kunarjo2__20091015125127__2354__0

Upload: dewi-puspita-sari

Post on 05-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 kunarjo2__20091015125127__2354__0

    1/10

    C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Kunarjo.doc # 1

    Defisit Anggaran Negara

    Kunarjo*

    Pendaluhuan

    Tetangga saya yang awam, masih bingung memikirkan keadaan perekonomian padaumumnya, dan APBN pada khususnya. Pagi-pagi dia sudah mengangkat telepon ke rumahsaya. Dari siapakah ? Dan Dari manakah ?, jawab saya di telepon menirukan SaurHutagalung, penyiar di Metro TV. Ternyata yang menelepon adalah tetangga yang sayasebutkan tadi. Keheranannya, mengapa sampai dengan 1998/99 APBN masih dalam keadaanseimbang, tiba-tiba tahun berikutnya mengalami defisit yang luar biasa. Saya, walaupun jugasama-sama awam mencoba untuk menjawab seperti para pengamat yang bergentayangan di

    layar televisi dan surat kabar, yang merasa sok pintar dan benar, karena saya tahu apapunjawabannya, tetangga saya itu akan manggut-manggut.

    Penyusunan anggaran di semua negara ditentukan oleh unsur-unsur politik. Sejak1969/70 sampai 1988/89, APBN kita berimbang, artinya penerimaan sama denganpengeluarannya. Berimbangnya anggaran itu karena memang arahan GBHN yang merupakandokumen politis itu mengatakan demikian, sehingga pemerintah mengusahakan sekuat tenagauntuk menyusun APBN yang berimbang. Wakil-wakil rakyat yang duduk di parlemen selalumengatakan setuju dan bertepuk tangan setiap kali presiden selesai berpidato dalammenyampaikan nota keuangan. Maklum mayoritas keanggotaan dewan adalah dari Golkaryang merupakan partai pemerintah. Rakyat pada umumnya juga sependapat dengan kebijakanpemerintah yang nampaknya bagus itu, karena dalam hidup berumah tangga saja,pengeluaran harus seimbang dengan penerimaannya. Kata orang Jawa jangan sampai

    kegedhen empyak kurang cagak, artinya ibarat rumah yang kebesaran atap daripadatiangnya.

    Selama ini kekurangan dana untuk pembangunan, pemerintah cenderung menempuhmelalui cara meminjam dari luar negeri. Anehnya pemerintah selalu bangga apabila padasidang CGI dikabarkan Indonesia memperoleh pinjaman yang sama, atau lebih besar daritahun sebelumnya. Dan keberhasilan tersebut selalu dikatakan bahwa itu merupakan bukti darikepercayaan luar negeri terhadap pemerintah Indonesia.

    Pinjaman luar negeri ini memang sering diperdebatkan oleh para pakar, apakah

    pinjaman luar negeri itu merupakan beban bagi generasi yang akan datang atau tidak. Banyakpakar yang tidak sependapat apabila bantuan luar negeri itu akan membebani generasi yangakan datang.1 Tetapi siapapun yang benar, pinjaman luar negeri yang berbentuk valuta asingitu sangat terasa sekali bebannya, terutama terhadap APBN, pada saat Indonesia mengalamiketerpurukan ekonomi pada tahun 1997, dimana nilai rupiah terus melemah terhadap dollar

    * Drs. Kunarjo, MA adalah dosen luar biasa pada Program Pasca Sarjana, Magister Administrasi Publik, Universitas Gadjah

    Mada Yogyakarta-red.1 Lihat John F.Due, Government Finance, Richard D. Erwin, Inc., Homewood, Illinois, 1963, Hal. 495

  • 8/2/2019 kunarjo2__20091015125127__2354__0

    2/10

    C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Kunarjo.doc # 2

    AS, yang akibatnya berdampak pada pengeluaran negara yang membengkak pada waktumembayar pokok dan cicilan pinjaman.

