap ini si pembatik duduk di atas bangku kecil atau bersila di muka gawangannya,menyendok lilin cair dari wajannya dengan canting lalu memulai membuat garis-garis atau titik-titik sesuai dengan pola-pola yang dikehendakinya.Suhu lilin cair harus dipertahankan tidak terlalu panas agar tidak terlalu meresap sehingga sukar untuk dihilangkan atau mudah remuk,sedangkan lilin yang kurang panas akan lekas kental sehingga sukar keluar dari

mulut canting.Demikian juga dengan posisi canting harus tepat,tidak boleh terlalu miring atau terlalu tegak.Canting akan mengikuti pola-pola yang sudah digambar lebih dahulu dengan arang atau potlot oleh seorang tukang pola,atau bisa juga dibuat langsung oleh si pembatik yang telah mumpuni/mahir di luar kepala.Gambaran lilin ini kemudian diteruskan di belahan sebaliknya yang akan menjadi bagian dalam kain batik,pekerjaan ini dinamakan dengan nerusi.Itulah sebabnya bahan kain putih tidak boleh terlalu tebal,agar tidak menyulitkan pekerjaan meneruskan gambaran pertama itu.

3.) NembokPekerjaan boleh kena warna dasar ini disebut dengan nembok. Bagian kain yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam hal ini warna biru tua, ditutupi dengan lapisan lilin yang seolah-olah merupakan tembok penahan.Pekerjaan ini juga dilakukan di sebelah dalam kain.Penembokan adalah cara penting dalam pembuatan kain batik,karena apabila lapisan penemboknya kurang kuat/tebal maka zat pewarnanya dapat menembus bahkan mungkin bisa merusak seluruh kain. Menembok bisa juga dilakukan dengan cap.

4.) PencelupanPencelupan pertama untuk mendapatkan warna dasar biru ini disebut dengan medel. Dahulu pekerjaan ini dicelupkan di dalam cairan pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, yaitu dari indigo atau nila(Indigofera tinctoria L), dan memakan waktu berhari-hari diselingi dengan penjemuran di panas sinar matahari. Tukang celup atau perusahaan batik mempunyai ‘rahasia’ ramuan yang diwariskan turun temurun pada generasinya masing-masing. Berbagai macam bahan dimasukkan ke dalam jambangan celup, dari mulai gula kelapa, tape, pisang kluthuk, sampai potongan-potongan daging

ayam. Semuanya itu bertujuan untuk menambah bersinarnya atau gemilangnya warna biru nila atau indigo yang sampai sekarang belum terkalahkan indahnya. Namun sekarang dengan dipakainya pewarna kimia pabrik telah menghilangkan sifat misterius dan romantisnya pencelupan. Zat pewarna seperti naphtol atau indigosol yang umum dipakai hanya memakan beberapa menit untuk meresap. Walaupun demikian untuk dapat memperoleh warna yang baik dan indah masih tetap memerlukan ‘tangan dingin’ disamping pengetahuan akan campuran bahan kimia.

Page 12: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

5) Pembuangan LilinTahap pembuangan lilin ini disebut dengan ngesik atau nglorod.Tujuannya adalah menghilangkan lilin penutup dari bagian-bagian yang nantinya akan diberi warna sawo matang(soga).Caranya dengan memasukkan kain di dalam cairan mendidih sehingga lilin menjadi cair kembali atau dengan jalan mengerik dengan sebuah pisau pengerik atau cawuk.Cara dengan memasukkan ke dalam cairan yang mendidih itu lebih baik daripada dengan mengerik,sebab dengan pengerikan mungkin tidak terlalu bersih dan teliti sehingga akan mempengaruhi gambaran nantinya setelah disoga.

6.) MbironiBagian yang telah mendapat warna biru dan tidak boleh terkena warnasoga,kemudian ditutup lagi dengan lilin,pekerjaan ini dinamakan dengan mbironi,yang juga diteruskan pada bagian sebelah dalam kain.

7) Menyoga

Tahap selanjutnya adalah mencelupkan dalam zat warna coklat atau sawo matang. Soga(Peltophorumferrugineum Benth), yaitu salah satu kayu-kayuan yang dipakai untuk mendapatkan warna sawo matang. Untuk tiap daerah atau perusahaan batik memiliki resep yang berbeda-beda yang merupakan ‘rahasia’ untuk mendapatkan warna sawo matang ini.Dan juga disesuaikan dengan selera masing-masing daerah, ada yang menyukai warna soga keemasan ada yang lebih senang warna yang lebih tua kemerahan,dan lain-lain.Warna coklat dari bahan kimia tidak memerlukan waktu yang lama buat meresap hanya butuh waktu tidak sampai setengah jam saja.Setelahpenyogaan,kemudian dilakukan proses nglorod(pembuangan lilin) kembali.Kadang-kadang diperlukan satu tahap lagi yang disebut dengan saren,yang gunanya supaya warna coklat itu tetap awet dan bertambah indah.Saren ini memakai air aren yang dicampuri dengan air kapur dan tumbuh-tumbuhan lainnya.

