ktiktikti
TRANSCRIPT
PENERAPAN EVIDENCE-BASED MEDICINE
DALAM MENGKAJI IMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG KORONER
TERHADAP DIABETES MELITUS
Disusun oleh:
PUTRI NASTITI
10711059
Tutor Pembimbing:
dr. Dimas Satya Hendarta
Kelompok Tutorial 14
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2010
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini menyetujui penulisan Karya Tulis Ilmiah
yang akan ditulis oleh Mahasiswa Universitas Islam Indonesia, sebagaimana
tersebut di bawah ini:
Nama Kegiatan : Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Judul Tulisan : Penerapan Evidence Based Medicine dalam
Megkaji Implikasi Penyakit Jantung Koroner
tehadap Penyakit Diabetes Melitus
Pelaksanaan : 22 November s.d. 24 November 2010
Pelaksana : Putri Nastiti
NIM : 10711059
Jurusan : Pendidikan Dokter Umum
Laporan ini telah disahkan dan disetujui
pada tanggal 24 November 2010 di Yogyakarta
Mengetahui,
Tutor Pembimbing blok KBTI
dr. Dimas Satya Hendarta
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................iv
INTISARI...................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
BAB 2 ISI...................................................................................................3
BAB 3 KESIMPULAN............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................22
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pertama-tama mari kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, karena berkat rahmat dan Ridho-Nya, pengerjaan karya tulis ilmiah
ini dapat berjalan dengan lancar dan selesai tapat waktu. Kedua, saya
ucapkan terima kasih kepada Tim Blok KTI Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, yang telah memberikan tugas membuat karya tulis
ilmiah ini sebagai bentuk pembelajaran lebih mendalam terhdadap blok
KBTI ini. Dengan adanya tugas ini, saya menjadi lebih memahami
mengenai langkah-langkah pembuat karya tulis ilmiah dan hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pembuatan karya tulis ilmiah.Saya juga ingin
menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Dimas
Satya Hendarta, selaku tutor kelompok 14, yang telah memberikan
bimbingan serta arahan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. Saya mohon
maaf apabila dalam karya tulis ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Kritin dan sarannya sangat diharapkan demi perubahan yang
lebih baik untuk masa mendatang. Kesalahan berasal dari dalam diri
manusia, dan kesempurnaan hanya milik Allah. Wassalamu’alaikum Wr.
Wb.
Yogyakarta, 24 November 2010
Penyusun,
Putri Nastiti
NIM. 10711059
PENERAPAN EVIDENCE-BASED MEDICINE
DALAM MENGKAJI IMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG KORONER
TERHADAP DIABETES MELITUS
INTISARI
PENDAHULUAN Dewasa ini, semakin banyak bermunculan penyakit
degeneratif, seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner
dan sebagainnya dan apabila dirunut semuanya saling berkaitan. Evidence-
based Medicine adalah integrasi bukti penelitian ilmiah terbaik yang
tersedia dengan keahlian klinis dan nilai-nilai yang berkaitan dengan pasien.
ISI Lima hal yang penting diperhatikan saat melakukan Evidence-based
medicine, yaitu mengubah kebutuhan informasi yang dibutuhkan (tentang
pencegahan, diagnosis, prognosis, terapi, penyebab dan lain-lain) dengan
pertanyaan yang dapat dijawab, lalu setelah itu mencari bukti ilmiah terbaik
dengan menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian menelaah bukti ilmiah
tersebut secara kritis untuk menguji validitas dan kedekatannya dengan
kebenaran, dampak dan pengaplikasiannya (kegunaan dalam praktik klinik),
Selanjutnya mengintegrasikan hasil penilaian kritis dengan clinical expertise
yang dimiliki serta keadaan unik dari pasien dan terakhir mengevaluasi
efektifitas serta efisiensi dari keputusan klinis yang kita ambil.
