kti arum tri utami - · pdf filed. prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami...

88
PENERAPAN TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN An. D SELAMA HOSPITALISASI DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI DISUSUN OLEH : ARUM TRI UTAMI NIM. P13. 007 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Upload: lamkien

Post on 12-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

PENERAPAN TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERILAKU

KOOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA ASUHAN

KEPERAWATAN An. D SELAMA HOSPITALISASI

DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

DISUSUN OLEH :

ARUM TRI UTAMI

NIM. P13. 007

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 2: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

i

PENERAPAN TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERILAKU

KOOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA ASUHAN

KEPERAWATAN An. D SELAMA HOSPITALISASI

DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

ARUM TRI UTAMI

NIM. P13. 007

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 3: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

ii

Page 4: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

iii

Page 5: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Penerapan Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perilaku

Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Pada Asuhan Keperawatan An. D Selama

Hospitalisasi di Ruang Cempaka RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ns. Meri Oktariani M. Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns. Alfyana Nadya R. M. Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan yag telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Ns. Amalia Senja M. Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai

penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-

Page 6: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

v

masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi

demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Ns. Diyah Ekarini, S. Kep, selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 11 Mei 2016

Arum Tri Utami

Page 7: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ............................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ....................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................... 3

C. Manfaat Penulisan ................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ....................................................................... 6

1. Fraktur ............................................................................ 6

2. Konsep hospitalisasi ....................................................... 11

3. Perilaku kooperatif ......................................................... 21

4. Terapi bermain ................................................................ 25

B. Kerangka teori ....................................................................... 31

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek aplikasi riset ............................................................... 32

B. Tempat dan waktu ................................................................. 32

C. Media dan alat yang digunakan ............................................. 32

D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ........................ 32

E. Alat ukur evauasi dari aplikasi tindakan berdasarkan riset .... 33

Page 8: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

vii

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Pengkajian ............................................................................. 36

B. Pemeriksaan Penunjang Lab .................................................. 42

C. Terapi ..................................................................................... 42

D. Analisa Data .......................................................................... 42

E. PrioritasDiagnosaKeperawatan ............................................. 43

F. RencanaKeperawatan ............................................................ 43

G. Implementasi ......................................................................... 45

H. Evaluasi ................................................................................. 48

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian ............................................................................. 51

B. Perumusan masalah keperawatan .......................................... 54

C. Perencanaan ........................................................................... 58

D. Implementasi ......................................................................... 61

E. Evaluasi ................................................................................. 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................ 69

B. Saran ...................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 9: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

viii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Lembar Observasi 35

Page 10: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

ix

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Kerangka Teori 32

2. Gambar 4.1 Genogram 40

Page 11: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Usulan Judul

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi

Lampiran 3 : Surat Pernyataan

Lampiran 4 : Jurnal

Lampiran 5 : Asuhan Keperawatan

Lampiran 6 : Log Book

Lampiran 7 : Pendelegasian

Lampiran 8 : Lembar Observasi

Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 10 : SOP Terapi Bermain Puzzle

Page 12: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Anak merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat. Anak yang sakit

dapat menimbulkan suatu stres bagi anak itu sendiri maupun keluarga

(Setiawan et al, 2014). Menurut penelitian di Amerika Serikat, diperkirakan

lebih dari 5 juta anak menjalani hospitalisasi karena prosedur pembedahan

dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, anak mengalami kecemasan dan

stres. Diperkirakan juga lebih dari 1,6 juta anak usia antara 2-6 tahun

menjalani hospitalisasi disebakan karena injury dan berbagai penyebab

lainnya (National Hospital Discharge Survey, 2004 dalam Apriliawati, 2011).

Saat anak dirawat dirumah sakit (hospitalisasi) memaksa anak untuk

berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan

menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman bermainnya.

Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak pra sekolah sebagai

hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut. Oleh karena

itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi

verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan

perawat, apabila kondisi itu terjadi maka akan mempengaruhi proses

perawatan saat di rumah sakit (Supartini, 2004).

Dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak, perawat memegang

peran penting untuk membantu orang tua menghadapi permasalahan yang

Page 13: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

12

berkaitan dengan perawatan anak di rumah sakit. Fokus intervensi

keperawatan yang dilakukan adalah meminimalkan stressor, memberikan

dukungan psikologis pada anak dan anggota keluarga selama anak dirawat di

rumah sakit (Supartini, 2004, dalam Marasaoly, 2009).

Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan

salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah

kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif. Dengan demikian dapat

dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan

suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting

untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan

anak selanjutnya (Nursalam, 2005).

Anak memerlukan media untuk dapat mengekspresikan perasaannya

sehingga mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam

perawatan. Media yang digunakan adalah melalui kegiatan permainan. Alat

permainan yang dirancang dengan baik akan lebih menarik anak dari pada

alat permainan yang tidak didesain dengan baik. Anak TK biasanya

menyukai alat permainan dengan bentuk yang sederhana dan tidak rumit dan

berwarna terang. Salah satu contoh permainan yang menarik yaitu permainan

puzzle, karena puzzle dapat meningkatkan daya pikir anak dan konsentrasi

anak. Melalui puzzle anak akan dapat mempelajari sesuatu yang rumit serta

anak akan berpikir bagaimana puzzle ini dapat tersusun dengan rapi

(Alfiyanti, 2010).

Page 14: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

13

Puzzle merupakan permainan yang membutuhkan kesabaran dan

ketekunan anak dalam merangkainya. Oleh karena itu lambat laun, mental

anak juga terbiasa untuk bersikap tenang, tekun dan sabar dalam

menyelesaikan sesuatu. Kepuasan yang didapat saat ia menyelesaikan puzzle

merupakan salah satu pembangkit motivasi untuk mencoba hal-hal yang baru

baginya, keberhasilannya menyusun puzzle akan membangkitkan rasa

percaya diri dan kooperatif anak, dapat menambah rasa aman pada anak.

Bermain puzzle dapat dimainkan di dalam ruangan dan juga dapat dimainkan

oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas tentang pemberian terapi

bermain puzzle pada anak usia pra sekolah selama hospitalisasi, penulis

tertarik untuk mengaplikasikan tindakan pemberian terapi bermain puzzle

untuk meningkatkan perilaku kooperatif anak selama hospitalisasi di rumah

sakit.

B. Tujuan masalah

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan tindakan Pemberian Terapi Bermain Puzzle Terhadap

Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Selama Hospitalisasi.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. D selama

hospitalisasi

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. D

Page 15: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

14

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada An.D

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada An. D

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada An. D

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi bermain

terhadap tingkat kooperatif An. D selama hospitalisasi.

C. Manfaat penulisan

1. Bagi pendidikan

Hasil karya ilmiah ini dapat menjadi bahan tambahan ilmu bagi institusi

dalam pemberian terapi bermain puzzle terhadap perilaku kooperatif anak

usia pra sekolah selama hospitalisasi.

2. Bagi penulis

Hasil dari karya ilmiah ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam

meningkatkan pengetahuan dalam keterampilan penulis khususnya dalam

bidang aplikasi riset pemberian terapi bermain puzzle terhadap perilaku

kooperatif anak usia pra sekolah selama hospitalisasi.

3. Bagi rumah sakit

Sebagai bahan masukan dan menambah referensi untuk lebih

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam pemberian

terapi bermain puzzle terhadap perilaku kooperatif anak usia pra sekolah

selama hospitalisasi.

Page 16: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

15

4. Bagi Profesi keperawatan

Menghadirkan laporan aplikasi hasil riset khususnya tentang pemberian

terapi bermain puzzle terhadap perilaku kooperatif pada anak usia pra

sekolah selama hospitalisasi.

Page 17: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Fraktur

a. Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas

jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan

oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang-tulang rawan

sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial

(Rasjad, 2007).

b. Etiologi

Menurut Sachdeva (1996) dalam Jitowiyono (2012) penyebab

fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1) Cedera Traumatik

2) Fraktur Patologik

c. Patofisiologi

Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang,

dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, ada

dua fraktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur yaitu ekstrinsik

(meliputi kecepatan, sedangkan durasi trauma yang mengenai tulang,

Page 18: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

17

arah dan kekuatan), intrinsik (meliputi, kapasitas mengenai tulang

mengabsorsi energi trauma, kelenturan, kekuatan adanya densitas

tulang-tulang, yang dapat menyebabkan terjadinya patah tulang

bermacam-macam antara lain langsung dan tidak langsung (Rasjad,

2007).

d. Manifestasi klinis

Deformitas, bengkak, echumosis dari perdarahan

subculaneous, spasme otot, spasme involunters dekat fraktur,

tenderness/kehalusan, nyeri, kehilangan sensasi (mati rasa),

pergerakan abnormal, shock hipovolemik, krepitasi (Rasjad, 2007).

e. Penatalaksanaan

1) Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling

tulang

2) Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan

disekitar tulang yang patah

f. Komplikasi

Kerusakan arteri, kompartement sindrom, fat embolism

sindrom, infeksi, avaskuler nekrosis, shock, osteomylitis (Rasjad,

2007).

g. Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

a) Identitas klien

b) Keluhan utama

Page 19: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

18

c) Riwayat penyakit sekarang

d) Riwayat penyakit dahulu

e) Riwayat penyakit keluarga

f) Riwayat lingkungan Pemeriksaan fisik

2) Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik

b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

integritas stuktur tulang

c) Cemas berhubungan dengan status kesehatan

3) Intervensi Keperawatan

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik

Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam diharapkan nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil :

(1) pasien tidak mengeluh nyeri

(2) skala nyeri berkurang 1-2

(3) pasien tampak rileks

Intervensi

(1) kaji status nyeri klien (PQRST)

(2) berikan posisi yang nyaman (semi fowler)

(3) ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

(4) kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat

analgetik

Page 20: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

19

Rasional

(1) mengkaji status nyeri klien

(2) mengurangi rasa nyeri agar lebih nyaman

(3) mengurangi rasa nyeri secara farmakologi

b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

integritas stuktur tulang

Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

24 jam diharapkan tingkat mobilisasi optimal

Kriteria hasil:

(1) pasien meningkat dalam aktivitas fisik

(2) memverbalkan perasaan dalam meningkatkan kekuatan

dan kemampuan berpindah

Intervensi

(1) kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

(2) dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi

(3) ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan

bantuan jika diperlukan

(4) konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana

ambulasi sesuai dengan kebutuhan

Rasional

(1) mengetahui tingkat pasien dalam melakukan aktivitas

(2) memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan

Page 21: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

20

(3) gerakan aktif memberikan kekuatan otot

(4) peningkatan kemampuan mobilisasi dari latihan ahli

fisioterapi

c) Cemas berhubungan dengan status kesehatan

Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

24 jam diharapkan kecemasan pasien dapat teratasi

Kriteria hasil

(1) pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapakan

gejala cemas

(2) mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan

teknik untuk mengontrol cemas

(3) tanda-tanda vital dalam batas normal

(4) postur tubuh, ekspresi wajah dan tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangan kecemasan

Intervensi

(1) kaji tingkat kecemasan pasian

(2) temani pasien untuk memberikan keamanan

(3) bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

kecemasan

(4) mengobservasi tanda-tanda vital

(5) kolaborasi pemberian obat untuk kecemasan

Rasional

(1) mengetahui tingkat kecemasan pasien

Page 22: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

21

(2) agar pasien lebih rileks

(3) membantu pasien agar mengenal situasi apa saja yang

dapat menimbulkan kecemasannya

(4) untuk mengurangi kecemasan.

2. Konsep Hospitalisasi

a. Definisi hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat

karena adanya perubahan atau gangguan fisik, psikis, social dan

adaptasi terhadap lingkungan. Sakit dan dirawat dirumah sakit

merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Anak yang dirawat

dirumah sakit akan mudah mengalami krisis dan masalah seperti

anak mengalami stres, dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan

dalam mekanisme koping. Reaksi anak dalam mengatasi krisis

tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman

sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, system dukungan

(supportsystem) yang tersedia, serta ketrampilan koping dalam

menangani stress (Wong, 2009).