    Defisit anggaran negara adalah selisih antara penerimaan negara dan pengeluarannyayang cenderung negatif, artinya bahwa pengeluaran negara lebih besar dari penerimaannya.Para ahli ekonomi cenderung menghitung defisit anggaran negara itu bukan dari angka

    absolut, tetapi mengukur dari rasio defisit anggaran negara terhadap Produk Domestik Bruto(PDB). Apabila kita menghitung defisit anggaran negara sebagai persentase dari PDB, makaakan mendapat gambaran berapa persen suatu negara dapat menghimpun dana untukmenutup defisit tersebut.2 Kecuali itu, dengan menghitung besarnya persentase defisitanggaran negara terhadap PDB juga menggambarkan berapa tingkat defisit itu sudahmembahayakan keadaan perekonomian. Sebagai contoh, APBN Indonesia tahun 2001diasumsikan bahwa defisit anggaran negara mencapai sekitar 3,7% dari PDB. Tetapi dalamperjalanannya, terus membengkak menjadi sekitar 3,8%.

    Sebab-sebab Terjadinya Defisit Anggaran Negara

    Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi

    Untuk mempercepat pembangunan diperlukan investasi yang besar dan dana yang besarpula. Apabila dana dalam negeri tidak mencukupi, biasanya negara melakukan pilihan denganmeminjam ke luar negeri untuk menghindari pembebanan warga negara apabila kekuranganitu ditutup melalui penarikan pajak. Negara memang dibebani tanggung jawab yang besardalam meningkatkan kesejahteraan warga negaranya. Beban ini meliputi pembangunanprogram-program, seperti :

    a. Program yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, seperti jalan, jembatan, listrik,pelabuhan, dll.

    b. Program yang berkaitan dengan Hankam.c. Pembangunan yang meliputi bidang hukum, seperti proyek-proyek pengadilan, lembaga

    pemasyarakatan, dll.

    d. Program bidang sosial, pendidikan dan kesehatan, seperti sekolah, rumah sakit, pantiasuhan.

    e. Program yang berkaitan dengan pemerataan pendapatan, seperti program transmigrasi,pembangunan daerah, dll.

    f. Program yang menangani masalah kemiskinan, seperti PPK, P3DT, dsb.

    Semuanya itu diperlukan biaya yang besar, dan diantaranya harus dilaksanakan olehnegara, terutama program nomor b, c, e, dan f, karena swasta/ masyarakat tidak mungkinmembangun program-program seperti itu.

    2David N., Hyman, Public Finance, Dryden Press, London,1999, Hal. 446

  • 8/2/2019 kunarjo2__20091015125127__2354__0

    3/10

    C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Kunarjo.doc # 3

    Rendahnya Daya Beli Beli Masyarakat

    Masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia yang mempunyai pendapatan perkapita rendah, dikenal mempunyai daya beli yang rendah pula. Sedangkan barang-barang dan

    jasa-jasa yang dibutuhkan, harganya sangat tinggi karena sebagian produksinya mempunyaikomponen impor, sehingga masyarakat yang berpendapatan rendah tidak mampu membeli

    barang dan jasa tersebut. Barang dan jasa tersebut misalnya listrik, sarana transportasi, BBM,dan lain sebagainya. Apabila dibiarkan saja menurut mekanisme pasar, barang-barang itu pastitidak mungkin terjangkau oleh masyarakat dan mereka akan tetap terpuruk. Oleh karena itu,negara memerlukan pengeluaran untuk mensubsidi barang-barang tersebut agar masyarakatmiskin bisa ikut menikmati.

    Pemerataan Pendapatan Masyarakat

    Pengeluaran ekstra juga diperlukan dalam rangka menunjang pemerataan di seluruhwilayah. Indonesia yang mempunyai wilayah sangat luas dengan tingkat kemajuan yang

    berbeda-beda di masing-masing wilayah. Untuk mempertahankan kestabilan politik, persatuandan kesatuan bangsa, negara harus mengeluarkan biaya untuk misalnya, pengeluaran subsiditransportasi ke wilayah yang miskin dan terpencil, agar masyarakat di wilayah itu dapatmenikmati hasil pembangunan yang tidak jauh berbeda dengan wilayah yang lebih maju.Kegiatan itu misalnya dengan memberi subsidi kepada pelayaran kapal Perintis yangmenghubungkan pulau-pulau yang terpencil, sehingga masyarakat mampu menjangkauwilayah-wilayah lain dengan biaya yang sesuai dengan kemampuannya.

