laporan akhir penelitian risbinkes risiko konsumsi …. laporan-20… · laporan akhir ini...

60
LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI RENDAH SERAT PADA DIABETES TIDAK TERKONTROL DAN GAMBARAN BUTIRAT PLASMA TIM PELAKSANA : Andi Susilowati Rahma Ayu Larasati Fithia Dyah Puspita Sari PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2018

Upload: others

Post on 03-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES

RISIKO KONSUMSI RENDAH SERAT PADA DIABETES TIDAKTERKONTROL DAN GAMBARAN BUTIRAT PLASMA

TIM PELAKSANA :

Andi Susilowati

Rahma Ayu Larasati

Fithia Dyah Puspita Sari

PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKATBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI2018

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

1

LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES

RISIKO KONSUMSI RENDAH SERAT PADA DIABETES TIDAK

TERKONTROL DAN GAMBARAN BUTIRAT PLASMA

DISUSUN OLEH:

Andi Susilowati

Rahma Ayu Larasati

Fithia Dyah Puspitasari

PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN

2018

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

ii

SK PENELITIAN

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

iii

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

iv

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

v

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

vi

SUSUNAN TIM PENELITI

No Nama Keahlian Kedudukan

Dalam Tim

Uraian Tugas

1 Andi

Susilowati,SKM,MKes

Kesehatan

Reproduksi

Ketua

Pelaksana

Mengkoordinir

pelaksaan penelitian dari

penyusunan proposal,

protokol, instrumen,

kegiatan lapangan,

bertanggungjawab

menyampaikan laporan

hasil penelitian

2 dr. Rahma Ayu Larasati Dokter umum,

S2 Semester

akhir jurusan

Biomedis/

Immunologi

Peneliti Bertanggungjawab

dalam penyusunan

instrumen penelitian,

pengumpulan data dan

penyusunan pelaporan

3 Fithia Dyah Puspitasari,

S.Gz,MPH

Gizi Masyarakat Peneliti Bertanggungjawab

dalam penyusunan

instrumen penelitian,

pengumpulan data dan

penyusunan pelaporan

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

vii

PERSETUJUAN ETIK

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

viii

PERSETUJUAN ATASAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN RISBINKES

RISIKO KONSUMSI RENDAH SERAT PADA DIABETES TIDAK TERKONTROL

DAN GAMBARAN BUTIRAT PLASMA

Jakarta, Januari 2019

Ketua Pelaksana

Andi Susilowati,SKM,MKes

NIP. 198106062010122001

Menyetujui :

Ketua Panitia Pembina Ilmiah Kepala Bidang

Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat

Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, MKes Dr. Joko Irianto, SKM,MKes

NIP. 196006101982022001 NIP. 196203231986031001

Kepala Puslitbang

Upaya Kesehatan Mayarakat

Dr. dr. Vivi Setiawaty, M. Biomed

NIP. 197101252005012

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan Rahmat dan

Hidayah-Nya, kami diberi kekuatan untuk menyelesaikan laporan akhir risbinkes dengan

judul risiko konsumsi serat rendah pada penderita diabetes tidak terkontrol dan gambaran

butirat plasma.

Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes

tahun 2018. Dalam laporan ini memuat semua tahapan kegiatan selama penelitian yang

meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, analisis data dan penyusunan laporan akhir. Ucapan

terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Ketua

PPI dan Pembina yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan

penelitian Risbinkes ini serta memberikan dukungan dalam semua tahapan penelitian. Selain

itu ucapan terima kasih kepada Tim Risbinkes Badan Litbangkes yang membantu

mengakomodir pelaksanaan penelitian secara administratif, dan semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pelaksanaan penelitian sampai penyusunan laporan akhir, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik

membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini

.

Jakarta, Januari 2019

Tim Penyusun

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

x

RINGKASAN EKSEKUTIF

RISIKO KONSUMSI RENDAH SERAT PADA DIABETES TIDAK TERKONTROL

DAN GAMBARAN BUTIRAT PLASMA

Latar Belakang

Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang akan disandang seumur hidup,

sehingga berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia dan berdampak pada

peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar. Pencegahan Diabetes Mellitus (DM) tidak

terkontrol dan pengendalian komplikasinya perlu menjadi prioritas Kementerian Kesehatan

dan mendapatkan dukungan informasi yang cukup agar pengelolaan DM dapat dilakukan

secara efektif.

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2017, Indonesia

menempati urutan keenam dengan jumlah penderita DM sebanyak 10,3 juta orang.

Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta

orang.1,2

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan

insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. World Health Organization

(WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DM yang cukup besar pada

tahun mendatang. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya

menunjukkan adanya jumlah peningkatan penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun

2030 2

.

Konsumsi serat tinggi diketahui dapat menurunkan efisiensi penyerapan karbohidrat

yang dapat menyebabkan menurunnya respon insulin. Berbagai penelitian menunjukkan

konsumsi tinggi serat dapat memperbaiki kontrol indeks glikemik, menurunkan glukosurian

dan menurunkan kadar lemak darah. Dalam rangka mencegah DM tidak terkontrol dan

menurunkan komplikasi DM maka perlu dilakukan penelitian di komunitas untuk mengetahui

risiko konsumsi serat rendah pada kejadian DM tidak terkontrol, dan gambaran metabolisme

serat pada penyandang DM. Bukti yang diperoleh diperlukan sebagai dasar pengembangan

upaya pencegahan DM tidak terkontrol dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam

menyempurnakan tata laksana DM yang sementara ini lebih fokus pada obat hiperglikemik,

dapat berkembang dengan terapi diet secara khusus.

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

xi

Metodologi

Desain penelitian Case Control Study, dan Nested pada Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit

Tidak Menular di Kota Bogor Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

mengetahui hubungan konsumsi serat rendah dengan kadar glukosa darah penderita DM,

mengidentifikasi jenis bahan makanan sumber serat yang dikonsumsi oleh penderita DM dan

gambaran butirat plasma.

Hasil

1. Terdapat kecenderungan responden yang mengkonsumsi serat rendah (kurang dari

anjuran) mempunyai peluang lebih besar menderita DM tidak terkontrol dibandingkan

responden yang mengkonsumsi serat tinggi (sesuai anjuran). Sehingga konsumsi serat

rendah berpotensi meningkatkan kadar gula darah penderita DM.

2. Jenis bahan makanan mengandung serat yang banyak dikonsumsi responden baik

pada kelompok DM terkontrol maupun DM tidak terkontrol tidak jauh berbeda antara

lain tempe, tahu, wortel dan pisang.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan tingkat butirat linear dengan

peningkatan gula darah puasa dan HbA1c sebagai penanda DM.

Saran

1. Perlu penyuluhan tentang bahan makanan tinggi serat pada masyarakat khususnya di

Kelurahan Kebon Kelapa, agar masyarakat lebih faham mengenai manfaat konsumsi

makanan mengandung serat bagi kesehatan khususnya dalam penurunan kadar gula

darah.

2. Masyarakat perlu mendapat pemahaman yang lebih mengenai jenis bahan makanan

apa saja yang menjadi sumber serat, sehingga dapat disesuaikan dalam menu keluarga

dalam rangka menjaga gula darah pada kondisi normal.

3. Perlu penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih memadai untuk

mengetahui lebih detail hubungan antara jenis bahan makanan apa saja yang

mengandung butirat tinggi. Selain itu perlu penelitian lanjutan untuk memastikan

untuk memahami efek paradoks dari butirat pada sindrom metabolik seperti obesitas

dan DM.

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

xii

ABSTRAK

RISIKO KONSUMSI RENDAH SERAT PADA DIABETES TIDAK TERKONTROL

DAN GAMBARAN BUTIRAT PLASMA

Andi Susilowati

Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang akan disandang seumur hidup,

sehingga berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia dan berdampak pada

peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar. Konsumsi serat tinggi diketahui dapat

menurunkan efisiensi penyerapan karbohidrat yang dapat menyebabkan menurunnya respon

insulin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui risiko konsumsi rendah serat pada

penderita DM, identifikasi jenis makanan sumber serat yang banyak dikonsumsi oleh

penderita DM serta gambaran butirat plasma. Desain penelitian Case Control Study, dan

Nested pada Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular yang sedang dilaksanakan di

Kota Bogor Jawa Barat. Sampel penelitian dipilih secara purposive random sampling dengan

total sampel sebanyak 89 responden penderita DM serta 15 responden sehat. Analisis chi

square digunakan untuk mengetahui hubungan variabel konsumsi serat dengan variabel DM.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat kecenderungan responden yang mengkonsumsi serat

rendah (kurang dari anjuran) mempunyai peluang lebih besar menderita DM tidak terkontrol

dibandingkan responden yang mengkonsumsi serat tinggi (sesuai anjuran). Sehingga

konsumsi konsumsi serat rendah berpotensi meningkatkan kadar gula darah penderita DM.

Jenis bahan makanan mengandung serat yang banyak dikonsumsi responden baik pada

kelompok DM terkontrol maupun DM tidak terkontrol tidak jauh berbeda antara lain tempe,

tahu, wortel dan pisang. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan tingkat butirat linear

dengan peningkatan gula darah puasa dan HbA1c sebagai penanda DM.

