landasan yuridis pendidikan _ himcayoo!

27
himcyoo.wordpress.com Landasan Yuridis Pendidikan | himCayoo! himcyoo i 12 Votes Bila kita kembali kepada hakekat pendidikan maka pendidikan pada esensinya juga bertujuan untuk membantu manusia menemukan hakekat kemanusiaannya. Proses humanisasi ini adalah proses pembebasan, yaitu pembebasan manusia dari belenggu stuktur sosial, hegemoni kekuasaan, cara pikir yang salah, doktrin tertentu dan sebagainya. Namun dalam kehidupannya manusia membuat rule , aturan atau landasan hukum agar pendidikan itu berjalan sistematis dan memenuhi harapan daripada tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam negara hukum seperti negara kita Indonesia ini, setiap tindakan pemerintahan baik dalam pengaturan maupun dalam pelayanan harus berdasarkan atas hukum (peraturan perundang-undangan), karena dalam negara- negara terdapat prinsip wetmatigheid van bestuur atau asas legalitas. Asas ini menentukan bahwa tanpa adanya dasar wewenang yang diberikan oleh suatu peraturan perundang- undangan yang berlaku, maka segala macam aparat pemerintah tidak memiliki wewenang yang dapat mempengaruhi atau mengubah keadaan atau posisi hukum warga masyarakatnya. Negara Republik Indonesia mempunyai berbagai peraturan

Upload: afif-junaedi

Post on 29-Nov-2015

105 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Penjelasan tentang Landasan Yuridis Pendidikan di Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

himcyoo.wordpress.com

Landasan Yuridis Pendidikan |himCayoo!himcyoo

i

12 Votes

Bila kita kembali kepada hakekat pendidikan makapendidikan pada esensinya juga bertujuan untuk membantu

manusia menemukan hakekat kemanusiaannya. Proseshumanisasi ini adalah proses pembebasan, yaitu

pembebasan manusia dari belenggu stuktur sosial, hegemonikekuasaan, cara pikir yang salah, doktrin tertentu dan

sebagainya. Namun dalam kehidupannya manusia membuatrule , aturan atau landasan hukum agar pendidikan itu

berjalan sistematis dan memenuhi harapan daripada tujuanpendidikan itu sendiri.

Dalam negara hukum seperti negara kita Indonesia ini,setiap tindakan pemerintahan baik dalam pengaturanmaupun dalam pelayanan harus berdasarkan atas hukum(peraturan perundang-undangan), karena dalam negara-negara terdapat prinsip wetmatigheid van bestuur atau asaslegalitas. Asas ini menentukan bahwa tanpa adanya dasarwewenang yang diberikan oleh suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka segala macam aparatpemerintah tidak memiliki wewenang yang dapatmempengaruhi atau mengubah keadaan atau posisi hukumwarga masyarakatnya.

Negara Republik Indonesia mempunyai berbagai peraturan

Page 2: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

perundang-undangan yang bertingkat, mulai dari UUD1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Ketetapan,keputusan, sampai peraturan daerah. Kesemuanyamengandung hukum yang patut ditaati, dimana UUD 1945merupakan hukum yang tertinggi, sementara peraturanperundang-undangan yang lain harus tunduk pada UUD1945.

Meskipun demikian, tidak selalu setiap tindakan pemerintahtersedia peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.Dapat terjadi, dalam kondisi tertentu terutama ketikapemerintah harus bertindak cepat untuk menyelesaikanpersoalan konkret dalam masyarakat, terkadang peraturanperundang-undangannya belum tersedia. Dalam kondisiseperti ini, kepada pemerintah diberikan kebebasanbertindak (discresionare power) yaitu melalui freies Ermessen,yang diartikan sebagai salah satu sarana yang memberikanruang gerak bagi pejabat atau badan-badan administrasinegara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikatsepenuhnya pada undang-undang. Freies Ermessenmerupakan konsekuensi logis dari konsepsi welfare sate,akan tetapi dalam kerangka negara hukum, freies Ermessenini tidak dapat digunakan tanpa batas. Pendidikan sebagaisalah satu bidang yang ditangani oleh pemerintah, dalampelaksanaannya tentunya harus berdasarkan pada peraturanperundang-undangan. Begitu luas cakupan bidangpendidikan membuat begitu banyaknya peraturanperundang-undangan yang mengaturnya. Oleh karena itudalam makalah ini tidak dibahas semua peraturanperundang-undangan yang terkait dengan pendidikan.Tulisan ini hanya membatasi pada hal-hal yang kami anggappenting terutama yang membutuhkan penjelasan lebihmendalam serta berbagai acuan untuk mengembangkanpendidikan.

Landasan Yuridis / Hukum Pendidikan di Indonesia

Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah  seperangkatkonsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik

Page 3: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

tolak  system pendidikan Indonesia, yang menurut  Undang-Undang   Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang DasarRepublik Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-UndangPeraturan Pemerintah  pengganti undang-undang, peraturanpemerintah, Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaanlainnya, seperti peraturan Menteri, Instruksi Menteri, danlain-lain.

Kata landasan dalam hukum berarti melandasi ataumendasari atau titik tolak. Sementara itu kata hukum dapatdipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Landasanhukum pendidikan dapat diartikan peraturan baku sebagaitempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakankegiatan-kegiatan pendidikan. Beberapa peraturanperundang-undangan yang mengatur pendidikan antara lain:

Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 311.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangOtonomi Daerah

2.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional 

3.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Gurudan Dosen

4.

PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan

5.

PP Nomor 48 tahun 2008 tentang PendanaanPendidikan

6.

PP Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru7.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang StandarIsi Satuan Pendidikan Dasar dan  Menengah.

8.

Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar9.

Page 4: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar danMenengah.

Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentangPelaksanaaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun2006.

10.

Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang PerubahanPermendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentangPelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun2006.

11.

Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang DewanPendidikan dan Komite Sekolah.

12.