KESIMPULAN Dalam penerapan Evidence-based Medicine (EMB), hal
yang paling penting adalah bagaimana kita sebagai menggabungkan bukti
ilmiah terbaik dengan kemampuan klinis yang kita miliki dengan segala hal
yang berkaitan dengan pasien. Setelah telaah kritis dilakukan, selanjutnya
terapkan pengaplikasian hasil penilaian kritis tersebut dengan clinical
expertise yang kita miliki terhadap pasien kita. Dengan begitu kita bisa
mengevaluasi efektifitas dan efiensi dari keputusan klinik yang kita ambil.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Praktisi medis, khususnya dokter, yang tingkat kebutuhannya
terhadap informasi cukup tinggi, pada umumnya mereka tidak bisa
berpegang dengan hanya membaca semua literatur ilmu pengetahuan dan
informasi lainnya yang ada di meja mereka setiap minggu. Meskipun
mereka punya waktu untuk membaca beberapa dari itu, namun masih cukup
sulit untuk mengidentifikasi informasi yang akan sangat berguna dalam
praktek klinis dan untuk mengingat kembali menemukan informasi terkini
ketika mereka membutuhkannya. EBM, yang secara luas telah
menggantikan istilah lama 'epidemiologi klinis', yang kadang-kadang juga
disebut praktik berbasis bukti. Istilah yang terakhir ini menyoroti poin
penting bahwa bukti bahwa kita sedang berbicara tentang bukti empiris apa
yang benar-benar bekerja dan tidak bekerja dalam praktiknya. Ini bukan
mekanisme tindakan ilmiah (seperti jalur biokimia, efek fisiologis atau fitur
anatomi). Banyak faktor yang mempengaruhi hasil dari kegiatan medis
Mekanisme yang mendasari adalah hanya salah satu dari mereka. EBM
adalah tentang hasil klinik yang sebenarnya. Evidence Based Medicine
adalah integrasi bukti penelitian ilmiah terbaik yang tersedia dengan
keahlian klinis dan nilai-nilai yang berkaitan dengan pasien. Kualitas bukti
ilmiah menunjukkan sejauh mana seseorang dapat yakin bahwa perkiraan
efek benar. Kekuatan rekomendasi menunjukkan sejauh mana seseorang
dapat yakin bahwa kepatuhan terhadap rekomendasi yang akan dilakukan
lebih baik daripada bahaya.
Dewasa ini, semakin banyak bermunculan penyakit degeneratif,
seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner dan
sebagainya dan apabila dirunut semuanya saling berkaitan. Salah satu faktor
dari timbulnya penyakit-penyakit tersebut adalah gaya hidup masyarakat
sekarang ini yang telah jauh berubah karena terbawa arus moderenisasi. Kita
sebagai praktisi kesehatan, seharusnya harus semakin tanggap terhadap
masalah ini, karena apabila tidak ada penanganan lebih lanjut, hal ini bisa
menjadi bencana besar terhadap dunia kesehatan, khususnya dunia
kesehatan Internasional.
Diabetes Melitus merupakan suatu sindrom dengan terganggunya
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
berkurangnya sekresi insulin. Terdapat dua tipe utama diabetes melitus.
1.Diabetes tipe 1, yang juga disebut diabetes melitus tergantung insulin
(IDDM), disebabkan kurangnya sekresi insulin.
2. Diabetes tipe II, yang juga disebut diabetes melitus tidak tergantung
insulin (NIDDM), disebabkan oleh penurunan sensitivitas jaringan target
terhadap metabolik insulin.
