konflik politik pada masa orde baru dalam novel … · konflik politik pada masa orde baru dalam...

93
KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Vianney Raditawati NIM: 034114039 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA MARET 2008

Upload: ngoduong

Post on 18-Aug-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU

DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH

KARYA KUNTOWIJOYO

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Vianney Raditawati

NIM: 034114039

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

MARET 2008

Page 2: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

ii

Page 3: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

iii

Page 4: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

iv

Syarat Kematian: Soeharto (8 Juni 1921 – 27 Januari 2008) Kalau saja, dulu kau tak mengirim tentara dan tak menyulap ujung Sumatera menjadi kuburan massal, pastinya pemuda Rigaih itu tengah tersedu tanpa syarat Kalau saja, dulu kau terbangkan ribuan merpati ke Timor Timur, mungkin bocah-bocah di Dili membacamu lewat buku pelajaran dan bertanya pada ibunya yang berkutang, "Di mana makam dia, bu?" Kalau saja, kau biarkan anak-anakmu menyendokkan nasinya sendiri dan tak mengambil beras dari bakul yang kau bangun, kami – yang lapar kebenaran – mungkin merangkai takziah dengan tulus Kalau saja, Kau memilih untuk mengundang makan para musuhmu daripada menyodorkan mereka pada bahaya dan maut, kesempitan dan ketidakmerdekaan, pemberangusan dan pengkerdilan, pastinya mereka bakal sesenggukan melihatmu dibaringkan Kalau saja, kau tak mati kemarin, mungkin aku yang ke tempatmu menyarangkan sebilah bambu di lehermu menikmati nafas-nafas terakhirmu sambil mendekatkan bibirku di telingamu dan berbisik, "Maaf, ceritamu harus usai…" 280108 kamar adem, petojo roy thaniago

Page 5: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Maret 2008

Penulis

Vianney Raditawati

Page 6: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

vi

ABSTRAK

Raditawati, Vianney. 2008. Konflik Politik Pada Masa Orde Baru dalam Novel Wasripin dan Satinah Karya Kuntowijoyo: Tinjauan Sosiologi Sastra. Skripsi S-1. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan konflik politik yang terkandung dalam novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo dengan analisis sosiologis; dan 2) mendeskripsikan korelasi antara novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo dengan kenyataan dalam sejarah masya rakat Indonesia. Penelitian ini menganalisis konflik politik pada masa Orde Baru yang terdapat dalam novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo dengan tinjauan sosiologi sastra. Metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode analisis. Hasil penelitian berupa analisis sosiologis yang membahas aspek konflik politik dalam novel Wasripin dan Satinah dan mengungkapkan masalah realitas sosial, yakni membahas kesejajaran antara konflik politik dalam novel dengan konflik politik dalam sejarah Indonesia selama pemerintahan Orde Baru. Konflik politik memiliki konotasi politik yakni mempunyai keterkaitan dengan negara atau pemerintah, para pejabat politik, dan kebijakan. Konflik politik dalam novel Wasripin dan Satinah karya merupakan konflik yang dominan. Analisis sosiologis terhadap novel Wasripin dan Satinah dengan membahas konflik politik meliputi penyebab terjadinya konflik, tipe konflik dan tujuan konflik. Kemajemukan vertikal yang ditandai dengan struktur masyarakat yang terpolarisasi menurut pemilikan kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan merupakan kondisi yang memungkinkan terjadinya konflik. Tipe konflik politik dalam novel Wasripin dan Satinah dapat dikategorikan sebagai tipe konflik negatif. Konflik tersebut mengancam eksistensi sistem sosial politik serta struktur masyarakat, apalagi pihak-pihak yang berkonflik menggunakan cara kekerasan untuk memperjuangkan kepentingannya. Dalam novel Wasripin dan Satinah, ada beberapa pihak yang saling bertikai untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Pihak-pihak yang bertikai di sini adalah para anggota partai. Ketiga partai memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin menduduki dan memenangkan pemilu. Ketiganya ingin mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan. Karena alasan dan tujuan yang sama, yang satu sama lain saling berbenturan dan menghalangi, maka terjadilah konflik yang berkepanjangan. Pencerminan antara novel Wasripin dan Satinah dengan kenyataan sejarah masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru ditekankan pada konflik politik yang terjadi pada kurun waktu sejarah tersebut. Kondisi orde baru ditandai dengan konflik, pertentangan politik antarpartai atau kelompok-kelompok yang memiliki tujuan dan ideologi yang berbeda. Pencerminan juga ditunjukkan dengan terdapatnya kekuatan politik yang dominan. Selain kemiripan dalam peristiwa, kemiripan juga terjadi dalam pemberian nama-nama. Aspek simbolis juga mewarnai pemberian nama dalam novel Wasripin dan Satinah. Yaitu antara lain

Page 7: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

vii

Partai Randu, Partai Langit, Partai Kuda, Presiden Sadarto, dan Jalan Cempaka. Nama-nama tersebut memiliki arti atau sindiran pada nama yang benar-benar ada dalam sejarah Indonesia.

Page 8: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

viii

ABSTRACT

Raditawati, Vianney. 2008. Political Conflict in New Order Era in Kuntowijoyo’s Wasripin dan Satinah: A Literary Sociological Approach. A thesis. Yogyakarta: Indonesian Letters, Sanata Dharma University. The objective of the study is 1) to describe the political conflict contained in Kuntowijoyo’s Wasripin dan Satinah using a sociological analysis; and 2) to describe the correlation between Kuntowijoyo’s Wasripin dan Satinah and the reality of Indonesian social history. This study analyses a political conflict in new order era in Kuntowijoyo’s Wasripin dan Satinah using a literary sociological approach. The method used in this study is a descriptive method. The result of the study is a sociological analysis which discusses the aspect of political conflict in the novel. Wasripin dan Satinah and gasps a social reality problem, that is discussing aquality between political conflict in the novel and the history of Indonesian political conflict during New Order government. Political conflict has a political connotation that it has a relation with a country or a government, political officials, and wisdom. Political conflict in kuntowijoyo’s Wasripin and Satinah is by discussing political conlict including the cause of the conflict, the type of the conflict and the purpose of the conflict. Vertical diversity which is marked by polarize society structure based on wealth ownership, knowledge, and power the condition which make conflict possible. The type of the political conflict in Wasripin dan Satinah can be categorized as a negative type of conflict. The conflict threats the existence of the social political system and the society structure. Moreover, the conflicting parties use violence to pursue their several parties which are conflicting each other to get their will. The conflicting parties are the party members. Those three parties have a similar goal, that is to monopolize and to win the general election. These of them want to have power in the governmental position. The same reason and purpose, which is bumps and obstructs against each other, makes a long lasting conflict. The similarity between the novel Wasripin dan Satinah and the reality of Indonesian social history in New Order era is emphasized in political conflict happened in historical range of time. The New Order condition is marked by conflict, political conflict among parties or groups which have different purpose and ideology. The similarity is also showed by dominant political power. Beside the event similarity, there is also similar naming. Symbolical aspect is also coloring the naming in the novel Wasripin dan Satinah, those are Partai Randu, Partai Langit, Partai Kuda, Presiden Sadarto, and Jalan Cempaka. Those names have a meaning or a cynism to the real names in Indonesian history.

Page 9: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan
Page 10: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis

menyusun skripsi ini dalam rangka menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) pada

Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan

mempunyai beberapa kekurangan karena keterbatasan kemampuan serta

pengalaman penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dan

perbaikan skripsi ini.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh bimbingan,

pengarahan, saran, serta dorongan yang bermanfaat dan mendukung penyelesaian

skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan dan membimbing dengan sabar sehingga penulis

akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dra. S.E. Peni Adji, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum. selaku pembimbing akademik

angkatan 2003 yang selalu memotivasi dan memberikan semangat kepada

anak-anaknya untuk segera menyelesaikan skripsi.

Page 11: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

x

4. Seluruh dosen di Fakultas Sastra, terutama para dosen Program Studi

Sastra Indonesia yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu

pengetahuan.

5. Segenap keluarga besar Prodi Sastra Indonesia atas persahabatan yang

hangat.

6. Segenap karyawan perpustakaan USD dan staf sekretariat Fakultas Sastra

untuk pelayanan yang ramah.

7. To all my family: mama, grandma yang selalu sabar mengingatkan,

memotivasi dan memberi harapan besar agar segera lulus. Kakakku Mas

Ipung dan adik-adikku tercinta, Heru dan Tiyok. Terima kasih atas doa

semangat, dukungan dan cinta yang selalu memotivasi penulis.

8. To my lovely kk’ku chayank F. Cahyo Dwi Utomo, terima kasih atas

segala rasa sayang, cinta, dukungan dan doanya. Terima kasih untuk

motivasi dan semangat yang selalu diberikan.

9. Seluruh kawan seperjuangan di Sastra Indonesia angkatan 2003, thanks

atas persahabatan selama ini dan motivasi untuk terus maju pantang

mundur dalam menyelesaikan skripsi.

10. Astari, Aning, Emak, Gondez, Doan, Diar, Eci, Gayung, Simply, Jatex,

Rinto, Nenex, Binyong, Dede’, Rini, Uci, Prima, Firla, Melya, Tasya.

Suwun untuk persahabatan, curhatan, serta waktu untuk bermain bersama.

Terima kasih telah hadir dalam hidupku dan mewarnai perjalananku di

Sastra Indonesia.

Page 12: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

xi

11. My honey bee Cucur, my marie bee Bexti, my sweety bee R-leeta terima

kasih atas dukungan dan persahabatan selama 12 tahun. Kalian kan tetap

menjadi sahabatku sepanjang masa.

12. Adel dan Nhe2cute terima kasih dengan selalu mengatakan meski orang

yang kita sayangi dan kita harap selalu ada di samping kita saat kita butuh

tapi mereka tidak pernah bisa, tetep maju terusss!! Terima kasih buat

semangat dan pertanyaan-pertanyaan seputar skripsiku.

13. Teman-teman serta boz di Pikanet Group. Terima kasih karena memberiku

kesempatan menemukan pertemanan, keceriaan, persahabatan dan cintaku.

Terima kasih atas pengalaman berharga yang diberikan.

14. Teman-teman mudika St. Agustina tengkyu banget atas pertemanannya.

15. Bu Cicil dan Rina, serta segenap peserta dan team Bukit Doa Yerusalem

Baru. Terima kasih atas pemulihan jiwaku dan pengajaran atas cinta

kepada sesama serta pembaharuan hidup. Terima kasih karena

mengajarkanku lebih mencintai Allahku.

16. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung kelancaran penulisan

skripsi ini. Tidak ada yang sanggup menggantikan selain rasa terima kasih

yang mendalam.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah

diberikan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Penulis

Page 13: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix

DAFTAR ISI........................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................... 5

1.5 Landasan Teori......................................................................................... 7

1.5.1 Pendekatan Sosiologi Sastra............................................................ 7

1.5.2 Konflik Politik................................................................................. 11

1.5.3 Orde Baru........................................................................................ 16

1.5.3.1 Eksploitasi Sumber Daya .................................................... 19

1.5.3.2 Kelebihan Sistem Pemerintahan Orde Baru........................ 19

Page 14: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

xiii

1.5.3.3 Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru..................... 20

1.6 Metode Penelitian..................................................................................... 22

1.7 Sumber Data ............................................................................................. 24

1.8 Sistematika Penyajian .............................................................................. 25

BAB II KONFLIK POLITIK DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH

KARYA KUNTOWIJOYO ........................................................................... 25

2.1 Penyebab Konflik Politik ......................................................................... 28

2.2 Tipe Konflik Politik ................................................................................. 39

2.3 Tujuan Konflik Politik ............................................................................. 42

BAB III KORELASI KONFLIK POLITIK DALAM NOVEL WASRIPIN

DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO DENGAN KENYATAAN

DALAM SEJARAH MASYARAKAT PADA PEMERINTAHAN MASA

ORDE BARU................................................................................................. 44

3.1 Novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo dan Realitas

Pemerintahan Masa Orde Baru ................................................................ 45

3.2 Aspek Simbolis dalam Novel Wasripin dan Satinah ............................... 62

BAB IV KESIMPULAN...................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76

BIOGRAFI PENULIS.......................................................................................... 80

Page 15: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Rene Wellek dan Austin Warren, sastra ‘menyajikan

kehidupan’ dan ‘kehidupan yang sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial’,

walaupun karya sastra juga ‘meniru’ alam dan dunia subjektif manusia. Pada

intinya sastra adalah cerminan masyarakat (Jabrohim, 2001:87). Karya sastra

merupakan salah satu media refleksi atau cerminan atas realitas kehidupan

manusia yang dapat mewakili persoalan dan keadaan umum masyarakat.

Karya sastra merupakan dunia kemungkinan, artinya ketika pembaca

berhadapan dengan karya sastra, maka ia berhadapan dengan berbagai

kemungkinan dan penafsiran. Setiap pembaca memiliki hak untuk memiliki

penafsiran sendiri dan seringkali berbeda hasil penafsiran terhadap makna

karya sastra. Pembaca dengan horison harapan yang berbeda akan

mengakibatkan perbedaan penafsiran terhadap sebuah karya sastra tertentu.

Belum tentu apa yang dipikirkan pembaca adalah maksud dari pengarang

dalam menafsirkan makna suatu karya. Hal ini berkaitan dengan masalah

sifat, fungsi, dan hakikat karya sastra. Sifat-sifat khas sastra ditunjukkan oleh

aspek referensialnya (acuan), "fiksionalitas", "ciptaan" dan sifat "imajinatif"

Page 16: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

2

(Wellek, 1989:18). Sedangkan fungs i sastra tergantung dari sudut

pandang serta ditentukan pula oleh latar ideologinya. Hakikat keberadaan

karya sastra

selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan inovasi. Dalam

penulisan karya sastra selalu ada konvensi-konvensi yang mengikat, padahal

dari sisi si pengarang sendiri ingin menciptakan suatu karya yang lain dari

yang lain. Dia ingin menambahkan sesuatu yang baru sesuai dengan

kreativitasnya. Ketiga unsur itu, yaitu sifat khas sastra yang menyangkut

fiksionalitas, ciptaan, dan imajinatif, yang menyebabkan masalah yang luas

dan kompleks di dalam dunia sastra. Hal ini juga telah memungkinkan

beragamnya teori dan pendekatan terhadap karya sastra, beragamnya aliran

dalam sastra dan memungkinkan beragamnya konsep estetik karya sastra.

Novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo sangat sarat dengan

kemelut konflik politik. Konflik yang disajikan di dalam novel ini banyak

memuat konflik pada zaman pemerintahan Orde Baru. Baik itu perebutan

kedudukan, kekuasaan, atau kekayaan. Seringkali disinggung bagaimana para

pemimpin pada masa itu memimpin rakyatnya dan menjalankan pemerintahan

Indonesia, serta berbagai intrik dan lika- liku model pejabat pemerintahan

dalam menjalankan pemerintahan. Lewat karyanya ini Kuntowijoyo mencoba

menggambarkan alam pik ir bangsa ini. Mulai dari tingkat paling bawah

hingga birokrasi di tingkat paling atas. Novel ini mengkritik dan mengulas

secara tidak langsung bagaimana pelaksanaan politik pada masa itu.

Page 17: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

3

Kuntowijoyo, sang penulis novel ini sangat mencintai dan bahkan

berpihak kepada orang-orang tertindas yang selama ini selalu jadi korban

pembangunan. Kuntowijoyo lebih tampil sebagai pemikir, budayawan, dan

sastrawan daripada aktivis. Kritiknya sangat tajam, empiris, dan substansial,

tetapi jujur. Begitu pula yang ditampilkan dalam karyanya Wasripin dan

Satinah yang sangat sarat akan penggambaran ketidakadilan pada

pemerintahan masa Orde Baru.

Hal lain yang menarik pada novel Wasripin dan Satinah bila

dibandingkan dengan novel yang menyinggung atau bercerita tentang

peristiwa sejarah lainnya adalah gaya penceritaannya yang tidak menunjuk

secara langsung tentang konflik politik yang terjadi pada kurun sejarah sekitar

pemerintahan Orde Baru. Demikian juga novel Wasripin dan Satinah tidak

menunjuk secara langsung pada latar tempat dan nama-nama tokoh yang

terlibat dalam peristiwa sejarah tersebut. Namun, sesungguhnya konflik

politik dalam novel Wasripin dan Satinah merupakan pencerminan dari

konflik politik yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia sekitar

pemerintahan Orde Baru, yaitu pada pemerintahan sekitar tahun 1968-1998.

Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk menganalisis novel

Wasripin dan Satinah. Penulis ingin membuktikan bahwa konflik politik

dalam novel Wasripin dan Satinah merupakan pencerminan dari sejarah

Indonesia sekitar pemerintahan Orde Baru.

Page 18: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

4

Penulis menganalisis novel ini dengan tinjauan sosiologi sastra.

Menurut pendekatan sosiologi sastra, sebuah karya sastra dilihat hubungannya

dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan.