Kata kunci : Diabetes Mellitus, Konsumsi Serat, Butirat

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

xiii

DAFTAR ISI

SK PENELITIAN ...................................................................................................................... ii

SUSUNAN TIM PENELITI ..................................................................................................... vi

PERSETUJUAN ETIK ............................................................................................................ vii

PERSETUJUAN ATASAN ................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ix

RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................................................... x

ABSTRAK ............................................................................................................................... xii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ........................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 5

1.4.1 Bagi Peneliti ...................................................................................................... 5

1.4.2 Bagi Masyarakat ................................................................................................ 5

1.4.3 Bagi Kementerian Kesehatan ............................................................................ 6

1.5 Hipotesis Penelitian ................................................................................................... 6

BAB II METODE PENELITIAN ............................................................................................. 7

2.1 Kerangka Teori .......................................................................................................... 7

2.2 Kerangka Konsep ....................................................................................................... 9

2.3 Desain dan Jenis Penelitian........................................................................................ 9

2.4 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................................. 10

2.5 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................... 10

2.6 Besar Sampel, Cara Pemilihan atau Penarikan Sampel ......................................... 11

2.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................................... 12

2.8 Variabel ................................................................................................................... 13

2.9 Definisi Operasional ................................................................................................ 14

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

xiv

2.10 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data .................................................................. 14

2.11 Manajemen dan Analisis Data ................................................................................. 18

2.12 Pertimbangan Ijin Penelitian ................................................................................... 18

2.13 Pertimbangan Etik Penelitian .................................................................................. 18

2.14 Keterbatasan Penelitian ........................................................................................... 19

BAB III HASIL....................................................................................................................... 20

3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ...................................................................... 20

3.2 Karakteristik Responden ........................................................................................... 20

3.3 Kecukupan Konsumsi Zat Gizi ................................................................................. 21

3.4 Jenis Bahan Makanan Sumber Serat ......................................................................... 23

3.5 Risiko Konsumsi Rendah Serat Pada Penderita DM .............................................. 24

3.6 Konsumsi Gula ......................................................................................................... 24

3.7 Gambaran Butirat ...................................................................................................... 25

BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................................... 26

4.1 Gambaran Kasus DM dan Karakteristik Responden ................................................ 26

4.2 Tingkat Konsumsi Zat Gizi Responden .................................................................... 27

4.3 Pengaruh Kadar Butirat Terhadap Faktor Metabolik .............................................. 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 31

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 31

5.2 Saran ......................................................................................................................... 31

UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................................... 32

DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................................... 33

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Responden ............................................................................................ 20

Tabel 2. Angka Kecukupan beberapa zat gizi menurut kelompok usia dan jenis kelamin .... 21

Tabel 3. Rerata Konsumsi Lemak Penderita DM .................................................................... 22

Tabel 4. Rerata Konsumsi Serat Penderita DM ....................................................................... 22

Tabel 5. Rerata Konsumsi Protein Penderita DM .................................................................... 22

Tabel 6. Beberapa Jenis Bahan Makanan Sumber Serat .......................................................... 23

Tabel 7. Rerata Jumlah Konsumsi Sayur dan Buah Menurut Kelompok DM......................... 24

Tabel 8. Risiko Konsumsi Rendah Serat Pada Penderita DM ................................................. 24

Tabel 9. Rerata Butirat Pada Penderita DM dan Responden Sehat ......................................... 25

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian ...................................................................................... 7

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................................... 9

Gambar 3. Alur Seleksi Data dan Pemilihan Responden ........................................................ 12

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2017,

Indonesia menempati urutan keenam dengan jumlah penderita DM sebanyak 10,3 juta orang.

Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta

orang.1,2

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan

insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. World Health Organization

(WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DM yang cukup besar pada

tahun mendatang. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya

menunjukkan adanya jumlah peningkatan penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun

2030 2

.

WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada

tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Hasil penelitian di Kota Depok 2001

menunjukkan bahwa sekitar 12,8% dari penduduk usia 25–65 tahun mengalami DM dan

penelitian yang dilakukan pada tempat yang sama pada tahun 2002 mendapatkan hasil yang

hampir sama, yaitu 12,9%.3 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mendapatkan

prevalensi DM secara nasional berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 1,1%.4 dan

meningkat menjadi 2,1% pada tahun 2013.5 Hasil Riskesdas tahun 2007, memperoleh

proporsi penyebab kematian akibat DM pada usia 45-54 tahun di daerah perkotaan

menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6

yaitu 5,8%. 4

Penyakit DM ditandai dengan kadar gula darah diatas 200 mg/dl atau kadar

HbA1C > 6,5%. Penderita DM mengalami gangguan metabolisme gula, karbohidrat, protein

dan lemak.3 Akibat gangguan tersebut penyandang DM sulit mempunyai kadar glukosa darah

terkontrol (< 200 mg/dL). Proporsi DM terkontrol ditandai dengan kadar HbA1C < 7%.6

Beberapa studi mendapatkan bahwa penyandang DM yang menjalani pengobatan, hanya

20-47% yang gula darahnya terkontrol.7 Sebagian besar kasus DM di Indonesia mempunyai

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

2

kondisi tidak terkontrol. Lumban Riris G dkk, dari penelitiannya terhadap pasien DM yang

dirawat di RS Martha Friska pada tahun 2014, mendapatkan pasien DM yang tidak terkontrol

sebesar 78,6%.8 Akibat kadar glukosa darah dalam tubuh pasien DM tidak terkontrol yang

terus menerus tinggi, akan lebih memperburuk resistensi insulin dan sensitifitas insulin, dan

akhirnya merusak sel beta pankreas.6

Penyakit DM disebut dengan the silent killer karena akibat DM yang tidak terkontrol

penyakit ini dapat menimbulkan berbagai macam kompilkasi (komorbiditas) dan penyebab

kematian. Komplikasi penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan

mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, infeksi paru-paru, gangguan

pembuluh darah, dan stroke.9 Cukup banyak penyandang DM mengalami gangguan luka di

tubuh yang sulit sembuh. Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada penderita DM adalah

terjadinya ulcer atau luka pada kaki. Luka kaki diabetik merupakan kejadian infeksi, ulcer

dan atau kerusakan jaringan yang lebih dalam yang terkait dengan gangguan neurologis dan

vaskuler pada tungkai penderita DM. Penyandang DM yang mengalami luka yang parah

harus menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan. 6

Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang akan disandang seumur hidup,

maka berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia dan berdampak pada peningkatan

biaya kesehatan yang cukup besar. Pencegahan DM tidak terkontrol dan pengendalian

komplikasinya perlu menjadi prioritas Kementerian Kesehatan dan mendapatkan dukungan

informasi yang cukup agar pengelolaan DM dapat dilakukan secara efektif. Saat ini tata

laksana DM berkonsentrasi pada kendali kadar gula darah dengan obat hipoglikemik oral dan

pemberian insulin, diet rendah karbohidrat dan olahraga.6

namun angka kesakitan dan

kematian akibat DM masih belum berkurang.

Oleh karena itu perlu diketahui faktor risiko

lainnya yang berhubungan dengan gangguan metabolisme pada DM khususnya yang tidak

terkontrol.

Penyakit DM disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat diubah misalnya jenis

kelamin, umur, dan faktor genetik, serta faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko yang

dapat diubah misalnya kebiasaan merokok, pendidikan, pekerjaan, obesitas, kurang aktivitas

fisik, konsumsi gula dan lemak berlebihan, dan kurang konsumsi serat. Sejak satu abad lalu

telah diketahui bahwa patogenesis DM erat kaitannya dengan inflamasi. Berawal dari

pengaruh positif yang didapatkan dari terapi sodium salisilat dosis tinggi pada penderita DM,

diduga ada aktivasi kronik dari jaras proinflamasi intraselular yang terkait dengan sensitivitas

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

3

insulin, yang ditandai adanya peningkatan kadar sitokin proinflamasi seperti IL-6, IL-8 dan

TNF α, pada penderita DM.10

Faktor risiko biomedis seperti respon immun pada DM ini juga

dapat diubah.

Beberapa studi menunjukkan bahwa kualitas makanan memegang peran utama pada

patofisiologi DM Tipe 2. Faktor makanan tersebut seperti diet tinggi lemak, rendah serat, dan

tinggi karbohidrat berkontribusi terhadap terjadinya resistensi insulin. Populasi dengan

prevalensi DM yang tinggi mempunyai karakteristik mengonsumsi diet yang lebih banyak

lemak, terutama saturated fat daripada mereka yang mengikuti pola makan banyak sayuran

dan buah-buahan serta tinggi karbohidrat karena jenis makanan ini banyak mengandung serat.

Kenaikan trigliserida dalam plasma (hipertrigliseridemia) juga dipengaruhi oleh kandungan

karbohidrat makanan dan kegemukan. Perubahan pola makan dari makanan tradisional ke

pola makan kebarat-baratan mengakibatkan peningkatan prevalensi DM secara cepat.

Konsumsi serat tinggi diketahui dapat menurunkan efisiensi penyerapan karbohidrat

yang dapat menyebabkan menurunnya respon insulin. Berbagai penelitian menunjukkan

konsumsi tinggi serat dapat memperbaiki kontrol indeks glikemik, menurunkan glukosurian

dan menurunkan kadar lemak darah. Peranan serat terhadap penurunan kadar glukosa darah

pada penderita DM berkaitan fermentasi serat oleh bakteri yang menghasilkan asam-asam

lemak rantai pendek jenis asetat, propionat dan butirat. Dalam rangka mencegah DM tidak

terkontrol dan menurunkan kompilkasi DM maka perlu dilakukan penelitian di komunitas

untuk mengetahui risiko konsumsi serat rendah pada kejadian DM tidak terkontrol, dan

gambaran metabolisme serat pada penyandang DM. Bukti yang diperoleh diperlukan sebagai

dasar pengembangan upaya pencegahan DM tidak terkontrol dan pengembangan ilmu

pengetahuan dalam menyempurnakan tata laksana DM yang sementara ini lebih fokus pada

obat hiperglikemik, dapat berkembang dengan terapi diet secara khusus.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan telah melakukan penelitian Studi

Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular di Bogor sejak tahun 2011 sampai sekarang.

Tahun 2013 pemantauan (follow up) fokus pada tiga penyakit tidak menular utama, yaitu

Stroke, Penyakit Jantung Koroner dan DM. Berdasarkan laporan hasil penelitian studi kohor

tahun 2017, menunjukkan bahwa jumlah kasus baru dalam kurun waktu 6 tahun untuk

sindroma metabolik 1038 orang, PJK 162 orang, DM mellitus 210 orang, dan stroke 78

orang. Pola kecepatan timbulnya kasus dinyatakan dalam Hazard rate (HR), selama 6 tahun

pemantauan untuk sindroma metabolik sebesar 82 per 1000 orang-tahun (95% CI: 73,4 –

90,6), DM sebesar 20 per 1000 orang-tahun (95% CI: 14,1 – 25,8), PJK sebesar 8 per 1000

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

4

orang-tahun (95% CI : 3,9 – 12,1), dan stroke sebesar 4 per 1000 orang-tahun (95% CI: 1,3 –

6,7).11

Sesuai penjelasan diatas, penyakit DM merupakan penyakit kronik yang disebabkan

berbagai faktor. Penyebab penyakit ini sangat multifaktorial dan kompleks, perkembangan

penyakitnya membutuhkan waktu lama. Atas dasar hal tersebut, maka kami akan melakukan

penelitian terkait dengan karakteristik konsumsi serat pada penyandang DM khususnya pada

penderita DM yang tidak terkontrol untuk mendapatkan gambaran metabolisme seratnya,

untuk memudahkan dan mendapatkan sampel yang tepat maka penelitian ini nested dan

menggunakan responden yang sama dengan responden studi kohor faktor risiko penyakit

tidak menular. Hal ini didasarkan pada ketersediaan data pola konsumsi dan perjalanan

penyakitnya yang lengkap pada responden kohor, serta memudahkan dalam mengontrol

faktor perancu yang harus dikontrol dalam penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah

Mekanisme serat pada metabolisme glukosa berkaitan dengan fungsi dan karakteristik

serat. Efek fisiologis dan metabolik tergantung dari jenis serat yang dikonsumsi oleh

penyandang DM Tipe 2. Serat larut air dapat menyerap cairan dan membentuk gel di dalam

lambung. Gel tersebut akan memperlambat proses pengosongan lambung dan penyerapan zat

gizi yang dikonsumsi. Gel dapat memperlambat gerak peristaltik zat gizi (glukosa) dari

dinding usus halus menuju daerah penyerapan sehingga terjadi penurunan kadar glukosa

darah.

