laporan awal estimasi sumberdaya dan caddangan

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksplorasi merupakan kegiatan untuk mencari endapan bahan galian yang diindasikan pada suatu tempat. Eksplorasi mempunyai tahapan-tahapan agar kegiatan dalam pengerjaan eksplorasi ini berjalan sesuai dengan prosedur agar penggunaan biaya dan metode yang digunakan tepat guna, efektif dan efisien. Selain itu dalam kegiatan eksplorasi diperlukan kegiatan pemetaan dalam menentukan letak endapan bahan galian atau endapan bijih dengan metode tertentu dalam pengerjaannya. Untuk mencari letak bahan gaian tersebut dapat dilakuakn dengan pembuatan sumur uji dan parit uji dimana ini mmerupakan kegiatan metode eksplorasi langsung. Dalam metode ekplorasi langsug juga dilakukan kegiatan pemboran dimana ini untuk menentukan letak kedalam bahan galian yang jauh di dalam permukaan bumi. Selaim itu pembora eksplorasi ini akan dilakukan dengan cara bagaimana untuk mendapatkan hasil yang tepat guna dan memakan biaya seminimal mungkin. Setelah dilaksanakan segala kegiatan dari pengambilan pemerconto sampai dalam kegiatan pemboran maka dilakuka perhitungan atau estimasi sumber daya dan cadangan dimana

Upload: moh-rangga-eko-trisna

Post on 18-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

estimasi eksplorasi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eksplorasi merupakan kegiatan untuk mencari endapan bahan galian

yang diindasikan pada suatu tempat. Eksplorasi mempunyai tahapan-tahapan

agar kegiatan dalam pengerjaan eksplorasi ini berjalan sesuai dengan prosedur

agar penggunaan biaya dan metode yang digunakan tepat guna, efektif dan

efisien.

Selain itu dalam kegiatan eksplorasi diperlukan kegiatan pemetaan dalam

menentukan letak endapan bahan galian atau endapan bijih dengan metode

tertentu dalam pengerjaannya. Untuk mencari letak bahan gaian tersebut dapat

dilakuakn dengan pembuatan sumur uji dan parit uji dimana ini mmerupakan

kegiatan metode eksplorasi langsung.

Dalam metode ekplorasi langsug juga dilakukan kegiatan pemboran

dimana ini untuk menentukan letak kedalam bahan galian yang jauh di dalam

permukaan bumi. Selaim itu pembora eksplorasi ini akan dilakukan dengan cara

bagaimana untuk mendapatkan hasil yang tepat guna dan memakan biaya

seminimal mungkin.

Setelah dilaksanakan segala kegiatan dari pengambilan pemerconto

sampai dalam kegiatan pemboran maka dilakuka perhitungan atau estimasi

sumber daya dan cadangan dimana nantinya ini untuk mengetahui metode

penambangan apa yang akan dilakukan dalam mengeksploitasi sumber daya

tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Adapun maksud melaksanakan kegiatan praktikum ini adalah mengetahui

metode perhitungan sumber daya serta cadangan dimana nantinya ini bertujuan

untuk mendapatkan metode penambangan yang dilakukan.

Page 2: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

1.2.2 Tujuan

Tujuan pembahasan materi ini adalah agar praktikan

Mampu mengetahui beberapa metode perhitungan sumber daya dan

cadangan dengan metode isoline dan penampang

Membandingkan perhitungan estimasi sumber daya metode isoline dan

penampang

Page 3: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Endapan Bahan Galian

Bahan galian adalah hasil dari magma dimana magma adalah cairan

panas yang terdiri dari berbagai elemen volatileyang berada jauh didalam perut

bumi dan kemudian jatuh ke bumi melalui reaksi panas dari massa padatan dan

batuan. Sedangkan endapan bahan galian adalah bahan galian yang proses

terbentuknya karena terendapkan disuatu tenpat dengan berbagai proses

pegendapannya.

2.2 Macam-macam Proses Terbentuknya Endapan Bahan Galian

2.2.1 Magmatic Concentration

Terbentuknya bahan galian karena adanya diff dari magma. Magma

sebagai cairan panas dan pijar merupakan sumber dari jebakan bijih yang terjadi

dari bermacam-macam komponen, dimana dari masing-masing komponen

mempunyai daya larut yang berlainan. Pada waktu magma naik ke permukaan

bumi, maka temperature dan tekanannya akan turun. Akibatnya terjadi

kristalisasi, dimana komponen yang sukar larut akan mengkristal lebih dahulu

sebagai terbentuk endapan bijih.