Objek karya sastra adalah sebuah realitas kehidupan. Apabila realitas itu

adalah sebuah peristiwa sejarah yang pernah benar-benar terjadi dalam dunia

realitas atau dunia nyata, maka suatu karya sastra tersebut mencoba untuk

menerjemahkan peristiwa itu ke dalam bahasa imajiner yaitu bahasa yang

sarat akan penggambaran imajinasi pengarang dengan maksud untuk

memahami peristiwa sejarah menurut kadar kemampuan yang dimiliki

pengarang. Selain itu, karya sastra dapat menjadi sarana bagi pengarangnya

untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan tanggapannya mengenai peristiwa

sejarah. Suatu karya sastra juga dapat merupakan penciptaan kembali suatu

peristiwa sejarah dengan pengetahuan dan daya imajinasi pengarang. Sastra

menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar

terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup

hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa

yang terjadi dalam batin seseorang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,

maka penulis membuat rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

Page 19: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

5

1.2.1 Bagaimana konflik politik yang terkandung dalam novel Wasripin dan

Satinah karya Kuntowijoyo dengan analisis sosiologis?

1.2.2 Bagaimana korelasi antara novel Wasripin dan Satinah karya

Kuntowijoyo dengan kenyataan dalam sejarah masyarakat Indonesia

pada masa pemerintahan Orde Baru?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

tujuan penelitan ini sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan konflik politik yang terkandung dalam novel

Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo dengan analisis sosiologis.

1.3.2 Mendeskripsikan korelasi antara novel Wasripin dan Satinah karya

Kuntowijoyo dengan kenyataan dalam sejarah masyarakat Indonesia

pada masa pemerintahan Orde Baru.

1.4 Manfaat Penelitian

Pertama, melalui penelitian ini diharapkan dapat membuktikan sejauh

mana sosiologi sastra dapat diaplikasikan dalam novel Indonesia modern

dalam hal ini novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo dilihat sebagai

dokumen sosio-budaya.

Kedua, meskipun penelitian terhadap novel karya Kuntowijoyo sudah

banyak dilakukan. Namun demikian, penelitian ini diharapkan dapat

melengkapi penelitian yang sudah ada dengan cara dan persepsi yang berbeda

Page 20: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

6

sehingga dapat diperoleh keanekaragaman pemahaman dan penafsiran dengan

masing-masing argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah.

Ketiga, menyangkut tujuan praktis, penelitian ini diharapkan

membantu pembaca untuk memahami novel Kuntowijoyo. Diharapkan

penelitian ini membantu pembaca dalam memahami maksud yang terkandung

dalam Wasripin dan Satinah dan dapat membantu pemahaman sastra

mengenai konflik politik yang pernah terjadi di Indonesia. Penelitian ini

diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti maupun

pembaca, mengingat novel ini termasuk novel sejarah, yaitu novel yang berisi

tentang cerita sejarah. Oleh karena itu, dengan membaca hasil penelitian ini

akan menambah wawasan kesejarahan Indonesia.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam

pengembangan kritik sastra dan ilmu sastra.

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Pendekatan Sosiologi Sastra

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra

dalam menganalisis novel Wasripin dan Satinah. Menurut pandangan teori

ini, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya

sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang

Page 21: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

7

cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang

diacu oleh karya sastra.

Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi

kepada semesta. Namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang

dan pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat

hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan

kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala

sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.

Wilayah sosiologi sastra cukup luas. Rene Wellek dan dan Austin

Warren (Semi, 1989:53) membagi telaah sosiologis menjadi tiga klasifikasi.

Pertama, sosiologi pengarang, yakni yang mempermasalahkan tentang status

sosial, ideologi politik, dan lain- lain yang menyangkut diri pengarang. Kedua,

sosiologi karya sastra, yakni mempermasalahkan tentang suatu karya sastra.

Yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat dalam karya

sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya.

Ketiga, sosiologi sastra yang mempermasalahkan tentang pembaca dan

pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.

Klasifikasi tersebut tidak jauh berbeda dengan bagan yang dibuat oleh

Ian Watt (Semi, 1989:54) dengan melihat hubungan timbal balik antara

sastrawan, sastra, dan masyarakat.

Page 22: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

8

Telaah suatu karya sastra menurut Ian Watt akan mencakup tiga hal,

yakni konteks sosial pengarang, sastra sebagai cermin masyarakat, dan fungsi

sosial sastra.

Konteks sosial pengarang adalah yang menyangkut posisi sosial

masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya

faktor- faktor sosial yang bisa mempengaruhi diri pengarang sebagai

perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya. Sastra sebagai

cermin masyarakat menelaah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai

pencerminan keadaan masyarakat. Fungs i sosial sastra, dalam hal ini ditelaah

sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai

seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus

sebagai pendidikan masyarakat bagi pembaca.

Umar Junus (1986:3) mengemukakan bahwa yang menjadi

pembicaraan dalam telaah sosiologi sastra adalah sebagai berikut:

1. Karya sastra dilihat sebagai dokumen sosio-budaya.

2. Penelitian mengenai penghasilan dan pemasaran karya sastra.

3. Penelitian tentang penerimaan masyarakat terhadap sebuah karya

sastra seorang penulis tertentu dan apa sebabnya.

4. Pengaruh sosio-budaya terhadap penciptaan karya sastra, misalnya

pendekatan Taine yang berhubungan dengan bangsa, dan pendekatan

Marxis yang berhubungan dengan pertentangan kelas.

5. Pendekatan strukturalisme genetik dari Goldman.

Page 23: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

9

6. Pendekatan Devignaud yang melihat mekanisme universal dari seni,

termasuk sastra.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yang pertama

yakni karya sastra dilihat sebagai dokumen sosio-budaya yang mencatat

kenyataan sosio-budaya suatu masyarakat pada suatu masa tertentu.

Pendekatan ini bertolak dari anggapan bahwa karya sastra tidak lahir dari

kekosongan budaya. Bagaimanapun karya sastra itu mencerminkan

masyarakatnya dan secara tidak terhindarkan dipersiapkan oleh keadaan

masyarakat dan kekuatan-kekuatan pada zamannya.

Demikian pula objek karya sastra adalah realitas kehidupan, meskipun

dalam menangkap realitas tersebut sastrawan mengambilnya secara acak.

Sastrawan memilih dan mengumpulkan bahan-bahan itu sesuai dengan

pedoman dan asas yang dipilihnya. Karya sastra tidak dilihat sebagai suatu

keseluruhan secara utuh, tapi hanya dipilah mana bagian yang dituju untuk

ditelaah. Pendekatan ini hanya tertarik pada unsur-unsur sosio-budaya di

dalamnya yang dilihat sebagai unsur-unsur yang lepas. Ia hanya mendasarkan

kepada cerita tanpa mempersoalkan struktur karya. Henry James (Michel

Zerraffa dalam Elizabeth and Burns, 1973:36) mengatakan bahwa sastrawan

menganalisis "data" kehidupan sosial, memahaminya dan mencoba

menentukan tanda yang esensial untuk dipindahkan ke dalam karya sastra.

Paradigma sosiologi sastra berakar dari latar belakang historis dua

gejala, yaitu masyarakat dan sastra, karya sastra ada dalam masyarakat,

Page 24: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

10

dengan kata lain, tidak ada karya sastra tanpa masyarakat. Sebuah karya sastra

lahir dari masyarakat. Sosiologi sastra, meskipun belum menemukan pola

analisis yang dianggap memuaskan, mulai memperhatikan karya seni sebagai

bagian yang integral dari masyarakat. Tujuannya jelas untuk memberikan

kualitas yang proposional bagi kedua gejala, yaitu sastra dan masyarakat.

(Ratna, 2003). Demikianlah, pendekatan sosiologi sastra menaruh perhatian

pada aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra

merupakan gambaran atau potret fenomena sosial. Pada hakikatnya, fenomena

sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa

diobservasi, difoto, dan didokumentasikan. Oleh pengarang, fenomena itu

diangkat kembali menjadi wacana baru dengan proses kreatif (pengamatan,

analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan sebagainya) dalam

bentuk karya sastra. Dalam mengaplikasikan pendekatan ini, karya sastra

tidak dilihat sebagai keseluruhan, melainkan hanya tertarik pada unsur sosio-

budaya di dalamnya yang dilihat sebagai unsur-unsur yang lepas dari kesatuan

karya. Sehubungan dengan analisis terhadap novel Wasripin dan Satinah,

penulis mengambil unsur yang dominan dalam karya tersebut, yakni konflik

politik.

Dalam teori sosiologi sastra ada beberapa pendapat mengenai

hubungan antara sosiologi dan sastra, salah satunya bahwa sastra yang

menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya dan sastra sebagai

cerminan masyarakat (a) sastra dapat mencerminkan masyarakat; (b)

Page 25: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

11

menampilkan fakta-fakta sosial dalam masyarakat (Saraswati, 2003:11-12).

Pandangan ini beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari

berbagai infrastruktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan

lain sebagainya.

1.5.2 Konflik Politik

Konflik merupakan fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat.

Konflik bisa terjadi dalam hubungan proses produksi. Misalnya saja terjadi

pemogokan buruh dalam sebuah pabrik karena mereka memiliki tuntutan

kenaikan upah atau perbaikan kondisi kerja. Konflik bisa juga terjadi dengan

pertikaian antarkelompok etnis yang berbeda dalam memperebutkan sumber

daya yang sama. Konflik tidak jarang terjadi dalam masyarakat yang

mejemuk. Dalam kehidupan politik masyarakat sering dihadapkan pada

konflik dalam rangka untuk mendapatkan atau memperjuangkan sumber daya

langka yang tidak jarang disertai dengan kekerasan. Baik itu perebutan

kedudukan, kekuasaan, atau kekayaan.

Konflik terjadi karena dalam masyarakat terdapat kelompok-

kelompok, lembaga- lembaga, organisasi, dan kelas-kelas sosial yang tidak

selalu memiliki kepentingan yang sama. Konflik dilatarbelakangi oleh

perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-

perbedaan tersebut di antaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,

pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Di antara

kelompok-kelompok tersebut memiliki perbedaan taraf kekuasaan dan

Page 26: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

12

wewenang, sehingga konflik merupakan gejala yang senantiasa terjadi dalam

masyarakat. Demikian pula dengan sumber daya yang langka di antara

kelompok-kelompok masyarakat yang tidak selalu seimbang, sehingga konflik

merupakan gejala yang senantiasa terjadi dalam masyarakat. Dalam

kehidupan bermasyarakat, terjadinya konflik tidak dapat dielakkan. Konflik

tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial. Manusia sering dipandang

sebagai struktur sosial yang memiliki berbagai tujuan dan kepentingan.

Manusia dikuasai oleh motif-motif untuk memenuhi kepentingan dirinya. Dari

berbagai kepentingan itu, antara yang satu dengan yang lain seringkali

berbenturan, sehingga untuk mencapai tujuannya masing-masing, konflik

biasa terjadi. Konflik sering digambarkan sebagai pencerminan pertentangan

kepentingan dan naluri untuk bermusuhan.

Konflik merupakan gejala yang selalu hadir dalam masyarakat.

Konflik tidak mungkin dihilangkan, melainkan hanya dapat diatur mekanisme

penyelesaiannya. Selama masyarakat ada, selama itu pula konflik ada di

dalam masyarakat. Oleh karena itu, tidaklah mungkin menghapuskan konflik

seperti yang menjadi angan-angan para diktator (Rauf, 2001:1). Dalam

menghadapi situasi yang secara potensial mengembangkan hasrat untuk

berperang dan adanya konflik, perlu diciptakan suatu organisasi dan

ketertiban sosial yang dapat dipelihara dengan baik. Untuk itu dihadirkan

organisasi-organisasi dan lembaga- lembaga yang mengatur dan melindungi

Page 27: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

13

masyarakat, agar segala kepentingan dapat terpenuhi dengan memperkecil

risiko dari besarnya konflik yang mungkin terjadi.

Konflik politik memiliki konotasi politik yakni mempunyai

keterkaitan dengan negara atau pemerintah, para pejabat politik atau

pemerintah, dan kebijakan. Konflik politik selalu merupakan konflik

kelompok. Yang dimaksud konflik kelompok adalah konflik yang terjadi

antara dua kelompok atau lebih (Rauf, 2001:19).

Kata “politik” mengacu kepada segala sesuatu yang berkaitan dengan

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan kedudukan yang dipegang oleh

para pejabat pemerintah. Pejabat pemerintah adalah sekelompok orang yang

memegang kekuasaan untuk mengatur masyarakat secara keseluruhan

(Easton, 1965:47) dan, dalam usaha mengatur masyarakat, berhak

menggunakan kekerasan fisik yang memaksa (Almond, 1971:6). Kekuasaan

yang memiliki kedua sifat tadi (yakni mengatur masyarakat secara

keseluruhan dan menggunakan kekerasan fisik secara sah) disebut kekuasaan

politik, sedangkan orang atau kelompok orang yang memiliki kekuasaan

politik dinamakan penguasa politik. Keputusan-keputusan yang dihasilkan

oleh penguasa politik dalam usaha untuk mengatur masyarakat disebut

kebijakan politik (Rauf, 2001:20). Bahasan dalam teori politik antara lain

adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat,

kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial,

Page 28: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

14

pembangunan politik, perbandingan politik, dan sebagainya yang menyangkut

kehidupan pemerintahan.

Politik tidak selamanya negatif dan karena itu diperlukan pendidikan

politik untuk memahami perilaku politik pemerintah, partai, swasta,

organisasi masyarakat dan sebagainya dalam memperjuangkan kepentingan

orang banyak atau kepentingan kelompok. Negatif atau positifnya politik

dapat dilihat dari perilaku institusi dan perorangan dalam berpolitik. Juga

dapat dilihat sejauh-mana kebijakan dan keputusan politik menghasilkan

dampak positif atau negatif pada publik, pasar dan lingkungan sosial ekonomi

dan fisik (Djogo, 2007).

Ilmu politik sendiri didefinisikan secara sederhana sebagai studi

tentang negara, pemerintah dan politik. Varma (dalam Djogo, 2007)

menyatakan bahwa para pemikir politik biasa juga atau kadang melakukan

analisis tentang konsep negara, hukum, kedaulatan, hak-hak, keadilan atau

ketidakadilan dan sebagainya. Secara umum dapat kita katakan bahwa politik

adalah seni dan praktik pengelolaan sistem pemerintahan, yang menyangkut

institusi, kekuasaan, kewenangan, kebijakan, administrasi negara dan upaya

untuk kepentingan masyarakat banyak atau untuk kepentingan kelompok

politik tertentu. Charles Hyneman (dalam Djogo, 2007) menyampaikan ruang

lingkup ilmu politik yang mencakup struktur organisasi, proses pembuatan

kebijakan, tindakan dan keputusan, pengawasan, serta lingkungan manusia

dari suatu pemerintahan yang syah.

Page 29: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

15

Konflik politik dirumuskan secara longgar sebagai perbedaan

pendapat, persaingan, dan pertentangaan di antara sejumlah individu,

kelompok, ataupun organisasi dalam upaya mendapatkan dan atau

mempertahankan sumber-sumber dari keputusan yang dibuat dan

dilaksanakan pemerintah (Surbakti, 1992: 151). Secara sempit konflik politik

dapat dirumuskan sebagai kegiatan kolektif warga masyarakat yang diarahkan

untuk menentang kebijakan umum dan pelaksanaannya, menentang perilaku

penguasa beserta segenap aturan, struktur, dan prosedur yang mengatur

hubungan-hubungan di antara partisipan politik. Namun sesungguhnya,

konflik memiliki fungsi positif bagi masyarakat. Menurut Dahrendorf

(Surbakti, 1992: 150) konflik berfungsi sebagai pengintegrasian masyarakat

dan sebagai sumber perubahan. Selain itu, konflik berfungsi untuk

menghilangkan unsur-unsur pengganggu dalam suatu hubungan. Dalam hal

ini konflik sebagai penyelesaian ketegangan antara unsur-unsur yang

bertentangan, yang mempunyai fungsi stabilisator dan menjadi komponen

untuk mempererat hubungan (Surbakti 1992: 150).

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Duverger (1967:33) yang

berpendapat bahwa setiap fenomena politik memiliki aspek konflik dan

integrasi. Kekuasaan merupakan salah satu fenomena politik yang penting.

Kekuasaan merupakan sumber daya langka yang menjadi penyebab konflik.

Orang yang mempunyai kekuasaan cenderung untuk mempertahankan

kekuasaan. Di samping itu, ada pihak lain yang menentang kekuasaan dan

Page 30: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

16

ingin merebut kekuasaan itu untuk tujuan yang sama. Kekuasaan mempunyai

aspek integrasi dalam arti bahwa kekuasaan dipergunakan untuk menegakkan

ketertiban dan keadilan; sebagai pelindung kepentingan dan kesejahteran

umum melawan tindakan berbagai kelompok kepentingan.

