laporan 5 praktikum audio dan radio sriwahyuni nadia karlin
DESCRIPTION
Sriwahyuni Nadia Karlin 1201905Pendidikan Teknik ElektronikaTRANSCRIPT
LAPORAN
Praktek Teknik Audio dan Radio
Tone control
Oleh :
Sriwahyuni nadia karlin
1201905/2012
2E1
TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
TONE CONTROL
A. Tujuan
1. Dapat Merakit rangkaian Tone Control (Pengatur Nada) dan Power Aplifier.
2. Dapat mengetahui fungsi rangkaian Tone Control pada sistem audio
3. Dapat mengetahui karakteristik kerja rangkaian Tone Control pada sistem audio
4. Dapat melihat respon frekuensi dan penguatan yang dapat dilakukan oleh rangkaian Tone Control.
B. Alat dan Bahan
1. Osiloskop Dual Beam 1 set
2. Multimeter 1 set
3. AFG 1 set
4. Kit Power Amplifier + Tone Control 1 set
5. Loudspeaker 1 buah
6. Kabel listrik
7. Audio Player 1 set
C. Teori Pendukung
Rangkaian penguat audio yang baik yaitu rangkaian yang mampu memperkuatkan sinyal pada range
frekuensi audio yaitu frekuensi 20 Hz sampai 20 KHz dan pada saat melakukan penguatan tanpa terjadinya
cacat dengan nois yang sekecil mungkin. Range frekuensi ini juga tergantung kemampuan dari loudspeaker.
Jika loudspeaker bekerja pada frekuensi Full Range (20 Hz – 20 Khz) ini sangat baik sekali, karena akan di
dapat nada yang dinamis pada frekuensi full range. Tetapi jika hanya frekuensi tertentu saja yang mampu di
reproduksi oleh loudspeaker, maka penggunaan tone control memungkinkan untuk membatasi frekuensi
tertentu. Tone control merupakan rangkaian pengatur nada yang terdiri dari rangkaian filter, yaitu Low Pass
Filter (LPF) dan Figh Pass Filter (HPF) maupun Band Pass Filter.
Sebelum sinyal dikuatkan oleh rangkaian Power Amplifier, rangkaian tone control bekerja dengan
mengatur nada yang akan dilewatkan pada rangkaian power amplifier, sehingga akan di dapatkan nada sesuai
dengan respon frekuensi pada loudspeaker dan akan di dapatkan hasil (suara) pada loudspeaker yang sesuai
dengan keinginan pengguna.
Rangkaian Tone Control merupakan salah satu jenis pengatur suara atau nada aktif pada sistem audio
atau sebagai alat yang digunakan untuk membuat frekuensi dalam sinyal audio lebih lembut atau lebih keras.
Pada dasarnya tone control atau pengatur nada berfungsi untuk mengatur penguatan level nada bass dan level
nada treble. Nada bass adalah sinyal audio pada frekuensi rendah sedangkan nada treble merupakan sinyal
audio pada frekuensi tinggi. Rangkaian Tone Control sederhana memiliki output yang bisa di bilang cukup
bagus dan bersih. Sinyal suara yang di hasilkan dari input sebelumnya sudah di atur oleh potensiometer dan
kemudian di kuatkan oleh bagian op-amp menggunakan transistor yang kemudian di kopling oleh kapasitor
yang outputnya akan di atur lagi pada bagian control.
Prinsip kerja dari Rangkaian Tone Control yaitu pada frekuensi rendah atau bass dan frekuensi tinggi
atau treble. Dari pengaturan di atas kemudian di kuatkan lagi pada bagian pengatur akhir menggunakan
transistor yang sama. Tegangan yang di hasilkan dari tone control ini adalah mulai dari 9 volt DC sampai
dengan 18 volt DC. Tone Control yang memiliki 4 transistor terbagi dalam 3 bagian utama yaitu bagian penguat
depan, bagian pengatur nada (tone control) dan bagian penguat akhir. Pada bagian depan dapat di bangun
menggunakan 2 transistor yang di susun dalam penguat 2 tingkat. Kemudian bagian pengatur nada di bangun
menggunakan sistem pengatur nada baxandal yang dapat mengontrol nada rendah atau nada tinggi. Kemudian
bagian akhir di gunakan penguat 2 tingkat yang di bangun menggunakan transistor.
Rangkaian tone control baxandal merupakan rangkaian penguat dengan jaringan umpan balik
(feedback) dan rangkaian filter aktif. Rangkaian baxandal hanya tergantung dari pengaturan potensiometer bass.
Batas pengaturan maksimum potensiometer bass merupakan maksimum boost (penguatan maksimal bass) dan
batas pengaturan minimum potensiometer bass merupakan maksimum cut (pelemahan maksimum).
