laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… ·...

27
PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE LABORATORIUM TEKNIK SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

PETUNJUK PRAKTIKUM

TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

LABORATORIUM TEKNIK SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

Materi IPENGUJIAN POMPA

Pendahuluan

Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan cairan dari tempat satu ke tempat yang lain. Tujuan pengujian pompa adalah untuk mengamati, mencoba atau membuktikan sehingga kita dapat memberikan evaluasi atau menetapkan nilai propertas pompa / pemompaan. Evaluasi yang dimaksudkan merupakan langkah pengujian untuk mengetahui, menilai dan menetapkan mesin – mesin yang diuji.

Prosedur pengujian hendaknya dilaksanakan secara sistematik, fleksibel dan representatif sesuai dengan kondisi lingkungan pengguna pompa.

Dalam pengambilan data – data atau keterangan meliputi hal – hal antara lain:

1. Ada upaya perbaikan performa pompa dengan mengetahui komponen – komponen pompa yang kerjanya tidak benar, misalnya kelemahan desain dan konstruksi serta cara – cara perbaikannya

2. Menentukan performa mesin dibandingkan dengan performa mesin yang lain yang sejenis.

3. Meyakinkan bahwa pompa telah sesuai dengan kondisi setempat dan bentuk serta penampilan cukup menarik.

4. Meyakinkan bahwa bagian – bagian mesin dan kekuatan mesin sesuai dengan standar normal dan kemungkinan penggunaannya dalam keadaan normal.

Data pengujian:

1. Sifat – sifat pompa- Keterangan singkat tentang pompa dan penjelasan tentang sifat dasar- Spesifikasi teknis yang memberikan informasi teknis dan penjelasan teknis dari

pabrik- Pengaturan – pengaturan tertentu dari pompa atau prosedur penggunaan dengan

penjelasan komponen – komponen penting, modifikasi serta adaptasi.2. Keadaan – keadaan yang mempengaruhi penggunaan pompa

- Cuaca waktu setahun dan sesudah testing- Instrumen dan alat – alat yang digunakan dan visualisasi pelaksanaannya- Prosedur testing dan pengambilan keputusan

3. Prosedur testing yang akan dilaksanakan- Tempat dan tanggal testing- Instrumen dan alat – alat yang digunakan dan visualisasi pelaksanaannya

Page 3: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

4. Prosedur testing dan pengambilan keputusan- Penyediaan data- Debit: output dan input- Head losses

5. Kurva tabiat pompa- Menggambarkan kualitas kerja- Menggambarkan kapasitas mesin

6. Tabiat keseluruhan pompa- Kebutuhan tenaga- Pengaturan dan perawatan harian- Sifat pompa dalam keadaan sulit- Ketahanan pompa

7. Data ekonomi- Tingkat harga (upah, bahan bakar, harga pompa)- Biaya kegunaan mesin: biaya tetap dan biaya tidak tetap- Kapasitas mesin per tahun- Titik kritis (BEP)

8. Keecocokan pompa- Pemakai- Pembuatan

Formula Pengukuran

1. Pembacaan tekanan pada outlet dan inlet pompa2. Rumus perhitungan

Dimana: H = tinggi tekanan hd = pembacaan tekanan pada pressure gauge hs = suction presure gauge γ = spesifik grafity (Kkgf/l) h1 = jarak dasar dengan pengukuran suction (m) h2 = jarak vertikal dari dasar dengan pengukuran tekanan (m) vd = rata – rata kecepatan aliran dalam pipa inlet (m/dt) vs = rata – rata kecepatan aliran dalam pipa suction (m/dt)

Page 4: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

3. Output air:

Dimana: W = output air (Kwatt) γ = spesifik grafity (Kkgf/l) Q = debit (l/menit)

4. Efisiensi:

Dimana: Ef = efisiensi pompa (%) P = input pompa (Kwatt)

Deskripsi dan cara kerja pompa

1. Gambar (foto)2. Spesifikasi :

a. Tipe pompa dan power (rotary, putaran, sentrifugal, axial, fixed)b. Buatanc. Model