    Melemahnya Nilai Tukar

    Indonesia yang sejak tahun 1969 melakukan pinjaman luar negeri, mengalami masalahapabila ada gejolak nilai tukar setiap tahunnya. Masalah ini disebabkan karena nilai pinjamandihitung dengan valuta asing, sedangkan pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjamandihitung dengan rupiah. Apabila nilai tukar rupiah menurun terhadap mata uang dollar AS,maka yang akan dibayarkan juga membengkak. Sebagai contoh APBN tahun 2000, disusundengan asumsi kurs rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp. 7.100,-, dalam perjalanan tahunanggaran telah mencapai angka Rp. 11.000,- lebih per US$ 1.00.

    Apa artinya ? Bahwa pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman yang diambil dariAPBN bertambah, lebih dari apa yang dianggarkan semula.

    Pengeluaran Akibat Krisis Ekonomi

    Krisis ekonomi Indonesia yang terjadi tahun 1997 mengakibatkan meningkatnyapengangguran dari 34,5 juta orang pada tahun 1996, menjadi 47,9 juta orang pada tahun1999.3 Sedangkan penerimaan pajak menurun, akibat menurunnya sektor-sektor ekonomi

    3Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia 1999, Jakarta, Hal. 595

  • 8/2/2019 kunarjo2__20091015125127__2354__0

    4/10

    C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Kunarjo.doc # 4

    sebagai dampak krisis itu, padahal negara harus bertanggung jawab untuk menaikkan dayabeli masyarakat yang tergolong miskin. Dalam hal ini negara terpaksa mengeluarkan danaekstra untuk program-program kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat terutama diwilayah pedesaan yang miskin itu.

    Realisasi yang Menyimpang dari Rencana

    Apabila realisasi penerimaan negara meleset dibanding dengan yang telah direncanakan,atau dengan kata lain rencana penerimaan negara tidak dapat mencapai sasaran seperti apayang direncanakan, maka berarti beberapa kegiatan, proyek, atau program harus dipotong.Pemotongan proyek itu tidak begitu mudah, karena bagaimanapun juga untuk mencapaikinerja pembangunan, suatu proyek tidak bisa berdiri sendiri, tetapi ada kaitannya denganproyek lain. Kalau hal ini terjadi, negara harus menutup kekurangan, agar kinerjapembangunan dapat tercapai sesuai dengan rencana semula.

    Pengeluaran Karena Inflasi

    Penyusunan anggaran negara pada awal tahun, didasarkan menurut standar harga yangtelah ditetapkan. Harga standar itu sendiri dalam perjalanan tahun anggaran, tidak dapatdijamin ketepatannya. Dengan kata lain, selama perjalanan tahun anggaran standar harga itudapat meningkat tetapi jarang yang menurun.

    Apabila terjadi inflasi, dengan adanya kenaikan harga-harga itu berarti biayapembangunan program juga akan meningkat, sedangkan anggarannya tetap sama. Semuanyaini akan berakibat pada menurunnya kuantitas dan kualitas program, sehingga anggaran

    negara perlu direvisi. Anggaran negara yang telah tercantum terlalu rinci dalam dokumenanggaran (DIP, DIPP), pemimpin proyek sulit untuk bisa menyesuaikan apabila terjadikenaikan harga barang yang melampaui harga standar. Untuk melaksanakan pembangunanproyek yang melampaui standar yang telah ditentukan, pemimpin proyek akan dipersalahkanoleh Badan Pengawas Keuangan, sebaliknya juga apabila pemimpin proyek terpaksamengurangi volumenya. Akibatnya, negara terpaksa akan mengeluarkan dana untuk eskalasidalam rangka menambah standar harga itu.

    Dampak Defisit terhadap Ekonomi Makro

    Mengapa kita membicarakan defisit? Dan mengapa defisit anggaran negara merupakanmomok yang sangat ditakuti?

    Defisit anggaran itu ibaratnya seperti penyakit hipertensi yang dampaknya bisamempengaruhi kerja jantung, ginjal, mata, otak, yang berakibat kelumpuhan. Demikian puladefisit anggaran juga berdampak pada beberapa variabel ekonomi makro, antara lain : (1).

  • 8/2/2019 kunarjo2__20091015125127__2354__0

    5/10

    C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Kunarjo.doc # 5

    Tingkat bunga; (2). Neraca pembayaran; (3). Tingkat inflasi; (4). Konsumsi dan tabungan; (5).Tingkat pengangguran; dan (6). Tingkat pertumbuhan.

