laporan akhir risbinkes hubungan anemia gizi ......laporan akhir risbinkes hubungan anemia gizi...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR RISBINKES
HUBUNGAN ANEMIA GIZI DENGAN INFEKSI KECACINGANPADA REMAJA PUTRI SISWA SLTA DI KOTA PALU
TIM PENGUSUL :dr. MUCHLIS SYAHNUDDIN
drh. GUNAWANPHETISYA PAMELA F. SUMOLANG, S.Si
LEONARDO TARUK LOBO, S.Si
BALAI LITBANG P2B2 DONGGALABADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI2015
i
ii
iii
SUSUNAN TIM PENELITI
No Nama Kedudukandalam tim
Keahlian Uraian Tugas
1.Dr. MuchlisSyahnuddin
Ketua PelaksanaS1 Profesi
KedokteranUmum
Bertanggung jawab atassemua aspek penelitian.
2.Phetisya Pamela FSumolang, S.Si
Peneliti S1 BiologiBertanggung jawab terhadappelaksanaan wawancara dananalisis data.
3. Drh. Gunawan PenelitiS1 Profesi
KedokteranHewan
Bertanggung jawab terhadappelaksanaan pemeriksaan Hb.
4.Leonardo TarukLobo, S.Si
Teknisi
S1Tekhnologi
LaboratoriumKesehatan
Bertanggung jawab terhadappelaksanaan survey tinja.
iv
SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN
v
vi
vii
viii
ix
KATA PENGANTAR
Puji, syukur, hormat dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kami naikkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberi kekuatan, ketekunan,
kesabaran, hikmat, berkat dan penyertaan-Nya yang tiada henti dan begitu sempurna
sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian sampai dengan laporan akhir penelitian
Risbinkes dengan judul “HUBUNGAN ANEMIA GIZI DENGAN INFEKSI
KECACINGAN PADA REMAJA PUTRI SISWA SLTA DI KOTA PALU”.
Penelitian ini dapat terlaksana karena adanya dukungan dari berbagai pihak,
khususnya Sekretariat Badan Litbang Kesehatan yang telah mendanai kegiatan ini, para
reviewer yang telah membimbing dan memberikan masukan mulai dari penyusunan
protokol sampai dengan penyusunan laporan akhir, serta pihak lain yang membantu
sehingga kegiatan penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini sepenuhnya ada berbagaiketerbatasan dan kekurangan yang dimiliki sehingga laporan akhir ini masih jauh darisempurna.
Demikian laporan ini kami susun, dengan harapan hasil kegiatan ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan masyarakat daerah penelitian pada
khususnya.
Donggala, November 2015
Penulis
x
RINGKASAN EKSEKUTIF
Penelitian ini berjudul Hubungan Anemia GIzi Dengan Infeksi Kecacingan PadaRemaja Putri Siswa SLTA Di Kota Palu dengan Ketua Pelaksana dr.MuchlisSyahnuddin dan anggotanya yaitu, drh. Gunawan, Phetisya Pamela F. Sumolang S,S.Si dan Leonardo Taruk Lobo, S.Si.
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atauhemoglobin kurang dari normal. Kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 gr/dl.Remaja putri dikatakan anemia jika kadar Hb <12 gr/dl.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 1995) menunjukkanbahwa secara nasional prevalensi anemia masih tinggi, yaitu 57,1% remaja putrimenderita anemia. Prevalensi anemia diperkotaan menurut Riskesdas 2007 palingtinggi terjadi pada kelompok wanita yaitu 19,7%, diikuti kelompok laki-laki dewasa12,1%. Pada anak-anak prevalensinya mencapai 9,8%. WHO Guidelines menyebutkanbila prevalensi anemia dalam suatu populasi lebih dari 15%, hal itu sudah merupakanmasalah kesehatan nasional.
Remaja putri menderita anemia, hal ini disebabkan oleh berbagai faktorantara lain karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizilebih tinggi termasuk zat besi. Disamping itu remaja putri mengalami menstruasi setiapbulannya sehingga membutuhkan zat besi lebih tinggi, sementara jumlah makananyang dikonsumsi lebih rendah dari pada pria, karena faktor takut gemuk.
Pengambilan data pada penelitian “Hubungan Anemia Gizi Dengan InfeksiKecacingan Pada Remaja Putri Siswa SLTA Di Kota Palu” dengan hasil penelitian inimeliputi gambaran kejadian anemia pada remaja putri Siswa SLTA Di Kota Palu,meliputi proporsi kecacingan, hubungan anemia dengan infeksi kecacingan, hubungantingkat kecukupan zat besi dan vitamin C dengan infeksi kecacingan, serta jenis infeksikecacingan pada remaja Putri Siswa SLTA.
Hasil pemeriksaan sampel tinja pada remaja putri siswa SLTA di Kota Palumenunjukkan bahwa dari 72 sampel tinja yang terkumpul, sebanyak 8 sampel (11,11%)ditemukan positif terinfeksi telur cacing. Tidak ada hubungan antara anemia dankecacingan. Sebagian besar responden tidak tercukupi jumlah asupan zat besi hariansedang jumlah asupan vitamin C harian pada hampir semua responden juga tidaktercukupi. Spesies cacing yang ditemukan terbanyak berturut-turut adalah Hookwormdan Trihuris Trichiura.
Untuk mengantisipasi ketidakcukupan asupan zat gizi pada siswa khususnyaremaja putri, sebaiknya dilakukan komunikasi antara guru dengan orang tua siswa agarmemperhatikan makanan, status gizi dan kesehatan putra-putrinya.Sebaiknya instansiterkait seperti dinas pendidikan, dinas kesehatan, Puskesmas, serta pihak sekolahsetempat lebih meningkatkan pendidikan gizi dan kesehatan, yang diintegrasikan padamata pelajaran seperti IPA (Biologi) dan Penjaskes (Pendidikan Jasmani danKesehatan), UKS dan PMR melalui kader remaja dapat dijadikan sarana untukmemberikan penyuluhan tentang anemia kepada para siswa khususnya remaja putri.Pihak sekolah seharusnya juga lebih memperhatikan, membina, dan mengarahkankualitas makanan yang dijual di kantin sekolah, agar tercapainya pemenuhan asupanzat gizi para siswa khususnya remaja putri.
xi
HUBUNGAN ANEMIA GIZI DENGAN INFEKSI KECACINGANPADA REMAJA PUTRI SISWA SLTA DI KOTA PALU
ABSTRAK
Muchlis Syahnuddin1, Phetisya Pamela Frederika Sumolang1, Gunawan1,dan Leonardo Taruk Lobo1
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobinkurang dari normal. Kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 gr/dl. Remaja putridikatakan anemia jika kadar Hb <12 gr/dl. Tingginya angka kecacingan serta masihtingginya angka kejadian anemia pada remaja putri secara nasional sangat berhubungankarena infeksi kecacingan merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia. Penelitianini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang berpengaruh pada anemia remajaputri SLTA di Kota Palu. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desainpenelitian Case Control. Hasil pemeriksaan sampel tinja pada remaja putri siswa SLTA diKota Palu menunjukkan bahwa dari 72 sampel tinja yang terkumpul, sebanyak 8 sampel(11,11%) ditemukan positif terinfeksi telur cacing. Tidak ada hubungan antara anemia dankecacingan. Sebagian besar responden tidak tercukupi jumlah asupan zat besi dan asupanvitamin C harian. Spesies cacing yang ditemukan terbanyak berturut-turut adalahHookworm dan Trihuris Trichiura.
Kata kunci : Anemia, Gizi, Infeksi Kecacingan, Siswa SLTA
1Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI
ABSTRACT
Anemia is a medical condition in which the number of red blood cells or the hemoglobin isless than normal. Normal hemoglobin levels in young women is 12 g / dl. Young women issaid to be anemic if Hb <12 g / dl. The high number of worm infection and the highincidence of anemia among adolescent girls nationwide are closely related because theworm infection is one of the causes of anemia. This study aimed to analyze the factors -factors that affect the anemia girls high school in the city of Palu. This study was anobservational study with case control study design. Stool sample test results in adolescenthigh school students in Palu showed that of 72 stool samples were collected, a total of 8samples (11.11%) were found positive was infected by the worm eggs. There is norelationship between anemia and worm infection. most respondents are insufficient intakeof iron and vitamin C daily. Most species of worms were found in a row is hookworm andTrihuris trichiura.