2.2.2 Sublimasi

Proses ini termasuk suatu proses yang kurang begitu penting dalam

ganesa bahan galian. Dalam proses sublimasi terjadi penguapan yang langsung

dari bentuk badan kemudian diikuti ore deposit/pengendapan dari uap tersebut

pada temperatur atau tekanan yang lebih rendah. Proses ini berhubungan erat

dengan gejala vulkanis adalah endapan mineral yang terdapat disekitar gunung

api fumarol, dimana kebanyakan tidak cukup besar dikerjakan, yang penting

hanya beberapa endapan Sulphide, misalnya di Itali, Jepang, dan Indonesia.

Sedang beberapa endapan yang tidak ekonomis seperti endapan cloridha Fe,

Cu, Zn: Oksida Fe, Cu, boracic acis dan logam – logam alkali lainnya.

Page 4: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

2.2.3 Proses Hidrothermal

Dalam poses diff. Magma akan menghasilkan product akhir berupa

larutan magma dimana didalamnya dapat terkonsentrasi bermacam-macam

meta, disebut juga larutan hydrothermal. Larutan hydrothermal ini mengangkut

mineral-mineral yang terkumpul didalam intrusi membentuk cebakan mineral-

mineral yang ekonomis.

Sesuai dengan temperatur pembentukannya dan jarak terhadap intrusi

magma, menurut Lingren, proses hidrothermal dapat dibedakan atas tiga macam

yaitu :

proses pada temperatur tinggi --- ------ hypothermal.

proses pada temperatur intermedia ---- mesethermal

proses pada temperatur rendah --------- epithermal

Syarat – syarat utama untuk pembentukan hydrothermal deposite.

Adanya larutan mineralisasi yang meralut dan mengangkut unsur-

unsur mineral.

Adanya celah-celah dalam batuan tempat larutan mengalir ”E”

Adanya tempat pengendapan mineral yang terkandung larutan

Reaksi kimia yang ,emyebabkan pengendapan.

Cukupnya konsentrasi dari unsur-unsur minreal yang diendapkan

untuk membentuk cebakan yang ekonomis.

2.2.4 Sedimentasi

Endapan sediment adalah endapan yang terbentuk dari proses

pengendapan dari berbagai macam mineral yang telah mengalami pelapukan

dari batuan asalnya, yang kemudian terakumulasi dan tersedimentasikan pada

suatu tempat. Endapan sedimentasi dapat dibagi menjadi:

A. Proses pembentukan endapan residu

Pada prinsipnya pembentukan endapan residu akan terbentuk jika ada

sumber, dimana sumber batuan berasal dari batuan yang sifatnya pembawa

mineral / unsure seperti Ni, Fe, Cr, Ti, Pt, Co, C, Al ,Cs, unsur tanah jarang dan

yang lainya .Bisa juga terbentuk dari mineralisasi primer seperti endapan

magmatik awal atau endapan magmatik akhir (cromit, nikel, magnetit, titan dan

lainya). Sumber untuk pembentukan endapan residu umumnya berasal dari

batuan pembawa seperti granit, granodiorit batuan beku ultra basa serta

endapan mineralisasi.

Page 5: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

Perbedaan yang paling mendasar dari pembentukan endapan residu

dengan endapan magmatik awal, magmatik akhir dan hidrotermal adalah

tekanan dan temperatur pembentukan, dimana pembentukan endapan ini tidak

dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur yang berasal dari magma.

Pembentukan endapan residu dipengaruhi oleh gaya-gaya geologi yang

bersumber dari luar bumi (eksogen), khususnya pelapukan kimia dan fisika

pelapukan akan berlangsung pada seluruh batuan dan endapan mineralisasi

yang telah tersingkap dipermukaan bumi, dimana intensitas pelapukannya

sangat ditentukan oleh komposisi kimia dari endapan mineralisasi, serta iklim

yang yang berlangsung didaerah tersebut, khususnya curah hujan.

Selain iklim dan komposisi kimia batuan, yang berpengaruh terhadap

pelapukan kimia, factor lainnya adalah komposisi fisik batuan, struktur geologi,

porositas dan tektonik.

