fix modul 2 indah, arum & dandan

35
Kata / Kalimat Kunci : Frekuensi kejadian karies, penyakit periodontal dan penyakit jaringan lunak didalam mulut masih sangat tiggi di masyarakat. Plak. Interaksi faktor lokal dan sistemik. Profil saliva. Pathogenesis. Pertanyaan penting : 1. Jelaskan konsep terjadinya karies gigi, penyakit periodontal dan penyakit jaringan lunak! 2. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi, penyakit periodontal, dan jaringan lunak! 3. Bagaimana hubungan faktor lokal dan sistemik terhadap karies, penyakit periodontal dan penyakit jaringan lunak?

Upload: dentistsityyahoo

Post on 02-Jan-2016

119 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Modul

TRANSCRIPT

Page 1: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

Kata / Kalimat Kunci :

Frekuensi kejadian karies, penyakit periodontal dan penyakit jaringan lunak

didalam mulut masih sangat tiggi di masyarakat.

Plak.

Interaksi faktor lokal dan sistemik.

Profil saliva.

Pathogenesis.

Pertanyaan penting :

1. Jelaskan konsep terjadinya karies gigi, penyakit periodontal dan penyakit

jaringan lunak!

2. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi, penyakit

periodontal, dan jaringan lunak!

3. Bagaimana hubungan faktor lokal dan sistemik terhadap karies, penyakit

periodontal dan penyakit jaringan lunak?

4. Jelaskan mengenai plak dan profil saliva dan bagaimana hubungannya

dengan karies, penyakit periodontal, dan penyakit jaringan lunak!

5. Bagaimana peran screening dalam tingginya frekuensi karies gigi, penyakit

periodontal, dan jaringan lunak?

6. Bagaimana tingkat frekuensi karies gigi, penyakit periodontal, dan jaringan

lunak pada masyarakat Indonesia?

7. Mengapa frekuensi kejadian karies masih sangat tinggi pada masyarakat?

Page 2: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

8. Jelaskan ukuran-ukuran frekuensi!

9. Bagaimana pengukuran kejadian suatu penyakit dalam masyarakat?

10. Bagaimana cara pengukuran pada survei kesehatan gigi dan mulut dalam hal

ini karies, penyakit perio, dan penyakit jaringan lunak?

11. Bagaimana ruang lingkup demografi dan ukuran dasar demografi?

12. Jelaskan komponen demografi dan hubungannya dengan kesehatan gigi dan

mulut!

13. Bagaimana pengukuran pada survei kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini

penyakit karies, periodontal, dan jaringan lunak?

Jawaban pertanyaan

1. Karies gigi

A. Konsep terjadinya karies

B. Pathogenesisi karies

Mekanisme terjadinya karies yaitu :

Bagan terjadinya karies

+ + =

Proses terjadinya karies disebabkan oleh adanya interaksi antara gigi

(tuan rumah), bakteri, karbohidrat serta waktu.

Page 3: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

Tahapan-tahapan terjadinya karies pada gigi adalah sebagai berikut :

1) Gigi yang sehat

Email adalah lapisan luar yang keras seperti Kristal luar. Dentin

adalah lapisan yang lebih lembut dibawah email. Pulpa berisi nervus

dan pembuluh darah dan merupakan bagian hidup dari gigi.

2) Lesi putih

Bakteri yang tertarik pada gula dankarbohidrat akan membentuk

asam. Asam akan menyerang Kristal apatit. Proses ini dikenal dengan

proses demineralisasi. Tanda yang pertama ini ditandai dengan adnya

suatu noda putih atau lesi putih. Pada tahap ini proses terjadinya karies

dapat dikembalikan.

3) Karies email

Proses demineralisasi berlanjut, email mulai pecah. Sekali ketika

permukaan email rusak, gigi tidak bisa lagi memperbaiki dirinya

sendiri. Kavitas harus dibersihkan dan direstorasi oleh dokter gigi.