Key word : Anemia, nutrient, worm infection, high school students.
xii
DAFTAR ISI
SUSUNAN TIM PENELITI .................................................................................................. iii
SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN.................................................................................. iv
KATA PENGANTAR............................................................................................................ ix
RINGKASAN EKSEKUTIF....................................................................................................x
ABSTRAK ............................................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xiv
I. PENDAHULUAN ...............................................................................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................3
III.TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN ..............................................4
a. Tujuan Umum .................................................................................................................4
b. Tujuan Khusus ................................................................................................................4
MANFAAT PENELITIAN .................................................................................................4
a. Manfaat bagi Program.....................................................................................................4
b. Manfaat bagi Iptek ..........................................................................................................4
c. Manfaat bagi masyarakat ................................................................................................4
IV. HIPOTESIS ........................................................................................................................4
V. METODE PENELITIAN ...................................................................................................5
5.1 Kerangka teori................................................................................................................5
5.2 Kerangka konsep............................................................................................................6
5.3 Desain dan Jenis Penelitian............................................................................................6
5.4 Tempat dan Waktu.........................................................................................................6
5.5 Populasi dan Sampel ......................................................................................................6
5.6 Besar Sampel .................................................................................................................7
5.7 Kriteria inklusi dan ekslusi ............................................................................................8
5.8 Variabel..........................................................................................................................8
5.9 Definisi Operasional ......................................................................................................8
5.10 Instrumen Dan Cara Pengumpulan Data ...................................................................10
5.11 Bahan Dan Prosedur Pengumpulan Data...................................................................13
5.12 Managemen Dan Analisis data ..................................................................................13
xiii
VI. HASIL PENELITIAN......................................................................................................13
6.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................................15
6.2 Hasil Pemeriksaan........................................................................................................15
VII. PEMBAHASAN .............................................................................................................20
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................................23
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................................24
DAFTAR KEPUSTAKAAN..................................................................................................25
LAMPIRAN ...........................................................................................................................25
xiv
DAFTAR TABEL/GAMBAR/ PETA
Peta 1. Peta Wilayah Kota Palu 15Gambar 1 Diagram Proporsi Kecacingan pada Remaja Putri 17Tabel 1. Hubungan Anemia dengam Kecacingan 18Tabel 2 Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi dengan Kadar Hb 18Tabel 3 Hubungan Tingkat kecukupan Vitamin C dengan Kadar Hb 19Tabel 4 Jenis Cacing yang menginfeksi Remaja Putri 19
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Distribusi frekuensi dan Hubungan Anemia Gizi Dengan Infeksi 28Kecacingan
Lampiran 2. Food Recall 24 Jam 40
Lampiran 3. FFQ 41
Lampiran 4. Naskah Penjelasan dan Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan 43
Lampiran 5. Lembar Persetujuan 46
Lampiran 6. Kuesioner Untuk Penderita Anemia 47
Lampiran 7. Etik Penelitian 49
Lampiran 8. Perizinan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah 50
Lampiran 9. Rekomendasi Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Palu 52
Lampiran 10. Foto-foto Kegiatan Penelitian 53
1
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 1995) menunjukkan bahwa
secara nasional prevalensi anemia masih tinggi, yaitu 57,1% remaja putri menderita
anemia1 . Prevalensi anemia di indonesia menurut Riskesdas 2013 adalah 21,7 % dengan
proporsi 20,6 % diperkotaan dan 22,8 % di pedesaan. paling tinggi terjadi pada kelompok
wanita yaitu 23,9 %, diikuti kelompok laki-laki dewasa 18,4 %2. Pada anak-anak
prevalensinya mencapai 9,8%. WHO Guidelines menyebutkan bila prevalensi anemia
dalam suatu populasi lebih dari 15%, hal itu sudah merupakan masalah kesehatan
nasional3.
Remaja putri menderita anemia, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi
termasuk zat besi. Disamping itu remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya
sehingga membutuhkan zat besi lebih tinggi, sementara jumlah makanan yang dikonsumsi
lebih rendah dari pada pria, karena faktor takut gemuk1.
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 gr/dl.
Remaja putri dikatakan anemia jika kadar Hb <12 gr/dl4.
Penyebab anemia besi antara lain disebabkan oleh kebutuhan zat besi yang
meningkat, berkurangnya intake zat besi, bertambahnya kehilangan zat besi, berkurangnya
penyerapan zat besi. Interaksi antara infeksi kecacingan dan anemia gizi sudah banyak
terungkap dari berbagai penelitian yang telah dilakukan. Masing-masing saling
memberikan kontribusi terhadap terjadinya kesakitan. Apabila diperhatikan dari segi
hematology, biokimia, gejala dan terapinya, maka anemia yang disebabkan oleh
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus tergolong anemia defisiensi besi5.
Dari data laporan penelitian Balai Litbang P2B2 donggala tahun 2009
menunjukkan bahwa Prevalensi infeksi cacing usus di kota Palu dan Kabupaten Donggala
Provinsi Sulawesi tengah adalah T. trichiura (43,01 %), A. lumbricoides (27,96 %),
Hookworm (11,95 %), O. vermicularis (9,68 %), dan infeksi campuran (1,08 %)6.
Tingginya angka kecacingan serta masih tingginya angka kejadian anemia pada remaja
putri secara nasional sangat berhubungan karena infeksi kecacingan merupakan salah satu
penyebab terjadinya anemia. Sementara itu, anemia yang terjadi pada remaja putri
merupakan risiko terjadinya gangguan fungsi fisik dan mental, serta dapat meningkatkan
risiko terjadinya gangguan pada saat kehamilan.
2
Masalah anemia membutuhkan penanggulangan yang tepat. Tindakan yang
dilakukan akan tepat apabila diketahui prioritas masalah dari berbagi faktor yang
menyebabkan anemia khususnya pada remaja putri. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian untuk menganalisis faktor – faktor yang menyebabkan anemia pada remaja putri
diwilayah kota Palu.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 gr/dl.
Remaja putri dikatakan anemia jika kadar Hb <12 gr/dl.7
Prevalensi anemia di perkotaan menurut Riskesdas 2013 paling tinggi terjadi pada
kelompok wanita yaitu 23,9%, diikuti kelompok laki-laki dewasa 18,4%. Pada anak-anak
prevalensinya mencapai 9,8%.2 WHO Guidelines menyebutkan bila prevalensi anemia
dalam suatu populasi lebih dari 15%, hal itu sudah merupakan masalah kesehatan
nasional.3
Penyebab anemia besi antara lain disebabkan oleh kebutuhan zat besi yang
meningkat, berkurangnya intake zat besi, bertambahnya kehilangan zat besi, berkurangnya
penyerapan zat besi. faktor – faktor yang mendorong terjadinya anemia gizi pada remaja
adalah adanya penyakit infeksi yang kronis, mentruasi yang berlebihan pada remaja putri,
pendarahan mendadak seperti kecelakaan, serta jumlah makanan atau penyerapan yang
buruk dari zat besi,vitamin B12, vitamin B6, vitamin C, dan tembaga.8
Akibat jangka panjang anemia defisiensi besi ini pada remaja putri adalah apabila
remaja putri nantinya hamil, maka ia tidak akan mampu memenuhi zat-zat gizi bagi dirinya
dan juga janin dalam kandungannya serta pada masa kehamilannya anemia ini dapat
meningkatkan frekuensi komplikasi, resiko kematian maternal, angka prematuritas, BBLR,
dan angka kematian perinatal.9
Interaksi antara infeksi kecacingan dan anemia gizi sudah banyak terungkap dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan. Masing-masing saling memberikan kontribusi
terhadap terjadinya kesakitan. Apabila diperhatikan dari segi hematology, biokimia, gejala
dan terapinya, maka anemia yang disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus tergolong anemia defisiensi besi.5
Dari data laporan penelitian Balai Litbang P2B2 donggala tahun 2009
menunjukkan bahwa Prevalensi infeksi cacing usus di kota Palu dan Kabupaten Donggala
Provinsi Sulawesi tengah adalah T. trichiura (43,01 %), A. lumbricoides (27,96 %),
Hookworm (11,95 %), O. vermicularis (9,68 %), dan infeksi campuran (1,08 %).6
4
3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
a. Tujuan Umum
Menganalisis faktor – faktor yang berpengaruh pada anemia remaja putri SLTA
di Kota Palu.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui proporsi kecacingan pada remaja putri SLTA di Kota Palu.
2. Menilai hubungan anemia dengan infeksi kecacingan pada remaja putri SLTA
di Kota Palu.
3. Mendeskripsikan asupan zat gizi besi dan Vitamin C pada remaja putri.
4. Menentukan jenis infeksi kecacingan pada remaja putri.
MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat bagi Program
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data prevalensi kecacingan dan
sebagai acuan keberhasilan program pemberantasan kecacingan serta membantu
program pemerintah memberantas anemia gizi.
b. Manfaat bagi Iptek
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang hubungan
anemia gizi dengan infeksi kecacingan.
c. Manfaat bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang faktor penyebab
terjadinya anemia dan akibat dari anemia bagi remaja putri.
d. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
4. HIPOTESIS
Ha : Ada hubungan antara anemia gizi dengan infeksi kecacingan.
H0 : Tidak ada hubungan antara anemia gizi denga infeksi kecacingan.
5
5. METODE PENELITIAN
5.1 Kerangka teori
Gambar 1. Kerangka Teori
( sumber : Arlinda Sari wahyuni : 2004, dengan modifikasi)
Kebutuhan zat besimeningkat1. Masa pertumbuhan.2. Kehamilan.3. menyusui.
Berkurangnya intake zat besi:1.Vegetarian.2. Intake zat besi yang kurang.3. Alkoholisme.4.Diet yang tidak seimbang.
Bertambahnya kehilangan zatbesi :1.Infeksi kecacingan.2.Menstruasi.3.Perdarahan4.penyakit kelainan darah
Penurunan HB Anemia
Berkurangnya penyerapan zatbesi :1. Faktor diet(tannin,kalsium,kopi, minumanberkarbonasi).2. Patologi saluran cerna.3. Pemakaian antasid.
6
5.2 Kerangka konsep
Gambar 2 . Kerangka konsep
5.3 Desain dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian
Case Control.
5.4 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksananakan di SLTA seluruh Kota Palu Sulawesi Tengah
dan laboratorium Parasitologi Balai Litbang P2B2 Donggala.
Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan dari Maret sampai Oktober
2015.
5.5 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa wanita SLTA di kota
Palu Sulawesi Tengah. Dalam hal ini jumlah sekolah tingkat atas dikota palu
yang terdaftar berjumlah 62 sekolah.
