krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik

7

Click here to load reader

Upload: umi-hanik

Post on 07-Jun-2015

901 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik

umihanik.blogspot.com

umihanik.blogspot.com

8.07

6.59

6.71

6.88

6.95

6.51

6.06

5.77

6.01

6.29

6.52

6.30

6.26

7.36

7.40

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Jan07

Feb07

Mar07

Apr07

Mei07

Jun07

Jul07

Agt07

Sep07

Okt07

Nov07

Des07

Jan08

Feb08

Mar08

Krisis Global dan Kenaikan Harga Pangan Umi Hanik*

Sebagaimana dijelaskan dalam Bab Pendahuluan Nota Keuangan RAPBN-P 2008 (NK RAPBN-P 2008, I-1) bahwa memasuki triwulan IV tahun 2007 perekonomian dunia menghadapi situasi yang tidak pasti akibat perkembangan krisis sektor perumahan (subprime mortage1) di AS. Di sisi lain harga minyak mentah di pasar dunia terus bergerak naik sejak pertengahan tahun 2007 dan per 12 Maret 2008 harga minyak mentah dunia sudah menyentuh level US$ 109,72 per barel. Krisis ekonomi dan pelemahan Dollar AS yang berpengaruh pada krisis ekonomi global, dan sentimen negatif pasar menimbulkan dampak yang cukup signifikan kenaikan komoditi pangan internasional. Kenaikan komoditi pangan internasional ini menimbulkan krisis ketersediaan komoditi kebutuhan pangan meliputi gula, beras, minyak goreng, tepung terigu, dan kedelai di dalam negeri karena ketergantungan pangan domestik yang cukup tinggi terhadap impor. Kelangkaan atas komoditi pangan tersebut menyebabkan harga-harga kebutuhan pangan pokok melambung tinggi. Sebagaimana digambarkan dalam Gambar I untuk laju inflasi year on year untuk Bulan Februari 2008 naik hingga 7.40% jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya yakni 6.30%. Dan naik lagi untuk Bulan Maret menjadi 8.07%.

Gambar 1

Laju Inflasi Year on Year

Sumber : Diolah Dari Buletin Ringkas BPS

Melambungnya harga-harga tersebut menimbulkan kepanikan masyarakat dan efek berganda pada berbagai aspek kehidupan masyarakat antara lain mendorong harga barang lainnya untuk turut bergerak naik, adanya ketidakpastian yang dimanfatkan oleh spekulan untuk meraup untung yang lebih tinggi, selain itu tidak adanya kenaikan pada sisi pendapatan masyarakat menyebabkan daya beli masyarakat menurun, dengan demikian 1 Subprime mortage merupakan surat utang yang ditopang oleh jaminan kredit pemilikan rumah (KPR) dengan profil

debitor yang memiliki kemampuan bayar relatif rendah. Hasil release (11 Maret 2008) oleh University of California Los Angeles (UCLA) Anderson Forecast dilaporkan bahwa dengan adanya paket stimulus senilai U1S$ 152 Miliar yang diluncurkan oleh pemerintah AS dan diasumsikan akan mampu mendongkrak belanja konsumen, investasi bisnis, pertumbuhan kwartal I sebesar 0,4% dan kontraksi 0,4% pada kwartal II, rebound pada kwartal III sebesar 3%, dan 2,5% pada kwartal IV, terciptanya lebih dari 500.000 lapangan pekerjaan baru, angka pengangguran naik menjadi 5,5% pada kwartal IV, dan 5% pada kwartal I maka berdasarkan asumsi-asumsi tersebut ekonomi AS akan lolos dari resesi paling cepat baru pada kwartal III 2008 karena krisis subprime mortage baru akan pulih pada semester II. Namun ekonomi AS akan melambat pada kwartal II 2008

Page 2: Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik

umihanik.blogspot.com

umihanik.blogspot.com

PDB TAHUN 2002-2006 MENURUT HARGA KONSTAN 2000

TERINCI MENURUT PENGGUNAAN (%)

