pandangan profetik kuntowijoyo dalam …...pandangan profetik kuntowijoyo dalam novel pasar, mantra...

234
PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai Pendidikan) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh : Giyato S 840908012 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: lyhanh

Post on 24-May-2018

305 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM

NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR,

DAN WASRIPIN DAN SATINAH

(Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai Pendidikan)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh :

Giyato

S 840908012

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ii

PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM

NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR,

DAN WASRIPIN DAN SATINAH

(Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai Pendidikan)

Disusun oleh :

Giyato

S 840908012

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. __________ ________ NIP 19440315 197804 1 001 Pembimbing II Dr. E. Nugraheni Eko Wardani, Hum. __________ ________ NIP 19700716 200212 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. NIP 19440315 197804 1 001

Page 3: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

iii

PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM

NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR,

DAN WASRIPIN DAN SATINAH

(Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai Pendidikan)

Disusun oleh :

Giyato

S 840908012

Telah Disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. _________ _______ Sekretaris Dr. Retno Winarni, M.Pd. _________ _______

Anggota Penguji Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. _________ _______

Dr. Nugraheni Eko Wardani, M.Hum. _________ _______ Mengetahui, Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. NIP 131427192 NIP 19440315 197804 1 001

Page 4: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

nama : Giyato

NIM : S 840908012

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Pandangan

Profetik Kuntowijoyo dalam Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin

dan Satinah (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai Pendidikan)” adalah betul-

betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi

tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2010

Yang Membuat Pernyataan,

Giyato

Page 5: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

v

MOTO

Verba volant, scripta manent;

Kata-kata mudah sirna, namun tulisan mengabadikannya

(Pepatah)

Bukan apa yang sudah, melainkan apalagikah?

(Timur Sinar Suprabana)

Bukan sekadar apa yang terjadi, tetapi bagaimana bisa menjadi?

(Penulis)

Page 6: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku, Parto Wiyono dan Ginah,

serta kakakku Mbak Gentik sekeluarga yang

selalu mencurahkan cinta, kasih sayang, dan doa

untukku.

2. Istriku, Ita Nurdevi yang memberi semangat di

setiap langkahku. Mengingatkanku di saat aku

lalai dan menyemangatiku di saat aku malas.

3. Dixie Arunnisa Sarwanto, Tafiqoh Izza Tazkia,

Alif Ardhiansyah Budi Husada, dan Aryaditya

Nurwahid, keponakan-keponakanku yang lucu

dan selalu memberi keceriaan

Page 7: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, tesis yang berjudul “Pandangan Profetik Kuntowijoyo dalam Novel

Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah (Kajian Strukturalisme

Genetik dan Nilai Pendidikan)” akhirnya dapat diselesaikan untuk memenuhi

sebagian persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan Bahasa Indonesia.

Banyak hambatan dalam penyelesaian penulisan tesis ini, namun berkat

bantuan dari berbagai pihak akhirnya semua hambatan dapat diatasi. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd., selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa

Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan arahan

dan persetujuan serta pengesahan laporan penyusunan tesis ini

3. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Bahasa

Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd., selaku Pembimbing I dan selaku

Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan arahan

dengan sabar hingga tesis ini dapat terselesaikan.

5. Dr. E. Nugraheni Eko Wardani, M.Hum., selaku Pembimbing II yang dengan

sabar membimbing dan menasihati penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Page 8: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

viii

6. Bapak dan Ibu Dosen Pragram Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia

yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada peneliti sehingga

dapat menjadi bekal untuk penyusunan tesis.

7. Bapak dan Ibu, Papi dan Mami, kakak-kakak, dan istri tercinta yang telah

memberikan doa dan semangat untuk menyelesaikan laporan penyusunan

tesis ini.

8. Mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah

memberi semangat, keceriaan, dan motivasi dalam proses penelitian ini;

9. Saudara-saudara seperjuangan di Komunitas Tarbiyah, LP2R Bina Insan

Cendekia, Thulabiy Club, dan Komunitas Pembaca Karanganyar yang telah

memicu dan memacu semangat dalam menempuh studi.

Peneliti menyadari bahwa laporan penyusunan tesis ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat peneliti

harapkan guna kesempurnaan laporan penyusunan tesis ini dan demi menambah

wawasan pengetahuan peneliti.

Akhirnya, peneliti berharap semoga laporan penyusunan tesis ini dapat

bermanfaat bagi dunia kesusastraan, khususnya pengembangan kajian

strukturalisme genetik dan nilai-nilai pendidikan dalam novel.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

Page 9: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ix

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ........................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................ ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS...................................................... iii

PERNYATAAN........................................................................................... iv

MOTTO...................................................................................................... . v

PERSEMBAHAN........................................................................................ vi

KATA PENGANTAR................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

ABSTRAK................................................................................................... xiv

ABSTRACT................................................................................................ . xv

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5

BAB II. LANDASAN TEORETIS ............................................................. 6

A. Landasan Teoretis ............................................................................ 6

1. Hakikat Novel ........................................................................... 6

a. Pengertian Novel ................................................................... 6

b. Jenis-jenis Novel................................................... ................. 8

c. Unsur-unsur Novel ................................................................. 10

2. Hakikat Strukturaisme Genetik ................................................. 25

a. Pengertian Strukturaisme Genetik ........................................ 34

b. Struktur Sosial Budaya.......................................................... 26

c. Pandangan Dunia Pengarang ................................................ 27

Page 10: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

x

d. Kuntowijoyo sebagai Pengarang .......................................... 32

3. Hakikat Nilai Pendidikan dalam Novel ........................................ 35

a. Pengertian Nilai……………………………………………. ............... 35

b. Nilai-nilai Pendidikan………………….…………………. . 37

1) Nilai Pendidikan Agama .................................................. 39

2) Nilai Pendidikan Moral ................................................... 39

3) Nilai Pendidikan Adat/Budaya ........................................ 41

4) Nilai Pendidikan Sosial ................................................... 42

5) Nilai Pendidikan Kepahlawanan ..................................... 43

c. Cara Mengukur Adanya Nilai Pendidikan dalam Novel ...... 44

B. Penelitian Lain yang Relevan .......................................................... 50

C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 51

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 52

A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 52

B. Metode Penelitian ............................................................................ 53

C. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 53

D. Sumber Data ..................................................................................... 53

E. Teknik Cuplikan .............................................................................. 54

F. Prosedur Penelitian ......................................................................... 54

G. Validitas Data .................................................................................. 55

H. Analisis Data .................................................................................... 56

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ........................... 57

A. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Pandangan Profetik Kuntowijoyo ........... ......................... 57

2. Deskripsi Struktur Teks Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan

Wasripin dan Satinah ..... .................................................................. 73

3. Deskripsi Struktur Sosial Budaya Masyarakat dalam Novel Pasar,

Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah ........................... 148

Page 11: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xi

4. Deskripsi Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Pasar, Mantra Pejinak

Ular, dan Wasripin dan Satinah ..................................................... 162

B. PEMBAHASAN

1. Religius Profetik sebagai Pandangan Kuntowioyo........... ............... 167

2. Struktur Teks Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan

Wasripin dan Satinah ..... .................................................................. 179

3. Struktur Sosial Budaya Masyarakat dalam Novel Pasar,

Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah ........................... 182

4. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular,

dan Wasripin dan Satinah ............................................................... 199

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. ................................... 201

A. Simpulan.................................................................................. ......... 201

B. Implikasi............................................................................................ 203

C. Saran................................................................................................ .. 209

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 210

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .......................................................... 52

Page 13: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Kerangka berpikir ........................................................................................ 51

Bagan Model Interaktif Miles & Huberman .............................................. 57

Page 14: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xiv

ABSTRAK

Giyato. S 840908012. “Pandangan Profetik Kuntowijoyo dalam Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai Pendidikan)”. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : (1) pandangan dunia Kuntowijoyo dalam novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah; (2) struktur teks novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah; (3) struktur sosial budaya masyarakat dalam novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah; dan (4) nilai pendidikan novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah;.

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode content analysis atau analisis isi. Sumber data penelitian ini adalah novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo, karya-karya Kuntowijoyo yang lain, biografi penulis, komentar pengarang-pengarang lain, dan artikel dari buku , surat kabar, internet yang menunjang permasalahan penelitian. Teknik analisis cuplikan penelitian ini menggunakan purposive sampling. Validitas data penelitian ini menggunakan metode triangulasi teori. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis) yang meliputi tiga komponen, yaitu : (1) reduksi data (data reduction); (2) sajian data (data display); dan (3) penarikan simpulan (conclution drawing). Prosedur penelitian yang peneliti lakukan melalui tiga tahap mencakup: (1) tahap eksplorasi dan memperoleh gambaran umum, (2) tahap eksplorasi fokus, (3) tahap pengecekan dan keabsahan data.

Berdasarkan analisis data melalui pendekatan strukturalisme genetik, dapat disimpulkan: (1) Pandangan dunia Kuntowijoyo meliputi pandangan religius profetik yang meliputi misi profetik kesenian, sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan, dan moral; (2) struktur teks novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah yang meliputi tema, alur, tokoh, latar, dan sudut pandang; (3) struktur sosial budaya masyarakat novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah yang meliputi proses kreatif, latar sosial budaya masyarakat (religiusitas dalam masyarakat Jawa, seni budaya Jawa, mitos masyarakat Jawa, perilaku dan kesenangan masyarakat Jawa, penggunaan bahasa dalam masyarakat, prinsip hidup masyarakat Jawa, interaksi sosial dalam masyarakat Jawa, pewarisan kepemimpinan, penyampaian kritik), penokohan sebagai perwujudan sosok masyarakat Jawa; (4) dan nilai pendidikan dalam novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah yang meliputi nilai pendidikan agama, moral, adat/budaya, sosial, dan kepahlawanan.

Page 15: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xv

ABSTRACT

Giyato. S840908012. The World Vision of Kuntowijoyo in Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, and Wasripin dan Satinah (A Study of Genetic Structuralism and Education Value). Thesis: Indonesian Language Education Program, the Postgraduate of the University of Sebelas Maret.

The aim of this research is to describe : (1) the world vision of Kuntowijoyo in in novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, and Wasripin dan Satinah; (2) the Text Structure of novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, and Wasripin dan Satinah; (3) sociocultural structure of society in novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, and Wasripin dan Satinah; (4) education value of novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, and Wasripin dan Satinah.

The qualitative descriptive research was done using content analysis method. Data source of this research is novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, and Wasripin dan Satinah written by Kuntowijoyo, other literatures of Kuntowijoyo, Kuntowijoyo’s biography, comments from other authors, articles from books, newspapers, and internet which is supported to research problem. Sampling technique of this research was purposive sampling. Validity of research data was done using triangulation theory. The technique of data analyze in the research is using flow model of analyze that cover three components, that is: (1) data reduction; (2) data display; (3) conclusion drawing. Data analysis technique was done by dialectical model. The research was done in 3 steps, including : (1) exploration and general description, (2) focused exploration, (3) data validity checking.

Based on data analysis by genetic structuralism approach, concluded that : (1) Kuntowijoyo’s world vision comprises prophetical religious vision includes art, social, culture, politic, economy, education, and moral value; (2) text structure of novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, and Wasripin dan Satinah includes theme, plot, figure, background, and point of view; (3) sociocultural structure of society in novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, and Wasripin dan Satinah which includes creative process, sociocultural background of society (religiousness in Javanese society, Javanese art and culture, Javanese society’s myth, attitude and pleasure of Javanese society, language practice in society, life principal of Javanese society, social interaction in Javanese society, leadership inheritance, critic telling) characterization as figure realization of Javanese society; (4) education value in novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, and Wasripin dan Satinah comprises religion education value, moral, tradition, social, and heroic.

Page 16: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pendidikan, nilai estetik dan puitik sastra selama ini diyakini

mampu memompa dan membangun karakter manusia. Bahkan mendiang Presiden

Amerika Serikat John F Kennedy begitu yakin bahwa sastra mampu meluruskan

arah kebijakan politik yang bengkok. Sehingga politikus yang mati tertembak ini

mengatakan, “Ketika Politik Bengkok, Sastra akan Meluruskannya”.

Begitu pentingnya sastra bagi kehidupan sehingga Seno Gumira Ajidarma

kemudian mengafirmasi pernyataan John F. Kennedy dengan membuat adagium

“Ketika Jurnalisme Dibungkam, maka Sastralah yang akan Berbicara”. Seno

Gumira Adjidharma tidak main-main dengan statement-nya, kumpulan Cerpen

“Saksi Mata” terbitan Bentang Budaya Yogyakarta adalah “saksinya”. Seluruh

cerpen dalam kumpulan ini merupakan “pembocoran” fakta peristiwa kekerasan

yang terjadi di Dili, Timor Lorosai saat itu. (Teguh Trianton, 2008: 3)

Keberadaan karya sastra di tengah-tengah masyarakat adalah hasil

imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya.

Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan

masyarakat. Pengarang sebagai subjek individual mencoba menghasilkan

pandangan dunianya (world vision) kepada subjek kolektifnya. Signifikasi yang

dielaborasikan subjek individual terhadap realitas sosial di sekitarnya

1

Page 17: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xvii

menunjukkan bahwa sastra berakar pada kultur dan masyarakat tertentu.

Keberadaan sastra yang demikian mengukuhkan sastra sebagai dokumentasi

sosiobudaya (Iswanto, 2001: 61).

Latar belakang sejarah, zaman, dan sosial masyarakat memiliki andil yang

signifikan terhadap karya sastra baik dalam segi isi maupun bentuk. Keberadaan

pengarang dalam lingkungan sosial masyarakat tertentu, ikut mempengaruhi karya

yang dibuatnya. Dengan demikian suatu masyarakat tertentu yang ditempati

pengarang akan dengan sendirinya mempengaruhi jenis sastra tertentu yang

dihasilkan pengarang.

Kecenderungan ini didasarkan pada pendapat bahwa tata kemasyarakatan

bersifat normatif. Hal ini berarti terdapat paksaan bagi masyarakat mematuhi

nilai-nilai yang berada di masyarakat. Hal ini merupakan faktor yang harus ikut

diperhatikan dan menentukan terhadap jenis tulisan pengarang, objek karya sastra,

pasar karya sastra, maksud penulisan, dan tujuan penulisan.

Karya sastra, khususnya novel, menampilkan latar belakang sosial budaya

masyarakat. Menurut Herman J. Waluyo (2002: 51) latar belakang yang

ditampilkan meliputi: tata cara kehidupan, adat-istiadat, kebiasaan, sikap, upacara

adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan

dalam masyarakat, dalam cara berpikir, cara memandang sesuatu, dan

sebagainya. Latar belakang sosial budaya tersebut menjadi deskripsi

permasalahan yang diangkat dalam cerita novel.

Karya sastra selalu berkaitan dengan masyarakat dan sejarah yang

melingkupi penciptanya. Jamal T. Suryanata (1999: 8) menyatakan bahwa sifat-

Page 18: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xviii

sifat sastra menuntut orang untuk melihat kenyataan sebagaimana adanya, bukan

melihat apa yang seharusnya terjadi, sehingga sastra yang baik merupakan

cermin realitas masyarakat zamannya. Oleh karena itu, muncullah pendekatan

sastra dengan cara pandang yang berbeda yaitu strukturalisme genetik.

Goldmann (dalam Suwardi Endraswara, 2003: 57) memberikan rumusan

penelitian strukturalisme genetik ke dalam tiga hal, yaitu: (1) penelitian terhadap

karya sastra yang dilihat sebagai suatu gagasan; (2) karya sastra yang diteliti

mengandung tegangan (tension) antara keragaman dan kesatuan dalam suatu

keseluruhan (a coherent whole); (3) jika kesatuan telah ditemukan, kemudian

dianalisis dalam hubungannya dengan latar belakang sosial.

Karya sastra yang dipilih sebagai objek kajian dengan pendekatan

strukturalisme genetik adalah novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin

dan Satinah karya Kuntowijoyo dengan alasan: (1) Kuntowijoyo seorang

sastrawan besar pencetus sastra profetik, (2) novel-novel tersebut merupakan

cermin realitas masyarakat; dan (3) kajian strukturalisme genetik dan nilai

pendidikan terhadap ketiga karya sastra tersebut belum pernah dilakukan

Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Pandangan Profetik

Kuntowijoyo dalam Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan

Satinah (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai Pendidikan)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 19: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xix

1. Bagaimana pandangan dunia pengarang yang melatarbelakangi novel Pasar,

Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo?

2. Bagaimana struktur teks novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan

Satinah karya Kuntowijoyo?

3. Bagaimana struktur sosial budaya masyarakat dalam novel Pasar, Mantra

Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo?

4. Bagaimana nilai-nilai pendidikan dalam novel Pasar, Mantra Pejinak Ular,

dan Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan umum penelitian ini adalah

untuk mengetahui pandangan profetik Kuntowijoyo dan totalitas makna novel

Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pandangan dunia pengarang yang melatarbelakangi novel

Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo.

2. Mendeskripsikan struktur teks novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan

Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo.

3. Mendeskripsikan struktur sosial budaya masyarakat dalam novel Pasar,

Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo.

4. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan dalam novel Pasar, Mantra Pejinak

Ular, dan Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo.

Page 20: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xx

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun

praktis. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

penelitian ilmu sastra, khususnya pengkajian prosa fiksi (novel) dengan

pendekatan strukturalisme genetik.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini yaitu:

a. Menambah pengetahuan pengkajian prosa fiksi para pembaca khusunya

pada novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah Karya

Kuntowijoyo.

b. Menjadi rujukan bagi para peneliti yang berniat menganalisis lebih lanjut

karya sastra khususnya melalui pendekatan strukturalisme genetik.

c. Menjadi pengalaman yang cukup berarti bagi peneliti dan hasilnya dapat

digunakan dalam usaha pembinaan apresiasi sastra di sekolah terutama

dengan penanaman nilai-nilai pendidikan

Page 21: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxi

BAB II

LANDASAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN,

DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teoretis

1. Hakikat Novel

a. Pengertian Novel

Bentuk novel dianggap sama dengan bentuk roman, walaupun

sebenarnya berbeda. Episode yang diceritakan dalam novel tidak sepanjang

yang terdapat pada roman. Novel hanya menceritakan episode yang dianggap

penting saja dari kehidupan tokoh utama, misalnya masa remaja hingga

berumah tangga, masa kanak-kanak hingga menikah, masa berumah tangga,

dan lain-lain. Isi, cara penceritaan, dan bahasa dalam novel juga lebih

beragam. Ada novel-novel yang romantis (misalnya karya N.H. Dini, Marga

T., Mira W., ataupun Pramoedya Ananta Toer), tetapi banyak pula yang

bersifat lebih dinamis dan tidak bertendensi mengharu-biru perasaan pembaca

(misalnya karya Ayu Utami, Putu Wijaya, serial “Lupus”, dan lain-lain).

Istilah tentang novel antara negara satu dengan negara lain beragam.

Dalam bahasa Jerman disebut Novelle. Sedangkan dalam bahasa Prancis

disebut Nouvelle. Kedua istilah tersebut dipakai dalam pengertian yang sama

yaitu prosa yang agak panjang dan sederhana karena hanya menceritakan

6

Page 22: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxii

maksud kejadian yang memunculkan suatu konflik yang mengakibatkan

adanya perubahan nasib pelakunya.

Berdasarkan asalnya kata novel berasal dari kata Latin novellus yang

berarti diturunkan pula dari kata novies yang berarti “baru”. Dikatakan “baru”

karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi,

drama, dan lain-lain, maka novel muncul setelahnya. Menurut Robert Liddell

(dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 164) novel Inggris yang pertama kali

lahir adalah Famela pada tahun 1740.

Beberapa pendapat mengenai novel dikemukakan oleh para ahli sastra.

Namun sampai saat ini belum ada patokan yang dapat diterima oleh semua

pihak. Novel dalam arti umum berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran

yang luas yaitu cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang

banyak dan setting cerita yang beragam. Novel merenungkan dan melukiskan

realitas yang dilihat, dirasakan dalam bentuk tertentu dengan pengaruh

tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat

manusia.

Goldmann (dalam Faruk, 2003: 29) mendefinisikan novel sebagai

cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik

dalam dunia yang terdegradasi pula. Lebih jauh ia mengungkapkan bahwa

novel merupakan suatu genre sastra yang bercirikan keterpecahan yang tidak

terdamaikan dalam hubungan antara sang hero dengan dunia.

Robert Stanton (2007: 90) berpendapat bahwa novel mampu

menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang sangat rumit,

Page 23: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxiii

hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai

peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail.

Itulah yang membedakan novel dengan dengan cerpen. Yang lebih menarik

lagi dari novel adalah kemampuannya menciptakan satu semesta yang lengkap

sekaligus rumit.

Sebagai karya yang kompleks, novel memiliki karakteristik yang

menjadi ciri novel tersebut. Herman J. Waluyo (2002: 37) mengungkapkan

bahwa di dalam novel terdapat perubahan nasib dari tokoh cerita, ada

beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya, dan biasanya tokoh

utama tidak sampai mati.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

novel adalah karya sastra yang kompleks dan memiliki unsur pembangun

berupa unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

b. Jenis-jenis Novel

Novel dapat dibedakan dengan melihat karakteristik jenisnya. Herman

J. Waluyo (2002: 38-39) membedakan jenis novel menjadi dua, yaitu novel

serius dan novel pop. Novel serius adalah novel yang dipandang bernilai sastra

(tinggi), sedangkan novel pop adalah novel yang nilai sastranya diragukan

(rendah) karena tidak ada unsur kreativitasnya.

Sesuai dengan teori Lukacs, Goldmann (dalam Faruk, 2003: 31)

membagi novel menjadi tiga jenis, yaitu novel idealisme abstrak, novel

psikologi, dan novel pendidikan. Novel jenis pertama menampilkan sang hero

yang penuh optimisme dalam petualangan tanpa menyadari kompleksitas

Page 24: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxiv

dunia. Dalam novel jenis kedua sang hero cenderung pasif karena keluasan

kesadarannya tidak tertampung oleh dunia fantasi. Sedangkan dalam novel

jenis ketiga sang hero telah melepaskan pencariannya akan nilai-nilai yang

otentik.

Di pihak lain Goldmann (dalam Nyoman Kutha Ratna, 2003: 126),

yang memandang karya sastra dalam kapasitas sebagai manifestasi aktivitas

kultural, mengungkapkan bahwa novellah karya sastra yang berhasil

merekonstruksi struktur mental dan kesadaran sosial secara memadai, yaitu

dengan cara menyajikannya melalui tokoh-tokoh dan peristiwa. Penggunaan

tokoh-tokoh imajiner juga merupakan salah satu keunggulan novel dalam

usaha untuk merekonstruksi dan memahami gejala sosial, perilaku impersonal,

termasuk peristiwa-peristiwa historis (Nyoman Kutha Ratna, 2003: 127).

Kita harus membedah struktur yang dimiliki suatu karya sastra untuk

memahaminya, khususnya novel. A. Teeuw (dalam Herman J. Waluyo, 2002:

59-60) menyebutkan bahwa sebuah sistem sastra memiliki tiga aspek: pertama

eksterne strukturrelation, yaitu struktur yang terikat oleh sistem bahasa

pengarang terikat oleh bahasa yang dipakainya; kedua interne strukturrelation,

yaitu struktur dalam bagian-bagiannya saling menentukan dan saling

berkaitan; dan ketiga model dunia sekunder, yaitu model dunia yang dibangun

oleh pengarang, dunia fantasi atau dunia imajinasi.

Berdasarkan uraian A. Teeuw tersebut, Herman J. Waluyo (2002: 60)

memberikan pandangan pada karya sastra terdapat adanya faktor ekstinsik,

faktor intrinsik, dan dunia pengarang. Dunia pengarang dapat dimasukkan

Page 25: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxv

juga dalam faktor ekstrinsik, yaitu di luar faktor objektif karya sastra itu

sendiri.

Meskipun tidak menjadi bagian di dalam novel, unsur ekstrinsik cukup

berpengaruh terhadap totalitas bangunan cerita yang dihasilkan. Oleh karena

itu, sebenarnya banyak faktor yang menjadi unsur ekstrinsik novel. Wellek

dan Warren (1990: 75-130) menyebutkan adanya empat faktor ekstrinsik yang

saling berkaitan dengan makna karya sastra, yaitu biografi pengarang,

psikologis, sosial budaya masyarakat dan filosofis.

Untuk memahami sebuah novel, harus dilakukan pembedahan

struktur yang dimiliki. Kenney (1966: 6-7) berpendapat,

“To analyze a literary work is to identify the sparate parts that make it up (this correspondsroughly to the notion of tearing it to pieces), to determine the relationships among the parts, and to discover the relation of the parts, to the whole. The end of the analysis is always the understanding of the literary work as a unified and complex whole”.

Berpijak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa novel dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu novel idealisme abstrak, novel psikologi, dan

novel pendidikan.

c. Unsur-unsur Novel

Penelitian terhadap novel bertolak pada unsur yang terdapat di dalam

novel itu. Berkenaan dengan unsur intrinsik, Burhan Nurgiyantoro (2002: 23)

menyebutkan beberapa unsur, yaitu peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema,

latar, sudut pandang penceritaan, dan bahasa atau gaya bahasa.

Page 26: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxvi

Berikut ini dipaparkan beberapa unsur intrinsik novel yang berkaitan

erat dengan pengkajian novel melalui pendekatan strukturalisme genetik.

1) Tema

Tema sering dimaknai sebagai inti cerita novel. Semua cerita yang

dibangun berpusat dari satu tema. Definisi yang disampaikan Robert

Stanton (207: 147) memaknai tema sebagai makna yang dikandung oleh

sebuah cerita.

Tema adalah masalah hakiki manusia, seperti misalnya cinta kasih,

ketakutan, kebahagiaan, kesengsaraan, keterbatasan dan sebagainya

(Herman J. Waluyo, 2002: 142). Masalah hakiki manusia tersebut berasal

dari rasa kejiwaan manusia secara pribadi maupun sebagai manifestasi

interaksi dengan manusia lain. Karena itu, gagasan utama dari suatu novel

biasanya berisi pandangan tertentu atau perasaan tertentu mengenai

kehidupan.

Dalam karya sastra, tema senantiasa berkaitan dengan nilai-nilai

kehidupan dan pola tingkah laku. Tema yang banyak dijumpai pada karya

sastra yang bersifat didaktis adalah pertentangan antara nilai baik - buruk,

misalnya dalam bentuk kebohongan melawan kejujuran, kezaliman

melawan keadilan, korupsi melawan kerja keras, dan sebagainya.

Tema cerita kadang-kadang dinyatakan secara eksplisit oleh

pengarangnya, baik melalui dialog, pemaparan, maupun judul karya,

sehingga pembaca mudah memahami. Dari membaca judulnya saja,

misalnya Salah Asuhan, Sengsara Membawa Nikmat, Dua Dunia dan lain-

Page 27: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxvii

lain, dengan mudah pembaca dapat menebak temanya. Meskipun

demikian, harus disadari bahwa tidak semua judul menunjukkan tema

cerita. Ada pula judul-judul yang bersifat simbolik, misalnya Layar

Terkembang, Belenggu dan lain-lain. Dengan demikian, untuk menggali

tema cerita tidak selalu mudah karena banyak pula yang bersifat implisit

(tersirat), sehingga seseorang perlu membaca lebih dahulu seluruh cerita

dengan tekun dan cermat.

Menurut Hartoko dan Rahmanto (dalam Burhan Nurgiyantara,

2009:68), tema merupakan gagasan dasar umum yang menopamg sebuah

karya sastra yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan

yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.

Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia bersifat

menjiwai seluruh bagian cerita itu. Namun, tema merupakan makna

keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan

”tersembunyi” di balik cerita yang mendukungnya.

Sayuti (Wiyatmi, 2006: 43) mengungkapkan fungsi tema, yaitu

untuk melayani visi atau responsi pengarang terhadap pengalaman dan

hubungan totalnya dengan jagad raya. Jadi, tema dapat berfungsi sebagai

penyatu unsur-unsur cerita dan juga sebagai penghubung visi pengarang

dengan kehidupan nyata.

Berkenaan dengan jenis tema, Burhan Nurgiyantoro (2002: 77-84)

menggolongkan tema tradisional yang menunjuk pada tema yang ’itu-

itu” saja dan tema nontradisional yang bersifat tidak lazim. Ia juga

Page 28: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxviii

mengungkapkan adanya tema pokok atau tema mayor sebagai makna

pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya, dan

tema tambahan atau tema minor.

Di samping itu Burhan Nurgiyantoro (200: 77-84) juga mengutip

tingkatan tema menurut Shipley, yaitu: (1) tema tingkat fisik, yaitu

manusia sebagai (atau dalam tingkatan kejiwaan) molekul; (2) tema

tingkat organik, yaitu manusia sebagai protoplasma; (3) tema tingkat

sosial, yaitu manusia sebagai makhluk sosial; dan (4) tema tingkat egoik,

yaitu manusia sebagai individu.

Namun Herman J Waluyo(2002:12) mengklasifikasikan tema

menjadi lima jenis, yaitu: (1) tema yang bersifat fisik; (2) tema organik;

(3) tema sosial; tema egoik(reaksi probadi); dan tema devine

(Ketuhanan). Tema yang bersifat fisik menyangkut inti cerita yang

bersangkut paut dengan kebutuhan fisik manusia. Tema yang bersifat

organik atau moral, menyangkut soal hubungan antara manusia. Tema

yang bersifat sosial berkaitan dengan problem kemasyarakatan. Tema

egoik atau reaksi individual, berkaitan dengan protes pribadi kepada

ketidakadilan, kekuasaan yang berlebihan, dan pertentangan individu.

Sedangkan tema divine (Ketuhanan) menyangkut renungan yang bersifat

religius hubungan manusia dengan sang khalik.

Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tema

menyangkut masalah hakiki manusia dan dapat diklasifikasikan

berdasarkan sifat fisik, organik, sosial, egoik, dan tema ketuhanan.

Page 29: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxix

2) Alur/Plot

a). Pengertian alur

Plot memegang peranan penting dalam cerita. Fungsi plot

memberikan penguatan dalam proses membangun cerita. Menurut

Herman J. Waluyo (2002: 146-147) plot memiliki fungsi untuk

membaca ke arah pemahaman cerita secara rinci dan menyediakan

tahap-tahap tertentu bagi penulis untuk melanjutkan cerita berikutnya.

William Kenney (1966: 13-14) menyatakan:

“ plot reveals event to us, not only in their temporal, but also in relationships. Plot makes us aware of events not merely as elements in temporal series, but also as an intricate pattern of cause and effect”. “The structure of plot to recognize this much, however. Is only a beginning. We must consider in more specific terms the form this “arrangement” we call plot is likely to take. For, underlying the evident diversity of fiction, we may discern certain recurring patterns”.

Foster (Budi Darma, 2004: 13) mengungkapkan bahwa plot

adalah rangkaian peristiwa yang diikat oleh hubungan sebab-akibat.

Jika rangkaian peristiwa itu tidak diikat oleh hubungan kausalitas

maka itu bukanlah plot.

Ada pula yang mengumpamakan alur sebagai sangkutan,

tempat menyangkutnya bagian-bagian cerita, sehingga terbentuklah

suatu bangun yang utuh. Dalam fungsinya yang demikian dapat

dibedakan peristiwa-peristiwa utama yang membentuk alur utama, dan

peristiwa-peristiwa pelengkap yang membentuk alur bawahan atau

pengisi jarak antara dua peristiwa utama.

Page 30: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxx

Peristiwa yang dialami tokoh disusun sedemikian rupa menjadi

sebuah cerita, tetapi tidak berarti semua kejadian dalam hidup tokoh

ditampilkan secara lengkap. Peristiwa-peristiwa yang dijalin tersebut

sudah dipilih dengan memperhatikan kepentingannya dalam

membangun alur. Peristiwa yang tidak bermakna khas (signifikan)

ditinggalkan, sehingga sesungguhnya pengaluran selalu

memperhatikan hubungan kausalitas/sebab-akibat.

Memang, hubungan kausalitas ini tidak selalu segera tampak

dalam sebuah novel yang tersusun rapi karena kadang-kadang

tersembunyi di balik peristiwa yang meloncat-loncat, atau di dalam

ucapan maupun perilaku tokoh-tokohnya. Walaupun begitu pembaca

harus dapat menangkap hubungan kausalitas tersebut. Untuk itu

pengarang yang baik hanya menampilkan lakuan dan cakapan yang

bermakna bagi hubungan keseluruhan alur, sebab jika banyak digresi

(lanturan) dapat mengalihkan perhatian pembaca dari peristiwa utama

ke peristiwa pelengkap

Herman J. Waluyo (2008: 21) mengemukakan pengertian

tentang plot. Menurutnya plot mengandung indikator-indikator

sebagai berikut:

1). Plot adalah kerangka atau struktur crita yang merupakan jalin-

menjalinnya cerita dari awal hingga akhir;

2). Dalam plot terdapat hubungan kausalitas (sebab-akibat) dari

peristiwa-periatiwa, baik dari tokoh, ruang, maupun waktu;

Page 31: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxxi

3). Jalinan cerita dalam plot erat kaitannya dengan perjalanan cerita

tokoh-tokohnya;

4). Konflik batin pelaku adalah sumber terjadinya plot yang

berkaitan dengan tempat dan waktu kejadian cerita;

5). Plot berkaitan dengan perkembangan konflik antara tokoh

antagonis dengan tokoh protagonis.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan definisi alur

adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita yang

menunjukkan adanya hubungan kausalitas.

b). Penahapan Alur

Secara teoretis plot biasanya dikembangkan dalam urut-urutan

tertentu. Herman J. Waluyo (2002: 147-148) membedakan plot

menjadi tujuh tahapan: (1) exposition, yaitu paparan awal cerita; (2)

inciting moment, yaitu peristiwa mulai adanya problem-problem yang

ditampilkan oleh pengarang untuk dikembangkan atau ditingkatkan;

(3) rising action, yang penanjakan konflik; (4) complication, yaitu

konflik yang semakin ruwet; (5) klimaks, yaitu puncak dari seluruh

cerita dan semua kisah atau peristiwa sebelumnya ditahan untuk dapat

menonjolkan saat klimaks cerita tersebut; (6) falling action, yaitu

konflik yang dibangun cerita itu menurun karena telah mencapai

klimaksnya; (7) denovement, yaitu penyelesaian.

Page 32: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxxii

Bertolak dari pendapat di atas, tahapan alur adalah exposition,

inciting moment, rising action, complicatipn, klimaks, failing action,

dan denovement

c) Jenis Plot

Alur atau plot memegang peranan penting dalam sebuah cerita

rekaan. Selain sebagai dasar bergeraknya cerita, alur yang jelas akan

mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang disajikan.Alur

berdasarkan kriteria urutan waktu dibedakan menjadi tiga, yaitu:

- Alur maju. Alur maju atau progresif dalam sebuah novel terjadi jika

cerita dimulai dari awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa.

- Alur mundur, regresif atau flash back. Alur ini terjadi jika cerita

dimulai dari akhir cerita atau tengah cerita kemudian menuju awal

cerita.

- Alur campuran yaitu gabungan antara alur maju dan alur mundur.

Untuk mengetahui alur campuran maka harus meneliti secara

sintagmatik dan paradigmatik semua peristiwa untuk mengetahui kadar

progresif dan regresifnya (Burhan Nurgiyantoro, 1995:153-155).

Selain itu, Burhan Nurgiyantoro membagi alur berdasarkan

kepadatannya menjadi dua, yaitu:

- Alur padat yaitu cerita disajikan secara cepat, peristiwa terjadi

secara susulmenyusul dengan cepat dan terjalin erat, sehingga

apabila ada salah satu cerita dihilangkan maka cerita tersebut tidak

dapat dipahami hubungan sebab akibatnya.

Page 33: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxxiii

- Alur longgar yaitu alur yang peristiwa demi peristiwanya

berlangsung dengan lambat (Burhan Nurgiyantoro, 2002:159-160).

Plot dapat dikategorikan dalam beberapa jenis berdasakan

sudut tinjauan atau kriteria tertentu. Burhan Nurgiyantoro (2002:

153-163) mengemukakan pembedaan plot yang didasarkan pada

tinjauan dari kriteria urutan waktu, jumlah, kepedatan, dan isi.

Plot sebuah novel dikatakan progresif jka peristiwa-

peristiwa yang dikisahkanbersifat ideologis, peristiwa oertama

diikuti oleh (atau; menyebabkan) terjadinya peristiwa yang

kemuddian. Jika cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan

mungkin dari tahap akhir baru kemudian tahap awal cerita

dikisahkan, maaka berplot sorot balik atau flash-back.

Istilah plot tunggal atau subplot digunakan pada menilik

plot berdasarkan kriteria jumlah. Karya fiksi yang berplot tunggal

biasanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan

seorang tokoh utama protagonis sebagai hero. Namun, sebuah

karya fiksi dapat saja memiliki lebih dari satu alur cerita yang

dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan

perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik yang dihadapinya.

Alur semacam itu mmenandakan adanya subplot.

Plot berdasarkan kriteria kepadatan dibagi menjadi plot

padat atau rapat dan plot longar atau renggang. Novel yang berplot

padat antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain tidak

Page 34: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxxiv

dapat dipisahkan atau dihilangkan salah satunya . Sedangkan

dalam novel yang berplot longgar, antara peristiwa penting yang

satu dengan yang lain diselai oleh berbagai peristiwa tambahan

atau berbagai pelukisan tertentu seperti penyituasian latar dan

suasana.

Pembedaan plot berdasar kriteria isi dibagi menjadi tiga

golongan besaar, yaitu plot peruntungan, plot tokohan, dan plot

pemikiran. Plot peruntungan berhubungan dengan cerita yang yang

mengungkapkan nasib peruntungan yang menimpa tokoh. Plot

tokohan mengarah pada adanya sifat pementingan tokoh. Plot

pemikiran mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran,

keinginan, dan perasaan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis

plot antara lain plot maju, mundur, dan campuran. Selain itu juga

ada plot rapat dan renggang.

3) Tokoh dan Penokohan

a) Pengertian Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting

dalam cerita novel. Istilah “tokoh” digunakan untuk menunjuk pada

orangnya atau pelaku cerita. Sedangkan istilah “penokohan” untuk

melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan

dalam sebuah cerita. Wahyu Wibowo (2003: 46-47) mengungkapkan

Page 35: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxxv

bahwa novel-novel Indonesia adalah novel tokohan; segala persoalan

berasal, berpijak, dan berujung pada sang tokoh.

The characters of a book are the fictional figures who move through the plot. They are invented by the author and are made of words rather than of flesh and blood. Therefore they cannot be expected to have all the attributes of real human beings. Nevertheless, novelists do try to create fictional people whose situations affect the reader as the situations of real people would. (http://encarta.msn.com/encyclopedia_761560384_5/Novel.html)

Pernyataan di atas senada dengan pendapat Herman J. Waluyo

(2002: 165) yang menyatakan bahwa penokohan berarti cara pandang

pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan

tokoh dengan unsur cerita yang lain, watak tokoh-tokoh itu. Dengan

penggambaran watak-watak yang terdapat pada pelaku maka cerita

tersebut bertingkah laku seperti halnya manusia hidupdan mewakili

tipe-tipe manusia yang dikehendaki tema dan amanat.

Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh

dan penokohan adalah cara pandang pengarang menampilkan tokoh

dan penggambaran tokoh yang sesuai dengan kehidupan nyata.

b). Teknik Penokohan

Berkenaan dengan pengarang untuk menggambarkan watak

tokoh-tokohnya, Robert Humpre (dalam Herman J. Waluyo, 2002:

32) menyebutkan ada empat cara, yaitu: (1) teknik monolog interior

tak langsung; (2) teknik interior langsung; (3) teknik pengarang

serba tahu; dan (4) teknik solilokui.

Page 36: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxxvi

Teknik monolog interior artinya cerita yang kehadirannya

tidak ditujukan kepada siapa pun, baik pembaca maupun tokoh lain.

Teknik pengarang serba tahu artinya pengarang menjelaskan semua

tentang diri tokoh-tokoh dan mencampuri segala tindakan seolah-

olah pada diri setiap tokoh, pengarang ada di dalamnya. Sedangkan

teknik solilukui atau percakapan batin artinya penggambaran watak

melalui percakapan tokoh itu sendiri.

Sedangkan Kenney (1966:34) menyebutkan ada lima teknik

penampilan watak tokoh cerita, yaitu: (1) secara diskursif yaitu

pengarang menyebutkan watak tokoh-tokohnya satu demi satu; (2)

secara dramatik artinya penampilan watak melalui dialog dan

tingkah laku (actino); (3) melalui tokoh lain yang berarti tokoh lain

menceritakan tokoh tersebut atau sebaliknya; (4) secara kontekstual

artinya penampilan watak tokoh dari konteks atau lingkungan atau

dunia yang dipilih oleh tokoh tersebut; (5) dengan metode

campuran(mixing methods) hádala metode penampilan watak

melalui pencampuran teknik-teknik yang sudah dikemukakan

terdahulu.

Herman J Waluyo (2002: 40) menggenapi beberapa cara

pengarang untuk menggambarkan watak tokoh-tokoh menjadi

tujuh, yaitu: (1) penggambaran secara langsung; (2) secara langsung

dengan diperindah; (3) melalui pernyataan oleh tokohnya sendiri;

(4) melalui dramatisasi; (5) melalui pelukisan terhadap keadaan

Page 37: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxxvii

sekitar pelaku; (6) melalui analisis psikis pelaku; (7) melalui dialog-

dialog pelakunya.

Apabila tokoh-tokoh dalam suatu cerita dilihat berdasarkan

perannya dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Selain itu,

jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh

protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu

sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, dan pembaca. tokoh

antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik (Burhan Nurgiyantoro,

2002:178-179).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik

penokohan terdiri atas teknik monolog interior tak langsung, teknik

interior langsung, teknik pengarang serba tahu, dan teknik solilokui.

4) Latar

a) Pengertian Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran

pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Ada empat bagian

penyusun setting menurut William Kenney(1966:40), yaitu:

(1) the actual geographical location, including topography scenery, even the details of a room’s interior; (2) the accupations and modes of day-to-day existence of the characters; (3) the time in which the action takes plece,e.g, historical period, season of the year; (4) the religious, moral, intellecctual, social, and emotional environment of the characters.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latar membentuk

suasana emosional tokoh cerita, misalnya cuaca yang ada di

Page 38: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxxviii

lingkungan tokoh memberi pengaruh terhadap perasaan tokoh cerita

tersebut.

b) Fungsi Latar

Latar disebut juga setting, memiliki fungsi yang penting karena

kedudukannya tersebut berpengaruh dalam cerita novel. Berkaitan

dengan ini, Kenney (1966:40) menyebutkan tiga fungsi latar, yaitu:

1. Membaca keseluruhan dari cerita. Setting ini mendasari waktu,

tempat watak pelaku, dan peristiwa yang terjadi.

2. Sebagai atmosfer atau kreasi yang lebih memberi kesan tidak hanya

sekadar memberi tekanan pada sesuatu. Penggambaran terhadap

sesuatu dapat ditambahkan dengan ilustrasi tertentu.

3. Sebagai unsur yang dominan yang mendukung plot dan perwatakan,

dapat dalam hal waktu dan tempat.

Selain ketiga fungsi tersebut Herman J Waluyo (2002: 35)

menambahkan dua fungsi lagi, yaitu: mempertegas watak pelaku dan

memberi tekanan pada tema cerita.

Bertolak dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

latar sangat penting karena kedudukannya berpengaruh dalam cerita

novel.

c) Unsur Latar

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu: (1)

Latar tempat, yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah karya fiksi; (2) Latar waktu, berhubungan dengan maslaah “kapan”

Page 39: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xxxix

peristiwa itu terjadi dan diceritakan dalam novel; dan (3) Latar sosial,

menyangkut status sosial seorang tokoh, penggambaran keadaan

masyarakat, kebiasaan hidup, pandangan hidup, adat-istiadat dan cara

berpikir dan bersikap, termasuk status sosial tokoh yang bersangkutan.

(Burhan Nurgiyantoro, 2002: 227–333).

5) Sudut Pandang

Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002: 248) mendefinisikan

sudut pandang itu sendiri sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,

tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam

sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sementara itu Booth (dalam Burhan

Nurgiyantoro, 2002: 249) mengemukakan bahwa sudut pandang adalah

teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan

menyampaikan makna karya artistiknya untuk dapat sampai dan

berhubungan dengan pembaca.

Percy Lubbock (dalam Nyoman Kutha Ratna, 2003: 113)

mengatakan dalam pengertian ilmu sastra modern, sudut pandang

dianggap sebagai cara yang paling halus untuk memahami hubungan

antara penulis dengan struktur narativitas, yaitu dengan memanfaatkan

mediasi-mediasi variasi narator. Sudut pandang menyangkut tempat

berdirinya pengarang dalam sebuah cerita, sekaligus menentukan struktur

gramatikal naratif.

Usaha pembagian sudut pandang telah dilakukan oleh banyak

pakar sastra. Namun, pandangan para pakar tersebut pada dasarnya

Page 40: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xl

memiliki pendapat yang sama, berkisar pada posisi pengarang sebagai

orang pertama, orang ketiga atau bahkan campuran. Sebagaimana

penggolongan yang dikemukakan Herman J. Waluyo (2002: 184-185),

yaitu (1) pengarang sebagai orang pertama dan menyatakan pelakunya

sebagai “aku” dan disebut teknik akuan; (2) pengarang sebagai orang

ketiga dan menyebut pelaku utama sebagai “dia”, dan disebut sebagai

teknik diaan; (3) teknik yang disebut omniscient narratif atau pengarang

serba tahu yang menceritakan segalanya atau memasuki berbagai peran

secara bebas; pengarang tidak memfokuskan kepada satu tokoh cerita di

dalam bercerita, tetapi semua tokoh mendapatkan penonjolan.

Shipley dalam Herman J. Waluyo (2002, 37) menyebutkan adanya

dua jenis sudut pandang, yaitu: internal point of view dan external point of

view. Iinternal point of view meliputi tokoh yang bercerita, pencerita

menjadi salah satu pelaku, sudut pandang akuan, dan pencerita sebagai

tokoh sampingan bukan tokoh hero. Pengarang memakai tokoh ‘aku’

sebagai penutur cerita, sehingga seolah-olah kisah yang dituangkan adalah

pengalaman hidupnya sendiri. Tidak jarang pembaca salah duga dan

menganggap tokoh ‘aku’ dalam cerita sebagai gambararan pribadi

pengarang. Tentu saja ini menyesatkan dan tidak dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Point of view jenis ini terbagi dua, yaitu orang pertama mayor dan

orang pertama minor. Sudut pandang orang pertama mayor adalah cerita

dengan tokoh utama ‘aku’ atau ‘saya’; sedangkan sudut pandang orang

Page 41: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xli

pertama minor, tokoh utamanya orang ketiga (‘dia’, ‘ia’ atau nama orang).

Cerita dengan sudut pandang ini menghadirkan tokoh ‘aku’ atau ‘saya’

hanya sebagai penutur kisah yang menceritakan kehidupan tokoh utama.

External point of view meliputi gaya diam dan gaya penampilan

gagasan dari luar tokohnya. Tokoh utama cerita dengan point of view ini

adalah ‘dia’, ‘ia’, atau seseorang dengan nama tertentu. Di sini pengarang

bisa bertindak sebagai yang mahatahu (omniscient point of view), bisa pula

mendudukkan diri di luar cerita (objective point of view).

Pada cerita dengan sudut pandang omniscient, pengarang bertindak

sebagai pencipta segalanya. Karya sastra lama umumnya menggunakan

teknik point of view ini.

Berdasarkan pendapat di atas, sudut pandang adalah teknik yang

dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna

karya artistiknya untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca.

2. Hakikat Strukturalisme Genetika

a. Pengertian Strukturalisme Genetik

Jamal T. Suryanata (1999: 8) menyatakan bahwa sifat-sifat sastra

menuntut orang untuk melihat kenyataan sebagaimana adanya, bukan melihat

apa yang seharusnya terjadi, sehingga sastra yang baik merupakan cermin

realitas masyarakat zamannya. Oleh karena itu, muncullah pendekatan sastra

dengan cara pandang yang berbeda yang dikenal dengan pendekatan

strukturalisme genetik.

Page 42: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xlii

Pendekatan strukturalisme genetik merupakan salah satu bentuk

pendekatan sosiologi sastra yang dicetuskan oleh Lucien Goldmann.

Menurutnya, pendekatan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pandangan dunia

pengarang, stuktur teks, dan struktur sosial. Karya sastra dipandang sebagai

fakta kemanusiaan sehingga karya sastra tidak dapat dilepaskan dari ciri-ciri

dasar perilaku manusia.

The first basic principle of genetic structuralism is that human facts must be related to the behavior of a subject in order to be understood. Human facts are the result of human behavior and can be very precisely defined. Man transforms the world arround him in order to archive a better balance between himself (as subject) and the world. (Goldmann, 1981: 40) Goldmann, dengan pendekatan strukturalisme genetik,

mengembangkan konsep tentang pandangan dunia. Sebagaimana dikatakan

Faruk (2003: 43) bahwa teori strukturalisme genetik Goldmann mengukuhkan

adanya hubungan antara sastra dengan masyarakat melalui pandangan dunia

atau ideologi yang diekspresikannya.

Atas dasar hal-hal di atas, Goldmann (dalam Suwardi Endraswara,

2003: 57) memberikan rumusan penelitian strukturalisme genetik ke dalam

tiga hal, yaitu: (1) penelitian terhadap karya sastra seharusnya dilihat sebagai

suatu gagasan; (2) karya sastra yang diteliti mestinya karya sastra yang

bernilai sastra, yaitu karya yang mengandung tegangan (tension) antara

keragaman dan kesatuan dalam suatu keseluruhan (a coherent whole); (3) jika

kesatuan telah ditemukan, kemudian dianalisis dalam hubungannya dengan

latar belakang sosial.

b. Struktur Sosial Budaya

Page 43: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xliii

Pandangan mengenai sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat

(literature is an expression of society) memberikan asumsi bahwa sastra

sebagai cermin masyarakat. George Lukacs (dalam Sangidu, 2004: 44)

mengungkapkan teorinya tentang sastra sebagai pencerminan masyarakat. Ia

menyatakan bahwa seni (sastra) yang sejati tidak hanya merekam kenyataan

bagaikan sebuah tustel foto, tetapi melukiskan kenyataan dalam

keseluruhannya. Maksud mencerminkan berarti menyusun sebuah struktur

mental. Sebuah novel tidak hanya mencerminkan realitas, tetapi lebih dari itu,

lebih lengkap, lebih hidup dan lebih dinamik yang mungkin melampaui

pemahaman umum.

Karya sastra, khususnya novel, menampilkan latar belakang sosial

budaya masyarakat. Menurut Herman J. Waluyo (2002: 51) latar belakang

yang ditampilkan meliputi: tata cara kehidupan, adat-istiadat, kebiasaan, sikap,

upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan

kekerabatan dalam masyarakat, dalam cara berpikir, cara memandang sesuatu,

dan sebagainya. Latar belakang sosial budaya tersebut menjadi deskripsi

permasalahan yang diangkat dalam cerita novel.

Uraian dalam karya sastra tentang latar belakang sosial budaya dan

kenyataan berhubungan erat dengan warna lokal. Cerita rekaan akan

senantiasa menampilkan warna lokal agar ceritanya kuat dan meyakinkan.

Warna lokal dapat berupa keadaan alam, jalan, perumahan, paparan tentang

kesenian, upacara adat, dan dialog (cakapan) yang diwarnai dengan dialek.

(Herman J. Waluyo, 2002 : 54).

Page 44: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xliv

Konteks karya sastra yang cenderung memantulkan keadaan

masyarakat menjadikan karya sastra sebagai saksi yang zaman (Suwardi

Endraswara, 2003: 89). Dalam kaitan ini sebenarnya karya sastra, melalui

kreatif pengarang, ingin berupaya untuk mendokumetnasikan zaman sekaligus

alat sebagai alat komunikasi dengan pemacanya (masyarakat itu sendiri).

Sastra yang ditulis pada suatu kurun tertentu pada umumnya berkaitan dengan

norma-norma dan adat-istiadat zaman itu (Luxemburg dalam Sangidu, 2004:

40).

c. Pandangan Dunia Pengarang

Menurut Lucien Goldmann pandangan dunia pengarang merupakan

istilah yang paling tepat dan cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-

gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara

bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial yang lain. Sebagai

suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia berkembang sebagai hasil situasi

sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang

memilikinya.

