landasan historis kurikulum

16
Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010 Pondasi Historis Kurikulum (Ornstein & Hunkins Bab 3) Karena banyak sarjana kurikulum sering kekurangan perspektif sejarah mereka mengandalkan sejarah pendidikan Amerika untuk menganalisis warisan kurikulum. Dengan menganalisis kurikulum 200 tahun pertama (atau lebih) sampai ke peralihan abad 20, kita dapat memandang kurikulum pada pokoknya dalam hal matapelajaran yang berubah dan filsafat perenialisme yang dominan. Baru sesudah munculnya progresifme yang diikuti behaviorisme dan saintisme dalam pendidikan perhatian dalam bidang kurikulum meluas sehingga mencakup prinsip pengembangan kurikulum. Peralihan ini muncul pada tahun-tahun awal abad ke 20. Bahasan kita akan dimulai dengan periode kolonial dan berlanjut sampai abad ke 18, 19, dan 20. Periode Kolonial (1642-1776) Landasan historis kurikulum banyak berakar pada pengalaman pendidikan di Masschussetts zaman kolonial. Massachussets banyak didiami oleh Puritan yang teguh memegang teologi. Berbeda dengan sekolah kontemporer, sekolah-sekolah pertama di Inggris Baru terkait erat dengan gereja Puritan. Tujuan utama sekolah adalah mengajar anak-anak membaca Kitab Injil dan maklumat yang terkait Nasrul/51789 Page 1

Upload: ulfia-rahmi

Post on 05-Aug-2015

1.073 views

Category:

Education


88 download

TRANSCRIPT

Page 1: Landasan historis kurikulum

Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010

Pondasi Historis Kurikulum(Ornstein & Hunkins Bab 3)

Karena banyak sarjana kurikulum sering kekurangan perspektif sejarah mereka

mengandalkan sejarah pendidikan Amerika untuk menganalisis warisan kurikulum. Dengan

menganalisis kurikulum 200 tahun pertama (atau lebih) sampai ke peralihan abad 20, kita dapat

memandang kurikulum pada pokoknya dalam hal matapelajaran yang berubah dan filsafat

perenialisme yang dominan. Baru sesudah munculnya progresifme yang diikuti behaviorisme

dan saintisme dalam pendidikan perhatian dalam bidang kurikulum meluas sehingga mencakup

prinsip pengembangan kurikulum. Peralihan ini muncul pada tahun-tahun awal abad ke 20.

Bahasan kita akan dimulai dengan periode kolonial dan berlanjut sampai abad ke 18, 19, dan 20.

Periode Kolonial (1642-1776)

Landasan historis kurikulum banyak berakar pada pengalaman pendidikan di Masschussetts

zaman kolonial. Massachussets banyak didiami oleh Puritan yang teguh memegang teologi.

Berbeda dengan sekolah kontemporer, sekolah-sekolah pertama di Inggris Baru terkait erat

dengan gereja Puritan. Tujuan utama sekolah adalah mengajar anak-anak membaca Kitab Injil

dan maklumat yang terkait masalah masyarakat. Karena itu, membaca menjadi matapelajaran

penting, diikuti dengan menulis dan mengeja. Sejak zaman kolonial, membaca dan ketrampilan

yang terkait dengan bahasa merupakan dasar pendidikan Amerika dan dasar kurikulum di

Sekolah Dasar (SD) (Ornstein & Hunkins, 1988:52).

Pada periode ini dikenal adanya pembagian tiga wilayah koloni dan sekolah kolonial.

Sekolah kolonial yang didirikan di Massachusetts berasal dari dua sumber, yaitu Legislasi 1642

dan Akta “Setan Penipu Tua” yang mengehendaki setiap kota yang memiliki 50 keluarga atau

lebih untuk menunjuk guru membaca dan menulis, dan kota yang memiliki 100 keluarga atau

lebih untuk mempekerjakan guru bahasa Latin. Aturan ini menunjukkan betapa pentingnya

pendidikan bagi Puritan. Sebagian sejarahwan menganggap ini sebagai cikal bakal sekolah

hukum Amerika dan gerakan sekolah negeri. Di koloni menengah, tidak ada bahasa atau agama

Nasrul/51789 Page 1

Page 2: Landasan historis kurikulum

Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010

yang sama. Tidak ada sistem, sekolah yang dapat dibentuk. Yang berkembang adalah sekolah-

sekolah agama dan sekolah swasta yang berkaitan dengan kelompok etnik atau agama tertentu.

