lapkas interna empiema

51
BAB I PENDAHULUAN Empiema adalah keadaan terdapatnya pus (nanah) dalam rongga pleura yang biasanya merupakan kelanjutan proses efusi parapneumonia. 1 Efusi parapneumonia adalah efusi pleura yang menyertai pneumonia oleh bakteri, abses paru maupun bronkhiektasis. 2 Empiema dapat juga terjadi akibat komplikasi thorakotomi, trauma thorak, perforasi esophagus, thorakosentesis (aspirasi cairan pleura), proses keganasan dan infeksi kuman tuberkulosis. 3 Prevalensi efusi pleura kira-kira 35%-40% menyertai pasien dengan pneumonia bakterial atau pneumonia anaerob, yang 60% karena pneumonia pneumococcal. Efusi pleura terkomplikasi atau empiema sering terjadi pada infeksi pleuropulmonari anaerob. Pada infeksi pleuropulmonari kira-kira 500.000 - 750.000 pasien terjadi efusi parapneumonia. 4 Dari data tahun 1996 di Amerika Serikat diagnosis parapneumonia empiema sekitar 3,04 per 100.000, sedangkan tahun 2008 meningkat menjadi 5,98 per 100.000. Pneumococcal empiema cenderung stabil, tetapi staphylococcal empiema meningkat tiga kali lipat. Angka kejadian empiema yang tidak diketahui penyebabnya meningkat dua kali seperti pada nonpneumococcal streptococcal empiema. 5 Laporan 1

Upload: tracey-cindy-rompas

Post on 14-Apr-2016

256 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

penyakit dalam

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas Interna Empiema

BAB I

PENDAHULUAN

Empiema adalah keadaan terdapatnya pus (nanah) dalam rongga pleura yang biasanya

merupakan kelanjutan proses efusi parapneumonia.1 Efusi parapneumonia adalah efusi pleura

yang menyertai pneumonia oleh bakteri, abses paru maupun bronkhiektasis.2 Empiema dapat

juga terjadi akibat komplikasi thorakotomi, trauma thorak, perforasi esophagus, thorakosentesis

(aspirasi cairan pleura), proses keganasan dan infeksi kuman tuberkulosis.3

Prevalensi efusi pleura kira-kira 35%-40% menyertai pasien dengan pneumonia bakterial atau

pneumonia anaerob, yang 60% karena pneumonia pneumococcal. Efusi pleura terkomplikasi

atau empiema sering terjadi pada infeksi pleuropulmonari anaerob. Pada infeksi pleuropulmonari

kira-kira 500.000 - 750.000 pasien terjadi efusi parapneumonia.4

Dari data tahun 1996 di Amerika Serikat diagnosis parapneumonia empiema sekitar 3,04 per

100.000, sedangkan tahun 2008 meningkat menjadi 5,98 per 100.000. Pneumococcal empiema

cenderung stabil, tetapi staphylococcal empiema meningkat tiga kali lipat. Angka kejadian

empiema yang tidak diketahui penyebabnya meningkat dua kali seperti pada nonpneumococcal

streptococcal empiema.5 Laporan survei kesehatan nasional prevalensi empiema pada 18 kasus

per 1000 orang di Indonesia.6

Angka komplikasi dan kematian akibat empiema tuberculosis lebih tinggi daripada empiema non

tuberculosis. Hal ini disebabkan karena empiema tuberculosis sering disertai dengan fibrokavitas

pada parenkim paru, terdapatnya fistula bronkoalveolar dan kondisi penderita secara umum yang

lebih buruk.

Tujuan dari terapi empiema ialah eradikasi infeksi, mengembalikan sirkulasi cairan pleura

normal, paru-paru dapat mengembang, dan mengembalikan fungsi respirasi normal.

1

Page 2: Lapkas Interna Empiema

LAPORAN KASUS

Seorang pasien laki-laki, umur 57 tahun, alamat desa mapanget jaga XII, pekerjaan

wiraswasta agama kristen protestan, masuk rumah sakit tanggal 26 April 2015, jam 20.00 WITA

dengan keluhan utama sesak nafas.

Sesak nafas dialami penderita sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas

dirasakan ketika beristirahat dan beraktivitas, Pasien juga mengalami batuk –batuk selama 3

minggu, berlendir warna putih kadang hijau. Nafsu makan menurun, penurunan berat badan ± 10

kg sejak 1 bulan yang lalu, muntah juga dialami penderita berlendir, Buang air besar dan Buang

air kecil biasa.

Penderita pernah mengkonsumsi OAT pada tahun 2012 sampai tuntas. Riwayat sakit jantung,

kencing manis, darah tinggi, asam urat disangkal penderita. Hanya penderita yang sakit seperti

ini dalam keluarga dan di lingkungan tetangga.

Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos

mentis. Pada tanda vital tekanan darah 110/50 mmHg, Nadi: 84 kali/menit, isi cukup, regular,

respirasi 24 kali/menit, suhu badan 37,2 oC. Berat badan 68 kg, TB: 165 cm. Pada pemeriksaan

kepala ditemukan konjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor, refleks

cahaya ada dan normal. Faring tidak hiperemis. Pada leher tekanan vena jugularis 5+2cm, trakea

letak tengah dan tidak ada pembesaran dikelenjar getah bening. Pada pemeriksaan dada Inspeksi

pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari kanan,

Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang setinggi

ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

2

Page 3: Lapkas Interna Empiema

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada. Batas jantung kiri terletak pada ruang

antar iga V linea midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea

parasternalis dekstra. Pada auskultasi, curah jantung 84 kali/menit, reguler, terdengar suara

jantung pertama dan kedua normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising.

Pada pemeriksaan abdomen, perut datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, hati dan limfa tidak teraba,

bising usus normal. Ada nyeri ketuk sudut costavertebra kiri. Pada ekstremitas akral hangat,

edema tidak ada. Kekuatan otot skala 5 pada semua aktivitas.

Didapatkan hasil laboratorium saat masuk rumah sakit sebagai berikut: Hemoglobin: 9,1 g/dl,

leukosit: 11.920/uL, trombosit: 531.000/uL, eritrosit: 3,03.106/uL, MCH: 30pg, MCHC: 33g/dL,

MCV: 90fL, Ureum : 9 mg/dL, Creatinin: 0,7 mg/Dl, Asam urat: 1,9 mg/Dl, Kolesterol: 108

mg/Dl, Gula darah sewaktu: 96 mg/Dl

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka pasien

ini didiagnosis kerja dengan Efusi pleura sinistra ec susp. TB paru dd empiema, susp TB Paru

relaps, Anemia ec chronic disease

Penanganan pada penderita yakni secara non-medikamentosa dan medikamentosa. Secara non

medikamentosa tirah baring dengan mobilisasi dan diet tinggi kalori tinggi protein. Secara

medikamentosa penderita diberikan O2 2-4 liter/menit, IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, Ceftriaxone

2x1 gr, Ranitidin 2x1 amp IV, Ambroxol 3x1, Paracetamol 3x500mg

3

Page 4: Lapkas Interna Empiema

Perawatan tanggal 28 April 2015 keluhan sesak nafas berkurang. Tekanan darah 95/60

mmHg, Nadi: 84x/m Respirasi:24x/m Suhu:36,0 oC. Pada pemeriksaan kepala tidak didapatkan

conjungtiva anemis dan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak tampak dan

tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea midklavikula sinistra. Batas

jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra. Pada auskultasi, curah jantung

86 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua normal. M1>M2, T1>T2,

A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada Inspeksi pergerakan dada kiri

tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari kanan, Perkusi terdengar redup

pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang setinggi ICS IV, terdengar

Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan bronkovesikuler, terdengar ronkhi

dan wheezing tidak ada.

Pada pemeriksaan abdomen, perut datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, hati dan limfa

tidak teraba, bising usus normal. Ada nyeri ketuk sudut costavertebra kiri. Pada ekstremitas akral

hangat, edema tidak ada. Kekuatan otot skala 5 pada semua aktivitas.

Telah dilakukan pungsi pleura, keluar cairan pleura pus, dan dilakukan analisa cairan pleura.

Pasien didiagnosis dengan Suspek efusi pleura sinistra et causa suspek TB Paru dd

Empiema, Suspek TB paru relaps, Anemia et causa chronic disease

Terapi lanjut. Penderita direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan LED, SGOT, SGPT,

albumin, asam urat, sputum BTA 3x, pungsi pleura dan analisa cairan pleura

Perawatan tanggal 29 April 2015 keluhan sesak nafas berkurang. Tekanan darah

110/70 mmHg, Nadi: 100x/m Respirasi:20x/m Suhu:36,7 oC. Pada pemeriksaan kepala tidak

didapatkan conjungtiva anemis dan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak

4

Page 5: Lapkas Interna Empiema

tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea midklavikula

sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra. Pada auskultasi,

curah jantung 86 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua normal.

M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada Inspeksi

pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari kanan,

Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang setinggi

ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Hasil pemeriksaan cairan pleura: Makroskopis: volume : 20, warna: kekuningan,

kekeruhan: keruh, Bekuan ++. Mikroskopis: Jumlah sel: 194.000, PMN:MN 50:50. Kimia:

Glukosa: 50, Protein :5,16. Bakteriologi: BTA: -, Pengecetan gram: tidak ditemukan gram (-),

gram (+).

Pasien didiagnosis dengan Efusi pleura et causa suspek TB Paru, Suspek TB Paru relaps +

sekunder infeksi, Empiema thorax, anemia et causa chronic disease

Terapi lanjut. Penderita direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan DL, Diff count,LED, Na, K,

Cl, Mg, P, SGOT, SGPT, sputum BTA yang ke 2, pungsi pleura dan analisa cairan pleura.

