lampiran a: bukti bimbingan

36
xvii LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

Upload: others

Post on 19-Mar-2022

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xvii

LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

Page 2: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xviii

Page 3: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xix

LAMPIRAN B: TRANSKRIP WAWANCARA

Wawancara dengan FIC Ketofastosis Indonesia (KFI)

1. Kalau boleh tau apa jabatan dan peran pak Budi di KFI?

2. Bagaimana upaya KFI dalam memperkenalkan program Ketofastosis kepada

masyarakat dari awal sampai sekarang?

3. Apakah menurut Bapak, media yang digunakan untuk menyampaikan

informasi Ketofastosis sudah cukup efektif? Apa alasannya?

4. Menurut pandangan Bapak, kesulitan apa yang sering dialami oleh masyarakat

saat menjalani ketofastosis?

5. Apakah ada perbedaan jadwal fasting bagi setiap individu, terutama bagi

penderita diabetes?

6. Apa saran dan arahan dari Bapak untuk penderita diabetes yang ingin

menjalani ketofastosis?

7. Apakah KFI menyediakan layanan konseling/mentoring secara one on one

kepada individu yang membutuhkan pemantauan khusus saat menjalankan

ketofastosis?

8. Kalau boleh tau, apa alasan KFI tidak memiliki aplikasi?

T: Kalau boleh tau apa jabatan dan peran pak Budi di KFI?

J: Kalau secara struktural, itu tidak ada organisasi. Jadi ini murni komunitas. Jadi

kalaupun ada pengelola, terkesan ada pengurus, itu murni volunteer, sifatnya

Page 4: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xx

sukarela, tidak ada yang dibayar. Jadi benar-benar murni komunitas, tidak ada

pengurus resmi, ketua siapa tidak ada.

T: Dalam komunitas KFI ini ada tim yang melayani orang-orang yang ingin

konseling secara personal?

J: Iya betul, istilah awamnya mungkin senior, tapi senior ini ada istilahnya

Fastosis in Charge (FIC). Fatosis sendiri dari kata Fasting on Ketosis. Jadi

maksudnya orang yang sudah menjalankan gaya hidup ini setelah sekian lamanya.

Boleh dibilang komunitas ini dimulai sejak 2016 awal, yang masih bertahan,

orang-orang yang masih menerapkan gaya hidup ini sejak lama sejak tahun 2016

itu lah yang akahirnya menjadi FIC saat ini. Saya juga termasuk FIC, saya sudah

menjalani Ketofastosis ini sejak Januari 2016 dan sampai sekarang masih

berlanjut.

T: Boleh diceritakan secara singkat awal mula terbentuknya komunitas ini?

J: Jadi kalau berbicara komunitas ini sejak 2016, dimulai dari grup WA yang

isinya 30-40 orang, itu pun kenapa latar belakangnya dibentuk grup WA itu

adalah dari perjalanan foundernya sendiri, yaitu mas Tyo. Jadi mas Tyo

menemukan, bukan diet, tapi ilmu dibalik gaya hidup yang dijalankan ini, semua

bermula dari kisah anaknya sendiri. Ngga tau mba Tirza sudah sempat dapet cerita

itu atau belum, tapi kalau belum aku rewind sedikit. Jadi pada saat anaknya mas

Tyo itu yang bernama Alif itu belum lahir, dia sudah mendapat indikasi bahwa dia

mengidap Cerebral Palsy. Jadi perkembangan otaknya tidak bagus. Pada saat

Page 5: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxi

lahir seperti dugaan betul, intinya dokter sebenarnya sudah hampir angkat tangan,

jadi pilihannya kalau ngga operasi tapi juga dengan peluang tidak besar atau

yasudah tinggal tunggu waktu. Mas Tyo kebetulan latar belakangnya sebagai Ahli

Teknik, dia terpicu untuk beljar secara otodidak. Jadi apa yang menjadi kendala

dokter saat itu dia pelajari, Celebral Palsy itu apa, kenapa, problemnya ada

dimana. Dia kejar terus sampai dia ketemu satu kata kunci kalau anaknya itu

kekurangan Mielin. Mielin itu selubung sel-sel syaraf yang ada di otak. Nah

berawal dari situ lah mas Tyo secara otodidak belajar untuk mengetahui

bagaimana mielin ini bisa terbentuk, bagaimana caranya, otomatis juga belajar

biomolukuler, belajar metabolism, dan segala macem. Dan itu semua otodidak. Itu

kurang lebih dia belajar itu 3 tahun. Nah kebetulan beliau juga diijinkan dalam

kondisi finansial yang cukup, kemudian emang fokus ke anak, suami istri, mas

Tyo dan istrinya sepakat untuk fokus ke alif anaknya. Jadi dia memastikan apa

yang dia pelajari itu benar-benar safe untuk anaknya sendiri. Jadi sebenarnya

ceritanya seperti. Nah pada saat sudah diterapkan ada beberapa perbaikan,

mungkin mbak tirza bisa liat beberapa videonya si Alif sekarang, yang akhir-akhir

ini juga banyak beredar di Facebook. Gakeliatan kalau dia dulu Celebral Palsy-

nya gimana sampai dokter juga nyerah. Nah tidak usah tunggu sekarang, dari

sejak diterapkan itu kurang lebih (sebelum komunitas itu didirikan dari grup wa

itu tadi) sudah berjalan 6-7 tahun. Jadi timeline-nya kebayang ya, jadi mas Tyo

dan Alif itu sudah menjalaninya kurang lebih 6-7 tahun. Nah dari perjalanan 6-7

tahun banyak orang melihat, terutama tetangga, kemudian orang-orang deket. Nah

makanya karena makin banyak, biasa kan MLM, dari mulut ke mulut, lihat

Page 6: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxii

sendiri, akhirnya dibentuklah grup wa itu yang merupakan cikal bakal komunitas

ketofastosis yang pertama kali secara virtual, dunia maya. Jadi dulu kumpulan 30-

40 orang itu orang-orang sakit berat semua, stroke, diabetes, macem-macem,

serem-serem pokoknya, gagal ginjal, jantung, leukimia. Jadi pada awal-awal itu

emang jauh dari kata diet, benar-benar jauh. Nah kenapa sekarang ini kok

terkesannya seperti diet, satu sisi kita dan ketogenik itu hampir mirip, karena

kalau dilihat dari diet keto-nya. Tapi dapat dipahami dan dimaklumi kenapa bisa

mirip, karena secara fisiologi bicara ilmu faal tubuh, ya cara untuk bisa sehat kan

sebenarnya simple, defisit kalori. Cuma ada yang caranya dengan hitung-hitungan

makanan, nah itu ketogenik kalau hitung-hitungan makanan, atau diet yang

lainnya. Nah kalau di ketofastosis defisit kalorinya simple, dengan cara terapin

puasa, sudah selesai. Jadi that’s it simple aja, kita terrapin jendela puasa dan kita

terrapin jendela makan. Jadi makanya mba Tirza mungkin sering denger istilah

16:8, 18:6, 20:4. 16:8 itu berarti artinya 16 jam puasa, 8 jam makan, dan

seterusnya. Nah terus yang dimakan apa? Nah karena sudah mencapai defisit

kalori lewat puasa, otomatis yang dimakan ngga perlu ditimbang-timbang lagi.