Serat juga merupakan komponen yang tidak dapat dicerna dan diserap di dalam usus

halus. Bagian serat yang tidak tercerna akan menuju ke dalam usus besar. Serat akan diubah

menjadi substrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri di dalam usus besar. Fermentasi

serat oleh bakteri menghasilkan asam- asam lemak rantai pendek jenis asetat, propionat dan

butirat. Asam lemak tersebut akan diserap kembali menuju ke aliran darah. Butirat

kemungkinan dapat menurunkan asam–asam lemak bebas di aliran darah dalam jangka waktu

yang lama. Jenis makanan sumber serat yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa

darah belum banyak diidentifikasi terutama pada penyandang DM di masyarakat.

Asam lemak rantai pendek terutama butirat diketahui berperan sebagai agen

anti-inflamasi berbagai penyakit seperti aterosklerosis dan irritable bowel syndrome. Namun

belum diketahui apakah berdampak langsung pada proses inflamasi dan kemotaksis monosit

pada penderita DM. Sumber makanan yang mengandung karbohidrat tak tercerna diantaranya

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

5

adalah biji–bijian, gandum, pisang, bawang Bombay, dan asparagus. Makanan yang baik

untuk dijadikan sumber fermentasi menjadi butirat justru makanan yang banyak dihindari

oleh penderita DM tipe 2. Terlebih lagi, anjuran diet yang diberikan pada penderita DM

adalah mengurangi konsumsi karbohidrat dan kebiasaan konsumsi sayur dan buah

masyarakat Indonesia memang cukup rendah.

Kurang dan rendahnya konsumsi serat mempunyai efek tidak baik terhadap

penurunan kadar glukosa darah dan sensitivitas insulin. Karena tingginya asam–asam lemak

bebas dalam jangka waktu lama dapat menghambat proses utilasi glukosa di jaringan dan

memperburuk resistensi insulin. Kondisi tersebut dapat menurunkan butirat plasma dan

menurunnya sensitivitas insulin.10

Identifikasi metabolisme serat dan karakteristik serat yang

dikonsumsi penyandang DM dapat memperjelas efek fisiologis dan metaboliknya, khususnya

pada penderita DM yang tidak terkontrol. Namun gambaran tersebut belum banyak

dibuktikan pada pasien di komunitas.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui risiko konsumsi serat rendah pada penderita DM dan gambaran respon

immunologinya

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui hubungan konsumsi serat rendah dengan kadar glukosa darah penderita

DM

2) Mengidentifikasi jenis bahan makanan sumber serat yang dikonsumsi oleh penderita

DM

3) Mengetahui gambaran butirat plasma

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai sarana belajar dalam menyusun dan melakukan sebuah penelitian.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Menjadi informasi yang sangat baik mengenai jenis bahan makanan mengandung

serat yang baik dikonsumsi bagi penderita DM.

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

6

1.4.3 Bagi Kementerian Kesehatan

Sebagai masukan untuk pengembangan model diet serat tinggi pada pencegahan dan

penanggulangan DM bagi para penentu kebijakan dan penanggung jawab program

Penyakit Tidak Menular.

1.5 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan konsumsi serat tinggi dengan penurunan kadar glukosa darah

penderita DM

2. Orang yang mengkonsumsi serat rendah lebih berisiko menderita DM tidak

terkontrol dibandingkan orang yang mengkonsumsi serat tinggi

3. Penderita DM memiliki butirat yang rendah dibandingkan responden sehat

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

7

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian

fermentasi

Resistensi Insulin

Asetat (C2)

Mikrobiota usus

DM Mellitus Tipe 2

(HbA1c, glukosa darah)

Short Chain

Fatty Acid

(SCFA)

Butirat (C4)

Propionat (C3)

Anti Kemotaksis, menghambat jaras

proinflamasi

Faktor Risiko

Umur

Konsumsi Lemak Tinggi

Konsumsi Serat Rendah

Konsumsi Karbohidrat Rendah

Kurang Aktivitas Fisik

Merokok

Proses Menua

Konsumsi Berlebihan

Dislipidemia

Obesitas

Inflamasi pada sel dan jaringan

Keterangan:

: Menghambat

: Menginduksi

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

8

Serat yang dikonsumsi akan difermentasi oleh mikrobiota usus menjadi asam lemak rantai

pendek yaitu, asetat, propionat dan butirat. Asam lemak rantai pendek ini memiliki efek

antikemotaksis pada sel–sel imun, sehingga menghambat infiltrasi sel imun kedalam jaringan,

contohnya jaringan lemak. Tanpa infiltrasi sel imun ke jaringan, inflamasi tidak akan terjadi.

Selain itu, asam lemak rantai pendek juga dapat menghambat jalur proinflamasi, sehingga

resistensi insulin yang disebabkan oleh inflamasi seluler dihambat.

Selain inflamasi seluler, DM juga dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. Konsumsi serat

tinggi diharapkan dapat meningkatkan kadar butirat plasma. Butirat dapat menurunkan

produksi sitokin proinflamasi. Sitokin proinflamasi yang menurun menyebabkan inflamasi

seluler menurun sehingga menghambat resistensi insulin. Hal ini kemungkinan berpengaruh

terhadap kontrol penyakit DM tipe dua. Selain konsumsi serat rendah, DM juga dipengaruhi

oleh faktor lain seperti umur, konsumsi lemak tinggi, konsumsi karbohidrat rendah, kurang

aktifitas fisik, merokok,dislipidemia dan obesitas.

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

9

2.2 Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

Konsumsi serat tinggi diharapkan dapat meningkatkan kadar butirat plasma. Butirat dapat

menurunkan produksi sitokin proinflamasi. Sitokin proinflamasi yang menurun menyebabkan

inflamasi seluler menurun sehingga menghambat resistensi insulin. Hal ini kemungkinan

berpengaruh terhadap kontrol penyakit DM tipe dua. Selain konsumsi serat rendah, DM juga

dipengaruhi oleh faktor lain seperti umur, konsumsi lemak tinggi, konsumsi karbohidrat

rendah, kurang aktifitas fisik, dan obesitas.

2.3 Desain dan Jenis Penelitian

Desain penelitian Case Control Study, dan Nested pada Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit

Tidak Menular yang sedang dilaksanakan di Kota Bogor Jawa Barat.

Faktor Perancu

Riwayat Penyakit Kronik

Kepatuhan Minum Obat

Lama menderita DM

Konsumsi

Serat Penderita

DM

Tinggi

Rendah

Kasus

(DM Tidak Terkontrol)

Kontrol

(DM Terkontrol)

Faktor Risiko

Umur

Konsumsi Lemak Tinggi

Konsumsi Karbohidrat Rendah

Kurang Aktivitas Fisik

Obesitas

Responden

Sehat Butirat

Butirat

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

10

2.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - November 2018, di Kota Bogor Jawa

Barat. Wawancara, pengukuran antropometri dan pengambilan darah dilakukan di lokasi

penelitian. Sedangkan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar butirat dikerjakan

di laboratorium terpadu FKUI selanjutnya diperiksa di Labkesda Rawasari.

2.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah dan populasi yang sama dengan wilayah studi kohor

faktor risiko penyakit tidak menular. Penelitian kohor merupakan studi observasional dengan

desain studi kohor prospektif terhadap individu yang tidak menderita (bebas) PTM utama

(PJK,Stroke dan DM) yang secara periodik dilakukan follow up sebanyak 3 kali dalam

setahun untuk memantau perubahan faktor risiko dan setiap dua tahun sekali memantau

terjadinya sindroma metabolik dan PTM. Pajanan Utama dalam penelitian ini adalah faktor

risiko perilaku (merokok,kurang konsumsi sayur-buah/serat,konsumsi lemak tinggi,konsumsi

alkohol,aktifitas kurang), faktor fisik, faktor biomedis, faktor genomil dan penyakit antara.

Populasinya adalah seluruh penduduk dewasa (25 tahun keatas). Pengumpulan data dilakukan

dengan cara follow up 2 tahun (pemeriksaan lengkap), follow up di posbindu dan follow up

kasus kematian dan kesakitan akibat PTM.

Populasi dalam penelitian risbinkes ini adalah seluruh penduduk dewasa (25 tahun keatas),

yang menjadi populasi studi kohor faktor risiko PTM di Kota Bogor Jawa barat.

Sedangkan sampelnya terbagi dua yaitu sampel kasus (penderita DM tidak terkontrol) dan

sampel kontrol (penderita DM terkontrol).

Sampel Kasus adalah peserta studi kohor faktor risiko PTM tahun 2017 yang dinyatakan

menderita DM dan memiliki hasil pemeriksaan laboratorium dengan kadar nilai

HbA1c ≥ 7 %.6

Sampel Kontrol adalah peserta studi kohor faktor risiko PTM tahun 2017 yang dinyatakan

menderita DM dan memiliki hasil pemeriksaan laboratorium dengan kadar nilai

HbA1c < 7 %.6

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

11

2.6 Besar Sampel, Cara Pemilihan atau Penarikan Sampel

Penghitungan sampel data kuantitatif pada penelitian ini ditetapkan berdasarkan rumus

(Dahlan, 2009):

Perbedaan proporsi glukosa darah yang terkendali dengan yang tidak terkendali diharapkan

sebesar 10%. α : kesalahan tipe I, ditetapkan 5% sehingga Zα = 1,96 : kesalahan tipe II,

ditetapkan 10% sehingga Z= 1,28 ; P : proporsi total = ½ (P1+P2) P2 : proporsi pada

kelompok yang sudah diketahui nilainya P1 : proporsi pada kelompok yang nilainya

merupakan judgement peneliti Q1 : 1- P1 Q2 : 1- P2 Proporsi penderita DM tidak terkontrol

dengan kadar HbA1c tinggi adalah 0,38 (Purwata, 2010). Besar sampel berdasarkan rumus

diatas didapatkan n1 = n2 = 42,78. Jumlah sampel keseluruhan berjumlah 89 orang.

Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive random sampling. Adapun tahapan

yang dilakukan untuk seleksi responden adalah sebagai berikut:

a. Pertama dipilih semua responden kohor PTM tahun 2017 yang menderita DM

dan memiliki hasil HbA1c.

a. Selanjutnya responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Lalu di

kelompokkan ke dalam dua kategori yaitu sampel kasus (penderita DM yang

mempunyai kadar HbA1c ≥ 7 %) dan sampel kontrol (penderita DM yang

mempunyai kadar HbA1c < 7 %)

b. Selain penderita DM juga dipilih responden sehat khusus untuk pemeriksaan

butirat yang memiliki kriteria yaitu tidak menderita penyakit akut ataupun kronis

apapun dan memiliki rekaman data pola konsumsi yang lengkap.

Listing responden diperoleh dari bagian managemen data kohor PTM di Bogor.

Setelah didapatkan listing responden yang sesuai kriteria, selanjutnya dihubungi untuk

dilakukan wawancara, pemeriksaan kesehatan, pengukuran antropometri. Sebelum dilakukan

wawancara, terlebih dahulu responden diberikan penjelasan dan menandatangani informed

consent.

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

12

Berikut ini bagan alur seleksi data (pemilihan responden) :

Gambar 3. Alur Seleksi Data dan Pemilihan Responden

2.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi :

a) Didiagnosis DM tipe 2 dalam 5 tahun terakhir.

b) Mempunyai data recall diet lengkap minimal dalam tiga kali follow up

Populasi Kohor FRPTM

≥ 25 tahun (N=5209)

Data Responden DM dan

Responden Sehat Tahun 2017

Data Sekunder

Follow Up 5 tahun

Responden DM

Tipe 2

Responden Sehat

= 15 orang

Kasus

(DM tidak

terkontrol)

= 32 orang

Kontrol

(DM terkontrol)

= 57 orang

Dilakukan wawancara,

pemeriksaan kesehatan

dan pengukuran

antropometri

Pengambilan darah untuk pemeriksaan butirat plasma

Penderita DM = 30 orang, Responden Sehat = 15 orang

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

13

c) Mempunyai data berat badan dan tinggi badan lengkap minimal dalam tiga kali follow up

d) Mempunyai data biomedis (glukosa darah, kolesterol darah, trigliserida) lengkap dalam

tiga kali follow up

e) Mempunyai data HbA1c pada follow up tahun 2017

f) Masih menjadi peserta studi kohort faktor risiko PTM

Kriteria eksklusi :

a) Terdapat komorbid penyakit menular seperti TBC, HIV (karena dikhawatirkan akan

menjadi penyebab inflamasi lain )

b) Mengalami riwayat gangguan mental emosional/gangguan jiwa

c) Mempunyai riwayat gangguan neurologi

d) Mempunyai riwayat penyakit kanker

e) Apabila wanita sedang hamil dan menyusui

f) Tidak kooperatif

2.8 Variabel

Variabel Dependen :

-. DM Terkontrol dan DM Tidak Terkontrol

Variabel Independen :

-. Konsumsi Serat

-. Konsumsi Lemak

-. Konsumsi Karbohidrat

-. Konsumsi Gula

-. Obesitas

Variabel Perancu :

-. Riwayat penyakit kronik

-. Kepatuhan minum obat

-. Lama menderita DM

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

14

2.9 Definisi Operasional

Variabel Dependen

No Variabel Definisi operasional/indikator Skala data

1 DM Terkontrol dan DM

Tidak Terkontrol

Sesuai hasil pemeriksaan HbA1c

2017, dikategorikan :

Tidak terkontrol apabila HbA1c

<7%

Terkontrol apabila HbA1c ≥ 7%

Nominal

2 Butirat plasma Pada pemeriksaan uji kadar asam

dengan gc-ms, ditemukan butirat

pada plasma darah

Ordinal

Variabel Independen :

No Variabel Definisi Operasional/Indikator Skala Data

1. Konsumsi lemak Kuantitas konsumsi lemak per hari Interval

2. Konsumsi

karbohidrat

Kuantitas konsumsi karbohidrat per

hari

Interval

3. Konsumsi serat Kuantitas konsumsi serat per hari Interval

4. Konsumsi Gula Kuantitas konsumsi gula per hari Interval

5. Obesitas Nilai IMT 30 Ordinal

2.10 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian Risbinkes ini ada dua yaitu data sekunder dan

data primer.

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

15

2.10.1 Prosedur Pengumpulan Data Sekunder :

Data sekunder merupakan data yang sudah terkumpul melalui kegiatan follow up Studi

kohor faktor risiko PTM di Kota Bogor Jawa Barat. Peneliti mengajukan permintaan

penggunaan data kebagian managemen data kohor faktor risiko penyakit tidak menular

(FRPTM) yang meliputi data sosio-demografi, dan riwayat PTM dalam lima tahun

terakhir yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, antrophometri, glukosa darah, HbA1c,

data konsumsi.

2.10.2 Prosedur Pengumpulan Data Primer :

Pengumpulan data primer menggunakan teknik wawancara, pengukuran antropometri

dan pengambilan darah yang dilakukan oleh peneliti. Instrumen pengumpulan data

menggunakan kuesioner terstruktur. Kuesioner ini merupakan modifikasi dari kuesioner

Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular.

Kuesioner berisikan pertanyaan terkait karakteristik, riwayat penyakit DM, aktivitas fisik

dan konsumsi makanan (food record) 1 kali 1 minggu sebelum pengambilan darah,

wawancara recall diet 1 x 24 jam (satu hari sebelum pengambilan darah). Selain itu juga

dilakukan pengukuran tekanan darah, dan pengukuran antrophometri (tinggi badan, berat

badan, dan lingkar perut).

Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi wilayah tempat tinggal responden.

Dalam penelitian ini, juga dilakukan pengambilan darah terhadap 45 orang responden

untuk pemeriksaan uji asam butirat.

Untuk keperluan pemeriksaan biomedis ini pengambilan darah dilakukan pada pembuluh

darah vena bagian lipatan salah satu lengan (kanan atau kiri) sebanyak 12 cc.

Pengambilan darah dilakukan dengan alat steril, satu alat dipakai untuk satu orang, dan

dikerjakan oleh tenaga laboratorium yang sudah terlatih. Saat proses pengambilan darah,

kegiatan didampingi oleh tenaga ahli yaitu seorang dokter umum yang professional yang

bersiaga menangani bila ada kejadian yang tidak diharapkan. Pengambilan darah

dilakukan 2 kali dalam seminggu (senin dan selasa). Darah sebanyak 12 ml, dibagi

dalam 4 tabung heparin, dikemas dalam cool box suhu 18-20 o

c. Selanjutnya di FKUI

darah (1 tabung) di sentrifus untuk diambil serumnya kemudian dikirim ke Labkesda

Rawasari untuk diperiksa kadar butirat, sedangkan 3 tabung lainnya dilakukan uji sitokin

untuk mengetahui tanda peradangan.

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

16

Pengukuran Antropometri

Penilaian antropometri terdiri atas 3 penilaian, yaitu berat badan, tinggi badan dan

Lingkar perut responden. Berikut uraian cara penilaian antropometri yang dilakukan

pada responden.

1. Berat badan : Posisikan responden di atas timbangan, perhatikan posisi kaki

responden tepat di tengah alat timbang, tidak menumpu pada salah satu kaki, sikap

tenang dan kepala tidak menunduk (memandang lurus ke depan), baca dan catat berat

badan pada status.

2. Tinggi badan : Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup

kepala) dan asesori lain yang bisa mempengaruhi hasil pengukuran. Responden diminta

berdiri tegak, persis di bawah alat geser. Posisi kepala dan bahu bagian belakang

(punggung), pantat, betis dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise dipasang.

Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas. Gerakan alat geser

sampai menyentuh bagian atas kepala pasien. Pastikan alat geser berada tepat di tengah

kepala pasien. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada

dinding. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar(ke

bawah), catat hasil yang didapat.

3. Lingkar perut : Untuk pengukuran ini responden di minta untuk membuka pakaian

bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk ditetapkan titik

pengukuran. Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah. Ditetapkan titik

ujung lengkung tulang pangkal paha /panggul. Ditetapkan titik tengah diantara titik

tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal paha /panggul dan tandai titik

tengah tersebut dengan alat tulis. Diminta responden untuk berdiri tegak dan bernafas

dengan normal (ekspirasi normal). Dilakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil

dari titik tengan kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut

kembali menuju titik tengah di awal pengukuran. Apabila responden mempunyai perut

yang gendut kebawah , pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu terakhir

pada titik tengah tersebut lagi.

Pengambilan Darah Vena

Pengambilan darah responden dilakukan oleh tenaga terlatih (petugas kesehatan/dokter)

untuk dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu (DGS), HbA1c. Pengambilan darah

dilakukan pada pembuluh darah vena bagian lipatan salah satu lengan (kanan atau kiri)

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

17

sebanyak 12 cc. Pengambilan darah dilakukan dengan alat steril, satu alat dipakai untuk

satu orang, dan dikerjakan oleh tenaga laboratorium yang sudah terlatih. Adapun

langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :

1) Menjelaskan kepada responden bahwa pengambilan darah dilakukan oleh tenaga

terlatih, dilakukan dengan hati-hati dan tidak menyakiti responden.

2) Pengambilan darah vena yang dibagi menjadi 4 tabung heparin (Tabung Ungu)

3) 1 tabung tanpa heparin diambil untuk pemeriksaan butirat plasma ke labkesda

(Tabung merah)

4) Tabung darah dibawa ke laboratorium menggunakan cooler box

Prosedur Isolasi Monosit

1) Masukkan reagen ficoll pada tabung sentrifus

2) Tambahkan RPMI kedalam tabung berisi darah dengan volume 1 : 1

3) Perlahan masukkan darah ke dalam tabung berisi ficoll dengan volume 1 : 1

4) Sentrifugasi dengan kecepatan 400 G selama 30 menit pada suhu 18 – 20 ⁰ C

5) buang layer pertama yang mengandung plasma

6) perlahan pindahkan buffy coat ke tabung falcon dengan pipet steril

7) cuci dengan PBS, Sentrifus selama 10 menit 100 G, ulang sebanyak dua kali

8) Hitung dengan kamar hitung

9) PBMC di kultur pada plastic adheren (Tissue culture plastic) 45 – 90 menit

10) Buang sel non adheren, cuci 5 – 8 kali dengan RPMI

11) Inkubasi dengan RPMI semalam, 5 % CO2, 37 ⁰ C

12) Monosit yang menempel dilepaskan dengan cara diinkubasi dalam 10 ml PBS yang

mengandung EDTA 5 mM selama 10 – 20 menit.