1.5.3 Orde Baru

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto

di Indonesia. Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Orde Baru

menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Presiden

Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas

penyimpangan yang dilakukan Orde Lama Soekarno. Menurut versi Orde

Baru, Orde Lama adalah pemerintahan kacau yang koruptif dan tidak mampu

menyelenggarakan negara. Demi memperbaiki situasi yang kacau ini,

kelompok yang dipimpin Jenderal Soeharto mengambil alih kekuasaan dan

menamakan dirinya sebagai “Orde Baru”. Dalam penggunaan istilah yang

sifatnya sepihak ini istilah “baru” dikonotasikan sebagai sesuatu yang baik

dan memberi harapan, sedang ungkapan “lama” dikaitkan dengan sifat-sifat

negatif semisal kecenderungan manipulatif dan tidak kompeten dalam

melaksanakan pemerintahan (Adam, 2006:29).

Sejak kelahirannya, salah satu tekad utama pemerintahan Orde Baru

adalah mengadakan koreksi total terhadap “kegagalan” sistem-sistem politik

sebelumnya. Untuk memperbaiki kegagalan-kegagalan yang dilakukan Orde

Lama, Orde Baru melakukan perbaikan dari dua “kegagalan” pokok yang

Page 31: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

17

dilakukan orde sebelumnya dengan melaksanakan pembangunan ekonomi dan

menciptakan sistem politik yang stabil. Kegagalan-kegagalan ini tercermin

pada kemerosotan perekonomian yang begitu parah pada tahun 1960-an, dan

munculnya berbagai pemberontakan lokal yang mencapai puncaknya pada

peristiwa G-30-S/PKI (Pabottingi, 1996:182).

Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka

waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi

praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara

rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar (Adam, 2006:29).

Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui

pembuatan aturan administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk

menyeleksi kekuatan lama ikut dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET

(eks tapol) bagi mereka para mantan tahanan politik Orde Baru. Belakangan

ini baru disadari bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran HAM.

Pembubuhan tanda ET dapat mematikan kehidupan sosialnya dalam berpolitik

maupun dalam masyarakat (ibid).

Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai

tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif

yang didominasi militer, namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan

Barat. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan

seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan

Page 32: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

18

keluarga Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang

didengar oleh pusat (Adam, 2006:81-82).

Soeharto merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwi tujuan,

bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di

pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta

dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik

dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi. Dengan kekuasaannya yang

besar, dia mampu melakukan apa pun. Perintah Soeharto bagaikan perintah

dewa yang harus dituruti (jika ingin selamat) (ibid).

1.5.3.1 Eksploitasi Sumber Daya

Selama masa pemerintahan Orde Baru dengan kebijakan-kebijakan

yang diberlakukannya dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-

besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar meski tidak merata

di Indonesia. Contohnya, dengan pertumbuhan ekonomi yang besar ini

ditandai dengan jumlah orang yang kelaparan banyak berkurang pada tahun

1970-an dan 1980-an. Segala sumber daya alam yang ada di Indonesia benar-

benar dimanfaatkan bahkan terkesan dikeruk habis-habisan yang dipromotori

serta dikuasai oleh keluarga Cendana keuntungannya.

1.5.3.2 Kelebihan Sistem Pemerintahan Orde Baru

1. Sukses meningkatkan angka pendapatan masyarakat.

Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun

Page 33: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

19

1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari

AS$1.000.

2. Sukses transmigrasi.

3. Sukses proram KB (Keluarga Berencana).

4. Sukses memerangi buta huruf.

5. Sukses swasembada pangan.

6. Sukses meminimalisir jumlah pengangguran.

7. Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun).

8. Sukses Gerakan Wajib Belajar Sembilan Tahun.

9. Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh.

10. Sukses dalam menjaga keamanan dalam negeri.

11. Sukses dalam menarik investor asing.

12. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk

dalam negeri.

1.5.3.3 Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru

1. Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme.

2. Pembangunan Indonesia yang tidak merata.

3. Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang

tidak merata bagi si kaya dan si miskin).

4. Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan.

5. Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran

dan majalah yang dibredel.

Page 34: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

20

Dari data-data di atas yang didapat dari, http://id.wikipedia.org/wiki/

Sejarah_Indonesia_%28Era_Orde_Baru%29 tak bisa disangkal rezim ini

memang mencatat prestasi-prestasi besar. Dengan adanya stabilitas politik,

telah terjadi loncatan jauh di bidang ekonomi. Akan tetapi di lain pihak rezim

ini telah meninggalkan keterpurukan yang harus ditanggung oleh generasi

selanjutnya.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan berkembang pesat.

Menurut versi pihak kalangan Orde Baru, program-program pembangunan

dalam mengentaskan kemiskinan berhasil sukses. Banyak sekali program

modernisasi yang ditempuh, berbagai bentuk pembangunan sarana umum,

berikut pesatnya penanaman modal asing di Indonesia. Semua hal di atas

merupakan tanda betapa suksesnya pembangunan di Indonesia (Moedjanto,

1988:170-171). Maka pemerintahan Orde Baru merasa perlu dan wajib untuk

mengangkat Presiden Soeharto sebagai “Bapak Pembangunan”. Makin marak

masuknya modal asing di Indonesia menunjukkan betapa ramahnya rezim itu

terhadap modal asing. Sikap ramah tersebut tentu saja bukan saja melulu

mendatangkan kemakmuran terhadap masyarakat, tetapi terlebih juga demi

kemakmuran keluarga dan kelompoknya. Selang beberapa bulan Presiden

Soekarno menadatangani Supersemar, Soeharto langsung mempersilakan IMF

masuk Indonesia kemudian Indonesia mulai mengadakan pertemuan dengan

negara-negara yang memperlancar masuknya PT. Freeport ke Indonesia

(Adam, 2006:38). Keuntungan minyak bukan saja membawa kemakmuran

Page 35: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

21

bagi masyarakat, terlebih pada kalangan orang-orang yang dekat dengan

pemerintah. Korupsi sering terjadi di pihak pejabat. Bersama maraknya

korupsi, dunia industri mulai dirambah oleh Keluarga Soeharto dan rekan-

rekannya. Keluarga Soeharto juga mendirikan industri dan pabrik-pabrik atas

nama keluarga Soeharto yang ditangani bersama orang-orang terdekatnya

yang pada akhirnya usahanya sukses baik di dalam maupun luar negeri.

Sudah dirasakan kemajuan ekonomi yang dicapai pembangunan

sampai sekarang. Penghasilan penduduk rata-rata secara nasional 800 dolar

setahun. Industri semakin menjadi andalan nasional. Sarana dan prasarana

sosial ekonomi telah semakin mampu memenuhi kebutuhan rakyat pada

umumnya. Sekalipun begitu, hasil tersebut disertai dengan berbagai

kelemahan. Kesenjangan kemajuan antardaerah dan kemiskinan di kalangan

masyarakat belum tertangani secara tepat. Indonesia menjadi negara

penghutang ketiga terbesar di dunia. Kolusi dan korupsi yang merugikan

rakyat belum terkontrol secara sistematik. Penyalahgunaan kekuasaan di

semua peringkat struktur masyarakat masih menghimpit hak-hak dasar rakyat,

terutama yang lebih lemah. Demokrasi dipertentangkan dengan kemakmuran,

sekalipun keduanya merupakan tujuan kemerdekaan (Pabottingi, 1996:51).

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang

mengutamakan bahwa sastra mencerminkan atau menampilkan kehidupan

Page 36: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

22

yang merupakan realitas sosial. Pendekatan sosiologi sastra ini merupakan

pendekatan yang tidak mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelitian.

Pendekatan tersebut berdasarkan anggapan bahwa sastra adalah cermin

kehidupan masyarakat dan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan

(Damono, 1978:2).

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analisis. Pertama-tama dipilih salah satu unsur dalam novel

Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo yakni aspek konflik politik.

Selanjutnya konflik politik dalam novel tersebut dideskripsikan dengan

dibantu oleh teori- teori tentang konflik serta dihubungkan dengan peristiwa

pada masa Orde Baru. Analisis ini dilengkapi dengan data-data sejarah yang

diperoleh dari kepustakaan.

Peneliti hanya menggunakan satu teknik pengumpulan data, yakni

metode kepustakaan. Metode ini dilakukan dengan menelaah pustaka yang

ada kaitannya dengan objek penelitian yakni konflik politik pada masa Orde

Baru dalam novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo. Metode

kepustakaan diperoleh dengan cara teknik catat, yakni mencatat data yang

berasal dari buku-buku dan bacaan-bacaan yang memuat hal-hal yang

berhubungan dengan konflik politik pada masa Orde Baru. Peneliti

mengumpulkan representasi atau cerita-cerita yang memuat konflik atau

gambaran konflik yang mirip atau menyinggung kejadian yang terjadi pada

masa Orde Baru, kemudian peneliti mencari korelasi yang terjadi pada

Page 37: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

23

kehidupan nyata, yaitu yang benar-benar terjadi pada masa pemerintahan

Orde Baru di Indonesia.

1.7 Sumber Data

Novel : Wasripin dan Satinah

Pengarang : Kuntowioyo

Tahun terbit : 2003

Tebal buku : iv + 256 hlm; 14 cm x 21 cm

Cetakan : Pertama

Penerbit : Penerbit Buku Kompas

1.8 Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini terdiri dari tiga bab. Bab I berisi pendahuluan yang

meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

Bab II berupa analisis sosiologis yang membahas aspek konflik politik

dalam novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo.

Bab III mengungkapkan masalah realitas sosial, yakni membahas

kesejajaran antara konflik politik dalam novel Wasripin dan Satinah karya

Kuntowijoyo dengan konflik politik dalam sejarah Indonesia.

Bab IV berisi kesimpulan dari hasil analisis data dan diakhiri dengan

pemaparan daftar pustaka.

Page 38: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

24

BAB II

KONFLIK POLITIK DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH

KARYA KUNTOWIJOYO

Dalam penelitian ini, penulis mengambil unsur yang dominan dalam

novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo, yakni konflik politik.

Apabila suatu pertentangan diselesaikan dengan keterlibatan

pemerintah dan lembaga politik, maka konflik tersebut berkembang menjadi

konflik politik, demikian pula dengan pemogokan buruh akibat perselisihan

dengan pengusaha. Pada umumnya pemogokan tersebut beraspek sosial dan

ekonomi. Akan tetapi, bisa berubah menjadi konflik politik apabila

pemogokan tersebut berkembang menjadi besar dan memiliki tuntutan politis,

serta melibatkan lembaga- lembaga politik dan pemerintah. Gerakan-gerakan

sosial yang tampak tidak mempunyai tendens i politik terkadang memiliki

tujuan politik untuk masa jangka panjang. Demikian pula dengan gerakan-

gerakan intelektual seperti pendirian organisasi-organisasi intelektual yang

melibatkan tokoh-tokoh yang punya sumber kekuasaan potensial bisa

dijadikan sarana politik dan ada kemungkinan bisa menimbulkan konflik

politik.

Konflik politik dalam novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo

merupakan konflik yang dominan. Konflik tersebut meliputi hampir

keseluruhan cerita. Analisis sosiologis terhadap novel Wasripin dan Satinah

Page 39: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

25

dengan mengambil konflik politik meliputi penyebab terjadinya konflik, tipe

konflik dan tujuan konflik. Novel Wasripin dan Satinah mengisahkan

pergolakan politik yang terjadi di sebuah negara. Negara ini senantiasa

mengalami konflik yang tajam, pemberontakan dan kekerasan serta

fragmentasi dalam pelaksanaan pemerintahan. Hal ini disebutkan secara

eksplisit oleh pengarangnya:

(1) “Saudara-saudara, saya baru saja terima surat ancaman. TPI akan dibakar kalau kita mencampuri urusan mereka. Karenanya, jangan diulang lagi, Wasripin. Mereka punya backing.” Ancaman itu tidak sekedar menakut-nakuti. Malam hari yang lain serombongan laki- laki datang di TPI dengan sebuah truk. Mereka menggedor pintu dan mengobrak-abrik lemari, meja-kursi, bangku-bangku. Satpam yang tertidur tidak mendengar suara-suara itu. Kemudian mereka mengecer-ecer bensin di lantai. Lalu menyulutnya dengan korek api. TPI terbakar. Mereka pergi. Satpam yang bertugas bangun dari tidur di emperan surau. Berteriak-teriak, “Api! Api! Tolong! Tolong!” Ketika siang itu Kepala TPI datang, dia hanya dapat mengumpat dala hati. Untung ketua Partai Randu segera datang, menepuk-nepuk pundak, menentramkan hatinya. “Jangan khawatir, ini pasti sebuah kesalahan. Akan kumintakan ganti,” kata Ketua Partai Randu. “Siapa yang mengganti?” “ Kau tahu beresnya saja, mereka pasti tak tahu bahwa TPI itu persembahan Randu untuk nelayan.” Sungguh seperti sulapan, hanya dalam dua minggu TPI sudah berdiri lagi. Kerja lembur. Kali ini lebih bagus, tembok semen, kusen dan daun pintu kayu jati, dan cat-cat baru. Mereka mendengar bahwa Partai Randu yang membangun. Karenanya tidak heran dari mana datangnya duit untuk membangun, semua orang mengerti kekuasaan itu kuasa. (Kuntowijoyo, 2003:66-67)

Page 40: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

26

(2) “Ketika TPI dibakar, yang mengganti kok Ketua Partai Randu?”

Secara bersama-sama orang menyahut, “Itu dalam penyelidikan.” Berkali-kali. Ruang pertemuan gaduh.

“Gombal!” “Pembodohan!” (Kuntowijoyo, 2003:179)

Dalam penggalan kutipan di atas (kutipan 1 dan 2), sekelompok

gerombolan telah merusak dan membakar TPI (Tempat Pelelangan Ikan).

Lalu tidak seberapa lama, pemimpin Partai Randu datang dan mengembalikan

bahkan memperbaiki dengan jauh lebih baik dibandingkan keadaan TPI

sebelumnya. Hal itu tidak mengherankan karena pemimpin Partai Randu

adalah orang penting dan mempunyai kekuasaan yang berarti dalam negara.

Kuat dugaan bahwa sebenarnya pihak Partai Randulah yang merencanakan

perusakan kemudian berpura-pura menjadi pahlawan bagi masyarakat

nelayan. Hal ini dilakukan untuk menarik simpati masyarakat agar mau

memberikan suaranya untuk Partai Randu agar Partai Randu menang dalam

pemilu.

(3) Seleksi ideologis, pengetahuan administratif, dan pengetahuan lingkungan sosio-kultural desa. Pengumuman calon diadakan dua minggu sebelum hari H untuk menghindari kampanye terselubung dan obral uang (kemudian disebut money politics). Perhitungannya demikian: seminggu untuk kampanye dan seminggu minggu tenang. Namun beberapa calon sudah mencuri start dengan keyakinan akan lulus seleksi. Mereka membentuk kader, kampanye door-to-door, mengadakan rapat diam-diam, dan menjanjikan ini- itu (termasuk memberikan uang bagi pemilihnya). Dari sebelas calon yang lulus (diluluskan) seleksi ada tiga orang. Jadi

Page 41: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

27

banyak calon yang kecewa. (Tiga cukup. Biar tidak bertele-tele).

Kampanye pun dimulai. Meskipun tinggal di pantai, mereka masih malu-malu: tak ada pidato-pidatoan (“Pilih aku!”), rapat-rapat umum (“Pembangunan desa jadi prioritas!”), dan janji-janji terbuka (“Listrik masuk desa!”). Hanya saja kampanye terselubung sudah direncanakan sebelumnya oleh ketiga kontestan berupa: ziarah politik, tahlilan politik, doa politik, istighotsah politik, wayangan politik, ruwat politik. Desa menjadi ramai seperti pasar malam dalam minggu itu. Para PKL (pedagang kaki lima) ikut sibuk. Mereka akan pindah dari tempat ke tempat lain, sedikitnya tiga putaran siang-malam. (Kuntowijoyo, 2003:82-83)

Ada banyak kecurangan. Ada berbagai intrik dalam pelaksanaan

politik dalam pemerintahan. Segala cara dilakukan demi terlaksananya semua

keinginan suatu kelompok politik. Dari iming- iming untuk menarik tokoh

masyarakat, money politics hingga pencurian start untuk kampanye. Berbagai

intrik dan cara pemerintahan dari pemerintah dan beberapa pihak yang ingin

menduduki posisi dalam pemerintahan telah menimbulkan konflik dalam

masyarakat maupun dalam badan pemerintahan itu sendiri. Konflik yang

didasari dengan keinginan yang berkaitan dengan pemerintahan inilah yang

disebut konflik politik karena dalam konflik ini terdapat keterlibatan

pemerintah dan lembaga politik.

2.1 Penyebab Konflik Politik

Penyebab timbulnya konflik adalah kemajemukan struktur

masyarakat, baik kemajemukan kultural maupun sosial. Kemajemukan sosial

Page 42: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

28

dan kultural ini dikategorikan sebagai kemajemukan horisontal (Surbakti,

1992: 151). Selain itu kemajemukan vertikal juga merupakan kondisi yang

memungkinkan terjadinya konflik. Kemajemukan vertikal ditandai dengan

struktur masyarakat yang terpolarisasi menurut pemilikan kekayaan,

pengetahuan, dan kekuasaan. Kemajemukan tersebut memungkinkan

perbedaan kepentingan di antara kelompok-kelompok masyarakat.