Asal tidak membatalkan kondisi metabolisme yang sudah tercipta dari puasanya,

yaitu kondisi ketosis. Jadi sbenarnya caranya berbeda nih, antara ketogenik di

defisit makanan, tujuannya sama nih mau mencapai ketosis. Kalau di ketofastosis,

defisit kalorinya lewat puasa, tapi tujuan akhirnya sama, menuju ketosis. Apapun

itu diet, atau pola hidup sehat kalau bisa kan polanya sustainable. Kita dah jauh

dari soal nurunin berat badan ya, karena kalau nurunin berat badan itu kan target,

kalau Sudha tercapai yasudah. Tapi kalau kita ngomong pola hidup sehat,

Page 7: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxiii

misalnya mbak tirza nih dengan pola hidup yang sekarang merasa sehat, dan

terkonfirmasi dengan hasil lab yang konstan, stabil, selalu bagus, tidak ada dalam

kurun waktu belasan tahun tidak ada perubahan, selalu oke, maka itu kan pola

hidup sehat yang tentu mbak tirza ingin terrapin seumur hidup. Apalagi kalau

sehatnya itu tidak tergantung obat, supplement, dan superfood. Kan prinsip sehat

begitu, kalau sehatnya masih tergantung sama obat dan suplemen artinya itu

belum sehat Namanya, karena ditopang.

Balik lagi ke pertanyaan mbak Tirza tadi bagaimana caranya, ya memang kalau

melihat kronologinya seperti ini tidak bakal kepikiran, mas Tyo dan teman-teman

FIC ini 5 tahun lagi itu target sampe 300ribu member di grup facebook, ya

mengalir aja bahkan dengan dinamika orang yang sekarang yang kadang

menerapkan KF hanya untuk menurunkan berat badan, kita gabisa larang. Kita

tetap fokusnya di edukasi, nah edukasinya seperti apa. Bukan edukasi caranya biar

turun berat badan dan segala macam, kita benar-benar edukasi di sisi

sesungguhnya metabolisme kita itu bisa kita pelajari sebenarnya. Jadi pertanyaan

besarnya orang di zaman modern ini kan semua mau hidup sehat, tapi hidup sehat

ini kan yang mau seperti apa. Karena sekarang ini banyak teorinya, banyak teori

yang kalau kita ngga punya dasar yang kuat, kita akan bingung sendiri. Contoh

paling sederhana, dokter spesialis A ngomong ini, dokter spesialis B ngomong ini,

belum yang C sampe Z kita bingung sendiri ini yang benar yang mana. Nah disitu,

yang kita edukasi di sisi itu.

Page 8: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxiv

T: Jadi KF ini dibangun untuk orang2 yang memang tertarik mempelajari

ketofastosis ini ya?

J: Betul, makanya kadang kalau kita disangka sama seperti ketoganik, kita ngga

bisa ngelak. Tapi kita harus bisa menunjukkan perbedaanya dimana. Kemudian

kita harus bisa memfilter motivasinya apa dulu nih. Kalau hanya untuk berat

badan, kadang-kadang saya kasih tau ngga usah keto, cukup makan sayur buah aja

sudah turun kok berat badan. Nah disitu, edukasinya disitu

T: Kalau di ketofastosis tidak ada ketentuan pembatasan jumlah makanan, berarti

sewaktu di jendela makan kita bisa makan sampa kenyang aja ya?

J: Betul, karena sebenarnya menyederhanakan pola pikir yang selama ini sudah

terbentuk, orang berpikir selama ini kalori itu dari makanan. Pertanyaannya kalau

kalori itu dari makanan, pada saat kita sedang tidak makan, kira-kira tubuh ambil

energi darimana? Nah ternyata memang terbukti pada tubuh kita pun juga ada

kalori juga, makanya kita tidak lagi terikat dengan harus nimbang makanan, harus

ngukur kalori. Sifat makanan pada jendela makan atau refill itu benar-benar hanya

untuk refill. Hanya untuk mengisi ulang apa yang sebelumnya di puasa tadi sudah

dipakai. Bayangin kaya baterai lah, baterainya sudah dipakai, lalu dicas lagi

ibaratnya. Nah patokannya supaya tau penuh gimana? Ya simple, ngga usah

hitung kalori lagi, sinyal kenyangnya muncul ngga?

T: Kalau dari pengalaman saya, sewaktu menjalankan ketofastosis, saya

mengalami gejala transisi berupa tubuh menjadi lemas, itu karena apa ya pak?

Page 9: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxv

J: Karena itu tadi, yang aku sempat bilang. Karena kita edukasinya lebih dalam,

bukan soal makananan tapi berbicara tentang tubuh kita yang punya dua macam

metabolisme, jadi bahan bakar sel-sel tubuh kita ada dua macam. Satu

metabolisme dari gula darah, atau glukosa, yang satu lagi lemak, atau yang lebih

dikenalnya asam lemak bebas. Asam lemak bebeas ini kalau dipecah lagi lebih

sederhananya disebut dengan istilah keton, jadi keton itu mengacu ke kondisi

yang dihasilkan dari ketosis. Nah jadi kan ada dua macam metabolisme, apa yang

terjadi pada mbak tirza itu kenapa bisa lemas dan seala macam, karena sel itu

kalau masih bagus, harusnya dia mudah berpindahnya. Ibarat kalau mesin,

misalnya genset mau switch dari PLN ke gensetnya sendiri itu harusnya gampang.

Tapi seperti yang kita tau, mungkin riwayat orang berbeda-beda, kalau ada

kesulitan pergantian artinya ada penurunan efisiensi di sel itu, di fleksibitlitasnya.

Nah makanya memang sering di zaman modern ini fleksibilitas selnya ini sudah

jauh menurun. Itulah makanya kalau di komunitas ini dikatakan “butuh amunisi.”

Amunisi ini lah sebenarnya yang membantu untuk transisi dari metabolisme yang

glukosa tadi jadi menggunakan lemak. Kaya dikenalin. Ya mungkin selama ini

mbak tirza lebih paham, aku juga punya riwayat dari sejak kecil sampai sebelum

lima tahun dari hari ini, ya kita kan makan karbonya luar biasa. Kita tergantung

sama “asupan makanan”. Kalau nggak makan kita mudah sensi, mudah muncul

gejala, hal-hal itu yang menunjukkan bahwa sel-sel kita fleksibilitasnya menurun.

Nah begitu udah dikenalkan, anehnya jadi ngga muncul gejala lagi. Makanya

mbak tirza waktu yang sebulan itu terasa lebih enteng, bisa puasa sampai jam 12,

sesuatu yang mungkin sebelumnya, lepas sarapan pagi aja susah. Kayanya ngga

Page 10: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxvi

mungkin dan bisa maag. Tapi begitu sudah dikenalkan, “lho kok bisa ya dan

maagnya ngga muncul?”. Nah pada saat ini tercapai, pada saat sel-sel tubuh itu

bisa berpindah metabolismenya menggunakan lemak, nah disitulah tidak muncul

lagi gejala. Walaupun angka gula darah puasanya mengkhawatirkan bagi yang

melihat, seperti ada yang pernah di bawah 80 ada yang pernah sampai 60, 40 juga

ada. Sampai orang yang ngeliat jadi takut sendiri, “ini ngga papa nih? Ga lemes?

Ga kliyengan?”

T: Amunisi yang dimaksud itu VCO Oil dan Immunator Honey?

J: Kalau Immunator Honey itu bukan, itu lebih ke terapi pelangkap atau

pendamping jadi tuh lebih ke sisi membantu efisiensi sistem imun kita. Kalau

yang VCO betul itu memang fungsinya sebagai amunisi untuk membantu

metabolisme tadi.

T: Selain VCO ada lagi amunisi yang diperlukan?