Dalam diabetes tipe I, kerusakan sel beta pankreas atau penyakit-penyakit
yang menggangu produksi insulin merupakan faktor penyebab timbulnya
diabetes melitus tipe I. Faktor herediter juga dapat menyebabkan degenerasi
sel beta, bahkan tanpa adanya infeksi virus atau kelainan autoimun. Bila
kadar glukosa darah tidak terkontrol baik dalam waktu yang lama pada
diabetes melitus, pembuluh darah di jaringan di sekuruh tubuh mulai
mengalami gangguan fungsi suplai darah ke jaringan. Mekanisme pasti yang
menyebabkan kerusakan jaringan pada diabetes melitus belum dipahami
sepenuhnya, namun agaknya melibatkan tingginya kadar glukosa darah dan
kelainan metabolisme lainnya pada endotel dan sel otot polos vaskular dan
jaringan lainnya. Selain itu, hipertensi akibat kerusakan. Proses
aterosklerosis merupakan dasar mekanisme utama timbulnya penyakit
jantung koroner (PJK). Proses aterosklerosis ini berlangsung menahun,
progressif, secara perlahan-lahan sehingga sulit untuk diketahui sebelum
munculnya gejala klinis.
Pada diabetes tipe II lebih dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi insulin
plasma (hiperinsulinemia). Hal ini terjadi sebagai salah satu upaya sel beta
pankreas terhadap penurunan sensitivitas jaringan terhadap efek
metabolisme insulin, yang lebih dikenal sebagai resistensi insulin.
Resistensi insulin merupakan penyebab utama peningkatan kadar gula
dalam darah, yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit
kardiovaskular,meliputi arterosklerosis.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan
karena penyempitan arteri koroner akibat proses aterosklerosis atau spasme
atau kombinasi keduanya.. Pada penderita Diabetes Melitus (DM) terjadinya
iskemia atau infarkmiokard kadang-kadang tidak disertai dengan nyeri dada
atau disebut SMI (Silent Myocardial Infarction). SMI pada penderita DM
mungkin yang menyebabkan kematian karena terlambatnya diagnosis PJK
atau sulitnya mendiagnosa PJK pada penderita DM. Kematian mendadak
pada penderita DM mungkin disebabkan PJK yang menghasilkan aritmia
atau infark miokard.
Terdapat bukti yang mengkaitkan resistensi insulin dengan hipertensi
ateroskeloris dengan infak miokard. Pasien dengan resistensi insulin berat
mempunyai masa ventrikel yang lebih besar dengan aterosklerosis karotis
yang lebih berat dibandingkan dengan resistensi insulin ringan. Peran
hipertensi pada Patogenesis Aterosklerosis Hipertensi dikaitkan dengan
berbagai faktor yang dapat mengkaselerasi PJK, antara lain akselerasi
penyempitan aterosklerotik pada arteri koroner besar, penurunan
endothelium-depent vasolidation, serta penurunan cadangan koronen dengan
atau tanpa hipertrofi ventrikel kiri.
BAB II
ISI
Hal-hal Dasar yang harus dipahami dalam menerapkan EBM:
Metode Penelitian
Secara umum penelitian kesehatan dibagi dalam dua jenis, yaitu :
1. Peneliti deskripftif
Peneliti deskriptif merupakan studi untuk melakukan deskripsi
mengenai fenomena yang ditemukan berdasarkan karakteristik
orang yang terlibat, tempat kejadian dan waktu terjadi.
2. Penelitian analitik
Penelitian analitik merupakan studi untuk menilai hubungan
antar variabel yang ada. Penelitian analitik dibagi menjadi :
a. Eksperimental
Peneliti melakukan manipulasi/intervensi terhadap variabel
penelitian. /tujuan penelitian ini adalah untuk menilai
dampak/efek dari manipulasi/intervensi yang telah dilakukan.
b. Observasional
Peneliti melakukan pengamatan/pengukuran terhadap
variabel penelitian menurut keadaan alamiah tanpa
melakukan manipulasi/intervensi.
- Cross sectional
Tujuan :
1. Mencari prevalensi satu/ beberapa penyakit tertentu
2. Memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat pada
penyakit dengan perubahan yang jelas
3. Menghitung besarnya risiko tiap kelompok, risiko relatif
(perbandingan resiko antar kelompok) dan risiko atribut.
- Case Control
Rancangan penelitian analitik yang mengikuti proses
perjalanan penyakit kearah belakang berdasarkan urutan
waktu.