Perawatan tanggal 30 April 2015 keluhan sesak nafas berkurang. Tekanan darah

100/50 mmHg, Nadi: 80x/m Respirasi:24x/m Suhu:36,6 oC. Pada pemeriksaan kepala tidak

didapatkan conjungtiva anemis dan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak

tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea midklavikula

sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra. Pada auskultasi,

curah jantung 86 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua normal.

M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada Inspeksi

5

Page 6: Lapkas Interna Empiema

pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari kanan,

Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang setinggi

ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Didapatkan hasil laboratorium sebagai berikut: Hemoglobin: 10 g/dl, leukosit: 12.540/uL,

trombosit: 341.000/uL, eritrosit: 3,23.106/uL, MCH: 30pg, MCV: 89fL, SGOT: 27U/L SGPT:

26U/L Na: 137mEq/L K:3,3 mEq/L Cl: 97,0mEq/L Ca:97,0 M: 7,87 P: 1,79 . Analisa pleura:

Radang akut

Pasien didiagnosis dengan Efusi pleura et causa suspek TB Paru, Suspek TB Paru

relaps + sekunder infeksi, Empiema thorax, anemia et causa chronic disease, Hipokalemia

ringan

Terapi, IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr, Ranitidin 2x1 amp IV, Ambroxol 3x1,

Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1.

Rencana dilakukan pemeriksaan kultur darah dan konsul bedah thovask untuk pemasangan WSD

Perawatan tanggal 1 Mei 2015 keluhan sesak nafas berkurang. Batuk +. Tekanan darah 110/60

mmHg, Nadi: 100x/m Respirasi:24x/m Suhu:37,5 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 86 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

6

Page 7: Lapkas Interna Empiema

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Hasil pemeriksaan sputum BTA 3X negatif.

Pasien didiagnosis dengan Efusi pleura et causa suspek TB Paru, Suspek TB Paru

relaps + sekunder infeksi, Empiema thorax, anemia et causa chronic disease, Hipokalemia

ringan (3,3)

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr, Ranitidin 2x1 amp IV,

Ambroxol 3x1, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1. , Follow up jawaban konsul bedah thovask

untuk pemasangan WSD, Rencana Foto Thorax

Perawatan tanggal 2 Mei 2015 keluhan sesak nafas berkurang. Tekanan darah 110/70

mmHg, Nadi: 102x/m Respirasi:22x/m Suhu:36,3 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 100 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan

kedua normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan

dada Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun

dari kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri

hilang setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Hasil pemeriksaan foto thorax + ekspertisi adalah TBparu dengan efusi pleura kiri.

7

Page 8: Lapkas Interna Empiema

Pasien didiagnosis dengan Efusi pleura et causa suspek TB Paru, Suspek TB Paru

relaps + sekunder infeksi, Empiema thorax, anemia et causa chronic disease, Hipokalemia

ringan (3,3)

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr (Hr ke5), Ranitidin 2x1 amp

IV, Ambroxol 3x1, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1.

Follow up jawaban konsul bedah thovask untuk pemasangan WSD, Rencana kultur darah dan

sensitivity test.

Perawatan tanggal 4 Mei 2015 keluhan sesak nafas berkurang. Tekanan darah 120/80

mmHg, Nadi: 94x/m Respirasi:24x/m Suhu:36,5 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 100 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan

kedua normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan

dada Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun

dari kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri

hilang setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan Efusi pleura et causa suspek TB Paru, Suspek TB Paru

relaps + sekunder infeksi, Empiema thorax, anemia et causa chronic disease, Hipokalemia

ringan (3,3)

8

Page 9: Lapkas Interna Empiema

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr (Hr ke5), Ranitidin 2x1 amp

IV, Ambroxol 3x1, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1. Rencana dilakukan pemeriksaan DL, Diff

Count, Na, K, Cl

Perawatan tanggal 5 Mei 2015 keluhan sesak nafas berkurang. Tekanan darah 110/60

mmHg, Nadi: 92x/m Respirasi:24x/m Suhu:36,3 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 94 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Didapatkan hasil laboratorium sebagai berikut: Hemoglobin: 9,8 g/dl, leukosit: 9042/uL,

trombosit: 322.000/uL, eritrosit: 3,29.106/uL, MCH: 30pg, MCV: 90fL.

Pasien didiagnosis dengan Efusi pleura et causa suspek TB Paru, Suspek TB Paru

relaps + sekunder infeksi, Empiema thorax, anemia et causa chronic disease, Hipokalemia

ringan (3,3).

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr (Hr ke5), Ranitidin 2x1 amp

IV, Ambroxol 3x1, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi protein)

Rencana dilakukan pemeriksaan DL, Diff Count, Na, K, Cl, LED, Blood Smear, Si, TIBC,

Feritin, Feses lengkao, Urinalisis.

9

Page 10: Lapkas Interna Empiema

Perawatan tanggal 6 Mei 2015 keluhan nyeri dada kiri. Tekanan darah 120/80 mmHg,

Nadi: 102x/m Respirasi:24x/m Suhu:36,5 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan conjungtiva

anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak tampak

dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea midklavikula sinistra.

Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra. Pada auskultasi, curah

jantung 100 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua normal. M1>M2,

T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada Inspeksi pergerakan

dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari kanan, Perkusi terdengar

redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang setinggi ICS IV, terdengar

Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan bronkovesikuler, terdengar ronkhi

dan wheezing tidak ada.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil: Hemoglobin: 9,6 g/dl, leukosit:

11.940/uL, trombosit: 413.000/uL, eritrosit: 3,29.106/uL, MCH: 30pg, MCV: 90fL Na:

136mEq/L K:3,64 mEq/L Cl: 95,6mEq/L Ca:97,0 M: 7,87 P: 1,79

Pasien didiagnosis dengan Efusi pleura et causa suspek TB Paru, Suspek TB Paru relaps +

sekunder infeksi, Empiema thorax, anemia et causa chronic disease, Hipokalemia ringan (3,3).

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr (Hr ke6), Ranitidin 2x1 amp

IV, Ambroxol 3x1, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI Diet TKTP (Tinggi

kalori tinggi protein), Latihan bernafas.

10

Page 11: Lapkas Interna Empiema

Perawatan tanggal 7 Mei 2015. Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi: 88x/m

Respirasi:24x/m Suhu:36,5 oC. Pada pemeriksaan kepala tidak didapatkan conjungtiva anemis

dan didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak tampak dan tidak

teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea midklavikula sinistra. Batas

jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra. Pada auskultasi, curah jantung

100 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua normal. M1>M2, T1>T2,

A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada Inspeksi pergerakan dada kiri

tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari kanan, Perkusi terdengar redup

pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang setinggi ICS IV, terdengar

Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan bronkovesikuler, terdengar ronkhi

dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan Efusi pleura et causa suspek TB Paru, Suspek TB Paru

relaps + sekunder infeksi, Empiema thorax, anemia et causa chronic disease, Hipokalemia

ringan (3,3). Hiponatremia (2,2)

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr (Hr ke7), Ranitidin 2x1 amp

IV, Ambroxol 3x1, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI Diet TKTP (Tinggi

kalori tinggi protein), Latihan bernafas.

Perawatan tanggal 8 Mei 2015 keluhan masih ada sesak. Tekanan darah 120/70

mmHg, Nadi: 86x/m Respirasi:22x/m Suhu:36,5 oC. SpO2: 99%. Pada pemeriksaan kepala tidak

didapatkan conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung,

iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V

linea midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis

dekstra. Pada auskultasi, curah jantung 86 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama

11

Page 12: Lapkas Interna Empiema

dan kedua normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan

dada Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun

dari kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri

hilang setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan Efusi pleura et causa suspek TB Paru, Suspek TB Paru

relaps + sekunder infeksi, Empiema thorax, anemia et causa chronic disease, Hipokalemia

ringan (3,3), Hiponatremia (2,2)

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr (Hr ke6), Ranitidin 2x1 amp

IV, Ambroxol 3x1, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI Diet TKTP (Tinggi

kalori tinggi protein), Latihan bernafas.

Telah dilakukan insersi WSD jam 18.45.

Perawatan tanggal 9 Mei 2015 keluhan sesak berkurang . Tekanan darah 130/80

mmHg, Nadi: 92x/m Respirasi:20x/m Suhu:36,5 oC. Pada pemeriksaan kepala tidak didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 92 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

12

Page 13: Lapkas Interna Empiema

Pasien didiagnosis dengan Suspek TB Paru relaps + sekunder infeksi, Empiema thorax, anemia

et causa chronic disease, Hipokalemia ringan (3,3), Hiponatremia (2,2)

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr (Hr ke9), Ranitidin 2x1 amp

IV, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi

protein), Latihan bernafas.

Perawatan tanggal 10 Mei 2015 keluhan sesak berkurang . Tekanan darah 120/80

mmHg, Nadi: 82x/m Respirasi:20x/m Suhu:36,0 oC. Pada pemeriksaan kepala tidak didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 92 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan Suspek TB Paru relaps + sekunder infeksi, Empiema thorax, anemia

et causa chronic disease, Hipokalemia ringan (3,3), Hiponatremia (2,2)

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr (Hr ke9), Ranitidin 2x1 amp

IV, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi

protein), Latihan bernafas.

13

Page 14: Lapkas Interna Empiema

Perawatan tanggal 11 Mei 2015 keluhan sesak berkurang . Tekanan darah 120/80

mmHg, Nadi: 80x/m Respirasi:22x/m Suhu:36,5 oC. Pada pemeriksaan kepala tidak didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 80 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil: Hemoglobin: 9,9 g/dl, leukosit: 10.190/uL,

trombosit: 146.000/uL, eritrosit: 3,42.106/uL, MCH: 28pg, MCV: 91Fl, Basofil: 1%, Eosinofil:

1%, Netrofil segmen: 40%, Netrofil batang: 16%, Leukosit: 38%, Monosit: 40%. Pasien

didiagnosis dengan Suspek TB Paru relaps + sekunder infeksi, Empiema thorax, anemia et causa

chronic disease, Hipokalemia ringan (3,3), Hiponatremia (2,2), Malnutrisi

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr (Hr ke11), Ranitidin 2x1 amp

IV, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI, Codein 3x10mg, Diet TKTP (Tinggi

kalori tinggi protein), Latihan bernafas.