Telaah Yuridis Peraturan Perundang-Undangan yangMengatur Pendidikan

Dari sekian banyak peraturan perundangan yang mengaturpendidikan di atas, akan penulis bahas beberapa peraturanperundangan yang sering banyak dibicarakan dan menjadipolemik atau issu krusial di masyarakat, antara lain adalah :

1. Konsep Pelaksanaan Pendidikan di Indonesia

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Sistem PendidikanIndonesia menganut konsep pendidikan sepanjang hayat,yaitu pendidikan yang terus menerus dalam lahir sampaiakhir hayat. Sehingga pendidikan berlangsung tidak hanyadi sekolah tapi juga di masyarakat dan keluarga, dalamUndang-Undang Sisdiknas disebut pendidikan formal,nonformal, dan informasl sebagaimana disebut dalam pasal13 ayat (1). Konsep (rumusan) pendidikan menurut UUSisdiknas juga sesuai dengan �trah manusia yaitu mengakuadanya keberagamaan atau perbedaan individu sebagaipeserta didik dengan berbagai potensi yang dimiliki baikdalam aspek �sik, psikis maupun mental. Pendidikandirumuskan sebagai usaha sadar dan terencana untukmewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Page 5: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar danproses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi didiknya untuk memiliki kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (pasal 1ayat 1)

Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa pendidikan nasionalberakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasionalIndonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zamandengan tetap dalam kerangka Pancasila dan UUD 1945. iniberarti teori-teori dan praktik-prakik pendidikan yangditerapkan di Indonesia haruslah berakar pada nilai-nilaiagama dan kebudayaan nasional Indonesia. Tetapi dalamkenyataannya menunjukkan kita belum mempunyaiteori-teori pendidikan yang khas yang sesuai dengan budayabangsa. Menurut Pidarta (2007:43) teori-teori pendidikanbeserta praktik-prakinya yang dilakukan sampai saat inisebagian besar berupa teori-teori yang diimpor dari luarnegeri, dimana para pendidik belajar disitulah merekamenerima teori-teori pendidikan, dimana para penguasapendidikan mengadakan studi banding disitulah menerakamenerima teori-teori itu, kebudian dibawa ke Indonesia,sebagian ditatarkan kepada para pendidik lainnya, tentusesudah direvisi penelitian-penelitian. Sebagian besarditerapkan begitu saja. Karena teori itu banyak ragamnya,yang diterapkan pun diterapkan sesuai dengan pandangandan selera pendidik, terutama oleh yang mempunyaiwewenang menentukan kebijakan pendidikan.

Persoalan pendidikan dan kebudayaan tidak dapatdipisahkan (Budiyono dalam Agus Salim, 2007:129). Selamabertahaun-tahun sejak Indonesia merdeka, selalu dikenalnama departemen pendidikan dan kebudayaan. Namundalam perjalanannya, penggabungan kedua konsep itudalam satu urusan cenderung hanya sebatas penanaman.Dalam praktiknya kedua konsep tersebut sering kali tidak

Page 6: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

“nyambung”. Budiyono menambahkan, bahwa pada eraOrde Baru sektor pendidikan pernah menyederhanakanpersoalan pendidikan menjadi empat hal, yaitu pemerataankesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutululusan, peningkatan efektivitas dan pencapaian e�siensi.Bahkan keempatnya disederhanakan lagi dalam bentukindikator-indikator yang operasional, spesi�k, jelas dannyata, yang bersifat positivisik. Dalam hal ini kemudianhilanglah konsep perpaduan problem pendidikan sebagaiproblem budaya, yang lebih bersifat fenomenologis. Ukurankeberhasilan pembangunan pendidikan juga ditunjukkandari angka-angka yang pasti, dikenal misalnya adanyaangka partisipasi sekolah tingkat kelulusan, jumlah gedungsekolah, rasio guru dan murid, angka putus sekolah.Sementara sosial, tumbuh suburnya sikap individualistikserta melemahnya sikap pluralistik budaya kurangmendapatkan perhatian yang seksama.

Dengan demikian tampaknya bahwa teori pendidikan danpraktik pendidikan di Indonesia belum sepenuhnyamemenuhi undang-undang pendidikan kita. Oleh karena itu,kondisi seperti ini merupakan tantangan bagi para pendidikkita, terutama bagi para ahli pendidikan untuk berupayamenemukan teori-teori pendidikan yang berakar padanilai-nilai agama dan kebudayaan bangsa Indonesia.

2. Pendanaan Dalam Pendidikan

Amandemen UUD RI 1945 Pasal 31 ayat (2) menyebutkanbahwa biaya untuk pendidikan dasar menjadi tanggungjawab pemerintah. Lebih lanjut disebutkan pada pasal 31ayat (4), bahwa negara memprioritaskan anggaranpendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaranpendapatan dan belanja negara serta dari anggaranpendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhanpenyelenggaraan pendidikan nasional. Angka 20% tersebuttanpa memasukkan anggaran gaji pegawai dan biayapendidikan kedinasan sebagaimana disebutkan dalam pasal49 ayat (1) UU Sisdiknas tahun 2003. namun demikian

Page 7: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

dengan berbagai alasan dan pertimbangan sampai saat iniAPBN kita belum mencapai 20%. Di daerah alokasi danapendidikan yang masuk dalam APBD sangat bervariatif,tetapi kebanyakan belum sampai 20% dari APBD. Yangmemprihatinkan ada beberapa daerah yang menggratiskanbiaya pendidikan namun tidak diberangi denganpenambahan anggaran di APBD dengan cukup.

Menurut Sutjipto (2008:2) keadaan seperti ini akanmemperlebar disparitas mutu pendidikan antara daerahyang satu dengan daerah yang lain sehingga menjadi tempatpersemaian yang subur dari masalah-masalah sosial di masadepan. Pasal inilah yang sampai sekarang terusdiperjuangkan oleh banyak pihak agar pemerintah danpemerintah daerah segera merealisasikannya.