3. Dimensi:a. Panjangb. Lebarc. Tinggi

4. Berat (kg)5. Sumber air yang sesuai (sumber, saluran, sungai, danau dll)6. Rekomendasi sudut pemasangan pompa:

a. Vertikalb. Horisontal

7. Kecepatan putaran RPM dan HP8. a. Maksimal statik suction

b. Rekomendasi tinggi tekanan aktual9. Tekanan dinamik dan debit pada efisiensi maximum10. Prinsip kerja11. Bahan pompa12. Detail dari suction (penggunaan klep bengkok dll)

Page 5: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

MATERI II

LAJU INFILTRASI

I. Pendahuluan

Laju infiltrasi adalah laju air yang meresap ke dalam tanah yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam. Laju infiltrasi sangat penting dalam menentukan cara pemberian air serta besarnya air yang diberikan. Kemampuan tanah meresap air akan berkurang dengan bertambahnya waktu. Pada awal kecepatan berkurangnya air akan cepat, tetapi setelah beberapa saat akan lambat bila mendekati konstan.

Bila kecepatan penyerapan air selama pemberian air dan waktu diplotkan pada kertas grafik dengan menggunakan skala logaritmik, sumbu tegak untuk kecepatan penyerapan dan sumbu horisontal untuk waktu, maka kurva berbentuk merupakan gambaran dari persamaan:

I = K Tn

Dimana: I = laju infiltrasi

K = kecepatan penyerapan pada suatu satuan waktu

T = waktu

n = kemiringan garis

Dengan menggunakan Analisa Time Series dengan menggunakan metode kuadrat terkecil kita mendapatkan persamaan garisnya.

Untuk mengukur laju infiltrasi ada banyak metode. Cara yang banyak digunakan adalah:

1. Metode Infiltrometer Tabung (Cylinder Infiltrometer Method)Laju infiltrasi ditentukan dengan mengukur penurunan air didalam silinder. Cara ini digunakan untuk pengukuran laju infiltrasi yang akan mendukung sistem pemberian air secara:

- Border Irrigation- Countoum Ditch Irrigation- Basin Irrigation- Sprinkle Irrigation

2. Metode Saluran (Furrow Stream Method)Laju infiltrasi ditentukan dengan mengukur aliran masuk dan keluar dari saluran. Metode ini digunakan untuk penelitian:

- Furrow Irrigation- Counter Furrow Irrigation

Page 6: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

Pada praktikum ini kita menggunakan metode infiltrometer tabung. Dengan cara ini suatu area akan diukur laju infiltrasinya dengan dibatasi oleh tabung atau bahan kedap air. Besarnya laju infiltrasi ialah berupa besarnya penurunan air (untuk cara falling head) atau berapa besar air yang ditambahkan untuk mempertahankan permukaan air yang konstan (cara konstan head). Infiltrasi sangat dipengaruhi oleh beberapa keadaan:

1. Keadaan permukaan tanahKerak, retakan, tanaman penutup, perlakuan terhadap permukaan tanah, kemiringan tanah, dan keadaan erosi.

2. Keadaan profil tanahTekstur, struktur lapisan kedap air, keadaan fauna dalam tanah.

3. Kandungan lengas tanah4. Temperatur tanah5. Kandungan garam yang terdapat dalam tanah dan air. Terutama garam sodium dan jenis

bahan yang tersuspensi dalam air

II. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur laju infiltrasi suatu lahan/ tanah pertanian.

