kti teh

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem pencernaan manusia, gigi merupakan bagian yang sangat penting. Gigi bertugas mengubah ukuran makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga makanan dapat masuk ke kerongkongan untuk dicerna lebih lanjut. Oleh karena fungsinya yang penting, gigi perlu dirawat sebaik mungkin. Jika tidak, permukaan gigi yang keras akan rusak. Jika demikian, maka lapisan dalam gigi akan terbuka dan menyebabkan rasa nyeri pada gigi. Kerusakan gigi terjadi akibat serpihan makanan yang masih tertinggal. Di dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam bakteri aerob dan anaerob. Salah satunya adalah Streptococcus mutans yang bersifat patogen. Bakteri ini akan mengubah gula-gulaan pada serpihan makanan yang masih tertinggal di gigi menjadi energi yang akan berdampak pada produksi asam di permukaan gigi, sehingga menyebabkan terjadinya plak gigi yang kemudian merusak email gigi. Kerusakan inilah yang disebut karies gigi. Untuk mencegah terjadinya karies gigi, perlu adanya pengendalian populasi bakteri dalam rongga mulut. Di abad ke-21 ini, masyarakat lebih memilih 1

Upload: aisha-rahma-fairuz

Post on 21-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

kti teh mencegah karies gigi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam sistem pencernaan manusia, gigi merupakan bagian yang sangat penting. Gigi bertugas mengubah ukuran makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga makanan dapat masuk ke kerongkongan untuk dicerna lebih lanjut. Oleh karena fungsinya yang penting, gigi perlu dirawat sebaik mungkin. Jika tidak, permukaan gigi yang keras akan rusak. Jika demikian, maka lapisan dalam gigi akan terbuka dan menyebabkan rasa nyeri pada gigi.Kerusakan gigi terjadi akibat serpihan makanan yang masih tertinggal. Di dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam bakteri aerob dan anaerob. Salah satunya adalah Streptococcus mutans yang bersifat patogen. Bakteri ini akan mengubah gula-gulaan pada serpihan makanan yang masih tertinggal di gigi menjadi energi yang akan berdampak pada produksi asam di permukaan gigi, sehingga menyebabkan terjadinya plak gigi yang kemudian merusak email gigi. Kerusakan inilah yang disebut karies gigi.Untuk mencegah terjadinya karies gigi, perlu adanya pengendalian populasi bakteri dalam rongga mulut. Di abad ke-21 ini, masyarakat lebih memilih cara mudah untuk mengatasi bakteri penyebab karies gigi. Cara yang paling banyak dilakukan yaitu dengan menyikat gigi dan menggunakan fluoride. Fluoride ini berfungsi meningkatkan daya tahan email sehingga bersifat antibakteri serta menurunkan produksi asam oleh bakteri dalam mulut yang dapat merusak gigi.Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, teh terbukti mengandung banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Kandungan zat dalam teh sangat banyak, salah satunya adalah fluoride. Dalam karya tulis ini, penulis ingin mengatahui apakah kandungan fluoride pada teh hijau dapat dengan efektif membantu menghambat pertumbuhan bakteri di dalam rongga mulut sebagai upaya mencegah karies gigi.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah:1.2.1 Apakah teh hijau (Cammelia sinensis) mengandung zat yang bersifat antibakterial?1.2.2 Bagaimana proses kerja zat antibakterial dalam seduhan teh (Cammelia sinensis) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans guna mencegah karies gigi?1.2.3 Berapa takaran teh yang ideal dikonsumsi untuk mendapatkan hasil optimal dalam mencegah karies gigi?

1.3 Tujuan PenulisanBerdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai yaitu:1. Mengatahui apakah teh mengandung zat antibakterial yang dapat mencegah karies gigi.2. Mengetahui kinerja antibakterial dalam seduhan teh dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans guna mencegah karies gigi.3. Mengetahui takaran ideal teh yang sebaiknya dikonsumsi untuk mendapatkan hasil optimal dalam mencegah karies gigi.

1.4 Manfaat PenulisanKarya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:1. Dapat mencegah karies gigi dengan mengonsumsi teh.2. Mengoptimalkan pemanfaatan teh bagi kehidupan khususnya kesehatan.3. Menambah wawasan penulis dan masyarakat tentang khasiat lain dari teh.