Kemajemukan horisontal kultural dapat menimbulkan konflik karena masing-

masing unsur kultural berupaya mempertahankan identitas dan karakteristik

budayanya dari ancaman kultur lain, sedangkan kemajemukan horisontal

sosial dapat menimbulkan konflik sebab tiap-tiap kelompok yang

mendasarkan pekerjaan dan profesi serta tempat tinggal tersebut memiliki

kepentingan berbeda bahkan saling bertentangan. Kemajemukan vertikal

dapat menimbulkan konflik sebab sebagian besar masyarakat tidak memiliki

atau hanya memiliki sedikit kekayaan dan kekuasaan. Namun demikian,

perbedaan-perbedaan masyarakat ini akan menimbulkan konflik apabila

kelompok-kelompok tersebut memperebutkan sumber-sumber yang sama dan

manakala terdapat benturan kepentingan.

Seperti dalam novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo,

terdapat partai-partai yang saling berebut kekuasaan. Mereka berebut untuk

memenangkan pemilu. Bahkan tidak jarang partai-partai ini melakukan hal-

hal untuk saling menjatuhkan satu sama lain. Dalam kutipan berikut terdapat

Page 43: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

29

Partai Randu dan Partai Langit yang saling menjatuhkan dan menyalahkan

dalam suatu kampanye.

(4) Pemogokan itu benar-benar terjadi waktu ada tawur antara pendukung Partai Randu dan Partai Langit. Ketua Partai Randu dan pimpinan pusat akan datang. Polisi dikerahkan, menjaga titik-titik rawan dua hari sebelum hari H. Rencana kunjungan itu tersebar luas. Koran-koran daerah dan pusat diramaikan dengan perang pernyataan. Partai Langit menuduh Partai Randu mencuri start, kampanye sebelum waktunya. Partai Randu membantah, katanya itu hanya pertemuan biasa untuk konsolidasi. Partai Langit mengatakan pertemuan biasa itu seharusnya tanpa pidato-pidato di alun-alun kota.

Ceritanya, panggung calon tempat pidato Ketua Partai Randu roboh pagi-pagi, hanya beberapa jam sebelum dipakai. Panitia geger, tidak mungkin lagi membuat pangung. Pimpinan Partai Randu menuduh Partai Langit yang telah berbuat itu. Partai Langit membantah, menyatakan perlunya dibentuk tim pencari fakta independen. Polisi menyatakan ada pihak ketiga sengaja memperkeruh situasi. Kepala Polisi berjanji akan mencari pihak ketiga itu, artinya ekstrim kiri (PKI), ekstrim kanan (DI/TII), dan golput. Rapat di alun-alun dibatalkan, jadi hanya ada rapat tertutup. (hlm 132)

Maurice Duverger (1967) mengajukan penyebab konflik bertolak dari

sudut pandang pelaku konflik. Menurut Duverger (1967: 174) penyebab

antagonisme politik (konflik politik) meliputi sebab-sebab individual dan

sebab-sebab kolektif. Sebab-sebab individual menurut Duverger, karena

terdapat perbedaan bakat individual di antara manusia. Ia mendasarkan diri

pada konsep-konsep biologi Charles Darwin tentang struggle for life yang

menyatakan bahwa setiap individu harus bertempur melawan yang lain untuk

kelangsungan hidup dan hanya yang paling mampu akan memenangkannya.

Page 44: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

30

Dari kecenderungan ini menjelma menjadi perjuangan untuk memuaskan

kebutuhan manusia. Dalam arena politik hal ini menjadi perjuangan untuk

posisi utama. Selain itu, dalam diri manusia terdapat naluri untuk berkuasa

yang dianggap sebagai kecenderungan manusiawi yang fundamental. Ambisi

individual ini merupakan faktor primer di dalam konflik politik.

Konflik politik yang disebabkan oleh kolektif bertolak dari kondisi

masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat kelas-kelas sosial yang mempunyai

perbedaan kepentingan. Kontradiksi yang tajam antara kelas sosial yang satu

dengan kelas sosial yang lain mengakibatkan perjuangan kelas yang disertai

dengan kekerasan. Perjuangan kelas merupakan bentuk konflik politik.

Bentuk-bentuk konflik lainnya seperti konflik antara buruh dan pengusaha,

petani dengan tuan tanah, konflik kelompok-kelompok ideologis menurut

analisis ini adalah pencerminan dari perjuangan kelas.

Konflik politik terbentuk karena adanya penguasa politik. Oleh karena

itu faktor terpenting dalam konflik politik adalah penguasa politik. Dalam

banyak kasus, penguasa politik ternyata menjadi penyebab dari berbagai

penderitaan warga masyarakat, meskipun di dalam kasus yang jumlahnya

lebih sedikit, penguasa politik ada yang berhasil menciptakan kesejahteraan

bagi rakyatnya (Rauf, 2001:23).

Konflik politik yang diceritakan dalam novel Wasripin dan Satinah

terpolarisasi dalam kelompok-kelompok sosial yang memiliki perbedaan-

perbedaan peran dan kepentingan. Dengan kata lain kondisi sosial dan kultural

Page 45: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

31

serta kondisi politiknya sangat majemuk. Struktur masyarakatnya terpolarisasi

menurut kekayaan, pengetahuan dan kekuasaan.

Kekuasaan dan wewenang merupakan sumber daya langka yang sering

kali menjadi penyebab terjadinya konflik dan perubahan pola-pola yang telah

melembaga. Distribusi sumber kekuasaan dalam negara tidak seimbang.

Distribusi kekuasaan pada partai-partai politik terlihat dalam novel ini.

Dalam novel ini banyak pihak yang bertikai, yakni dari kalangan

masyarakat dan pemerintah, di mana dalam tubuh pemerintah itu sendiri

terdapat konflik-konflik tersendiri.

Diceritakan tiga partai saling berebut untuk mencari massa dalam

artian mencari dukungan dari masyarakat. Di antaranya Partai Randu, Partai

Kuda dan Partai Langit. Masing-masing memiliki cara tersendiri untuk

menarik dan mengajak masyarakat untuk mendukung. Namun, dari ketiga

partai yang bertikai, Partai Kuda jarang sekali muncul. Dari ketiganya Partai

Kuda sangat jarang diceritakan oleh pengarang, sehingga timbul kesan bahwa

Partai Kuda tidak pernah turut bertikai dalam memperebutkan kekuasaan.

Bahkan tidak diceritakan dalam novel ini bagaimana usaha Partai Kuda untuk

mendapatkan kekuasaan dan posisi dalam pemerintahan. Dalam novel ini

Partai Kuda hanya diceritakan turut bersaing dalam pemilu.

Dari ketiga partai ini, Partai Randulah yang memiliki kekuasaan paling

tinggi. Anggota-anggota Partai Randu adalah orang-orang penting yang

Page 46: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

32

pernah ada dalam pemerintahan. Semua orang bahkan TNI tunduk pada

perintah pimpinan Partai Randu.

(5) Untuk keperluan Partai Randu, di alun-alun kota didirikanlah sebuah panggung pertunjukan yang akan diisi rombongan artis-artis keliling dari ibu kota. Dalam rencana Bupati Kepala Daerah, Komandan Tentara, dan Kepala Polisi akan diminta menyumbangkan suara. Soal perizinan, jangan tanya mudahnya. Partai Randu tinggal menelpon Kepala Polisi. Pengamanan Polisi ekstra kuat diperlukan karena Partai Randu memperkirakan yang menonton pasti banyak ekstrem kanan dan golputnya. (hlm 172)

Secara eksplisit disebutkan pengarang bahwa kekuasaan Partai Randu

sangat besar. Dia dapat dengan mudah mendapatkan izin dan dukungan dari

berbagai pihak-pihak penting yang nanti dapat membantunya untuk mencapai

tujuan.

Sebenarnya dari masyarakat nelayan, Partai Randu tidak mendapatkan

suara karena mereka menganggap pimpinan dan anggota-anggota partai ini

sering melakukan penyelewengan. Oleh karena itu, masyarakat desa nelayan

lebih memilih salah seorang dari penduduknya yang dikenal jujur dan baik

hati untuk menjadi pimpinan mereka, Wasripin. Wasripin adalah seorang yang

polos dan memiliki kemampuan untuk mengobati banyak orang dengan

penyakit apapun. Karena keahliannya itulah dia dikenal banyak orang.

(6) Wasripin semakin sibuk menolong orang. Anak-anak yang panas, ibu batuk tak sembuh-sembuh, laki- laki yang selalu semutan kakinya, orang yang rumahnya angker, laki- laki

Page 47: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

33

yang kakinya membengkak, laki- laki yang tidak thok-cer, suami- istri yang belum dikaruniai anak, rumah yang banyak penunggunya. Kadang-kadang diajaknya pasien ke TPI. Mereka membawa makanan, kalengan, baju, sarung untuk Wasripin. Seluruh desa mengenalnya. Dia juga menjadi konsultan. Pengantin yang tak kunjung akur, anak yang bodoh sekolahnya, orang yang akan mendirikan rumah, orang yang membeli tanah, perjodohan, peruntungan pekerjaan, orangtua yang kehilangan anak. Musim tanam tidak ditanyakan ke PLP (Penyuluh Lapangan Pertanian) tapi ke Wasripin. Kerbau hilang tidak lapor ke Polisi tapi ke Wasripin. Hampir-hampir tidak ada waktu untuk diri sendiri. Surau, TPI, dan menolong. (hlm 75)

(7) “Namamu pasti Wasripin.” “Kok tahu?” “Diam-diam kau terkenal di sini.” (hlm 14)

(8) Wasripin keluar dari TPI. Orang-orang di pasar berbisik-bisik, “Inilah Wasripin, kata orang dialah pemimpin kita yang baru. “ (hlm 38)

(9) “Aku tahu sekarang, kau pasti Wasripin,” teriaknya setelah jauh. “Pemimpin kami!”

“Eh, aku pemimpin pencuri juga?” pikir Wasripin. (hlm 63)

Seluruh masyarakat nelayan mengakui bahwa Wasripin adalah

pemimpin mereka. Orang yang selama ini mereka anut dan mereka percayai

dapat memimpin masyarakat. Bahkan seorang pencuri pun tunduk padanya.

(10) Partai Randu dengar, Partai Langit dengar. Mereka masing-masing mengadakan rapat kilat. Wasripin akan sangat menguntungkan bagi kemenangan partai mereka di perkampungan nelayan itu dalam pemilu yang sudah di ambang pintu. Dan mereka tidak mau kehilangan momentum, mumpung masih hangat beritanya. Partai Randu memutuskan untuk memberi jabatan sebagai koordinator pemenangan pemilu, Partai Langit memutuskan untuk mengangkatnya jadi salah satu ketua. Aparat desa juga cepat-cepat mengadakan pertemuan untuk mengangkatnya sebagai Komandan Hansip. (hlm 29-30)

Page 48: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

34

Partai Randu dan Partai Langit bertikai dan berebut untuk menarik

pimpinan masyarakat ini untuk menjadi anggotanya. Berbagai cara dan iming-

iming diberikan untuk menarik perhatian Wasripin, tapi keluguan dan

kepolosan sang pemimpin ini berhasil mematahkan semangat para anggota

partai.

(11) Ketua Partai Randu mendekat. “Wasripin, jangan tolak kesempatan yang bagus ini.

Kau akan kami jadikan koordinator pemenangan pemilu Partai Randu. Kalau menang, kau dapat naik ke tingkat kecamatan. Dari kecamatan dapat meningkat ke kabupaten. Dari kabupaten ke tingkat provinsi. Dari provinsi ke tingkat pusat. Di pusat dunia terbuka: menteri, ketua DPR/MPR, gubernur, bupati. Tinggal pilih.” Wasripin melongo,tidak paham. “Apa artinya, Pak?” tanyanya pada Pak Modin. “Ya, seperti yang dikatakannya.” “Semua pada mulanya juga tak ngerti, kata Ketua Partai

Randu. “Itulah sebabnya ada sekolah, ada kursus, ada seminar,

ada training. Bagaimana?” Wasripin menggeleng, lebih karena tidak mengerti

daripada menolak. Ketua Partai Langit maju. “Bagaimana kalau Wakil Ketua Partai Langit?”

Lagi- lagi Wasripin bisik-bisik pada Pak Modin menanyakan apa artinya salah satu Ketua Partai Langit.

“Jangan, Pak. Jabatan itu terlalu tinggi.” (hlm 31-32)

Pemerintah yang juga adalah sahabat dekat pimpinan Partai Randu

melakukan berbagai cara agar Wasripin gagal menjadi sang pemimpin karena

kehadirannya dapat menggagalkan rencana menangnya partai pimpinannya.

Page 49: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

35

Akhirnya ditemukan kesalahan bahwa Wasripin tidak memiliki KTP, dia

dianggap sebagai pendatang gelap.

(12) Di saku baju ditemukan fotokopi ijazah yang terlipat-lipat dan lusuh: Ijazah SD. Selain itu tidak ada apapun: tidak KTP, tidak SIM. (hlm 11)

Namun Wasripin lebih memilih untuk menjadi seorang satpam TPI

(Tempat Pelelangan Ikan).

(13) “Pilih yang mana?” Tanya Pak Modin. “Saya jadi satpam saja,” katanya. (hlm 36)

Kemudian Wasripin justru memilih Pak Modin, orang selama ini

menampungnya di surau, untuk menjadi pemimpin. Mendengar kabar ini,

masyarakat desa nelayan pun setuju, karena Pak Modin adalah pilihan

Wasripin sang pemimpin mereka. Masyarakat nelayan melakukan berbagai

cara agar Pak Modin bisa menjadi salah satu wakil mereka.

(14) Wasripin yang tidak berhak ikut pilkades dijadikan penasehat.

Di rumah, di TPI, di jalan, sedang nonton Satinah menyanyi orang bertanya kepada Wasripin, “Pilih siapa?”

“Pak Modin- lah.” Kabar bahwa Wasripin memilih Pak Modin segera

tersebar di seluruh perkampungan nelayan. “Pemimpin kita memilih Pak Modin!” “Pemimpin kita memilih Pak Modin!”

Setelah pilkades diselenggarakan ternyata Pak Modin meraup delapan puluh persen suara. Maka seeblum diadakan putaran selanjutnya, pesaing Pak Modin pun mengundurkan

Page 50: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

36

diri. Pak Modin meraih kemenangan. Tetapi, Danramil masih minta Pak Modin bersaing dengan kotak kosong, katanya untuk menjamin pilkades yang bersih dan demokratis. Camat setuju dengan usulan itu. Pak Modin pun memenangkan sembilan puluh lima persen, lima persen tidak datang, dan kotak kosong sungguh-sungguh kosong.

Dalam rapat Muspika, Danramil menunjukkan surat dari Kodim yang ditandatangani Wadandim supaya tidak ada pelantikan Kades.

“Pemilihan cermin aspirasi rakyat,” kaya Camat. “Tidak. Intel kita berkata lain,” kata Danramil. Camat pun menunda-nunda pelantikan Kades. (hlm 84-

85)

Namun sekali lagi kehadirannya pun dipersulit. Hingga pada akhirnya

masyarakat pun lebih memilih golput (tidak memilih partai mana pun).

(15) Orang sudah terlanjur mencap para nelayan sebagai golput fanatik, tidak mau terlibat dalam politik desa maupun nasional. Pernah suatu partai mengadakan rapat umum di lapangan TPI, para nelayan membubarkan rapat itu. (hlm 83)

(16) Partai Randu sudah menargetkan perolehan suara yang

tak mungkin diraih bila surau masih golput. Maka, sebagai pemuka masyarakat dan lulusan Pendekar (pendidikan kader) Partai, dia mengusulkan dalam rapat LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) untuk memberi saja sebuah KTP (kartu tanda penduduk) pada Wasripin, tanpa embel-embel ET (Eks Tapol). Syaratnya, dia berjanji tak akan golput. Usulan itu diterima, seperti biasanya dengan aklamasi. (hlm 109)

Usaha Partai Randu tidak berhenti sampai di sini. Berbagai intrik

dilakukan agar Partai Randu diterima di hati rakyat meskipun harus

menggunakan cara-cara yang anarkhi dan penuh kekerasan (seperti pada

kutipan no.1), dan banyak cara lainnya.

Page 51: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

37

(17) “Pak Modin dedengkot golput harus disingkirkan bila partai ingin menang,” kata renstra yang dibuat Ketua Partai Randu setempat (“disingkirkan” artinya ”dimusnahkan”, ”dipenjara”, atau “ditahan”). (hlm 137)

Berdasarkan penyebab konflik yang diajukan oleh Duverger, maka

penyebab konflik politik dalam masyarakat yang dikisahkan oleh novel

Wasripin dan Satinah hanya memiliki relevansi dengan sebab-sebab

individual.