J: Itu aja sih sebetulnya, dan itu udah wajib. Logikanya begini, kalau orang yang

mau jalanin ini stock body fatnya udah banyak, yang sudah obes banget, kan

logikanya berarti sumber lemaknya udah banyak dong, tinggal diakses aja. Nah

jadi biasanya kalau dia sudah terapin puasa pendek dan menunya udah benar-

benar tidak ada karbo, biasanya dia akan gampang banget ketosisnya, tanpa perlu

dibantu VCO. Kecuali mungkin dia ada faktor homorbit seperti ada hipertensi,

sudah divonis diabet, misalnya begitu. Atau mungkin sudah ada resiko

cadiovaskuler. Nah itu perlu dibantu, karena fleksibilitasnya sudah jauh lebih

Page 11: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxvii

rendah lagi. Jadi amunisi itu membantu untuk ketosis, tergantung fleksibilitasnya.

Ada yang obesitas tanpa pakai VCO bisa ketosis. Tapi ada yang perlu VCO sekian

lama baru bisa lepas VCO-nya. VCO hanya membantu untuk transisi, jadi

sifatnya tidak wajib, menyesuaikan dengan keadaan masing-masing individu.

T: Bagaimana upaya KFI dalam memperkenalkan program Ketofastosis kepada

masyarakat dari awal sampai sekarang?

J: Saat ini banyakan di media sosial, jadi awalnya kan di whatsapp, terus dari

whatsapp berkembang, karena dia terbatas 257 member, kita sampai bikin 3 grup

waktu itu. Dari grup satu beranak ke grup 2, terus beranak lagi ke grup 3. Lama-

lama pusing, karena apa yang dibagikan di grup 1 harus diupdate ke grup 2 dan

seterusnya. Nah waktu itu ada telegram dengan super groupnya, nah kita pindah

kesitu. Tapi whatsapp tetap dipelihara. Namun karena 3 grup itu ngga bisa

menampung juga, akhirnya mulailah ada grup wa di daerah/kota-kota Indonesia.

Nah itu dinamikanya, lalu teman-teman FIC yang sudah ngikutin dari 2016,

mereka bersedia juga secara sukarela menjadi FIC juga di grup-grup lokal

tersebut, yang kebetulan mereka berdekatan dengan lokasi geografisnya. Jadi kita

tersebar tuh, grup wa dari Sabang sampai Merauke, boleh dibilang whatsapp ada

telegram juga ada, selain grup pusatnya di telegram. Sp far sekrang ada 4000

member, di luar yang grup-grup khusus penyakit. Jadi di telegram itu kita bagi

lagi menjadi grup-grup khusus penyakit seperti diabetes, terus grup displidemia,

grup untuk cancer. Nah FIC yang ada disini disesuaikan dengan testimoni dari

mereka yang sudah survive melewati penyakit-penyakit tersebut. Jadi misalnya

Page 12: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxviii

penyintas diabetes, kumpul di grup khusus diabetes, terus mereka yang cancer ada

kumpul di grupnya sendiri juga. Nah sebelum telegram, ada Facebook juga, tapi

Facebook ini lebih awal sebelum WA, tapi dulu dinamikanya Facebook benar-

benar murni technical banget, jadi dulu member grup KF di Facebook awalnya

banyak orang bule, orang luar. Bahasanya pakai Bahasa Inggris karena mas Tyo

lagi banyak sharing dan mengasah kemampuan otodidaknya, hasil otodidaknya

dia. Jadi dia banyak lewat Facebook waktu itu, aku ngga tau persis karena waktu

itu aku belum masuk ke grup Facebooknya. Aku baru gabung ke grup

Facebooknya di 2016 akhir, dan itu sudah banyak orang Indonesia. Jadi berganti

dinamikanya, dari yang awal membahas jurnal dan technical, lama-lama banyak

sharing cara jalanin, lebih ke practical, tips, dan testimoni gimana cara jalanin

ketofastosisnya. Kadang juga ada yang sharing resep rendah karbo disitu. Nah

selain facebook, di tahun 2019 waktu itu kita khususkan lagi grup FB, WA dan

Telegram saat itu secara bersamaan khusus untuk NAKES atau Tenaga

Kesehatan. Nah Jadi banyak para dokter, tenaga kesehatan, spesialis, perawat,

bidan, apoteker, yang banyak sudah menerapkan dan perlu dibekali di sisi

biomolekuler, dari sisi fisiologisnya. Karena kan dokter memang rata-rata

meresepkan obat, karena mereka belajar dari gejalanya. Jadi misalnya kalau

gejalanya ini, didukung dengan hasil labnya seperti ini maka tegaklah diagnosa itu

dengan pengobatannya mesti seperti ini. Nah kadang-kadang, karena hasil lab itu

tidak komprehensif menafsirkannya, jadi kadang treatmentnya bisa salah. Satu

contoh, orang cancer diagnosa awalnya maag lambung, kadang itu yang bikin jadi

miss, bukannya nyalahin tapi dokter juga ngga salah karena mereka kan

Page 13: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxix

melihatnya dari gejala. Ada misalnya cuma lambung, terus langsung disuruh cek

CA Marker. Stress orangnya, “aku kok cuma lambung tapi dugaannya kearah

cancer?” Bisa bikin stress orangnya. Nah maka dari itu pembekalan seperti ini

perlu, apalagi kalau mereka menerapkan ketofastosis dan mengalami gejala-gejala

proses perbaikannya. Contoh saat jalani ketofastosis gula darah segini ngga papa

kah? Nah itu perlu dibekali dari fisiologisnya, dasarnya kalau ngga kenapa-kenapa

itu apa. Nah itu dari 2019 mulai dibentuk sampai sekarang, apalagi dengan

keadaan pandemi ini semakin banyak juga. Sama satu lagi lewat zoom, itu

gantinya seminar. Kalau dulu kita adain seminar ke kota-kota, silahturami dengan

warrior yang ada di kota tertentu, sebenarnya yang undang mereka. Jadi kita

terbuka kalau ada yang mau undang atau disamperin untuk dikasih tau lebih

detail, mereka boleh adain nanti kita datang. Nah disitu ngga ada biaya sama

sekali, mereka hanya perlu charge untuk tempat, tapi kita juga ngga harus

misalnya “kamu mesti sewa hotel, kapasitas sekian dsb” kita ngga gitu. Sesuaikan

aja, kalau Cuma ada 200 orang atau Cuma ada 75 ngga papa. Intinya jangan

sampai terbebani, karena mas tyo dan teman-teman FIC sebisa mungkin ngga mau

membebani. Bahkan mas tyo itu sudah strict saya tidak mau dibayar. Karena mas

tyo merasa sudah diberikan anugrah luar biasa dari Tuhan, anaknya sendiri

sekarang sudah 12 tahun jalan 13 tahun, sudah lepas obat biarpun masih terapi

fisik. Tapi inilah cara mas Tyo membalas kebaikan Tuhan dengan

membagikannya secara gratis. Even itu biaya transport, akomodasi, dan segala

macam, mas Tyo beli sendiri.

Page 14: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxx

T: Menurut bapak, media yang digunakan sudah cukup efektif?

J: Kalau sebatas menyampaikan sudah cukup efektif apalagi di masa pandemi ini,

tapi kalau dibilang itu permanen atau tidak, kembali ke masing-masing orang.

Ada yang haus, mau belajar, ada yang cuma mau tau intinya aja, atau ikut-ikutan,

yah itu dinamika. Tapi yang kita ngga boleh surut adalah semangat kita untuk

mengedukasi, karena repetisi itu penting. Selain kita mengedukasi yang baru mau

belajar, kita juga mengupgrade diri kita sendiri, yang sudah senior, sudah sekian

tahun jalanin. Repetisi itu penting untuk mereka yang menjalani dari sejak lama,

untuk mulai multiplikasi. Ngga ada patokan harus seperti apa, masing-masing

akan unik caranya mengedukasi. Misalnya orang yang pernah fight diabetes

dengan yang cancer pasti cara berceritanya akan beda. Semangat berceritanya

akan berbeda, berbeda juga dnegan yang cuma mau dietnya doang. Jadi kita ngga

patokin mentornya harus baku dan segala macem, kita ngga ada disitu. Kita lebih

ke sisi komunitas harus bisa menemukan masing-masing mentor mana yang cocok

dan pola apa yang cocok. Jadi protokol itu, seperti yang mbak tirza tau kan ada

16:8, 8:16 dan segala macam. Nah kalau ada yang cocoknya 16:8 ya ngga

masalah. Ada yang cocoknya sehari cuma makan sekali. Ya silahkan, ngga papa.