    (1). Dampak Terhadap Tingkat Bunga

    Defisit anggaran ditandai dengan kurangnya pembiayaan pengeluaran negara karenakurangnya penerimaannya yang berasal dari pajak. Untuk memenuhi kebutuhanmasyarakat dalam meningkatkan anggaran pembangunan maupun rutin, negaramemerlukan penambahan modal, yang berarti permintaan terhadap uang meningkat.Bunga, yang merupakan harga modal itu, akan mengalami tingkat keseimbangan yanglebih tinggi, atau tingkat bunga akan meningkat.

    (2). Dampak Terhadap Neraca Pembayaran

    Dalam ekonomi terbuka, defisit anggaran dapat mempengaruhi posisi ekspor dan impordari dan ke manca negara. Dengan meningkatnya tingkat bunga, investasi dalam negeriakan menurun, yang berarti peluang modal asing cenderung masuk mengalir ke dalamnegeri untuk memenuhi kebutuhan investasi dalam negeri. Apabila ini terjadi, maka defisitanggaran mempunyai dua dampak yang berkaitan, yaitu : pertama, defisit anggaran akanmeningkatkan defisit neraca pembayaran; kedua, dengan membengkaknya defisit neracapembayaran, akan menurunkan nilai tukar dalam negeri terhadap mata uang asing.4

    Sehingga menurunnya nilai rupiah terhadap valuta asing selama ini bukan saja disebabkankarena faktor psikologis, tetapi juga faktor teknis.

    (3). Dampak Terhadap Tingkat Inflasi

    Pengeluaran negara yang melebihi penerimaannya berarti anggaran negara itu ekspansif,artinya ada kecenderungan terhadap kenaikan harga-harga umum (inflasi). Mengapa,karena pengeluaran negara yang digunakan untuk pembangunan proyek-proyek denganbiaya besar dan berjangka lama, selama dalam pembangunan belum dapat menghasilkandalam waktu yang cepat, tetapi sebaliknya, negara telah melakukan pengeluaran-pengeluaran, antara lain untuk upah buruh yang berakibat meningkatnya daya belimasyarakat. Dengan meningkatnya daya beli masyarakat di satu pihak, dan belum adaoutput yang dihasilkan di lain pihak, akan mendorong harga-harga umum akanmeningkat, yang dampaknya adalah pada inflasi. Dalam masa pembangunan yang

    menggebu-gebu sulit bisa dihindarkan keadaan inflasi ini.

    4Daniel Shaviro, Do Deficits Matter ?, The University of Chicago Press, Chicago, 1997, Hal.193

  • 8/2/2019 kunarjo2__20091015125127__2354__0

    6/10

    C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Kunarjo.doc # 6

    (4). Dampak Terhadap Konsumsi dan Tabungan

    Inflasi yang diakibatkan karena defisit anggaran negara itu akan mengurangi pendapatanriil masyarakat. Pengurangan pada pendapatan riil masyarakat itu akan berakibat padapengurangan baik konsumsi maupun tabungan. Tabungan sangat penting sekali untukmendorong investasi. Apabila pendapatan riil ini menurun, berarti tingkat konsumsi dan

    tabungan riil juga menurun, padahal tingkat tabungan riil itu akan berpengaruh terhadaptingkat investasi. Dengan menurunnya tingkat tabungan tersebut, tingkat investasi jugamenurun.

    (5). Dampak Terhadap Penggangguran

    Pengganguran berarti penurunan tingkat kesempatan kerja. Kesempatan kerja tergantungpada besarnya investasi yang dilakukan baik oleh negara maupun masyarakat. Naiknyatingkat bunga akibat dari anggaran negara yang defisit itu, akan berdampak menurunnyagairah untuk investasi, yang berarti banyak proyek-proyek maupun perluasan proyek yang

    sudah ada tidak dapat dibangun, sehingga berakibat pada pemecatan tenaga kerja ataukurangnya tenaga kerja baru yang masuk dalam lapangan kerja. Dengan demikian defisitanggaran ini juga secara langsung berakibat pada kenaikan peningkatan tingkatpenggangguran.