Hospitalisasi adalah masuknya individu ke rumah sakit

sebagai pasien dengan berbagai alasan seperti untuk pemeriksaan

diagnostik, prosedur operasi, perawatan medis, pemberian obat dan

menstabilkan atau pemantauan kondisi tubuh (Coctello, 2008).

Penyakit dan hospitalisasi seringkali menjadi krisis pertama

yang harus dihadapi anak, terutama usia satu tahunan, sangat rentan

Page 23: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

22

terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi karena stres akibat

perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan serta karena

anak memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk

menyelesaikan stresor (Hockenbery & Wilson, 2009).

b. Stresor hospitalisasi

Stresor utama dari hospitalisasi antara lain adalah cemas

akibat perpisahan, kehilangan kendali, cidera tubuh dan adanya

nyeri. Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh

usia perkembangan, pengalaman sebelumnya tentang penyakit,

perpisahan atau hospitalisasi, ketrampilan koping yang dimiliki

anak, keparahan diagnosis, dan sistem pendukung yang ada

(Hockenbery & Wilson, 2009).

Adapun stresor utama dari hospitalisasi dan reaksi anak

prasekolah menurut Wong (2009) adalah sebagai berikut:

1) Cemas akibat perpisahan

Kecemasan pada anak akibat perpisahan dengan orang tua

atau orang yang menyayangi merupakan sebuah mekanisme

pertahanan dan kerakteristik normal dalam perkembangan anak

(Mendez et al., 2008, dalam Ramdaniati, 2011). Jika perpisahan

itu dapat dihindari, maka anak-anak akan memiliki kemampuan

yang besar untuk menghadapi stres lainya. Perilaku utama yang

ditampilkan anak sebagai respon dari kecemasan akibat

perpisahan ini terdiri atas tiga fase (Wong, 2009), yaitu:

Page 24: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

23

a) Fase protes (protest)

Pada fase protes anak-anak bereaksi secara agresif

terhadap perpisahan dengan orang tua. Anak menangis dan

berteriak memanggil orang tuanya, menolak perhatian dari

orang lain, dan sulit dikendalikan, perilaku yang dapat

diamati pada anak usia prasekolah antaralain menyerang

orang asing secara verbal, misal dengan kata “pergi”

menyerang orang asing secara fisik,misalnya memukul atau

mencubit; mencoba kabur; mencoba menahan orang tua

secara fisik agar tetap menemaninya. Perilaku tersebut

dapat berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari.

Protes dengan menangis dapat terus berlangsung dan hanya

berhenti jika lelah. Pendekatan orang asing dapat

mencetuskan peningkatan stres.

b) Fase putus asa

Pada fase putus asa, tangisan berhenti dan mulai

muncul depresi. Anak kurang aktif, tidak tertarik untuk

bermain atau terhadap makanan dan menarik diri dari orang

lain. Perilaku yang dapat diobservasi adalah tidak aktif,

menarik diri dari orang lain, depresi, sedih, tidak tertarik

terhadap lingkungan, tidak komunikatif, mundur ke perilaku

awal seperti menghisap ibu jari atau mengompol. Lama

Page 25: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

24

perilaku tersebut berlangsung bervariasi. Kondisi fisik anak

dapat memburuk karena menolak untuk makan, minum atau

bergerak.

b) Fase pelepasan

Anak menjadi lebih tertarik pada lingkungan sekitar,

bermain dengan orang lain dan tampak membentuk

hubungan baru. Perilaku yang dapat diobservasi adalah

menunjukan peningkatan minat terhadap lingkungan

sekitar, berinteraksi dengan orang asing atau pemberi

asuhan yang dikenalnya, membentuk hubungan baru namun

dangkal, tampak bahagia. Biasanya terjadi setelah

perpisahan yang terlalu lama dengan orang tua. Hal tersebut

merupakan upaya anak untuk melepaskan diri dari perasaan

yang kuat terhadap keinginan akan keberadaan orang

tuanya.

2) Kehilangan kendali

Kehilangan kendali yang dirasakan anak saat di rawat

dirumah sakit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

jumlah stres anak. Kurangnya kendali akan meningkatkan

persepsi ancaman dan dapat mempengaruhi keterampilan koping

anak-anak (Hockenbery & Wilson, 2009, dalam Apriliawati,

2011).Kontrol diri pada anak bersifat menetap karena anak

berada di luar lingkungan normalnya.Kehilangan kontrol dapat

Page 26: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

25

menyebabkan perasaan tidak berdaya sehingga dapat

memperdalam kecemasan dan ketakutan (Monaco, 1995, dalam

Ramdaniati, 2011).

3) Cidera tubuh

Ketidaknyamanan secara fisik yang dialami anak saat

hospitalisasi merupakan salah satu kondisi yang mungkin akan

dihadapi selain perpisahan dengan rutinitas dan orang tua,

lingkungan yang asing, serta kehilangan kontrol (Pilliteri, 2009

dalam Ramdaniati, 2011). Konsep nyeri dan penyakit yang

dimiliki oleh seorang anak akan berbeda bergantung dari tingkat

perkembangannya begitu pula dengan respon terhadap nyeri.

Perkembangan kognitif anak menentukan pola pikir dan konsep

terhadap sakit dan rasa nyeri (Wong, 2009).

Reaksi-reaksi tersebut dipengaruhi oleh usia

perkembangan anak, pengalaman dirawat sebelumnya,

mekanisme koping anak dan sistem pendukung yang ada

(Wong, 2009).

a) Usia perkembangan anak

Reaksi anak terhadap sakit berbeda-beda sesuai

tingkat perkembangan anak. Semakin muda usia anak, maka

akan semakin sulit bagi anak untuk menyesuaikan diri

dengan pengalaman dirawat di rumah sakit (Supartini,

2004).

Page 27: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

26

b) Pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya

Anak yang baru pertama kali mengalami perawatan di

rumah sakit, dan kurangnya dukungan dari keluarga bahkan

petugas kesehatan akan menimbulkan kecemasan.

Pengalaman yang tidak menyenangkan anak akan

menyebabkan anak takut dan trauma (Supartini, 2004).

Pengalaman hospitalisasi yang lalu selalu menimbulkan

dampak bagi pasien terutama anak-anak.Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa distres emosional pada

anak-anak sering muncul selama menjalani hospitalisasi

atau setelahnya (Luthfi, 2009, dalam Wijayanti, 2009).

c) Mekanisme koping

Pemahaman anak-anak dan mekanisme koping yang

digunakan pada saat hospitalisasi dipengaruhi oleh stresor

individu pada tiap fase perkembangan.Stresor yang utama

adalah perpisahan, kehilangan kontrol, bagian tubuh yang

cedera, dan perilaku anak.Setiap anak mempunyai reaksi

mekanisme koping berbeda dalam menjalani hospitalisasi

(Leifer, 2003, dalam Wijayanti, 2009). Mekanisme koping

utama anak prasekolah adalah regresi. Anak pra sekolah

akan bereaksi terhadap perpisahan dengan regresi dan

menolak untuk bekerja sama (Muscari, 2005).

Page 28: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

27

d) Sistem pendukung

Anak akan mencari dukungan yang ada dari orang

lain untuk melepaskan tekanan akibat penyakit yang

dideritanya. Anak biasanya akan meminta dukungan kepada

orang terdekat denganya. Perilaku ini ditandai dengan

permintaan anak untuk ditunggui selama dirawat di rumah

sakit, didampingi saat dilakukan perawatan padanya, minta

dipeluk saat merasa takut dan cemas bahkan saat merasa

ketakutan (Ariffiani, 2008 dalam Utami, 2012).

c. Respon anak terhadap hospitalisasi

Jovan (2007) menguraikan reaksi anak dan orang tua terhadap

hospitalisasi, sebagai berikut :

1) Reaksi anak pada hospitalisasi

a) Masa bayi (0-1 tahun), dampak perpisahan berpengaruh

pada rasa percaya diri dan kasih sayang. Anak usia lebih

dari 6 bulan akan terjadi stanger anxiety atau cemas dengan

respon menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak,

ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.

b) Masa todler (2-3 tahun), sumber stres yang utama adalah

cemas akibat perpisahan. Respon perilaku anak menurut

tahapannya adalah:

Page 29: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

28

(1) tahap protes, responnya berupa menangis, menjerit,

menolak perhatian orang lai.

(2) tahap putus asa, respon anak adalah menangis

berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat

bermain, sedih, apatis.

(3) tahap pengingkaran (denial), anak mulai menerima

perpisahan, membina hubungan secara dangkal, anak

mulai menyukai lingkungannya.

c) Masa prasekolah (3 sampai 6 tahun), reaksi yang sering

muncul antara lain: menolak makan, sering bertanya,

menangis pelan, tidak kooperatif terhadap petugas

kesehatan atau perawatan di rumahsakit, kehilangan

kontrol, dan pembatasan aktivitas. Sering kali dipersepsikan

anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan

malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah,

berontak, tidak mau bekerja sama dengan perawat.

d) Masa sekolah (6 sampai 12 tahun). Perawatan di rumah

sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai,

keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan

kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan

peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial,

perasaan takut akan kematian, dan kelemahan fisik. Reaksi

nyeri bisa digambarkan secara verbal dan non verbal.

Page 30: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

29

e) Masa remaja (12 sampai 18 tahun) anak remaja begitu

percaya dan terpengaruh oleh kelompok sebayanya. Saat

masuk rumah sakit anak akan timbul rasa cemas karena

perpisahan, sehingga terjadi pembatasan aktifitas.

Kehilangan kontrol akan muncul reaksi anak untuk menolak

perawatan/tindakan yang dilakukan, tidak kooperatif

dengan petugas. Perasaan sakit akibat perlukaan

menimbulkan respon anak banyak bertanya, menarik diri,

menolak kehadiran orang lain.

2) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi

Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi adalah takut

dan cemas, perasaan sedih dan frustasi. Takut akan kehilangan

anak yang dicintainya akan menimbulkan rasa cemas orang tua

terhadap prosedur yang menyakitkan, informasi buruk tentang

diagnosa medis, perawatan yang tidak direncanakan, dan

pengalaman perawatan sebelumnya. Perasaan sedih muncul

karena kondisi terminal anak, dan perilaku isolasi atau tidak

mau didekati orang lain. Perasaan frustasi muncul karena

kondisi yang tidak mengalami perubahan, reaksi orang tua

terhadap hal ini adalah memperlihatkan perilaku tidak

kooperatif, putus asa, menolak tindakan, menginginkan pulang

secara paksa. Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak

di rumah sakit adalah marah, cemburu, benci, dan rasa bersalah.

Page 31: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

30

d. Dampak hospitalisasi

Hospitalisasi bagi anak tidak hanya akan berdampak pada anak

tersebut, tetapi kepada orang tua serta saudara-saudaranya. Berikut

ini adalah dampak hospitalisasi terhadap anak dan orang tua yaitu:

1) Anak

Perubahan perilaku merupakan salah satu dampak

hospitalisasi pada anak. Anak bereaksi terhadap stres pada saat

sebelum, selama dan setelah proses hospitalisasi. Perubahan

perilaku yang dapat diamati pada anak setelah pulang dari

rumah sakit adalah merasa kesepian, tidak mau lepas dari orang

tua, menuntut perhatian dari orang tua dan takut perpisahan

(Supartini, 2004). Dampak negatif hospitalisasi juga

berhubungan dengan lamanya rawat inap, tindakan invasif yang

dilakukan serta kecemasan orang tua. Respon yang biasa muncul

pada anak akibat hospitalisasi antaralain regresi, cemas karena

perpisahan, apatis, takut, dan gangguan tidur terutama terjadi

pada anak yang berusia kurang dari 7 tahun (Melnyk, 2000,

dalam Ramdaniati, 2011).

