lap. pcr

25
DAFTAR ISI DAFTAR ISI................................................... 1 DAFTAR TABEL................................................. 2 DAFTAR GAMBAR................................................ 3 Polymerase Chains Reaction (PCR).............................4 A. Pendahuluan..............................................4 B. Tujuan...................................................6 C. Dasar Teori..............................................6 D. Prinsip Kerja............................................8 E. Alat dan Bahan...........................................9 F. Cara Kerja..............................................10 G. Pertanyaan..............................................11 H. Hasil...................................................11 I. Daftar Pustaka..........................................12 Gel Elektroforesis DNA...................................... 14 A. Pendahuluan.............................................14 B. Tujuan..................................................14 C. Dasar Teori.............................................14 D. Prinsip Kerja...........................................16 E. Alat dan Bahan..........................................17 F. Cara kerja..............................................17 G. Daftar Pustaka..........................................19 1

Upload: dndafs

Post on 30-Sep-2015

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pcr

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI1DAFTAR TABEL2DAFTAR GAMBAR3Polymerase Chains Reaction (PCR)4A.Pendahuluan4B.Tujuan6C.Dasar Teori6D.Prinsip Kerja8E.Alat dan Bahan9F.Cara Kerja10G.Pertanyaan11H.Hasil11I.Daftar Pustaka12Gel Elektroforesis DNA14A.Pendahuluan14B.Tujuan14C.Dasar Teori14D.Prinsip Kerja16E.Alat dan Bahan17F.Cara kerja17G.Daftar Pustaka19

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Volume Larutan Campuran untuk PCR9Tabel 2. Suhu dan Waktu pada proses PCR10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Amplifikasi DNA menggunakan teknik PCR5Gambar 2. Panjang Fragmen Ekson 3 dan 412Gambar 3. Gambaran Skematik Proses Elektroforesis17

Polymerase Chains Reaction (PCR)

PendahuluanPolymerase Chains Reaction (PCR) adalah teknik/metode in vitro untuk mensintesis asam nukleat dengan cara mereplikasi atau mengamplifikasi suatu segmen DNA yang spesifik. Metode ini membutuhkan pasangan primer oligonukleotida, yang akan menentukan fragmen DNA mana yang akan di amplifikasi. Dengan metode ini, DNA dapat diamplifikasi sampai jutaan kopi dengan cepat dan tepat. Produk dari PCR merupakan suatu fragmen DNA yang cukup untuk digunakan pada kloning gen, digesti DNA dengan enzim restriksi, elektroforesis dan sekuensing.Prinsip dasar suatu PCR adalah: Pasangan primer menghibridisasi sekuens komplemen target pada rantai DNA yang sebelumnya telah terdenaturasi. Sintesis DNA kemudian berlangsung dengan bantuan enzim polimerase di sepanjang daerah diantara primer. PCR dilaksanakan dengan cara menginkubasi sample pada 3 temperatur yang berbeda pada 3 tahap, dalam suatu siklus PCR; yaitu tahap:1. Denaturasi Dengan pemanasan 95 oC rantai ganda DNA akan terpisah, karena panas dapat merusak ikatan hidroksi antara basa-basa yang komplementar.2. Penempatan/pemasangan primer (annealing)Primer ditempatkan/dipasang pada tempat yang sesuai (berkomplementer dengan rantai tunggal DNA) melalui proses pembentukan ikatan hidroksi. Untuk proses pemasangan primer ini dibutuhkan temperature yang berbeda dari setiap primer.3. Perpanjangan (extension)Setelah primer ditempatkan pada posisi yang tepat, dimulailah proses pemanjangan rantai baru DNA yang komplementar, dengan bantuan enzim DNA polymerase, sehingga terbentuk suatu fragmen rantai ganda DNA yang spesifik. Enzim yang stabil pada temparatur tinggi ini akan membantu proses penempatan nukleotida yang dibutuhkan sampai terbentuknya suatu rantai ganda DNA. Temperatur optimal yang dibutuhkan untuk proses ini adalah 72 oC. Proses ini dapat diulang melampaui beberapa siklus (biasanya 23 35 siklus). Kopi dari fragmen target spesifik yang diperoleh dapat dihitung dengan rumus 2n, dimana n adalah jumlah siklus dari amplifikasi yang dilakukan.