14

Page 15: Lapkas Interna Empiema

Perawatan tanggal 12 Mei 2015 keluhan sesak berkurang . Tekanan darah 130/80

mmHg, Nadi: 84x/m Respirasi:22x/m Suhu:36,9 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 84 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil: Hemoglobin: 9,9 g/dl, leukosit: 10.190/uL,

trombosit: 146.000/uL, eritrosit: 3,42.106/uL, MCH: 28pg, MCV: 91Fl, Basofil: 1%, Eosinofil:

1%, Netrofil segmen: 40%, Netrofil batang: 16%, Leukosit: 38%, Monosit: 40%. Pasien

didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps + sekunder

infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% + ketorolac drips (k/p) 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr (Hr

ke11), Ranitidin 2x1 amp IV, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI, Codein

3x10mg, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi protein), Latihan bernafas.

Perawatan tanggal 13 Mei 2015 keluhan sesak berkurang . Tekanan darah 110/70

mmHg, Nadi: 80x/m Respirasi:20x/m Suhu:36,5 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

15

Page 16: Lapkas Interna Empiema

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 80 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% + ketorolac drips (k/p) 20 tpm: D5%, Ceftriaxone 2x1 gr

(Hr ke11), Ranitidin 2x1 amp IV, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI, Codein

3x10mg, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi protein), Latihan bernafas.

Perawatan tanggal 14 Mei 2015 keluhan sesak berkurang . Tekanan darah 120/70

mmHg, Nadi: 88x/m Respirasi:22x/m Suhu:36,5 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 88 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

16

Page 17: Lapkas Interna Empiema

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Terapi, O2 2-4 lpm, IVFD Nacl 0,9% + ketorolac drips (k/p) 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr (Hr

ke11), Ranitidin 2x1 amp IV, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI, Codein

3x10mg, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi protein), Latihan bernafas.

Perawatan tanggal 15 Mei 2015 keluhan sesak berkurang . Tekanan darah 110/70

mmHg, Nadi: 80x/m Respirasi:22x/m Suhu:36,0 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 80 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi O2 2-4 lpm ,Cefixime 2x200mg, Ranitidin 2x150mg, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1,

Sukralfat syr 4XCI, Codein 3x10mg, VIP albumin 3x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi

protein), Latihan bernafas.

17

Page 18: Lapkas Interna Empiema

Perawatan tanggal 16 Mei 2015 keluhan sesak berkurang . Tekanan darah 120/70

mmHg, Nadi: 82x/m Respirasi:20x/m Suhu:36,4 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 82 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi O2 2-4 lpm, Cefixime 2x200mg, Ranitidin 2x150mg, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1,

Sukralfat syr 4XCI, Codein 3x10mg, VIP albumin 3x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi

protein), Latihan bernafas.

Perawatan tanggal 16 Mei 2015 keluhan sesak berkurang . Tekanan darah 120/70

mmHg, Nadi: 88x/m Respirasi:20x/m Suhu:36,0 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 88 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

18

Page 19: Lapkas Interna Empiema

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi: O2 2-4 lpm, Cefixime 2x200mg, Ranitidin 2x150mg, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1,

Sukralfat syr 4XCI, Codein 3x10mg, VIP albumin 3x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi

protein), Latihan bernafas.

Perawatan tanggal 17 Mei 2015 keluhan sesak berkurang . Tekanan darah 110/70

mmHg, Nadi: 86x/m Respirasi:22x/m Suhu:36,0 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 86 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

19

Page 20: Lapkas Interna Empiema

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi: O2 2-4 lpm, Cefixime 2x200mg, Ranitidin 2x150mg, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1,

Sukralfat syr 4XCI, Codein 3x10mg, VIP albumin 3x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi

protein), Latihan bernafas.

Perawatan tanggal 18 Mei 2015 keluhan sesak berkurang . Tekanan darah 110/70

mmHg, Nadi: 80x/m Respirasi:22x/m Suhu:36,0 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 80 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi: O2 2-4 lpm, Cefixime 2x200mg, Ranitidin 2x150mg, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1,

Sukralfat syr 4XCI, Codein 3x10mg, VIP albumin 3x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi

protein), Latihan bernafas.

20

Page 21: Lapkas Interna Empiema

Perawatan tanggal 18 Mei 2015 keluhan sesak berkurang . Tekanan darah 120/80

mmHg, Nadi: 88x/m Respirasi:22x/m Suhu:36,2 oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis

tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea

midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis dekstra.