Sampai akhir abad ke 18, keputusan pendidikan di koloni bagian selatan diserahkan saja pada

keluarga. Tindakan legislatif diambil hanya terkait anak-anak yatim, anak-anak miskin, atau

anak-anak tidak sah untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan pendidikan privat dan

ketrampilan vokasional. Anak-anak budak kulit hitam dilarang belajar membaca dan menulis.

Walaupun terdapat perbedaan antara sekolah-sekolah Inggris Baru, koloni tengah Atlantik, dan

koloni selatan, ketiga wilayah ini dipengaruhi oleh ide politik Inggris. Komitmen agama

memiliki prioritas tinggi di seluruh sekolah dan masyarakat. Apa yang kemudian menjadi 3R

juga berkambang dari sekolah ini. Kurikulum sekolah kolonial terdiri atas membaca, menulis,

dan sedikit berhitung sejalan dengan dasar-dasar keyakinan dan pelajaran agama.

Sekolah kolonial terdiri atas town school (sekolah kota kecil) yang merupakan sekolah

agama dan swasta, sekolah rakyat yang belajar bahasa Latin (Latin grammar school), akademi,

dan college. Di koloni Inggris Baru, sekolah kota kecil merupakan sekolah dasar populer yang

dikontrol secara lokal. Kehadiran di sekolah ini tergantung pada cuaca dan kebutuhan keluarga

menyuruh anak-anak mereka bekerja di ladang. Di koloni tengah, sekolah agama dan swasta

yang menonjol, sekolah dasar diadakan oleh misionaris dan kelompok etnik. Seperti sekolah kota

di Inggris Baru, sekolah ini juga berfokus pada membaca, menulis, dan wejangan agama. Pada

level kedua, putra masyarakat kelas atas mengikuti sekolah rakyat berbahasa Latin, yang pertama

didirikan di Boston tahun 1635. Akademi, yang didirikan tahun 1751, merupakan institusi

Amerika yang kedua yang memberikan pendidikan pada level kedua. Akademi didasarkan pada

ide Benjamin Franklin dan dimaksudkan untuk menawarkan kurikulum praktik bagi siswa yang

tidak masuk perguruan tinggi (college). Bahasa Latin tidak lagi dianggap penting, siswa boleh

memilih bahasa asing berdasarkan kebutuhan kerja mereka. Akademi juga memperkenalkan

ketrampilan tangan dan praktik ke dalam kurikulum formal; ini menjadi dasar sekolah kejuruan

di abad ke 20. Kebanyakan siswa melanjutkan pendidikan ke Harvard atau Yale setelah lulus

dari sekolah rakyat berbahasa Latin. College didasarkan atas konsepsi Puritan bahwa yang pantas

jadi pendeta adalah yang terdidik baik dalam hal-hal klasik dan injil. Kurikulum Harvard/Yale

terdiri atas matakuliah bahasa Latin, gramatika, logika, retorika, aritmatika, astronomi, etika,

Nasrul/51789 Page 2

Page 3: Landasan historis kurikulum

Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010

metafisika, dan ilmu alam. Kurikulum untuk profesi lain juga mencakup bahasa Yunani, Yahudi,

dan sejarah kuno (Ornstein & Hunkins, 1988:53--55).

