asuhan keperawatan pada klien dengan empiema

56
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EMPIEMA EMPIEMA A. Anatomi Fisiologi Pleura Paru kanan normalnya terdiri dari tiga lobus (atas, tengah, dan bawah) dan merupakan 55% bagian paru. Paru kiri normalnya terdiri dari dua lobus (atas dan bawah). Pada lobus atas paru kiri pada bagian bawahnya terdapat lingula yang merupakan analog dari lobus tengah paru kanan. Paru mengalami perkembangan yang hebat, saat lahir, bayi memiliki 25 juta alveoli ; jumlah ini bertambah menjadi 300 juta setelah dewasa. Pertumbuhan paling sering terjadi saat usia 8 tahun. Pertumbuhan tercepat pada usia 3 – 4 tahun. Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan parietalis. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis. Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding toraks, diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis . Rongga pleura terletak antara paru dan dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis, diantaranya pleura viseralis memiliki ciri ciri permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesotelial yang tipis < 30mm, diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit, di bawah sel-sel mesotelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit, di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik, lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari arteri pulmonalis dan arteri brakhialis serta pembuluh limfa, menempel kuat pada jaringan paru, fungsinya untuk mengabsorbsi cairan pleura. Volume cairan pleura selalu konstan, dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik sebesar 9 mmHg , diproduksi oleh pleura

Upload: metta-novita

Post on 24-Nov-2015

61 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

empiema

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EMPIEMAEMPIEMAA.Anatomi Fisiologi PleuraParu kanan normalnya terdiri dari tiga lobus (atas, tengah, dan bawah) dan merupakan 55% bagian paru. Paru kiri normalnya terdiri dari dua lobus (atas dan bawah). Pada lobus atas paru kiri pada bagian bawahnya terdapat lingula yang merupakan analog dari lobus tengah paru kanan. Paru mengalami perkembangan yang hebat, saat lahir, bayi memiliki 25 juta alveoli ; jumlah ini bertambah menjadi 300 juta setelah dewasa. Pertumbuhan paling sering terjadi saat usia 8 tahun. Pertumbuhan tercepat pada usia 3 4 tahun. Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan parietalis. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis.Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding toraks, diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara paru dan dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis, diantaranya pleura viseralis memiliki ciri ciri permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesotelial yang tipis < 30mm, diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit, di bawah sel-sel mesotelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit, di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik, lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari arteripulmonalis dan arteribrakhialis serta pembuluh limfa, menempel kuat pada jaringan paru, fungsinya untuk mengabsorbsi cairan pleura.Volume cairan pleura selalu konstan, dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik sebesar 9 mmHg , diproduksi oleh pleura parietalis, serta tekanan koloid osmotik sebesar 10 mmHg yang selanjutnya akan diabsorbsi oleh pleura viseralis.

B.PENGERTIANEmpiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) didalam rongga pleura.Pada awalnya,cairan pleura encer dengan jumlah leukosit rendah,tetapi sering kali menjadi stadium fibropurulen dan akhirnya sampai pada keadaan dimana paru-paru tertutup oleh membran eksudat yang kental.Meskipun empiema sering kali disebabkan oleh komplikasi dari infeksi pulmonal, namun tidak jarang penyakit ini terjadi karena pengobatan yang terlambat.Empiema merupakan salah satu penyakit yang sudah lama ditemukan dan berat. Di India terdapat 5 10% kasus anak dengan empiema toraks.Empiema toraks didefinisikan sebagai suatu infeksi pada ruang pleura yang berhubungan dengan pembentukan cairan yang kental dan purulen baik terlokalisasi atau bebas dalam ruang pleura yang disebabkan karena adanya dead space, media biakan pada cairan pleura dan inokulasi bakteri.Empiema paling banyak ditemukan pada anak usia 2 9 tahun. Empiema adalah akumulasi pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah putih yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga berisi protein darah yang berperan dalam pembekuan (fibrin). Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya perjalanan penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi kantong kantong (lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya mengakibatkan kerusakan yang permanen.

C.KLASIFIKASIEmpiema dibagi menjadi dua stadium :a.Empiema akutTerjadi akibat infeksi sekunder dari tempat lain, bukan primer dari pleura.Bila pada stadium ini dibiarkan beberapa minggu, maka akan timbul toksemia ,anemia, dan clubbing finger.Jika pus tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleural.b.Empiema kronisBatas tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan.Disebut kronis jika empiema berlangsung selama lebih dari 3 bulan.Pada stadium ini,jika klien menerima terapi antimikroba, manifestasi klinis akan dapat dikurangi.

D.PATOFISIOLOGI

Akibat invasi basil piogenik ke pleura, maka akan timbul peradangan akut yang diikuti pembentukan eksudat serosa.Dengan banyaknya sel PMN baik yang hidup maupun yang mati serta meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental.Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut.Apabila nanah menembus bronkus, maka timbul fistel bronkopleural yang menembus dinding thorak dan keluar melalu kulit yang disebut empiema nessensiatis.Stadium ini masih disebut empiema akut yang lama kelamaan menjadi kronis.

E.ETIOLOGIa.Infeksi yang berasal dari dalam paru :PneumoniaAbses paruBronkiektasisTBC paruAktinomikosis paruFistel Bronko-Pleurab.Infeksi yang berasal dari luar paru :Trauma ThoraksPembedahan thorakTorasentesi pada pleuraSufrenik absesAmoebic liver absesPenyebab lain dari empiema adalah :1.StapilococcusStaphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dantoxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal.

2.PnemococcusPneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius seperti radang paru-paru (pneumonia),meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tetapi hanya sedikit yang bisa menyebabkan penyakit gawat. Bentuk kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau kapsul. Bungkus inilah yang menentukan apakah si kuman akan berbahaya atau tidak.3.Streptococcus.

F.TANDA DAN GEJALATanda dan gejala empiema secara umum adalah :DemamKeringat malamNyeri pleuralDispneaAnoreksia dan penurunan berat badanAuskultasi dada, ditemukan penurunan suara napasPerkusi dada, suaraflatnessPalpasi , ditemukan penurunan fremitusTanda gejala empiema berdasarkan klasifikasi empiema akut dan empiema kronisa.Emphiema akut:oPanas tinggi dan nyeri pleuritik.oAdanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.oBila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan toksemia, anemia, dan clubbing finger .oNanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural.oGejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur dengan darah dan nanah banyak sekali.b.Emphiema kronis:oDisebut kronis karena lebih dari 3 bulan.oBadan lemah, kesehatan semakin menurun.oPucat, clubbing finger.oDada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura.oTerjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kearah yang sakit.oPemeriksaan radiologi menunjukkan cairan.

G.KOMPLIKASIKemungkinan komplikasi yang terjadi adalah pengentalan pada pleura. Jika inflamasi telah berlangsung lama, eksudat dapat terjadi di atas paru yang menganggu ekspansi normal paru. Dalam keadaan ini diperlukan pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortasi). Selang drainase dibiarkan ditempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural dipantau melalui rontgen dada dan pasien harus diberitahu bahwa pengobatan ini dapat membutuhkan waktu lama.