Pengeluaran Konsumsi 68.46 68.35 68.24 67.31 66.31

Pembentukan Modal TetapDomestik Bruto

20.42 19.62 21.42 22.46 21.91

Perubahan stok 0.87 2.92 1.52 1.07 0.71

Ekspor barang dan jasa 37.59 38.01 41.09 45.24 46.81

2002 2003 2004 2005 2006

bahan-bahan kebutuhan pokok yang harganya sudah melambung tinggi tersebut menjadi semakin tidak terbeli dan hal ini selain menimbulkan masalah sosial baru yakni meningkatnya angka pengangguran dan kriminalitas juga berdampak cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Gambar 2

Sumber : Diolah Dari Data BI Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Des 2007

Sebagaimana disajikan dalam gambar di atas bahwa selama beberapa periode terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia hampir 70% disokong oleh pengeluaran konsumsi dimana sekitar 87% oleh rumah tangga dan sisanya adalah konsumsi oleh pemerintah. Dan jika hal ini dibiarkan maka akan berakibat buruk pada fundamental ekonomi Indonesia. Pasar domestik memang telah menjadi potensi yang cukup menarik bagi produsen pangan, termasuk jagung dan kedelai dari luar negeri. Apalagi mengingat harga jagung dan kedelai impor bisa masuk dengan leluasa dan harga murah. Dapat dijelaskan disini bahwa impor dirangsang oleh adanya kebutuhan dalam negeri yang amat besar, harga di pasar international yang rendah, produksi dalam negeri yang tidak mencukupi, dan adanya bantuan kredit impor dari negara eksportir. Diagnosa penyebab munculnya masalah kelangkaan pangan dan naiknya harga-harga kebutuhan pokok termasuk BBM disebabkan oleh dua hal utama yakni Penurunan Kemampuan Produksi Petani Tanaman Pangan Domestik dan Shortage Produksi dan Kenaikan Harga Pangan Internasional. 1. Penurunan Kemampuan Produksi Petani Tanaman Pangan Domestik Penghapusan Subsidi Pupuk dan Liberalisasi Sektor Pertanian Sebagai Akibat Penandatanganan Nota Perjanjian Dengan IMF dan WTO Letter of Intent antara Pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund yang ditandatangani pada tahun 1997 mensyaratkan Indonesia untuk meliberalisasi sektor pertaniannya antara lain melalui akses pasar, kompetisi ekspor, penerapan dan penurunan bea masuk/tariff, redefinisi peranan dan fungsi BULOG sebagai State Trading Enterprise.

Page 3: Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik

umihanik.blogspot.com

umihanik.blogspot.com

PDB Atas Dasar Harga Konstan 1993 Terinci Menurut Sektor Produksi

1993-2003 (%)

Pertanian 17.88 15.42 14.88 16.90 17.13 16.63 16.35 16.08 15.83

Industri 39.68 42.97 43.16 42.75 43.25 43.65 43.50 43.43 43.14

Jasa 42.44 41.61 41.96 40.35 39.62 39.71 40.16 40.49 41.03

Jasa Lainnya 10.12 8.85 8.76 9.69 9.80 9.56 9.53 9.39 9.33

1993 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002* 2003**

Selain itu dihapuskannya subsidi2 pertanian seperti pupuk, benih dan obat-obatan untuk hama pada tahun 1998 berakibat cukup drastis terhadap naiknya biaya produksi pertanian dengan demikian kemampuan produksi dari para petani menurun. Kenaikan biaya produksi yang cukup tinggi tersebut nyatanya tidak diiringi dengan kebijakan pemerintah terkait paska produksi pertanian yang mengakibatkan harga jual produk-produk pertanian jeblok. Selain harga yang jeblok produk pertanian domestik cenderung tidak diminati dan kalah bersaing dengan produk-produk pertanian import lainnya. Selanjutnya, tidak adanya insentif dan tidakjelasnya kebijakan pemerintah di bidang pertanian untuk mendorong petani berproduksi mengakibatkan banyak petani lebih memilih untuk beralih profesi. Alih-alih untuk dapat berkompetisi dalam perdagangan internasional sebagaimana diplomasi WTO dan IMF, untuk bertahan di negeri sendiri saja petani kita tidak dapat melakukannya.