- Cohort
Penelitian yang mengikuti proses perjalan penyakit ke
arah depan berdasarkan urutan waktu (observasional)
yang bertujuan mengungkapkan hubungan sebab-akibat
antara faktor risiko dan penyakit yang ditimbulkan.
Jurnal Kedokteran
Beberapa jenis artikel yang dapat ditemukan dalam sebuah jurnal
kedokteran, diantaranya yaitu:
1. Editorial, merupakan artikel yang berisi opini dan editor atau
penerbit jurnal.
2. Laporan Penelitian, merupakan artikel yang ditulis sebagai
bentuk publikasi dari seorang peneliti atas serangkaian kegiatan
penelitian yang telah dilakukan dengan metode benar.
3. Tinjauan Pustaka/ literature review merupakan artikel yang
ditulis dengan mengambil informasi dari artikel-artikel
individual (misalnya laporan kasus) dan menempatkan pada
suatu konteks tertentu.
4. Laporan Kasus/ case report menuliskan menuliskan tentang latar
belakang suatu kasus, tujuannya untuk memberikan edukasi
klinis menengenai gambaran klinis terhadap suatu kasus.
Sumber-sumber EBM dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Filtered Information
Sumber EBM ini telah ditelaah oleh ahlinya dan biasanya
memberikan rekomendasi langsung untuk praktik klinis.
Sumber-sumber yang termasuk filtered information adalah:
a. Sistematic Review
Membuat sebuah pertanyaan klinis yang spesifik lalu
melakukan penelusuran literatur, mengeliminasi penelitian
yang tidak valid dan selanjutnya menyusun sebuah
rekomedasi untuk praktik klinis berdasarkan penelitian-
penelitian yang valid.
b. Meta analysis
Sistematic review yang melakukan analisis statik atas hasil
berbagai penelitian yang valid.
c. Critically Appraisal Topics
d. Criically Appraisal Individuals
2. Unfiltered Information
Merupakan laporan-laporan yang masih merupakan laporan dari
penelitian langsung, contohnya RCT, Cohort studies, case
control studies, case studies/case report).
Jenis-jenis Laporan Penelitian Klinis Jenis-jenis Laporan Penelitian
Untuk melakukan critical appraisal, kita harus mengetahui dulu jenis
laporan dari penelitian klinis, yaitu:
Systematic Reviews
Critically-Appraised Topics
Critically-Appraised Individual
Randomic Controlled Trials
Cohort Studies
Case Controlled Studies
Background Information
1. Terapi, berisikan laporan penelitian tentang efektifitas suatu obat
ataupun intervensi medis lainnya.
2. Harm/ Etiologi, laporan penelitian untuk mengetahui
3. Diagnosis, berisikan laporan penelitian untuk mengetahui
apakah suatu prosedur pemeriksaan dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis.
4. Prognosis, laporan yang berisikan tentang prognosis suatu
penyakit.
Bagian-bagian Laporan Penelitian
Sebagai dasar dalam telaah kritis suatu jurnal, harus dipahami dulu
bagian penting dari jurnal klinis, yaitu:
- Judul
- Abstrak: Rangkuman seluruh isi jurnal. Terdapat hal-hal
komonen IMRAD. (Introduksi/Pendahuluan/ Metode/Result/
Diskusi)
- Introduksi: Pendahuluan atau latar belakang mengapa
penelitian dilakukan.
- Metode: Berisi hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
penelitian. (desain penelitian, tempat dan waktu, banyak
sample, kriteria subyek, pengelompokan subyek, intervensi,
outcome yang diukur dan caranya, metode analisis dan uji
statistik yang digunakan)
- Hasil: Berisikan hasil-hasil penelitian ( alur subyek selama
penelitian, follow up subject, ada tidaknya drop out, data
karakteristik subyek, hasil-hasil outcome yang diukur dan
dianalisis) secara kronologis.