H.PENATALAKSANAANPrinsip pengobatan Empiema adalah sebagai berikut :a.Pengosongan nanahDilakukan pada abses untuk mencegah efek toksiknya.1.Closed drainase-tube toracostorry water sealed drainasedengan indikasi :Nanah sangat kental dan sukar diaspirasiNanah terus terbentuk setelah dua mingguTerjadinya PiopneumothorakWSD dapat juga dibantu dengan penghisapan negatif sebesar 10-20 cmH2O.Jika setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus ditempuh cara lain seperti pada empiema kronis.2.Drainase terbuka(open drainage)Dilakukan dengan menggunakan kateter karet yang besar, oleh karena disertai juga dengan reseksi tulang iga.Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis,hal ini bisa terjadiakibat pengobatan yang lambat atau tidak adekuat,misalnya aspirasi yang terlambat/ tidak adekuat, drainase tidak adekuat atau harus sering mengganti/ membersihkan drain.b.AntibiotikAntibiotik harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosisnya harus adekuat. Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecatan gram dan apusan nanah.Pengobatan selanjutnya bergantung pada hasil kultur dan sensivitasnya.Antibiotika dapat diberikan secara sistematik atau topikal.Biasanya diberikanPenicillin.c.Penutupan rongga EmpiemaPada empiema menahun seringkali rongga empiema tidak menutup karena penebalan dan kekakuan pleura.Pada keadaan demikian dilakukan pembedahan (dekortikasi) atau torakoplasti.1.DekortikasiTindakan ini termasuk operasi besar, dilakukan dengan indikasi :Drain tidak berjalan baik karena banyak kantong-kantong.Letak empiema sukar dicapai oleh drain.Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura viseralis.2.TorakplastiAlternatif torakplasti diambil jika empiema tidak kunjung sembuh karena adanya fistel bronkopleural atau tidak mungkin dilakukan dekortikasi.Pada pembedahan ini segmen tulang iga dipotong subperiosteal.Dengan demikian dinding thorak jatuh kedalam rongga pleura karena tekanan atmosfir.d.Pengobatan kausalMisalnya pada subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik pada amoebiasis dan sebagainya.e.Pengobatan tambahanPerbaiki keadaan umum, fisioterapi untuk membebaskan jalan nafas.

Penanggulangan empiema tergantung dari fase empiema, yaitu :1.Fase I (Fase Eksudat)Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapat dicapai tujuan diagnostik terapi dan prevensi, diharapkan dengan pengeluaran cairan tersebut dapat dicapai pengembangan paru yang sempurna.2.Fase II (Fase Fibropurulen)Pada fase ini penanggulangan harus lebih agresif lagi yaitu dilakukan drainase terbuka (reseksi iga/ "open window") .Dengan cara ini nanah yang ada dapat dikeluarkan dan perawatan luka dapat dipertahankan. Drainase terbuka juga bertujuan untuk menunggu keadaan pasien lebih baik dan proses infeksi lebih tenang sehingga intervensi bedah yang lebih besar dapat dilakukan. Pada fase II ini VATS surgery sangat bermanfaat, dengan cara ini dapat dilakukan empiemektomi dan/ atau dekortikasi.3.Fase III (Fase Organisasi)Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agar paru bebas mengembang atau dilakukan obliterasi rongga empiema dengan cara dinding dada dikolapskan (Torakoplasti) dengan mengangkat iga-iga sesuai dengan besarnya rongga empiema, dapat juga rongga empiema disumpel dengan periosteum tulang iga bagian dalam dan otot interkostans (air plombage), dan disumpel dengan otot atau omentum (muscle plombage atau omental plombage).

I.PEMERIKSAAN PENUNJANGFoto dadaTorasentesis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EMPIEMAA.PENGKAJIANPengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10):1.Riwayat atau adanya faktor resikoPPOMPerokok beratImobilisasi fisik lamaPemberian makanan melalui selang secara terus menerus.Obat-obat imunosupresif (kemoterapi, kortikosteroid).Penyakit yg melemahkan (AIDS, kanker)Menghirup atau aspirasi zat iritanTerpapar polusi udara terus menerusTerpasang selang intrakostal.Penurunan tingkat kesadaran (stupor, letargi, pra-koma, koma).2.Pemeriksaan FisikDemam tinggi dan menggigil (awitan tiba-tiba atau berbahaya).Nyeri dada pleuritikTakipnea dan takikardimikoplasma, viral dan stafilokokus akan terlihat infiltrat kemerahan.Kultur sputum menunjukkan adanya bakteriSinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada pasien dengan pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiela, dan H.Influenza dan pada pneumoniaPewarnaan garam jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram negatif atau gram posistif.Bronkoskopi

B.DIAGNOSA KEPERAWATANBerdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup yang berikut ini:1.Ketidakefektifan bersihan jalan napas Berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, obesitas.2.Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan dispnea, ansietas, posisi tubuh.3.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.4.Nyeri pleuritik berhubungan dengan empiema.5.Hypertermi berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan.6.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.7.Ansietas berhubungan dengan nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.8.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas.

C. INTERVENSINoDiagnosa Kep.Tujuan & kriteria hasilIntervensiRasional

1Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. peningkatan produksi sputum, obesitas.DO: DispneaDS: Bunyi napas tambahan. Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan. Batuk tidak ada atau tidak efektif. Sianosis. Kesulitan untuk bersuara. Penurunan bunyi napas. Ortopnea. Kegelisahan. Sputum. Mata terbelalak.

Setelah dilakukkan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien dapat: Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas. Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dispnea, sianosis. Mendemonstrasikan batuk efektif.

Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada

Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, missal krekels mengi.

Penghisapan sesuai dengan indikasi

Berikan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari, tawarkan air hangat.Ajarakan metode batuk efektif dan terkontrolKolaborasiPemeriksaan sputum pasien di laboratoriumTakipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan. Gerakan dinding dada dan atau cairan paru.Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area konsolidasi. Krekels, rongkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan napas/obstruksiMerangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekretBatuk tidak terkontrol akan melelahkan klien.Sputum yang di periksa guna untuk mengetahui adanya penyakit lain

2Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea, ansietas, posisi tubuhDO: Dispnea. Napas pendekDS: Perubahan gerakan dada. Mengambil posisi tiga titik. Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi. Penurunan ventilasi semenit. Penurunan kapasitas vital. Napas dalam. Peningkatan diameter anterior-posterior. Napas cupping hidung. Ortopnea. Fase ekspirasi yang lama. Pernapasan purset-lip. Kecepatan respirasi. Rasio waktu. Penggunaan otot Bantu untuk bernapasSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat: Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak berbahaya : ventilasi dan status tanda vital Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas. Ekspansi dada simetris. Tidak adanya penggunaan otot bantu. Bunyi napas tambahan tidak ada. Napas pendek tidak ada.

Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara.Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahanPalpasi fremitusAnjurkan klien untuk tidak memikirkan hal-hal yang menyebabkan ansietas.Pertimbangkan penggunaan kantung kertas saat ekspirasi latih individu bernapas perlahan dan efektifKolaborasiPemberian oksigen dari dokterJaga posisi pasien agar tetap semifowlerBerguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya proses penyakit

Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus / tertahannya secret.Penurunan tekanan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.Salah saut faktor penyebab hiperventilasi adalah ansietas.Meningkatkan kemampuan kontrol individu terhadap proses ekspirasiAgar pernapasan dapat berjalan dengan baikPosisi semifowler dapat mempermudah pasien dalam bernafas efektif

3Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasiDS: Dispnea Sakit kepala pada saat bangun Gangguan penglihatan.DO: Gas darah arteri yang tidak normal Gelisah Cuping hidung mengemban. Warna kulit tidak normal.

Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selama 3x24 jam :Menyatakan nyeri hilang/terkontrolMenunjukkan rileks, istirahat/tidur, daan peningkatan aktivitas dengan tepat.Mencapai fungsi paru yang maksimal.Menutarakan pentingnya latihan paru setiap hari.

Pantau perubahan tanda vital.Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur, duduk di kursi beberapa hari sekaliBantu reposisi, setiap jam jika mungkin.Dorong klien untuk melakukan latihan napas dalam dan latihan batuk terkontrol 5 kali setiap jamPerubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.Meningkatkan kemampuan ekspansi paru. Jika klien dalam posisi duduk, kemampuan ekspansi paru akan meningkat.Membantu drainase postural, mencega depresi jaringan paru atau dada untuk pernapasan.Meningkatkan ekspansi paru dan asupan oksigen kedalam paru dan sistem peredaran darah.

4Nyeri pleuritik b.d empiema.DS: Mengungkapakan secara verbal / melaporkan dengan isyarat.DO: Gerakan menghindari nyeri. Posisi menghindari nyeri. Perubahan autonomik dari tonus otot. Perubahan nafsu makan dan makan. Perilaku menjaga atau melindungi.

Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selam 3x24 jam , diharapkan pasien dapat:Penurunan penampilan peran / hubungan interpersonal.Gangguan kerja, kepuasaan hidup / kemampuan untuk mengendalikan diri.Penurunan konsentrasi.Terganggunya tidur.Penurunan nafsu makan.

Mandiri :Karakteristik nyeri, misal tajam, constan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/ lokasi/ intensitas nyeri.Pantau :-Suhu setiap 4 jam-Hasil pemeriksaan SDP-Hasil kultur sputumBerikan tindakan untuk memberikan rasa nyamanKolaborasi :Berikan analgetik sesuai dengan anjuran untuk mengatasi nyeri pleuritik jika perlu dan evaluasi keefektifannyaKonsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk.Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.

Nyeri dada, biasanya dada dalam beberapa derajat pada pneumonia seperti pericarditis dan endokarditis.Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.

Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi.Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif.Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi.Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi, efek maksimum dapat dicapai jika kadar obat dalam darah konsisten dan dapat dipertahankan. Interaksi satu obat dgn yg lain dpt mengurangi keefektifan pengobatan

5Hypertermi b.d infeksi saluran pernapasan.DS: MualDO: Kulit memerah Frekuensi napas meningkat Takikardi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat: Pasien akan termoregulasi, dibuktikan dengan suhu kulit dalam rentang normal. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan. Perubahan warna kulit tidak ada.

Mandiri:Pantau suhu minimal 2 jam sekali.Pantau:otekanan darah, nadi, pernapasan.oaktifitas kejang, warna kulitoKolaborasi:Berikan obat antipiretik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti, gunakan matras dingin.Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.Hal tersebut merupakan tanda berkembangnya komplikasi.Gunakan matras dingin memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan).

6Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.DS: Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit. Kram abdomen.DO: Tidak tertarik untuk makan. Diare. Bising usus hiperaktif. Konjungtiva dan membran mukosa pucat. Tonus otot buruk. Kehilangan massa otot, tonus otot buruk. Mengeluh gangguan sensasi pengecapSetelah dilakukkan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat: Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat yang tepat.

MandiriPantau:opersentase jumlah makanan yg dikonsumsi setiap kali makan.otimbang BB setiap harioHasil pemeriksaan : protein total, albumin dan osmalalitas.Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan.Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering yg mudah dikunyah jika ada sesak napas berat.KolaborasiRujuk kepada ahli gizi untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit panas.Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkanBau yg tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan.Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.Ahli gizi ialah spesialisasi dlm hal nutrisi yg dpt membantu pasien memilih makanan yg memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dgn keadaan sakitnya, usia, TB & BB. Kebanyakan pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yg merupakan pilihan sendiri.

7Ansietas b.d nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.DS: Cemas,takut. Mual. Insomnia.DO: Penurunan nadi. Mulut kering. Muka merah. Peningkatan tekanan darah. Berkeringat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat: Menungkapkan perasaan ansietas Memperagakan teknik bernapas untuk mengurangi dipsnea

Jelaskan tujuan tarapi pada klienAjarkan tindakan untuk membantu mengontrol dispneaAjarkan klien melakukan latihan napasAjarkan dan evaluasi teknik drainase posturalJelaskan bahayanya infeksi dan cara menurunkan resikoAnjurkan klien untuk melaporkan gejala penting dengan segeraAjarkan atau opserfasi penggunaan nebulizer atau inhaler dosis terukurMengorientasikan program trapi, membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrolPengontrolan dipsnea melalui diet seimbang, istirahat cukup dan aktifitas yang dapat ditoleransiLatihan napas dengan spirometri insentif , latihan efek paru atau latihan posterior paru atau latihan area iga lateral bawahMemfasilitasi pengeluaran sekretMencega infeksi, baik skunder maupun primer yang mungkin diakibatkan oleh gangguan napasMencegah komplikasi yang tidak terpantau atau gejala yang dianggap normal oleh klienMencegah penggunaan inhaler melebihi dosis

8Intoleransi aktivitas b.d perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas.DS: Riwayat intoleransi sebelumnya Tidak berpengalaman terhadap aktifitasDO: Keadaan penurunan kondisi Adanya masalah sirkulasi atsu respirasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat: Memeragakan metode batuk, bernapas, dan penghematan energi yang efektif. Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat di capai atau di pertahankan secara realistis.

Jelaskan aktifitasdan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenAjarkan program hemat energiBuat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahapAjarkan teknik nafas efektifPertahankan terapi oksigen tambahanKaji respon abnormal setelah aktifitas

Beri waktu istirahat yang cukupMerokok, suhu ekstrim dan stres dan menyebabkan fasikonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan beban jantungMencegah penggunanan energi yang berlebihanMempertahankan pernapasan lambat dengan tetap memperhatikan latihan fisik yang memungkinkan peningkatan otot batu pernapasanMeningkatkan oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energiMempertahankan, memperbaiki, dan meningkatkan konsentrasi oksigen darahRespon abnormal meliputi nadi, tekanan darah gan pernapasan yang meningkatMeningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGCSomantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medikahttp://hayato31.blogspot.com/2009/04/askep-empiema.htmlhttp://zieshila.wordpress.com/ibu-dan-anak/asuhan-keperawatan-empiema/http://sely-biru.blogspot.com/2009/01/asuhan-keperawatan-empiema.htmlhttp://www.askep-askeb.cz.cc/2010/01/empiema.htmlASUHAN KEPERAWATAN EMPIEMAI.Pengertian.Empiema adalah keadaan terkumpulnya nanah ( pus ) didalam ronggga pleura dapat setempat atau mengisi seluruh rongga pleura( Ngastiyah,1997).Empiema adalahpenumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura ( Diane C. Baughman, 2000 ).Empiema adalah penumpukan materi purulen pada areal pleural ( Hudak& Gallo, 1997 )

II.Penyebab.StapilococcusPnemococcusStreptococcus.

III.Patogenesis.Terjadinya empiema dapat melalui tiga jalur:a.Sebagai komplikasi pneumonidan abses paru. Karena kuman menjalar perkontiniutatum dan menembus pleura visceral .b.Secara hematogen, kuman dari focus lain sampai pada pleura visceralc.Infeksi darti luar dinding thoraks yang menjalar kedalam pleura misalnya pada trauma thoraks, abses dinding thoraks.

IV.Manisfestasi Klinik.Demam, berkeringat malam, nyeri pleural, dispneu, arokreksia ,dan penurunan berat badan.Tidak terdapatnya bunyi nafas; pendataran pada perkusi dada,penurunan premitus

V.Evaluasi DiagnosisFoto dada dan thoraksintesis.

VI.Komplikasi.Perubahan Fibrotik yang tidak dapat sembuh yang menggangu ventilasi paru yang disebabkan terjebaknya paru pada sisi yang terkena.

VII.Penatalaksanaan (Medik).Sasaran penetalaksanaan adalah mengaliran cavitas pleura hingga mencapai ekspansi paru yang optimal. Dicapai dengan drainase yang adekuat, anti biotika(dosis besar ) dan atau streptokinase. Drainase cairan pleura atau pus tergantung pada tahapan penyakit dengan :a.Aspirasi jarum ( Thorasintesis ),jika cairan tidak terlalu kentalb.Drainase tertutup dengan WSD, indikasi bila nanah sangat kental, pnemothoraksc.Drainase dada terbuka untuk mengeluarkan pus pleural yang mengental dan debris serta mesekresi jaringan pulmonal yang mendasari penyakit.d.Dekortikasi, jika imflamasi telah bertahan lama.