III. Alat dan Bahan

a. Alat- Infiltrometer tabung- Pengukur taraf muka air/ penggaris- Stopwatch- Ember- Martil

b. Bahan- Tanah- Air

IV. Cara Kerja

a. Pilihlah daerah yang mewakili untuk diukurb. Catat kondisi tanah dan jenis tanaman yang tumbuh pada area tersebutc. Pasang silinder pengukur vertikal permukaan tanah dengan kedalaman ±10cm.d. Pasang silinder pelinding (buffer cylinder) dengan jarak 10cm dari silinder pengukur

dengan kedalaman 5-10cm.e. Isi bagian luar (bagian pelindung) dengan air hingga tinggi air 5cm dan pertahankan

kedalamannya agar tetap selama pengukuran

Page 7: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

f. Segera setelah bagian silinder pelindung diisi. Isi silinder pengukur sesuai dengan kedalaman yang dikehendaki (biasanya antara 7,5cm).

g. Ukur tinggi air dalam silinder pengukur.h. Langkah (e) sampai (g) lakukan dengan cepat dan teliti untuk mengurangi kesalahan

pengukuran.i. Catat jam pada waktu pengukuran (h).j. Amati penurunan air dengan interval waktu 1, 3, 5, 10, 20, 30, 45, 90 menit. Pengamatan

dilakukan sampai laju infiltrasi hampir konstan.k. Bila dalam silinder pengukur sudah turun sehingga 2,5cm tambah air lagi hingga

mencapai tinggi mula – mula (f). Catat waktu dan tinggi air pada saat akan menambah dan sesudah menambah. Usahakan pengisian kembali secepat mungkin.

Page 8: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

MATERI III

PENGUKURAN DEBIT ALIRAN

A. PendahuluanA.1 Latar Belakang :

Pengukuran debit aliran diperlukan :- Memperoleh pendistribusian air yang baik- Memperoleh efisien dari air yang diberikan- Mengetahui potensi (penyediaan) suatu aliran

A.2 Tujuan

Mengenal beberapa jenis alat ukur dan melakukan pengukuran aliran air pada saluran terbuka.

1. Pengukuran dengan Current MeterAlat ini terdiri dari : Flow Detecting Unit dan Counter Unit.Aliran yang diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari propeler ataupun langsung menunjukkan kecepatan aliran. Untuk jenis yang tidak langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untk tiap-tiap propeler.Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan mngalikan faktor koreksi yang dilengkapi pada masing-masing alat yang bersangkutan. Propeler detecting unit dapat berupa :

1. Mangkok 2. Bilah 3. Skrup

Bentuk ukuran propeler ini berkaitan dengan besra kecilnya aliran yang diukur.

Debit aliran dihitung dengan rumus

Q = V x A

Dimana : V = kecepatan aliran,

A = luas penampang.

Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping mengukur kecepatan aliran, diukur pula luas penampang.

Pengukuran kecepatan aliranDistribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada :1. Bentuk saluran2. Kekerasan saluran3. Kondisi kelurusan saluran

Page 9: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

Dalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan ini sangat penting. Hal ini berkaitan dengan penentuan kecepatan aliran yang dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang tersebut. Dar hasil penelitian “ United States Geological Survye” aliran air disaluran (stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut :

- Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolic.

- Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 kedalam di bawah permukaan air.

- Kecepatan rata-rata berada 0,6 kedalam di bawah permukaan air.

- Kecepatan rata-rata 85% kecepatan permukaan.

- Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail kearah vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuran-pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan rata-rata dapat diperoleh dengan :

a. Mengukur kecepatan pada titik 0,6 kedalaman.

Kecepatan rata-rata = kecepatan pada titik tersebut.

b. Mengukur kecepatan pada titik 0,2 kedalaman dan 0,8 kedalaman.

Kecepatan rata-rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2h + kecepatan pada 0,8h).

c. Mengukur kecepatan pada titik pengukuran yaitu pada 0,2h ; 0,6h dan 0,8h.