Sampel adalah Siswa yang teridentifikasi menderita Anemia.
Kontrol adalah Siswa yang tidak menderita Anemia.
Kejadian Infeksi Kecacingan Anemia
Tingkat konsumsi zat besidan vit.C
7
5.6 Besar Sampel, Cara Pemilihan atau Penarikan Sampel
Dengan menggunakan rumus menurut Lameshow :
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
P1 = Proporsi pemaparan pada kelompok kasus
P2 = Proporsi pemaparan pada kelompok control
Zα = Tingkat kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96)
Zβ = Tingkat kuasa / kekuatan yang diinginkan (0,84)
Berdasarkan rumus diatas, dengan menggunakan odd ratio 0,18, berdasarkan
penelitian Hayani, dkk 2009 dan tingkat kepercayaan 80 % maka dapat
ditentukan bahwa jumlah n = 33, dengan memperhitungkan drop out maka
ditambah 10 % sehingga didapatkan jumlah sampel berjumlah 36. Untuk jumlah
sampel kontrol juga 36 siswa sehingga jumlah sampel untuk penelitian ini
berjumlah 72 orang siswa.
Cara pemilihan dan penarikan sampel dilakukan dengan cara stratifikasi.
Dimana dari seluruh sekolah SLTA di kota Palu dikelompokkan untuk
menentukan proporsi. Kemudian pada setiap sekolah yang terpilih diambil
sampel yang termasuk kelompok kasus anemia sesuai proporsi yang telah
ditentukan, sehingga seluruhnya berjumlah 36 orang dan kelompok kontrol
sesuai proporsi yang telah ditentukan sehingga seluruhnya berjumlah 36 orang.
8
5.7 Kriteria inklusi dan ekslusi
Kriteia Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
- Siswa wanita SLTA kelas 1 dan 2 yang pada saat pengambilan data tidak
sedang haid karena diperkiraan selama haid kehilangan zat besi ± 1,3 mg
per hari.
- Siswa yang bersedia mengikuti penelitian.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah
- Siswa wanita yang sedang haid.
- Siswa wanita yang memiliki riwayat lama haidnya lebih dari 7 hari dalam
3 bulan terakhir.
- Siswa wanita yang menderita kelainan darah seperti leukemia, anemia
aplastik, thalassemia, ITP, gangguan perdarahan, serta sedang sakit diare,
TBC, dan lainnya.
5.8 Variabel
Variabel terikat penelitian ini adalah Anemia.
Variabel bebas penelitian ini adalah Kecacingan, Konsumsi Zat Besi dan
Vitamin C.
5.9 Definisi Operasional
No variabel Definisi
operasional
Cara dan alat
pengukuran
Skala hasil
1 Anemia Suatu kondisi
dimana kadar Hb
kurang dari
normal.
Hb meter
(DiaSpect®)
Nominal Hemoglobin (Hb)
= 12 g/dL = Tidak
Anemia
Hemoglobin (Hb)
< 12 g/dL =
Anemia
2 Kecacingan Suatu penyakit Pemeriksaan Nominal (+) jika
9
tropis yang
disebabkan oleh
cacing seperti
cacing tambang,
kremi dan gelang.
Langsung ditemukan telur
cacing Ascaris
lumbricoides,
hookworm,
Trichuris
trichura,dan
Oxyuris
vermicularis.
(-) Jika tidak
ditemukan telur
cacing Ascaris
lumbricoides,
hookworm,
Trichuris
trichura,dan
Oxyuris
vermicularis.
.
3 Kadar Hb Jumlah Gr/dL
hemoglobin
dalam darah.
Hb meter
(DiaSpect®)
Nominal Normal bila Hb
12 g/dL.
4 Zat Besi Zat yang
membentuk
hemoglobin yang
berasal dari
protein
bersumber dari
hewani.
Dengan
wawancara
menggunakan
tehnik food
recall maka
ditentukan
Angka
Kecukupan Gizi
Nominal
5 Vitamin C Asam organik
yang membantu
Dengan
wawancara
Nominal
10
penyerapan Zat
Besi.
menggunakan
tehnik food
recall maka
ditentukan
Angka
Kecukupan Gizi
5.10 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Tinja yang digunakan sebagai sampel untuk pemeriksaan tinja.
2. Sediaan darah jari untuk pemeriksaan Hb.
3. Kuesioner Food Recall 24 jam.
B. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Hb meter (DiaSpect®).
2. Stik es krim untuk mengambil tinja.
3. Pot tinja untuk penampung tinja.
4. Kertas label untuk identifikasi sampel.
5. Masker.
6. Hand schoen.
7. Objek glass.
8. Kawat saring.
9. Karton berlubang.
10. Selophane.
11. Mikroskop.
12. Kamera.
Cara pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan klinis anemia meliputi
menanyai subjek tentang gejala anemia yang dirasakannya antara lain keluhan
lemah, letih, lesu, lelah dan lalai (5L), sering mengeluh pusing dan mata
berkunang-kunang. Kemudian melakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan
11
tanda anemia antara lain kelopak mata, bibir, lidah, dan telapak tangan terlihat
pucat. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan Hb dengan menggunakan
alat Hb meter (DiaSpect®) untuk mengetahui kadar Hb dari subyek. Untuk
mengetahui infeksi kecacingan dilakukan pemeriksaan tinja dengan
menggunakan metode langsung, serta wawancara dan pengisian kuisioner food
recall 1 X 24 jam terhadap siswa yang terpilih yang menjadi subyek penelitian.
5.11. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan sampel tinja dilakukan untuk menghitung tingkat infeksi atau
kepadatan telur cacing dalam sampel tinja responden. Pemeriksaan sampel
tinja akan dilakukan oleh Analis Laboratorium Parasitologi Balai Litbang
P2B2 Donggala.
Koleksi Sampel Tinja :
Pada hari pemeriksaan, siswi penderita anemia diberi pot untuk
wadah tinja sebanyak 1 buah per orang.
Tinja penderita anemia dikumpulkan selama 3 hari.
Tinja sebanyak kurang lebih 5 gr ditampung dalam pot tinja, saat
penderita buang air besar dipagi hari.
Selama 3 hari petugas mengumpulkan pot yang telah berisi tinja
penderita anemia.
Bagi penderita yang belum mengumpulkan tinja pada hari yang
ditentukan maka petugas akan mengunjungi kembali pada hari
berikut hingga 3 hari.
Jika selama 3 hari kunjungan susulan petugas, siswi penderita anemia
tidak mengumpulkan tinja maka siswi tersebut dianggap batal.
Pemeriksaan preparat tinja dengan metode langsung
Prosedur pemeriksaan kecacingan dengan metode langsung langkah-
langkahnya adalah:
Dengan pipet diambil 1-2 tetes Lugol, ditaruh diatas gelas benda yang
sudah diberi kode sesuai kode pot tinja.
12
Dengan tusuk sate diambil sedikit tinja kira-kira 1-2 mg, dan
dihancurkan sampai merata dalam tetesan lugol tadi. Bagian-bagian
yang kasar dibuang. Sesudah dipakai lidi dibuang ke dalam larutan
desinfektan.
Ambil gelas penutup, letakkan diatasnya sedemikian rupa sehingga
cairan merata dibawah gelas penutup dan tidak terjadi gelembung-
gelembung udara, dan sediaan ini harus cukup tipis (kertas koran yang
diletakkan dibawahnya cukup jelas terbaca).
Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran kecil (10X) dahulu,
bila sudah ditemukan baru dengan perbesaran kuat (40X).
Pemeriksaan ini diulangi sedikitnya 3 kali (3 sediaan).
Pemeriksaan Secara Mikroskopik
Tenaga mikrokopis yang digunakan dalam pemeriksaan slide sediaan tinja
adalah tenaga mikroskopis yang telah terlatih yang merupakan tenaga inti pada
laboratorium Parasitologi Balai Litbang P2B2 Donggala.
Prosedur kerja pemeriksaan Hb dengan Hb meter (DiaSpect®):
Siapkan alat Hb meter (DiaSpect®) dan letakkan test strip ke wadahnya.
Siapkan lancing device dengan membuka penutup dan masukkan sterile
lancets kemudian tutup kembali.
Siapkan apusan alkohol di bagian perifer ujung jari, tusukkan sterile
lancets dengan menggunakan lancing device.
Kemudian hisap darah dengan menempelkan darah yang keluar di area
penghisap darah pada test strip.
Baca hasil yang ditampilkan dilayar Hb meter (DiaSpect®)
Wawancara Food Recall 24 jam
Metode Multiple Food Recall 24 jam adalah metode wawancara dengan
menggunakan kuesioner, dimana pewawancara menanyakan dengan lengkap
makanan dan minuman apa yang telah dikonsumsi oleh remaja putri 24 jam
yang lalu apa yang telah dikonsumsi kemarin ketika makan pagi, makan siang,
makan malam dan makanan kecil diluar waktu makan tersebut. Dalam
13
wawancara ini responden ditanyai tentang jenis makanan yang dikonsumsi,
berapa banyak yang dikonsumsi dengan menggunakan satuan ukur yang umum
digunakan seperti sendok makan, sendok teh, potongan kecil, sedang atau besar
kemudian mengambil bahan makanan yang serupa untuk ditimbang berat
makanan tersebut dalam keadaan mentah dan matang sehingga akan didapatkan
jumlah kalori yang di konsumsi.