4) Karies dentin

Karies sudah mencapai ke dalam dentin, dimana karies ini dapat

menyebar dan mengikis email. Di dalam dentin terdapat tubulus

dentinalis yang dapat meneruskan rangsangan baik itu rangsangan

akan makanan yang dingin atau panas ke nervus yang ada di dalam

Page 4: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

pulpa gigi, selanjutnya rangsangan tadi dibawa ke otak dan dapat

diterjemahkan sebagai rasa ngilu ataupun nyeri.

5) Karies mencapai pulpa

Jika karies dibiarkan tidak dirawat, akan mencapai pulpa gigi. Di

sinilah dimana saraf gigi dan pembuluh darah dapat ditemukan. Pulpa

akan terinfeksi.

Penyakit periodontal

A. Konsep terjadinya penyakit periodontal

B. Pathogenesis penyakit periodontal

a) Gingivitis

Pathogenesis gingivitis

Sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan secara seksama

menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Dengan meningkatnya

kandungan mineral dari air liur, plak akan mengeras menjadi

karang gigi (kalkulus). Karang gigi dapat terletak di leher gigi

dan terlihat oleh mata sebagai garis kekuningan atau kecoklatan

yang keras dan tidak dapat dihilangkan hanya dengan menyikat

gigi. Kalkulus juga dapat terbentuk di bagian dalam gusi (saku

gusi/poket). Kalkulus adalah tempat pertumbuhan yang baik bagi

bakteri, dan dapat menyebabkan radang gusi sehingga gusi

mudah berdarah.

Page 5: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

Konsep terjadinya gingivitis

b) Periodontitis

Pathogenesis periodontitis

Pada periodontitis akan terbentuk kantong diantara gigi dan

gusi dan meluas ke bawah diantara akar gigi dan tulang

dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu

lingkungan bebas oksigen, yang mempermudah pertumbuhan

bakteri. Jika keadaan ini terus berlanjut, pada akhirnya banyak

tulang rahang di dekat kantong yang dirusak sehingga gigi lepas.

Kecepatan tumbuhnya periodontitis berbeda pada orang-orang

yang memiliki jumlah tartar yang sama. Hal ini mungkin karena

plak dari masing-masing orang tersebut mengandung jenis dan

jumlah bakteri yang berbeda, dan karena respon yang berbeda

terhadap bakteri.

Konsep terjadinya periodontitis

Penyakit jaringan lunak

A. Konsep terjadinya penyakit jaringan lunak

B. Pathogenesis penyakit jaringan lunak

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya :

A. Karies gigi

Karies gigi disebabkan oleh 4 faktor/komponen yang saling berinteraksi

yaitu:

Page 6: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

a) Komponen dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi :

Komposisi gigi, morphologi gigi, posisi gigi, Ph Saliva, Kuantitas

saliva, kekentalan saliva

b) Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu

menghasilkan asam melalui peragian yaitu ; Streptococcus,

Laktobasillus, Staphilococcus

c) Komponen makanan, yang sangat berperan adalah makanan yang

mengandung karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat

diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam

d) Komponen waktu

Karies juga dapat disebabkan oleh faktor :

Oral hygiene

Oral hygiene juga dapat berpengaruh pada terbentuknya

karies. Dimana penilitian epidemilogis menunjukan terjadi prevelensi

karies sejalan dengan bertambahnya umur.anank-anak mempunyai

resiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi. Dan

hal yang paling urgent lagi ketika orang tua tidak pernah memberikan

pemahaman ataupun pengajaran tentang pentingnya kebersihan gigi

dan mulut. hal ini menyebabkan anak-anak sering terjadi karies.

Pengalaman karies

Penelitian epidemologis telah membuktikan adanya hubungan

antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa

mendatang. Sensivitas parameter ini hamper mencapai 60%.

Page 7: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada

gigi permanennya.

Pola makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih

bersifat local daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi

mengonsumsi mkanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan

dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri

penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam

sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit

setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja

menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi.

Umur

Penelitian epidemologis menunjukan terjadi peningkatan

prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang

paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini

meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi

sampai tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi

antagonisnya. Anak-anak mempunyi resiko karies paling tinggi

ketika gigi mereka baru erupsi.