Kecepatan rata-rata = 0,25 (kecepatan pada 0,6h + 2 X kecepatan pada 0,6h + kecepatan pada 0,8h)

Jumlah titik pengukuran berkaitan dengan kedalaman aliran, jumlah titik pengukuran pada berbagai kedalaman sesuai dengan daftar berikut :

Kedalaman saluran (h) dalam %

Jumlah titik pengukuran

Titik kedalaman pengukuran

0,3-0,6 1 0,6h0,6-0,3 2 0,2h ; 0,8h3,0-6,0 3 0,2h ; 0,6h ; 0,8h6,0 4 0,2h ; 0,6h ; 0,8h dan pada dasar

Pengukuran luas penampang aliranLuas penampang aliran diperoleh dengan membuat profil penampang melintang dengan cara mengadakan pengukuran kearah horizontal (lebar aliran) dan kearah vertical (kedalam aliran). Luas aliran merupakan jumlah tiap bagian (segment) profil yang terbuat. Pada tiap bagian tersebut diukur kecepatan alirannya (sesuai dengan yang telah diterangkan di muka).

Page 10: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

Debit aliran di segment

Qi = Ai X Vi

Dimana : Qi = debit aliran pada segment i.Ai = luas aliran pada segment 2i.Vi = kecepatan aliran pada segment i.

Debit aliran (Qtot) = jumlah debit untuk tiap segment :n

Qtot = Qii=1

Untuk memperoleh hitungan luas debit pada tiap segment, garis pengukuran dalamnya air 2 kali banyaknya garis pengukuran kecepatan, akan diperoleh hasil seperti pada gambar berikut : b : interval pengukuran kedalaman air.

c,d,e : dalamnya air tiap pengukuran. vd : kecepatan rata-rata pada garis

pengukuran d.

garis pengukuran kedalaman air.

------------------------- garis pengukuran kecepatan aliran.

Maka luas untuk segment (Fd) :c + 2d + e

Fd = b 2

Debit aliran pada segment tersebut (Qd) :Qd = fd x vd

Pengukuran luada penampang tergantung pada stabilitas dasar sungai. Pada dasar sungai yang stabil, hasil suatu pengukuran dapat dipakai untuk 3-5 kali pengukuran debit. Apabila dasar sungai tidak stabil, pengukuran luas panampang harus dilakukan setiap kali pengukuran debit. Apabila dasar sungai sangat tidak stabil dimana deformasi terjadi pada waktu pengukuran kecepatan aliran, maka pengukuran kecepatan aliran dan kedalaman ditentukan dari hasil rata-rata dari kedua pangukuran tersebut.

2. Pengukuran dengan pelampungTerdapat dua tipe pelampung yang digunakan :1) Pelampung permukaan,

Page 11: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

2) Pelampung dengan bagian tenggelam (pelampung tangkai).

Type pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan dengan pelampung permukaan.

Pada pengukuran debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilaksanakan pada saat tidak ada angin.

Pada benteng yang dipilih, (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampung untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibandingkan dengan lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan waktu rata-rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut, sedang kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.

Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung sbb :

Waktu (menit) 5’ 10’ 15’ 20’ 30’ 40’koefisien 0,98 0,95 0,92 0,90 0,87 0,85

Pada pelampung tangkai koefisien kecepatan dapat dihitung dengan rumus Dr. Y.B. Grancis :

Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya, pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai ± 5 detik setelah pelepasannya. Pada keadaan stabil baru dapat dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata-rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan paling sedikit dua penampang melintang. Dari dua pengukuran penampang melintang ini dicari rata-ratanya, dengan jalan garis tengah lebar permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersamaan disusun berimpitan, penampang melintang rata-rata didapat dengan menentukan titik-titk pertengahan garis-garis horizontal dan vertical dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka mula-mula dibuat penampang melintang rata-rata antara penampang melintang bagian atas dan penampang melintang bawah, hasil rata-rata tersebut dicari rata-ratanya lagi dengan penampang melintang tengah.

Hingga rumus aliran pada bentuk ini (Q) :

Q = C ( L – 0,2h) h3/2 ( C = koefisien debit )

Page 12: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

2. Cipoletti

Oleh cipoletti dibuat suatu alat dimana besarnya pengaliran sebanding dengan lebar ambang, yang dikenal dengan nama alat ukur cipoletti. Bentuk alatnya trapesium dengan sisi miringnya mempunyai kemiringan 1 : 4.

