kwarsiorkor

12
Nama : Yunita Malinda NIM : 12120109 DASAR – DASAR MANAJEMEN Kelas 11.4 SATUAN PENYULUHAN PERENCANAAN PENYULUHAN TENTANG KEP (KURANG ENERGI PROTEIN) DI DESA LEKONG SIWAQ , KECAMATAN BAYAN KABUPATEN LOMBOK UTARA Judul : KEP (Kurang Energi Protein) KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi macro nutrient (zat gizi makro). Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi macro nutrient kepada defisiensi micro nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP. Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmic Kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein. marasmus disebabkan karena kurang energi dan Manismic Kwashiorkor disebabkan karena kurang energi dan protein. KEP umumnya diderita oleh balita dengan gejala hepatomegali (hati membesar). Tanda-tanda anak yang mengalami Kwashiorkor adalah badan gemuk berisi cairan, rambut jagung dan muka bulan (moon face). Tanda-tanda anak yang mengalami Marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit. Topik : - Penyebab terjadinya KEP - Tanda dan gejala KEP - Dampak KEP

Upload: hermawan-surya-dharma

Post on 10-Feb-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahaya kurang gizi pada bayi

TRANSCRIPT

Page 1: kwarsiorkor

Nama : Yunita Malinda

NIM : 12120109

DASAR – DASAR MANAJEMEN

Kelas 11.4

SATUAN PENYULUHANPERENCANAAN PENYULUHAN

TENTANG KEP (KURANG ENERGI PROTEIN)DI DESA LEKONG SIWAQ , KECAMATAN BAYAN KABUPATEN LOMBOK UTARA           

Judul :            KEP (Kurang Energi Protein)           

 KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi macro nutrient (zat gizi makro). Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi macro nutrient kepada defisiensi micro nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP.

 Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmic Kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein. marasmus disebabkan karena kurang energi dan Manismic Kwashiorkor disebabkan karena kurang energi dan protein. KEP umumnya diderita oleh balita dengan gejala hepatomegali (hati membesar). Tanda-tanda anak yang mengalami Kwashiorkor adalah badan gemuk berisi cairan, rambut jagung dan muka bulan (moon face). Tanda-tanda anak yang mengalami Marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit.

                       Topik  :

-       Penyebab terjadinya KEP-       Tanda dan gejala KEP-       Dampak KEP-       Cara Pencegahan KEP

1.      Mengenal Masalah, Masyarakat dan Wilayah  Mengenal Masalah

Seperti yang kita ketahui, ada empat masalah gizi terbesar di Indonesia, yaitu Anemia, KVA (Kurang Vitamin A), KEP (Kurang Energi Protein) dan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan

Page 2: kwarsiorkor

Yodium). Masalah yang akan di angkat disini adalah KEP (Kurang Energi Protein) di Indonesia, khususnya di wilayah Desa Lekong Siwaq Kecamatan Bayan, Lombok Utara.

Di daerah ini banyak sekali ditemukan kasus yang mereka kenal sebagai busung lapar, yang dalam istilah kesehatan di sebut marasmus dan kwashiorkor yang tidak lain adalah KEP itu sendiri. Ini dikarenakan wilayah Desa tersebut lumayan jauh dari pusat kota sehingga mungkin saja makanan yang ada disana tidak beranekaragam dan sebagian besar di desa tersebut adalah warga miskin.

 Adapun yang menjadi penyebab langsung terjadinya KEP adalah konsumsi yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Pada orang dewasa, KEP timbul pada anggota keluarga rumah tangga miskin olek karena kelaparan akibat gagal panen atau hilangnya mata pencaharian.

 Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa KEP merupakan salah satu bentuk kurang gizi yang mempunyai dampak menurunkan mutu fisik dan intelektual, serta menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatnya resiko kesakitan dan kematian terutama pada kelompok rentan biologis. Pengejawantahan KEP terlihat dari keadaan fisik seseorang yang diukur secara Antropometri.

Kasus KEP ini dapat berkurang dengan cara penyuluhan gizi yang diharapkan agar dapat mengubah prilaku masyarakat terutama dalam hal mengkonsumsi makanan, walaupun dari segi pendidikan dan ekonomi masih terbilang rendah. Hal-hal yang dapat membantu terjadinya perubahan prilaku tersebut adalah dengan adanya kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan (penyuluh) serta tersedianya sarana dan fasilitas.

2.      Menentukan PrioritasPrioritas dalam penyuluhan ini adalah KEP (Kurang Energi Protein) karena dari keempat

masalah gizi terbesar di Indonesia tersebut, KEP memiliki persentase tertinggi di Indonesia, khusunya di Desa Lekong Siwaq tersebut.