1.5 Metode PenulisanDalam penulisan karya tulis ini, tim penulis menggunakan dua metode penulisan, yakni :1. Metode deskriptif (menggambarkan) merupakan metode yang gaya penulisannya dengan cara menerangkan suatu masalah atau gejala dengan memberikan deskripsi fisik. Gaya penulisan deskriptif menggunakan pola pertanyaan 5 W dan I H, yaitu who (siapa), what (apa), when (kapan), where (di mana), why (mengapa) dan how (bagaimana).2. Metode Pustaka adalah metode penelitian yang menggunakan media pustaka seperti buku, majalah, hasil penelitian dan jenis sumber tulisan lainnnya.Penelitian yang penulis lakukan sesuai dengan prosedur berikut : 1. Menemukan masalahPenulis dituntut untuk menemukan masalah. Penulis tertarik meneliti masalah penyakit karies gigi.2. Menjelaskan masalahPenulis menjelaskan masalah sesuai dengan kenyataan yang berkembang di lingkungan sekitar. Penyakit karies gigi banyak diderita oleh masyarakat, terutama anak-anak.3. Cara perolehan dataCara yang digunakan penulis dalam memperoleh data adalah melalui internet, buku-buku, artikel dan sumber tulisan lainnya. 4. Analisis dataCara yang digunakan oleh penulis untuk menulis analisis data adalah dengan cara analisis deskriptif.

1.6 Sistematika PenulisanKarya tulis ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :BAB I :Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan Karya Tulis.BAB II :Mengenal Teh Hijau, yang meliputi Sejarah Teh, Taksonomi Teh, Perkembangan dan Persebaran Teh di Indonesia, Jenis-jenis teh dan Kandungan dan Khasiat Teh.BAB III :Mengenal Karies Gigi, yang meliputi Definisi Karies Gigi, Sejarah Karies Gigi, Klasifikasi Karies Gigi, Etilogi Karies Gigi dan Mekanisme Terjadinya Karies Gigi. BAB IV:Pencegahan Karies Gigi dengan Mengonsumsi Teh Hijau yang meliputi Zat Antibakterial dalam Teh Hijau, Proses Kerja Zat Antibakteral Teh Hijau dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans, Mencegah Karies Gigi dengan Mengonsumsi Teh Hijau.BAB V :Penutup, yang meliputi Simpulan dan Saran.

4.

BAB IIMENGENAL TEH

2.1 Sejarah TehTeh (Camellia sinensis) lahir dan ditemukan di Negeri Cina, tepatnya di provinsi Yunnan, bagian barat daya Cina. Daerah ini beriklim tropis dan sub-tropis dimana secara keseluruhan adalah hutan jaman purba. Daerah yang hangat dan lembab ini, menjadi tempat yang sangat cocok bagi tanaman teh.Shennong dikenal sebagai penemu teh. Dalam bukunya, dikatakan bahwa ia secara langsung mencoba banyak ramuan herbal dan menggunakan teh sebagai obat pemunah bila ia terkena racun dari ramuan yang dicoba. Ia meninggal karena meminum ramuan beracun dan tidak sempat meminum teh penawar racun sehingga menyebabkan organ dalam tubuhnya meradang.Teh Cina pada awalnya digunakan untuk bahan obat obatan (Abad ke-8 SM). Pada waktu itu (770 SM 476 SM), masyarakat Cina mengunyah teh dan mereka menikmati rasa yang menyenangkan dari sari daun teh. Teh juga sering kali dipadukan dengan ragam jenis makanan dan racikan sop.Pada zaman pemerintahan dinasti Han (221 SM 8 M), teh mulai diolah dengan cara sederhana, dibentuk membulat, dikeringkan dan disimpan, teh mulai dijadikan sebagai minuman, teh diseduh dan dikombinasikan dengan ramuan lain (misalnya : jahe). Kebiasaan minum teh melekat kuat dengan kebudayaan masyarakat Cina dan kemudian digunakan sebagai tradisi dalam menjamu para tamu. Kebiasaan ini kemudian melekat dan menyebar ke seluruh penjuru dunia.Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684 dibawa oleh oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, berupa biji teh dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Jakarta. Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877 dan ditanam di Kebun Gambung, Jawa Barat oleh R.E Kerk Hoven. Sejak saat itu, teh China secara berangsur-angsur diganti dengan teh Assam, sejalan dengan perkembangan perkebunan teh di Indonesia, yang mulai sejak tahun 1910 dengan dibangunnya perkebunan teh di Simalungun, Sumatera Utara. Dalam perkembangannya industri teh di Indonesia mengalami pasang surut sesuai perkembangan situasi pasar dunia maupun Indonesia, antara lain pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) banyak areal kebun teh menjadi terlantar (Soehardjo, Dkk, 1996).