World views are historical and social facts. They are totalities of ways of thinking, feeling, and acting which in given conditions are imposed on men finding themselves in a similar economic and social situation, that is, imposed on certain social groups. Through these latter, it is clear that new world views do not appear all at once. (Goldmann: 1981: 112)

Dari pandangan ini tampak bahwa pandangan dunia merupakan sebuah

sintesis akumulatif kehidupan yang sangat abstrak. “ia” akan menggerakkan

aktivitas hidup dan besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial.

Page 45: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xlv

Pengarang sebagai subjek individual mencoba menghasilkan

pandangan dunianya (vision du monde) kepada subjek kolektifnya.

Signifikansi yang dielaborasikan subjek individual terhadap realitas sosial di

sekitarnya menunjukkan sebuah karya sastra berakar pada kultur tertentu dan

masyarakat tertentu (Iswanto, 2001: 59).

Pandangan dunia yang ditampilkan pengarang lewat problematic hero

merupakan struktur global yang bermakna. Pandangan dunia ini akan semata-

mata fakta empiris yang bersifat langsung, tetapi merupakan suatu gagasan,

aspirasi dan perasaan yang dapat mempersatukan suatu kelompok sosial

masyarakat. Pandangan dunia ini tidak memiliki eksistensi objektif, tetapi

merupakan ekspresi teoretis dari kondisi dan kepentingan suatu golongan

masyarakat tertentu (Iswanto, 2001: 61).

Pandangan dunia itu merupakan kesadaran yang munkgin yang tidak

setiap orang dapat memahaminya. Dalam hal ini kesadaran yang mungkin

dibedakan dari kesadaran yang nyata. Kesadaran yang nyata adalah kesadaran

yang dimiliki oleh individu-individu yang ada dalam masyarakat. Individu-

individu itu menjadi anggota berbagai pengelompokkan dalam masyarakat,

seperti keluarga, kelompok sekerja, dan sebagainya. Ditambah dengan

kompleksnya kenyataan masyarakat, individu-individu itu jarang sekali

mempunyai kemampuan untuk menyadari secara lengkap dan menyeluruh

mengenai makna dan arah keseluruhan dari aspirasi-aspirasi, perilaku-

perilaku, dan emosi-emosi kolektifnya (Faruk, 2003: 16).

Page 46: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xlvi

Dalam esainya yang berjudul “The Epistemology of Sociology”

Godlmann (1981: 55-74) mengemukakan pendapat mengenai karya sastra

pada umumnya yakni (1) karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia

secara imajiner, dan (2) dalam usahanya mengekspresikan pandangan dubia

pengarangnya itu pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek,

dan relasi-relasi secara imajiner. Selanjutnya Goldmann mengemukakan

bahwa pandangan dunia merupakan perspektif yang koheren dan terpadu

mengenai hubungan manusia dengan sesamanya dengan alam semesta.

Hal ini menunjukkan bahwa pandangan dunia adalah sebuah kesadaran

hakiki masyarakat dalam menghadapi kehidupan. Namun, dalam karya sastra,

hal ini amat berbeda dengan kedaan nyata. Kesadaran tentang pandangan

dunia ini adalah kesadaran mungkin, atau kesadaran yang telah ditafsirkan.

Oleh karena itu, boleh dikatakan bahwa karyawa sastra sebenarnya merupakan

ekspresi pandangan dunia yang imajiner.

Secara garis besar, ciri-ciri genetis karya seni, khususnya karya sastra,

yang melekat pada struktur sosial, dapat ditunjukkan dengan adanya sejumlah

persamaan, antara lain: (1) sama-sama dicirikan oleh adanya totalitas dan

unsur, (2) persamaan dalam eksplorasi tokoh-tokoh dan peristiwa, (3)

persamaan dalam penggunaan simbol-simbol sebagai alat, (4) persamaan

tujuan, yaitu transedensi dan transformasi, dan (5) persamaan hakikat, yaitu

abstraksi dari rekonstruksi ide-ide, sastra dalam bentuk rekonstruksi naratif,

struktur sosial dalam bentuk rekonstruksi perilaku. Di sinilah analisis sosiologi

sastra menunjukkan kelebihannya di antara ilmu sosial yang lain, yaitu dalam

Page 47: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xlvii

menunjukkan fungsi-fungsi pandangan dunia sebagai mediasi, sehingga

memungkinkan terjadinya dialog antardisiplin (Nyoman Kutha Ratna, 2003:

233)

d. Kuntowijoyo sebagai Sastrawan Pencetus Sastra Profetik

Kuntowijoyo telah melahirkan karya-karya luar biasa, baik dalam

kajian keislaman, sejarah, mau pun cerita pendek dan novel. Lebih dari 50

judul buku ia hasilkan selama masa sakitnya, 1992-2005. Belum lagi

kolomnya di berbagai media. Karya sastranya, antara lain Hampir Sebuah

Subversi (1999) Pasar (2000), Fabel Mengusir Matahari (2000), dan

Wasripin dan Satinah (2003).

Novelnya, yang pernah menjadi cerita bersambung di harian Kompas,

Mantra Pejinak Ular, ditetapkan sebagai satu di antara tiga pemenang Hadiah

Sastra Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), 2001. Tiga kali berturut-turut

Cerpen-cerpennya menjadi Cerpen Terbaik Kompas, yiatu “Laki-laki yang

Kawin dengan Peri” (1995), “Pistol Perdamaian” (1996), dan “Anjing-anjing

yang Menyerbu Kuburan” (1997). Hingga ia pernah menelepon redaksi

Kompas untuk meminta agar dirinya tidak lagi dimenangkan, seandai memang

layak untuk menang lagi.

Penghargaan Kebudayaan diterima dari ICMI (1995), Satyalencana

Kebudayaan RI (1997), ASEAN Award on Culture and Information (1997),

Mizan Award (1998), Kalyanakretya Utama untuk Teknologi Sastra dari

Menristek (1999) dan SEA Write Award (1999) dari Pemerintah Thailand.

Page 48: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xlviii

Memang, ia mudah lelah. Mengikuti pertemuan atau membaca 2 jam

sudah sangat melelahkan baginya. Sewaktu masih bugar, ia membaca 8 jam

dalam sehari. Sebelum sakit, konon 200 halaman buku dilalapnya tiap hari,

kebanyakan pada pagi hari sebelum dan sesudah shubuh, serta malam hari

menjelang tidur.Tapi, tetap, dengan keadaan sakit pun, hasilnya begitu

optimal.

Bila kita membaca dengan cermat karya-karya Kuntowijoyo—

Kumpulan Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-bunga, Mantra Penjinak Ular,

Wasripin dan Satinah, dll— maka setidaknya dapatlah kita memiliki sebuah

gambaran tentang sikap pengarang terhadap karya yang dihasilkannya. Dalam

sastra, misalnya, Kuntowijoyo memetakan dua macam sastra yang

bertentangan; pertama, sastra universal humanistik-emansipatoris-liberasi.

Kedua, sastra religius-transendental-spiritual. Melihat peta semacam ini, maka

sastra yang dipilih dan dicita-citakan oleh Kuntowijoyo adalah jenis sastra

(Islam) profetik, yang menggabungkan keduanya.

Karena itu, Kuntowijoyo menyatakan, kekuasaan Tuhan itu berbeda

dengan kekuasaan manusia. Kekuasaan Tuhan itu membebaskan, ikatan yang

membebaskan. Menurut Kuntowijoyo, itu “sebuah kebenaran paradoksal”.

Iman, transendensi, ruh selalu menjadi perhatian Kuntowijoyo. Kesadaran itu

dipeluknya dengan kuat, berdasarkan ayat suci, ia meyakini perjanjian dengan

Tuhan di alam azali bahwa sebelum manusia lahir ke dunia telah menyatakan

beriman kepada Allah. Karena itu, kelahiran ke dunia untuk tetap memelihara

kesaksian itu dengan menjaga kesucian fitrah. (Ibnu Anwar, 2008: 2)

Page 49: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xlix

Bagaimanapun, maklumat tentang ”Sastra Profetik” Kuntowijoyo

benar-benar memiliki ruh, yang seolah-olah mewakilinya untuk membenarkan

bahwa karya-karya yang dihasilkan oleh Kuntowijoyo. Di dalamnya terdapat

strukturisasi pengalaman yang cukup tinggi, beserta strukturisasi imajinasi

yang melebihi kognisi pengalamannya. Kuntowijoyo (2005: 80) menegaskan

idealismenya tentang sastra, “Keinginan saya dengan sastra adalah sastra

sebagai ibadah dan sastra yang murni. “Sastra ibadah” saya adalah ekspresi

dari penghayatan nilai-nilai agama saya, dan sastra murni adalah ekspresi

tangkapan saya atas realitas, “objektif” dan universal.”

Penulis novel Pasar dan Khotbah di Atas Bukit ini terus berkarya

sampai detik-detik terakhir hayatnya. Ia masih sempat memberi kata

pengantar kumpulan puisi Taufik, Malu Aku Jadi Orang Indonesia.

Kuntowijoyo meninggalkan dua naskah yang belum sempat diedit, yaitu

Pengalaman Sejarah (Historical Experience) dan Sejarah Eropa Barat

(pengembangan skripsinya pada 1969), serta ide tulisan untuk

Muhammadiyah dalam rangka muktamarnya. Kunto sudah meninggal pada

hari Selasa, 22 Februari 2005. Tapi ide dan semangatnya masih hidup. (Ekky,

2009: 4)

Kuntowijoyo sebagai pencetus maklumat sastra profetik tentu

mempunyai pandangan yang khas. Sastra profetik adalah sastra demokratis. Ia

tidak otoriter dengan memilih satu premis, tema, teknik, dan gaya (style), baik

yang bersifat pribadi maupun baku. Dahulu, di negeri-negeri yang terpengaruh

komunisme, sastra memilih realisme sosialis dengan agresif dan berusaha

Page 50: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

l

mematikan aliran lain. Keinginan sastra profetik hanya sebatas bidang etika,

itu pun dengan sukarela, tidak memaksa. (Kuntowijoyo, 2005: 10)

Etika tersebut disebut profetik karena ingin meniru perbuatan nabi, Sang

Prophet. Kuntowijoyo terinspirasi kutipan ungkapan sufi dalam buku

Muhammad Iqbal, sang sufi mengagumi peristiwa Isra’-Miroj. Meskipun Nabi

Muhammad telah mencapai tempat paling tinggi yang menjadi dambaan ahli

mistik, tapi kembali ke dunia juga untuk menunaikan tugas-tugas

kerasulannya.

Menurut Kuntowijoyo (2005: 10-11) konsep etika profetik ditemukan

dalam Al-Quran surat Al-Imron ayat 110. ”Kamu adalah umat terbaik yang

dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, danmencegah

kemungkaran, dan beriman kepada Allah.”

Etika profetik berisi tiga hal yaitu humanisasi (’amar ma’ruf), Liberasi

(nahi munkar), dan transendensi (tu’minunna billaah). Liberalisme memilih

humanisasi, Marxisme memilih liberasi, dan kebanyakan agama memilih

transendensi. Etika profetik menginginkan ketiga-tiganya.

Keikutsertaan Kuntowijoyo dalam Muhammadiyah juga mempengaruhi

pemikirannya. Apa yang disampaikannya senada dengan khitah perjuangan

Muhammadiyah. Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang telah

menghembuskan jiwa pembaruan islam, menentang bid’ah dan khurafat.

(Sabili, 2003: 134)

Sesuai dengan khittahnya, Muhammadiyah sebagai persyarikatan

memilih dan menempatkan diri sebagai Gerakan Islam ’amar-ma'ruf nahi

Page 51: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

li

mungkar dalam masyarakat, dengan maksud yang terutama ialah membentuk

keluarga dan masyarakat sejahtera sesuai dengan Dakwah Jamaah.

Muhammadiyah sebagai gerakan, dalam mengikuti perkembangan dan

perubahan itu, senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar

ma'ruf nahi-mungkar, serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang

sesuai dengan lapangan yang dipilihnya ialah masyarakat, sebagai usaha

Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya: "menegakkan dan menjunjung

tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur

yang diridlai Allah SWT.” (www.muhammadiyah-online.com)

Menurut Suminto A. Sayuti, (2005: 5) Etika profetik yang digagas

Kuntowijoyo merupakan perwujudan strukturalisme transendental. Dalam

kaidah sastra profetik harus ada kesadaran bahwa sastra dimaknai sebagai

ibadah. Kuntowijoyo pun menyatakan idealismenya dalam bersastra, “Inilah

cara bagi saya untuk mengabdi pada Tuhan dan tanah air.”

Menurut Moh. Wan Anwar (2005: 29) persoalan manusia dan

kehidupan masyarakat modern ditampilkan Kuntowijoyo dalam atmosfer

budaya Jawa dan pemikiran Islam. Hantu, takhayul, jin, peri, firasat,

kepercayaan orang-orang Jawa yang irasional dan emosional dihayati

Kuntowijoyo dalam perspektif Islam. Ia menghadapkan dua wawasan tersebut,

tanpa membenturkannya.

Sastra Profetik memiliki kaidah-kaidah yang memberi dasar

kegiatannya. Kaidah-kaidah tersebut adalah:

Page 52: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lii

1. Epistemologi Strukturalisme Transendental (berdasar kitab suci yang

transenden dan mempunyai struktur yang utuh, khususnya dalam

terminologi Islam)

2. Sastra sebagai ibadah (Islam adalah agama yang utuh, kaffah, (QS. Al-

Baqarah: 208. Seorang muslim tidak dikatakan Islamnya kaffah jika dia

mengamalkan rukun Islam dengan tertib, tetapi pekerjaannya tidak

diniatkan sebagai ibadah)

Keterkaitan antar-kesadaran (Tugas kemanusiaan sastra profetik adalah

memperluas ruang batin, menggugah kesadaran ketuhanan dan kemanusiaan.

Hablumminallah dan hablumminannas.)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa etika profetik

Kuntowijoyo mengarah pada pandangan religius. Pandangan religius tersebut

bukan religius sufistik, melainkan religius profetik yakni mengarah pada

keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama.

3. Nilai Pendidikan dalam Novel

a. Pengertian Nilai

Menurut Max Scheler (dalam Paulus Wahana, 2004: 5) manusia tidak

dapat hidup tanpa nilai. Nilai sebagai sesuatu yang membuat berharga layak

diingini, dijunjung tinggi, dicita-citakan sebagai pemandu dan pengarah dalam

kehidupan manusia. Filsafat nilai Max Scheler memberi kontribusi dalam

mengelola realitas pluralitas yang ada untuk dilihat sebagai perbedaan bukan

pertentangan.

Page 53: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

liii

Realitas dalam karya sastra yang baik sebagai hasil imajinasi dan

kreativitas pengarang terkadang dapat memberikan pngalaman total pada

pembaca. Dengan kreativitas dan kepekaan rasa, seorang pengarang bukan

saja mampu menyajikan keindahan rangkaian cerita, melainkan juga mampu

memberikan pandangan yang berhubungan dengan renungan tentang agama,

filasafat, serta beraneka ragam pengalaman tentang problema hidup dan

kehidupan.

Bermacam-macam wawasan itu disampaikan pengarang lewat

rangkaian kejadian, tingkah laku dan perwatakan para tokoh, ataupun

komentar yang diberikan pengarangnya.

Dengan adanya bermacam-macam wawasan yang dikandung dalam

karya sastra, pada dasarnya suatu karya sastra yang bermutu dan berbobot

akan selalu mengandung bermacam nilai didik tentang kehidupan yang

bermanfaat bagi pembaca. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, namun

secara fungsional mempunyai ciri yang mampu membedakan antara satu

dengan yang lain. Suatu nilai jika dihayati seseorang, maka akan sangat

berpengaruh terhadap cara berpikir, cara bersikap, maupun cara bertindakdemi

mencapai tujuan hidupnya.

Nilai selalu menjadi ukuran dalam menentukan kebenaran dan

keadilan, sehingga tidak akan pernah lepas dari sumber asalnya yaitu berupa

ajaran agama, logika, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Menurut Wiyatmi (2006: 73), nilai berarti suatu penghargaan atau kualitas

terhadap sesuatu hal yang dapat dijadikan dasar penentu tingkah laku

Page 54: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

liv

seseorang, karena suatu yang menyenangkan (profitable) atau merupakan

suatu sistem keyakinan (believe).

Nilai-nilai berarti tidak melanggar norma-norma, menjunjung budi

pekerti, sedangkan pelanggaran terhadap nilai-nilai merupakan pelanggaran

norma atau susila. Nilai-nilai ditunjukkan oleh perilaku baik yang sesuai

dengan norma-norma atau aturan yang ada dan pelanggaran nilai-nilai

berkaitan dengan hal-hal yang tidak baik serta melanggar norma atau aturan

yang ada. Nilai atau nilai-nilai merupakan suatu konsep, yaitu pembentukan

mentalita yang dirumuskan dari tingkah laku manusia sehingga menjadi

sejumlah anggapan yang hakiki, baik dan perlu dihargai sebagaimana

mestinya. Nilai-nilai menyediakan prinsip umum dan yang menjadi acuan

serta tolok ukur standar dalam membuat keputusan, pilihan tindakan, dan

tujuan tertentu bagi para anggota suatu masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah

adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang

diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam

hidupnya yang tidak melanggar norma-norma, menjunjung budi pekerti,

sedangkan pelanggaran terhadap nilai-nilai merupakan pelanggaran norma

atau susila.

b. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Sastra

Nilai-nilai pendidikan sangat erat kaitannya dengan karya sastra.

Setiap karya sastra yang baik (termasuk novel) selalu mengungkapkan nilai

Page 55: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lv

pendidikan moral, agama, sosial, kepahlawanan maupun estetis (keindahan).

Hal ini sesuai dengan pernyataan Herman J. Waluyo (1990:27) bahwa nilai

sastra berarti kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan.

Nilai sastra dapat berupa nilai medial (menjadi sarana), nilai final (yang

dikejar seseorang), nilai kultural, nilai kesusilaan, dan nilai agama.

Ahmadi dan Uhbiyati (1991: 69) berpendapat bahwa nilai dalam sastra

dapat menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka

sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan

dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Mudji Sutrisno (1997: 63) juga menyatakan bahwa nilai-nilai dari

sebuah karya sastra dapat tergambar melalui tema-tema besar mengenai siapa

manusia, keberadaannya di dunia dan di dalam masyarakat; apa itu

kebudayaannya dan proses pendidikannya; semua ini dipigurakan dalam

refleksi konkret fenomenal berdasar fenomena eksistensi manusia dan

direfleksi sebagai rentangan perjalanan bereksistensi.

Nilai yang terdapat dalam karya sastra sangat bergantung pada persepsi

dan pengertian yang diperoleh pembaca. Pembaca perlu menyadari bahwa

tidak semua karya sastra dengan mudah dapat diambil nilai pendidikannya.

Nilai yang terdapat dalam karya sastra dapat diperoleh pembaca jika karya

yang dibacanya itu menyentuh dirinya, maksudnya menyentuh perasaannya.

Berdasar pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan nilai sastra, yaitu sifat-sifat (hal-hal) atau merupakan

sesuatu yang positif yang berguna dalam kehidupan manusia dan pantas untuk

Page 56: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lvi

dimiliki tiap manusia. Dalam pengertian ini nilai adalah sesuatu yang

berhubungan dengan etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika

(indah dan jelek).

Kehadiran karya sastra sebagai hasil cipta sastrawan tidak saja lahir

dari fenomena-fenomena kehidupan nyata, tetapi dating adri kesadaran bahwa

karya sastra sebagai suatu yang imajinatif dan fiktif. Di samping itu juga

adanya pengembangan ekspresi sehingga tercipta karya sastra. Seorang

sastrawan dalam menciptakan keindahan juga berkeinginan untuk

menyampaikan pikiran, pendapat, dan saran terhadap sesuatu. Apa yang

hendak disampaikan pengarang itu merupakan nilai-nilai pendidikan.

Berbagai nilai pendidikan dapat ditemukan dalam karya sastra. Nilai

didik di dalamnya tidak hanya terbatas soal kebajikan dan moral saja, tetapi

ada nilai lain yang lebih khas sastra. Walaupun masih banyak nilai lain, tetapi

jika berbicara tentang nilai didik, orang langsung berasosiasi kepada moral,

etika dan kebajikan. Hal ini wajar sebab sesuatu yang baik merupakan inti

pendidikan. Sastra memiliki nilai didik kesusilaan, mengandung nilai estetika,

dan memperjuangkan hal-hal yang baik dan benar.

Dari beberapa pendapat tentang nilai pendidikan yang terdapat dalam

karya sastra di atas ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa nilai pendidikan

yang bisa diperoleh dari sebuah cerita (dalam hal ini novel). Nilai pendidikan

itu diantaranya adalah yang berhubungan dengan moral, agama, budaya,

sosial, and sebagainya.

1) Nilai Pendidikan Agama

Page 57: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lvii

Agama adalah hal yang mutlak dalam kehidupan manusia sehingga

dari pendidikan ini diharapkan dapat terbentuk manusia religius.

Mangunwijaya (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002:327) menyatakan:

“Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada tuhan hukum-hukum resmi. Religius, di pihak lain melihat aspek yang di lubuk hati, riak getar nurani, totalitas ke dalam pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi.”

Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Koentjaraningrat (1985:145) bahwa makin ia taat menjalankan syariat

agama, maka makin tinggi pula tingkat religiusitasnya. Di lain pihak,

Dojosantoso (dalam Tirto Suwondo, dkk, 1994:63) menyatakan bahwa

“religius” adalah “keterkaitan antara manusia dengan Tuhan sebagai

sumber ketentraman dan kebahagiaan”. Keterkaitan manusia secara sadar

terhadap Tuhan merupakan cermin sikap manusia religius.

Berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap agama

tertentu, Darsono Wisadirana (2004: 60) memberikan pernyataan bahwa

orang-orang zaman dahulu, terutama orang-orang pedesaan, bersifat sangat

religious. Sifat ini tampak atau ditandai dengan berbagai kegiatan

keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat. Upacara-upacara keagamaan

atau ritual biasanya dilakuakan bersamaan dengan upacara tradisi leluhur,

yaitu berupa selamatan, bersih desa, melakukan sesaji untuk roh-roh

penunggu atau leluhur yang telah meninggal. Doa bersama juga dilakukan

dalam rangka meminta hujan ketika musim kering yang dipimpin oleh

seseorang tokoh atau tokoh agama

Page 58: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lviii

Nilai pendidikan agama atau keagamaan dalam karya sastra

sebagian menyngkut moral, etika, dan kewajiban. Hal ini menunjukkan

adanya sifat edukatif (Burhan Nurgiantoro, 2002:317). Dasar dari

pendidikan agama adalah hakikat makhluk yang beragama. Tujuan

pendidikan keagamaan adalah membentuk manusia yang beragama atau

pribadi yang religius. Di samping itu, sesuai Undang-Undang Dasar 1945

pasal 29 ayat 1 dan 2 dan Pancasila sebagai dasar falsafah Negara

Republik Indonesia, pendidikan merupakan segi utama yang mendasari

semua segi pendidikan lainnya. Norma-norma pendidikan kesusilaan

maupun pendidikan kemasyarakatan atau sosial, sebagian besar bersumber

dari agama. Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga

Negara, terbukti dari adanya peraturan pemerintah yang mengharuskan

pendidikan agama itu diberikan kepada anak-anak sejak pendidikandi

taman kanak-kanak sampai tingkat pendidikan tinggi.

2) Nilai Pendidikan Moral

Pada dasarnya, moral dapat dimaknai sebagai ajaran tentang

kebaikan dan keburukan. Franz Magnis Suseno (2000: 143) menyatakan

bahwa moralitas merupakan kesesuaian sikap, perbuatan, dan norma

hokum batiniah yang dipandang sebagai suatu kewajiban. Moral seringkali

dikaitkan dengan perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, susila, dan

lain-lain. Seorang tokoh dalam cerita dikatakan bermoral tinggi apabila ia

mempunyai pertimbangan baik dan buruk. Namun, pada kenyataannya

pandangan mengenai moral dalam hal-hal tertentu bersifat relatif.

Page 59: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lix

Sering kita menjumpai karya sastra yang menampilkan cerita-cerita

dan kisah-kisah yang penuh nilai didik. Karya sastra demikian itu sungguh

potensial untuk digunakan sebagai sarana mengajarkan budi pekerti yang

luhur dan teladan-teladan yang terpuji.

Moral merupakan laku perbuatan manusia dipandang dari nilai-

nilai baik dan buruk, benar dan salah, dan berdasarkan adat kebisaaan di

mana individu berada. (Burhan Nurgiantoro, 202:319). Moral diartikan

sebagai norma dan konsep kehidupan yang dijunjung tinggi oleh

masyarakat. Nilai-nilai pendidikan moral tersebut dapat mengubah

perbuatan, perilaku, sikap serta kewajiban moral dalam masyarakat yang

baik, seperti budi pekerti, akhlak, dan etika (Joko Widagdo, 2001:30).

Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra juga bertujuan

untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika dan budi pekerti.

Nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan

adat istiadat seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku,

tata karma yang menjunjung budi pekerti dan nilai susila.

Nilai moral dalam karya sastra bisaanya bertujuan untuk mendidik

manusia agar mengenal nilai-nilai estetika dan budi pekerti. Nilai

pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat

istiadat seorang inividu atau dari suatu kelompok yang meliputi perilaku,

tata karma yang menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila.

3) Nilai Pendidikan Adat/Budaya

Page 60: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lx

Koentjaraningrat (1985:18) mengemukakan bahwa sistem nilai

buaya terdiri atas konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran

sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka

anggap amat bernilai dalam hidup. Suatu sistem nilai budaya bisaanya

berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Nilai-nilai

budaya yang terkandung di dalam cerita dapat diketahui melalui

penelaahan terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.

Cerita (dalam hal ini adalah novel) sebagai salah satu bentuk karya

sastra dapat memberikan gambaran yang jelas tentang sistem nilai atau

sistem budaya masyarakat pada suatu tempat alam suatu masa. Nilai-nilai

itu mengungkapkan perbuatan yang dipuji atau dicela, pandangan hidup

manusia yang dianut atau yang dijauhi, dan hal-hal apa yang dijunjung

tinggi.

Lebih jauh Koentjaraningrat (1985:10-11) mengatakan bahwa:

Adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan. Secara lengkap, wujud itu disebut adat tata kelakuan. Suatu contoh dari adat yang memiliki nilai sosial budaya yang tinggi adalah gotong royong. Konsepsi bahwa hal itu bernilai tinggi ialah bila manusia itu suka bekerjasama dengan sesamanya berdasarkan rasa solidaritas yang besar.

Nilai-nilai budaya yang berakar pada adat local atau adat daerah

yang dimaksud dalam novel ini adalah adat daerah yang bernuansa

kejawaan. Nilai budaya kejawaan ini kadang dibalut sekaligus berbenturan

dengan nilai-nilai agama yang dipegang oleh tokoh utama.

4) Nilai Pendidikan Sosial

Page 61: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxi

Karya sastra juga mengungkapkan nilai pendidikan sosial. Dengan

memabca banyak karya sastra, diharapkan perasaan pembaca lebih peka

terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan lebih dalam penghayatan

sosialitasnya, sehingga lebih mencintai keadilan dan kebenaran.

Nilai Sosial menjadi pedoman langsung bagi setiap tingkah laku

manusia sebagai anggota masyarakat yang di dalamnya memuat sanksi-

sanksi siapa saja yang melanggar. Dengan demikian, nilai sosial

merupakan nilai yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat dan

usaha menjaga keselarasan hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, dapat

dianggap bahwa nilai sosial merupakan gagasan-gagasan dan pola ideal

masyarakat yang dipandang baik dan berguna, yang telah dituangkan

dalam bentuk norma-norma, aturan-aturan, dan hukum. Secara garis besar,

persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam

persoalan hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia

dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan

lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya.

Burhan Nurgiyantoro (2002: 233-234) menjelaskan bahwa tata cara

kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup

yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat,

tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-

lain yang tergolong latar spiritual.

5) Nilai Kepahlawanan (Heroik)

Page 62: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxii

Menurut Anis Matta (2004: 4) pahlawan selalu muncul di saat-saat

yang sulit, atau sengaja dilahirkan di tengah situasi yang sulit. Mereka

datang untuk membawa beban yang tidak dipikul oleh manusia-manusia di

zamannya. Para pahlawan adalah orang yang rela mengorbankan

kepunyaannya demi membela kebenaran. dan berusaha mewujudkan

keyakinan tersebut. Kepahlawanan yang dimaksud adalah sifat atau

karakter tokoh-tokoh yang diceritakan dalam novel, berjuang mewujudkan

cita-citanya. Dengan demikian tokoh yang menjadi pahlawanan dalam

konteks pembahasan ini adalah perjuangan tokoh yang diceritakan dalam

novel untuk membela keyakinannya.

c. Cara Mengukur Adanya Nilai Pendidikan dalam Novel

Nilai pendidikan dalam karya sastra adalah sebuah solusi atas

sebagian masalah dalam kehidupan bermasyarakat. Sastra merupakan alat

penting bagi pemikir-pemikir untuk menggerakkan pembaca pada kenyataan

dan menolongnya mengambil suatu keputusan apabila Ia menghadapi

masalah. Nilai pendidikan dalam sastra mengandung beberapa nilai antara

lain nilai agama, moral, adat, dan sosial.

Cara mengukur atau menganalisis nilai pendidikan yang ada di

dalam novel adalah dengan membaca novel-novel tersebut secara berulang-

ulang, memahami sacara mendalam, dan mencatat kalimat-kalimat mana

sajakah yang penting dan dianggap dapat mendukung sebuah nilai

pendidikan di dalamnya. Setalah dapat memahami isi teks novel tersebut,

kemudian dikaji tema dan amanat yang ada di dalam ketiga novel tersebut.

Page 63: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxiii

Dengan adanya tema yang dimunculkan di dalamnya, dapat diketahui

apakah nilai-nilai yang ada di dalam novel tersebut dapat digunakan sebagai

landasan pendidikan atau tidak.

Nilai yang dimaksud adalah sebuah ukuran tentang bagaimana

sebuah novel dapat memberikan solusi dalam memecahkan masalah-

masalah sosial yang ada di dalam masyarakat. Apabila nilai yang terkandung

sudah banyak memunculkan hal positif untuk masyarakat, maka dapat kita

ambil nilai didik di dalamya.

Ukuran yang digunakan selanjutnya adalah sebuah amanat yang ada di

dalam novel-novel tersebut. Dengan amanat yang terkandung di dalamnya,

berbagai pola pikir, sikap, dan akhlak/perilaku yang menyimpang di

masyarakat dapat diluruskan.

Sastra dikenal dapat menjadi obat mujarab untuk menyembuhkan

berbagai penyakit dalam masyarakat. Dengan membaca sastra, diharapkan

masyarakat menjadi lebih bermoral dan beradab karena sastra banyak

mengajarkan nilai positif. Dulce nt utile, indah dan banyak pesan yang

terkandung di dalam sebuah sastra. Sama halnya dengan novel yang

merupakan bagian dari sastra, novel-novel Kuntowijoyo tentu mengandung

nilai pendidikan yang penting bagi masyarakat.

B. Penelitian Lain yang Relevan

Dalam rangka mencapai langkah penyusunan kerangka teoretis peneliti

juga melakukan pengkajian terhadap penelitian yang relevan. Hal ini dilakukan

Page 64: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxiv

untuk menghindari adanya duplikasi yang sia-sia dan memberikan perspektif yang

jelas mengenai hakikat dan kegunaan penelitian dalam perkembangan secara

keseluruhan. Di samping itu, juga dikemukakan bahwa salah satu kesimpulan

penelitian yang telah dilakukan atau sintesis dari beberapa penelitian yang

dipublikasikan dapat dijadikan titik tolak dari penelitian ini dalam mencoba

melakukan pengulangan, revisi, modifikasi, dan sebagainya.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni Eko Wardani dengan judul

Makna Totalitas Novel Para Priyayi dan Novel Jalan Menikung Karya Umar

Kayam dengan Pendekatan Strukturalisme Genetik Lucien Goldmann dan telah

diterbitkan oleh LPP UNS bekerjasama dengan UNS Press (2009). Nugraheni Eko

Wardani dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa makna totalitas dalam

novel tersebut merupakan kritik Umar Kayam sebagai priyayi cendekiawan

terhadap budaya priyayi yang tidak sesuai dengan esensi makna priyayi yang

luhur. Pandangan dunia Umar Kayam berkaitan dengan kelompok sosialnya

sebagai priyayi cendekiawan yang mempertahankan fungsi integritas cendekiawan

untuk menyuarakan kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan.

Pandangan dunia Umar Kayam adalah humanisme sosial. Struktur teks

berpusat pada tokoh hero yang mengalami degradasi nilai dunia priyayi untuk

menemukan nilai otentik berupa makna luhur priyayi dalam kondisi sosial yang

memburuk. Nilai otentik ini berkaitan dengan pandangan dunia humanisme sosial

Umar Kayam. Struktur sosial berkaitan dengan struktur sosial masyarakat Jawa.

Prinsip-prinsip sosial dalam kehidupan masyarakat Jawa pada dasarnya bernilai

universal.

Page 65: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxv

Pandangan dunia humanisme sosial sesungguhnya dapat diaplikasikan

dalam pembelajaran hidup dan kehidupan sosial masyarakat Jawa priyayi. Namun,

banyak nilai-nilai luhur priyayi telah menyimpang karena banyak kaum priyayi

lebih mengutamakan status sosial, gaya hidup, dan nilai-nilai yang bersifat materi.

Selain itu, juga disimpulkan bahwa pendekatan strukturalisme genetik merupakan

pendekatan yang memadai untuk meneliti karya sastra Indonesia. Pendekatan

strukturalisme genetik juga memperbaharui kritik sastra Abrams, pendekatan

strukturalisme, dan pendekatan sosiologi sastra positivisme.

Penelitian lainnya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Wemmy

Al-Fadhli (2005: 1-4) dengan judul “Analisis Strukturalisme Genetik-Semiotik

Faruk terhadap Roman Siti Nurbaya”. Wemmy Al-Fadhli dalam penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa dengan metode dialektik dan landasan teoritik

semiotik plus strukturalisme genetik terhadap “Siti Nurbaya” dapat mengungkap

faktor-faktor semiotik maupun referensi sosio-kultural teks yang mendukung

roman tersebut.

Novel tersebut memiliki struktur teks yang lengkap dan stuktur sosial yang

berisi kritik terhadap budaya Minangkabau. Dalam budaya Minangkabau terdapat

semacam konsepsi pandangan hidup sekaligus tatanan sosio kemasyarakatan yang

paradoksial (di satu sisi, sekaligus) juga ada harmonisasi.

Wemmy Al-Fadhli mengungkapkan bahwa ketepatan mengekspresikan

pandangan dunia masyarakatnya merupakan salah satu faktor yang menentukan

kebesaran dan popularitas roman tersebut. Sementara kunci keberhasilan karya itu

sendiri terdapat pada kajian semiotik yang berhasil mengungkapkan konsep

Page 66: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxvi

disharmoni maupun harmonisasi dan kajian sosio-kulturtal yang memperlihatkan

sikap demitifikasi karya terhadap nilai-nilai yang berlaku sebelumnya.

Relevansi penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut adalah mengenai

metode yang digunakan yaitu strukturalisme genetik, terutama pada penelitian

yang dilakukan Nugraheni Eko Wardani. Metode dan teknik analisis yang

dilakukan menjadi panduan dalam penelitian ini karena ada kesamaan objek

kajian yaitu novel.

Perbedaan dengan penelitian Nugraheni Eko Wardani dan Wemmy Al-

Fadhli terletak pada objek kajian yakni novel-novel Kuntowijoyo yang berlatar

belakang sejarawan dan aktivis Muhammadiyah. Selain itu dalam penelitian ini

terdapat tambahan analisis nilai pendidikan dalam novel.

Kajian strukturalisme genetik ini telah dipakai untuk mengkaji hubungan

antara masyarakat dengan novel. Tremanie (1978: 34-35) mengaitkan relevansi

novel dan masyarakat dalam novel Sunday Anoize yang berlatar budaya Afrika:

An initial attempt, however, to provided the much needed theoretical and methodological integration of text and context has been undertaken by Sunday Anozie. Anoize describe his own critical perspective as a genetic-structuralism sociology of literature. While he is obviously not the first to suggest the relevance of a sociological orientation to African literature, he is the first to attempt to lend serious methodological substance to such an orientation. Novel dapat digunakan sebagai sarana untuk membentuk karakter.

Pembentukan karakter ini disebabkan adanya nilai-nilai didik dalam novel. Hal ini

selaras dengan apa yang disampaikan oleh Stamm dalam Journal of College &

Character Volume X, NO. 7, November 2009:

The possibilities of using this novel in courses on student development to make the understanding of identity development become more alive than through the more usual scholarly analyses. Given the

Page 67: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxvii

emerging understanding of today’s millennium generation of college students, are particularly appropriate. Pop culture has played an educative role in the lives of the Millennial Generation. In thinking about novels as ethnographies of the college experience, both that of faculty as well as students, the possibilities are even more extensive, as exemplified by the previous illustrations. Comparison of academic novels from different time periods, for example, might serve to amplify other studies of the history and foundations of higher education. (Stamm, 2009: 2) Diharapkan novel mampu memberikan pencerahan dan penyadaran kepada

pelajar agar mereka dapat hidup bermasyarakat dengan baik, saling menyadari

perbedaan, dan lebih toleran. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Orr dalam

Journal of European Studies. Volume, 9 No. 36 bahwa tujuan novel adalah

penyadaran terhadap realitas.

Intended as an original contribution to the sociology of the novel. It is polemical and a response to a vacuum in literary theory and finally it is concerned with the destiny of the modern novel itself. This destiny would appear to the needful resuscitation of tragic realism after its demise with or around, Orwell. (Orr, 1977: 304-305) Nilai pendidikan dalam karya sastra penting untuk membangun

masyarakat yang berkarakter kuat. Nilai pendidikan yang tergambar dalam

interksi antar tokoh dan kebiasaan-kebiasaan tokoh dalam novel sesuai dengan

konsep pendidikan kontekstual John Dewey. Hal ini senada dengan kajian Carver

and Richard P. Enfield (2006: 66) dalam Journal education and culture, Vol 22

berikut ini:

Offering an introduction to both John Dewey’s philosophy of education and the 4-H Youth Development Program, this paper draws clear connections between these two topics. Concepts explored include Dewey’s principles of continuity and interaction, and contagion with respect to learning. Roles of educational leaders (including teachers) are investigated in the context of a discussion about the structuring of opportunities for students to develop habits of meaningful and life-long learning. Specific examples are described in depth to demonstrate, from a Deweyan perspective, the educational process and value of 4-H

Page 68: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxviii

participation. Brief comments are made about the place of 4-H in the U.S. system of public education.

Selain itu, pendidikan yang disampaikan melalui cerita (dalam hal ini

novel) dapat menjaga dan memelihara suatu nilai pendidikan budaya seperti tidak

mengagungkan dirinya di atas orang lain. Hal ini dapat dilihat pada pemaparan

Black (1999: 35) dalam Journal Of Culture Education, Volume 75 berikut ini:

Teaching Through Nature The ancient Polynesians lived close to nature; nature was the measure of, as well as the predominant influence in, their lives. Consequently, many of the legends and fables of Polynesia are concerned with nature's creatures and phenomena. Some nature stories were created to preserve and transmit a cultural value, such as not exalting oneself above one's peers.

C. Kerangka Berpikir

Novel sebagai salah satu karya sastra memiliki nilai guna dan indah, dulce

et utile. Novel dapat merekam berbagai realitas sosial di masyarakat. Novel

Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah merupakan novel yang

merekam berbagai pemikiran orang Jawa kejadian-kejadian sosial politis di Jawa.

Novel tersebut tidak akan ditemukan maknanya secara utuh jika hanya

dianalisis unsur-unsur intrinsiknya. Diperlukan berbagai unsur untuk menganalisis

novel tersebut. Dengan demikian perlu ada pendekatan yang cocok untuk

menganalisis novel tersebut. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan

adalah strukturalisme genetik.

Adapun yang dianalisis meliputi : pandangan dunia pengarang, struktur

teks, struktur sosial budaya masyarakat, dan nilai-nilai pendidikan dalam novel

tersebut. Dengan berbagai analisis tersebut, diharapkan totalitas makna dapat

Page 69: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxix

dipahami secara utuh. Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

Realitas Kehidupan

Karya Sastra Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan

Wasripin dan Satinah

Strukturalisme Genetik

Aspek-Aspek Struktural: Tema, Seting, Alur, Penokohan, dan Sudut Pandang

Latar Belakang

Sosial Budaya

Masyarakat

Penokohan

Totalitas Makna Novel

Pandangan dunia pengarang

Nilai Pendidikan:

Agama, moral, adat, sosial

Page 70: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxx

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis data dokumen

berupa novel yaitu novel Pasar, Mantra Pejinak Ular (MPU), dan Wasripin dan

Satinah (WS) sebagai objek penelitiannya, maka Penelitian ini berupa kajian

novel, maka objek kajian penelitiannya adalah novel itu sendiri. Adapun rincian

penelitian ini tidak terpancang waktu dan tempat.waktu dan pelaksanaan jenis

kegiatan dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan tabel berikut:

Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No Waktu

Jenis Kegiatan

Bulan

Juni Juli Agust Sept.

Okt. Nov Des Jan Feb

1. Persiapan xx

2. Pembuatan Proposal

xx

3. Revisi Proposal xx

4. Pengumpulan Data

xx xxxx xx xx

xx xx

5. Pengolahan dan Analisis Data

xx xx

xx xx

xx

6. Penyusunan Laporan Hasil Penelitian

xx xx

7. Revisi Laporan Hasil Penelitian

xx

Page 71: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxi

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode content

analysis atau analisis isi. Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan apa

yang menjadi masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada.

Metode content analysis atau analisis isi yang digunakan untuk menelaah isi dari

suatu dokumen, dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah novel

Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah. Selain itu, penelitian ini

juga menggunakan strategi tinjauan strukturalisme genetik dan menganalisis nilai

didik yang ada di dalam ketiga novel tersebut.

Penelitian ini akan mendeskripsikan pandangan dunia pengarang

Kuntowijoyo, struktur novel, struktur sosial budaya masyarakat, dan nilai

pendidikan dalam novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah.

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan penulis dalam menganalisis novel adalah

pendekatan strukturalisme genetik. Pendekatan strukturalisme genetik merupakan

suatu disiplin ilmu yang menaruh perhatian kepada teks sastra dan latar belakang

sosial budaya serta subjek yang melahirkannya (Sangidu, 2004; 29). Hakikat

pendekatan strukturalisme genetik ialah menganalisis unsur instrinsik yang

tedapat di dalam novel dan unsur ekstrinsik yang ada di luar novel (Suwardi

Endraswara, 2003: 56).

52

Page 72: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxii

D. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan

Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo, karya-karya Kuntowijoyo yang lain,

biografi penulis, komentar pengarang-pengarang lain, dan artikel dari buku , surat

kabar, internet yang menunjang permasalahan penelitian.

E. Teknik Cuplikan

Pada teknik cuplikan, peneliti mendasarkan pada landasan kaitan teori

yang digunakan, keingintahuan pribadi, karakteristik empiris yang dihadapi, dan

sebagainya. Teknik cuplikan yang diterapkan adalah purposice sampling, yaitu

sumber data yang digunakan di sini tidak sebagai yang mewakili populasinya,

tetapi cenderung mewakili informasinya (H.B. Sutopo, 2002: 56). Peneliti

mencuplik bagian-bagian dalam cerita novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan

Wasripin dan Satinah yang mewakili informasi penting agar bisa digunakan untuk

analisis serta diperbandingkan dalam rangka mengetahui totalitas makna novel.

Pada sisi lain, peneliti juga mencuplik bagian pokok artikel majalah dan artikel

internet yang bisa memberikan informasi tentang pandangan dunia pengarang.

F. Prosedur Penelitian

Berdasarkan masalah yang diteliti, prosedur penelitian yang peneliti

lakukan meliputi beberapa tahap sesuai arahan Lexy J. Moleong (2006: 389-390)

sebagai berikut:

1. Tahap orientasi untuk memperoleh gambaran umum

Page 73: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxiii

Tujuan tahap ini ialah untuk memperoleh latar yang nantinya diikuti

dengan tahap merinci yang diperoleh pada tahap berikutnya. Peneliti

melakukan tahap pertama ini berdasarkan bahan yang dipelajari dari berbagai

sumber kepustakaan. Pada tahap ini peneliti mengadakan eksplorasi awal

terhadap objek yang diteliti.

2. Tahap eksplorasi fokus

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan dengan urutan sebagai berikut:

a. Mengumpulkan bahan-bahan pustaka yang mendukung kegiatan

penelitian, meliputi buku-buku referensi dan artikel-artikel sastra yang

menunjang penelitian.

b. Menganalisis data-data yang terkumpul berdasarkan teori dan pendekatan

yang digunakan dalam penelitian.

c. Mengalisis pandangan dunia Kuntowijoyo sebagai subjek yang melahirkan

karya sastra.

d. Menganalisis struktur teks novel, struktur sosial masyarakat, dan nilai

pendidikan dalam novel Pasar, MPU, dan WS

e. Merumuskan hasil penelitian

3. Tahap pengecekan dan keabsahan data

Pada tahap ini peneliti melakukan penelaahan terhadap laporan yang

telah disusun untuk mengecek kembali kekurangan yang ada terutama

mengadakan triangulasi, pengecekan anggota dan auditing. Penelaahan ini

dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kekeliruan dalam mengungkapkan

fakta atau interpretasi serta mengecek kembali apakah ada hal-hal yang

Page 74: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxiv

terbuang sehingga perlu diadakan perbaikan. Perbaikan ini dimaksudkan untuk

membangun derajat kepercayaan yang telah diperoleh.

G. Validitas Data

Validitas atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari proses

penelitian. Untuk mendapatkan keabsahan data, dalam penelitian ini peneliti

menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu (Lexy J. Moleong, 2006:

330). Adapun triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teori, yaitu cara

penelitian terhadap topik yang sama dengan menggunakan teori yang berbeda

dalam menganalisis data.

Menurut Lincoln dan Guba (dalam Lexy J. Moleong, 2006: 331),

berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya

dengan satu atau lebih teori. Menurut Sutopo (2002: 82) triangulasi teori

dilakukan dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas

permasalahan yang dikaji.

H. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian

karena dengan menganalisis data yang diteliti akan dapat diketahui makna atau

jawaban pemecahan masalahnya. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Lexy J.

Moleong (2006: 248), analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

Page 75: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxv

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang

dapat diceritakan kepada orang lain. Adapun teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik analisis model interaktif, seperti yang

dikemukakan oleh Matthew B. Miles & A. Michael Huberman (Sutopo, 2002: 69-

-70), yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu: reduksi data, sajian data, dan

penarikan simpulan atau verifikasi. Aktivitas ketiga komponen itu dilakukan

dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data. Langkah-langkah di

dalam analisis data tersebut dapat dilihat di dalam bagan berikut ini.

Gambar 2. Bagan Model Interaktif Miles & Huberman (Sutopo, 2006: 70)

Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.

Adapun prosedur analisis data dalam penelitian ini setelah pengumpulan data

dilakukan analisis data awal yang dilakukan bersamaan dengan pengamatan serta

Pengumpulan Data

Reduksi

Data

Penyajian

Data

Penarikan Simpulan/ Verifikasi

Page 76: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxvi

wawancara. Selama pengumpulan data berlangsung proses analisis awal telah

dilakukan, yaitu dengan melakukan reduksi data, mengidentifikasi data, dan

mengklasifikasi data. Reduksi data merupakan proses seleksi data, pemfokusan,

penyederhanaan data dengan cara memilih data yang banyak, kemudian dipilah

dan dipilih dalam rangka menemukan fokus penelitian. Data yang setipe dan yang

direduksi tersebut untuk menemukan sistem atau kaidah yang dicari sesuai dengan

objek kajian.

Setelah data direduksi dengan identifikasi dan klasifikasi, langkah

selanjutnya adalah dengan menyajikan data. Sajian data merupakan proses

menyusun informasi yang ditemukan dalam rangka menjawab dari permasalahan

penelitian. Artinya, data yang diperoleh dari lapangan disajikan untuk

menunjukkan bukti-bukti dan menjawab masalah yang diteliti. Analisis terhadap

kesantunan berbahasa bentuk tuturan direktif yang dikaji secara sosiopragmatik

tidak terlepas dari adanya penelitian kontekstual. Artinya, dari data lingual yang

diperoleh di lapangan akan dianalisis dengan memperhatikan aspek nonlingual

yang menyertai tuturan.

Langkah terakhir yang dilakukan adalah penarikan simpulan. Penarikan

simpulan ini adalah proses analisis yang cukup penting yang didasarkan atas

penyusunan informasi yang diperoleh dalam analisis data (Sutopo, 2002: 91—93).

Penarikan simpulan disusun berdasarkan temuan-temuan selama proses penelitian

berlangsung dan dalam tahap penulisan atau penyusunan laporan. Dari

penyusunan tersebut kemudian dilakukan penafsiran intelektual terhadap

simpulan-simpulan yang diperoleh.

Page 77: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxvii

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di depan, maka akan

dibahas secara berturut-turut mengenai pendekatan strukturalisme genetik dan

nilai pendidikan dalam novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan

Satinah karya Kuntowijoyo. Analisis tersebut meliputi: (1) analisis pandangan

dunia pengarang, (2) analisis struktur teks novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan

Wasripin dan Satinah, (3) analisis struktur sosial budaya masyarakat novel Pasar,

Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah, dan (4) analisis nilai-nilai

pendidikan dalam novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah.

A. Hasil Penelitian

Sebelum dilakukan analisis dan pembahasan, berikut ini dipaparkan

temuan penelitian yang menyangkut aspek pandangan dunia pengarang, struktur

teks, struktur sosial, dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Pasar, Mantra

Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo.

1. Deskripsi Pandangan Profetik Kuntowijoyo

Menurut Kuntowijoyo, disadari atau tidak, ternyata cara berpikir

masyarakat saat ini tak jauh berbeda dengan sistem pengetahuan nenek moyang;

sejarah sepertinya berjalan di tempat. Nenek moyang dulu berpikir berdasarkan

mitos. Kuntowijoyo melihat sebagai bangsa, masyarakat kita pun rupanya

sekarang masih hidup dalam mitos. Masyarakat lebih suka menghindar dari

realitas dan bukan menghadpinya, persis seperti nenek moyang dulu yang

57

Page 78: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxviii

menghindar menggunakan ruwatan, petung, dan sesaji yang dijadikan sebagai

simbol yang dapat menghindarkan orang dari malapetaka. Pandangannya tersebut

tertuangkan dalam kutipan berikut:

Abu Kasan Sapari berjalan hilir mudik di rumah. Ia pusing, secara resmi Lurah memintanya untuk mendalang dalam selamatan desa. Ia ingat, Eyangnya saja telah menebang pohon-pohon keramat tanpa upacara. Sekian ratus tahun kemudian cucunya akan mendalang untuk selamatan karena pohon tumbang. “Ini benar-benar kemunduran,” pikirnya. Kepada Lurah dikatannya bahwa dia minta waktu, soalnya rapat LKMD menolak selamatan. Akan dicobanya minta pendapat Lastri. (Kuntowijoyo, 2000: 196).

Mereka memutuskan untuk sowan orang pintar itu dan minta nama baru lagi. Sial bagi mereka, orang pintar itu sudah meninggal. Usaha sang ayah untuk menyepi malam-malam dikuburan oran pintar dengan harapan ada nama baru yang dipesankannya tidak berhasil. … Maka, saudara dekat suami-istri mengusulkan untuk mengadakan kenduri dan lek-lekan (semalam suntuk tidak tidur) guna membuang sial. Maka empat puluh santri dari sebuah pondok diundang untuk mengaji di rumahnya. (Kuntowijoyo, 2003: 44)

“Orang-orang syahid tidak mati, tapi diangkat Tuhan ke sisi-Nya” kata Pak Modin “Dan Wasripin telah syahid. Negara Mendzalimi anaknya sendiri yang seharusnya dilindungi. Jangan menjadikan ia sebagai washilah. Itu syirik. (Kuntowijoyo, 2003: 246) Kuntowijoyo adalah budayawan yang mengerti nilai keluhuran seni.