Periode Nasional (1776-1850)

Misi pendidikan baru yang muncul pada periode Revolusi berlanjut sampai awal periode

nasional. Banyak pemimpin mulai menghubungkan sekolah negeri dengan ide pemerintah yang

populer dan kebebasan politik. Penekanan pada kehidupan, kebebasan, dan kesamaan

ditonjolkan dalam banyak dokumen. Dengan datangnya abad ke 19, kekuatan sekuler

menyebabkan menurunnya pengaruh agama di sekolah dasar dan menengah. Di anatara

kekuatan sekuler ini adalah perkembangan demokrasi, pemerintah federal, ide kebebasan

beragama, dan penemuan baru dalam ilmu-ilmu alam.

Di antara para ahli pada periode ini adalah Dr. Benjamin Rush, Thomas Jefferson, Noah

Webster, dan William Holmes McGuffey. Rush mengatakan bahwa penekanan pada hal-hal yang

klasik mengarah pada prasangka massa terhadap institusi pembelajaran. Menurutnya sains dalah

instrumen utama kemajuan sosial. Ia merencanakan pendidikan untuk Pensilvania dan Republik

baru sebagai berikut: sekolah dasar gratis untuk kota kecil yang terdiri atas 100 keluarga atau

lebih, akademi gratis pada level county (kabupaten), dan universitas dan perguruan tinggi gratis

untuk level negara bagian. Kurikulum Rush menekankan pada membaca, menulis, aritmatika di

SD; bahasa Inggris, bahasa Jerman, seni dan sains khusus di sekolah menengah dan perguruan

tinggi; tatakrama dan prinsip moral dari awal sampai akhir sekuens pendidikan.

Keyakinan pada masyarakat agraris dan ketidakpercayaan pada proletar merupakan ide

dasar demokrasi Thomas Jeferson. Ia mengusulkan rencana penyediaan kesempatan pendidikan

gratis bagi semua masyarakat. Jefferson berencana membagi Virginia menjadi beberapa distrik

yang masing-masingnya memiliki sekolah dasar (elementary school) gratis yang mengajarkan

membaca, menulis, aritmatika dan sejarah. Ia juga berencana menyediakan 20 sekolah rakyat

(grammar school) pada level kedua dengan beasiswa. Setelah tamat sekolah rakyat, separuh

penerima beasiswa akan diangkat menjadi guru sekolah distrik atau SD, dan separuh yang

berprestasi melanjutkan ke William & Mary College. Rencana Jefferson ini mempromosikan ide

sekolah sebagai penyeleksi orang-orang pintar yang akan melanjutkan pendidikan sekaligus ide

Nasrul/51789 Page 3

Page 4: Landasan historis kurikulum

Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010

tentang kesamaan kesempatan pendidikan bagi yang kurang mampu secara ekonomis. Baik

rencana Rush maupun Jefferson tidak menjadi kenyataan (Ornstein & Hunkins, 1988:56--57).

Berbeda dari negara-negara lain yang berjuang mencari identitas, Amerika Serikat (AS)

tidak memiliki satu identitas budaya dan literatur nasional. Tahun 1789, ketika Konstitusi

diberlakukan, Webster mengatakan bahwa AS harus memiliki sistem bahasa dan

pemerintahannya sendiri. Menyadari bahwa rasa identitas bangsa diperoleh melalui bahasa dan

sastra nasional, Webster merencanakan menata ulang bahasa Inggris yang digunakan di AS. Dia

langsung menghubungkan bahasa dengan pendidikan yang terorganisir. Karena kurikulum

sekolah yang diAmerikakan ini akan dibentuk oleh buku yang akan dibaca siswa, Webster

banyak menulis buku tentang ejaan dan membaca. McGuffey juga berbicara tentang

nasionalisme budaya Amerika ini. Dia menggabungkan kepercayaan Kristen dengan kekuatan

penduduk pedesaan Amerika seperti rasa patriotisme, heroisme, kerja keras, kerajinan, dan

kehidupan yang keras. Penekanannya adalah pada moral, agama, kapitalisik, dan pro-Amerika.

Melalui bukunya Readers, ia membukakan jalan untuk sistem penjenjangan pendidikan

(Ornstein & Hunkins, 1988:58).