- Diskusi: Interpretasi hasil penelitian dan pembahasan
mengenai makna penelitian. Juga membahas perbandingan
dengan hasil penelitian sebelumnya serta keterbatasan
penelitiain.
- Kesimpulan: Kesimpulan, generalisasi hasil penelitian yang
menjawab pertanyaan penelitian yang disebutkan di
pendahuluan berdasarkan hasil penelitian bukan dari pustaka
- Daftar Pustaka: Lengkap, mutakhir.
Langkah-langkah dalam Praktik EBM
Ada lima langkah dalam mempraktikkan EMB, yaitu:
- Pertama, Mengubah kebutuhan informasi yang dibutuhkan (tentang
pencegahan, diagnosis, prognosis, terapi, penyebab dan lain-lain)
dengan pertanyaan yang dapat dijawab.
- Lalu setelah itu mencari bukti ilmiah terbaik dengan menjawab
pertanyaan tersebut.
- Kemudian menelaah bukti ilmiah tersebut secara kritis untuk
menguji validitas dan kedekatannya dengan kebenaran, dampak dan
pengaplikasiannya (kegunaan dalam praktik klinik)
- Selanjutnya mengintegrasikan hasil penilaian kritis dengan clinical
expertise yang dimiliki serta keadaan unik dari pasien.
- Terakhir mengevaluasi efektifitas serta efisiensi dari keputusan
klinis yang kita ambil.
1. Ask an answerable question
Terdapat 4 komponen yang perlu diperhatikan dalam
memikirkan pertanyaan klinis, yaitu: (diformulasikan menjadi
PICO):
- Patient / Population / Problem
Menjelaskan karakteristik pasien yang paling penting.(contoh:
umur, gender,riwayat kesehatan)
- Intervention / Exposure
Menjelaskan intervensi yang penting.(contoh: tindakan
kesehatan yang menarik yang akan dibandingkan)
- Comparison
Membandingkan tindakan dengan tindakan lainnya. (jika ada
lebih dari 1 intervensi)
- Outcome
Mengevaluasi dan menjelaskan ada tidaknya pengaruh antara
pasien dengan tindakan yang telah dilakukan.
Komponen PICO dapat digunakan sebagai keyword dalam
mencari sumber bukti ilmiah untuk menjawab pertanyaan klinis
yang telah dibuat. Sebegai pelengkap, metode PICO dapat
ditambah dengan komponen TT, yaitu type of question (terapi /
etiologi / harm / diagnosis / prognosis) dan type of study, yang
maksudnya adalah desain penelitian terbaik bagi masing-masing
jenis penelitian sehingga akan membawa kita hanya ke jurnal-
jurnal dengan desain terbaik.
2. Access the appropriate evidence
Mencari Informasi berdasarkan best reseach evidence untuk
menjawab pertanyaan yang tadi telah kita buat melalui jurnal
dan publikasi yang ada.
3. Appraise the evidence
- Mempertimbangkan secara kritis, sistematis dan terintegrasi
unutk menggunakan best evidence tersebut dalam mengobati
pasien melalui telaah kritis (critical appraisal).
- Critical appraisal merupakan perlakuan terhadap banyaknya
informasi atau artikel-artikel jurnal hasil penelitian yang
beredar. Dengan menerapkan critical appraisal, kita dapat
lebih mudah dalam menilai kesahihan dari hasil atau artikel
yang dipublikasikan.
- Tiga pertanyaan mendasar dalam telaah kritis terhadap bukti
ilmiah:
- Secara khusus sudah ada aturan yang jelas mengenai
kelengkapan sebuah laporan penelitian, yaitu:
4. Apply the result to clinical practice
Pengaplikasian hasil penelitian kritis terhapad kemapuan klinis
yang dimiliki terhapa keadaan pasien yang unik.
5. Evaluate your practice.
Mengevaluasi efektifitas dan efisiensi dari keputusan klinis yang
telah diambil.