Apalagi sebagai orang Jawa Kuntowijoyo memahami hakikat seni Jawa. Seni

Jawa merupakan perpaduan antara olah rasa masyarakat jawa dan keyakinan

kepada Sang Pencipta. Kuntowijoyo menekankan pentingnya seni sebagai ruh

pencerahan yang selaras dengan pandangan profetiknya. Pemahamannya ini

dinampakkan melalui tokoh Abu ketika diwawancarai seorang wartawan media

massa dalam kutipan novel di bawah ini:

AKS berpendapat bahwa seni itu seperti air. Artinya, kalau ada yang benjol-benjol dalam masyarakat seni akan menutupinya, menjadikannya datar. Kalau ada api seni akan menyiraminya. Mengutip ajaran Sunan Drajat, AKS berpendapat bahwa seni memberi air mereka yang kehausan, memberi payung mereka yang kehujanan, memberi

Page 79: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxix

tongkat pejalan yang sempoyongan. Sebaliknya, seni yang hanya menjadi antek politik akan mengingkari tugasnya sebagai seni. (Kuntowijoyo, 2000: 153).

“Kesenian itu berbeda dengan kekuasaan. Kesenian membujuk, kekuasaan memaksa. Kesenian berbicara dengan lambang, kekuasaan thok-leh.. Kesenian itu sinamun ing samudana, tersamar, tidak langsung. Semua ada tempatnya. Orang Jawa itu tanggap, Pak. Jangan blak-blakan, jangan menggurui, jangan dikatakan semuanya.” (Kuntowijoyo, 2000: 83).

“Ya kalau tidak, ya diulang-ulang sampai orang mengerti.

Kesadaran itu datangnya harus dari dalam, tidak bisa dipaksakan dari luar.” (Kuntowijoyo, 2000: 83). Kuntowijoyo menyesalkan krisis kultural dalam bentuk politisasi dan

komersialisasi kesenian. Politisasi dan komersialisasi kesenian berakibat buruk

pada masyarakat. Komersialisasi misalnya menimbulkan pembodohan dan

dehumanisasi. Dehumanisasi merupakan penempatan manusia seperti mesin robot

sebagai objek yang bisa diperalat untuk kepentingan kekuasaan. Berikut kutipan

yang menggambarkan hal di atas:

Lalu dia menjelaskan bahwa esok hari akan ada pernyataan pers dari Mesin politik bahwa mereka sudah mengumpulkan para dalang untuk keperluan Bapilu (Badan Pemenangan Pemilu) se-Kodya Surakarta sebanyak 150 orang. Mereka memutuskan untuk menggunakan media tradisional pedalangan untuk kampanye. Dalang-dalang akan diterjunkan di seluruh eks-Karesidenan Surakarta selama masa kampanye. (Kuntowijoyo, 2000: 144). Fenomena adanya kelas sosial digambarkan Kuntowijoyo dalam kutipan

cerita berikut:

“Lagi pula yang penting, ingatlah bahwa kau orang Jawa. Ketika engkau gembira, ingatlah pada suatu kali kau akan mendapat kesusahan. Apalagi menertawakan nasib buruk orang lain, Nak. Jangan, sekali-kali jangan. Orang yang berpangkat harus berbuat baik, suka menolong. Kalau ada yang kesusahan, harus bisa membantu. Jangan malah menertawakan. Kalau tidak bisa membantu, menyesallah. Dan berjanjilah suatu kali kau akan membantu. Sebaliknya ikutlah berduka cita atas kemalangan orang lain. Engkau boleh tertawa apabila saudaramu beroleh kesukaan.

Page 80: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxx

Bersusahlah bersama orang yang susah, bergembiralah bersama orang yang bergembira. Renungkanlah, Nak.” (Kuntowijoyo, 2002: 344).

“Segala sesuatu dapat dirundingkan. Musyawarah untuk mufakat. Mari!” (Kuntowijoyo, 2003: 74).

Berdasarkan kutipan di atas, nampak bahwa Kuntowijoyo memberikan

gambaran peran intelektualitas dalam membangun interaksi sosial dengan

melandaskan pada pandangan religius profetik.

Kuntowijoyo meyakini budaya Jawa yang telah mengakar di dalam

masyarakat Jawa selama ratusan tahun sebagai sesuatu yang memiliki nilai luhur.

Kuntowijoyo memperlihatkan hal itu dalam kutipan cerita Pasar sebagai berikut:

Tidak ada orang Jawa yang lain. Juga camat, juga kepala polisi. Ah, tahunya apa camat-camat sekarang. Adu jago saja patohan, membuat candrasengkala mesti ke Pak Mantri. Inilah kelirunya. Zaman dulu pegawai itu mesti tahu sastra. Bukan sekadar bisa baca tulis. (Kuntowijoyo, 2002: 63-64).

“Dan kalau aku mati. Itulah warisanku, Nak. Pewarisnya, siapa saja yang bisa menyebut diri orang Jawa. Aku akan menghubungi ini.” Lalu Pak Mantri mengeluarkan majalah bahasa Jawa. (Kuntowijoyo, 2002: 346).

Itulah kebudayaan kota, sebab toko-toko menempelekan harga, hingga orang tidak perlu menawar. Pasar itu ramai, orang-orang yang sedang menawarkan dagangan. (Kuntowijoyo, 2000: 46).

Sedikit berbeda dengan novel Pasar dan Mantra Pejinak Ular,

Kuntowijoyo dalam novel Wasripin dan Satinah menyoroti budaya Jawa

masyarakat pantura. Dia menyebutkan bahwa orang pantura lebih suka selawatan

daripada wayang. Hal ini dapat dilihat dari penggalan berikut ini.

Wayangan dan ruwat yang diselenggarakan oleh Babinsa sepi pengunjung. Di siskamling orang-orang rerasan, “maklum pendatang”, “Orang akan lebih suka selawatan daripada wayang dan ruwat.” (Kuntowijoyo, 2003: 83)

Page 81: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxxi

Politik yang mengarah pada kebersamaan tujuan disatukan dalam

perwujudan demokrasi. Kunto mengingatkan, kebudayaan bersifat unik dan

particular. Karena itu, demokrasi kebudayaan harus hati-hati jangan sampai

demokrasi menyebabkan hilangnya kepribadian. Dalam demokrasilah hak-hak

semua masyarakat dapat disampaikan. Berkenaan dengan itu maka harus dijaga

jangan sampai demokrasi berarti anarki, artinya terdapat tindakan untuk menekan

dan memaksanakan agar hak individu atau golongan lebih diakui daripada

kepentingan umum. Kuntowijoyo mengungkapkannya dalam cerita MPU, dalam

kutipan berikut:

Randu, botoh, dukun, dan tokoh-tokoh lokal berusaha memengaruhi jalannya pemilihan lurah dengan berbagai cara. Kemenangan dalam pemilihan lurah mempunyai makna sendiri bagi yang berkepentingan. Bagi Mesin Politik kemenangan pilkades berarti kemenangan dalam pemilu nanti, uang bagi botoh, prestise bagi dukun, dan sekadar rezeki bagi orang-orang lain. (Kuntowijoyo, 2000: 94) Pak Mantri Pasar menjadi contoh peran intelektual dalam menyelesaikan

masalah di pasar, seperti digambarkan dalam kutipan berikut:

Beberapa kali ia memegang pensil. Beberapa kali direnung-renungkan. Setiap kali akan menulis direnungkannya kembali. Tidak ragu-ragu lagi, bahasanya pasti yang terbaik. Bahasa Jawanya sempurna belaka. Cepat dicoretnya judul-judul yang sudah dibuat. Dan dengan tegas saja ia mengulang menulis “Pemberontakan orang pasar”. Apalagi! Tidak ada yang lebih cepat. Dan lagi sebuah “Kerja uler kambang”. Ini untuk memberi istilah pada cara kerja polisi dan camat itu. Sekarang ialah baris-baris yang pertama. Pokoknya yang mengenai pasar didahulukan. Dan baru kemudian tentang alat-alat pemerintah di kecamatan itu. (Kuntowijoyo, 2002: 145).

Maka loyalitas tertinggi intelektual ialah pada masa depan bangsa, tidak

pada elite (kekuasaan, bisnis) dan massa (budaya, voting behaviour). Tindakan

Abu Kasan Sapari ketika menolak dijadikan sebagai alat politik praktis yang tidak

Page 82: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxxii

mengedepankan kebersamaan dan kejujuran pada kutipan cerita MPU berkut

merupakan bentuk tindakan intelektualitas yang tepat:

Abu mengerti duduk soalnya. Ia menolak. Tentu saja itu di luar harapan para tamunya. Sebab, orang lain berebut menjadi caleg jadi. Karenanya penolakan itu aneh bagi mereka.

“Aneh! Lalu apa maumu? Kalau bukan pangkat, kalau bukan jabatan?” (Kuntowijoyo, 2000: 145) Selain itu, menurut Kunto politik adalah pengejawantahan moral bukan

sekadar kendaraaan menuju kekuasaan. Berikut ini kutipan yang menggambarkan

pandangan tersebut:

“Wah, sampai di mana penataran politikmu? Politik itu the art of possible.”

“Itu PKI, Pak. Katanya, politik itu pengejawantahan moral.” (Kuntowijoyo, 2003: 222)

“Rakyat berjasa tak dihargai!” “Penggede korupsi malah jadi pahlawan!” “Ini demokrasi pancasila. Yang gedhe diemuk-emuk, yang kecil

dikerasi” (Kuntowijoyo, 2003: 188)

Dalam pandangan Kuntowijoyo, masalah pokok yang dihadapi bangsa

Indonesia adalah kemiskinan dan kesenjangan. Kuntowijoyo melontarkan

menurut persepsi intelektual bahwa dalam masyarakat terdapat kemiskinan

struktural. Masyarakat miskin bukan karena kemalasan, tetapi karena dimiskinkan

oleh sistem dan struktur yang pincang.

Dengan mudah investor mendapatkan tanah. Karena hotel dibangun dalam hubungannya dengan agrowisata, maka sawah, kebun, tegal, dan tanaman jeruk harus ditata. Selain sedap dipandang, juga diharapkan bahwa turis (wisman, wisnu) dapat ke kebun, ikut memanen tanaman…… Yang menjadi heboh ialah pasar dan terminal harus dipindah. (Kuntowijoyo, 2000: 87) Kesenjangan antara masyarakat kelas atas dengan masyarakat kelas bawah

yang lazim adalah monopoli. Hal itu tidak hanya menggeser eksistensi pasar

Page 83: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxxiii

tradisional, tetapi juga mengubah tatanan sosial budaya yang telah terbentuk

sekian ratus tahun pada masyarakat Jawa. Kuntowijoyo menyampaikannya

melalui cerita MPU dalam kutipan berikut:

Itulah kebudayaan kota, sebab toko-toko menempelkan harga, hingga orang tidak perlu menawar. Pasar itu ramai, orang-orang yang sedang menawarkan dagangan. (Kuntowijoyo, 2000: 46)

“Hari ini semua soal akan beres. Tidak usah menghadapkan

kedatangan penabung dari luar pasar.” Berhenti sebentar, melihat perangai Zaitun. “Aku menuntut pengesahan itu dari camat dan polisi. Soalnya Bank Pasar dimaksudkan untuk menolong rakyat kecil. Bukan untuk jatuh dalam monopoli orang kaya. Itu tidak sesuai dengan undang-undang negara kita. Apalagi orang-orang yang kayanya entah dengan cara apa itu” (Kuntowijoyo, 2002: 120).

Kuntowijoyo juga memandang bahwa dalam kegiatan ekonomi pelaku

utama adalah rakyat kecil. Tanpa mereka, kegiatan perekonomian tidak berjalan

dan dapat mengganggu stabilitas negara.

Telepon rumah dan Kantor Bupati mendapat keluhan bahwa harga ikan-ikan di kota-kota Jawa Barat naik berat. Minta supaya bupati menggunakan seluruh kekuasaan untuk memaksa para nelayan melaut. (Kuntowijoyo, 2003: 246)

Maka terjadilah peristiwa yang tidak ada duanya di dunia. Nelayan dipaksa melaut. Seorang polisi pilihan (kekar, atletis, dan sehat) berada di atas perahu. Sehabis subuh, lima belas perahu nelayan berangkat bersamalima belas polisi. Para polisi berdiri tegar, tangan menyelempang ke belakang, pistol di pinggang. (Kuntowijoyo, 2003: 251-252)

Dalam paradigma pendidikan, Kuntowijoyo juga mengkhawatirkan

mengenai gejala “refeodalisasi” atau “feodalisme baru” yang menyebabkan

simbol-simbol kebudayaan sering dipakai sebagai sarana dominasi dari status

yang lebih tinggi. Dia juga mencemaskan kemungkinan sarana mobilitas sosial.

Sebagai contoh yang nyata kini sekolah-sekolah kian mahal dan eksklusif

sehingga semakin menutup peluang bagi kalangan masyarakat bawah. Di sini

Page 84: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxxiv

komersialisasi pendidikan sama berbahaya dengan indoktrinasi dalam pendidikan.

Komersialisasi pendidikan berakibat pembodohan dan kemiskinan. Kutipan

berikut menunjukkan bahwa pendidikan menjadi sesuatu prestise yang hanya bisa

diperoleh oleh kalangan masyarakat kaya:

Maka anak-anak semua “jadi orang”, kecuali dalang. Ada yang jadi insinyur gula, ada yang jadi pegawai tinggi, ada yang jadi perwira tinggi, ada yang kerja di bank, ada yang jadi dosen, dan ada yang jadi bisnismen. (Kuntowijoyo, 2000: 14).

“Wasripin naik bus dari sebuah jalan tol di Jakarta pagi-pagi sekali. Ia tidak bodoh, ia juga makan sekolahan. (Kuntowijoyo, 2003: 1)

Kuntowijoyo memandang bahwa industrialisasi telah mengakibatkan

dekadensi nilai dan moral. Awal dari krisis nilai dan moral disebabkan oleh tidak

adanya keteladanan. Kuntowijoyo juga berkali-kali mengingatkan bahwa bangsa

kita berkali-kali mengalami krisis keteladanan. Yaitu, sirnanya tokoh-tokoh

anutan yang bisa dijadikan rujukan nilai dalam berperilaku dan bertindak.

Ah, kepala polisi, pada jam kerja sempat masuk pasar dan menawar burung! Keterlaluan! Tidak sudi Pak Mantri melanjutkan omong tentang yang bukan urusan dinas di kantor macam ini. Mesti ditertibkan. (Kuntowijoyo, 2002: 83).

Bahkan sebaliknya, para pejuang dituduh melakukan penyimpangan-

penyimpangan yang sebenarnya hanyalah direkayasa belaka:

Abu mengerti duduk soalnya. Ia menolak. Tentu saja itu di luar harapan para tamunya. Sebab, orang lain berebut menjadi caleg jadi. Karenanya penolakan itu aneh bagi mereka.

“Aneh! Lalu apa maumu? Kalau bukan pangkat, kalau bukan jabatan?” (Kuntowijoyo, 2000: 145)

“Celaka, Pak!” Katanya mendahului. “Apa yang celaka, Paijo?” “Kita dituduh!” “Dituduh apa?” “Mengorupsi uang pasar!” “Siapa bilang itu?”

Page 85: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxxv

“Ada pegawai kecamatan kesini!” “Lah, betul tidak. Ada kau korupsi?” “Tidak, pak. Terang tidak.” “Ah, kalau kau memang begitu boleh susah. Tetapi tidak, bukan?”

(Kuntowijoyo, 2002: 250) “Menculik Wasripin?” “Iya.” “Jangan, Pak. Seperti kata peribahasa itu namanya ‘air susu dibalas

dengan air comberan’.” (Kuntowijoyo, 2003: 219)

Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut, dapat dipetik inti dari pemikiran

profetik Kuntowijoyo yakni pentingnya peran agama dalam memperbaiki

berbagai bidang kehidupan manusia. Selain itu, Peran intelektual dalam

membangun interaksi sosial hendaknya berlandaskan pandangan religius

profetik, bukan religius sufistik yang menafikkan keberadaan manusia lain

sebagai objek dakwah. Hal ini bertujuan agar terbentuk masyarakat utama adil

makmur yang diridaiAllah dan terwujudnya negara yang baldatun thoyibatun

wa robbun ghofur.

1. Kelompok Sosial Kuntowijoyo

a. Kelompok Cendekiawan Muslim Muhammadiyah

Lucien Goldmann (dalam Nugraheni, 2009: 190) berpendapat

bahwa pengarang merupakan anggota kelompok sosial tertentu dalam

masyarakat, ia merupakan wakil masyarakatnya. Oleh karena itu

pengarang berfungsi untuk menyuarakan pendapat dan pemikirannya atas

kondisi sosial kemasyarakatan dalam karya-karyanya. Kelompok

cendekiawan mengacu pada sekelompok orang dalam masyarakat yang

memainkan peran kecendekiawanan. Kelompok sosial Kuntowijoyo dapat

dikatakan sebagai kelompok cendekiawan muslim.

Page 86: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxxvi

Kuntowijoyo aktif dalam organisasi Islam Muhammadiyah.

Keikutsertaan Kuntowijoyo dalam Muhammadiyah juga mempengaruhi

pemikirannya. Apa yang disampaikannya senada dengan khitah

perjuangan Muhammadiyah. Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi

yang telah menghembuskan jiwa pembaruan islam, menentang bid’ah dan

khurafat. (Majalah Sabili, 2003: 134)

Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang membawa paham

pembaharuan (tajdid). Oleh karena itu, gerak pemahaman dan pengamalan

Islam bagi Muhammadiyah selalu mempunyai tiga maksud, yaitu sebagai

pemahaman Islam, sebagai ajakan kepada seluruh umat manusia untuk

memahami dan mengamalkan ajaran Islam, dan sebagai koreksi atau

evaluasi terhadap berbagai pemikiran yang telah dilakukan.

Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8

dzulhijah 1330 H atau bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M.

Muhamadiyah ikut berperan dalam pergerakan nasional baik sebelum

kemerdekaan, pada saat merdeka, dan pascakemerdekaan.

Peran aktivis-aktivis Muhammadiyah dalam proses kemerdekaan

tidak dapat diragukan lagi. Tokoh-tokoh nasional seperti Mas Mansur,

Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimejo, Kahar Mudzakkir adalah

sejumlah nama tokoh pergerakan nasional yang besar dari rahim

Muhammadiyah. Peran Muhammadiyah pascakemerdekaan terlihat pada

penumpasan G30S/PKI, peran dalam politik praktis, dan kepedulian

terhadap pendidikan. (Ibnu Salimi, 1995: 111).

Page 87: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxxvii

Menurut Amien Rais, Kuntowijoyo menyimpan banyak

keteladanan. "Kehidupan almarhum penuh keteladaan, seorang yang arif,

bijaksana dan saleh sehingga dicintai oleh banyak orang," kata Amien Rais

saat menyampaikan pidato melepas kepergian Kuntowijoyo di rumah

duka, Jl. Ampelgading 429 Condongcatur Depok Sleman, Rabu

(23/2/2005) pukul 12.30 WIB. Menurut Amien, Kunto adalah seorang

kepala keluarga yang berhasil membangun keluarga sakinah. Ketika

mengajar dikampus pun, Kunto juga dicintai oleh mahasiswa dan sesama

dosen karena kepandaiannya. Saat menjadi pengurus Majelis Tarjih dan

Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah sejak tahun 1990,

pemikiran-pemikirannya sangatlah cemerlang. "Dia adalah seorang

pemikir yang menguasai ilmu sejarah, sosiologi, budaya dan sastra

sehingga karya-karyanya pun banyak dipuji orang. (www.detikNews.com)

Menurut Haedar Nasir (PP Muhammadiyah), Kuntowijoyo adalah

pencari kebenaran sejati, yang mampu menangkap tafsir Al Manar dan

mengkontekstualisasikan dalam kehidupan modern. Kuntowijoyo meirntis

Muhammadiyah untuk mengintegrasikan iman dan kemajuan telah

melahirkan generasi muslim terpelajar yang tidak saja memiliki

kepribadian kokoh, namun juga berorientasi untuk maju.

Kelompok cendekiawan muslim Kuntowijoyo terdiri dari kaum

cendekiawan muslim yang aktif menyuarakan kebenaran ilahiyah,

membebaskan diri dari kesyirikan, dan aktif dalam amar ma’ruf nahi

Page 88: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxxviii

munkar, mengajak masyarakt kepada kebaikan dan mencegah

kemungkaran.

b. Kelompok Sejarawan

Kelompok sosial Kuntowijoyo juga dikatakan sebagai kelompok

sejarawan. Sebagai sejarawan dia sangat menghargai kearifan dan budaya

Jawa. Kedalaman pengetahuan tentang sejarah mengajarkan kearifan itu.

Baginya, belajar sejarah adalah proses belajar kearifan. Dia

mengimplementasikan dlam kesehariannya yakni dengan sikap rendah hati

dan bisa bergaul dengan semua orang.

Menurut Sejarawan Prancis March Bloch, “Sejarah di atas

segalanya, adalah tentang ilmu perubahan.” Historiografi atau penulisan

sejarah Indonesia pun berkembang dari masa ke masa. Semula menurut

Kuntowijoyo ada segelintir sejarawan yang merekayasa sejarah untuk

kepentingan penguasa. (www.rumahbacacendekia.wordpress.com)

Melalui buku Penjelasan Sejarah (2008) Kuntowijoyo menegaskan

bahwa ilmu sejarah adalah ilmu yang mandiri, dalam arti memiliki filsafat

ilmu sendiri, persoalan sendiri, serta penjelasan tersendiri. Argumen

filosofisnya adalah serangkaian upaya untuk menafsirkan, memahami, dan

mengerti. Dikatakan juga bahwa ilmu sejarah bersifat khas baik pada

ruang lingkup maupun penjelasannya. Secara eksplisit hal tersebut dapat

dipahami sebagai tonggak warisan dalam rangka mendorong kreativitas

riset bagi generasi sejarawan sesudahnya. Harapannya kebenaran sebuah

sejarah tidak lagi mudah untuk dimanipulasi atau dikamuflase hanya demi

Page 89: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

lxxxix

sebuah kepentingan kekuasaan. Karya-karya Kuntowijoyo tentang sejarah

masyarakat dalam bingkai hegemoni penguasa sangat banyak, termasuk

desertasinya yang mengangkat Masyarakat Petani Madura.

Karya-karya beliau banyak dijadikan rujukan serta contoh berbagai

karya tulis, terlebih tulisan beliau mengenai kebudayaan dan persejarahan.

Tidak heran jika Prof.. Sartono Kartodirdjo menyebutkan bahwa karya-

karya beliaulah yang paling lengkap mengupas tentang pelbagai

kebudayaan dan persejarahan Indonesia. Dia merekam berbagai kondisi

perpolitikan Indonesia di saat pemerintahan Soeharto. Kuntowijoyo

berusaha meluruskan sejarah yang dibengkokkan rezim orde baru.

(www.rumahbacacendekia.wordpress.com)

Ahmad Mansyur Suryanegara (Sabili, 2003: 36) mengatakan

bahwa usaha untuk meluruskan sejarah bukan pekerjaan yang mudah. Dia

pernah diancam akan dihadapkan pada regu tembak oleh seorang

pembesar era orde baru ketika ia mau meluruskan catatan sejarah

perjuangan Kiai Caringin. Sayangnya, upaya-upaya para sejarawan

mengungkap sejarah tidak diimbangi oleh kemauan generasi muda untuk

menjaga sejarah tersebut. Para sejarawan merasa prihatin pada generasi

muda yang abai pada sejarah.

Jika dilihat dari lingungan sosial dan pergulatan pemikiran

kesejarahannya, kelompok sosial kuntowijoyo adalah kelompok sejarawan

yang berwawasan ktitis dan intensif berjibaku dalam upaya pelurusan

sejarah bangsa Indonesia.

Page 90: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xc

c. Kelompok Budayawan

Kelompok sosial Kuntowijoyo yang lain adalah kelompok

budayawan, termasuk para sastrawan dan seniman. Kuntowijoyo

merupakan salah satu begawan kebudayaan Indonesia. Budayawan Emha

Ainun Najib (Cak Nun) mengatakan bahwa selama berkenalan dan

berkawan akrab selama 35 tahun dengan Kuntowijoyo, sebagai seorang

sastrawan dan budayawan, Kuntowijoyo adalah seorang intelektual yang

jujur, obyektif dan cemerlang. "Pak Kunto tidak pernah mati, karena itu

dia tidak bisa digantikan siapa pun. Namun kita juga tidak boleh

kehilangan dia," kata cak Nun. (www.rumahbacacendekia.wordpress.com)

Cak Nun mengatakan bahwa Kuntowijoyo itu hidup dengan penuh

kearifan, tidak pernah marah, tidak pernah punya hati jahat dengan siapa

pun. "Dia itu cocok menjadi malaikat, tidak pernah punya ambisi, tidak

pernah berbuat dosa dan maksiat. Tekun memikir dan orang yang luar

biasa," katanya.

Misi profetik berkaitan tersebut dilaksanakan di tengah-tengah

manusia, tentu dengan memerhatikan konteksnya. Untuk saat ini, harus

diakui bahwa peradaban dunia, termasuk Indonesia, tengah berada dalam

hegemoni Barat. Kita semua telah memasuki, atau dimasuki, modernitas

(bahkan pasca-modernitas) dengan segala eksesnya. Perkembangan

teknologi mengubah struktur masyarakat yang tadinya agraris menjadi

industrial. Tenaga manusia yang sebelumnya dominan diganti oleh mesin.

Di samping manfaatnya, keadaan ini menjadikan dehumanisasi: manusia

Page 91: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xci

hidup seperti robot, serba mekanis dan otomatis. Sistem pasar dan

globalisasi memerlakukan manusia sebagai gejala abstrak tanpa wajah

kemanusiaan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa

Kuntowijoyo merupakan salah satu begawan kebudayaan Indonesia yang

pemikirannya berlandaskan pandangan religius profetik. Kuntowijoyo

mengingatkan pentingnya agama dan kemanusiaan agar terhindar bahaya

globalisasi dan hegemoni budaya barat

2. Pemikiran Tokoh-Tokoh yang Berada dalam Satu Kelompok Sosial

dengan Kuntowijoyo

Salah satu komponen pandangan dunia pengarang adalah menyebutkan

tokoh-tokoh yang memiliki pandangan dunia sama dengan Kuntowijoyo.

Tidak semua tokoh yang memiliki pandangan dunia sama dengan

Kuntowijoyo diuraikan di sini. Ada dua tokoh cendekiawan yang memiliki

memiliki pandangan dunia religius profetik berlandaskan budaya Jawa yaitu:

Amien Rais, Muhammad Diponegoro, dan Buya Hamka.

a. Amien Rais

Amien Rais pernah dijuluki King Maker karena perannya dalam

reformasi 1998 yang menyebabkan kejatuhan Soeharto dan perannya

dalam menentukan presiden pada tahun 1999 yakni dengan strategi poros

tengah. Sebelum dikenal sebagai politisi, ia telah lama malang melintang

di dunia pendidikan dan organisasi Islam Muhammadiyah.

Page 92: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xcii

Keterlibatannya dalam Muhammadiyah inilah yang menjadikan Amien

Rais dan Kuntowijoyo memiliki kesamaan pandangan religius profetik.

Ketika ia terpilih sebagai ketua PP Muhammadiyah ia

melemparkan ide untuk menuju suksesi nasional. Hal ini merupakan

keberanian yang luar biasa mengingat waktu itu Soeharto beghitu otoriter.

Karena keberaniannya itu ia berhasil mengangkat pamor Muhammadiyah

di tingkat nasional. Ketika kejatuhan Soeharto, ia adalah Cendekiawan

yang berdiri paling depan. (www.isai.or.id, 2008)

b. Muhammad Diponegoro

Muhammad Diponegoro adalah salah seorang sastrawan Indonesia

yang telah banyak memberi sumbangsih dalam dunia sastra tanah air.

Cerpen-cerpen Muhammad Diponegoro penuh dengan nilai-nilai moral

dan hakikat hidup yang diciptakan dengan ilustrasi sederhana namun

sangat mengena. (Nuri, 2010: 2)

Muhammad Diponegoro merupakan orang yang memiliki

pemikiran sama dengan Kuntowijoyo. Kesamaan ini disebabkan

keterlibatannya dalam Muhammadiyah yakni sebagai wakil pemimpin

redaksi Suara Muhammadiyah. Pandangan Islam modern tertuang dalam

karya-karyanya yang dibacakan di Radio Australia. Bahkan dia menulis

puitisasi terjemahan Alquran sebagai bentuk kecintaannya pada Alquran.

Dia juga mendirikan teater Muslim Yogyakarta dan selalu

menekankan pentingnya religiusitas dalam hidup karena manusia hidup

harus mempunyai tujuan dan harus memegang ajaran agama.

Page 93: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xciii

2. Deskripsi Struktur Teks Novel Pasar, Novel Mantra Pejinak Ular, dan

Novel Wasripin dan Satinah

Salah satu analisis dari penelitian ini yaitu mengkaji struktur teks novel

Pasar, novel Mantra Pejinak Ular (MPU), dan Wasripin dan Satinah (WS). Setiap

novel terdapat unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita. Pembahasan dalam

bab ini dilakukan melalui pemaparan aspek struktur yang meliputi tema, alur,

tokoh dan penokohan, latar, dan sudut pandang. Analisis tersebut dijabarkan

sebagai berikut:

1. Tema

Tema adalah gagasan utama yang menjalin struktur isi karangan, Maka,

tema merupakan pokok permasalahan yang menjadi bahan utama atau latar

belakang cerita. Dari seluruh cerita novel Pasar, MPU, dan WS tampak

permasalahan yang menonjol yaitu masyarakat Jawa yang harus menghadapi

realita transisi kehidupan sosial budaya dan politik. Permasalahan sosial yang

menjadi sejarah kemanusiaan itulah yang tidak lepas dari latar belakang cerita

novel Pasar.

Novel Pasar mengungkapkan proses pewarisan nilai-nilai Jawa dan

transisi perubahan sosial budaya masyarakat. Cerita Pasar menampilkan

bagaimana semestinya budaya Jawa yang dianut dan diwariskan masyarakat

bertransformasi dalam kehidupan modern. Tokoh Pak Mantri dalam novel itu

dijadikan sebagai andaian ideal yang seharusnya dimiliki para pemimpin di

masyarakat. Dalam konteks Jawa yang harus dimiliki para pemimpin itu adalah

filosofi orang Jawa yang dengan tetap menstransformasikan sari-sari akar budaya

Page 94: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xciv

dalam mengelola kehidupan modern. Fakta tersebut dalam novel Pasar dapat

dilihat pada ujaran Pak Mantri kepada Paijo seperti berikut:

“Rumusnya adalah kebahagiaan bagi orang banyak. Sesuaikanlah kepentinganmu dengan kepentingan yang lebih besar. Inilah yang diperbuat Arjuna ketika menghadapi Resi Bima. Tidak salah lagi, pahlawan itu mencintai musuhnya, yang juga moyangnya. Tetapi layapkanlah dirimu bersama tujuan yang mulia. Muliakanlah dirimu bersama dengan kepentingan manusia. Mungkin itu menyiksamu. Menyedihkanmu. Menyengsarakanmu. Tetapi apa arti setitik air dalam samudera luas? Dan siapakah sangkamu Adipati Karna itu? Ia tahu Pandawa itu saudaranya sendiri. Tetapi ia memihak Kurawa, padahal sudah jelas bahwa ia akan hancur? Mengapa? Ia seorang pemberani. Dia itu menempatkan dirinya sebagai bagian dari warga yang hidup di Astina. Ia adalah bagian dari negara itu. Ia hanya satu bagian yang harus ikut dalam arus besar yang hidup di Astina. Ia adalah bagian dari negara itu. Ia hanya satu bagian yang harus ikut dalam arus besar yang disebut Perang Baratayuda.” (Kuntowijoyo, 2002: 270-271).

Persoalan utama yang diangkat dalam kisah MPU yaitu upaya perlawanan

terhadap proses dehumanisasi dan objektivasi yang berlangsung di masyarakat,

baik secara material maupun spiritual. Cerita MPU menampilkan masalah

perjuangan seorang pegawai biasa yang tidak mau menjadi alat politik kekuasaan.

Benturan-benturan kepentingan yang harus dialami sang tokoh baik sebagai

dalang dengan lingkungan sosialnya maupun posisinya sebagai Pegawai Negeri

Sipil (PNS), oleh pengarang dijadikan peranan yang baik untuk menyuguhkan

tema yang bermakna itu kepada pembaca.

Abu Kasan Sapari, seorang pegawai rendahan di kecamatan, menolak

menjadi pegawai lebih tinggi untuk menunjukkan sikap penolakannya menjadi

pengikut partai pemerintah yang berkuasa kala itu. Sang tokoh menganggap

bahwa sistem mesin politik yang diterapkan partai tersebut merupakan bentuk

dehumanisasi modern yang harus dilawan. Kesadaran yang kuat untuk tetap teguh

Page 95: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xcv

pada hati nurani siap menghadapi risiko penekanan bahkan penyingkiran atas

dirinya. Baginya, itu lebih baik daripada menjadi pejabat atau anggota legislative

tetapi tunduk pada sistem politik kepentingan. Berikut ini kutipan yang

menggambarkan masalah tersebut:

“Terimalah ucapan selamat kami. Kami dari DPD telah memilih Pak Abu sebagai caleg jadi,” kata Ketua Badan Seleksi. “Pak Abu lolos ketimbang sembilan calon lain.”

Abu bingung. Ia tak pernah menghubungi atau dihubungi siapa-siapa. Kejadian itu sangat tiba-tiba.

“Saya-saya tidak tahu apa-apa!” “Ya, Pak Abu tidak tahu. Tapi kami punya banyak telinga. Ini

kehormatan. Jangan ditolak. “Tapi saya tak pernah mengharapkan.” “Banyak memang peristiwa di dunia ini yang berada di luar

harapan.” Abu mengerti duduk soalnya. Ia menolak. Tentu saja itu di luar

harapan para tamunya. Sebab, orang lain berebut menjadi caleg jadi. Karenanya penolakan itu aneh bagi mereka.

“Aneh! Lalu apa maumu? Kalau bukan pangkat, kalau bukan jabatan?” (Kuntowijoyo, 2000: 144) Sang tokoh juga menentang dehumanisasi tradisional yang masih ada di

dalam masyarakatnya. Bentuk-bentuk dehumanisasi tradisional tersebut dalam

masyarakat Jawa di antaranya ialah pemujaan pohon besar, mantra tahayul, jimat,

sesaji, tapa, kekeramatan kuburan, dan lain-lain. Sang tokoh mewujudkan

penolakan dehumanisasi tradisional tersebut dengan membuang ularnya, memutus

mata rantai mantra pejinak ular dan tidak menggunakan sesaji waktu mendalang.

Secara halus sang tokoh berusaha bersikap kritis terhadap gejala mitologisasi

dengan mengajak masyarakatnya cara berpikir lebih rasional. Kutipan berikut ini

menggambarkan sikap yang diambil sang tokoh:

Pada waktu itu terdengar azan Subuh. Abu mendengar suara di samping. Itu Lastri. Ia mengerjakan rencananya. Sembahyang dan memasukkan ular ke dalam kotak kayu. Ternyata mantranya bikin susah

Page 96: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xcvi

itu, tidak mengajarkan mantra pada siapa pun. Kalau ada sanksinya, dia sanggup menanggung. (Kuntowijoyo, 2000: 242) Sebagaimana ditunjukkan dalam novel MPU, budaya tradisi dan modern

dalam novel Pasar pun dihadirkan dalam konteks sejarah dan kemanusiaan.

Tokoh Pak Mantri yang mencoba dan berhasil mengatasi persoalan yang muncul

di pasar merupakan satu tipe ideal pemimpin modern dibandingkan dengan camat,

kepala polisi, dan pemimpin umumnya sekarang yang tidak mengerti baik akar

tradisi sendiri maupun semangat modernitas. Di tangan orang yang tidak mengerti

hakikat masa lalu dan masa kini, tradisi dan modernitas, manusia dan Tuhan,

kehidupan modern akan tampil dalam bentuk-bentuknya yang melemahkan

spiritualitas manusia. Sikap itulah yang ditunjukkan Pak Mantri sebagaimana

kutipan berikut:

Biarlah perempuan itu keheranan. Begitulah kalau mau tahu watak Pak Mantri. Itulah sikap ksatria, perwira. Dipandangnya burung-burungnya yang berkeliaran. Ditinggalakannya Zaitun dalam keadaan bertanya-tanya. Memang, dirasanya juga, bahwa burung-burung itu mengganggu para pedagang. Ah, selama ini ia tidak tahu itu. Untunglah datang juga petunjuk itu. Ia menempatkan diri pada pihak pedagang, dan ia bisa jengkel juga. Pantaslah, saya memahami kalian, saudara-saudara. Ia bisa menghitung, kalau setiap ekor burung dara makan beras segenggam setiap hari, berapa kuintal dalam sebulan. Ah, lebih baik beras itu diberikan pada fakir miskin daripada burung! (Kuntowijoyo, 2002: 254)

Pasar sebagai simbol tempat bertemunya manusia dengan segala

karakternya yang melakukan interaksi sehingga membentuk komunitas sosial

yang spesifik. Pasar di saat sekarang merupakan saksi sejarah atas proses

perubahan sosial budaya pada masyarakat yang terus berlangsung.

Dalam Novel WS yang diangkat adalah ketidakberdayaan dalam

menghadapi proses marjinalisasi yang berlangsung di masyarakat pesisir yang

Page 97: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xcvii

disebut sebagai ekstrem kanan, subversive, dan dedengkot golput. Novel WS

menampilkan seorang modin dan satpam TPI yang tidak mau menjadi alat politik

kekuasaan. Berbagai konflik yang dialami tokoh oleh pengarang dijadikan

peranan yang baik untuk menyuguhkan tema yang bermakna itu kepada pembaca.

“Pak Modin dedengkot golput harus disingkirkanbila partai ingin menang,” kata renstra yang dibuat Ketua Partai Randu setempat (“disingkirkan” artinya “dimusnahkan”, “dipenjara”, atau “ditahan”) (Kuntowijoyo, 2003: 137)

Pagi TVRI dan Koran-koran memberitakan bahwa Wasripin mati ditembak tentara waktu berusaha merebut senjata. Mayatnya dikuburkan di suatu tempat yang dirahasiakan karena dapat menimbulkan syirik. Kemudian juga dikatakan bahwa dia komandan DI/TII Pantura, anti-Pancasila, dan ingin mendirikan Negara Islam dengan kekuatan senjata. (Kuntowijoyo, 2003: 231)

“Kenalkan saya Mister Mudin, Presiden NII.” “Bukan. Tapi Pak Modin, imam surau TPI.” “Saya berani sumpah. Pengangkatan sudah saya tanda tangani.

Disaksikan dua kopral bersenjata lengkap.” (Kuntowijoyo, 2003: 255)

Jika dalam novel Pasar dan MPU tokoh mampu menjadi pioneer dalam

perubahan, tokoh novel WS tidak demikian. Tokoh dalam novel WS pada akhirnya

tidak berdaya menghadapi kekuasaan politik dan militer. Meskipun demikian,

perlawanan yang dilakukan Pak Modin dan Wasripin telah membakar semangat

masyarakat pesisir untuk berani melawan meskipun risikonya besar.

Bupati menugaskan kepala Dinas Perikanan untuk menemui para nelayan dan mengatakan bahwa melaut adalah untuk kepentingan nelayan sendiri, sambil menyampaikan ancaman itu.

“Kami mau melaut, tapi pulangkan Pak Modin.” (Kuntowijoyo, 2003: 247)

2. Alur

Novel Pasar, MPU, dan WS dibangun di atas alur yang menarik.

Kontinuitas struktur cerita yang ditunjukkan dibentuk oleh peristiwa-peristiwa

yang tersusun secara berurutan menjadi karakter alur novel Pasar. Secara jelas

Page 98: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xcviii

novel Pasar memiliki alur maju. Agak berbeda, cerita novel MPU dan WS

memiliki struktur sastra konvensional roman yang kuat. Cerita MPU dan WS

mengisahkan perjalanan hidup tokoh sejak kecil hingga menjadi sosok manusia

dewasa. Alur dalam cerita MPU dan WS bersifat campuran karena gaya

penceritaan waktu peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh tidak selamanya linear

ke depan, tetapi juga terdapat kilas peristiwa yang bersifat flashback “mundur ke

masa belakang”. Studi analisis tahapan alur dalam novel Pasar, MPU, dan WS

dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Eksposisi

Cerita novel Pasar, MPU, dan WS diawali dengan menampilkan

tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita bersama kedudukannya masing-

masing. Di samping itu juga dipaparkan kondisi pembentuk latar cerita.

Kutipan novel Pasar berikut mendeskripsikan tokoh-tokoh yang terlibat di

dalam cerita:

Kalau engkau terpelajar, dan tinggal di kota itu, berhubunganlah dengan Pak Mantri Pasar. Sebab tidak seorang pun kecuali Kasan Ngali, tentu yang mengaku orang Jawa tidak memujinya. Tanyakanlah kepada Pak Camat atau Pak Kepala Polisi, dan ibu jari mereka akan diacungkan: “Nah, Pak Mantri Pasar itu. Begini!” Segala yang baik bagi hidup jujur, setia, sopan santun, tahu diri memupuk padanya. (Kuntowijoyo, 2002: 1) Kutipan di atas memunculkan tokoh Pak Mantri Pasar sebagai sentra

cerita dan tokoh Kasan Ngali sebagai kontra. Tokoh Pak Camat dan Pak

Kepala Polisi diperlihatkan sebagai pejabat pemerintah yang memiliki

interaksi formal dan informal terhadap tokoh Pak Mantri Pasar. Di samping itu

juga terdapat tokoh Siti Zaitun (hal. 3) sebagai pegawai Banak Pasar dan

Page 99: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

xcix

tokoh Paijo (hal.6) sebagai pegawai pasar yang membantu Pak Mantri Pasar

serta tokoh para pedagang pasar (hal. 2).

Peristiwa dalam kutipan novel MPU di bawah ini digunakan untuk

memperkenalkan karakter sang tokoh utama. Berikut ini kutipan yang

memperlihatkan hal tersebut:

Kemudian, kakek meminta bayi itu. Dibawanya bayi merah yang terbungkus kain batik ke kuburan Ronggowarsito untuk ngalap berkah, meminta restu. Sambil menyerahkan kembali bayi itu dikatakannya kepada dua orangtuanya, “Hati-hati memelihara anak ini. Besok dia akan jadi pujangga. Aku mendapat firasat, ketika aku keluar dari makam ada rombongan orang membarang, menyanyi, dan menabuh gamelan. Anak itu memiringkan telinganya, seperti mendengar sinden dan klenengan.” (Kuntowijoyo, 2000: 2) Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa sang tokoh, yang

kemudian dikenal dengan Abu Kasan Sapari, diperkenalkan masih keturunan

pujangga besar Ronggowarsito, meskipun masih bayi memiliki karakter yang

dewasa Abu Kasan Sapari pun membawanya untuk menjadi dalang,

sebagaimana nampak dalam kutipan berikut:

Pada tahun ketiga, kalau ada permintaan mendalang, Ki Lebdo selalu menanyakan pada yang datang, “Apa bisa diwakilkan?” Kalau orang yang datang setuju, pekerjaan itu akan diserahkan pada Abu. (Kuntowijoyo, 2000: 14)

Pada tahap ini terdapat deskripsi cerita mundur dalam alur novel MPU.

Deskripsi tersebut terlihat pada proses penceritaan pada peristiwa yang terjadi

di masa lalu, yaitu deskripsi tentang Desa Palar di masa lalu dan kisah

pertemuan antara ayah Abu dengan ibu Abu masa sebelum menikah. Berikut

kutipan yang mendeskripsikan hal tersebut.

Page 100: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

c

Dulu Palar adalah desa perdikan, desa yang dibebaskan dari pajak dengan maksud supaya seluruh penghasilan desa diperuntukkan guna keperluan makam. Praktis, lurahnya sama dengan juru kunci makam. Tetapi ketika desa perdikan itu dihapuskan pada 1915, juru kunci makam tidak lagi otomatis menjadi lurah desa. Waktu pilihan lurah, juru kunci cum lurah pada waktu itu suka ma-lima, yaitu madon, minum, madat, main (“wanita, minuman keras, mengisap candu, judi”) sehingga tidak terpilih jadi lurah. (Kuntowijoyo, 2000: 4)

Waktu itu ibu (calon) Abu berdagang pakaian dari pasar ke pasar dengan sepeda merek Releigh yang bisa bunyi ck-ck-ck dan ayah (calon) Abu menjalankan ternak apa saja milik para tetangga. Maka bertemulah ayah-ibu Abu. Ayah Abu suka membeli soto dekat ibu Abu berjualan. (Kuntowijoyo, 2000: 8) Peristiwa dalam kutipan novel WS di bawah ini digunakan untuk

memperkenalkan karakter sang tokoh utama. Berikut ini kutipan yang

memperlihatkan hal tersebut:

“Wasripin naik bus dari sebuah jalan tol di Jakarta pagi-pagi sekali. Ia tidak bodoh, ia juga makan sekolahan. … Lalu Wasripin meloncat keluar, melambaikan tangan untuk mengucapkan terima kasih. Lambaian tangan itu juga berarti bahwa dia mengucapkan selamat tinggal untuk dunianya yang lama. “Inilah tumpah darah ibuku”, katanya dalam hati. Ia berjalan ke kiri, ke mana pun kaki melangkah, tanpa tahu tempat yang dituju. Pokoknya, pantai, pantai! (Kuntowijoyo, 2003: 1) Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa sang tokoh diperkenalkan

sebagai keturunan orang pantai dan sudah lama berada di Jakarta.

b. Inciting Moment

Pada tahap ini baik novel Pasar, MPU, maupun WS mulai nampak

permasalahan yang mengenai tokoh cerita. Gambaran permasalahan yang

muncul pada tokoh novel Pasar, Pak Mantri, nampak dalam peristiwa berikut:

Ternyata, lebih banyak pedagang yang berjualan di jalanan muka pasar daripada masuk los-los. Pak Mantri Pasar sudah berusaha

Page 101: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ci

menggiring mereka ke dalam, tetapi sia-sia. Makin hari los-los makin sepi. Dengan bermacam-macam alasan. Seperti: “lebih baik di jalan”, “lebih dekat dengan pembeli” sampai “peruntungan saya di jalan, bukan di pasar”, itu membuat jengkel Pak Mantri Pasar saja. Akhirnya orang tua itu menyerah. Bahkan akhir-akhir ini orang yang telah menjual kambing di jalanan juga dan bukanya di pasar hewan. Semakin hari semakin parah dengan pedagang itu. Dan sialan, Pak Mantri Pasar pula yang disalahkan! Soalnya ialah karena burung-burung dara itu. Tunggulah duduk perkaranya. (Kuntowijoyo, 2002: 4)

“Coba. Mereka membunuh burung daraku. Seberani itu.” “Siapa?” “Orang pasar.” ….. “Juga Bank Pasar akan rugi. Burung-burung itu membunuh

bank.” (Kuntowijoyo, 2002: 29) “Menabung, Ning?” Ah, untungnya saja habis dimakan burung

dara! (Kuntowijoyo, 2002: 32) “Hitunglah, Pak, “kata perempuan itu pada polisi. “Tiga ekor

burung dara telah mencocok berasku. Berapa harus dibayar, kalau aku mau menghitung. Masih diminta karcis pasar lagi! Mestinya aku minta ganti rugi! Orang mengangguk-angguk. Rugi, rugi itu! Betul tak mau bayar! (Kuntowijoyo, 2002: 35) Berdasarkan kutipan-kutipan di atas permasalahan yang muncul

disebabkan oleh keberadaan burung-burung dara. Munculnya permasalahan

terlihat ketika sebagian besar para pedagang berjualan di jalanan, bukan di los-

los pasar yang telah ada. Di antara para pedagang itu beralasan karena

terganggu oleh keberadaan burung-burung dara di pasar dalam jumlah yang

sangat banyak. Mereka pun menyalahkan Pak Mantri karena burung-burung

dara tersebut dianggap milik Pak Mantri.

Permasalahan berkembang saat para pedagang yang masih berjualan di

dalam pasar pun mengalami emosi sehingga mereka berani membunuh burung

dara Pak Mantri. Peristiwa itu kemudian diketahui oleh Pak Mantri dan

disampaikannya kepada Siti Zaitun, pegawai Banak Pasar. Namun Siti Zaitun

Page 102: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cii

ternyata juga menyalahkan Pak Mantri. Siti Zaitun beranggapan bahwa

kemunduran Bank Pasar karena tidak adanya para pedagang yang menabung

lagi disebabkan oleh keberadaan burung-burung dara di pasar. Keberadaan

burung-burung dara tersebut dianggap telah mengakibatkan berkurangnya

penghasilan para pedagang, sehingga mereka pun enggan untuk menabung

lagi. Permasalahan lain muncul ketika para pedagang juga tidak mau lagi

membayar retribusi pasar. Mereka beralasan karena dagangannya telah

dimakan burung-burung dara.

Pada tahap ini, dalam novel MPU, tokoh Abu Kasan Sapari mulai

tersentuh dengan permasalahan ketika Abu mendapatkan mantra pejinak ular

yang harus dipegangnya semasa dia hidup. Berikut ini kutipan yang

memaparkan peristiwa tersebut:

“Apa itu?” “Mantra pejinak ular.” Kemudian orang itu mencari telinga kanan Abu, dan

membisikkan sebuah kalimat. “Paham?” Kemudian orang itu kembali berbisik di telinga kanan Abu. “Sudah, ya? Abu mengangguk. “Mantra itu tidak boleh salah

ucap. Bacalah itu setiap kali kau menghadapi ular.” (Kuntowijoyo,

2000: 19)

Permasalahan yang juga dialami oleh Abu ialah ketika ia terlibat dalam

perpolitikan. Abu memanfaatkan wayang untuk melakukan pendidikan politik

kepada masyarakat. Abu mendalang dengan mengambil cerita partisipasi

rakyat dalam pemerintahan sebagai wujud kedaulatan dalam demokrasi.

Di bawah ini adalah scenario wayangan yang dibuat oleh dalang Ki Abu Kasan Sapari. Judulnya “Bambang Indra Gentolet

Page 103: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ciii

Takon Bapa” atau “Bambang Indra Gentolet Menanyakan Sang Ayah”. (Kuntowijoyo, 2000: 61) Permasalahan berkembang ketika keterlibatan Abu dengan politik

semakin jauh. Ia mendalang untuk mendukung salah satu calon dalam

pemilihan lurah. Padahal saat itu di samping sbagai dalang, kedudukan Abu

juga sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini berarti ia mulai konflik

berhadapan dengan Mesin Politik yang pada saat itu mempunyai kekuatan

politik besar. Gambaran tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Kabar mengenai pemilihan lurah di Kemuning sudah didengar oleh media massa yang telaten nongkorng di Pemda. Seorang wartawan dari Suara Bengawan menemuni Pak Camat dan oleh camat diverwijs pada Abu Kasan Sapari. Abu mengatakan bahwa banyak hal menarik perlu diberitakan. Kemudian dia bercerita tentang campur tangan Mesin Politik, adanya botoh, dan peran dukun dalam Pilkades. Wartawan itu diberi kebebasan untuk meliput. Dia juga memberikan jadwal dia akan mendalang untuk mendukung calon. Wartawan itu berjanji akan datang nonton, untuk mengetahui efektivitas kesenian dalam politik, (Kuntowijoyo, 2000: 93-94)

Dalam novel WS, tokoh Wasripin mulai tersentuh dengan

permasalahan ketika dia menjadi satpam dan memergoki pencurian kayu. Saat

itulah Wasripin kena pukul sampai pingsan dan mulai dibenci oleh para

prnguasa. Berikut ini kutipan yang memaparkan peristiwa tersebut:

“Tiba-tiba saja orang menggebukku dengan kayu.” “Kayu-kayu?” “Bukan itu saja.” “Kau pasti mengurus yang bukan urusanmu. Itu urusan polisi.” (Kuntowijoyo, 2003: 65) Masalah berkembang ketika kepala TPI (Tempat Pelelangan Ikan)

mendapat surat ancaman. TPI akan dibakar jika orang-orang TPI mencapuri

Page 104: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

civ

urusan mereka. Ternyata ancaman itu bukan omong kosong. Pada suatu

malam TPI memang dibakar habis, sampai ludes.

c. Rising Action

Peristiwa-peristiwa yang terjadi terus berkembang mengalami

penajakkan konflik cerita. Pengarang berusaha mengembangkan konflik

dengan melibatkan tokoh-tokoh lain yang memiliki peran penting dalam

kedudukan tokoh memacu peningkatan konflik. Hal ini dapat dilihat pada

kutipan berikut:

“Pasar ialah satu pendekatan negara terpenting. Pajak yang ditarik melalui pasar seyogyanya mendapat perhatian pula.”