Gambar 1 Grafik perkembangan harga tehHarga teh juga mengalami pasang surut. Tahun 1998 terjadi kenaikan harga teh dunia secara menyeluruh dari harga tahun 1997 sebesar $1.65 (Indonesia), $1.70 (India) dan $2.02 (Sri Lanka) menjadi masing-masing $1.70, $1.80 dan $2.28 pada tahun 1998. Kenaikan harga disusul dengan penurunan harga, karena respon penjual terhadap fenomena kenaikan harga yang melonjak. Pada saat harga baik setiap produsen berusaha meningkatkan produksinya agar memperoleh manfaat yang tinggi dalam jangka pendek, akibatnya pasar dibanjiri oleh teh kualitas rendah sehingga disusul dengan penurunan harga. Kalau diperhatikan antara tahun 1998 ke 1999 penurunan harga Sri Lanka menjadi $1.64 atau 72%, India menjadi $1.44 atau 80% serta Indonesia menjadi $1.05 atau 62% dan setelah itu harga teh Indonesia selalu terpuruk (Tim Penulis Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2008).

2.2 Taksonomi Teh HijauTaksonomi tanaman teh hijau adalah sebagai berikut: Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Ericales Famili: Theaceae Genus: Camellia Spesies: Cammelia sinensis

2.3 Perkembangan dan Persebaran Teh Hijau di IndonesiaPerkembangan dan persebaran teh hijau dibedakan menjadi dua masa, yaitu:2.3.1 Sebelum Indonesia MerdekaTanaman teh masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1684. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn mengatakan bahwa ia telah melihat perdu teh muda yang berasal dari Cina tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Camphuys, di Jakarta.Tahun 1826, didatangkan biji teh dari Jepang dan ditanam di Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827, ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut. Berhasilnya penanaman dalam luasan yang lebih besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh untuk membuka landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Pada tahun 1828, di kedua daerah tersebut terdapat 180 hektar tanaman teh dengan produksi sekitar 8.000 kg teh kering.Tahun 1835, Indonesia untuk pertama kalinya mengekspor teh kering ke Amsterdam. Tahun 1866, semua perusahaan perkebunan yang semula dimiliki pemerintah dijual kepada perusahaan perkebunan swasta.Tahun 1870 Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) mulai berlaku. Berdasarkan undang-undang ini, pengusaha swasta dapat menyewa tanah negara yang cukup luas untuk jangka waktu yang cukup panjang yaitu 75 tahun. Kesempatan ini mendorong para pengusaha swasta untuk menanamkan modalnya pada usaha perkebunan, termasuk perkebunan teh.Tahun 1877, diperkenalkan jenis teh baru yaitu teh Assam dari Sri Lanka (Ceylon) yang ditanam pertama kali oleh Kerkhoven di Kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya jenis teh ini, yang kemudian terbukti tumbuh dengan baik, secara berangsur tanaman teh Cina diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas.Pada tahun 1910, mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara. Demikian pula di Jawa berdiri perkebunan-perkebunan teh, terutama di Jawa Barat yang keadaan iklim dan tanahnya lebih cocok bagi tanaman teh.Industri teh di Indonesia mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan situasi pasar dunia maupun keadaan di Indonesia sendiri. Pada tahun 1941. luas perkebunan teh di Indonesia adalah sekitar 200.000 ha yang terdiri dari perusahaan perkebunan besar seluas 125.000 ha dan perkebunan teh rakyat 75.000 ha, dengan jumlah total perkebunan sebanyak 299 buah.Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), banyak areal kebun teh yang dikonversikan ke tanaman pangan. Tidak sedikit pula kebun teh yang terlantar dan mengalami kerusakan. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia kebun teh yang umumnya masih diusahakan oleh perusahaan milik Belanda, menghadapi berbagai kendala dalam pengusahaannya.2.3.2 Setelah Indonesia MerdekaPada tahun 1958, dilakukan pengambilalihan perkebunan teh milik perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris oleh pemerintah Indonesia. Selanjutnya, secara bertahap dilaksanakan usaha rehabilitasi terhadap perkebunan teh yang telah menjadi milik negara tersebut.Selama Pembangunan Lima Tahun, luas areal maupun produksi terus meningkat. Pada tahun 1976, tercatat luas areal 97.725 ha dengan produksi 72.144 ton dan tahun 1984, tercapai luas areal 115.879 ha dengan produksi 127.287 ton. Data tahun 1990 menunjukkan luas perkebunan teh di Indonesia sebesar 129.500 ha, yang terdiri dari perkebunan milik negara (PT Perkebunan Negara) 49.800 ha, perkebunan besar swasta 27.700 ha, dan perkebunan rakyat 52.000 ha. Perkebunan-perkebunan tersebut tersebar di pulau Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu. Sumatera Selatan. Kemudian dibuka pula perkebunan teh di Kalimantan dan Sulawesi.Tabel 1 : Luas Areal, Produksi dan Ekspor Teh Indonesia pada Pelita I-VI (1968-1996)

