labiopalatoschizis

43
A. Pengertian Labio palatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat bawaan berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit- langit (Fitri Purwanto, 2001). Labio palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing pada bibir) yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio (Hidayat, 2005). Labio palatoschizis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada wajah ( Suryadi SKP, 2001). Berdasarkan ketiga pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa labio palatoschizis adalah suatu kelainan congenital berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit- langit yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio. B. Patofisiologi Penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena menikah/kawin dengan saudara/kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh. Walau yang diperlukan sedikit, tapi jika kekurangan berbahaya. Sumber makanan yang mengandung seng antara lain : daging, sayur sayuran dan air. Di NTT airnya bahkan tidak mengandung seng sama sekali. Soal kawin antara kerabat atau saudara memang menjadi pemicu munculnya penyakit generatif, (keterununan) yang sebelumnya resesif. Kekurangan gizi lainya seperti kekurangan vit B6 dan B complek. Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda, dan salah minum obat obatan/jamu juga bisa menyebabkan bibir sumbing. Proses terjadinya labio palatoshcizis yaitu ketika kehamilan trimester I dimana terjadinya gangguan oleh karena beberapa penyakit seperti virus. Pada trimester I terjadi proses perkembangan pembentukan berbagai organ tubuh dan pada saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau pembentukan jaringan lunak atau tulang selama fase embrio. Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses nasal medical dan maxilaris maka dapat mengalami labio shcizis (sumbing bibir) dan proses penyatuan tersebut akan terjadi pada usia 6-8 minggu. Kemudian apabila terjadi kegagalan penyatuan pada susunan palato

Upload: rhanieraja

Post on 09-Dec-2014

41 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: labiopalatoschizis

A.     PengertianLabio palatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat bawaan berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit (Fitri Purwanto, 2001).Labio palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing  pada bibir) yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio (Hidayat, 2005).Labio palatoschizis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada wajah  ( Suryadi SKP, 2001).Berdasarkan ketiga pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa labio palatoschizis adalah suatu kelainan congenital berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio.

B.     PatofisiologiPenyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena menikah/kawin dengan saudara/kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh. Walau yang diperlukan sedikit, tapi jika kekurangan berbahaya. Sumber makanan yang mengandung seng antara lain : daging, sayur sayuran dan air. Di NTT airnya bahkan tidak mengandung seng sama sekali. Soal kawin antara kerabat atau saudara memang menjadi pemicu munculnya penyakit generatif, (keterununan) yang sebelumnya resesif. Kekurangan gizi lainya seperti kekurangan vit B6 dan B complek. Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda, dan salah minum obat obatan/jamu juga bisa menyebabkan bibir sumbing.

Proses terjadinya labio palatoshcizis yaitu ketika kehamilan trimester I dimana terjadinya gangguan oleh karena beberapa penyakit seperti virus. Pada trimester I terjadi proses perkembangan pembentukan berbagai organ tubuh dan pada saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau pembentukan jaringan lunak atau tulang selama fase embrio.

Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses nasal medical dan maxilaris maka dapat mengalami labio shcizis (sumbing bibir) dan proses penyatuan tersebut akan terjadi pada usia 6-8 minggu. Kemudian apabila terjadi kegagalan penyatuan pada susunan palato selama masa kehamilan 7-12 minggu, maka dapat mengakibatkan sumbing pada palato (palato shcizis).

C.     PenatalaksanaanPenatalaksanaan tergantung pada kecacatan. Prioritas pertama antara lain pada tekhnik pemberian nutrisi yang adekuat untuk mencegah komplikasi, fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.

Penanganan : bedah plastik yang bertujuan menutupi kelainan, mencegah kelainan, meningkatkan tumbuh kembang anak. Labio plasty dilakukan apabila sudah tercapai ”rules of overten” yaitu : umur diatas 10 minggu, BB diatas 10 ponds (± 5 kg), tidak ada infeksi mulut, saluran pernafasan unutk mendapatkan bibir dan hidung yang baik, koreksi hidung dilakukan pada operasi yang pertama. Palato plasty dilakukan pada umur 12-18 bulan, pada usia 15 tahun dilakukan terapi dengan koreksi-koreksi bedah plastik. Pada usia 7-8 tahun dilakukan ”bone skingraft”, dan koreksi dengan flap pharing. Bila terlalu awal  sulit karena rongga mulut kecil. Terlambat, proses bicara terganggu, tidak lanjutnya adalah pengaturan diet. Diet minum susu sesuai dengan kebutuhan klien.

Page 2: labiopalatoschizis

D.    Konsep Tumbuh Kembang, Bermain, Nutrisi dan Dampak Hospitalisasi. Dibawah ini akan diuraikan mengenai konsep tumbuh kembang, bermain, nutrisi dan dampak hospitalisasi pada anak yang berumur 5 tahun.1. Pertumbuhan, menurut Whalley dan Wong (2000), mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran, hal ini merupakan suatu proses yang alamiah yang terjadi pada setiap individu, sedangkan Marlow (1998) mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dengan meter atau sentimeter untuk tinggi badan dan kilogram atau gram untuk berat badan. Pertumbuhan pada anak usia 5 tahun pertumbuhan fisik khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata per tahunnya adalah 2 Kg, kelihatan kurus akan tetapi aktifitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh mencapai kematangan seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75 sampai 7,5 cm setiap tahunnya (Hidayat, 2006).

2. Perkembangan, perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks yang melalui maturasi dan pembelajaran. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak diantaranya faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor internal. Perkembangan psikoseksual, anak pada fase falik (3-6 tahun), selama fase ini genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin, seringkali anak merasa penasaran dengan pertanyaan yang diajukannya. Dengan perbedaan ini anak sering meniru ibu atau bapaknya untuk memahami identitas gender (Freud). Pada masa ini anak mengalami proses perubahan dalam pola makan dimana anak pada umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan masa ini adalah masa dimana perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah yang terlihat sekali kemampuan anak belum mampu menilai sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat dan anak membutuhkan pengalaman belajar dengan lingkungan dan orang tuanya (Hidayat, 2006).