“Ya, Ya.” “Tahukah Pak Camat,” ah napasnya tak begitu teratur sudah.

“Akhir-akhir ini di pasar terjadi pemogokan. Pemogokan! Pembangkangan!” (Kuntowijoyo, 2002: 65)

“Coba, Nak. Saya memelihara burung-burung saya sendiri. Itu sudah berjalan sejak lama. Burung-burung itu kubeli dengan uang saya sendiri. Dikandangkan di pasar sendiri. Tetapi mereka telah memukulinya. Membunuhnya!” Kepala Polisi itu hanya mengangguk-angguk. Cepat mengeluarkan catatan dari saku celananya, lalu menulis itu. (Kuntowijoyo, 2002: 84)

Kutipan di atas menerangkan ketika Pak Mantri melaporkan masalah

para pedagang yang tidak mau membayar retribusi kepada Pak Camat sebagai

bentuk upaya pembangkangan terhadap pemerintah. Sedangkan peristiwa

matinya burung dara dilaporkannya kepada Pak Kepala Polisi sebagai tragedy

pembunuhan. Tindakan yang dilakukan Pak Mantri tersebut secara tidak

langsung membawa tokoh lain terlibat dalam permasalahan yang terjadi. Pak

Mantri berkeinginan agar Pak Camat dan Pak Kepala Polisi, selaku abdi

negara, turut menyelesaikan permasalahan yang terjadi di pasar.

Page 105: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cv

Tekanan konflik pun semakin terasa saat Pak Mantri menuduh

keterlibatan Kasan Ngali, tokoh yang selama ini dikenal selalu bertentangan

dengan Pak Mantri, dalam permasalahan yang terjadi. Hal tersebut dapat

diketahui dari kutipan berikut:

“He, Jo. Aku tahu sekarang. Ini semua tentu ada biang keladinya. Tidak ada asap tanpa api. Tentu ada yang di belakang. Siapa, coba?”

“Siapa, Pak?” “Orang itu, tentu.” “Ya, orang itu!” Ah, pantang bagi mulutku menyebut namanya. “Kasan Ngali, Pak?” “Siapa lagi!” “Terus bagaimana, Pak?” “Aku akan menggugatnya.” (Kuntowijoyo, 2002: 92-91)

Bahkan hal yang tidak terduga terjadi, yaitu Pak Mantri harus berseteru

dengan orang yang selama ini dianggapnya dekat, Siti Zaitun. Berikut kutipan

yang memperlihatkan fakta tersebut:

“Mengerti bagaimana, Pak? Pak Mantrilah sekarang yang bertanggung jawab untuk tutupnya bank ini. Setiap hari saya mencatat peristiwa burung dara itu. Mereka tak mau menabung karena untungnya habis dimakan burung dara itu. Tetapi syukurlah. Itu kebetulan. Makin cepat bank bangkrut makin baik. Segera saya dipindahkan dari kota gurem di gunung begini. Daerah setandus ini!” (Kuntowijoyo, 2002: 107)

Dalam novel MPU, konflik terjadi antara Abu dengan Mesin Politik

menyebabkan ia harus menerima segala konsekuensi yang berat. Abu

dipindahtugaskan ke daerah lain. Kala itu Mesin Politik bisa dikatakan

berkuasa terhadap tatanan pemerintahan.

Camat Tegalpandan tahu belaka sebab-sebab kepindahan Abu. Maka ketika ada waktu dikatakannya, “Jangan menyalahgunakan kesenian.” “Yam Pak. Tetapi,” lalu ia pun berhenti. Sebenarnya Abu

Page 106: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cvi

ingin menerangkan panjang lebar, tapi dipikirnya itu namanya mencari-cari musuh. (Kuntowijoyo, 2000: 105) Di samping itu, permasalahan lainnya muncul ketika Abu memelihara

ular karena keterikatannya dengan mantra pejinak ular yang telah dimilikinya/

pasalnya tindakan Abu itu mendapat tentangan dari warga karena dianggap

membahayakan keselamatan warga setempat. Dalam hal ini Abu pun

melibatkan Lastri, seorang wanita yang berarti bagi hidupnya, ke dalam

konflik yang dialaminya.

Abu sangat peduli dengan pendapat Lastri. “Bagaimana, Yu Las?” Lastri mengangkat bahu, “terserah,” katanya. Abu mengerti dari nada bicaranya (‘terserah’-nya kok seperti

tidak rela) Lastri tidak senang dengan kenyataan bahwa ular praktis dalam rumahnya juga. Itu menggelisahkannya. Akan tetapi, Abu nekad. (Kuntowijoyo, 2000: 122)

Dia dilaporkan bahwa telah membuat takut dan resah dengan memelihara ular. Bahkan orang banyak berkesimpulan bahwa kedatangan Abulah penyebab dari banyaknya ular. (Kuntowijoyo, 2000: 131)

Permasalahan yang dihadapi Abu semakin berkembang pada

pananjakan konflik. Konflik antara Abu dengan Mesin Politik menyebabkan ia

harus menerima segala konsekuensi yang berat. Abu dipindahtugaskan ke

daerah lain. Kala itu Mesin Politik bisa dikatakan berkuasa terhadap tatanan

pemerintahan.

Camat Tegalpandan tahu belaka sebab-sebab kepindahan Abu. Maka ketika ada waktu dikatakannya, “Jangan menyalagunakan kesenian.” “Ya, Pak. Tetapi,” lalu ia pun berhenti. Sebenarnya Abu ingin menerangkan panjang lebar, tapi dipikirnya itu namanya mencari-cari musuh. (Kuntowijoyo, 2000: 105) Di samping itu, permasalahan lainnya muncul ketika Abu memelihara

ular karena keterikatannya dengan mantra pejinak ular yang telah dimilikinya.

Page 107: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cvii

Pasalnya tindakan Abu itu mendapat tantangan dari warga karena dianggap

membahayakan keselamatan warga setempat. Dalam hal ini Abu pun

melibatkan Lastri, seorang wanita yang berarti bagi hidupnya, ke dalam

konflik yang dialaminya.

Abu sangat peduli dengan pendapat Lastri. “Bagaimana, Yu Las?” Lastri mengangkat bahu, “terserah,” katanya. Abu mengerti dari nada bicaranya (‘terserah’-nya kok seperti

tidak rela) Lastri tidak senang dengan kenyataan bahwa ular praktis dalam rumahnya juga. Itu menggelisahkannya. Akan tetapi, Abu nekad. (Kuntowijoyo, 2000: 122)

Dia dilaporkan bahwa telah membuat takut dan resah dengan

memelihara ular. Bahkan orang banyak berkesimpulan bahwa kedatangan

Abulah penyebab dari banyaknya ular. (Kuntowijoyo, 2000: 131)

Tokoh Wasripin dan Pak Modin dalam novel WS mendapat teror

berkali-kali karena tidak mau menuruti keinginan Militer dan partai penguasa

yaitu, Partai Randu. Ketika Pak Modin terpilih menjadi kepala desa, dia tidak

dilantik karena diduga ekstrem kanan alias golput. Pak Modin kemudian

dituduh subversif dan dibawa ke Semarang. Hal itu terlihat dalam kutipan

berikut:

Pak Modin dedengkot golput harus disingkirkan bila partai ingin menang,” kata renstra Partai Randu setempat.(Kuntowijoyo, 2003: 137)

Danramil lapor Dandim. Dandim lapor Danrem. Danrem lapor pada Laksudda (Pelaksana Khusus Daerah, mengurusi soal subversi). Maka Pak Modin pun dipanggil ke Semarang. (Kuntowijoyo, 2003: 89)

Nasib Wasripin tidak jauh berbeda, diapun ditangkap karena

dituduh mengajarkan agama sesat. Penyebabnya adalah para nelayan

Page 108: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cviii

memasang foto Wasripin pada kapal mereka. Ketika kepala polisi

membebaskannya, militer memfitnah Wasripin dengan tuduhan mau

memperkosa. Tuduhan ini juga tidak terbukti dan gagal memenjarakan

Wasripin karena Wasripin menantang pihak pelapor untuk melakukan sumpah

pocong. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut:

Di pengadilan jaksa menuduhnya dengan perkosaan yang berhasil digagalkan korban. Wasripin menolak tuduhan itu, dan meminta diadakan sumpah pocong. (Kuntowijoyo, 2003: 166)

d. Complication

Perkembangan masalah yang terjadi dalam cerita menjadi lebih

kompleks pada tahap ini. Dalam novel Pasar konflik yang terjadi semakin

ruwet. Interaksi antara tokoh Pak Mantri dengan tokoh-tokoh lain menjadi

friksi atau benturan sehingga membuat jalinan masalah semakin rumit.

Tindakan Kasan Ngali mendirikan pasar merupakan bentuk pertentangan

secara terang-terangan bagi Pak Mantri.

Paijo melihat pasar itu. Benar-benar Kasan Ngali ingin menyaingi pasar yang sah.

“Lebih bersih. Lebih strategis. Tidak bayar karcis. Kita berlomba dalam memberi servis masyarakat. Itulah ilmu dagang. Pegawai tak punya ilmu itu. Kau anggap pedagang-pedagang di pasar mesti melayanimu, dan bukan sebaliknya. Kalau ingin jadi feudal jangan kerja macam begini. Masyarakat tak butuh lagi semangat itu!” (Kuntowijoyo, 2002: 110-111)

Konflik dengan Pak Mantri tidak hanya dengan Kasan Ngali. Di awal

Pak Mantri sudah melibatkan Pak Camat dan Pak Kepala Polisi, apalagi

terhadap para pedagang yang menuntut banyak hal. Perkara itulah yang

membuat kepercayaan dan harga diri Pak Mantri dipertaruhkan. Lebih-lebih

terhadap Paijo, orang paling dekat yang selama ini telah membantunya.

Page 109: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cix

Pak Mantri sudah mengancm camat pula! Dengan polisi belum beres. Dengan pedagang-pedagang belum selesai. Dengan Kasan Ngali apalagi! Pak Mantri terlalu banyak punya musuh. Dan Paijo harus berdiri pada Pak Mantri! Itulah susahnya. (Kuntowijoyo, 2002: 143) Kesusahan yang dialami Pak Mantri semakin bertambah. Pak Mantri

digugat oleh dua perempuan yang dikenalnya baik. Karena kesalahpahaman

Pak Mantri dilabrak Marsiyah, perempuan yang dikenalnya pada masa muda.

Pertemuan kembali dengan Marsiyah tidak pernah oleh Pak Mantri. Pak

Mantri dilabrak oleh Marsiyah karena laporan anaknya yang telah dimarahi

dianggap memusuhinya. Peristiwa itu membuka kenangan lama yang dialami

Pak Mantri terhadap Marsiyah.

Seperti tersayat hati Pak Mantri. Ia tak tahan dengan adegan itu. Pelan ia melangkah. Tidak berani menoleh lagi. Sangat kecewa menyimpan muntahan pikiran yang tak jadi keluar. Oh, Marsiyah. Sampai hati kau! (Kuntowijoyo, 2002: 154)

Di samping itu Zaitun, pegawai bank itu, menggugat Pak Mantri. Pak

Mantri dianggap bertanggungjawab atas kepemilikan burung dara yang telah

menyebabkan kemunduran Bank Pasar tempat ia bekerja. Berikut ini kutipan

yang menggambarkan peristiwa tersebut:

Mata Pak Mantri Pasar terbelalak. Orang bersalah mestinya minta maaf, itu yang betul. Siti Zaitun yang menurut Pak Mantri bersalah, malahan membentaknya. Darah melonjak ke kepala. Suara perempuan itu keras, menusuk-nusuk. Berani-beraninya! Apa urusan Pak Mantri, sungguh kurang ajar mengatakan itu. Di tengah pasar, merendahkan kekuasan Mantri Pasar! Urusan lain boleh saja ia singkirkan, tetapi soal-soal pasar dan burung-burung adalah haknya. Hidupnya tidak terpisahkan dengan kedua hal itu. Jatuh pasar, jatuh Pak Mantri. Jatuh burung dara, jatuh Pak Mantri. Untung dia cukup menghargai diri sendiri dengan memelihara adab pergaulan yang beradab. (Kuntowijoyo, 2002: 162)

Page 110: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cx

Dalam novel MPU pemasalahan yang dihadapi Abu semakin rumit

ketika Abu mendalang lagi untuk mendukung salah satu calon, kali ini dalam

pemilihan kepala desa. Hal ini menandakan pertentangannya terhadap Mesin

Politik semakin kuat, meskipun ia tahu risiko yang akan dihadapinya. Sikap

ini pun telah melibatkan lagi Lastri. Kutipan berikut menggambarkan

peristiwa tersebut:

Lastri menyerahkan hal itu pada Abu. Abu cenderung menerima tawaran cakades itu, meski sebenarnya berat hatinya. Itu akan berarti bahwa ia sudah nekad. Risiko paling kecil ialah dimarahi, diskors, dipindah lagi, atau paling-paling dipecat, ya biar saja. Kepalang basah. Namun petang harinya ada tamu yang sudah dikenalnya, seorang fungsionaris Mesin Politik Tegalpandan. (Kuntowijoyo, 2000: 135)

Kekalahan Abu pada pertarungan pemilihan kepala desa tidak

membuatnya jera. Malah pada pemilu nasional ia mengambil sikap lain untuk

menyatakan ketidaksepakatannya dengan Mesin Politik. Pernyataan Abu

tentang sikap independensi dalang sebagai seni dalam pemilu nasional

dipublikasikan media massa. Bahkan akhirnya ia membentuk Paguyuban

Dalang Independen dan dibertakan media dengan wacana “Para Dalang

Menolak Politisasi Kesenian”. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

Koran yang memuat interviu dengan Abu Kasan Sapari kebanjiran surat. Pada umumnya mreka mengatakan bahwa intervieu itu menunjukkan visi dan misi pedalangan yang jelas sebagai sebuah profesi yang mandiri. Mereka juga menyatakan akan bergabung seandainya didirikan sebuah paguyuban. (Kuntowijoyo, 2000: 138-139)

Anehnya, pemberitaan di Koran pagi harinya menyatakan bahwa di Karangmojo sudah terbentuk Paguyuban Pedalangan Independen. Berita itu diberi judul, “Para Dalang Menolak Politisasi Kesenian”. (Kuntowijoyo, 2000: 143)

Page 111: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxi

Permasalahan tersebut tampak jelas semakin bertambah ketika Mesin

Politik membuat respon negative terhadap sikap Abu. Mesin Politik berusaha

menekan Abu agar tidak melakukan aktivitas yang merugikan Mesin Politik.

“Maksudnya, mm, Pak Abu jangan mengerjakan apa-apa dan jangan bicara apa-apa menjelang pemilu ini. Dan untuk itu kami akan memberikan kompensasi.” (Kuntowijoyo, 2000: 139)

Permasalahan-permasalahan yang dialami Abu belum mencapai

klimaksnya. Peristiwa-peristiwa dari seluruh cerita yang terjadi ditahan untuk

memperlihatkan proses menuju puncak klimaks cerita tersebut. Abu

mengalami peristiwa yang semakin besar lagi terhadap permasalahan yang

dihadapinya. Klimaksnya ketika Abu menolak tawaran Mesin Politik yang

hendak mencalonkannya menjadi calon anggota legislative. Sikap

pertentangannya tersebut menyebabkan Abu sempat ditahan pula dengan

tuduhan tindakan subversi anti-Pancasila. Kutipan berikut menggambarkan

peristiwa tersebut:

Abu mengerti duduk soalnya. Ia menolak. Tentu saja itu di luar harapan para tamunya. Sebab, orang lain berebut menjadi caleg jadi. Karenanya penolakan itu aneh bagi mereka. (Kuntowijoyo, 2000: 145)

Tiga orang polisi berseragam turun, masuk kantor. Mereka menemui Camat, menuju ke kamar kerja Abu Kasan Sapari, menunjukkan sebuah surat. “Kami dari Polres, Anda kami tahan,” kata seorang. “Boleh-boleh, silakan,” kata Abu seperti sudah mengharapkan. (Kuntowijoyo, 2000: 148)

Dalam novel WS, Wasripin diceritakan ditahan oleh kelompok geng

yang kemudian disergap oleh geng lain. Meskipun dihajar, namun Wasripin

masih bertahan.

“Begitulah hukumannya jika kamu bohong. Nama?” “Wasripin” “Pekerjaan?”

Page 112: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxii

“Satpam.” “Bohong!” sebuah tinju bersarang di kepalanya. (Kuntowijoyo,

2003:184)

e. Klimaks

Pada tahap ini rangkaian-rangkaian peristiwa yang terjadi mencapai

klimaks. Puncak dari seluruh cerita atau peristiwa sebelumnya ditahan untu

dapat menonjolkan saat klimaks cerita tersebut. Pada novel Pasar

permasalahan yang dihadapi Pak Mantri tidak kunjung menemui titik

solusinya, bahkan semakin bertambah besar. Klimaks cerita tejadi ketiak Pak

Mantri sedang berusaha keras menyelesaikan masalahnya, tetapi pada saat itu

Paijo malah mencabut laporan yang pernah disampaikannya kepada Pak

Camat berkenaan dengan pasar baru yang didirikan oleh Kasan Ngali.

“Anu, Pak. Dulu itu ada yang salah. Ini, tentang pasar baru punya Kasan Ngali itu. Yang benar ialah, bahwa di pasar baru itu tidak ditarik karcis. Jadi salah dulu itu. Sudah, Pak. Permisi.” (Kuntowijoyo, 2002: 210)

Pak Mantri marah atas perbuatan yang dilakukan Paijo. Apalagi,

setelah itu ia mendapat kabar bahwa Kasan Ngali telah mendirikan bank

kredit.

Tidak terkiarakan bencinya pada orang itu. Kasan Ngali telah mendirikan pasar. Sekarang mendirikan bank. Ia tahu mendirikan bank itu bukan gampang beigut saja asal mempunyuai papan nama. Mesti ada urusan dengan hukum! Rasanya kalau ia buka orang yang arif, tentu sudah memutuskan bahwa Kasan Ngalilah sejahat-jahatnya orang di muka bumi. Atau sebenarnya ia telah menuruti hawa nafsu dengan membenci orang lain itu? Camat, polisi, semua sudah dihubunginya. Ah, orang itu semoga pendek umurnya! Semoga disambar petir! Pak Mantri mengurut-urut dada. Tidak pantas ia berdoa yang seburuk itu, sebenarnya. (Kuntowijoyo, 2002: 226)

Page 113: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxiii

Akumulasi permasalahan yang dialami Pak Mantri memuncak ketika

dalam kegagalannya menarik retribusi pasar dari para pedagang sehingga tidak

bisa menyetorkan uang ke negara, ia malah dituduh melakukan tindak pidana

korupsi uang pasar. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut:

“Celaka, Pak!” Katanya mendahului. “Apa yang celaka, Paijo?” “Kita dituduh!” “Dituduh apa?” “Mengorupsi uang pasar!” “Siapa bilang itu?” “Ada pegawai ke camatan kesini!” (Kuntowijoyo, 2002: 250) Dalam novel MPU permasalahan-permasalahan yang dialami Abu

mencapai klimaksnya ketika Abu menolak tawaran Mesin Politik yang hendak

mencalokannya menjadi calon anggota legislative. Sikap pertentangannya

tersebut menyebabkan Abu sempat ditahan pula dengan tuduhan tindakan

subversi anti-Pancasila. Kutipan berikut menggambarkan peristiwa tersebut:

Abu mengerti duduk soalnya. Ia menolak. Tentu saja itu di luar harapan para tamunya. Sebab, orang lain tersebut menjadi caleg jadi. Karenanya penolakan itu aneh bagi mereka. (Kuntowijoyo, 2000: 145)

Tiga orang polisi berseragam turun, masuk kantor. Mereka

menemui Camat, menuju ke kamar kerja Abu Kasan Sapari, menunjukkan sebuah surat. “Kami dari Polres, Anda kami tahan,” kata seorang. “Boleh-boleh, silakan,” kata Abu seperti sudah mengharapkan. (Kuntowijoyo, 2000: 148) Wasripin dalam novel WS difitnah menyembunyikan senapan dan

granat tangan. Dia kemudian ditahan. Peristiwa tersebut diceritakan sebagai

berikut:

Seorang tentara memadamkan listrik yang terang benderang. Lapangan jadi gelap. Dalam gelap itu Wasripin diantar oleh enam orang bersenjata ke rumahnya di samping surau. Tangan Wasripin diborgol. …. Seorang tentara menggeledah ruangan itu, tidak

Page 114: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxiv

menemukan apa-apa, lalu menengok kolong tempat tidur Wasripin. Ia menunjuk ke seonggok senapan dan granat tangan. (Kuntowijoyo, 2003: 228)

Pak Modin ditahan pula dengan tuduhan tindakan subversi anti-

Pancasila. Kutipan berikut menggambarkan peristiwa tersebut:

Keesokan paginya sehabis dari surau, sebuah jip hijau dating ke rumah. Tentara menghormat. Katanya, “Aku diperintahkan komandan untuk menjemput Pak Modin. Mari ikut kami.” Bu Modin yang punya firasat buruk berteriak-teriak, “Jangan! Jangan!” teriakan itu membuat orang keluar rumah. Tapi, mereka hanya sempat melihat jip itu semakin jauh. Bu Modin ingat Wasripin; dibawa tentara selalu berarti mati. (Kuntowijoyo, 2003: 246)

f. Falling Action

Setelah mencapai klimaks dengan pengungkapan masalah-masalah

yang menimpa tokoh, kemudian pada tahap tertentu konflik cerita mulai

menurun. Dalam novel Pasar, Pak Mantri mulai menemukan solusi terhadap

masalah-masalah yang dihadapinya. Pak Mantri mencoba untuk bersikap

tenang. Ketenangan batinnya membawa ia berpikir jernih untuk memulihkan

situasi pasar serta mengembalikan kepercayaan warga pasar. Pak Mantri

mengajurkan kepada para pedagang agar mereka kembali berjualan ke pasar.

Bahkan dengan pertimbangannya para pedagang tidak dipungut retribusi.

Gambaran tersebut tercantum dalam kutipan berikut:

“Kita anjurkan mereka ke pasar. Anak-anak nakal akan pulang juga ke orang tuanya. Kerbau mesti pulang ke kandang. Pedagang mesti pulang ke pasar. Dan satu lagi.”

Pak Mantri diam. Agak susah ia mengatakan ini. Ada pertimbangan-pertimbangan. Lama menanti, Paijo menyela.

“Dan apa, Pak?” “Hm. Dan katakana mereka tidak akan dipungut pajak.”

(Kuntowijoyo, 2002: 252)

Page 115: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxv

Malam hari Pak Mantri selalu tidur dengan tenang. Kemenangan batinnya membuat ia tenteram. Itulah saat-saat paling besar paling besar dalam hidupnya. Tidak lagi diingatnya Kasan Ngali, Siti Zaitun, orang-orang pasar. Ia melihat diri sendiri. Penemuannya sungguh mengagumkan, sangat jarang ditemukan orang macam itu dalam sejarah. Ternyata, ia mampu mengorbankan dirinya sendiri. Dan hal itu akan ditambahnya lagi. Sesuatu yang tak terjangkau oleh gagasan orang lain. Sambil tiduran ia memikirkan, kalau perlu burung-burung daranya bisa saja ditangkap. Supaya orang-orang pasar itu selamat. Tentang caranya bisa dierahkan pada Paijo. Keputusannya yang luar biasa itu memberi harapan, bakan baginya sendiri. Dan ia yang setua itu mempunyai kerelaan yang demikian besar. Semoga diterima amalnya! (Kuntowijoyo, 2002: 253)

Di sinilah kemudian nampak jiwa kepemimpinan yang dimiliki Pak

Mantri. Pak Mantri menyadari bahwa solusi dari semua permasalahan terdapat

di dalam dirinya. Solusi tersebut akan dapat dimunculkan dan diwujudkan

dengan keberanian mengambil sikap diri tanpa harus bergantung pada orang

lain. Jiwa ksatira seorang pemimpin dinyatakan dengan kemampuan

mengorbankan dirinya untuk sesuatu yang lebih besar, bahkan tanpa harus

diketahui banyak orang, maka respon kebaikanlah yang akan diterimanya.

Keberhasilan dari hasil perjuangan Pak Mantri tersebut dapat kita lihat

pada kutipan berikut”

Aksi penertiban itu dijalankan dengan berhasil, tanpa pertengkaran polisi dan teriak-teriak keras. “Kalau mau negara teratur, pasar harus diatur. Pasar memegang peranan penting dalam Negara. Tanpa pasar ekonomi tidak jalan. Ayo los-los masih luang. Kesempatan bagi yang pandai. Tanpa tempat yang tetap, pedagang akan rugi. Tidak dikenal pembeli. Tidak dikenal pembeli, tidak dikenal rezeki. Iya, to Kang? Betul, to Yu?” Dia berjalan-jalan sambil mengomel. “Sebentar lagi musim hujan. Kalau hujan, mana enak, di jalanan atau di los pasar. Tidak hujan, tidak panas, tidak angina.” Maka bergeser sedikit-sedikit orang-orang masuk los. Sangat cemerlang pekerjaan itu dilakukan. Hanya tukang karcis Pak Mantri sanggup mengerjakan itu. Paijo sudah meningkat satu taraf lebih pandai. (Kuntowijoyo, 2002: 340)

Page 116: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxvi

Dengan kembalinya para pedagang berjualan di los-los pasar

merupakan tanda kepercayaan mereka kepada negara. Kepercayaan warga

pasar dengan sistem perbaikan yang digalakkan, yang berarti kepercayaan

kepada Paijo juga Pak Mantri Pasar. Lebih-lebih kepercayaan itu juga

terwujud dengan kemauan para pedagang untuk membayar kembali retribusi

pasar yang lama tidak dipungut.

Dengan diam, Paijo memuntahkan uang dari saku bajunya di meja. Pak Mantri heran. Apa pula ini? Ah, sudah mulai lagi karcis itu! Ya, hanya senyumlah yang keluar pada bibirnya. (Kuntowijoyo, 2002: 342)

Pada tahap ini terjadi kilas balik peristiwa dalam cerita MPU. Kilas

balik peristiwa masa lalu tersebut terlihat ketika Kakek Abu bercerita kepada

Abu tentang kisah hidup leluhurnya (hal. 175-189). Fakta tersebut sedikit

dapat diketahui dari kutipan berikut:

(Abu Kasan Sapari pulang ke desa tempat ia dibesarkan. Kakek bercerita).

Eyang pendiri desa kita waktu masih muda menjadi prajurit keratin. Dia berhasil menyelamatkan raja Pakubuwana II dari Surakarta dari perampok waktu raja menyamar untuk melihat-lihat kerajaannya. Maka ia mendapat hadiah sebuah hutan gung liwang-liwung, hutan lebat. (Kuntowijoyo, 2000: 175) Setelah mencapai klimaks dengan pengungkapan masalah-masalah

yang menimpa tokoh, kemudian pada tahap tertentu konflik cerita mulai

menurun. Abu tidak lagi mendalang untuk mendukung calon yang berhadapan

dengan Mesin Politik. Oleh karena itu sebutan dalang politik anti-Randu yang

semula melekat pada dirinya sudah hilang.

Buktinya, para bakul di pasar tidak lagi menambahkan kata ‘dalang politik’ ketika Abu mendalang untuk juragan bis di Tegalpandan. Kenyataan itu dikabarkan Lastri pada Abu Kasan Sapari,

Page 117: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxvii

“Soal ‘dalang politik’ sudah beres. Sampeyan bebas sekarang. (Kuntowijoyo, 2000: 206) Perihal lain yang menjadi menurunnya cerita ialah semakin

harmonisnya hubungan antara Abu dengan Lastri. Dalam hal ini, Abu

memastikan apakah Lastri mau kalau ia nantinya menjadi istrinya. Peristiwa

tersebut diwujudkan melalui dialog wayang ‘Cangik Bertanya pada Limbuk”

sebagai berikut:

Cangik : Aku sudah bilang Mas Petruk. Katanya, tidak ting-ting tidak apa. Malah sudah pengalaman, bisa ngajari Mas Petruk.

Limbuk : Jadi biyung sudah menerima lamaran Mas Petruk? Cangik : Sekarang ini bukan zamannya anak menurut orang tua, tapi

orang tua menurut anak. Limbuk : Aku konservatif kok yung. Cangik : Artinya? Limbuk : Artinya, monat-manut saja. Mas Petruk yam au, Mas

Gatokaca ya mangga. (Kuntowijoyo, 2000: 226)

Dalam novel WS, menurunnya cerita ditandai dengan kematian Wasripin

dan sikap pasrah masyarakat pada takdir Tuhan. Pak modin sebagai sesepuh di

perkampungan nelayan memberi nasihat untuk menenangkan masyarakat. Hal itu

terlihat dalam kutipan berikut:

“Orang-orang syahid tidak mati, tapi diangkat Tuhan ke sisi-Nya” kata Pak Modin “Dan Wasripin telah syahid. Negara Mendzalimi anaknya sendiri yang seharusnya dilindungi. Jangan menjadikan ia sebagai washilah. Itu syirik.” (Kuntowijoyo, 2003: 246)

g. Denovement

Setelah cerita melalui proses pemecahan masalah dari semua peristiwa,

maka mengarah pada penyelesaian. Dalam novel Pasar, Pak Mantri telah

kembali pada keluhuran sikap dan ketenangan batin. Keseluruhan sikapnya

membawa ia berpikir jernih untuk memulihkan situasi pasar dan memulihkan

Page 118: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxviii

kepercayaan warga pasar. Lebih dari itu, ketenangan batinnya membawa pada

pandangan bahwa semua peristiwa dan permasalahan yang dialaminya

merupakan jaring-jaring menuju pemahaman kesempurnaan makna

kehidupan.

Masalah-masalah yang ada telah terselesaikan dengan solusi yang

tepat. Pak Mantri memulihkan kembali kepercayaan warga pasar terhadap

dirinya. Para pedagang berpindah menempati los-los. Uang karcis mulai

ditarik kembali. Tidak ada lagi persaingan dengan Kasan Ngali. Bahkan ia

bisa membebaskan perasaannya terhadap Siti Zaitun. Kutipan berikut

menjelaskan deskripsi tersebut:

Siti Zaitun masih berdiri di tangga. Ia menatap semua orang. Ada Pak Mantri, Paijo, ibu-ibu, camat, kepala polisi. Dan Kasan Ngali! Ah! Terlalu banyak yang dikenangnya atau yang harus dilupakan. Ia telah memaafkan semua. Pak Mantri terpaku. Ia berbisik: Saya cinta kepadamu, Nak.” (Kuntowijoyo, 2002: 362)

Pak Mantri selalu tahu tindakan apa yang harus dilakukannya. Dengan

keyakinan yang mantap ia mewariskan nilai-nilai luhur kepemimpinan kepada

generasi penerusnya, yaitu Paijo. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

“Dan kalau aku mati. Itulah warisanku, Nak. Pewarisnya, siapa saja yang menyebut diri orang Jawa. Aku akan menghubungi ini.” Lalu Pak Mantri mengeluarkan majalah bahasa Jawa. “Akan kurikulum ke sini. Tetapi ketahuilah, engkaulah yang sebenarnya pewaris. Maukah, Nak?” Paijo mengangguk. Kertas-kertas disusunnya. “Kalau macam mati meninggalkan belangnya. Kalau Pak Mantri mati meninggalkan tembang.” Lalu ia pun tertawa, terkekeh. Paijo tertawa. Tertawa yang sopan dan ringan. Paijo berkeringat. Tembang-tembang itu dibacanya. Bisa saja, tetapi lebih baik waktu lain. (Kuntowijoyo, 2002: 346)

“Hari-hari terakhir untukku, Nak. Hari-hari pertama untukmu. Sebentar lagi saya akan meniggalkannya. Tetapi saya percaya padamu.

Page 119: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxix

“Kemudian suara itu tidak jelas, serak, berakhir dengan isak. Mereka masuk lingkungan kantor. (Kuntowijoyo, 2002: 363)

Pada tahap ini, dalam novel MPU, semua peristiwa telah mengarah

pada proses pemecahan masalah sebagai penyelesaian. Tokoh Abu telah

mencapai kesadaran terhadap realitas kehidupan yang dialaminya dengan

berinteraksi di masyarakat. Ia meyakini bahwa kemampuan manusia

diwujudkan karena berusaha keras bukan karena mantra. Oleh karena itu, Abu

rela melepas mantra yang pernah melekat dalam dirinya sehingga ia terikat

pada pemahaman dan perilaku yang irasional sampai merugikan diri sendiri

dan orang lain. Deskripsi tersebut dapat diketahui dalam kutipan berikut:

Pada waktu itu terdengar azan Subuh. Abu mendengar suara di samping. Itu Lastri. Ia mengerjakan rencananya. Sembahyang dan memasukkan ular ke dalam kotak kayu. Ternyata mantranya bikin susah orang lain dan dirinya sendiri! Ia bermaksud memutus mata-rantai mantra itu, tidak mengajarkan mantra pada siapa pun. Kalau ada sanksinya, dia sanggup menanggung. (Kuntowijoyo, 2000: 242)

Pada tahap ini, dalam novel WS, semua peristiwa telah mengarah pada

proses pemecahan masalah sebagai penyelesaian. Tokoh Wasripin telah

meninggal dan Pak Modin menjadi gila karena siksaan yang biadab. Berikut

kutipan yang menjelaskan hal tersebut:

“Kenalkan saya Mister Mudin, Presiden NII.” “Bukan. Tapi Pak Modin, imam surau TPI.” “Saya berani sumpah. Pengangkatan sudah saya tanda tangani.

Disaksikan dua kopral bersenjata lengkap.” (Kuntowijoyo, 2003: 255)

Selain itu, masalah berakhir ditandai dengan pulangnya emak angkat

Wasripin. Setelah menyatakan bertaubat di depan kyai, Emak mencari

Wasripin dan Paman Satinah. Namun kedua orang itu telah meninggal.

Page 120: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxx

Akhirnya Emak mencium tanah dua kali sebagai permohonan maaf untuk

Wasripin dan Paman Satinah. Berikut ini kutipannnya:

Perempuan itu mencium tanah dua kali. “Maafkan, emakmu. Maafkan, Mas.” (Kuntowijoyo, 2003: 254)

3. Tokoh dan Penokohan

Sebuah cerita novel berjalan seiring dengan peran tokoh dan penokohan

yang terdapat dalam cerita tersebut. Analisis struktur tokoh dan penokohan dalam

novel Pasar, MPU, dan WS dilakukan dengan melihat penggambaran watak tokoh

dari beberapa sisi, yaitu melalui metode deskripstif maupun dramatik.

a. Deskripsi Tokoh-Tokoh dalam Novel Pasar, MPU, dan Wasripin dan Satinah

Novel Pasar karya Kuntowijoyo menampilkan tokoh utama Pak

Mantri, Paijo, Kasan Ngali, dan Siti Zaitun. Nama tokoh kemudian

berkembang dengan nama-nama Pak Camat, Pak Kepala Polisi, Marsinah,

pedagang pasar, anak-anak kecil, anak buah Kasan Ngali, Darmokendang,

Jenal, pegawai kecamatan, dan pegawai kepolisian.

Novel MPU memiliki tokoh dan penokohan yang menarik karena tidak

semua tokoh diwujudkan dengan sosok tunggal manusia. Cerita MPU

menampilkan tokoh utama Abu Kasan Sapari, Sulastri, dan Mesin Politik.

Perkembangan cerita kemudian melibatkan tokoh tambahan seperti orang tua

Abu, kakek nenek abu, wartawan, Haji Syamsudin, Ki Lebdocarito, Ki Manut

Sumarsono, polisi, rakyat atau masyarakat desa, Kismo Kengser dan laki-laki

tua. Tokoh-tokoh tambahan tersebut hanya muncul sekali atau beberapa kali

dalam jalannya cerita.

Page 121: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxi

Sedangakan novel WS memiliki menampilkan tokoh utama Wasripin,

Satinah, Emak, dan Paman Satinah. Nama tokoh kemudian berkembang

dengan nama-nama Pak Modin, Bu Modin, Danramil, Kapolsek, Perwira Pati,

Camat, Sekdes, Nelayan, dan warga perkampungan nelayan.

Novel Pasar menempatkan tokoh Pak Mantri sebagai pusat bagi

pengarang untuk mengungkapkan ceritanya. Pak Mantri merupakan tokoh

sentral yang mengalami banyak peristiwa dalam keterlibatannya di dalam

cerita Pasar. Fakta tokoh Pak Mantri sebagai tokoh sentral dapat dilihat dari

banyaknya hubungan yang dimiliki dengan tokoh-tokoh lain di dalam cerita.

Tokoh Pak Mantri berhubungan dengan tokoh pedagang pasar.

Sebagai pengelola pasar tentu Pak Mantri sangat dekat dengan para pedagang

yang setiap harinya mencari penghidupan di pasar. Oleh karena itu tokoh Pak

Mantri tidak hanya memiliki hubungan strata dengan tokoh pedagang pasar.

Tokoh Pak Mantri juga membangun hubungan persahabatan dengan mereka.

Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Biasanya, pada hari pasar macam begini Pak Mantri akan berkeliling, sekadar berbicara dengan orang-orang, terutama dengan penjual obat yang dari jauh. Sekadar bersahabat. Hari pasar sekali ini benar-benar kehilangan selera untuk berkelakar. Ia terpaksa duduk-duduk di kantor. Tak ada minat. (Kuntowijoyo, 2002: 101)

Tokoh Pak Mantri juga berhubungan dengan tokoh Siti Zaitun. Secara

fisik tokoh Pak Mantri bertetangga dekat dengan tokoh Siti Zaitun karena Siti

Zaitun bekerja sebagai pegawai bank yang letaknya bersebelahan dengan

kantor pasar. Oleh karena itu mereka memiliki kedekatan emosional satu sama

lain.

Page 122: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxii

Tobat! Alangkah malu. Siti Zaitun yang berkantor di sebelah itu sudah datang. Sepanjang hidupnya, mantra pasarlah yang membuka kantor paling pagi di kecamatan pelosok itu. Kebetulan mereka bertatapan. Perempuan itu tidak tersenyum, hanya mengangguk dingin. “Selamat pagi, Pak.” Itu di luar kebiasaan. (Kuntowijoyo, 2002: 7) Tokoh Pak Mantri berhubungan erat dengan Tokoh Paijo sebagai

rekan kerja, meskipun kedudukan mereka berbeda. Tokoh Pak Mantri

berkedudukan lebih tinggi daripada tokoh Paijo. Tokoh Paijo merupakan

pegawai yang membantu kerja tokoh Pak Mantri dalam mengelola pasar, yaitu

menarik retribusi pasar. Hubungan mereka dekat.

Paijo telah membuka pintu dan jendela. Pak Mantri masuk, menghela napas, duduk di kursi sambil melemparkan tas dan topi di meja. Nampaknya Paijo tergesa pergi. Pak Mantri ingat ketela itu, tegurnya: “Kau membakar sampah lagi, ya? Disapu dulu kantor ini. Sudah kerja seumur hidup, belum tahu tugasnya.” (Kuntowijoyo, 2002: 9)

Tokoh Pak Mantri memiliki hubungan yang kurang baik dengan tokoh

Kasan Ngali. Tokoh Kasan Ngali sebagai pedagang kaya merupakan rival bagi

tokoh Mantri Pasar baik dalam pengaruh di pasar maupun persaingannya

dalam menarik hati tokoh Siti Zaitun. Dalam novel Pasar, tokoh Pak Mantri

tidak pernah berbicara langsung kepada tokoh Kasan Ngali. Kutipan berikut

menjelaskan hubungan tersebut.

Kasan Ngali? Huh. Hanya dia belum juga punya alasan yang tepat untuk mengumumkan permusuhannya dengan laki-laki kurang sopan itu. Mungkin ia bisa menuntut atas dasar kucing itu? Nah ini bisa dipikir. Akal tuanya tak membenarkan hal seremeh itu dibesar-besarkan. Lagi pula Kasan Ngali bukan kucing dan kucing bukan Kasan Ngali. Ia bisa memaafkan kucing, tetapi memaafkan Kasan Ngali tidak mungkin. (Kuntowijoyo, 2002: 57)

Tokoh Pak Mantri sebagai tokoh berpengaruh juga berhubungan

dengan tokoh Pak Camat. Kedekatan hubungan antara Pak Mantri dengan Pak

Page 123: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxiii

Camat merupakan penghormatan antartokoh berpengaruh di kota kecamatan.

Adanya kepentingan masing-masing sangat memengaruhi hubungan mereka.

Hal tersebut nampak pada kutipan berikut:

Pak Camat datang juga. Pak Mantri mendahului memberi selamat: “Selamat siang, Pak.” Keduanya termasuk orang-orang penting dalam kota kecil itu. Kalau ada orang kawin merekalah duduk paling muka, mendapatkan penghormatan yang pertama. Juru tulis menyodorkan buku tamu. Pak Camat memeriksanya. (Kuntowijoyo, 2002: 61) Di samping itu tokoh Pak Mantri juga berhubungan dengan tokoh

Kepala Polisi sebagai penanggung jawab keamanan di kota kecamatan

tersebut. Hubungan antara tokoh Pak Mantri dan tokoh Kepala Polisi pun

terkait masalah kebutuhan dan tanggung jawab satu sama lain sebagaimana

dalam kutipan berikut:

Sekarang baru itulah yang disebut polisi. Pak Mantri menghapus keringatnya. Sapu tangan itu wangi. Kepala Polisi mengantarnya sampai luar. Tidak ada orang lain di kecamatan itu yang diantar sampai pelataran oleh Kepala Polisi. (Kuntowijoyo, 2002: 86) Tokoh Pak Mantri juga berhubungan dengan tokoh anak-anak. Pak

Mantri memandang anak-anak adalah kehidupan masa lalu yang pernah

dialaminya pula. Oleh karena itu, Pak Mantri sangat sayang kepada anak-anak.

Hubungan Pak Mantri dan anak-anak tersebut dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

Pak Mantri mengelus-ngelus anak itu. Dan tangan yang dipegang anak itu dilihatnya. Ah, ada yang salah di sini. Anak itu ketakutan. Anak ini perlu ditolong. Ia harus mengangkatnya kuat-kuat, kalau mau menolongnya mengantar pulang. Ia tak bisa, ia terlalu lemah. Terpaksa ia melambai pada anak-anak yang diketahuinya menunggu di luar pagar. Ah, ia ingin menangis untuk anak itu. Ia sendiri senakal itu pula waktu kecil. Barangkali anak itu sangat patut

Page 124: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxiv

menjadi cucunya. Anak-anak yang di luar pagar itu ragu-ragu datang. Ia memanggil-manggil. Mereka datang juga. (Kuntowijoyo, 2002: 147)

Di samping itu, tokoh Pak Mantri juga berhubungan dengan tokoh

Marsiyah. Bagi Pak Mantri, Marsiyah merupakan seorang wanita yang pernah

dicintainya, tapi ia menerima takdir yang berbeda yang menurutnya itu lebih

baik. Hubungan Pak Mantri dan Marsiyah tersebut nampak pada kutipan

berikut:

Lho! O, tentu salah urus, ini. Bagaimana memulai omong yang baik pada Marsiyah. Untunglah dia tak kawin dengan perempuan ini. Syukurlah. Akhirnya ia membenarkan nasib juga bagaimana keterangannya sampai perempuan itu melabraknya. Ini yang ingin diketahuinya. (Kuntowijoyo, 2002: 150 – 151) Tokoh Abu Kasan Sapari merupakan tokoh sentra yang digunakan

pengarang untuk mengungkapkan ceritanya dalam novel MPU. Tokoh Abu

paling banyak mengalami peristiwa atau paling banyak diceritakan pengarang.

Fakta tersebut menjadikan tokoh Abu sebagai tokoh sentra yang memiliki

masalah kompleks juga berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.

Waktu kecil tokoh Abu sudah dipelihara oleh kakeh neneknya karena

ikatan janji keluarga (hal. 6). Padahal tokoh Abu baru satu tahun diasuh kedua

orangtunya. Menginjak masa pendidikannya juga untuk mengembangkan karir

dalangnya tokoh Abu tinggal bersama tokoh Ki Lebdocarito (hal.13) bahkan

kemudian tokoh Abu diangkat sebagai anak. Kutipan berikut menunjukkan

adanya hubungan tokoh Abu dengan tokoh Ki Lebdocarito:

Dalam musyawarah keluarga ketika anak-anak berkumpul, Ki Lebdo mengutarakan maksud untuk mewariskan gamelan dan wayang kepada Abu, semuanya setuju. Kemudian ditulislah wasiat. (Kuntowijoyo, 2000: 15)

Page 125: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxv

Sebagai dalang tokoh Abu juga berinteraksi dengan tokoh Ki Manut

Sumarsono. Selain sebagai dalang senior, tokoh Ki Manut Sumarsono juga

merupakan guru yang harus dihormati baginya. Berikut kutipan yang

menunjukkan hubungan tokoh Abu dengan tokoh Ki Manut Sumarsono:

Ia dipercaya untuk mendalang pada peringatan hari lahir Ki Manut Sumarsono. Selain itu, Ki Manut Sumarsono punya cara sendiri untuk mempromosikannya. Mula-mula Ki Manut akan memulai, kemudian dia melanjutkan. Sesudah itu kadang-kadang orang yang datang pada Ki Manut akan di-verwijs padanya. (Kuntowijoyo, 2000: 106) Posisi tokoh Abu yang memiliki pandangan berbeda menyebabkan

tokoh Abu terlibat masalah dengan tokoh Mesin Politik dan warga. Berikut ini

kutipan yang memperlihatkan interaksi pertentangan tokoh Abu dengan tokoh

Mesin Politik juga warga:

Bahwa Abu Kasan Sapari suka mendalang untuk calon kepala desa (cakades) yang bermusuhan dengan calon Mesin Politik sudah diketahui pegawai kecamatan dan Camat Tegalpandan sejak duluan lewat jalur birokrasi dan Mesin Politik. (Kuntowijoyo, 2000: 133)

Masalah Abu dan ular itu telah membagi warga menjadi dua:

yang mendukung Abu dan yang menentang. (Kuntowijoyo, 2000: 131)

Di samping itu, tokoh Abu juga memiliki hubungan cinta kasih dengan

tokoh Sulastri. Berikut ini kutipan yang memperlihatkan fakta tersebut:

Di luaran, di kecamatan, di pasar, dan di terminal telah berkembang rerasan bahwa Abu akan mengawini Lastri. Orang-orang akan berhenti bekerja dan diam-dia memerhatikan Abu dan Lastri, kalau mereka sedang lewat. “Wajahnya sudah mirip,” kata orang. (Kuntowijoyo, 2000: 116) Tokoh Wasripin merupakan tokoh sentra yang digunakan pengarang

untuk mengungkapkan ceritanya dalam novel WS. Tokoh Wasripin paling

Page 126: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxvi

banyak mengalami peristiwa atau paling banyak diceritakan pengarang. Fakta

tersebut menjadikan tokoh Wasripin sebagai tokoh sentra yang memiliki

masalah kompleks juga berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.

Dalam novel WS, tokoh Wasripin mulai tersentuh dengan

permasalahan ketika dia menjadi satpam dan memergoki pencurian kayu. Saat

itulah Wasripin kena pukul sampai pingsan dan mulai dibenci oleh para

prnguasa. Berikut ini kutipan yang memaparkan peristiwa tersebut:

“Tiba-tiba saja orang menggebukku dengan kayu.” “Kayu-kayu?” “Bukan itu saja.” “Kau pasti mengurus yang bukan urusanmu. Itu urusan polisi.” (Kuntowijoyo, 2003: 65)

Wasripin ditangkap dengan tuduhan mau memperkosa. Tuduhan ini

juga tidak terbukti dan gagal memenjarakan Wasripin karena Wasripin

menantang pihak pelapor untuk melakukan sumpah pocong. Hal itu terlihat

dalam kutipan berikut:

Di pengadilan jaksa menuduhnya dengan perkosaan yang berhasil digagalkan korban. Wasripin menolak tuduhan itu, dan meminta diadakan sumpah pocong. (Kuntowijoyo, 2003: 166)

Di bagian akhir, Wasripin akhirnya mati ditembak karena dituduh

sebagai komandan DI/TII. Berikut petikan cerita yang menunjukkan hal

tersebut:

Pagi TVRI dan Koran-koran memberitakan bahwa Wasripin mati ditembak tentara waktu berusaha merebut senjata. Mayatnya dikuburkan di suatu tempat yang dirahasiakan karena dapat menimbulkan syirik. Kemudian juga dikatakan bahwa dia komandan DI/TII Pantura, anti-Pancasila, dan ingin mendirikan Negara Islam dengan kekuatan senjata. (Kuntowijoyo, 2003: 231)

Page 127: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxvii

b. Penggolongan Tokoh dalam Novel Pasar dan Novel MPU

Dalam novel Pasar, tokoh Pak Mantri merupakan tokoh yang

melakukan segala tindak tokoh utama sebagaimana diamanatkan oleh

pengarang. Karena itu tokoh Pak Mantri memenuhi syarat disebut sebagai

tokoh protagonist. Tokoh protagonist memiliki watak yang baik sehingga

disenangi oleh pembaca.

Tokoh Kasan Ngali tidak disenangi karena sebagai seorang pedagang

kaya, dalam bertindak selalu mendahulukan kepentingan pribadi juga

memperhitungkan masalah keuntungan materi. Ketika pasar dalam keadaan

kacau, sebagai orang yang mampu ia tidak mau ikut serta dalam memberikan

solusi malah membuat kondisi semakin kacau. Di awal ia membantu orang

menabung di bank pasar karena ingin mendekati tokoh Siti Zaitun. Bahkan

karena keangkuhannya ia mendirikan bank kredit untuk membuat keadaan

pasar menjadi labil. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Pasar baru Kasan Ngali telah mengacaukan pikirannya benar. Keparat! Kepada orang banyak yang lewat di jalan ia ingin mengatakan, bahwa mantra pasar sedang lewat, minggir, beri jalan! Tetapi ia tidak suka dengan penonjolan diri, justru dialah yang mencari-cari jalan di sela-sela orang. Mereka yang berbudi mesti mengalah, tidak berebutan jalan. Kalau berbuat baik boleh berebut, kalau berjalan tak usahlah berebut. Maka bukannya ia sengaja mengutuki Kasan Ngali, tetapi Kasan Ngali telah merugikan pasar yang dipegangnya. Karena tanggung jawablah ia berbuat. Sedang dia lupa membicarakan dengan polisi. Itu saja sayangnya. (Kuntowijoyo, 2002: 87)

Dari sisi pandang lain, dapat diketahui kalau tokoh pedagang

merupakan tokoh datar atau tokoh sederhana karena tokoh pedagang dan

tokoh anak-anak kecil merupakan tokoh yang mudah dikenali tanpa perlu

Page 128: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxviii

analisis. Dari dulu dimana pun dan sampai kapan pun yang namanya pedagang

dan anak-anak kecil memiliki karakter yang jelas. Sedangkan tokoh Pak

Mantri, Paijo, Siti Zaitun, dan Kasan Ngali merupakan tokoh bulat karena

dapat dimaklumi pembaca setelah dilakukan analisis mendalam tentang tokoh.

Tokoh-tokoh tersebut diketahui setelah ada deskripsi fisik yang ditampilkan

oleh pengarah juga dapat melalui analisis tindakan, pemikiran, dan interaksi

dengan tokoh lainnya. Berikut ini gambaran tokoh pedagang yang selalu

memperhitungkan segala sesuatu dengan perhitungan uang:

“Hitunglah, Pak, “kata perempuan itu pada polisi. “Tiga ekor burung dara telah mencocok berasku. Berapa harus dibayar, kalau aku mau menghitung. Masih diminta karcis pasar lagi! Mestinya aku minta ganti rugi!” Orang mengangguk-angguk. Rugi, rugi itu! Betul tak mau bayar! (Kuntowijoyo, 2002: 35)

Sedangkan tokoh anak-anak memiliki watak nakal, suka berbuat iseng.