Pada auskultasi, curah jantung 88 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama dan kedua

normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan dada

Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari

kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang

setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi: O2 2-4 lpm, Cefixime 2x200mg, Ranitidin 2x150mg, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1,

Sukralfat syr 4XCI, Codein 3x10mg, VIP albumin 3x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi

protein), Latihan bernafas.

Perawatan tanggal 19 Mei 2015 keluhan sesak berkurang, Batuk (+) . Tekanan darah

130/70 mmHg, Nadi: 84x/m Respirasi:22x/m Suhu:36,0 oC. Pada pemeriksaan kepala

didapatkan conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung,

iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V

linea midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis

dekstra. Pada auskultasi, curah jantung 84 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama

21

Page 22: Lapkas Interna Empiema

dan kedua normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan

dada Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun

dari kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri

hilang setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi: O2 2-4 lpm, Cefixime 2x200mg, Ranitidin 2x150mg, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1,

Sukralfat syr 4XCI, Codein 3x10mg, VIP albumin 3x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi

protein), Latihan bernafas.

Perawatan tanggal 19 Mei 2015 keluhan sesak berkurang, Batuk (+) . Tekanan darah

130/70 mmHg, Nadi: 84x/m Respirasi:22x/m Suhu:36,0 oC. Pada pemeriksaan kepala

didapatkan conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan jantung,

iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V

linea midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis

dekstra. Pada auskultasi, curah jantung 84 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama

dan kedua normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan

dada Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun

dari kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri

hilang setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

22

Page 23: Lapkas Interna Empiema

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi: O2 2-4 lpm, Cefixime 2x200mg, Ranitidin 2x150mg, Paracetamol 3x500mg, KSR 2x1,

Sukralfat syr 4XCI, Codein 3x10mg, VIP albumin 3x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi

protein), Latihan bernafas.

Perawatan tanggal 20 Mei 2015 keluhan sesak sudah tidak dirasakan, Batuk (+) .

Tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi: 80x/m Respirasi:20x/m Suhu:36,9 oC. Pada pemeriksaan

kepala didapatkan conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada pemeriksaan

jantung, iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar

iga V linea midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea parasternalis

dekstra. Pada auskultasi, curah jantung 80 kali/menit, reguler, terdengar suara jantung pertama

dan kedua normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising. Pada pemeriksaan

dada Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun

dari kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri

hilang setinggi ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi: Cefixime 2x200mg, Ranitidin 2x150mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI, Codein 3x10mg,

VIP albumin 3x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi protein), Latihan bernafas.

Rencana pulang jika Aff WSD.

23

Page 24: Lapkas Interna Empiema

Perawatan tanggal 21 Mei 2015 keluhan sesak sudah tidak dirasakan, Batuk tidak

ada . Tekanan darah 130/60 mmHg, Nadi: 88x/m Respirasi:18x/m Suhu:36,1 oC. Pada

pemeriksaan kepala didapatkan conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada

pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada

ruang antar iga V linea midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea

parasternalis dekstra. Pada auskultasi, curah jantung 88 kali/menit, reguler, terdengar suara

jantung pertama dan kedua normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising.

Pada pemeriksaan dada Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem

fremitus kiri menurun dari kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada

auskultasi paru kiri hilang setinggi ICS IV,tidak terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru

kanan suara pernapasan bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi: Cefixime 2x200mg, Ranitidin 2x150mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI, VIP albumin

3x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi protein), Latihan bernafas.

Rencana pulang jika Aff WSD.

Perawatan tanggal 22 Mei 2015 keluhan sesak sudah tidak dirasakan, Batuk tidak

ada . Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi: 80x/m Respirasi:18x/m Suhu:36,2 oC. Pada

pemeriksaan kepala didapatkan conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik. Pada

pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada

ruang antar iga V linea midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea

parasternalis dekstra. Pada auskultasi, curah jantung 80 kali/menit, reguler, terdengar suara

24

Page 25: Lapkas Interna Empiema

jantung pertama dan kedua normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising.

Pada pemeriksaan dada Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem

fremitus kiri menurun dari kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada

auskultasi paru kiri hilang setinggi ICS IV,tidak terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru

kanan suara pernapasan bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi: Cefixime 2x200mg, Ranitidin 2x150mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI, VIP albumin

3x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi protein), Latihan bernafas.

Rencana pulang jika Aff WSD.

Perawatan tanggal 28 Mei 2015 keluhan sesak sudah tidak dirasakan, Batuk tidak

ada . Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi: 72x/m Respirasi:18x/m Suhu:36,0 oC. Pada

pemeriksaan kepala tidak didapatkan conjungtiva anemis dan tidak didapatkan sclera ikterik.

Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak

pada ruang antar iga V linea midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV

linea parasternalis dekstra. Pada auskultasi, curah jantung 88 kali/menit, reguler, terdengar suara

jantung pertama dan kedua normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising.

Pada pemeriksaan dada Inspeksi pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem

fremitus kiri menurun dari kanan, Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada

auskultasi paru kiri hilang setinggi ICS IV,tidak terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru

kanan suara pernapasan bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada.