3. Nutrisi, nutrisi sangat penting untuk tumbuh dan berembang, anak membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air yang harus dikonsumsi secara seimbang, dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada tahapan usianya. Kebutuhan cairan pada anak usia 5 tahun  yaitu 1600-1800cc/24 jam (Hidayat, 2006). Kebutuhan kalorinya adalah 85 kkal per kg BB,  Pada masa prasekolah kemampuan kemandirian dalam pemenuha kebutuhan nutrisi sudah mulai muncul, sehingga segala peralatan yang berhubungan dengan makanan seperti garpu, piring, sendok dan gelas semuanya harus dijalaskan pada anak atau doperkenalkan dan dilatih dalam penggunaannya, sehingga dapat mengikuti aturan yang ada. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia ini sebaiknya penyediaan bervariasi menunya untuk mencegah kebosanan, berikan susu dan makanan yang dianjurkan antara lain daging, sup, sayuran dan buah-buahan.

4. Bermain , bermain merupakan suatu aktifitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berprilaku dewasa. Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreatifitas dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangakan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan

Page 3: labiopalatoschizis

berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dalam mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetisi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat digunakan pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat-alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting dan air.

5. Dampak HospitalisasiHospitalisasi merupakan suatu poroses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya sampai kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan sterss. Perawatan anak dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakan amat, penuh kasih sayang, dan menanyakan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan dirumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya, anak merasa kehilangan kekuatan diri, malu, bersalah, atau takut.anak akan bereaksi agresif dengan marah dan berontak, tidak mau bekerjasama dengan perawat.

E.     PengkajianPada klien dengan labio palato schiziz diperoleh data sebagai berikut (post op labio plasty) : perdarahan berlebihan akibat dari peregangan pada sisi insisi atau tanda infeksi. Pernafasan stridor, distres atau obstruksi, iritasi kulit dibawah restrein siku. Kemampuan terhadap tekhnik makanan.

Pemeriksaan penunjang1.      Tes pendengaran, bicara dan evaluasi.2.      Laboratorium untuk persiapan operasi; Hb, Ht, leuko, BT, CT.3.      Evaluasi ortodental dan prostontal dari mulai posisi gigi dan perubahan struktur dari orkumaxilaris.4.      Konsultasi bedah plastik, ahli anak, ahli THT, ortodentisist, spech therapi.5.      MRI

F.      Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan pada klien labio palatoschizis menurut Fitri purwanto SKp adalah sebagai berikut :1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebetuhan tubuh atau tidak efektip dalam meneteki ASI, berhubungan dengan ketidak mampuan menelan/kesukaran dalam makan, sekunder dari kecacatan dan pembedahan.2.      Risiko aspirasi, berhubungan dengan ketidakmampuan mengeluarkan sekresi sekunder dari palato schizis.3.      Risiko infeksi berhubungan dengan kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahan.4.      Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan tehnik pemberian makan, dan perawatan di rumah.5.      Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.

Page 4: labiopalatoschizis

6.      Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan efek anastesi, edema setelah pembedahan, sekresi yang meningkat.7.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan.8.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan tampak kecacatan pada anak.

G.    PERENCANAANSetelah diagnosa keperawatan ditemukan, maka perencanaan pada klien dengan labio palatoschizis menurut Fitri purwanto SKp Fitri purwanto SKp adalah sebagai berikut:1.      Nutrisi yang adekuat dapat di pertahankan yang ditandai dengan adanya peningkatan berat badan dan adaptasi dengan metode makan yang sesuai.2.      Anak akan bebas dari aspirasi3.      Anak tidak menunjukan tanda tanda infeksi sebelum dan setelah operasi, luka tampak bersih, kering dan tidak edema.4.      Orang tua dapat memahami dan dapat mendemonstrasikan dengan metode pemberian makan pada anak, pengobatan setelah pembedahan dan harapan perawatan sebelum dan setelah operasi5.      Rasa nyaman anak dapat di pertahankan yang ditandai dengan anak tidak menangis, tidak labil dan tidak gelisah.6.      Pada anak tidak ditemukan komplikasi sistem pernafasan yang ditandai dengan jalan nafas bersih dan pernafasan teratur dan bunyi paru vesikuler.7.      Anak tidak memperlihatkan kerusakan pada kulit yang ditandai dengan insisi tetap utuh, tidak ada tanda infeksi dan terdapat tanda tanda penyembuhan.8.      Orang tua sering melakukan bonding dengan anak yang ditandai dengan keinginan untuk merawat anak, dan mampu untuk mengidentifikasi aspek positif pada anak.

H.    PelaksanaanPelaksanaan menurut Potter (2005), merupakan tindakan mandiri berdasarkan ilmiah, masuk akal dalam melaksanakan yang bermanfaat bagi klien yang diantisipasi berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan pada klien dapat berupa tindakan mandiri maupun tindakan kolaborasi. Dalam pelaksanaan tindakan, langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan yang dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan, semua tindakan yang dilakukan pada klien dan respon klien pada setiap tindakan keperawatan didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.

I.       EvaluasiEvaluasi menurut Hidayat (2007), merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting didalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi. Dalam evaluasi prinsip obyektifitas, reabilitas dan validitas dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat. Evaluasi proses keperawatan ada dua arah yaitu evaluasi proses (evaluasi formatif) dan evaluasi hasil (evaluasi sumatif). Evaluasi proses

Page 5: labiopalatoschizis

adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan dan dilakukan pada akhir keperawatan.

LABIOPALATOSCHIZIS

Pengertian

Labio palatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat bawaan berupa celah pada

bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit (Fitri Purwanto, 2001).

Labio palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut palato

shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing  pada bibir) yang terjadi akibat gagalnya

perkembangan embrio (Hidayat, 2005).

Labio palatoschizis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk

pada wajah  ( Suryadi SKP, 2001).

Berdasarkan ketiga pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa labio

palatoschizis adalah suatu kelainan congenital berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan

langit-langit yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio.