Pada saat frekuensi nada bass meningkat, maka akan memberikan efek pada resistor samapai kapasitor
sehingga tidak lagi memberikan efek atau respon pada rangkaian. Sehingga frekuensi di atas tidak di pengaruhi
oleh posisi potensiometer bass pada maksimum boos dan cut atau di biarkan flat. Untuk nada treble, pada akhir
frekuensi tinggi audio kapasitor bertindak seakan short circuit. Maka penguatan akan di atur oleh potensiometer
treble.
Rangkaian tone control juga dapat diartikan sebagai rangkaian yang digunakan untuk pengaturan besar
kecilnya treble dan bas pada perangkat sumber suara serta amplitudo sinyal audio. Rangkaian ini memiliki
fungsi bassing yaitu penyetelan level bass dan Trebling yaitu penyetelan level treble. Pengaturan yang tepat
akan memunculkan kualitas suara yang baik dan tentunya enak untuk di dengar. Selain itu Rancangan
rangkaian yang benar juga menentukan baik atau buruknya kualitas suara yang dihasilkan.
Untuk membuat Tone Control atau pengontrol nada yang berkualitas tinggi maka dibutuhkan juga
komponen – komponen yang memiliki kualitas tinggi. Rangkaian dari pengontrol nada ini dapat dibuat secara
sederhana maupun secara kompleks. Rumit dan tidaknya rangkaian juga menjadi factor utama terciptanya
sebuah tone control yang baik. Sebenarnya tone control memiliki beberapa komponen utama dalam suatu
rangkaian. Komponen – komponen tersebut adalah sumber tegangan potensiometer, resistor, kapasitor, dan
speaker. Fungsi setiap komponen pada rangkaian tone control yaitu :
Sumber tegangan dengan fungsi sebagai pemasok energy listrik dan menjadi sumber arus listrik itu
sendiri.
Resistor berperan sebagai pemberi nilai hambatan sebagai filter atau penyaring arus listrik yang lewat.
Kapasitor memiliki fungsi sebagai pengatur lalu lintas arus listrik yang lewat agar dapat aliran yang
stabil.
potensiometer yang berperan sebagai pengatur sinyal suara yang dihasilkan.
speaker merupakan alat yang bertindak sebagai indikator suara.
Dengan adanya link yang menghubungkan komponen satu dengan lainya secara tepat maka sebuah
rangkaian pengatur nada yang berkualitas akan dapat diciptakan. Rangkaian tone control sederhana dijumpai
pada perangkat elektronik seperti pada tape, radio, dan Televisi, dan lain sebagainya.
Ada 2 metode tone control yang bisa diterapkan dalam audio amplifier yaitu metode tone control pasif
dan metode tone control aktif yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.Untuk yang jenis aktif
biasanya mempunyai nilai redaman yang jauh lebih besar dibanding dengan metode pasif sehingga pada tingkat
berikutnya masih harus ditambah dengan sebuah transistor yang berfungsi sebagai penguat mini. Rangkaian
dasar tone control merupakan rangkaian penyaring R-C yang cukup sederhana.Biasanya Antara Pre Amp dan
tone control dihubungkan oleh pengatur volume yang letaknya berada pada posisi antara output preamp dengan
rangkain input tone control.
a. Tone control pasif
Tone control pasif sangat sederhana yaitu hanya terdiri dari potentiometer, resistor dan kondensator.
Pengaturan nada hanya sebatas cut terhadap nada-nada tinggi. Pada tone control yang seperti ini tidak terjadi
boost dan tidak terjadi penguatan sinyal.
Jika posisi pengaturan VR minimum maka nilai resistansinya adalah maksimal, sehingga kondensator C
praktis dikatakan tidak berpengaruh terhadap sinyal audio yang melintas di antara input dan output. Apabila
posisi VR maksimum, maka resistansinya minimal (atau nol) sehingga C menghubung singkat ke ground
sebagian sinyal pada frekuensi-frekuensi tertentu. Frekuensi-frekuensi yang dihubung singkat oleh C adalah
frekuensi-frekuensi tinggi dalam spektrum audio di mana reaktansi kapasitansi C adalah kecil terhadapnya.
Reaktansi kapasitansi C (disymbolkan dengan Xc) adalah :
Untuk frekuensi-frekuensi tinggi audio, lazimnya nilai C adalah dalam besaran puluhan hingga ratusan
nanoFarad. Semakin besar nilai C semakin lebar jalur frekuensi tinggi audio yang akan di-cut.
b. Tone control aktif
Tone control aktif menerapkan fungsi komponen aktif seperti transistor atau IC. Di dalam tone control
aktif terjadi boost dan cut dan terjadi pula penguatan level sinyal. Umumnya sebuah tone control aktif
mempunyai dua penyetelan nada, yaitu penyetelan boost dan cut untuk nada-nada rendah (bass) serta
penyetelan boost dan cut untuk nada-nada tinggi (treble). Nada-nada rendah adalah range frekuensi audio pada
kisaran 250Hz ke bawah, dengan frekuensi senter antara 60 atau 80Hz.