B. Penyakit periodontal

a) Faktor penyebab terjadinya gingivitis :

Kebersihan mulut yang buruk

Page 8: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

penumpukan karang gigi (kalkulus/tartar)

efek samping dari obat-obatan tertentu.

b) periodontitis

C. Penyakit jaringan lunak

3. Hubungan faktor lokal dan sistemik terhadap karies, penyakit periodontal dan

penyakit jaringan lunak :

a. Hubungan faktor lokal dan sistemik terhadap karies

b. Hubungan faktor lokal dan sistemik terhadap penyakit periodontal

Penyakit periodontal juga berhubungan dengan Diabetes melitus (DM) dan penyakit sistemik lainnya. Insiden DM dilaporkan cukup tinggi di beberapa negara yang artinya berdampak negatif bagi kesehatan rongga mulut. Penderita DM lebih rentan terhadap infeksi terutama pada penderita diabetes yang tidak terkontrol. Bila dilakukan skeling pada penderita diabetes tanpa tindakan profilaksis dapat menyebabkan timbulnya abses periodontal

c. Hubungan faktor lokal dan sistemik terhadap penyakit jaringan lunak

4. Plak dan profil saliva dan bagaimana hubungannya dengan karies, penyakit

periodontal, dan penyakit jaringan lunak

Plak merupakan bakteri ataupun mikroorganisme yang menempel pada

permukaan gigi yang bersifat aerob dan anerob yang lama kelamaan akan

menyebabkan kalkulus dan merupakan penyebab periodontitis Hal lain yang

juga mempunyai konstribusi dalam hubungan antara plak dan profil saliva

adalah penyakit sistemik, keeadaan ini pun mempengaruhi salah satu

contohnya adalah penyakit Diabetes Melitus ataupun DM pada penderita

DM terjadi hiposalivasi pada rongga mulut hal ini akan memperparah

terjadinya proses karies dan periodontitis.

Page 9: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

Plak juga memiliki hubungan yang erat dengan proses terjadinya karies gigi, yang

dimulai dengan adanya plak pada permukaan gigi. Gula dari sisa makanan dan

bakteri akan menempel dan pada waktu tertentu akan berubah menjadi asam

laknat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (sekitar pH 5,5 ) sehingga

menyebabkan demineralisasi email,yang akan berlanjut menjadi karies gigi

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/dentistry-oral-medicine/2124680-hubungan-plak-dengan-profil-saliva/#ixzz1maH8bS47

5. Peran screening dalam tingginya frekuensi karies gigi, penyakit periodontal, dan

jaringan lunak ialah sesuai dengan tujuan screening

6. Tingkat frekuensi karies gigi, penyakit periodontal, dan jaringan lunak pada

masyarakat Indonesia yaitu :

Tingkat frekuensi karies gigi pada masyarakat indonesia ialah terjadi

peningkatan. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) pada tahun 1995, penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di

masyarakat masih berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi

(karies) dan penyakit periodontal, yang menyatakan bahwa 63%

penduduk Indonesia menderita kerusakan gigi aktif (kerusakan pada gigi

yang belum ditangani). Pengalaman karies perorangan rata-rata (DMF-T

= Decay Missing Filling-Teeth) berkisar antara 6,44 dan 7,8 yang berarti

telah melebihi indeks DMF-T yang telah ditetapkan oleh WHO ( World

Health Organization), yaitu 3. Selanjutnya Hasil Surkesnas 1998

menyatakan bahwa 62,40% penduduk merasa terganggu aktivitasnya

selama 4 hari akibat dari karies gigi dan berdasarkan SKRT 2004

Page 10: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

prevalensi karies gigi mencapai 90,05%.. Artinya penyakit ini dapat

menyerang seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelompok ras,

ekonomi dan usia.