    (6). Dampak Terhadap Tingkat pertumbuhan

    Pertumbuhan yang meningkat adalah akibat dari meningkatnya investasi, baik dari negaramaupun masyarakat. Peningkatan investasi itu bisa terjadi, kecuali disebabkan oleh situasi

    keamanan yang kondusif, juga tingkat bunga yang rendah. Tetapi apabila perubahanvariabel-variabel tersebut berlawanan dengan yang disebutkan diatas, terutama tingkatbunga yang tinggi akibat defisit anggaran, maka tingkat pertumbuhan yang tinggi tidakakan tercapai atau dapat dikatakan defisit anggaran itu juga mengakibatkan padapenurunan tingkat pertumbuhan.

    Membiayai Defisit Anggaran

    Inflasi dapat mendatangkan masalah bagi anggaran negara dan sebaliknya anggarannegara yang ekspansif berakibat timbulnya inflasi. Dengan inflasi mengakibatkan pengurangan

    penerimaan riil di satu pihak, tetapi justru menambah pengeluaran di lain pihak, dansemuanya itu akan memperburuk posisi defisit anggaran negara.

    Defisit anggaran dalam APBN 2001 direncanakan sebesar 3,7% dari PDB atau sekitar Rp.52 trilyun. Tetapi dalam perjalanannya defisit tersebut membengkak karena pengeluaran-pengeluaran negara yang tidak diperkirakan sebelumnya, antara lain pembayaran pinjamanluar negeri dan dampak-dampak lainnya seperti yang disebutkan diatas. Krisis ekonomiIndonesia tahun 1997 memang dirasakan cukup berat terutama dampaknya terhadap APBN,

  • 8/2/2019 kunarjo2__20091015125127__2354__0

    7/10

    C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Kunarjo.doc # 7

    bahkan diantara negara-negara yang terlanda krisis, Indonesia mengalami krisis yang terberat.Mengapa Indonesia nampaknya yang paling sulit keluar dari krisis ?

    Menurut Boediono,5 sebabnya adalah bahwa institusi-institusi yang menjadi pilarkehidupan kemasyarakatan kita, di bidang ekonomi, hukum, sosial, dan politik ternyata lemah,tidak tahan terpaan badai. Lebih dari itu, kelemahan yang ada dalam satu institusi ternyata

    erat kaitannya dengan kelemahan yang ada di institusi lain. Sehingga gangguan pada satuinstitusi merembet cepat pada institusi-institusi lain. Alhasil, apa yang pada awalnya hanyaberupa gejolak di pasar devisa, segera berkembang menjadi krisis perbankan, kemudian krisisekonomi, dan akhirnya menjadi krisis politik dan sosial.

    Dilihat dari sisi manajemen APBN, maka negara harus dapat menutup defisit ini. Secarateoritis menutup defisit APBN dapat dilakukan secara mudah, yaitu : selama APBN terdiri darisisi penerimaan dan pengeluaran, maka defisit APBN prinsipnya dapat ditanggulangi dengancara menambah di sisi penerimaan atau mengurangi di sisi pengeluaran. Masalahnya,menambah sisi penerimaan itu, penerimaan yang mana, jenis pajak yang mana. Danmengurangi pengeluaran itu, jenis pengeluaran yang mana. Yang terakhir ini kadang-kadang

    dapat diperdebatkan oleh para politisi, karena mereka khawatir tidak populer lagi di matamasyarakat. Itulah solusi yang sulit untuk dipecahkan.

    a.Sisi penerimaan :(1) Meminjam dari perbankan dalam negeri. Dengan meminjam dari perbankan dalam

    negeri berarti terjadi penciptaan uang, sehingga uang yang beredar dalam masyarakat(money supply) meningkat. Dampak terhadap pertambahnya penawaran uang yangtidak diimbangi dengan jumlah barang yang diproduksi, akan mengakibatkan kenaikanharga-harga umum atau inflasi.

    (2) Meminjam dari non perbankan dalam negeri atau masyarakat dengan cara menerbitkanobligasi. Di satu pihak penjualan obligasi pemerintah akan menyerap uang masyarakatdan menambah penerimaan negara. Penyerapan uang dari masyarakat berakibatmengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, yang akibatnya berdampak padapenurunan harga. Akan tetapi dengan penjualan obligasi kepada masyarakat dapat jugaberakibat disamping menambah pemasukan negara, juga mengurangi tabunganmasyarakat yang sebenarnya dapat dipergunakan untuk investasi masyarakat.

