kuntowijoyo

Upload: taufiq-idad-el-shoba

Post on 18-Jul-2015

76 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kuntowijoyo (1995 : 60 64) menyebutkan bahwa sejarah sebagai ilmu karena memiliki kaidah keilmuan, yaitu : a. Sejarah itu empiris. Sejarah sangat tergantung pada pengalaman manusia yang terekam dalam dokumen. Jadi meskipun ada perbedaan yang mendasar dengan ilmu alam, sejarah sama dengan ilmu alam karena sama-sama berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan penyerapan. Perbedaannya, dalam ilmu-ilmu alam pengamatan percobaan dapat diulang-ulang, sedangkan sejarah tidak dapat mengulangi percobaan. b. Sejarah itu mempunyai objek. Perbedaan antara sejarah dengan ilmu-ilmu alam adalah pada objek. Ilmu-ilmu alam mengamati bendabenda sedang sejarah mengamati manusia. Benda-benda itu tidak berpikir sedangkan manusia itu berpikir dan berkesadaran. c. Sejarah itu mempunyai teori. Sama seperti ilmu lain, sejarah juga mempunyai teori pengetahuan. Teori pada umumnya berisi satu kumpulan tentang kaidah pokok suatu ilmu. d. Sejarah itu mempunyai generalisasi. Sama seperti ilmu lain, sejarah juga menarik kesimpulankesimpulan umum. e. Sejarah itu mempunyai metode. Untuk penelitian, s ejarah mempunyai metode tersendiri yang menggunakan pengamatan. Metode sejarah mengharuskan orang untuk berhati-hati dan tidak boleh menarik kesimpulan yang terlalu berani tanpa penelitian yang detil. Kuntowijoyo (1995 : 67 70) menyebutkan bahwa sejarah sebagai seni karena : a. Sejarah memerlukan intuisi atau ilham. Sejarawan memerlukan pemahaman langsung dan instinktif selama masa penelitian berlangsung. Sering terjadi untuk memilih suatu penjelasan, bukan peralatan ilmu yang berjalan tetapi intuisi. Untuk mendapatkan intuisi sejarawan harus bekerja keras dengan data yang ada. Dis inilah perbedaan intuisi sejarawan dengan pengarang, karena sejarawan harus tetap ingat akan data-datanya. b. Sejarah memerlukan imajinasi. Dalam pekerjaannya, sejarawan harus dapat membayangkan apa yang sebelumnya apa yang sedang terjadi, dan apa yang terjadi sesudah itu. Sejarawan dituntut untuk dapat membayangkan sungai, hutan, pantai, desa, istana, mesjid, dan tempattempat lainnya sesuai dengan peristiwa sejarah yang dipelajarinya. c. Sejarah memerlukan emosi. Penulis sejarah harus berempati, menyatukan perasaan dengan objeknya. Diharapkan sejarawan dapat

menghadirkan objeknya seolah-olah pembacanya mengalami sendiri peristiwa itu. Penulisan sejarah dengan emosi tetapi setia kepada fakta sangat penting untuk pewarisan nilai. d. Sejarah memerlukan gaya bahasa. Gaya bahasa yang baik tidak berarti gaya bahasa yang berbunga-bunga. Kadang-kadang bahasa yang lugas lebih menarik. Gaya yang berbelit-belit dan tidak sistematis jelas merupakan bahasa yang jelek. Dalam tulisan sejarah, deskripsi itu seperti melukis yang naturalistis, yang diperlukan ialah kemampuan untuk menuliskan detil. Kata seorang sejarawan Amerika, sejarah itu ibarat orang naik kereta menghadap ke belakang. Ia dapat melihat ke belakang, ke samping kanan dan kiri. Satu-satunya kendala ialah ia tidak bisa melihat ke depan. (Kuntowijoyo, 1995