Beberapa jenis bibir sumbing :

a.       Unilateral Incomplete

Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke

hidung.

b.      Unilateral complete

Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.

c.       Bilateral complete

Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.

B.     Etiologi

1.      Faktor herediter

2.      Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui

3.      Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis menyatu

Page 6: labiopalatoschizis

4.      Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen (agen/faktor yang menimbulkan

cacat pada embrio).

5.      Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).

6.       Mutasi genetic atau teratogen.

C.     Patofisiologi

1.     Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio

pada trimester I.

2.     Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris untuk

menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.

3.      Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan

penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.

4.     penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.

Penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena menikah/kawin

dengan saudara/kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh. Walau yang

diperlukan sedikit, tapi jika kekurangan berbahaya. Sumber makanan yang mengandung seng

antara lain : daging, sayur sayuran dan air. Di NTT airnya bahkan tidak mengandung seng sama

sekali. Soal kawin antara kerabat atau saudara memang menjadi pemicu munculnya penyakit

generatif, (keterununan) yang sebelumnya resesif. Kekurangan gizi lainya seperti kekurangan vit

B6 dan B complek. Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda, dan salah minum obat

obatan/jamu juga bisa menyebabkan bibir sumbing.

Proses terjadinya labio palatoshcizis yaitu ketika kehamilan trimester I dimana terjadinya

gangguan oleh karena beberapa penyakit seperti virus. Pada trimester I terjadi proses

perkembangan pembentukan berbagai organ tubuh dan pada saat itu terjadi kegagalan dalam

penyatuan atau pembentukan jaringan lunak atau tulang selama fase embrio.

Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses nasal medical dan maxilaris maka

dapat mengalami labio shcizis (sumbing bibir) dan proses penyatuan tersebut akan terjadi pada

usia 6-8 minggu. Kemudian apabila terjadi kegagalan penyatuan pada susunan palato selama

masa kehamilan 7-12 minggu, maka dapat mengakibatkan sumbing pada palato (palato shcizis).

D.    Manifestasi Klinis

Page 7: labiopalatoschizis

1.     Deformitas pada bibir

2.     Kesukaran dalam menghisap/makan

3.     Kelainan susunan archumdentis.

4.     Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan.

5.     Gangguan komunikasi verbal

6.     Regurgitasi makanan.

7.     Pada Labio skisis

Distorsi pada hidung

Tampak sebagian atau keduanya

Adanya celah pada bibir

8.     Pada Palati skisis

a.       Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen incisive.

b.      Ada rongga pada hidung.

c.       Distorsi hidung

d.      Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksadn jari

e.       Kesukaran dalam menghisap/makan.

E.   Komplikasi

1.      Gangguan bicara

2.      Terjadinya atitis media

3.      Aspirasi

4.      Distress pernafasan

5.      Resiko infeksi saluran nafas

6.      Pertumbuhan dan perkembangan terhambat

7.      Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder akibat disfungsi

tuba eustachius.

8.      Masalah gigi

9.      Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan paruh.

F.     Penatalaksanaan

Page 8: labiopalatoschizis

Penatalaksanaan tergantung pada kecacatan. Prioritas pertama antara lain pada tekhnik

pemberian nutrisi yang adekuat untuk mencegah komplikasi, fasilitas pertumbuhan dan

perkembangan.

Penanganan : bedah plastik yang bertujuan menutupi kelainan, mencegah kelainan,

meningkatkan tumbuh kembang anak. Labio plasty dilakukan apabila sudah tercapai ”rules of

overten” yaitu : umur diatas 10 minggu, BB diatas 10 ponds (± 5 kg), tidak ada infeksi mulut,

saluran pernafasan unutk mendapatkan bibir dan hidung yang baik, koreksi hidung dilakukan

pada operasi yang pertama. Palato plasty dilakukan pada umur 12-18 bulan, pada usia 15 tahun

dilakukan terapi dengan koreksi-koreksi bedah plastik. Pada usia 7-8 tahun dilakukan ”bone

skingraft”, dan koreksi dengan flap pharing. Bila terlalu awal  sulit karena rongga mulut kecil.

Terlambat, proses bicara terganggu, tidak lanjutnya adalah pengaturan diet. Diet minum susu

sesuai dengan kebutuhan klien.

1.      Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin

ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan teknik bedah, orbodantis,dokter anak,

dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik.

Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara

bertahap. biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah

berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan dan

bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis. Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali

pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda

hingga mencapi usia pubertas. Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk

dan derajat cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan

bagi masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit

bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun,

maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga

kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan

dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.

2.      Penatalaksanaan Keperawatan

a.       Perawatan Pra-Operasi:

1)      Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.

Page 9: labiopalatoschizis

a)      Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka

b)      Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.

c)      Diskusikan tentang pembedahan

d)     Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif terhadap bayi.

e)      Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.

2)      Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan bayi.

a)      Tahap-tahap intervensi bedah

b)      Teknik pemberian makan

c)      Penyebab devitasi

3)      Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.

a)      Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang cocok.Monitor

atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.

b)      Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding mulut.

c)      Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.

d)     Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan

e)      Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.

f)       Akhiri pemberian susu dengan air.

4)      Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas

a)      Pantau status pernafasan

b)      Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan

c)      Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi

b.      Perawatan Pasca-Operasi

1)      Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate

a)      Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.

b)      Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.

c)      Lanjutkan dengan diet lunak

d)     Sendawakan bayi selama pemberian makanan.

2)      Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.

a)      Bersihkan garis sutura dengan hati-hati

b)      Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)

c)      Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.

Page 10: labiopalatoschizis

d)     Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan untuk mencegah

terjadinya aspirasi.

e)      Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.

f)       Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.

g)      Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.

h)      Monitor keutuhan jaringan kulit

i)        Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril, missal alat tensi

G.    Pemeriksaan penunjang

1.      Tes pendengaran, bicara dan evaluasi.

2.       Laboratorium untuk persiapan operasi; Hb, Ht, leuko, BT, CT.

3.      Evaluasi ortodental dan prostontal dari mulai posisi gigi dan perubahan struktur dari

orkumaxilaris.