13) Hitung dengan kamar hitung

14) Bagi menjadi 6 bagian

Prosedur Kultur Monosit dengan dan tanpa butirat

Monosit di kultur dengan medium complete yang terdiri dari RPMI 1640, FBS,

2 mM L-glutamate, 100 U/ml penicillin, 100 µg/ ml streptomycin, and 50 µM

2-mercaptoethanol. Sebagian sample ditambah dengan sodium butirat 2 mM. Kultur

diinkubasi selama 24 jam

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

18

2.11 Manajemen dan Analisis Data

Kegiatan managemen dan pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Membuat kode (coding)

Kuesioner yang telah diisi diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya

ketidakjelasan dan kesalahan dalam pengisian. Selanjutnya masing-masing pertanyaan

diberikan kode.

2. Menyunting data (editing)

Melakukan penyuntingan data sebelum memproses entry data yang bertujuan untuk

memperkecil tingkat kesalahan dalam pemasukan data sehingga data yang meragukan

dapat ditelusuri kembali.

3. Analisa Data

a) Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan dengan univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran antara

variabel independen dan dependen melalui deskriptif.

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk seleksi kandidat model yang dimasukkan ke dalam model

logistik dasar. Metode seleksi kandidat model, yaitu dengan cara melakukan analisis

bivariat antara variabel dependen dengan masing-masing variabel independen. Analisis

bivariat yang digunakan untuk menyeleksi kandidat model yaitu uji Chi Square. Bila hasil

uji Chi-Square mempunyai nilai p value < 0,25, maka variabel tersebut dimasukkan ke

dalam model awal, kecuali bila secara substansi variabel independen tersebut dianggap

penting atau berhubungan dengan variabel dependen (Sutanto Prihastono, 2010).

2.12 Pertimbangan Ijin Penelitian

Pertimbangan ijin penelitian diperoleh dari Kesbangpol Kota Bogor dan Dinas Kesehatan

Kota Bogor.

2.13 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan etik (ethical clearance) dari Komisi Etik

Badan Litbangkes No. LB.02.01/2/KE.218/2018. Tanggal 3 Juli 2018.

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

19

2.14 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian yang ditemukan dari penelitian ini adalah :

a. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan darah untuk semua responden,

karena pada perencanaan penganggaran Risbinkes ini tidak dirancang untuk

melakukan hal tersebut. Oleh karena itu untuk melihat hubungan konsumsi serat

dengan kadar gula responden menggunakan data sekunder (hasil penelitian studi

kohor faktor risiko penyakit tidak menular).

b. Penelitian ini belum bisa menunjukkan secara spesifik jenis makanan apa yang

mengandung butirat tinggi, sehingga masih perlu penelitian lanjutan untuk

mengetahui hal tersebut.

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

20

BAB III

HASIL

Pada bab ini akan disajikan hasil analisis data. Analisis deskriptif memberikan gambaran

secara umum hasil pengolahan variabel-variabel yang digunakan. Analisis dilakukan

menggunakan analisis univariate dan bivariate. Analisis chi square digunakan untuk

mengetahui hubungan variabel konsumsi serat dengan variabel DM berdasarkan hipotesis

yang sudah dibuat sebelumnya.

3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Bogor Tengah, Kota

Bogor. Kelurahan Kebon Kelapa mempunyai 10 RW dan 44 RT, dengan jumlah KK (kepala

keluarga) 3.052 KK dan jumlah penduduk 10.483 orang.

3.2 Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden pada kedua kelompok sampel disajikan pada tabel 1.

Beberapa variabel yang ditampilkan yaitu jenis kelamin, pekerjaan, status kawin dan status

obesitas.

Tabel 1. Karakteristik Responden

Variabel DM Terkontrol DM tidak Terkontrol

n % n %

Jenis Kelamin

Laki-Laki 19 33,3 11 34,4

Perempuan 38 66,7 21 65,6

Pekerjaan

Bekerja 27 47,4 14 43,8

Tidak Bekerja 30 52,6 18 56,2

Status Kawin

Kawin 44 77,2 28 87,5

Tidak Kawin 13 22,8 4 12,5

Status Obesitas

Obesitas 37 64,9 14 43,8

Tidak Obesitas 20 35,1 18 56,2

Distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan jenis

kelamin terlihat bahwa sebagian besar responden pada kelompok DM terkontrol adalah

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

21

perempuan (66,7%), demikian pula pada kelompok DM Tidak Terkontrol lebih banyak

berjenis kelamin perempuan sebesar 65,6%. Berdasarkan pekerjaan terlihat bahwa sebagian

besar responden pada kelompok DM terkontrol tidak bekerja (52,6%), pada kelompok DM

Tidak Terkontrol juga lebih banyak responden yang tidak bekerja dibandingkan yang tidak

bekerja sebesar 56,2%. Berdasarkan status kawin terlihat bahwa baik pada kelompok DM

terkontrol maupun DM tidak terkontrol sebagian besar sudah kawin. Sedangkan status

obesitas responden terdapat perbedaan pada kedua kelompok. Pada kelompok DM terkontrol

lebih banyak ditemukan responden yang obesitas sebesar 64,9%, sedangkan pada kelompok

DM tidak terkontrol lebih banyak yang tidak obesitas sebanyak 56,2%.

3.3 Kecukupan Konsumsi Zat Gizi

Kebutuhan zat gizi pada setiap orang berbeda-beda tergantung usia dan jenis kelamin. Angka

kecukupan gizi untuk orang Indonesia dapat dilihat di PMK No 75 Tahun 2013 dan disajikan

pada tabel 2. Pada penelitian ini usia responden ada 2 kelompok yaitu kelompok 30-49 tahun

dan kelompok 50-64 tahun.

Tabel 2. Angka Kecukupan beberapa zat gizi menurut kelompok usia dan jenis kelamin

Kelompok Usia dan Jenis

Kelamin

Protein

(g)

Lemak

(g)

Serat

(g)

Laki-laki

30-49 tahun 65 73 38

50-64 tahun 65 65 33

Perempuan

30-49 tahun 57 60 30

50-64 tahun 57 53 28

Sumber: Permenkes RI (2013)

Pada tabel selanjutnya akan disajikan rata-rata tingkat konsumsi protein, lemak, dan serat

pada kedua kelompok DM.

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

22

Tabel 3. Rerata Konsumsi Lemak Penderita DM

Variabel n mean SD T (t-test) p-value

DM Terkontrol 57 53,32 25,88 0,97 0,87

DM Tidak Terkontrol 32 47,85 24,37

Tabel 3, menunjukkan bahwa responden dengan kategori DM terkontrol memiliki

rata-rata konsumsi lemak sebesar 53,32 gram. Sedangkan pada kelompok DM tidak

terkontrol rata-rata konsumsi lemaknya lebih rendah dari kelompok DM terkontrol yaitu

47,85 gram. Karena nilai p-value lebih besar dari 0,05 berarti varian kedua kelompok adalah

sama. Dari hasil diatas dapat kita simpulkan bahwa rata-rata konsumsi lemak pada kelompok

DM terkontrol lebih tinggi dibandingkan kelompok DM tidak terkontrol.

Tabel 4. Rerata Konsumsi Serat Penderita DM

Variabel n mean SD T (t-test) p-value

DM Terkontrol 57 9,63 5,92 0,42 0,34

DM Tidak Terkontrol 32 9,11 4,88

Tabel 4, menunjukkan bahwa responden dengan kategori DM terkontrol memiliki

rata-rata konsumsi serat sebesar 9,63 gram. Sedangkan pada kelompok DM tidak terkontrol

rata-rata konsumsi seratnya tidak jauh berbeda dari kelompok DM terkontrol yaitu 9,11 gram.

Tabel 5. Rerata Konsumsi Protein Penderita DM

Variabel n mean SD T (t-test) p-value

DM Terkontrol 57 50,20 20,65 1,249 0,215

DM Tidak Terkontrol 32 44,32 22,54

Tabel 5, memperlihatkan bahwa terdapat 57 responden dengan kategori DM terkontrol

dengan rata-rata konsumsi protein sebesar 50,20 gram. Sedangkan pada kelompok DM tidak

terkontrol rata-rata konsumsi proteinnya lebih rendah dari kelompok DM terkontrol yaitu

44,32 gram. Dari hasil diatas dapat kita simpulkan bahwa rata-rata konsumsi protein pada

kelompok DM terkontrol lebih tinggi dibandingkan kelompok DM tidak terkontrol.

Berdasarkan beberapa tabel yang disajikan sebelumnya menunjukkan bahwa rata-rata tingkat

konsumsi zat gizi responden menunjukkan angka di bawah angka kecukupan yang

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

23

dianjurkan. Meskipun demikian jika kita membandingkan tingkat konsumsi zat gizi

kelompok DM terkontrol masih lebih baik daripada kelompok DM tidak terkontrol.

3.4 Jenis Bahan Makanan Sumber Serat

Beberapa jenis bahan makanan yang mengandung serat hasil konsumsi recall responden

berdasarkan kelompok DM dapat dilihat pada tabel 6. Jenis buah-buahan yang dikonsumsi

terbanyak adalah pisang, kemudian pepaya dan jeruk. Jenis sayuran terbanyak dikonsumsi

responden adalah wortel, kemudian cesim (sawi hijau) dan kembang kol. Jenis

kacang-kacangan yang terbanyak di konsumsi responden adalah kacang tanah. Olahan

kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi adalah tahu dan tempe.

