kurikulum.doc
DESCRIPTION
kurikulumTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum ibarat jantung dalam pendidikan. Tanpa kurikulum maka
pendidikan akan macet dan tidak ada aktivitas belajar mengajar. Karena di dalam
kurikulum berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada
akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan.
Kurikulum juga menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan dalam lingkup
kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional. Demikianlah urgensi dari
kurikulum.
Kurikulum merupakan hasil pemikiran manusia. Maka sudah sewajarnya
bila dalam pelaksanaanya belum tentu membuahkan hasil sebagaimana yang
diharapkan. Untuk itulah evaluasi akan kurikulum itu menjadi penting dan harus
dilakukan. Selain bertujuan memperbaiki kekurangannya, evaluasi ini kedepannya
diharapkan mampu membawa kearah pengembangan kurikulum yang lebih baik
lagi.
Namun demikian, evaluasi kurikulum bukanlah suatu kegiatan yang mudah.
Seorang evaluator hendaknya memiliki pemahaman akan teori-teori kurikulum
dan metode atau model-model evaluasi kurikulum. Apalagi kurikulum satuan
pendidikan, yang pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi masing-masing
sekolah. Tentunya hal ini membutuhkan ketelitian dan penguasaan model evaluasi
kurikulum yang matang dari evaluator.
Beberapa model yang populer dan banyak digunakan sebagai strategi atau
pedoman kerja pelaksanaan evaluasi kurikulum diantaranya adalah model Black
Box Tyler, Teoritik Taylor dan Maguire, Pendekatan Sistem Alkin, Countenance
Stake, dan CIPP. Diantara model-model tersebut di atas model CIPP lah yang
paling banyak digunakan.
Pada pembahasan kali ini mengenai definisi beberapa model evaluasi
kurikulum dan akan dibahas lebih dalam mengenai model CIPP yang di dalamnya
dijelaskan tentang model CIPP untuk evaluasi dengan menggambarkan per-
kembangannya, perbandingan dengan pendekatan-pendekatan lainnya, perannya
dalam meningkatkan program-program, konsep-konsep utama dan akhirnya
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Evaluasi CIPP
Model evaluasi CIPP dalam pelaksanaannya lebih banyak digunakan oleh
para evaluator, hal ini dikarenakan model evaluasi ini lebih komprehensif jika
dibandingkan dengan model evaluasi lainnya. Model evaluasi ini dikembangkan
oleh Daniel Stuffleabem, dkk (1967) di Ohio State University. Model evaluasi ini
pada awalnya digunakan untuk mengevaluasi ESEA (the Elementary and
Secondary Education Act). CIPP merupakan singkatan dari, context evaluation :
evaluasi terhadap konteks, input evaluation : evaluasi terhadap masukan, process
evaluation : evaluasi terhadap proses, dan product evaluation : evaluasi terhadap
hasil. Keempat singkatan dari CIPP tersebut itulah yang menjadi komponen
evaluasi.
Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan (a decision oriented
evaluation approach structured). Tujuannya adalah untuk membantu
administrator (kepala sekolah dan guru) didalam membuat keputusan. Menurut
Stufflebeam, (1993 : 118) dalam Eko Putro Widoyoko mengungkapkan bahwa,
“ the CIPP approach is based on the view that the most important purpose of
evaluation is not to prove but improve.” Konsep tersebut ditawarkan oleh
Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan
membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.
Berikut ini akan di bahas komponen atau dimensi model CIPP yang
meliputi, context, input, process, product
1. Context Evaluation (Evaluasi Konteks)
Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan evaluasi
konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekutan dan kelemahan yang
dimilki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator
akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan. Suharsimi Arikunto
dan Cepi Safrudin menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi,
populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Dalam hal ini
2
suharsimi memberikan contoh evaluasi program makanan tambahan anak
sekolah (PMTAS) dalam pengajuan pertanyaan evaluasi sebagai berikut :
a) Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program, misalnya jenis
makanan dan siswa yang belum menerima?
b) Tujuan pengembngan apakah yang belum tercapai oleh program, misalnya
peningkatan kesehatan dan prestasi siswa karena adanya makanan
tambahan?
c) Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu mnegembangkan
masyarakat, misalnya kesadaran orang tua untuk memberikan makanan
bergizi kepada anak-anaknya?
d) Tujuan-tujuan manakah yang paling mudah dicapai, misalnya pemerataan
makanan, ketepatan penyediaan makanan?
2. Input Evaluation (Evaluasi Masukan)
Tahap kedu dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi masukan.