Metode PCR bermanfaat untuk : mendeteksi penyakit yang disebabkan oleh adanya kelainan gen mengidentifikasi gen yang menyebabkan kanker atau tumor mengidentifikasi DNA dari sample yang sangat sedikit pada kasus forensik mempelajari ekspresi gen suatu gen dan mutagenesis

Gambar 1. Amplifikasi DNA menggunakan teknik PCR

Dimulai ketika dua rantai DNA terpisah karena adanya pemanasan (tahap 1). Setelah terpisah, dengan adanya penurunan suhu kedua, primer menghibridisasi rantai komplemennya (tahap 2). Inkubasi reaksi dengan enzim DNA polymerase dan dNTP menyebabkan sintesa DNA terjadi, dimulai dari kedua primer (tahap 3). Prosedur PCR dilakukan berulang, fragmen DNA baru akan menjadi cetakannya.

TujuanMengamplifikasi atau memperbanyak fragmen gen reseptor hormone FSH dengan teknik PCR (Polymerase Chains Reaktion)

Dasar Teori1. DNAAsam deoksiribonukleat (DNA) adalah bahan kimia yang membentuk gen. DNA adalah suatu polimer yang terdiri dari nukleotida yang secara bergilir, merupakan molekul yang terdiri dari suatu cincin purin atau pirimidin (basa DNA) adalah adenin (A), timin (T), guanin (G), dan sitosin (C), satu gula deoksiribosa, dan fosfat. Unit-unit nukleotida disatukan secara kovalen menjadi rangkaian panjang yang membentuk untai-ganda dengan dua untai disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa spesifik-adenin di satu untai selalu terletak berhadapan dengan timin di untai lain dan hal yang sama untuk guanin dan sitosin. Struktur untai ganda menyebabkan DNA mampu bereplikasi dan menyimpan kode genetik. DNA bereplikasi dengan cara terurai dan membentuk dua untai baru sementara kode genetik dipertahankan oleh pembentukan pasangan basa antara dua untai. Kode genetik terdiri dari triplet basa yang disebut kodon, masing-masing kodon membentuk kode masuknya pada suatu asam amino spesifik ke dalam molekul protein. Kode genetik dalam DNA ditranskripsikan menjadi asam ribonukleat (RNA), yang merupakan cetakan bagi translasi, melalui penggabungan asam amino spesifik ke dalam molekul protein. Proses replikasi, transkripsi, dan translasi dikenal sebagai sentral dogma genetika (Brooker, 2008).

2. Isolasi DNAIsolasi DNA merupakan langkah mempelajari DNA. Salah satu prinsip isolasi DNA yaitu dengan sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan teknik untuk memisahkan campuran berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai berat molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada pada bagian atas tabung. Hasil sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian atas dan pellet pada bagian bawah (Isolasi DNA alah proses pengeluaran DNA dari tempatnya berada (ekstraksi atau lisis) biasanya dilakukan dengan homogenasi dan penambahan buffer ekstraksi atau buffer lisis untuk mencegah DNA rusak (Juwono, 2002).

3. Polymerase Chains Reaction (PCR)PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu dengan cara mensintesis molekul DNA baru yang berkomplemen dengan molekul DNA target dengan bantuan enzim dan oligonukleotida sebagai primer. Proses tersebut mirip dengan proses replikasi DNA secara in vivo yang bersifat semi konservatif. Pada proses PCR dibutuhkan DNA untai ganda yang berfungsi sebagai cetakan yang mengandung DNA-target untuk pembentukan molekul DNA baru, enzim DNA polimerase, deoksinukleosida trifosfat (dNTP), dan sepasang primer oligonukleotida. Dua primer oligonukleotida pendek digunakan untuk mengapit daerah DNA yang akan direplikasi. PCR merupakan suatu teknik perbanyakan molekul DNA dengan ukuran tertentu secara enzimatik melalui mekanisme perubahan suhu (Barnum 2005).PCR melibatkan banyak siklus yang masing-masing terdiri dari tiga tahap berurutan, yaitu pemisahan (denaturasi) rantai DNA cetakan, penempelan (annealing) pasangan primer pada DNA target dan pemanjangan (extension) primer atau reaksi polimerisasi yang dikatalisis oleh DNA polimerase. PCR adalah suatu metode yang menggunakan komponenkomponen replikasi DNA untuk mereplikasi suatu fragmen DNA yang spesifik di dalam tabung reaksi. Beberapa komponen yang penting yang dalam reaksi PCR adalah DNA target, primer, enzim Taq polymerase, deoksinukleoside triphosphat (dNTP) dan larutan penyangga (buffer). Molekul DNA yang targetnya akan dilipatgandakan jumlahnya dapat berupa untai tunggal atau untai ganda. Jumlah yang digunakan dalam proses PCR tidak terlalu berpengaruh terhadap kualitas hasil PCR, tetapi jumlah dalam ukuran pikogram sudah cukup (Barnum 2005).