Para Pendidik Eropa Abad ke 19

Walaupun banyak kritikan ditujukan pada pemikiran Eropa, pendidikan Amerika justru

dipengaruhinya. Pada level perguruan tinggi, para pendidik Jerman mempengaruhi bidang ilmu

alam, psikolgi, dan sosiologi; banyak universitas yang berorientasi penelitian di Amerika

didasarkan pada model Jerman. Di antara para pendidik Eropa itu ialah Johann Heinrich

Pestalozzi (Swis), Friedrich Froebel (Jerman), John Freidrich Herbart (Filosof Jerman), dan

Herbert Spencer (Inggris) (Ornstein & Hunkins, 1988:59 – 61).

Pestalozzi meletakkan dasar untuk SD moderen dan membantu mereformasi praktik SD.

Menurut Pestalozzi, pendidikan harus dikembangkan dengan metode “umum” dan metode

“khusus”. Metode umum menghendaki para pendidik untuk memberikan keamanan emosi,

kepercayaan, dan kasih sayang pada anak-anak, metode khusus memperhatikan indra dengar dan

lihat anak-anak dalam proses mengajar. Untuk itu, Pestalozzi mengembangkan “object lesson”

Nasrul/51789 Page 4

Page 5: Landasan historis kurikulum

Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010

yang memperkenalkan tiga jenis belajar – bentuk, angka, dan bunyi (Ornstein & Hunkins,

1988:59).

Sementara itu, Froebel dikenal dengan pengembangan taman kanak-kanaknya yang dia

sebut “Taman anak”. Froebel mengusulkan bahwa pendidikan hendaknya dimulai ketika anak

berusia 3-4 tahun dan didasarkan pada permainan yang terorganisir. Di taman kanak-kanak (TK)

Froebel, belajar didasarkan atas kegiatan mandiri dan perkembangan diri anak serta kepercayaan

dan rasa sayang anak. Nyanyi, cerita, material warna warni, dan pemainan menjadi bagian dari

kurikulum formal. Konsep TK ini dibawa oleh imigran Jerman ke Amerika, dan TK pertama

Amerika didirikan di Watertown, Wisconsin tahun 1855 oleh Margaret Schurz (Ornstein &

Hunkins, 1988:60).

Filosof Jerman terkenal J.F. Herbart meyakini bahwa tujuan utama pendidikan adalah

mengembangkan karakter moral. Ia mengembangkan dua bidang matapelajaran, yaitu peminatan

pengetahuan dan peminatan etika. Peminatan pengetahuan mencakup data empiris, data faktual,

dan ide teoretis; peminatan etika yang mencakup konviksi personal, kebajikan, dan penghargaan

pada kesejahteraan sosial orang lain, keadilan, dan persamaan. Herbart adalah penolong

terbentuknya metode pembelajaran formal yang mencakup langkah-langkah: persiapan,

presentasi, asosiasi, generalisasi, dan aplikasi. Langkah ini tidak hanya diadopsi oleh guru-guru

kelas tetapi juga diaplikasikan dalam pelatihan guru (Ornstein & Hunkins, 1988:61).

Herbert Spencer adalah ahli ilmu sosial Inggris yang mendasarkan ide pendidikannya pada

teori Charles Darwin tentang evolusi biologis dan kebertahanan hidup. Menurut Spencer,

perkembangan sosial berlangsung menurut proses evolusi yang dengannya masyarakat sederhana

berkembang menjadi lebih kompleks yang ditandai dengan meningkatnya profesi dan pekerjaaan

yang makin terspesialisasi. Spencer juga mengkritik doktrin agama dan matapelajaran klasik

dalam pendidikan karena tidak ilmiah dan tidak sesuai dengan masyarakat kontemporer.