Nada-nada tinggi berada pada kisaran 3 KHz ke atas dengan frekuensi senter antara 5 atau 10 KHz.
Kadang-kadang tone control dilengkapi pula dengan pengaturan untuk nada-nada tengah (midrange) dengan
frekwensi senter 1khz. Dengan adanya pengaturan-pengaturan nada ini sinyal audio dari pre-amp diperbaiki.
Jika ada kekurangan pada range frekuensi tertentu yang mungkin kurang menonjol maka dilakukan boost, dan
jika ada yang malah terlampau menonjol maka dilakukan cut.
Hal ini dilakukan karena adanya kemungkinan pick-up sumber yang berbeda-beda tanggapan
frekuensinya. Selain itu karena adanya “selera” pendengaran bagi setiap orang yang mungkin berbeda-beda
pula. Selain berfungsi utama sebagai pengatur nada, sebuah unit tone control secara keseluruhan juga berfungsi
sebagai penguat tegangan sinyal audio agar mencapai level yang cukup untuk diberikan kepada power-
amplifier (penguat daya). Apabila level tegangan sinyal maksimal yang dipersyaratkan oleh power-amplifier
tidak tercapai, maka power-amplifier pun tidak akan maksimal mengeluarkan daya-nya kepada speaker.
Sebagai contoh, pada sebuah unit rangkaian power-amplifier tertera di dalam data spesifikasinya : Power-output
maks. 45W dengan kepekaan input 1V. Ini berarti level sinyal audio yang dikeluarkan oleh rangkaian tone
control harus mencapai maks. 1V agar power-amplifier mengeluarkan daya maksimal 45W. Rangkaian tone
control yang hanya mengeluarkan tegangan sinyal 500mV tidak akan cocok dengan unit rangkaian power-
amplifier yang seperti ini. Karena itu tidak sembarang rangkaian tone control yang dibuat orang selalu cocok
dengan suatu rangkaian power-amplifier. Level keluaran/output tone control harus sesuai dengan kepekaan
input power-amplifier.
Sebuah rangkaian tone control adalah sebuah sirkuit elektronik yang terdiri dari jaringan filter yang
mengubah sinyal sebelum ditransfer ke speaker, headphone, atau alat perekam. Tone control memungkinkan
pendengar untuk mengatur suara sesuai dengan keinginan. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk
mengkompensasi kekurangan redaman gangguan pendengar, akustik ruangan, atau kekurangan dengan
peralatan pemutaran. Tone control juga digunakan untuk menyesuaikan sinyal audio selama perekaman.
D. Langkah Kerja
1. Melengkapi peralatan dan bahan praktikum yang akan digunakan, periksa terlebih dahulu peralatan dan
pastikan komponen dalam keadaan baik dan bekerja
2. Merakit rangkaian Power Amplifier dan Tone Control, menyesuaikan dengan skema rangkaian seperti
pada gambar di bawah, kemudian berikan tegangan dan hidupkan rangkaian sehingga output power
amplifier menghasilkan bunyi saat input disentuh dengan tangan.
3. Mengatur pengaturan nada volume, Bass dan trable pada posisi tengah.
4. Menghubungkan AFG pada bagian input rangkaian amplifier serta hubungkan ke chanel 1 osiloskop
dan output pada chanel 2 pada osiloscope.