Berikut contoh praktik dari penerapan Evidence-based medicine dalam
mengkaji implikasi Penyakit Jantung Koroner tehadap penyakit Diabetes
Melitus :
1. Ask an answerable question
Worksheet Patient/ Problem Oriented Clinical Question
Question Components Your Question
P- Patient or Population Penyakit Jantung Koroner pada Penderita
Diabetes Melitus tipe II dengan Penyakit
Jantung Koroner
I – Intervention Faktor risiko Kondisi klinis dan riwayat
kesehatan Penderita Diabetes Melitus tipe 2
dengan Penyakit Jantung Koroner
C – Comparison Kondisi klinis dan riwayat kesehatan
Penderita Diabetes Melitus tipe 2 tanpa
Penyakit Jantung Koroner
O – Outcomes Faktor risiko yang terbukti memperngaruhi
Penyakit Jantung Koroner pada penderita
Diabetes Melitus II
The well built question:
Faktor-faktor risiko apa saja yang mepengaruhi timbulnya Penyakit
Jantung Koroner pada penderita Diabetes Melitus II?
2. Access the appropriate evidence
Dari situs http://eprints.undip.ac.id/6495/1/Yanti.pdf didapat jurnal
ilmiah yang berjudul Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyakit
Jantung Koroner pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (Studi
Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang)
Jurnal lmiah yang berjudul Faktor-faktor Risiko Kejadian
Penyakit Jantung Koroner pada Penderita Diabetes Melitus Tipe
2 (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang), memiliki
abstrak sebagai berikut:
Latar Belakang. DM yang tidak dikelola dengan baik akan
mengakibatkan komplikasi makrovaskuler seperti PJK dan PJK
merupakan penyebab kematian utama pada penderita DM. Pada
penderita DM terjadinya iskemia atau infark miokard kadang-
kadang tidak disertai dengan nyeri dada atau disebut silent
myocardial infarction (SMI) yang mungkinmenyebabkan
kematian karena terlambatnya diagnosis PJK atau sulitnya
mendiagnosa PJK pada DM. Kematian mendadak pada
penderita DM mungkin disebabkan PJK yang menghasilkan
aritmia atau infark miokard. Oleh karena itu perlu diketahui
faktor-faktor risiko terjadinya PJK pada penderita DM tipe 2
untuk mencegah terjadinya komplikasi PJK pada DM tipe 2.
Tujuan. Memperoleh informasi faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang
berpengaruh terhadap kejadian PJK pada penderita DM tipe 2.
Metode. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional
analitik dengan rancangan studi kasus kontrol. Jumlah sampel
126 orang terdiri 63 kasus dan 63 kontrol. Kasus adalah
penderita DM tipe 2 dengan PJK dan kontrol adalah penderita
DM tipe 2 tanpa PJK. Pengambilan data melalui wawancara dan
catatan rekam medik. Analisis data dilakukan secara univariat,
bivariat dan multivariat.
Hasil Penelitian. Faktor risiko yang terbukti berpengaruh
dengan kejadian PJK pada DM tipe 2 adalah hipertensi
(OR=3,77; P=0,007; 95% CI=1,436-9,908), kadar trigliserida ≥
150 mg/dl (OR=5,436; P=0,001; 95% CI=2,068-14,292), kadar
kolesterol HDL ≤ 45mg/dl (OR=5,981; P=0,0001; 95%
CI=2,217-16,132), kadar glukosa darah puasa ≥ 126mg/dl
(OR=3,528; P=0,022; 95% CI=1,195-10,410) dan kurangnya
latihan fisik (OR=2,961; P=0,031; 95% CI=1,103-7,947).
Simpulan. Faktor-faktor risiko yang terbukti mempengaruhi
kejadian PJK pada penderita DM tipe 2 yaitu hipertensi, kadar
trigliserida ≥ 150 mg/dl, kadar kolesterol HDL ≤ 45mg/dl, kadar
glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl dan kurangnya latihan fisik.