VIII.Intervensi Keperawatan.a.Perawatan pada umumnya sama denganpasien pleuritis,bila dilakukan fungsi plera atau dipasang WSD cara menolong tidak berbeda. Bila penyebab adalah kuman TBC maka, setelah empiema sembuh pasien perlu pengobatan TB.b.Bantu pasien mengatasi kondisi, instruksi dalam latihan pernafasan (pernafasan bibir dan pernafasan diagpragmatik ) c.Berikan perawatan spesifik terhadap metoda drainase pleural.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EMPIEMA .Dasar data pengkajian. Aktivitas/ istirahat.Gejala ; keletihan, kelemahan, malaise.Ketidakmampuan melakukanADL karena sulit bernapas.Ketidakmampuan untuk tidur.Dispneu pada saat istirahat. Sirkulasi ;pembengkakan pada ekstremitas bawah. Integritas ego;peningkatan factor resiko, perubahan pola hidup. Makanan/cairan ;mual muntahnafsu makan menurun . Higiene ;penurunan kemampuan melakukan ADL. Pernafasan ;nafas pendek batuk menetap dengan produksi sputum, riwayat pneumoni berulang ,episode batuk hilang timbul. Keamanan. ;riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan. Seksualitas. ; penurunan libido. Interaksi social ; hubungan ketergantungan,kurang sistem pendukung,penyakit lama.Prioritas Keperawatan.1. Mempertahankan patensi jalan nafas2.Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.3.Meningkatkan masukan nutrisi4.Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi5.Memberikan informasi tentang proses penyakit / prognosis dan program pengobatan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL.1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronchus spsame, peningkatan produksi secret, kelemahanKriteria hasal :1.Pertahankan jalan nafasa paten dengan bunyi nafas bersih2.Menunjukkan perilaku batuk efektif dan mengeluarkan secretIntervensia.Auskultasi bunyi nafas catat adanya bunyi nafas, kaji dan pantau suara pernafasanRasional :Untuk mengetahui adanya obstruksi jalan nafas, tachipneu merupakanderajat yang ditemukanadanya proses infeksi akut.b.Catat adanya atau derajat dispneu, gelisah ,ansietas dan distress pernafasanRasional :Disfungsi pernafasan merupakan tahap proses kronis yang yang dapat menimbulkan infeksi atau reaksi alergi.c.Kaji pasien untuk posisi yang nyaman , misalnya peninggian kepala tempattidur.Rasional :Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.d.Bantu latihan nafas abdomen atau bibir.Rasional :Memberikan pasien berbagao cara untuk mengatasidan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara.e.Observasi karakteristik batukRasional :Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan.f.Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml per hari sesuai toleransijantung.Rasional :Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret , mempermudah pengeluarang.Memberikan obata sesaui indikasiRasional :Merilekskan otot halusdan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.2.Diagnosa keperawatan : Pertukaran gas, kerusakan berhubungan dengan gangguansuplai oksigen , kerusakan alveoli .Kriteria hasilMenunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat,berpartisipasi dalam program pengobatan.Intervensia.Kaji frekwensi,kedalaman pernapasanRasional :Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya penyakitb.Tinggikan kepala tempat tidurRasional;Pengiriman oksigendapat diperbaiki dengan posisi tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolap jalan napas.c.Auskultasi bunyi nafascatat area penurunan aliran udara ,bunyi tambahanRasional :Bunyi nafas redup karena penurunan aliran udara ,mengi ;indikasi spasme bronchus / tertahannya sekret, Krekels basah menyebar menujukkan cairan pada dekompensasi jantung.d.Palpasi primitus.Rasional :Penurunan getarn fibrasididuga adanya pengumpulan cairan atau udara terjebake.Awasi tanda vital dan irama jantung.Rasional.Tachikardia ,disritmia, perubahan tekanan darah dapat menujukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

3.Diagnosa keperawatan: Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengandispneu, kelemahan, anoreksia, mual muntah.Kriteria hasil :Menunjukkan peningkatan berat badanmempertahankan berat badanIntervensi :a.Kaji kebiasaan diit ,catat derajat kesulitan makanRasional:Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispneu, produksi sputum.b.Auskultasi bunyi usus .Rasional :Penurunan atau hipoaktif bising ususmenunjukkan motilitas gaster dan kostipasi yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia.c.Hindari makan yang mengandung gas.dan minuman karbonatRasional :Dapat menghasilakan distensi abdomen yang menganggu nafas abdomen dan gerakan diagframa yang dapat meningkatan dispnea.d.Hindari makan yang sangat panas dan dinginRasional :Suhu ekstrim dapat mencetuskan / meningkatkan spasme batuke.Timbang berat badan sesuai indikasiRasional :Berguna untuk menetukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan dan evaluasikeadekuatan rencana nutrisi.f.Kolaborasidengan ahli gizi / nutrisi.Rasional :Metode makan dan kebutuhan dengan upaya kalori didasarkan pada kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimaldengan upaya minimal pasien/penggunaanenergi

4.Diagnosa keperawatan: Resiko infeksiKriteria hasil :Mengidentifikasiintervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksiMenunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.Intervensi :a.Awasi suhuRasional :Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.b.Observasi warna ,bau sputum.Rasional :Sekret berbau, kuning atau kehijauan menujukkan adanya infeksiparu.c.Dorong kesimbangan antara aktivitas dan istirahat.Rasional :Menurunkan konsumsi / kebutuhan kesimbangan oksigen danmemperbaiki pertahan pasien terhadapa infeksi, peningkatan penyembuhan .d.Diskusi masukan nutrisi adekuat.Rasional :Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.e.Kolaborasi pemeriksaan sputum.Rasional :Dilakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebabdankerentanan terhadap anti microbial5.Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya.Kriteria hasil :Nyatakan atau pemahaman kondisi atau proses penyakit.Intervensi :a.Jelaskan proses penyakit individu.Rasional :Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikanb.Berikan latihan atau batuk efektifRasional :Pernafasan bibir dan nafas abdomen / diagframatik menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkankolaps jalan nafas.c.Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkanuntuk menghentikan rokok.Rasional :Penghentian merokok dapat menghambat kemajuanPPOMd.Diskusi pentingnya mengikuti perawatan medik ( Foto Thoraks dan kultur sputum )Rasional :Pengawasan proses penyakit untuk membuata program therapy .e.Kaji kebutuhan / dosis oksigen untuk pasienRasional:Menurunkan resiko kesalahan penggunaanoksigendan komplikasi lanjut.

DAFTAR PUSTAKAHudak & Gallo, ( 1997 ),Keperawatan kritis : suatu pendekatanholistic, EGC, JakartaDiana C. Baughman, ( 2000 ),Patofisiologi,EGC, Jakarta.Marilyn E. Doengoes, (2000 ),Rencana asuhan keperawatan, pendekatan untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatanpasien., EGC, Jakarta.Ngastiyah, ( 1997 ),Perawatan anak sakit, EGC, Jakarta

BAB IPENDAHULUAN1.1LATAR BELAKANGEmpiema merupakan salah satu penyakit yang sudah lama ditemukan dan berat. Saat ini terdapat 6500 penderita di USA dan UK yang menderita empiema dan efusi parahpneumonia tiap tahun, dengan mortalitas sebanyak 20% dan menghabiskan dana rumah sakit sebesar 500 juta dolar. Di Indonesia terdapat 5 10% kasus anak dengan empiema toraks. Empiema toraks didefinisikan sebagai suatu infeksi pada ruang pleura yang berhubungan dengan pembentukan cairan yang kental dan purulen baik terlokalisasi atau bebas dalam ruang pleura yang disebabkan karena adanya dead space, media biakan pada cairan pleura dan inokulasi bakteri.Empiema juga dapat terjadi akibat dari keadaan keadaan seperti septikemia, sepsis, tromboflebitis, pneumotoraks spontan, mediastinitis, atau ruptur esofagus. Infeksi ruang pleura turut mengambil peran pada terjadinya empiema sejak jaman kuno. Aristoteles menemukan peningkatan angka kesakitan dan kematian berhubungan dengan empiema dan menggambarkan adanya drainase cairan pleura setelah dilakukan insisi. sebagian dari terapi empiema masih diterapkan dalam pengobatan modern. Dalam tulisan yang dibuat pada tahun 1901 yang berjudul The Principles and Practice of Medicine, William Osler, mengemukakan bahwa sebaiknya empiema ditangani selayaknya abses pada umumnya yakni insisi dan penyaliran.Melakukan asuhan keperawatan (askep) pada pasien dengan Empiema merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Seorang perawat profesional di dorong untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang berlaku. Metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan kualitas asuhan keperawatan (askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional dalam pelayanan pasien gangguan hisprung.Pemberian asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya.