Dalam perkembangannya sebagai produsen teh, dewasa ini secara nasional perusahaan perkebunan teh di Indonesia tergabung dalam Asosiasi Teh Indonesia, dan secara internasional, Indonesia telah menjadi anggota berbagai organisasi teh internasional, seperti: United States Tea Council (Amerika Serikat), United Kingdom Tea Council (Inggris), Australian Tea Council (Australia), International Tea Promotion di Geneva, dan International Tea Committee di Inggris. (Djoehana Setyamidjaja, 2000:14)

2.4 Jenis-jenis TehTeh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh (Camellia sinensis) segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan. Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi yaitu sebagai berikut:2.4.1 Teh putihTeh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.2.4.2 Teh hijauDaun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).2.4.3 OolongProses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-3 hari.2.4.4Teh hitam atau teh merahDaun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Disebut teh merah karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal.

2.4.5 Pu-erh (Pu li dalam bahasa Kantonis)Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: "mentah" dan "matang." Teh pu-erh yang masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga "matang". Selama penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh "matang" dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh "mentah" yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh "matang" dibuat dengan mengontrol kelembaban dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan.Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Semakin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi semakin enak. Teh pu-erh yang masih "mentah" kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih seringkali hingga lima menit. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam.

2.5 Kandungan dan Khasiat TehTeh hijau mengandung banyak fluor sekitar 0.1-4.2 mg/L yang membantu menjaga kesehatan gigi. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan di Jepang, bahwa pada murid-murid Sekolah Dasar yang mengkonsumsi minuman teh hijau setiap hari secara terus menerus dan teratur ternyata kasus karies gigi hampir tidak ditemukan.

Beberapa zat yang terkandung dalam teh hijau yaitu:2.5.1 Antioksidan dan polyphenolPara ilmuwan Jepang percaya bahwa antioksi dan polyphenol yang terdapat dalam teh hijau adalah bahan sangat bermanfaat bagi kesehatan, yaitu mampu mengurangi risiko penyakit jantung, membunuh sel tumor, dan menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru, kanker usus terutama sel kanker kulit. Selain itu kedua zat ini dapat membantu kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis dan produksi cairan pencernaan.2.5.2 FluorideFluoride tergolong sebagai mineral yang dapat mencegah pertumbuhan karies pada gigi, mencegah radang gusi, dan gigi berlubang.2.5.3 ManganKandungan mangan yang terdapat pada teh hijau dapat membantu penguraian gula menjadi energi sehingga membantu menjaga kestabilan kadar gula dalam darah.2.5.4 KafeinKadar kafein yang terkandung dalam teh hijau berbeda dengan kafein yang terkandung dalam kopi. Pada teh hanya terkandung kafein sebanyak 3 5%. Jadi jika kita rajin minum teh, maka tubuh dan pikiran akan terasa lebih segar. Kafein berpengaruh positif pada aktivitas mental, dan dapat memperbaiki proses pencernaan makanan dalam lambung. Pencernaan yang baik akan membakar lemak dalam tubuh lebih efisien.2.5.5 TaninHasil penelitian terakhir tentang teh hijau menunjukkan bahwa kandungan senyawa golongan tanin yang terkandung dalam teh hijau mampu mencegah dan mengobati gangguan ginjal. Sementara itu daun teh yang masih basah dapat digunakan sebagai kompres kulit yang terkena gigitan serangga, terbakar sinar matahari, atau sebagai penyegar untuk mata yang lelah.

BAB IIIMENGENAL KARIES GIGI

3.1 Definisi Karies GigiKaries gigi adalah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian.Karies gigi atau dental caries menurut Susanto (2009) adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi dan meluas kearah pulpa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), karies gigi diartikan sebagai suatu proses patologi pascaerupsi yang terlokalisasi dan disebabkan oleh faktor luar (Armasastra Bahar, 2011:21). Proses ini dimulai dengan kerusakan jaringan email yang menjadi lunak dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya kavitas.