5.12. Managemen dan Analisis data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dan manual.
1. Pengolahan dan Analisis Kadar Hemoglobin
Data kadar hemoglobin didapatkan melalui pengukuran kadar hemoglobin
dengan metode menggunakan alat Hb meter (DiaSpect®), Kadar hemoglobin
yang didapat kemudian dibandingkan dengan kadar hemoglobin normal untuk
anak sekolah menengah atas menurut Departemen Kesehatan tahun 1995 yaitu :
Hemoglobin (Hb) = 12 g/dL = Tidak Anemia
Hemoglobin (Hb) < 12 g/dL = Anemia
Data kadar hemoglobin yang didapat kemudian ditabulasi untuk mendapatkan
informasi mengenai rata-rata kadar hemoglobin anak sekolah menengah atas,
kadar hemoglobin menurut umur, kadar hemoglobin menurut jenis kelamin dan
untuk memperoleh informasi prevalensi anemia pada anak sekolah menengah
atas.
2. Pengolahan dan Analisis Tingkat Kecukupan Zat Besi dan Vitamin C
Data tingkat kecukupan zat besi didapatkan melalui survey konsumsi yaitu
wawancara secara lengkap apa yang telah dikonsumsikan oleh anak-anak pada
hari kemarin dengan menggunakan Kuesioner Food Recall 24 jam. Hasil
wawancara makanan apa yang telah di konsumsi oleh anak-anak, kemudian
dikonversi dalam satuan berat (gram) dengan berat menggunakan daftar bahan
penukar. Hasil konversi tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program
Nutri Survey untuk mendapatkan jumlah asupan zat besi. Asupan pada hari
pertama dan kedua dijumlahkan dan dicari rata-ratanya. Rata-rata tersebut
dibandingkan dan dibagi dengan angka kecukupan gizi (zat besi) yang
14
dianjurkan. Hasil pembagian dari rata-rata jumlah zat besi yang diasup dengan
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan, kemudian di kalikan dengan 100 %
untuk mendapatkan tingkat kecukupan zat besi.
Tingkat kecukupan zat besi dinyatakan dalam :
Tingkat kecukupan < 100 % = asupan zat besi dibawah angka kecukupan gizi
yang dianjurkan.
Tingkat kecukupan 100 % = asupan zat besi memenuhi angka kecukupan gizi
yang dianjurkan.
Tingkat kecukupan > 100 % = asupan zat besi diatas angka kecukupan gizi yang
dianjurkan.
Data asupan zat besi yang didapat kemudian ditabulasi untuk mendapatakan
informasi mengenai rata-rata jumlah asupan dan tingkat kecukupan zat besi anak
sekolah menengah atas, serta jumlah dan tingkat kecukupan zat besi menurut
jenis kelamin dan kelompok umur.
3. Prevalensi Kecacingan
Untuk mengetahui prevalensi kecacingan digunakan indeks prevalensi, untuk
frekuensi jenis cacing digunakan indeks frekuensi, dan untuk intensitas cacing
digunakan standar WHO.
4. Analisis statistik Chi square
Untuk mengetahui adanya hubungan anemia dengan kecacingan digunakan
analisis chi square.
15
6. HASIL PENELITIAN
6.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Palu adalah Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah , Indonesia merupakan kota yang
terletak di Sulawesi Tengah. Berbatasan dengan Kabupaten Donggala di sebelah
barat, Kabupaten Sigi Biromaru di sebelah selatan dan utara, Kabupaten Parigi
Moutong di sebelah timur dan Selat Makassar di sebelah barat dan utara. Kota Palu
merupakan kota lima dimensi terdiri atas lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan
teluk. Koordinatnya adalah 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Kota Palu dilewati
oleh garis khatulistiwa. Kota Palu dibagi menjadi Delapan Kecamatan yaitu, Palu
Barat, Palu Selatan, Palu Timur, Palu Utara, Mantikulore, Ulujadi, Tatanga, dan
Tawaeli. (BPS Kota Palu, 2014).
Sumber Data : Sistem Informasi Penanaman Modal Kota Palu Peta Administrasi Kota
Palu, 2015
6.2 Hasil Pemeriksaan
Telah dilaksanakan pengambilan data pada penelitian “Hubungan
Anemia Gizi Dengan Infeksi Kecacingan Pada Remaja Putri Siswa SLTA Di
16
Kota Palu” dengan hasil penelitian ini meliputi gambaran kejadian anemia pada
remaja putri Siswa SLTA Di Kota Palu, meliputi proporsi kecacingan, hubungan
anemia dengan infeksi kecacingan, hubungan tingkat kecukupan zat besi dan
vitamin C dengan infeksi kecacingan, serta jenis infeksi kecacingan pada remaja
Putri Siswa SLTA.
1. Proporsi Kecacingan pada Siswa Sekolah dasar Pada remaja Putri
Siswa SLTA Di Kota Palu
Pada penelitian ini pengambilan sampel tinja dilakukan di remaja Putri
Siswa SLTA Di Kota Palu Propinsi Sulawsi Tengah. Data penelitian dikumpulkan
dari data primer dan data sekunder. Data pimer diperoleh melalui pengambilan serta
pemeriksaan sampel tinja pada manusia. Sedangkan data sekunder diperoleh
melalui diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Palu.
Untuk pengambilan sampel tinja dilakukan sesuai dengan prosedur yang
direkomendasikan oleh WHO yaitu pada hari pemeriksaan, siswi penderita anemia
diberi pot untuk wadah tinja sebanyak 1 buah per orang. Tinja penderita anemia
dikumpulkan selama 3 hari. Tinja sebanyak kurang lebih 5 gr ditampung dalam pot
tinja, saat penderita buang air besar dipagi hari. Selama 3 hari petugas
mengumpulkan pot yang telah berisi tinja penderita anemia. Bagi penderita yang
belum mengumpulkan tinja pada hari yang ditentukan maka petugas akan
mengunjungi kembali pada hari berikut hingga 3 hari. Jika selama 3 hari kunjungan
susulan petugas, siswi penderita anemia tidak mengumpulkan tinja maka siswi
tersebut dianggap batal.
Pemeriksaan sampel tinja dilakukan di laboratorium Parasitologi Balai
Litbang P2B2 Donggala. Pemeriksaan sampel tinja dilakukan dengan
menggunakan metode langsung sesuai dengan rekomendasi dari WHO yaitu :
prosedur pemeriksaan kecacingan dengan metode langsung langkah-langkahnya
adalah : dengan pipet diambil 1-2 tetes Lugol, ditaruh diatas gelas benda yang
sudah diberi kode sesuai kode pot tinja. Dengan tusuk sate diambil sedikit tinja
kira-kira 1-2 mg, dan dihancurkan sampai merata dalam tetesan lugol tadi. Bagian-
bagian yang kasar dibuang. Sesudah dipakai lidi dibuang ke dalam larutan
desinfektan. Ambil gelas penutup, letakkan diatasnya sedemikian rupa sehingga
cairan merata dibawah gelas penutup dan tidak terjadi gelembung-gelembung
17
udara, dan sediaan ini harus cukup tipis (kertas koran yang diletakkan dibawahnya
cukup jelas terbaca). Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran kecil (10X)
dahulu, bila sudah ditemukan baru dengan perbesaran kuat (40X). Pemeriksaan ini
diulangi sedikitnya 3 kali (3 sediaan). Proporsi kecacingan remaja putri siswa
SLTA di Kota Palu dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Sebanyak 72 siswa SLTA terpilih. Dari hasil pemeriksaan ditemukan 8
sampel (11,11%) terinfeksi kecacingan dan 64 sampel (88,89%) tidak terinfeksi
kecacingan (gambar 1).
Gambar 1. Diagram Proporsi Kecacingan pada Remaja Putri
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa angka kecacingan pada remaja purri
siswa SLTA di Kota Palu adalah 11,11 %, artinya bahwa angka kecacingan pada
remaja putri masih cukup tinggi. Menurut Depkes RI (2014) angka kejadian
nasional kecacingan adalah sebesar 10 %.1
2. Hubungan Infeksi Anemia dengan Kejadian Kecacingan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa putri yang menderita
kecacingan terdistribusi merata baik pada kelompok kontrol ( tidak anemia)
berjumlah 4 orang (5,55 %), dan pada kelompok kasus (anemia) juga berjumlah 4
orang (5,55 %). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai odd ratio 1,0 dan nilai
probabiltasnya sebesar 0,654 (p > 0,05), artinya tidak ada hubungan antara anemia
dengan kecacingan. Hubungan Infeksi Anemia dan Kejadian Kecacingan dapat
dilihat pada tabel 1. dibawah ini :
cacingan = 8 (11,11%)
tidak kecacingan = 64(88,89%)
18
Tabel 1.
Hubungan Anemia dengan Kecacingan
Kejadian
kecacingan
Kadar Hb
Anemia
Tidak
Anemia Jumlah OR P CI
N % N % N %
Kecacingan 4 5,55% 4 5,55% 8 11,1%1,0 0,645
0,23 –
4,39Tidak Kecacingan 32 44,45% 32 44,45% 64 88,9%
Jumlah 36 50% 36 50% 72 100%
3. Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi dan vitamin C dengan Kejadian
Kecacingan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat kecukupan Zat Besi menunjukkan
hasil yang hampir sama pada tiap kelompok perlakuan. Pada kelompok kaus
(anemia), ditemukan 9 orang (12,5 %) yang mencukupi asupan Zat Besi harian,
sedang 27 orang (37,5%) tidak tercukupi asupan Zat Besi harian. Pada kelompok
kontrol (tidak Anemia ), terdapat 11 orang (15,3%) yang yang mencukupi asupan
Zat Besi harian, sedang 25 orang (34,7%) tidak tercukupi asupan Zat Besi harian
Dengan odd ratio 0,793 dan nilai P 0,396 ( p > 0,05), artinya tidak ada hubungan
tingkat kecukupan Zat Besi dengan kadar Hb. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 2. di bawah ini :
Tabel 2.
Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi dengan Kadar Hb
Tingkat
kecukupan zat
besi
Kadar Hb
Jumlah OR P Ci
Anemia
Tidak
Anemia
N % N % N %
Cukup 9 12,5 % 11 15,3 % 20 27,8 %
0,793 0,396
0,42-
3,71Tidak Cukup 27 37,5 % 25 34,7 % 52 72,2 %
Jumlah 36 50 % 36 50 % 72 100 %
19
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat kecukupan vitamin c
juga menunjukkan hasil yang sama pada tiap kelompok perlakuan. Pada kedua
kelompok ditemukan 1 orang (1,4%) yang mencukupi asupan vitamin C harian,
sedang 35 orang (48,6%) tidak tercukupi asupan vitamin C harian. Dengan odd
ratio 1,0 dan nilai P 0,754 ( p > 0,05), artinya tidak ada hubungan tingkat
kecukupan vitamin C dengan kadar Hb. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 3. di bawah ini :
Tabel 3.
Hubungan Tingkat kecukupan Vitamin C dengan Kadar Hb
4. Jenis Infeksi Kecacingan Pada Remaja Putri Siswa SLTA
Berdasarkan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dari 8 orang sampel yang
menderita kecacingan, 4 orang (50%) terinfeksi cacing jenis Hook Worm, 3 orang (
37,5 %) terinfeksi cacing jenis Trichuris Trichiura, dan 1 orang (12,5%) terinfeksi
2 (dua) jenis cacing yaitu Hook Worm dan Trichuris Trichiura.
Tabel 4. Jenis Cacing yang menginfeksi Remaja Putri
D
a
r
Tingkat
kecukupan Vit.C
Kadar Hb
Jumlah OR P Ci
Anemia
Tidak
Anemia
N % N % N %
Cukup 1 1,4% 1 1,4% 2 2,8%
1,0 0,7540.06 -
16,6Tidak Cukup 35 48,6% 35 48,6% 70 97,2%
Jumlah 36 50% 36 50% 72 100%
Jenis Cacing
Kadar Hb
Anemia Tidak Anemia Jumlah
N % N % N %
Hook worm 3 37,5 1 12,5 4 50
Trichuris Trichiura 0 0 3 37,5 3 37,5
Hook worm +
Trichuris 1 12,5 0 0 1 12,5
Jumlah 4 50 4 50 8 100
20
7. PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan sampel tinja pada remaja putri siswa SLTA di Kota Palu
menunjukkan bahwa dari 72 sampel tinja yang terkumpul, sebanyak 8 sampel (11,11%)
ditemukan positif terinfeksi telur cacing. Angka ini masih tinggi bila dibandingkan
dengan angka nasional infeksi kecacingan yaitu 10%1. Tingginya angka kecacingan dapat
digunakan sebagai indikator bahwa upaya pencegahan dan pemberantasan kecacingan pada
remaja Putri Siswa SLTA di Kota Palu belum dilakukan secara maksimal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jenis cacing yang menginfeksi pada siswa putri SLTA di Kota Palu
adalah Trichuris trichiura dan Hookworm. Distribusi jenis cacing yang terbanyak
menginfeksi adalah jenis Hookworm (50%), Trichuris trichiura (37,5%), serta sisanya
adalah campuran Trichuris trichiura dan Hookworm (12,5%). Data dari WHO dilaporkan
satu miliar orang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi cacing
Trichuris trichiura dan 740 juta orang terinfeksi cacing Hookworm11. Hal ini disebabkan
karena penyakit kecacingan merupakan penyakit yang kurang mendapatkan perhatian
(neglected disease) dan kurang terpantau oleh petugas kesehatan12.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Steinmann, et all (2014) menunjukkan
bahwa prevalensi pada remaja berumur 15 – 24 tahun adalah 21 % sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Samudar (2013) menyebutkan bahwa prevalensi angka kecacingan
pada anak sekolah dasar sebanyak 57 %13. Perbedaan proposi kejadian kecacingan pada
setiap idividu dapat saja terjadi, hal ini dipengaruhi beberapa faktor seperti perilaku hidup
bersih perorangan, sanitasi lingkungan dan pengobatan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi prevalensi kecacingan. Pada hasil penelitian ini menunjukkan, infeksi
kecacingan yang tinggi pada jenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Tekeste, et all (2013) bahwa tingkat infeksi kecacingan tinggi pada
jenis kelamin perempuan sebanyak 25,64% sedangkan pada jenis kelamin laki laki adalah
sebesar 21,18 %14.
Hasil penelitian berdasarkan uji statistik didapatkan nilai odd ratio 1,0 dan nilai
probabiltasnya sebesar 0,654 (p > 0,05), artinya tidak ada hubungan antara anemia dengan
kecacingan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anemia
dengan infeksi kecacingan. Hal ini dikarenakan zat pembentuk hemoglobin adalah protein
yang kaya akan zat besi13. Sedangkan pada siswa remaja Putri SLTA konsumsi protein
pada anak sekolah cukup tinggi. Dimana salah satu penyebab anemi adalah asupan protein
yang kurang dari kebutuhan. Konsumsi protein yang tinggi dikarenakan hasil komunitas
21
utama dari daerah tersebut adalah ikan. Ikan merupakan sumber protein hewani dan
memiliki nilai biologis yang cukup tinggi yaitu 76. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Samudar (2013) bahwa tidak ada hubungan antara anemia dengan infeksi
kecacingan13.
Untuk mengetahui faktor terjadinya anemia, penelitian ini menghubungkan
dengan asupan zat besi harian. Hasilnya bahwa tingkat kecukupan zat besi dari seluruh
sampel remaja putri baik dalam kelompok kasus maupun kelompok kontrol sebagian besar
tidak memenuhi asupan zat besi harian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik pada
kelompok kasus dan kelompok kontrol, asupan zat besi, asupan vitamin C dan status gizi
dapat dikatakan hampir sama. Asupan zat besi pada kedua kelompok perlakuan sebagian
besar tidak mencukupi kebutuhan15. Kecukupan zat besi pada wanita kelompok umur 13 –
18 tahun adalah sebesar 26 mg. Hasil penelitian ini mendapatkan 11 orang (15,3%) yang
yang mencukupi asupan Zat Besi harian, sedang 25 orang (34,7%) tidak tercukupi asupan
Zat Besi harian, dengan odd ratio 0,793 dan nilai P 0,396 ( p > 0,05), artinya tidak ada
hubungan tingkat kecukupan Zat Besi dengan kadar Hb. Namun perhitungan kecukupan
zat gizi yang dianjurkan haruslah berdasarkan pada rata-rata patokan berat badan untuk
masing-masing kelompok umur dan jenis kelamin. Ketidakcukupan asupan zat besi pada
remaja putri pada kedua kelompok perlakuan dalam penelitian ini disebabkan pola
konsumsi yang sangat minim penggunaan sayur dan buah, minimnya kosnumsi daging
merah sebagai sumber besi heme pada menu makanan mereka sehari-hari, konsumsi zat
penghambat absorbsi besi dalam tubuh juga terbilang cukup tinggi yakni tannin yang
terdapat dalam teh, minuman berkarbonasi dan susu. Putih telur dan susu sapi juga disebut-
sebut sebagai penghambat absorbsi besi dalam tubuh. Fitat, fosfat dan fosfoprotein juga
mempunyai efek yang sama16. Sedangkan asupan zat besi yang berasal dari preparat zat
besi hampir semua responden menyatakan tidak pernah mengkonsumsi.
Sedangkan faktor lain yang berhubungan dengan terjadinya anemia adalah tingkat
kecukupan asupan vitamin C harian. Ditemukan bahwa tingkat kecukupan vitamin C juga
menunjukkan hasil yang sama pada tiap kelompok perlakuan. Pada masing - masing
kelompok ditemukan 1 orang (1,4%) yang mencukupi asupan vitamin C harian, sedang 35
orang (48,6%) tidak tercukupi asupan vitamin C harian. Dengan odd ratio 1,0 dan nilai P
0,754 ( p > 0,05), artinya tidak ada hubungan tingkat kecukupan vitamin C dengan kadar
Hb. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh hamid (2007) bahwa ada
pengaruh konsumsi vitamin C terhadap kejadian anemia, yaitu remaja putri yang konsumsi
22
vitamin C kurang dari 100 % AKG memiliki resiko 3,5 kali lebih tinggi mengalami anemia
dibandingkan dengan remaja putri yng mengkonsumsi vitamin C lebih dari 100 % AKG17.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Satyaningsih (2007) menemukan bahwa resiko
mengalami anemia lebih tinggi 4 kali pada remaja putri yang konsumsi vitamin C kurang
dari AKG18.
23
8. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kejadian kecacingan pada seluruh responden sebesar 11,1 %.
2. Tidak ada hubungan antara anemia dan kecacingan.
3. Semua responden tercukupi jumlah asupan zat besi harian sedang jumlah asupan
vitamin C harian pada hampir semua responden tidak tercukupi.
4. Spesies cacing yang ditemukan terbanyak berturut-turut adalah Hookworm dan
Trihuris Trichiura.