Hubungan iklim dengan komposisi kimia batuan, dimana untuk iklim tropis

dengan curah hujan tinggi, maka pelapukan kimia dan fisik akan maksimal. Pada

batuan atau mineralisasi yang bersifat basa – ultrabasa, bila kontak dengan

udara atau air hujan akan terjadi pada pelapukan kimia dan fisiknya yang

maksimal. Sedangkan batuan yang bersifat asam sampai dengan intermeditr

bila terjadi kontak dengan udara dan air hujan pelapukan yang terjadi tidak

semaksimal seperti batuan yang bersifat basa-ultrabasa. Kondisi ini sesuai

dengan reaksi bowen’s yang mana batuan yang bersifat basa-ultrabasa terbetuk

duluan dan akan melapuk lebih dulu dibandingkan dengan batuan yang

mengandung mineral asam–intermediet air hujan relative melarutkan mineral

karena air hujan mengandung CO2 dan sedikit asam dari atmosfir.

Hubungan sifat fisik batuan, struktur dan tekstur dengan pembentukan

endapan residu, bila struktur geologinya rapat (patahan dan rekahan) dan

porositas tinggi, maka pelapukan kimia dan fisika akan maksimal, dibandingkan

struktur yang jarang dan porositas yang kecil. Hal ini disebabkan air hujan akan

terakumulasi baik pada struktur geologi rapat dan porositas yang tinggi.

Hubungan kondisi tektonik dengan pembentukan endapan residu adalah

pada daerah dengan kondisi pengangkatan berangsur, setelah pengangkatan

awal yang terletak pada lereng topografi yang tidak kritis, maka hasil pelapukan

akan tebal, sebab fluktuasi permukaan air tanah akan berangsur dan membentuk

penampang pelapukan akan menebal sampai ratusan meter.

Page 6: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

Pelapukan pada pembentukan endapan residu ini sebagai:

- Menghancurkan (Pelapukan Fisik, kimia, dan biologi), memeindahkan

dan mengumpulkan.

- Mengubah material kurang berharga menjadi material berharga.

- Melepaskan mineral aksesoris yang resisten melalui proses desintegrasi

mineral batuan disekitarnya.

Kondisi pelapukan batuan terhadap endapan bijih dan non logam

dipengaruhi oleh pH dan eH dari media penyebab dan lingkungannya. Dimana

untuk batuan yang tersusun oleh mineral-mineral mafic, Plagioklas basa dan

batuan karbonat akan intensif dipengaruhi oleh air hujan yang bersifat asam.

Kondisi ini disebabkan oleh pembentukan batuan tersebut, terutam batuan beku

ultra basa. Terjadi peda lingkungan basa dan temperature tinggi (1500° C)

sedangkan air hujan bersifat asam, sehingga kondisi ini bertolak belakang yang

menyebabkan batuan mudah mengalami pelapukan.

Kehadiran mineral-mineral/unsur-unsur tertentu pada hasil pelapukan

berhubungan erat dengan mobilitas mineral-mineral tersebut terhadap proses

pelapukan normal.

Presentase kehadiran unsur-unsur logam, non logam dan unsur lain

dipengaruhi oleh mobilitas dan ketahanan mineral terhadap proses reduksi,

oksidasi, karbonisasi, berat jenis serta posisinya terhadap zona pelapukan.

Dibawa zona oksidasi maka unsure yang memiliki mobilitas lebih tinggi dan tidak

terpengaruh oleh proses oksidasi serta memiliki berat jenis lebih besar akan lebih

benyak dijumpai.

Setelah endapan bijih terbentuk, dan kemudian tersingkap di permukaan,

maka akan mengalami pelapukan yaitu pelapukan fisik dan kimia. Jika pelapukan

kimia dominant dan proses erosi relative tidak mempengaruhi, maka akan

terbentuk endapan residu dibagian atas endapan bijih.

Akibat pengaruh pelapukan terhadap endapan bijih, maka akan terbentuk

zona pelapukan. Konsentrasi endapan residu, Jika kondisinya ideal maka akan

terbentuk penampang lengkap, bila tidak ada bagian yang tererosi.

Bagian atas dari zona pelapukan endapan bijih/mineralisasi, disebut

gossan, yang merupakan bongkah-bongkah mineralisasi. Daerah ini terjadi jika

telah mengalami pengangkatan, dilanjutkan proses pelapukan dan erosi. Setelah

pembentukan gossen, maka pada bagian bawahnya akan terbentuk zona

Page 7: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

pelindian atau pencucian, kemudian akumulasi dari bijih –bijih primer yang

mengalami proses oksidasi yang kemudian akan membentuk mineral-mineral

oksida skunder seperti limonit, hematite atau pun mineral-mineral sulfide lainnya.