Hal tersebut dapat dicermati dalam kutipan berikut:

Yah, suara anak-anak. Ah, sebagai lelaki tua yang pernah jadi anak-anak ia tahu apa kerja mereka di luar. Bersembunyilah dulu! Jangan usik mereka. Lalu tangkap basah! Dari rebut-ribut itu ia tahu, anak-anak itu sedang mencuri burung-burung dara dari paguponnya. (Kuntowijoyo, 2002: 146)

Dalam penyebutan lain, kecuali tokoh Pak Mantri, semua tokoh-tokoh

yang disebut dalam novel Pasar merupakan tokoh statis karena tokoh-tokoh

tersebut secara esensial dari awal hingga akhir cerita tidak mengalami

perubahan dan atau perkembangan perwatakan yang diakibatkan oleh adanya

pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sedangkan tokoh Pak Mantri

disebut sebagai tokoh dinamis karena tokoh tersebut mengalami perubahan

dan perkembangan perwatakan akibat pengaruh peristiwa-peristiwa yang

Page 129: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxix

terjadi. Perubahan tokoh Pak Mantri tersebut dapat dicermati melalui jalan

pikiran tokoh Pak Mantri dalam berusaha menyelesaikan permasalahan yang

terjadi di pasar. Pak Mantri mengalami perkembangan pola piker yang

mencerdaskan dalam mengambil keputusan-keputusan untuk menyelesaikan

permasalahan yang terjadi di pasar.

“Coba, Nak. Saya memelihara burung-burung saya sendiri. Itu sudah berjalan sejak lama. Burung-burung itu kubeli dengan uang saya sendiri. Dikandangkan di pasar sendiri. Tetapi mereka telah memukulinya. Membunuhnya!” (Kuntowijoyo, 2002: 84)

Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Pak Mantri

memiliki sikap keras perlakuan tokoh pedagang pasar terhadap burung-burung

daranya. Sikap tersebut kemudian berubah setelah tokoh Pak Mantri mencapai

kesadaran akal dan pikirannya. Tokoh Pak Mantri merubah sikap egois yang

telah dimilikinya dulu menjadi sikap empati. Hal tersebut dapat dicermati

dalam kutipan berikut:

Begitulah kalau mau tahu watak Pak Mantri. Itulah sikap ksatria, perwira. Di pandangnya burung-burung yang berkeliaran. Ditinggalkannya Zaitun dalam keadaan bertanya-tanya. Memang, diarasanya juga, bahwa burung-burung itu mengganggu para pedagang. Ah, selama ini ia tidak tahu itu. Untunglah datang petunjuk itu. Ia menempatkan diri pada pihak pedagang, dan ia bisa jengkel juga. Pantaslah, saya memahami kalian, Saudara-saudara. Ia bisa menghitung, kalau setiap ekor burung dara makan beras segenggam setiap hari, berapa kuintal dalam sebulan. Ah, lebih baik beras itu diberikan pada fakir miskin daripada burung! (Kuntowijoyo, 2002: 254)

Deskripsi yang ditampakkan pengarang dalam novel MPU kepada

tokoh Abu mencakup watak dan sikap tokoh tersebut merupakan hal-hal yang

disenangi pembaca. Tokoh Abu menghadapi dan menyelesaikan problema

Page 130: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxx

hidup diri juga masyarakat dengan sikap yang berani. Oleh karena itu tokoh

Abu Kasan Sapari dikategorikan sebagai tokoh protagonis.

Sedangkan tokoh yang menentang sikap tokoh Abu Kasan Sapari ialah

tokoh Mesin Politik. Tokoh Mesin Politik memiliki watak dan sikap yang

buruk sering melakukan tindakan yang jauh dari nilai-nilai kebenaran. Oleh

karena itu, tokoh Mesin Politik mempunyai konflik dengan tokoh Abu Kasan

Sapari. Tokoh Mesin Politik ini dikategorikan sebagai tokoh antagonis.

Kutipan berikut mendeskripsikan tokoh-tokoh tersebut:

Bahwa Abu Kasan Sapari suka mendalang untuk calon kepala desa (cakades) yang bermusuhan dengan calon Mesin Politik sudah diketahui pegawai kecamatan dan Camat Tegalpandan sejak duluan lewat jalur birokrasi dan Mesin Politik. (Kuntowijoyo, 2000: 133) Berdasarkan pandangan lain, tokoh Abu Kasan Sapari, tokoh Mesin

Politik, dan tokoh Lastri merupakan tokoh bulat karena tokoh-tokoh tersebut

baru dapat diketahui karakternya setelah memahami benar sikap dan perilaku

tokoh, tidak serta merta dapat diketahui secara langsung. Sedangkan tokoh-

tokoh lain seperti tokoh wartawan, tokoh warga kampung, tokoh-tokoh rakyat,

dan tokoh mahasiswa digolongkan sebagai tokoh datar. Tokoh-tokoh tersebut

memiliki karakter umum yang khas, mudah dikenali dan bersifat permanent.

Kutipan berikut menunjukkan watak tokoh wartawan yang suka menggunakan

bahasa jurnalistik sebagai persepsi kebenarannya juga tokoh rakyat yang

memiliki watak suka bertindak dengan emosi, tidak mengindahkan logika

rasional:

“Aku tahu kau heran. Aku telah menyulap angka.” (Kuntowijoyo, 2000: 143 – 144)

Page 131: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxxi

Rakyat dari dua desa yang merasa calon lurahnya kalah oleh calon yang dijagoi Mesin Politik datang memprotes Camat baru. Mereka datang membawa spanduk dengan tulisan seadanya. (Kuntowijoyo, 2000: 197 – 198)

Penyebutan lain tokoh dalam cerita MPU terdapat tokoh statis dan

tokoh dinamis. Tokoh Abu Kasan Sapari dapat disebut tokoh dinamis karena

tokoh Abu mengalami perkembangan sikap yang diakibatkan adanya

keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sikap keras yang

dimiliki tokoh Abu pada masa awal berubah menjadi moderat dan strategik

dalam menyikapi masalah yang dialaminya. Begitu pula pandangannya

terhadap pengaruh mantra yang dimilikinya terhadap kehidupannya menjadi

tidak percaya hal takhayul. Berikut kutipan yang menunjukkan hal tersebut:

Betul, ia pergi pada Pak Camat dan menyatakan niatnya untuk mendalang menggantikan Ki Manut. Pak Camat keheranan, dia adalah Pembina Randu di kecamatannya, dan Abu ‘dalang politik anti-Randu’. (Kuntowijoyo, 2000: 205)

Pada waktu itu terdengar azan Subuh. Abu mendengar suara di samping. Itu Lastri. Ia mengerjakan rencananya. Sembahyang dan memasukkan ular ke dalam kotak kayu. Ternyata mantranya bikin susah orang lain dan dirinya sendiri! Ia bermaksud memutus mata-rantai mantra itu, tidak mengajarkan mantra pada siapa pun. Kalau ada sanksinya, dia sanggup menanggung. (Kuntowijoyo, 2000: 242)

Sedangkan tokoh-tokoh lain tergolong sebagai tokoh statis karena

tokoh-tokoh tersebut tidak mengalami perkembangan perwatakan secara

esensial. Tokoh-tokoh tersebut tidak ikut berubah sejalan dengan plot yang

dikisahkan.

Deskripsi yang ditampakkan pengarang dalam novel WS kepada tokoh

Wasripin dan Satinah mencakup watak dan sikap tokoh yang disenangi

pembaca. Tokoh Wasripin dan Satinah menghadapi dan menyelesaikan

Page 132: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxxii

problema hidup diri dengan sikap yang lugu dan berani. Oleh karena itu tokoh

Wasripin dan Satinah dikategorikan sebagai tokoh protagonis. Tokoh lain

yang juga dikategorikan dalam tokoh protagonis adalah tokoh Pak Modin.

Sedangkan tokoh yang menentang sikap tokoh protagonist ialah tokoh

Ketua Partai Randu, orang-orang militer, dan Presiden Sadarto. Tokoh-tokoh

tersebut memiliki watak dan sikap yang buruk sering melakukan tindakan

yang jauh dari nilai-nilai kebenaran. Oleh karena itu, tokoh-tokoh tersebut

mempunyai konflik dengan tokoh Wasripin, Satinah, dan Pak Modin. Tokoh

Ketua Partai Randu ini dikategorikan sebagai tokoh antagonis. Kutipan berikut

mendeskripsikan tokoh-tokoh tersebut:

“Pak Modin dedengkot golput harus disingkirkan bila partai ingin menang,” kata renstra yang dibuat Ketua Partai Randu setempat (“disingkirkan” artinya “dimusnahkan”, “dipenjara”, atau “ditahan”) (Kuntowijoyo, 2003: 137)

Berdasarkan pandangan lain, tokoh Wasripin, Satinah, Pak Modin, dan

Ketua Partai Randu merupakan tokoh bulat karena tokoh-tokoh tersebut baru

dapat diketahui karakternya setelah memahami benar sikap dan perilaku

tokoh, tidak serta merta dapat diketahui secara langsung. Sedangkan tokoh-

tokoh lain seperti tokoh Danramil, tokoh warga kampong nelayan, dosen,

Satgas, dan tokoh mahasiswa digolongkan sebagai tokoh datar. Tokoh-tokoh

tersebut memiliki karakter umum yang khas, mudah dikenali dan bersifat

permanen.

Penyebutan lain tokoh dalam cerita WS terdapat tokoh statis dan tokoh

dinamis. Tokoh Wasripin dan Pak Modin dapat disebut tokoh dinamis karena

tokoh Abu mengalami perkembangan sikap yang diakibatkan adanya

Page 133: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxxiii

keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sedangkan tokoh-

tokoh lain tergolong sebagai tokoh statis karena tokoh-tokoh tersebut tidak

mengalami perkembangan perwatakan secara esensial. Tokoh-tokoh tersebut

tidak ikut berubah sejalan dengan plot yang dikisahkan.

c. Perwatakan Tokoh

Salah satu hal yang menjadi karakteristik novel yaitu perwatakan yang

dimiliki oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Setiap tokoh yang ditampilkan dalam

novel Pasar memiliki watak yang berbeda yang menjadi karakteristik masing-

masing tokoh. Meskipun begitu tokoh-tokoh tersebut saling melakukan

interaksi sosial satu sama lain. Selanjutnya akan diuraikan tentang bagaimana

pengarang mendeskripsikan tokoh-tokoh ceritanya.

Deskripsi watak tokoh Pak Mantri seperti dalam kutipan berikut:

Kalau engkau terpelajar, dan tinggal di kota kecamatan itu, berhubunganlah dengan Pak Mantri Pasar. Sebab tidak seorang pun kecuali Kasan Ngali, tentu yang mengaku orang Jawa tidak memujinya. Tanyakanlah kepada Pak Camat atau Pak Kepala Polisi , dan ibu jari mereka akan diacungkan: “Nah, Pak Mantri Pasar itu. Begini! Segala yang baik bagi hidup jujur, setia, sopan santun, tahu diri menumpuk padanya. Siapa tidak percaya kebaikan budi Pak Mantri Pasar, baik bertanya pada diri sendiri apakah keputusan itu sepantasnya. (Kuntowijoyo, 2002: 1)

Habis, memang tak akan ada orang lain. Dalam hal membuat

candrasengkala, Pak Mantri tak ada duanya. (Kuntowijoyo, 2002: 63) Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa tokoh Pak Mantri

dideskripsikan sebagai tokoh utama yang dikenal karena interaksi sosialnya

yang baik kepada masyarakat baik pedagang maupun pejabat pemerintah.

Tokoh Pak Mantri diwujudkan sebagai sosok yang jujur, setia sopan, dan tahu

Page 134: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxxiv

diri. Di samping itu tokoh Pak Mantri adalah guru yang baik bagi tokoh Paijo

(hal. 155 – 159). Tokoh Pak Mantri senantiasa memberikan nasehat dan

teladan mengenai hakikat hidup kepada tokoh Paijo. Tokoh Pak Mantri juga

sosok yang bertanggung jawab (hal. 252). Ia senantiasa

mempertanggungjawabkan hasil perbuatan yang telah dilakukannya. Hal itu

bisa dilihat ketika Pak Mantri memperbolehkan burung daranya untuk

ditangkap dan dimiliki, juga berjiwa besar ketika dituduh telah menggunakan

uang pasar. Pak Mantri pun memiliki sifat sabar (hal. 273) dalam menghadapi

tantangan hidup yang dialaminya. Hal lain yang melekat dalam diri tokoh Pak

Mantri ialah ia merupakan orang yang telah berumur dengan pemahaman ilmu

kejawen yang baik. Dapat dikatakan tokoh Pak Mantri merupakan sosok

kawulo Jawa yang hidup di jamannya.

Deskripsi watak tokoh Paijo seperti dalam kutipan berikut:

Paijo telah membuka pintu dan jendela. Pak Mantri masuk, menghela napas, duduk di kursi sambil melemparkan tas dan topi di meja. Nampaknya Paijo tergesa pergi. Pak Mantri ketela itu, tegurnya: “Kau membakar sampah lagi, ya? Disapu dulu kantor ini. Seumur hidup, belum tahu tugas-tugasnya.” Paijo menggapai sapu ijuk di pojok kamar. (Kuntowijoyo, 2002: 9)

Itulah Paijo yang tak mengerti benar. Dan perasaan itu

berlainan sama sekali bila yang menepuk pundak adalah Kasan Ngali. Seperti Kasan Ngali menjanjikan pekerjaan dan uang, sedangkan Pak Mantri menjanjikan yang lain. Hanya Paijo tidak tahu persis, apa yang telah membuatnya terikat dengan laki-laki tua itu. Di samping Pak Mantri, ia merasa kecil. Sekalipun kadang-kadang ia kurang ajaran. Namun jauh dalam hatinya ada yang menyuruhnya hormat. Tidak dimengerti apa sebabnya, tetapi begitulah. Maka siang ia menurut saja pulang sampai larut siang, sambil kadang-kadang merasa kasihan pada laki-laki tua yang dihadapannya. Ah, Pak Mantri! (Kuntowijoyo, 2002: 116)

Page 135: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxxv

Paijo kembali ke pasar. Dengan dua orang polisi! Bagaimana ia berhasil membawa polisi, itu luar biasa. Persahabatan telah menolongnya. Ah, sedikit terlambat ia punya pikiran itu. E, Paijo juga punya polisi! Keuntungan dari main bola. (Kuntowijoyo, 2002: 316)

Pengarang mendeskripsikan tokoh Paijo sebagia juru karcis, pegawai

bawahan tokoh Pak Mantri, yang penurut, meskipun terkadang harus

diperingatkan dalam menjalankan tugasnya. Tokoh Paijo juga merangkap

tukang sapu, mengurusi burung-burung peliharaan Pak Mantri serta pekerjaan-

pekerjaan lain (hal. 6). Tokoh Paijo memiliki watak yang lugu sehingga jalan

pikirannya senantiasa diarahkan oleh hati nuraninya yang jujur, bukan oleh

nafsu dan emosi. Tokoh Paijo sangat menghormati tokoh Pak Mantri sebagai

atasnnya juga orang yang memiliki teladan dan kharismatik lebih baginya.

Tokoh paijo juga termasuk orang yang sabar dalam menghadapi pertentangan

dengan tokoh lain, seperti tokoh pedagang dan tokoh Kasan Ngali (hal. 275).

Bagaimanapun juga tokoh Paijo memiliki relasi yang bagus dengan tokoh-

tokoh yang mempunyai kekuasaan, seperti tokoh polisi. Sebagai sosok

pegawai, ia termasuk orang yang cukup cerdas dalam menangani

permasalahan tertentu.

Deskripsi watak tokoh Kasan Ngali seperti dalam kutipan berikut:

Kasan Ngali jelas tak pernah bercermin. Aduh, biasanya pakai celana komprang kolor. Sekarang bukan main. Lihatlah, he ada babi pakai baju! Sekarang orang itu pakai topi betul, berkacamata putih, celana panjang, dan baju kotak-kotak. Pak Mantri tahu saja, topi itu adalah untuk menutupi botaknya di gundul itu! Hanya tongkat itu! Pakai tongkat segala. Kenapa tidak naik kuda sekalian? Itu menimbulkan tertawaa Pak Mantri. (Kuntowijoyo, 2002: 94)

Kasan Ngali di tokonya. Orang kaya akan selalu memenangkan

pertandingan, Bung! Ia akan menunjukkan bahwa uang itu berkuasa. Akan ditunjukkannya siapa Kasan Ngali sebenarnya. Bahwa dengan

Page 136: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxxvi

uang itu, sebenarnya orang bisa berbuat banyak. Ya, biar orang tahu. Ia tersenyum melihat kemungkinan-kemungkinan itu. (Kuntowijoyo, 2002: 267) Berdasarkan kutipan di atas secara fisik tokoh Kasan Ngali

dideskripsikan bertubuh gemuk dengan analogi “hewan babi” dan “celana

komprang kolor” serta berkepala botak. Tokoh Kasan Ngali adalah sosok

pedagang kaya. Namun, cara berdagang yang dilakukannya menunjukkan

bahwa ia bukan pedagang yang jujur karena senang menimbun bahan pokok

untuk dijual kemudian hari. Tokoh Kasan Ngali menampakkan watak suka

bergaya pamer atas kekayaan yang ia miliki seperti uang, busana mahal, dan

mobil. Dengan kekayaan yang dimilikinya tokoh Kasan Ngali menjadi

sombong karena ia merasa dapat berbuat sesuai keinginannya. Tokoh Kasan

Ngali tidak memiliki interaksi sosial yang bagus dengan tokoh-tokoh yang

lain, seperti tokoh Pak Mantri, tokoh Paijo, tokoh Siti Zaitun, tokoh Pak Polisi

bahkan kepada pegawainya sendiri yang sering diperlakukan kasar. Oleh

karena itu, tokoh Kasan Ngali tidak disukai tokoh lain.

Deskripsi watak tokoh Siti Zaitun seperti dalam kutipan berikut:

Kabar kepergian Siti Zaitun itu sudah meluas. Di pondoknya Siti Zaitun sibuk menerima tamu-tamu. Pak Camat, polisi, ibu-ibu, tetangga-tetangga, guru-guru. Hadiah menumpuk di meja. Zaitun tidak bermaksud meramaikan kepergiannya itu. Tetapi tercium juga. Gadis itu sengaja akan pergi diam-diam, maka ia sengaja pula tidak berpamitan. Besok, setibanya di kota, dia akan menulis surat atau datang lagi berpamitan. Tetapi orang datang juga. Dan hadiah-hadiah mengalir. Ah, kota itu menyenangkannya juga. Tidak disangkanya orang-orangnya yang ramah. Sampai ia menangis terisak setiap menerima tamu. (Kuntowijoyo, 2002: 350)

Siti Zaitun, gadis cantik, pegawai bank, yang sosial, suka membantu, yang peramah, yang menyenangkan, yang matanya bercahaya, yang kulitnya kuning itu, yang selalu rapi pakaiannya. (Kuntowijoyo, 2002: 361)

Page 137: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxxvii

Deskripsi tokoh Siti Zaitun dinampakkan dengan jelas yaitu sosok

gadis cantik yang matanya bercahaya, kulitnya kuning dan memerhatikan

penampilan yang rapi. Tokoh Siti Zaitun juga seorang pegawai bank yang

berjiwa sosial, suka membantu, ramah dan menyeyangkan. Watak tokoh Siti

Zaitun membuat ia disenangi oleh tokoh-tokoh lain sehingga keberadaannya

begitu terasa bagi tokoh-tokoh lain. Di samping itu, tokoh Siti Zaitun juga

memiliki sikap berani menentang pikiran dan perilaku tidak baik dari tokoh

lain terhadap dirinya, seperti yang dilakukannya terhadap tokoh Pak Mantri

(hal. 106-107) dan tokoh Kasan Ngali (hal. 139).

Deskripsi watak tokoh Pak Camat seperti dalam kutipan berikut:

Hari sudah siang waktu itu. Pak Camat tahu juga kesopanan, ia minta maaf pada Pak Mantri karena ada sedikit keperluan. Ya, nonton adu jago. Itu Mantri Pasar sudah tahu. Lalu Camat itu juga membisikkan bahwa ia baru saja nonton adu jago. (Kuntowijoyo, 2002: 62) Pengarang mendeskripsikan tokoh Pak Camat sebagai sosok pegawai

pemerintah yang kental dengan budaya-budaya feodal. Dalam hal birokrasi

misalnya, tokoh Pak Camat masih menggunakan aturan formal janji temu,

tetapi kepada tokoh-tokoh tertentu yang dihormati ia lebih fleksibel. Dalam

interaksi sosial, tokoh Pak Camat membedakan keeratan terhadap siapa orang

yang dihadapi, terutama dipandang dari status sosial di masyarakat. Tradisi

terlambat dan tidak hadir dalam acara tertentu pun melekat dalam diri tokoh

Pak Camat karena menimbang aspek kepentingan bagi dirinya (hal. 143). Di

samping itu, tokoh Pak Camat juga menyukai perilaku nonton adu jago.

Perilaku tersebut sebenarnya bagi kapasitas tokoh masyarakat dipandang

Page 138: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxxviii

kurang tidak layak, bahkan jika sampai meninggalkan tugasnya sebagai abdi

negara dan masyarakat.

Deskripsi tokoh Pak Kepala Polisi seperti dalam kutipan berikut:

Ah, kepala polisi, pada jam kerja sempat masuk pasar dan menawar burung! Keterlaluan! Tidak sudi Pak Mantri melanjutkan omong tentang yang bukan urusan dinas di kantor macam ini. Mesti ditertibkan (Kuntowijoyo, 2002: 83)

“Ya, ya. Sekarang begini saja, Pak. Bapak bisa pulang. Dan

urusan ini kami tampung. Akan kami pertimbangkan, tindakan apa yang bisa dilakukan.”

“Nah, itulah!” Pak Mantri lega sebentar. Kemudian timbul pikirannya yang

lain. “Coba gambarkan, perbuatan apa yang akan dilakukan oleh

polisis?” “Kita pikir dulu.” “Tanggap saja!” “Pendek kata yang setimpal,” kata kepala polisi “Pendek kata yang setismpal,” kata Pak Mantri Sekarang baru itulah yang disebut polisi. Pak Mantri

menghapus keringatnya. Saputangan itu wangi. Kepala Polisi mengantarnya sampai luar. Tidak ada orang lain di kecamatan itu yang diantar sampai pelataran oleh Kepala Polisi. (Kuntowijoyo, 2002: 86)

Pengarang mendeskripsikan watak tokoh Pak Kepala Polisi mirip

dengan watak tokoh Pak Camat, yaitu kenal dengan budaya-budaya feudal.

Pak Kepala Polisi membedakan sikap dalam berinteraksi dengan memberi

penghormatan lebih kepada tokoh yang memiliki status tinggi di masyarakat.

Di samping itu, tokoh Pak Kepala Polisi juga biasa melakukan sesuatu

kesenangan dalam waktu dinas. Dalam kutipan di atas, perbuatan tersebut

dicontohkan dengan masuk pasar dan menawar burung pada jam dinas. Pak

Polisi juga bertindak tidak gagabah dalam sesuatu masalah dan ia pandai

melakukan komunikasi yang birokratif dengan tokoh lain.

Page 139: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxxxix

Deskripsi watak tokoh Marsiyah seperti dalam kutipan berikut:

Bening matanya! Putih wajahnya! Terurai rambutnya! Ada yang memancar-mancar pada muka itu! Dulu ia berpendapat bahwa Marsiyah ini pasti keturunan kerabat kerajaan yang terlempar dari desa. Ada yang lain padanya, yang tak ditemukan pada perempuan desa biasa. (Kuntowijoyo, 2002: 152)

“Engkau salah paham, Marsiyah.” “Cukup,” kata perempuan itu sengetah membentak. Hilanglah kalimat-kalimat yang tersusun di kepala Pak Mantri.

Tinggal potongan-potongan. “Saya datang kemari…..” “Tidak butuh orang!” (Kuntowijoyo, 2002: 152 – 153)

Deskripsi tokoh Marsiyah dinampakkan secara jelas. Secara fisik,

tokoh Marsiyah adalah seorang wanita paruh baya (hal. 152) yang memiliki

tubuh terawat dengan mata bening, wajah putih, dan rambut terurai serta muka

yang bersinar-sinar. Watak tokoh Marsiyah digambarkan sebagai sosok penuh

emosi dan tidak mau menerima penjelasan tokoh lain.

Deskripsi watak tokoh pedagang pasar seperti dalam kutipan berikut:

“Hitunglah, Pak,” kata perempuan itu pada polisi. “Tiga ekor burung dara telah mencocok berasku. Berapa harus dibayar, kalau aku mau menghitung. Masih diminta karcis pasar lagi! Mestinya aku minta ganti rugi!” Orang mengangguk-angguk. Rugi, rugi itu! Betul tak mau bayar! (Kuntowijoyo, 2002: 35)

Umpatan, teriakan, kegemasan. Sebuah tenggok dagangan,

entah apa isinya, tertumbuk. “Hati-hati, e!” “Awas!” “Bajingan!” “Anjing”! “Dagangan! Dagangan!” “Wo!” “Kurang ajar, dagangan disusun baik-baik, tumpah.” (Kuntowijoyo, 2002: 38)

Tokoh pedagang memiliki pendeskripsian watak yang jelas. Tokoh

pedagang pasar merupakan tokoh yang memiliki watak selalu

memperhitungkan dengan uang segala sesuatunya. Di samping itu, tokoh

pedagang pasar juga tokoh yang suka berbicara dengan bahasa kasar dengan

berbagai umpatan-umpatan sehingga dikenal adanya bahasa pasar.

Page 140: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxl

Deskripsi watak tokoh anak-anak kecil sebagai berikut:

Yah, suara anak-anak. Ah, sebagai lelaki tua yang pernah jadi anak-anak ia tahu apa kerja mereka di luar. Bersembunyilah dulu! Jangan usik mreka. Lalu tangkap basah! Dari rebut-ribut itu ia tahu, anak-anak itu sedang mencuri burung-burung dara dari dari peguponnya. (Kuntowijoyo, 2002: 146) Tokoh anak-anak memiliki watak nakal, suka berbuat iseng. Mereka

bertindak belum mempertimbangkan baik buruk nilai perbuatannya tersebut.

Berdasarkan kutipan di atas contoh dari perbuatan yang dilakukan tokoh anak-

anak kecil ialah berusaha akan mencuri burung-burung dara milik tokoh Pak

Mantri.

Deskripsi watak anak buah Kasan Ngali seperti dalam kutipan berikut:

Kebetulan bagi mereka. Ketika mereka lewat tergesa-gesa di muka Paijo, tukang karcis itu bertanya, mau kemana mereka. Lalu mereka berteriak keras. Supaya Kasan Ngali mendengar.

“Beli kambing benggala. Beli kambing bandot! Yang besar! Yang gemuk!

“Untuk apa?” “Apalagi! Kita mau pesta! Hi-hu!” (Kuntowijoyo, 2002: 321)

Tokoh anak buah Kasan Ngali dideskripsikan mewakili watak penurut

buta, yaitu selalu menuruti segala perintah majikannya, tokoh Kasan Ngali,

tanpa pengetahuan karena rasa takut kepada majikannya. Tokoh anak buah

Kasan Ngali juga suka mencari muka di hadapan majikannya agar majikannya

tersebut merasa senang.

Deskripsi watak tokoh Darmokendang seperti dalam kutipan berikut:

Sebenarnya tidak sampai di rumah Sri Hesti. Hanya berbicara sedikit dengan ketua perkumpulan, lalu minta diantar kembali. Ada pikirannya, sudah.

“Dia mau main juga,” katanya “Kalau sudah jadi biniku?”

Page 141: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxli

Kalau Paka Kasan sanggup memberi pekerjaan untuk semua rombongan, ia mau berhenti.”

“Mati! Wong ayu mahal harganya! Maksudnya bagaimana?” “Ya, itu permintaannya, Pak!” “Tidak mungkin!” “Lalu bagaimana?” (Kuntowijoyo, 2002: 356)

Tokoh Darmokendang adalah salah satu anggota rombongan ketoprak.

Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa watak tokoh

Darmokendang ialah suka berbohong. Tokoh Darmokendang juga suka

melakukan perbuatan dengan pertimbangan keuntungan bagi dirinya. Tokoh

Darmokendang pandai berdebat kata untuk mencapai keinginannya tersebut.

Deskripsi watak tokoh Jenal seperti kutipan berikut:

Jenal berbisik juga, “Pak, wah saya mau bicara.” Dan Jenal menarik tangan Kasan Ngali. “Wah, seperti yang punya rumah kau saja!” Tetapi Kasan Ngali menurut juga.

“Saya punya firasat tak baik tentang perempuan itu, Pak. Untunglah menjadi tukang cukur itu banyak faedahnya. Waktu dicukur, semua omongan bisa keluar. Sungguh, Pak. Jangan kawin dengan dia.”

“Mengapa tidak?” “Semua orang tahu! Tidak seorang pun lupa bahwa ia main

ketoprak!” “Itu jelas. Apa soalnya?” “Pak Kasan itu kaya, terhormat. Mengapa harus kawin dengan

dia?” (Kuntowijoyo, 2002: 353)

Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa tokoh Jenal adalah

seorang tukang cukur. Tokoh Jenal memiliki watak merasa dekat dengan siapa

saja yang pernah berinteraksi dengannya, termasuk kepada tokoh terpandang

Kasan Ngali. Dari pekerjaannya itu tokoh Jenal menjadi orang yang suka

mendengarkan informasi dan menyampaikan informasi tersebut bilamana

perlu. Hal tersebut dapat dicermati ketika tokoh Jenal memberikan saran

kepada tokoh Kasan Ngali.

Page 142: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxlii

Deskripsi tokoh pegawai kecamatan dan pegawai kepolisian seperti

dalam kutipan berikut:

“Maaf, Nak. Apa Pak Camat ada?” Tukang ketik itu mengangkat muka dan menjawab. “Coba tulis di buku tamu,” menunjuk ke meja buku tamu.

(Kuntowijoyo, 2002: 58) “Kantor ini sepi saja. Di mana Pak Camat?” Kecurigaannya

diusahakannya untuk dilupakan. “Tunggu saja, di sana.” Juru tulis menunjuk deretan kursi.

(Kuntowijoyo, 2002: 59)

Ketika Kepala Polisi sudah kembali dan Pak Mantri sendirian membenarkan letak pakaiannya di depan kantor itu, seorang agen menegur.

“Pasti perkara burung dara!” Kurang ajar, pikir Pak Mantri. Sedangkan kepalanya saja

menghormati. (Kuntowijoyo, 2002: 86)

Berdasarkan deskripsi dialog di atas dapat diketahui bahwa tokoh

pegawai kecamatan memiliki watak pragmatis, hanya menjalankan tugas apa

adanya karena tidak merasa kepentingan pribadinya. Sikap pegawai tersebut

ditunjukkan dengan acuh tak acuh kepada yang memerlukan pelayanan

darinya. Sedangkan watak tokoh pegawai kepolisian cenderung apatis

terhadap kepentingan orang lain.

Tokoh-tokoh dalam cerita MPU juga memiliki perwatakan yang

berbeda satu sama lain. Pengarang menampilkan para tokoh cerita untuk

memerankan peran sesuai dengan watak dalam rangka menyampaikan

amanatnya. Pengarang menguraikan peran watak tokoh-tokoh cerita dengan

mendeskripsikan setiap aktivitas dan fisik para tokoh yang dapat diketahui

melalui bacaan dalam cerita.

Page 143: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxliii

Deskripsi watak tokoh Abu Kasan Sapari seperti dalam kutipan

berikut:

Ketekunannya nyantrik di rumah Notocarito sudah menghasilkan bukti. Di SD kelas V ia jadi dalang cilik yang punya nilai tertinggi di Festival Dalan Cilik se-Kabupaten Klaten. Di SMP ia menjadi juara dalang cilik se-eks Karesidenan Surakarta. Di SMP ia mewakili sekolahnya menjuarai Festival Dalang Pelajar se-Jawa Tengah. (Kuntowijoyo, 2000: 12)

Ketika dia berkeliling desa, dengan kuda inventaris, topi

pedagang krupuk, tas sekolah yang digantung menyilang pundak, tiba-tiba tangan kanannya ke udara, ibu jarinya bergeser dengan telunjuknya, berbunyi “cetit”, “Aku tahu!” Ya, ia tahu: orang-orang desa harus diajak membangun saluran air dari sumber dekat sendang sampai desa. Langkah pertama, menurut kursus, ialah sosialisasi gagasan. (Kuntowijoyo, 2000: 16)

Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa tokoh Abu Kasan Sapari

sejak kecil telah memiliki watak baik. Ia adalah seorang yang tekun belajar

dan berprestasi. Masa dewasanya menunjukkan ia dapat menggunakan

kecerdasannya untuk membantu masyarakat di tempat ia tinggal. Kepiawaian

utama yang dimilikinya ialah sebagai seorang dalang. Sebagai dalang ia juga

termasuk orang yang menghindari perbuatan tabu bagi seorang muslim Jawa,

yaitu kepercayaan terhadap hal takhayul. Hal itu dapat dicermati pada kutipan

berikut:

“Soal lakon, Pak, saya lebih suka ‘Semar Boyong’. Artinya kira-kira pemimpin itu butuh rakyat.”

“Bagus, ternyata kau diam-diam nggembol watu item. Diam di luar, tapi penuh isi di dalam.” (Kuntowijoyo, 2000: 30)

“Tidak akan ada sesajen,” kata Abu. “Itu tidak termasuk permintaan dalam mimpi.” (Kuntowijoyo, 2000: 86) Tokoh Abu juga memiliki watak yang lugu, mengatakan sesuai dengan

apa yang terjadi (hal. 28). Di samping itu ia juga ia aadalah warga yang peduli

Page 144: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxliv

terhadap lingkungan hidup (hal. 54) serta pandai bersosialisasi dengan

masyarakat (114). Bahkan sisi lain seorang tokoh Abu, ia adalah sosok yang

romantis. Tokoh Abu pandai membuat syair lagu Jawa (hal. 113 – 114) dan

geguritan bernuansa cinta kasih (hal. 163 -174).

Watak utama yang dimiliki tokoh Abu ialah ia seorang yang tidak bisa

berlaku diam terhadap ketidakadilan. Tokoh Abu adalah seorang yang tegar

dengan prinsip kebenaran yang dimilikinya. Fakta tersebut ditunjukkan ketika

ia menentang tindakan-tindakan tokoh Mesin Politik yang semena-mena

terhadap rakyat. Bahkan ia menolak saat ditawari menjadi jabatan prestise

sebagai calon anggota legislative. Berikut ini kutipan yang mendeskripsikan

hal tersebut:

Abu mengerti duduk soalnya. Ia menolak. Tentu saja itu di luar harapan para tamunya. Sebab, orang lain berebut menjadi caleg jadi. Karenanya penolakan itu aneh bagi mereka.

“Aneh! Lalu apa maumu? Kalau bukan pangkat, kalau bukan jabatan?”

“Tidak semua garam sama kadar asinnya, Pak. Satu-satunya keinginan saya ialah kalian tidak mengganggu kesenian.” (Kuntowijoyo, 2000: 145)

Tokoh antagonis dalam cerita MPU adalah tokoh Mesin Politik. Tokoh

ini tergolong unik karena tidak berupa sosok seseorang. Tokoh Mesin Politik

merupakan perwujudan dari sikap, perilaku, dan pemikiran sebuah sistem

kelompok. Jadi, tokoh ini dalam perannya bisa diwakili seseorang atau pun

kelompok dengan membawa tindakan dan pemikiran sistem komunitas. Tokoh

Mesin Politik bisa berupa Randu bisa berupa personel sistem atau pun sistem

komunitas itu sendiri. Deskripsi watak tokoh Mesin Politik seperti dalam

kutipan berikut ini:

Page 145: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxlv

Camat tidak bisa berbuat apa-apa ketika Mesin Politik berusaha memindahkan sebelum waktunya, dan rasanan itu sudah beredar di Kemuning jauh sebelumnya. Pasalnya, lurah-lurah yang dijagoi Randu banyak yang kalah di kecamatannya. Gara-gara itu ia dinilai tidak serius memperjuangkan Randu. (Kuntowijoyo, 2000: 90)

Ada perbedaan pendapat antara Mesin Politik dan Pak Bupati.

Dalam pertemuan dengan para camat sekabupaten Bupai memberi “Petunjuk Politik” agar jarak antara pengumuman dan pemilihan dipanjangkan kira-kira-kira dua minggu. “Itu baru fair kepada rakyat”, katanya. Mesin politik menghendaki agar jarak waktu antara pengumuman dan pelaksanaan itu singkat saja, umpanya tiga hari, sehingga hanya orang-orang pilihan Mesin Politik akan menang, sebab merekalah yang paling siap, paling terorganisir, orang-orangnya pasti lulus ujian, dan Mesin Politik itu weruh sakdurunge winarah (tahu sebelum kejadian) karena ada rekayasa. (Kuntowijoyo, 2000: 91)

Fungsionaris Mesin Politik datang lagi. “Nah, apa kata saya?” “Apa boleh buat.” “Berpolitik itu jangan tanggung-tanggung.” “Saya tidak berpolitik.” “Tidak berpolitik itu politik maut idak mau, suka tidak suka,

kita semua berpolitik. Dalam politik ada ungkapan ‘kalau kau kalah, bergabunglah dengan yang menang’. Kedatangan saya kemari untuk mengajak Pak Abu bergabung. Bagaimana?” (Kuntowijoyo, 2000: 136)

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas diketahui bahwa tokoh Mesin

Politik merupakan sistem komunitas yang berpengaruh dan memiliki kekuatan

besar dari tingkat negara sampai tingkat kelurahan atau desa. Watak yang

dominant ditunjukkan tokoh Mesin Politik ialah arogan. Tokoh Mesin Politik

sering menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk berbuat semena-mena

terhadap orang lain yang tidak sejalan, menyimpang dari aturan yang tidak

menguntungkan, maupun menekan kaum lemah. Tindakan yang dilakukan

Mesin Politik tersebut kerap dilakukan dengan manipulasi, terror, maupun

kekerasan.

Page 146: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxlvi

Deskripsi watak tokoh Lastri atau Sulastri seperti dalam kutipan

berikut:

Itu karena dulu Lastri seorang primadona di Tegalpandan. Membuka jatihan di pasar Tegalpandan, setelah tamat SKK (Sekolah Kesejahteraan Keluarga). Ia adalah penyanyi keroncong di sebuah klub amatir, yang pasti muncul di pesta-pesta di kecamatan itu. Ia menikah, suaminya meninggal, belum punya anak. Jadi, janda kembanglah. Setahun setelah suaminya meninggal, ia memutuskan untuk kembali ke pasar. Mertuanya berusaha mencarikan suami, tapi ditolaknya. Dikatakannya bahwa ia ingin hidup sendiri tanpa kesibukan rumah tangga. Meskipun mertuanya, Pakdenya, dan orang tuanya menyuruhnya tinggal di tempat mereka, ia berkeras untuk kembali ke pasar. Maka Pakdenya memberikan tempat itu. Akhir-akhir ini, setelah menikah, kesibukannya bertambah: banyak orang memintanya jadi juru rias temanten. (Kuntowijoyo, 2000: 108)

Jadi Lastri juga merias temanten, pikir Abu. Penjemput

mengatakan bahwa orang memilih Lastri karena pengantin selalu tampak lebih cantik, barangkali saja kena imbas Lastri. Abu tahu bahwa Lastri ramah, tetapi bahwa dia cantik ia baru mendengarnya, namun ia sangat setuju. (Kuntowijoyo, 2000: 112)

Lastri tersinggung dikatakan ‘janda’, lalu menyela, “Tapi, Pak.

Maaf, saya masih ingin sendiri.” “Ya, jangan begitu. Pikirlah yang panjang.” Setelah Lurah pergi, dia membawa kaleng-kaleng biskuit ke

tempat sebelah. Matanya berkaca-kaca. Abu Kasan Sapari terkejut melihat dia membik-membik mau menangis. Lastri melempar kaleng-kaleng ke dipan. (Kuntowijoyo, 2000: 201)

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas diketahui bahwa tokoh Lastri

merupakan seorang janda yang belum punya anak. Tokoh Lastri merupakan

tokoh serba bisa karena memiliki banyak kepiawaian profesi: seorang penjahit

di Pasar Tegalpandan, juru rias pengantin, juga pernah menjadi penyanyi

keroncong primadona.

Watak tokoh Lastri dideskripsikan sebagai sosok yang cantik, mandiri.

Telaten, cekatan dan ramah. Tokoh Lastri memiliki interaksi yang baik,

Page 147: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxlvii

terlihat dari hubungan dengan keluarganya juga dengan masyarakat. Tokoh

Lastri juga mempunyai sikap kepedulian terhadap orang lain seperti dengan

tokoh Abu. Di samping itu tokoh Lastri juga bisa marah apabila perasaannya

tersinggung atas sikap orang lain.

Deskripsi watak tokoh orang tua Abu seperti dalam kutipan berikut:

“Diapakan saja kau,” tanya ayah. “Ya disuruh makan kenyang, tidur cukup, olahraga.” “Tidak disiksa, to?” “Mana ada orang berani menyiksa saya?” “Jangan kemaki. Saya dengar ditahan itu artinya disiksa.

Diestrum, disulut rokok, disuruh merangkak di atas kedelai?” “Tapi, alhamdulillah anak Bapak-Ibu tidak.” “Lha iya. Wong ditahan di kantor polisi kok tidak nampak

susah, kok malah mrusuh (gemuk bercahaya)?” kata ibu Abu. (Kuntowijoyo, 2000: 154-155)

“Klangenan ya boleh. Tapi jangan ular, jangan harimau, jangan

buaya. Kakek-kakek kita paling-paling pelihara kucing, lutung, perkutut, dan kuda. Soalnya ibu takut kalau kau syirik.”

“Syirik? Ya boleh jadi, meskipun sedikit,” “Kalau syirik jangan, lho.” (Kuntowijoyo, 2000: 155)

Lastri mengulurkan tangan, mencium tangan Ibu, yang segera

menarik tangannya. Demikian juga ayah Abu. Penolakan itu sepertinya mengejutkan Lastri. Suasana jadi kaku. (Kuntowijoyo, 2000: 155)

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas tokoh orang tua Abu memiliki

watak yang perhatian dan peduli terhadap anaknya. Hal ini diperlihatkan

ketika tokoh orang tua Abu merasa cemas kemudian menengok anaknya saat

sesuatu hal terjadi pada anaknya tersebut. Tokoh orang tua Abu juga

merupakan sosok masyarakat Jawa yang taat terhadap keyakinan agama yang

kuat, seperti tampak pada penolakannya terhadap perbuatan syirik dan kehati-

hatian atas interaksi fisik non keluarga.

Page 148: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxlviii

Deskripsi watak tokoh kake nenek Abu seperti dalam kutipan berikut:

Kemudian, kakek meminta bayi itu. Di bawanya bayi merah yang terbungkus kain batik ke kuburan Ronggowarsito untuk ngalap berkah, meminta restu. (Kuntowijoyo, 2000: 2)

Sesampai di desa baru, kakek nenek tahu bahwa kelahiran Abu belum disambut dengan akikah. Maka dipotonglah dua ekor kambing Jawa. (Kuntowijoyo, 2000: 6)

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas diketahui kakek nenek Abu

memiliki rasa sayang kepada cucunya. Tokoh kakek dari ayah masih

memercayai ritual tradisional masyarakat Jawa, begitu klenik. Sedangkan

tokoh kakek nenek Abu dari ibu memercayai ritual religius agama yang

dianutnya.

Deskripsi watak tokoh wartawan seperti dalam kutipan berikut:

Sejak saat itulah Abu Kasan Sapari akrab dengan kawan wartawannya. Wartawan itu anggota AJI (Asosiasi Jurnalistik Indonesia). Masih muda bersemangat. Ia mengatakan pada Abu bahwa jurnalisme dipilihnya sebagai profesi, dan sebagai alat untuk memperjuangkan keadilan dan demokrasi. Ia hanya mengandalkan hati nurani, tidak segan-segan melakukan kritik kepada siapa pun. (Kuntowijoyo, 2000: 94)

Sore hari teman wartawan itu datang di Tegalpandan. Belum sempat ditanya dia bilang:

“Aku tahu kau heran. Aku telah menyulap angka.” (Kuntowijoyo, 2000: 143 – 144)

Kutipan-kutipan di atas menunjukkan tokoh wartawan berinteraksi

baik dengan tokoh Abu. Tokoh wartawan didskripsikan sebagai sosok muda

bersemangat yang memiliki jiwa idealisme profesi tinggi. Sebagaimana

seorang wartawan, tokoh wartawan pun berkata dan bertindak sesuai karakter

jurnalis. Tokoh wartawan kerap menyampaikan informasi dalam bentuk berita

di media yang ia tulis dengan memberikan keterangan-keterangan tambahan

Page 149: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxlix

yang sesuai dengan pikiran pribadinya. Fakta tersebut dapat ditunjukkan

dalam kutipan berita yang ditulis tokoh wartawan berikut:

Sumber yang tak mau disebut namanya mengatakan bahwa ada konspirasi politik di balik penahanan AKS. Akhir-akhir ini sebuah kekuatan politik ingin merekrutnya untuk keperluan kampanye tapi ditolaknya. (Kuntowijoyo, 2000: 153)

Deskripsi watak tokoh Haji Syamsudin seperti dalam kutipan berikut:

Sore hari Haji Syamsuddin datang juga untuk menyalakan lampu dan menutup jendela. Kucni pintu diserahkan Haji Syamsuddin, dan buka pada Lastri. Itu pasti kesengajaan Abu supaya ia tidak terpaksa melihat kandang ular. Ketika melihat Lastri, Haji Syamsyuddin yang tahu perasaan Lastri berkata ringan, “Itulah politik, Jeng. Nanti juga selesai. Tengan saja.” Ia berkata demikian karena pamannya pernah ditahan Polisi pada tahun 1960 selama sebulan karena menjadi pengurus Masyumi. (Kuntowijoyo, 2000: 150) Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa tokoh Haji

Syamsuddin memiliki watak yang baik, mengerti perasaan orang, dan

bijaksana. Haji Syamsuddin adalah sahabat dekat tokoh Abu juga warga

masyarakat yang baik. Tokoh Haji Syamsuddin juga tokoh yang pandai

memetik pengalaman hidup.

Deskripsi watak tokoh haji camat seperti dalam kutipan berikut:

Benar, Pak Camat benar. Desanya memenangkan Lomba Desa. Beberapa wartawan datang dan Pak Camat dengan jujur mengatakan bahwa semuanya berkat kerja Abu. (Kuntowijoyo, 2000: 28)

Abu menilai camat baru adalah seorang professional tulen,

bukan “orang baik” macam camat lama. Umurnya masih sangat muda disbanding camat lama, namun jauh lebih bersemangat. Setidaknya, ia bukan tipe “camat santai”. (Kuntowijoyo, 2000: 75)

Kutipan-kutipan di atas menunjukkan watak tokoh camat

dideskripsikan seorang yang jujur. Berdasarkan pengamatan tokoh lain tokoh

camat dinilai sebagai sosok muda yang bersemangat dan professional. Tokoh

Page 150: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cl

camat juga memiliki pengetahuan tinggi dilihat dari cara berbicara dan istilah

kata yang digunakan ketika melakukan pidato di depan warganya (hal. 77). Di

samping itu diketahui tokoh camat juga akrab dengan tokoh Abu (hal. 78).

Deskripsi watak tokoh Ki Lebdocarito seperti dalam kutipan berikut:

Ki Lebdo sendiri selalu memilih yang berdasar pakem, lakon yang aneh-aneh akan diserahkannya pada Abu. Ia menyimpulkan bahwa enak yang punya uang, daripada dalangnya. “Jadilah yang punya uang, jangan jadi dalang”, nasihatnya pada anak-anak. Maka anak-anak semua “jadi orang”, kecuali dalang. (Kuntowijoyo, 2000: 14)

Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa tokoh Ki Lebdo adalah

seorang dalang yang menggunakan cerita konvensional. Sebagai sosok Jawa

tokoh Ki Lebdo memiliki pemikiran yang berkembang dengan memerhatikan

pendidikan anak-anaknya sampai ke tingkat tinggi, bahkan tokoh Ki Lebdo

tidak ingin anak-anaknya tersebut mewarisi profesi yang digelutinya.

Kedudukan Ki Lebdo sebagai dalang di wilayahnya terhitung sebagai sesepuh

dalang (hal. 211). Ki Lebdo seorang yang baik, ia mengangkat tokoh Abu

sebagai anak (hal.13) bahkan sampai mewariskan semua perangkat gamelan

dan wayahnya kepada tokoh Abu (hal. 15).

Deskripsi watak tokoh Ki Manut Sumarsono seperti dalam kutipan

berikut:

Ki Manut Sumarsono tahu belaka rencana itu. Kedudukannya sebagai dalang senior membuat dalang dari luar Karangmojo terpaksa kulanuwun minta restu padanya sebelum mendalang di wilayahnya. Dia memanggil Abu Kasan Sapari. Katanya, “Intuisi saya mengatakan bahwa sudah tiba waktunya Rahwana dipecundangi kera-kera. ‘Rama Tambak’ adalah lakon yang pas saat ini. (Kuntowijoyo, 2000: 210)

Taktik Ki Manut Sumarsono cespleng. Ibarat panas setahun

terhapus hujan sehari, julukan sebagai ‘dalang politik anti-Randu’,

Page 151: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cli

julukan sebagai ‘dalang politik non-Randu’, bahkan julukan ‘dalang politik’ lenyap. (Kuntowijoyo, 2000: 206)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Ki Manut adalah seorang

dalang senior di wilayahnya yang berpengaruh dan dihormati oleh dalang-

dalang lainnya. Tokoh Ki Manut juga memiliki karakter baik dan cerdas. Hal

ini dapat dicermati ketika membantu tokoh Abu memperoleh persepsi positif

di masyarakat. Tokoh Ki Manut juga menentang sikap tokoh Mesin Politik

dengan cara yang bijaksana tanpa menimbulkan permusuhan dan pertikaian.

Deskripsi watak tokoh polisi seperti dalam kutipan berikut:

Kepala Polisi merundingkan soal Abu Kasan Sapari dengan Kepala Bagian Penyelidikan, “Sudah kuduga. Kita dijadikan tukang pukulnya, centengnya. Kita diperalat. Kita tidak mau demikian, kita netral, kita tidak ke kanan tidak ke kiri.” Mereka bersepakat untuk mengeluarkannya dari tahanan. (Kuntowijoyo, 2000: 157)

Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa polisi merupakan

tokoh yang memiliki kekuatan dalam menegakkan hukum. Oleh karena itu

tokoh polisi terkadang dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk

kepentingannya. Fakta di atas menunjukkan sikap Kepala Polisi dan Kepala

Bagian Penyelidikan yang jujur dalam menjalankan hukum dan tidak mau

diperalat pihak lain. Meskipun di lain hal terkadang aparat kepolisian

melakukan tindak kesewenangan dengan menangkap orang tanpa adanya

proses hukum yang benar, seperti penangkapan yang dialami oleh tokoh Abu

(hal. 148) dan tokoh Kismo Kengser (hal.192).

Deskripsi watak tokoh rakyat atau warga desa seperti dalam kutipan

berikut:

Page 152: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clii

Rakyat dari dua desa yang merasa calon lurahnya kalah oleh calon yang dijagoi Mesin Politik datang memprotes Camat baru. Mereka datang membawa spanduk dengan tulisan seadanya. (Kuntowijoyo, 2000: 197 – 198)

Kutipan di atas menunjukkan watak rakyat atau warga desa yang

cenderung menggunakan emosi dan mudah memberikan reaksi terhadap hal-

hal yang terjadi. Hal ini dapat dilihat ketika tokoh rakyat atau warga mudah

terpancing provokasi untuk memprotes camat baru dalam merespon peristiwa

hasil pilihan lurah.

Deskripsi watak tokoh laki-laki tua atau Kismo Kengser seperti dalam

kutipan berikut:

“Kismo Kengser meramal bahwa pemerintahan sekarang akan segera ambruk, sebab ketakadilan sudah ada dimana-mana. Para penguasa bukan lagi pamong, tapi maling betulan, maling berdasi, maling berbintang, maling berpendidikan. Persengkokolah penguasa, pengusaha, tentara, dan Randu untuk memeras rakyat…..” (Kuntowijoyo, 2000: 1991 – 1992) Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa tokoh laki-laki tua yang

mengaku bernama Kismo Kengser memiliki watak yang berani. Tokoh Kismo

Kengser juga mengaku pandai meramal. Hal tersebut dapat dilihat ketika

tokoh Kismo Kengser mengungkapkan ramalannya tentang keruntuhan

pemerintahan saat itu di hadapan banyak orang sampai ia akhirnya ditangkap

polisi karena tuduhan tindakan subversive.