Lebih lanjut tentang biaya pendidikan diatur dalam PPNomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan Pendidikan.Beberapa aturan pendaan pendidikan menurut PP Nomor 48Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

Biaya pendidikan meliputi biaya satuan pendidikan,biaya penyelenggaraan dan / atau pengelolaan, danbiaya pribadi peserta didik (masing-masing masihdiperinci lagi, lihat pasal 3)

1.

Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawabbersama antara pemerintah, pemerintah daerah, danmasyarakat (pasal 2 ayat 1)

2.

Pendanaan biaya pendidikan untuk pendidikan dasarbaik formal maupun non formal yang diselenggarakanoleh pemerintah (Selain biaya pribadi peserta didik)menjadi tanggung jawab pemerintah

3.

Pendanaan biaya pendidikan dasar baik formal maupunnon formal yang diselenggarakan oleh pemerintahdaerah (selain biaya pribadi peserta didik) menjaditanggung jawab pemerintah daerah.

4.

Page 8: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

Tanggung jawab pendanaan sebagaimana yangdimaksud di atas dilaksanakan sampai denganterpenuhinya SNP (Standar Nasional Pendidikan).

5.

Pendanaan tambahan di atas biaya investasi yangdiperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangansatuan atau program pendidikan yang diselenggarakanPemerintah menjadi bertaraf internasional dan / atauberbasis keunggulan lokal dapat bersumber daripemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, bantuanpihak asing yang tidak mengikat, dan / atau sumberlain yang sah.

6.

Pendanaan biaya lahan satuan pendidikan yangdidirikan oleh masyarakat menjadi tanggung jawabpenyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan.

7.

Pendanaan biaya investasi selain lahan satuanpendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakatmenjadi tanggung jawab biaya pada satuan pendidikanformal dan nonformal yang diselenggarakanmasyarakat.

8.

Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentinganpendidikan, dan pihak asing dapat membantupendanaan biaya pada satuan pendidikan formal dannonformal yang diselenggarakan masyarakat.

9.

Dana pendidikan satuan pendidikan yangdiselenggarakan oleh masyarakat dapat bersumber dari: bantuan penyelenggaraan pendidikan ybs, pemerintah,pemerintah daerah, peserta didik dan/atau orang tua /wali, pemangku kepentingan, pihak asing, sumber lainyang sah.

10.

Prinsip pengelolaan dana pendidikan : keadilan,e�siensi, transparansi, akuntabilitas publik, dan sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

11.

Page 9: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

3. Eksistensi dan Kompetensi Guru / Konselor

a. Guru

Dalam Undang-undang guru dan dosen Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 memberikan pengertian tentangGuru adalah sebagai pendidik profesional dengan tugasutama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih, menilai dan mengevaluasi, peserta didik padapendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Selanjutnyadalam Undang-undang tersebut memuat hal-hal sebagaiberikut yang berkaitan dengan Kompetensi Guru,diantaranya : Kedudukan, Fungsi dan Tujuan, PrinsipProfesionalitas, Kuali�kasi, Kompetensi, dan Serti�kasi.Pentingnya serti�kat dalam profesionalitas guru di tekankandalam pasal 11 (1) UUGD (undang-undang guru dan dosen)menyebutkan bahwa serti�kat pendidik diberikan kepadaguru yang telah memenuhi persyaratan, Jadi serti�katdiberikan setelah yang bersangkutan diyakini memenuhisyarat kuali�kasi pendidikan dan kompetensi sebagai agenpembelajaran. diperlukan suatu mekanisme penilaian untukmembuktikan bahwa seseorang telah memenuhi syarattersebut.

Mekanisme itulah yang disebut serti�kasi, yang seharusnyamerupakan bentuk evaluasi komprehensif. Jika kuali�kasisudah dapat dibuktikan dengan ijasah/serti�kat, makapenguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran itulahyang dikembangkan dalam serti�kasi.dalam hal ini gurumata pelajaran dapat menjalankan pofesinya dengankompeten. Kompetensi guru dijelaskan dalam pasal 8,dijabarkan pada pasal 10 dengan istilah kompetensi sebagaiagen pembelajaran yang mencakup kompetensi kepribadian,kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dankompetensi sosial. Kompetensi kepribadian mencakupkepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif danberwibawa serta dapat menjadi teladan bagi peserta didik.Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

Page 10: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

pembelajaran, tentu saja pembelajaran yang mendidik.Kompetensi profesional adalah penguasaan materipembelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosialadalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secaraefektif dan e�sien dengan peserta didik, sesamaguru,orangtua/wali dan masyarakat sekitar. Kompetensikepribadian diarahkan sebagai modal dasar guru, khususnyadalam berperilaku keseharian. Sub kompetensi denganmenjadi teladan bagi peserta didik yang merupakan puncakdari sub-sub kompetensi sebelumnya, karena seseorang akanmenjadi teladan bagi anak didik, jika memiliki kepribadianyang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa. Bahkanpenguasaan materi ajar akan merupakan prasyarat untukmenjadi guru yang berwibawa.

Dari uraian di atas dapat terlihat jelas bahwa syarat menjadiguru menurut UUGD ada dua, yaitu latar belakangpendidikan S1/D4 dengan mata pelajaran yang diajarkandan penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran.Sedangkan serti�kat pendidik pada dasarnya merupakanpengakuan terhadap kepemilikan dua syarat tersebut.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 dan PeraturanPemerintah Nomor 19 Tahun 2005 mengamanatkan bahwadalam rangka peningkatan sumber daya manusia dalambidang pendidikan dalam hal ini guru diwajibkan untukmemiliki kuali�kasi akademik, kompetensi, serti�katpendidik, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkantujuan dari pendidikan nasional kita.