Page 13: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

BAGIAN VII

Berbagai Jenis dan Motif Batik di Jawa Barat

1. . Batik CiamisMotif Batik Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan.

2. Batik CirebonDi Cirebon terdapat Batik Pesisiran, Batik Keratonan dan Batik Trusmi. Warna kain secara garis besar cerah dan ceria, merah, pink, biru langit, hijau pupus. Warna batik tradisional terpusat pada tiga warna yaitu krem, hitam, dan cokelat. Batik Keratonan biasanya berwarna coklat soga atau keemasan.Batik Pesisir dipengaruhi oleh budaya Cina. Motifnya lebih bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter. Motifnya banyak ditandai dengan gambar flora dan fauna seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan, daun daunan. Batik Pesisiran : Batik bethetan Kedung Wuni Pekalongan, Motif Sarung Cirebonan, Bethetan Demak. Batik keraton dipengaruhi oleh Hindu dan Islam.

Motifnya cenderung berupa batu-batuan (wadas), keret singa, barong, naga seba, taman arum dan anyam alas. Batik Keratonan: Motif Ganggang.

Dua motif Cirebon yang terkenal adalah Corak Singa Wadas dan Mega Mendung. Motif Singa Wadas adalah corak resmi kesultanan Cirebon (Kasepuhan) yang memperlihatkan bentuk Singa Barong dari keraton Kasepuhan. Motif ini kental dengan warna coklat, hitam krem.

Motif batik Megamendung merupakan karya seni batik yang identik dan bahkan menjadi ikon batik daerah Cirebon dan daerah Indonesia lainnya. Motif batik ini mempunyai kekhasan yang tidak ditemui di daerah penghasil batik lain. Bahkan karena hanya ada di Cirebon dan merupakan masterpiece, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI akan mendaftarkan motif megamendung ke UNESCO untuk mendapatkan pengakuan sebagai salah satu world heritage.'

Page 14: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

3. Batik Garut atau GarutanWarna cerah dan penuh pada sisi lainnya, menjadi ciri khas batik Garutan. Didominasi warna dasar krem atau gading (gadingan), biru, dan soga agak merah. Adanya warna ungu pada corak / desain batik garutan.Motif batik Garutan adalah Limar, Merak Ngibing yang menggambarkan sepasang burung merak sedang menari. Kemudian ada corak bulu ayam yang memperlihatkan ekor ayam yang panjang dan dilengkung setengah lingkaran. Selain itu, ada juga

lereng adumanis, lereng suuk, lereng calung, lereng daun, cupat manggu, bilik, sapu jagat, lereng peteuy dan lainnya. Motif-motif yang dihadirkan berbentuk geometrik sebagai ciri khas ragam hiasnya. Bentuk-bentuk lain dari motif batik Garut adalah flora dan fauna. Bentuk geometrik umumnya mengarah ke garis diagonal dan bentuk kawung atau belah ketupat.

Ciri-ciri tambahan yang sering kita jumpai:

Garutan yang khas dalam coraknya yang tegas serta wana kekuningannya yang khas, yaitu gumading.

Secara keseluruhan batik ini memiliki warna lebih ceria karena memasaukkan warna - warna seperti ungu, hijau, dan merah

Motif-motif batik Garut:

Buluh Ayam Sekar jagad Parang Cantel Peksi Cupat Mangu Semen Rama Primis Kencana Entog

Gambar batik Garut :

Motif Entog

Motif Primis Kencana

Page 15: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

4. Batik Indramayu : Batik Dermayon , Batik Paoman

Awalnya Batik Paoman hanya memiliki dua warna, yakni warna kain dan warna motif. Warna motif pun masih tradisional, seperti biru tua atau coklat tua. Kini warna-warna pada Batik Paoman lebih beragam.Ciri yang menonjol dari Batik Indramayu adalah ragam flora dan fauna diungkap secara datar, dengan banyak lengkung dan gari-garis yang meruncing (riritan), latar putih dan warna gelap dan banyak titik yang dibuat dengan teknik cocolan jarum, serta bentuk isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Motif wadasan, iwak ketong, parang rusak.  Motif-motif batik di Indramayu, banyak mendapat pengaruh besar dari gambar atau kaligrafi dari kawasan Arab, Cina atau daerah Jawa Tengah/Jawa Timur. Mayoritas motif batik yang digunakan pada Batik Indramayu menggambarkan kegiatan nelayan di tengah laut.  

