kunjungan lapangan

34
LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS TENTANG PERILAKU PENGGUNAAN MSG SECARA BERLEBIHAN DALAM MENGOLAH MAKANAN OLEH PEDAGANG MAKANAN DI SEKITAR UNIVERSITAS YARSI, JAKARTA PUSAT oleh Kelompok A3: Caesaredo Derza 1102011062 Choirul Akbar 1102010056 Fadhillah Syafitri S 1102011091 Faisal Abdul Razak 1102011093 Fakhri Wicaksono 1102011095 Faradiba Febriani 1102011096 M. Yudha 1102011149 M. Agsar Andriawan 1102011150 Mainurtika 1102011151

Upload: faradiba-febriani

Post on 26-Dec-2015

171 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

kedkom

TRANSCRIPT

LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS TENTANGPERILAKU PENGGUNAAN MSG SECARA BERLEBIHAN DALAM

MENGOLAH MAKANAN OLEH PEDAGANG MAKANAN DI SEKITAR UNIVERSITAS YARSI, JAKARTA PUSAT

olehKelompok A3:

Caesaredo Derza 1102011062

Choirul Akbar 1102010056

Fadhillah Syafitri S 1102011091

Faisal Abdul Razak 1102011093

Fakhri Wicaksono 1102011095

Faradiba Febriani 1102011096

M. Yudha 1102011149

M. Agsar Andriawan 1102011150

Mainurtika 1102011151

Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi

Tahun 2014-2015

DAFTAR ISI

1. Lembar Persetujuan Pembimbing 32. BAB I : Pendahuluan

2.1. Latar Belakang 42.2. Gambaran Komunitas Pedagang Makanan 52.3. Area Masalah 9

3. BAB II : Tinjauan Pustaka 3.1. Diagnosis dan Intervensi Komunitas 10

3.2. Teori Perilaku 10

3.3. Literatur Mengenai MSG 153.4. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 18

4. Daftar Pustaka 19

2

Lembar Persetujuan Pembimbing

LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS TENTANGPERILAKU PENGGUNAAN MSG SECARA BERLEBIHAN DALAM

MENGOLAH MAKANAN OLEH PEDAGANG MAKANAN DI SEKITAR UNIVERSITAS YARSI, JAKARTA PUSAT

Oleh:

Caesaredo Derza 1102011062

Choirul Akbar 1102010056

Fadhillah Syafitri S 1102011091

Faisal Abdul Razak 1102011093

Fakhri Wicaksono 1102011095

Faradiba Febriani 1102011096

M. Yudha 1102011149

M. Agsar Andriawan 1102011150

Mainurtika 1102011151

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Citra Dewi, M.Kes

3

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat-sakit” atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. (Notoatmodjo, 2003)

Dari hasil dilakukannya observasi dan wawancara dengan komunitas penjual makanan di sekitar Universitas Yarsi didapatkan 25 orang penjual makanan dengan berbagai jenis makanan, tetapi yang diobservasi lebih lanjut hanya sekitar 8 penjual makanan.

Menurut hasil wawancara, penjual rata-rata bertempat tinggal bukan di daerah sekitar Cempaka Putih dan bekerja dari mulai pagi hari sampai sore hari, hal tersebut bergantung dari berapa banyak dagangan yang mereka jual Terdapat beberapa masalah yang pada penjual makanan, seperti cara pengolahan makanan yang kurang sehat dengan perilaku penggunaan MSG secara berlebihan dari yang dianjurkan. Mereka beralasan, penggunaan MSG merupakan salah satu cara untuk menarik pelanggan dengan memperkuat cita rasanya agar pelanggan kembali lagi untuk membeli dagangannya, dan mereka pun mendapatkan keuntungan secara ekonomi.