Teori Duverger (1982:174) tentang penyebab konflik menunjukkan

kepada kita bahwa konflik kelompok dapat pula ditimbulkan oleh bakat-bakat

individual, di samping tentu saja merupakan penyebab terjadinya konflik

pribadi. Tidaklah mengherankan bila sebab-sebab individual seperti

kecenderungan berkompetisi atau selalu tidak puas terhadap pekerjaan orang

lain dapat menyebabkan orang yang mempunyai ciri-ciri seperti selalu terlibat

konflik dengan orang lain di manapun mereka berada. Yang menjadi masalah

adalah bila bakat-bakat individual seperti itu menimbulkan konflik kelompok

karena konflik kelompok menghasilkan dampak yang jauh lebih besar

dibandingkan dengan konflik pribadi. Konflik kelompok merupakan ciri

konflik politik. Oleh karena itu sifat-sifat pribadi seseorang dapat saja

menimbulkan konflik politik bila orang tersebut adalah pimpinan atau orang

yang berpengaruh di dalam kelompoknya. Pimpinan sebuah partai politik

umpamanya, yang mempunyai kecenderungan berkonflik dengan orang lain

Page 52: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

38

akan menyebabkan partai politik bersangkutan cenderung terlibat konflik

dengan partai politik atau kelompok lain. Pemimpin yang mempunyai bakat

yang kuat untuk berkonflik akan menimbulkan persoalan bagi kelompoknya

karena pemimpin tersebut akan selalu menyeret kelompoknya ke dalam

konflik dengan kelompok-kelompok lain.

2.2 Tipe Konflik Politik

Dalam teori konflik politik dikenal dua tipe konflik. Paul Conn

membuat kategori tipe konflik, yakni konflik positif dan konflik negatif

(Surbakti 1992:153). Yang dimaksud dengan konflik positif ialah konflik

yang tidak mengancam eksistensi sistem politik, yang biasanya disalurkan

lewat mekanisme penyelesaian konflik yang disepakati bersama dalam

konstitusi. Sebaliknya konflik negatif ialah konflik yang dapat mengancam

eksistensi sistem politik yang biasanya disalurkan lewat cara-cara

nonkonstitusional seperti kudeta, separatisme, terorisme dan revolusi

(Surbakti, 1992:71). Kedua tipe konflik ini berkaitan dengan tipe masyarakat,

yakni masyarakat yang mapan dan masyarakat yang belum mapan.

Masyarakat yang mapan telah memiliki dan mendayagunakan struktur

kelembagaan yang diatur dalam konstitusi. Sedangkan masyarakat yang

belum mapan tidak memiliki struktur kelembagaan yang mendapat dukungan

penuh dari seluruh masyarakat. Tipe konflik politik dalam novel Wasripin dan

Satinah dapat dikategorikan sebagai tipe konflik negatif. Konflik tersebut

Page 53: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

39

mengancam eksistensi sistem sosial dan politik serta struktur masyarakat.

Apalagi pihak-pihak yang berkonflik menggunakan cara kekerasan untuk

memperjuangkan kepentingannya dan mempertahankan sistem lama. Tipe

konflik negatif juga mempunyai karakteristik dipergunakan cara-cara

kekerasan oleh pihak yang bertikai seperti kudeta, separitisme, revolusi dan

terorisme.

Pihak-pihak yang bertikai menggunakan cara-cara kekerasan. Baik

anggota partai maupun anggota masyarakat nelayan mempergunakan cara-

cara terorisme dan kekerasan untuk mewujudkan tujuannya. Partai Randu

maupun lembaga- lembaga pemerintah menekankan aspek paksaan fisik

maupun mental terhadap masyarakat nelayan yang kurang bersimpati

terhadapnya. Partai Randu yang memiliki kekuasaan dalam pemerintah dan

ditakuti banyak orang menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuan

baik secara halus maupun kekerasan.

Masing-masing partai menggunakan cara-caranya sendiri untuk

menarik simpatisan. Hal ini secara eksplisit disebutkan oleh pengarangnya.

Dalam novel ini telah disebutkan seperti pada kutipan-kutipan di atas akan

adanya kecurangan-kecurangan dan berbagai cara yang dilakukan demi

tercapainya suatu tujuan. Cara-cara ini dilaksanakan baik secara halus maupun

langsung secara kekerasan fisik. Bahkan terjadi teror dan pembunuhan. Teror

dan pembunuhan politik ini dilakukan gerombolan yang tak dikenal. Sering

sekali terjadi petrus (penembakan misterius).

Page 54: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

40

(18) LKMD-LKMD mengadakan rapat intern dan kemudian rapat gabungan. Mereka bikin resolusi supaya pihak keamanan, Polri bertanggung jawab. Resolusi itu dibawa para Kades dan Sekdes ke atas dan diteruskan sampai atas betul. Kodim sebagai tentara hanya bisa menawarkan satu pemecahan yang cespleng, yaitu menembak mereka ala petrus (penembakan misterius) yang terbukti sangat efektif di tempat lain. Memenjarakan dan memproses berdasar hukum, akan mahal biayanya, penjara tidak memuat mereka yang bejat moralnya, dan terlalu bertele-tele. Solusi itu diterima dengan perasaan senang. (hlm 120)

Diduga pembunuhan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang ingin

merusak persatuan dan kedamaian negara.

(19) Ada gerakan baru di desa-desa sepanjang pantai. Mereka menyebut diri GPL, Gerakan Pemuda Liar. (hlm 119)

Diduga kelompok ini ingin memerdekakan daerahnya sendiri. Namun

entah disengaja atau tidak, tiap orang yang terbunuh adalah orang-orang

penting dalam masyarakat. Orang ini sangat berpengaruh terhadap

kelangsungan suatu partai. Beberapa kali pula si korban adalah saksi kunci

pada suatu peristiwa atau saksi kunci terhadap kejahatan atau tindakan salah

seorang yang memiliki kedudukan penting dalam suatu pemerintahan.

Beberapa orang dan pers menilai bahwa peristiwa petrus ini adalah peristiwa

politik. Namun sekali lagi pemerintah menyangkal dan melakukan berbagai

cara untuk membungkam pers. Setelah banyak tersiar kabar tentang

kecurigaan masyarakat bahwa pelaku petrus adalah pemerintah, secara

perlahan peristiwa petrus tidak terjadi lagi

Page 55: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

41

2.3 Tujuan Konflik Politik

Secara umum tujuan konflik dapat dirumuskan sebagai mendapatkan

dan atau mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting. Menurut

Surbakti (1992: 163) tujuan konflik dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik memiliki tujuan yang sama,

yakni sama-sama berupaya mendapatkan;

2. Di satu pihak hendak mendapatkan, sedangkan di pihak lain berusaha

keras mempertahankan apa yang dimiliki.

Dalam novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo, ada beberapa

pihak yang saling bertikai untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Pihak-pihak yang bertikai di sini adalah para anggota partai Partai Randu,

Partai Langit dan Partai Kuda serta masyarakat.

Ketiga partai memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin menduduki kursi

pemerintahan dan memenangkan pemilu. Ketiganya ingin mendapatkan

kekuasaan dalam pemerintahan. Karena alasan dan tujuan yang sama, yang

satu sama lain saling berbenturan dan satu sama lain saling menghalangi,

maka terjadilah konflik yang berkepanjangan. Selain itu, dalam novel ini

diceritakan konflik terselubung yang terjadi antara anggota partai dengan

masyarakat dengan tujuan mendapatkan perhatian dan dukungan dari

masyarakat. Dikatakan terselubung karena anggota partai itu tidak melakukan

konflik secara terang-terangan. Mereka mencari dukungan masyarakat dengan

menyeleseikan kerusuhan yang terjadi dalam masyarakat, padahal kerusuhan

Page 56: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

42

demi kerusuhan yang terjadi adalah buatan anggota partai itu sendiri yang

berlomba- lomba mencari perhatian masyarakat (seperti pada kutipan 1).

Page 57: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

43

BAB III

KORELASI KONFLIK POLITIK

DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO DENGAN

KENYATAAN DALAM SEJARAH MASYARAKAT PADA PEMERINTAHAN

MASA ORDE BARU

Dalam bab ini penulis membahas kaitan antara sastra dan realitas

sosial, yaitu apa yang ada di luar karya sastra. Seperti yang telah disebutkan

pada bab pendahuluan bahwa karya sastra mencerminkan kenyataan sosial.

Maka akan dijabarkan bukti-bukti tentang peristiwa-peristiwa yang mirip,

yaitu yang ada dalam karya sastra tetapi mirip dengan apa yang terjadi pada

kenyataan. Kenyataan yang akan dibahas di sini dibatasi pada kenyataan pada

pemerintahan masa Orde Baru, sesuai dengan batasan penelitian yang

dilakukan penulis. Demikian halnya dengan novel Wasripin dan Satinah

karya Kuntowijoyo. Dalam konteks ini, penulis ingin membuktikan adanya

unsur pencerminan antara konflik politik dalam novel Wasripin dan Satinah

dengan konflik politik pada kurun sejarah masa Orde Baru. Namun demikian,

sebagai sebuah karya kreatif pencerminan tersebut bukan berarti menjiplak

realitas sejarah. Karya sastra memilih bahan yang terdapat dalam masyarakat

(termasuk realitas sejarah), mengolahnya dengan dipadu oleh imajinasi

pengarang, sehingga realitas dalam novel Wasripin dan Satinah dengan

realitas dalam sejarah masyarakat Indonesia tidak sama persis.

Page 58: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

44

Pencerminan antara novel Wasripin dan Satinah dengan kenyataan

sejarah masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru ditekankan pada konflik

politik yang terjadi pada kurun waktu sejarah tersebut. Pencerminan ini bukan

berarti sama persis, akan tetapi hanya pada beberapa bagian dari sejarah

tersebut mempunyai kesamaan dengan konflik politik yang tercermin dalam

novel Wasripin dan Satinah. Pencerminan tersebut menyangkut periode

sejarah, dan kondisi politik yang mengakibatkan timbulnya konflik, kekuatan-

kekuatan yang terlibat dalam konflik, serta konflik dan perubahan sosial-

politik.

3.1 Novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo dan Realitas

Pemerintahan Masa Orde Baru

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa novel Wasripin

dan Satinah memiliki unsur pencerminan dari pemerintahan masa Orde Baru,

maka di sini akan disebutkan dan dijelaskan di mana letak pencerminan

tersebut dengan mengungkapkan letak pencerminan dengan mengemukakan

bukti-bukti dan fakta yang menyangkut pencerminan dari novel karya

Kuntowijoyo ini yang diambil dari kepustakaan.

Dalam kutipan 10 dan 11 diceritakan, Wasripin adalah orang yang

telah mengambil hati banyak orang. Dia adalah pemuda yang baik, polos,

lugu, suka membantu dan memiliki banyak kelebihan yang dia sendiri tidak

sadari. Dia bisa menyembuhkan orang dan meramal, apa pun yang dia katakan

Page 59: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

45

akan terjadi. Karena kehebatannya itulah dia disukai banyak orang. Melihat

dan mendengar tentang kelebihan Wasripin, tentu banyak partai tidak mau

melewatkan kesempatan ini. Mereka berlomba- lomba menarik Wasripin

untuk menjadi anggotanya. Jika Wasripin mau masuk ke dalam anggota salah

satu partai, tentu para pengikut dan penggemar Wasripin akan turut masuk ke

dalam partai itu juga. Partai yang paling banyak memiliki pengikut tentu saja

dialah yang akan memenangkan pemilu.

Hal yang serupa juga sering terjadi dalam pemilu. Hal ini dianggap

sudah biasa. Pada masa pemilu biasanya partai-partai berusaha mencari

simpati rakyat dengan menarik orang-orang yang sekiranya berpengaruh di

hati rakyat. Baik dari kalangan anggota TNI, artis, budayawan maupun orang-

orang awam yang memiliki kelebihan dan memiliki tempat di hati rakyat.

(20) Camat membentuk Panitia Seleksi Cakades. Seleksi ideologis, pengetahuan administratif, dan pengetahuan lingkungan sosio-kultural desa. Pengumuman calon diadakan dua minggu sebelaum hari H untuk menghindari kampanye terselubung dan obral uang (kemudian disebut money politics). Perhitungannya demikian: seminggu untuk kampanye dan seminggu minggu tenang. Namun beberapa calon sudah mencuri start dengan keyakinan aka lulus seleksi. Mereka membentuk kader; kampanye door-to-door, mengadakan rapat diam-diam, dan menjanjikan ini- itu (termasuk memberi uang bagi pemilihnya). Dari sebelas calon yang lulus (diluluskan) seleksi ada tiga orang, Babinsa (Bintara Pembina Desa), Sekdes, dan Kaur Keamanan. Jadi banyak calon-calon yang kecewa. (“Tiga cukup. Biar tidak bertele-tele,” kata Camat). Kampanye pun dimulai. Meskipun tinggal di pantai, mereka masih malu-malu: tak ada pidato-pidatoan (“Pilih aku!”), rapat-rapat umum (“Pembangunan desa jadi prioritas!”), dan janji-

Page 60: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

46

janji terbuka (“Listrik msuk desa!”). Hanya saja kampanye terselubung sudah direncanakan sebelumnya oleh ketiga kontestan berupa: ziarah politik, tahlilan politik, doa politik, istighotsah politik, wayangan politik, ruwat politik. Desa menjadi ramai seperti pasar malam dalam minggu itu. Para PKL (Pedagang Kaki Lima) ikut sibuk. Mereka akan pindah dari tempat ke tempat lain, sedikitnya tiga putaran siang-malam. (hlm 29)

(21) Partai Randu ulang tahun. Partai-partai lain, Partai Kuda dan Partai Langit, meramalkan bahwa kesempatan itu akan digunakan untuk mencuri start alias kampanye terselubung. Mereka gembar-gembor lewat media massa. Koran-koran juga bilang begitu. Tapi, menteri Penerangan dalam sebuah wawancara di TVRI menyatakan bahwa pemerintah akan menindak tegas siapa saja yang mencuri start. Mekanismenya adalah soal perizinan. Semua pihak yang akan mengumpulkan lebih dari lima puluh orang di tempat umum wajib minta izin dengan menunjukkan jadwal acara. Atau, kalau itu berupa pertunjukan (teater, ketoprak, nyanyi, film) harus menunjukkan naskah, alur cerita, izin sensor, atau teksnya. Pendek kata, pemerintah tidak mau kecolongan siapa pun. (hlm171)

(22) Namun, seperti kata pepatah, “sepandai-pandai tupai melompat sekali akan gagal juga”. Satgas Partai Randu yang bertugas menjaga kelancaran pertunjukan menemukan selebaran-selebaran yang mendeskreditkan partai. Misalnya, “Partai Randu Sarang Korupsi”, “Partai Randu Melindungi Maling Kakap”, “Maling Teriak Maling”, dan “Partai Randu Anti Pembangunan”. Ketika Ketua Partai melihat selebaran itu rasanya dada mau meledak. Tapi dasar sedang pentas kesenian dia harus bisa menunjukkan muka cerah dan bibir tersenyum (hlm172)

Sudah sama-sama kita saksikan juga, dalam pemilu, selama puluhan

tahun telah menggunakan Golkar (PDI, juga PPP, dan kelompok-kelompok

politik lainnya) untuk menyelenggarakan, secara berturut-turut, pemilihan

umum yang palsu dan tidak sah, dan menjadikan parlemen hanya sebagai

Page 61: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

47

barang hiasan yang buruk (Said, 2000). Masyarakat hanya dijadikan saksi

terus menerus terhadap kemenangan Golkar dari pemilu ke pemilu.

Perjalanan Pemilu 1997 sendiri diwarnai berbagai konflik dan

kerusuhan antarpendukung partai politik di beberapa daerah. Pada 22-24

maret 1997 misalnya, di Kota Pekalongan terjadi kerusuhan akibat amukan

masyarakat dan simpatisan PPP yang merasa diperlakukan tidak adil oleh

aparat, ketimbang Golkar (Ecip, 1998:23). Selama pelaksanaan kampanye

1997, kekerasan politik dan politik kekerasan tetap berlangsung. Hingga 13

Mei 1997 atau 16 hari sejak kampanye dimulai pada tanggal 27 April 1997,

korban tewas mencapai 49 orang dengan ratusan orang luka (Zon, 2004:16).

(23) Partai Randu minoritas, tapi kuat karena didukung oleh aparat, pegawai negeri, dan sebagian juragan. (hlm 155)

Dalam masa Orde Baru, Partai Randu identik dengan Golkar.

Meskipun sebenarnya pendukung Golkar dalam masyarakat kecil, tapi mau

tidak mau Partai Golkar sangatlah kuat. Dia didukung oleh seluruh anggota

militer dan pegawai negeri atau KORPRI yang sudah diwajibkan untuk

menjadi anggota Partai Golkar. Selain itu anggota Golkar yang turut

membesarkan Golkar adalah anggota keluarga si pemimpin partai kuning ini,

yang merupakan pengendali usaha-usaha besar di Indonesia yang sudah

merambah ke luar negeri sehingga kekayaan negara akan tetap berkutat pada

anggota keluarga.

Page 62: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

48

(24) “O, ya. Kami sedang sibuk. Ada penduduk mau bedhol desa bertransmigrasi. Saya harus datang dan memberi pengarahan. Ada jembatan selesai dibangun. Saya harus meresmikan. Ada Jambore Nasional Pramuka. Saya harus menyertai para gubernur, menteri dan wakil presiden. Ada…”

Ketua partai jengkel. Ia ingin Bupati paham betul bahwa Partai Randu adalah Partai pemerintah yang sanggup menentukan siapa duduk di mana.