1.2RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Bagaimana konsep penyakit empiema1.2.2Bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan empiema

1.3TUJUAN1.3.1Tujuan umumMengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien empiema.1.3.2Tujuan khususMengidentifikasi konsep empiema meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinis dan patofisiologiMengidentifikasi proses keperawatan pada empiema meliputi pengkajian, analisis data dan diagnosa, intervensi

1.4MANFAAT1.4.1Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan gangguan empiema shingga menunjang pembelajaran mata kuliah respirasi1.4.2Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadui bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit

BAB IIKONSEP PENYAKIT2.1 DEFINISIAda beberapa pengertian mengenai empiema, yaitu:a.Empiema adalah keadaan terkumpulnya nanah (pus) didalam ronggga pleura dapat setempat atau mengisi seluruh rongga pleura (Ngastiyah, 1997).b.Empiema adalah penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura (Baughman, 2000).c.Empiema adalah penumpukan materi purulen pada areal pleural (Hudak & Gallo, 1997)Secara garis besar, empiema adalah suatu efusi pleura eksudat yang disebabkan oleh infeksi langsung pada rongga pleura yang menyebabkan cairan pleura menjadi purulen atau keruh. Pada empiema terdapat cairan pleura yang mana pada kultur dijumpai bakteri atau sel darah putih > 15.000 / mm3dan protein > 3 gr/ dL.(sumber:www.medicastore.com,2008).

2.2KLASIFIKASIDANSTADIUMPENYAKIT EMFIEMAEmpiema dibagi menjadi dua:1.Empiema AkutEmpiema akut disebabkan oleh infeksi akut di paru atau diluar paru. Mungkin pada fase infeksi, cairan tidak tampak sebagai pus tetapi sebagai cairan jernih kuning atau kekuning-kuningan. Sering timbul endapan fibrin sehingga sulit mengeluarkan nanahnya.Empiema dapat berasal dari radang paru seperti pneumonia atau abses. Infeksi dari luar dapat disebabkan oleh trauma atau secara iatrogenic. Abses amuba atau infeksi pleuritis eksudativa juga dapat mengakibatkan empiema akut; akhirnya harus disebut juga fungus sebagai penyebab.

2.Empiema KronikEmpiema disebut kronik bila paru sudah tidak bisa mengempis lagi ketika rongga pleura dibuka atau ketika dibuat hubungan langsung dengan dunia luar, umumnya keadaan ini disebabkan oleh terbentuknya fibrin yang merupakan pembukus tebal (sampai 1 cm) dan keras yang disebut korteks empiema.Karena adanya korteks ini paru tidak dapat menguncup bila rongga pleura dibuka. Kadang empiema menembus dinding dada sampai menyebabkan fistel kulit. Keadaan ini disebut empiema nesesitasis.Apabila pleura parietalis dan viseralis menyatu pada tempat tertentu terjadi yang disebut lakunasi, sehingga empiema terdapat dibeberapa ruang. Karena kronik ini dapat terjadi karena penyebab empiema tidak dihilangkan, mungkin juga karena adanya benda asing.

Ada tiga stadium empiema toraks yaitu:a.Stadium 1Disebut juga stadium eksudatif atau stadium akut, yang terjadi pada hari-hari pertama saat efusi. Inflamasi pleura menyebabkan peningkatan permeabilitas dan terjadi penimbunan cairan pleura namun masih sedikit. Cairan yang dihasilkan mengandung elemen seluler yang kebanyakan terdirir atas neutrofil.stadium ini terjadi selama 24 72 jam dan kemudian berkembang menjadi stadium fibropurulen. Cairan pleura mengalir bebas dan dikarakterisasi dengan jumlah darah putih yang rendah dan enzim laktat dehidrogenase (LDH) yang rendah serta glukosa dan pH yang normal, drainase yang dilakukan sedini mungkin dapat mempercepat perbaikan.b.Stadium 2Disebut juga dengan stadium fibropurulen atau stadium transisional yang dikarakterisasi dengan inflamasi pleura yang meluas dan bertambahnya kekentalan dan kekeruhan cairan. Cairan dapat berisi banyak leukosit polimorfonuklear, bakteri dan debris seluler. Akumulasi protein dan fibrin disertai pembentukan membrane fibrin, yang membentuk bagian atau lokulasi dalam ruang pleura. Saat stadium ini berlanjut, pH cairan pleura dan glukosa menjadi rendah sedangkan LDH meningkat. Stadium ini berakhir setelah 7 10 hari dan sering membuntuhkan penanganan yang lanjut seperti torakostomi dan pemasangan tube.c.Stadium 3Disebut juga stadium organisasi (kronik). Terjadi pembentukan kulit fibrinosa pada membrane pleura, membentuk jaringan yang mencegah ekspansi pleura dan membentuk lokulasi intrapleura yang menghalangi jalannya tuba torakostomi untuk drainase. Kulit pleura yang kental terbentuk dari resorpsi cairan dan merupakan hasil dari proliferasi fibroblast. Parenkim paru menjadi terperangkap dan terjadi pembentukan fibrotoraks. Stadium ini biasanya terjadi selama 2 4 minggu setelah gejala awal.

2.3 ANATOMI FISIOLOGI

Pleura adalah membran serosa yang licin, mengkilat, tipis dan transparan. Membran ini menutupi jaringan paru dan terdiri dari 2 lapis:1. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, langsung menutupi permukaan paru.2. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, berhubungan dengan dinding dada.Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang memproduksi cairan), membran basalis, jaringan elastik dan kolagen, pembuluh darah dan limfe.Membran pleura bersifat semipermiabel. Sejumlah cairan terus menerus merembes keluar dari pembuluh darah yang melalui pleura parietal. Cairan ini diserap oleh pembuluh darah pleura viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali kedarah. Efusi terjadi jika pemnbentukan cairan oleh pleura parietalis melampau batas pengambilan yang dilakukan pleura viseralis.Rongga pleura adalah rongga potensial, mempunyai ukuran tebal 10-20 mm, berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak bewarna, mengandung protein < 1,5 gr/dl dan 1.500 sel/ml. Sel cairan pleura didominasi oleh monosit, sejumlah kecil limfosit, makrofag dan sel mesotel. Sel polimorphonuklear dan sel darah merah dijumpai dalam jumlah yang sangat kecil didalam cairan pleura.Selain itu, rongga pleura (ruang intrapleural) adalah ruang potensial antara pleura parietal dan viseral yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini disekresi oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanandalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir sehingga mencegah terjadinya kolaps paru. Jika pleura bermasalah seperti mengalami peradangan, maka udara atau cairan dapat masuk kedalam rongga pleura. Hal tersebut dapat menyebab kan peru-paru tertekan dan kolaps.Volume cairan pleura selalu konstan, dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik sebesar9 mmHg , diproduksi oleh pleura parietalis, serta tekanan koloid osmotik sebesar 10 mmHg yang selanjutnya akan diabsorbsi oleh pleura viseralis. Penyebab akumulasi cairan pleura adalah sebagai berikut :1.Menurunnya tekanan koloid osmotik (hipolbuminemia)2.Meningkatnya permeabilitas kapiler (radang, neoplasma)3.Meningkatnya tekanan hidrostatik (gagal jantung)4.Meningkatnya tekanan negatif intrapleura (atelektasis)

2.4 ETIOLOGIPenyebabEmpiemabiasanya disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari paru-paru. Ini menyebabkan penumpukan nanah di ruang pleura. Adanya terdapat setengah liter atau lebih dari cairan yang terinfeksi. Cairan ini memberikan tekanan pada paru-paru. Faktor risiko meliputi: Bakteri pneumonia Operasi dada Trauma atau cedera.1.Berasal dari Parua.PneumoniaInfeksi paru seperti pneumonia dapat menyebar secara langsung ke pleura., penyebaran melalui sistem limfatik atau penyebaran secara hematogen. Penyebaran juga bisa terjadi akibat adanya nekrosis jaringan akibat pneumonia.b.Abses ParuAbses akibat aspirasi paling sering terjadi pada segmen posterior lobus atas dan segmen apikal lobus bawah, dan sering terjadi pada paru kanan, karena bronkus utama kanan lebih lurus dibanding kiri. Abses bisa mengalami ruptur ke dalam bronkus, dengan isinya diekspektorasikan keluar dengan meninggalkan kavitas yang berisi air dan udara, kadang-kadang abses ruptur ke rongga pleura sehingga terjadi empiema..