Prinsip KerjaPrinsip kerja PCR adalah menggandakan potongan DNA tertentu dari seluruh untaian DNA, baik yang berasal dari DNA sel inti (nukleus) maupun organel sel seperti DNA mitokondria (mtDNA) atau Ribosom (rDNA). Untuk mendapat potongan DNA, diperlukan Primer yang berfungsi untuk menandai dimana ujung DNA yang akan digandakan. Primer biasanya berpasangan, yaitu Primer forward untuk menandai ujung depan untai DNA dan Primer Reverse untuk menandai dari ujung belakang. Karena DNA terdiri dari 2 untai pilinan ganda (double strand), maka DNA Primer forward bekerja pada strand yang satu sementara Primer Reverse bekerja pada untai pilinan yang satunya (Barnum 2005).Alat dan Bahan1. Alat Tabung mikro (0,2 ml) Rak tabung mikro Pipetor (pipetman) + tip Sentrifuge Vortex Mesin PCR

2. Bahan DNA rantai ganda yang diperoleh dari praktikum Isolasi DNA Primer (Oligonukleotida) yang terdiri dari primer up stream dan down stream Karakteristik primer menentukan keberhasilan suatu reaksi PCR. Primer dapat didisain sendiri menurut kebutuhan, dengan memperhatikan kriteria-kriteria berikut ini: Komposisi pasangan basa G-C diusahakan sekitar 50% Basa-basa yang terdapat pada kedua primer sebaiknya tidak berkomplementasi, untuk mencegah terbentuknya dimmer primer Panjang primer sebaiknya 20 30 nukleotida Dalam praktikum ini digunakan primer dari urutan gen reseptor Vitamin D Enzim DNA polimerase yang dapat mengkatalisis polimerisasi nukleotida (dNTP) mulai dari primer memanjang ke arah 3 terminal. DNA polmerase merupakan enzim yang stabil terhadap pemanasan dan pendinginan berkali-kali, yang diisolasi dari bakteri, seperti Thermus aquaticus (tag polimerase) Deoxynucleotide triphosphat (dNTP) yang terdiri dari dATP, dCTP, dGTP dan dTTP Larutan buffer dan garam sebagai sumber ion

Cara KerjaDalam praktikum ini digunakan kit PCR core system (Promega)a. Buatlah larutan campuran untuk PCR dalam suatu tabung reaksi PCR yang terdiri dari:

Tabel 1. Volume Larutan Campuran untuk PCRNoKomponenVolume (L)Konsentrasi akhir

1.MgCl2 25mM52.5Mm

2.5x Green GoTaq101x

3.dNTP1200M

4.Primer upstream11 M

5.Primer downstream11 M

6.GoTaq polymerase0.251.25 U/50l

7.DNAtemplate10

8ddH2O21.75

Total50

Catatan: volume air yang ditambahkan bervariasi, tergantung jenis enzim dan larutan buffer yang digunakan, serta konsentrasi masing-masing larutan yang diperlukan dalam PCR tersebut.

b. Campurkan larutan tersebut dengan baik (dengan menggunakan vortex)c. Memprogram mesin PCR (Thermocycler) dengan profil (30 siklus) sebagai berikut:

Tabel 2. Suhu dan Waktu pada proses PCRTahapanTemperatur (C)WaktuJumlah siklus

Denaturasi awal945.001 siklus

Denaturasi940.3030 siklus

Annealing560.30

Ekstensi720.30

Ekstensi akhir727.001 siklus

Penyimpanan41 siklus

d. Letakkan tabung reaksi PCR pada mesin PCR dan jalankan (on) program yang telah dibuat.e. Setelah selesai reaksi PCR, ambil tabung reaksi dan DNA hasil amplifikasi siap dinilai melalui gel elektroforesis DNA.