Ada yang dikombinasikan dnegan puasa Daud, ya ngga papa. Kita mendampingi

dari sisi konsekuensi penerapannya itu, misalnya kalau puasanya terlalu panjang

terus lupa tanpa sadar ngga memasukkan makanan, karena mengabaikan sinyal

rasa lapar misalnya, “lho aku kok biasa puasa sampai jam 4 sore tahan, kok ini

jam 12 udah krucuk-krucuk ya” nah yang suka mengabaikan sinyal ini, kita kasih

cautions untuk berhati-hati. Jadi ini benar-benar lifestyle bukan harus sesuai

Page 15: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxxi

istilahnya protokol. Karena kadang tuh ada mindset seperti “aku sudah ikutin

protokol, selalu puasa panjang, olahraga intensitas tinggi, tapi kok badan makin

ngga enak, makin susah tidur.” Nah pasti ada yang salah disitu, makanya mindset

seperti ini yang kita perlu edukasi.

T: Apa saja cautions-nya pak?

J: Secara fisiologi bisa dijelaskan, tapi ibaratnya seperti ini aku kasih gambaran

simple misalnya denyut jantung ya, nah denyut jantung itu ada kontraksi dan

dilatasi. Kontraksi itu artinya menegang, dilitasi itu kendor. Jadi ini kombinasi

dari plus dan minus, stress dan rileks, selalu kombinasi yang balance. Kebayang

ngga kalau misalnya kontraksinya lebih, kira-kira efek yang muncul ke

permukaan sepeti apa? Ya denyutnya lebih kencang, dada berdebar, jadi kemana-

mana. Nah sama, ketika kita mengabaikan sinyal (lapar) yang tubuh sudah

berikan, itu artinya kita secara sengaja lebih menambah ke stress-nya. Nah

efeknya, porsi makan jadi lebih sedikit, semakin susah makan. Kalau tubuh udah

kasih sinyal lapar dan diabaikan, disitulah yang perlu digali, kenapa takut ngga

mau makan? Misalnya, kenapa mengejar kok harus jam 4 sore baru makan. Nah

disinilah yang kita gali, mau kejar sesuatu kah, atau apa.

Jadi memahami fisiologi, akan membuat kita memahami dan menyadari mindset-

mindset yang selama ini tuh kurang tepat, disitulah kita beri edukasinya.

Kalau dulu aku jalanin ketofastosis, jujur aja sebagai kelinci percobaan untuk

almarhum ayahku. Jadi dulu ayahku itu penderita diabet 20 tahun. Nah menjelang

Page 16: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxxii

akhir hidupnya, terimalah protokol ini dari mas Tyo, dulu pdfnya belum sebagus

ini masih acak adut. Aku baca sekilas, kok bagus juga, maksudnya masuk akal,

make sense secara logikanya. Waktu itu kondisiku juga udah overweight, aku

sudah di kisaran 98kg, gula darah puasa sudah 147 belum divonis diabet sih, tapi

sudah kearah sana. Belum divonis juga hipertensi, tapi sudah kearah sana,

diastolik atau tensi bawahku udah 100. Jadi aku overweight, tinggiku cuma 172

tapi beratku 98. Jadi kupikir yasudah aku jalanin, satu sisi aku juga butuh dan aku

ingin tahu kalau ini make sense hasilnya seperti apa, dan yaudah buat bukti ke

ayah, almarhum papa. Almarhum papa juga ngga mau ke dokter, dia lebih suka

alternatif dan kebetulan penggiat MLM. MLM kesehatan, seperti Kompak,

Amway, pokoknya produk-produk kesehatan. Dia itu paham. Waktu itu dia udah

sempat konsumsi, tapi itu cuma membantu sementara, karena akarnya tidak

bereskan. Kenapa aku bisa bilang begiru, karena aku sudah tau fisiolginya.

Karbohidrat masih makan, orang diabet kan menunya masih ada karbohidrat,

kalau ngga nasi ya kentang, ubi, yang kaya gitu dimakan. Padahal kan itu jadi

glukosa juga. Nah jadi aku jalanin itu, kalau dibilang aku cocok kemana (grup wa

keto), ya sebenarnya aku tidak mengajukan diri. Ya mau dimasukin kemana pun

kalau aku paham fisiologinya aku bisa bantu. Karena ya jujur, nama penyakit itu

sudah tidak terlalu relevan menurut aku. Segala jenis penyakit itu adalah bentuk

manifestasi dari peradangan. Peradangan di tingkat sel yang sudah terakumulasi

sehingga sudah satu organ yang kena. Kalau organ jantung, kalau peradangan di

jantung artinya penyakit jantung. Kalau peradangan di ginjal berarti itu artinya

sakit ginjal. Tinggal bagian ginjal yang mana nih. Nah nama penyakit itu kan

Page 17: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxxiii

dinamai berdasarkan lokasi sel yang meradang tadi dimana. Nah kata kunci yang

sudah aku dapat adalah peradangan atau inflamasi, inflamasi ini bisa dua macam.

Si pemicu-nya dari luar, atau dari dalam sendiri, dari selnya sendiri. Kalau dari

dalam sel, apakah dari pola hidup yang “salah” atau memang factor genetik/usia.

T: Apa saran dan arahan dari Bapak untuk penderita diabetes yang ingin

menjalani ketofastosis?

J: Diabetes itu kan kondisi secara hasil lab, GDP sering tinggi, HB A 1C juga

melonjak, kemudian kadang-kadang disertai juga dengan tricuspid mulai naik,

kolesterol juga mulai tinggi. Kuncinya di diabetes itu secara fisiologi adalah

insulin, jadi kenapa gula darah dan HBA1C naik terus, berarti ada sesuatu di

mekanisme insulinnya. Entah itu insulin yang kurang diproduksi, atau di sel-nya

yang ngga mau ngerespon terhadap insulinnya. Jadi kalau sudah tau akarnya

disini, yang bisa kita lakukan untuk membalikkan kondisi ini adalah, jangan buat

insulinnya terlalu tinggi. Nah kalau ketemu kata kuncinya jangan buat insulinnya

terlalu tinggi, berarti kan kita harus belajar apa yang memicu insulin. Apa dari

makanan kita yang memicu insulin, yang paling memicu insulin apa? Karbohidrat.

Jadi DM tipe 1 dan tipe 2 sangat bisa menjalankan ketofastosis ini, bedanya kalau

dia ternyata problemnya dari pankreasnya yang tidak bisa mengahsilkan insulin,

berarti dia tetap tergantung sama suntikan insulin. Ini kasus khusus ya, karena

insulin itu penting. Cuma bedanya, antara tidak menerapkan dan menerapkan

berbeda di dosis insulinnya nanti. Kalau tidak menerapkan ketofastosis kan

artinya masih ada karbohidrat yang dominan masuk, berarti harus main insulinnya

Page 18: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxxiv

lebih sering. Satu untuk merespon karbohidrat yang masuk supaya seimbang,

antara insulin dan karbohidrat yang masuk. Belum lagi untuk sinyal-sinyal yang

lain, nah ini berbicara fisiologi, fungsi indulin sebenarnya apa. Nah kalau dia KF

atau keto, berarti kan karbohidratnya sudah ngga perlu lagi direspon dong, karena

dia minim karbo. Berarti insulin yang perlu disuntikkan tidak perlu sebanyak

sebelumnya. Nah kalau DM tipe 2 yang pankreasnya masih bagus, atau sedikit

lelah sehingga produksi insulinnya ngga bisa banyak, diterapkan pola KF seperti

ini yah tambah seneng artinya dia tidak perlu kerja berat-berat kan. Jadi tinggal

perlu menjalaninya dengan enjoy sembari menunggu proses perbaikannya. Karena

prosesnya tidak bisa semalam, atau dalam hitungan minggu, ngga bisa hitungan

bulan. Tapi progressnya terlihat, GDP-nya semakin lama semakin turun, tidak

gampang lemes, HBA1Cnya juga semakin lama semakin turun. Jadi bisa

dibuktikan secara hasil lab perbaikan-perbaikannya, sampai satu titik bisa lepas

obat.