Deskripsi watak tokoh laki-laki tua misterius seperti dalam kutipan

berikut:

Orang tua itu menjauh, sambil memukul jidatnya dikatakannya: “O, ya. Kau tidak akan mati, kalau tidak mewariskan ilmu ini.” Orang itu tertawa panjang, lega. Kemudian menghilang dalam

gelap. (Kuntowijoyo, 2000: 20)

Page 153: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cliii

Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa tokoh laki-laki tua

merupakan sosok yang misterius, tidak dikenal, datang dan pergi dengan tiba-

tiba. Pakaian dan tingkah lakunya aneh (hal. 2) karena tidak seperti orang pada

umumnya. Laki-laki tua misterius itulah yang memberikan mantra pejinak ular

kepada tokoh Abu.

Tokoh-tokoh dalam cerita WS juga memiliki perwatakan yang berbeda

satu sama lain. Pengarang menampilkan para tokoh cerita untuk memerankan

peran sesuai dengan watak dalam rangka menyampaikan amanatnya.

Pengarang menguraikan peran watak tokoh-tokoh cerita dengan

mendeskripsikan setiap aktivitas para tokoh yang dapat diketahui melalui

bacaan dalam cerita.

Deskripsi watak tokoh Wasripin digambarkan sebagi anak pungut yang

dijadikan budak nafsu Emak dan wanita-wanita pinggiran (h. 3) kemudian ia

sadar dan pergi meninggalkan kampungnya (h.5-6). Wasripin pergi menuju

pantura, tempat yang diyakini sebagai tanah kelahirannya. Setibanya di

pantura, dia diyakini telah menjadi murid Nabi Khidir dengan berbagai

kelebihan. Wasripin menjadi tukang pijat yang mampu menyembuhkan

berbagai penyakit.

Tukang cat medekat. Wasripin memijat leher, kepala, dan semua bagian atas. Ia hanya mencoba-coba memijat. Ia heran tangannya seperti bergerak sendiri. Ia sendiri tidak yakin dengan pijatannya. (Kuntowijoyo, 2003: 37)

Ketika Wasripin menjadi satpam, ia menjadi satpam yang sangat jujur

dan memegang teguh prinsip. Berikut ini kutipannya:

“Jangan urus aku. Uruslah pencuri yang besar-besar.”

Page 154: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cliv

“Besar atau kecil sama saja. Mencuri ya pencuri.” (Kuntowijoyo, 2003: 62) Wasripin adalah orang yang sederhana dan tidak suka berlebihan.

Ketika ia akan menerima penghargaan karena berhasil megungkap mafia

pedagangan kayu illegal, ia merasa apa yang akan dia terima terlalu

berlebihan. Berikut ini kutipannya:

“Dari stadion kita terus ke SDN. Ada sedikit upacara bendera untuk menghormat bintang itu.”

“Tapi itu terlalu berlebihan,” kata Wasripin “Biar, berlebihan tak apa. Kata Bung Karno, kita bukan bangsa

tempe tapi bangsa yang besar.” (Kuntowijoyo, 2003: 226)

Tokoh Pak Modin digambarkan sebagai seorang yang bijak, religius,

dan disegani masyarakat. Kuntowijoyo menjadikan Pak Modin sebagai tokoh

yang menyampaikan amanat pengarang. Keikutsertaan Kuntowjoyo dalam

organisasi Muhammadiyah mempengaruhi pemikirannya yang disampaikan

melalui tokoh Pak Modin. Meskipun kebanyakan masyarakat pantura adalah

Nahdlatul Ulama, tetapi pemikiran dan perilaku Pak Modin yang menentang

keyakinan manusia sebgai washilah (sarana/perantara terkabulnya doa) jelas

menunjukkan bahwa ia adalah Muhammadiyah. Berikut kutipannya:

Sebelum waktu diberikan pada kiai, Pak Modin –sebagaimana selalu demikian- diminta menyambut selaku sesepuh surau. Orang-orang dari desa sekitar berdatangan.

“Orang-orang syahid tidak mati, tapi diangkat Tuhan ke sisi-Nya” kata Pak Modin “Dan Wasripin telah syahid. Negara Mendzalimi anaknya sendiri yang seharusnya dilindungi. Jangan menjadikan ia sebagai washilah. Itu syirik. (Kuntowijoyo, 2003: 245-246)

“Sudahlah, Bu. Memang sudah takdir. Mau punya anak dan

menantu saja gagal.” (Kuntowijoyo, 2003: 233) “Apapun yang terjadi, Bu, beristighfarlah dan ucapkan

Alhamdulillah.” Ia menarik nafas panjang. (Kuntowijoyo, 2003: 234)

Page 155: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clv

Tokoh Emak digambarkan sebagai wanita yang mudah bersyukur.

Meskipun dia meminta Wasripin sebagai budak nafsunya dan menjadikan

Wasrpin sebagai pemuas nafsu wanita-wanita lainnya demi mendapatkan

uang.

“Kita sungguh beruntung, jelek-jelek kita punya rumah. Coba, kalau tidak kita akan tidur di tepi jalan, di bawah jemabtan, di emperan toko. (Kuntowijoyo, 2003: 3)

Suatu sore Emak angkatnya berkata, “Yu Mijah butuh tenagamu.” Adegan penyekat di dipan pun terjadi, sementara emak angkatnya dengan enak gentian tidur di dinap Wasripin. Ia menguras tenaganya.” (Kuntowijoyo, 2003: 4)

Tokoh Satinah yang dulunya bernama Waliyem (h. 43) dan Satiyem

(h. 45) digambarkan sebagai seorang wanita yang pandai menyanyi dan

pemaaf. Masa lalunya yang pernah diperkosa pamannya menjadiakan ia

merasa tidak pantas menjalin hubungan dengan lelaki. Berikut ini kutipan

yang menyatakan watak Satinah:

“Kasihan dia, Lik.” Katanya pada paman yang buta,bersarung, bersurjan, berikat kepala dengan bundar-bundar ke belakang. ((Kuntowijoyo, 2003: 14)

“Jangan begitu, Paklik. Tidak ada dosa, tak ada yang harus ditebus.” (Kuntowijoyo, 2003: 48) Tokoh Paklik atau Paman Satiyem digambarkan sebagai orang yang

nakal namun bertaubat setelah memerkosa keponakannya. Berikut ini kutipan

yang menyatakan watak Paklik:

Paman mendapat gagasan. Disautnya sendok di meja, lalu cicungkilnya kedua matanya. Bola mata itu jatuh ke tanah.

“Aku bersumpah demi Tuhan, Mas-Mbakyu! Saksikan, bahwa seumur hidup aku tidak akan menyentuh perempuan lagi!” (Kuntowijoyo, 2003: 47)

“Aku bersedia jadi budakmu, Yem. Untuk menebus dosaku padamu. (Kuntowijoyo, 2003: 48)

Page 156: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clvi

Tokoh ayah dan ibu Satinah diceritakan sebagai orang desa yang

sangat pasrah pada keputusan Tuhan. Mereka juga bisa memaafkan kesalahan

orang lain. Ketika Paklik meratapi kesalahannya, kedua orang tua Satinah pun

memaafkannya.

“Yang sudah ya sudah. Jangan dipikir terus.” (Kuntowijoyo, 2003: 48)

Tokoh antagonis dalam cerita WS adalah tokoh Ketua Partai Randu.

Deskripsi watak tokoh tersebut seperti dalam kutipan berikut ini:

Upacara pemberian bintang itu membuat gelisah Ketua Partai Randu Kabupaten. Di tengah-tengah musim kampanye, hal itu merupakan kampanye gratis dan besar-besaran bagi partai lain dan golput…. Maka wewenang itu diserahkan kepada Departemen Khusus. Kapolri perlu dibuat berhalangan dan protocol ngoceh seperti burung. Itu bukan perkara sulit baginya. Ia bekerja cepat. Ditemuinya seorang dukun yang bisa membuat niatnya kesampaian. (Kuntowijoyo, 2003: 215-216)

“Satgas saya tugaskan menculik Wasripin, sampai besok siang pukul 12.00. sudah itu boleh kau lepas dia. Tapi jangan sampai orang tahu.” (Kunowijoyo, 2003: 217)

“Pak Modin dedengkot golput harus disingkirkan bila partai ingin menang,” kata renstra yang dibuat Ketua Partai Randu setempat (“disingkirkan” artinya “dimusnahkan”, “dipenjara”, atau “ditahan”) (Kuntowijoyo, 2003: 137)

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas diketahui bahwa Watak yang

dominan ditunjukkan tokoh Ketua Partai Randu ialah arogan dan

menghalalkan segala cara. Tokoh ini sering menggunakan kekuatan yang

dimilikinya untuk berbuat semena-mena terhadap orang lain yang tidak

sejalan, menyimpang dari aturan yang tidak menguntungkan, maupun

menekan kaum lemah. Tindakan yang dilakukan sama dengan tokoh Mesin

Politik dalam MPU yaitu melakukan manipulasi, teror, dan kekerasan.

Page 157: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clvii

Tokoh-tokoh lain yang membangun cerita menjadi utuh adalah germo

(h. 57), pedagang, pemilik koplakan, dan anaknya (h. 52), jamaah surau ,

lurah, dan tentara (h. 11), pencuri (h. 62) jin penunggu laut atau peri laut (h

64), kepala TPI (h. 66), pelacur (h. 67), Camat, Danramil, dan Kapolsek (H.

84), Kapten dan Pati berbintang satu (h. 90), hakim, mahasiswa, jaksa (h.104),

Pendekar Tingkat II dan Pendekar Tingkat Desa (h. 115), Anggota Gerakan

Pemuda Liar (h. 120), pemuda desa (h. 131), Legiun Veteran (h. 149)

Presiden Sadarto dan Menteri Penerangan (h. 160) tokoh-tokoh lain yang tidak

disebutkan secara detail wataknya.

4. Latar

a. Latar Waktu atau Masa

Setiap novel memilki latar waktu untuk mendukung cerita. Apalagi

dalam novel karya Kuntowijoyo terbentuk dari sejarah kemanusiaan, tentu

memerhatikan hal tersebut. Peristiwa dalam novel Pasar terjadi pada masa

perubahan sosial akhir tahun 50-an. Kala itu merupakan era pascakolonialisme

penjajahan bangsa barat di Indonesia. Pada masa itu pula bangsa Indonesia

tengah memulai melakukan pembangunan di berbagai aspek dan wilayah.

Keberadaan berbagai sarana fisik maupun pranata sosial seperti kantor pasar,

kantor kecamatan, kantor polisi, bank pasar juga sarana pendidikan dan

informasi menjadi gambaran fakta dalam novel Pasar berikut:

Kantor pasar itu bergandeng dengan kantor Bank Pasar, Ada bedanya, kantor Bank Pasar sedikit lebih putih temboknya, hanya tidak lepas dari rumah-rumah burung dara. Ada pula usaha mengecat jendela

Page 158: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clviii

dan pintunya. Kalau saja tanpa burung dara, di bagian kantor Bank Pasar itu akan sangat bagus jadinya. (Kuntowijoyo, 2002: 3)

Kalau engkau terpelajar, dan tinggal di kota itu,

berhubunganlah dengan Pak Mantri Pasar. Sebab tidak seorang pun kecuali Kasan Ngali, tentu yang mengaku orang Jawa tidak memujinya. Tanyakanlah kepada Pak Camat atau Pak Kepala Polisi, dan ibu jari mereka akan diacungkan: “Nah, Pak Mantri Pasar itu. Begini!” Segala yang baik bagi hidup jujur, setia, sopan santun, tahu diri menumpuk padanya. (Kuntowijoyo, 2002: 1). Dalam cerita MPU secara eksplisit peristiwa disebutkan terjadi pada

tahun 1997 di masa pemilihan umum nasional. Dari penyebutan tersebut dapat

diketahui waktu antara terjadinya peristiwa dalam cerita MPU. Serangkaian

peristiwa yang melatari cerita MPU terjadi dalam rentang masa panjang di

antara tahun 90-an, mulai di awal kemunculan tokoh Abu Kasan Sapari,

kemudian perjalanan Abu bekerja sebagai PNS, aktivitas mendalang hingga,

keterlibatan dalam konflik politik. Kutipan berikut ini memaparkan latar

waktu tersebut:

Pemilu, 1997. Abu Kasan Sapari memilih di Rutan (Rumah Tahanan) Karangmojo. Mesin Politik menang di Karangmojo, tetapi hanya dengan enam puluh persen suara. Bahkan, di kompleks perumahan kepolisian dan tentara Mesin Politik kalah. (Kuntowijoyo, 2000: 156)

Dalam cerita WS tidak secara eksplisit peristiwa disebutkan terjadi

pada tahun berapa tetapi secara implisit latar waktu dapat diketahui dari

berbagai peristiwa yang terjadi. Cerita tersebut berlatar waktu masa orde baru.

Hal ini dapat diketahui dari adanya peristiwa penculikan orangng yang

dianggap subversive, ekstem kanan maupun kiri, dan golput. Selain itu juga

ada pernyataan bahwa peristiwa-peristiwa itu terjadi setelah tahun 1965.

Kutipan berikut ini memaparkan latar waktu tersebut:

Page 159: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clix

Menyadari apa yang terjadi, seorang berteriak di tengah lapangan, “Allahuakbar! Allahuakbar!” sebentar kemudian pintu-pintu di sekitar lapangan terbuka, orang-orang keluar dengan senjata di tangan: golok, linggis, tangkai besi, cangkul, dan sabit. Pada tahun 1965 teriakan itu berarti bahaya dating. (Kuntowijoyo, 2003: 229)

b. Latar Tempat

Latar tempat memberikan deskripsi imajinasi tempat terjadinya

peristiwa dalam novel. Latar cerita Pasar terjadi di kota kecil bernama

Gemolong, secara geografis termasuk wilayah Kabupaten Sragen, yang baru

mulai mengalami kemajuan pembangunan di berbagai bidang. Hal ini dapat

diketahui dari kutipan berikut:

Koran itu dipinjamnya dari kantor kecamatan. Dan ketahuilah hanya lingkungan terpelajar di Kecamatan Gemolong itu suka membaca Koran. (Kuntowijoyo, 2002: 11) Namun begitu, secara dominan peristiwa dalam novel Pasar terjadi di

area pasar. Dalam penceritaan tempat lainnya juga terjadinya di area sekitar

pasar, seperti kantor kecamatan, kantor polisi, bank pasar, rumah Kasan Ngali,

rumah Pak Mantri, dan rumah Marsiyah. Kutipan berikut ini menunjukkan

tempat-tempat peristiwa yang terjadi dalam cerita Pasar.

Kantor pasar itu bergandengan dengan kantor Bank Pasar. Ada bedanya, kantor Bank Pasar sedikit lebih putih temboknya, hanya tidak lepas dari rumah-rumah burung dara. (Kuntowijoyo, 2002: 3)

Benarlah! Ketika Paijo keluar dari rumah Kasan Ngali, ia

terkejut. Di pekarangan Kasan Ngali sudah berdiri los-los pasar! Dan pedagangnya sekali. Tentu saja Kasan Ngali sengaja menggiring mereka ke pekarangannya. (Kuntowijoyo, 2002: 77)

Kutipan di atas menunjukkan latar kantor pasar, tempat Pak Mantri

bekerja, dan kantor bank pasar yang letaknya berdampingan. Rumah Kasan

Page 160: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clx

Ngali ditunjukkan dengan pekarangannya yang luas karena bisa dijadikan

tempat berdagang. Di samping itu, terdapat pula penunjukkan peristiwa yang

terjadi dengan latar di kantor-kantor pemerintah. Secara geografis letak

kantor-kantor pemerintah tersebut digambarkan tidak jauh karena masih atau

kompleks dengan pasar. Kutipan berikut ini menunjukkan adanya latar kantor

kecamatan dan kantor polisi.

Di kota kecil itu kantor kecamatan punya gaya tersendiri. Tobat, hanya ada seorang juru tulis sedang menghadapi mesin tulis besar. Muka orang itu tenggelam di belakang mesin tulis yang keras bunyinya. Gaduhnya mesin itu. O, ya ada pegawai-pegawai wanita di ruangan lain. Ia mendekat dan juru tulis itu berhenti bekerja. (Kuntowijoyo, 2002: 58)

Setiba di kantor, ia menjauhkan diri ke kursi yang terdekat, dan

sebentar memejamkan mata. Asal bisa tenang, segalanya akan selesai. Untunglah kantor polisi itu sepi. Jadi ia dapat agak lama berbaring ya begitulah sebenarnya di kursi itu. (Kuntowijoyo, 2002: 82)

Dalam cerita Pasar ditunjukkan tempat sarana publik sebagai latar,

yaitu stasiun dan stanplat. Kutipan berikut memperlihatkan latar stasiun:

Sudah jam! Kereta api ke kota akan tiba! Kabarnya Zaitun akan pergi dengan kereta pagi itu! (Kuntowijoyo, 2002: 361)

Novel MPU memiliki deskripsi latar yang luas. Hal ini karena cerita

MPU itu sendiri memiliki alur dengan masa yang panjang. Namun demikian,

deskripsi latar ditunjukkan dengan jelas secara spatial ‘kewilayahan’. Kutipan

berikut mendeskripsikan latar pada masa kecil Abu. Desa Palar, tempat

makam Ronggowarsito, merupakan wilayah Klaten.

Sejak di SMP, dan dia sudah biasa bersepeda ke rumah ibunya, ia tahu bahwa Ronggowarsito dikubur di sana. Tetapi kuburan itu tidak berarti apa-apa. Baru sejak SMA-lah ia sadar apa arti Ronggowarsito, dia masih sedarah. Mula-mula sosok pujangga itu kabur, tapi makin

Page 161: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxi

lama makin jelas. Ia makin mengerti arti Palar baginya, dan nama pujangga itu pun masuk dalam doanya. (Kuntowijoyo, 2000: 12) Masa dewasa Abu, masa ia sudah bekerja, tinggal di daerah Kemuning.

Kutipan di bawah ini mendskripsikan latar Kemuning, sebuah kecamatan di

kaki Gunung Lawu (hal. 15). Kemuning dideskripsikan sebagai latar yang

terletak di daerah pegunungan danmemiliki pemandanga yang indah, namun

dengan saran air yang sulit meskipun terdapat mata air. Saat itu Abu menjadi

pegawai lokal yang ditempatkan di Bangdes (Pembangunan Desa). Berikut ini

deskripsi Kemuning sebagai latar cerita:

Di Kemuning, Abu Kasan Sapari menyewa rumah. Kandang kuda dibuatnya di depan. Tapi satu hal yang menyulitkannya, betul sewa rumah di tempat itu murah, tapi untuk mandi orang harus ke sendang di atas yang jauhnya dua kilometer. Ada sumur, tetapi sangat dalam, dan tak ada air bila musim kering. Air itu masih harus dibagi dengan tetangga, kadang-kadang habis, dan bisanya hanya untuk mengisi gentong atau padasan. Dia beruntung, bisa naik kuda ke sendaang, dan kembali membawa air. Jadi, diputuskannya hanya mandi sekali sehari di sendang sepuas-puasnya seperti semua orang. (Kuntowijoyo, 2000: 16) Peristiwa cerita MPU juga terjadi di daerah lain, Kecamatan

Tegalpandan. Latar Tegalpandan dimulai setelah Abu dipindahtugaskan ke

daerah tersebut. Berikut kutipan-kutipan yang mendeskripsikan Tegalpandan

sebagai latar cerita:

Tegalpandan –kota kecamatan yang juga kota tempat Pembantu Bupati– lebih kota dari Kemuning, tetapi lebih desa dari Karangmojo. Ada pasar dengan los-los, warung, kios, dan di sekitar terminal ada toko-toko. Pohon beringin tua tumbuh di terminal, tidak seorang pun tahu kapan ditanam dan siap menanam. Begitu tua pohon itu, sehingga dulu ada orang yang menganggapnya bertuah. (Kuntowijoyo, 2000: 104)

Page 162: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxii

Kutipan di atas mendeskripsikan latar Tegalpandan yang

diperbandingkan dengan latar Kemuning. Diketahui bahwa Tegalpandan

merupakan kota kecamatan yang lebih berkembang daripada Kemuning

karena faktor letak geografis, meskipun tergolong masih daerah gunung.

Sarana kemajuan yang disebutkan yaitu adanya pasar dengan los-los, warung,

kios, dan terminal dengan toko-toko di sekitarnya.

Di samping itu, peristiwa dalam cerita MPU juga terjadi di tempat

rekreasi. Kebon binatang yang bertempat di Solo diperlihatkan dengan

keterangan latar lain berupa jalan raya antarkota dan Sungai Bengawan Solo.

Latar tempat tersebut memperkuat latar suasana yang ada berupa deskripsi

aktivitas di tempat wisata, semisal adanya panggung hiburan sebagai bentuk

tontonan masyarakat. Berikut ini kutipan yang memaparkan latar tersebut:

Bonbin itu terletak di pinggir jalan Solo-Karangmojo di tepi Bengawan Solo. Untuk menarik wisatawan domestic, kebon binatang itu setiap Minggu mengundang artis lokal untuk menyuguhkan atraksi, di hari-hari besar artis-artis nasional juga didatangkan. Sebuah panggung dibangun secara khusus untuk keperluan itu. (Kuntowijoyo, 2000: 125) Latar cerita WS dimulai dari Jakarta. Hal itu terlihat dalam kutipan

berikut:

“Wasripin naik bus dari sebuah jalan tol di Jakarta pagi-pagi sekali. Ia tidak bodoh, ia juga makan sekolahan.”(Kuntowijoyo, 2003: 1)

Latar tempat lebih banyak terjadi di perkampungan nelayan, secara

geografis termasuk wilayah Pantura, yang baru mulai mengalami kemajuan

pembangunan di berbagai bidang. Secara spesifik latar yang digambarkan

Page 163: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxiii

meliputi Tempat Pelelangan Ikan, Surau, Pasar, Sungai, dan Lapangan. Hal ini

dapat diketahui dari kutipan berikut:

Ia merasa tidur sangat nyenyak di emperan surau sampai Ashar, sampai Maghrib, sampai Isya’. Jamaah Isya’ berkerumun di sekitarnya. (Kuntowijoyo, 2003: 8)

Lapangan itu sudah berubah menjadi pasar. Para pedagang measang tenda-tenda sendiri yang dengan mudah mereka bongkar. (Kuntowijoyo, 2003: 16)

“Sungai itu panjang, berkelok-kelok, bermuara di teluk dan mengairi sawah yang luas. Sungai yang pada ujungnya akan bermuara di teluk TPI.” (Kuntowijoyo, 2003: 23)

c. Latar Sosial

Dalam novel Pasar, MPU, dan WS latar sosial juga diperlihatkan

beiringan dengan latar tempat dan waktu. Ruang pasar dengan ditunjukkan

dengan lingkungan yang mengelilingnya lengkap beserta masyarakatnya,

pedagang dan pegawai pemerntahan setempat. Latar ruang tersebut juga

membentuk latar suasana dari hasil kultur sosial yang dimiliki oleh tokoh-

tokoh pembentuk yang ada di situ. Aktivitas para pedagang didukung latar

waktu di pagi hari yang tidak nampak ramai menjadi latar kehidupan

masyarakat di pasar. Di samping itu, diperlihatkan pula unsure budaya Jawa,

yaitu dikenalnya hari pasar sebagai puncak aktivitas pasar. Berikut ini

gambaran dasar cerita Pasar, MPU, dan WS sebagai tempat berlangsungnya

cerita:

Hari masih pagi di pasar itu. Matahari kunng kemerahan, berbinar-binar menyentuh gumpalan-gumpalan daun asam di atas los-los pasar. Di bawah pohon-pohon asam itu masih dingin. Los-los pasar dari besi dengan atap yang lumutan berjajar sepi. Sedikit orang saja. Mereka membuka bungkus-bungkus dagangan menggelarnya di lantai, di bawah los-los pagar atau di emper, atau di jalanan. Hari itu hari

Page 164: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxiv

Pahing yang biasa, kalau mencari keramaian di pasar, pada Kliwon-lah. Namun, mereka pun bersabar menunggu datangnya kesibukan. Juga orang hilir mudik di jalanan berbatu di muka pasar. Sekelompok orang berdiri, atau duduk-duduk di bawah pohon waru di pojok stanplat bis di seberang pasar. (Kuntowijoyo, 2002: 2)

Hari masih pagi, agak dingin di tempat itu, tetapi pasar itu

sudah hidup sejak subuh. Hari itu hari Pasar. Orang membawa kambing, kerbau, dan sapi di pasar ternak di sebelah selatan pasar, yang ada kayu-kayu tempat orang menalikan ternaknya. Los-los pasar juga sudah penuh. Mulai terdengar orang tawar-menawar, kumandang pasar itu. (Kuntowijoyo, 2000: 46)

Hari Pasar di pasar TPI. Hari pasar yang dulu seekor sapi hilang. Tidak ada yang protes dari orang banyak, sebab pemiliknya memang dikenal pelit pada tetangga. Dan hari itu seekor sapi lagi, padahal pemiliknya dikenal pemurah. Maka, para belantik menolak untuk membayar pajak. Mereka marah kepada pasar TPI. Ketika petugas penarik pajak dating, mereka menuding-nudingnya. (kuntowijoyo, 2003: 110)

Kutipan di bawah ini memperlihatkan latar sosial masyarakat dalam

deskripsi novel MPU:

Kemuning dapat jadi tempat agrowisata. Lebih indah dari Tawangmangu, tempat peristirahatan itu. Dari Kemuning orang dapat menikmati matahari kemerahan waktu terbit dan tenggelam. Ditambah dengan adanya jalan-jalan yang mulus sampai puncak-puncak bukit-untuk itu Pemerintah Order Baru patut mendapat acungan jempol- Kemuning bisa berkembang. (Kuntowijoyo, 2000: 86)

Ada suasana sosial yang diperlihatkan dalam kutipan di atas yaitu

gambaran warga yang mencari air ke sendang juga aktivitas mandi yang hanya

sekali sehari. Di samping itu diperlihatkan juga kemajuan peradapan sosial

budaya dari fakta Kemuning dijadikan sebagai tempat agrowisata juga adanya

pembangunan jalur transportasi yang sudah baik.

Latar dalam novel MPU berupa perkantoran pada kutipan sebelumnya,

sebenarnya juga menunjukkan suasana modernitas di zamannya yang sedang

berlangsung dikota kecil itu. Berdasarkan gambaran di atas diketahui kultur

Page 165: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxv

interaksi antarpegawai dan aktivitas kerja di perkantoran. Latar tersebut juga

didukung adanya peradaban budaya berupa perlengkapan teknologi mesin

tulis serta adanya penataan ruang kantor. Bahkan media surat kabar kala itu

sudah mulai bisa dinikmati sebagian masyarakat.

Latar sosial lain dalam cerita MPU digambarkan dari latar Kemuning

juga bisa kita cermati dari komunal sosial antarmasyarakatnya. Kutipan di

bawah ini menunjukkan interaksi strata sosial masyarakat Kemuning. Sebuah

daerah yang dipimpin oleh pejabat pemerintah dengan budaya pengaruh

masyarakat feodalisme. Hal itu nampak pada fakta kebiasaan pejabat desa

yang menyatakan sepakat tanpa pertimbangan ilmu.

Seorang lurah menunjukkan jari. “Kalau semua pemimpin, siapa yang rakyat?” “Ya kita semua. Jadi sekaligus kita semua adalah pemimpin

dan rakyat. Misalnya lurah adalah pemimpin di desanya, tapi sekaligus bagian dari desanya, dan bagian dari rakyat Indonesia.

“Setuju, Bapak-bapak?” “Setujuuu!” kata mereka. Seperti diketahui, para lurah biasa bersama-sama bilang

“setuju!” pada pidato pimpinan. (Kuntowijoyo, 2000: 76)

Sebagai latar sosial, Tegalpandan masih memiliki keamanan mandiri

yang menggunakan sistem keamanan keliling (siskamling). Latar sosial

ditunjukkan dengan adanya interaksi sosial warga kaum laki-laki melalui

perbincangan ringan di gardu. Sebuah kultur sosial yang memperat hubungan

antarwarga. Berikut ini kutipan yang mendeskripsikan latar tersebut:

Di gardu Abu terkenal sebagai tukang dongeng, ahli filsafat kecil-kecilan, dan cagak lek (membuat terbangun) hidup. Sebutan tukang dongeng itu didapatnya karena dia suka bercerita Ramayana dan Mahabarata yang belum pernah didengar orang, karena karangannya sendiri. (Kuntowijoyo, 2000: 114)

Page 166: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxvi

Dalam cerita Pasar, interaksi sosial terpengaruh oleh budaya

feodalisme. Penghargaan status sosial sangat memengaruhi interaksi sosial.

Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut:

Pak Camat datang juga. Pak Mantri mendahului memberi selamat: “Selamat siang, Pak.” Keduanya termasuk orang-orang penting dalam kota kecil itu. Kalau ada orang kawin merekalah duduk paling muka, mendapatkan penghormatan yang pertama. Juru tulis menyodorkan buku tamu. Pak Camat memeriksanya. (Kuntowijoyo, 2002: 61)

Dalam cerita WS, interaksi sosial terpengaruh oleh budaya pesantren yang

begitu menghormati imam sebuah masjid atau surau. Pak Modin tidak bisa

digantikan siapapun. Masyarakan pesisir begitu menghormati pemimpin agama.

Dan rupanya Pak Modin cukup dihormati orang-orang desa. Kematian, sedekah laut, dan upacara-upacara resmi selalu memerlukan kehadirannya.kepercayaan orang melebihi Kaur Agama yang resmi.(Kuntowijoyo, 2003: 73)

Sebelum waktu diberikan pada kiai, Pak Modin –sebagaimana selalu demikian- diminta menyambut selaku sesepuh surau. Orang-orang dari desa sekitar berdatangan. (Kuntowijoyo, 2003: 245)

5. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan cara pengarang memosisikan diri dalam cerita.

Setiap pengarang memiliki kekhasan masing-masing dalam menyajikan cerita

olahannya. Dalam novel Pasar, MPU, dan WS, pengarang menggunakan teknik

penceritaan yang disebut “omniscient narrative” atau pengarang serba tahu yang

menceritakan segalanya atau memasuki berbagai peran secara bercerita, tetapi

semua tokoh mendapatkan penonjolan. Berikut kutipan novel Pasar yang

menunjukkan sudut pandang pengarang tersebut:

Lagi, Pak Mantri datang terlambat di kantor hari itu. Meskipun ia tiba dengan kereta terpagi dari kota. Maka segala pekerjaan Paijo sudah

Page 167: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxvii

selesai. Burung-burung dan ruangan terpelihara semua. Rupanya tukang karcis itu ingin menunjukkan kesetiaannya yang akan luntur. “Bagus,” kata Pak Mantri. “Meski begitu. Selayaknya engkau menjadi pegawai.” Paijo senang. Pujian yang sangat jarang keluar dari kepalanya itu. Baru saja ia terancam akan pemecatan sekarang sudah dipuji-puji. Ada kegembiraan pada wajah tua itu. Pujian untuk Paijo sebagian disebabkan kegirangan pada Pak Mantra sendiri juga. Ada yang baru dikerjakan di kota. Sekali pergi ke kota. Paijo menebak-nebak. Alangkah cepatnya perubahan. Sekali pergi ke kota dan bereslah semua. Pak Mantri sadar juga bahwa perubahannya diketahui oleh tukang karcisnya. (Kuntowijoyo, 2002: 117)

Dalam novel MPU, fakta tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut:

“Keluguanmu ternyata membawa berkah. Duduklah,” kata Pak Camat begitu dia muncul di pintu. Pak Camat mengatakan bahwa ia mendapat pujian dari Bupati. ‘Sudah jatah Kemuning’ itu artinya ada pemerataan pembangunan. Jangan sampai pembangunan hanya membangun desa yang sudah makmur. Yang tidak diketahui oleh Pak Camat dan Abu ialah kebijaksanaan Bupati menggilirkan pemenang lomba itu mendapat pujian dari Gubernur. (Kuntowijoyo, 2000: 28-29)

Dalam novel WS, dapat diketahui dalam kutipan berikut:

Keesokan paginya sehabis dari surau, sebuah jip hijau dating ke rumah. Tentara menghormat. Katanya, “Aku diperintahkan komandan untuk menjemput Pak Modin. Mari ikut kami.” Bu Modin yang punya firasat buruk berteriak-teriak, “Jangan! Jangan!” teriakan itu membuat orang keluar rumah. Tapi, mereka hanya sempat melihat jip itu semakin jauh. Bu Modin ingat Wasripin; dibawa tentara selalu berarti mati. (Kuntowijoyo, 2003: 246)

Berdasarkan kutipan di atas, pengarang menempatkan diri benar-benar di

luar cerita. Pengarang tidak memerankan diri menjadi salah satu tokoh pelaku

cerita. Meski begitu, dalam posisi demikian pengarang seolah-olah mengetahui

segala tindakan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita. Pengarang tidak hanya

tahu tindakan tokoh cerita, tetapi juga mengetahui perasaan yang dialami tokoh

cerita. Pengarang menjelaskan secara detail tindakan dan perasaan yang dialami

Page 168: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxviii

tokoh. Hal ini menunjukkan adanya penguatan terhadap cara pandang suatu

permasalahan cerita. Pengarang seolah-olah meletakkan tokoh-tokohnya sebagai

sarana berkomunikasi dengan pembaca dalam menjadikan tokoh-tokoh cerita

tersebut sebagai saksi mata dan pelaku sejarah.

Menilik pada penggunaan sudut pandang seperti di atas pada proses cerita

pengarang memiliki maksud tertentu. Pengarang dalam hal ini Kuntowijoyo

seolah-olah ingin mengusulkan kepada khalayak tentang gagasan-gagasan dan

pikiran-pikirannya melalui pendekatan setiap tokoh cerita. Pengarang bisa

memberikan pemahaman setelah ia tersublim dengan tokoh-tokoh tersebut dari

segala kedudukannya, sebagai pemimpin, pejabat pemerintah, satpam, modin,

pegawai swasta, bahkan pedagang. Inilah sudut pandang yang unik dari

pengolahan empati rasa yang ingin ditunjukkan kepada pembaca.

3. Deskripsi Struktur Sosial Budaya Masyarakat dalam Novel Pasar,

Novel Mantra Pejinak Ular, dan Novel Wasripin dan Satinah

1. Proses Kreatif Novel Pasar, Novel Mantra Pejinak Ular,

dan Wasripin dan Satinah

Novel Pasar dikarang oleh Kuntowijoyo pada tahun 1972. Pada tahun itu

era kolonial baru saja berakhir dengan penjajahan yang dilakukan bangsa barat.

Masa itu merupakan mas-masa negara dalam asa penataan struktur fisik dan

mental bangsa. Bangsa Indonesia tengah melaksanakan pembangunan di berbagai

sektor dan wilayah. Akulturasi dan asimilasi budaya telah terjadi dalam

Page 169: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxix

masyarakat Indonesia. Khususnya dalam masyarakat Jawa, kultur dan nilai-nilai

luhurnya berusaha untuk bertahan di masa pembangunan dilakukan karena

pembangunan berarti kemajuan di segala aspek yang dapat mengubah tatanan

yang ada. Oleh karena itu novel Pasar lahir di masa transisi pasca kolonialisme di

Indonesia yang mulai mengalami perkembangan zaman semakin maju.

Kuntowijoyo memang sastrawan sekaligus sejarawan produktif. Sudah

lebih 50 judul buku tulisnya. Memang, menulis telah menjadi aktivitas

kesehariannya. Ia menulis dari fajar sampai waktu subuh. Setelah subuh ia

meneruskan menulis lagi. Kegiatan menulis juga dilanjutkan lagi setelah jalan

pagi. Siang hari tidur siang. Sorenya, ia kembali menulis. Beristirahat sejenak dan

sehabis isya, menulis lagi sampai tengah malam, bahkan kadang-kadang hingga

pukul 02.00.

Karya-karya sastra lain yang dikarangnya pada masa-masa itu yaitu:

Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari (novel, 1966), Rumput-rumput Danau

Bento (naskah drama, 1968), Topeng Ada Waktu bagi Nyonya Fatma, Barda, dan

Cartas (naskah drama, 1972), Topeng Kayu (naskah drama, 1973), Suluk Awang-

Uwung (kumpulan puisi, 1975), Isyarat (kumpulan puisi, 1976), dan Khotbah di

Atas Bukit sebagai karya master piece (novel, 1976).

Novel Mantra Pejinak Ular (MPU) sendiri ditulis pada tahun 2000,

setelah cukup lama mengidap meningo enchepalitis di tahun 1992. Novel MPU

diterbitkan pertama kali sebagai cerita bersambung di harian Kompas. Masa

pembuatan novel MPU merupakan masa zaman mencapai modernisasi, yang

dikenal dengan awal millennium ketiga. Pada masa itu era keterbukaan,

Page 170: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxx

demokrasi, liberasi, dan kemajuan teknologi telah berkembang demikian pesat.

Maka, dikatakan bahwa lahirnya novel MPU pada masa transisi kemajuan zaman

ke arah yang lebih modern.

Tahun 1992, tepatnya pada 6 Januari, Kuntowijoyo menderita sakit akibat

serangan virus meningo enchepalitis. Sejak saat itu saraf motoriknya mengalami

gangguan serius, hingga sulit berbicara. Untuk mengatakan satu kata saja, ia

seperti harus mengerahkan seluruh kekuatannya. Meski dalam usia yang jelas tak

lagi muda, bahkan dalam kondisi fisik yang belum pulih, di tahun-tahun terakhir

hidupnya Kuntowijoyo masih tetap menulis. Dalam sakit panjangnya itu “sang

Begawan”, begitu dikenalnya, lebih produktif dibandingkan teman-temannya yang

sehat. Otaknya tetap bekerja normal untuk mengalirkan karya-karya sastra. Ini

terbukti dengan berupa karya-karya sastranya yang dikarang setelah masa

sakitnya, seperti: Makrifat Daun-Daun Makrifat (kumpulan saja, 1995), Dilarang

Mencintai Bunga-Bunga (kumpulan cerpen, 1993), Hampir Sebuah Subversi

(kumpulan cerpen, 1999), Wasripin dan Satinah (novel, 2003).

Novel Wasripin dan Satinah ditulis pada tahun 2003. novel ini merupakan

karya sastranya yang terakhir. Novel berlatar budaya masyarakat pantura ini sarat

dengan nuansa politik yang menggambarkan betapa kekuasaan politik dan militer

di segala lini kehidupan. Nuansa politik yang digambarkan mirip dengan novel

MPU yaitu dengan adanya Partai Randu. Presiden Sadarto merupakan gambaran

Presiden Suharto yang melanggengkan kekuasaan dengan prinsip “Senyum dalam

penampilan, namun keras dalam tindakan.” Masyarakat pesisir yang miskin

Page 171: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxi

dijadikan media untuk berkuasa. Kalau ada yang mau melawan, dia akan

dimusnahkan dengan tuduhan ekstrem kanan.

2. Latar Belakang Sosial Budaya Masyarakat dalam Novel Pasar, Mantra

Pejinak Ular, dan Wasrpin dan Satinah

Latar belakang sosial budaya dalam novel Pasar, MPU, dan WS

menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa. Latar belakang sosial budaya dalam

cerita novel Pasar dan novel MPU ditampilkan berkenaan dengan warna lokal

berupa tatacara kehidupan, adat-istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan

agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam

masyarakat, dalam cara berpikir, cara memandang sesuatu, keadaan alam, jalan,

perumahan, dan paparan tentang kesenian. Berikut penjabarannya:

a. Masa Peristiwa

Pada cerita Pasar ditunjukkan kehidupan masyarakat Jawa yang

sedang mengalami perkembangan sosial budaya atas pengaruh kemajuan

perkembangan zaman yang berlangsung pascakolonial. Sedangkan pada cerita

MPU menampilkan kehidupan masyarakat Jawa ketika kemajuan zaman

mencapai masa demokrasi dan modernitas. Perkembangan sosial budaya pada

cerita MPU diperlihatkan sebagai berikut:

Listrik PLN sudah masuk, jalan antarkecamatan beraspal membentang di tengah desa. Desa itu menjadi desa Pelopor P-4. Jalan-jalan desa sudah dikeraskan dengan batu, berkat AMD (ABRI Masuk Desa) tahun sebelumnya. Jumlah radio tak terhitung, pesawat tv lebih dari sepuluh. Orang-orang desa suka menonton acara-acara TV yang dipasang di ruang tamu untuk tontonan umum. Selain itu ada beberapa orang berlangganan Koran. (Kuntowijoyo, 2000: 95)

Page 172: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxii

Perkembangan sosial budaya pada cerita WS diperlihatkan sebagai

berikut:

Dengan sebuah megafon keesokan harinya sebuah jip polisi keliling perkampungan nelayan. “Halo! Halo! Nelayan wajib mencari ikan. Kalau tidak, izin kapal dicabut.” (Kuntowijoyo, 2003: 251)

b. Strata Sosial dalam Masyarakat Jawa

Novel Pasar, MPU, dan WS juga memperlihatkan adanya pengakuan

terhadap strata sosial dalam masyarakat. Pengakuan kelas atas diperlihatkan

dengan kepemilikan kekayaan, jabatan, dan kekuasaan atau wewenang.

Sebagai pelaku sosial para tokoh pun melakukan interaksi, baik secara

struktural maupun kultural. Bahkan interaksi tersebut meluas pada pelaku

sosial lain.

Pengakuan terhadap strata sosial dalam masyarakat digambarkan

sebagai berikut:

Pak Camat datang juga. Pak Mantri mendahului memberi selamat: “Selamat siang, Pak.” Keduanya termasuk orang-orang penting dalam kota kecil itu. Kalau ada orang kawin merekalah duduk paling muka, mendapatkan penghormatan yang pertama. Juru tulis menyodorkan buku tamu. Pak Camat memeriksanya. (Kuntowijoyo, 2002: 61)

Berbeda dengan apa yang diperlihatkan novel Pasar, dalam novel

MPU dan WS pengakuan masyarakat terhadap strata sosial tidak terlalu

berpengaruh pada interaksi antarmasyarakat.

Fungsionaris Mesin Politik datang lagi. “Nah, apa kata saya?” “Apa boleh buat.” “Berpolitik itu jangan tanggung-tanggung.” “Saya tidak berpolitik.”

Page 173: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxiii

“Tidak berpolitik itu. Politik. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita semua berpolitik. Dalam politik ada ungkapan ‘kalau kau kalah, bergabunglah dengan yang menang’. Kedatangan saya kemari untuk mengajak Pak Abu bergabung. Bagaimana?” (Kuntowijoyo, 2000: 136)

Kepala Polisi bilang pada bawahannya. “Kalian akan kami usulkan dapat bintang produksi. Besok

diluang lagi. Sampai mereka sadar.” “Ya, tugas dan bintang itu berikan saja kepada orang lain.”

(Kuntowijoyo, 2003: 252)

c. Religiusitas dalam Masyarakat Jawa

Novel Pasar memperlihatkan masyarakat Jawa yang berpegang pada

ajaran Islam Kutipan berikut ini memberikan fakta tersebut:

Segala puji bagi-Mu. Petunjuk yang cemerlang. Ada untungnya ia menjadi orang Jawa, membaca surat-surat, dan riwayat para nabi juga! (Kuntowijoyo, 2002: 256)

Novel MPU memperlihatkan perilaku hidup masyarakat Jawa banyak

dipengaruhi unsur Arab atau Islam

Sesampai di desa baru, kakek-nenek tahu bahwa kelahiran Abu belum disambut dengan akikah. Maka dipotonglah dua ekor kambing jawa. (Kuntowijoyo, 2000: 6-7)

Dalam kutipan lain diperlihatkan juga adanya sinkretisme ajaran, yaitu

kebiasaan masyarakat Jawa ketika memanjatkan doa kepada Sang Pencipta.

Berikut kutipan yang menunjukkan hal tersebut:

Kemudian, kakek meminta bayi itu. Dibawanya bayi merah yang terbungkus kain batik ke kuburan Ronggowarsito untuk ngalap berkah, meminta restu. Sambil menyerahkan kembali bayi itu dikatakannya kepada dua orang tuanya, “Hati-hati memelihara anak ini. Besok dia akan jadi pujangga. Aku mendapat firasat, ketika aku keluar dari makam ada rombongan orang membarang, menyanyi, dan menabuh gamelan, anak itu memiringkan telinganya, seperti mendengar sinden dan klenengan.” (Kuntowijoyo, 2000: 2)

Page 174: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxiv

Dalam novel WS nuansa islam lebih terasa karena memang

masyarakat pantura mayoritas Islam yang senang menampilkan simbol

keislaman. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut:

Anak-anak yang mengaji di surau belajar sholawatan bersama dua orang gadis nelayan. Orang-orang laki-laki dewasa mengiringi dengan menabuh rebana. (Kuntowijoyo, 2003: 207)

d. Seni Budaya Jawa

Kesenian juga menjadi warna dalam memberikan gambaran karakter

sosial budaya masyarakat. Dalam novel Pasar dan novel MPU diperlihatkan

bentuk seni syair dan tembang Jawa Kuna, candrasengkala, dan ketoprak

sebagai seni yang hampir hilang di masyarakat. Sedangkan dalam novel WS,

seni nembang dan shalawatan yang lebih dominan.

Ia menemukan kejanggalan. “Hh,” katanya, “Darmo Kondo ini mesti Koran Cina! Apa ini: Dandanggula bukan, Kinanti buka, macapat bukan, tembang gedhe bukan. Tak ada bahasa Kawi-nya. Mana bisa. Mana jadi. Orang tak tahu sastra menulis sastra. (Kuntowijoyo, 2002: 11)

“Apalagi. Candrasengkala sebuah kalimat untuk menandai tahun dibangunnya pompa itu, Pak.” (Kuntowijoyo, 2002: 63)

Pak Mantri suka nonton ketoprak, hanya saja ia kurang suka dengan cara penonton-penonton yang suka menyoraki pelaku-pelaku perempuan yang cantik, terutama kepada Sri Hesti itu. (Kuntowijoyo, 2002: 17)

Kutipan dalam novel Pasar di atas menunjukkan bahwa seni tambang

jawa Kuna, candrasengkala, ataupun ketoprak telah mulai tergeser oleh

budaya baru sebagai salah satu efek perkembangan zaman.

Page 175: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxv

Fakta yang sama juga diperlihatkan dalam novel MPU. Pertunjukkan

wayang sekarang ini kerap menampilkan cerita yang telah mengalami proses

kreativitas karena pengaruh modernitas zaman.

Yang punya rumah bisa pesan lakon apa saja: Dari “Gatotkaca Krama” kalau yang punya hajat mantu, “Wahyu Makuta Rama” untuk perayaan 17 Agustus, sampai yang aneh-aneh, seperti “Petruk Sunat”. Dari yang sangat pakem (baku) sampai yang paling carangan (cabang). (Kuntowijoyo, 2000: 14)

Menurut pengalamannya 85% dari konsumen wayang ialah

konsumen kolektif (kepanitiaan), sedangkan konsumen individual hanya 15%. Makin ke kota makin besar konsumen kolektifnya, hanya di desa masih ada satu dua konsumen individual. (Kuntowijoyo, 2000: 214)

Yang punya rumah bisa pesan lakon apa saja: Dari “Gatotkaca Krama” kalau yang punya hajat mantu, “Wahyu Makuta Rama” untuk perayaan 17 Agustus, sampai yang aneh-aneh, seperti “Petruk Sunat”. Dari yang sangat pakem (baku) sampai yang paling carangan (cabang). (Kuntowijoyo, 2000: 14)

Dalam novel MPU diperlihatkan bahwa ilmu seni juga sudah dapat

diperoleh melalui pendidikan formal yang lebih tinggi. Perkembangan zaman

membutuhkan peran sosial lain untuk melengkapi satu aspek kehidupan,

termasuk seni. Kutipan berikut ini menggambarkan fakta tersebut di tahun 90-

an:

STSI menghasilakn sarjana atau seniman. Sarjana hanya perlu menulis “teori”, dan seniman hanya perlu ‘praktik’. Abu ingin jadi kedua-duanya. (Kuntowijoyo, 2000: 219-220)

Bahkan dalam cerita MPU juga diperlihatkan terjadi pergeseran yang

bersifat negatif dalam kesenian. Kesenian saat ini juga dimanfaatkan untuk

kepentingan politik golongan. Kutipan di bawah ini memperlihatkan adanya

Page 176: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxvi

pertunjukkan kesenian wayang yang diselenggarakan karena kepentingan

politik partai:

Musim Agustusan tiba. Randu sekali ini ingin mengesakan bahwa ia punya perhatian besar pada sebangsa kebudayaan tradisional. Itulah sebabnya ia mengerahkan dalang dari luar Karangmojo untuk merayakan Agustusan di tingkat daerah dan cabang-cabang. (Kuntowijoyo, 2000: 209)

Sedangkan dalam novel WS, tokoh Satinah dan paman menyampaikannya

melalui nyanyian yang diiringi siter dan seruling untuk mbarang. Berikut ini

cuplikan seni budaya Jawa dalam WS :

Kata Satinah lagi, “Karena Paklik juga akan meninggalkan kalian, ia sudah menggubah lagu ‘Maskumambang Selamat Berpisah’ dan ‘Megatruh Selamat Tinggal’. ‘Maskumambang’ artinya emas yang mengapung di air, sebuah keajaiban, dan ‘megatruh’ artinya pisahnya roh dari badan, tanda bahwa perpisahan ini ibarat kematian. Silakan Paklik.” Satinah memasukkan kaset, merekam tembang pamannya. (Kuntowijoyo, 2003: 206)

Dalam novel ini juga diceritakan bahwa masyarakat pantura lebih

menyukai sholawat daripada wayang orang. Hal ini tidak berarti masyarakat Jawa

bagian pesisir kehilangan seni budaya Jawa.

Anak-anak yang mengaji di surau belajar sholawatan bersama dua orang gadis nelayan. Orang-orang laki-laki dewasa mengiringi dengan menabuh rebana. (Kuntowijoyo, 2003: 207)

e. Mitos Masyarakat Jawa

Novel Pasar, MPU, dan WS memperlihatkan posisi pasar menjadi

sentra tempat aktivitas sosial bagi masyarakat Jawa dan meyakini hari pasar

sebagai hari baik. Selain untuk penjadwalan agar tertata, hal ini diyakini

mempermudah rizki. Mengenai hari pasar dapat dilihat dalam kutipan ketiga

novel berikut:

Page 177: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxvii

Mereka membuka bungkus-bungkus dagangan menggelarnya di lantai, di bawah los-los pagar atau di emper, atau di jalanan. Hari itu hari Pahing yang biasa, kalau mencari keramaian hari pasar, pada Kliwonlah. (Kuntowijoyo, 2002: 2)

Hari masih pagi, agak dingin di tempat itu, tetapi pasar itu

sudah hidup sejak subuh. Hari itu hari Pasar. Orang membawa kambing, kerbau, dan sapi di pasar ternak di sebelah selatan pasar, yang ada kayu-kayu tempat orang menalikan ternaknya. Los-los pasar juga sudah penuh. Mulai terdengar orang tawar-menawar, kumandang pasar itu. (Kuntowijoyo, 2000: 56)

Petugas dari kecamatan dengan tas di pinggang mendekati para

pedagang dan menarik pajak. Hari ni bukan hari pasar biasa, tapi Hari Pasar. Itulah sebabnya Satinah dan Pamannya dating. Pasar akan segera selesai. (Kuntowijoyo, 2003: 16)

f. Perilaku Kesenangan Masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa memiliki banyak perilaku yang khas sebagai

indentitas masyarkat. Hal tersebut juga menjadi perhatian yang digambarkan

dalam novel Pasar dan novel MPU. Sebagaimana digambarkan dalam kutipan

berikut:

Burung-burung itu mengharap padanya, bahkan puter di sangkar yang bulat itu mengepakkan sayap. Pak Mantri bersiul lagi, mengacungkan tangannya, menggeserkan ibu jari ke jari tengah. (Kuntowijoyo, 2002: 10)

“Saya akan memeliharanya sebagai klangenan,” kata Abu. Hampir setiap rumah memelihara klangenan. Burung dara, kucing, jalak, kutilang, parkit. Ada yang suka tosan aji, batu mulia, bonsai. Orang kaya memelihara kuda, kapal pesiar, mobil balap. Negeri akan tenang bila semua orang punya klangenan. (Kuntowijoyo, 2000: 120)

g. Penggunaan Bahasa dalam Masyarakat

Keberadaan masyarakat dengan berbagai budaya yang melekat tentu

tidak lepas dari aspek kebahasaan sebagai salah satu bentuk budaya

masyarakat. Hal itulah yang juga diperlihatkan dalam novel Pasar, MPU, dam

Page 178: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxviii

WS. Ketiga novel tersebut memperlihatkan penggunaan bahasa dalam

masyarakat Jawa yang sudah mengalami campur kode. Kutipan dalam kedua

novel berikut menunjukkan hal itu:

Rokok-rokok dilempar ke panggung. Lalu, suit-suit! Ai laf yu darling! Wah nek ngene aku emoh! Sewengi gak iso bubuk, rek! Aku wegah mulih, yu! Kowe gelem po karo aku! Dan, di antara orang yang melemparkan rokok ke panggung itu ialah Kasan Ngali. (Kuntowijoyo, 2002: 336)

Masak lupa, peristiwa sepenting ini biasanya dipakai alasan untuk

show up.” (Kuntowijoyo, 2000: 233) “Tahu saja. Itu kan cover girl di tabloid itu, to?” “Ya, kalau mau. Kalau tidak, bagaimana?” “Jadi laki-laki yang pede, jangan ingah-ingih begitu.”