PertanyaanMendesain PCR ekson 3 dan 4, Primer CM21 dan CM22 untuk amplifikasi PCR ekson 41. Menyediakan fragmen urutan nukleotida DNA ekson-ekson yang digunakan.2. Mendesain primer yang akan mengamplifikasi fragmen DNA tersebut.3. Memprediksi panjang fragmen produk PCR yang bersangkutan.4. Memberikan fitur tambahan (bila mungkin), misalnya sisi restriksi yang terdapat pada DNA fragmen yang bersangkutan.

HasilPeta perkiraan produk PCR fragmen ekson 3 tirosinase (=256 bp)121 gttataaatc aaatgggata atcacatagg ttttcagtca ttaaagtaaa catattttttPrimer CM 20 ~ tyr 3f181 tcattttttt ttaatgaaca ggatttgcta gtccacttac tgggatagcg gatgcctctc241 aaagcagcat gcacaatgcc ttgcacatct atatgaatgg aacaatgtcc caggtacagg301 gatctgccaa cgatcctatc ttccttcttc accatgcatt tgttgacagg ttggttaata361 tttctttata aataacgtgc tcattggatt taaaa.Primer CM21 ~ Tyr3Rc

Peta perkiraan produk PCR ekson 4 gen tirosinase (265 bp)1 acatctttcc atgtctccag attttaatat atgccttatt ttactttaaa aattttcaaa61 tgtttctttt atacacaata tgtttcttag tctgaataac cttttcctct gcagtattttPrimer CM22 tyr4f121 tgagcagtgg ctccgaaggc accgtcctct tcaagaagtt tatccagaag ccaatgcacc181 cattggacat aaccgggaat cctacatggt tccttttata ccactgtaca gaaatggtga241 tttctttatt tcatccaaag atctgggcta tgactatagc tatctacaag attcaggtaa301 agtttacttt ctttcagagg aattgctgaa tctagtgtta ccaatttatt ttgagataacPrimer CM23 tyr4rc361 acaaaacttt at

Gambar 2. Panjang Fragmen Ekson 3 dan 4

Daftar PustakaBarnum, Susan R. 2005. Biotecthnology an Introduction, 2nd edition. USA:ThomsonBrooks.Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta:EGC.Juwono dan Achmad Zulfa Juniarto. 2002. Biologi Sel. Jakarta:EGC.

Gel Elektroforesis DNA

1. PendahuluanMolekul DNA atau suatu fragmen DNA yang telah di amplifikasi dapat dipisahkan berdasarkan ukuran atau besarnya pasangan basanya melalui gel elektroforesis. Deteksi fragmen DNA tersebut dapat dilakukan dengan cara mewarnai gel dengan suatu zat yang dapat meng-interkalasi rantai ganda DNA, yaitu misalnya dengan perak nitrat. Metoda pemisahan/separasi DNA secara luas digunakan untuk tujuan analisis molekul DNA atau tujuan preparatif.

Tujuan Melakukan elektroforesis DNA hasil isolasi dari darah vena dan hasil amplifikasi, dengan gel agarosa Melakukan analisis hasil elektroforesis total DNA genom manusia dan hasil amplifikasi fragmen gen dengan metode PCR

Dasar Teori1. DNAAsam deoksiribonukleat (DNA) adalah bahan kimia yang membentuk gen. DNA adalah suatu polimer yang terdiri dari nukleotida yang secara bergilir, merupakan molekul yang terdiri dari suatu cincin purin atau pirimidin (basa DNA) adalah adenin (A), timin (T), guanin (G), dan sitosin (C), satu gula deoksiribosa, dan fosfat. Unit-unit nukleotida disatukan secara kovalen menjadi rangkaian panjang yang membentuk untai-ganda dengan dua untai disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa spesifik-adenin di satu untai selalu terletak berhadapan dengan timin di untai lain dan hal yang sama untuk guanin dan sitosin. Struktur untai ganda menyebabkan DNA mampu bereplikasi dan menyimpan kode genetik. DNA bereplikasi dengan cara terurai dan membentuk dua untai baru sementara kode genetik dipertahankan oleh pembentukan pasangan basa antara dua untai. Kode genetik terdiri dari triplet basa yang disebut kodon, masing-masing kodon membentuk kode masuknya pada suatu asam amino spesifik ke dalam molekul protein. Kode genetik dalam DNA ditranskripsikan menjadi asam ribonukleat (RNA), yang merupakan cetakan bagi translasi, melalui penggabungan asam amino spesifik ke dalam molekul protein. Proses replikasi, transkripsi, dan translasi dikenal sebagai sentral dogma genetika (Brooker, 2008).