Gambar 3

Sumber : Diolah Dari Data BPS Statistik Keuangan, Berbagai Periode

Cukup ironis mengingat Indonesia adalah negara agraris dan bertumpu kepada sektor pertanian sebagaimana disajikan pada data persandingan Gambar 3 dan 4. Diungkapkan bahwa sebelum tahun 1995 yakni sebelum penandatanganan naskah perjanjian pertanian dengan WTO dan IMF, Indonesia menduduki peringkat 9 sebagai eksportir beras terbesar di dunia, namun setelah Indonesia bergabung dengan WTO yakni tepatnya setelah penandatangan LoI dengan IMF pada tahun 1997 serta naskah perjanjian pertanian dengan WTO pada tahun 1998 Indonesia menjadi importir beras terbesar di dunia3. Terbatasnya Infrastruktur dan Penerapan Tehnologi Pertanian Yang Tidak Memadai Bencana banjir dan tanah longsor yang baru melanda pada akhir 2007 dan awal tahun baru 2008 terjadi di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi perhatian nasional. Data dari Kementrian Pekerjaan Umum mengungkapkan dari 5.590 sungai induk yang ada di Indonesia, sekitar 5694 sungai diantaranya berpotensi menimbulkan banjir karena belum berjalannya normaliasi sungai dan pembangunan bendungan. Banjir-banjir tersebut disebabkan oleh ulah manusia karena manajemen tata ruang yang tidak memperhatikan dampak lingkungan dan perubahan iklim secara alamiah karena pemanasan global. Bencana-bencana tersebut telah mengakibatkan ratusan ribu orang kehilangan tempat

2 Kebijakan untuk menghapus subsidi pertanian ini sebagai konsekwensi penandatanganan perjanijian pertanian karena

bergabungnya Indonesia ke WTO pada tahun 1995 (World Trade Organization) 3 Sebagaimana disampaikan Halida M (Mantan Dubes Indonesia untuk WTO) Dalam Riza VT, Agus Salim, Effendi YS

(2001), Implementasi dan Dampak: Perjanjian Pertanian (AoA) WTO bagi Indonesia. PAN Indonesia, Jakarta hal 69 4 Pidato Menteri Pekerjaan Umum tanggal 21 September 2005

Page 4: Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik

umihanik.blogspot.com

umihanik.blogspot.com

Laju Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Sektor 1994-2003 (% Pertahun)

-20.00

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

Pertanian 2.26 1.00 -1.33 2.16 1.88 1.68 2.01 2.48

Industri 9.33 5.17 -13.95 1.97 5.89 3.08 3.53 3.41

Jasa 6.76 5.58 -16.46 -1.03 5.17 4.60 4.55 5.48

Jasa Lainnya 3.26 3.62 -3.85 1.94 2.33 3.14 2.13 3.44

1994-97 96-97 97-98 98-99 99-00 00-01 01-02 02-03

tinggal, harta benda, mata pencarian, kehilangan nyawa dan terendamnya jutaan hektar lahan pertanian, kehutanan, rusaknya infrastruktur jalan, bangunan, irigasi, bendungan yang hancur dan tentunya menurunnya produksi pangan nasional.