5. Mengatur input AFG pada posisi 1 KHz dengan amplitudo sebesar 50 mVp-p, berapa tegangan output
yang dihasilkan ?................ Vp-p, dan menentukan juga beda fase f = ................o . (Gambarkan bentuk
signal)
6. Mengatur volume hingga menghasilkan sinyal output yang dapat terbaca dan tidak
cacat .......................... Vp-p. Berapa besar penguatan dari rangkaian yang anda gunakan ...............dB
7. Mengulangi langkah 6, mengatur posisi tone control dan mengukur tegangan output (Volume dan
Amplitudo AFG tidak dirubah). Mengisi tabel pengamatan berikut ini:
a. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Minimum, treble = Minimum
Frekuensi Input(Vo= 100mVp-p)
Besar Tegangan Output / Vo(Signal Pada Speaker) Keterangan
100 Hz Sangat kecil -
250 Hz
Tinggi gelombang = 2,4 CH2 = 1 V
Vo = 2,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
500 Hz
Tinggi gelombang = 2,2 CH2 = 2 V
Vo = 4,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
750 Hz
Tinggi gelombang = 2,6 CH2 = 2 V
Vo = 5,2 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
1000 Hz
Tinggi gelombang = 2,7 CH2 = 2 V
Vo = 5,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
1500 Hz
Tinggi gelombang = 2,6 CH2 = 2 V
Vo = 5,2 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
2000 Hz Tinggi gelombang = 2,4 CH2 = 2 V
Vo = 4,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
5000 Hz Tinggi gelombang = 2,4 CH2 = 1 V
Vo = 6,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
10000 Hz Tinggi gelombang = 1 CH2 = 1 V
Vo = 1 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
15000 Hz Tinggi gelombang = 0,8 CH2 = 1 V
Vo = 0,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
20000 Hz Tinggi gelombang = 0,4 CH2 = 1 V
Vo = 0,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
b. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Minimum, High = tengah
Frekuensi Input(Vo= 100mVp-p)
Besar Tegangan Output / Vo(Signal Pada Speaker) Keterangan
100 Hz Tinggi gelombang = 3 CH2= 200 mV
Vo = 0,6 V Tidak cacat
Time / dive = 500 µs
250 Hz Tinggi gelombang = 2,4 CH2 = 1 V
Vo = 2,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
500 Hz Tinggi gelombang = 4,4 CH2 = 1 V
Vo = 4,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
750 Hz
Tinggi gelombang = 5,1 CH2 = 1 V
Vo = 5,1 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
1000 Hz
Tinggi gelombang = 2,6 CH2 = 2 V
Vo = 5,2 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
1500 Hz
Tinggi gelombang = 2,4 CH2 = 2 V
Vo = 4,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
2000 Hz
Tinggi gelombang = 2,2 CH2 = 2 V
Vo = 4,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
5000 Hz
Tinggi gelombang = 1,2 CH2 = 2 V
Vo = 2,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
10000 Hz Tinggi gelombang = 1,4 CH2 = 1 V
Vo = 1,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
15000 Hz Tinggi gelombang = 1 CH2 = 1 V
Vo = 1 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
20000 Hz Tinggi gelombang = 0,8 CH2 = 1 V
Vo = 0,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
c. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = tengah, treble = Minimum
Frekuensi Input(Vo= 100mVp-p)
Besar Tegangan Output / Vo(Signal Pada Speaker) Keterangan
Tinggi gelombang = 2 CH2 = 2 V
100 Hz Vo = 4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
250 Hz
Tinggi gelombang = 3,2 CH2 = 2 V
Vo = 6,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
500 Hz
Tinggi gelombang = 3,4 CH2 = 2 V
Vo = 6,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
750 Hz
Tinggi gelombang = 3,6 CH2 = 2 V
Vo = 7,2 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
1000 Hz
Tinggi gelombang = 3,6 CH2 = 2 V
Vo = 7,2 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
1500 Hz
Tinggi gelombang = 3,2 CH2 = 2 V
Vo = 6,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
2000 Hz
Tinggi gelombang = 2,2 CH2 = 2 V
Vo = 2,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
5000 Hz
Tinggi gelombang = 1,2 CH2 = 2 V
Vo = 2,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
10000 HzTinggi gelombang = 0,6 CH2 = 2 V
Vo = 1,2 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
15000 HzTinggi gelombang = 0,6 CH2 = 1 V
Vo = 0,6 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
20000 Hz
Tinggi gelombang = 0,4 CH2 = 1 V
Vo = 0,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
d. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = tengah , treble = tengahFrekuensi Input(Vo= 100mVp-p)
Besar Tegangan Output / Vo(Signal Pada Speaker) Keterangan
Tinggi gelombang = 4 CH2 = 1 V
100 HzVo = 4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
250 Hz
Tinggi gelombang = 3 CH2 = 2 V
Vo = 6 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
500 Hz
Tinggi gelombang = 2,4 CH2 = 2 V
Vo = 4,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
750 Hz
Tinggi gelombang = 2,4 CH2 = 2 V
Vo = 4,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
1000 Hz
Tinggi gelombang = 2,4 CH2 = 2 V
Vo = 4,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
1500 Hz
Tinggi gelombang = 2,4 CH2 = 2 V
Vo = 4,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
2000 HzTinggi gelombang = 2,4 CH2 = 2 V
Vo = 4,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
5000 Hz
Tinggi gelombang = 2,4 CH2 = 5 V
Vo = 12 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
10000 Hz Tinggi gelombang = 2,4 CH2 = 5 V
Vo = 12 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
15000 HzTinggi gelombang = 2,4 CH2 = 5 V
Vo = 12 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
20000 HzTinggi gelombang = 2,4 CH2 = 5 V
Vo = 12 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
e. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Minimum, treble = Maximum
Frekuensi Input(Vo= 100mVp-p)
Besar Tegangan Output / Vo(Signal Pada Speaker) Keterangan