Sebaliknya, dia menyarankan kurikulum yang cocok dengan masyarakat industri – kurikulum

yang ilmiah dan praktis. Bagi Spencer, tujuan utama pendidikan adalah “mempersiapkan

kehidupan yang lengkap”. Untuk mendukung hal ini, Spencer membentuk kurikulum yang

memprioritaskan kegiatan manusia untuk memajukan kemampuan bertahan hidup. Menurutnya,

sains sangat penting untuk melindungi diri dan untuk menyelamatkan kehidupan. Spencer juga

Nasrul/51789 Page 5

Page 6: Landasan historis kurikulum

Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010

percaya bahwa siswa seharusnya tidak diberitahu apa yang akan dipikirkan tetapi didorong untuk

menemukan sebanyak mungkin. Ide-ide ini cocok dengan ide para pemikir pada paruh kedua

abad ke 19 dan nosi Spencer tentang belajar melalui penemuan juga mempengaruhi ahli

kurikulum abad ke 20 (Ornstein & Hunkins, 1988:61).

Munculnya Pendidikan Universal (1820 – 1920)

Selama awal abad ke 19 Amerika berkembang ke barat. Kehidupan di perbatasan baru ini

memperdalam keyakinan bangsa Amerika tentang orang-orang awam yang membangun bangsa

mereka. Mereka percaya bahwa semua orang memiliki peran penting dan untuk bertahan hidup

setiap orang harus memiliki pekerjaan. Keyakinan ini mendorong mereka untuk mendirikan

sekolah. Jenis sekolah yang berkembang saat itu adalah sekolah monitor, sekolah bersama¸

sekolah lanjutan, akademi, dan sekolah menengah (Ornstein & Hunkins, 1988:62 -68).

Sekolah monitor adalah temuan bangsa Eropa, berdasarkan pada model pendidikan Joseph

Lancaster dan berkembang cepat di pusat-pusat perkotan Amerika. Daya tarik utamanya adalah

ia murah. Siswa yang pintar digunakan jadi instruktur bagi teman-temannya setelah dia

mengikuti pelajaran dengan guru. Pembelajaran dilakukan sangat terstruktur dan didasarkan pada

penghapalan dan latihan 3R. Guru lebih banyak sebagai inspektur dan supervisor. Sekolah

monitor ini mempromosikan pendidikan massa tetapi sistemnya dianggap terlalu mekanik dan

dikritik arena menggunakn siswa sebagai guru temannya. Menjelang pertengahan abad ke 19

populeritasnya makin berkurang.

Sekolah bersama untuk tingkat SD didirikan tahun 1826 di Massachusetts dan diikuti

kemudian oleh Connecticut dengan fokus tetap pada 3R. Di Inggris Baru, legislator mendorong

berdirinya sekolah distrik dan memilih dewan sekolah serta membuat hukum yang mengatur

sekolah. Tradisi yang dibangun di seputar sekolah bersama – ide sekolah lingkungan, kontrol

lokal terhadap sekolah, dan dukungan pemerintah terhadap sekolah -- mengambil tempat yang

mantap dalam hati dan pikiran orang-orang Amerika. Di sekolah bersama tidak ada kesepakatan

tentang kurikulum. Sekolah menengah Amerika didirikan atas dasar prinsip yang digunakan oleh

sekolah bersama ini, yaitu dikontrol secara lokal dan didukung dengan pajak.

Nasrul/51789 Page 6

Page 7: Landasan historis kurikulum

Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010

Pada awal abad ke 19 akademi mulai menggantikan sekolah rakyat berbahasa Latin dan

pada pertengahan abad ke 19 menjadi dominan. Salah satu tujuan utama akademi adalah

pembentukan matapelajaran yang memiliki nilai lebih dari sekedar persiapan untuk perguruan

tinggi, khususnya matapelajaran yang berguna dalam mempersiapkan generasi muda untuk

menghadapi kondisi masyarakat yang selalu berubah.

Walaupun beberapa sekolah menengah telah ada pada pertengahan awal abad ke 19,

sekolah menengah baru menjadi institusi utama di Amerika sejak tahun 1874. Siswa diizinkan

masuk sekolah swasta tetapi negara berhak menentukan standar minimum untuk semuanya.

Sekolah menengah tersebut menekankan program persiapan memasuki perguruan tinggi, tetapi

juga memberikan pendidikan lengkap bagi siswa yang tidak akan melanjutkan ke perguruan

tinggi. Kurikulumnya lebih beragam daripada akademi.