Selain itu, cara penyajian makananpun dianggap kurang bersih dan sehat yaitu dengan perilaku mencuci peralatan makan serta memcuci tangan dengan air yang tidak di ganti dari bekas pencucian sebelumnya, serta mencuci tangan dengan cara yang tidak benar yaitu dengan hanya mencelupkan tangan ke air tanpa menggunakan sabun. Hal ini dikarenakan air bersih di daerah tempat mereka berjualan sulit didapatkan oleh para penjual tersebut dan mereka tidak punya waktu untuk mencari air bersih yang banyak karena terlalu sibuk dalam untuk melayani pelanggan. Penggunaan kain lap yang digunakan secara bersama juga menjadi kendala dalam menjaga kebersihan alat makan, karena alasan yang sama yaitu karena terlalu sibuk melayani pelanggan sehingga tidak sempat untuk menjaga kebersihan. Lalu dengan cara peletakkan makanan pada tempat yang terbuka, sehingga memungkinkan terkena debu atau kotoran lain dari lingkungan sekitar. Dari beberapa masalah yang ada peneliti utarakan, diharapkan agar masyarakat mementingkan kesehatan sesama, khususnya bagi penjual makanan yang sedang di bahas dalam masalah ini. Tidak hanya kesehatan dari diri sendiri, tetapi kesehatan orang lain juga harus diperhatikan agar Indonesia dapat mengurangi terjauhi dari angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi.

4

1.2. Dari hasil observasi wawancara dengan populasi 25 orang hanya dilakukan wawancara pada 8 orang penjual makanan di universitas yarsi, antara lain:

1.2.1. Nama : Agus Hermawan, Umur : 32 tahun. Alamat : Bekasi dan mengontrak di wilayah Jakarta. Pekerjaan : penjual gorengan sejak 2001 sampai sekarang.Buka : pukul 07.00 pagi – 21.00 malamCara penyajian: ada beberapa masalah dalam cara penyajian yang dilakukan oleh penjual, antara lain:

1. Agus Menggunakan 8kg minyak goreng dalam satu hari, penggunaan minyak goreng yang sekali pakai tanpa di ganti dalam menggoreng seluruh adonan dalam satu hari.

2. Serta penggunaan MSG yang terlalu banyak (12 sachet dalam satu hari). 3. Agus juga menggunakan pembungkus gorengan dengan kertas yang bertinta.4. Tidak menutup gorengan dengan kain atau kertas sehingga gorengan terkena

debu dan asap kendaraan disekitar tempat penjualannyaAlasan :

1. Untuk mempercepat proses pembuatan gorengan dan lebih praktis dalam pengolahannya

2. Agar makanan yang diolah lebih terasa enak sehingga menarik pembeli untuk kembali.

3. Karena pembungkus mudah didapat dan lebih murah dibandingkan dengan kertas yang tidak ada tinta atau pembungkus lain seperti plastic atau steroform

4. Agar lebih cepat dalam melayani pembeli

1.2.2. Nama : Andre Susanto ,Umur : 22 tahun.Alamat : cempaka putih. Pendidikan : SMA (Sekolah Menengah Atas). Pekerjaan : sebagai penjual di rumah makan Palembang, sejak dua tahun yang lalu.Buka : pukul 06.00 pagi – 21.00 malam Cara penyajian: Andre memasak makanannya menggunakan cukup baik, yaitu mengelap tangan dengan lap khusus untuk tangan sebelum menyajikan makanan, lalu menyimpan bahan makanan yang masih dapat digunakan atau diolah dengan baik, memasang penutup makanan dengan alasan agar makanan yang dijual tidak dihinggapi lalat. Tetapi didapatkan sedikit masalah pada cara penjualan andre, yaitu:

1. Menggunakan piring yang kurang dicuci bersih karena menggunakan air yang juga dipakai untuk mencuci tangan, dan

2. MSG cukup banyak. Alasan :

1. Karena air ada terbatas juga diperoleh2. Agar makanan yang diolah lebih terasa enak sehingga menarik pembeli untuk

kembali.