Khusus untuk DM tipe 1, edukasinya jangan dikasih pengharapan untuk bisa lepas

insulin. Tetep harus suntik, karena fisiologinya kita sudah paham kalau ini

pankreasnya sudah tidak bisa produksi. Kecuali ada keajaiban Tuhan pankreasnya

bisa produksi insulin kmebali kita juga tidak bisa jamin kan. Tetapi kalau

diagnosanya memang sudah tegak, final, kalau ini tipe 1. Yasudah insulinnya

tetap harus suntik, cuma y aitu tadi, dosisnya jauh lebih rendah. Jadi bukan berarti

insulin itu tidak penting, sangat penting, kalau tidak ada malah bahaya. Tap ikan

kadang ornag mikirnya kalau sudah suntik insulin itu kaya obat, jadi kalau

Page 19: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxxv

sembuh jangan sampai suntik insulin lagi. Ya kalau tipe 1D ya tidak bisa. Harus

tergantung sama insulin dari luar.

Jadi untuk penderita diabetes yang ingin menjalankan ketofastosis ini, harus

menyerahkan hasil lab terlebih dahulu. Karena kita juga berangkatnya dari hasil

lab yang sama juga, supaya yang kita sarankan bisa sesuai dengan fisiologisnya.

Bukan berarti kita ngomong, “anda diabet ya? Udah lepas aja insulinnya.” Kita

selalu nanya ini tipe 1 atau tipe 2 nih, kadang-kadang dalam prosesnya ada yang,

“mas kok aku udah lepas insulin tapi gula darahnya naik lagi ya?” Nah berarti ini

perlu suntik insulin dulu, dibantu dulu sama insulin, itu kan berarti ada sesuatu.

Jadi kita dalam memberi tahapan untuk lepas itu bukan langsung tiba-tiba suruh

lepas obatnya. Ngga boleh, kita bertahap dulu. Karena ibaratnya obat itu kan

penopang, penopang fleksibilitas tubuhnya si A ini tadi. Diam au diterapkan ke

ketosis tapi ketosisnya ini belum optimal, terus belum optimal menopang tau-tau

pilar obatnya langsung dilepas, ya ambruk. Padahal kita tahu dia inginnya

langsung lepas, kita ajari ayo kenali respon tubuhmu. Pada saat ingin dilepas

sebagian atau dikurangin, efeknya bagaimana, gula darahnya lompat lagi ngga.

Jadi perlu bertahap.

Kadang-kadang orang yang diajari pengennya langsung lepas, tapi kita yang

ngerem-ngerem jangan. Kecuali kalau kita yakin ini hanya tipe 2, jauh lebih cepet

recoverynya. Asalkan dia ngga ada cheating masukin karbo lagi karena kepengen.

Susah kalau begitu, perlu kembali lagi ke mindset motivasi awalnya apa.

Untuk mennetukan jadwal puasa dan makanan yang dimakan, paling gampang

melihat kepada masing-masing individu, jadi jangan sampai cara puasa orang lain,

Page 20: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxxvi

cara makan orang lain itu diterapkan ke kita. Ya boleh aja sih, tapi kalau ngga

cocok jangan fokus kesitu terus. Contohnya ada orang yang bisa langsung puasa

sampai jam 12, ada yang ngga sanggup, cuma bisa puasa sampai jam 10. Apakah

dengan kondisi seperti itu dia jadi tidak bisa keto? Bisa kok, cuma tubuhnya

belum mampu puasa sampai jam 12. Tapi apakah ketosis? Ya ketosis, kalau ngga

percaya coba cek keton darahnya. Jadi sekali lagi protokol itu ngga harus saklek,

contohnya ketosis harus di bawah 80, ngga juga lho. KF harus sampai jam 12,

kalau snaggup ya ngga papa, kalau ngga sanggup harus bertahap. Ada yang aku

mentor itu, bilang “mas aku ngga yakin bisa puasa sampai jam 12.” Yasudah

sanggupnya jam berapa, kalau biasa jam 8 makan, yasudah jam 8 makan. Tapi

jangan ada karbohidrat. Rata-rata yang aku temui, besoknya lebih tahan dan sudah

mulai bisa jam 9, lalu lanjut jam 10. Kadang-kadang mereka juga bilang, “iya lho,

biasanya aku pagi kalau ngga makan maag aku muncul, ini kok sampai jam 11

ngga maag ya.” Jadi tanpa sadar ada perubahan.

Jadi memang sangat penting untuk konsultasi sebelum memulai KF, tapi kita tidak

bisa paksain harus punya mentornya. Kadang ada yang main langsung

dicemplungin ke grup tertentu, jadi lempar batu sembunyi tangan. Jadi yang

dicemplungin juga bingung, ini sama siapa (mentornya). Banyak yang kaya

begitu, tapi sebenarnya tidak bisa paksa. Kalau ada yang minta bantu, kita akan

bantu. Contoh aku sendiri juga bantu kalau ada yang minta diarahin, ya aku kasih

tau arahannya begini-begini gitu.

Page 21: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxxvii

T: Apakah KFI menyediakan layanan konseling/mentoring secara one on one

kepada individu yang membutuhkan pemantauan khusus saat menjalankan

ketofastosis?

J: Selama ini mentoringnya melalui WA, telegram, atau zoom. Awalnya mungkin

pusing karena banyaknya chat yang masuk, tapi lama-lama juga terbiasa. Karena

teman-teman yang lain yang sudah setahun lebih akhirnya juga bisa mementor

juga. Kita punya satu grup tersendiri juga yang senior-senior, supaya mereka juga

punya komunitas, bisa sharing “aku punya mentee begini bagaimana?” Jadi

akhirnya mereka pun juga belajar mengenali lintas area penyakit, gejala, misalnya

yang biasa nanganin gejala DM, mereka juga belajar nanganin gejalan GERD,

Cancer, jadi edukasi juga dan hidup.

Bahkan aku juga bikin satu channel di youtube selain untuk TFH, juga untuk

jelasin fisiologi dengan bahasa awam, tentang kolesterol, tentang ginjal,

hipertensi, cancer, dalam bahasa yang mudah dipahami.

T: Apakah dulu KFI memiliki aplikasi ketofastosis?

J: Dulu sempat ada aplikasi dan launch, tapi belum sampai ke titik temu. Karena

kalau berbicara aplikasi pasti ada sifat komersial ya. Jujur mas Tyo, selaku

founder kita ngga mau ada terkesan jadi komersial. Jadi prinsip utama mas Tyo

kalau bisa gratis, gratis deh. Cuma aku juga pelan-pelan kasih tau, kalau segala

sesuatu pasti ada limitnya. Maksudnya begini ngga mungkin semua digratisin,

karena semua yang gratis itu orang tidak akan terlalu appreciate. Appreciate

dalam arti, “udahlah kalau pas gue mau pasti kan itu ada disana, gratis kok

Page 22: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxxviii

gampang.” Kita memberikan knowledge secara gratis, tapi aku yakin teman-teman

tidak akan keberatan untuk membayar sejumlah nilai yang sekiranya juga tidak

memberatkan tapi at least bisa membuat aplikasinya sustain dengan sendirinya.