Tinggi gelombang = 0,6 CH2 = 1 V
100 Hz Vo = 0,6 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
250 Hz
Tinggi gelombang = 2,4 CH2 = 1 V
Vo = 2,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
500 Hz
Tinggi gelombang = 2,9 CH2 = 2 V
Vo = 5,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
750 Hz
Tinggi gelombang = 4,8 CH2 = 2 V
Vo = 9,6 V
Time / dive = 500 µs
Tidak cacat
1000 Hz
Tinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
1500 Hz
Tinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
2000 HzTinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
5000 Hz
Tinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
10000 Hz
Tinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi pemotongan
15000 Hz
Tinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi pemotongan
20000 Hz
Tinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi pemotongan
f. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = maximum, treble= MinimumFrekuensi Input(Vo= 100mVp-p)
Besar Tegangan Output / Vo(Signal Pada Speaker) Keterangan
100 HzTinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V Terjadi
Time / dive = 500 µs pemotongan
250 Hz
Tinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
500 Hz
Tinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
750 Hz
Tinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
1000 Hz
Tinggi gelombang = 5,2 CH2 = 2 V
Vo = 10,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak terjadi
pemotongan
1500 Hz
Tinggi gelombang = 5 CH2 = 2 V
Vo = 10 V
Time / dive = 500 µs
Tidak terjadi
pemotongan
2000 Hz
Tinggi gelombang = 3 CH2 = 2 V
Vo = 6 V
Time / dive = 500 µs
Tidak terjadi
pemotongan
5000 Hz
Tinggi gelombang = 1,4 CH2 = 2 V
Vo = 2,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak terjadi
pemotongan
10000 HzTinggi gelombang = 0,6 CH2 = 2 V
Vo = 1,2 VV
Time / dive = 500 µs
Tidak terjadi pemotongan
15000 HzTinggi gelombang = 0,4 CH2 = 2 V
Vo = 0,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak terjadi pemotongan
20000 HzTinggi gelombang = 0,2 CH2 = 2 V
Vo = 0,4 V
Time / dive = 500 µs
Tidak terjadi pemotongan
g. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = tengah, treble= Maximum
Frekuensi Input(Vo= 100mVp-p)
Besar Tegangan Output / Vo(Signal Pada Speaker) Keterangan
100 HzTinggi gelombang = 2 CH2 = 2 V
Vo = 4 V Tidak terjadi
Time / dive = 500 µs pemotongan
250 Hz
Tinggi gelombang = 2,8 CH2 = 2 V
Vo = 5,6 V
Time / dive = 500 µs
Tidak terjadi
pemotongan
500 Hz
Tinggi gelombang = 3,4 CH2 = 2 V
Vo = 6,8 V
Time / dive = 500 µs
Tidak terjadi
pemotongan
750 Hz
Tinggi gelombang = 4,8 CH2 = 2 V
Vo = 9,6 V
Time / dive = 500 µs
Tidak terjadi
pemotongan
1000 Hz
Tinggi gelombang = 5,4 CH2 = 2 V
Vo = 10,8 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
1500 Hz
Tinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
2000 HzTinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
5000 Hz
Tinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
10000 Hz
Tinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadipemotongan
15000 HzTinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadipemotongan
20000 HzTinggi gelombang = 5,6 CH2 = 2 V
Vo = 11,2 V
Time / dive = 500 µs
Terjadipemotongan
h. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Maximum, treble = tengahFrekuensi Input(Vo= 100mVp-p)
Besar Tegangan Output / Vo(Signal Pada Speaker) Keterangan
100 HzTinggi gelombang = 2 CH2 = 5 V
Vo = 10 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
250 Hz
Tinggi gelombang = 2,2 CH2 = 5 V
Vo = 11V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
500 Hz
Tinggi gelombang = 2,2 CH2 = 5 V
Vo = 11V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
750 Hz
Tinggi gelombang = 2,3 CH2 = 5 V
Vo = 11,5 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
1000 Hz
Tinggi gelombang = 2,3 CH2 = 5 V
Vo = 11,5 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
1500 Hz
Tinggi gelombang = 2 CH2 = 5 V
Vo = 10 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
2000 Hz
Tinggi gelombang = 2,2 CH2 = 5 V
Vo = 11V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
5000 Hz
Tinggi gelombang = 2,2 CH2 = 5 V
Vo = 11V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
10000 HzTinggi gelombang = 2 CH2 = 5 V
Vo = 10 V
Time / dive = 500 µs
Terjadipemotongan
15000 HzTinggi gelombang = 1,8 CH2 = 5 V
Vo = 8 V
Time / dive = 500 µs
Terjadipemotongan
20000 HzTinggi gelombang = 1,6 CH2 = 5 V
Vo = 8 V
Time / dive = 500 µs
Terjadipemotongan
i. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Maximum, treble = maximum
Frekuensi Input(Vo= 100mVp-p)
Besar Tegangan Output / Vo(Signal Pada Speaker) Keterangan
100 Hz
Tinggi gelombang = 2 CH2 = 5 V
Vo = 10 V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
250 Hz
Tinggi gelombang = 2,2 CH2 = 5 V
Vo = 11V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
500 Hz
Tinggi gelombang = 2,2 CH2 = 5 V
Vo = 11V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
750 Hz
Tinggi gelombang = 2 CH2 = 5 V
Vo = 10 V
Time / dive = 500 µs
Tidak terjadi
pemotongan
1000 Hz
Tinggi gelombang = 1,8 CH2 = 5 V
Vo = 9 V
Time / dive = 500 µs
Tidak terjadi
pemotongan
1500 Hz
Tinggi gelombang = 2,2 CH2 = 5 V
Vo = 11V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
2000 Hz
Tinggi gelombang = 2,2 CH2 = 5 V
Vo = 11V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
5000 Hz
Tinggi gelombang = 2,2 CH2 = 5 V
Vo = 11V
Time / dive = 500 µs
Terjadi
pemotongan
10000 HzTinggi gelombang = 2,2 CH2 = 5 V
Vo = 11V
Time / dive = 500 µs
Terjadipemotongan
15000 HzTinggi gelombang = 2 CH2 = 5 V
Vo = 10 V
Time / dive = 500 µs
Terjadipemotongan
20000 Hz
Tinggi gelombang = 2 CH2 = 5 V
Vo = 10 V
Time / dive = 500 µs
Terjadipemotongan
E. Grafik
Semua grafik nilai tegangan outputnya dibuat dengan merubah nilai output menjadi mV.