5

1.2.3. Nama : Junaedi, Umur : 33 tahun. Alamat : Bertempat tinggal di daerah Tanah abang. Pendidikan : SMP (Sekolah Menengah Pertama). Pekerjaan : Berjualan sate ayam sudah dua puluh tahun sampai sekarang.Buka : pukul 10.00 pagi -17.00 soreCara penyajian: Cara memasak bahan makanannya cukup baik dan matang. Terdapat masalah diantara lain :

1. Penggunaan MSG termasuk banyak dalam campuran bumbu kacanganya.2. Serta penggunaan air bersih kurang baik,

Alasan : 1. Agar makanan yang diolah lebih terasa enak sehingga menarik pembeli untuk

kembali. 2. karena air tersebut dipakai untuk mencuci piring dan dicampur untuk mencuci

tangan.

1.2.4. Nama : Mia, Umur : 29 tahunAlamat : Bertempat tinggal di daerah Sumur Batu, Jakarta Pusat. Pendidikan : SMA (Sekolah Menengah Atas). Pekerjaan : menjualan berbagai macam menu makanan (ayam goreng, ayam kremes, gado-gado, karedok) sudah sejak 10 tahun sampai sekarang. Buka : pukul 08.00 pagi - 17.00 soreCara penyajian: Cara memasak bahan makanan cukup baik dan matang. Cara mencuci piring bekas pakai, Mencuci peralatan masak dan mencuci tangan cukup baik karena menggunakan keran langsung. Tetapi terdapat masalah pada :

1. Tempat berjualan yang kurang bersih karena bahan makanan yang dijual tidak dilengkapi penutup, sehingga mudah dihinggapi lalat dan terkena debu.

2. Juga dalam penggunaan MSG yang sangat banyak sekitar 10 sachet dalam sehari bertujuan agar makanan tersebut terasa lebih enak.

Alasan : 1. Agar lebih cepat dalam melayani pembeli2. Agar makanan yang diolah lebih terasa enak sehingga menarik pembeli untuk

kembali.

1.2.5. Nama : Tety, Umur : 45 tahun Alamat : cempaka putih timur, Jakarta Pusat. Pendidikan : SD (Sekolah Dasar). Pekerjaan : berjualan soto ayam sejak tahun 2009 sampai sekarang. Buka : pukul 10.00 pagi -18.00 soreCara penyajian : Cara penjualan ibu tety cukup baik, karena makanan dimasak dengan matang. Tetapi ditemukan masalah yaitu :

6

1. Tempat berjualan yang berada di pinggir jalan dengan tempat yang seadanya sehingga makanan yang dijual terkena debu dan asap kendaraan

2. Cara mencuci alat makan tanpa menggunakan air yang bersih karena digabung dengan air untuk mencuci tangan dan tidak menggunakan sabun. Ibu tety mengerti jika dia tidak mencuci tangan dan alat makan dengan air bersih akan menimbulkan masalah kesehatan, tetapi cukup sulit untuk ibu tety dalam mencuci tangan dan alat makan menggunakan sabun,

Alasan : 1. sulit baginya untuk berjualan jika ia berpindah ke tempat lain. Dan ia

beralasan ia mendapatkan pembeli dan pelanggan yang belih banyak ditempat ia berjualan sekarang

2. karena membutuhkan waktu yang lama jika menggunakan sabun setiap kali mencuci tangan , dan mempercepat pelayanan untuk para pembeli dikarenakan warung soto bu tety cukup ramai dikunjungi pelanggan.

1.2.6. Nama : Pak Pono, Umur : 35 tahun. Alamat : Bertempat tinggal didaerah Jakarta. Pendidikan : terakhir SMP (Sekolah Menengah Pertama). Pekerjaan : sebagai penjual mie instan sejak lima tahun lebih. Berjualan Buka : pukul 08.00 pagi - 17.00 soreCara penyajian: Cara penyajian yang dilakukan kurang sehat, diantaranya :

1. Penyajikan makanan dengan menggunakan sendok plastic yang diambil atau dipungut dari tanah (sendok bekas). Sendok tersebut dicuci lalu digunakan kembali sehingga masih terlihat kotor (tanah)

2. Penggunaan kain lap yang bersamaan untuk mengelap tangan dan mengeringkan piring, sendok dan mangkok.

3. Cara penyajian mie yang dibungkus menggunakan kertas kresekAlasan :

1. Memperkecil pengeluaran setiap kali berjualan dan sendok tersebut masih bias dipakai karena terbuat dari plastic.

2. sulit baginya untuk membedakan mana kain lap untuk piring dan mana yang untuk tangan saat banyak pelanggan yang membeli dagangannya.