Tingkat penyakit periodontal

Tingkat penyakit jaringan lunak

7. Frekuensi kejadian karies masih sangat tinggi pada masyarakat disebabkan oleh :

Banyak masyarakat yang belum sadar untuk melakukan pemeriksaan

rutin ke dokter gigi sebelum terjadi peningkatan karies di dalam

mulutnya.

8. Ukuran-ukuran epidemiologi

a. Rate

Angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian/penyakit

tertentu dalam populasi dan waktu tertentu atau perbandingan antara kejadian

dengan jumlah penduduk yang memiliki resiko kejadian tersebut. Digunakan

untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam

masyarakat.

Besarnya Rate = X x Konstanta (K)

Y

Contoh : Morbidity rate, Mortality rate, Natality rate)

b. Rasio / Ratio

Perbandingan antara nomerator dan denominator pada suatu waktu, atau

perbandingan 2 bilangan yang tidak saling tergantung dan digunakan untuk

menyatakan besarnya kejadian.

Page 11: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

Besarnya rasio = X

Y

c. Proporsi

Perbandingan antara pembilang (Numerator) dengan penyebut (denominator)

dimana Numerator termasuk/bagian dari denominator, dengan satuan %.

Proporsi = X x 100

( X+Y)

d. Rata-rata

Yaitu ukuran nilai tengah yang diperoleh dengan cara menjumlahkan semua

nilai pengamatan yang didapat kemudian dibagi banyaknya pengamatan yang

ada.

e. Frekuensi

Yaitu ukuran yang menyatakan berapa kali aktivitas/suatu kegiatan

dilaksanakan pada periode waktu tertentu.

f. Cakupan

Ukuran untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan dari suatu terget kegiatan

yang ditentukan pada periode tertentu.

9. Bagaimana pengukuran kejadian suatu penyakit dalam masyarakat?

10. Bagaimana cara pengukuran pada survei kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini

karies, penyakit perio, dan penyakit jaringan lunak?

11. Ruang lingkup demografi :

a. Kuantitatif dan kualitatif

Page 12: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

b. Unsur-unsur demografi

c. Teknik menghitung data kependudukan

d. Data demografi pengukuran, tekhnik dan analisa serta konsekuensi

e. Interdisciplinary science ( ekonomi,geografi, psychologi, politik, dsb )

Ukuran dasar demografi

a. Fertilitas :

Yaitu Kemampuan riil seseorang wanita untuk melahirkan, yang dicerminkan

dalam jumlah bayi yang dilahirkan.

Ukuran fertilitas yaitu :

Crude Birth Rate = (Jumlah lahir hidup setahun : Populasi 1 Juli) x

100

Age Spesific Fertility Rate = (Jumlah lahir hidup wanita usia ttt :

Jumlah wanita dengan usia ttt) x 1000

General Fertility Rate = Jumlah lahir hidup setahun : Jumlah wanita

dalam “masa mampu hamil”) x 100

Masa mampu lahir = 15 – 44 th

b. Mortalitas / angka kematian

a. Crude Brith Rate

Jumlah kelahiran hidup/tahun x 1000

Jumlah penduduk pertengahan th (1 Juli)

b. Age Spesific Death Rate (angka kematian usia tertentu)

Jumlah kematian oleh golongan usia ttt per th x 1000

Page 13: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

Jumlah pddk gol usia yg bersangkutan pd pertengahan th (1 Juli)

12. Jelaskan komponen demografi dan hubungannya dengan kesehatan gigi dan

mulut!

13. Pengukuran pada survei kesehatan gigi dan mulut

Karies

A. Indeks DMF

Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson

JW pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap

karies gigi. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT)

dan permukaan gigi (DMFS). Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar

tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau

tidak berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor; pada kolom yang

tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang)

dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode.

Untuk gigi permanen dan gigi susu hanya dibedakan dengan

pemberian kode DMFT (decayed missing filled tooth) atau DMFS

(decayed missing filled surface) sedangkan deft (decayed extracted

filled tooth) dan defs (decayed extracted filled surface) digunakan

untuk gigi susu. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi

atas jumlah orang yang diperiksa.

a. DMFT

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Page 14: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

1) Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam

kategori D.

2) Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan

permanen dimasukkan dalam kategori D.

3) Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori

D

4) Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies

dimasukkan dalam kategori M

5) Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk

kebutuhan perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam

kategori M.

6) Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam

kategori F.

7) Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan

dalam kategori F.

8) Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak

dimasukkan dalam kategori M.

b. DMFS

1) Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan

empat permukaan, fasial, lingual, distal dan mesial sedangkan

gigi posterior dengan lima permukaan yaitu fasial, lingual,

distal, mesial dan oklusal.

2) Kriteria untuk D sama dengan DMFT

Page 15: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

3) Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu

menghitung permukaan yang hilang dikurangi satu

permukaan sehingga untuk gigi posterior dihitung 4

permukaan dan 3 permukaan untuk gigi anterior.

4) Kriteria untuk F sama dengan DMFT

c. deft, defs

Pengukuran ini digunakan untuk gigi susu. E dihitung bila gigi

susu dicabut karena karies.

B. Indeks Tooth Caries-WHO

Indeks DMFT yang dikeluarkan oleh WHO bertujuan untuk

menggambarkan pengalaman karies seseorang atau dalam suatu

populasi. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya

gigi tersebut sudah dicabut dan kadang-kadang tidak berfungsi. Indeks

ini dibedakan atas indeks DMFT (decayed missing filled teeth) yang

digunakan untuk gigi permanen pada orang dewasa dan deft (decayed

extracted filled tooth) untuk gigi susu pada anak-anak. Pemeriksaan

harus dilakukan dengan menggunakan kaca mulut datar. Indeks ini

tidak memerlukan gambaran radiografi untuk mendeteksi karies

aproksimal. Kriteria pemeriksaan seperti terlihat pada Tabel 1.5. Cara

perhitungannya adalah dengan menjumlahkan semua DMF atau def.

Komponen D meliputi penjumlahan kode 1 dan 2, komponen M untuk

Page 16: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

kode 4 pada subjek <30 tahun, dan kode 4 dan 5 untuk subjek >30

tahun misalnya hilang karena karies atau sebab lain. Komponen F

hanya untuk kode 3. Untuk kode 6 (fisur silen) dan 7 (jembatan,

mahkota khusus atau viner/implan) tidak dimasukkan dalam

penghitungan DMFT.

Umur indeks dan kelompok umur

WHO merekomendasikan kelompok umur tertentu untuk

diperiksa yaitu kelompok umur 5 tahun untuk gigi susu dan 12, 15,

35-44 dan 65-74 tahun untuk gigi permanen. Jumlah subjek yang

diperiksa untuk setiap kelompok umur minimal 25-50 orang untuk

setiap kelompok.

5 tahun. Anak-anak seharusnya diperiksa di antara ulangtahun

mereka yang ke 5 dan 6. Umur ini menjadi umur indeks untuk

gigi susu karena tingkat karies pada kelompok umur ini lebih

cepat berubah daripada gigi permanen sekaligus umur 5 tahun

merupakan umur anak mulai sekolah. Namun, di negara yang

usia masuk sekolahnya lebih lambat, dapat digunakan umur 6

atau 7 tahun sebagai umur indeksnya. Pada kelompok umur

ini, sebaiknya gigi susu yang hilang tidak dimasukkan ke

dalam skor m (missing) karena kesulitan membedakan

penyebab kehilangan gigi, apakah karena sudah waktunya

tanggal atau dicabut karena karies.

Page 17: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

12 tahun. Kelompok umur ini penting untuk diperiksa karena

umumnya anak-anak meninggalkan bangku sekolah pada umur

12 tahun. Selain itu, semua gigi permanen diperkirakan sudah

erupsi pada kelompok umur ini kecuali gigi molar tiga.

Beradasarkan ini, umur 12 tahun ditetapkan sebagai umur

pemantauan global (global monitoring age) untuk karies.