Saran. Bagi institusi kesehatan agar mensosialisasikan faktor
risiko PJK pada DM tipe 2 yaitu hipertensi, kadar trigliserida ≥
150 mg/dl, kadar kolesterol HDL ≤ 45 mg/dl, kadar glukosa
darah puasa ≥ 126 mg/dl dan kurangnya latihan fisik melalui
pendidikan kesehatan dan memonitoring terhadap prevalensi
kejadian PJK secara berkesinambungan. Bagi masyarakat agar
melaksanakan upaya pencegahan berbagai macam faktor risiko
terjadinya PJK pada DM.
Kata kunci : Faktor risiko, PJK pada DM tipe 2
3. Appraise the evidence
Metode Penelitian: Penelitian Analitik Observasional, Case
Control
Jurnal yang berupa laporan penelitian
Jenis laporan penelitian klinis: harm/ etiologi.
Worksheet Critical Appraisal
Jurnal Terapi
Judul: Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner
pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (Studi Kasus di RSUP Dr.
Kariadi Semarang)
Publikasi oleh: Yanti, Mahasiswa Magister Epidemiologi Program
Pascasarjana UNDIP Semarang
Suharyo Hadisaputro, Magister Epidemiologi Program
Pascasarjana UNDIP Semarang.
Tony Suhartono, Bagian Endokrinologi Fakultas
UNDIP Semarang
Validity
1a. Apakah alokasi pasien
terhadap terapi/
perlakuan dilakukan
secara random?
Ya [ ]
Tidak [ ]
1b. Apakah randomisasi
dilakukan tersembunyi?
Ya [ ]
Tidak [ ]
1c. Apakah antara subjek
peneltian dan peneliti
‘blind’ terhadap terapi/
perlakuan yang
diberikan?
Ya [ ]
Tidak [ ]
Tidak, karena dilakukan
wawancara terhadap
subjek dan kontrol.
2a. Apakah semua subjek
yang ikut serta
diperhitungkan dalam
hasil/ kesimpulan?
(Apakah pengamatan
Ya [ ]
Tidak [ ]
Dilakukan penelitian
terhadapjumlah sample
126 orang, terdiri 63
kasus dan 63 kontrol.
Cukup lengkap,
cukup lengkap?) penelitian meliputi
analisis data
dilakukan secara
univariat, bivariat dan
multivariat.
2b. Apakah pengamatan yang
dilakukan cukup
panjang?
Ya [ ]
Tidak [ ]
Tidak memakan waktu
yang cukup banyak,
karena hanya dilakukan
wawancara dan
pemantauan cacatan
rekam medik
2c. Apakah subyek dianalisis
pada kelompok dimana
subyek tersebut
dikelompokkan dalam
randomisasi?
Ya [ ]
Tidak [ ]
Subjek yang dianalisis
dikelompokkan
berdasarkan kelompok,
umur, jenis pekerjaan dan
tingkat pendidikan
3a. Selain yang diperlakukan,
apa subjek diperlakukan
sama?
Ya [ ]
Tidak [ ]
3b. Apakah kelompok pada
awal penelitian sama
dengan pada akhir
penelitian?
Ya [ ]
Tidak [ ]
Penelitian ini tetap
meliputi dua kelompok,
yaitu Penderita DM II
dengan PJK serta
Penderita DM II tanpa
PJK
Importance
1. Berapa besar efek terapi? Perhitungan OR/RR/ARR/NNT/NNH
2. Seberapa tepat estimasi
efek terapi
Applicable
1. Apakah pasien yang kita Ya [ ] *
miliki sangat berbeda
dengan pasien dalam
penelitian?
Tidak
[ ]
2. Apakah hasil yang baik
dari penelitian dapat
diterapkan dengan
kondisi yang kita miliki
Ya [ ]
Tidak
[ ]
*
3. Apakah semua outcomes
clinis yang penting
dipertimbangkan (efek
samping yang mungkin
timbul)?