Nah ini yang kemarin belum ketemu.

Memang aplikasi ini cukup penting untuk kebutuhan teman-teman komunitas

juga. Kalau boleh dijabarkan kebutuhannya nomor satu, kalau mereka menjalani

KF mereka perlu tau ilmu, kedua mereka juga perlu tau siapa yang di sekitarnya

(komunitas yang ada di sekitarnya) baik itu komunitas teman yang menjalani dan

juga yang jual beli, kemudian mereka perlu tau juga progress mereka ber KF

seperti apa. Bisa dibikin kaya semacam game, tidurnya sudah bagus belum, puasa

sudah berapa jam, olahraga sudah dilakuin belum. Biarpun kita ngga bisa mantau,

tapi minimal ada checklist yang bisa dibuat. Kemudian mereka bisa membuat

biografi progress mereka KF secara hasil Lab (GDP, HBA1C, Tensi, Trigliserida,

fungsi ginjal, laju endap darah, dsb) mau update sebulan sekali, 3 bulan sekali

terserah mereka, tapi mereka perlu tau ini. Kalau hasilnya bagus, mereka juga bisa

share sehingga menginspirasi yang lain. Kemudian, mereka butuh tau kalau ke

suatu tempat atau toko untuk beli sesuatu ini boleh atau engga. Mereka perlu

dibantu ada tools seperti itu. Tapi intinya user tuh gamau ribet, jadi kalau

misalkan mau dibuat scan barcode untuk makanan yang boleh dan tidak boleh,

mereka cukup tau aja boleh dan tidaknya, ngga perlu sampai ada penjelasan detail.

Karena dulu kaya gitu, pas jam makan, mereka foto makanannya terus kirim ke

seniornya, “ini aku boleh makan ngga?” sering seperti itu. Cuma aku ngga tau

gimana, apa barcode cukup oke, karena kadang ada yang nanya “kacang mede

Page 23: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xxxix

boleh ngga?” Karena mereka lihat ada yang jual kacang di pinggir jalan. Jadi

pertanyaan simplenya kan seperti, kalau tidak ada barcode bagaimana.

Dulu sempat ada fitur-fitur ini di dalam aplikasinya. Karena waktu itu aku dan tim

yang bantu merancang, aku yang bertugas untuk melihat dinamika di dalam

komunitas dan kebutuhan mereka apa lalu kita diskusikan bersama. Kalau ini mau

dilanjutkan kembali ya ngga masalah, aku tinggal melanjutkan.

T: Menurut pandangan Bapak, kesulitan apa yang sering dialami oleh masyarakat

saat menjalani ketofastosis?

J: Kendalanya kalau aku jujur, banyakan di mindset, pola pikir yang mulai cuma

mau turun berat badan. Bisa puasa ngga, bisa lepas nasi ngga, harus makan lemak

padahal engga juga. Juga masalah menu makan apa yang perlu dimakan. Karena

terbiasa dnegan menu makanan yang lebih variatif, dan yan sudah jalan di tengah

juga ada yang bertanya, “sanggup ngga ya, ada yang jalan begini, bisa ngga ya,

nanti muncul gejala ini, ada yang makan kacang sedikit sudah alarm.” Ya itu

kendala-kendala pada masa adaptasi. Selain itu mindset psikologis, nanti kalau

ngga didukung pasangan, ngga didukung keluarga, dibully saudara bagaimana.

Ada kesulitan juga bagi yang tidak suka membaca saat memahami protokolnya,

tapi aku sendiri waktu baca awal logikanya udah dapet. Cuma ngga semua orang

kaya aku, jadi ya itulah kenapa di awal-awal perlu edukasi. Dulu waktu mas Tyo

waktu grup wa-nya masih satu, 30-40 orang. Beliau yang ngga bosen-bosennya

edukasi terus. Repetisi terus. Jadi beliau wkatu ajarin ngga langsung disuruh baca

protokol, atau makan ini-ini, tapi beliau juga ngajarinnya fisiologi bener. Jadi

Page 24: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xl

prinsip beliau dia tidak mengajarkan apa yang kamu makan, tapi beliau sendiri

memberi pancing untuk kita sendiri yang menentukan apa yang mau dimakan.

Misalnya kaya gini, kalau harus makan ikan tuna atau salmon, ornag yang tinggal

di Gunung Kidul harus makan apa? Nah jadi apapun itu selama tidak

membatalkan ketosis atau hewani, ya makan sudah.

T: Apa saja Lima Pilar Ketofatosis?

J: Kalau lima pilar ini bukan sekedar checklist, tapi kalau mas Tyo bilang

istilahnya harmonisasi lima pilar. Jadi yang pertama itu pikiran, kedua tidur, ini

berdasarkan presentase yang paling besar kontribusi ke kesehatan. Ketiga

aktivitas, keempat puasa, baru kelima itu menu atau makanan. Jadi urutan

harmonisasi seperti ini, pada saat kita memulai hari, itu pasti kita fasting dulu dan

moving (aktivitas). Jadi ini sudah membebani sistem, kemudian harus mulai

masuk ke rileks-nya, yaitu di pikiran. Karena tadi sudah dibebani, perlu relaxing

dulu. Kalau sudah sore, jangan lagi mikirin kerjaan kalau bisa, mulai menurunkan

tempo aktivitas, mulai mengisi pikiran dnegan hal-hal yang lebih ringan sifatnya,

itu rileks. Kalau sudah rileks, mau feeding (makan) itu gampang. Jadi jangan

dibalik, feeding dulu baru rileks, perlu rileks dulu baru feeding. Kalau ini sudah,

tinggal sleeping. Sleeping ini sebagai resetnya, dua yang di awal tadi (fasting dan

moving) sebagai bebannya, rileks dan feeding sebagai relaxnya. Kalau dua antara

stress dan rileks ini seimban, akan di reset sempurna pada saat sleeping. Kalau

tidak seimbang, lebih banyak stressnya, sleeping ini akan membantu mengkoreksi.

Tapi kalau tidak cukup di keesokan harinya akan menyisakan stress yang belum

Page 25: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xli

tereset. Misalnya lebih gampang craving, badannya masih ngga enak, pegel-pegel.

Jadi itulah penting harmonisasi.

Pertanyaan Wawancara Dokter Spesialis

1. Apakah anda pernah mendengar tentang ketofastosis? Bagaimana

pandangan anda mengenai gaya hidup ketofastosis?

2. Apakah anda pernah menjalani ketofastosis? (Jika pernah, bagaimana

pengalaman anda saat menjalani ketofastosis?)

3. Secara medis, apakah penerapan ketofastosis aman dilakukan untuk

mencegah dan mengatasi diabetes?

4. Apakah penerapan gaya hidup ketofastosis dapat menimbulkan risiko

hipoglikemia atau ketoasidosis bagi penderita diabetes?

5. Apakah ada perbedaan yang perlu diperhatikan dalam penerapan

ketofastosis di antara penderita DM tipe 1 dengan DM tipe 2?

6. Apa saran dan arahan anda bagi penderita diabetes yang ingin menjalani

ketofastosis?

T: Apakah anda pernah mendengar tentang ketofastosis? Bagaimana pandangan

anda mengenai gaya hidup ketofastosis?