3.      Menentukan Tujuan PenyuluhanTujuan Umum

Mencegah dan menanggulangi kasus KEP di desa ini, serta masyarakat dapat mengetahui tanda dan gejala dari KEP terutama ibu hamil, ibu bayi dan balita serta anak-anak sekolah dasar. Serta mengetahui penyebab serta akibat dari KEP tersebut.Tujuan Khusus

  ibu-ibu mengetahui apa yang dimaksud dengan KEP.  Ibu-ibu mengetahui penyebab, tanda dan gejala terjadinya KEP.  Ibu-ibu mau merubah pola konsumsi keluarganya.

4.      Menentukan Sasaran PenyuluhanSasaran penyuluhan yang akan dilakukan yaitu seluruh masyarakat Desa Lekong Siwaq di

Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, terutama ibu hamil, ibu bayi dan balita serta anak-anak sekolah dasar.

Page 3: kwarsiorkor

5.      Menentukan Isi PenyuluhanIsi penyuluhan yang akan dilakukan disesuaikan dengan tujuan yang sudah ditetapkan yaitu :

  Gambaran umum masalah KEP.  Menjelaskan penyebab terjadinya KEP.  Menginformasikan dan Menjelaskan tanda dan gejala KEP.

6.      Menentukan Metode  Ceramah  Tanya jawab

7.      Menentukan Media Penyuluhan  Gambar dan foto

8.      Membuat Rencana EvaluasiHal yang akan dievaluasi dalam penyuluhan ini adalah tingkat pengetahuan dari sasaran

penyuluhan dan sejauh mana ibu-ibu rumah tangga yang ada di Desa ini mengantisipasi penyakit KEP dengan cara mengubah dan memperhatikan pola makan dalam keluarganya . Metode evaluasi yang digunakan adalah dengan melihat antusias dan partisipasi aktif dari sasaran penyuluhan baik pada saat proses penyuluhan berlangsung maupun pada saat proses tanya jawab.

9.      Membuat Rencana Jadwal PelaksanaanPenyuluhan akan dilakukan di lapangan desa Lekong Siwaq  pada hari minggu pukul 10.00

WITA dengan alokasi waktu yaitu 30 menit. Penyuluhan dilakukan oleh seorang mahasiswa Gizi Semester IV  yang didampingi oleh dosen jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Mataram.

            Tabel Perencanaan Penyuluhan           

KEGIATAN WAKTUSenin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Mengenal masalah, Masyarakat dan wilayahmenentukan prioritas

Page 4: kwarsiorkor

Menentukan sasaran penyuluhanMenentukan isi penyuluhanMenentukan metode penyuluhanMenentukan media penyuluhanMembuat rencana evaluasi

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SATPEN)TENTANG KEP (KURANG ENERGI PROTEIN)

DI DESA LEKONG SIWAQ, KECAMATAN BAYAN KABUPATEN LOMBOK UTARA

Topik                                      : Kurang energi protein                           : Mengenal tanda dan gejala KEP serta penyebabnya.                           : Ibu rumah tangga yang ada di desa Lekong Siwaq kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara.

Hari / tanggal                         : Minggu, 14 Mei 2012.Tempat Pelaksanaan            : Lapangan Desa Lekong Siwaq

Pelaksana                               : Mahasiswa Gizi Semester IVI. TUJUAN UMUM

Setelah dilakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan, masyarakat terutama ibu-ibu dapat mengetahui penyebab, tanda dan gejala KEP, sehingga dapat merubah prilaku konsumsi mereka yang secara otomatis dapat mengurangi kasus KEP di desa tersebut.II. TUJUAN KHUSUS

  ibu-ibu mengetahui apa yang dimaksud dengan KEP.  Ibu-ibu mengetahui penyebab, tanda dan gejala terjadinya KEP.  Ibu-ibu mau merubah pola konsumsi keluarganya

III. MATERITerlampir

IV. METODE

Page 5: kwarsiorkor

  Ceramah  Tanya jawab

V. MEDIA  Gambar dan foto

  

VI. KEGIATAN PENYULUHANNo Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Warga Media Metode

1 Pembukaan(10 menit)

Memberi salam dan perkenalan

Menyampaikan tujuan penyuluhan

Menjawab salam

Mendengar dan menanggapi.

Ceramah

2 Pelaksanaan(15 menit)

Menyampaikan materi

Tanya jawab

Mendengarkan

Memperhatikan dan bertanya

gambar dan foto

food model

Ceramah

Tanya jawab

demonstrasi

3 Penutup(5 menit)

Menyimpulkan, evaluasi

Menutup salam

Menjawab pertanyaan

Menjawab salam

ceramah

VII. EVALUASIUntuk mengetahui seberapa besar perhatian ibu-ibu di Desa tersebut atas kegiatan penyuluhan ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan yaitu sebagai berikut :

1.      Apa itu KEP?2.      Apa penyebab KEP?

Page 6: kwarsiorkor

3.      Apa tanda-tanda dan gejala KEP?

MATERI PENYULUHANTENTANG KUEANG ENERGI PROTEIN (KEP)

DI DESA LEKONG SIWAQ KECAMATAN BAYAN KABUPATEN LOMBOK UTARA

1.      Gambaran Umum Masalah KEP

Kekurangan energi protein adalah keadan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari sehingga tidak memenuhi angaka kecukupan gizi (Pudjiani, 2000).