Grafik 1
Grafik 2
Grafik 3
Grafik 4
Grafik 5
Grafik 6
Grafik 7
Grafik 8
Grafik 9
F. Gambar dari praktikum
a. Gambar potensio tone control bass = minimum,treble = minimum
Gambar 250 Hz gambar 500 Hz
Gambar 750 Hz gambar 1000 Hz
Gambar 1500 Hz gambar 2000 Hz
Gambar 5000 Hz gambar 10000 Hz
Gambar 15000 Hz gambar 20000 Hz
b. pada kondisi tone control bass= minimum, treble = tengah
Gambar 100 Hz gambar 250 Hz
Gambar 500 Hz gambar 750 Hz
Gambar 1000 Hz gambar 1500 Hz
Gambar 2000 Hz gambar 5000 Hz
Gambar 10000 Hz gambar 15000 Hz
Gambar 20000 Hz
c. Kondisi potensio tone control pada bass= tengah , treble= minimum
Gambar 100 Hz gambar 250 Hz
Gambar 500 Hz gambar 750 Hz
Gambar 1000 Hz gambar 1500 Hz
Gambar 2000 Hz gambar 5000 Hz
Gambar 10000 Hz gambar 15000 Hz
Gambar 20000 Hz
d. Kondisi potensio tone control pada bass= tengah , treble= tengah
Gambar 100 Hz gambar 250 Hz
Gambar 500 Hz gambar 750 Hz
Gambar 1000 Hz gambar 1500 Hz
Gambar 2000 Hz gambar 5000 Hz
Gambar 10000 Hz gambar 15000 Hz
Gambar 20000 Hz
e. Kondisi potensio tone control pada bass= minimum , treble= maximum
Gambar 100 Hz gambar 250 Hz
Gambar 500 Hz gambar 750 Hz
Gambar 1000 Hz gambar 1500 Hz
Gambar 2000 Hz gambar 5000 Hz
Gambar 10000 Hz gambar 15000 Hz
Gambar 20000 Hz
f. Kondisi potensio tone control pada bass= tengah , treble= maximum
Gambar 100 Hz gambar 250 Hz
Gambar 500 Hz gambar 750 Hz
Gambar 1000 Hz gambar 1500 Hz
Gambar 2000 Hz gambar 5000 Hz
Gambar 10000 Hz gambar 15000 Hz
Gambar 20000 Hz
g. Kondisi potensio tone control pada bass= tengah , treble= maximum
Gambar 100 Hz gambar 250 Hz
Gambar 500 Hz gambar 750 Hz
Gambar 1000 Hz gambar 1500 Hz
Gambar 2000 Hz gambar 5000 Hz
Gambar 10000 Hz gambar 15000 Hz
Gambar 20000 Hz
h. Kondisi potensio tone control pada bass= maximum , treble= tengah
Gambar 100 Hz gambar 250 Hz
Gambar 500 Hz gambar 750 Hz
Gambar 1000 Hz gambar 1500 Hz
Gambar 2000 Hz gambar 5000 Hz
Gambar 10000 Hz gambar 15000 Hz
Gambar 20000 Hz
i. Kondisi potensio tone control pada bass= maximum , treble= maximum
Gamabar 100 Hz gambar 250 Hz
Gambar 500 Hz gambar 750 Hz
Gambar 1000 Hz gambar 1500 Hz
Gambar 2000 Hz gambar 5000 Hz
Gambar 10000 Hz gambar 15000 Hz
Gambar 20000 Hz
G. Hasil Pengamatan
Pada posisi AFG 1 KHz dengan amplitude 50 mVp-p tegangan output yang dihasilkan = 0,8 Vp-p.