“Katanya Bapak ingin jadi wakil gubernur?” Bupati paham betul arti ancaman itu lalu merendah.

“Ya jangan begitu to Pak. Ini betul-betul kok. Coba Pak. Apa yang tidak saya kerjakan untuk partai? Suruh bikin edaran ke camat-camat, ke instansi yang ada, dan ke perusahaan-perusahaan sudah saya kerjakan. Sering, tanpa tedeng aling-aling di depan publik saya berkampanye untuk partai.” (hlm 174)

Partai Randu seperti halnya Golkar adalah partai yang sekali lagi

memiliki kuasa yang besar. Dia mampu melakukan apapun bahkan kolusi dan

nepotisme yang merajalela. Partai ini memiliki kuasa mengangkat siapa pun

di mana pun menjadi apa pun. Tidak heran jika orang yang dekat dengan

penguasa partai ini akan mampu menduduki jabatan yang tinggi meski dia

tidak memiliki massa sekalipun. Meski dia tidak dipilih oleh masyarakat, tapi

dengan kedekatannya dengan penguasa seolah-olah tongkat estafet itu telah

digenggamnya sehingga dia mampu menduduki kursi apapun sesuai

harapannya.

(25) Seorang nelayan maju membacakan teks Kebulatan Tekad yang sudah dipersiapkan oleh seorang nelayan yang aktif di HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia).

Page 63: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

49

“Satu. Mendukung Pancasila dan UUD ’45.” “Gombal!” ujar Danramil pelan-pelan. “Dua. Mendukung Presiden Sadarto.” “Tahi kucing!” Danramil.

“Tiga. Menyatakan pilkades terlaksana secara demokratis.”

“Bohong!” Danramil. “Empat. Mendesak Kades baru segera dilantik.” “Intimidasi!” Danramil. (hlm 86)

Partai diwajibkan memakai Pancasila sebagai dasar, sekalipun tetap

berpedoman pada ideologi masing-masing. Partai mulai diarahkan untuk

mendukung sistem politik yang sedang dikembangkan. Presiden secara

intensif memanfaatkan peran mobilisasi partai politik terhadap masyarakat.

Dalam rangka keperluan presiden, partai diminta pandangan dan

dukungannya. Pembuatan keputusan yang melibatkan partai berlangsung di

bawah arahan presiden. Semuanya itu dilaksanakan untuk menegakkan

kepemimpinan pemerintah di bawah presiden dalam rangka melaksanakan

revolusi secara efektif. Orde Baru mempertajam format kepartaian tersebut

dengan alasan demi menegakkan stabilitas politik sebagai prakondisi bagi

pembangunan nasional (Pabotingi 1995:42).

Dalam masa Orde Baru (Orba), Soeharto dan Orba menjadi kekuatan

yang mirip kitab suci. Segala keputusannya harus ditaati. Siapa pun atau

kelompok mana pun yang mencoba melawan dianggap menentang Pancasila

dan UUD 1945. Soeharto telah menjelma menjadi Pancasila itu sendiri.

Soeharto adalah Pancasila dan Pancasila adalah Soeharto. Jadi, telah terjadi

Page 64: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

50

personifikasi antara Pancasila dan Soeharto. Soeharto setara dengan Pancasila

itu sendiri (Adam 2006:81-82). Dengan demikian, kekuasaan Soeharto dan

Orba kian kokoh dan tak ada yang menandingi.

(26) Maka dalam sebuah upacara yang diramaikan dengan selawatan mereka melantik Modin sebagai Kepala Rakyat alias Karak. Pembawa acara mengatakan bahwa yang melantik rakyat, jadi rakyatlah yang bertanggung jawab. Kalau ada apa-apa, rakyatlah yang akan maju.

Segera camat tahu bahwa ada Karak. Urusan itu dibawanya ke rapat Muspika. Danramil bersungut-sungut, “Rakyat? Rakyat? Lha kok rakyat?” Ia mondar-mandir, “Mungkin dia PKI malam di sana!”

“Aku tahu sekarang! Dia dulu ikut pemberontakan Tiga Daerah!” (Peristiwa Tiga Daerah di Brebes, Tegal, dan Pekalongan adalah pembangkangan pada Pemerintah Pusat, dekat setelah kemerdekaan).

“Itu tak mungkin. Dia ikut Hizbullah.” “O, bagaimana kalian ini. Dulu dia pasti mempraktekkan KKM, Kerja di Kubu Musuh.”

“Itu istilah baru, Pak.” (hlm 87)

PKI begitu dipandang sebelah mata. Makin jelaslah bagi banyak

orang, sekarang ini, bahwa rezim Orde Baru memang dengan sengaja telah

memelintir sejarah dan menyebarkan kebohongan selama puluhan tahun, demi

tegaknya kekuasaan Suharto (beserta pendukung-pendukung setianya). Kita

juga merasakan sendiri, atau menyaksikan, bahwa dengan cara-cara inilah

rezim Orde Baru telah menyebarkan terus-menerus rasa permusuhan di antara

berbagai komponen bangsa. Melalui kampanye bohong tentang “bahaya laten

PKI”, puluhan juta orang telah terus-menerus diintimidasi dan dipersekusi

Page 65: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

51

dalam jangka lama, untuk mematahkan atau melumpuhkan semua kekuatan

demokratis yang kritis terhadap Orde Baru. Dengan kebohongan sejarah yang

dijadikan bahan indoktrinasi yang ampuh, rezim Orde Baru telah melakukan

kekerasan negara dan pelanggaran Hak Asasi Manusia secara besar-besaran

dan dalam jangka lama. Karenanya, kebohongan sejarah adalah juga salah

satu di antara begitu banyak dosa berat rezim Soeharto (Said, 2000).

Menurut versi Orde Baru, dikatakan bahwa PKI adalah politik partai

atheis yang menjadi dalang utama di balik plot untuk membunuh para

pemimpin Angkatan Darat Repiblik Indonesia pada 1 Oktober 1965.

Pembuatan serta kewajiban menonton film “Pengkhianatan G30S/PKI” adalah

contoh konkret bagaimana Orde Baru ingin mendesak versinya tentang

sejarah Indonesia kepada masyarakat. Karena pembunuhan para jenderal itu

dipandang sebagai “kudeta” untuk mengganti pemerintahan yang sah, maka

PKI dinyatakan bersalah dan sudah selayaknya jika semaksimal mungkin

anggota dari partai tersebut dibunuh di luar hukum dan di luar prinsip-prinsip

kemanusiaan yang berlaku. Pembantaian terhadap setengah juta lebih orang

yang dianggap PKI adalah sah adanya. Begitu pula pemenjaraan serta

penindasan terhadap jutaan orang lainnya setelah itu. Tak dihitung terjadinya

berbagai bentuk pelanggaran hak-hak manusia yang paling asasi secara

massal. Baik itu pembunuhan, pemenjaraan, dan lain- lain yang bentuknya

tindak kekerasan. Menariknya, berkat beredarnya versi resmi mengenai apa

yang terjadi pada era 1965-1966 itu banyak warga percaya bahwa

Page 66: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

52

pembunuhan massal dan berbagai bentuk pelanggaran hak-hak sipil atas

mereka yang dituduh sebagai komunis adalah sah-sah saja, bahkan “sudah

selayaknya” (Adam, 2006:28). Kelompok militer justru malah dihormati

sebagai kelompok istimewa dalam mempertahankan kelangsungan hidup

bangsa. Bagi masyarakat timbul anggapan yang kalah pasti salah, dan yang

menang pasti benar. PKI itu kalah maka dia salah, sedangkan militer menang

maka dia benar (Mulder, 2004:77). Perlawanan nasional tak terdengar ketika

pada tahun yang sama Orde Baru memenjarakan ribuan orang di Pulau Buru

tanpa proses pengadilan (Huskens, 2003:92). Bahkan ketika tahun 1979 para

tawanan Pulau Buru ini dibebaskan, pemerintah Orde Baru masih terus

menghukum mereka. Pembubuhan kode “ET” (eks-Tapol) pada KTP milik

para bekas tahanan politik itu adalah contoh tindak pelanggaran HAM berikut

juga dengungan akan istilah “bahaya laten PKI”, berguna untuk menakut-

nakuti dan mengontrol masyarakat. Bahkan Orde Baru telah

mengkampanyekan slogan “bersih lingkungan” dengan maksud

membersihkan instansi- instansi negeri maupun swasta dari orang-orang yang

diduga pernah memiliki kaitan dengan PKI (Adam 2006:29).

(27) “Intel- intel kami sedang mencari biang keroknya. Modin itu hanya boneka, “ kata Danramil.

“Ah jangan cepat menuduh, lho Pak. Di sekolah kepolisian selalu ditekankan ‘asas praduga tak bersalah’,” kata Kapolsek.

“Apa kalau TNI asasnya ‘tembak dulu urusan belakang’?” (hlm 88)

Page 67: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

53

Sekarang ini, mereka yang mau merenungkan secara dalam-dalam,

tidaklah bisa mengingkari bahwa Orde Baru telah melakukan berbagai

kejahatan negara dan kekerasan negara terhadap banyak komponen bangsa.

Rezim ini telah membunuh kehidupan demokrasi dalam jangka puluhan

tahun. Kekuasaan politik yang dipegang oleh Soeharto, dengan mendapat

dukungan sepenuhnya dari para pimpinan militer (terutama dari TNI-AD),

telah menjadikan negara sebagai jaring-jaringan mafia, yang dengan semena-

mena telah menyalahgunakan kekuasaan secara besar-besaran.

(28) “Begini. Pak Modin dipersilakan pulang.” Sambil memberikan sejumlah uang, “Maaf, ada kesalahan prosedur pada kami. Bapak, ini uang transportnya, ini uang akomodasinya, ini uang konsultasinya.”

Pak Modin menerima uang itu, menghitung, dan uang transport masuk sakunya. (hlm 91)

(29) Aparat desa keberatan dengan pengeluaran uang pajak itu, tapi tidak digubrisnya. Ketika petugas pajak menyatakan bahwa desa itu menunggak setoran pajak tidak digubrisnya juga. Ia tenang-tenang saja, karena ia membawa misi Partai Randu. Baru ketika sebuah koran daerah mengabarkan bahwa Camat sebagai care taker Kades perkampungan nelayan menilep uang pajak, ia pergi minta uang ke Kantor Partai Randu untuk membayar.

Di kantor Partai Randu ia berdebat dengan bendahara. “Saya disuruh menyukseskan pemilu yang akan datang

dengan segala cara. Itulah cara saya.” “Tapi jangan sampai masuk koran. Itu memalukan

partai. Semua orang tahu bahwa engkau fungsionaris partai.” “Jangan salahkan saya, salahkan koran.” (hlm 93)

Page 68: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

54

Dengan mengangkangi kekuasaan politik yang busuk inilah maka

KKN merajalela, dan korupsi menjadi “budaya bangsa” seperti yang masih

terus juga kita saksikan sampai dewasa ini di seluruh tanah air. Nyatalah

sudah dengan gamblang, bahwa kejahatan rezim militer Soeharto dan kawan-

kawan yang amat serius adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia, yang telah

dilakukan selama puluhan tahun dan secara besar-besaran dan sistematis.

Diktatur militer ini pulalah yang telah berhasil, selama puluhan tahun, telah

mengintimidasi para intelektual, merekayasa politik, “membeli” sejumlah

ulama, kyai, atau pendeta, serta membungkam pers.

(30) Rupanya emprit abuntut bedhug (perkara kecil menjadi besar). Presiden sendiri membawa kritik pers dan kampus pada Surat Sakti itu ke Sidang Kabinet. Karena menggugat Surat Sakti berarti menggugat Presiden, sehingga dia merasa digoyang-goyang. Padahal, selama ini tak seorang pun berani menggugat. Kalau yang menggugat perorangan, semua life line-nya akan diputus. Kalau lembaga, akan dinyatakan terlarang. Dan orang-orangnya akan tersangkut ekstrem kanan atau ekstrem kiri. Semua anggota kabinet tahu bahwa dia marah besar; meskipun dari luar nampak senyumnya selalu hadir: Lembut dalam penampilan tapi keras dalam perbuatan, kira-kira begitu semboyannya. Pada kesempatan itu dinyatakan bahwa negara dalam bahaya, dan ia memerintahkan menteri-menterinya untuk tidak ragu-ragu bertindak tegas. Maka, beberapa hari kemudian Menteri Penerangan melarang surat kabar-surat kabar mengecam Surat Sakti, tidak melalui telepon tetapi melalui Keputusan Menteri. Ancamannya adalah pencabutan surat izin terbit. Menteri Perguruan Tinggi berbuat serupa, mengancam akan membubarkan sebuah perguruan tinggi yang mengecam Surat Sakti. (hlm 150)

(31) Pers dan kampus tidak kurang akal. Mengecam terang-terangan dilarang, mereka lalu memuji terang-terangan.

Page 69: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

55

Seminar bertema, “Surat Sakti, Hak Prerogatif”; “Sesuai UUD ’45: Surat Sakti, Membubarkan Parlemen, Memberi Grasi”; dan “Surat Sakti versus Mafia Pengadilan”. Mereka sudah betul-betul berhenti menghujat, sebaliknya malah memuji-muji. Tetapi, orang tahu bahwa mengecam menimbulkan kebencian, memuji menimbulkan sinisme masyarakat. Mendapat laporan tentang maraknya puji-pujian pers dan kampus serta sinisme masyarakat, Menteri Penerangan dan Menteri Perguruan Tinggi hanya bisa pusing kepala. Ternyata jadi pesuruh itu sulit, meskipun pesuruh itu bernama menteri, “Salah lagi!” (hlm 151)

Pada masa Orde Baru kegiatan demonstrasi sangat dilarang, apalagi

kegiatan demons trasi yang mengecam pemerintahan atau menyinggung para

anggota pemerintahan. Tidak jarang mereka yang berani melawan langsung

ditangkap, atau tiba-tiba dinyatakan hilang dan bukan tidak mungkin dia

dilenyapkan. Seringkali TNI dijadikan mafia. Hal serupa seringkali terdengar.

Namun masyarakat luas tahu dan sudah menjadi rahasia umum mengenai tata

cara kekuasaan berlebihan ini.

Akhirnya pada tahun 1998, terjadi pemberontakan besar-besaran dari

mahasiswa UGM dan diteruskan oleh mahasiswa Sanata Dharma Yogyakarta

dan diakhiri dengan peristiwa berdarah yang menewaskan mahasiswa Trisakti

untuk mengusut dan berusaha memperbaiki pemerintahan Indonesia yang

sudah terlanjur bobrok. Pemerintah sendiri sudah berusaha dan melakukan

berbagai cara untuk menutupi dan mencari cara agar dapat lari dari serbuan

hujatan ataupun kecaman dan kritik dari masyarakat. Karena kata-kata hujatan

terhadap pemerintah yang mencolok dilarang, maka para mahasiswa

Page 70: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

56

menggunakan kata-kata manis yang menyindir para pemerintah. Namun justru

cara cerdas ini dapat memicu kebencian masyarakat dan membangun

kesadaran masyarakat untuk turut memperbaiki pemerintahan. Hanya saja,

tidak sedikit pula masyarakat yang dihantui rasa takut akan kekuasaan Orde

Baru yang sudah dikenal sangat kejam (Zon, 2004:57-58).

(32) Tidak disangka-sangka kayu di teluk terbakar. Suatu malam ketika perahu-perahu nelayan sedang istirahat, dan orang-orang muda tiduran di surau mereka mendengar seseorang berteriak, “Api! Api!” Mereka bengun, membawa ember-ember air, menuju tumpukan kayu di teluk. Kayu-kayu itu tidak pernah menjadi perhatian mereka lagi. Juga perahu- perahu yang menjemput kayu itu dari sebuah kapal yang berlabuh di lepas pantai, truk-truk yang mengangkut kayu. “Api!” “Api!” Orang di seluruh perkampungan terbangun, membawa ember-ember untuk memadamkan api.

Lagi ramai-ramainya bekerja, mereka dikejutkan oleh datangnya sebuah truk yang penumpangnya membawa bedil. Melalui sebuah mikrofon mereka mendengar orang berteriak, “Jangan dipadamkan!”