Zona oksidasi merupakan zona pengayaan mineral-mineral oksida sekunder.

Setelah pembentukan zona pelindihan dan zona oksidasi, maka

selanjutnya adalah proses pelarutan garam-garam dan asam sulfat yang

berlangsung dibawah muka air, dimana zona ini merupakan zona sulfidasi atau

zona pengkayaan supergene, mineral-mineral yang terbentuk pada zona ini

adalah sulfide skunder, mialnya kalkosit(Cu2S). Reaksi-reaksi kimia terhadap

mineral-mineral primer yang terkonsentrasi pada endapan bijih akan terjadi pada

zona oksidasi dan sulfidasi.

Akibat adanya proses pelindihan menyebabakan migrasi logam-logam

tertentu damapak dari pelarutan mineral-mineral primer sulfida, akan

meninggalkan jarak berupa rongga-rongga yang merupakan tempat keberadaan

awal mineral – mineral primer.

Endapan konsentrasi residu, umumnya terjadi terhadap endapan mineral

primer, porfir, vein, dessiminated, dan replacement. Beberapa contoh endapan

residu antara lain: endapan residu nikel residu besi, residu managan, residu

alumunium dan lain-lain.

B. Pembentukan Endapan Alluvial

Setelah batuan pembawa unsur mineral terbentuk dan tersingkap, karena

pengaruh iklim menyebabakan batuana pembawa tadi mengalami desintegrasi

dan dekomposisi, kondisi ini terus berlangsung sejak awal tersingkap hingga

hingga keberadaannya saat ini, sehingga akan terbentuk endapan hasil

pelapukan. Bila pelapukannya tidak tertransportasi maka akan terbentuk

endapan residu, dan tertransportasi membentuk endapan alluvial atau endapan

konsentrasi .pada proses pembentukan endapan konsentrasi diawali proses

erosi terhadap material sumber yang mkengalami pelapukan dan masih kompak.

Endapan alluvial adalah endapan hasil pelapukan yang mengalami erosi,

tertransportasi dan sedimentasi, yang terakumulasi.

Sumber endapan alluvial berasl dari hasil pelapukan daerah sepanjang

sungai yang kemudian tererosi dan tertransportasi. Endapan sungai ini akan

terakumulasi sejalan dengan berkurangnya gradient kemiringan sungai.

Page 8: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

Akumulasi endapan sungai ini dapat dijumpai dari hulu, hilir, muara sungai dan

sepanjang garis pantai.

C. Erosi Tertransportasi dan Sedimentasi

Setelah material sumber endapan mengalami erosi, maka material ini

akan tertransportasi oleh media air sepanjang sungai .Bentuk dasar sungai yang

tidak rata, sebagai akibat terdapatnya endapan batuan/mineral-mineral yang

resisten, akan menyebabkan perubahan kecepatan aliran sungai, perubahan ini

akan menyebabka minerl-mineral berat yang awalnya tertransportasi akan

mengendap dan terakumulasi pada bagian dasar sungai.mineral-mineral berat

yang resisten terhadap perubahan fisik dan kimia ini antara lain: emas, casitrit,

kromit, intan platina dll. Perubahan kecepatan aliran sungai ini akan

meyebabakan pula pengandapan sediment lain akan bergradasi ke arah atas

sesuai dengan berat jenis atau ukuran sediment tersebut. Sedimen yang memiliki

berat jenis besar/ukuran besar akan terendapkan terlebih dahulu yang kemudian

diikuti oleh sediment yang berat jenis dan ukuran yang lebih ringan.

Kenampakan ini akan memperlihatkan suatu struktur yang disebut

‘gradede bedding”.. Pada kondisi tertentu dimana aliran sungai sangat pekat

dengan energi yang kuat (arus cepat), maka terjadi endapan yang sangat tidak

teratur dan yang akan mengalami pengendapan pertama adalah material yang

tertransport terlebih dahulu.

Pada pengendapan emas sekunder, umumnya akan berasosiasi baik

dengan endapan alluvial yang berukuran bongkah-bongkah krikil, dan akan

dijumpai hingga ’nugget’ dan peletit yang berukuran besar.