5. Batik Sumedang atau Batik Kasumedangan

Dengan warna kain merah, motif batik Kasumedangan yaitu berpola ceplokan motif utama pada latar vertikal, horisontal atau polos, dan menemukan makna-makna simbolis dari motif tersebut.

6. Batik Tasikmalaya : Batik Tasikan, Batik Karajinan (Wurug), Batik Sukaraja/Sukapura (Batik tulis khas tasikmalaya)

Warna dasar kain merah, kuning, ungu, biru, hijau, orange dan soga.  Dan warnanya cerah namun tetap klasik dengan dominasi biru. Batik Sukapura : berciri khas warna merah, hitam, coklat.Motifnya kental dengan nuansa Parahyangan seperti bunga anggrek dan burung, selain itu ada juga motif Merak-ngibing, Cala-culu, Pisang-bali, Sapujagat, Awi Ngarambat.Batik Tasik memiliki kekhususan tersendiri yaitu bermotif alam, flora, dan fauna. Batik Tasik hampir

sama dengan Batik Garut hanya berbeda dari warna, Batik Tasik lebih terang warnanya.

7. Batik Khas Kuningan

Motif kuda “Si Windu” dan ikan dewa yang merupakan ikan khas Cigugur Kab.Kuningan.Batik Kuningan di kenal dengan nama batik Paseban

Page 16: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

Kuningan. Produksi batik ini berlokasi di daerah Cigugur. Motif-motif tersebut dibuat dan dirancang oleh Pangeran Djatikusumah. Pangeran Djatikusumah melakukan penelusuran batik Paseban yang dianggap punah melalui pendalaman seni yang ditemukan melalui ukir dan relief pada Gedung Paseban. Komposisi batik Paseban Kuningan memiliki keunikan pada motif yang besar tanpa isen-isen dengan warna gelap seperti hitam, biru tua dan merah hati. Beberapa motif diantaranya adalah motif sekar galuh, pwah aci, dan oyod mingmang.

Page 17: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

BAGIAN VIII

Dampak Globalisasi dan Modernisasi Terhadap Budaya Batik Indonesia

A. Dampak-dampak globalisasi terhadap batik Indonesia

I. Dampak positif :

1. Semakin dikenalnya suatu kebudayaan batik dari Indonesia ke seluruh pelosok dunia2. Meningkatkan kreativitas dalam berkarya3. Peningkatan dalam segi ekonomi bagi para pengrajin dan pedagang batik4. Semakin banyaknya peminat batik dari mancanegara

II. Dampak negative :

1. Westernisasi yang semakin marak, dimana budaya barat dianggap sebagai budaya yang lebih maju dan terus ditiru terutama oleh Negara yang sedang berkembang

2. Melunturnya jati diri bangsa karena anak muda berkiblat terhadap kebudayaan asing dan kurang menghargai kebudayaan sendiri, sehingga ada kecenderungan kebudayaan semakin lama semakin tergerus arus globalisasi.

B. Dampak-dampak modernisasi terhadap batik Indonesia

I. Dampak positif :

1. Pembuatan batik menjadi lebih cepat dan ekonomis2. Pemasaran batik yang lebih mudah3. Pengenalan mengenai batik lebih mudah disebarluaskan dan diakses

II. Dampak negatif :

1. Persaingan dalam pembuatan batik terlalu ramai karena mudahnya proses pembuatannya dan ekonomis

2. Menggusurkan minat anak bangsa pada produk negeri sendiri dan malah mendukung westernisasi ( pakaian casual )

3. Karena banyaknya pembuatan batik dengan bahan yang tergolong tidak bagus, sering adanya ketidakpuasan konsumen yang akhirnya ditodongkan pada kebudayaan batik itu sendiri.

Page 18: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

BAGIAN IX

Manfaat Batik Untuk Kelangsungan Budaya Indonesia

Sebagai salah satu kebudayaan Indonesia yang paling dikenal masyarakat dunia Tidak bisa terpisahkan dari kebudaan Indonesia lainnya misalkan seni musik daerah

ataupun seni teater daerah terutama di daerah pulau Jawa Sebagai identitas kebudayaan yang paling mencolok di Indonesia Sebagai salah satu budaya yang masih cukup efektif untuk menarik minat generasi

muda Indonesia untuk lebih mencintai kebudayaan Indonesia Pelengkap yang wajib dikenakan pada momen-momen tertentu

Page 19: Laporan (Batik Jawa Barat).docx

BAGIAN X

Cara Melestarikan Batik di Indonesia Terutama di Daerah Jawa Barat