2) Orang tua

Perasaan orang tua tidak boleh diabaikan karena apabila

orang tua stres, hal ini akan membuat orang tua tidak dapat

Page 32: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

31

merawat anaknya dengan baik dan akan menyebabkan anak

akan menjadi semakin stres (Supartini, 2000 dalam Supartini,

2004). Takut, cemas dan frustasi merupakan perasaan yang

banyak diungkapkan oleh orang tua. Takut dan cemas dapat

berkaitan dengan keseriusan penyakit dan prosedur medis yang

dilakukan. Sering kali kecemasan yang paling besar berkaitan

dengan trauma dan nyeri yang terjadi pada anak. Perasaan

frustasi sering berhubungan dengan prosedur dan pengobatan,

ketidaktahuan tentang peraturan rumah sakit, rasa tidak diterima

oleh petugas, prognosis yang tidak jelas, atau takut mengajukan

pertanyaan (Wong, 2009).

3. Perilaku Kooperatif

a. Definisi kooperatif

Sikap kooperatif adalah tingkat individu dalam melihat

dirinya sendiri sebagai bagian dari anggota masyarakat. Individu

yang bersikap kooperatif ditandai dengan sikap empati, toleransi,

penuh kasih sayang, saling mendukung, serta mempunyai prinsip

yang kuat (Videbeck, 2008).

b. Klasifikasi tingkat kooperatif menurut Wright.

Menurut Wright (1975, dalam Muthu & Sirvakhumar, 2009)

tingkat kooperatif anak dibagi menjadi 3 skala yaitu:

1) Skala 1: Kooperatif, meliputi:

a) Anak menunjukan sedikit takut dan cukup rileks

Page 33: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

32

b) Mempunyai hubungan yang baik dengan perawat dan tim

c) Anak tertarik dengan prosedur tindakan dan santai

dengansituasi yang ada.

2) Skala 2: Anak kurang mampu bersikap kooperatif meliputi:

a) Anak yang masih terlalu muda usianya (kurang dari 3

tahun) dan emosinya belum matang

b) Anak yang mempunyai kelemahan tertentu atau kondisi

cacat

c) Keparahan kondisi anak tidak memungkinkan bersikap

kooperatif seperti anak normal dengan usia yang sama.

3) Skala 3: Anak mempunyai sikap potensi kooperatif

Anak ini berbeda dengan anak yang kurang mampu

bersikap kooperatif karena mereka mempunyai kemampuan

untuk bekerja sama. Hal ini dapat terjadi bila adanya

pendekatan serta komunikasi yang baik, sehingga anak yang

mula-mula tidak kooperatif dapat berubah tingkah lakunya

menjadi kooperatif dan dapat dirawat.

c. Penampilan anak yang mempunyai sikap potensi kooperatif yaitu:

1) Tingkah laku atau sikap yang tidak terkontrol (Uncontrolled

Behaviour), meliputi: tingkah laku pada tipe ini dapat

ditemukan pada usia pra sekolah (3 samapi 6 tahun), anak

menangis, menendang, dan memukul.

2) Tingkah laku atau sikap melawan (Defiant Behavior), meliputi:

Page 34: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

33

Anak tetap menolak perawatan, bersikap protes, anak keras

kepala dan manja, gagal berkomunikasi.

3) Tingkah laku atau sikap melawan (Timid Behavior), sikap

pemalu merupakan gabungan antara uncontrolled behavior dan

defiant behafior tetapi ketika menggabungkannya tidak benar

maka akan kembali kepada sikap yang tidak terkontrol. Sikap

timid behavior terdiri dari:

a) Anak menangis dan merengek, tapi tidak sampai histeris

b) Over protektif terhadap lingkungan

c) Mengisolasi diri tanpa kontak dengan orang asing

d) Kagum terhadap orang asing dan terhadap situasi yang

aneh.

4) Tingkah laku atau sikap tegang (Tense cooperative Behavior),

meliputi:

a) Anak menerima dan kooperatif terhadap perawatan

b) Ketegangan biasanya ditunjukan dengan bahasa tubuh

c) Mata pasien mengikuti gerakan mata perawat atau tim

kesehatan lain

d) Ketika berbicara suaranya bergetar

e) Telapak tangan dan alis mata berkeringat.

5) Sikap merengek (Whining Behavior), meliputi:

a) Anak merengek tetapi mau melakukan prosedur tindakan

dengan bujukan

Page 35: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

34

b) Anak sering mengeluh sakit

c) Merengek merupakan mekanisme kompensasi untuk

mengontrol rasa sakit

d) Menangis dapat terkontrol, konstan, tidak keras kepala,

biasanya hanya mengeluarkan air mata.

d. Faktor yang mempengaruhi terhadap sikap kooperatif anak :

1) Usia

Anak usia pra sekolah mempersepsikan hospitalisasi sebagai satu

hukuman sehingga anak akan merasa malu, merasa bersalah,

dan takut. Tindakan dan prosedur di rumah sakit dianggap

mengancam integritas tubuhnya. Hal ini menimbulkan reaksi

agresif dengan marah, berontak, tidak mau bekerjasama dengan

perawat, dan ketergantungan dengan orang tua (Suprtini, 2004).

Hasil penelitian Handayani dan Puspitasari (2009) menunjukan

peningkatan sikap kooperatif yang paling tinggi pada anak usia

4 sampai 5 tahun.

2) Jenis kelamin

Hasil penelitian Handayani dan Puspitasari (2009) menunjukkan

jenis kelamin perempuan lebih mengalami peningkatan sikap

kooperatif dibandingkan laki-laki.

3) Pengalaman dirawat di rumah sakit

Apabila anak pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan

selama dirawat di rumah sakit sebelumnya, maka akan

Page 36: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

35

menyebabkan anak menjadi takut dan trauma sehingga anak

tidak kooperatif dengan perawat dan dokter. Begitu juga

sebaliknya apabila anak di rumah sakit mendapatkan perawatan

yang baik dan menyenangkan, maka anak akan lebih kooperatif

kepada perawat dan dokter (Supartini, 2004).

4. Terapi bermain

a. Definisi bermain

Bermain digunakan sebagai terapi dalam proses penyembuhan

pasien anak karena diyakini mampu untuk menghilangkan berbagai

batasan, hambatan dalam diri, stres dan frustasi, karena bermain

memiliki efek healing (penyembuhan). Terapi bermain merupakan

suatu proses penyembuhan dengan metode bermain yang digunakan

pada anak yang mempunyai masalah emosi, khususnya pada anak

usia 3-12 tahun, dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang

tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan. Nurjaman

(2006) mengemukakan setelah melewati usia balita, anak yang

sering diajak bermain akan lebih kooperatif dan mudah diajak

bekerjasama, sebaliknya jika anak kurang diajak bermai, anak akan

kurang memiliki stimulasi, menjadi seperti ditelantarkan, kurang

peka terhadap sekitarnya, sulit percaya pada orang lain dan curiga

apabila memasuki lingkungan baru.

Permainan juga merupakan media komunikasi antara anak

dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan

Page 37: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

36

di rumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak

melalui ekspresi non verbal yang ditunjukkan selama melakukan

permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan

orang tua dan teman bermainnya.

b. Tujuan terapi bermain

Menurut Supartini (2004) bermain sebagai terapi mempunyai

tujuan sebagai berikut :

1) Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang

normal, pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam

pertumbuhan dan perkembangannya. Selama anak dirawat di

rumah sakit, kegiatan stimulasi terhadap pertumbuhan dan

perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga

kesinambungannya.

2) Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-

idenya. Permainan adalah media yang sangat efektif untuk

mengekspresikan perasaan yang tidak menyenangkan selama di

rumah sakit.

3) Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan

masalah. Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi

dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada

dalam pikiranya.

4) Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit

dan dirawat di rumah sakit. Bermain dapat mengalihkan rasa

Page 38: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

37

sakit sehingga dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri, dan

muntah.

c. Prinsip bermain

Menurut Supartini (2004), terapi bermain yang dilaksanakan

di rumah sakit tetap harus memperhatikan kondisi kesehatan anak.

Ada beberapa prinsip permainan pada anak di rumah sakit, yaitu :

1) Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang

sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring,

harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur,

dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di

tempat bermain khusus yang ada di ruangan rawat.

2) Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat

dan sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan

anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak atau

yang tersedia di ruangan. Kalaupun akan membuat suatu alat

permainan, pilih yang sederhana supaya tidak melelahkan anak.

3) Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat

permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak

merangsang anak untuk berlari-lari dan bergerak secara

berlebihan.

4) Melibatkan orang tua, satu hal yang harus diingat bahwa orang

tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya

stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat

Page 39: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

38

di rumah sakit, termasuk dalam aktifitas bermain anaknya.

Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila

permainan diinisiasi oleh perawat, orang tua harus terlibat

secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan

sampai mengevaluasi hasil permainan anak bersama dengan

perawat dan orang tua anak lainya.

d. Jenis permainan individu

Anak usia pra sekolah (3 tahun sampai 6 tahun) mempunyai

motorik yang kasar dan halus yang lebih matang dari pada anak usia

toddler. Anak usia pra sekolah lebih aktif, kreatif dan imajinatif.

Jenis permainan individu yang menggunakan kemampuan

motorik(skill play) banyak dipilih anak usia prasekolah. Untuk itu

jenis alat permainan yang tepat diberikan pada anak, misalnya

mobil-mobilan, balok-balok besar, puzzle kayu, kertas gambar,

telepon mainan, mainan alat memasak, dan lain-lain.

1) Puzzle

Salah satu permainan edukatif yang dapat

mengoptimalakan kemamapuan dan kecerdasan anak adalah

bermain puzzle. Selain dapat merangsang kecerdasan, juga

merangsang kreativitas anak. Puzzle merupakan suatu masalah

atau misteri yang dipecahkan dengan kepandaian dan

kreativitas. Solusi untuk puzzle mungkin membutuhkan pola

yang sudah ada dan menciptakan aturan khusus. Puzzle

Page 40: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

39

berdasar pada proses penyelidikan dan penemuan untuk

menyelesaikan yang mungkin dapat dipecahkan lebih cepat

oleh mereka yang mempunyai kemampuan deduktif yang

bagus.

a) Manfaat bermain puzzle

Ada beberapa manfaat bermain puzzle :

(1) Mengasah otak

Puzzle adalah cara yang baik untuk mengasah

otak, melatih sel-selnya dan melatih memecahkan

masalah. Dengan mencoba beberapa cara

memasangkan kepingan berupa potongan-potongan

gambar maka anak akan dilatih untuk berfikir kreatif.

(2) Melatih koordinasi mata dan tangan

Puzzle dapat melatih koordinasi mata dan tangan

anak. Mereka harus mencocokkan keping-keping

puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar.

Permainan ini membantu anak mengenal bentuk dan

ini merupakan langkah menuju pengembangan

ketrampilan membaca.

(3) Melatih nalar

Puzzle dalam bentuk manusia akan melatih nalar

mereka. Mereka akan menyimpulkan dimana letak

kepala, tangan, kaki dan lain-lain sesuai dengan logika.

Page 41: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

40

Memadukan atau memasangkan kepingan puzzle

membantu anak secara aktif mengembangakan

kemampuan membuat kesimpulan (dari sebuah

masalah), memahami logika sebab-akibat dan gagasan

bahwa objek yang utuh sebenarnya tersusun dari

bagian-bagian yang kecil

(4) Melatih kesabaran

Puzzle juga dapat melatih kesabaran anak dalam

menyelesaikan suatu tantangan.

(5) Pengetahuan

Dari puzzle anak akan belajar, misalnya

puzzletentang warna dan bentuk. Anak dapat belajar

tentang warna-warna dan bentuk yang ada, di usia pra

sekolah perhatian anak terhadap ciri fisik objek

(bentuk, warna, tekstur dan lainya) semakin detail.

Pengetahuan yang diperoleh dari cara ini lebih

mengesankan bagi anak dibanding dengan pengetahuan

yang dihafalkan. Anak juga dapat belajar konsep dasar,

binatang, alam sekitar, jenis buah, alphabet dan lain-

lain.

Page 42: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

41

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Wong (2009), Coctello (2008), Jovan (2007), Wright (1975, dalam Muthu

& Sirvakhumar, 2009), Nurjaman (2006), Supartini (2004).