Material yang tertransportasi dan tersedimentasi, terutama mineral-mineral

bijih yang keras dan resisten memiliki nilai ekonomis yang tinggi, akan semakin

berukuran kecil dan berbentuk membulat sejalan dengan jauhnya jarak

transportasi. Mineral-mineral yang tersedimentasi di sepanjang pantai akan

memiliki ukuran pasir (1/16 -2 mm) dan bahkan berukuran lanau–lempung.

Sedangkan yang berukuran lanau–lempung adalah kasiterit dan bauxite.

Endapan–endapan ini sangat dikontrol oleh arus sungai yang masuk ke laut dan

pengaruh ombak serta pasang surut sebagai agen sedimentasi.

Mineral-mineral lain yang terendapkan pada alur sungai seperti emas,

intan, kasitrit, platina, kromit, besi, dan lainnya, akan terkonsentrasi pada sungai

Page 9: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

meandering baik pada bagian luar dan dalam. Endapan ini akan berkembang

mengikuti perkembangan alur sungai purba hingga saat ini.

Contoh endapan aluuvial yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia

antara lain:

1 Intan didaerah Martapura, Kalimantan.

2 Emas didaerah kalimanatan, Sumatra jawa barat, Sulawesi, NTB dan

NTT.

3 Pasir besi di Jawa Tengah

4 Kasiterit dipulau Bangka, Bintan, dan Singkep.

2.2.5 Metasomatisme kontak

Dalam proses magmatic dimana adanya intrusi dari magma terhadap

batuan sampingnya, maka oleh pengaruh kontak dari gas pada temperatur tinggi

yang keluar dari magma, akan terjadi dua gejala yang penting.

Effect gas panas ini menurut Barrel ada dua macam:

1. Contact Metamorphism. Yaitu effect gas panas diikuti penambahan

material baru dari dapur magma.

2. Contact Metasomism, yaitu effect gas panas diikuti penambahan

material basa dari dapur magma.

Penambahan pada contact metamorphism menimbulkan cebakan mineral

yang penting, kecuali beberapa non metalicl deposite sepertri sillimanite,

sedangkan dalam contact metasomisim dapat menghasilkan cebakan mineral

yang berharga dan sifatnya lain sama sekali.

2.3 Pemetaan Endapan Bahan Galian dan Bijih

Mengetahui batas-batas wilayah yang dipetakan dari peta datar topografi

lalu menentukan batasan koordinat tersebut.

Dari data pustaka kita mencari batas-batas yang terdapat dalam batuan

dan bahan galian yang ada disitu

Buat peta kontur secara detail ( ilmu Ukur Tanah ) àbesok tugas surveyor

Peta selesai , cari input data geologi ( Junior Geologist ) untuk bahan

galian bijih ( emas, perak , besi dll ) karena tidak ada kedudukannya

maka luasan daerah kita cari dengan tracking GPS lalu plot di peta kontur

/ peta dasar yang kita buat.

Page 10: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

Kita cari titik-titik ore tersebut dengan cara :

Tracking float ( susur sungai )

Petunjuk adanya bahan galian tersebut ( ngisor , penyaring emas , skarn,

porfiri )

Setelah tau penyebarannya maka kemudian diambil sample Random

( per 4m, 5m ..... )

Kemudian diplotting pada peta ( di ..... dibunderi ) setelah itu peta di grade

dengan jarak tertentu dengan tujuan mengetahui penyebarannya.

Dari sample kita deskripsi dengan standar deskripsi. Ouput dari deskripsi

antara lain :

BJ

Kadar

Mineral pengotor

Setelah itu dilakukan pengeboran untuk mengetahui ketebalan dan

kedalaman (Wellsite)

2.4 Pembuatan Sumur Uji ( Test Pit )

Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan

galian di bawah tanah dan mengambil contoh batuan (rock samples)-nya

biasanya digali sumur uji (test pit) dengan mempergunakan peralatan sederhana

seperti cangkul, linggis, sekop, pengki, dsb.

Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur sangkar,

bulat atau bulat telur (ellip) yang kurang sempurna. Tetapi bentuk penampang

yang paling sering dibuat adalah empat persegi panjang; ukurannya berkisar

antara 75 x 100 m sampai 150 x 200 m. Sedangkan kedalamannya tergantung

dari kedalaman endapan bahan galiannya atau batuan dasar (bedrock)nya dan

kemantapan (kestabilan) dinding sumur uji. Bila tanpa penyangga kedalaman

sumur uji itu berkisar antara 4 – 5 m.

Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk dan

letak endapan bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan

pola yang teratur seperti empat persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-

sudut pola tersebut digali sumur uji) dengan jarak-jarak yang teratur pula (100 –

500 m), kecuali bila keadaan lapangan atau topografinya tidak memungkinkan.

Page 11: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka

volume tanah yang digali juga terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit.

2.5 Pembuatan Parit Uji ( Trench )

Pada dasarnya maksud dan tujuannya sama dengan penyelidikan yang

mempergunakan sumur uji. Demikian pula cara penggaliannya. Yang berbeda

adalah bentuknya; parit uji digali memanjang di permukaan bumi dengan bentuk

penampang trapesium dan kedalamannya 2-3 m, sedang panjangnya tergantung

dari lebar atau tebal singkapan endapan bahan galian yang sedang dicari dan

jumlah (volume) contoh batuan (samples) yang ingin diperoleh. Berbeda dengan

sumur uji, bila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan daerahnya mudah

dijangkau oleh peralatan mekanis, maka penggalian parit uji dapat dilakukan

dengan dragline atau hydraulic excavator (back hoe).

Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup

sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar

kemungkinan untuk menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua

parit uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya, maka jurusnya (strike)

dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan ukuran urat

bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus

terhadap jurus urat bijihnya.

2.6 Pemboran Eksplorasi

Pada pemboran eksplorasi bahan galian biasanya diambil percontoh yang

dimana percontoh ini ditaruh pada core box ( kotak sample ). Dimana hasil core

ini akan dilakukan pemerian atau deskripsi pada tiap sampling atau perconto.

Pada kegiatan pemboran eksplorasi perlu dilakukan dokumentasi pemboran

seperti membiierikan nomor lubang bor, nama tempat pemboran serta

koordinatnya. Setelah itu kita harus tahu kemiringan lubang bor serta azimuthnya

untuk kegiatan pemboran miring. Biasanya pada pemboran akan didapat data

log bor dimana ini berisi data letak bahan galian pada kedalaman tertentu.

Contoh langkah-langkah dalam pemboran eksplorasi untuk mendapatkan

senyawa Hidrokarbon dan mendapatkan data tentang di bawah permukaan , :

Page 12: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

Pembuatan rencana pemboran : titik koordinat, elevasi, perkiraan lithologi

dan tekanan formasi, program lumpur, konstruksi sumur, program coring, analisa

cutting, logging, dan testing.

Persiapan pemboran : pembuatan jalan, jembatan, pemilihan menara bor dan

peralatan yang sesuai, pemasangan alat pembantu (jaringan telekomunikasi, air,

listrik, dsb), perhitungan perkiraan biaya pemboran. Pemboran eksplorasi

sekaligus mengumpulkan data-data formasi melalui coring dan pemeriksaan

cutting.

2.7 Estimasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan

Dalam kegiatan eksplorasi sumberdaya mineral adalah suatu bahan yang

dicari dan perlu dilakukan perhitugan sumber daya. Selain itu dalam pencarian

sumberdaya kita perlu mencoba mencari cadangan sumberdaya tersebut.

Dimana ini cadangan merupakan informasi yang paling utama dalam

pengambilan keputusan untuk melakukan kegiatan penambangan. Sehingga

diperlukanlah estimasi dalam perhitungan sumber daya dan cadangan tersebut.

Dalam melakukan estimasi cadangan dapat diberlakukan dengan

berbagai cara. Yaitu :

Metode Isoline

Metode Daerah Pengaruh

Metode Penampang

Metode Blok

Dan lainnya.

2.7.1 Metode Isoline

Metoda ini dipakai untuk digunakan pada endapan bijih dimana ketebalan

dan kadar mengecil dari tengah ke tepi endapan. Volume dapat dihitung dengan

cara menghitung luas daerah yang terdapat di dalam batas kontur, kemudian

mempergunakan prosedur-prosedur yang umum dikenal.

2.7.2 Metode Penampang

Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metoda

penampang ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal dengan

Page 13: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

membuat penampang-penampang yang representatif dan dapat mewakili model

endapan pada daerah tersebut.