4.      Konsultasi bedah plastik, ahli anak, ahli THT, ortodentisist, spech therapi.

5.      MRI

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Page 11: labiopalatoschizis

          Labio palatoshizis adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit – langit rongga mulut

dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit – langit

tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa pembentukan mesuderm pada saat kehamilan.

          Labio palatoshizis yang terjadi seringkali berbentuk fistula, dimana fistula ini dapat

diartikan sebagai suatu lubang atau celah yang menghubungkan rongga mulut dan hidung

(Sarwoni, 2001)

2.2 Etiologi

           Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio palatoschizis,

antara lain:

1. Faktor Genetik

Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan dengan pasti karena

berkaitan dengan gen kedua orang tua. Diseluruh dunia ditemukan hampir 25 – 30 % penderita

labio palatoscizhis terjadi karena faktor herediter. Faktor dominan dan resesif dalam gen

merupakan manifestasi genetik yang menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor genetik

yang menyebabkan celah bibir dan palatum merupakan manifestasi yang kurang potensial dalam

penyatuan beberapa bagian kontak.

2. Insufisiensi  zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional, baik kualitas

maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal).

Zat –zat yang berpengaruh adalah:

•         Asam folat

•         Vitamin C

•         Zn

Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C dan Zn dapat

berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut dibutuhkan dalam tumbuh kembang organ

selama masa embrional. Selain itu  gangguan sirkulasi foto maternal juga berpengaruh terhadap

tumbuh kembang organ selama masa embrional.

Page 12: labiopalatoschizis

3. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:

•         Jamu. Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat berpengaruh pada janin, terutama

terjadinya labio palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa yang menyebabkan kelainan kongenital

ini masih belum jelas. Masih ada penelitian lebih lanjut

•         Kontrasepsi hormonal. Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi hormonal,

terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hipertensi

sehingga berpengaruh pada janin, karena akan terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal.

•         Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama labio palatoschizis. Obat

– obatan itu antara lain :            

-         Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)

-         Aspirin (Obat – obat analgetika)

-         Kosmetika yang mengandung merkuri & timah   hitam (cream pemutih)

Sehingga penggunaan obat pada ibu hamil harus dengan pengawasan dokter.

4. Faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio

palatoschizis, yaitu:

•         Zat kimia (rokok dan alkohol). Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol

dapat berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung pada rokok dan

alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa embrional.

•         Gangguan metabolik (DM). Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetessangat rentan

terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi fetomaternal. Kadar

gula dalam darah yang tinggi dapat berpengaruh padatumbuh kembang organ selama masa

embrional.h

•         Penyinaran radioaktif. Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi

penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat  mengganggu proses tumbuh

kembang organ selama masa embrional.

Page 13: labiopalatoschizis

5. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang terinfeksi virus

(toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh terjadinya kelainan

kongenital terutama labio palatoschizis.

           Dari beberapa faktor tersebit diatas dapat meningkatkan terjadinya Labio palatoshizis,

tetapi tergantung dari frekuensi dari frekuensi pemakaian, lama pemakaian, dan wktu pemakaian.

2.3 Patofisiologi

         Cacat tebentuk pada trimester pertama, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm

pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (Prosesus nasalis dan maksialis) pecah

kembali.

2.4 Klasifikasi

2.4.1 Berdasarkan organ yang terlibat

         Celah bibir ( labioscizis ) : celah terdapat pada bibir bagian atas

         Celah gusi ( gnatoscizis ) : celah terdapat pada gusi gigi bagian atas

         Celah palatum ( palatoscizis ) : celah terdapat pada palatum

2.4.2 Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk

         Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung

         Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung

2.4.3 Berdasarkan letak celah

•         Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir

•         Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir

•         Midline : celah terjadi pada tengah bibir

2.5 Prevalensi penyakit

         Labio palatoschizis adalah suatu kelainan kongenital sehingga insidensnya adalah

neonatus, dengan prevalensi penyakit 1:1000 kelahiran. Insiden dari Labio palatoschizis tertinggi

terdapat pada orang Asia dan insiden paling rendah pada orang amerika keturunan Afrika.

Page 14: labiopalatoschizis

2.6 Manifestasi Klinis

a)      Tampak ada celah

b)      Adanya rongga pada hidung

c)      Distorsi hidung

d)      Kesukaran dalam menghisap atau makan.

2.7 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah:

1. Kesulitan berbicara – hipernasalitas, artikulasi, kompensatori. Dengan adanya celah

pada bibir dan palatum, pada faring terjadi pelebaran sehingga suara yang keluar menjadi

sengau.

2. Maloklusi – pola erupsi gigi abnormal. Jika celah melibatkan tulang alveol, alveol ridge

terletak disebelah palatal, sehingga disisi celah dan didaerah celah sering terjadi erupsi.

3. Masalah pendengaran – otitis media rekurens sekunder. Dengan adanya celah pada

paltum sehingga muara tuba eustachii terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media

rekurens sekunder.

4. Aspirasi. Dengan terganggunya tuba eustachii, menyebabkan reflek menghisap dan

menelan terganggu akibatnya dapat terjadi aspirasi.

5. Distress pernafasan. Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat ditolong secara dini, akan

mengakibatkan distress pernafasan

6. Resiko infeksi saluran nafas. Adanya celah pada bibir dan palatum dapat mengakibatkan

udara luar dapat masuk dengan bebas ke dalam tubuh, sehingga kuman – kuman dan

bakteri dapat masuk ke dalam saluran pernafasan.

7. Pertumbuhan dan perkembangan terlambat. Dengan adanya celah pada bibir dan

palatum dapat menyebabkan kerusakan menghisap dan menelan terganggu. Akibatnya

bayi menjadi kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan

bayi.

8. Asimetri wajah. Jika celah melebar ke dasar hidung “ alar cartilago ” dan kurangnya

penyangga pada dasar alar pada sisi celah menyebabkan asimetris wajah.