Hospitalisasi

Dampak hospitalisasi

Terapi bermain puzzle

Perilaku kooperatif

Page 43: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

42

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Subjek dari aplikasi jurnal ini adalah anak usia pra sekolah 3-6 tahun

yang mengalami hospitalisas di ruang rawat inap keperawatan anak RSUD

Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

di ruang rawat inap keperawatan anak pada tanggal 04 Januari – 16 Januari

2016.

C. Media dan Alat yang Digunakan

Media dan alat yang digunakan dalam aplikasi riset ini adalah :

1. Lembar observasi

2. Permainan puzzle

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset

Prosedur tindakan yang dilakukan pada aplikasi riset adalah sebagai

berikut :

1. Fase Orientasi :

a. Memberi salam atau menyapa klien.

Page 44: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

43

b. Memperkenalkan diri.

c. Menjelaskan tujuan tindakan.

d. Menjelaskan langkah prosedur.

e. Menanyakan persetujuan atau kesiapan klien.

2. Fase Kerja :

a. Menyiapkan alat (lembar observasi dan permainan puzzle).

b. Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien sesuai kondisi pasien.

c. Meminta anak untuk membongkar pasang puzzle.

d. Melakukan pengamatan tingkah laku anak.

e. Melakukan evaluasi pada anak.

f. Merapikan alat.

g. Cuci tangan.

3. Fase Terminasi :

a. Mengevaluasi tindakan.

b. Menyampaikan RTL.

c. Berpamitan.

d. Dokumentasi.

E. Alat Ukur Evaluasi dari Aplikasi Tindakan Berdasarkan Riset

Alat ukur perilaku kooperatif ini berupa lembar pedoman observasi

tingkat kooperatif anak selama menjalani perawatan. Untuk mengukur tingkat

kooperatif anak selama menjalani perawatan, maka para responden

Page 45: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

44

diobservasi berdasarkan pedoman observasi yang telah disusun oleh peneliti

sebelumnya yaitu Lia Herliana (2001) dan Dewi Listyorini (2006).

Tabel 3.1

No Respon anak Ya Tidak

A

1

Kecemasan karena perpisahan

Anak menangis kuat saat ditinggalkan

bapak/ibu

2 Anak tidak mau menjawab

pertanyaan perawat

3 Anak tidak mau ditemani/ditolong

orang lain selain bapak ibunya

4 Anak tampak tegang

5 Anak menyerang dengan rasa marah

dan mengatakan “pergi”

6 Anak tidak mau bermain

7 Anak tidak mau minum obat, dan

makan walaupun ibu ada

didekatnya

8 Anak tampak sedih dan murung

B

9

Kecemasan karena hilang kendali

Anak cepat marah, mudah menangis

dan rewel

10 Anak menolak permainan

Page 46: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

45

11 Anak menarik diri dari hubungan

dengan orang di sekitarnya

12 Anak sangat tergantung dengan orang

tuanya

C

13

Kecemasan karena perlukaan

Anak menangis

14 Anak mengatupkan bibir

15 Anak menggigit bibir

16 Anak menendang

17 Anak berlari keluar

18 Anak memukul orang yang berada

didekatnya

Penyimpulan lembar observasi

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat ukur berupa

lembar observasi. Dan untuk mengetahui perilaku kooperatif anak usia pra

sekolah selama hospitalisasi, lembar observasi yang digunakan tertutup

dengan alternatif pilihan 2 jawaban (ya/tidak) Skala pengukuran pengetahuan

adalah jika jawaban ya diberi nilai atau skor 1 dan bila jawaban tidak diberi

nilai atau skor 0.

Keterangan :

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kooperatifan anak selama

hospitalisasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi tingkat kooperatif

Page 47: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

46

yang terdiri dari 18 pengamatan respon anak yang dibagi menjadi 3

kelompok, hasil: Ya= 1

Tidak= 0

Mean= 9

Kooperatif= <9

Tidak kooperatif= >9

BAB IV

LAPORAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan melaporkan asuhan keperawatan yang dilakukan

pada An. D dengan post operasi orif di Bangsal Cempaka RSUD Dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri, selama 3 hari, mulai pada tanggal 05-07 Januari

2016. Asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian data, analisa data, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

Pasien masuk pada tanggal 04 Januari 2016 pukul 16.00 WIB. Pengkajian

Page 48: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

47

dilakukan pada tanggal 05 Januari 2016 pada pukul 12.30 WIB. Pengkajian yang

dilakukan pada pasien menggunakan metode pengkajian autoanamnesa dan

alloanamnesa.

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Hasil dari data pengkajian tersebut didapat identitas klien bernana

An. D, tanggal lahir 08 agustus 2010, umur 5 tahun, alamat eromoko,

diagnosa medis post operasi orif, identitas penanggung jawab, nama Tn.

T, umur 35 tahun, alamat eromoko.

2. Keluhan utama

Keluhan utama nyeri di kaki kanan bawah lutut.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang dari poli orto dengan keluhan post operasi orif dikaki

kanan, sebelumnya satu tahun lalu di pasang orif karena terjatuh saat

berlari, ibu pasien mengatakan kaki anaknya nyeri belum berari

menggerakkan kakinya.

4. Riwayat penyakit dahulu

Pada saat kehamilan ibu, ibu An. D mengatakan bahwa ini anak

pertamanya yang lahir pada tanggal 08 agustus 2010, saat melahirkan

pada usia kehamilan 40 minggu, ibu An. D mengatakan kesehatan saat

Page 49: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

48

kehamilan baik-baik saja, ibu An. D mengatakan selalu memeriksakan

kehamilannya dan hanya mengkonsumsi obat dari bidan, ibu An. D

mengatakan melahirkan secara normal, dengan berat badan bayi 3000

gram, panjang badan 49 cm, kondisi kesehatan baik tidak ada

penggunaan oksigen, apgar skor 9 dan tidak ada kelainan bawaan,

penyakit sebelumnya operasi atau cidera, ibu An. D mengatakan

sebelumnya satu tahun yang lalu An. D jatuh saat berlari kemudian

dipasang orif dikaki kanan bawah lutut, ibu An. D mengatakan tidak ada

penyakit menular dalam keluarganya, respon hospitalisasi An. D saat

hospitalisasi An. D tampak takut saat perawat atau dokter akan

melakukan tindakan, Ibu An. D mengatakan anaknya tidak memiliki

alergi, pola aktivitas dan latihan sebelum dan sesudah sakit aktivitas

masih dibantu orang tua.

Ibu An. D mengatakan anaknya sudah mendapak imunisasi dasar

lengkap seperti polio, BCG, hepatitis, dan campak yang diberikan sesuai

bulan, ibu An. D mengatakan apabila setelah diberi imunisasi biasanya

anak akan rewel dan demam.

5. Pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan An. D didapatkan data, berat

badan An. D saat lahir 3000 gram, saat usia 6 bulan 6000 gram,

kemudian usia satu tahun 9000 gram dan berat badan sekarang 14 kg,

usia tumbuh gigi dan tanggal gigi, ibu An. D mengatakan anaknya mulai

tumbuh gigi pada usia 8 bulan, mulai bisa mengontrol kepala pada usia

Page 50: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

49

10 bulan, sekarang An. D baru bersekolah TK, ibu An. D mengatakan

interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa baik dan aktif,

kemudian perkembangan anaknya cukup baik sesuai dengan usianya.

6. Kebiasaan

Pola tingkah laku An. D cukup baik, jam tidur kadang tidak teratur,

toileting masih dibantu.

7. Riwayat nutrisi dan cairan

Ibu An. D mengatakan anaknya diberi ASI dari lahir sampai usia 2

tahun, kemudian setelah itu diberi susu formula selama 1 tahun, mulai

diberi makanan pendamping pada usia 6 bulan, nafsu makan An. D baik.

8. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram :

An.D (5th)

Page 51: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

50

Ket :

: laki-laki

: perempuan

: pasien

: garis keturunan

: tinggal serumah

Pengkajian penyakit keturunan didapatkan orangtua An.D

mengatakan tidak ada keturunan di keluarganya yang mempunyai

penyakit menurun. Pengkajian riwayat kesehatan lingkungan orangtua

An. D mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih, ventilasi udara

cukup, ayah An. D merokok.

9. Riwayat sosial

Pengkajian riwayat sosial didapatkan hasil, Ibu An. D mengatakan

mereka tinggal serumah dengan neneknya, lingkungan rumah bersih ada

ventilasi, jumlah kamar dirumahnya ada empat, ibu An.D mengatakan,

An. D sekolah TK dan ayahnya wiraswasta sedangkan ibu An. D sebagai

ibu rumah tangga, semua kularganya beragama islam dan melakukan

sholat 5 waktu serta berdoa

10. Fungsi keluarga

Pengkajian menurut fungsi keluarga, interaksi dalam keluarganya

cukup baik dan menjalankan perannya masing-masing dengan baik,

Page 52: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

51

dalam keluarganya penuh kasih sayang tidak ada permusuhan saling

berdiskusi apabila ada masalah, ibu An. D mengatakan suami dan

kakeknya yang membuat keputusan dalam keluarganya, komunikasi

sangat penting dalam keluarganya dan jarak antar anggota keluarganya

cukup dekat saling membuat nyaman satu sama lain.

11. Riwayat seksual

Pada perkembangan seksual An. D, Ibu An. D mengatakan anaknya

sudah dapat membedakan laki-laki dan perempuan.

12. Pengukuran pertumbuhan

Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil, panjang badan

An. D 86 cm, lingkar dada 46 cm, berat badan 14 kg, lingkar lengan 12

cm, lingkar kepala 40 cm.

13. Pemeriksaan fisik

Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada An. D

didapatkan hasil, suhu tubuh 370C, pernafasan 26x/ menit, denyut nadi

100x/menit, tekanan darah 100/60 mmHg. Keadaan umum An. D

composmetis, nutrisi baik, saat sakit tingkah laku An. D kurang aktif,

selama sakit perkembangan An. D tidak ada masalah, warna kulit An.D

sawo matang, tekstur halus, turgor kulit baik, warna rambut hitam bersih

tidak ada ketombe, warna kuku putih bening, tekstur keras tidak ada

clubing, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, bentuk kepala mecochepal,

warna sklera putih, warna kornea hitam, konjungtiva anemis, gerakan

Page 53: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

52

mata normal, telinga bersih tidak ada serumen, kemampuan pendengaran

baik, tidak ada cuping hidung, warna bibir sedikit pucat, warma membran

mukosa merah, warna gusi merah, jumlah gigi 20, gerakan lidah normal,

tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid, pemeriksaan paru :

bentuk dada simetris kanan kiri, vocal fremitus teraba kanan kiri, sonor,

tidak ada suara tambahan, pemeriksaan jantung : ictus cordis tidak

tampak teraba di ICS 5, pekak, bunyi jantung I-II murni, pemeriksaan

abdomen: simetris tidak kembung, bising usung 10x/ menit, suara

timpani, tidak ada nyeri tekan, keadaan anus normal, bentuk punggung

simetris tidak ada perubahan warna, jumlah jari tangan normal, terpasang

infus RL 12 tpm ditangan kiri.

B. Pemeriksaan laboratorium

Pada tanggal 05 januari 2016 didapatkan hasil pemeriksaan

laboratorium yaitu, Lekosit 5.7 k/uL (nilai normal 4.1-10.9 k/uL), limfosid

2.2 R2 37.9 %L (nilai normal 0.6-4.1), MID 0.6 9.8% M (nilai normal 0.0-

1.8), GRAN 3.0 R3 32.3% G (nilai normal 2.0-7.8), eritrosit 4.62 M/uL (nilai

normal 4.20-6.30 M/uL), hemoglobin 11.9 g/dL (nilai normal 12.0-18.0

g/dL), hematrokrit 35.5 % (nilai normal 37.0-51.0 %), eritrosit 76.9 fL (nilai

normal 80.0-97.0 fL), MCH 25.8 pg (nilai normal 26.0-32.0 pg), CHC 33.5

g/dL (nilai normal 31.0-36.0 g/dL), RDW 15.6 % (nilai normal 11.5-14.5 %),

Page 54: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

53

trombosit 249 k/uL (nilai normal 140-440 k/uL), MPV 6.5 fL (nilai normal

0.0-99.8 fL).