Persyaratan yang diamanatkan oleh Undang-Undangtersebut meliputi persyaratan kuali�kasi akademik guru danpersyaratan kemampuan seorang guru atau kompetensi yangdibuktikan dengan bentuk penguasaan pedagogik, profesi,kepribadian dan sosial.

b. Konselor

Page 11: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

Secara yuridis keberadaan konselor dalam sistempendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satukuali�kasi pendidik, sejajar dengan kuali�kasi guru, dosen,pamong, tutor pamong belajar, widyaiswara, instruktursebagaimana disebutkan dalam pasal 1 ayat )6) m UUNomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Dan bila kita runut ke belakang keberadaan konselor secarayuridis juga tercantum PP Nomor 28 Tahun 1990 pasal 27ayat (2) dengan sebutan guru pembimbing. Akan tetapi daripasal-pasal tersebut, pengakuan secara eksplisit dankesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan yanglainnya itu, ternyata tidak dilanjutkan dengan spesi�kasikonteks tugas dan ekspektasi kinerja yang cermat, karenayang diatur dalam pasal-pasal berikutnya hanyalah kontekstugas dan ekspektasi kinerja dari mayoritas pendidik yangmenggunakan pembelajaran sebagai kontek layanan. Haltersebut dapat dicermati pada pasal 39 UU Nomor 20 tahun2003 tentang Sisdiknas yang berbunyi : pendidik merupakantenaga profesional yang bertugas merencanakan danmelaksanakan proses pembelajaran, menilai hasilpembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,serta melakukan penelitian dan pengabdian kepadamasyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Dengan spesi�kasi kontek tugas dan ekspektasi kinerja yanghanya merujuk kelompok pendidik yang menggunakanmateri pembelajaran, maka konteks tugas dan ekspektasikinerja konselor yang tidak menggunakan materipembelajaran sebagai konteks layanan sehingga merupakansosok layanan ahli yang unik yang berbeda dari sosoklayanan ahli keguruan meskipun sama-sama bertugas dalamsetting pendidikan, tidak ditemukan pengaturannya dalamUU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional.

Keberadaan konselor juga disebut-sebut kembali padapenjelasan pasal 28 beserta penjelasannya PP Nomor 19Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan

Page 12: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

4. Desentralisasi Pendidikan

Sentralisasi pengelolaan pendidikan nasional selamaIndonesia merdeka, ternyata telah menempatkan Indonesiadalam posisi sebagai negara yang jauh tertinggal dibandingdengan negara-negara lain di dunia. Hal ini telahmendorong lahirnya semangat baru dan visi yang lebihdemokratis dan lebih sesentralistis dalam pengelolaannya,sehingga dapat mengembangkan potensi peserta didik sesuaidengan potensi dirinya, potensi lingkungan terdekatnya, danpotensi yang lebih luas. Dengan semangat demokratisasi,desentralisasi dan globalisasi, maka dalam Undang-UndangSisdiknas yang disahkan tanggal 11 Juni 2003 terdapatbanyak pasal yang menggandengkan kata pemerintahdaerah, yang konotasinya adalah berbagai kebijakan dalampembangunan pendidikan hendaknya selalu mengawinkankepentingan nasional dan kepentingan lokal daerahsehingga kualitas pendidikan yang diharapkan dapatmeningkatkan daya saing peserta didik, dilaksanakan secarae�sien dan efektif. Mulai dari hak dan kewajibanpemerintah dan pemerintah daerah untuk menjaminterselenggaranya pendidikan yang berkualitas, sampai hakregulasi dalam mengatur sistem pendidikan nasional.

Secara singkat dapat disebutkan, misalnya dalam Undang-Undang Sisdiknas Pasal 10 disebutkan bahwa pemerintahdan pemerintah daerah mengatur dan mengawasipenyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku. Pasal 34 ayat (2)disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerahmenjamin terselenggaranya wajib belajar minimal jenjangpendidikan dasar tanpa memungut biaya. Pasal 44 ayat (1)disebutkan pemerintah dan pemerintah daerah wajibmembina dan mengembangkan tenaga kependidikan padasatuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintahdan pemerintah daerah. Ayat (3) pemerintah danpemerintah daerah wajib membantu pembinaan danpengembangan tenaga kependidikan pada satuan

Page 13: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.Selanjutnya pada Pasal 49 ayat (1) disebutkan danapendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikankedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari APBN padasektor dari pemerintah kepada 20 persen dari APBD. Ayat(4) dna pendidikan dari pemerintah kepada pemerintahprovinsi / kabupaten / kota diberikan dalam bentuk hibahsesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sebenarnya masih banyak pasal yang menjelaskan perananpemerintah dan pemerintah daerah, namun dari beberapapasal yang dijelaskan di atas, kiranya cukupmenggambarkan hak dan kewajiban pemerintah maupunpemerintah daerah dalam sistem pendidikan nasional.

5. Ujian Nasional

Evaluasi (penilaian) dalam dunia pendidikan dapatdiklasi�kasikan menjadi dua macam, yaitu penilaianinternal dan penilaian eksternal. Penilaian internaldilakukan oleh guru, untuk menilai efektivitas prosespembelajaran dan untuk menilai dan memperbaiki tingkatpencapaian hasil pembelajaran. Penilaian yang dilakukanoleh guru sering disebut penilaian kelas (classroomassessment). Penilaian eksternal, dilakukan oleh lembagamandiri, pada umumnya untuk menilai pencapaian hasilpembelajaran dengan menggunakan standar tertentu, untukmemperoleh pengakuan (recognition) danpertanggungjawaban (accountability) secara lebih luas.Kedua jenis penilaian ini sama pentingnya dalam duniapendidikan, satu sama lain salaing melengkapi(complementary), tidak bisa saling menggantikan (substitute).

Ujian nasional merupakan salah satu penilaian eksternalyang dapat digunakan oleh pemerintah untukmengumpulkan data pencapaian prestasi belajar pesertadidik, apakah prestasi belajar peserta didik telah mencapaiStandar Kompetensi Lulusan (SKL) secara nasional. TanpaUjian Nasional, kita tidak mungkin membandingkan

Page 14: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

pencapaian SKL antara sekolah/madrasah secara obyektif,karena penilaian internasl yang dilakukan oleh masing-masing satuan pendidikan menggunakan standar yangsangat beragam (tidak comparable).