Pada masing-masing penampang akan diperoleh (diketahui) luas batubara

dan luas overburden. Volume batubara & overburden dapat diketahui dengan

mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang tersebut. Perhitungan

volume tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 1 (satu) penampang,

atau 2 (dua) penampang, atau 3 (tiga) penampang, atau juga dengan rangkaian

banyak penampang

2.7.3 Metode Blok

Aspek yang paling penting dalam perhitungan cadangan adalah metode

penaksiran, terdapat bermacam-macam metode penaksiran yang bisa dilakukan

yaitu metode klasik yang terdiri dari NNP (Neighborhood Nearest Point) dan IDW

(Inverse Distance Weighting) serta metode non klasik yaitu penaksiran dengan

menggunakan Kriging. Metode Kriging adalah yang paling baik dalam hal

ketepatan penaksirannya (interpolasi), metode ini sudah memasukkan aspek

spasial (posisi) dari titik referensi yang akan digunakan untuk menaksir suatu titik

tertentu.

Page 14: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

BAB III

TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas

Membuat model estimasi metode penampang.

Menghitung estimasi sumber daya metode penampang dan isoline ( Soal

Terlampir di lampiran).

3.2 Pembahasan

Menghitung estimasi sumber daya metode penampang Gunung Barat 1

dan Gunung Timur 1

1. Gunung Barat 1

Menghitung luas dengan menggunakan kotak dari zona pemineralan.

Tiap satu kotak bernilai 0,1 yang kemudian dikalikan jumlah kotak dan

kemudian dikali dengan skala.

Lintasan I-II

Menghitung Volume 1 ={( L11 + L2 ) / 2 } x 100

= {( 225+24)/ 2 } x 100

= 12450 m3

Menghitung Volume 2 ={( L12 + L3) / 2 } x 100

= {( 24+30)/ 2 } x 100

= 2700 m3

Menghitung Volume total ={( V11 +V2 ) / 2 }

= 12450 + 700

= 15150 m3

Lintasan II-III

Menghitung Volume 1 ={( L11 + L2 ) / 2 } x 100

= {( 183+323)/ 2 } x 100

= 25300 m3

Menghitung Volume 2 ={( L12 + L3) / 2 } x 100

= {( 180+0)/ 2 } x 100

= 9000 m3

Page 15: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

Menghitung Volume total ={( V11 +V2 ) / 2 }

= 25300 + 9000

= 34300 m3

2. Gunung Timur 1

Menghitung luas dengan menggunakan kotak dari zona pemineralan.

Tiap satu kotak bernilai 0,1 yang kemudian dikalikan jumlah kotak dan

kemudian dikali dengan skala.

Lintasan I-II

Menghitung Volume 1 ={( L11 + L2 ) / 2 } x 100

= {( 90+161)/ 2 } x 100

= 12550 m3

Menghitung Volume 2 ={( L12 + L3) / 2 } x 100

= {( 430+450)/ 2 } x 100

= 44000 m3

Menghitung Volume 3 ={( L12c + L3c) / 2 } x 100

= {( 38+0)/ 2 } x 100

= 1900 m3

Menghitung Volume total ={( V11 +V2+ V3 ) / 2 }

= 12550 + 44000+1900

= 58450 m3

Lintasan II-III

Menghitung Volume 1 ={( L11 + L2 ) / 2 } x 100

= {( 450+467)/ 2 } x 100

= 45850 m3

Menghitung Volume 2 ={( L12 + L3) / 2 } x 100

= {( 0+76)/ 2 } x 100

= 3800 m3

Menghitung Volume 3 ={( L12c + L3c) / 2 } x 100

= {( 90+0)/ 2 } x 100

= 4500 m3

Menghitung Volume total ={( V11 +V2+ V3 ) / 2 }

= 45850+3800+4500

= 54150 m3

Page 16: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

Menghitung Estimasi andesit dengan metode isoline dan penampang

1. Menggunakan metode isoline perhitungan volume menggunakan rumus

{( L11 + L2 ) / 2 } x BT kontur.

Contoh perhitungan volumenyan :

= {( 11200+42400)/ 2 } x 25

= 670000 m3

Kemudian dihitung seluruh volume sampai luas daerah ke 21. Dimana

didapat volume total sebesar 934048787 m3. Setelah didapat volume total dicari

nilai tonase dengan nilai volume total dikali density dari andesit yang bernilai 2,7

ton/m3..

Nilai Tonase Andesit = 934048787 m3 x 2,7 ton/m3.