Periode Transisi (1893 – 1918)

Dari periode kolonial sampai kedatangan abad ke 20, kurikulum tradisional -- yang

menekankan kajian klasik untuk persiapan ke perguruan tinggi -- mendominasi sekolah dasar dan

menengah. Sejalan dengan kajian klasik ini, semakin banyak matapelajaran ditambahkan ke

dalam kurikulum. Pada tahun 1893 sampai 1895, Asosiasi Pendidikan Nasional membentuk tiga

komite: Komite 15 Pendidikan Dasar, Komite 10 Kajian Sekolah Menengah, dan Komite untuk

Persiapan Masuk Perguruan Tinggi. Ketiganya bertugas menentukan kurikulum sekolah. Komite

15 banyak dipengaruhi oleh pikiran Charles Elliot tentang kebutuhan akan reformasi pendidikan.

Pada umumnya komite ini menolak ide munculnya matapelajaran baru dan prinsip pedagogi

yang mencirikan gerakan reformasi pionir Eropa sejak awal tahun 1800an. Komite 10 adalah

yang paling berpengaruh. Mereka memilih 9 matakuliah akademi yang menjadi acuan

penyusunan kurikulum sekolah menengah, yaitu: bahasa Latin, bahasa Yunani, bahasaInggris,

bahasa-bahasa moderen lain, Matematik (aljabar, geometri, trigonometri, dan aljabar lanjut),

ilmu fisik (fisika, astronomi, dan kimia), sejarah alam dan ilmu biologi (biologi, botani, zoologi,

dan fisiologi), ilmu-ilmu sosial (sejarah, pemerintahan sipil, ekonomi politik), dan geografi,

geologi, dan meteorologi. Komite untuk Persiapan Masuk Perguruan Tinggi merekomendasikan

Nasrul/51789 Page 7

Page 8: Landasan historis kurikulum

Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010

agar memperkuat aspek persiapan masuk perguruan tinggi melalui kurikulum sekolah menengah

(Ornstein & Hunkins, 1988: 68 - 71).

Secara bertahap, sekolah didorong untuk melakukan perubahan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat yang terus berubah. Tekanan yang meningkat terhadap kurikulum

tradisional makin nyata pada peralihan abad 19. Dipercaya bahwa kajian klasik tidak memiliki

nilai mental atau disipliner lebih besar daripada matapelajaran lain. Salah seorang yang menolak

kurikulum tradisional sekolah menengah dan menawarkan kurikulum moderen untuk masyarakat

kontemporer adalah Abrahan Flexner. Kurikulumnya terdiri atas sains, industri,

kewarganegaraan, dan estetika. Pada tahun Flexner mempublikasikan laporan sekolah

moderennya, John Dewey menerbitkan Democracy and Education. Dewey berpendapat bahwa

mata-matapelajaran tidak dapat ditempatkan pada hirarki nilai dan matapelajaran yang lebih

penting adalah sains. Tahun 1918 Komisi NEA tentang Reorganisasi Pendidikan Menengah

mempublikasikan buku Cardinal Principles of Secondary Education yang menekankan

pengembangan anak secara utuh (Ornstein & Hunkins, 1988: 71 - 72).

Lahirnya Kurikulum sebagai Bidang Kajian (1918 – 1949)

Awal abad ke 20 adalah period bergejolaknya pendidikan. Kurikulum sudah dipandang

sebagai ilmu, dengan prinsip dan metodologi, tidak hanya sebagai muatan atau matapelajaran.