Saat volume diatur sampai sinyal output dapat terbaca dan tidak cacat yaitu 10,8 Vp-p
Penguatan sinyal yang dihasilkan 37,6 dB.
H. Analisa
Pada posisi AFG 1 KHz dengan amplitude 50 mVp-p tegangan output yang dihasilkan = 0,8 Vp-p.
Tinggi gelombang output = 1,6 CH2 = 500 mV
Vo = 1,6 x 500 mV
= 800 mV
Jadi Vo adalah = 0,8 Vp-p
Besar Penguatan secara matematis adalah :
Tinggi gelombang output = 5,4 Ch2 = 2 V
Vo = 5,4 x 2 V
= 10,8 V
Tinggi gelombang input = 1,4 Ch1 = 100 mV
Vi = 1,4 x 100 mV
= 0,14 V
Av dB = 20 log Vo/Vin
= 20 log 10,8 Vp-p / 0,14Vp-p
= 20 log 77,14
= 20 x 1,88
= 37,6 dB.
I. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Rangkaian Tone Control adalah jenis rangkaian pengatur suara atau nada aktif pada sistem audio dan
sebagai pengatur penguatan level nada bass dan level nada treble. Nada bass adalah sinyal audio pada
frekuensi rendah sedangkan nada treble adalah sinyal audio pada frekuensi tinggi.
2. Tinggi rendahnya Volume , Bass, Trable mempengaruhi nada pada loadspeaker dan gelombang sinyal
pada osiloscope.
3. Tone control merupakan rangkaian pengatur nada yang terdiri dari rangkaian filter, yaitu Low Pass
Filter (LPF) dan Figh Pass Filter (HPF) maupun Band Pass Filter.
4. Ada 2 metode tone control yang bisa diterapkan dalam audio amplifier yaitu metode tone control pasif
dan metode tone control aktif yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.Untuk yang
jenis aktif biasanya mempunyai nilai redaman yang jauh lebih besar dibanding dengan metode pasif
sehingga pada tingkat berikutnya masih harus ditambah dengan sebuah transistor yang berfungsi sebagai
penguat mini.
J. Evaluasi dan Penugasan
Apa yang terjadi pada saat posisi volume rangkaian amplifier pada posisi maksimum?
Akan terjadi suara yang kurang bersih.
Cari dan jelaskan fungsi dari peralatan –peralatan filter audio yang ada di sekitar anda dan tuliskan
fungsinya!
Sumber tegangan berfungsi sebagai pemasok energi listrik dan menjadi sumber arus listrik itu
sendiri.
Resistor sebagai pemberi nilai hambatan sebagai filter atau penyaring arus listrik yang lewat.
Kapasitor berfungsi sebagai pengatur lalu lintas arus listrik yang lewat agar di dapat aliran yang
stabil.
Potensiometer yang berperan sebagai pengatur sinyal suara yang dihasilkan.
Osiloskop, berfungsi untuk melihat sinyal audio, baik besar sinyal ataupun bagaimana bentuk
sinyal yang dihasilkan dan sebagai pendeteksi sinyal, apabila sinyal tersebut noise dan cacat.
IC merupakan komponen dalam filter audio, untuk mempermudah dalam merangkai alat.
Speaker merupakan alat yang bertindak sebagai indikator suara.
AFG berfungsi sebagai pengatur amplitude dan frekuensi sinyal
Pesawat cassette recorder untuk mereproduksi ulang informasi suara yang ada didalam pita kaset
menjadi suara. Selain itu juga berfungsi untuk merekam informasi suara ke dalam pita Pesawat
Cassette Recorder sering terlihat sudah terintegrasi dengan peralata Audio lain, seperti tape
compo, tape deck, dan walkman. Dalam pengoperasiannya terdapat bagian sumber seperti
microphone, peralatan musik , atau radio AM atau FM. Salah satu fungsi dari pesawat casette
recorder adalah perekaman, dimana difungsikan untuk menyimpan sinyal audio dalam kaset,
sehingga suatu saat bila diperlukan, sinyal audio tersebut dapat dimainkan kembali sehinggan
terdengar pada loud speaker.
Pesawat VCD/MP3 Untuk menampilkan gambar & suara berbasis digital yang berasal dari
keping Disk digunakan suatu alat yang namanya “ Pesawat Video Compack Disk “ atau sering
disingkat VCD, MP3 atau juga disingkat dengan Compack Disc (CD) player. CD Player
merupakan peralatan audio yang berfungsi untuk memainkan CD, dimana CD merupakan media
penyimpanan yang memiliki banyak kelebihan, diantaranya kapasitas penyimpanan besar,
kualitas penyimpanan sangat baik , daya tahan, dan perawatan yang mudah. Bagian-bagian
Player hampir sama dengan tape menggunaka media kaset.