(Kuntowijoyo, 2000: 231) “Saru itu nyasarnya kalau turu (tidur)” (Kuntowijoyo, 2003: 225)

h. Prinsip Hidup Masyarakat Jawa

Filosofi lama yang menjadi konsep hidup masyarakat Jawa pun

menjadi gambaran dalam novel Pasar, MPU, dan WS. Dalam novel Pasar

terdapat semboyan yang menunjukkan cara berpikir dan mentalitas

masyarakat Jawa yang senang berusaha keras. Berikut merupakan pandangan

masyarakat Jawa dalam novel Pasar, MPU, dan WS yang banyak berupa

semboyan Jawa:

Sekarang memang sedang musim tanam. Jangan mengharapkan panen. Jer basuki mawa beya. Tidak ada kemakmuran masa depan tanpa ada pengorbanan. (Kuntowijoyo, 2002: 238-239)

Sak bejo-bejone, wong kang lali Isih bejo, wong kang eling lan waspodo (semujur-mujurnya orang yang lupa diri masih mujur orang

yang ingat dan waspada) (Kuntowijoyo, 2000: 24) Rerasan yang tersebar dari mulut ke mulut, makin lama makin besar seperti kata ungkapan Sak dawa-dawane lurung ish dawa gurung

Page 179: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxix

(sepanjang-panjangnya lorong, masih panjang tenggorokan): ada agama sesat di lingkungan nelayan! (Kuntowijoyo, 2003: 101-102)

Dalam novel MPU diperlihatkan juga terjadinya pergeseran

masyarakat Jawa dalam memandang sebagian semboyan Jawa. Misalnya

dalam kutipan novel MPU berikut:

“Bicara baik-baik dengan dia. Yakinkanlah bahwa mangan ora mangan waton ngumpul itu sudah kuno,” pinta orang itu.(Kuntowijoyo, 2000: 27)

i. Interaksi Sosial dalam Masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa mempunyai interaksi sosial yang bagus, yaitu berupa

sifat kekeluargaan satu sama lain. Kutipan dalam novel Pasar, MPU,dan WS

berikut memperlihatkan suasana efek harmonis dari interaksi kekeluargaan

yang dibangun:

Kabar kepergian Siti Zaitun itu sudah meluas. Di pondoknya Siti Zaitun sibuk menerima tamu-tamu. Pak Camat, polisi, ibu-ibu, tetangga-tetangga, guru-guru. Hadiah menumpuk di meja. Zaitun tidak bermaksud meramaikan kepergiannya itu. Tetapi tercium juga. Gadis itu sengaja akan pergi diam-diam, maka ia sengaja pula tidak berpamitan. Besok, setibanya di kota, dia akan menulis surat datang lagi berpamitan. Tetapi orang datang juga. Dan hadiah-hadiah mengalir. Ah, kota itu menyenangkannya juga. Tidak disangkanya orang-orangnya yang ramah. Sampai ia menangis terisak setiap menerima tamu. (Kuntowijoyo, 2002: 350)

Di gardu Abu terkenal sebagai tukang dongeng, ahli filsafat

kecil-kecilan, dan cagak lek (membuat terbangun) hidup. (Kuntowijoyo, 2000: 114)

Wasripin ketika mau menikah dalam keadaan miskin sehingga

masyarakat secara sukarela membantunya. Berikut kutipan yang merupakan

interaksi masyarakat di perkampungan nelayan.

Page 180: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxx

Sebuah panitia sudah dibentuk. Para nelayan patungan menanggung biaya. (Kuntowijoyo, 2003: 207)

j. Pewarisan Kepemimpinan

Novel Pasar, MPU, dan WS menampilkan peralihan kepemimpinan

sebagai tradisi yang senantiasa eksis dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa.

Tetapi ketahuilah, engkaulah yang sebenarnya pewaris. Maukah, Nak?” Paijo mengangguk. (Kuntowijoyo, 2002: 346)

Di Kemuning ada sembilan lurah yang habis masa jabatannya dan pilkades akan dilaksanakan serentak di seluruh kecamatan. (Kuntowijoyo, 2000: 91)

Maka dalam sebuah upacara yang diramaikan dengan selawatan mereka melantik Modin sebagai Kepala Rakyat alias Karak. Pembawa acara mengatakan bahwa yang melantik adalah rakyat, jadi rakyatlah yang bertanggung jawab. Kalau ada apa-apa rakyatlah yang akan maju. (Kuntowijoyo, 2003: 87)

k. Penyampaikan Kritik

Pengungkapan komunikasi di era yang sudah maju difasilitasi dengan

perangkat teknologi lain. Seperti diperlihatkan dalam novel Pasar, MPU, dan

WS bahwa penyampaian kritik dilakukan melalui sarana atau media.

O, ya. Ada di bawanya surat kabar. Mungkin ada contohnya di sana. Ia mengeluarkan selembar surat kabar dari tas. Bagaimana modelnya. Judulnya? Ia ingin menulis sesuatu tentang keburukan cara kerja di kecamatan itu. Juga tentang apa yang disebutnya sebagai pemberontakan orang pasar. Ini tentu akan menarik pembaca. Tulisan jangan sampai hanya luapan perasaan saja. Harus sesuatu yang meyakinkan, penuh bukti-bukti. Bukan isapan jempol. (Kuntowijoyo, 2002: 145)

Ini agak luar biasa, tidak pernah ada demo mahasiswa sejak 1966 ketika mahasiswa mendemo Bupati yang PKI. Demo belum umum, apalagi di kota kabupaten itu. (Kuntowijoyo, 2000: 157)

Lima puluhan nelayan ke Kodim. Mereka berboncengan sepeda motor dan sepeda ontel. Membawa bendera merah putih. (Kuntowijoyo, 2003: 142).

Page 181: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxxi

3. Penokohan dalam novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan

Satinah sebagai Perwujudan Sosok Masyarakat Jawa

Kuntowijoyo juga membangun konsep latar sosial budaya melalui

karakteristik tokoh-tokohnya yang kuat. Karakteristik serta interaksi tokoh dengan

berbagai simbol yang melekat dalam dirinya memberikan perwujudan aspek latar

sosial budaya novel. Tokoh Mantri Pasar dalam novel Pasar merupakan sosok

orang Jawa tradisional yang memiliki andaian ideal yang seharusnya dimiliki para

pemimpin di masyarakat. Dalam novel MPU, tokoh Abu Kasan Sapari, menjadi

simbol orang Jawa modern yang telah berinteraksi dengan kemajuan zaman di

masa hidupnya. Pikiran dan tindakannya merupakan perwujudan manusia Jawa

modern.

Sedangkan dalam WS, tokoh Wasripin dan Pak Modin menjadi simbol

masyarakat pesisir yang telah megalami berbagai kemelut hidup. Tokoh Pak

Modin adalah mantan pejuang yang memiliki kemampuan agama lebih, disegani,

dihormati, dan dicintai penduduk. Wasripin adalah tokoh berlumur dosa yang

bertaubat dan dapat memberi manfaat pada banyak orang karena keahliannnya.

Karakter tokoh wanita, Siti Zaitun dalam novel Pasar, Sulastri dalam

novel MPU, dan Satinah dalam novel WS menjadi ikon sebagai sosok wanita

Jawa modern. Tokoh antagonis Kasan Ngali dalam novel Pasar, Mesin Politik

dalam novel MPU, dan militer/pemerintah dalam novel WS merupakan gambaran

watak yang kontrapositif terhadap harmonisasi kehidupan sosial masyarakat Jawa.

Page 182: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxxii

4. Deskripsi Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Pasar, Mantra Pejinak

Ular, dan Wasripin dan Satinah Karya Kuntowijoyo

Deskripsi nilai-nilai pendidikan dalam novel Pasar, Mantra Pejinak

Ular (MPU), dan Wasripin dan Satinah (WS) meliputi deskripsi nilai pendidikan

: (a). agama; (b) moral; (c). Adat/budaya; dan (d) sosial. Berikut peneliti

kemukakan deskripsi terhadap masing-masing nilai pendidikan tersebut.

a. Nilai Pendidikan Agama

Dalam novel Wasripin dan Satinah (WS) pengarang menyampaikan

nilai pendidikan agama dengan ungkapan tokoh-tokohnya. Tokoh Wasripin

bertaubat dan ingin mendekatkan diri pada Tuhan.

Pada tahun kelima ia merasa harus menghentikan semua kegiatannya membantu para tetangga dengan tenaganya (memuaskan nafsunya). “Aku tak mau mati dengan cara begini,” katanya. (Kuntowijoyo, 2003: 5)

Selain itu, Wasripin ketika mengobati orang sakit ia mengajarkan doa

minta kesembuhan kepada Allah.

Wasripin memijat-mijat bagian perut, dan memberikan botol Aqua yang sudah diberi doa. Kemudian juga mengajarkan doa Nabi Ibrahim untuk dicaba sesering mungkin, Wa idza maridhtu, fahuwa yasyfiin (Dan ketika aku sakit, Dia menyembuhkanku). (Kuntowijoyo, 2003: 97) Paklik/Paman Satinah mengisyaratkan kepada pembaca pentingnya

bertaubat dan pasrah pada Tuhan.

“Aku bersumpah demi Tuhan, Mas-Mbakyu! Saksikan, bahwa seumur hidup aku tidak akan menyentuh perempuan lagi!” (Kuntowijoyo, 2003: 47)

“Ya kalau ya, kalau tidak bagaimana. Umur orang itu sudah ditetapkan, tidak bisa dimajukan ataupundiundurkan sedikitpun”. (Kuntowijoyo, 2003: 213)

Page 183: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxxiii

Nilai pendidikan agama dalam novel WS juga dapat diperoleh dari

ucapan-ucapan Pak Modin, seperti kutipan berikut ini:

“Bapak-bapak, sudah waktunya sembahyang ashar. Bagaimana kalau pertemuan ditutup?” kata Pak Modin. (Kuntowijoyo, 2003: 33)

“Orang-orang syahid tidak mati, tapi diangkat Tuhan ke sisi-Nya” kata Pak Modin “Dan Wasripin telah syahid. Negara Mendzalimi anaknya sendiri yang seharusnya dilindungi. Jangan menjadikan ia sebagai washilah. Itu syirik. (Kuntowijoyo, 2003: 246)

“Sudahlah, Bu. Memang sudah takdir. Mau punya anak dan menantu saja gagal.” (Kuntowijoyo, 2003: 233)

“Apapun yang terjadi, Bu, beristighfarlah dan ucapkan Alhamdulillah.” Ia menarik nafas panjang. (Kuntowijoyo, 2003: 234)

Dalam novel MPU, Kuntowijoyo juga memberi amanat agar manusia

tidak berlaku syirik.

Abu Kasan Sapari berjalan hilir mudik di rumah. Ia pusing, secara resmi Lurah memintanya untuk mendalang dalam selamatan desa. Ia ingat, Eyangnya saja telah menebang pohon-pohon keramat tanpa upacara. Sekian ratus tahun kemudian cucunya akan mendalang untuk selamatan karena pohon tumbang. “Ini benar-benar kemunduran,” pikirnya. Kepada Lurah dikatannya bahwa dia minta waktu, soalnya rapat LKMD menolak selamatan. Akan dicobanya minta pendapat Lastri. (Kuntowijoyo, 2000: 196).

Dalam novel Pasar, Kuntowijoyo juga memberi amanat agar manusia

pasrah, bersahaja, (samadya), dan tidak menuruti hawa nafsunya. Hal itu

terungkap dari deskripsi pemikiran Pak Mantri berikut ini:

Pak Mantri mencoba menerima nasibnya. Kalau nafsu sudah menguasai budi, nasihat tak ada gunanya. (Kuntowijoyo, 2002: 6).

Orang itu harus samadya jangan berlebihan, jangan makan terlalu panas atau terlalu dingin. (Kuntowijoyo, 2002: 10).

b. Nilai Pendidikan Moral

Sikap tanggung jawab terhadap perbuatan adalah sikap moral yang

wajib dilakukan. Hal itu terungkap dalam novel WS melalui pernyataan

Pendekar Tingkat Desa ketika dirinya hamil karena ulah Pendekar Tingkat II.

Page 184: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxxiv

Ketika Pendekar Tingkat Desa ada tanda-tanda hamil, Pendekar Tingkat II mengusulkan seorang dukun yang bisa menggugurkan. Tapi Pendekar menolak, “Ini bayi, bayiku sendiri. Jangan gelem mangan nangkane, emoh pulute (mau enaknya, tak mau susahnya). (Kuntowijoyo, 2003: 115)

Selain itu, sikap moral yang biak juga terlihat dari pernyataan

kader Partai Randu yang disuruh menculik Wasripin.

“Menculik Wasripin?” “Iya.” “Jangan, Pak. Seperti kata peribahasa itu namanya ‘air susu

dibalas dengan air comberan’.” (Kuntowijoyo, 2003: 219)

Begitu pula dalam novel Pasar, Kuntowijoyo mengkritisi sikap pejabat

(camat dan kepala polisi) yang masih hobi adu jago dan keluyuran pada saat

jam kerja. Padahal mereka adalah figur yang dijadikan panutan.

Hari sudah siang waktu itu. Pak Camat tahu juga kesopanan, ia minta maaf pada Pak Mantri karena ada sedikit keperluan. Ya, nonton adu jago. Itu mantri pasar sudah tahu. Lalu camat juga membisikkan bahwa ia baru saja nonton adu jago. (Kuntowijoyo, 2002: 62)

Ah, kepala polisi, pada jam kerja sempat masuk pasar dan menawar burung! Keterlaluan! Tidak sudi Pak Mantri melanjutkan omong tentang yang bukan urusan dinas di kantor macam ini. Mesti ditertibkan (Kuntowijoyo, 2002: 83). Sikap Abu Kasan Sapari dalam novel MPU juga merupakan

pendidikan moral. Dia menolak dijadikan caleg karena ada maksud lain yang

tersembunyi. Yaitu agar Abu tidak menghalang-halangi usaha kotor (politik

uang dan pemaksaan) Mesin Politik mendapat suara terbanyak.

Abu mengerti duduk soalnya. Ia menolak. Tentu saja itu di luar

harapan para tamunya. Sebab, orang lain berebut menjadi caleg jadi. Karenanya penolakan itu aneh bagi mereka.

“Aneh! Lalu apa maumu? Kalau bukan pangkat, kalau bukan jabatan?”

Page 185: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxxv

“Tidak semua garam sama kadar asinnya, Pak. (Kuntowijoyo, 2000: 145)

c. Nilai Pendidikan Adat/Budaya

Nilai-nilai budaya yang berakar pada adat lokal atau adat daerah dalam

novel ini adalah adat daerah yang bernuansa kejawaan. Kutipan novel Pasar

berikut merupakan salah satu nilai pendidikan adat:

Tidak ada orang Jawa yang lain. Juga camat, juga kepala polisi. Ah, tahunya apa camat-camat sekarang. Adu jago saja patohan, membuat candrasengkala mesti ke Pak Mantri. Inilah kelirunya. Zaman dulu pegawai itu mesti tahu sastra. Bukan sekadar bisa baca tulis. (Kuntowijoyo, 2002: 63-64).

Dalam novel MPU, ada nilai pendidikan adat yang dapat diambil yaitu

berupa kritik terhadap budaya Jawa.

“Bicara baik-baik dengan dia. Yakinkanlah bahwa mangan ora mangan waton ngumpul itu sudah kuno,” pinta orang itu (Kuntowijoyo, 2000: 27)

Sedikit berbeda dengan novel Pasar dan Mantra Pejinak Ular,

Kuntowijoyo dalam novel Wasripin dan Satinah nilai pendidikan adat/budaya

budaya Jawa masyarakat pantura dapat dilihat dari penggalan berikut ini.

Wayangan dan ruwat yang diselenggarakan oleh Babinsa sepi pengunjung. Di siskamling orang-orang rerasan, “maklum pendatang”, “Orang akan lebih suka selawatan daripada wayang dan ruwat.” (Kuntowijoyo, 2003: 83)

d. Nilai Pendidikan Sosial

Nilai pendidikan sosial mencakup kebutuhan hidup bersama,

seperti kasih sayang, kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan. Kutipan

novel Pasar berikut ini merupakan penggalan nilai pendidikan sosial.

Page 186: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxxvi

“Lagi pula yang penting, ingatlah bahwa kau orang Jawa. Ketika engkau gembira, ingatlah pada suatu kali kau akan mendapat kesusahan. Apalagi menertawakan nasib buruk orang lain, Nak. Jangan, sekali-kali jangan. Orang yang berpangkat harus berbuat baik, suka menolong. Kalau ada yang kesusahan, harus bisa membantu. Jangan malah menertawakan. Kalau tidak bisa membantu, menyesallah. Dan berjanjilah suatu kali kau akan membantu. Sebaliknya ikutlah berduka cita atas kemalangan orang lain. Engkau boleh tertawa apabila saudaramu beroleh kesukaan. Bersusahlah bersama orang yang susah, bergembiralah bersama orang yang bergembira. Renungkanlah, Nak.” (Kuntowijoyo, 2002: 344).

Kabar kepergian Siti Zaitun itu sudah meluas. Di pondoknya Siti

Zaitun sibuk menerima tamu-tamu. Pak Camat, polisi, ibu-ibu, tetangga-tetangga, guru-guru. Hadiah menumpuk di meja. Zaitun tidak bermaksud meramaikan kepergiannya itu. Tetapi tercium juga. Gadis itu sengaja akan pergi diam-diam, maka ia sengaja pula tidak berpamitan. Besok, setibanya di kota, dia akan menulis surat datang lagi berpamitan. Tetapi orang datang juga. Dan hadiah-hadiah mengalir. Ah, kota itu menyenangkannya juga. Tidak disangkanya orang-orangnya yang ramah. Sampai ia menangis terisak setiap menerima tamu. (Kuntowijoyo, 2002: 350)

Kutipan di atas menggambarkan adanya hubungan sosial yang sangat

harmonis. Adanya kasih sayang sesama masyarakat dan kerelaan untuk

berbagi dalam keadaan susah dan senang patut diteladani oleh siapapun.

Dalam novel MPU, Abu sering ikut ronda atau siskamling. Berikut ini

kutipan yang menjadi bukti adanya nilai pendidikan sosial:

Di gardu Abu terkenal sebagai tukang dongeng, ahli filsafat kecil-kecilan, dan cagak lek (membuat terbangun) hidup. (Kuntowijoyo, 2000: 114) Sementara itu, dalam novel WS, nilai pendidikan sosial ini berupa

gotong royong yang dilakukan warga ketika Wasripin mau menikah. Hal ini

mengisyaratkan betapa pentingnya gotong royong dalam masyarakat. Berikut

ini kutipan yang menjadi bukti adanya nilai pendidikan sosial:

Sebuah panitia sudah dibentuk. Para nelayan patungan menanggung biaya. (Kuntowijoyo, 2003: 207)

Page 187: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxxvii

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan Deskripsi dan temuan yang telah diuraikan di atas, maka akan

dikemukakan pembahasan yang meliputi pandangan dunia pengarang, struktur

teks, stuktur sosial, dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Pasar, Mantra Pejinak

Ular,dan Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo.

1. Religius Profetik sebagai Pandangan Dunia Kuntowijoyo

Gagasan Kuntowijoyo yang paling terkenal adalah pemikirannya tentang

ilmu sosial profetik. Menurut keyakinan Kuntowijoyo diperlukan upaya

mengembalikan kesadaran manusia. Sebuah gerakan kebudayaan yang mengolah

dimensi kedalaman manusia (trasendensi, pendidikan moral, pengembangan

estetika) dalam jangka panjang diyakini akan dapat memulihkan kembali

kesadaran itu. Inilah inti pemikiran yang menjadi pemahaman dari kerangka

pemikiran Kuntowijoyo di atas.

Etika profetik memang sangat penting. Apalagi di tengah perkembangan

sosial budaya yang begitu mengedepankan aspek material. Bukanlah dalam

konstelasi semacam itu manusia perlu pegangan dalam kehidupannya. Konteks

inilah yang memberi signifikasi kehadiran etika profetik. Ilmu sosial profetik yang

ditawarkan Kuntowijoyo merupakan alternative terhadap kondisi status quo teori-

teori sosial positivis yang kuat pengaruhnya di kalangan intelektual dan akademisi

di Indonesia. Ilmu sosial profetik tidak hanya menjelaskan dan mengubah

fenomena sosial. Tetapi juga memberikan interpretasi, mengarahkan, serta

membawa perubahan bagi pencapaian nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat

berupa emansipasi atau humanisasi, liberasi, dan transendensi.

Page 188: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxxviii

Oleh karena itu etika profetik menjiwai seorang intelektual berpegang

pada nilai-nilai yang universal mencakup: keadilan, kemanusiaan, dan kebenaran.

Itulah gagasan Kuntowijoyo yang memperkenalkan pemikirannya tentang ilmu

sosial profetik. Menurut keyakinan Kuntowijoyo, krisis ilmu sosial sekarang ini

tidak bisa diatasi hanya dengan penolakan-penolakan tetapi dengan mengubah

komitmennya, yaitu pada masyarakat yang konkret, dan kaidahnya, yaitu

profetisme. Perhatian utama yang dibangun adalah emansipasi masyarakat, yang

konkret dan histories, dengan mengaitkannya dengan problem-problem actual

yang dihadapi umat. Problem sekarang ini bagaimana mengantarkan masyarakat

dalam transformasi menuju masyarakat rasional, dan budaya yang manusiawi

dengan mengikatkan hubungan kemanusiaan dalam nilai-nilai spiritual.

Konsepsi pemikiran holistik tidak bisa dipisahkan dari kepribadian

Kuntowijoyo, termasuk di dalamnya ketika ia menawarkan paradigma

kecendekiaan baru yang ditajukinya sebagai ilmu sosial profetik. Baginya,

paradigma tersebut tidaklah cukup jika sekedar diposisikan sebagai sebuah

kerangka teoritik dan metodologis demi penjelasan dan pengubahan fenomena

sosial yang ada. Upaya interpretasi, refleksi, dan aksi harus selalu ada, dan

bersifat konkomitan. Muara akhirnya, untuk mengarahkan, mendorong,

mengubah, dan merekontruksi berbagai kenyataan sosial sesuai dengan nilai-nilai

keagamaan.

Sosok keteladanan itu, kita juga diwariskan dengan sejumlah karya

Kuntowijoyo yang penuh inspirasi, yang tampaknya lahir dari kontemplasi dan

renungannya yang mendalam akan problem kebudayaan yang tidak hanya

Page 189: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

clxxxix

dihadapi oleh bangsanya, tetapi juga oleh umat manusia. Sebagai penulis,

Kuntowijoyo bisa dibilang komunikator yang jenius dan istimewa. Ini terlihat dari

kepiawaiannya meracik buah pikirannya dalam bentuk puisi, drama, novel, dan

cerita pendek yang memungkinkannya gagasannya mencapai khalayak yang lebih

luas dan digemari.

Di samping sebagai sejarawan, Kuntowijoyo juga seorang aktivis

Muhammadiyah. Dia sangat lekat dengan Muhammadiyah bahkan sampai pernah

menjadi anggota PP Muhammadiyah. Latar belakang keterlibatannya sebagai

aktivis di organisasi Islam Muhammadiyah mempengaruhinya untuk berpikir

secara rasional dan menentang cara berpikir irasional. Kuntowijoyo mengingatkan

perlunya demitologisasi alam pikiran kita dalam memandang sejarah dan realitas

masa lalu dan realitas kontemporer. Menurut Kuntowijoyo, mitos merupakan

bentuk pikiran yang irasional. Masyarakat yang hidup dalam mitos tak akan bisa

menangani permasalahan realitas. Akar permasalahannya terletak dalam cara

berpikir sebagai bangsa.

Kuntowijoyo merupakan sosok yang menentang mitos kesyirikan berupa

sesaji, kepercayaan terhadap binatang, menyepi di kuburan, dan yang lainnya

karena memang hal tersebut bertentangan dengan keyakinan agamanya. Meski

begitu Kuntowijoyo mengambil sikap moderat dengan tidak secara konfrontatif

melakukan penentangan, tetapi melalui pemberian pemahaman ilmu yang arif dan

bijak. Kuntowijoyo memaparkan keyakinan terhadap mitos sebagai suatu yang

tidak benar, tetapi ia juga melihat bahwa hal tersebut sebagai realitas yang

menjadi fenomena yang hidup di masyarakat.

Page 190: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxc

Dalam novel Mantra Pejinak Ular (MPU), Kuntowijoyo menggunakan

tokoh utama Abu Kasan Sapari untuk menyampaikan pandangannya tentang

kekeliruan masyarakat dalam menyelesaikan masalah dengan mitos. Sedangkan

dalam novel Wasripin dan Satinah (WS), Kuntowijoyo menggunakan tokoh

saudara orangtua Satinah agar tidak menyepi di kuburan untuk sekadar mengganti

nama. Mereka mengusulkan mengadakan kenduri di rumah dan mengundang para

santri untuk mengaji.

Dengan begitu masyarakat diajak untuk berpikir lebih maju dan rasional.

Kuntowijoyo menyodorkan sebuah sikap yang solutif dengan dasar keyakinannya,

seperti melalui peran tokoh Abu dan Wasripin dalam mengganti keyakinan mitos

dengan nilai budaya yang lebih luhur. Selamatan leluhur dialihkan menjadi

ceramah keagamaan dan ruwat bumi dilakukan tanpa menggunakan sesajian.

Intelektualitas muslimnya membawa Kuntowijoyo menggunakan dasar-

dasar wahyu sebagai landasan bertindak dan berpikir bijak untuk meluruskan

perilaku masyarakat yang bertentangan dengan pandangannya. Dalam cerita

Pasar Kuntowijoyo menyampaikannya melalui tokoh Pak Mantri yang senantiasa

memegang ajaran cinta kasih sebagai warisan para nabi. Pak Mantri menjadi

teladan yang baik di masyarakat telah kehilangan rasionalitas dalam

menyelesaikan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pandangan dunia

Kuntowijoyo adalah pandangan religius profetik. Hal ini diperkuat dengan

pernyataan Kuntowijoyo dalam maklumat sastra profetik. Dikatakannya bahwa

sastra adalah sebagai bagian dari ibadah. Ini adalah bukti pandangan religiusnya.

Page 191: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxci

Akan tetapi, pandangan religius tersebut bukanlah religius sufistik yang hanya

mengedepankan hubungan manusia dengan Tuhan. Pandangannya adalah religius

profetik karena ada humanisasi, leiberasi, dan transendensi. Cara pandang inilah

yang menurut Moh. Wan Anwar mampu menjejak bumi (hubungan dengan

manusia) dan menjangkau langit (hubungan dengan Tuhan).

1. Misi Profetik Kesenian

Kuntowijoyo mengatakan bahwa keluhuran seni bersifat profetik,

artinya memiliki dasar nilai keagungan ajaran yang religius. Seni memiliki

tanggung jawab menempatkan diri sebagai unsur keseimbangan terhadap

unsur yang lainnya. Dalam hal ini seni tidak boleh menyimpang dari hakikat

intinya. Di sisi lain, Kuntowijoyo membandingkan kesenian dengan

kekuasaan, Kuntowijoyo memaparkan bahwa kesenian dengan kekuasaan

memiliki batas yang berbeda. Oleh karena itu, kesenian dalam perannya

memberikan kesadaran di masyarakat dilakukan dengan keluhuran yang

dimilikinya.

Kuntowijoyo menyesalkan krisis kultural dalam bentuk politisasi dan

komersialisasi kesenian. Komersialisasi misalnya menimbulkan pembodohan

dan dehumanisasi. Dehumanisasi merupakan penempatan manusia seperti

mesin robot sebagai objek yang bisa diperalat untuk kepentingan kekuasaan.

Dalam hal ini Kuntowijoyo memberikan peringatan agar kaum

cendekiawanlah yang berperan aktif menjalankan misi profetik kesenian.

Dalam novel Pasar, tokoh Pak Mantri telah menyampaikannya melalui

candrasengkala dan tembang Jawa. Dalam novel MPU tokoh Abu

Page 192: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxcii

menyampaikannya melalui seni wayang. Sedangkan dalam novel WS, tokoh

Satinah dan paman menyampaikannya melalui nyanyian yang diiringi siter

dan seruling untuk mbarang.

2. Misi Profetik Sosial

Dalam pandangan Kuntowijoyo, terjadinya pelapisan sosial

berdasarkan kelas menjadi hal yang tidak terhindarkan. Kepemilikan harta,

jabatan, dan wewenang menjadi pengakuan terhadap strata sosial di

masyarakat. Permasalahan konflik sosial pastilah berpotensi muncul dalam

kondisi seperti itu. Tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah adanya

keseimbangan interaksi sosial yang memiliki timbale balik positif.

Kuntowijoyo menyarankan agar kaum intelektual harus memulai

dengan gerakan kesadaran untuk melawan kecenderungan-kecenderungan

sosial yang dekaden. Kaum intelektual dan budayawan itu seharusnya bisa

melihat secara komprehensif pada masyarakatnya. Sebab, menurut

Kuntowijoyo, di samping sangat mobile pemikirannya, kaum intelektual dan

budayawan dituntu pula untuk secara partisipatif mengubah persepsi

masyarakat. Kalau misalnya sistem sosialnya akan menjadi sistem sosial yang

depresif (menindas), maka kaum intelektual dan budayawan harus melawan

kecenderungan itu dengan kearifan.

Kuntowijoyo memberikan gambaran peran intelektualitas dalam

membangun interaksi sosial dengan melandaskan pada etika profetik. Etika

profetik akan mengarahkan cendekiawan untuk memberikan sikap keteladanan

dan tanggung jawab dalam proses interaksi. Proses interaksi antarmanusia

Page 193: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxciii

harus dibangun di atas landasan humanisme dan trasendental. Artinya

interaksi dilakukan dalam rangka mencapai kebersamaan tanpa saling

mencederai dan senantiasa memerhatikan nilai-nilai luhur religius sebagai

kontrol hubungan transendental.

3. Misi Profetik Budaya

Sebagai seorang sejarawan, Kuntowijoyo sangat menghargai kearifan

dan budaya Jawa. Kedalaman pengetahuan tentang sejarah seolah-olah

memang mengajarkannya kearifan itu. Bagi Kuntowijoyo, belajar sejarah

adalah proses belajar kearifan. Kuntowijoyo meyakini budaya Jawa yang telah

mengakar di dalam masyarakat Jawa selama ratusan tahun sebagai sesuatu

yang memiliki nilai luhur. Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam budaya

sangat penting bagi keseimbangan kehidupan masyarakat. Nilai-nilai luhur

budaya Jawa memberikan arahan bagi manusia dalam berpikir dan berperilaku

sebagai manusia yang alim. Kuntowijoyo melihat bahwa masyarakat Jawa

sekarang telah melupakan dan meninggalkan budaya Jawa. Hal itu berarti

telah melupakan dan meninggalkan nilai-nilai luhur yang terkandung di

dalamnya.

Sebagian masyarakat telah melupakan dan meninggalkan

candrasengkala, seni sastra Jawa, yang berisi nilai luhur kehidupan

berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Efek yang bisa timbul yaitu

terjadinya penyimpangan perilaku oleh masyarakat, apalagi sebagai pejabat

negara, jauh dari kearifan dan kebijaksanaan. Oleh karena itu, Kuntowijoyo

menyarankan agar budaya Jawa harus diwariskan dari generasi ke generasi

Page 194: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxciv

sepanjang masa agar keteladanan terhadap nilai-nilai luhur tersebut dapat

lestari.

Kuntowijoyo juga memandang bahwa masa sekarang telah terjadi

kemajuan budaya yang luar biasa. Kemajuan budaya telrihat dari

pembangunan dari sector fisik yang sangat berperan mempengaruhi

keberadaan budaya yang ada. Dalam kutipan di bawah ini Kuntowijoyo

mengkhawatirkan adanya pergeseran budaya karena pengaruh pesatnya

kemajuan yang tak terbendung efeknya. Maka, kemajuan sarana fisik haru

diimbangi denga penanaman nilai-nilai luhur budaya yang tidak luntur meski

zaman semakin berkembang.

Hal lain yang diperlihatkan Kuntowijoyo ialah kenyataan pada budaya

yang terkait cara berpikir masyarakat. Masyarakat sekarang sudah mulai

menerima wujud keterbukaan pikiran terhadap pola hidup, bahkan mungkin

sampai mengubah kultur yang telah ada. Kutipan berikut ini menunjukkan

pergeseran kultur pernikahan dari cara Siti Nurbaya, dijodohkan, menjadi

keleluasaan pihak yang akan menikah. Di samping itu juga pergeseran

terhadap pemikiran hidup selalu berkumpul dalam masyarakat terpengaruh

program transmigrasi.

4. Misi Profetik Politik

Politik yang mengarah pada kebersamaan tujuan disatukan dalam

perwujudan demokrasi. Kuntowijoyo mengingatkan, kebudayaan bersifat unik

dan partikular. Karena itu, demokrasi kebudayaan harus hati-hati jangan

sampai demokrasi menyebabkan hilangnya kepribadian. Dalam demokrasilah

Page 195: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxcv

hak-hak semua masyarakat dapat disampaikan. Berkenaan dengan itu maka

harus dijaga jangan sampai demokrasi berarti anarki, artinya terdapat tindakan

untuk menekan dan memaksanakan agar hak individu atau golongan lebih

diakui daripada kepentingan umum.

Dalam gerakan politik menuju sistem politik yang rasional itulah kaum

intelektual dapat berperan. Peran yang harus dimainkan intelektual dalam

masyarakatnya adalah salah satu isu yang menjadi kepedulian Kuntowijoyo.

Peran intelektual ialah menggerakkan dan menggunakan potensi ilmunya

sebagai kritik sosial. Kaum intelektual harus berani melontarkan kritik kepada

masyarakat dan melakukan kontrol terhadap sistem yang sedang berjalan. Pak

Mantri Pasar menjadi contoh peran intelektual dalam menyelesaikan masalah

di pasar.

Maka loyalitas tertinggi intelektual ialah pada masa depan bangsa,

tidak pada elite (kekuasaan, bisnis) dan massa (budaya, voting behaviour).

Tindakan Abu Kasan Sapari ketika menolak dijadikan sebagai alat politik

praktis yang tidak mengedepankan kebersamaan dan kejujuran pada kutipan

cerita MPU merupakan bentuk tindakan intelektualitas yang tepat. Selain itu,

menurut Kuntowijoyo politik adalah pengejawantahan moral bukan sekadar

kendaraaan menuju kekuasaan.

5. Misi Profetik Ekonomi

Dalam pandangan Kuntowijoyo, masalah pokok yang dihadapi bangsa

Indonesia adalah kemiskinan dan kesenjangan. Kuntowijoyo melontarkan

menurut persepsi intelektual bahwa dalam masyarakat terdapat kemiskinan

Page 196: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxcvi

struktural. Masyarakat miskin bukan karena kemalasan, tetapi karena

dimiskinkan oleh sistem dan struktur yang pincang.

Keberadaan pasar tradisional tergeser oleh ego pembangunan yang

mendasarkan capital semata, seperti pembangunan hotel, pabrik, atau pun

yang mengatasnamakan penataan geografis. Masyarakat ekonomi sekarang

tidak bisa dibayangkan tanpa ekonomi pasar, demikian juga ekonomi pasar

hanya dapat berfungsi dalam sebuah masyarakat pasar. Pasar sebagai sentra

aktivitas perekonomian rakyat, menopang ekonomi bagi masyarakat kecil.

Padahal yang terjadi gejala tersebut tidak hanya menggeser eksistensi pasar

tradisional, tetapi juga mengubah tatanan sosial budaya yang telah terbentuk

sekian ratus tahun pada masyarakat Jawa.

Kesenjangan antara masyarakat kelas atas dengan masyarakat kelas

bawah yang lazim adalah monopoli. Kesenjangan itu terjadi sebagai akibat

dari tidak terkendalinya fasilitas yang diberikan oleh mekanisme ekonomi.

Dengan demikian perilaku para kapital atau pemilik modal dapat bertindak

sesuai kepentingannya dengan menguasai perekonomian sedangkan rakyat

kecil tidak mendapatkan kesempatan yang sama karena selalu ditekan.

Kuntowijoyo juga memandang bahwa dalam kegiatan ekonomi pelaku utama

adalah rakyat kecil. Tanpa mereka, kegiatan perekonomian tidak berjalan dan

dapat mengganggu stabilitas negara.

6. Misi Profetik Pendidikan

Dalam paradigma pendidikan, Kuntowijoyo juga mengkhawatirkan

mengenai gejala “refeodalisasi” atau “feodalisme baru” yang menyebabkan

Page 197: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxcvii

simbol-simbol kebudayaan sering dipakai sebagai sarana dominasi dari status

yang lebih tinggi. Dia juga mencemaskan kemungkinan sarana mobilitas

sosial. Sebagai contoh yang nyata kini sekolah-sekolah kian mahal dan

eksklusif sehingga semakin menutup peluang bagi kalangan masyarakat

bawah. Di sini komersialisasi pendidikan sama berbahaya dengan indoktrinasi

dalam pendidikan. Komersialisasi pendidikan berakibat pembodohan dan

kemiskinan. Kutipan berikut menunjukkan bahwa pendidikan menjadi sesuatu

prestise yang hanya bisa diperoleh oleh kalangan masyarakat kaya:

Kuntowijoyo mengatakan demokrasi kebudayaan dalam aspek

pendidikan justru berusaha supaya setiap warga negara punya akses yang

sama terhadap sumber-sumber kebudayaan, seperti akses terhadap pendidikan.

Oleh karena itu, peran intelektualitas harus menempatkan diri bukan sebagai

pembatas jenjang yang telah ada, tetapi memberikan keseimbangan dengan

membuka saluran bagi pendidikan rakyat. Dalam contoh konkret, hal tersebut

dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan dengan standar yang tidak

membeda-bedakan pelayanan dalam rangka ketercapaian kualitas. Dengan

inilah pendidikan dapat dinikmati oleh masyarakat kalangan manapun.

7. Misi Profetik Moral

Kuntowijoyo memandang bahwa industrialisasi telah mengakibatkan

dekadensi nilai dan moral. Awal dari krisis nilai dan moral disebabkan oleh

tidak adanya keteladanan. Kuntowijoyo juga berkali-kali mengingatkan bahwa

bangsa kita berkali-kali mengalami krisis keteladanan. Yaitu, sirnanya tokoh-

Page 198: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxcviii

tokoh anutan yang bisa dijadikan rujukan nilai dalam berperilaku dan

bertindak.

Pada saat yang sama, kita juga sedang mengalami krisis pengalaman,

dan kebijakan. Semua yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan

pribadi akan dianggap sia-sia. Kejujuran seorang pejabat dianggap sebagai

kebodohan. Kesederhanaan dapat dianggap sebagai kemewahan yang tak

terjangkau. Orang senang hidup dalam alam ilusi dan gaya hidup serta simbol.

Untuk sukses dalam kehdupan dan “budaya serba-instan” ini, perjuangan dan

kerja keras tidak ada artinya. Di tengah arus pragmatisme kebudayaan, ikhlas

telah digantikan oleh sikap pamrih, altruisme digantikan oleh individualisme.

Yang dulu pejuang bisa tetap tidak punya apa-apa; tidak kekuasaan, tidak

kekayaan, tidak juga kehormatan. Bahkan sebaliknya, para pejuang dituduh

melakukan penyimpangan-penyimpangan yang sebenarnya hanyalah

direkayasa belaka.

Di tengah potret dunia kehidupan yang kontradiktif ini, Kuntowijoyo

lantas mengingatkan pentingnya pendidikan nilai dan moral. Salah satu aspek

pendidikan nilai dan moral adalah perlunya identifikasi diri dalam

mengembangkan konsep baik dan buruk. Tapi dengan adanya anomi (tidak

ada norma, kekacauan nilai, perasaan tidak percaya pada nilai) selama

dasawarsa di bawah Orde Baru bangsa Indonesia telah kehilangan begitu

banyak teladan (exemplary center). Kuntowijoyo sendiri mengatakan generasi

muda sudah menjadi yatim piatu, menghadapi dunia sendirian, tanpa contoh

dari orang tua. Seolah-olah dia dilemparkan ke dunia asing. Tidak heran jika

Page 199: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cxcix

mereka menjadi pemberang yang agresif. Mereka tidak sadar bahwa perilaku

mereka merugikan orang lain.

2. Struktur Teks Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular,

dan Wasripin dan Satinah

Stuktur teks dalam pendekatan stukturalisme genetik yang dicetuskan oleh

Goldmann berpusat pada tokoh yang disebut sebagai tokoh hero. Tokoh hero ini

menjadi sarana bagi pengarang untuk menyampaikan pandangan dunianya. Tokoh

hero mengalami problematik dengan tokoh lain dan dengan dunia. Tokoh hero

inilah yang dipergunakan pengarang untuk menyampaikan pandangan dunia

religius profetik.

Tokoh hero dalam novel Pasar adalah Pak Mantri Pak Mantri merupakan

tokoh sentral yang mengalami banyak peristiwa dalam keterlibatannya di dalam

cerita Pasar. Fakta tokoh Pak Mantri sebagai tokoh sentral dapat dilihat dari

banyaknya hubungan yang dimiliki dengan tokoh-tokoh lain di dalam cerita. Pak

Mantri dideskripsikan sebagai tokoh hero yang dikenal karena interaksi sosialnya

yang baik kepada masyarakat baik pedagang maupun pejabat pemerintah. Tokoh

Pak Mantri diwujudkan sebagai sosok yang religius, jujur, setia sopan, dan tahu

diri.

Tokoh Abu Kasan Sapari merupakan tokoh hero yang digunakan

pengarang untuk mengungkapkan pandangan religius profetik dalam novel

Mantra Pejinak Ular. Tokoh Abu paling banyak mengalami peristiwa atau paling

banyak diceritakan pengarang. Fakta tersebut menjadikan tokoh Abu sebagai

Page 200: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cc

tokoh sentra yang memiliki masalah kompleks juga berhubungan dengan tokoh-

tokoh lain. Abu Kasan Sapari sejak kecil telah memiliki watak baik. Ia adalah

seorang yang tekun belajar dan berprestasi. Masa dewasanya menunjukkan ia

dapat menggunakan kecerdasannya untuk membantu masyarakat di tempat ia

tinggal. Kepiawaian utama yang dimilikinya ialah sebagai seorang dalang.

Sebagai dalang ia juga termasuk orang yang menghindari perbuatan tabu bagi

seorang muslim Jawa, yaitu kepercayaan terhadap hal takhayul.

Tokoh Wasripin dan Pak Modin merupakan tokoh sentra yang digunakan

pengarang untuk menyampaikan pandangan religius profetiknya dalam novel

Wasripin dan Satinah. Tokoh Wasripin dan Pak Modin paling banyak mengalami

peristiwa atau paling banyak diceritakan pengarang. Fakta tersebut menjadikan

tokoh Wasripin dan Pak Modin sebagai tokoh sentra yang memiliki masalah

kompleks juga berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Wasripin adalah orang

yang sederhana dan tidak suka berlebihan. Tokoh Pak Modin digambarkan

sebagai seorang yang bijak, religius, dan disegani masyarakat.

Stuktur teks pada pendekatan strukturalisme menekankan kajian pada

tema, alur, penokohan, latar, dan sudut pandang. Kajian strukturalisme berkaitan

dengan kualitas suatu karya sastra. Hal ini diperkuat oleh pendapat Teeuw (1984:

121) yang mengatakan bahwa dalam konsep strukturalisme, karya sastra yang

baik harus memiliki kepaduan (unity) dalam hal tema, alur, penokohan, latar, dan

sudut pandang; urutan cerita yang teratur dan memiliki logika cerita (order);

cerita harus memiliki kemungkinan perkembangan kisah yang masuk akal

Page 201: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cci

(complexity); dan cerita berisi kisah yang masuk akal atau harus terjadi

berdasarkan tuntutan konsistensi dan logika cerita (coherence).

Teori mengenai strukturalisme menurut Teeuw memiliki persamaan

dengan William Kenny (1984: 19). Keduanya berpendapat bahwa kualitas suatu

karya sastra dilihat dari unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.

Perbedaannya, Kenny mengatakan bahwa suatu karya sastra harus memiliki

kemungkinan terjadi dalam kehidupan nyata (plausibility); penciptaan suasana

yang berdaya tarik tinggi, (suspense); kejutan (surprise); dan watak tokoh

memiliki kemiripan dengan watak manusia dalam kehidupan nyata (lifelikeness).

Berdasarkan penelitian dari segi strukturalisme, maka novel Pasar, MPU,

dan WS merupakan novel yang berkualitas dari segi struktur karya sastra yang

memiliki uniyt, order, complexity, dan coherence. Novel tersebut juga memiliki

plausibility, suspense, surprise, dan lifelikeness

Berdasarkan perbandingan antara struktur teks pada pendekatan

strukturalisme dan struktur teks pada pendekatan strukturalisme genetik dapat

dikemukakan bahwa pada pendekatan strukturalisme menekankan kajian pada

tema, alur, penokohan, latar, dan sudut pandang. Struktur teks pada penelitian

dengan pendekatan strukturalisme genetik menekankan kajian pada tokoh hero.

Ada benang merah antara struktur teks berdasarkan pendekatan strukturalisme

genetik dengan pandangan dunia pengarang dan struktur sosial. Kajian struktur

teks pada pendekatan strukturalisme dapat meperkaya dan melengkapi kajian

struktur pada pendekatan strukturalisme genetik. Kualitas intrinsik suatu karya

sastra perlu diteliti melalui pendekatan strukturalisme.

Page 202: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccii

3. Struktur Sosial Budaya Masyarakat dalam Novel Pasar,

Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan Satinah

Struktur sosial budaya masyarakat dalam cerita novel Mantra Pejinak

Ular (MPU), dan Wasripin dan Satinah(WS) berkaitan erat dengan kenyataan

sosial budaya masyarakat Jawa. Kenyataan tersebut ditampilkan berkenaan

dengan warna lokal berupa tatacara kehidupan, adat-istiadat, kebiasaan, sikap,

upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan

kekerabatan dalam masyarakat, dalam cara berpikir, cara memandang sesuatu,

keadaan alam, bahasa, perumahan, dan paparan tentang kesenian.

Sastra merupakan suatu wujud dan hasil dari kebudayaan dan salah satu

bentuk ekspresi manusia dalam menyikapi realitas kehidupan dengan

menggunakan bahasa simbol. Sastra Indonesia mestinya difungsikan untuk

meninggikan derajat kemanusiaan dan membawa pembaca pada pengumbaran

jiwa manusia dengan ekspresi yang rendah. Oleh karena itu perlunya diimbangi

dengan sastra yang bercorak lebih bagus secara makna dan isinya, yang

berdasarkan pada nilai-nilai agama.Sastra yang bercorak pada nilai-nilai agama

merupakan pengungkapan jiwa dan sarana untuk melakukan Ibadah pada

Pencipta. Sebagaimana sastra Islam merupakan sastara yang bersifat multi fungsi

dimana bukan pengungkapan jiwa semata tetapi mengajarkan nilai-nilai

transenden.

Kuntowijoyo merupakan sosok yang fenomenal pada masa itu karena

konsep yang ia tawarkan dalam melihat realitas. Dilihat dari latar belakang

pendidikannya ia merupakan seorang yang ahli sejarah. Sejarah yang ia

ungkapkan dengan menggunakan pendekatan sosial, hal ini dapat dilihat dari

disertasinya yang membahas tentang perubahan sosial masyarakat Madura.

Walaupun ia seorang sejarawan tetapi apa yang dilakukan oleh Kuntowijoyo lebih

dari sejarawan. Hal ini disebabkan ia banyak sekali memberikan konstribusi pada

Page 203: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cciii

bidang yang lain seperti sastra, ilmu sosial dan pengintegrasian ilmu agama

dengan pengetahuan dengan konsep pengilmuan Islam.

Struktur sosial budaya masyarakat dalam novel Pasar, MPU, dan WS

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Proses Kreatif Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular (MPU), dan Wasripin dan

Satinah (WS)

Penulisan Novel Pasar, MPU, dan WS sama-sama ditulis pada saat

terjadi perubahan sosial budaya karena perkembangan zaman. Dalam

proses kreatifnya Kuntowijoyo tidak pernah melepaskan latar sejarah

kemanusiaan yang sedang berlangsung. Ketiga novel tersebut terwujud

sebagai bentuk perenungan dan pencerahan Kuntowijoyo terhadap

fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.

Dalam proses kreatifnya Kuntowijoyo tidak pernah melepaskan

latar sejarah kemanusiaan yang sedang berlangsung. Dalam pengantar

Hampir Sebuah Subversi (1999) dikatakan Kuntowijoyo bahwa ia

merenungkan kembali kegiatannya menulis cerpen. Ia mengaku menulis

begitu saja, yang dirasanya baik, tanpa resep-resep. Meskipun begitu

karya-karya Kuntowijoyo penuh dengan gagasan, penuh dengan renungan

hakikat manusia dalam kehidupan modern ini. Dengan kata lain, instuisi

diri Kuntowijoyo yang telah berpadu dengan kecerdasan intelektualnyalah

yang akhirnya menghasilkan karya-karya tersebut.

Penulisan dengan cara semacam itu dapat dilihat dalam hampir

setiap tulisan karya sastra Kuntowijoyo. Novel Pasar diceritakan alurnya

berangkat dari yang serba sederhana, yaitu dari kekaguman atas “misteri

Page 204: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

cciv

kehidupan”. Dalam novel Pasar Kuntowijoyo mengungkapkan soal

perubahan sosial di kota kecil pada akhir tahun 50-an. Dua orang yang

sudah berumur, seorang priyayi Jawa kecil-kecilan, Pak Mantri Pasar,

bersaing dengan seorang pedagang, Kasan Ngali, memperebutkan “cinta”

seorang gadis pegawai Bank Pasar. Tidak seorang pun yang memenangkan

persaingan karena gadis itu dipindahtugaskan.

Kuntowijoyo mengatakan bahwa cerita Pasar ditulis karena ia

mengagumi tokoh-tokohnya, ia mengagumi pasar yang semasa kecil

menajdi tempat bermain, ia mengagumi tokoh-tokohnya, ia mengagumi

burung dara, ia mengagumi ketoprak dan ludruk yang pemain-pemainnya

mandi di sumurnya, ia mengagumi para penjual obat di lapangan depan

pasar. “Semua waktu itu adalah realitas keseharian bagi anak-anak, lima

belas tahun kemudian – ketika saya sudah dewasa, waktu saya menulis

ternyata semua itu berubah jadi misteri yang mengagumkan. Adapun pasar

itu sendiri sekarang berubah menjadi pasar modern dengan kios-kios di

sekitarnya,” katanya.

Novel MPU pun menampilkan pesoalan manusia dalam konteks

sejarah kemanusiaan. Melalui novel MPU, Kuntowijoyo melakukan kritik

terhadap proses dehumanisasi yang berlangsung di masyarakat,

terkungkung dalam mesin birokrasi (negara) dan mesin politik (partai)

yang dapat menjerumuskan manusia ke jurang ketertindasan, baik secara

material maupun spiritual.