= 2521931725 ton

2. Perhitungan dengan Metode Penampang.

Perhitungan metode ini hampir sama dengan cara perhitungan metode

penampang bor dengan menggunakan banyak kotak tiap penampang.

Contoh `Perhitungan Volumenya :

= {( 480000+610000)/ 2 } x 500

= 272500000 m3

Kemudian mencari nilai tonase andesit metode penampang.

Nilai Tonase Andesit = 938279000 m3 x 2,7 ton/m3.

= 2533353300 ton

Page 17: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

BAB IV

ANALISA

Dalam mencari sumberdaya dan cadangan digunakan metode tertentu

untuk menetukan nilai volume dan tonasenya. Pada kali ini digunakan metode

isoline atau kontur dan penampang.

Pada metode penampang pertama yang menggunakan lubang bor perlu

menghitung luas daerah zona pemineralan tiap kotak. Pada penentuan lubang

bor azimuth berpengaruh untuk menentukan arah lubang bor dibawah tanah.

Pada azimuth nilai 0-180° arah lubang bor menuju arah kemenerusan zona

pemineralan sedangkan azimuth 180-360° arah pemborannya mendekati lubang

bor sebelumnya dan menentukan letak kedalaman keberadaan mineral.

Pada metode isoline yang mencari nilai tonase andesit dihitung luasan

deaerah masing-masing dari kontur yang melewatinya. Awalnya kontur ini dibuat

lagi untuk mendapatkan besar overburden andesit tiap daerah kontur.

Kemudian luas daearah tiap kontur dicari volumenya untuk mendapatkan nilai

tonase. Pada perhitunga metode isoline didapatkan nilai tonase sebesar

2521931725 ton sedangkan metode penampang didapat tonase sebesar

2533353300 ton. Kedua metode ini menggunakan cara masing-masing sehingga

didapat nilai yang berbeda. Ini bisa disebabkan kontur yang berbeda penarikan

garisnya tiap daerah kemudian untuk penampang disebabkan oleh pengambilan

jarak penampang dan jarak lubang bor. Tetapi dalam perbandngan kedua

metode ini lebih baik menggunakan metoe penampang dikarenakan metode ini

hanya mengambil daerah zona pemineralan saja sedangkan untuk metode

isoline mengambil seluruh daerah kontur yang dilewati daerah tersebut.

Page 18: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

BAB V

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat adalah :

Nilai volume zona pemineralan pada daerah gunung timur 1 Lintasan I-II

adalah 58450 m3

Nilai volume zona pemineralan pada daerah gunung timur 1 Lintasan II-III

adalah 54150 m3

Nilai volume zona pemineralan pada daerah gunung barat 1 Lintasan I-II

adalah 15150 m3

Nilai volume zona pemineralan pada daerah gunung barat 1 Lintasan II-

III adalah 34300 m3

Nilai tonase andesit metode penampang adalah 2533353300 ton

Nilai tonase andesit metode isoline adalah 2521931725 ton

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Laporan Awal Estimasi Sumberdaya Dan Caddangan

Anonym. 2013 “jenis-jenis dan klasifikasi bahan galian” blogspot.com.

http://ssbelajar.blogspot.com/2013/01/jenis-jenis-dan-klasifikasi-bahan-

galian.html. Diakses Pada tanggal 16 Feb. 14

Anonym. 2011 “proses pembentukan endapan bahan galian”

blogspot.com http://tambangunsri.blogspot.com/2011/12/proses-

pembentukan-endapan-bahan-galian.html. Diakses pada tanggal 16 Feb. 14

Anonym , 2013 “prosedur pemetaan bahan galian”

http://allcongsgeo.blogspot.com/2012/04/prosedur-pemetaan-bahan-

galian.html. diakses pada tanggal 22 Feb 14

Anonym, 2013 “ sumur uji” wordpress.com

http://fileq.wordpress.com/tag/sumur-uji/. Diakses pada tanggal 02 Maret

2014

Wisnu Adik, 2012, “eksplorasi dan deliniasi”

http://migaswisnuadik.blogspot.com/2012/10/pemboran-eksplorasi-

deliniasi.html. diakses pada tanggal 09 Maret 2014

Anonym,2007, “estimasi sumberdaya cadangann dengan metode

konvensional” http://www.scribd.com/doc/113374715/20/VII-2-Estimasi-

Sumberdaya-Cadangan-dengan-Metoda-Konvensional. diakses pada tanggal

06 April 2014