2.Infeksi Diluar ParuTrauma Pembedahan. Pembedahan thorak yang tidak steril dapat mengakibatkan masuknya kuman ke rongga pleura sehingga terjadi peradangan di rongga pleura yang dapat menimbulkan empiema. Akibat instrument bedah, rupturnya esophagus, bocornya anastomis esophagus dan fistulabronkopleural yang diikuti dengan pneumonektomi.

3.BakteriologiSebelum antibiotic berkembang, pneumokokus (Streptococus pneumoniae) danStreptococus b hemolyticus(Sterptococus pyogenes) adalah penyebab empiema yang terbesar di bandingkan sekarang. Basil gram negatif sepertiEscherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Proteus speciesdanKlebsiella pneumoniaemerupakan grup yang terbesar dan hampir 30 % dijumpai pada hasil isolasi setelah berkurangnya kejadian empiema sebagai komplikasi pneumonia pneumokokus.Staphilococcus aureusadalah bakteri gram positif dengan sifatnya yang dapat menghemolisa darah dan mengkoagulasi plasma. Bakteri ini tumbuh dalam keadaan aerob, bakteri ini dapat memproduksi eksotoksin yang dapat menghemolisis eritrosit, kemudian leukocidin yang dapat membunuh leukosit, dan menyebabkan peradangan pada rongga pleura.Staphylococcus aureusmerupakan organisme penyebab infeksi yang paling sering menyebabkan empiema pada anak-anak, terutama pada bayi sekitar 92 % empiema pada anak-anak di bawah 2 tahun. Bakteri gram negatif yang lainHaemophilus influenzaeadalah penyebab empiema pada anak-anak.Empiema juga dapat disebabkan organisme yang lain seperti empiema tuberkulosis yang sekarang jarang dijumpai pada negara berkembang. Empiema jarang disebabkan oleh jamur, terutama pada penderita yang mengalami penurunan daya tahan tubuh (Immunocompromised).Aspergillus speciesdapat menginfeksi rongga pleura dan dapat menyebabkan empiema dan ini terkadang terjadi pada penderita yang mengalami penurunan daya tahan tubuh yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru dan pleura yang serius walaupun jarang.Untuk terjadinya infeksi paru-paru, kuman pathogen harus dapat melewati saluran pernapasan bawah. Kebanyakan orang dewasa telah memiliki antibodi untuk beberapa jenis virus yang umum, dan kebanyakan infeksi virus bersifat ringan.

2.5MANIFESTASI KLINISa.Empiema AkutDari anamnesis ditemukan batuk-batuk yang tidak produktif setelah suatu infeksi paru atau bronkopneumonia, atau terdapat gejala dan tanda yang sesuai dengan penyebab lain. Biasanya penderita mengeluh nyeri dada kalau cairan belum banyak. Penderita tampak sakit berat, pucat, sesak napas, dan mungkin terdapat napas cuping hidung. Pada palpasi, fremitus vocal melemah, pada perkusi ditemukan pekak yang memberikan gambaran garis melengkung, sedangkan auskultasi mungkin memperdengarkan krepitasi, bising napas yang hilang, atau ronki yang menghilang di batas cairan.b.Empiema KronikDari anamnesis dapat diketahui apakah ada penyakit yang sudah lama diderta, misalnya tuberculosis paru, bronkiektasis, abses hepar, abses paru, atau kanker paru. Pada pemeriksaan biasanya keadaan umum tidak baik, demam, gizi kurang, dada yang terkena lebih kecil dari yang sebelah, dan gerakan pernapasan tertinggal baik pada akhir inspirasi atau ekspirasi. Pada palpasi fremitus vocal sering meninggi tetapi kadang-kadang melemah. Perkusi redup sampai pekak tergantung dari keadaan fibrosisnya.

Tanda-tanda empiema :a. Demam dan keluar keringat malam.b. Nyeri pleura.c. Dispnea.d. Anoreksia dan penurunan berat badan.e. Pada auskultasi dada ditemukan penurunan suara napas.f. Pada perkusi dada ditemukan suaraflatness.g. Pada palpasi ditemukan penurunan fremitus.

Jika pasien dapat menerima terapi antimikroba, manifestasi klinis akan dapat dikurangi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil darichest X-raydan thoracentesis.

2.6PATOFISIOLOGIAkibat invasi kuman piogen ke pleura timbul peradangan akut yang diikuti dengan pembentukkan eksudat serosa/cairan yang mengandung protein. Dengan semakin banyak nya sel-sel polymorphonuclear (PMN) baik yang hidup atau yang mati serta peningkatan kadar cairan menjadi keruh dan kental serta adanya endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisir pus tersebut.Apabila nanah menembus bronkus, maka timbul fistel bronkopleural yang menembus dinding thorak dan keluar melalu kulit yang disebut empiema nessensiatis.Stadium ini masih disebut empiema akut yang lama kelamaan menjadi kronis.Mekanisme penyebaran infeksi sehingga mencapai rongga pleura :1.Infeksi paru.infeksi paru seperti pneumonia dapat menyebar secara langsung ke pleura, penyebaran melalui sistem limfatik atau penyebaran secara hematogen. Penyebaran juga bisa terjadi akibat adanya nekrosis jaringan akibat pneumonia atau adanya abses yang ruftur ke rongga pleura.2.Mediastinum..kuman-kuman dapat masuk ke rongga pleura melalui tracheal fistula, esofageal fistula, asanya abses di kelenjar mediastinum.3.Subdiafragma, asanya proses di peritoneal atau di visceral dapat juga menyebar ke rongga pleura.4.Inokulasi langsung.inokulasi langsung dapat terjadi akibat trauma,piatrogenik, pasca operasi. Pasca operasi dapat terjadi infeksi dari hemotoraks atau adanya leak dari bronkus.Proses infeksi di paru seperti pneumonia, abses paru, sering mengakibatkan efusi parapneumonik yang merupakan awal terjadinya empiema, ada tiga fase perjalan efusi parapneumonik.fase pertama atau fase eksudatif yang ditandai dengan penumpukan cairan pleura yang disteril dengan cepat dirongga pleura. Peumpukan cairan tersebut akibat peninggian permeabilitas kapiler di pleura visceralis yang diakibatkan pneumonitis. Cairan ini memiliki karakteristik rendah lekosit, rendah LDH, normal glukosa, dan normal pH.Bila pemberian antibiotik tidak tepat, bakteri yang berasal dari proses pneumonitis tersebut akan menginvasi cairan pleura yang akan mengawali terjadinya fase kedua yaitu fase fibropurulen pada fase ini cairan pleura mempunyai karakteristik PMN lekosit tinggi, dijumpai bakteri dan debris selular, pH dan glukosa rendah dan LDH tinggi.Pasa fase ini, penanganan tidak cukup hanya dengan antibiotik tetapi memerlukan tindakan lain seperti pemasangan selang dada.Bila penanganan juga kurang baik, penyakit akan memasuki fase akhir yaitu fase organization. Pada fase ini fibroblas akan berkembang ke eksudat dari permukaan pleura visceralis dan parietalis dan membentuk membran yang tidak elastis yang dinamakan pleural feel. Pleural feel ini akan menyelubungi paru dan menghalangi paru untuk mengembang. Pada fase ini eksudat sangat kental dan bila penanganan tetap tidak baik, penyakit dapat berlanjut menjadi empiema.

secara umum, empiema bisa merupakan komplikasi dari:Pneumonia,infeksi pada cedera di dada, pembedahan dada, pecahnya kerongkongan, dan abses di perut.Adapun komplikasi secara khusus yang dapat timbul dari empiema adalah sebagai berikut:a.Bula yang terbesar terbentuk karena bersatunya alveoli yang pecah sehingga dapat memperburuk fungsi dari pernapasan.b.Pneumotoraks yang disebabkan oleh karena pecahnya bula kadang-kadang dapat berubah menjadi ventil pneumotoraks.c.Kagagalan pernapasan dank or pulmonale merupakan komplikasi terakhir dari empiema. Kematian justru terjadi setelah terjadinya kegagalan pernapasan. Pada tipepink puffer, walaupun pasien tampak sangat sesak akan terapi O2 dan CO2 darah masih dalam batas normal.d.Terjadinya penurunan berat badan yang hebat, terutama pada usia muda.e.Infeksi pleura mengarah ke sepsis, perlu diadakan evaluasi pepsis secara menyeluruh, misalnya foto dada.f.Sepsis, yang mana pertama sekali dapat membentuk abses subfrenik sebelum menyebar ke rongga pleura melalui aliran getah bening.