Ya [ ]
Tidak
[ ]
*
4. Apakah sudah memahami
harapan dan pilihan
pasien?
Ya [ ]
Tidak
[ ]
*
5. Apakah intervensi yang
akan memenuhi harapan
pasien? Pasien siap
dengan konsekuensinya?
Ya [ ]
Tidak
[ ]
*
*Proses applicabality dalam proses telaah kritis ini belum bisa saya
terapkan untuk sekarang ini, karena suatu penerapan applicabality dari hasil
telaah kritis ini diaplikasikan kepada pasien dan harus dilakukan oleh
seorang pelaku medis, sedangkan saya hanya mahasiswa kedokteran yang
belum diperbolehkan menerapkan hal tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam penerapan Evidence-based Medicine (EMB), hal yang paling
penting adalah bagaimana kita sebagai menggabungkan bukti ilmiah terbaik
dengan kemampuan klinis yang kita miliki dengan segala hal yang berkaitan
dengan pasien.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menerapkan EBM ini
adalah mula-mula kita harus menanyakan answerable question yang
berkenaan mengenai empat hal, yaitu Patient/ Population, Intervention,
Comparison, Outcome (PICO), dimana melalui proses ini kita dapat dengan
mudah mencari keyword untuk mencari bukti ilmiah dengan desain terbaik.
Dengan banyaknya sumber bukti ilmiah yang beredar, kita harus
lebih bisa memyaring informasi-informasi tersebut menjadi seuatu informasi
yang benar-benar sahih yang bisa diterapkan kepada praktik klinis kita. Kita
dapat mencari jurnal-jurnal ilmiah melalui situs-situs yag memang memuat
berbagai jurnal kedokteran, seperti PubMed, salah satu caranya dengan
telaah kritis atau critical appraisal. Dengan menerapkan telaah kritis, kita
adak semakin mudah dalam menilai suatu kebenaran, relvansi, dan hasil dan
artikel yang dipublikasikan.
Setelah telaah kritis dilakukan, selanjutnya terapkan pengaplikasian
hasil penilaian kritis tersebut dengan clinical expertise yang kita miliki
terhadap pasien kita. Dengan begitu kita bisa mengevaluasi efektifitas dan
efiensi dari keputusan klinik yang kita ambil.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyaningrum, Y.D., Khoriyah, M., Rahmawati, R. Wijaya, D.P., Wibowo,
SA., 2010. Panduan Skill Practice Blok Kemampuan Belajar Dan Teknologi
Informasi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Glauzio, P., Mar, C., Sakisbury, J., 2003. EBM woorkbook. Finding and
Appying the Best Research Evidence to Improve Patient Care. London:
BMJ Publishing Book.
Guyton A.C., Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physioloy 11th edition.
Irawati. 2007 (Alih Bahasa), Rahman L ( Editor), EGC, Jakarta
Srikantan, V.S, Dunn, F.G cit Alwi, I., 2003. Hipertensi sebagai Faktor
Risiko Penyakit Jantung Koroner. 2003. Simposium Pendekatan Holistik
Penyakit Kardiovaskular II. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Straus, S.E., Richardson, W.S., Glasziou, P., Haynes, R. B., 2003. Evidence
Based Medicine: How to Practice and Teach EBM (3th edition). Edinburgh:
Churchill Livingstone
Sobiyantoro, B., T., Hubungan antara Terkendalinya Kadar Gula Dalam
Darah Dengan Berat Ringannya Polineuropati Pada Penderita Diabetes
Melitus TipeII. http://eprints.undip.ac.id/12511/1/2002PPDS1902.pdf
Yanti, Hadisaputro, S., Suhartono, T., Faktor-faktor Risiko Kejadian
Penyakit Jantung Koroner pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (Studi
Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang).
http://eprints.undip.ac.id/6495/1/Yanti.pdf
http://www.docstoc.com/docs/24528068/Worksheet-Critical-Appraisal