“Biarkan! Biarkan!” Mereka terus bekerja. Tiba-tiba terdengar tembakan senjata api. “hentikan air itu, Saudara-saudara!” ketika satu-dua orang masih juga mengambil air laut dengan ember, terdengar letusan lagi. “Mundur!” Dengan terbengong-bengong tidak mengerti mereka hanya bisa menonton kayu bertumpuk-tumpuk terbakar. Jadilah orang-orang desa datang mengelilingi teluk, menonton pertunjukan terbakarnya kayu itu. Ai berkobar-kobar. Truk dengan orang-orang bersenjata itu pergi. Tak lama kemudian sebuah jip, sebuah truk, dan sebuah tangki dengan kabel besar, datang. Dengan penerangan api yang menjilat-jilat orang- orang-orang desa dengan jelas melihat mereka berseragam. Mereka polisi, tentara, dan pemadam kebakaran. Bersenjata bedil. “Tolong, Bapak-bapak minggir. Api itu akan dipadamkan,” kata seorang lewat mikrofon. Orang-orang tidak bergerak. Corong mikrofon berbunyi lagi,”Tolong, Bapak-bapak.” Orang-orang

Page 71: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

57

menyingkir memberi tempat penyedot dan penyemprot air. Sementara itu tangki mendekati kayu-kayu terbakar. Air disedot, air disemprotkan. Tidak lama kemudian api padam. “Terima kasih, Bapak-bapak,”kata pengeras suara, lalu mereka pergi. Teluk itu jadi gelap, dan orang-orang kembali tidur. Keesokan harinya Kepala Dusun perkampungan nelayan mengajak nelayan yang tak melaut ke kelurahan untuk mendengarkan keterangan resmi tentang peristiwa tentang terbakarnya kayu. “Bapak-bapak. Kayu-kayu itu adalah kayu ilegal. Nah, kebakaran itu disengaja oleh sindikat kayu ilegal yang lain. Persaingan usaha.”

“Tanya, pak.” “Ya?” “Bedil mereka dari mana?” “Itu sedang dalam penyelidikan.” “Kok rambut mereka pendek-pendek?” “Itu juga sedang di selidiki.” “Ilegal kok sudah berapa bulan dibiarkan?” “Itu sedang dalam penyelidikan.” “Aparat terlibat?”

“Itu dalam penyelidikan.” “Pemiliknya siapa, Pak?” “Itu dalam penyelidikan.” “Ketika TPI dibakar, yang mengganti kok Ketua Partai

Randu?” Secara bersama-sama orang menyahut “Itu dalam

penyelidikan.” Berkali-kali. Ruang pertemuan gaduh. “Ini penerangan atau penggelapan?” “Gombal!” “Pembodohan!” Juru penerang dan perangkat desa diam-diam

menyelinap keluar,meninggalkan kantor. Ada kejadian yang sama di tempat lain. Kayu-kayu dibakar, rakyat berusaha memadamkan , orang-orang bersenjata pergi, polisi datang dengan mobil pemadam kebakaran. Ketika berita itu sampai ke perkampungan nelayan mereka sudah tak peduli lagi.”Itu bukan urusan kami,”kata mereka. (hlm 177-179)

Kutipan 1 dan 32 menceritakan bahwa ada pihak militer yang turut

campur dalam mengurusi masyarakat. Pada masa Orde Baru, masalah

Page 72: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

58

dwifungsi ABRI selalu digembar-gemborkan oleh masyarakat. ABRI sudah

tidak lagi menjalankan dominasi di bidang militer saja. Dalam keadaan

tertentu, tentara mungkin dominan tetapi dalam keadaan lain, mereka tidak

semestinya dominan. Intinya dwifungsi ABRI merujuk pada rasa tanggung

jawab anggota ABRI. Mereka bukanlah perwira militer-profesional yang

merupakan alat mati dan cuma melaksanakan apa kemauan pemerintah, tetapi

sebaliknya mereka merasa bertanggung jawab atas nasib bangsa dan negara.

Dengan demikian mereka bersedia melakukan intervensi dalam politik

sekiranya memang perlu demi kepentingan hari depan negaranya (Pabotingi,

1995:100).

Menurut Pabottingi (1995:184), sejauh ini pelaksanaan dwifungsi

ABRI lebih bersifat struktural. Dapat dikatakan bahwa dwifungsi ABRI

selama ini bersifat “kuantitatif”. Artinya, hadirnya ABRI sebagai kekuatan

politik dalam Orde Baru ditandai oleh duduknya anggota ABRI dalam

berbagai jabatan dalam pemerintahan, baik di pusat maupun daerah.

Kecenderungan ini dikuatirkan akan bermuara kepada:

1. Dominasi ABRI dalam politik.

2. Kecurigaan dari pihak sipil.

3. Berlanjutnya ketidaksiapan sipil untuk menjalankan pemerintahan

secara mandiri.

Masalahnya apakah corak intervensi yang mereka lakukan terhadap

masyarakat sudah dianggap tepat. Selama pemerintahan Orde Baru sejak

Page 73: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

59

proklamasi kemerdekaan, sudah tentu masyarakat Indonesia mengalami

banyak perubahan sehingga keadaan politik juga berubah. Corak pelaksanaan

dwifungsi yang dulu dianggap tepat belum tentu pada masa sekarang

dianggap tepat. Adalah benar bahwa salah satu aktor politik penting dalam

Orde Baru adalah ABRI, yang mengembangkan doktrin dwifungsi ABRI.

Banyak anggota-anggota militer yang duduk dalam kursi-kursi di

pemerintahan, baik itu anggota DPR, MPR, maupun gubernur. Peran

struktural ABRI dalam pemerintahan terlalu besar, maka tidak mustahil kalau

dalam keadaan tertentu mereka akan menyalahgunakan kedudukan dan

kekuasaannya, sehingga mencemarkan nama baik mereka sendiri dalam

mayarakat. Seiring dengan kemajuan jaman, tentu pemikiran masyarakat juga

akan bertambah kritis terhadap penyalahgunaan kekuasaan. Terkadang ABRI

malah melakukan kekerasan secara brutal terhadap masyarakat dengan alasan

untuk mengendalikan massa dan sebagainya. Misal pada peristiwa Poso dan

sebagainya. Bahkan masyarakat akan kritis terhadap korupsi yang dilakukan

oleh anggota ABRI yang duduk dalam pemerintahan.

Kemiripan peristiwa juga terjadi seperti pada kutipan 18 dan 19.

Dalam novel diceritakan bagaimana GPL kemudian berusaha dimusnahkan

oleh pemerintah dengan gerakan ala petrus (penembakan misterius). Korban

atau orang-orang yang dianggap menggangu ketentraman rakyat maupun

pemerintah langsung dibunuh tanpa melalui proses hukum. Mereka dibunuh

seolah-olah menjadi korban pembunuhan oleh penjahat. Masyarakat tidak

Page 74: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

60

mengetahui kenapa banyak korban yang dibunuh di sembarang tempat.

Mereka bagaikan sampah yang bisa ditemukan di manapun. Lalu kecurigaan

muncul di masyarakat, ternyata orang-orang yang ditemukan adalah orang-

orang yang berpengaruh dalam pemerintahan atau saksi kunci suatu peristiwa.

Bahkan setelah pembunuhnya tertangkap tapi dengan mudahnya langsung

dilepaskan.

(33) Kepala Polisi diundang Dewan Perwakilan untuk dengar pendapat. “Pembunuhnya sudah tertangkap. Mengapa dilepaskan?” “Polisi memakai asas ‘Praduga Tak Bersalah’.” (hlm 129)

Hampir mirip dengan peristiwa terbentuknya GPL dalam novel

Wasripin dan Satinah, dulu pada masa Orde Baru, guna menyukseskan

partainya, yakni Golkar, dalam Pemilu tahun 1982, pemerintah tak segan-

segan menggunakan preman atau “gali” (gabungan anak-anak liar) dalam

kampanye. Orang-orang yang kebanyakan terdiri dari kaum muda ini biasanya

dibawa naik truk dalam pawai-pawai kampanye guna memberi kesan bahwa

partai pemerintah itu mendapat dukungan luas dari masyarakat. Berkat

kampanye yang didukung para preman itu memang akhirnya Golkar menang

mutlak dalam pemilu tersebut. Celakanya, seusai pemilu para preman menjadi

merasa berhak untuk mendapatkan “imbalan”, yakni dengan cara semakin

berani memeras rakyat. Masyarakat pun mengeluh atas makin meluas dan

Page 75: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

61

seriusnya gangguan keamanan yang ditimbulkan para penjahat ini (Adam

2006:33).

Atas keluhan demikian pemerintahan Soeharto memberi jawaban

dengan menghabisi para preman itu, yakni dengan membunuh mereka secara

rahasia serta di luar jalur hukum. Tiba-tiba saja mayat orang-orang yang

dicurigai sebagai preman pengganggu keamanan itu bergelimpangan tak

bernyawa di tempat-tempat umum dalam kondisi mengenaskan. Tentang

operasi militer yang disebut sebagai “pembunuhan misterius” ini LBH Jakarta

melaporkan bahwa sampai tahun 1984 diketemukan setidaknya 5000 orang

yang telah menjadi korban (Huskens, 2003:89). Tentu saja tindakan

pembunuhan ini dilakukan tanpa melalui proses sidang. Sementara itu

meskipun bersifat “misterius”, semua orang tahu bahwa pelakunya adalah

aparat resmi negara. Dalam buku semi-otobiografi yang terbit pada 1989,

dengan judul Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya: Otobiografi Seperti

Dipaparkan Kepada G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. (Huskens, 2003:99),

Soeharto mengakui bahwa dialah yang menjadi inisiator pembunuhan

misterius itu.

3.2 Aspek Simbolis dalam Novel Wasripin dan Satinah

Manusia yang hidup di dunia ini memiliki tugas dan kepentingannya

masing-masing yang berkaitan dengan hidup diri pribadi, masyarakat dan

lingkungannya. Untuk menjalankan tugas-tugas kemanusiaan, manusia punya

Page 76: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

62

satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa

yang ingin diungkapkan. Mereka menggunakan bahasa untuk berkomunikasi,

menyampaikan pesan, pikiran, dan perasaannya. Namun terkadang dalam

penyampaian dan penerimaan suatu pesan atau pikiran kepada orang lain

belum tentu hasilnya sesuai yang diharapkan si pengirim pesan. Oleh karena

itu bahasa dapat membuatnya terasa nyata dan terungkap. Penyampaian

bahasa di sini tentu saja tidak hanya mengucapkan suatu kata atau kalimat

kepada orang lain. Sekadar berbahasa saja tidak dapat mewakili ungkapan si

penutur. Bahasa ini juga diliputi dengan mimik, gerak, bahasa tubuh dan

sebagainya yang membuat bahasa menjadi lebih hidup sehingga si pengirim

dan penerima pesan dapat mengekspresikan perasaan hatinya.

Manusia adalah makhluk sosial yang diliputi aturan-aturan dan

masalah kompleks yang ada dalam masyarakat, karena mau tidak mau dia

pasti berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain dalam menjalankan

kehidupannya di masyarakat. Berkaitan dengan hal ini, dapat dikatakan bahwa

syarat terjadinya proses komunikasi harus terdapat dua pelaku, yakni pengirim

dan penerima pesan, sehingga yang perlu ditekankan selanjutnya adalah

bagaimana cara kita menyampaikan pesan agar dapat berjalan secara efektif..

Dalam hal ini, Badudu (dalam Fathony, 2006), mengemukakan ada beberapa

faktor yang harus diperhatikan, yaitu: a). orang yang berbicara; b). orang yang

diajak bicara; c). situasi pembicaraan apakah formal atau non-formal; dan d).

masalah yang dibicarakan (topik).

Page 77: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

63

Terkadang ada alasan tertentu seseorang tidak mengungkapkan atau

menyampaikan pesan secara terbuka. Baik itu untuk menjaga perasaan si

penerima pesan atau pun agar ucapan atau kata-kata yang dikeluarkan tidak

menyinggung perasaan atau sekadar memenuhi norma kesopanan semata.

Kini manusia telah sepakat bersama, dalam kesalingbergantungannya selama

berabad-abad, untuk menjadikan berbagai suara yang mereka ciptakan dengan

paru-paru, tenggorokan, lidah, gigi, dan bibir, secara sistematis mewakili

peristiwa-peristiwa dalam sistem-sistem saraf mereka, sehingga bahasa

disebut sebagai sistem kesepakatan-kesepakatan. Di antara semua bentuk

simbol, bahasa merupakan simbol yang paling rumit, halus dan berkembang.

Simbol-simbol dalam berbahasa sering digunakan agar si penutur dapat

menyampaikan isi hati dan pikirannya tanpa harus khawatir ada orang lain

yang tersinggung, atau dapat digunakan untuk sengaja menyindir seseorang.

Secara ontologis hakikat keberadaan bahasa tidak dapat dipisahkan

dengan kehidupan manusia. Hakikat makna bahasa dan keberadaan bahasa

senantiasa memproyeksikan kehidupan manusia yang sifatnya tidak terbatas

dan kompleks. Dalam konteks proyeksi kehidupan manusia, bahasa senantiasa

digunakan secara khas dan memiliki suatu aturan permainan tersendiri

Bahasa merupakan suatu sistem yang terdiri dari lambang- lambang,

kata-kata, dan kalimat-kalimat yang disusun menurut aturan tertentu dan

digunakan sekelompok orang untuk berkomunikasi. Dalam tulisannya, Mudjia

Rahardjo (dalam Fathony, 2006) mengatakan: "Di mana ada manusia, di sana

Page 78: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

64

ada bahasa". Keduanya tidak dapat dipisahkan. Bahasa tumbuh dan

berkembang karena manusia. Manusia berkembang juga karena bahasa.

Keduanya menyatu dalam segala aktivitas kehidupan. Hubungan manusia dan

bahasa merupakan dua hal yang tidak dapat dinafikan salah satunya. Bahasa

pula yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain.

Dilihat dari segi fungsinya, bahasa memiliki dua fungsi yaitu, pertama,

sebagai alat untuk menyatakan ide, pikiran, gagasan atau perasaan, dan kedua,

sebagai alat untuk melakukan komunikasi dalam berinteraksi dengan orang

lain (Fathony, 2006). Berdasar dua fungsi tersebut, adalah sesuatu yang

mustahil dilakukan jika manusia dalam berinteraksi dan berkomunikasi tanpa

melibatkan peranan bahasa. Komunikasi pada hakekatnya merupakan proses

penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima. Hubungan komunikasi

dan interaksi antara si pengirim dan si penerima, dibangun berdasarkan

penyusunan kode atau simbol bahasa oleh pengirim dan pembongkaran ide

atau simbol bahasa oleh penerima.

Dalam dunia sastra, hal ini seringkali terjadi. Dalam penulisan, sering

terdapat simbol-simbol dalam pemakaian nama agar tidak terkesan menyindir.

Padahal seringkali memang tulisan itu ditulis untuk menyindir suatu peristiwa

atau sindiran terhadap pihak kalangan tertentu. Novel merupakan bentuk

simbolis dan dalam novel juga terkandung simbol-simbol yang merupakan

kreasi dari pengarangnya.

Page 79: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

65

Pada bagian ini penulis menguraikan aspek simbolis dalam novel

Wasripin dan Satinah yang diintrepretasikan secara sosiologis. Hal ini

dimaksudkan sebagai kelengkapan analisis sosiologis yang tidak sekedar

bersifat historis. Simbol-simbol tersebut menyangkut pada penggunaan nama-

nama. Selain adanya kemiripan dalam peristiwa antara novel Wasripin dan

Satinah dengan pemerintahan Indonesia pada masa Orde Baru yang telah

dijabarkan di atas, kemiripan juga terjadi dalam pemakaian nama-nama.

Nama-nama yang terdapat dalam novel Wasripin dan Satinah boleh

dikatakan memiliki keanehan, baik nama diri (nama salah satu tokoh), nama

partai dan nama tempat. Nama-nama tersebut ada yang memiliki arti atau

sekadar sindiran pada nama yang benar-benar ada dalam masyarakat

Indonesia.

3.3.1 Partai Randu

Nama Partai Randu dan sifat-sifat yang ditunjukkan dalam

novel Wasripin dan Satinah identik dengan Partai Golkar. Randu

adalah nama sebuah pohon yang biasanya dapat tumbuh tinggi dan

besar, sedangkan Golkar adalah nama salah satu partai nomor satu

yang pernah jaya dalam pemerintahan Indonesia yang memiliki

lambang pohon beringin, yakni pohon yang biasanya tumbuh tinggi

besar dan rindang. Kedua pohon ini yakni randu dan beringin memiliki

kemiripan fisik. Pengarang menggunakan nama randu untuk

mengasosiasikan nama sebuah Partai Golkar.

Page 80: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

66

3.3.2 Partai Langit

Nama Partai Langit identik dengan Partai Persatuan

Pembangunan, yakni nama partai yang turut meramaikan dunia

perpolitikan di Indonesia. Partai Persatuan Pembangunan

menggunakan lambang bulan yang berbentuk sabit dan bintang. Bulan

dan bintang adalah anggota benda-benda langit. Pengarang

menggunakan nama langit untuk nama sebuah partai dalam novel

Wasripin dan Satinah untuk mengasosiasikan Partai Persatuan

Pembangunan.

3.3.3 Partai Kuda

Nama Partai Kuda identik dengan Partai Demokrasi Indonesia,

yakni partai yang juga turut meramaikan dunia politik Indonesia.

Partai Demokrasi Indonesia menggunakan lambang binatang banteng.

Banteng adalah binatang mamalia berkaki empat, demikian halnya

dengan kuda. Pengarang menggunakan nama kuda untuk nama sebuah

partai dalam novel Wasripin dan Satinah untuk mengasosiasikan

Partai Demokrasi Indonesia.