Menurut Eko Putro Widoyoko, evaluasi masukan membantu mengatur
keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang
diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana
prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi : 1)
Sumber daya manusia, 2) Sarana dan peralatan pendukung, 3) Dana atau
anggaran, dan 4) Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Dalam hal ini
pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan pada tahap evaluasi masukan ini
adalah :
a) Apakah makanan yang diberikan kepada siswa berdampak jelas pada
perkembangan siswa?
b) Berapa orang siswa yang menerima dengan senang hati atas makanan
tambahan itu?
c) Bagaimana reaksi siswa terhadap pelajaran setelah menerima makanan
tambahan?
d) Seberapa tinggi kenaikan nilai siswa setelah menerima makanan
tambahan?
3
Menurut Stufflebeam sebagaimana yang dikutip Suharsimi Arikunto,
mengungkapkan bahwa pertanyaan yang berkenaan dengan masukan
mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakannya
program yang bersangkutan.
3. Process Evaluation (Evaluasi Proses)
Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam Eko Putro Widoyoko menjelaskan
bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan : “ 1) do detect or predict
in procedural design or its implementation during implementation stage, 2) to
provide information for programmed decision, and 3) to maintain a record of
the procedure as it occurs “. Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau
memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap
implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai
rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi
koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik
pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui
sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu
diperbaiki. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi proses dalam
model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam
program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab
program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi
proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam
program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Oleh Stufflebeam diusulkan
pertanyaan-pertanyaan untuk proses sebagai berikut:
a) Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?
b) Apakah staf yang terlibat didalam pelaksanaan program akan sanggung
menangani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika
dilanjutkan?
c) Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara
maksimal?
d) Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program
dan kemungkinan jika program dilanjutkan?
4
4. Product Evaluation (Evaluasi Produk/Hasil)
Sax (1980 : 598) dalam Eko Putro Widoyoko memberikan pengertian evaluasi
produk/hasil adalah “ to allow to project director (or techer) to make decision
of program “. Dari evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan
proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan
kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program. Sementara menurut Farida
Yusuf Tayibnapis (2000 : 14) dalam Eko Putro Widoyoko menerangkan,
evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik
mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah
program itu berjalan.
Dari pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpuan bahwa, evaluasi
produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian/
keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan atau
memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program dapat
dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan. Pada tahap
evaluasi ini diajukan pertanyaan evaluasi sebagai berikut:
a) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?
b) Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan antara
rincian proses dengan pencapaian tujuan?
c) Dalam hal apakah berbagai kebutuhan siswa sudah dapat dipenuhi selama
proses pemberian makanan tambahan (misalnya variasi makanan, banyaknya
ukuran makanan, dan ketepatan waktu pemberian)?
d) Apakah dampak yang diperoleh siswa dalam waktu yang relatif panjang
dengan adanya program makanan tambahan ini?
B. Kelebihan dan Kekurangan Model Evaluasi CIPP
Menurut Eko Putro Widoyoko model evaluasi CIPP lebih komprehensif
diantara model evaluasi lainnya, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil
semata tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil. Selain
kelebihan tersebut, di satu sisi model evaluasi ini juga memiliki keterbatasan,
5
antara lain penerapan model ini dalam bidang program pembelajaran dikelas
mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tidak adanya
modifikasi.
C. Langkah-Langkah Penerapan Model CIPP dalam Mengevaluasi Kurikulum
1. Perencanaan Evaluasi
Untuk memudahkan perencanaan evaluasi, maka perlu ditetapkan
komponen-komponen yang akan dinilai dalam konteks, input, proses dan
output ini, yaitu:
Tabel.1 Komponen-komponen Evaluasi
Konteks Input Proses Output1) Identitas Sekolah2) Visi dan Misi
Sekolah3) Letak geografis4) Pembiayaan
Sekolah5) Sarana dan
Prasarana
1) Peserta didik.2) Kurikulum.3) Bahan ajar.4) Guru dan
tenaga administrasi.
5) Komite Sekolah
1) Pelaksanaan pembelajaran
2) Aktivitas belajar siswa
3) Penggunaan media pembelajaran
4) Supervisi Kepsek.