2.7PEMERIKSAAN PENUNJANG1.Pemeriksaan RadiologiFoto thoraks PA dan lateral didapatkan gambaran opacity yang menunjukan adanya cairan dengan atau tanpa kelaina paru. Bila terjadi fibrothoraks , trakhea di mediastinum tertarik ke sisi yang sakit dan juga tampak adanya penebalan.Cairan pleura bebas dapat terlihat sebagai gambaran tumpul di sudut kostofrenikus pada posisi posteroanterior atau lateral.Dijumpai gambaran yang homogen pada daerah posterolateral dengan gambaran opak yang konveks pada bagian anterior yang disebut dengan D-shaped shadow yang mungkin disebabkan oleh obliterasi sudut kostofrenikus ipsilateral pada gambaran posteroanterior.Organ-organ mediastinum terlihat terdorong ke sisi yang berlawanan dengan efusi.Air-fluid level dapat dijumpai jika disertai dengan pneumotoraks, fistula bronkopleural.2.Pemeriksaan pusAspirasi pleura akan menunjukan adanya pus di dalam rongga dada(pleura). Pus dipakai sebagai bahan pemeriksaan sitologi , bakteriologi, jamur dan amoeba. Untuk selanjutnya, dilakukan jkultur (pembiakan) terhadap kepekaan antobiotik.3.Pemeriksaan ultrasonografi (USG)Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya septa atau sekat pada suatu empiema yang terlokalisir.Pemeriksaan ini juga dapat membantu untuk menentukan letak empiema yang perlu dilakukan aspirasi atau pemasangan pipa drain.4.Pemeriksaan CT scan :Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya suatu penebalan dari pleura.Kadang dijumpai limfadenopati inflamatori intratoraks pada CT scan5.Sinar x.Mengidentifikasi distribusi struktural, menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (strafilokokus). Infiltrat menyebar atau terlokalisir (bacterial).6.GDA /nadi oksimetri.Tidak normal mungkin terjadi,tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.7.Tes fungsi paru.Dilakukan untuk menentukan penyebab dipsnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi,untuk memperkirakan derajat disfungsi.8.Pemeriksaan Gram/kultur sputum dan darahDapat diambil dengan biopsy jarum,aspirasi transtrakeal,bronkoskopi fiberoptik atau biopsy pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.Lebih dari satu tipe organisme ada: bakteri yang umum meliputi diplokokus pneumonia,strafilokokus aureus,A-hemolitik streptokokus,haemophilus influenza:CMV.Catatan: kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organisme yang ada,kultur darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.9.EKG latihan,tes stressMembantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru perencanaan/evaluasi program latihan.

2.8PENATALAKSANAANTujuan pengobatan adalah untuk menyembuhkan infeksi dan menghapus pengumpulan nanah dari ruang antara paru dan permukaan bagian dalam dari dinding dada. Antibiotik yang diresepkan untuk mengontrol infeksi.Penyedia perawatan kesehatan akan menempatkan tabung dada untuk benar-benar mengeringkan nanah..

Penatalaksanaan medis :A.Pengosongan NanahPrinsip penatalaksaan ini seperti umumnya yang dilakukan pada abses untuk mencegah efek toksiknya.1.Closed drainage-tube toracostorry water sealed drainage dengan indikasi:Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi.Nanah terus terbentuk setelah dua minggu.Terjadinya piopneumotorak.WSD dapat juga dibantu dengan pengisapan negative sebesar 10-20 cmH2O jika setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus ditempuh cara lain seperti pada empiema kronis.

2.Drainage terbuka (Open drainage)Dilakukan dengan menggunakan kateter karet yang besar, oleh karenanya disertai juga dengan reaksi tulang iga. Open drainage ini juga dikerjakan pada empiema kronis, hal ini bisa terjadi akibat pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat, misalnya aspirasi yang terlambat/tidak adekuat, darnase tidak adekuat atau harus sering mengganti/membersikan drain.

B.AntibioticMengingat kematian utama karena sepsis, maka antibiotic memegang peranan penting. Antibiotic harus segera diberikanbegitu diagnose ditegakkan dan dosisnya harus adekuat. Pemilihan antibiotic didasarkan pada pengecatan gram dan asupan nanah. Pengobatan selanjutnya bergantung pada hasil kultur dan sensitivitasnya. Antibiotic dapat diberikan secara sistemik atau topical. Biasanya diberikan Penicillin.

C.Penutupan Rongga EmpiemaPada empiemamenahun sering kali rongga empiema tidak menutup karena penebalan dan kekakuan pleura. Pada keadaan demikian dilakukan pembedahan(dekortikasi) atau torakoplasti.1.DekortikasiTindakan initermasuk operasi besar, dilakukan dengan indikasi berikut:Drain tidak berjalan baik karena banyakkantong-kantongLetak empiema sukar dicapai oleh drainEmpiema totalis yang mengalami oganisasi pada pleura viseralis2.TorakoplastiAlternative untuk torakoplasti diambil jika empiema tidak kunjung sembuh karena adanya fistel bronkopleura atau tidak mungkin dilakukan dekortikasi. Pada pembedahan ini segmen dari tulang iga dipotong subperiostal. Dengan demikian dinding torak jatuh ke dalam rongga pleura karena tekanan atmosfir.

D.Pengobatan KausalMisalnya pada subrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik pada amoebiasis dan sebagainya.

E.Pengobatan TambahanPerbaiakan keadaan umum, fisioterapi untuk membebaskan jalan napas.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN3.1PENGKAJIAN1)BiodataMeliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pakerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi2)Keluhan utamaSering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak nafas.3)Riwayat kesehatan sekarangKeluhan yang sering muncul antara lain:Sesak napasNyeri dadaPanas tinggiLemah4)pemeriksaan fisikinspeksipada klien dengan empiema, jika akumulasi pus lebih dari 300 ml, perlu di usahahkan peningkatan upaya dan frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu pernapasan. Gerakan pernapasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (cembung pada sisi ang sakit). Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum purulen. Trakhea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.PalpasiTaktil fremitus menururn pada sisi yang sakit. Di sampung itu, pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang teringgal pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit, ruang antar-iga dapat kembali normal atau melebar.