3.2 Sejarah Karies GigiBukti arkeologis menunjukkan bahwa karies gigi sudah ada sejak masa prasejarah. Sebuah tengkorak yang diperkirakan berusia satu juta tahun (zaman neolitikum), memberi petunjuk tentang adanya karies. Perkembangan karies pada masa neolitikum mungkin disebabkan banyaknya konsumsi makanan dari tumbuhan yang banyak mengandung karbohidrat. Gurdi atau bor dari kayu ditemukan pada masa neolitikum, diperkirakan digunakan sebagai pelubang gigi untuk mengeluarkan abses dari gigi.Sebuah teks dari Sumeria (5000 SM) menggambarkan sebuah "cacing gigi" sebagai penyebab karies. Bukti pada kepercayaan ini juga ditemukan pada India, Mesir, Jepang, dan Tiongkok.Banyak fosil tengkorak yang ditemukan menunjukkan adanya perawatan gigi yang primitif. Di Pakistan, sebuah gigi yang berasal dari 5500 SM hingga 7000 SM menunjukkan sebuah lubang yang mungkin disebabkan gurdi gigi. Selama pemerintahan dinasti Sargonid Assyria pada 668 SM hingga 626 SM, dituliskan bahwa dokter kerajaan memerlukan tindakan pencabutan gigi untuk mencegah penyebaran radang. Selama masa pendudukan Bangsa Romawi di Eropa, proses pemasakan makanan menurunkan tingkat terjadinya karies. Pada masa peradaban Yunani, Romawi dan Mesir, telah memiliki perawatan untuk meredakan rasa nyeri karena karies.Tingkat kejadian karies menurun pada zaman perunggu dan besi, namun meningkat tajam pada zaman pertengahan. Peningkatan prevalensi karies ini serupa dengan kejadian pada tahun 1000, ketika gula menjadi lebih mudah didapatkan di dunia Barat. Ada pula bukti yang menunjukkan adanya peningkatan tingkat karies di suku Indian, Amerika Utara setelah memulai kontak dengan kolonial Eropa. Sebelum kolonisasi, Indian Amerika Utara menggantungkan hidupnya pada berburu, kemudian berubah menjadi bertani jagung. Pergantian diet makan ini menyebabkan peningkatan karies.Pada masa pencerahan, kepercayaan bahwa "cacing gigi" sebagai penyebab karies ditepis oleh kelompok ilmuwan kedokteran. Pierre Fauchard, yang dikenal sebagai bapak kedokteran gigi masa kini, adalah salah satu pihak pertama yang menolak ide cacing gigi tersebut. Ia menyebutkan bahwa konsumsi gula-lah yang menjadi penyebab karies gigi. Pada 1890-an, W.D. Miller memulai rangkaian penelitian untuk menyelidiki perihal penyakit karies gigi. Ia menemukan bahwa ada bakteri yang hidup di rongga mulut dan mengeluarkan asam sehingga melarutkan struktur gigi ketika terdapat sisi karbohidrat. Penjelasan ini dikenal sebagai teori karies kemoparasitik. Penemuan Miller bersamaan dengan penelitian terhadap plak gigi oleh G.V. Black dan J.L. Williams, membuat sebuah dasar sebagai penjelasan patofisiologi karies yang diterima hingga kini.