Para ahli yang dikenal pada masa ini adalah Franklin Bobbitt dan Warren Charters yang

dipengaruhi oleh ide efisiensi, Harold Rugg dan Caswell, serta Tyler. Ide efisiensi mendorong

pembuatan kurikulum yang lebih ilmiah, yang mengarahkan proses belajar mengajar yang lebih

mendukung prilaku nyata melalui aktivitas merespon dan pengalaman belajar. Buku Bobbitt The

Curriculum dianggap sebagai buku pertama yang betul-betul membahas kurikulum sebagai suatu

sains. Selam periode ini, metode Bobbitt dianggap canggih. Panduannya untuk menyeleksi

tujuan adalah: (1) membuang tujuan yang tidak praktis atau tidak dapat dicapai melalui kehiupan

normal, (2) menekankan tujuan yang penting untuk kesuksesan atau hidup masa tua, (3)

menghindari tujuan yang berlawanan dengan komunitas, (4) melibatkan komunitas dalam

memilih tujuan, (5) membedakan antara tujuan untuk semua anak dengan tujuan untuk sebagian

anak, (6) mengurutkan tujuan sedemikian rupa untuk menentukan seberapa jauh yang harus

Nasrul/51789 Page 8

Page 9: Landasan historis kurikulum

Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010

dicapai siswa tiap tahun – menentukan kriteria pencapaian. Charters mendukung pendekatan

behavioris yang sama, yang ia sebut pendekatan ‘ilmiah’. Ia menganggap kurikulum sebagai

serangkaian tujuan yang harus dicapai siswa melalui serangkaian pengalaman belajar (Ornstein

& Hunkins, 1988: 73 - 74).

Tahun 1927, the National Society for the Study of Education (NSSE) menerbitkan buku

tahunan mereka yang ke 26. Buku tahunan ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama merupakan

kritikan terhadap pendidikan tradisional dan penekanannya pada matapelajaran, drill, hapalan,

dan disiplin mental. Bagian kedua menjadi teks panduan yang menjelaskan hakikat pembuatan

kurikulum. Buku tahunan ini mengidentifikasi sembilan ciri-ciri kurikulum yang ideal (lihat

Ornstein & Hunkins, 1988: 76).

Selama akhir tahun 1920an, 1930an, dan awal 1940an sejumlah buku penting diterbitkan

tentang prinsip dan proses kurikulum dan tentang teknik untuk membantu guru membuat

kurikulum. Harold Rugg, ketua buku tahunan NSEE, yang mengikuti keyakinan Bobbitt dan

Charters tentang ‘ilmu kurikulum’ mengusulkan agar kurikulum direncanakan oleh guru di awal

dan menolak kurikulum yang didasarkan pada kebutuhan atau minat spontan anak. Caswell

berusaha membantu guru dengan menyediakan prosedur pembuatan kurikulum (Ornstein &

Hunkins, 1988: 76 - 77).

Pembicaraan tentang kurikulum sebagai bidang kajian tidaklah lengkap tanpa

membicarakan Tyler. Dalam bukunya setebal 128 halaman yang berjudul Basic Principles of

Curriculum and Instruction Tyler mengajukan 4 pertanyaan pokok yang harus dijawab oleh

seseorang yang merencanakan atau menulis kurikulum: (1) tujuan pendidikan apa yang akan

dicapai sekolah? (2) pengalaman pendidikan apa yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan

tersebut? (3) Bagaimana pengalaman pendidikan ini diorganisir secara efektif? dan (4)

Bagaimana kita bisa menentukan bahwa tujuan ini sedang dicapai? (Ornstein & Hunkins, 1988:

78). Walaupun dikritik, model Tyler ini menyimpulkan prinsip-prinsip terbaik pembuatan

kurikulum selama paruh pertama abad ke 20.

Kesimpulannya ialah bahwa walaupun kita tidak sependapat tentang konsep an rinsip

kurikulum, bidang kajian kurikulum ini terus berkembang. Nosi 3R berubah menjadi 4R dengan

masuknya melek komputer (computer literacy) , dan berkembang lagi menjadi 5R dengan

Nasrul/51789 Page 9

Page 10: Landasan historis kurikulum

Curriculum foundations, principles, and issues--- Ornstein & Hunkins Tahun 2010

tambahan bahasa asing (foreign language). Bidang kajian kurikulum juga makin matang,

menjadi lebih intedisipliner, lebih ilmiah, dan lebih kualitatif.

Nasrul/51789 Page 10