3. Menggunakan pembungkus tersebut karena lebih murah dan agar mie yang dijual tidak cepat mengembang.

1.2.7. Nama : Tiara, Umur : 33 tahunAlamat : Bertempat tinggal di daerah Rawasari, Jakarta Pusat, Pendidikan : SMP (Sekolah Menengah Pertama). Pekerjaan : penjual bubur ayam sejak 8 tahun sampai sekarang. Buka : pukul 07.00pagi - 16.00 soreCara penyajian : Cara pengolahan makanan sudah cukup baik dan bersih. Tetapi ada beberapa maslah dalam penjualannya, yaitu:

7

1. Tempat berjualan yang bertempat disebelah selokan yang sangat kotor sehingga terbapat banyak lalat dan bau dari selokan yang tidak enak

2. Mencuci tangan dan mencuci peralatan makan memakai air yang sama dan digunakan untuk berulang kali.

3. Penggunaan MSG yang terlalu berlebihan juga dilakukan oleh Tiara.Alasan :

1. Lamanya berjualan ditempat tersebut dan akan sulit baginya untuk menemukan pelanggan baru jika ia berpindah tempat.

2. Sulitnya untuk mendapatkan air, air yang diperoleh dari penjual air hanya 2 galon untuk satu hari dengan harga 4000 rupiah.

3. Agar makanan yang diolah lebih terasa enak sehingga menarik pembeli untuk kembali.

1.2.8. Nama :Dulah, Umur :36 tahunAlamat :Bertempat tinggal di Tanjung Priuk, Pendidikan :STM. Pekerjaan : sebagai penjual tongseng sejak12 tahun. Buka : pukul 08.00 pagi -15.00Cara penyajian :Cara pengolahan yang dilakukan Dulah kurang sehat dan bersihanrata lain :

1. Bahan makanan yang terlihat kotor seperti sayur, bawang, tomat tidak dicuci kembali sebelum dimasak.

2. Tempat berjualan juga kurang bersih dan sehat karena bersebelahan dengan selokan yang sangat kotor.

3. Menggunakan peralatan masak (panci) yang tidak pernah diganti dari awal berjualan, sehingga panci terlihat hitam dan kotor

4. Pemakainan MSG yang berlebihan dalam mengolah makanan.

Alasan : 1. Agar lebih cepat untuk melayani pembeli2. Lamanya berjualan ditempat tersebut dan akan sulit baginya untuk

menemukan pelanggan baru jika ia berpindah tempat.3. Penjual beranggapan semakin lama panic dipakai akan berpengaruh dengan

rasa makanan yang dijualnya dan jika menggantikan panci akan menambah pengeluaran.

4. Agar makanan yang diolah lebih terasa enak sehingga menarik pembeli untuk kembali. Dan menggunakan MSG bisa memperkecil pengeluaran dibandingkan penggunaan bahan pelezat makanan lainnya

8

1.3. Area Masalah

Dari berbagai permasalahan, peneliti mengutarakan kemungkinan-kemungkinan yang menjadi permasalahan kesehatan yang terdapat pada para pedagang makanan di sekitar Universitar Yarsi, diantaranya adalah:

1. Perilaku penggunaan kertas bekas yang bertinta sebagai alat pembungkus makanan dengan alasan tidak punya cukup biaya untuk membeli pembungkus seperti plastik atau sterofoam

2. Perilaku cuci tangan secara tidak bersih dan benar yaitu dengan hanya dicelupkan saja dan menggunakan air bekas cucian sebelumnya serta tidak menggunakan sabun

3. Perilaku penggunaan MSG yang terlalu banyak dari yang dianjurkan agar makanannya terasa lebih enak dan mengundang pelanggan yang banyak

4. Perilaku tidak menjaga kebersihan makanan dengan tidak menutup makanan yang akan dijual

5. Perilaku menyajikan makanan menggunakan alat makan seperti piring, sendok dan gelas yang dicuci dengan menggunakan air yang dipakai untuk mencuci sebelumnya