    (3) Meminjam dari luar negeri. Karena alasan yang tersebut pada nomor (2), negaracenderung meminjam ke luar negeri. Dengan meminjam dari luar negeri itu, sebagianmasyarakat ada yang mengkritik, karena pinjaman luar negeri berarti akan membebanianak cucu kita di kemudian hari. Tetapi sebagian masyarakat tidak setuju pendapat itu,karena dengan meminjam modal sekarang, dan digunakan untuk proyek-proyek yangproduktif dan efisien seperti pembangunan sarana dan prasarana ekonomi, generasipenerus telah mempunyai pondasi yang kuat untuk membangun proyek-proyek lain yangtelah tersedia pondasinya, yaitu berupa sarana dan prasarananya. Sedangkan

    5 Boediono, Dr, Pembenahan Institusi Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi(Keynote Speechdisampaikan pada Kongres Ikatan

    alumni Australia ke-1 di Jakarta, 20 Maret 1999)

  • 8/2/2019 kunarjo2__20091015125127__2354__0

    8/10

    C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Kunarjo.doc # 8

    pembayaran cicilannya dapat diambil dari perpajakan yang akan ditarik dari perusahaan-perusahaan yang telah mantap hasil dari pinjaman sebelumnya.

    (4) Meningkatkan penerimaan pajak. Dengan meningkatkan penerimaan pajak, baik pajaklangsung maupun pajak tidak langsung.

    (5) Mencetak uang. Alternatif ini tidak populer karena pengalaman tahun-tahun sebelumnya,penambahan anggaran dari mencetak uang berarti akan menambah uang yang beredardi masyarakat dan itu akan berdampak pada inflasi. Apalagi apabila pengeluaranmasyarakat dibelanjakan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak produktif atau tidak efisien.Pengeluaran yang tidak efisien ini dapat dilihat dari 4 aspek,6 yaitu pertama kegiatanyang saling bertentangan antara sektor negara dan swasta. Keduakegiatan yang tidaksesuai dengan tujuan pembangunan, ketigakegiatan yang dilaksanakan dengan biayayang lebih besar daripada manfaat yang akan diperoleh. Keempat pengeluaran yangbertentangan dengan tujuan makro ekonomi, misalnya penciptaan kesempatan kerja,penciptaan devisa.

    Negara cenderung untuk memilih menutup defisit dengan cara meminjam ke luar negeridibanding dengan menambah pajak, dengan alasan : (a). dengan meminjam ke luar negeri,penerimaan pajak bisa diprioritaskan untuk keperluan lain yang lebih produktif; (b).pemungutan pajak sangat memberatkan masyarakat yang pendapatannya sudah sangatrendah; (c). meminjam ke luar negeri dapat meningkatkan pembangunan sarana danprasarana yang mempunyai dampak tumbuhnya investasi swasta dan yang berakibat padapeningkatan penerimaan pajak.

    b.Sisi pengeluaran :(1). Mengurangi subsidi, yaitu bantuan yang diambil dari anggaran negara untuk

    pengeluaran yang sifatnya membantu konsumen untuk mengatasi tingginya harga yangtidak terjangkau oleh mereka agar tercipta kestabilan politik dan sosial lainnya, misalnyasubsidi pupuk, subsidi bahan bakar minyak (BBM), subsidi listrik, dan lain sebagainya.Pada prinsipnya negara memberikan subsidi terhadap suatu barang, karena barang itudianggap harganya terlalu tinggi dibanding dengan kemampuan daya beli masyarakat.

    Agar tidak terjadi gejolak di masyarakat, maka negara mengeluarkan dana untukmensubsidi barang tersebut. Subsidi itu dilakukan dengan beberapa cara, misalnya : i).memberikan subsidi kepada konsumen dengan cara memberikan subsidi harga barang-barang yang dikonsumsi; ii). memberikan subsidi kepada produsen, yaitu memberikansubsidi pada bahan baku yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut. Kalau

    pengeluaran subsidi itu dikurangi akan berakibat pada kenaikan harga barang yangdiberi subsidi itu.