Tabel 6. Beberapa Jenis Bahan Makanan Sumber Serat

Yang Dikonsumsi Responden

Jenis Bahan

Makanan

DM Terkontrol DM Tidak Terkontrol

n % n %

Apel 3 5,4 1 3,0

Jeruk 2 3,6 4 12,1

Pisang 2 3,6 11 33,3

Pepaya 3 5,4 4 12,1

Bayam 1 1,8 2 6,1

Buncis 2 3,6 4 12,1

Cesim 10 17,8 9 27,3

Daun Singkong 7 12,5 0 0,0

Kangkung 4 7,1 2 6,1

Kembang kol 13 23,2 2 6,1

Wortel 17 30,4 32 97,0

Jagung 2 3,6 6 18,2

Kacang tanah 7 12,5 13 39,4

Tahu 19 33,9 17 51,5

Tempe 15 26,8 20 60,6

Beras merah 0 0,0 1 3,0

Selain menyajikan jenis makanan sumber serat yang biasa dikonsumsi responden, berikut

kami menampilkan gambaran rata-rata konsumsi buah dan sayur menurut kelompok DM.

Pada kelompok DM terkontrol konsumsi sayur dan buah lebih besar dibandingkan dengan

kelompok DM tidak terkontrol, tetapi masih di bawah porsi sayur buah yang dianjurkan yaitu

5 porsi yaitu sebanyak 400 gram yang terdiri dari 250 g sayur (setara dengan 2 ½ porsi atau

2 ½ gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 g buah.

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

24

Tabel 7. Rerata Jumlah Konsumsi Sayur dan Buah Menurut Kelompok DM

Konsumsi Buah dan

Sayur

DM Terkontrol DM Tidak Terkontrol

Sayur (g) 87,8±56,88 67,1±49,37

Buah (g) 65,1±99,90 49,0±89,11

Sayur dan buah (g) 152,9±131,69 116,2±102,40

3.5 Risiko Konsumsi Rendah Serat Pada Penderita DM

Asupan serat yang cukup sangat diperlukan dalam pengaturan kadar gula dalam darah pada

penderita DM24

. Setiap harinya penderita DM disarankan untuk mengkonsumsi serat

sebanyak 20-35 gr/hari16

. Konsumsi serat merupakan variabel utama yang menjadi fokus

pembahasan pada penelitian ini. Konsumsi serat dibagi dua menjadi dua kategori konsumsi

serat rendah (kurang dari anjuran) dan konsumsi serat tinggi (sesuai anjuran).

Tabel 8. Risiko Konsumsi Rendah Serat Pada Penderita DM

Konsumsi Serat

DM

Terkontrol

DM tidak

Terkontrol

p-value OR (95% CI)

n % n %

Konsumsi Serat Tinggi 2 66,7 1 33,7 referensi

Konsumsi Serat Rendah 55 64,0 31 36,0 0,707 1,12 (0,09-12,9)

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi serat sesuai anjuran

hanya sedikit pada kedua kelompok DM. Berdasarkan hasil nilai OR terdapat kecenderungan

responden yang mengkonsumsi serat rendah (kurang dari anjuran) mempunyai peluang

1,12 kali lebih besar menderita DM tidak terkontrol dibandingkan responden yang

mengkonsumsi serat tinggi (sesuai anjuran). Meskipun demikian secara statistik variabel

konsumsi serat tidak memiliki hubungan bermakna terhadap DM.

3.6 Konsumsi Gula

Rerata konsumsi gula tambahan responden sehari sebelum wawancara 23,4 ± 30,44 gram.

Jika dilihat menurut kelompok DM, ditemukan kelompok DM terkontrol mengkonsumsi gula

tambahan sehari sebelum wawancara sebesar 25,7 gram, sedangkan kelompok DM tidak

terkontrol sebesar 16,5 gram.

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

25

3.7 Gambaran Butirat

Pemeriksaan butirat dilakukan terhadap sub sampel pada kedua kelompok DM, selain itu

kami juga mencoba membandingkan dengan kelompok normal (responden sehat). Jumlah

responden pada ketiga kelompok sama banyak. Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata

konsentrasi butirat pada kelompok DM lebih tinggi dibandingkan pada kelompok normal.

Tabel 9. Rerata Butirat Pada Penderita DM dan Responden Sehat

n Minimum Maksimum Mean Standar

Deviasi

DM Tidak Terkontrol

DM Terkontrol

Normal (Sehat)

15

15

15

0,11

0,12

0,14

0,78

1,16

0,94

0,40

0,32

0,29

0,24

0,27

0,22

Tabel 9, menunjukkan bahwa butirat tinggi ditemukan pada penderita DM (baik kelompok

DM terkontrol maupun DM tidak terkontrol) sedangkan pada kelompok normal (responden

sehat) kadar butiratnya lebih sedikit. Hal ini bertentangan dengan hipotesis yang mengatakan

bahwa kadar butirat pada responden DM (khususnya DM tidak terkontrol) akan lebih kecil

(sedikit) dibandingkan dengan responden sehat. Berdasarkan data tersebut dapat diartikan

bahwa peningkatan tingkat butirat diikuti oleh peningkatan gula darah puasa dan HbA1c

sebagai penanda DM. Oleh karena itu asumsi mengenai konsumsi zat gizi yang rendah

(khususnya serat) sebagai salah satu faktor risiko terhadap penderita DM dan diindikasikan

oleh rendah butirat pada pasien DM belum terbukti pada penelitian ini.

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

26

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Kasus DM dan Karakteristik Responden

Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolik dikarenakan pankreas tidak

memproduksi cukup insulin (tipe 1) atau karena insulin yang telah diproduksi tidak

dimanfaatkan dengan baik (tipe 2). Keduanya mengakibatkan peningkatan konsentrasi gula

dalam darah12

. Kasus DM di Indonesia telah meningkat pesat dalam kurun waktu 6 tahun.

Berdasarkan pemeriksaaan kadar gula darah, prevalensi kasus DM di Indonesia sebesar 5,7%

di tahun 201713

dan 6,9% di tahun 201314

. Tidak semua kasus DM terdiagnosa oleh tenaga

kesehatan, banyak penderitanya yang tidak menyadari jika dirinya menderita DM. Hal ini

terbukti dari prevalensi kasus DM di Indonesia yang didiagnosa oleh tenaga kesehatan hanya

berkisar 0,7% di tahun 200713

dan 1,5% di tahun 201315

. Berdasar data IDF 2014, saat ini

diperkiraan 9,1 juta penduduk terdiagnosa menderita DM yang menempatkan Indonesia di

peringkat ke-5 di dunia. Penurunan peringkat dibandingkan tahun 2013 dimana Indonesia

menempati peringkat ke-7 di dunia dengan 7,6 juta penduduk penyandang DM16

.

Penelitian ini merekrut responden dengan kasus DM tipe 2 dimana dikelompokkkan

menjadi 2 yaitu kelompok DM terkontrol dan kelompok DM tidak terkontrol. Responden

dalam penelitian ini sebagian besar merupakan penderita DM yang dapat mengendalikan

level gula darahnya. Penemuan serupa juga terjadi pada penelitian di Vermont17

walaupun

penelitian di Palestina18

dan Ghana19

menemukan hal sebaliknya. Pada penelitian ini

persentase responden lebih banyak dengan jenis kelamin perempuan, sudah menikah, tidak

bekerja dan obesitas. Karakteristik responden yang serupa terkait status perkawinan

ditemukan juga di Ghana19

.

Status pendidikan yang lebih baik serta memiliki pekerjaan akan meningkatkan status

sosial ekonomi seseorang menjadi lebih baik. Status ekonomi yang lebih baik mengarah

kepada peningkatan informasi kesehatan khususnya faktor diet, gaya hidup lebih sehat, akses

layanan kesehatan dan pengelolaan penyakit yang lebih baik serta peningkatan kewaspadaan

akan kesehatan20,21

. Pada status perkawinan sekilas terlihat bahwa responden pada kedua

kelompok DM lebih banyak yang sudah kawin, hal ini mungkin disebabkan setelah menikah

baik pria maupun wanita menjadi lebih jarang melakukan olah raga dan mengalami

peningkatan berat badan22

.

Page 44: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

27

4.2 Tingkat Konsumsi Zat Gizi Responden

Tubuh memerlukan energi untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak

agar organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Sumber energi adalah bahan makanan yang

dimakan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam

amino), dan lemak (asam lemak). Pengolahan bahan makanan sudah dimulai dari mulut,

kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan

dipecah menjadi bahan dasar makanan, yaitu karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi

asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus,

kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk

dipergunakan sebagai energi. Agar dapat berfungsi sebagai energi, zat makanan harus masuk

dulu ke dalam sel untuk diolah. Melalui proses metabolisme, di dalam sel zat makanan,

terutama glukosa, diproses untuk menghasilkan energi bagi sel tersebut. Dalam proses

metabolisme ini hormon insulin memegang peran yang sangat penting, yaitu bertugas untuk

memasukkan glukosa ke dalam sel. Namun, ketersediaan insulin saja tidak cukup menjamin

proses metabolisme akan berlangsung dengan normal. Hal ini bergantung pula pada kepekaan

reseptor insulin yang terletak pada dinding sel sasaran. Ketidakpekaan reseptor insulin

mengakibatkan insulin tidak dapat bekerja secara maksimal.

Beberapa studi menunjukkan bahwa kualitas makanan memegang peran utama pada

patofisiologi DM Tipe 2. Faktor makanan tersebut seperti diet tinggi lemak, rendah serat, dan

tinggi karbohidrat berkontribusi terhadap terjadinya resistensi insulin. Populasi dengan

prevalensi DM yang tinggi mempunyai karakteristik mengonsumsi diet yang lebih banyak

lemak, terutama saturated fat daripada mereka yang mengikuti pola makan banyak sayuran

dan buah-buahan serta tinggi karbohidrat karena jenis makanan ini banyak mengandung serat.

Kenaikan trigliserida dalam plasma (hipertrigliseridemia) juga dipengaruhi oleh kandungan

karbohidrat makanan dan kegemukan. Perubahan pola makan dari makanan tradisional ke

pola makan kebarat-baratan mengakibatkan peningkatan prevalensi DM secara cepat.

Konsumsi zat gizi responden menunjukkan nilai minimum dan maksimum terdapat

rentang yang sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa masih terdapat responden yang belum

mengerti pengaturan diet yang tepat dimana masih terdapat responden yang mengkonsumsi

zat gizi jauh lebih rendah maupun jauh melebihi rekomendasi. Padahal kita tahu bahwa salah

satu kunci penting tata laksana terapi nutrisi bagi penderita DM adalah ketepatan jumlah

kandungan kalori/energi16

. Berdasarkan hal ini penting untuk dilaksanakan pemberian

Page 45: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

28

konsultasi diet untuk meningkatkan pengetahuan responden serta membantu responden untuk

mengontrol kadar gula dalam darah.