Page 15: labiopalatoschizis

9. Penyakit peri odontal. Gigi permanen yang bersebelahan dengan celah yang tidak

mencukupi di dalam tulang. Sepanjang permukaan akar di dekat aspek distal dan medial

insisiv pertama dapat menyebabkan terjadinya penyakit peri odontal.

10. Crosbite. Penderita labio palatoschizis seringkali paroksimallnya menonjol dan lebih

rendah posterior premaxillary yang colaps medialnya dapat menyebabkan terjadinya

crosbite.

11. Perubahan harga diri dan citra tubuh. Adanya celah pada bibir dan palatum serta

terjadinya asimetri wajah menyebabkan perubahan harga diri da citra tubuh.

2.8 Penatalaksanaan

          Penatalaksanaan labio palatoschizis adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan

operasi pertama kali dikerjakan untuk menutup celah bibir palatum berdasarkan kriteria “ rule of

ten “, yaitu:

a.       Umur lebih dari 10 minggu ( 3 bulan )

b.      Berat lebih dari 10 pond ( 5 kg )

c.       Hb lebih 10 g / dl

d.      Leukosit lebih dari 10.000 / ul

          Cara operasi yang umum dipakai adalah cara millard. Tindakan operasi selanjutny adalah

menutup bagian langitan ( palatoplasti ), dikerjakan sedini mungkin ( 15 – 24 bulan ) sebelum

anak mampu berbicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara.

Kalau operasi dikerjakan terlambat, seringkali hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan

suara normal ( tidak sengau ) sulit dicapai.

          Bila Ini telah dilakukan tetapi suara yang keluar masih sengau dapat dilakukan

laringoplasti. Operasi ini adlah membuat bendungan pada faring untuk memperbaiki fonasi,

biasanya dilakukan pada umur 6 tahun keatas.

          Pada umur 8 -9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah alveolus atau

maksila untuk memungkinkan ahli ortodonti mengatur pertumbuhan gigi di kanan kiri celah

supaya normal. Graft tulang diambil dari dari bagian spongius kista iliaca. Tindakan operasi

terakhir yang mungkin perlu dikerjakan setelah pertumbuhan tulang – tulang muka

mendekatiselesai, pada umur 15 – 17 tahun.

Page 16: labiopalatoschizis

          Sering ditemukan hiperplasi pertumbuhan maksila sehingga gigi geligig depan atas atau

rahang atas kurang maju pertumbuhannya. Dapat dilakukan bedah ortognatik memotong bagian

tulang yang tertinggal pertumbuhannya dan mengubah posisinya maju ke depan.

BAB 3

WEB OF CAUTION

Fakto genetik        Insufisiensi zat untuk          Pengaruh obat         Faktor lingkungan             Infeksi

kelainan                 tumbuh kembang                 teratogenik :             Zat kimia, Radioaktif         Virus       kromosom              selama embrional                  Jamu, Kortison,      Gx. Metabolik                      Klamidial

                                (kualitas&kuantitas) :         Klorsiklizin,                                asam folat, Zn, Vit C            Anti konvulsan,                                      

                                                                                Kontrasepsi                         

                                                                                hormonal                                              

 

                                                                        

                                                                               

Mesoderm tdk terbentuk pada trimester I kehamilan

Prosesus nasalis & maksialis tdk menyatu

LABIO PALATOSCIZIS

Page 17: labiopalatoschizis

             Sistem pencernaan                                                                                  Sistem Pernapasan

   Ada celah pada bibir & palatum                                                             Ada celah pada bibir& palatum

Spingter di muara tuba eustachia terganggu                                                         Distorsi nasal

        Tidak dapat menghisap                                                                               Dispnea & maloklusi

Perub. Nutrisi kurang dari kebutuhan                                                                          ●Aspirasi

                                                                                                                             ●Resiko tinggi infeksi

                    Dampak hospitalisasi

   Anak                                                                                                  

Keluarga

                                                                                                                ● Cemas

Pre Op                                                    Post Op                                                  ● Ketegangan      

● Cemas                                 ● Perub. Nutrisi kurang dari kebutuhan           ● Kurang pengetahuan

● Ketegangan                       ● Nyeri                                                                   ● Koping klg tidak efektif

● Perub. Nutrisi kurang       ● Resiko tinggi trauma insisi pembadahan

   dari kebutuhan                  ● Resiko tinggi infeksi

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

Page 18: labiopalatoschizis

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

A. BB normal neonatus : 2,75 – 3,00 kg

B. TB normal neonatus : 50 cm

C. LK normal neonatus : 43 -35 cm

D. LD normal neonatus : 32 -33 cm

E. Perkembangan motorik kasar

1.      Usia 1 - 4 bulan

a.       Mengangkat kepala saat tengkurap

b.      Dapat duduk sebentar dengan ditopang

c.       Dapat duduk dengan kepala tegak

d.      Jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri

e.       Kontrol kepala keluar

f.        Mengangkat kepala sambil berbaring terlentang

g.       Berguling dari terlentang kemiring

h.       Posisi lengan dan tungkai kurang flexi

i.         Berusaha merangkak

2.      Usia 4 -8 bulan

a.       Menahan kepala tegak terus menerus

b.      Berayun ke depan dan ke belakang

c.       Berguling dari terlentang ke tengkurap

d.      Dapat duduk dengan bantuan selama interval singkat

3.      Usia 8 -12 bulan

a.       Duduk dari posisi tegak tanpa bantuan

b.      Dapat berdiri tegak dengan bantuan

c.       Menjelajah

d.      Berdiri tegak tanpa bantuan walaupun sebentar

e.       Membuat posisi merangkak

f.        Merangkak

g.       Berjalan dengan bantuan

Page 19: labiopalatoschizis

F. Perkembangan motorik halus

1.      Usia 1 – 4 bulan

a.       Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu obyek

b.      Mengikuti obyek dari sisi ke sisi

c.       Mencoba memgang benda tapi terlepas

d.      Memasukkan benda ke dalam mulut

e.       Memperhatikan tangan dan kaki

f.        Memegang benda dengan kedua tangan

g.       Mempertahankan benda di tangan walaupun hanya sebentar

2.      Usia 4 - 8 bulan

a.       Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk memegang

b.      Mengeksplorasi benda yang sedang dipegang

c.       Mampu menahan menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan

d.      Menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan

e.       Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lainnya

3.      Usia 8 – 12 bulan

a.       Melepas objek dengan jari lurus

b.      Mampu menjepit benda

c.       Melambaikan tangan

d.      Menggunakan tangan untuk bermain

e.       Menempatkan objek ke dalam wadah

f.        Makan biskuit sendiri

g.       Minum dengan cangkir engan bantuan

h.       Menggunakan sendok dengan bantuan

i.         Makan dengan jari

j.        Memegang krayon dan membuat coretan di atas kertas

G. Perkembangan sensoris

1.      Usia 0 -1 bulan

a.       Membedakan rasa manis dan asam

Page 20: labiopalatoschizis

b.      Menari diri dari stimulus yang menyakitkan

c.       Membedakan bau, mampu mendeteksi bau ibu

d.      Memalingkan kepala dari bau yang tidak disukai

e.       Membedakan bunyi berdasarkan perbedaan nada, frekuensi dan durasi

f.        Berespon terhadap penurunan cahaya

g.       Mudah melacak objek tetapi mudah juga kehilangan objek tersebut

h.       Lebih berfokus pada wajah manusia dibandingkan benda – benda lain yang ada dalam satu

lapang pandang

i.         Mempunyai ketajaman penglihatan 20 / 40, mampu berfokus pada objek yang berada pada jarak

20 cm

j.        Terdiam jika mendengar bunyi suara

2.      Usia 1 – 4 bulan

a.       Membedakan wajah dan suara ibu

b.      Menunjukkan pelacakan visual yang akurat

c.       Membeda-bedakan antar pola penglihatan

d.      Membeda-bedakan wajah yang dikenal dan tidak kenal

3.      Usia 4 – 8 bulan

a.       Berespon terhadap perubahan warna

b.      Mengikuti objek dari garis tengah ke samping

c.       Mengikuti objek dari berbagi arah

d.      Mencoba mencari sumber bunyi

e.       Berusaha mengkoordinasikan tangan – mata

f.        Indera penciuman sudah berkembang dengan baik

g.       Mencapai batas ketajaman penglihatan dewasa

h.       Berespon terhadap suara yang tidak terlihat

4.      Usia 8 – 12 bulan

a.       Persepsi ke dalam telah meningkat

b.      Mengenali namanya sendiri

H. Perkembangan kognitif

Page 21: labiopalatoschizis

1.      Usia 0 -1 bulan

a.       Perilaku involunter

b.      Refleksif primer

c.       Orientasi autistik

d.      Tidak ada konsep baik diri sendiri maupun orang lain

2.      Usia 1 – 4 bulan

a.       Perilaku reflektif secara bertahap diagantikan gerakan volunter

b.      Aktifitas berpusat di sekitar tubuh

c.       Membuat usaha awal untuk mengulang atau menirukan tindakan

d.      Banyak menunjukkan perilaku trial dan error

e.       Berusaha memodifikasi perilaku sebagai respon terhadap berbagai stimulus (menghisap

payudara vs botol)

f.        Menunjukkan orientasi simbolitik

g.       Tidak mampu membedakan diri sendiri dan orang lain

h.       Terlibat dalam suatu aktifitas, karena aktifitas tersebut menyenangkan

3.      Usia 4 – 8 bulan

a.       Menunjukkan pengulangan tindakan yang bertujuan

b.      Menunjukkan keinginan berperilaku untuk mencapai tujuan

c.       Menentukan perbedaan intensitas (suara dan penglihatan)

d.      Menunjukkan tindakan sederhana

e.       Menunjukkan permulaan objek permanent

f.        Antisipasi kejadiaan – kejadian di masa akan datang (makan)

g.        Menunjukkan kesadaran bahwa diri sendiri terpisah dengan orang tua

4.      Usia 8 – 12 bulan

a.       Mengantisipasi kejadian sebagai suatu yang menyenangkan dan tidak menyenangkan

b.      Menunjukkan tingkat kegawatan pada kesengajaan perilaku

c.       Menunjukkan perilaku – perilaku yang mengarah pada tujuan

d.      Membuktikan kepermanenan objek

e.       Mencari objek – objek yang hilang

f.        Dapat mengikuti sejumlah besar tindakan

g.       Memahami dari kata – kata dan perintah sederhana

Page 22: labiopalatoschizis

h.       Menghubungkan sikap dan perilaku dengan symbol

i.         Menjadi lebih mandiri dan figur keibuan

I. Perkembangan bahasa

1.      Usia 0 -1 bulan

a.       Mendengkur

b.      Membuat suara tanpa huruf hidup

c.       Membuat suara merengek ketika sedang kesal

d.      Membuat suara berdeguk ketika sedang kenyang

e.        Tersenyum sebagai respon terhadap pembicaraan orang dewasa

2.      Usia 1 -4 bulan

a.       Bersuara dan tersenyum

b.      Dapat membuat bunyi huruf hidup

c.       Bersuara

d.      Berceloteh

3.      Usia 4 -8 bulan

a.       Menggunakan vokalisasi yang semakin banyak

b.      Menggunakan kata – kata yang terdiri dari 2 suku kata (buu – buu)

c.       Dapat membuat dan bunyi vokal bersamaan

4.      Usia 8 -12 bulan

a.       Mengucapkan kata – kata pertama

b.      Menggunakan bunyi untuk mengidentifikasikan objek, orang dan aktifitas

c.       Menirukan berbagai bunyi kata

d.      Mengucapkan serangkaian suku kata

e.       Memahami arti larangan misal : “ jangan “

f.        Berespon terhadap panggilan dan orang – orang yang mirip anggota keluarga

g.       Menunjukkaninfleksi kata – kata yang nyata

h.       Menggunakan 3 kosa kata

i.         Menggunakan kalimat satu kata

J. Perkembangan psikoseksual (Tahap oral)

Page 23: labiopalatoschizis

1.      Berfokus pada tubuh – mulut

2.      Tugas perkembangan – gratifikasi kebutuhan dasar (makanan, kehangatan dan kenyamanan)

3.      Krisis perkembangan dan penyapihan; bayi dipaksa untuk menghentikan kesenangannya untuk

minum ASI / menyusu dari botol

4.      Keterampilan koping yang umum – menghisap, menangis, mendengkur, berceloteh, memukul

dan bentuk perilaku lainnya sebagai respon iritan

5.      Kebutuhan seksual – menggeneralisasikan sensasi tubuh yang menyenangkan. Meskipun

berfokus pada kebutuhan oral, bayi mendapat kesenangan fisik dari digendong, ditimang, diayun