J: Saya sudah lama tau tentang ketofastosis, sudah pernah dengar dari teman

tentang ketofastosis. Awalnya saya berpikir bahwa ketofastosis adalah pola diet

yang ya macam-macam, seperti food combining, pokoknya program penurunan

berat badan. Sampai satu ketika saya terdiaknosa CLE atau autoimun lupus pada

Page 26: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xlii

tahun 2017, kebetulan ada teman yang waktu itu sama-sama masih zaman resident

ya, sama-sama masih sekolah Pendidikan spesialis penyakit dalam. Beliau

memberitahukan “kenapa tidak mencoba ketofastosis?” Awalnya saya tanggapi

biasa, karena saya pikir, poladiet seperti umumnya, tidak ada sesuatu yang

berbeda atau wah dengan lifestyle itu. Tetapi kemudian dia juga cukup

bersemangat untuk menyemangati saya, karena terus terang biarpun saya dokter

ya, tapi saya bukan orang yang suka mengonsumsi obat. Berpikir bahwa obat itu

betul-betul harus (diperhatikan), ibaratnya kalau orang awam bilang obat itu

racun, jadi harus betul-betul (diperhatikan). Saya akhirnya mengajukan beberapa

pertanyaan tentang ketofastosis itu, dan ternyata kemudian kok masuk akal.

Sampai suatu ketika saya merasa klik dengan ketofastosis itu ketika dibilang

bahwa tubuh kita itu kan sebenarnya tidak membutuhkan gula dari luar. “lho gula

itu kan penting?” tapi ternyata tubuh kita bisa membuat gula sendiri melalui

proses yang namanya gluconeogenesis. Karena sangat penting sampai liver kita

itu ada untuk memastikan bahwa gula kita tuh tidak pernah nol. Kemudian saya

juga berpikir yang ada kan asam amino essential dan asam lemak essential. Tidak

ada yang namanya glukosa essential. Disitu saya akhirnya saya tertarik dan mulai

belajar, tidak berapa lama sih saya mencoba menerapkan hal itu sampai sekrang

pun saya merasa sangat nyaman dengan ketofastosis. Merasa lebih sehat, lebih

kalem, istilahnya metabolisme jauh lebih nyaman, jadi lebih bisa mengontrol

emosi. Setelah saya jalani ketofastosis, awalnya kan HB-nya rendah ya, masuk ke

anemia ringan tapi hanya 10 koma gitu. Kemudian vitamin D-nya juga rendah,

terus ada problem di ginjal dan beberapa parameter lainnya terutama dari profil

Page 27: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xliii

ANA IF untuk menegakkan autoimun itu. Yasudah setelah jalanin 3 bulan, saya

evaluasi lagi udah ada perubahan, setelah 6 bulan kemudian juga jauh menjadi

lebih baik. Saya juga pernah menulis di FB tentang kondisi saya saat menjalani

ketofastosis. Ternyata saya juga diberi amanah lagi untuk bisa hamil waktu itu,

karena sebenarnya kalau CLE itu tidak boleh ya, apalagi dalam masa-masa terapi,

sebenarnya tidak boleh hamil karena akan memicu resiko flek atau kekambuhan.

Namun setelah 6 bulan, situasinya itu tadi, saya merasa membaik dan kemudian

saya bisa hamil dan sampai sekarang juga masih berlanjut dan bayi saya juga tetap

lowcarbs begitu.

Saya melihat hasil dari ketofastosis sangat positif, dan menjadi semangat untuk

membagikan ke orang lain. Karena kan ini sesuatu yang berbeda ya, untuk bisa

melepas nasi atau karbohidrat yang lain kan luar biasa. Menjadi tantangan. Ketika

saya merasakan ada suatu manfaat dan efek perbaikannya, saya juga ada

keinginan untuk orang-orang lain juga bisa merasakan.

T: Secara medis, apakah penerapan ketofastosis aman dilakukan untuk mencegah

dan mengatasi diabetes?

J: Sangat aman, karena permasalahannya ada di persepsi ya. Kalau memelajari

mengenai ketofastosis sendiri, dia sangat fisiologis, dimana kalau zaman dulu

yang namanya makanan tidak seperti saat ini, melimpah dan mudah didaptkan,

harga murah, dst. Kalau pada zaman dulu sangat sulit, dan kalau ada harus

diperjuangkan dahulu sebelumnya. Mengenai aman atau tidaknya, ya aman, yang

menjadi masalah adalah ketika orang-orang baru mulai, dengan masalah yang

Page 28: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xliv

sebelumnya karbohidrat terlalu dominan di tubuh. Sehingga memunculkan ada

problem yang dirasakan sebagai efek samping, padahal sebenarnya itu adalah

masa-masa transisi untuk adaptasi dengan kondisi ketofastosis itu. Jadi siapapun

bisa melakukan ketofastosis ini.

T: Apakah penerapan gaya hidup ketofastosis dapat menimbulkan risiko

hipoglikemia atau ketoasidosis bagi penderita diabetes?

J: Sebenarnya gini sih, kalau pada pasien diabetes kan mereka mendapat obat,

pada kondisi ketofastosis itu memang akhirnya obat itu efeknya menjadi lebih

meningkat. Sehingga kemudian ada resiko hipoglikemia. Tapi bukan karena pola

ketofastosisnya, itu merupakan efek dari obat yang diminum. Mungkin dua kali

atau beberapa kali lipat menjadi lebih kuat efeknya terhadap penurunan gula

darah. Karena kan dalam ketofastosis asupan karbohidrat yang memicu glukosa

sudah diminimalkan, sedangkan obat untuk menurunkan gula darah itu sendiri

sudah dimasukkan dari luar. Sementara kalau obat dari luar kita tidak bisa

mengukur kadarnya harusnya sekian untuk tubuh, kalau ketofastosis sifatnya lebih

alami. Jadi dia berisiko hipoglikemia kalau ada penggunaan obat yang bersamaan,

penggunaan obat insulin atau obat anti hiperglikemia yang lain. Nah terkait

ketoasidosis, itu suatu kondisi yang gulanya tinggi dan ketonnya juga tinggi, jadi

dalam waktu yang bersamaan lemak dan gula tinggi. Kalau di ketofastosis,

kondisinya lebih ke ketosis secara nutrisi. Hingga akhirnya lemak dalam tubuh

kemudian lebih banyak digunakan sebagai energi disbanding glukosanya. Jadi

insulinnya rendah, gulanya juga rendah jadi tidak akan memicu ketoasidosis.

Page 29: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xlv

Kecuali kalau misalnya orang tersebut tidak bisa memproduksi insulin sama sekali

atau ada kerusakan pankreas, atau ada infeksi. Tapi kalau ketofastosisnya sendiri

tidak akan memicu ketoasidosis ya, karena kondisi ketosis yang terjadi di tubuh

yang menjalankan ketofastosis, gulanya tidak tinggi. Nah kondisi gula yang tinggi

itu pemicunya, satu, asupan karbohidrat yang lebih tinggi daripada yang

ditentukan oleh protokol atau dtambah ada pemicu infeksi atau inflamasi. Jadi

selama penerapan sesuai dengan protokol tidak akan mengalami ketoasidosis.

Justru dengan ketofastosis akan membantu menurunkan kadar inflamasi di dalam

darah, sehingga sifatnya ketofastosis gaya hidup anti inflamasi. Untuk pencegahan

hipoglikemia pada doabetesi adalah mereka perlu memahami betul apa yang

mereka jalankan, artinya protokol ketofastosis perlu dipahami dengan baik.