Keadaan gizi balita yang tinggal di pedesaan cenderung lebih buruk dibanding balita yang tinggal di perkotaan dan keadaan gizi balita perempuan relatif lebih baik dibanding balita laki-laki.

Pada tingkat makro, besar dan luasnya masalah KEP sangat erat kaitannya dengan keadaan ekonomi secara keseluruhan. Peningkatan angka prevalensi KEP pada balita, dari data Susenas, seiring sejalan dengan menurunnya jumlah penduduk dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan. Dengan perkataan lain, anggota rumahtangga dari kelompok rawan biologis sekaligus memberikan gambaran ketersediaan pangan, dan rawan biologis memiliki resiko kurang energi protein.

Pada tingkat mikro (rumah tanggat/individu), tingkat kesehatan terutama penyakit infeksi yang juga menggambarkan keadaan sanitasi lingkungan merupakan faktor penentu status gizi.

UPGK dan Posyandu merupakan program yang secara khusus dilaksanakan untuk menurunkan prevalensi KEP. Peningkatan kedua program ini berdampak positif untuk menurunkan prevalensi KEP. Meskipun demikian keterlibatan aktif masyarakat,organisasi wanita, LSM dan perbaikan keadaan ekonomi mempunyai andil yang besardidalam keberhasilan meningkatkan status gizi balita.

Kegiatan utama program UPGK (dari aspek gizi) yang dilaksanakan sampai saat ini berupa penimbangan balita, penyuluhan gizi (KIE), peningkatan pemanfaatan pekarangan, pemberian makanan, pemberian oralit, pemberian kapsul vit.A takaran tinggi, pemberian pil besi kepada ibu hamil. Kegiatan ini melibatkan beberapa lembaga terkait yang mempunyai tugas dan tanggung jawab saling menopang untuk keberhasilan program. Pelaksanaan di tingkat desa atau di tingkat yang lebih kecil dikoordinasikan dalam bentuk Posyandu.

Keterlibatan masyarakat sangat diharapkan dan sekaligus menentukan di dalam pembentukan dan pelaksanaan Posyandu. Hal ini disebabkan keterbatasan tenaga kesehatan yang tersedia dan luasnya. Dengan demikian, peran kader desa yang telah dilatih serta tokoh masyarakat setempat sangat menentukan kelangsungan pelaksanaan posyandu.

Page 7: kwarsiorkor

2.      Klasifikasi, penyebab, tanda dan gejala KEP KEP adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama. Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki (buteki) Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis (marginal malnutrition) Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-kwashiorkor Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas

Penyebab Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan Pengetahuan yang kurang tentang gizi Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup mendapatkan ASI Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi

Gejala klinis KEP ringan Pertumbuhan mengurang atau berhenti BB berkurang, terhenti bahkan turun Ukuran lingkar lengan menurun Maturasi tulang terlambat Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun Tebal lipat kulit normal atau menurun Aktivitas dan perhatian kurang Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan

Pembagian Marasmus Kwashiorkor Marasmus-kwashiorkor

Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada bayi yang

Page 8: kwarsiorkor

tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.

Penyebab Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan Kebiasaan makanan yang tidak layak Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan

Tanda dan gejala Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus Mata besar dan dalam, sinar mata sayu Mental cengeng Feces lunak atau diare Rambut hitam, tidak mudah dicabut Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit menghilang Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur Torax atau sela iga cekung Atrofi otot, tulang terlihat jelas Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya Frekuensi nafas berkurang Kadar Hb berkurang Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin

Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi.

Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.

Penyebab Kekurangan protein dalam makanan Gangguan penyerapan protein Kehilangan protein secara tidak normal Infeksi kronis Perdarahan hebat

Tanda dan gejala Wajah seperti bulan “moon face” Pertumbuhan terganggu

Page 9: kwarsiorkor

Sinar mata sayu Lemas-lethargi Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis) Rambut merah, jarang, mudah dicabut Jaringan lemak masih ada Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak keriput) Iga normal-tertutup oedema Atrofi otot Anoreksia Diare Pembesaran hati Anemia Sering terjadi acites Oedema

Kwashiorkor-marasmik memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor

3.      Penanggulangan KEP

Pelayanan gizi balita KEP pada dasarnya setiap balita yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lila untuk menentukan status gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan laboratorium. Penentuan statusgizi maka perlu direncanakan tindakan sebagai berikut : 1. Balita KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk memberi makanan di rumah (bayi umur < 4 bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun.2.  Balita KEP sedang;- Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus berat badannya.- Penderita rawat inap : diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan kebutuhan energi 20-50% diatas kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan diet sesuai dengan penyakitnya.3.  Balita KEP berat : harus dirawat inap dan dilaksanakan sesuai pemenuhan kebutuhan nutrisinya.