Kelompok DM terkontrol mengkonsumsi lebih banyak zat gizi kecuali pada kelompok

karbohidrat. Namun jika dibandingkan dengan AKG, kedua kelompok termasuk dalam

kategori defisit berat pada tingkat pemenuhan energi dan karbohidrat karena rata-rata tingkat

konsunsumsi <70% AKG. Sedangkan untuk rerata persentase konsumsi protein dan lemak

pada kedua kelompok juga tidak dapat dikatakan baik dimana termasuk dalam kategori

deficit sedang dan deficit ringan karena <90% AKG23

. Rata-rata persentase konsumsi serat

kedua kelompok juga tidak menggembirakan karena sangat jauh dari yang direkomendasikan.

Asupan serat yang cukup sangat diperlukan dalam pengaturan kadar gula dalam darah pada

penderita DM24

. Setiap harinya penderita DM disarankan untuk mengkonsumsi serat

sebanyak 20-35 gr/hari16

. Makanan kaya serat terbukti memiliki kadar indek glikemik yang

rendah. Makanan yang berindeks glikemik rendah akan menurunkan kadar gula dalam darah

ketika dikonsumsi dalam jangka waktu pendek serta menurunkan kadar fruktosamine dan

hemoglobin A1C dalam jangka waktu panjang.

Serat merupakan salah satu jenis karbohidrat yang hanya terdapat di makanan yang

bersumber dari tanaman. Serat ada dua jenis, yaitu serat tidak larut dalam air (insoluble

fibers) dan serat larut dalam air (soluble fibers)25

. Serat tidak larut dalam air berefek

fisiologis, antara lain mengurangi waktu transit usus dan meningkatkan massa feses. Sumber

utama serat ini antara lain biji-bijian, gandum, rye dan sayuran. Serat larut dalam air berefek

fisiologis antara lain menunda pengosongan lambung, memperlambat penyerapan glukosa,

dan menurunkan kolesterol darah. Sumber utamanya antara lain buah jeruk, oat dan pengental

yang di tambahkan ke makanan. Bila dilihat dari jenis bahan makanan yang dikonsumsi

responden hampir semua responden lebih banyak mengkonsumsi serat tidak larut dalam air.

Artinya konsumsi serat responden lebih banyak berefek mengurangi konstipasi, sedangkan

fungsi konsumsi serat untuk memperlambat penyerapan glukosa belum terpenuhi.

Rerata konsumsi serat responden kelompok DM terkontrol lebih besar daripada

kelompok DM tidak terkontrol akan tetapi masih jauh di bawah angka kecukupan serat26

.

Konsumsi serat terbanyak dapat di penuhi dengan konsumsi buah dan sayur. Beberapa jenis

makanan yang mengandung serat hasil konsumsi recall responden berdasarkan kelompok DM

dapat dilihat pada tabel 6. Jenis buah-buahan yang dikonsumsi terbanyak adalah pisang,

kemudian pepaya dan jeruk. Jenis sayuran terbanyak dikonsumsi responden adalah wortel,

Page 46: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

29

kemudian cesim (sawi hijau) dan kembang kol. Jenis kacang-kacangan yang terbanyak di

konsumsi responden adalah kacang tanah. Olahan kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi

adalah tahu dan tempe.

Konsumsi sayur dan buah merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan

gizi seimbang. Pedoman Gizi Seimbang (PGS) menganjurkan masyarakat Indonesia untuk

mengonsumsi sayur 3-4 porsi dan buah sebanya 2-3 porsi dalam satu hari27

. World Health

Organization (WHO) juga mengeluarkan anjuran untuk mengonsumsi sayur dan buah

sebanyak 400 gram yang terdiri dari 250 g sayur (setara dengan 2 ½ porsi atau 2 ½ gelas

sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 g buah dalam satu hari untuk menjaga

kesehatan dan mengurangi risiko terkena penyakit tidak menular28

. Hasil penelitian

menunjukkan rerata konsumsi sayur dan buah responden baru memenuhi sekitar 35 persen

dari angka kebutuhan serat yang diperlukan dengan kata lain konsumsi sayur dan buah masih

sangat kurang. Kurang konsumsi sayur dapat berdampak pada meningkatkanya risiko terkena

penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung koroner (PJK), stroke, kanker, dan DM

mellitus29

. Rendahnya konsumsi sayur dan buah masih menjadi masalah di berbagai Negara

tidak hanya di Indonesia. Sebesar 80,6 persen laki-laki dan 78,4 persen perempuan di

52 negara yang berpenghasilan rendah-sedang mengonsumsi sayur dan buah kurang dari

5 porsi/hari30

.

Wang,et al. (2014) juga membuktikan bahwa konsumsi sayur beserta buah yang tinggi

akan menurunkan risiko kematian, terutama kematian yang diakibatkan oleh penyakit

jantung31

.Oleh karena itu, konsumsi sayur dan buah menjadi satu dari tiga fokus kegiatan

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) untuk mewujudkan Indonesia sehat32

.

4.3 Pengaruh Kadar Butirat Terhadap Faktor Metabolik

Makanan berserat merupakan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks yang

tidak dapat dicerna pada saluran pencernaan. Sumber makanan berserat biasanya adalah

sayuran, buah-buahan, dan gandum utuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa di dalam

saluran percernaan manusia terjadi fermentasi dari serat yang tidak tercerna oleh mikroba

normal di dalam usus. Hasil fermentasi tersebut berpengaruh terhadap kontrol metabolik dan

kondisi tersebut berhubungan dengan produksi short chain fatty acid (SCFA) di dalam usus

besar. Konsentrasi SCFA yang tinggi diketahui bermanfaat seperti dapat menurunkan

produksi glukosa di hati dan meningkatkan homeostasis lipid. Belum ada penelitian secara

langsung yang membuktikan manfaat SCFA secara jangka panjang untuk pengobatan DM

Page 47: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

30

tipe 2. Pada penelitian dengan pemberian SCFA dalam jangka waktu pendek terlihat bahwa

terjadi perbaikan resistensi insulin pada penderita DM.

Jenis serat yang diketahui berhubungan dengan DM Melitus adalah pati resisten. Pati

resisten didefinisikan sebagai suatu kumpulan pati dan produk degradasi pati yang tidak dapat

diserap di usus baik usus kecil maupun usus besar manusia yang sehat. Pati resisten dikenal

sebagai serat yang tidak dapat dicerna yang tahan dari pencernan oleh enzim amilase di usus

kecil dan difermentasi menjadi short chain fatty acid (SCFA) oleh mikroba dalam usus

besar.33,34

Penanda metabolik yang memiliki korelasi signifikan adalah BMI dan HbA1c.

Keduanya memiliki korelasi positif yang berarti bahwa BMI yang lebih tinggi dan HbA1c,

tingkat butirat juga akan meningkat. Butirat dikenal sebagai salah satu SCFA yang dianggap

memiliki efek yang baik untuk homeostasis metabolik tubuh. microbioma yang baik disertai

dengan konsumsi makanan sehat dapat meningkatkan tingkat butirat dan SCFA lainnya

dalam feses. Diet yang baik seperti Konsumsi rutin makanan berserat dapat mencegah

obesitas dan DM. Pernyataan tersebut tampaknya bertentangan dengan hasil penelitian ini.

Pada awal penelitian ini kami berhipotesis bahwa pola makan yang buruk sebagai salah satu

faktor risiko untuk DM akan diindikasikan oleh rendah butirat pada pasien DM. Namun hasil

penelitian ini tidak menunjukkan hal ini. Peningkatan tingkat butirat diikuti oleh peningkatan

gula darah puasa dan HbA1c sebagai penanda DM.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penambahan butirat dalam bentuk

peningkatan mikrobiota atau dengan natrium butirat secara langsung dapat mengurangi

peningkatan adipositas pada hewan yang diberi diet tinggi lemak. Suplementasi butirat juga

dapat mencegah dan memulihkan resistensi insulin pada hewan model. Laporan tersebut

menunjukkan bahwa pemberian butirat memiliki efek positif pada metabolisme.

Sejumlah besar bukti telah menunjukkan efek butirat yaitu penurunan resistensi

insulin yang disebabkan oleh diet lemak tinggi dan obesitas, beberapa penelitian lain

menunjukkan menunjukkan efek sebaliknya. Oleh karena itu, penyelidikan tambahan

dibenarkan untuk memahami efek paradoks dari butyrate pada sindrom metabolik seperti

obesitas dan DM. Peningkatan kadar butirat dalam kondisi patologis DM, serta manfaat

butirat terhadap pencegahan dan pengobatan sindrom metabolik menunjukkan bahwa butirat

dan SCFA lain memiliki potensi besar untuk penelitian lebih lanjut.

Page 48: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian, beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat kecenderungan responden yang mengkonsumsi serat rendah (kurang dari

anjuran) mempunyai peluang lebih besar menderita DM tidak terkontrol dibandingkan

responden yang mengkonsumsi serat tinggi (sesuai anjuran). Sehingga konsumsi serat

rendah berpotensi meningkatkan kadar gula darah penderita DM.

2. Jenis bahan makanan mengandung serat yang banyak dikonsumsi responden baik

pada kelompok DM terkontrol maupun DM tidak terkontrol tidak jauh berbeda antara

lain tempe, tahu, wortel dan pisang.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan tingkat butirat linear dengan

peningkatan gula darah puasa dan HbA1c sebagai penanda DM.

5.2 Saran

Beberapa saran yang bisa diberikan dari hasil penelitian ini adalah :

4. Perlu penyuluhan tentang bahan makanan tinggi serat pada masyarakat khususnya di

Kelurahan Kebon Kelapa, agar masyarakat lebih faham mengenai manfaat konsumsi

makanan mengandung serat bagi kesehatan khususnya dalam penurunan kadar gula

darah.

5. Masyarakat perlu mendapat pemahaman yang lebih mengenai jenis bahan makanan

apa saja yang menjadi sumber serat, sehingga dapat disesuaikan dalam menu keluarga

dalam rangka menjaga gula darah pada kondisi normal.

6. Perlu penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih memadai untuk

mengetahui lebih detail hubungan antara jenis bahan makanan apa saja yang

mengandung butirat tinggi. Selain itu perlu penelitian lanjutan untuk memastikan

untuk memahami efek paradoks dari butirat pada sindrom metabolik seperti obesitas

dan DM.

Page 49: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

32

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat yang telah memberi kesempatan dan

dukungan untuk melakukan kegiatan penelitian ini.