3.3.4 Presiden Sadarto

(34) “Dua. Mendukung Presiden Sadarto.” (hlm 86)

Sadarto adalah nama presiden dalam novel Wasripin dan

Satinah. Nama ini terdengar hampir mirip dengan nama presiden

Page 81: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

67

kedua Indonesia yang mempromotori Orde Baru yakni, Soeharto.

Nama Sadarto bisa juga diasosiasikan oleh pengarang sebagai kritikan

terhadap presiden kedua Indonesia ini. Sadarto bisa dipenggal menjadi

‘sadar to’. Dalam bahasa Jawa ‘sadar to’ dapat diartikan ‘sadarlah’

dalam bahasa Indonesia, yakni ajakan untuk sadar. Pengarang ingin

menyampaikan atau mengajak agar sang presiden untuk sadar akan

segala perbuatan buruk yang pernah dia lakukan terhadap bangsa

Indonesia di masa lampau. Seperti kita semua ketahui bahwa semasa

pemerintahan Presiden Soeharto, korupsi, kolusi dan nepotisme telah

merajai bumi Indonesia.

3.3.5 Jalan Cempaka (154)

(35) Mereka - sama seperti orang lain – juga terheran-heran mengapa tiba-tiba saja sebuah Surat Sakti dari Jalan Cempaka bisa menggagalkan usaha mereka yang tersusun rapi. (hlm154)

Nama sebuah jalan dalam novel Wasripin dan Satinah ini

diasosiasikan dengan nama sebuah jalan yang identik dengan tempat

tinggal sang penguasa Orde Baru dalam pemerintahan Indonesia. Sang

pemimpin Orde Baru, Soeharto dan keluarga tinggal di sebuah rumah

di Jalan Cendana. Nama cendana dan cempaka terdengar sangat mirip,

maka sang pengarang menggunakan nama ini untuk menggantikan

nama Jalan Cendana.

Page 82: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

68

BAB IV

KESIMPULAN

Konflik politik dalam novel Wasripin dan Satinah mempunyai unsur

pencerminan dengan konflik politik dalam sejarah Indonesia pada masa Orde

Baru. Dalam beberapa hal terdapat kemiripan antara konflik politik dalam

novel Wasripin dan Satinah dengan kenyataan dalam sejarah Indonesia.

Periode sejarah negara yang dikisahkan oleh Kuntowijoyo dalam novelnya

mempunyai kesamaan dengan periode sejarah Indonesia pada masa Orde

Baru. Ciri-ciri yang ditunjukkan pada masa tersebut memang tidak

digambarkan secara lengkap, akan tetapi dalam beberapa bagian selalu

digambarkan secara eksplisit bahwa kejadian-kejadian dalam novel tersebut

mirip dengan kejadian yang pernah terjadi pada masa Orde Baru.

Ada banyak bentuk pencerminan dari periode sejarah Indonesia pada

masa Orde Baru dengan novel karya Kuntowijoyo ini. Dalam sejarah

Indonesia Orde Baru. Kondisi Orde Baru ditandai dengan konflik,

pertentangan politik antarpartai atau kelompok-kelompok yang memiliki

tujuan dan ideologi yang berbeda. Kesejajaran juga ditunjukkan oleh

terdapatnya kekuatan politik dominan. Dalam novel Wasripin dan Satinah

terdapat kekuatan politik dominan yaitu Partai Randu dengan seperangkat

anggota dan pimpinannya. Sangat kental diceritakan bagaimana kelicikan,

perjuangan dan usaha-usaha bahkan penyelewengan yang dilakukan partai

Page 83: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

69

tersebut untuk mempertahankan kedudukannya. Dalam pertarungannya, Partai

Randu berhadapan dengan Partai Langit dan Partai Kuda, ketiga partai ini

melakukan banyak trik-trik untuk saling memperebutkan kedudukannya.

Ketiga kekuatan politik dominan ini terlibat dalam konflik. Namun karena

kekuasaan Partai Randu lebih dominan, maka partai yang lain harus

mengalah. Partai Randu, Partai Langit dan Partai Kuda merupakan cerminan

dan simbol dari Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai

Demokrasi Indonesia.

Dalam novel Wasripin dan Satinah diceritakan bagaimana besar dan

kuatnya kekuasaan Partai Randu sebagai cerminan Partai Golkar dalam

kehidupan realitas yang mencerminkan ujung tombak rezim Orde Baru.

Dalam praktek menjalankan pemerintahan, PPP dan PDI terasa kurang

berhasil dalam menjalankan rencana-rencana dari hirarkinya, sehingga

memerlukan bantuan pengusaha, maupun pihak luar dengan segala resikonya.

Golkar selama pemerintahan Orde Baru mampu mengatasi kelemahan itu

dengan memanfaatkan hirarki birokrasi negara lewat kekuasaan. Hanya saja,

tanpa dapat menolak dampak dari kebijakan stabilitas politik, lingkup

organisasi partai dibatasi hanya sampai ibukota kabupaten, sehingga

pelaksanaan kebijakan politik massa mengambang itu mengalienasikan

masyarakat desa dari politik rutin sambil mendiskriminasikan peluang PPP

dan PDI (Pabottingi 1996:45). Demikian juga yang diceritakan dalam novel,

Partai Randu, memiliki kekuasaan yang kuat dan kelebihan yang tidak

Page 84: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

70

dimiliki partai lain. Anggota-anggota Partai Randu adalah orang-orang yang

memiliki keahlian masing-masing di bidangnya. Kebanyakan adalah orang

yang sudah memiliki kuasa dalam pemerintahan. Partai ini juga menunjukkan

kuasanya kepada masyarakat desa sehingga partai-partai lain tidak memiliki

kesempatan untuk merebut hati masyarakat. Masyarakat lebih kepada takut

dibandingkan benar-benar tertarik pada Partai Randu. Partai Langit dan Partai

Kuda jatuh karena kekuasaan yang tidak mereka miliki.

Uraian historis tentang sejumlah peristiwa masa lalu menurut versi

Orde Baru tampak masuk akal, tentang bobroknya Orde Lama, tentang

mutlaknya peran militer, tentang pembantaian massal yang dianggap sudah

seharusnya, tentang sukses pembangunan, atau tentang sahnya serbuan atas

masyarakat yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Akan tetapi jika

kita kaji lebih lanjut, akan kelihatan bahwa di balik keterangan-keterangan

yang masuk akal itu ada sejumlah pertanyaan penting untuk diajukan.

Di sinilah terletak pentingnya penulisan kembali sejarah Indonesia.

Dengan menulis kembali sejarah Indonesia diharapkan akan ada banyak narasi

dan interpretasi baru yang lebih demokratis, kritis, kreatif, kontinyu, serta

terbuka terhadap wacana seha t, yakni suatu narasi dan interpretasi yang tidak

melulu bertolak dari penguasa (dengan segala kepentingan politis dan

ekonomisnya), melainkan juga dari warga masyarakat, termasuk mereka yang

telah menjadi korban ketidakadilan penguasa (Hersri Setiawan dalam

Budiawan, 2004:xxii).

Page 85: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

71

Penulisan kembali sejarah dalam situasi seperti sekarang ini adalah

penting untuk membantu menciptakan suatu “masyarakat Indonesia baru”.

Dalam masyarakat baru itu akan ditinggalkan pola pemerintahan yang otoriter

dan penuh praktik kekerasan, digantikan dengan penyelenggaraan negara yang

lebih demokratis di mana terjaminlah kebebasan mengemukakan pendapat,

supremasi hukum, keadilan, serta hak-hak asasi manusia (Sastraprateja,

2001:121).

Semua itu tentu saja penting bukan hanya untuk dapat memahami

masa lalu secara lebih kritis, kreatif, dan kontinyu, melainkan juga untuk

mampu menjalani masa kini secara lebih mantap serta merencanakan masa

depan secara lebih tepat. Demi terwujudnya cita-cita bangsa untuk

membangun bangsa yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Kita mesti belajar pada sejarah bangsa kita sendiri terhadap

serangkaian peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah bangsa. Sikap ini

penting, agar kita tidak lupa akan sejarah bangsa kita sendiri. Demi keadilan

dan kedamaian, kata Walter Benjamin (dalam Adam, 2006:274), tugas

peradaban adalah menggumuli mereka yang ditindas dan diperbudak, dan lalu

membangun budaya mengingat masa lalu mereka yang menjadi korban.

Membangun tradisi mengingat masa lalu para korban penindasan atau

perbudakan merupakan upaya untuk menyelamatkan masa lalu dan masa

depan bangsa kita. Menyelamatkan masa lalu berarti membenarkan sejarah

yang selama ini salah. Selama ini kita terperdaya akan sejarah dan cerita masa

Page 86: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

72

lalu tentang pemimpin-pemimpin maupun perjuangan-perjuangan mereka

yang kita anggap pahlawan yang sempurna. Padahal di balik semuanya itu ada

kebobrokan dan penipuan besar-besaran terhadap sejarah bangsa. Dengan

mengingat dan belajar dari masa lalu kita dapat menyelamatkan masa depan

agar di kemudian nanti kita tidak akan terjerumus dan melakukan kesalahan

yang sama.

Dengan upaya penyelamatan masa lalu tersebut rasa ketidakadilan dan

penderitaan yang tidak diselesaikan pada masa lampau dapat diselamatkan

dengan membangun ingatan dan lalu mempersoalkannya secara politik dan

hukum. Kita bisa melakukan kritik dan pembenaran-pembenaran terhadap

mereka yang selama ini disalahkan dan mendapatkan perlakuan tidak adil.

Pengalaman penderitaan dan trauma yang tersimpan dalam ingatan

masyarakat berpotensi merusak dan melemahkan kemampuan manusia untuk

dapat melihat persoalan dan masa depannya secara jernih dan utuh.

Pengalaman penderitaan dan trauma yang mendalam hanya dapat menjadikan

seseorang takut untuk kembali mulai melangkah membangun hidup yang

baru. Dia akan semakin terpuruk. Masyarakat yang lupa akan masa lalunya

akan terus kehilangan arah, orientasi diri, dan identitasnya. Lupa akan

pembusukan yang terjadi dalam negerinya sendiri, hanya akan menutup pintu

kesempatan bagi para elite yang melakukan pembusukan dan kejahatan publik

untuk mempertanggungjawabkan kejahatannya. Bagi mereka yang telah

melakukan kejahatan dapat tetap bebas karena masyarakat mulai melupakan

Page 87: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

73

dan tidak mempedulikan bangsanya lagi. Masyarakat yang lupa akan sejarah

adalah masyarakat yang tidak peduli pada masa depan bangsanya.

Belajar pada Milan Kundera (dalam Adam, 2006:276), kita mesti

membangun kesadaran sejarah untuk berjuang melawan lupa, bila kita tidak

ingin membiarkan sejarah dikuasai oleh nafsu korup dan mental busuk. Kita

mesti ingat terhadap sejarah. Seperti pesan dari Bung Karno, presiden pertama

Indonesia ‘Jas Merah’, yang artinya Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.

Dengan tetap mengingat sejarah, maka kita bisa belajar dari masa lalu agar

kita tidak akan melakukan kebodohan untuk kesekian kalinya. Sejarah yang

tidak hanya sekadar melahirkan masa lalu melulu secara historis, masa lalu

yang melulu merasakan kerinduan atau mungkin kegelisahan serta

menghadirkan harapan dari masa kini dan masa depan, melainkan ingatan

yang mampu membangun kegelisahan dan penderitaan manusia, untuk dapat

membuahkan partisipasi dan pembebasan. Dengan ingatan akan penderitaan,

diharapkan manusia dapat melahirkan sesuatu yang bukan hanya menunjuk

pada kerinduan manusia akan pengetahuan, tetapi lebih- lebih pada

pembebasan dari penderitaan manusia.

Dokumen sejarah bangsa kita telah terkotori oleh kebiadaban dan

manipulasi. Namun bagaimanapun, sejarah ini mesti tetap ditulis dalam buku

sejarah bangsa, agar kita bisa memetik pelajaran darinya. Tentu bukan dengan

tangis meratap atau pun bahkan dendam, tetapi menjadikan masa lalu yang

kelam itu sebagai guru, agar seluruh tragedi yang pernah menimpa bangsa ini

Page 88: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

74

tidak berulang kembali. Ingatan sosial mesti dibangun bukan untuk memupuk

kebencian, karena kita tidak akan pernah belajar apapun dari kebencian,

seperti halnya juga kita tidak akan pernah belajar apapun dari sikap memuja-

muja suatu rezim, tetapi untuk menyadari bahwa kita semua adalah satu tali

darah kemanusiaan yang harus saling menjaga martabatnya secara etis.

Page 89: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

75

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Asvi Warman, dkk. 2006. Soeharto Sehat. Yogyakarta:Galangpress.

Almond, Gabriel A. 1971. “Introduction: A Functional Approach to Comparative

Politics” dalam The Politics of the Developing Areas. Terj. Princeton. New

York: Princeton Univercity Press.

Budiawan. 2004. Mematahkan Pewarisan Ingatan: Wacana Anti Komunis dan Politik

Rekonsiliasi Pasca-Soeharto. Jakarta: ELSAM.

Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Duverger, Maurice. 1967. Political Parties: Their Organization and Activitiesin

Modern State. London: Metheun.

Duverger, Maurice. 1982. Sosiologi Politik. Judul asli The Study of Politics. Jakarta:

Rajawali.

Easton, David. 1965. A Framework for Political Analysis. Terjemahan Englewood

Cliffs. New York: Prentice-Hall.

Ecip, S. Sinansari. 1998. Kronologi Situasi Penggulingan Soeharto. Bandung: Mizan.

Huskens, Frans, dan Huub de Jonge. 2003. Orde Zonder Order: Kekerasan dan

Dendam di Indonesia 1965-1998. Yogyakarta: LKIS.

Page 90: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

76

Hyneman, C.S. 1959. The Study of Politics: The Present State of American Political

Science. Urbana: University of Illinois Press.

Jabrohim (ed). 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita.

Junus, Umar. 1986. Sosiologi Sastera. Persoalan Teori dan Metode. Kuala Lumpur,

Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajar.

Kuntowijoyo. 2003. Wasripin dan Satinah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Moedjanto, M.A, G. 1988. Indonesia Abad Ke-20. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Mulder, Niels. 2004. Individu, Masyarakat dan Sejarah: Kajian Kritis Buku-Buku

Pelajaran Sekolah di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Otobigrafi Soeharto Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya Seperti Dipaparkan

kepada: G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. 1988. Jakarta: PT Citra Lamtoro

Gung Persada.

Pabottingi, Mochtar. 1996. Menelaah Kembali Format Politik Orde Baru. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Rauf, Maswadi. 2001. Konsensus dan Konflik Politik. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra: Sebuah Pemahaman Awal. Malang:

UMM Press dan Bayu Media.

Page 91: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

77

Sastraprateja, M. 2001. Pendidikan Sebagai Humanisasi. Yogyakarta: Penerbit

Universitas Sanata Dharma.

Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Varma, S.P. 1999. Modern Political Theory. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Terj./sad. Melani

Budiana. Jakarta: Gramedia.

Zeraffa, Michel. 1973. “The Novel as Literary Form and Social Institution”, dalam

The Sociology of Literature & Drama. Terj. Elizabeth & Burns.

Harmondsworth: Penguin.

Zon, Fadli. 2004. Politik Huru-Hara Mei 1998. Jakarta: Institute For Policy Studies.

Internet:

Djogo, Tony. 2007. “Politik Lingkungan (Environment Politics),

http://www.beritabumi.or.id/artikelvt.php?idartikel=180 download 31 Juli

2007

Fathony, Abdul Halim. 2006. “Bahasa Matematika,

http://www.sigmetris.com/artikel.html download 5 November 2007.

Page 92: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

78

Said, A. Umar. 2000. “Kebohongan Sejarah Orde Baru Harus Kita Bongkar Bersama-

sama, http://kontak.club.fr/Sekilas%20tentang%20website%20ini.htm

download September 2006.

“Sejarah Indonesia (Era Orde Baru)”. 2006.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%28Era_Orde_Baru%29

download September 2006.

Page 93: KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL … · KONFLIK POLITIK PADA MASA ORDE BARU DALAM NOVEL WASRIPIN DAN SATINAH KARYA KUNTOWIJOYO TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan

79

BIOGRAFI PENULIS

Vianney Raditawati lahir di Yogyakarta pada

tanggal 04 Agustus 1985. Menempuh pendidikan Taman

Kanak-Kanak di TK Kusuma I Nologaten, pendidikan

Sekolah Dasar di SD Caturtunggal V Gowok, pendidikan

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP N 4 Depok,

dan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU N 1 Depok Yogyakarta. Pada

Maret 2008 mendapatkan gelar sarjana sastra dari Universitas Sanata Dharma dengan

skripsi yang berjudul “ Konflik Politik Pada Masa Orde Baru dalam Novel Wasripin

dan Satinah Karya Kuntowijoyo: Tinjauan Sosiologi Sastra”. Kini tinggal di

Sambilegi Lor no.111 RT 05 RW 54 Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta

55282; telp. (0274) 4332201.