    (2). Penghematan pada setiap pengeluaran baik pengeluaran rutin maupun pembangunan.Penghematan pada pengeluaran rutin dilakukan oleh departemen teknis, misalnya untukpengeluaran listrik, telepon, alat tulis, perjalanan dinas, rapat-rapat, seminar, dansebagainya tanpa mengurangi kinerja dari departemen teknis yang bersangkutan.

    6Richard Hemming, Daniel P. Hewitt, and G.A. Mackenzie, Public Expenditure Handbook, IMF, Washington, DC, 1991, Hal. 26

  • 8/2/2019 kunarjo2__20091015125127__2354__0

    9/10

    C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Kunarjo.doc # 9

    (3). Menseleksi sebagian pengeluaran-pengeluaran pembangunan. Penge- luaranpembangunan yang berupa proyek-proyek pembangunan diseleksi menurut prioritasnya,misalnya proyek-proyek yang cepat menghasilkan. Proyek-proyek yang menyerap biayabesar dan penyelesaiannya dalam jangka waktu yang lama, sementara ditundapelaksanaannya

    (4). Mengurangi pengeluaran program-program yang tidak produktif dan tidak efisien.Program-program semacam itu adalah program-program yang tidak mendukungpertumbuhan sektor riil, tidak mendukung kenaikan penerimaan pajak, dan tidakmendukung kenaikan penerimaan devisa. Pemotongan program-program ini harusdilakukan dengan hati-hati. Pemotongan pengeluaran tanpa memperbaiki produktivitasprogram, berarti akan ada kecenderungan akan menurunnya kualitas dan kuantitasoutput.7

    Penutup

    Penyusunan anggaran negara yang berimbang memang merupakan suatu cara yangideal untuk menghindari pengeluaran yang melebihi penerimaannya. Tetapi penyusunananggaran berimbang secara tidak transparan, tipu-tipuan maka masyarakat akan mempunyaiharapan yang semu dan ada kecenderungan untuk melakukan pemborosan-pemborosan(kurang hati-hati) karena menganggap bahwa keuangan negara dalam keadaan baik. Dengananggaran berimbang, apabila penerimaan melebihi pengeluarannya, maka harus dipacudengan tingkat pengeluaran untuk menseimbangkan anggaran tersebut. Percepatan itu akanmenjurus pada pengeluaran-pengeluaran yang tidak produktif dan dapat memicu KKN.

    Defisit anggaran negara nampaknya pemecahannya mudah, yaitu dengan menambahpenerimaan dan/atau mengurangi pengeluaran. Sulitnya penambahan penerimaan (pajak)

    mana yang dinaikkan, atau wilayah pengeluaran mana yang diturunkan. Sulitnya karenasemua itu mempunyai dampak pada politik. Pengurangan subsidi pada BBM, ujung-ujungnyapada dampak yang timbul dalam pengurangan subsidi BBM itu, dengan kata lain harga BBMakan meningkat, biaya transportasi akan meningkat, biaya produksi akan meningkat, danseterusnya dan seterusnya, dan ujung-ujungnya Menteri Pertambangan yang kena cacian darimasyarakat. Oleh karena itu revisi APBN 2001 sangat alot

    7 IMF, Unproductive Public Expenditure, Fiscal Affair Department IMF, Washington DC, 1995

  • 8/2/2019 kunarjo2__20091015125127__2354__0

    10/10

    C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Kunarjo.doc # 10

    Daftar Kepustakaan

    Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia 1999, Jakarta.

    Boediono, Dr, Pembenahan Institusi Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi, (Keynote Speech) disampaikanpada Kongres Ikatan alumni Australia ke-1 di Jakarta, 20 Maret 1999).

    Due, John F., Government Finance, Richard D. Erwin, Inc., Homewood, Illinois, 1963.

    Hemming, Richard, Daniel P. Hewitt, and G.A. Mackenzie, Public Expenditure Handbook, IMF,Washington, DC, 1991.

    Hyman, David N., Public Finance, Dryden Press, London,1999.

    IMF, Unproductive Public Expenditure, Fiscal Affair Department IMF, Washington DC, 1995.

    Shaviro, Daniel, Do Deficits Matter ?, The University of Chicago Press, Chicago, 1997.