Ujian memegang peranan strategis dalam manajemen mutupendidikan. Suatu studi yang dilakukan oleh tim BankDunia menunjukkan bahwa ujian pada akhir satuanpendidikan merupakan strategi peningkatan mutupendidikan yang banyak dipilih dan digunakan oleh Negara-negara berkembang yang sumber dayanya relative terbatas.Ujian yang direncanakan dan dilakukan dengan baik akanmampu menyediakan informasi yang mendorong danmemacu terjadinya peningkatan mutu pendidikan secaraterus menerus.

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutupendidikan nasional adalah dengan mengadakan ujiannasional yang dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran yangdalam pelaksanaannya diserahkan kepada Badan StandarNasional Pendidikan sebagaimana termaktub dalam PPNomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Pelaksanaan ujian nasional didasarkan atas beberapaperaturan perundang-undangan. Peraturan yang dimaksudadalah sebagai berikut :

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional pasal 59 (1) Pemerintah dan pemerintahdaerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuanjenjang, dan jenis pendidikan.

1.

PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan

Pasal 63 ayat (3)

Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikandasar dan menengah terdiri atas :

1.

2.

Page 15: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

Penilaian hasil belajar oleh pendidik;1.

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;dan

2.

Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah3.

Pasal 66 ayat (1)

Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksuddalam Pasal 63 ayat (!) butir c bertujuan untukmenilai pencapaian kompetensi lulusan secaranasional pada mata pelajaran tertentu dalamkelompok mata pelajaran ilmu pengetahuanteknologi dan dilakukan dalam bentuk ujiannasional.

2.

Pasal 66 ayat (2)

Ujian nasional dilakukan secara obyektif,berkeadilan, dan akuntabel.

3.

Pasal 66 ayat (3)

Ujian nasional diadakan sekurang-kurangnya satukali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satutahun pelajaran.

4.

Pasal 67 ayat (1)

Pemerintah menugaskan BSNP untukmenyelenggarakan ujian nasional yang diikutipeserta didik pada setiap satuan pendidikan jalurformal pendidikan dasar dan menengah dan jalurnonformal kesetaraan.

5.

Pasal 67 ayat (2)

Dalam penyelenggaraan ujian nasional BSNPbekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan

6.

Page 16: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, pemerintahKabupaten / Kota, dan satuan pendidikan.

Pasal 67 ayat (3)

Ketentuan mengenai ujian nasional diatur lebihlanjut dengan peraturan Menteri.\

7.

Pasal 68

Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satupertimbangan untuk:

Pemetaan mutu program dan / atau satuanpendidikan;

1.

Dasar seleksi masuk jenjang pendidikanberikutnya;

2.

Penentuan kelulusan peserta didik dari programdan / atau satuan pendidikan;

3.

Pembinaan dan pemberian bantuan kepada

satuan pendidikan dalam upayanya untuk

meningkatkan mutu pendidikan. 

4.

8.

ANALISIS / KAJIAN

Konsep Pelaksanaan Pendidikan

Menurut pasal 31 ayat (1) menyebutkan : setiap warganegara berhak mendapatkan pendidikan. Oleh karenaapabila suatu hal seseorang atau sekelompok masyarakattidak bisa mendapatkan kesempatan belajar, maka merekabisa menuntut haknya itu kepada pemerintah. Atas dasaritulah pemerintah menciptakan sekolah-sekolah yang bisamelayani kebutuhan warna negaranya tanpa kecuali apakahwarga negara tersebut normal ataupun tidak normal dilihatdari aspek �sik dan mentalnya, baik yang tinggaldiperkotakan maupun yang diperkotakan, baik yang miskin

Page 17: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

maupun yang kaya. Sekolah-sekolah yang dimaksud antaralain SD Kecil, SD Pamong, SMP Terbuka Sistem BelajarJarak Jauh untuk mengatasi warga negara yang mengalamisekulitan mendapatkan pendidikan karena aspek geogra�s(termaktub dalam pasal 5 ayat 3), dan sekolah luar biasauntuk memenuhi warga negara yang mempunyai kebutuhankhusus (pasal 5 ayat 2).

Namun demikian dengan amandemen UUD 1945, pasal 31ayat (2), dan Undang-Undang Sisdiknas pasal (1) bahwasampai dengan pendidikan dasar, pendidikan tidak hanyamerupakan hak tapi sekaligus merupakan kewajiban warganegara. Hal tersebut logis dan dapat dipahami sebabkeberhasilan proses pendidikan tidak hanya ditentukan olehpemerintah tapi juga warga masyarakat. Sekalipunpemerintah telah dengan sungguh-sungguh menanganipendidikan dan menyediakan biaya pendidikan dan cukuptetapi kalau masyarakat tidak ikut serta (terutama dalam halkesadaran dan motivasi belajar) maka pembangunan dibidang pendidikan tidak dapat berhasil dengan baik.Lebih-lebih di era globalisasi yang menurut kualitas sumberdaya manusia yang memiliki daya saing yang tinggi adalahlogis apabila warga negara diwajibkan untuk menempuhpendidikan dasar.

Setelah membahas landasan hukum dalam pendidikan yangdijabarkan dari UUD tahun 1945 dan beberapa peraturanperundang-undangan yang ada di bawahnya, maka dampakterhadap konsep dan pelaksanaan pendidikan adalahsebagai berikut :

Sebagai konsekuensi dari beragamnya potensi dankebutuhan peserta didik maka proses pembelajaranharus disesuaikan dengan kondisi peserta didik sehinggapendidikan dalam pembelajaran dituntut untuk aktif,inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).

1.

Dibutuhkan beragam jenis sekolah, sekolah umum dankejuruan, sekolah untuk siswa normal dan sekolah

2.

Page 18: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

untuk siswa berkebutuhan khusus, serta beragamjurusan. Sistem pendidikan menganut double track,bukan singlet track.