2. ElektroforesisElektroforesis berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti transport atau perpindahan melalui partikel-partikel listrik. Elektroforesis adalah suatu cara analisis kimiawi yang didasarkan pada pergerakan molekul-molekul protein bermuatan di dalam medan listrik (titik isoelektrik). Pergerakan molekul dalam medan listrik dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, besar muatan dan sifat kimia dari molekul. Molekul terlarut dalam medan listrik bergerak atau migrasi dengan kecepatan yang ditentukan oleh rasio muatan dan massa. Sebagai contoh jika dua molekul mempunyai massa dan bentuk yang sama, molekul dengan muatan lebih besar akan bergerak lebih cepat ke elektrode (David G. Watson, 2007). Bila arus listrik dialirkan pada suatu medium penyangga yang telah berisi protein plasma maka komponen-komponen protein tersebut akan mulai bermigrasi (Skog, 1998). Kecepatan molekul yang bergerak pada medan listrik tergantung pada muatan, bentuk dan ukuran. Dengan demikian elektroforesis dapat digunakan untuk separasi makromolekul (seperti protein dan asam nukleat). Posisi molekul yang terseparasi pada gel dapat dideteksi dengan pewarnaan atau autoradiografi, ataupun dilakukan kuantifikasi dengan densitometer. Elektroforesis untuk makromolekul memerlukan matriks penyangga untuk mencegah terjadinya difusi karena timbulnya panas dari arus listrik yang digunakan(Skog, 1998).Dasar elektroforesis adalah pembentukan suatu ketidakhomogenan atau gradasi konsentrasi sepanjang sistem. Koloid, protein enzim menunjukkan mobilitas elektroforesis spesifik dan titik isoelektrik yang dapat digunakan untuk identifikasi zat-zat spesifik. Pemisahan dapat dilakukan bila senyawa-senyawa yang telah terpisah tidak secara spontan bercampur kembali akibat sirkulasi konvektif. Pada elektroforesis, medan listrik dialirkan pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan (Skog, 1998).

3. Gel AgarosaGel agarosa digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi dan memurnikan fragmen DNA adalah. Teknik ini sederhana, cepat terbentuk, dan mampu memisahkan campuran potongan DNA sesuai dengan ukurannya secara akurat, dibanding dengan densitas gradient sentrifugasiAgarosa yang disari dari ganggang laut merupakan polimer dengan dasar struktur D-alaktosa dan 3,6 anhidro L-galaktosa. DNA dari 200 basa sampai 50 kilo basa dapat dipisahkan dengan gel agarosa dengan berbagai konsentrasi agarosa. Gel agarosa biasanya dilakukan dalam konfigurasi horizontal dalam kekuatan medan listrik dan arah tetap (David G. Watson, 2007).Gel agarosa dibuat dengan melelehkan agarosa dengan buffer dan kemudian dituangkan pada cetakan dan diamkan sampai dingin. Setelah mengeras, agarosa membentuk matriks dengan kerapatan yang ditentukan oleh konsentrasi agarosa. Jika medan magnet diberikan antara kedua ujung gel, DNA yang bermuatan negatif pada pH netral, bergerak ke anoda. Kecepatan migrasi ini ditentukan oleh ukuran (panjang) DNA, konformasi DNA, konsentrasi agarosa dan besaran tegangan yang digunakan (David G. Watson, 2007).Molekul DNA untai ganda linear, yanag diletakkan pada salah satu ujung gel, bergerak melalui matriks gel pada kecepatan yang berbanding terbalik terhadap log jumlah asam basa. Molekul yang lebih besar bergerak lebih lama karena terjadi gesekan lebih besar (David G. Watson, 2007).Hal ini disebabkan DNA harus melewati pori-pori gel sehingga kurang efisien lajunya daripada molekul yang lebih kecil.Fragmen DNA linear dengan panjang tertentu bermigrasi dengan kecepatan yang berbeda pada gel yang mengandung konsentrasi agarosa berbeda. Cara yang paling mudah untuk mendeteksi adanya DNA dengan menggunakan etidium bromide, suatu senyawa berfluoresensi yang biasanya digunakan untuk mendeteksi DNA pada gel agarosa atau poliakrilamid (David G. Watson, 2007).