Debit aliran pada cipoletti

Q = c . h3/2

3. Thompson

Alatnya berbentuk segitiga siku-siku. Debit aliran pada Thompson adalah :

Q = c . h5/2

Jarak 2h dari tepi saluran diukur dari titik potong antara tinggi aliran tertinggi dengan sisi siku-siku.

4. Pengukuran dengan Flume

Alat ini berdasarkan prinsip-prinsip venturi untuk aliran permukaan yang bebas (free surface flow). Penggunaan alat ukur ini memberikan keuntungan sebagai berikut :

1. Energi yang hilang kecil.2. Pengendapan dan pengumpulan bahan-bahan pada alat ukur dapat dihindari.3. Mudah pemasangannya dan pengukuran dapat dilaksanakan semua orang.

Yang perlu diperhatikan dalam pemasangan alat :

- Pemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin diperolehnya energi kinetiknya yang maksimal tetapi dengan erosi yang minimal dibagian aliran bawah (down stream).Dalam penggunaan flume terdapat dua kemungkinan kondisi aliran, yaitu kondisi lairan bebas (free flow condition) dan kondisi tergenang (submerged condition). Pada keadaan bebas, debit aliran tergantung dari lebar celah (w) dan tinggi air, hingga pengukuran debit aliran tinggal mengukur tinggi yang melewati alat. Tetapi bila discharge terus bertambah hingga melewati batas kritis penahan aliran, keadaan ini akan menyebabkan back water effect hingga debit aliran harus dikoreksi.

Page 13: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

Untuk parshall flume kondisi aliran batas terjadi sesuai dengan tabel berikut :

Lebar tenggorokan Batas terjadinya aliran bebas kalau Hb / Ha15,2 – 23 cm 60%30,5 – 244 cm 70%

Batas teratas alat dapat berfungsi bila Hb/Ha = 95%, dimana :Hb : tinggi muka air di bagian belakang.Ha : tinggi muka air di bagian muka.

Jenis flume yang biasa digunakan adalah :1. Parshall flume,2. Cut throat flume,3. Trapezoidal flume.

PENGUKURAN DEBIT ALIRAN

Tugas :1. Membuat kontur kecepatan saluran yang diamati.2. Menghitung besarnya faktor pengaliran (k), (coveryance).3. Menentukan konstanta alat pengukur debit type ambang (weir).4. Menentukan grafik kehilangan air di saluran.

Penyelesaian Tugas

1.1. Data yang diperlukan - Penampang melintang saluran pada tempat-tempat tertentu.- Kecepatan aliran pada berbagai kedalaman tiap-tiap segment penampang lintang

saluran.

1.2. Cara perhitungan - Tentukan bentuk penampang melintang saluran dan kecepatan aliran masing-masing

segment penampang tersebut.- Gambar kontur kecepatan aliran pada penampang melintang saluran tersebut.

2.1. Data yang diperlukan- Bentuk dan luas penampang melintang saluran pada tugas 1.- Kecepatan rata-rata masing-masing segment.- Besar debit aliran masing-masing segment.- Besar debit total aliran yang melalui penampang lintang tugas 1.- Kemiringan dasar saluran.

Page 14: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

2.2. Cara perhitungan

Page 15: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

MATERI IVEVALUASI SISTEM IRIGASI

MODUL PRAKTIKUM

IRIGASI TETES1. Latar Belakang

Irigasi tetes atau dikenal juga dengan irigasi mikro sangat cocok diterapkan untuk tanaman hidroponik.

Irigasi ini memiliki konsep yang kontinu dan lamban sehingga mampu menghemat air. Irigasi tetes adalah suatu metode irigasi baru yang menjadi semakin disukai dan popular di daerah daerah yang memiliki masalah kekurangan air. Irigasi tetes merupakan metode pemberian air tanaman secara kontiniu dan penggunaan air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian kehilangan air seperti perkolasi, run off, dan evapotranspirasi bisa diminimalkan. Sehingga efisiensinya tinggi. Sistem irigasi tetes mengalirkan air secara lambat untuk menjaga kelembaban tanah dalam rentang waktu yang diinginkan bagi tanaman (Michael, 1978).