C. Terapi

Selama sakit An. D diberi terapi obat yaitu, RL 12 tpm untuk

menambah cairan, ceftazidime 250/12 jam untuk mengatasi infeksi-infeksi

yang disebabkan oleh kuman, paracetamol 250/12 jam untuk mengatasi nyeri

ringan pada sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan demam.

D. Analisa Data

Setelah dilakukan analisa data terhadap hasil pengkajian diperoleh

diagnosa keperawatan utama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik, ditandai dengan data subjektif An. D mengatakan kakinya sakit,

nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri diare luka post operasi orif dikaki kanan

bawah lutut, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul, data objektif An. D tampak

meringis kesakitan.

Diagnosa keperawatan kedua adalah hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang, ditandai dengan

data subjektif ibu An. D mengatakan kaki kanan anaknya belum bisa

digerakkan, data objektif pasien tampak lemas berbaring ditempat tidur

aktivitas dibantu orang tua.

Diagnosa keperawatan ketiga adalah cemas berhubungan dengan status

kesehatan, ditandai dengan data subjektif ibu An. D mengatakan anaknya

Page 55: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

54

masih belum berani menggerakkan kaki kanannya, data objektif pasien

tampak cemas belum berani menggerakkan kaki kanannya, tekanan darah

100/60 mmHg, pernafasan 26x/ menit denyut nadi 100x/ menit, suhu 370C.

E. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan rumusan masalah keperawatan di atas dapat

memprioritaskan diagnosa keperawatan utama yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik, diagnosa keperawatan kedua hambatan mobilitas

fisik berhubungan dengan kerusakan integritas stuktur tulang, diagnosa

keperawatan ketiga cemas berhubungan dengan preses penyakit.

F. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan yang dilakukan pada An. D untuk diagnosa

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik dengan tujuan

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri

akut pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil : pasien tidak mengeluh nyeri,

skala nyeri berkurang 2-1, pasien tampak rileks. Intervensi yang akan

dilakukan yaitu kaji status nyeri klien (PQRST), berikan posisi yang nyaman

(semi fowler), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan tim

dokter dalam pemberian obat analgetik, dengan rasional mengkaji status nyeri

klien, mengurangi rasa nyeri agar lebih nyaman, mengurangi rasa nyeri secara

farmakologi.

Page 56: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

55

Rencana keperawatan yang dilakukan pada An. D untuk diagnosa

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas stuktur

tulang dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24

jam diharapkan tingkat mobilisasi optimal dengan kriteria hasil : pasien

meningkat dalam aktivitas fisik, memverbalkan perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah. Intervensi yang akan

dilakukan yaitu kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, dampingi dan

bantu pasien saat mobilisasi, ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan

berikan bantuan jika diperlukan, konsultasikan dengan terapi fisik tentang

rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan, dengan rasional mengetahui

tingkat pasien dalam melakukan aktivitas, memelihara fleksibilitas sendi

sesuai kemampuan, gerakan aktif memberikan kekuatan otot, peningkatan

kemampuan mobilisasi dari latihan ahli fisioterapi.

Rencana keperawatan yang dilakukan pada An. D untuk diagnosa

cemas berhubungan dengan status kesehatan dengan tujuan setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kecemasan pasien dapat

teratasi dengan kriteria hasil: pasien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapakan gejala cemas, mengidentifikasi, mengungkapkan dan

menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas, tanda-tanda vital dalam batas

normal, postur tubuh, ekspresi wajah dan tingkat aktivitas menunjukkan

berkurangnya kecemasan, intervensi yang akan dilakukan kaji tingkat

kecemasan pasian, temani pasien untuk memberikan keamanan, bantu pasien

mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan, mengobservasi tanda-tanda

Page 57: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

56

vital, kolaborasi pemberian obat untuk kecemasan, dengan rasional

mengetahui tingkat kecemasan pasien, agar pasien lebih rileks, membantu

pasien agar mengenal situasi apa saja yang dapat menimbulkan

kecemasannya, untuk mengurangi kecemasan.

G. Tindakan Keperawatan/ Implementasi

Tindakan keperawatan hari pertama dilakukan pada tanggal 05 januari

2016 dengan diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan agen cidera

fisik, mengkaji status nyeri klien berdasarkan pengkajian (PQRST) jam 12.30

didapatkan respon subjektif, An. D mengatakan kakinya sakit, nyeri seperti

ditusuk-tusuk, nyeri diarea luka post operasi orif di kaki kanan bawah lutut,

skala nyeri 6, nyeri hilang timbul, data objektif An. D tampak meringis

kesakitan, jam 12.50 mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, data

subjektif ibu An. D mengatakan kaki kanan anaknya belum bisa digerakkan,

data objektif pasien tampak lemas berbaring ditempat tidur aktivitas dibantu

orang tua, jam 13.05 mengkaji tingkat kecemasan pasien, data subjektif ibu

An. D mengatakan anaknya masih belum berani menggerakkan kaki

kanannya, data objektif pasien tampak cemas belum berani menggerakkan

kaki kanannya, jam 13.30 menemani pasien untuk memberikan keamanan,

data subjektif An.D mengatakan ingin ditemani, data objektif An. D tampak

ditemani (bermain puzzle) An.D tampak belum kooperatif, nilai tingkat

kooperatifannya 12, tekanan darah 100/60 mmHg, pernafasan 26x/menit

denyut nadi 100x/menit, suhu 370C.

Page 58: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

57

Tindakan keperawatan hari kedua dilakukan pada tanggal 06 januari

2016, jam 08.00 mengkaji status nyeri klien, data subjektif An. D mengatakan

kakinya masih sakit, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri diarea luka post

operasi orif di kaki kanan bawah lutut, skala nyeri turun menjadi 4, nyeri

hilang timbul , data objektif An. D tampak meringis kesakitan, jam 08.30

mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data subjektif An. D mengatakan

bersedia untuk melakukan relaksasi nafas dalam, data objektif An. D tampak

lebih nyaman, jam 08.45 memberikan posisi yang nyaman (semi fowler), data

subjektif An. D mengatakan bersedia untuk diberikan posisi yang nyaman,

data objektif An. D tampak lebih nyaman, jam 09.00 mengkolaborasikan

pemberian obat (ceftazidime), data subjektif An. D mengatakan bersedia

untuk diberi obat, data objektif obat sudah masuk, jam 10.00 mengajarkan

pasien bagaimana merubah dan berikan bantuan, data subjektif An. D

mengatakan bersedia untuk merubah atau menggerakkan kakinya, data

objektif An. D tampak sedikit demi sedikit menggerakkan kakinya, jam

10.30 mendampingi dan bantu pasien saat mobilisasi, data subjektif An. D

mengatakan bersedia melakukan latihan fisik, data objektif An. D tampak

belajar berdiri dan berjalan, jam 13.13 menemani pasien untuk memberikan

keamanan, data subjektif An. D mengatakan bersedia untuk ditemani, data

objektif An. D tampak sudah mulai kooperatif (bermain puzzle), nilai

kooperatif 7, tekanan darah 102/62 mmHg, pernafasan 24x/menit, denyut

nadi 102x/menit, suhu 36,20C.

Page 59: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

58

Tindakan keperawatan hari ketiga dilakukan pada tanggal 07 januari

2016, jam 08.30 mengkaji status nyeri klien, data subjektif An. D mengatakan

kakinya sudah tidak terlalu sakit, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri diarea

luka post operasi orif dikaki kanan bawah lutut, skala nyeri turun menjadi 2,

nyeri hilang timbul, data objektif An. D tampak nyaman, 09.00

mengkolaborasi pemberian obat analgetik (paracetamol), data subjektif An. D

mengatakan bersedia untuk diberi obat , data objektif obat tampak sudah

masuk, jam 10.00 mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, data

subjektif An. D mengatakan kakinya sudah bisa untuk berjalan, data objektif

An. D tampak sudah bisa berdiri dan berjalan, jam 13.00 mendampingi pasien

untuk mengurangi kecemasan, data subjektif An. D mengatakan bersedia

untuk ditemani, data objektif An. D tampak sudah kooperatif bersedia untuk

ditemani (bermain puzzle), nilai kooperatif 3, tekanan darah 98/60 mmHg,

pernafasan 26x/menit, denyut nadi 100x/menit, suhu 360C.

H. Evaluasi Tindakan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada

tanggal 05 januari 2016 jam 14.00 dengan menggunakan metode SOAP

(Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning), untuk diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik, data subjektif An. D mengatakan

kakinya sakit, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri diarea luka post operasi orif

dikaki kanan bawah lutut, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul, data objektif

Page 60: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

59

pasien merintih kesakitan, masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan, kaji

status nyeri klien, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berikan posisi

nyaman (semi fowler), kolaborai dengan tim dokter dalam pemberian obat

analgetik.

Evaluasi untuk diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik b.d

kerusakan integritas struktur tulang, data subjektif ibu An. D mengatakan

kaki kanan anaknya belum bisa digerakkan, data objektif An. D tampak lemas

berbaring ditempat tidur, aktivitas dibantu orang tua, masalah belum teratasi,

intervensi dilanjutkan, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, dampingi

dan bantu pasien saat mobilisasi, ajarkan pasien bagaimana merubah posisi

dan berikan bantuan jika diperlukan, konsultasikan dengan terapi fisik tentang

rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan.

Evaluasi untuk diagnosa cemas berhubungan dengan status kesehatan,

data subjektif ibu An. D mengatakan anaknya belum berani untuk

menggerakkan kakinya, data objektif An. D tampak bingung dan cemas

belum kooperatif, nilai kooperatif 12, tekanan darah 100/60 mmHg,

pernafasan 26x/ menit denyut nadi 100x/ menit, suhu 370C, masalah belum

teratasi, intervensi dilanjutkan, kaji tingkat kecemasan pasien, temani pasien

untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut, bantu pasien mengenal

situasi yang menimbulkan kecemasan, kolaborasi pemberian obat untuk

kecemasan, mengobservasi tanda-tanda vital.

Hasil evaluasi hari kedua dilakukan pada tanggal 06 januari 2016 jam

14.00, untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, data

Page 61: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

60

subjektif An. D mengatakan kakinya masih sakit, nyeri seperti ditusuk-tusuk,

nyeri diarea luka post operasi orif dikaki kanan bawah lutut, skala nyeri turun

menjadi 4, nyeri hilang timbul, data objektif pasien meringis kesakitan,

masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan, kaji status nyeri klien,

ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berikan posisi nyaman (semi fowler),

kolaborai dengan tim dokter dalam pemberian obat analgetik.

Evaluasi untuk diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan kerusakan integritas stuktur tulang, data subjektif ibu

An. D mengatakan kaki kanan anaknya sudah bisa digerakkan sedikit demi

sedikit, data objektif An. D tampak sudah bisa menggerakkan kakinya,

masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan, kaji kemampuan pasien

dalam mobilisasi, dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi, ajarkan pasien

bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan.

Evaluasi untuk diagnosa cemas berhubungan dengan status kesehatan,

data subjektif ibu An. D mengatakan anaknya sudah tidak cemas lagi, data

objektif An.D tampak sudah mulai kooperatif, mau ditemani (bermain

puzzle), nilai kooperatif 7, tekanan darah 102/62 mmHg, pernafasan

24x/menit, denyut nadi 102x/menit, suhu 36,20C, masalah teratasi sebagian,

intervensi dilanjutkan, kaji tingkat kecemasan pasien, temani pasien untuk

memberikan keamanan dan mengurangi takut.