3.3Klasifikasi Karies GigiKaries gigi dapat diklasifikasikan berdasarkan lima aspek, yaitu:3.3.1 Berdasarkan cara meluasnya, dibedakan menjadi:a. Karies Penetriende, Karies yang meluas dari email kedentin dalam bentuk kerucutperluasannya secara penetrasi merembes ke dalam.b. Karies Unterminirende, Karies yang meluas dari email ke dentin dimana pada oklusal keciltetapi di dalam email atau dentin sudah meluas.3.3.2 Berdasarkan kedalamannya, dibedakan menjadi:a. Karies Superfisialis Karies yang baru mengenai lapisan email, tidak sampai dentin.b. Karies Media Karies yang sudah mengenai dentin tetapi belum melebihi setengah dentin.c. Karies Profunda Dimana karies sudah mengenai lebih setengahnya dentin dan kadang -kadang sudah mengenai pulpa.3.3.3 Berdasarkan Lokasinya, dibedakan menjadi:a. Karies kelas I : Karies yang terdapat pada bagian oklusal (Pits dan fissure) dari gigipremolar dan molar. Dapat juga terdapa ada anterior di foramencaecum.b. Karies kelas II : Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi molar ataupremolar yang umumnya meluas sampai bagian oklusal.c. Karies kelas III : Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi anterior tetapibelum mencapai margo incisal (belum mencapai 1/3 incisal gigi).d. Karies kelas IV : Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi anterior dan sudah mencapai margo incisal (telah mencapai 1/3 incisal gigi )e. Karies kelas V : Karies yang terletak di serviks gigi anterior maupun posterior.3.3.4 Berdasarkan Banyaknya Permukaan yang Terkena, dibedakan menjadi:a. Simple karies: Bila hanya satu permukaan yang terkenab. Kompleks karies : Bila lebih dari satu permukaan gigi yang terkena3.3.5 Berdasarkan Keparahan/Kecepatan Serangan Karies, dibedakan menjadi:a. Rampant kariesb. Karies terhenti3.4 Etiologi Karies GigiEtiologi atau penyebab karies telah banyak diteliti oleh para ahli, namun sampai saat ini masih dianut empat faktor yang mempengaruhinya. Keempat faktor tersebut berlandaskan pada tiga faktor utama yaitu host (pejamu), agent (bakteri), dan substrat (diet). Terjadinya kares gigi disebabkan sinergi dari ketiga faktor tersebut dan didukung oleh faktor keempat yaitu faktor waktu. (Armasastra Bahar, 2011:21)Ketiga faktor utama tersebut dapat digambarkan sebagai 3 lingkaran yang saling berpotongan, sehingga bila salah satu faktor tersebut tidak berperan maka tidak akan terjadi proses karies. Demikian juga dengan faktor waktu, yang sangat menentukan pada proses terjadinya karies gigi. Bila dalam waktu yang singkat kita telah memutus rantai di antara ketiga faktor, maka masing-masing faktor tidak akan berinteraksi sehingga memungkinkan tidak terjadinya proses lebih lanjut terjadinya karies gigi.

PEJAMUBAKTERIAKARIESDIETWAKTU

Gambar 2: Empat faktor penyebab karies gigi3.4.1 PejamuPejamu karies yaitu gigi. Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari karies. Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.3.4.2 BakteriaMulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.3.4.3 DietDiet atau makanan yang kita konsumsi juga berpengaruh terhadap terjadinya karies. Glukosa, fruktosa, dan sukrosa yang terkandung pada makanan diubah menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan pencuci mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.3.4.4 WaktuTingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Proses ini terjadi setelah 2 jam.

3.5 Mekanisme Terjadinya Karies GigiUntuk mengetahui mekanisme dari proses karies, maka perlu diketahui tentang reaksi kimia alami yang terjadi pada permukaan gigi. Demineralisasi dan remineralisasi terjadi secara dinamis pada permukaan gigi (Armasastra Bahar, 2011:21). Namun apabila demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi maka akan terjadi karies3.5.1 DemineralisasiKomponen mineral dari enamel, dentin, dan sementum adalah hidroksiapatit (HA) yang mengandung Ca10(PO4)6(OH)2.Pada lingkungan netral HA setara dengan lingkugan lokal (saliva) yang banyak mengandung ion-ion Ca2+dan PO42-.HA bersifat reaktif dengan ion hidrogen dibawah pH 5,5 atau biasa dikenal dengan pH kritis HA. H+bereaksi dengan fosfat dengan segera didekat permukaan kristal. Proses tersebut dapat dapat dideskripsikan sebagai konversi PO43+menjadi HPO42-melalui penambahan H+dan pada saat yang sama H+menjadi penyangga. HPO42-kemudian tidak dapat berperan kembal pada keseimbangan HA karena mengandung PO43- lebih daripada HPO42-. Selanjutnya kristal HA larut. Inilah yang disebut demineralisasi.3.5.2 RemineralisasiProses demineralisasi dapat diperbaiki jika pH dinetralkan dan terdapat ion Ca2+dan PO43-dalam jumlah yang cukup. Pelarutan apatit dapat menjadi netral dengan buffer dengan kata lain Ca2+dan PO43-pada saliva dapat mencegah proses pelarutan tersebut. Ini dapat membangun kembali bagian-bagian kristal apatit yang larut atau yang disebut remineralisasi.