Piringan Hitam Penghasil informasi suara yang berasal dari piringan magnetik dimana
informasi suara tersimpan dala piringan magnet. Berupa jalur-jalur ( track )yang tersusun rapih
sesuai banyaknya informasi suara yang tersimpan
Radio Komunikasi Perangkat elektronika ini berfungsi untuk berkomunikasi antara penerima
dan pemancar melalui media frekuensi. Contoh dari pesawat radio komunikasi adalah pemancar
SW, AM, FM, Handy talky Handphone dll. Radio komunikasi merupakan peralatan yang
digunakan untuk mengirim dan menerima informasi, sehingga pada pesawat radio komunikasi
terdapat dua bagian, yaitu bagian penerima dan pengirim. Pesawat Radio Komunikasi yang
paling sederhana dikenal dengan Walky Talky.
Pesawat Pre-Amp & Tone Control berfungsi sebagai penguat awal yang berasala dari
Mikrophone ataupun Head Magnetik kemudian dari hasil penguatan awal tersebut selanjutnya
diatur frekuensinya, baik frekuensi rendah ( Bass ), Menengah (Midle ), ataupun frekuensi
Tinggi ( Trible ). Didalam pesawat Tone Control terdapat pengatur-pengatur audio, seperti :
Volume, Bass, Midle, Trible, Loudness, Filter, dan lain-lain. Dimana pengatur-pengatur
mempunyai fungsi yang berbeda-beda, untuk mengoperasikan pengatur-pengatur tersebut
tergantung keinginan user masing-masing.
Pesawat Video Casette Recorder ( VCR ) digunakan sebelum munculnya pesawat VCD,
dimana VCR difungsikan untuk menghasilkan kembali ( reproduksi ulang ) informasi gambar &
suara yang tersimpan dalam pita kaset untuk selanjutnya ditapilkan melalui monitor atau TV.
Selain itu juga dapat berfungsi untuk merekam gambar & suara yang disimpan didalam kaset.
VCR memiliki tuner sendiri sehingga biasanya dipakai untuk merekam acara/program yang
ditampilkan penting dan disukai maka bila ingin, acara atau program tersebut dapat direkam
VCR.
Pesawat Equalizer graphic & Parametrik berfungsi untuk mengatur pelemahan atau
penonjolan bunyi pada frekuensi tertentu yang dihasilkan kehendaki dari pemakai ( User )
dimana equalizer terdiri dari filter-filter yang dapat diatur untuk menonjolkan atau meredam
sinyal pada daeah frekuensi tertentu Pesawat equalizer digunakan apabila user menginginkan
nada dengan frekuensi rendah ( bass ) yang lebih dominan, atau juga menginginkan nada atau
frekuensi tinggi ( trible) yang lebih, dominan atau kombinasi dari keduanya.
Pesawat Audio Mixer ataupun Audio recorder dalam penggunaannya difungsikan untuk
mencampur beberapa sumber sinyal suara misalnya dari mikrophone, tape, alat musik yang
kemudian hasil pencampuran tersebut menghasilkan suatu keluaran (output) sinyal suara. Selaiin
itu juga bisa difungsikan untuk merekanm hasil sinyal keluaran (output) yang dihasilkan dari
proses pencampuran sinyal suara tersebut. Sumber masukan untuk audio mixer ini memiliki
amplitudo yang berbeda serta karakteristik bunyi yang berbeda pula, sehingga setiap sumber
bunyi memerlukan pengaturan volume, frekuensi, dan pengaturan lain
Pesawat Power AMP difungsikan untuk menguatkan sinyal yang dihasilkan oleh pesawat Tone
Control untuk mendapatkan daya yang dapat menghidupkan Load Speaker. Untuk mendapatkan
daya yang optimal maka impendasi output penguat daya harus sama ( match ) dengan impendasi
Load Speaker. Selain itu Power Amp merupakan peralatan audio yang berfungsi menguatkan
sinyal audio, sehingga mampu menggetarkan Load Speaker. Tingkat penggunaan yang
dihasilkan power amp ditandai dengan satuan watt, misalnya : 18 W, 36 W, 150 W, 300 W.P
Pesawat Speaker adalah alat yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran
suara berdasarkan penggunaannya Load Speaker difungsikan sebagai speaker Pasif & Aktif.
Perbedaan speaker pasif dengan aktif adalah speaker aktif menggunakan penguat suara
sedangkan pada speaker pasif hanya speaker saja tanpa ada penguat suara. Dalam
pengoperasiannya load speaker menggunakan impendasi masukan dengan satuan ohm,
sedangkan daya yang dihasilkan oleh load speaker menggunakan satuan watt. Berdasarkan
tanggapan (respon) frekuensinya, load speaker dibedakan jenisnya, yaitu : woofer, midle,
tweeteer, dan full range