5) Pemberian jenis tugas
6) Pemberian Bimbingan
7) Kegiatan Ekstra Kurikuler
1) Laporan Hasil Belajar Siswa (LHB)
2) Prestasi-prestasi akademik dan non akademik yang dicapai
3) Jumlah kelulusan
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan
sesungguhnya yang terjadi di lapangan. Subjek informan dalam monitoring
evaluasi ini adalah orang-orang yang mengetahui, berkaitan dan atau menjadi
pelaku dari suatu kegiatan pendidikan, mereka diharapkan dapat memberikan
informasi secara lengkap tentang penyelenggaraan pendidikan di sekolah
tersebut.
a. Kepala Sekolah sebagai penyelenggara dan melakukan supervisi.
b. Guru yang secara berkala memberikan pengajaran kepada siswa.
c. Kepala Tata Usaha
6
d. Masyarakat setempat (Komite Sekolah) yang peduli dengan adanya
Tempat Kegiatan Belajar bagi peserta
Tabel 2 Data dan Sumber Data
KOMPONEN ASPEK INDIKATORSUMBER
DATA
INSTRUMEN PENGUMPUL
DATAKonteks 1. Identitas
Sekolah2. Visi dan
Misi Sekolah
3. Letak geografis
4. Pembiayaan Sekolah
5. Sarana dan Prasarana
1. Nama Sekolah,
2. Alamat Sekolah,
3. Visi dan Misi Sekolah,
4. Akreditasi5. Letak
Geografis6. Sumber
Pendanaan Sekolah,
7. Sarana dan Prasarana Sekolah.
1. Kepala Sekolah dan Laporan Rutin Bulanan Sekolah.
1. Angket Profil Sekolah
Input 1. Peserta didik.
2. Kurikulum.3. Bahan ajar.4. Guru dan
tenaga administrasi.
5. Komite Sekolah
1. Jumlah peserta didik,
2. Jumlah calon peserta didik,
3. Latar belakang peserta didik
4. Kurikulum yang digunakan
5. Bahan ajar yang digunakan
6. Jumlah guru dan tenaga administrasi
7. Ruang tempat belajar,
8. Ruang perpustakaan,
9. Laboratorium.
1. Kepala sekolah, Guru, TU, dan Komite
1. Angket Kepala Sekolah, Guru, Siswa dan Komite
Proses 1. Pelaksanaan pembelajaran
2. Aktivitas belajar siswa
3. Penggunaan media
1. Proses pembelajaran di sekolah,
2. Aktivitas belajar siswa
3. Belajar mandiri,
1. Kepala sekolah, Guru,
1. Angket Kepala Sekolah, Guru, Siswa dan Komite
7
KOMPONEN ASPEK INDIKATORSUMBER
DATA
INSTRUMEN PENGUMPUL
DATApembelajaran
4. Supervisi Kepsek
5. Pemberian jenis tugas
6. Pemberian Bimbingan
7. Kegiatan Ekstra Kurikuler
4. Diskusi antar peserta didik,
5. Diskusi peserta didik dengan guru,
6. Modul pegangan guru
7. Video pembelajaran
8. Audio pembelajaran
9. Penggunaan laboratorium,
10. Tugas mandiri,
11. Tugas akhir unit,
12. Tugas akhir modul
13. Menyusun jadwal / (RPP),
14. Membuat alokasi waktu tambahan untuk mata pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik,
15. Memfasilitasi kegiatan diskusi,
16. Membuat catatan segala permasalahan atau kesulitan peserta didik,
17. Membuat laporan perkembangan belajar peserta didik
18. Mengidentifi
8
KOMPONEN ASPEK INDIKATORSUMBER
DATA
INSTRUMEN PENGUMPUL
DATAkasi kesulitan belajar peserta didik,
19. Menjawab pertanyaan langsung dari peserta didik,
20. Mengoreksi hasi tes akhir modul,
21. Melaksanakan kegiatan tutorial,
22. Melakukan penilaian.
23. Kegiatan Ekstra Kurikuler
24. Remedial 25. Reward 26. Bimbingan
Konseling,27. Pembuatan
RKA-SProduk/Output
1. Laporan Hasil Belajar Siswa (LHB)
2. Prestasi-prestasi akademik dan non akademik yang dicapai
3. Jumlah kelulusan
1. Nilai Ulangan Harian,
2. Nilai UTS,3. Nilai UAS,4. Jumlah
kelulusan peserta didik dalam UN,
5. Jumlah Siswa yang melanjutkan studi di PTN,
6. Prestasi dibidang akademik dan non akademik
1. Kepala Seklah dan Guru
1. Angket Prestasi Sekolah, Kepala Sekolah, Guru dan Siswa
9
3. Teknik Analisis dan Penyajian Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif, yaitu
dengan mendeskripsikan dan memaknai data dari masing masing indikator
komponen konteks, input, proses dan produk/output yang dievaluasi. Data
tersebut dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menyajikan hasil
perhitungan statistik diskriptif berupa tabel frekuensi dan presentase yang
didapat.
D. Contoh Instrumen Evaluasi Kurikulum Model CIPP
10