6. Perilaku menggunakan kain lap yang dibarengi untuk mengeringkan tangan dan juga dipakai untuk membersihkan alat makan

7. Perilaku dalam membersihkan tempat berjualan yang kurang baik 8. Perilaku penggunaan peralatan makan yang bekas yang diambil dari penggunaan

sebelumnya atau dari bekas orang lain9. Perilaku penggunaan bahan makanan yang tidak dicuci dengan sehat dan benar yaitu

tidak dengan air bersih.10. Perilaku tidak menjaga kesehatan dan membiarkan penyakitnya tertular oleh orang

lain melalui makanan yang dijualnya. 11. Perilaku berjualan di daerah yang banyak polusi dan terkontaminasi debu sehingga

maknaan tidak sehat lagi untuk di konsumsi. 12. Perilaku dalam membuang atau mengumpulkan sampah dari bekas bahan makanan

yang mereka jual yang kurang baik dengan membuang sampah ke selokan atau tidak pada tempatnya.

1.4. Penentuan Area Masalah Dari sekian masalah yang ada pada komunitas pedagang makanan tersebut, disepakati

untuk mengangkat permasalahan “Perilaku Penggunaan MSG dalam Bahan Makanan Oleh Para Pedagang Makanan Di Sekitar Universitas YARSI”.Pemilihan area masalah ini didasarkan atas berbagai pertimbangan yaitu:a. Berdasarkan data penelitian, penggunaan MSG akan menambah cita rasa dalam bahan

makanan yang diolah. Jika penggunaan dalam jumlah yang berlebihan. dapat berdampak pada efek sitotoksik dan mengakibatkan terjadinya stres oksidatif (Noor dan Mourad, 2010).

b. Salah satu organ yang diketahui bersifat rentan terkena stres oksidatif akibat induksi MSG secara berlebihan adalah hepar (Pavlovic et al. 2007)

c. Sebuah penelitian di Indonesia mengenai penggunaan MSG pada makanan berlebihan dapat menimbulkan gangguan lambung, gangguan tidur dan mual-mual. Bahkan beberapa orang ada yang mengalami reaksi alergi berupa gatal, dan panas. MSG juga

9

dapat memicu hipertensi, asma, kanker diabetes, kelumpuhan serta penurunan kecerdasan.

Sumber : A.A.Sg.A sukmaningsih dkk, 2011, “gangguan spermatogenesis setelah pemberian monosodium glutamat pada mencit (Mus musculus L.)”. Jurnal Biologi XV (2) : 49 – 52

10

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITASDiagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat (lapangan). Dengan demikian diagnosis komunitas merupakan kegiatan survey. Dengan melakukan diagnosis komunitas ini maka masalah kesehatan di komunitas akan dapat diidentifikasi dan dibuat intervensi pemecahannya. Dengan adanya diagnosis komunitas diharapkan dapat menerapkan prinsip kedokteran pencegahan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat..

2.2. TEORI PERILAKU

2.2.1. Pengertian PerilakuPerilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

2.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.

11

2.2.3. Domain PerilakuMenurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam

tiga domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :1. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

a. Faktor InternalMerupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan kondisi fisik.

b. Faktor EksternalMerupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.

c. Faktor pendekatan belajarMerupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu : 1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) AplikasiDiartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4) AnalisisAdalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.

5) SintesaSintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

6) Evaluasi

12

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

2. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespon (responding)Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing)Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

1) Persepsi (perception)Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2) Respon terpimpin (guide response)Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

3) Mekanisme (mecanism)Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.

4) Adopsi (adoption)Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

13

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1) Kesadaran (awareness)Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Tertarik (interest)Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

3) Evaluasi (evaluation)Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Mencoba (trial)Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Menerima (Adoption)Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.2.4. Asumsi Determinan PerilakuMenurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai

kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain:

1. Teori Lawrence Green (1980)Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.2) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

14

3) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2. Teori Snehandu B. Kar (1983)Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention).