Hasil evaluasi hari ketiga dilakukan pada tanggal 07 januari 2016 jam

14.00, untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, data

subjektif An. D mengatakan kakinyasudah tidak terlalu sakit, nyeri terasa

Page 62: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

61

ditusuk-tusuk, nyeri diarea luka post operasi orif dikaki kanan bawah lutut,

skala nyeri turun menjadi 2, nyeri hilang timbul, data objektif pasien tampak

lebih nyaman, masalah teratasi sebagian, discharge planning, ajarkan teknik

relaksasi nafas dalam.

Evaluasi untuk diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang, data subjektif An.

D mengatakan kaki kanannya sudah bisa digerakkan, data objektif An. D

tampak sudah bisa menggerakkan kakinya, masalah teratasi, discharge

planning, aktivitas dibantu atau didampingi orang tua.

Evaluasi untuk diagnosa cemas berhubungan dengan status kesehatan,

data subjektif ibu An. D mengatakan anaknya sudah tidak cemas lagi, data

objektif An.D tampak sudah kooperatif, mau ditemani (bermain puzzle) nilai

kooperatif 3, tekanan darah 98/60 mmHg, pernafasan 26x/menit, denyut nadi

100x/menit, suhu 360C, masalah teratasi, intervensi dihentikan.

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan

An. D dengan post operasi orif di Ruang Cempaka RSUD Dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri. Pembahasan pada bab ini terutama

membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dengan

Page 63: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

62

kasus. Asuhan keperawatan ini melalui tahap, pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Deden, 2012).

Hasil pengkajian pada An. D yang dilakukan pada tanggal 05 Januari 2016

pada pukul 12.30 WIB melalui metode alloanamnesa dan autoanamnesa,

observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan

perawat dokter mendiagnosa An. D mengalami post operasi orif. Menurut

teori Smelter (2001) dalam Jitowiyono & Kristiyanasari (2012) salah satu

penatalaksanaan bedah ortopedi pada pasien fraktur adalah ORIF (Open

Reduction and Internal Fixation). ORIF diartikan sebagai stabilisasi tulang

patah yang telah direduksi atau perbaikan tulang terusan penjajaran insisi

pembedahan yang sering kali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur

dengan kawat, sekrup, peniti plates batang intramedulasi, dan paku.

Pada pengkajian yang dilakukan pada An. D didapat keluhan utama

An.D mengatakan kakinya sakit, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri diarea luka

post operasi orif di kaki kanan bawah lutut, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul,

pasien tampak meringis kesakitan. Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri,

hilangnya fungsi atau deformitas tulang, pemendekan ektremitas, krepitus

Page 64: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

63

(adanya derik tulang), pembengkakan lokal dan perubahan warna (Brunner &

Suddarth, 2005).

Pada pasien post operasi seringkali mengalami nyeri hebat meskipun

tersedia obat-obatan analgesik yang efektif, namun nyeri post operasi tidak

dapat diatasi dengan baik, sekitar 50% pasien tetap mengalami nyeri sehingga

dapat mengganggu kenyamanan pasien (Wals, 2008).

Rasa nyeri merupakan stresor yang dapat menimbulkan stres dan

ketegangan dimana individu dapat berespon secara biologis dan perilaku yang

menimbulkan respon fisik dan psikis. Pada respon fisik pasien post operasi

meliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu

badan, dan apabila nafas semakin berat dapat menyebabkan colaps

kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri dapat

merangsang respon stres yang dapat mengurangi sistem imun dalam

peradangan, serta dapat menghambat penyembuhan respon yang lebih parah

akan mengarah pada ancaman merusak diri (Corwin, 2001 dalam Syaiful dan

Rachmawan, 2014).

Menurut International Association for the Study of Pain, IASP (2011)

mendefinisikan nyeri sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau

potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi

kerusakan. Sedangkan menurut Mustawan (2008) nyeri merupakan keluhan

yang paling sering diungkapkan pasien dengan tindakan pembedahan atau

operasi. Pengkajian nyeri yang dilakukan penulis mengacu pada teori

Page 65: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

64

karakteristik nyeri (PQRST) mengacu pada Provoking inciden : Apakah ada

peristiwa yang menjadi factor prepitasi nyeri. Quality of pain : Seperti apa

rasa nyeri yang dirasakan pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut/

menusuk. Region Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa

sakit menjalar/menyebar dan dimana rasa sakit terjadi. Saverity (scale

ofpain): Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien, bisa berdasarkan

skala nyeri/pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi

kemampuan fungsinya. Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

bertambah buruk pada malam hari/siang hari (Nasrul Effendy, 1995:2-3)

dalam Wijaya & Putri (2013).

Hasil pengkajian pola aktivitas dan latihan didapatkan hasil, sebelum

sakit maupun selama sakit An. D mengatakan semua aktivitas seperti

makan/minum, toileting, berpakaian, mobilisasi ditempat tidur, berpindah dan

ambulasi/ROM masih dibantu orang tua. Menurut Wijaya & Putri (2013)

pada pola aktifitas dan latihan pada pasien fraktur atau post operasi

mengalami perubahan/gangguan sehingga kebutuhan pasien perlu dibantu

oleh perawat/ keluarga.

Pemeriksaan tanda-tanda vital pada An. D didapatkan hasil, suhu tubuh

370C, pernafasan 26x/menit, denyut nadi 100x/menit, tekanan darah 100/60

mmHg, pemeriksaan paru : bentuk dada simetris kanan kiri, vocal fremitus

teraba kanan kiri, sonor, tidak ada suara tambahan, pemeriksaan jantung :

ictus cordic tidak tampak teraba di ICS 5, pekak, BJ I-II murni, pemeriksaan

abdomen : simetris tidak kembung, bising usung 10x/ menit, suara thympani,

Page 66: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

65

tidak ada nyeri tekan, keadaan anus normal, bentuk punggung simetris tidak

ada perubahan warna, jumlah jari tangan normal. Selama sakit An. D diberi

terapi obat yaitu, RL 12 tpm untuk menambah cairan, ceftazidime 250/12 jam

untuk mengatasi infeksi-infeksi yang disebabkan oleh kuman, paracetamol

250/12 jam untuk mengatasi nyeri ringan pada sakit kepala, sakit gigi dan

menurunkan demam.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial,

sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan

keperawatan (Nursalam, 2005). Pada teori yang didapat penulis, diagnosa

keperawatan yang sering muncul pada pasien post operasi orif antara lain

nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan dan cemas berhubungan dengan proses penyakit

(Herdman, 2012).

Diagnosa keperawatan yang diambil oleh penulis pada tanggal 05

Januari 2016 adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post

operasi orif), yang telah disesuaikan dengan diagnosa keperawatan NANDA.

Pada kasus An. D terjadi nyeri akut yaitu pengalaman sensori dan emosional

yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual

atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa

(International Association for the Study of Pain) awitan tiba-tiba atau lambat

Page 67: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

66

dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau

diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan (Herdman, 2012).

Nyeri yang dialami An. D berkaitan dengan nyeri akut yang terjadi

adanya luka insisi bekas pembedahan (Perry & Potter, 2006). Batasan

karakteristik menurut teori yang ada yaitu perubahan tekanan darah,

perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan,

mengekspresikan perilaku (gelisah, merengek, menangis, waspada iritabilitas

mendesal), perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap melindungi area

nyeri (Herdman, 2012). Pada An. D batasan karakteristik yang ditemukan

meliputi data subyektif klien mengatakan kakinya sakit, nyeri seperti

tertusuk-tusuk, nyeri diare luka post operasi orif dikaki kanan bawah lutut,

skala nyeri 6, nyeri hilang timbul, data objektif An. D tampak meringis

kesakitan.

Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera biologis sebagai diagnosa pertama. Alasan penulis memprioritaskan

masalah nyeri akut sebagai prioritas pertama, karena berdasarkan pada

keaktualan masalah yang sesuai dengan tipe-tipe diagnosa keperawatan.

Menurut Carpenito (2002) dalam Setiadi (2012: 40), bahwa terdapat 5 tipe

diagnosa yaitu aktual, risiko, kemungkinan, kesejahteraan, dan sindrom.

Diagnosa aktual adalah menyajikan keadaan yang secara klinis telah di

validasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi, karena

nyeri dapat mengganggu kebutuhan rasa aman dan nyaman serta merupakan

Page 68: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

67

masalah yang paling utama maka harus didahulukan daripada kebutuhan yang

lain.

Diagnosa keperawatan kedua adalah hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang, ditandai dengan

data subjektif ibu An. D mengatakan kaki kanan anaknya belum bisa

digerakkan, data objektif pasien tampak lemas berbaring ditempat tidur

aktivitas dibantu orang tua.Sehingga penulis mengambil diagnosa hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang.

Dimana hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik

tubuh atau satu atau lebih ektremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif &

Kusuma 2013). Batasan karakteristik hambatan mobilitas fisik yaitu kesulitan

membolak-balikkan posisi, dispnea setelah beraktivitas, perubahan cara

berjalan, pergerakan lambat (Herdman, 2012).

Diagnosa keperawatan ketiga adalah cemas berhubungan dengan status

kesehatan, ditandai dengan data subjektif ibu An. D mengatakan anaknya

masih belum berani menggerakkan kaki kanannya, data objektif pasien

tampak cemas belum berani menggerakkan kaki kanannya, tekanan darah

100/60 mmHg, pernafasan 26x/menit denyut nadi 100x/menit, suhu 370C.

Menurut Wong (2002) dalam Hermiati dan Marita (2013), perawatan

dirumah sakit yang dialami oleh seorang anak dapat menimbulkan berbagai

pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan. Cemas

yang muncul dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan fisik

rumah sakit antara lain bangunan atau ruang rawat, alat-alat, bau yang khas,

Page 69: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

68

pakaian putih, petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama

pasien anak ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri.

Perasaan seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak

menyenangkan lainya, sering kali dialami anak. Efek hospitalisasi pada anak

sering dialami oleh anak saat mengalami perawatan dirumah sakit. Dampak

negatif dari perubahan lingkungan sangat berpengaruh terhadap upaya

perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani pada anak. Reaksi anak

selama hospitalisasi yang dimunculkan pada anak akan berbeda antara satu

dengan lainnya, reaksi yang sering muncul antara lain: menolak makan,

sering bertanya, menangis pelan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

atau perawatan di rumah sakit kehilangan kontrol, dan pembatasan aktivitas.

Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada

perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,

tidak mau bekerja sama dengan perawat (Suryanti, 2011).

C. Intervensi keperawatan

Penulis menyusun rencana tindakan dalam diagnosa keperawatan nyeri

akut, hambatan mobilitas fisik dan kecemasan berdasarkan NIC (Nursing

Intervention Classification) dengan menggunakan metode ONEC (Observasi,

Nursing Intervention, Education, Collaboration). Tujuan dan kriteria hasil ini

disusun berdasarkan NOC (Nursing Output Classification) dengan

menggunakan metode SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,

Time) (Dermawan, 2012).

Page 70: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

69

Tujuan dari perencanaan tindakan untuk diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri hilang atau berkurang dengan

kriteria hasil pasien tidak mengeluh nyeri, skala nyeri berkurang 2-1, pasien

tampak rileks. Pada intervensi yang pertama yaitu kaji status nyeri klien

PQRST dimana Provocate adalah faktor yang menimbulkan nyeri dan

mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri, Quality adalah kualitas nyeri,

Region adalah perjalanan ke daerah lain, Skala adalah intensitas skala nyeri,

Time adalah menjelaskan waktu dan frekuensi nyeri. Hal ini dilakukan sesuai

dengan teori dalam pengkajian karakteristik nyeri (PQRST) untuk

mengetahui pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan

waktu frekuensi nyeri (Saputra, 2013).

Pada intervensi yang kedua yaitu berikan posisi yang nyaman, yang

bertujuan untuk mengatur posisi saat istirahat (Supadi, 2008). Intervensi yang

ketiga yaitu anjurkan relaksasi nafas dalam jika timbul nyeri, relaksasi

merupakan metode yang efektif untuk mengurangi nyeri pada klien yang

mengalami nyeri, dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, dan

kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri (Eni, 2006).