Karena kalau tidak akan menjadi konsekuensi, karena ini adalah gaya hidup yang

aman. Tapi kalau ada salah persepsi atau salah mencerna dari isi protokol tersebut,

bisa jadi yang terjadi adalah hipoglikemia di dalam darah. Akhirnya target dari

ketosis sendiri tidak akan tercapai. Jadi pertama perlu pahami dan diskusikan hal-

hal yang kurang dipahami. Yang kedua akan lebih bagus kalau punya pendamping

untuk memulai. Apalagi untuk orang-orang Indonesia yang notabene lebih suka

bertanya dan mendapat jawaban. Kurang ingin untuk membaca dan belajar,

inginnya bertanya dan menadapat jawaban. Padahal semua itu sudah ada di dalam

protokol. Namun saya kira jauh lebih baik kalau ada pendamping. Karena dalam

proses adaptasi dengan problem medis sebelumnya, akan muncul gejala pada

proses adaptasi yang disebut sebagai healing crisis. Jadi karena proses adaptasi

atau masa transisi dari penggunaan metabolisme gula ke lemak ini, atau pun juga

Page 30: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xlvi

healing crisis, proses detox dari tubuhnya sendiri. Kemudian untuk penderita

diabetes tipe 1 atau 2 saran saya punya alat gula sendiri di rumah supaya bisa

mengecek GDP lebih sering. Mungkin untuk awal-awal kebutuhannya satu

sampai dua hari sekali, kalau sudah adaptasi, tidak terlalu masalah. Bisa satu-dua

minggu sekali, tapi kalau masih awal kemudian mungkin beberapa ada yang

masih dengan obat, jangan sampai gulanya terlalu rendah. Jadi kita bisa

menyesuaikan dengan dosis obat selanjutnya. Biasanya pasien dengan problem

medis tidak disarankan untuk puasa sunah dulu (bagi yang muslim), karena proses

adaptasi itu sendiri. Saat prosesnya sudah menambah stress untuk tubuh, apalagi

jika dry fasting yang tidak memasukkan cairan sementara pada masa awal pada

masa adaptasi tersebut tubuh sudah stress, kalau tidak memasukkan cairan maka

resiko dehidrasinya lebih tinggi. Jadi memang untuk awal-awal tidak disarankan

untuk puasa sunah bagi mereka yang muslim. Kemudian ya perlu terus

memelajari, karena ketika menjalani gaya hidup ketofastosis, kita diajar untuk

lebih sensitif terhadap kebutuhan tubuh. Contoh sederhananya, perut kita sudah

kenyang, tapi karena kita ingin dan dihadapan kita begitu menggoda, akhirnya

kita ingin terus memasukkan. Nah di ketofastosis itu kita diajarkan untuk sensitif

dengan kebutuhan tubuh kita, makan saat lapar dan secukupnya. Juga dengan

aktivitas yang lain ya, kalau dirasakan badannya kurang tidur malamnya, ya

jangan beraktivitas lebih banyak di siang harinya. Atau pun kemudian dibayar

hutang tidurnya jika memang malam-malam sebelumnya dirasa kurang tidur. Jadi

belajar membaca sinyal-sinyal yang diberikan oleh tubuh. Kalau zaman dulu

nenek moyang kita kan panduannya sinar matahari. Kalau waktunya gelap ya

Page 31: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xlvii

mereka akan berisitirahat. Sedangkan kalau kita banyak target, banyak sumber

stress, banyak yang harus dikejar, sehingga sepanjang waktu listrik bisa menyala

24 jam. Sehingga irama tubuhnya tidak selaras dengan alam. Untuk ketofastosis

sendiri saya melihat sangat fisiologis ya, artinya bagaimana tubuh kita itu didesain

oleh penciptanya, bagaimana manusia dapat menyesuaikan diri dengan kondisi

alamnya.

T: Apa ada perbedaan penerapan antara DM 1 dan 2?

J: Perbedaan khususnya (penerapan ketofastosis) tidak ada yang terlalu berbeda

ya. Tapi yang tipe 1 penggunaan insulinya harus terus masuk sementara kalau tipe

2 lebih ke problem metabolisme. Tetapi pada akhirnya akan kembali ke

bagaimana monitoring terhadap glukosanya (GDP) supaya bisa menyesuaikan

dengan obat yang diberikan.

KFLS kan tidak hanya sekedar merubah pola makan tapi juga bagaimana

mengubah atau menangangi stress, pikiran, karena hanya kita saja yang bisa

mengubah hal itu. Jadi ada sisi dimana KF tidak bisa kita intervensi sama sekali.

Jadi ngga 100% hanya mengubah pola makan, dengan ada aktivitas seperti

olahraga, dan pola makan juga yang diubah. Sebenarnya itu bisa menjadi

modalitas untuk seseorang menajemen stressnya dnegan lebih baik.

T: Kenapa masih ada paradigma konsumsi karbo?

J: Karena memang pola yang dibentuk dari federasi internasional masih

mengandalkan karbohidrat. Juga masih mengandalkan glukosa sebagai bahan

Page 32: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xlviii

bakar utama untuk otak. Nah sementara sifat glukosa itu sangat mudah berubah.

Kalau kita mengandalkan glukosa, artinya hanya bisa mengandalkan asupan

eksogenus. Artinya kita harus makan terus untuk menjaga glukosa bisa sampai ke

otak dan menjaga kadar gula dalam darah tetap stabil hingga akhirnya tidak

menyebabkan hipoglikemia yang bergejala. Pandangan seperti “harus makan 5

kali hingga bahkan 6 kali sehari, 3 kali makan besar dan 3 kali makan kecil”

adalah untuk menjaga energi untuk otak, yaitu glukosa, untuk tetap mencukupi.

Sedangkan pada low carbs, dia switch ya. Jadi penggunaan bahan bakar untuk

metabolismenya terutama di otak diubah dari gula menjadi lemak atau keton.

Sementara kalau keton itu bisa diambil dari lemak tubuh dan dapat diakses kapan

saja dan jumlahnya melimpah. Perbedaan ini, yang menyebabkan beberapa

spesialis masih bertahan dengan pola yang lama (makan 6 kali sehari, bahkan

sebelum tidur harus mengasup cemilan) karena takut hipo di malam hari, menurut

saya bisa ibaratkan seperti menyetir yang metabolisme gula itu menyetir sebelah

kanan, kalau yang metabolisme lemak menyetir sebelah kiri. Artinya ada

perbedaan fisiologi yang mungkin mereka belum pahami. Sedangkan kalau di

ketofastosis sendiri kita melihat ada perbedaan fisiologi lain yang belum

diungkap, hanya dengan mengubah lifestyle dapat memberikan efek luar biasa.

Dan sebenarnya dalam protokol diabetes baik secara nasional maupun

internasional, sebenarnya nomor satu adalah lifestyle modification. Semuanya

sama, baik diabetes atau gangguan kadiovaskular, semuanya sama, lifestyle

modification. Cuma entah kenapa para klinis dna masyarakat Indonesia lebih

mengandalkan obat. Jadi ada beberapa kepentingan yang saling terlibat, salah

Page 33: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

xlix

satunya banyak industri, mohon maaf, yang mungkin akan protes apabila KF ini

lebih diterima banyak orang. Karena hanya dengan modal puasa, banyak sekali

masalah yang dapat diselesaikan. Memang di dunia barat, Dr. Eric Westman,

pernah menulis kalau gaya hidup lowcarb ini tidak begitu disukai terutama oleh

pihak farmakologi. Di Indonesia sendiri mungkin sudah banyak pihak yang

melirik ketofastosis ini dan menjadi ancaman untuk mereka. Tapi semakin kesini,

terutama pada kondisi pandemic ini semakin banyak orang yang menerapkan pola

hidup ketofastosis ini. Biarpun belum dominan, tapi sudah mulai berkembang.

Page 34: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

l

LAMPIRAN B: HASIL KUESIONER KETOGENIK

Page 35: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

li

LAMPIRAN B: HASIL KUESIONER ALPHA TEST

Page 36: LAMPIRAN A: BUKTI BIMBINGAN

lii

LAMPIRAN B: HASIL KUESIONER BETA TEST