15 tahun. Pada kelompok umur ini dianggap bahwa gigi

permanen sudah terekspos dengan lingkungan mulut selama 3-

9 tahun, sehingga pengukuran prevalensi karies dianggap lebih

bermakna dibandingkan usia 12 tahun. Umur ini juga

merupakan usia kritis untuk pengukuran indikator penyakit

periodontal pada remaja.

35-44 tahun (rerata = 40 tahun). Kelompok umur ini

merupakan kelompok umur standar untuk memonitor

kesehatan orang dewasa dalam hal efek karies, tingkat

keparahan penyakit periodontal, dan efek pelayanan kesehatan

gigi yang diberikan.

65-74 tahun. (rerata = 70 tahun). Kelompok umur ini lebih

penting sehubungan dengan adanya perubahan distribusi umur

dan bertambahnya umur harapan hidup yang terjadi di semua

negara. Data dari kelompok umur ini diperlukan untuk

membuat perencanaan pelayanan keseahatan bagi manula dan

memantau semua efek pelayanan rongga mulut yang diberikan

Page 18: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

C. Indeks Significant Caries (SiC Index)

Indeks SiC baru diperkenalkan sekitar tahun 2000. Brathall

mengusulkan indeks SiC digunakan sebagai standar pengukuran

statistik epidemiologis yang lebih ditekankan pada individu yang

mempunyai angka karies yang tinggi pada suatu populasi. Indeks SiC

mudah dihitung, skor SiC diperoleh dari rerata DMFT pada sepertiga

populasi yang mempunyai skor karies paling tinggi. Untuk menghitung

indeks ini, yang harus dilakukan adalah 1) mengurutkan individu sesuai

dengan skor DMFTnya, 2) memilih sepertiga dari populasi dengan skor

karies paling tinggi dan 3) menghitung DMFT untuk kelompok studi.

Penyakit periodontal

Indeks yang biasa digunakan dalam pengukuran pada survey penyakit

periodontal antara lain seperti indeks gingiva oleh Loe dan Silness, indeks

plak O’Leary, indeks plak oleh Loe dan Silness, indeks OHI dan OHIS,

indeks PFRI, ORI, CPITN dan indeks keparahan penyakit periodontal oleh

Russel dan Ramfjord. Indeks yang baik adalah indeks yang dapat

dipercaya, sederhana dan mudah digunakan serta mudah dipahami dan

dijelaskan.

Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN)

dikembangkan oleh Ainamo dkk, yang merupakan anggota komite ahli

WHO. Prinsip kerja CPITN adalah penilaian berdasarkan skor status

Page 19: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

periodontal dan selanjutnya ditentukan kebutuhan perawatan penyakit

periodontal. CPITN memungkinkan melakukan pemeriksaan yang cepat

dalam suatu populasi untuk menentukan kebutuhan perawatannya.

Selain itu indeks ini juga sangat berguna bila digunakan untuk survey

epidemiologis.

Prinsip kerja CPITN yaitu :

1) Menggunakan probe khusus (probe WHO). Probe ini memiliki

ujung yang merupakan bola kecil berdiameter 0,5 mm. Probe ini

digunakan untuk melihat adanya perdarahan dan mengukur

kedalaman saku. Pada sonde terdapat daerah yang diberi warna

hitam. Bilamana kedalaman poket kurang dari 3,5 mm maka

seluruh warna hitam masih terlihat. Bila kedalaman poket 4-5

mm, maka hanya sebagian saja warna hitam yang masih tampak

sedangkan untuk poket kedalaman 6mm atau lebih maka seluruh

bagian sonde yang berwarna hitam tidak tampak lagi.

2) Menggunakan 6 buah sektan

3) Menggunakan gigi indeks

4) Menggunakan skor untuk menilai tingkatan kondisi jaringan

periodontal

5) Menentukan relasi skor tertinggi dengan KKP (Kategori

Kebutuhan Perawatan), tenaga dan tipe palayanan.

Page 20: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

A. INDEKS KARIES

Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan / kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu.

Indeks DMF( Klein H, Palmer CE, Knutson JW 1938)

Digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi .pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi (DMFS).