25

Page 26: Lapkas Interna Empiema

Pasien didiagnosis dengan empiema thorax dengan terpasang WSD, suspek TB paru relaps +

sekunder infeksi, Anemia ec chronic disesase, Hipokalemia (3,3), Hipoalbuminemia (2,7)

Terapi: Cefixime 2x200mg, Ranitidin 2x150mg, KSR 2x1, Sukralfat syr 4XCI, VIP albumin

3x1, Diet TKTP (Tinggi kalori tinggi protein), Latihan bernafas.

Rencana pulang jika Aff WSD.

26

Page 27: Lapkas Interna Empiema

PEMBAHASAN

Empiema adalah keadaan terdapatnya pus (nanah) dalam rongga pleura yang biasanya

merupakan kelanjutan proses efusi parapneumonia. Efusi parapneumonia adalah efusi pleura

yang menyertai pneumonia oleh bakteri, abses paru maupun bronkhiektasis. Empiema dapat juga

terjadi akibat komplikasi thorakotomi, trauma thorak, perforasi esophagus, thorakosentesis

(aspirasi cairan pleura), proses keganasan dan infeksi kuman tuberkulosis.1,2,3

Empiema merupakan cairan inflammatori dan debris pada rongga pleura. Empiema

merupakan akibat dari infeksi pada rongga pleura yang tak terobati yang berkembang dari cairan

pleura menjadi suatu kumpulan kompleks pada rongga pleura.6,7

Empiema thoraks dapat disebabkan oleh infeksi yang berasal dari paru atau luar paru/

Infeksi yang berasal dari paru adalah pneumonia, abses paru, fistel bronkopleura,

bronkokiektasis tuberculosis paru.

Infeksi yag berasal dari luar paru adalah trauma thoraks, pembedahan thoraks, torakosintesis,

abses subfrenik. 8

Diagnosis Empiema thoraks ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis keluhan sesak nafas dialami penderita sejak 2 hari SMRS. Sesak nafas

dirasakan tidak dipengaruhi oleh aktivitas, Pasien juga mengalami batuk –batuk selama 3

minggu, berlendir warna putih kadang hijau. Nafsu makan menurun, penurunan berat badan ± 10

kg sejak 1 bulan yang lalu, muntah juga dialami penderita berlendir, Buang air besar dan Buang

air kecil biasa.

27

Page 28: Lapkas Interna Empiema

Penderita pernah mengkonsumsi OAT pada tahun 2012 sampai tuntas. Riwayat sakit

jantung, kencing manis, darah tinggi, asam urat disangkal penderita. Hanya penderita yang sakit

seperti ini dalam keluarga dan di lingkungan tetangga.

Tanda-tanda gejala awal terutama pada empyema thoraks adalah tanda dan gejala pneumonia

bacteria. Penderita yang diobati dengan tidak memadai atau dengan antibiotic yang tidak tepat

dapat mempunyai interval beberapa hari antara fase pneumonia klinik dan bukti adanya

empiema. Kebanyakan penderita menderita demam remiten, takikardi, dypsneu, sianosis, batuk-

batuk .9

Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos

mentis. Pada tanda vital tekanan darah 110/50 mmHg, Nadi: 84 kali/menit, isi cukup, regular,

respirasi 24 kali/menit, suhu badan 37,2 oC. Berat badan 68 kg, TB: 165 cm. Pada pemeriksaan

kepala ditemukan konjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor, refleks

cahaya ada dan normal. Faring tidak hiperemis. Pada leher tekanan vena jugularis 5+2cm, trakea

letak tengah dan tidak ada pembesaran dikelenjar getah bening. Pada pemeriksaan dada Inspeksi

pergerakan dada kiri tertinggal. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri menurun dari kanan,

Perkusi terdengar redup pada ICS IV. Suara pernapasan pada auskultasi paru kiri hilang setinggi

ICS IV, terdengar Rhonki, dan tidak ada wheezing, paru kanan suara pernapasan

bronkovesikuler, terdengar ronkhi dan wheezing tidak ada. Batas jantung kiri terletak pada ruang

antar iga V linea midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang antar iga IV linea

parasternalis dekstra. Pada auskultasi, curah jantung 84 kali/menit, reguler, terdengar suara

jantung pertama dan kedua normal. M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, A2>P2, tidak ada bising.

28

Page 29: Lapkas Interna Empiema

Pada pemeriksaan abdomen, perut datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, hati dan limfa

tidak teraba, bising usus normal. Ada nyeri ketuk sudut costavertebra kiri. Pada ekstremitas akral

hangat, edema tidak ada. Kekuatan otot skala 5 pada semua aktivitas.