Untuk mengembangkan potensi peserta didik seutuhnyadiperlukan perhatian yang sama terhadappengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomorpada semua tingkat pendidikan. Hal ini dapat dilakukandengan cara mendisain kurikulum sedemikian rupasehingga struktur kurikulum mencakup matapelajaran-mata pelajaran yang mencakup ketiga ranah /domain tersebut. Dan dalam proses pembelajaran ketigaaspek tersebut disampaikan secara terintegratif.

3.

Pendidikan harus berakar pada kebudayaan nasional,maka dibutuhkan kurikulum yang mampupengembangan budaya luhur bangsa.

4.

Pendidikan dasar merupakan hak dan sekaliguskewajiban warga negara, maka kebijakan pemerintahtentang wajib belajar disertai dengan program-programpendukungnya seperti pemerataan kesempatanpendidikan dengan membangun sekolah-sekolah denganberbagai model adalah kebijakan yang bagus yang berludidukung oleh semua pihak.

5.

PendanaanPendidikan

Walaupun dalam amandemen UUD RI 1945 pasal 31 ayat(4) telah menegaskan bahwa negara memprioritaskananggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% darianggaran pendapatan dan belanja negara serta darianggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhikebutuhan penyelenggaraan pendidikan akan tetapi denganberbagai alasan dan pertimbangan sampai saat ini APBNkita belum mencapai 20%. Di daerah alokasi danapendidikan yang masuk dalam APBD sangat bervariatif,tetapi kebanyakan belum sampai 20% dari APBD. Yangmemprihatinkan ada beberapa daerah yang menggratiskan

Page 19: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

biaya pendidikan namun tidak diberangi denganpenambahan anggaran di APBD dengan cukup.

Menurut Sutjipto (2008:2) keadaan seperti ini akanmemperlebar disparitas mutu pendidikan antara daerahyang satu dengan daerah yang lain sehingga menjadi tempatpersemaian yang subur dari masalah-masalah sosial di masadepan. Pasal inilah yang sampai sekarang terusdiperjuangkan oleh banyak pihak agar pemerintah danpemerintah daerah segera merealisasikannya.

Justru yang terjadi di hampir mayoritas pemerintah daerahberlomba-lomba untuk memperjuangkan wacanapendidikan gratis. Namun dengan masuknya ranah politikdalam dunia pendidikan nampaknya wacana itu menjadinilai tawar dalam realisasinya antara warga masyarakatdengan penguasa pemerintah daerah. Mestinya kebijakanpendidikan gratis tidak hanya sekedar retorika politik gunamelanggengkan kekuasaan, akan tetapi perlu didukungdengan reliasasi anggaran pendidikan sesuai dengan amanatundang – undang dasar yaitu minimal 20% dariAPBN/APBD.

Kompetensi Guru / Konselor

Dalam proses belajar dan pembelajaran guru merupakansalah satu faktor utama yang mengkondisikan terciptanyasuasana yang kondusif.Proses transformasi ilmu dan pengetahuan akan berjalansesuai fungsinya apabila guru menjalankan tugas dantanggung jawabnya secara profesional. Guru dituntut untukmemiliki kompetensi dan dedikasi dalam menjalankanprofesinya. Guru sebagai sebuah profesi pada masa sekarangini terjadi penguatan dalam kedudukan sosial dan eksternal,bahkan terjadi penguatan kedudukan dalam hal proteksijabatan dan diperkuat oleh Undang-Undang dan statushukum.

Oleh karena itu secara logis muncul pula harapan dan

Page 20: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

keinginan agar terjadi penguatan serupa dalam posisiinternal profesi guru, dimana peningkatan kuali�kasi dankompetensi guru bisa menjamin mutu pendidikan.

Hal lain yang tak kalah penting untuk dikaji adalahpengakuan eksistensi konselor. Meskipun secara yuridiskeberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasionaldinyatakan sebagai salah satu kuali�kasi pendidik, sejajardengan kuali�kasi guru, dosen, pamong, tutor pamongbelajar, widyaiswara, instruktur sebagaimana disebutkandalam pasal 1 ayat 6 UU Nomor 20 tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional. Juga tercantum PP Nomor 28Tahun 1990 pasal 27 ayat (2) dengan sebutan gurupembimbing. Akan tetapi dari pasal-pasal tersebut,pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antaratenaga pendidik satu dengan yang lainnya itu, ternyatatidak dilanjutkan dengan spesi�kasi konteks tugas danekspektasi kinerja yang cermat, karena yang diatur dalampasal-pasal berikutnya hanyalah konteks tugas danekspektasi kinerja dari mayoritas pendidik yangmenggunakan pembelajaran sebagai kontek layanan. Haltersebut dapat dicermati pada pasal 39 UU Nomor 20 tahun2003 tentang Sisdiknas yang berbunyi : pendidik merupakantenaga profesional yang bertugas merencanakan danmelaksanakan proses pembelajaran, menilai hasilpembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,serta melakukan penelitian dan pengabdian kepadamasyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Dengan spesi�kasi kontek tugas dan ekspektasi kinerja yanghanya merujuk kelompok pendidik yang menggunakanmateri pembelajaran, maka konteks tugas dan ekspektasikinerja konselor yang tidak menggunakan materipembelajaran sebagai konteks layanan yang merupakansosok layanan ahli yang unik yang berbeda dari sosoklayanan ahli keguruan meskipun sama-sama bertugas dalamsetting pendidikan, tidak ditemukan pengaturannya dalamUU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Page 21: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

Nasional.

Banyak terjadi kejanggalan dan ketidakjelasan kebijakandari pemerintah pusat tentang profesi bimbingan dankonseling. Ketidakjelasan semakin dirasakan justru padasaat kita sedang berupaya mereformasi pendidikan kita.Contoh kasus terbaru, ketika digulirkan Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP), hingga saat ini sama sekalibelum memberikan kejelasan tentang bagaimana bimbingandan konseling seharusnya dilaksanakan. Dalam dokumenKTSP, kita hanya menemukan secuil informasi yangmembingungkan tentang bimbingan dan konseling yaituberkaitan dengan kegiatan Pengembangan Diri.