6.      Bermain – stimultan taktil diberikan melalui aktifitas pengasuhan

K. Perkembangan psikososial

1.      Tugas perkembangan – perkembangan rasa percaya terhadap pemberian asuhan primer

2.      Krisis perkembangan – disapih dari ASI / susu botol

3.      Bermain – interaksi dengan pemberi asuhan. Membentuk dasar – dasar perkembangan hubungan

di kemudian hari

4.      Peran orang tua – bayi merumuskan sikap dasar terhadap kehidupan berdasarkan pengalamannya

bersama orang tua. Orang tua dapat dianggap sebagai sebagai seorang yang dapat dipercaya,

konsisten, selalu ada dan penyayang

L. Perilaku social

1.      Usia 0 -1 bulan

a.       Bayi tersenyum tanpa membeda -bedakan

2.      Usia 1 – 4 bulan

a.       Tersenyum pada wajah manusia

b.      Waktu tidur dalam sehari lebih sedikit daripada waktu terjaga

c.       Membentuk siklus tidur bangun

d.      Menangis menjadi sesuatu yang berbeda

e.       Membeda – bedakan wajah yang dikenal dan tidak dikenal

f.        Senang menatap wajah – wajah yang dikenalnya

g.       Diam saja jika ada orang asing

Page 24: labiopalatoschizis

3.      Usia 4 – 8 bulan

a.       Merasa terpaksa jika ada orang asing

b.      Mulai bermain dengan mainan

c.       Takut akan kehadiran orang asing

d.      Mudah frustasi

e.       Memukul - mukul lengan dan kaki jika sedang kesal

4.      Usia 8 -12 bulan

a.       Bermain permainan sederhana (cilukba)

b.      Menangis jika dimarahi

c.       Membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh

d.      Menunjukkan peningkatan ansietas terhadap perpisahan

e.       Lebih menyukai menyukai figure pemberi asuhan daripada orang dewasa lainnya

f.        Mengenali anggota keluarga

M. Perkembangan moral

Perkembangan moral tidak dimulai sampai usia toddler, ketika kognitif awal sudah muncul

N. Perkembangan kepercayaan (tahap tidak membedakan)

Rasa percaya dan interaksi dengan pemberi asuhan membentuk dasar untuk perkembangan

kesetiaan selanjutnya

4.2 Observasi dan Pengkajian

4.2.1 Respiratory Sistem

o       RR neonatus normal : 30 – 50 x/menit

o       RR bayi normal : 26 – 40 x/menit

o       Pernafasan abdominal dan diafragma

o       Pernafasan dangkal dan iregular

o       Pada pt dengan labio palatoschizis system pernafasannya terganggu, karena bayi tidak dapat

bernafas melalui mulut apabila hidungnya tersumbat. Akibatnya dapat terjadi distress pernafasan

atausebagai kompensasi melakukan hiperventilasi dan selanjutnya dapat terjadi dispnea

Page 25: labiopalatoschizis

4.2.2 Kardiovaskuler

o       TD neonatus normal 80/50 mmHg

o       TD bayi normal 90/61 mmHg

o       Nadi neonatus normal 70 -170 mmHg

o       Nadi bayi normal 80 – 160 mmHg

o       Pada pasien labio palatoscizis, sistem kardiovaskuler tidak mengalami gangguan

4.2.3 Persyarafan

Reflek pada bayi :

A.     Babinski

Jari – jari kaki ekstensi ketika telapak kaki diusap. Pada penderita labio palatoschizis reflek

babinski positif

B.     Galant

Melengkungkan badan ke arah sisi yang di stimulasi ketika dilakukan pengusapan di sepanjang

tulang belakang. Pada penderita labio palatoschizis reflek gallant positif

C.     Moro

Ekstensi tiba –tiba kea rah luar dan kembali kea rah garis tengah ketika bayi terkejut akibat suara

keras / perubahan posisi yang cepat. Pada penderita labio palatoschizis reflek moro positif

D.     Palmar

Menggenggam objek dengan jari ketika telapak tangan disentuh. Pada penderita labio

palatoschizis reflek palmar positif

E.      Placing

Usaha untuk mengangkat dan meletakkan kaki di tepi permukaan kaki ketika kaki disentuh di

bagian atasnya. Pada penderita labio palatoschizis reflek placing positif

F.      Plantar

Fleksi jari – jari kaki ke arah dalam, ketika tumit telapak kaki diusap. Pada penderita labio

palatoschizis reflek plantar positif

G.     Righting

Berusaha untuk mempertahankan kepala pada posisi tegak. Pada penderita labio palatoschizis

reflek ini positif

H.     Rooting

Page 26: labiopalatoschizis

Memiringkan kepala ke arah pipi yang diberi stimulus sentuhan. Pada penderita labio

palatoschizis reflek ini positif

I.        Sucking

Menghisap objek yang diletakkan dalam mulut. Pada penderita labio palatoschizis reflek ini

negative karena muara tuba eustachiinya terganggu

J.       Stepping

Membuat gerakan melangkah ketika digendong pada posisi tegak dengan kaki menyentuh

permukaan. Pada penderita labio palatoschizis reflek ini positif.