2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan

(accesebility of information).4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau

keputusan (personal autonomy). 5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

3. Teori WHO (1984)WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah:1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).(a) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.(b) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

(c) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.

4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).

15

2.3. Literatur Mengenai MSGBerdasarkan dari penelitian Prof. Kikunae Ikeda (1908) yang menemukan

bahwa Glutamat merupakan sumber rasa gurih (dalam bahasa jepang disebut umami) saat itu berhasil mengisolasi glutamat dari kaldu rumput laut dari jenis Kombu.

Menurut penelitian dari Saburosuke Suzuki mengkomersialkan glutamat yang diisolasi oleh Ikeda. MSG tersusun atas 78% Glutamat, 12% Natrium dan 10% air. Kandungan glutamat yang tinggi itulah yang menyebabkan rasa gurih dalam segala macam masakan. Glutamat itu sendiri termasuk dalam kelompok asam amino non esensial penyusun protein yang terdapat juga dalam bahan makanan lain seperti daging, susu, keju, ASI dan dalam tubuh kita pun mengandung glutamat. Di dalam tubuh, glutamat dari MSG dan dari bahan lainnyadapat dimetabolime dengan baik oleh tubuh dan digunakan sebagai sumber energi usus halus.

Prawiroharjono (2000) telah melakukan penelitian diIndonesia mengenai penggunaan MSG pada makanan untuk sarapan pagi, siang dan malam sebanyak 1,5 -3,0 gram per hari menunjukkan tidak terdapat gejala MSG Complex syndrom (Ardyanto, 2004) seperti rasa panas di leher, lengan dan dada, sakit kepala, pusing, mual,muntah dan berebar debar. Tetapi penggunaan secara berlebihan dapat menimbulkan gangguan lambung, gangguan tidur dan mual-mual. Bahkan beberapa orang ada yang mengalami reaksi alergi berupa gatal, dan panas. MSG juga dapat memicu hipertensi, asma, kanker diabetes, kelumpuhan serta penurunan kecerdasan. MSG sebanyak 4 mg/g bb pada tikus menyebabkan terjadinya peningkatan kadar MDA (malondialdehid) pada hati, ginjal, dan otak (Farombi dan Onyema, 2006).

Banyak efek yang ditimbulkan oleh MSG, diantaranya Chinese restaurant Syndrome, meliputi : rasa terbakar di dada, bagian belakang leher, dan lengan bawah, kebas-kebas pada bagian belakang leher yang menjalar ke lengan dan punggung: perasaan geli, hangat dan kelemahan diwajah, punggung atas, leher dan lengan, sakit kepala, mual, jantung berdebar-debar, sulit bernapas, mengantuk (FDA, 1995).

Normalnya MSG yang berlebihan tidak dapat melewati pembatas darah otak, tetapi terdapat beberapa bagian didalam otak yang tidak dilindungi pembatas darah otak seperti hipotalamus, batang otak, kelenjar hipofise dan testosterone (Gold,1995). Sehingga pemberian MSG secara suntikan subkutan pada mencit baru lahir dapat menimbulkan terjadinya nekrosis neuron akut pada otak termasuk hipotalamus yang ketika dewasa akan mengalami hambatan perkembangan tulang rangka, obesitas dan sterilitas pada betina (Olney,1969).

16

Menurut penelitian dari Politeknik Negeri Semarang. Jurusan Teknik Elektro. Monosodium glutamat (MSG) disebut bumbu masak atau motto. Industri MSG berkembang pesat setelah di Jepang ditemukan, bakteri Corynebacterium glutamicum, Erevibacterium flavum, dan Bacteriumlaktojermentum. Dampak negatif penggunaan MSG masih merupakan kontroversi, yaitu dapat memengaruhi fungsi syarat otak. MSG mengelabui otak dengan pemikiran bahwa otak telah merasakan sesuatu yang lezat, inilah yang disebut dengan eksitoksin. Meskipun aman dikonsumsi dalam batas tertentu, namun perlu dipertimbangkan penambahan MSG dalam masakan rumah tangga agar tidak berlebihan. Indonesia merupakan negara produser MSG terbesar setelah China. Dampak dari limbah cair hasil pengolahan MSG tenyata cukup berbahaya bagi hewan air sehingga perlu pengolahan agar tidak mencemari lingkungan.