Begitu juga, dalam kebijakan serti�kasi guru, banyakkonselor dan pengawas satuan pendidikan yangkebingungan untuk memahami tentang penilaianperencanaan dan pelaksanaan konseling, karena formatpenilaian yang disediakan tidak sepenuhnya cocok untukdigunakan dalam penilaian perencanaan dan pelaksanaanbimbingan dan konseling. Tentunya masih banyak lagikejanggalan-kejanggalan yang dirasakan di lapangan, baikyang bersifat konseptual-fundamental maupun teknisoperasionalnya.

Ketidakjelasan kebijakan tentang profesi bimbingan dankonseling pada tataran pusat ini akhirnya mengimbas pulapada kebijakan pada tataran di bawahnya (messo danmikro), termasuk pada tataran operasional yangdilaksanakan oleh para konselor di sekolah. Jadi, kalau adapertanyaan mengapa Bimbingan dan Konseling di sekolahkurang optimal, maka kita bisa melihat sumberpermasalahannya, yang salah-satunya adalah ketidakjelasandalam kebijakan pemerintah terhadap profesi bimbingandan konseling.

Jika ke depannya, bimbingan dan konseling masih tetapakan dipertahankan sebagai bagian dari sistem pendidikannasional, kiranya perlu ada komitmen dan good will dari

Page 22: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

pemerintah untuk secepatnya menata profesi konseling,salah satunya dengan berupaya melibatkan AsosiasiBimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) selaku wadahyang menaungi para konselor dan para pakar konselinguntuk duduk bersama merumuskan bagaimana sebaiknyakebijakan konseling untuk hari ini dan ke depannya. 

Desentralisasi Pendidikan

Pemberian aksentuasi kepada pemerintah daerah dalamUndang-Undang Sisdiknas, diharapkan nantinyapengembangan pendidikan di tingkat lokal akan lebihefektif jika dikembangkan oleh pemerintah daerah bersamakelompok masyarakat. Sebab jenis kompetensi yangdibutuhkan oleh masing-masing daerah, berbeda satu samalain. Itulah sebabnya pasal  50 ayat (4) disebutkan bahwapemerintah kabupaten / kota berkewajiban mengelolasatuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal.

Jika setiap pasal dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebutdapat dilaksanakan secara baik dan konsekuen, makalambat laun kemelut-kemelut yang mengitari duniapendidikan kita selama ini dapat di atasi dan diantisipasi.Oleh karena itu, untuk merealisasikan semua itumemerukan dukungan dan kerja sama dari semua pihak,baik yang terlibat langsung maupun tidak. Selain itu,otonomi juga berimplikasi pada pengembangan pendidikankeagamaan di Indonesia. Otonomi pendidikan ini lebihditekankan pada pembentukan strategi dalam menghadapitantangan modernitas. Munculnya otonomi daerah sekaligusotonomi pendidikan memberikan kerja keras bagipemerintah daerah dalam menentukan arah pendidikan kedepan.

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam hal otonomipendidikan adalah mewujudkan organisasi pendidikan diseluruh kabupaten / kota yang lebih demokratis, transparan,e�sien, accountable, serta mendorong partisipasimasyarakat. Dalam konteks otonomisasi pendidikan,

Page 23: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

pembelajaran yang berlangsung di lembaga-lembagapendidikan hendaknya sudah menjadikan pemerintah padaposisi sebagai fasilitator dan bukan pengendali. Sehingga,pemetaan utama pembelajaran adalah guru sebagaipengajar dan murid sebagai yang belajar. Murid ataupeserta didik hendaknya diberi hak untuk mendapatkanpengajaran yang sesuai dengan pilihannya dan diperlakukansesuai dengan potensi dan prestasinya.

Semangat desentralisasi pendidikan yang sementara inidianggap merupakan konsep yang baik dalam pengelolaanpendidikan perlu didukung dan dimaknai secara benar.Pemerintah daerah sebagai pihak yang menerimapelimpahan wewenang tidak hanya mengedepankan haknyatetapi juga yang lebih penting adalah melaksanakankewajiban yang melekat pada wewenang yang diberikandengan kesungguhan hati. Managemen berbasis sekolahsebagai bentuk pelaksanaan otonomi pendidikan di tingkatsekolah juga harus selalu didorong untuk dapat terwujud.

Ujian Nasional

Kebijakan pemerintah tentang ujian nasional ini banyakmenimbulkan pro dan kontra, baik dalam tataran konsepteori pendidikan, kajian yuridis maupun dalamimplementasinya di lapangan. Dalam kesempatan ini akanpenulis ketengahkan pandangan dari segi yuridis tentangpenyelenggaraan ujian nasional

Keikutsertaan pemerintah, pemerintah daerah, dan lembagamandiri dalam melakukan evaluasi sebagaimana tercantumpada pasal 58 ayat (2) dan Pasal 59 Ayat (1) UU Sisdiknasadalah evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang,jenis pendidikan dan program pendidikan. Kalaupun adakewenangan mengevaluasi peserta didik, tentu yangdimaksud bukanlah terhadap hasil belajar dan kelulusannya,melainkan evaluasi terhadap kondisi peserta didik yangdapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran.Taruhlah seperti rasio peserta didik terhadap guru,

Page 24: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

pemetaan sosial-ekonomi, kelompok dan antarwilayah /daerah. Dengan begitu, hak mutlak untuk menilai prosespembelajaran dan menentukan kelulusan peserta didiknyatetap menjadi milik pendidik karena secara pedagogis parapendidiklah yang paling atau tentang peserta didiknya.