4.2.4 Gastro Intestinal

Pada penderita labio palatoschizis, system ini mengalami gangguan dikarenakan bentuk

bibir. Labio palatoschizis pada bayi normal, jumlah nutrisi berdasarkan BB adalah :

BB Kebutuhan Nutrisi / Hari

1 – 10 kg

11 – 20 kg

> 20 kg

100 cc / BB

1000 + 50 cc ( BB – 10 )

1500 + 20 cc ( BB – 20 )

                                                                                                                                 Pada penderita

labio palatoschizis asupan kurang dari kebutuhan karena proses menghisap terganggu

4.2.5 Urinary Sistem

A.     Jumlah urin = cairan yang masuk

B.     Awal : urin keluar 20 ml dan meningkat sesuai dengan pemasukan

C.     Frekuensi voiding : 2 -6 x selanjutnya 5 – 25 x / 24 jam

D.     Pada bayi void : 15 – 60 ml/kg BB/24 jam

E.      BJ urin : 1,005 – 1,015

F.      Standar volume urin

•         Bayi baru lahir : 10 – 90 ml/kg BB/ hari

•         Bayi : 80 – 90 ml/kg BB/hari

G.     GFR bayi baru lahir : 30 – 50 % dewasa

H.     Rata – rata bayi BAK : 8 -12 x/hari

I.        Pada penderita labio palatoschizis system ini mengalami gangguan       

4.2.6 Muskuloskeletal

Page 27: labiopalatoschizis

A.     Jumlah kartilago > osifikasi tulang

B.     Pertumbuhan ukuran otot karena hipertropi dibanding hiperplasia

4.3 Pemeriksaan Diagnostik

•         MRI

•         Rontgen

Page 28: labiopalatoschizis

4.4 Daftar Prioritas Masalah

•         Resiko tinggi trauma

•         Nyeri

•         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

•         Cemas

•         Ketegangan

•         Resiko aspirasi

•         Kurang informasi

4.5 Intervensi

1.      Diagnosa Keperawatan: Resiko tinggi trauma sisi pembedahan berhubungan dengan prosedur

pembedahan, disfungsi menelan

Kriteria hasil :

-              Pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah

-              Sisi operasi tetap tidak rusak

Intervvensi Rasional

1. Beri posisi telentang / miring / duduk 1. Untuk mencegah trauma pada sisi operasi

2. Pertahankan alat pelindung bibir 2. Untuk melindungi garis jahitan

3. Gunakan teknik pemberian makan non

traumatik

3. Untuk meminimalkan resiko trauma

4. Gunakan jaket restrein pada bayi lebih

besar

4. Untuk mencegahnya agar tidak berguling

dan menggaruk wajah

5. Hindari menempatkan objek di dalam

mulut setelah perbaikan PS

    (kateter penhisap, spatel lidah, dot,

sendok kecil)

5. Untuk mencegah trauma pada sisi operasi

6. Jaga agar bayi tidak menangis keras

dan terus menerus

6. Karena dapat menyebabkan tegangan pada

jahitan 

7. Bersihkan garis jahitan dengan

perlahan setelah memberi makan

7. Karena inflamasi dan infeks akan

mempengruhi penyembuhan dan efek

kosmetik dari perbaikan pembedahan

Page 29: labiopalatoschizis

8. Ajari  tentang pembersihan dan

prosedur restrein khususnya bila

pulang sebelum jahitan dilepas

8. Untuk meminimalkan komplikasi setelah

pulang

2.      Diagnosa Keperawatan: Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kesulitan makan setelah prosedur pembedahan

Kriteria hasil :

-              Bayi mengkonsumsi jumlah nutrient yang adekuat

-              Keluarga mendemonstrasikan kemampuan untuk menjalankan perawatan pasca operasi

-              Bayi menunjukkan penambahan BB yang adekuat

Intervensi Rasional

1. Beri diet sesuai usia dan ketentuan

selama periode pasca operasi

1. Bayi mendapat nutrisi yang adekuat

2. Libatkan keluarga dalam metode

pemberian makan yang terbaik

2. Memegang tanggung jawab pemberian

makan di rumah

3. Ubah teknik pemberian makan 3. Untuk menyesuaikan diri efek

pembedahan

4. Beri makan dalam posisi duduk 4. Untuk meminimalkan resiko aspirasi

5. Sendawakan dengan sering   5. Kecenderungan menelan banyak udara

6. Bantu dalam menyusui, ajarkan teknik

pada keluarga

6. Untuk menjamin perawatan di rumah

3.      Diagnosa Keperawatan: Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan

Kriteria Hasil : Bayi tampak nyaman dan tenang

Intervensi Rasional

1. Kaji perilaku dan TTV 1. Untuk adanya bukti nyeri

2. Berikan analgetik / sedatife sesuai

instruksi

2. Untuk meminimalkan nyeri

3. Beri stimulasi belaian dan taktil 3. Untuk pertumbuhan dan perkembangan

Page 30: labiopalatoschizis

optimal

4. Libatkan orang tua dalam perawatan

bayi

4. Untuk memberikan rasa nyaman dan

aman

Page 31: labiopalatoschizis

BAB V

PENUTUP

5.1  Kesimpulan

1        Labio palatoschizis adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit – langit rongga mulut

dapat melalui palatum durum maupum palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit – langit

tiadak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa pembentukan mesuderm pada saat kehamilan

2        Beberapa penyebab labio palatoschizis antara lain : faktor genetik, insufisiensi zat untuk tumbuh

kembang, pengaruh obat teratogenik, faktor lingkungan maupun infeksi khususnya toxoplasma

dan klamidial

3        Labio palatoshizis dibagi menjadi tiga klasifikasi: berdasarkan organ yang terlibat, berdasarkan

lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk, berdasarkan letak celah.

4        Labio palatoshizis adalah suatu kelainan kongenital sehingga insidensnya adalah kongenital.

Insiden tertinggi terdapat pada orang Asia dengan prevalensi 1:1000 kelahiran.

5        Penatalaksanaan Labio palatoshizis adalah dengan tindakan pembedahan

6        Asuhan keperawatan ditegakkan  untuk mengatasi masalah dan dampak hospitalisasi yang

ditimbulkan.