PerkusiTerdengar suara ketok pada sisi yang sakit, redum sampai pekak sesuai banyaknya akumulasi pus di rongga pleura. Batas jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat. Hal ini terjadi apabila tekanan intrapleura tinggi.AuskultasiSuara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.suara pernapasan menunjukkan intensitas yang rendah, biasanya ekspirasi memanjang, vocal fremitus menurun, suara pernapasan tambahan kadang-kadang terdengar sonor dan atau ronchi, rale halus pada akhir inspirasi.5)Pola aktivitas/istirahatData : keletihan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-harikarena sulit bernapas, ketidakmampuan untuk tidur.Tanda : keletihan, gelisah, insomnia, lemah.6)SirkulasiData : tampak lemah, jantung berdebar-debar.Tanda : peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung, pucat.7)Pola hygieneData : penurunan kemampuan/peningkatan aktivitas sehari-hari.Tanda : kebersihan buruk, bau badan.8)Pola nutrisiData : mual, muntah, nafsu makan buruk, penurunan berat badan.Tanda : turgor kulit buruk, edema, berkeringat.9)Rasa nyamanData : nyeri, sesak.Tanda : gelisah, meringis.10)Keadaan fisikData : badan terasa panas, pusing.Tanda : suhu, nadi, nafas, dan tekanan darah meningkat, hipertermia.11)Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Radiologisa.Cairan pleura bebas dapat terlihat sebagai gambaran tumpul di sudut kostofrenikus pada posisi posteroanterior atau lateral.b.Organ-organ mediastinum terlihat terdorong ke sisi yang berlawanan dengan efusi.Pemeriksaan Ultrasonografia.Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya septa atau sekat pada suatu empiema yang terlokalisir.b.Pemeriksaan ini juga dapat membantu untuk menentukan letak empiema yang perlu dilakukan aspirasi atau pemasangan pipadrain.Pemeriksaan CTscanPemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya suatu penebalan dari pleura.

3.2DIAGNOSA1)Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan denganpeningkatan sekret terhadap infeksi pada rongga pleura2)Ketidak efektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya eskpansi paru sekunder terhadap akumulasi pus dan peningkatan tekanan positif dalam rongga pleura3)Gangguan pemenuhan kebutuhan gizi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen4)Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas5)Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas)6)Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan informasi tentang proses penyakit dan pengobatan3.3 INTERVENSI1)Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan denganpeningkatan sekret terhadap infeksi pada rongga pleuraTujuan:setelah dilakukan tindakan keperawatan 224 jam bersihan jalannafas menjadi efektifKH :Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas,misal batuk efektif dan mengeluarkan sekret.tidak ada ronchitidak ada wheezingIntervensiRasional

Auskultasi adanya bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti wheezing, ronchi.Bunyi nafas menurun atau tak ada bila jalan nafas obstruksi terhadap kolaps jalan nafas kecil. ronchi dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas.

Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasitakipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/ adanya proses infeksi akut

Observasidan catatbatuk dan sekret.Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering. Sputum darah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan.

Bantu klien latihan nafas dalam dengan keadaan semifowler. Tunjukkan cara batuk efektif dengan cara menekan dada dan batuk.Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru atau jalan lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas yang alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.

KolaborasiBerikanobat sesuai indikasi(Mukolitik,ekspektoran,bronkodilator).merilekskan otot halus dan menurnkan kongesti local, menurunkan spasme jalan napas, mengi, dan produksi mucus.

2)Ketidak efektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya eskpansi paru sekunder terhadap akumulasi pus dan peningkatan tekanan positif dalam rongga pleuraTujuan: dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi klien mampumempertahankan fungsi paru secara normalKH: irama, frekuensi, dan kedalaman pernafasan berada dalam batasnormal, pada pemeriksaan rontgen thoraks tidak ditemukan adanyaakumulasi cairan, dan bunyi nafas terdengar jelasIntervensiRasional

Kaji dan catat kualitas, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, serta melaporkan setiap perubahanbyang terjadiDengan mengkaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi klien

Observasi tanda-tanda vital (nadi dan pernafasan)Peningkatan frekuensi nafas dan takikardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru

Bantu dab ajarkan klien untuk batuk dan nafas dalam yang efektifMenekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif

Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2dan obat-obatan serta foto thoraksPemberian O2dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat hipoksia. Dengan foto thoraks dapat dimonitor kemajuan dan berkurang nya cairan dan kembalinya daya kembang paru

3)Gangguan pemenuhan kebutuhan gizi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomenTujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan 224 jam kebutuhan nutrisi pasienterpenuhi.KH : Nafsu makan meningkat BB meningkat atau normal sesuai umurIntervensiRasional

Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin.Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus. Menciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat.

Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat.Situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan.Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan.

Monitor intake dan out put dalam 24 jam.Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain:a.Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susub.Obat-obatan atau vitaminMengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan.

4)Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan respon pernapasan terhadap aktivitasTujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatn 224 jam intoleransi aktivitas dapatteratasi.KH :melaporkan peningkatan toleransi aktivitas terhadap aktivitas yang dapat diukurdengan tak adanya dypsnea, kelemahan berlebihan, dan tanda tanda vitaldalam rentang normal ( RR: 16-20 x /menit Nadi : 60-100 x/ mnt ).IntervensiRasional

Evaluasi respon pasen terhadap aktivitas. Catat laporan dypsnea, peningkitan kelemahan, dan perubahan tanda-tanda vital.Pasien mungkin nyaman dengan posisi kepala tinggi, tidur di kursi atau menunuduk ke depan meja.

Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk aktivitas dan istirahat.Menurunkan stress dan rangsangan berlebih, meningkatkan istirahat.

Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan.

Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan peningkatan kemajuan aktivitas selama fase penyembuhan.meminimalkan kelelahan dan membantukeseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

5)Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas)Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam klien mampu memahami dan menerima keadaanyasehingga tidak terjadi kecemasanKH : klien terlihat mampu bernafas secara normal dan mampu beradaptasi dengankeadaan nya. Respons non verbal klien tampak lebih rileks dan santaiIntervensiRasional

Jelaskan tujuan tarapi pada klienMengorientasikan program terapi,membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol

Ajarkan tindakan untuk membantu mengontrol dispneaPengontrolan dipsnea melalui diet seimbang, istirahat cukup dan aktifitas yang dapat ditoleransi

Ajarkan klien melakukan latihan napasLatihan napas dengan spirometri insentif , latihan efek paru atau latihan posterior paru atau latihan area iga lateral bawah

Jelaskan bahayanya infeksi dan cara menurunkan resikoMencega infeksi, baik skunder maupun primer yang mungkin diakibatkan oleh gangguan napas

6)Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan informasi tentang proses penyakit dan pengobatanTujuan : pasien mampu melakukan perubahan gaya hidup dan mauberpartisipasidalam program pengobatan.KH : pengetahuan klien meningkatIntervensiRasional

Jelaskan proses penyakit individu.Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan

Diskusi pentingnya mengikuti perawatan medik (Foto Thoraks dan kultur sputum)Pengawasan proses penyakit untuk membuata program therapy .

Kaji kebutuhan / dosis oksigen untuk pasienMenurunkan resiko kesalahan penggunaan oksigen dan komplikasi lanjut.

Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan untuk menghentikan rokok.Penghentian merokok dapat menghambat kemajuan PPOM

BAB IVPENUTUP4.1KESIMPULANEmpiema adalah suatu penyakit yang menyerang sistem Respirasi, dimana pengertian penyakit Empiema tersebut adalah suatu gangguan pada paru-paru karena terkumpulnya pus/nanah pada rongga pleura, yang dapat megisi satu lokasi pleura maupun seluruh rongga pleura.Penyebap empiema dibagi menjadi 3 berdasarkan asalnya yaitu yang berasal dari paru-paru itu sendiri seperti Pneumonia dan abses paru, kemudian yang kedua berasal dari adanya infeksi dari luar, misalnya trauma dari tumor, dan pembedahan otak, yang terakhir berasal dari bakteri, misalnyaStreptococcus pyogenes,bakteri gram negative, dan bakteri anaerob.Penatalaksanaan Empiem dapat berupa intervensi keperawatan maupun medis. Selain itu dapat juga dari kolaborasai dengan tim kesehatan yang lainnya.Mengetahui konsep asuhan keperawatan Empiema dan konsep Empiema itu sendiri sangat penting untuk mengetahui tindakan apa yang sebaiknya dilakukan baik oleh perawat maupun tim kesehatn lainya.

4.2SARANKepada tim kesehatan, terutam perawat diharpakan untuk lebih mencermati keadaan pasien sebelumdan sesudah melakukan tindakan. Kesalahan kecil, dapat berimbas kepada kesalahan-kesalahan yang lain.Memperluas wawasan mengenai konsep asuhan keperawatan yang tepat terhadap berbagai penyakit, dalam hal ini penyakit yang menyerang sistem Respirasi, menjadi hal yang wajib untuk diketahui dan dilakukan oleh perawat professional.