Kejanggalan kedua adalah hilangnya independen pada Pasal73 ayat (3) tentang sifat BSNP. Bunyi lengkapnya “dalammenjalankan tugas dan funginya BSNP bersifat mandiri danprofesional”. Pasal inilah yang dijadikan alasan mengapaBSNP tidak sepenuhnya independen, tetapi hanya sebagaipembantu menteri seperti tertera pada Pasal 76 ayat (1).

Kedua pasal di atas sepintas terlihat wajar. Tetapi, menjadisangat janggal ketika pasal tersebut secara tertib hukumseharusnya menjadi turunan dari ketentuan umum Pasal 1Butir 22 yang secara tegas menyebutkan “badan StandarNasional yang selanjutnya disebut BSNP adalah badanmandiri dan independen yang bertugas mengembangkan,memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasionalpendidikan”. Karena ketentuan umum merupakan klausulpokok yang turunannya tertuang dalam pasal-pasal,konsekuensinya BSNP seharusnya adalah badan independen.

Kejanggalan ketiga adalah tentang kelulusan Pasal 72 ayat(1) d menyebutkan bahwa peserta didik dinyatakan lulusdari satuan pendidikan pada pendidikan dasar danmenengah setelah memenuhi empat persyaratan. Pertama,telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran. Kedua,memperoleh nilai minimal untuk pelajaran agama, akhlakmulia, kewarganegaraan dan berkepribadian, estetika,jasmani dan kesehatan. Ketiga dan keempat lulus ujiansekolah dan lulus ujian nasional.

Syarat kelulusan pertama dan kedua sepintas mencobauntuk menghargai penilaian proses. Namun, ketika pesertadidik harus dihadapkan pada syarat lulus ujian sekolah danujian nasional, maka pada akhirnya proses pembelajaranmenjadi tidak lagi berarti. Sebab seperti yang terlihat pada

Page 25: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

kenyataan sehari-hari, sebagian besar sekolah semuakegiatan pembelajaran tercurah hanya untuk mempelajaricara menyiasati soal-soal ujian semata. Akhirnya, prosespembelajaran menjadi kering dari suasana kemanusiaan.

Penilaian hasil belajar peserta didik dengan sistem Ujiannasional membawa dampak yang sangat besar dalampraktik pendidikan formal, baik dampak yang positifmaupun negatif. Oleh karena itu perlu evaluasi dan dikajisecara komprehensif, baik dari segi hukum, sosial, ekonomi,budaya dan pendidikan.

Kesimpulan

Pendidikan pada hakikatnya adalah proses menemukanidentitas seseorang. Proses pendidikan yang benar adalahyang membebaskan seseorang dari berbagai kungkungan,atau penyadaran akan kemampuan seseorang. Meskidemikian, pendidikan dapat pula berbentuk sesuatu yangmengikat kebebasan seseorang. Hal ini akan terjadi bilapendidikan dijadikan alat oleh sistem penguasa yang adauntuk mengungkungkebebasanindividu.Sistem penguasayang dimaksudkan adalah pemerintah, yang melestarikankekuasaan melalui lembaga-lembaga pendidikan. Ketikasuatu sistem kekuasaan memaksakan kehendaknya danmerampas kemerdekaan individu berserta kebudayaan,maka pendidikan telah berubah menjadialatoppressivebagiperkembangan peserta didik. Seharusnyaproses pendidikan adalah proses yang berjalan dalamsuasana kedamaian dalam kehidupan manusia tanpakekerasan. seperti yang dimaksudkan oleh Paulo freire,proses pendidikan secara hirarki diharapkan untukmencapai koentisasi humanisasi, yakni pembebasan dalammemanusiakan manusia, atau pendidikan seutuhnya.Pendidikan dimaksudkan dalam hal ini dapat ber�kir bebastanpa ada tekanan , yang pada akhirnya menghasilkanpengetahuan, tidak hanya mengikuti arus . seperti yangsedang dialami indonesiasaatini.

Page 26: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

Sebagaimana bisa kita pahami bahwa pendidikan dimanapun dan kapanpun merupakan upaya khas manusia,sehingga pendidikan itu pada prinsipnya dilaksanakan dari,oleh dan untuk manusia sebagai anggota masyarakat. Olehkarenanya basis pendidikan seharusnya diorientasikankepada harkat dan martabat manusia yang bersifatkomprehensif dan universal. Kalau semua penyelenggaranegara ( legislatif dan eksekutif ) memahami konsep inisecara lebih mendalam maka produk – produk hukum yangberkaitan dengan pendidikan akan tercipta secara baik dansesuai dengan sasaran dan pengelola pendidikan. Di sisi lainpemerintah ( eksekutif ) sebagai pelaksana dan penegakhukum yang diciptakan oleh legislatif akan melaksanakandan menerapkannya secara konsekwen tanpa adapenyimpangan

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pendidikan Tinggi Depdiknas. 2008, PenataanPendidikan Profesional Konselor dan Layanan BimbinganKonseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung : BKUPI.

Made Pidarta. 2004, Managemen Pendidikan Indonesia,Jakarta : Rineka Cipta

Made Pidarta. 2007, Landasan Kependidikan : StimulusIlmu Bercorak Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta

Muhammad Ali. 2007, Guru Dalam Proses BelajarMengajar, Jakarta : Rineka Cipta

Nana Syaodih S. 2009,   Landasan Psikologi ProsesPendidikan, Jakarta :  Rineka Cipta

Prayitno, 2009, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan,Jakarta : Kompas Gramedia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Page 27: Landasan Yuridis Pendidikan _ HimCayoo!

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun2008 tentang Pendanaan Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun2008 tentang Guru.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar IsiSatuan Pendidikan Dasar dan  Menengah.

Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang StandarKompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar danMenengah.

Satjipto Rahardjo, 1996, Ilmu hukum, Bandung : CitraAditya Bakti

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005tentang Guru dan Dosen. 

Oleh :M A S T U R, SUDI HARZUNI. BIMBINGAN DANKONSELING PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITASNEGERI SEMARANG. 2010