Saran
1. Sebaiknya instansi terkait seperti dinas pendidikan, dinas kesehatan, Puskesmas,
serta pihak sekolah setempat lebih meningkatkan pendidikan gizi dan kesehatan,
yang diintegrasikan pada mata pelajaran seperti IPA (Biologi) dan Penjaskes
(Pendidikan Jasmani dan Kesehatan).
2. Sebaiknya UKS dan PMR melalui kader remaja dapat dijadikan sarana untuk
memberikan penyuluhan tentang anemia kepada para siswa khususnya remaja
putri.
3. Untuk mengantisipasi ketidakcukupan asupan zat gizi pada siswa khususnya
remaja putri, sebaiknya dilakukan komunikasi antara guru dengan orang tua
siswa agar memperhatikan makanan, status gizi dan kesehatan putra-putrinya.
4. Pihak sekolah sebaiknya lebih memperhatikan, membina, dan mengarahkan
kualitas makanan yang dijual di kantin sekolah, agar tercapainya pemenuhan
asupan zat gizi para siswa khususnya remaja putri.
24
9. UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan
Litbang Kesehatan atas dukungan dana sehingga penelitian ini dapat terlaksana, Sekretariat
Risbinkes Pusat dan Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala, atas disetujuinya usulan
penelitian ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kota Palu, Kepala
Sekolah SMAN 4 Palu, Kepala Sekolah SMAN 8 Palu, Kepala Sekolah SMK PONPES
AL-KHAIRAAT Palu, Kepala Sekolah MAN 1 Palu, Kepala Sekolah MAN 2 Palu, Kepala
Sekolah SMAN 3 Palu, Kepala Sekolah SMAN 5 Palu, Kepala Sekolah SMK
Muhammadiyah Palu, Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Palu, Kepala Sekolah SMK
Justitia Palu, serta Kepala Sekolah SMAN 9 Palu, atas izin penelitian dan dukungan yang
telah diberikan kepada kami.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu DR. Astuti Lamid, MCN dan
Ibu DR. Ir. Anies Irawati, M.Kes sebagai pembimbing yang telah membantu serta
memberikan bimbingan mulai dari penyusunan protokol penelitian sampai dengan
pembuatan laporan akhir.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman Balai Litbang P2B2
Donggala khususnya Hayani Anastasia, SKM, MPH, Tri Juni Wijatmiko, Made Agus
Nurjana, SKM., M.Epid, serta Endra Tigordo Motto, SE atas bantuannya selama penelitian
ini berlangsung sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada adik-adik siswa SLTA yang telah
bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.
Donggala, November 2014
Penulis
25
10. DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Direktorat Jenderal PP & PL. Pedoman pengendalian kecacingan. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2007
2. Balitbangkes. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Indonesia tahun 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia.
3. WHO[World Health Organitation]. 2008. Worldwide Prevalence of Anemia 1993-
2005. Dikutip dari http://www.who.int. Diakses pada tanggal 2 November 2015.
4. [WHO] World Health Organization. 2011. Iron deficiency anaemia.
http://www.who.int/nutrition/topics/ida/en/index.html. Diakses pada tanggal 17
Sep 2015
5. Brown, H.W. 1993. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta : Gramedia.
6. Siti Chadijah, Hayani Anastasia, Junus Wijaya, Made Agus Nurjana, 2013.
Kejadian Penyakit Cacing Usus Di Kota Palu dan Kabupaten Donggala sulawesi
Tengah. Jurnal Buski, Vol 4 No.4
7. Proverawati, Atikah.2011. Anemia dan Anemia kehamilan. Yogyakarta : Nuha
Medika
8. Andriani, M. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
9. Sihotang, S. D. & Febriany, N. 2012. Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri
Tentang Anemia Defisiensi Besi di SMA Negeri 15 Medan. Jurnal Keperawatan
Holistik ; 1 (2)
10. Nahdiyati., A. Taslim N dan A. Faisal. Studi Infeksi Kecacingan Dan Anemia
Pada Siswa Sekolah Dasar Di Daerah Endemik Malaria, Kabupaten Mamuju.
Makasar : Universitas Hasanuddin; 2013
11. Soil Transmitted Helminths. WHO. 2006. Accessed February 20, 2013. Available
at: http://who.int/intestinal_worms/en.
12. Sudomo, M. Penyakit Parasitik Yang Kurang Diperhatikan. Orasi Pengukuhan
Profesor Riset Bidang Entomologi dan Moluska. Badan Litbang Kesehatan.
Jakarta. 2008
13. Samudar et al. 2013. Hubungan infeksi kecacingan dengan status hemoglobin
pada anak sekolah dasar diwilayah pesisir kota makassar propinsi sulawesi tahun
26
2013. Dikutip pada : http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5670 diakses
tanggal 1 desember 2015.
14. Takeste, Zinaye et al. 2013. Epidemiology of Intestinal Schistosomiasis and Soil
Transmitted Helminthiasis Among Primary School Children in Gorgora. Diakses
pada 15 November 2015.
15. Depkes RI. 2014. Daftar tabel AKG. Dikutip pada: http:
//gizi.depkes.go.id/download/Kebijakan%20Gizi/Tabel%20AKG.pdf diakses tanggal 1
Desember 2015.
16. Marina, indriasari et al. 2015. Asupan Zat Gizi Mikro, Pelancar Dan Penghambat
Absorbsi Zat Besi Dengan Status Hemoglobin Pada Remaja Putri Di Sma Negeri
10 Makassar. Dikutip pada http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/13530.
diakses pada 2 Desember 2015.
17. Hamid S, Safyanti, Mulyati N. 2007. Prevalensi anemia gizi pada remaja putri
tingkat SLTP dan alternatif upayapencegahan melalui makanan jajanan
sekolah diPropinsi Sumatra Barat. Jurnal Sehat Mandiri Jilid 1 No.1. 2007:13-21.
18. Setyaningsih, Elsa. 2007. Anemia Gizi Pada Remaja Putri SMK Amaliyah Sekadau
Kalimantan Barat. Depok : Thesis FKMUI.
27
LAMPIRAN
28
Lampiran 1. Distribusi frekuensi dan Hubungan Anemia Gizi Dengan Infeksi
Kecacingan
CrosstabsNotes
Output Created 14-DEC-2015 08:31:43
Comments
Input
Data
D:\My Documents\laporan
hasil risbinkes\tab_dr_ujang
(fix).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File72
Missing Value Handling
Definition of MissingUser-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are
based on all the cases with
valid data in the specified
range(s) for all variables in
each table.
Syntax
CROSSTABS
/TABLES=Hasil_Kecacingan
BY Indikator_anemia
/FORMAT=AVALUE
TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.05
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\My Documents\laporan hasil risbinkes\tab_dr_ujang (fix).sav
29
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
status kecacingan * Status
anemia72 100.0% 0 0.0% 72 100.0%
status kecacingan * Status anemia Crosstabulation
Count
Status anemia Total
anemia Normal
status kecacinganpositif 4 4 8
negatif 32 32 64
Total 36 36 72
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .645
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000
N of Valid Cases 72
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for status
kecacingan (positif / negatif)1.000 .230 4.349
For cohort Status anemia =
anemia1.000 .480 2.085
For cohort Status anemia =
Normal1.000 .480 2.085
N of Valid Cases 72
30
FREQUENCIES VARIABLES=BESI_K100 Besi__mg/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM/ORDER=ANALYSIS.
FrequenciesNotes
Output Created 14-DEC-2015 08:32:01
Comments
Input
Data
D:\My Documents\laporan
hasil risbinkes\tab_dr_ujang
(fix).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File72
Missing Value Handling
Definition of MissingUser-defined missing values
are treated as missing.
Cases UsedStatistics are based on all
cases with valid data.
Syntax
FREQUENCIES
VARIABLES=BESI_K100
Besi__mg
/STATISTICS=STDDEV
MINIMUM MAXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN
MODE SUM
/ORDER=ANALYSIS.