Page 205: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccv

Kuntowijoyo sudah mencoba mengisahkan perlawanan terhadap

dehumanisasi dan objektivasi olehmesin birokrasi bernama negara dengan

mesin politik berupa parti pemerintah dalam novel MPU. Seorang pegawai

rendahan di kecamatan menolak menjadi pegawai lebih tinggi di

kabupaten untuk menunjukkan penolakannya menjadi pengikut partai

pemerintah. Atau, dalam istilah etika profetik disebut tokoh ingin menjadi

pribadi yang utuh.

Di samping dehumanisasi “modern” di atas, ada lagi dehumanisasi

“tradisional”. Dehumanisasi tradisional yang masih ada dalam masyarakat

kita ialah pemujaan terhadap benda keramat, kekeramatan kuburan, sesaji,

mantra, jimat. Dan sebagainya. Tokoh Abu Kasan Sapari menolak

dehumanisasi “tradisional” yang disimbolkan dengan membuang ularnya,

memutus mata-rantai mantra pejinak ular, dan tidak memakai sesaji waktu

mendalang. Fakta-fakta yang ditampilkan dalam cerita MPU merupakan

fakta sejarah yang menjadi fenomena di masyarakat Jawa.

Kuntowijoyo juga membangun cerita novelnya dengan internalisasi

tokoh yang berjalan atau ia menyebutnya dengan sastra dari dalam. Sastra

dari dalam, artinya peristiwa-peristiwa dipahami sebagaimana tokoh-

tokohnya memahami dunianya sendiri. Pengarang harus membiarkan

tokoh-tokoh imajinernya mereaksi-mereaksi peristiwa-peristiwanya

sendiri. Dengan katalain, the I tokoh imajinerlah yang berpikir, berbicara,

dan berbuat, bukan sang pengarang. Kalau tokoh-tokoh imajiner itu orang

sederhana, pikiran, perkataan, dan perbuatannya juga harus sederhana.

Page 206: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccvi

Tokoh Abu Kasan Sapari dalam novel MPU tak pernah tahu-

menahu soal objektivasi modern dan tradisional, padahal objektivasi itulah

tema dari tema novel itu. Ia hanya bereaksi sewajarnya atas peristiwa yang

dihadapi. Mendalang, menolong, seorang cakades, menolak tawaran

partai, mencari rumah kontrakan, dan jatuh cinta. Pengarang sama sekali

“tidak berbicara” lewat tokoh-tokohnya. Satu-satunya privilis saya adalah

teknik “apa-apa ada”.

Tokoh Pak Mantri yang telah berusaha dan berhasil mengatasi

pesoalan yang muncul di pasar merupakan satu tipe ideal pemimpin

modern dibandingkan dengan cermat, bupati, dan pemimpin umumnya

sekarang yang tidak mengerti baik akar tradisi sendiri maupun semangat

modernitas. Di tangan orang yang tidak mengerti hakikat masa lalu dan

masa kini, tradisi dan modernitas, bumi dan langit, manusia dan Khalik,

kehidupan modern akan tampil dalam bentuk-bentuknya yang

melemahkan spiritualitas manusia. Tokoh tersebut menjalankan misi yang

ada dalam karakter miliknya tanpa harus mengetahui modernitas apa yang

tengah terjadi di masanya.

Dalam novel WS, masing-masing tokoh mempunyai sifat yang

menggambarkan secara nyata sifat orang pantura. Tokoh Pak Modin

sebagai orang yang punya banyak pengalaman dijadikan Kuntowijoyo

sebagai media untuk menyampaikan pesan moral. Pak Modin adalah

pemimpin yang diharapkan oleh rakyatnya, tetapi dianggap

membahayakan kekuasaan di atasnya. Pada akhirnya ia diculik dan disiksa

Page 207: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccvii

hingga menjadi gila. Tipikal pemimpin yang diharapkan rakyat adalah

orang yang memiliki kemampuan sebagai rohaniwan/ulama dan manajer.

Kuntowijoyo memang memiliki landasan yang jelas dalam

merambah proses kreatifnya; sebuah bukti lain bahwa dirinya merupakan

sosok pribadi yang konsisten. Proses-proses kreatif bersastra, baik dalam

ranah produktif, reproduktif maupun reseptif, memang harus

dikembangkan dalam sebuah landasan yang jelas. Kuntowijoyo melihat

bahwa masyarakat tidak dicetak oleh ruh masyarakat, tetapi dikemas oleh

pabrik, birokrasi, kelas sosial dan kekuasaan, maka kita menemukan wajah

manusia yang otentik. Manusia terikat pada yang semata-mata konkret dan

empiris yang dapat ditangkap indra. Kesaksian manusia pada aktualitas

dan sastra adalah sebuah kesaksian lahiriah jadi sangat terbatas. Maka

pertama-tama manusia harus membebaskan diri dari aktualitas, dan kedua,

membebaskan diri dari peralatan inderawi.

Selanjutnya, pada saat teks-teks sastra semacam ini realitasnya

memang ada, dan memang eksis, ia kemudian memperkenalkan apa yang

kemudian dikenal sebagai sastra profetik. Untuk melihat konsep-konsep

etika profetik dalam sebuah karya sastra dilalui dengan melihat struktur

sastranya. Bagi Kuntowijoyo, sastra adalah struktur alisasi dari

pengalaman, imajinasi, dan nilai. Imajinasi selalu ada dalam setiap struktur

sastra sehingga struktur itu terdiri dari dua atau tiga unsure. Pengalaman

bisa berupa pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, dan hasil riset.

Imajinasi ialah kemampuan mental untuk membayangkan sesuatu secara

Page 208: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccviii

urut, sadar, dan aktif. Nilai itu bisa apa saja: agama, filsafat, ilmu, adapt,

dan gugon-tuhon.

Dalam karya-karya mutakhirnya, Kuntowijoyo lebih

mengedepankan dimensi profetik yang bersifat liberasi. Hal ini sejalan

dengan pandangannya bahwa sastra adalah sebuah dunia symbol, yang

sifat dan proses komunikasinya berbeda dengan sifat dan komunikasi

sehari-hari. Karena sebagai krator ia harus menciptakan dunia simbol

sebagai sesuatu yang baru, proses kreatif menjadi berpeluang lebih luas

dalam mengeksplorasi gagasan dan konsep, baik dalam tataran tradisi,

budaya maupun keagamaan. Dan Kuntowijoyo tidak tanggung-tanggung

dalam hal ini. Karena itu karya-karyanya bergerak dalam kemungkinan

tersebut. Pengarang hanya dituntut untuk konsisten dalam pelukisannya

dan koheren dengan tema (konsep etika profetik) dan plotnya (penuturan

yang runtut, jalan cerita yang masuk akal). Intuisilah yang akan

membimbing pengarang menuju koherensi itu.

2. Latar Belakang Sosial Budaya Masyarakat dalam Novel Pasar,

Mantra Pejinak Ular, dan Wasrpin dan Satinah

Cerita Pasar dilatari oleh sebuah deskripsi kehidupan masyarakat Jawa

yang tinggal di sebuah kota kecil pada akhir tahun 50-an yang sedang mengalami

pembangunan di banyak bidang. Kutipan berikut menunjukkan bahwa pada masa

itu kota kecil tersebut telah memiliki perangkat-perangkat kemasyarakatan, yaitu

mantri pasar, camat, juga polisi tentunya beserta perangkat fisik perkantoran

pemerintahannya, yaitu kantor pasar, kantor kecamatan, dan kantor kepolisian.

Page 209: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccix

Perkembangan sarana-sarana fisik tersebut menandakan adanya kemajuan budaya

manusia.

Perkembangan sosial budaya pada cerita MPU diperlihatkan sebagai masa

kemajuan pembangunan di era akhir tahun 90-an. Semakin terjangkaunya sarana

fisik yang merambah wilayah pedesaan mendorong perilaku budaya dan gaya

hidup baru bagi masyarakat Jawa. Kutipan di bawah ini memperlihatkan

perkembangan budaya membaca dan mencari informasi dari radio dan televise

merupakan salah satu perkembangan perilaku budaya yang fenomenal di

masyarakat yang lebih maju. Hal itu pun menunjukkan bahwa kondisi latar yang

ditunjukkan dalam latar cerita MPU lebih modern daripada latar dalam cerita

Pasar

Perkembangan sosial budaya pada cerita WS diperlihatkan sebagai masa

kemajuan masyarakat pesisir. Kegiatan politik modern mewarnai seluruh

kehidupan masyarakt Indonesia, tak terkecuali masyarakat pesisir. Dengan

menggunakan samaran nama dan peristiwa, digambarkan bahwa pelatiahan kader

partai sudah dengan manajemen yang modern dan peralatan yang modern pula.

Pengakuan terhadap strata sosial dalam masyarakat mempengaruhi

terhadap interaksi sosial diperlihatkan dalam novel Pasar. Kultur feodalisme yang

masih melekat dalam masyarakat pascasosial menyebabkan adanya interaksi

sosial yang bersifat terbatas antaranggota masyarakat karena implikasi dari

pengakuan terhadap strata sosial. Hal ini diperlihatkan dengan komunikasi top

down atas pengaruh yand dimiliki dari anggota tokoh strata lebih tinggi kepada

tokoh dengan strata lebih rendah. Persepsi terhadap strata dalam masyarakat Jawa

Page 210: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccx

memberikan perlakuan istimewa pada orang-orang berstrata tinggi di masyarakat.

Perlakuan tersebut berupa dalam banyak hal, seperti dalam diawalkan mendapat

kesempatan atau diberikan tempat terdepan dalam acara-acara masyarakat.

Berbeda dengan apa yang diperlihatkan novel Pasar, dalam novel MPU

dan WS pengakuan masyarakat terhadap strata sosial tidak terlalu berpengaruh

pada interaksi antarmasyarakat. Masyarakat dalam novel MPU sudah tersentuh

modernisasi sehingga hal itu melemahkan interaksi yang bersifat top down, malah

sebaliknya modernisasi mengakibatkan terbukanya sistem feudal dalam

komunikasi. Komunikasi yang terjadi dalam novel MPU, yang bisa dianggap

menampilkan masyarakat modern, berlangsung dua arah yang saling timbale

balik. Namun begitu, perubahan lain yang timbul ialah adanya tekanan dari

kekuatan dari strata tinggi karena faktor capital atau pemilikan modal dan

kekuasaan.

Novel Pasar memperlihatkan masyarakat Jawa yang berpegang pada

ajaran Islam. Keyakinan Islam yang dijalankan dalam segala tindakan merupakan

perbauran antara ajaran Islam dan kepercayaan masyarakat Jawa yang diwariskan

turun-temurun. Sebagian dari masyarakat Jawa sangat taat dalam melaksanakan

keyakinan yang kuat dipegangnya

Novel MPU memperlihatkan perilaku hidup masyarakat Jawa banyak

dipengaruhi unsur Arab atau Islam. Pada kalangan penganut Islam taat, kebiasaan

ritual yang dituntutkan agama dilakukan secara baik. Masyarakat dalam novel

MPU dideskripsikan menjalankan keyakinan Islam yang menganjurkan

mengadakan selamatan dengan menyembelih kambing atas kelahiran anak.

Page 211: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxi

Selain itu, diperlihatkan juga adanya sinkretisme ajaran, yaitu kebiasaan

masyarakat Jawa ketika memanjatkan doa kepada Sang Pencipta dilakukan

dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu, seperti makam para leluhur. Ritual

keyakinan tersebut menunjukkan adanya sinkretisme budaya antara Islam dan

Hindu. Di samping itu, masyarakat Jawa juga sering menggunakan cara berpikir

pralogik, yaitu pemikiran yang menghubungkan sesuatu hal dengan hal lain yang

tidak secara ilmiah, hanya atas dasar pewarisan menurut kebiasaan atau tuturan

nenek moyang.

Dalam novel WS nuansa islam lebih terasa karena memang masyarakat

pantura mayoritas Islam yang senang menampilkan simbol keislaman. Pada

kalangan penganut Islam taat, kebiasaan ritual yang dituntutkan agama dilakukan

secara baik. Masyarakat dalam novel WS dideskripsikan menjalankan keyakinan

Islam yang menganjurkan mengadakan acara pernikahan dengan sebutan

walimahan dan menggunakan hiburan rebana.

Novel Pasar menunjukkan adanya seni tembang Jawa Kuna,

candrasengkala, ataupun ketoprak telah mulai tergeser oleh budaya baru sebagai

salah satu efek perkembangan zaman. Dalam novel Pasar disebutkan bahwa

hanya Pak Mantrilah yang pandai menulis tembang Jawa Kuna dan

candrasengkala. Dikatakan bahwa generasi muda sudah tidak lagi memerhatikan

ilmu seni apalagi untuk berusaha melestarikannya.

Kesenian Jawa yang telah ada sejak puluhan tahun silam mengalami

perkembangan yang besar di masa sekarang diperlihatkan dalam novel MPU.

Masa yang modern menjadikan novel MPU memperlihatkan bahwa cerita wayang

Page 212: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxii

tidak lagi harus mendasarkan pada cerita baku dunia pewayangan. Pertunjukkan

wayang sekarang ini kerap menampilkan cerita yang telah mengalami proses

kreativitas karena pengaruh modernitas zaman.

Di samping itu, cerita MPU juga memperlihatkan bahwa eksistensi

pergelaran kesenian wayang saat ini telah mengalami pergeseran. Pertunjukkan

kesenian wayang lebih banyak diselenggarakan karena permintaan konsumen

kolektif atau kepanitiaan daripada permintaan konsumen individu. Masyarakat

sekarang lebih memilih “menangkap” kesenian modern daripada kesenian

wayang.

Dalam novel MPU diperlihatkan bahwa ilmu seni juga sudah dapat

diperoleh melalui pendidikan formal yang lebih tinggi. Perkembangan zaman

membutuhkan peran sosial lain untuk melengkapi satu aspek kehidupan, termasuk

seni. Bahkan dalam cerita MPU juga diperlihatkan terjadi pergeseran yang bersifat

negatif dalam kesenian. Kesenian saat ini juga dimanfaatkan untuk kepentingan

politik golongan. Kutipan di bawah ini memperlihatkan adanya pertunjukkan

kesenian wayang yang diselenggarakan karena kepentingan politik partai

Sedangkan dalam novel WS, tokoh Satinah dan paman menyampaikan

kesenian melalui nyanyian yang diiringi siter dan seruling untuk mbarang. Dalam

novel ini juga diceritakan bahwa masyarakat pantura lebih menyukai sholawat

daripada wayang orang. Hal ini tidak berarti masyarakat Jawa bagian pesisir

kehilangan seni budaya Jawa.

Novel Pasar, MPU, dan WS memperlihatkan posisi pasar menjadi sentra

tempat aktivitas sosial bagi masyarakat Jawa. Setiap pagi semarak para pedagang

Page 213: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxiii

sudah memulai aktivitas mempersiapkan barang-barang dagangannya. Setelah itu

terjadilah aktivitas sosial berupa jual beli antaranggota masyarakat. Selain itu,

masyarakat Jawa juga memiliki keyakinan terhadajp mitologi dalam kehidupan

masyarakatnya. Salah satu mitologi yang ditunjukkan dalam novel Pasar, MPU,

dan WS adalah adanya keyakinan terdapat “hari baik” untuk melakukan aktivitas.

Hal tersebut berupa “hari baik” yang dijadikan Hari Pasar. Konon setiap pasar

memiliki hari yang baik untuk melakukan transaksi jual beli. Misalnya pasar A

memakai hari paaran “Kliwon”, Pasar B “Legi” dan seterusnya. Selain untuk

penjadwalan agar tertata, hal ini diyakini mempermudah rizki.

Masyarakat Jawa memiliki kebiasaan umum memelihara sesuatu yang

menjadi kesukaannya. Fakta di atas memperlihatkan orang Jawa suka memelihara

binatang atau benda-benda yang dianggapnya bertuah.

Perbedaan masa memperlihatkan perbedaan terhadap sesuatu yang

menjadi peliharaan. Dalam novel MPU, dalam masa medernisasi, orang Jawa

sudah tidak hanya memelihara binatang dan benda pusaka, tetapi juga mulai

memelihara barang-barang berupa mobil, kapal pesiar, atau yang lainnya yang

menjadi kesenangan hati. Di samping kemajuan zaman, faktor utama perubahan

tersebut karena tingkat ekonomi sebagian masyarakat Jawa yang telah mencapai

ekonomi tinggi.

Berbeda dengan kedua novel tersebut, novel WS menceritakan masyarakat

pesisir yang tidak gemar memelihara binatang. Baginya setiap hari adalah waktu

untuk mengangkap ikan.

Page 214: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxiv

Keberadaan masyarakat dengan berbagai budaya yang melekat tentu tidak

lepas dari aspek kebahasaan sebagai salah satu bentuk budaya masyarakat. Dari

ketiga novel tersebut, penggunaan bahasa yang paling mudah dipahami adalah

bahasa pada novel Pasar. Penggunaan bahasa pada Mantra Pejinak Ular lebih

sulit dipahami dan pada novel Wasripin dan Satinah paling sulit dipahami karena

banyak menggunakan istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Arab.

Sebagai seorang cendekiawan muslim Kuntowijoyo kadang melupakan

bahwa yang membaca karyanya bukan hanya kalangan akademisi. Meskipun

demikian, ketiga novel tersebut memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak

dimiliki oleh novel lain yakni pada aspek kesesuaian dengan kondisi masyarakat

dan misi yang hendak disampaikannya.

Filosofi lama yang menjadi konsep hidup masyarakat Jawa pun menjadi

gambaran dalam novel Pasar, MPU, dan WS. Dalam novel Pasar terdapat

semboyan yang menunjukkan cara berpikir dan mentalitas masyarakat Jawa yang

senang berusaha keras. Masyarakat Jawa memandang bahwa sesuatu hasil tidak

akan datang dengan sendirinya, tetapi harus dengan melakukan usaha untuk

memperolehnya. Dalam usahanya tersebut manusia harus selalu mengasu pada

kewaspadaan agar tidak menyimpang dari kejujuran.

Pandangan masyarakat terhadap filosofi Jawa tentang hidup bersama

dalam kekerabatan sudah mulai luntur. Keluarga masyarakat Jawa tidak lagi hidup

bersama dalam satu atap atau area wilayah, tetapi sebagian yang lainnya telah

merantau ke wilayah lain. Fenomena perubahan pandangan hidup masyarakat

Jawa tersebut dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan kemajuan zaman.

Page 215: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxv

Masyarakat Jawa mempunyai interaksi sosial yang bagus, yaitu berupa

sifat kekeluargaan satu sama lain. Setiap anggota masyarakat akan memberikan

respon timbal balik yang positif. Di gardu Abu terkenal sebagai tukang dongeng,

ahli filsafat kecil-kecilan, dan cagak lek (membuat terbangun) hidup. Sebutan

tukang dongeng itu didapatnya karena dia suka bercerita Ramayana dan

Mahabarata yang belum pernah didengar orang, karena karangannya sendiri.

Sampai-sampai ada yang berkomentar kalau jadi dalang kok masih mau ronda.

Wasripin ketika mau menikah dalam keadaan miskin sehingga masyarakat

secara sukarela membantunya. Berikut kutipan yang merupakan interaksi

masyarakat di perkampungan nelayan.

Berdasarkan gambaran tersebut tampak bahwa masyarakat Jawa masih

memegang kuat interaksi kekeluargaan antaranggota masyarakat. Masyarakat satu

sama lain akan saling menolong dan membantu orang lain dalam rangka mengisi

aspek hidup kemasyarakatan. Kultur seperti itu biasanya didukung karena

komunikasi antarwarga masyarakat yang baik melalui perangkat yang ada. Dalam

novel Pasar perangkat itu adalah pertemuan ibu-ibu, dalam novel MPU perangkat

itu adalah sistem ronda, dan dalam novel WS adalah jamaah masjid yang

bergotong royong.

Kultur yang menjadi karakteristik dalam masyarakat Jawa yaitu peralihan

kepemimpinan dari generasi ke generasi selanjutnya. Novel Pasar, MPU, dan WS

menampilkan peralihan kepemimpinan sebagai tradisi yang senantiasa eksis

dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa. Pada novel Pasar peralihan

kepemimpinan diperlihatkan melalui pewarisan sedangkan pada novel MPU dan

Page 216: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxvi

WS diperlihatkan melalui sistem demokrasi. Kutipan berikut menggambarkan Pak

Mantri mewariskan kepemimpinan kepada Paijo sebagai penerusnya (dalam novel

Pasar) dan peralihan kepemimpinan yang dilakukan melalui pemilihan oleh

rakyat secara demokrasi (dalam novel MPU dan WS).

Pengungkapan komunikasi di era yang sudah maju difasilitasi dengan

perangkat teknologi lain. Seperti diperlihatkan dalam novel Pasar, MPU, dan WS

bahwa penyampaian kritik dilakukan melalui sarana atau media. Dalam novel

Pasar orang sudah bisa melakukan penyampaian gagasan melalui surat kabar

sedangkan dalam novel MPU dan WS lebih vulgar lagi yaitu berupa aksi masa

secara langsung atau dikenal dengan isiltah demo. Kedua pola di atas merupakan

perkembangan yang timbul sebagai implikasi perkembangan teknologi atau sosial

lainnya. Di latar cerita MPU dan WS terjadi era keterbukaan karena efek

demokrasi dalam sistem masyarakatnya.

3. Penokohan dalam novel Pasar, Mantra Pejinak Ular, dan Wasripin dan

Satinah sebagai Perwujudan Sosok Masyarakat Jawa

Kuntowijoyo juga membangun konsep latar sosial budaya melalui

karakteristik tokoh-tokohnya yang kuat. Karakteristik serta interaksi tokoh dengan

berbagai simbol yang melekat dalam dirinya memberikan perwujudan aspek latar

sosial budaya novel.

Tokoh Mantri Pasar dalam novel Pasar merupakan sosok orang Jawa

tradisional yang memiliki andaian ideal yang seharusnya dimiliki para pemimpin

di masyarakat. Dalam konteks Jawa yang harus dimiliki para pemimpin itu adalah

Page 217: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxvii

filosofi orang Jawa yang ada dalam teks-teks sastra Jawa lama. Tentu bukan

berarti seorang pemimpin harus berpedoman kepada tradisi lama dalam mengelola

organisasi dan kehidupan modern. Yang harus mereka lakukan adalah mengelola

kehidupan modern dengan tetap menstransformasikan sari-sari akar tradisi

budaya. Budaya tradisi dan modern dalam novel ini dihadirkan dalam konteks

kesejahteraan.

Dalam novel MPU, tokoh Abu Kasan Sapari, menjadi simbol orang Jawa

modern yang telah berinteraksi dengan kemajuan zaman di masa hidupnya.

Pikiran dan tindakannya merupakan perwujudan manusia Jawa modern. Tokoh

Abu memang orang Jawa yang mengenyam pendidikan maju, sarana mobilitas,

kemajuan teknologi di era demokrasi dan modernisasi. Meski begitu tokoh Abu

berprinsip tidak semua tindakan yang mengatasnamakan modernisasi bisa

diterima begitu saja. Demokrasi yang otoriter dan industrialisasi yang

meminggirkan rakyat kecil harus ditentang karena tidak sesuai dengan etika

kemanusiaan.

Sedangkan dalam WS, tokoh Wasripin dan Pak Modin menjadi simbol

masyarakat pesisir yang telah megalami berbagai kemelut hidup. Tokoh Pak

Modin adalah mantan pejuang yang memiliki kemampuan agama lebih, disegani,

dihormati, dan dicintai penduduk. Wasripin adalah tokoh berlumur dosa yang

bertaubat dan dapat memberi manfaat pada banyak orang karena keahliannnya.

Karakter tokoh wanita, Siti Zaitun dalam novel Pasar, Sulastri dalam

novel MPU, dan Satinah dalam novel WS menjadi ikon sebagai sosok wanita

Jawa modern. Gambaran wanita Jawa masa lalu yang senantiasa teguh pada

Page 218: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxviii

pandangan tradisi tradisional masyarakat Jawa dideskripsikan terbalik dalam

cerita. Siti Zaitun, Sulastri, dan Satinah memiliki perwujudan wanita yang

berwatak mandiri. Mereka sama-sama menjadi wanita karir yang produktif. Siti

Zaitun adalah gadis yang bekerja sebagai pegawai bank pasar. Sulastri adalah

janda kembang yang berkarya menjadi penjahit dan perias pengantin. Satinah

adalah penyanyi dan penjahit. Di samping itu mereka memiliki sikap yang berani

menentang pandangan wanita Jawa kuno yang pasrah terhadap tindakan

ketertindasan atas perilaku terhadap wanita. Oleh karena itu, Siti Zaitun, Sulastri,

dan Satinah membuktikan bahwa tempat wanita di masyarakat sosial berada

dalam posisi sejajar. Artinya memiliki peran nyata dan bisa berprestasi dalam

kehidupan bermasyarakat.

Tokoh antagonis Kasan Ngali dalam novel Pasar, Mesin Politik dalam

novel MPU, dan militer/pemerintah dalam novel WS merupakan gambaran watak

yang kontrapositif terhadap harmonisasi kehidupan sosial masyarakat Jawa. Kasan

Ngali adalah pedagang besar sebagai simbol kapitalis. Kapitalis menjadi

pengganggu keseimbangan ekonomi kerakyatan karena penguasaan terhadap

modal digunakannya sebagai penindas rakyat kecil. Sedangkan Mesin Politik,

Militer, dan Penguasa adalah simbol arogansi yang menggunakan kekuasaan,

wewenang, dan kekayaan untuk melakukan penekanan terhadap rakyat kecil.

Page 219: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxix

4. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular,

dan Wasripin dan Satinah Karya Kuntowijoyo

Nilai agama merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan

Tuhan. Manusia senantiasa akan membutuhkan Tuhan karena secara naluri,

manusia akan selalu membutuhkan perlindungan dan pertolongan dari-Nya. Oleh

karena itu, selalu mengingat Tuhan merupakan pencerminan pribadi yang

bertakwa dan menjunjung tinggi fitrah manusia. Manusia senantiasa akan

membutuhkan Tuhan dalam berbagai masalah yang dihadapinya.

Nilai moral sering disamakan maknanya dengan nilai etika. Nilai moral

atau etika merupakan suatu nilai yang menjadi ukuran pantas atau tidaknya

tindakan seorang manusia dalam kehidupan sosialnya. Moral atau etika juga

menyangkut baik dan buruknya, benar dan salahnya, dan pantas tidaknya perilaku.

Nilai tersebut biasanya dibangun dari kebiasaan yang berkembang dalam

masyarakat tertentu.

Begitu pula dalam novel Pasar, Kuntowijoyo mengkritisi sikap pejabat

(camat dan kepala polisi) yang masih hobi adu jago dan keluyuran pada saat jam

kerja. Padahal mereka adalah figur yang dijadikan panutan.

Sikap Abu Kasan Sapari dalam novel MPU juga merupakan pendidikan

moral. Dia menolak dijadikan caleg karena ada maksud lain yang tersembunyi.

Yaitu agar Abu tidak menghalang-halangi usaha kotor (politik uang dan

pemaksaan) Mesin Politik mendapat suara terbanyak.

Budaya Jawa yang telah mengakar di dalam masyarakat Jawa selama

ratusan tahun sebagai sesuatu yang memiliki nilai luhur. Nilai-nilai luhur yang

Page 220: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxx

terkandung di dalam budaya sangat penting bagi keseimbangan kehidupan

masyarakat. Nilai-nilai luhur budaya Jawa memberikan arahan bagi manusia

dalam berpikir dan berperilaku sebagai manusia yang alim. Masyarakat Jawa

sekarang telah melupakan dan meninggalkan budaya Jawa. Hal itu berarti telah

melupakan dan meninggalkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Dalam novel MPU, ada nilai pendidikan adat yang dapat diambil yaitu

berupa kritik terhadap budaya Jawa. Nilai-nilai budaya yang berakar pada adat

lokal atau adat daerah dalam novel ini adalah adat daerah yang bernuansa

kejawaan. Nilai budaya kejawaan ini kadang dibalut sekaligus berbenturan dengan

nilai-nilai agama yang dipegang oleh tokoh utama.

Nilai pendidikan sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti kasih

sayang, kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan. Nilai pendidikan sosial yang

dimaksud adalah kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Kepedulian tersebut

dapat berupa perhatian maupun gotong royong. Dalam novel MPU, Abu sering

ikut ronda atau siskamling. Dalam novel Pasar perangkat itu adalah pertemuan

ibu-ibu, dalam novel MPU perangkat itu adalah sistem ronda, dan dalam novel

WS adalah jamaah masjid yang bergotong royong. Hal ini adalah wujud hubungan

sosial yang baik.

Nilai kepahlawanan dalam ketiga novel tersebut tampak pada perjuangan

Pak Mantri untuk membela para pedagang dari kapitalisme Kasan Ngali,

perjuangan Abu Kasan Sapari dalam melawan hegemoni Mesin Politik, serta

perjuangan Wasripin dan Pak Modin dalam menegakkan kebenaran meskipun itu

berakibat pada kematian.

Page 221: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxi

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini mengkaji novel Pasar, Mantra Pejinak Ular (MPU), dan

Wasripin dan Satinah (WS) melalui pendekatan strukturalisme genetik. Analisis

yang dilakukan meliputi: (a) pandangan dunia pengarang Kuntowijoyo; (b)

struktur novel Pasar, MPU, dan WS; (c) struktur sosial budaya masyarakat dalam

novel Pasar, MPU, dan WS, (d) nilai-nilai pendidikan dalam Novel novel Pasar,

MPU, dan WS. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pandangan dunia Kuntowijoyo adalah pandangan religius profetik. Hal ini

diperkuat dengan pernyataan Kuntowijoyo dalam maklumat sastra profetik.

Dikatakannya bahwa sastra adalah sebagai bagian dari ibadah. Ini adalah bukti

pandangan religiusnya. Akan tetapi, pandangan religius tersebut bukanlah religius

sufistik yang hanya mengedepankan hubungan manusia dengan Tuhan.

Pandangannya adalah religius profetik karena ada humanisasi, leiberasi, dan

transendensi. Kuntowijoyo menolak mitologi dan menyarankan demitologisasi

agar masyarakat berpikir secara rasional dengan melandaskan pada ajaran yang

sesuai wahyu ketuhanan. Pandangan religius profetiknya mencakup segala aspek

kehidupan. Misi profetik kesenian, sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan,

dan moral.

Kuntowijoyo memandang etika profetik menjiwai seorang intelektual

berpegang pada nilai-nilai yang universal mencakup: keadilan, kemanusiaan, dan

201

Page 222: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxii

kebenaran. Kuntowijoyo menekankan bahwa ilmu, budaya, ekonomi, politik,

sosial, seni dan segala aspek hidup harus membawa misi profetik. Paradigma etika

profetik tidak sekadar diposisikan sebagai sebuah kerangka dan metodologis demi

penjelasan dan pengubahan fenomena sosial yang ada, tetapi muara akhirnya

untuk mengarahkan, mendorong, mengubah, dan merekonstruksi berbagai

kenyataan sosial yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual.

Berdasarkan penelitian dari segi strukturalisme, maka novel Pasar, MPU,

dan WS merupakan novel yang berkualitas dari segi struktur karya sastra yang

memiliki unity, order, complexity, dan coherence. Novel tersebut juga memiliki

plausibility, suspense, surprise, dan lifelikeness

Tokoh hero dalam novel Pasar adalah Pak Mantri Pak Mantri merupakan

tokoh sentral yang mengalami banyak peristiwa dalam keterlibatannya di dalam

cerita Pasar. Fakta tokoh Pak Mantri sebagai tokoh sentral dapat dilihat dari

banyaknya hubungan yang dimiliki dengan tokoh-tokoh lain di dalam cerita. Pak

Mantri dideskripsikan sebagai tokoh hero yang dikenal karena interaksi sosialnya

yang baik kepada masyarakat baik pedagang maupun pejabat pemerintah. Tokoh

Pak Mantri diwujudkan sebagai sosok yang religius, jujur, setia sopan, dan tahu

diri.

Struktur sosial budaya masyarakat dalam novel Pasar, Mantra Pejinak

Ular (MPU), dan Wasripin dan Satinah(WS) berkaitan erat dengan kenyataan

sosial budaya masyarakat Jawa. Kenyataan tersebut ditampilkan berkenaan

dengan warna lokal berupa tatacara kehidupan, adat-istiadat, kebiasaan, sikap,

upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan

Page 223: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxiii

kekerabatan dalam masyarakat, dalam cara berpikir, cara memandang sesuatu,

keadaan alam, jalan, perumahan, dan paparan tentang kesenian.

Analisis nilai-nilai pendidikan dalam novel Pasar, Mantra Pejinak Ular,

dan Wasripin dan Satinah meliputi analisis nilai pendidikan : (a). agama; (b)

moral; (c). adat/budaya; (d) sosial; dan (e) kepahlawanan.

B. Implikasi

Penelitian ini melakukan pengkajian terhadap karya sastra novel berjudul

Pasar, novel berjudul Mantra Pejinak Ular (MPU), dan novel berjudul Wasripin

dan Satinah (WS). Hasil penelitian ini memiliki implikasi terhadap aspek lain

yang relevan memiliki hubungan positif. Implikasi tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Menjadi alternatif bahan materi pengajaran sastra

Pada aspek pendidikan, penelitian ini dapat memberikan alternatif

bahan materi pengajaran sastra. Pengajaran sastra seharusnya difokuskan pada

upaya untuk memiliki kemampuan apresiasi, kemampuan untuk memiliki

sikap dan nilai, tidak terbatas hanya pada pengetahuan atau menghafal judul

dan pengarang karya sastra. Di dalam hal tersebut tercakup masalah

pemberian tanggapan terhadap karya sastra. Dalam pengajaran sastra, siswa

harus diarahkan pada penilaian karya sastra secara objektif. Maka, hal ini akan

membentuk jiwa sastra yang tidak hanya menampilkan prestasi akademis,

tetapi juga mengembangkan karakter diri yang potensial.

2. Pencapaian dalam proses pengajaran sastra

Page 224: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxiv

Penelitian ini mengkaji objek karya sastra berbentuk novel berjudul

Pasar, MPU, dan WS karya Kuntowijoyo. Memang, karya novel memiliki

jumlah halaman yang banyak sehingga diperlukan waktu banyak dalam proses

apresiasi karya. Meskipun demikian, hasil analisis pada aspek struktur pada

ketiga novel tersebut telah memberikan gambaran awal yang sederhana

terhadap kandungan novel Pasar, MPU, dan WS. Pemahaman struktur

merupakan tahapan kelanjutan atas pengenalan aspek fisik sastra berupa

wujud buku. Struktur sastra terbentuk di dalam karya sastra, bukan di luar

karya sastra. Oleh karena itu, pendidik harus memberikan arahan jelas

terhadap aspek pencapaian pembelajaran apresiasi sastra. Dengan begitu ada

persiapan berupa bahan materi yang telah disederhanakan sehingga dapat

dipahami siswa secara baik.

3. Pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

Bagi guru, pengkajian terhadap karya sastra novel melalui pendekatan

strukturalisme genetik bisa dikembangkan dalam pola pengajaran apresiasi

karya sastra kepada siswa. Kajian ini memberikan fakta sastra dari dalam

karya itu sendiri juga dari luar karya sastra, berupa pengarang kreatifnya dan

latar sosial budaya masyarakat pembentuknya. Dalam hal ini patokan

pengajaran bukan hanya pada aspek kognitif, melainkan juga pada aspek

afektif bahkan psikomotoriknya. Hal tersebut dapat dicapai dengan peran

pendidik yang tidak hanya menyampaikan kaidah pemahaman struktur, tetapi

juga pada aspek nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra tersebut.

Artinya, pendidik juga menggugah kesadaran siswa sebagai manusia dengan

Page 225: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxv

memberikan gambaran keteladanan dari nilai-nilai edukatif cerita sastra

tersebut.

4. Sebagai salah satu pendidikan nilai moral

Media pembelajaran dapat diambil dari berbagai sumber, termasuk dari

sebuah kisah atau cerita. Cerita novel Pasar dan novel MPU merupakan cerita

yang mengandung nilai pendidikan, terutama nilai moral. Novel Pasar, MPU,

dan WS menceritakan manusia dalam menghadapi kehidupan. Tokoh-tokoh

yang ditampilkan dalam ketiga novel tersebut menggambarkan karakteristik

manusia dengan sisi kemanusiaan yang dimiliki. Manusia merasakan suka dan

duka, tertawa dan menangis, juga emosi dan pemaaf. Hal itu merupakan

cerminan bagi pembaca dalam menjalani hidup dalam kehidupan masyarakat

juga dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat. Ketiga novel tersebut

memberikan gambaran lengkap sosok manusia dengan realitas masalah yang

dihadapi dalam hidup. Sikap dan perilaku yang dilakukan dalam menangani

masalah yang terjadi menjadi contoh yang bisa diteladani. Oleh karena itu,

novel Pasar, MPU, dan WS dapat dijadikan sebagai sumber pengajaran.

5. Aspek keteladanan

Bagi siswa, materi dengan objek novel yang menggambarkan realitas

masyarakat memberikan variasi materi belajar terhadap apresiasi karya sastra.

Siswa juga akan merasa terdorong aspek kesadarannya jati dirinya sebagai

insane cendekia. Cerita yang bermakna dalam dan menggugah dari novel

Pasar, MPU, dan WS memberikan kedalaman arti tersendiri bagi siswa. Pada

Page 226: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxvi

akhirnya siswa akan menemukan keteladanan yang utuh saat mereka

menghadapi realitas kehidupan yang mereka jalani.

6. Aspek pelestarian seni budaya Jawa melalui pendidikan

Wujud lain dari implikasi penelitian ini yaitu pada pelestarian budaya,

khususnya dalam hal ini seni budaya Jawa sebagaimana menjadi cerita novel

Pasar, MPU, dan WS. Aktivitas penelitian yang dilakukan penulis merupakan

bentuk kepedulian yang secara sederhana dari tindakan yang bisa dilakukan

dalam aspek pelestarian seni budaya Jawa. Sebagai hal sederhana penulis akan

mencapai pemahaman dasar terhadap seni budaya yang memang harus

dilestarikan yang ditampilkan dalam karya sastra tersebut.

Keluhuran seni budaya Jawa perlu diwariskan dari generasi ke

generasi. Aspek awal yang bisa dilakukan yaitu dengan proses show up

“menunjukkan” eksistensi seni budaya tersebut. Hal itu bisa dicapai dengan

pelaksanaan penelitian ini. Meluasnya efek ini ketika terjadi akumulasi dari

pengaruh positif yang diperoleh oleh masyarakat pembaca karya sastra ini.

Setiap pembaca akan memberikan pengaruh yang lebih luas dengan

penyebaran terhadap nilai-nilai seni budaya yang terkandung dalam karya

sastra manakala terjadi proses interaksi yang lebih meluas.

Oleh karena itu, proses pelestarian seni budaya Jawa kemudian dapat

lebih dikembangkan, bahkan bisa dilakukan secara lebih sistematis. Aplikasi

yang lebih mudah mengarah pada media pendidikan. Penyelenggaraan

pengajaran sastra menjadi salah satu sarana yang bisa diandalkan. Sistematika

yang dimiliki proses pengajaran bisa menempatkan karya sastra ini sebagai

Page 227: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxvii

bahan ajar apresiasi karya sastra. Diharapkan proses pengajaran menjadi

sarana pelestarian seni budaya yang efektif. Penanaman nilai-nilai luhur seni

budaya Jawa dapat dilakukan terprogram, kontinyu, terarah, terpantau secara

baik.

7. Pengembangan kualitas dan kompetensi penelitian sastra

Pada aspek penelitian ilimiah, hasil penelitian ini menambah kuantitas

dan kualitas penelitian ilmiah, khususnya kajian di bidang karya sastra. Secara

kuantitas, penelitian ini akan menjadi dokumen sastra yang dapat dijadikan

sebagai bahan referensi dalam penelitian yang akan dilakukan di masa datang.

Oleh karena itu, penelitian ini juga mendorong kegiatan ilmiah karena akan

memberikan motivasi mahasiswa untuk melakukan kegiatan penelitian.

Tumbuhnya motivasi kegiatan ilmiah juga akan meningkatkan kompetensi

atau kualtas kajian terhadap penelitian. Para peneliti lain akan melakukan

peningkatan kualitas penelitian mulai dari materi yang dikaji sampai ke

metodologi sehingga penelitian pada masa selanjutnya akan lebih berkembang

dan bervariasi.

8. Memberikan paradigma positif sastra kepada masyarakat pembaca

Kajian sastra merupakan alternative bagi mahasiswa atau peneliti yang

memiliki sense kecenderungan terhadap dunia sastra. Paradigma pengkajian

terhadap karya sastra sendiri akan mengubah persepsi masyarakat yang

cenderung memandang sastra sebagai sesuatu yang abstrak dan imajinatif

belaka. Fakta yang bisa dimunculkan yaitu dengan peningkatan kualitas

Page 228: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxviii

penelitian serta hasil penelitian yang ternyata menyodorkan solusi dalam

menyelesaikan masalah kemanusiaan di masyarakat.

9. Pengembangan sastra profetik

Sastra yang dikembangkan Kuntowijoyo adalah sastra profetik. Sastra

profetik yaitu sastra yang tidak hanya mengandung nilai kemanusiaan, tetapi

juga nilai religius. Hadirnya aliran sastra yang dikembangkan oleh

Kuntowijoyo menjadi warna tersendiri dalam dunia sastra. Dengan demikian,

masyarakat sastra bisa memberikan apresiasi yang lebih luas terhadap

perkembangan munculnya karya-karya sastra dengan cara pandang yang

beragam.

10. Intelektualitas profetik

Dasar pandangan dunia Kuntowijoyo yang menjadi hasil penelitian ini

menjadi pemikiran baru yang dapat dikembangkan sebagai satu konsep

pemikiran yang dapat diterapkan dalam berbagai kajian. Konsep pemikiran

intelektual profetik memberikan cakrawala bagi para cendekiawan untuk

mengambil peran yang lebih dalam menyelesaikan permasalahan umat

manusia. Etika profetik yang telah dikembangkan ke arah interaksi sosial akan

membuka demarkasi sosial yang telah menjadi kecenderungan saat ini.

Elemen dari kelas mana pun semestinya memberikan kemanfaatan bagi yang

lainnya. Para cendekiawan, yang menjadi sasaran Kuntowijoyo, merupakan

ikon yang diharapkan menjadi motor untuk memelopori gerakan social

profetik ini ke masyarakat. Paradigma sosial profetik membangun hubungan

humanisme dan transsendental. Konsep dasar yang membangun pemikirannya

Page 229: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxix

ialah rasionalisme berpikir dalam menyelesaikan problematika kehidupan,

bukan dengan mitologi.

11. Cermin edukasi masyarakat

Pada aspek sosial masyarakat penelitian terhadap novel Pasar, MPU,

dan WS ini dapat menjadi cermin bagi masyarakat pembaca. Pembaca

merupakan pribadi-pribadi yang hidup di masyarakat. Demikian juga tokoh-

tokoh dalam novel merupakan perwujudan pribadi manusia dalam media

cerita. Pengalaman-pengalaman peristiwa yang terjadi pada tokoh bisa

menjadi teladan yang bijak tanpa dengan menggurui. Masyarakat pembaca

pun dapat belajar dari interaksi social yang positif dari cerita yang

diperlihatkan dalam novel tersebut.

Dengan akal pikiranya, masyarakat pembaca akan dapat bertindak dan

berperilaku dengan baik melalui hikmah yang diambil dari deskripsi peristiwa

dalam cerita novel tersebut karena pada hakikatnya karya sastra merupakan

wujud realitas yang dituangkan dalam sebuah cerita. Perwujudan sikap dan

perilaku yang santun di dalam masyarakat akan membentuk sistem

kemasyarakatan yang baik.

C. Saran

Pada penelitian ini penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Pada aspek pendidikan, pendidik bahasa dan sastra sebaiknya melakukan

pengajaran dengan sistematika yang runtut dan detail agar mudah dipahami

dan mendapatkan makna novel yang mendalam. Pencapaian maksimal

Page 230: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxx

terhadap pengajaran apresiasi sastra harus diwujudkan secara baik, mencakup

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu, pengajaran tidak

terpatok pada hafalan, tetapi pada proses apresiasi yang mendalam. Di

samping itu, pendidik tidak boleh melupakan berkenaan penanaman nilai

moral serta kesadaran pelestarian seni budaya kepada siswa.

2. Siswa sebaiknya melakukan pengalaman belajar sastra yang lebih intens

karena dengan hal ini maka pencapaian prestasi siswa tidak hanya pada

akademis, tetapi juga pada perubahan behaviour.

3. Peneliti yang memiliki sense terhadap kajian sastra sebaiknya senantiasa

melakukan peningkatan kompetensi dan kualitas pengkajian sastra. Pengkajian

sastra bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan yang ada juga dengan objek

karya sastra mutakhir yang memiliki tingkat kerumitan yang kompleks.

4. Masyarakat pembaca sebaiknya melakukan implementasi yang positif sebagai

hasil interaksinya dengan sastra sehingga menjadi fakta nyata yang bisa

menjadi pengaruh meluas terhadap perwujudan efek-efek potensial di

masyarakat.

5. Para cendekiawan sebaiknya meneladani sosok Kuntowijoyo berkenaan

pandangan positifnya tentang etika profetik dengan mengembangkannya

dalam berbagai aspek kehidupan dalam rangka memberikan solusi efektif

terhadap permasalahan yang muncul di masyarakat.

Page 231: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxxi

DAFTAR PUSTAKA

Adian Husaini. 2003. ”Muhammadiyah: Meretas Jalan Baru untuk Indonesia” dalam Majalah Sabili edisi khusus Sejarah Emas Muslim Indonesia Edisi November

Ahmadi dan Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineke Cipta.

Anis Matta. 2004. Mencari Pahlawan Indonesia. Jakarta: The Tarbawi Center

Anonim. 2009. “Technique Novel” dalam http://www.victorianweb.org diunduh tanggal 1 Agustus 2009 pukul 16.13 WIB

Black, Sharon. 1999. “Using Polynesian Legends and Folktales to Encourage Culture Vision and Creativity”, Journal Of Culture Education, Vol. 75

Budi Darma. 2004. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.

Burhan Nurgiyantoro. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: GMU Press

Carver, Rebecca L. and Richard P. Enfield.2006. “Philosophy of Education Is Alive and Well”, Journal education and culture, Volume 22

Darsono Wisadirana. 2004. Sosiologi Pedesaan: Kajian Kultural dan Struktural Masyarakat Pedesaan. Malang: UMM Press.

Ekky. 2008. “Berprestasi dengan Satu Jari”. Dalam http://ekkyij.multiply.com diunduh tanggal 22 Agustus 2009 pukul 15.45 WIB

Faruk.. 2003. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Franz Magnis Suseno. 2000. 12 Tokoh Etika Abad Ke-20. Yogyakarta: Kanisius.

Goldman, Lucien. 1977. Towards A Sociology of The Novel. London: Tavistock Publication Limited

Gunawan. 2010. ”Syafi’i Ma’arif dan Pembaharuan Pemikiran Islam.” dalam www.gunawan.multiply.com diunduh tanggal 23 Februari 2010 pukul 15.00 WIB

Henry Guntur Tarigan. 1993. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa

Herman J. Waluyo. 2002. Apresiasi dan Pengkajian Prosa Fiksi. Salatiga: Widya Sari Press

Ibnu Salimi, dkk. 1995. Studi Kemuhammadiyahan. Surakartal: Pusat Studi Kemuhammadiyahan.

Page 232: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxxii

Ibnu Anwar. 2008. “Sastra Profetik Kuntowijoyo” dalam http://ibnuanwar.wordpress.com diunduh tanggal 20 Agustus 2009 pukul 16.05 WIB

Iswanto. 2001. “Penelitian Sastra dalam Perspektif Strukturalisme Genetik” dal Jabrohim dan Ari Wulandari (Ed.). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya

Jamal T. Suryanata. 1999. “Sastra yang Tercerahkan: Optimisme Menatap Kegamangan Abad ke-21” dalam Horison Edisi April 1999”

Joko Widagdo. 2001. Sosiologi Sastra. Jakarta: Departemen P dan K

Jujun S. Sumantri. 2001. Filasafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Kenney, William. 1966. How to Analyze Fiction. New York: Monarch Press

Koentjaraningrat. 1985. Budaya, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia

Kundera, Milan. 2009. “The Art of Novel” dalam http://encarta.msn.com diunduh tanggal 1 Agustus 2009 pukul 14.43 WIB

Kuntowijoyo. 2000. Mantra Pejinak Ular. Jakarta: Kompas

_______. 2002. Pasar. Yogyakarta: Bentang Budaya

_______. 2003. Wasripin dan Satinah. Jakarta: Kompas

_______. 2005. “Maklumat Sastra Profetik: Kaidah, Etika, dan Struktur Sastra” dalam Majalah Horison edisi XXXIX/5/2005

Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Moh. Wan Anwar. 2005. “Kuntowijoyo: Menjejak Bumi, Menjangkau Langit” dalam Majalah Horison edisi XXXIX/5/2005

Mudji Sutrisno. 1997. Sari-sari pencerahan. Yogyakarta: Kanisius.

Muhammadiyah: Meretas Jalan Baru untuk Indonesia dalam Majalah Sabili edisi khusus Sejarah Emas Muslim Indonesia bulan November 2003

Nugragheni Eko Wardani. 2009. Makna Totalitas dalam Karya Sastra. Surakarta: UNS Press

211

Page 233: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxxiii

Nuri. 2010. ”Apa dan Bagaimana Cerpen-cerpen Mohammad Diponegoro” dalam www.disiniakuada.multiply.com diakses tanggal 23 Februari 2010 pukul 16.00 WIB

Nyoman Kutha Ratna. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Orr, John. 1977. “Tragic Realism and Modern Society: Studies in the Sociology of the Novel” Journal of European Studies. Volume, 9 No. 36

Paulus Wahana. 2004. Nilai: Etika Aksiologis Max Scheler. Yogyakarta: Kanisius

Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat FIB UGM

Stamm, Liesa. 2009. ”A Novel Window on the Academy” Journal of College & Character Volume X, NO. 7, November 2009

Robert Stanton. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suminto A. Sayuti. 2005. “Selamat Jalan Kuntowijoyo” dalam Majalah Horison edisi XXXIX/5/2005

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar, Teori, dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Uns Press

Suwardi Endraswara. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Teguh Trianton. 2008. “Problem Pengajaran Sastra di SMK” dalam www.antonaktualita.blogspot.com diunduh tanggal 28 Oktober 2008 pukul 10.40 WIB

Tirto Suwondo, dkk. 1994. Nilai Budaya Sastra Jawa. Jakarta: Depdikbud

Tremanie, Louis. 1978. “Literary Sociology and the African Novel: The Theories of Sunday Anozie and Lucien Goldmann” Journal African Literatures Volume, 9 No. I

Wahyu Wibowo. 2003. Sihir Iklan: Format Komunikasi Mondial dalam Kehidupan Urban Kosmopolitan. Jakarta: Gramedia

Wemmy Al-Fadhli. 2005. “Analisis Strukturalisme Genetik-Semiotik Faruk terhadap Roman Siti Nurbaya” dalam www.bohewimian.com diunduh tanggal 21 April 2009 pukul 20.08 WIB

Page 234: PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM …...PANDANGAN PROFETIK KUNTOWIJOYO DALAM NOVEL PASAR, MANTRA PEJINAK ULAR, DAN WASRIPIN DAN SATINAH (Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai

ccxxxiv

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

www.detikNews.com 23/2/2005 diunduh tanggal 28 Oktober 2008 pukul 15.45 WIB

www.isai.or.id, diunduh tanggal 28 Oktober 2008 pukul 14.00 WIB

www.muhammadiyah-online.com diunduh tanggal 28 Oktober 2008 pukul 14.45 WIB

www.rumahbacacendekia.wordpress.com diunduh tangga 28 Oktober 2008 pukul 13.45 WIB

www.sinarharapan.co.id 2/2/2005 diunduh tanggal 28 Oktober 2008 pukul 14.45 WIB

Zurmailis. 2008. “Dadaisme: Mencari JalanPulang.” Dalam Jurnal Studi Islam dan Budaya, IBDA Vol. 6 No. 1. Purwokerto : P3M STAIN Purwokerto