4. Perak NitratPerak nitrat merupakan senyawa anorganik, tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO3. Senyawa ini dapat digunakan dalam banyak keperluan, seperti dalam fotografi, untuk pembuatan cermin perak, dan sebagai reagen dalam analisis. Perak nitrat ini juga dapat dihasilkan dengan cara pengontakan larutan perak nitrat secara berturut-turut dengan bahan baku unsur karbon, alumina aktif dan perak oksida untuk menghilangkan logam pengotor (Oxtoby, 2001).

Prinsip KerjaPrinsip kerja dari elektroforesis berdasarkan pergerakan partikel-partikel bermuatan negatif (anion), dalam hal tersebut DNA, yang bergerak menuju kutub positif (anode), sedangkan partikel-partikel bermuatan positif (kation) akan bergerak menuju kutub negatif (anode) (Klug & Cummings, 1994: A 6).Prinsip inilah yang dipakai dalam elektroforesis untuk memisahkan molekul-molekul berdasarkan muatannya sehingga pergerakan molekul-molekul tersebut pada suatu fase diam (stationary phase) dalam sebuah medan listrik akan berbeda-beda. Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam medan listrik. Kemampuan perpindahan pergerakan muatan molekul tersebut menuju ke arah kutub yang berlawanan merupakan suatu parameter kecepatan dalam proses elektroforesis yang dinyatakan sebagai mobilitas elektroforetik. Mobilitas elektroforetik merupakan laju perpindahan partikel bermuatan dalam cm per detik yang disebabkan karena pengaruh medan listrik 1 V per cm, dinyatakan dalam cm2V-1s-1. Mobilitas elektroforetik dapat ditetapkan hanya untuk elektrolit tertentu pada kondisi pengujian yang tepat (Klug & Cummings, 1994: A 6).

Alat dan Bahan1. Alat Satu set alat elektroforesis DNA berikut power supply, yang terdiri dari: chamber elektroforesis tray elektroforesis sisir power supply

2. Bahan Larutan hasil isolasi DNA darah vena Larutan hasil PCR (produk PCR) Larutan TAE 1x (Tris-base, glacial acetic acid dan EDTA) Marker DNA + loading dye EthidiumbromidaCara kerjaa. Timbang agarosa bubuk untuk membuat 1,5% gel agarosa dalam larutan TBE (catatan: 1,5 % untuk DNA yang panjangnya 300-1000bp).b. Masak larutan agarosa tersebut sampai mendidih dan larut semuac. Biarkan larutan tersebut dingin sampai kira-kira 70 oC, kemudian masukkan 5 ul 0,1% ethidiumbromida.d. Tuang larutan agarose ke dalam tray elektroforesis yang telah disiapkan terlebih dahulu dan dipasangi sisire. Biarkan agarose dingin dan mengerasf. Sementara menunggu sampai mengeras, siapkan larutan untuk marker DNA dengan larutan loading dye dengan komposisi: - 2 ul loading dye + 3 ul larutan marker DNA + 3 ul ddH2Og. Setelah gel agarose mengeras, pasang tray berikut isinya ke dalam chamber elektroforesis, ambil/cabut sisir pada gel, kemudian tuang larutan TAE sampai melebihi permukaan gel.h. Masukkan larutan DNA hasil PCR ke dalam sumur yang terbentuk dari sisir yang telah terangkat, secara hati-hati dan perlahan.i. Hubungkan alat elektroforesis tersebut dengan power supply yang telah diatur dengan voltase 90 volt selama 1 jam.j. Amati pita-pita (bands) yang terbentuk dengan menggunakan UV transluminator, dan apabila diperlukan dapat difoto dengan kamera langsung jadi.

Gambar 3. Gambaran Skematik Proses Elektroforesis

Daftar PustakaBrooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta:EGC.David G. Watson. 2009. Analisis Farmasi. Jakarta : EGCKlug, W. S. & M. R. Cummings. 1994. Concepts of genetics. 4th ed. Prentice Hall,Englewood cliffs: xvi + 779 hlm.Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Dasar. Erlangga:JakartaSkoog, A. D; F. J. Holler; and T. A. Nieman. 1998. Principle of Instrumental AnalysisFifth Edition. Saunders College Publishing

14