Gambar 3: Demineralisasi dan Remineralisasi3.5.3 Reaksi Lanjutan Ion-ion Asam dengan ApatitSelama erupsi gigi terdapat proses mineralisasi berlanjut yag disebabkan adanya ion kalsium dan fosfat dalam saliva. Pada mulanya apatit enamel terdiri atas ion karbonat dan magnesium namun mereka sangat mudah larut bahkan pada keadaan asam yang lemah. Sehingga terjadi pergantian, yakni hidroksil dan floride menggantikan karbonat dan magnesium yang telah larut, menjadikan email lebih matang dengan resistensi terhadap asam yang lebih besar. Tingkat kematangan atau resistensi asam dapat ditingkatkan dengan kehadiran flouride.Pada saat pH menurun, ion asam bereaksi dengan fosfat pada saliva dan plak (atau kalkulus), sampai pH kritis disosiasi HA tercapai pada 5,5. Penurunan pH lebih lanjut menghasilkan interaksi progresif antara ion asam dengan fosfat pada HA, menghasilkan kelarutan permukaan kristal parsial atau penuh. Flouride yang tersimpan dilepaskan pada proses ini dan bereaksi dengan Ca2+dan HPO42-membentuk FA (Flouro Apatit). Jika pH turun sampai dibawah 4,5 yang merupakan pH kritis untuk kelarutan FA, maka FA akan larut. Jika ion asam dinetralkan dan Ca2+dan HPO42dapat ditahan, maka remineralisasi dapat terjadi. Proses tersebut dapat dijelaskan dengan diagram siklus pH dibawah ini3.5.4 Kemungkinan LanjutanTergantung dari kekuatan asam, frekuensi dan durasi dari produksi dan potensial remineralisasi pada setiap situasi khusus, maka salah satu kemungkinan lanjutan dibawah ini dapat terjadi:-Enamel dapat melanjutkan kematangannya, menjadi lebih resisten terhadap asam-Karies kronis dapat berkembang Demineralisasi lambat dengan remineralisasi aktif (lesi subpermukaan/subsurface lesion)-Karies besar dapat timbul Demineralisasi tinggi dengan remineralisasi lemah-Erosi dapat terjadi Demineralisasi sangat tinggi, tanpa remineralisasi sama sekali.BAB IVPENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN TEH HIJAU

4.1 Kinerja Zat Antibakterial Teh Hijau dalam Menghambat Pertumbuhan Sreptococcus mutans Guna Mencegah Karies GigiDi dalam teh hijau, terdapat berbagai macam zat antibakterial yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Katekin yang merupakan senyawa dalam kelompok polifenol adalah senyawa utama yang berperan dalam melindungi gigi dari bahaya karies. Katekin mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh Sreptococcus mutans. Secara keseluruhan teh hijau menghambat reaksi enzimatik yang melibatkan amylase pada Sreptococcus mutans. Amilase ini juga merupakan enzim penting dalam fermentasi sukrosa oleh bakteri. Sedangkan polifenol berperan menghambat perlekatan bakteri ke gigi. Melalui mekanisme serupa, masalah bau mulut juga dapat diatasi dengan rajin minum teh. Hal ini disebabkan karena kebersihan mulut menjadi lebih baik dan terjadi penghambatan aktivitas bakteri.Teh juga mengandung fluoride yang tinggi. Dalam pencegahan karies, fluoride berfungsi sebagai:a. menghambat enzim pembentuk plak.b. mereka menekan pertumbuhan Sreptococcus mutans.c. memperkuat enamel (email/lapisan gigi).Fluoride membuat gigi lebih tahan terhadap demineralisasi (penguraian mineral gigi) oleh asam dan mengaktifkan remineralisasi (pembentukan mineral gigi) pada permukaan gigi sehingga tidak mudah terjadi karies.

4.2 Mencegah Karies Gigi dengan Mengonsumsi Teh HijauTeh merupakan sumber fluoride yang melimpah. Para peneliti dari Dayalbagh Educational Institute di Agra India telah menganalisis jumlah fluoride pada beberapa jenis teh. Hasil analisis menunjukkan bahwa teh dalam bentuk serbuk melepaskan fluoride pada secangkir teh lebih banyak daripada daun teh utuh. Di samping jenis teh yang digunakan, lama penyeduhanpun sangat mempengaruhi jumlah fluoride yang dapat terekstrak. Penyeduhan selama enam menit merupakan lama penyeduhan yang optimal.Peneliti dari Medical College of Georgia baru-baru ini mengungkap, konsumsi teh hijau dalam jumlah besar dapat menyebabkan kerusakan pada tulang dan sendi. Dari pasien yang diamati, sebagian besar punya kebiasaan minum teh dalam jumlah besar yakni 1-2 galon/hari (3-7 liter) selama 10-30 tahun.Dr Gary Whitford yang memimpin penelitian tersebut kemudian menganalisis kandungan teh hijau di laboratorium. Dari beberapa sampel yang diguanakan, ternyata seduhan teh hijau mengandung 9 mg fluoride. Dengan kadar sebanyak itu, maka wajar jika dalam 10 tahun peminum teh yang menghabiskan 3-7 liter/hari akan menderita kerusakan tulang. Sebab menurut Dr Gary, kadar fluoride yang aman bagi manusia adalah 2-3 mg/hari, sudah termasuk yang diperoleh dari makanan, minuman dan pasta gigi. Hasil penelitian lebih lanjut menerangkan bahwa secangkir teh mengandung 0,3-1,9 mg fluoride. Asupan fluoride yang direkomendasikan untuk orang dewasa adalah 1,5-4,0 mg perhari. Dengan kata lain, untuk menutupi keperluan fluoride harian, khususnya untuk mencegah karies gigi, seseorang cukup minum teh sebanyak 2 atau 3 cangkir.