2. Kepala Bidang Kesmas dan Kasubbid Gizi dan Kesga yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan moril untuk melakukan penelitian risbinkes ini.

3. Ibu Dr. Ekowati Rahajeng, SKM,M.Kes sebagai ketua PPI yang telah memberikan

kesempatan untuk melakukan penelitian Risbinkes, serta senantiasa memberikan

arahan dan masukan sejak awal penyusunan protokol sampai penyusunan laporan

akhir.

4. Ibu Dr. Dra. Woro Riyadina,M.Kes selaku pembina Riset Pembinaan Kesehatan, yang

telah memberikan berbagai masukan, bimbingan, dan arahan terhadap keseluruhan

proses pelaksanaan penelitian ini, mulai dari finalisasi protokol, pengumpulan data,

hingga laporan penelitian.

5. Tim Risbinkes dr. Rahma Ayu Larasati dan Fithia Dyah Puspitasari,S.Gz, MPH, yang

telah membantu penelitian mulai dari penyusunan proposal, pengumpulan data dan

penyusunan laporan penelitian.

6. Tim yang membantu koordinasi dan pengumpulan data lapangan sampai penyusunan

laporan akhir ibu Ir. Salimar,MS, Mb Zulaika, Mb Kenny dan Mas Rizky.

7. Tim Sekretariat Riset Pembinaan Kesehatan 2018, yang telah membantu keseluruhan

proses administrasi penelitian ini.

8. Segenap pihak yang telah membantu baik secara teknis maupun administratif terhadap

penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Page 50: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

33

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. International DM Federation. IDF DM Atlas Eighth Edition. 2017. Tersedia di:

www.idf.org/DMatlas.

2. American DM Association. Classification and Diagnosis of DM. DM Care 2017; 40

(Supplement 1): S11-S24; DOI: https://doi.org/10.2337/dc17-S005.

3. Rahajeng E. Prevalensi DM Mellitus dan Gangguan Toleransi Glukosa di Kota Depok

Jawa Barat. Laporan Penelitian. Badan Litbang Depkes RI. 2001.

4. Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar.

5. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar.

6. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Melitus Tipe 2 di Indonesia.

Jakarta: PERKENI; 2015.

7. Najafipour H, Sanjari M, Shokoohi M, Haghdoost AA, Afshari M, Shadkam M, Etemad

K, Mirzazade A. Epidemiology of DM mellitus, pre-DM, undiagnosed

and uncontrolled DM and its predictors in general population aged 15 to 75 years: A

community-based study (KERCADRS) in southeastern Iran. J DM. 2015 Sep;7(5):613-

21. doi: 10.1111/1753-0407.12195. Epub 2014 Sep 10.

8. Lumban Riris G dkk. Karakteristik penderita DM mellitus dengan komplikasi yang

dirawat inap di rumah sakit martha friska tahun 2014.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=438113

9. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

10. Shoelson SE, Lee J, Goldfine AB. Inflammation and insulin resistance. Journal of

Clinical Investigation. 2006;116(7):1793-1801. doi:10.1172/JCI29069.

11. Woro R, dkk. Laporan Hasil Penelitian Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak

Menular. Badan Litbangkes,2017

12. Pusat Data dan Informasi. Situasi dan Analisis DM. (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

13. Badan Litbangkes. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007. (Badan Litbangkes,

2008)

Page 51: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

34

14. Kemenkes. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2013. (Kemenkes, 2013)

15. Badan Litbangkes. Riskesdas 2013 dalam Angka. (Badan Litbangkes, 2013)

16. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Melitus Tipe 2 di Indonesia. (PB

PERKENI, 2015)

17. Strauss, K., MacLean, C., Troy, A. & Littenberg, B. Driving Distance as a Barrier to

Glycemic Control in DM. J. Gen. Intern. Med. 21, 378–380 (2006)

18. Al-Halaweh, A. A. et al. Prevalence of Type 2 DM Mellitus Complications among

Palestinians with T2DM. DM Metab. Syndr. Clin. Res. Rev. 11, S783–S787 (2017)

19. Fiagbe, J. et al. Prevalence of Controlled and Uncontrolled DM Mellitus and Associated

Factors of Controlled DM among Diabetic Adults in the Hohoe Municipality of Ghana.

DM Manag. 7, 343–354 (2017)

20. Ko, G. T. C. et al. A Low Socio-Economic Status Is an Additional Risk Factor for

Glucose Intolerance in High Risk Hong Kong Chinese. Eur. J. Epidemiol. 17, 289–295

(2001)

21. Murad, M. A., Abdulmageed, S. S., Iftikhar, R. & Sagga, B. K. Assessment of the

Common Risk Factors Associated with Type 2 DM Mellitus in Jeddah. Int. J.

Endocrinol. 2014, 1–9 (2014).

22. Koball, H. L., Moiduddin, E., Henderson, J., Goesling, B. & Besculides, M. What Do

We Know About the Link Between Marriage and Health? J. Fam. Issues 31, 1019–

1040 (2010).

23. Pertiwi, K. I., Hardinsyah & Ekawidyani, K. R. Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor

Pola Pangan Harapan pada Anak Usia Sekolah 7-12 Tahun di Indonesia. J. Gizi dan

PanganGizi dan Pangan 9, 117–124 (2014).

24. Nuttall, F. Q. Dietary Fiber in the Management of DM. DM 42, 503–508 (1993)

25. Dhingra, D., Rajput, H., dan Patil, R.T., 2012. Dietary Fibre in food: A review. J Food

Sci Technool. 49 (3): 255-266.

Page 52: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

35

26. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi

yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.

27. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi

Seimbang.

28. WHO, 2004. Fruit and Vegetables for Health: Report of a Joint FAO/WHO Workshop.

Geneva: WHO

29. Kementerian Kesehatan RI, 2015. Ayo, Tingkatkan Makan Makanan yang Bergizi dan

Seimbang. [online] tersedia di: dinkes.inhukab.go.id (diakses pada 20 Oktober 2018).

30. Hall, J.N., Moore, S., Harper, S.B., Lynch, J.W., 2009. Global variability in fruit and

vegetable consumption. Am J Prev Med. 36(5): 402-409

31. Wang, X., et al., 2014. Fruit and vegetable consumption and mortality from all causes,

cardiovascular disease and cancer: systematic review and dose-response meta-analysis

of prospective cohort studies. BMJ. 349:g4490

32. Bappenas, 2016. Rencana Kerja Pemerintah 2017 dan Gerakan Masyarakat Hidup

Sehat. Kementerian PPN/Bappenas Indonesia.

33. Kaline, K.Bornstein, S. R, et al. The importance and effect of dietary fiber in DM

prevention with particular consideration of whole grain products. Horm Metab

Res. 2007 Sep; 39(9): 687–693

34. Keenan, M. J., Zhou, J., McCutcheon, K. L., Raggio, A. M., et al. Effects of Resistant

Starch, A Non-digestible Fermentable Fiber, on Reducing Body Fat. Obesity, 14: 1523–

1534. 2006.

Page 53: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN SUBYEK

PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI RENDAH SERAT

PADA DIABETES TIDAK TERKONTROL DAN GAMBARAN BUTIRAT PLASMA

Bapak/Ibu yang terhormat

Kami adalah tim peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan

Masyarakat Badan Litbangkes akan melakukan penelitian Risiko Konsumsi Rendah Serat Pada

Diabetes Tidak Terkontrol. Tujuannya untuk mengetahui jenis makanan sumber serat yang terbaik

untuk perbaikan dan pencegahan komplikasi pada penderita Diabetes Mellitus (DM).

Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara, pengukuran berat badan, pengukuran tinggi

badan dan pengambilan darah. Pengambilan darah dilakukan pada pembuluh darah vena bagian

lipatan salah satu lengan (kanan atau kiri) sebanyak 12 cc. Pengambilan darah dilakukan dengan

alat steril, satu alat dipakai untuk satu orang, dan dikerjakan oleh tenaga laboratorium yang sudah

terlatih. Pada saat pengambilan darah akan ada sedikit rasa sakit, namun tidak ada risiko yang

membahayakan. Bila terjadi bengkak atau kebiruan pada lokasi penusukan, maka akan segera kami

obati. Saat proses pengambilan darah, kegiatan didampingi oleh tenaga ahli yaitu seorang dokter

umum yang professional yang akan bersiaga menangani bila ada kejadian yang tidak diharapkan.

Bila terjadi bengkak atau kebiruan pada lokasi penusukan, maka akan segera ditangani oleh dokter

pendamping. Apabila terjadi hal-hal yang lebih parah dan tidak diinginkan, maka akan dirujuk ke

fasilitas kesehatan terdekat. Waktu yang diperlukan sekitar 30 - 45 menit. Sebagai pengganti

waktu yang tersita kepada Bapak/Ibu akan diberikan dana sebesar Rp.100.000,- ( seratus ribu

rupiah).

Partisipasi bapak/ibu bersifat sukarela tanpa paksaan. Data diri dan data hasil penelitian

yang diperoleh dari penelitian ini akan kami perlakukan secara rahasia. Bila berkeberatan maka

bapak/ibu dapat menolak atau tidak meneruskan ikut dalam penelitian ini tanpa sanksi. Apabila

bapak/ibu memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi (Andi Susilowati, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat. Jl Percetakan Negara 29. HP.

081342718707)

Demikian penjelasan dari kami, apabila bapak/ibu bersedia ikut dalam penelitian ini, kami

mohon berkenan menberikan tanda tangan pada lembar persetujuan terlampir, terima kasih.

Page 54: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam

1

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT untuk wawancara, pengukuran fisik

dan pengambilan darah)

Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai hal yang

berkaitan dengan Penelitian Riset Pembinaan Kesehatan “Risiko Konsumsi Rendah Serat

Pada Diabetes Tidak Terkontrol dan Gambaran Butirat Plasma” yang dilaksanakan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan R.I. Saya

memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi dalam riset ini secara sukarela tanpa paksaan.

Nama responden NIK Tgl/bln/th Tanda tangan

Nama Saksi** Tgl/bl/th Tanda tangan

*PSP dibuat 2 rangkap:

- Responden 1 lembar

- Tim pengumpul data 1 lembar, disatukan dalam kuesioner.

Page 55: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam
Page 56: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam
Page 57: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam
Page 58: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam
Page 59: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam
Page 60: LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES RISIKO KONSUMSI …. Laporan-20… · Laporan akhir ini merupakan tahapan terakhir kami dalam menyelesaikan penelitian risbinkes tahun 2018. Dalam