Pada intervensi yang keempat yaitu kolaborasi pemberian obat

analgesik pereda nyeri, pemberian analgesik yang dapat menyebabkan

penurunan nyeri karena obat ini bekerja pada ujung saraf perifer di daerah

yang mengalami cidera, dengan menurunkan kadar mediator peradangan yang

dibangkitkan oleh sel-sel yang mengalami cidera (Tamsuri, 2012).

Page 71: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

70

Tujuan dan perencanaan keperawatan untuk diagnosa hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas stuktur tulang

dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan tingkat mobilisasi optimal dengan kriteria hasil : pasien

meningkat dalam aktivitas fisik, memverbalkan perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah. Intervensi yang akan

dilakukan yaitu kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, dampingi dan

bantu pasien saat mobilisasi, ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan

berikan bantuan jika diperlukan, konsultasikan dengan terapi fisik tentang

rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan, dengan rasional mengetahui

tingkat pasien dalam melakukan aktivitas, memelihara fleksibilitas sendi

sesuai kemampuan, gerakan aktif memberikan kekuatan otot, peningkatan

kemampuan mobilisasi dari latihan ahli fisioterapi.

Tujuan dari perencanaan tindakan untuk diagnosa kecemasan

berhubungan dengan status kesehatan adalah setelah dilakukan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan kecemasan pasien dapat teratasi dengan kriteria

hasil : pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapakan gejala cemas,

mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk

mengontrol cemas, tanda-tanda vital dalam batas normal, postur tubuh,

ekspresi wajah dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangan kecemasan,

dengan rasional mengetahui tingkat kecemasan pasien, agar pasien lebih

rileks, membantu pasien agar mengenal situasi apa saja yang dapat

menimbulkan kecemasannya, untuk mengurangi kecemasan.

Page 72: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

71

Pada intervensi yang ketiga yaitu dorong keluarga untuk menemani

anak dengan rasional menurunkan kecemasan dan kegelisahan pasien

(Wilkinson, 2012), yakinkan kembali pasien dengan sentuhan dan sikap

empatik secara verbal dan non-verbal dengan rasional mengurangi ansietas

pada pasien (Green Setyowati, 2006). Di dalam intervensi ini penulis

menerapkan terapi bermain puzzle untuk meningkatkan kooperatif anak

selama hospitalisasi dirumah sakit. Sikap kooperatif adalah tingkat individu

dalam melihat dirinya sendiri sebagai bagian dari anggota masyarakat.

Individu yang bersikap kooperatif ditunjukan dengan sikap empati, toleransi,

penuh kasih sayang, saling mendukung, serta mempunyai prinsip yang kuat

(Videbeck, 2008). Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kooperatif anak

selama hospitalisasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi tingkat

kooperatif yang terdiri dari 18 pengamatan respon anak yang dibagi menjadi

3 kelompok, hasil : ya=1, tidak=0, mean : 9, kooperatif=<9, tidak

kooperatif=>9. Bermain digunakan sebagai terapi dalam proses

penyembuhan pasien anak karena diyakini mampu untuk menghilangkan

berbagai batasan, hambatan dalam diri, stres dan frustasi, karena bermain

memiliki efek healing (penyembuhan). Terapi bermain merupakan suatu

proses penyembuhan dengan metode bermain yang digunakan pada anak

yang mempunyai masalah emosi, khususnya pada anak usia 3-12 tahun,

dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi

tingkah laku yang diharapkan. Nurjaman (2006) mengemukakan setelah

melewati usia balita, anak yang sering diajak bermain akan lebih kooperatif

Page 73: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

72

dan mudah diajak bekerjasama, sebaliknya jika anak kurang diajak bermain,

anak akan kurang memiliki stimulasi, menjadi seperti ditelantarkan, kurang

peka terhadap sekitarnya, sulit percaya pada orang lain dan curiga apabila

memasuki lingkungan baru. Permainan juga merupakan media komunikasi

antara anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas

kesehatan di rumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak

melalui ekspresi non verbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan

atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman

bermainnya.

Pada intervensi yang keempat yaitu berikan obat untuk mengurangi

kecemasan dengan rasional untu menurunkan angka kecemasan pada pasien.

D. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari

intervensi keperawatan antara lain : mempertahankan daya tahan tubuh,

mencegah komplikasi, menemukan perubahan sistem tubuh, mencegah

komplikasi, menemukan perubahan sistem tubuh, memantapkan hubungan

klien dengan lingkungan, implementasi pesan dokter (Setiadi, 2012).

Berdasarkan masalah keperawatan tersebut diatas perawat melakukan

implementasi dan evaluasi selama 3 hari sesuai tujuan, kriteria hasil, dan

intervensi yang telah dibuat berdasarkan NIC dan NOC.

Penulis melakukan implementasi untuk diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis selama 3 hari. Tindakan yang

Page 74: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

73

pertama mengkaji status nyeri (PQRST) penulis mengkaji status nyeri klien

didapatkan respon subjektif, An. D mengatakan kakinya sakit, nyeri seperti

ditusuk-tusuk, nyeri diarea luka post operasiorif di kaki kanan bawah lutut,

skala nyeri 6, nyeri hilang timbul, data objektif An. D tampak meringis

kesakitan,

Tindakan keperawatan kedua penulis memberikan posisi yang nyaman

(semi fowler), data subjektif An. D mengatakan bersedia untuk diberikan

posisi yang nyaman, data objektif An. D tampak lebih nyaman. Dalam teori

memberikan posisi yang nyaman, bertujuan untuk mengatur posisi saat

istirahat (Supadi, 2008).

Tindakan keperawatan ketiga penulis mengajarkan relaksasi nafas

dalam, didapatkan respon subjektif mengatakan bersedia untuk melakukan

relaksasi nafas dalam, data objektif An. D tampak lebih nyaman. Didalam

teori relaksasi merupakan metode yang efektif untuk mengurangi nyeri pada

klien yang mengalami nyeri, dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,

dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri (Eni,

2006).

Tindakan keempat penulis memberikan injeksi sesuai advice dokter

(paracetamol 250 mg), didapatkan respon subjektif An. D mengatakan

bersedia untuk diberi obat, data objektif obat sudah masuk. Didalam teori

pemberian analgesik yang dapat menyebabkan penurunan nyeri karena obat

ini bekerja pada ujung saraf perifer di daerah yang mengalami cidera, dengan

Page 75: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

74

menurunkan kadar mediator peradangan yang dibangkitkan oleh sel-sel yang

mengalami cidera (Tamsuri, 2012).

Diagnosa yang kedua adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengankerusakan integritas stuktur tulang. Tindakan keperawatan pertama

yang dilakukan adalah mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi dengan

data subjektif ibu An. D mengatakan kaki kanan anaknya belum bisa

digerakkan, data objektif pasien tampak lemas berbaring ditempat tidur

aktivitas dibantu orang tua. Hambatan mobilitas fisik merupakan keterbatasan

pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri

dan terarah (Herdman, 2012).

Tindakan keperawatan kedua penulis mengajarkan pasien bagaimana

merubah posisi dan berikan bantuan dengan data subjektif An. D mengatakan

bersedia untuk merubah atau menggerakkan kakinya, data objektif An. D

tampak sedikit demi sedikit menggerakkan kakinya. Melatih dan

mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan

atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian (Susan, 2004).

Tindakan keperawatan ketiga penulis mendampingi dan bantu pasien

saat mobilisasi dengan data subjektif An. D mengatakan bersedia melakukan

latihan fisik, data objektif An. D tampak belajar berdiri dan berjalan.

Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi

resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,

kekakuan/penegangan otot-otot diseluruh tubuh dan sirkulasi darah dan

pernafasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih.

Page 76: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

75

Sering kali dengan keluhan nyeri, klien tidak mau melakukan mobilisasi

ataupun tidak berani merubah posisi. Disinilah peran perawat sebagai

edukator dan motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami suatu

komplikasi yang tidak diinginkan (Carpenito, 2009).

Pasien yang mengalami mobilisasi pada umumnya akan mengalami

gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi

dibedakan menjadi dua yaitu mobilisasi temporer yang disebabkan oleh

trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan

tulang. Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistem syaraf

yang reversibel.

Diagnosa yang ketiga adalah kecemasan b.d status kesehatan.

Implementasi yang dilakukan adalah. Tindakan keperawatan yang pertama

yaitu mengkaji tingkat kecemasan pasien, didapatkan respon subjektif ibu An.

D mengatakan anaknya masih belum berani menggerakkan kaki kanannya,

data objektif pasien tampak cemas belum berani menggerakkan kaki

kanannya.

Tindakan keperawatan kedua penulis menemani pasien untuk

memberikan keamanan, data subjektif An. D mengatakan ingin ditemani, data

objektif An. D tampak ditemani (bermain puzzle), ditindakan ini penulis

menerapkan terapi bermain puzzle untuk meningkatkan kooperatif anak

selama hospitalisasi, dalam tindakan ini penulis tidak mengalami kesulitan,

untuk hari pertama pemberian terapi bermain puzzle An. D masih belum

kooperatif, nilai kooperatif 12, setelah menerapkan terapi bermain puzzle

Page 77: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

76

selam 3 hari An. D mulai kooperatif nilai kooperatif 3 ditandai dengan

tingkah laku An. D saat perawat atau tenaga medis akan melakukan tindakan.

Menurut Wong (2003) dalam Marasaloy (2008) terapi bermain

merupakan media bagi anak yang tidak kooperatif selama menjalani

perawatan dirumah sakit, agar anak tersebut bisa bekerja sama dengan

perawat maupun tenaga medis yang sedang melakukan tindakan.

Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan

merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak

bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak

seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak

memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan

perkembangan emosinya (Supartini, 2004). Salah satu contoh permainan yang

menarik yaitu permainan puzzle, karena puzzle dapat meningkatkan daya pikir

anak dan konsentrasi anak. Melalui puzzle anak akan dapat mempelajari

sesuatu yang rumit serta anak akan berfikir bagaimana puzzle ini dapat

tersusun dengan rapi (Alfiyanti, 2010). Setelah anak dilakukan terapi bermain

puzzle di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak, tetapi

juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan, pikiran cemas, takut,

sedih tegang dan nyeri (Barokah A, dkk, 2012).

Setelah memberikan terapi bermain puzzle anak tampak kooperatif,

sehingga dapat meminimalkan kecemasan pada anak saat hospitalisasi.Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan bermain puzzle untuk meningkatkan

kooperatif anak selama hospitalisasi dirumah sakit, sesuai dengan jurnal yang

Page 78: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

77

telah diteliti dalam penelitian ini berpengaruh terhadap respon kecemasan

anak yang mengalami hospitalisasi (Kubsch, 2000 dalam sulistiyani, 2009).

E. Evaluasi

Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana

tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga

kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien

dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap

perencanaan (Setiadi, 2012).

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari sudah dilakukan

sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan serta berkolaborasi dengan

tim kesehatan lain. Hasil evaluasi yang sudah didapatkan pada diagnosa

pertama masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik teratasi sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Kriteria

hasil yamg diharapkan adalah pasien sudah tidak mengeluh nyeri, skala nyeri

berkurang 2-1, pasien tidak meringis kesakitan menahan nyeri. Evaluasi dari

tindakan yang dilakukan dengan metode SOAP (Subyektif, Obyektif,

Asessment, Planning) diperoleh hasil sebagai berikut untuk subjektif An. D

mengatakankakinya sudah tidak terlalu sakit, kualitas nyeri seperti tertusuk-

tusuk, nyeri diarea luka post operasi orif, skala nyeri 2, nyeri sewaktu-waktu,

objektif An.D tampak rilek,analisa masalah keperawatan teratasi, dicharge

planning : ajarkan teknik relaksasi nafas dalam ketika nyeri muncul.

Page 79: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

78

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan pada diagnosa kedua masalah

keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

integritas stuktur tulang teratasi pada hari ketiga sesuai dengan tujuan dan

kriteria hasil yang diharapkan. Evaluasi dari tindakan yang dilakukan dengan

metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Asessment, Planning) diperoleh hasil

sebagai berikut untuk subjektif An. Dmengatakan kakinya sudah bisa

digerakkan, objektif An. D tampak sudah menggerakkan kakinya, analisa

masalah keperawatan teratasi, planning keperawatan dilanjutkan yaitu

aktivitas dibantu atau didampingi orang tua.