Emiter merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter mengeluarkan dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat tanaman. Daerah yang dibasahi emiter tergantung pada jenis tanah, permeabilitas tanah. Emiter harus menghasilkan aliran yang relatif kecil dan menghasilkan debit yang menghasilkan konstan. (Hansen, dkk, 1986).

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum efisiensi sistem irigasi tertutup adalah untuk mengetahui efisiensi dari sistem irigasi tertutup dan untuk menentukan efisiensi dari sistem irigasi tertutup.

3. Alat dan Bahan1. Pipa utama : untuk mengalirkan air dari sumber air atau tendon

a. Pompa : untuk memompa air

b. Tusen klip : untuk melewatkan air dari bawah dan menahan air dari jacklep

tangki agar air tidak mengalir ke bawah

c. Filter : untuk menyaring kotoran dan debu

d. Globevalve : untuk mengatur tekanan pada jaringan

e. Monometer : untuk mengatur tekanan (pengontrol tekanan)

2. Pipa lateral : untuk mengalirkan air dari pipa sub utama ke emitter

3. Emitter : meneteskan atau mengeluarkan air (tempat keluarnya air)

Page 16: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

4. Pipa sub utama : mengangkut air dari pipa utama ke pipa lateral

5. Gelas ukur : Untuk mengukur volume air

6. Gelas Plastik : sebagai wadah dari air yang menetes melalui emitter

7. Regulating stick : sebagai alat untuk menancapkan ke dalam tanah agar pemberian

air lebih efisien

8. Stopwatch : untuk menghitung waktu

4. Cara Kerja Sistem Irigasi Tetes

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Merangkai pipa

3. Menghubungkan pompa dengan sumber arus listrik

4. Menyalakan pompa

5. Air menetes dari emitter, menampung air yang keluar dari emitter di dalam gelas plastic (1 emitter 1 gelas plastik) selama 1 menit

6. Kemudian mengukur volume air yang keluar dari emitter (di dalam gelas plastic)

7. Di lepas emitter pada gelas plastic setelah 1 menit

8. Dilakukan selama 5x pengulangan

9. Kemudaian dicatat hasilnya

5. Rumus

a.

b.

c.

d.

Page 17: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

Perhitungan

1. Ulangan 1

a.

b.

c.

d.

2. Ulangan 2

a.

b.

Page 18: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

c.

d.

3. Ulangan 3

a.

b.

c.

d.

4. Ulangan 4

Page 19: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

a.

b.

c.

d.

5. Ulangan 5

a.

b.

Page 20: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

c.

d.

Lampiran 1. Form Pengamatan Materi Laju Infiltrasi

No. T (menit) ∆t (menit) H (cm) ∆H (cm3) I (cm/menit)

Lampiran 2. Form Pengamatan Materi Pengukuran Debit Aliran

Current meter

Segmen1 2 3

Page 21: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

Metode Pelampung

Segmen h (cm)b (cm) Waktu (s)

b 1 1 2 3 4 5

Lampiran 3. Form Materi Pengujian Pompa

1. Perlakuan 1(suction dan discharge dibuka penuh)

No. T (menit) Suction(cmHg) Discharge(cmHg) Q (m3/detik)

2. Perlakuan 2(suction dibuka 5cmHg)

No. T (menit) Suction(cmHg) Discharge(cmHg) Q (m3/detik)

Page 22: laboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.idlaboratoriumtekniksumberdayaalamdanlingkungan.staff.ub.ac.i… · Web viewPemasangan pada elevasi yang tepat untuk menjamin

3. Perlakuan 3(discharge dibuka 5cmHg)

No. T (menit) Suction(cmHg) Discharge(cmHg) Q (m3/detik)