ResourcesProcessor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.05
[DataSet1] D:\My Documents\laporan hasil risbinkes\tab_dr_ujang (fix).sav
Statistics
Konsumsi zat
besi menurut
100%AKG
Besi__mg
NValid 72 72
Missing 0 0
Mean 1.2778 24.1411
31
Std. Error of Mean .05316 .40320
Median 1.0000 23.6430
Mode 1.00 20.33a
Std. Deviation .45105 3.42124
Minimum 1.00 16.22
Maximum 2.00 35.62
Sum 92.00 1738.16
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Frequency TableKonsumsi zat besi menurut 100%AKG
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 52 72.2 72.2 72.2
2.00 20 27.8 27.8 100.0
Total 72 100.0 100.0
Besi__mg
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
16.22 1 1.4 1.4 1.4
17.89 1 1.4 1.4 2.8
19.81 1 1.4 1.4 4.2
19.86 1 1.4 1.4 5.6
19.97 1 1.4 1.4 6.9
20.33 3 4.2 4.2 11.1
20.49 1 1.4 1.4 12.5
20.52 1 1.4 1.4 13.9
20.75 1 1.4 1.4 15.3
20.85 1 1.4 1.4 16.7
20.91 1 1.4 1.4 18.1
21.11 1 1.4 1.4 19.4
21.16 2 2.8 2.8 22.2
21.27 1 1.4 1.4 23.6
21.58 1 1.4 1.4 25.0
21.68 1 1.4 1.4 26.4
21.74 1 1.4 1.4 27.8
22.00 1 1.4 1.4 29.2
22.27 1 1.4 1.4 30.6
32
22.31 1 1.4 1.4 31.9
22.38 1 1.4 1.4 33.3
22.61 1 1.4 1.4 34.7
22.67 2 2.8 2.8 37.5
22.72 1 1.4 1.4 38.9
22.78 1 1.4 1.4 40.3
22.93 1 1.4 1.4 41.7
23.00 1 1.4 1.4 43.1
23.23 1 1.4 1.4 44.4
23.29 1 1.4 1.4 45.8
23.30 1 1.4 1.4 47.2
23.61 1 1.4 1.4 48.6
23.63 1 1.4 1.4 50.0
23.66 1 1.4 1.4 51.4
23.80 1 1.4 1.4 52.8
23.87 1 1.4 1.4 54.2
23.97 1 1.4 1.4 55.6
24.23 1 1.4 1.4 56.9
24.28 1 1.4 1.4 58.3
24.36 1 1.4 1.4 59.7
24.44 1 1.4 1.4 61.1
24.49 1 1.4 1.4 62.5
24.65 1 1.4 1.4 63.9
25.43 1 1.4 1.4 65.3
25.55 1 1.4 1.4 66.7
25.60 1 1.4 1.4 68.1
25.66 1 1.4 1.4 69.4
25.84 1 1.4 1.4 70.8
25.94 1 1.4 1.4 72.2
26.00 3 4.2 4.2 76.4
26.10 1 1.4 1.4 77.8
26.79 2 2.8 2.8 80.6
26.85 1 1.4 1.4 81.9
27.30 1 1.4 1.4 83.3
27.75 1 1.4 1.4 84.7
28.08 1 1.4 1.4 86.1
28.34 1 1.4 1.4 87.5
33
28.44 1 1.4 1.4 88.9
28.88 1 1.4 1.4 90.3
29.33 1 1.4 1.4 91.7
29.54 1 1.4 1.4 93.1
29.80 1 1.4 1.4 94.4
30.18 1 1.4 1.4 95.8
30.37 1 1.4 1.4 97.2
30.84 1 1.4 1.4 98.6
35.62 1 1.4 1.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
FREQUENCIES VARIABLES=VITc_K100 Vit._C__mg_/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM/ORDER=ANALYSIS.
FrequenciesNotes
Output Created 14-DEC-2015 08:32:40
Comments
Input
Data
D:\My Documents\laporan
hasil risbinkes\tab_dr_ujang
(fix).sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File72
Missing Value Handling
Definition of MissingUser-defined missing values
are treated as missing.
Cases UsedStatistics are based on all
cases with valid data.
Syntax
FREQUENCIES
VARIABLES=VITc_K100
Vit._C__mg_
/STATISTICS=STDDEV
MINIMUM MAXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN
MODE SUM
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.03
34
Elapsed Time 00:00:00.17
[DataSet1] D:\My Documents\laporan hasil risbinkes\tab_dr_ujang (fix).sav
Statistics
Konsumsi
vitamin C
menurut
100%AKG
Vit._C__mg_
NValid 72 72
Missing 0 0
Mean 1.0278 66.7066
Std. Error of Mean .01950 1.17628
Median 1.0000 65.2000
Mode 1.00 58.65
Std. Deviation .16549 9.98106
Minimum 1.00 46.80
Maximum 2.00 102.75
Sum 74.00 4802.88
Frequency Table
Konsumsi vitamin C menurut 100%AKG
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 70 97.2 97.2 97.2
2.00 2 2.8 2.8 100.0
Total 72 100.0 100.0
Vit._C__mg_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
46.80 1 1.4 1.4 1.4
51.29 1 1.4 1.4 2.8
51.60 1 1.4 1.4 4.2
52.28 1 1.4 1.4 5.6
55.67 1 1.4 1.4 6.9
55.96 1 1.4 1.4 8.3
35
56.52 1 1.4 1.4 9.7
57.15 1 1.4 1.4 11.1
57.30 1 1.4 1.4 12.5
57.51 1 1.4 1.4 13.9
57.60 1 1.4 1.4 15.3
58.22 1 1.4 1.4 16.7
58.65 3 4.2 4.2 20.8
59.07 1 1.4 1.4 22.2
59.10 1 1.4 1.4 23.6
59.49 1 1.4 1.4 25.0
59.85 1 1.4 1.4 26.4
60.15 1 1.4 1.4 27.8
60.90 1 1.4 1.4 29.2
60.90 1 1.4 1.4 30.6
61.05 2 2.8 2.8 33.3
61.35 1 1.4 1.4 34.7
62.25 1 1.4 1.4 36.1
62.55 1 1.4 1.4 37.5
62.70 1 1.4 1.4 38.9
63.45 1 1.4 1.4 40.3
63.59 1 1.4 1.4 41.7
63.87 1 1.4 1.4 43.1
64.01 1 1.4 1.4 44.4
64.15 1 1.4 1.4 45.8
64.35 1 1.4 1.4 47.2
64.86 1 1.4 1.4 48.6
65.00 1 1.4 1.4 50.0
65.40 2 2.8 2.8 52.8
65.55 1 1.4 1.4 54.2
65.70 1 1.4 1.4 55.6
66.15 1 1.4 1.4 56.9
66.98 1 1.4 1.4 58.3
67.01 1 1.4 1.4 59.7
67.12 1 1.4 1.4 61.1
67.20 1 1.4 1.4 62.5
68.10 1 1.4 1.4 63.9
68.25 2 2.8 2.8 66.7
36
68.85 1 1.4 1.4 68.1
69.15 1 1.4 1.4 69.4
69.38 1 1.4 1.4 70.8
69.90 1 1.4 1.4 72.2
70.05 1 1.4 1.4 73.6
70.50 1 1.4 1.4 75.0
70.65 1 1.4 1.4 76.4
71.10 1 1.4 1.4 77.8
72.21 1 1.4 1.4 79.2
74.55 1 1.4 1.4 80.6
75.00 2 2.8 2.8 83.3
75.30 1 1.4 1.4 84.7
75.46 1 1.4 1.4 86.1
77.28 1 1.4 1.4 87.5
81.00 1 1.4 1.4 88.9
81.75 1 1.4 1.4 90.3
82.05 1 1.4 1.4 91.7
84.60 1 1.4 1.4 93.1
85.20 1 1.4 1.4 94.4
85.95 1 1.4 1.4 95.8
87.60 1 1.4 1.4 97.2
88.95 1 1.4 1.4 98.6
102.75 1 1.4 1.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
CROSSTABS/TABLES=BESI_K100 VITc_K100 BY Indikator_anemia/FORMAT=AVALUE TABLES/STATISTICS=CHISQ RISK/CELLS=COUNT/COUNT ROUND CELL.
CrosstabsNotes
Output Created 14-DEC-2015 08:42:17
Comments
InputData
D:\My Documents\laporan
hasil risbinkes\tab_dr_ujang
(fix).sav
Active Dataset DataSet1
37
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File72
Missing Value Handling
Definition of MissingUser-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are
based on all the cases with
valid data in the specified
range(s) for all variables in
each table.
Syntax
CROSSTABS
/TABLES=BESI_K100
VITc_K100 BY
Indikator_anemia
/FORMAT=AVALUE
TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time 00:00:00.03
Elapsed Time 00:00:00.11
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\My Documents\laporan hasil risbinkes\tab_dr_ujang (fix).sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Konsumsi zat besi menurut
100%AKG * Status anemia72 100.0% 0 0.0% 72 100.0%
Konsumsi vitamin C menurut
100%AKG * Status anemia72 100.0% 0 0.0% 72 100.0%
38
Konsumsi zat besi menurut 100%AKG * Status anemia
Crosstab
Count
Status anemia Total
anemia Normal
Konsumsi zat besi menurut
100%AKG
1.00 27 25 52
2.00 9 11 20
Total 36 36 72
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .277a 1 .599
Continuity Correctionb .069 1 .792
Likelihood Ratio .277 1 .598
Fisher's Exact Test .793 .396
Linear-by-Linear Association .273 1 .601
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Konsumsi zat
besi menurut 100%AKG (1.00
/ 2.00)
1.320 .469 3.717
For cohort Status anemia =
anemia1.154 .665 2.001
For cohort Status anemia =
Normal.874 .537 1.422
N of Valid Cases 72
39
Konsumsi vitamin C menurut 100%AKG * Status anemia
Crosstab
Count
Status anemia Total
anemia Normal
Konsumsi vitamin C menurut
100%AKG
1.00 35 35 70
2.00 1 1 2
Total 36 36 72
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .754
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000
N of Valid Cases 72
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Konsumsi
vitamin C menurut 100%AKG
(1.00 / 2.00)
1.000 .060 16.629
For cohort Status anemia =
anemia1.000 .245 4.078
For cohort Status anemia =
Normal1.000 .245 4.078
N of Valid Cases 72
GETFILE='D:\My Documents\laporan hasil risbinkes\tab_dr_ujang (fix).sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
40
Lampiran 2. Food Recall 24 jam
Nama Anak / ID Sample :.................................................../...............
Recall 1x24 jam
NomorUrut
Hidangan
WaktuMakan
(Jam)
Nama Hidangan(Makanan / Minuman)
RincianBahan
Makanan /Minuman
BeratMakananMentah
(gr)
BeratMakananMatang
(gr)
Catatan : Kondisi anak saat recall sehat / sakit
41
Lampiran 3. FFQ
Tanggal wawancara : ..... / ..... / 2015 Nama Petugas :....................................