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan pada diagnosa ketiga masalah

keperawatan kecemasan berhubungan dengan status kesehatan teratasi karena

sudah sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Evaluasi dari

tindakan yang dilakukan dengan metode SOAP (Subyektif, Obyektif,

Asessment, Planning) didapatkan hasil sebagai berikut subjektif orangtua

An.D mengatakan anaknya tidak cemas lagi, objektif An. D tampak sudah

kooperatif, setelah penulis menerapkan terapi bermain puzzle salam 3 hari,

respon hospitalisasi An. D sudah kooperatif nilai kooperatif 3, TD : 98/60

mmhg, Nadi : 100x/menit, Suhu : 360C, RR : 26x/menit, analisa masalah

keperawatan teratasi, planning keperawatan dihentikan pasien pulang.

Page 80: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

79

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukanpemberian terapi bermain puzzle terhadap

tingkat kooperatif selama menjalani keperawatandirumah sakit An. D dengan

post operasiorif di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, maka

penulis dapat menarik kesimpulan :

1. Pengkajian

Setelah penulis melakukan pengkajian didapatkan data sebagai

berikut, keluhan utama An. D mengatakan post operasiorif di kaki kanan

bawah lutut. An. D datang dari poliorto dengan keluhan post operasiorif

dikaki kanan, sebelumnya satu tahun lalu di pasang orif karena terjatuh

saat berlari, ibu pasien mengatakan kaki anaknya nyeri belum berani

menggerakkan kakinya.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dtemukan pada An. D yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik, diagnosa keperawatan

keduahambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas

stuktur tulang, diagnosa keperawatan ketiga cemas berhubungan dengan

proses penyakit.

Page 81: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

80

3. Rencana keperawatan

Pada rencana keperawatan yang dilakukan pada An. D untuk

diagnosa keperawatan pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera fisik dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri akut pasien dapat teratasi dengan

kriteria hasil : pasien tidak mengeluh nyeri, skala nyeri berkurang 1-2,

pasien tampak rileks. Intervensi yang akan dilakukan yaitu kaji status

nyeri klien (PQRST), berikan posisi yang nyaman (semi fowler), ajarkan

relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian

obat analgetik, dengan rasional mengkaji status nyeri klien, mengurangi

rasa nyeri agar lebih nyaman, mengurangi rasa nyeri secara farmakologi.

Pada rencana keperawatan kedua yang dilakukan pada An. D untuk

diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

integritas stuktur tulang dengan tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat mobilisasi optimal

dengan kriteria hasil : pasien meningkat dalam aktivitas fisik,

memverbalkan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan

berpindah. Intervensi yang akan dilakukan yaitu kaji kemampuan pasien

dalam mobilisasi, dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi, ajarkan

pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan,

konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan

kebutuhan, dengan rasional mengetahui tingkat pasien dalam melakukan

aktivitas, memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan, gerakan aktif

Page 82: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

81

memberikan kekuatan otot, peningkatan kemampuan mobilisasi dari

latihan ahli fisioterapi.

Pada rencana keperawatan ketiga yang dilakukan pada An. D untuk

diagnosa cemas berhubungan dengan status kesehatan dengan tujuan

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

kecemasan pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil : pasien mampu

mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas, mengidentifikasi,

mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas,

tanda-tanda vital dalam batas normal, postur tubuh, ekspresi wajah dan

tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan, dengan rasional

mengetahui tingkat kecemasan pasien, agar pasien lebih rileks,

membantu pasien agar mengenal situasi apa saja yang dapat

menimbulkan kecemasan, untuk mengurangi kecemasan.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi diagnosakeperawatanpertamayang dilakukan,

mengkaji status nyeri (PQRST), memberikanposisi yang nyaman,

menganjurkanrelaksasinafasdalamjikatimbulnyeri,

danberkolaborasidengandokterpemberian analgesic.

Implementasi diagnosa keperawatan kedua yang dilakukan,

mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, mendampingi dan bantu

pasien saat mobilisasi, mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi

dan berikan bantuan jika diperlukan, mengkonsultasikan dengan terapi

fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan.

Page 83: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

82

Implementasi diagnosa keperawatan ketiga yaitu mengkaji tingkat

kecemasan pasien, menemani pasien untuk memberikan keamana dan

mengurangi takut, mengobservasi tanda-tanda vital.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik, data subjektif An. D mengatakan kakinyasudah tidak terlalu

sakit, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri diarea luka post operasi lepas

orif dikaki kanan bawah lutut, skala nyeri turun menjadi 2, nyeri hilang

timbul, data objektif pasien tampak lebih nyaman, masalah teratasi

sebagian, dischargeplanning, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

Evaluasi untuk diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan kerusakan integritas stuktur tulang, data subjektif

An. D mengatakan kaki kanannya sudah bisa digerakkan, data objektif

An. D tampak sudah bisa menggerakkan kakinya, masalah teratasi,

dischargeplanning, aktivitas dibantu atau didampingi orang tua.

Evaluasi untuk diagnosa cemas berhubungan dengan status

kesehatan, data subjektif ibu An. D mengatakan anaknya sudah tidak

cemas lagi, data objektif An. D tampak sudah kooperatif, mau ditemani

(bermain puzzle) nilai kooperatf 3, masalah teratasi, intervensi

dihentikan.

6. Analisa

Hasil analisa penerapan terapi bermain puzzleuntuk meningkatkan

kooperatif anak selama hospitalisasi, didapatkan data subjektif An.D

Page 84: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

83

mengatakan ingin ditemani, data objektif An. D tampak ditemani

(bermain puzzle), ditindakan ini penulis menerapkan terapi bermain

puzzle untuk meningkatkan kooperatif anak selama hospitalisasi, dalam

tindakan ini penulis tidak mengalami kesulitan, untuk hari pertama

pemberian terapi bermain puzzle An. D masih belum kooperatif, nilai

kooperatif 12, setelah menerapkan terapi bermain puzzle selam 3 hari

An.D mulai kooperatif nilai kooperatif 3 ditandai dengan perilaku

kooperatif An. D saat perawat atau tenaga medis akan melakukan

tindakan.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan post

operasi orif, penulis memberikan usulan dan masukan positif pada bidang

kesehatan antara lain :

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan asuhan keperawatan pada anak saat dilakukan

perawatan dirumah sakit tetap memperhatikan aspek psikososial anak

dengan memberikan ruang khusus untuk bermain anak.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan tenaga kesehatan melakukan pendekatan lebih intensif

pada anak untuk mendapatkan kepercayaan anak serta menjadikan anak

kooperatif terhadap tindakan keperawatan. Pelaksanaan terapi bermain

Page 85: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

84

(puzzle)sangat efektif dilakukan perawat untuk meningkatkan kooperatif

anak selama perawatan dirumah sakit.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat selalu meningkatkan mutu dalam pembelajaran

untuk menghasilkan perawat-perawat yang lebih profesional, inovatif,

terampil dan lebih berkualitas.

Page 86: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

85

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyanti, N. (2010). Upaya Meningkatkan Daya Pikir Anak Melalui Permainan

Edukatif. http://etd.eprints.ums.ac.id/9837/1/A520085042.pdf Diakses pada

tanggal 17 Desember 2015.

Apriliawati, A. (2011). Pengaruh Biblioterapi Terhadap Tingkat Kecemasan

Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi di Rumah Sakit Islam

Jakarta. Tesis. Depok: Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Peminatan Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

Barokah A, dkk. 2012. Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perilaku

Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Selama Hospitalisasi di RSUD Tugurejo.

Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2

edisi 8. Jakarta : EGC.

Dermawan. Deden. 2012. Proses Keperawatan : Penerapan Konsep dan Kerangka

Kerja. Gusyen Publishing. Yogyakarta.

Corwin, EJ. 2014. Buku Saku Patifisiologi, 3 edn. EGC : Jakarta.

Coctello, A. M. (2008). Hospitalization. Diunduh dari

http.//www.amswer.com/topic/hospitalization. Pada tanggal 15 Desember

2015.

Hockenberry, J. M., dan Wilson, D. (2009). Essentials op pediatric nursing.

St.

Louis : Mosby An Affiliti of Elsevier inc.

Jitowiyono S. dan Kristiyanasari. W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi.

2nd

ed. Nuha Medika, Yogyakarta.

Jovan. (2007). Hospitalisasi. Diambil pada tanggal 17 Desember 2015, Avaible:

http://jovandc.multiply.com

Marasaoly, Suryanti. (2009). Skripsi : Pengaruh Terapi Bermain Puzzle terhadap

dampak Hospitalisasi pada Anak Usia Pra Sekolah di Ruang Anggrek 1

Rumah Sakit Kepolisian Pusat R. S Sukanto. Jakarta : Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran”. Tersedia pada

http://www.library.unpvj.ac.id/indek.php/p=showdetail&id=3278. Diakses

pada tanggal 17 Desember 2015

Page 87: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

86

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik Ed.3.

Jakarta:

EGC.

Muatawan, Zulaik. 2008. Hubungan Penggunaan Mekanisme Koping Dengan

Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Fremur di Unit

Orthopedi RSU Islam Kustati Surakarta. Skripsi. Surakarta : Fakultas Ilmu

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nurarif H. A & Kusuma. 2013. NANDA NIC-NOC. Jilid 1. Med Action.

Yogyakarta.

Nursalam, Rekawati, S., dan Utami, S. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan

anak. Jakarta : Salemba Medika

Potter, P. A, & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :

Konsep,Proses dan Praktek Volume I, Edisi 4. Jakarta : EGC

Puspitasari, N. P. D dan Handayani, R. D. (2008). Pengaruh terapi bermain

terhadap tingkat kooperatif selama menjalani perawatan pada anak usia

pra sekolah di rumah sakit panti rapih jogjakarta. Diakses dari

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus.gld-rohmadanni-6346-

1-rahma.pdf. Diunduh pada tanggal 16 Desember 2015

Ramdaniati, Sri. 2011. Analisis Determinan Kejadian Takut Pada Anak Pra

Sekolah dan Sekolah yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang Rawat Anak

RSU Blud dr. Slamet Garut. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan

Program Magister Keperawatan Universitas Indonesia.

Rasjad Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Edisi III, PT. Yarsif

Watampore, Jakarta.

Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Bina

Rupa Aksara

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan

Pratik. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Sjamsuhidayat, R Wim de jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC.

Supartini, Y. (2004). Buku ajar : Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :

EGC

Tamsuri A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Buku Kedokteran : EGC.

Page 88: KTI ARUM TRI UTAMI - · PDF fileD. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ... dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, ... oleh anak yang dalam keadaan sehat maupun sakit

87

T. Heather Herdman, PhD, Rn. Nanda Internasional Diagnosa Keperawatan

Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. EGC. Jakarta

Utami, Resti. 2012. Hubungan Penerapan Atraumatic Care Dengan Tingkat

Kepuasan Orang Tua Anak Selama Proses Hospitalisasi di Ruang Anak

Rumah Sakit Daerah Balung Jember. Skripsi. Jember: Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Jember.

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa, Jakarta : EGC.

Wals. 2008. Distraksi dan Relaksasi Suatu Teknik Untuk Mengatasi Nyeri.

Jakarta : Salemba Medika, hal 112.

Wijayanti, Pradita Dwi. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Regresi

Anak Prasekolah Saat Hospitalisasi di Rumah Sakit Anak dan Bunda

Harapan Kita Jakarta. Skripsi. Jakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Wilkinson, J. M, & Ahem N. R. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan

Diagnosa NANDA NIC-NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Wong, D. L., Hockenberry, J. M., Caton, Wilion, D., Winkelslein, M. L., dan

Sihwartz. P. (2009). Buku ajar : Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 (Alih

bahasa : Hartono. A., Kusmiasih. S., dan Setiawan). Jakarta : EGC.