Pada empyema pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda seperti pleural effusion

umumnya. Bentuk thoraks simetris, bagian yang sakit tampak lebih menonjol, pergerakan nafas,

pada sisi yang sakit tertinggal, perkusi redup, jantung dan mediastinum terdorong kearah yang

sehat, bila nanahnya cukup banyak sel iga pada sisi yang sakit melebar, bising nafas pada bagian

yang sakit melemah sampai hilang. 11

Pemeriksaan darah tepi menunjukkan leukositosis dan pergeseran ke kiri seperti pada infeksi

akut umumnya.12

Penanganan pada penderita dengan pendekatan non-medikamentosa dan

medikamentosa. Pendekatan non-medikamentosa dengan Diet tinggi kalori tinggi protein dan

latihan bernafas, sedangkan pendekatan medikamentosa yaitu O2 2-4 liter/menit, IVFD Nacl

0,9% 20 tpm, Ceftriaxone 2x1 gr, Ranitidin 2x1 amp IV, Ambroxol 3x1, Paracetamol 3x500mg.

Penderita direncanakan untuk pemeriksaan analisa cairan pleura, sputum BTA 3x, DL, LED,

Ureum, Creatinin, GDS, SGOT, SGPT, Protein total, albumin.

Selain berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik pada pemeriksaan laboratorium

didapatkan kadar LDH, total protein, dan leukosit yang meningkat dari normal.

Biopsi dapat dilakuka bersamaan dengan pungsi. Jaringan yang didapat dikirimkan untuk

pemeriksaan patologi dan mikroskopis.

Diperlukan foto rontgen thorax (AP dan lateral) yang dibuat baik dalam posisi tiduran atau tegak,

yang menunjukkan cairan dalam rongga pleura misalnya perselubungan yang homogeny,

penebalan pleura, sinus pherinicocostalis menghilang, sel iga melebar.

29

Page 30: Lapkas Interna Empiema

Pungsi pleura juga merupakan diagnostik yang penting dalam menunjukan keluarnya

pus. Dengan cara menusuk dari luar dengan semprtit steril 10/20 ml serta menghisap sedikit

cairan pleura untuk dilihat secara fisik dan pemeriksaan biokimia: tes rivalta. Kolesterol dan

LDH (lactate dehidroginase). Akhir-akhir ini diketahui pemeriksaan kolesterol dan LDH cairan

pleura akan sangat mempermudah untuk membedakan antara eksudat dan transudat. Kolesterol >

45 mg/dl dan LDH 200 IU disebut eksudat.

Untuk mengetahui kuman penyebabnya diperlukan pemeriksaan sediaan langsung dari pus

secara mikroskopik, atau dengan pembiakan kuman (secara tak langsung) dan uji resistensi. 13

Mortalitas bergantung pada umur, penyakit penyerta, penyakit dasarnya dan pengobatan yang

adekuat. Angka kematian meningkat pada usia tua atau penyakit dasar yang berat dan

keterlambatan pemberian obat.14

30

Page 31: Lapkas Interna Empiema

DAFTAR PUSTAKA

1. Strachan RE, Gulliver T, Martin A, McDonald T, Nixon G, Roseby R, et.al. Pediatric

Empyema Thoracis : Recommendation for Management. The Thoracic Society of

Australia and New Zealand. 2011: 1-39

2. Richard WL, Parapneumonic Effusion and Empyema. Proceedings of the American

Thoracic Society 2006; vol 3, pp 75-80

3. Lababebe O. Pleural Effusion Imaging. Medscape Reference Drug, Disease and

Procedures . Up date May 25,2011

4. Ahmed AE, Yacoub TE, Empyema Thoracis. Clinical Medicine Insights: Respiratory and

Pulmonary Medicine. 2010; 4: 1-8

5. Yousef AA, Jaffe A. The management of Pediatric Empyema. HK J Paediatr. 2009; 14:

16-21

6. Anonym. Parapneumonic pleural effusion and empyema thoracis . Di unduh dari

http://emedicine. Medscape.com/article/298485 follow up ( diakses tanggal 5 Agustus

2013)

7. Barlett JG: Anaerobic bacterial infection of the lung. Chest 1987 Jun; 91(6): 901-9

8. Wiedemann HP, Rice TW: Lung abscess and empyema

9. Buku ajar ilmu penyakit dalam FKUI, Jakarta; Juli 2006

10. King S, Thomson A. Radiological perspectives in Empyema. British medical Bulletin

2002;61:203-14

11. Michelson PH. Pediatric Empyema. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article

(diakses tanggal 16 juli 2013)

12. Janahi IA, Fakhoury K. Management and prognosis of parapneumonic effusion and

empyema in children. Up to date version 16.3 :2008

13. Mangete EDO, Kombo BB, Legg TE. Thoracic Empyema : a study of 56 patients. Arc

Dis Child. 1993;69:587-8

14. Lababebe O. Pleural Effusion Imaging. Medscape Reference Drug, Disease and

Procedures . Up date May 25,2011

31

Page 32: Lapkas Interna Empiema

15. Ahmed AE, Yacoub TE, Empyema Thoracis. Clinical Medicine Insights: Respiratory and

Pulmonary Medicine. 2010; 4: 1-8

32

Page 33: Lapkas Interna Empiema

33