Frekuensi Konsumsi Makanan dalam 1 bulan terakhir
Nama Makanan/ BahanMakanan
2-3Kali/hr
1 Kali/hr 2-3Kali/mg
1 Kali /mg
2 minggusekali
Jarang
A. Mkn Utama
B. Lauk
C. Sayur-buah
42
D. Lain-lain
43
Lampiran 4. Naskah Penjelasan dan Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan(Pemeriksaan darah, pemeriksaan tinja dan wawancara)
KEMENTERIAN KESEHATAN RIBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGANPENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG DONGGALA
Jalan Masitudju No. 58 Labuan Panimba, Kec. Labun, Kab. Donggala, Sulawesi TengahSurat Elektronik : [email protected], [email protected]
Hubungan Anemia Gizi Dengan Infeksi Kecacingan Pada Remaja PutriSiswa SLTA Di Kota Palu
NASKAH PENJELASAN
Anemia atau kurang darah sampai saat ini masih merupakan masalah di masyarakatkarena dapat menyebabkan dampak yang merugikan terutama pada kelompok risiko tinggiantara lain anak, balita, ibu hamil dan remaja putri sehingga dapat secara langsungmenurunkan kualitas hidup bagi penderitanya. Salah satu penyebab dari terjadinya kurangdarah adalah adanya infeksi kecacingan. Infeksi kecacingan adalah suatu penyakit tropisyang disebabkan oleh cacing seperti cacing tambang, kremi dan gelang. Salah satu aspekprogram pemberantasan untuk memutus rantai penularan kecacingan serta mencegahterjadinya anemia adalah penemuan penderita dini dan pengobatan cepat. Pemeriksaanpada seseorang yang dicurigai menderita kurang darah dilakukan dengan wawancaralangsung dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan pemeriksaan tinja denganmengidentifikasi gejala-gejala yang terdapat pada penderita kurang darah.
Kami dari Balai Litbang P2B2 Donggala, Kementerian Kesehatan RI mulai bulan marets/d oktober 2015 meminta anda untuk turut mengambil bagian dalam penelitian yangberjudul “Hubungan Anemia Gizi Dengan Infeksi Kecacingan Pada Remaja Putri SiswaSLTA Di Kota Palu”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yangberpengaruh pada anemia remaja putri SLTA di Kota Palu. Respondennya adalah siswikelas 1 dan 2 pada SLTA di sekolah yang terpilih di kota Palu. Jumlah sampel untukpenelitian ini berjumlah 72 orang siswa.
PEMERIKSAAN DARAH
Semua siswi kelas 1 dan 2 pada SLTA terpilih akan dilakukan pengambilan sediaan darahdi ujung jari tangan untuk pemeriksaan Hb, sebanyak 1 – 2 tetes darah ( ± ).Pengambilan darah akan menimbulkan sedikit rasa nyeri tetapi tidak berakibatmembahayakan subyek penelitian.
44
PEMERIKSAAN TINJA
Semua siswi kelas 1 dan 2 pada SLTA terpilih yang telah dilakukan pengambilan darahdan dari hasil pemeriksaan Hb diketahui mengalami kurang darah, maka akan dilanjutkandengan pemeriksaan tinja. Kepada siswi yang kurang darah akan diberikan pot tinja danstik es krim. Pot tinja berguna untuk menampung tinja sedang stik es krim berguna untukmengambil tinja. Tinja yang diambil sebanyak sebesar ibu jari tangan/ jempol ( 10 gram)dengan menggunakan stik es kemudian disimpan dalam pot tinja untuk diserahkan padatim peneliti. Pengumpulan sampel tinja akan dilakukan oleh tim peneliti selama 3 hari, jikadalam 3 hari responden tidak menyerahkan sampel tinja maka responden dianggapmengundurkan diri.
WAWANCARA
Wawancara dilakukan pada semua siswi kelas 1 dan 2 pada SLTA terpilih yang telahdilakukan pengambilan darah dan dari hasil pemeriksaan Hb diketahui mengalami kurangdarah, maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan tinja. Wawancara ini memakan waktusekitar 30 menit. Metode wawancara dengan menggunakan kuesioner, dimanapewawancara menanyakan identitas responden dan menanyakan dengan lengkap makanandan minuman apa yang telah dikonsumsi oleh remaja putri 24 jam yang lalu apa yang telahdikonsumsi kemarin ketika makan pagi, makan siang, makan malam dan makanan kecildiluar waktu makan tersebut. Dalam wawancara ini responden ditanyai tentang jenismakanan yang dikonsumsi, berapa banyak yang dikonsumsi dengan menggunakan satuanukur yang umum digunakan seperti sendok makan, sendok teh, potongan kecil, sedang ataubesar kemudian mengambil bahan makanan yang serupa untuk ditimbang berat makanantersebut dalam keadaan mentah dan matang sehingga akan didapatkan jumlah kalori yangdi konsumsi.
KERAHASIAAN
Untuk menjaga kerahasiaan sampel maka setiap sampel wawancara, sampel darah jari, dansampel tinja akan diberikan nomor identitas penganti nama dan data yang dihasilkan tidakakan diberikan kepada pihak ketiga.
PERTANYAAN-PERTANYAAN
Apabila ada pertanyaan mengenai penelitian ini, mengenai hak-hak anda, anda dapatmenghubungi dr.Muchlis Syahnuddin (08114511541), drh.Gunawan (082292684506),Leonardo Taruk Lobo (081341233060), Phetisya P.F. Sumolang, S.Si (085296599559).
KEIKUTSERTAA SUKARELA DAN HAK UNDUR DIRI
Keikutsertaan anda bersifat sukarela, setiap waktu anda dapat mengundurkan diri tanpadikenai sanksi atau bayaran. Sebagai pengganti waktu dalam keikutsertaan penelitian inidiberikan uang tunai senilai Rp.50.000,00.
45
KEUNTUNGAN
Dapat mengetahui apakah anda menderita kurang darah atau kecacingan secara cepat dantanpa membayar. Selain itu dapat memberikan pengetahuan tentang faktor penyebabterjadinya anemia dan akibat dari anemia bagi remaja putri, memberikan data prevalensikecacingan dan sebagai acuan keberhasilan program pemberantasan kecacingan, sertaMembantu program pemerintah memberantas anemia gizi.
Akan diberikan pengobatan anemia atau kecacingan dilakukan oleh petugas puskesmassetempat terhadap penderita yang diketahui positif menderita anemia dan atau kecacingan.Bagi responden yang ketika pengambilan darah mengalami kejadian darah sulitberhenti/membeku maka akan dirujuk ke puskesmas/rumah sakit terdekat untuk diberikanpengobatan lebih lanjut.
46
Lampiran 5. Lembar Persetujuan.
LEMBAR PERSETUJUAN
TANDA TANGAN
Saya telah membaca atau dibacakan pada saya apa yang tertera di atas ini dan saya telahdiberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan membicarakan penelitian ini dengananggota tim penelitian. Saya memahami maksud, risiko, waktu dan prosedur penelitian ini.
Dengan membubuhkan tanda tangan saya di bawah ini, saya menyatakankeikutsertaan saya secara sukarela dalam penelitian ini untuk diwawancara sertadiambil sampel darah dan tinja.
Nama Responden Tanggal Tanda Tangan
Nama Saksi Tanggal Tanda Tangan
Nama Peneliti Tanggal Tanda Tangan
Palu, 2015
Ketua Pelaksana Penelitian
dr. Muchlis SyahnuddinNIP. 198211072014021001
Keterangan:- Persetujuan dan tanda tangan responden dapat diwakili orang tua/wali.- Nama saksi diwakili oleh Bapak / Ibu Guru di Sekolah responden.
47
Lampiran 6. Kuesioner Untuk Penderita Anemia
KUESIONER(UNTUK PENDERITA ANEMIA)
No:Tanggal wawancara :………………………….
A. IDENTITAS1. Nama Responden :2. Umur :3. Jenis Kelamin : L / P4. Pendidikan :5. Pekerjaan :6. ALAMAT : Jalan…………………..Nomor…………….
RT/RW:…………./………………
Dusun:……………………………..
Desa :………………………………
B. GEJALA ANEMIA YANG DIRASAKAN1. PUSING2. LEMAS3. MUAL4. MUNTAH5. SAKIT KEPALA6. BERDEBAR7. RAMBUT RONTOK8. NAPSU MAKAN MENURUN9. KERINGAT DINGIN10. DLL ( SEBUTKAN)
1. YA 2. TIDAK1. YA 2. TIDAK1. YA 2. TIDAK1. YA 2. TIDAK1. YA 2. TIDAK1. YA 2. TIDAK1. YA 2. TIDAK1. YA 2. TIDAK1. YA 2. TIDAK1. YA 2. TIDAK…………………………
C . PEMERIKSAAN FISIK
1. KONDISI UMUM2. KESADARAN3. PEMERIKSAAN FISIK
A.TANDA VITALB. KULITC. KEPALAD. THORAKSE. ABDOMENF. EKTREMITAS
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
48
1. Hb
2. TINJA
………….. g/dl
negatif/ positif (namaspesies………...…..)
E. DIAGNOSA
49
Lampiran 7. Etik Penelitian
50
Lampiran 8. Perizinan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
51
52
Lampiran 9. Rekomendasi Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Palu
53
Lampiran 10. Foto-foto Kegiatan Penelitian
Penjelasan Kegiatan Penelitian
Pemeriksaan Anemia
54
Wawancara Food Recall
Pengukuran TB dan BB
55
Pemeriksaan Hb
Hasil Pemeriksaan Sampel Tinja
Hookworm
56
Trichuris trichiura