BAB VPENUTUP

5.1 SimpulanBerdasarkan pembahasan yang telah penulis lakukan sebelumnya, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:1. Teh (Cammelia sinensis) mengandung zat antibakterial berupa katekin, dan fluoride.2. Zat antibakterial teh (Cammelia sinensis) dapat bekerja sedemikan rupa guna menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans penyebab karies gigi.3. Pengonsumsian teh dalam takaran ideal dapat mencegah karies gigi secara optimal.

5.2 SaranAdapun saran yang dapat penulis berikan yaitu:1. Bagi masyarakat, disarankan untuk membiasakan diri mengonsumsi teh secara teratur sejak dini agar mendapatkan khasiat teh yang optimal.2. Mengonsumsi teh sebaiknya sesuai takaran yang telah disarankan oleh beberapa ahli, yakni maksimal 3-5 cangkir per hari atau yang paling ideal adalah 2 cangkir per hari (1 cangkir = 200cc atau 200ml).3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi lain dari teh bagi kesehatan tubuh. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi tanaman yang mempunyai khasiat sejenis untuk pencegahan karies gigi.

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Armasastra. 2011. Paradigma Baru Pencegahan Karies Gigi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Loo, Thio Goan. 1983. Penuntun Praktis Mengelola Teh dan Kopi. Jakarta: P.T. Kinta.Pusparini, Fatma. 2010. Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Komoditas Teh. Bogor: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian.Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Teh, Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.Hara, Yukihiko. 2013. Teh sebagai Obat Sakit Perut dan Pencegah Kares Gigi. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/ (Diunduh tanggal 15 Maret 2013)Khaerudin, Ahmad. 2009. Manfaat dan Khasiat Teh Bagi Kesehatan. http://bacindul.blogspot.com/2012/09/ (Diunduh tanggal 3 Februari 2013)Pramudiarja, AN Uyung. 2010. Dua Sisi Fluoride dalam Teh. http://health.detik.com (Diunduh tanggal 12 Februari 2013)Ramadan, I Putu Arya. 2011. Mekanisme Proses Karies Gigi. http://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2011/10/22/ (Diunduh tanggal 5 Maret 2013)Santoso, Prasko. 2013. Pengertian Karies Gigi dan Proses Terjadinya Karies Gigi. http://zona-prasko.blogspot.com/2012/02/ (Diunduh tanggal 6 Maret 2013)Sururin, Umi. 2012. Sejarah Teh di Indonesia. http://tehonline.blogspot.com/2012/10/ (Diunduh tanggal 6 Maret 2013)Tanpa Pengarang. 2013. Teh. http://id.wikipedia.org/wiki/ (Diunduh 8 tanggal Maret 2013)Tanpa Pengarang. 2013. Cammelia Sinensis. http://id.wikipedia.org/wiki/ (Diunduh tanggal 21 Maret 2013)Tanpa Pengarang. 2013. Karies Gigi. http://id.wikipedia.org/wiki/ (Diunduh tanggal 22 Maret 2013)Tanpa Pengarang. 2012. 10 Jenis Teh Serta Manfaat Didalamnya. http://forum.kompas.com/kesehatan/ (Diunduh tanggal 2 April 2013)Tanpa Pengarang. 2012. Teh, Cara Alami Hambat Karies. http://piogama.ugm.ac.id/index.php/artikel/ (Diunduh tanggal 2 April 2013)Tanpa Pengarang. 2012. Teh Hijau Mampu Hancurkan Plak Gigi. http://www.beritasatu.com/diet/ (Diunduh tanggal 4 April 2013)

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 9: Proses penyeduhan teh untuk diminumGambar 8: Daun teh keringGambar 7: Bakteri Streptococcus mutansGambar 6: Karies GigiGambar 5: Pucuk daun tehGambar 4: Tanaman teh (Cammelia Sinensis) 21