DMFT, yang harus diperhatikan adalah:

1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan kedalam kategori D

2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori D

3. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D4. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan

dalam kategori M5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal , dicabut untuk

kebutuhan perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M

6. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F

7. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam kategori F

8. Pencabutan normal selama asa pergantian gigi geligi tidak di masukkan dalam kategori M

DMFS

1. Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan empat permukaan, fasial,lingual, distal dan mesial sedangkan gigi posterior dengan lima permukaan yaitu fasial,lingual, distal, mesialdan oklusal.

2. Kriteria untuk D sama dengan DMFT3. Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu

menghitung permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan sehingga untuk gigi posterior dihitung 4 permukaan dan 3 permukaan untuk gigi anterior.

4. Kriteria untuk Fsama dengan DMFT

deft, defs

Page 21: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

pengukuran ini digunakan untuk gigi susu. E dihitung bila gigi susu dicabut karena karies.

Indeks tooth caries – WHO

Cara perhitungannya adalah dengan menjumlahkan semua DMF atau def. Komponen D meliputi penjumlahan kode 1 dan 2, komponen M untuk kode 4 pada subjek < 30 tahun, dank ode 4 dan 5 untuk subjek > 30 tahun misalnya hilang karena karies atau sebab lain.komponen F hanya untuk kode 3. Untuk kode 6 ( fisur silen)dan 7 ( jembatan , mahkota khusus atau viner/ implant)tidak dimasukkan dalam penghitungan DMFT.

Umur indeks dan kelompok umur

WHO merekomendasikan kelompok umur tertentu untuk diperiksa yaitu kelompok umur 5 tahun untuk gigi susu dan 12,15,35-44 dan 65-74 tahun untuk gigi permanen .jumlah subjek yang diperiksa untuk setiap kelompok umur minimal 25-50 orang untuk setiap kelompok.

Indeks significant (SIC index)

Indedex ini baru diperkenalkan tahun 2000 oleh Brathall, digunakan sebagai standard pengukuran statistic epidemiologi yang ditekankan pada individu yang mempunyai karies yang tinggi pada suatau popolasi . cara perhitungan index SIC :

Buat distribusinDMFT yang berisin1) skor DMFT individu (mempunyai DMFT = o, individu 2 mempunyai DMFT = 0, individu 3 mempunyai DMFT = 2 dst dan 2) skor yang sudah dikelompokkan , missal : 10orang mempunyai DMFT =0, 11 orang mempunyai DMFT = 1 dst.

Jumlah semua skor DMFT dan dibagi dengan jumlah individu total untuk memperoleh rerata DMFT.

Hitung berapa banyak individu yang termasuk dalam 1/3 populasi. Bulatkan bila hasilnya dalam pecahan

Urutkan data DMFTnya dan diambil empat data yang paling tinggi skornya.misal; empat skor DMFT yang tertinggi adalah 2,3,5,14 berarti 2+3+5+14= 24/4= 6 jadi hasil index SIC untuk populasi adalah 6.0

Page 22: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

B. INDEKS PENYAKIT PERIODONTAL

Oral hygiene index- simplified ( OHI-S) dan community periodontal index of treatment needs(CPITN) merupakan index yang digunakan untuk kepentingan survey epidemiologi pada suatu kelompok atau populasi.sedangkan CPITN untuk menilai tingkat kebutuhan penyakit periodontal.kriteria CPITN :

Skor periodontal: 0= periodonsium sehat

Kebutuhan perawt: 0=tdk dlakukan perawatan.

Skor 1: perdarahan setelah probing

Perawatan 1: perawatan oral hygiene

Skor 2: kalkulus supra/sub gingival dan poket< 3mm

Perawatan 2: 1+professional scalling

Skor 3 : poket 4-5mm

Perawatan 2: 1+ professional scaling

Skor 4: poket >6mm

Perawatan 3: 1+2+ perawatan kompleks.

Page 23: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan
Page 24: Fix Modul 2 Indah, Arum & Dandan

Penyakit jaringan lunak