Faktor lain yang mempengaruhi Perilaku sebagai faktor penentu manusia merupakan resultansi dari berbagai faktor

baik internal maupun eksternal. Faktor internal dalam hal ini adalah keyakinan, niat, percaya diri. Sedangkan faktor ekternal atau faktor lingkungan yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan MSG dalam bahan makanan:

a. Pengaruh Lingkungan Semakin banyak penjual makanan yang menggunakan MSG dalam mengolah bahan makanannya, maka akan semakin banyak pula contoh yang dapat di tiru oleh penjual makanan lain dalam mengolah bahan makanan mereka sendiri.

b. Faktor KepribadianPerilaku penggunaan MSG dalam bahan makanan dipengaruhi oleh faktor ketidaktahuan penjual makanan yang menambahkan MSG kedalam bahan makanan yang diolah nya, juga dipengaruhi oleh faktor dalam mencari keuntungan yang lebih dari biasanya, karena para penjual makanan yang menggunakan MSG dalam mengolah bahan makanannya beranggapan bahwa dengan menambahkan MSG kedalam bahan makanan yang diolah akan memberikan rasa lebih enak dan dapat menambah pendapatan mereka.

c. Pengaruh IklanPara penjual makanan yang menambahkan MSG ke dalam bahan makanan biasanya dipengaruhi oleh faktor ketidaktahuan akan kandungan atau dampak dari penggunaan MSG serta dipengaruhi oleh tayangan iklan, yang mana mereka beranggapan bahwa dengan menambahkan MSG kedalam bahan makanan yang akan diolah dapat memberikan cita rasa berlebih sehingga bahan makanan tersebut dapat dijual dengan mudah.

17

d. Faktor EkonomiPenggunaan MSG dalam mengolah bahan makanan dipengaruhi pula oleh faktor keuangan, yang mana mereka bertujuan untuk mengurangi pengeluaran tetapi dapat menambah pemasukan. Karena dengan menggunaan MSG dalam mengolah bahan makanan akan terasa lebih gurih dan menarik minat pelanggan, sehingga para penjual makanan tidak perlu menggunakan banyak garam. Maka pengeluaran mereka untuk berjualanpun lebih minimal.

Cara pengolahan bahan makanan yang baik dan benar

18

19

20

2.4. KERANGKA TEORI

2.5. KERANGKA KONSEP

21

SIKAP

PENGETAHUANPERILAKU

PENGGUANAAN MSG PADA BAHAN MAKANAN

PERILAKU

1. Faktor Pendorong / Predisposing Factors (Pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai-nilai tradisi, dan sebagainya)

2. Faktor Pemungkin/ Enabling Factors(Sarana dan prasarana, atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan)

3. Faktor Penguat/ Reinforcing Factors (Tokoh masyarakat dan tokoh agama)

TEORI PERILAKU:

PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA

http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=37759&idc=44

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22794-BAB%20II.pdf

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CEwQFjAF&url=http%3A%2F%2Fojs.unud.ac.id%2Findex.php%2FBIO%2Farticle%2Fdownload%2F607%2F433&ei=CO6FU_uzOIqIrAf_xoFI&usg=AFQjCNEWbt9_UB_KZ40DDHejZlRm0s-kg&bvm=bv.67720277,d.bmk

A.A.Sg.A sukmaningsih dkk, 2011, “gangguan spermatogenesis setelah pemberian monosodium glutamat pada mencit (Mus musculus L.)”. Jurnal Biologi XV (2) : 49 – 52

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCUQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpphp.deptan.go.id%2Fdownload%2Flayanan_informasi%2Fmutu_dan_standarisasi%2Fcara_pengolahan_yang_baik_(gmp)_komoditas_hortikultura.pdf&ei=EPmFU5XJLozorQfMs4HQCw&usg=AFQjCNHX2CV0U75RpGPNdANHPSk0oiMrkQ

22

FASILITAS(sarana dan prasarana)

23