Lebih lanjut, Indonesia juga masih sangat minim dalam penerapan teknologi dan infrastruktur pertanian. Ditambah lagi, tidak banyak investor atau swasta yang tertarik untuk menanamkan modalnya untuk infrastruktur pertanian. Secara umum masalah terkait infrastruktur dan penerapan tehnologi pertanian tanaman pangan antara lain mencakup : • Fasilitas pengairan/ irigasi banyak yang mengalami kerusakan karena rata-rata fasilitas

irigasi dibangun pada era 80-an dan tidak pernah diperbarui lagi. • Jalan desa yang minim dan tidak memadai menyulitkan proses produksi dan distribusi. • Rata-rata petani kita adalah petani penggarap atau buruh tani yang tidak mempunyai

lahan sendiri untuk menanam • Keterbatasan lahan yang menyebabkan disparitas komoditi pertanian khususnya bahan

makanan antar daerah (Jawa dan Bali Versus Luar Jawa Bali). Ketergantungan produksi pertanian dari Jawa & Bali sangat riskan karena produktivitas pertanian per hektar lahan di Jawa cenderung menurun. Selain itu juga terbatasnya ketersediaan lahan yang ada karena dialihfungsikan menjadi pabrik, jalan tol, maupun perumahan. Dan implikasinya adalah mahalnya sewa lahan pertanian di Jawa & Bali

• Tidak adanya bantuan alat-alat tehnologi pertanian dari pemerintah kepada para petani dengan demikian produktivitas petani domestik menjadi rendah dan kalah jauh jika harus bersaing dengan petani-petani dari negara yang tergabung dalam WTO.

Karena infrastruktur yang terbatas dan tidak adanya tehnologi yang mendukung Dengan demikian pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian hanya berkisar di angka 2% sebagaimana digambarkan dalam Gambar 4.

Gambar 4

Sumber : Diolah Dari Data BPS : Statistik Keuangan, Berbagai Periode

Page 5: Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik

umihanik.blogspot.com

umihanik.blogspot.com

Bencana Alam Perubahan iklim sebagai akibat perusakan lingkungan yang terjadi secara terus menerus dan cepat seperti penggundulan serta pembakaran hutan mengakibatkan bencana longsor dan banjir besar di hampir semua wilayah di Indonesia. Sebagai ilustrasi, banjir yang melanda beberapa kabupaten atau kota di Jawa Timur - sebagai salah satu daerah penghasil pangan nasional - diduga kuat akibat rusaknya hutan yang ada. Data5 yang ada menyebutkan dari 1.363.791 hektare kawasan hutan di provinsi tersebut, hampir seluruhnya dalam kondisi kritis. Bahkan 325.879 hektare diantaranya sudah gundul. Berbagai kejadian bencana yang berlangsung selama beberapa bulan terakhir mengakibatkan gagal panen di sejumlah daerah penghasil pangan nasional yang membawa implikasi pada menurunnya stock pangan nasional.

Menurunnya Peranan BULOG Peranan dan fungsi BULOG menurun secara sistematis terkait penandatanganan Letter of Intent Indonesia dan IMF serta protes dan keberatan dari para anggota WTO atas tindakan-tindakan negara-negara yang menghindar dari komitmennya atas perdagangan bebas dengan menjadikan State Trade Enterprise (BULOG) yang mempertahankan proteksi pasar domestik dan mengganggu mekanisme pasar. Dorongan IMF dan WTO adalah untuk membatasi peranan dan fungsi BULOG dan mengedepankan peranan swasta dalam pendistribusian beras. Selain itu, Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang sebelumnya digunakan pemerintah melalui Bank Indonesia untuk mensubsidi BULOG dengan memberikan kredit untuk menjaga harga beras di Indonesia dengan membeli gabah para petani dihentikan. Situasi ini mempersulit BULOG dalam mencari dana cair untuk melaksanakan peranan dan tugasnya. Situasi lainnya, bervariasinya harga beras pada setiap tingkatan mulai tingkatan internasional, regional dan pemerintah yang cukup tinggi. Konsekwensi dari nota perjanjian tersebut BULOG harus merelakan sebagian perannya pada swasta dimana tidak ada orientasi atau kewajiban atas pemenuhan pangan nasional (public service obligation atau national obligation). Dengan demikian menurunnya peranan BULOG ini menyebabkan distribusi sub sektor pertanian tanaman pangan menjadi semakin tidak menentu.

Mengacu pada masalah produksi domestik yang terbatas sementara kebutuhan akan konsumsi pangan cukup tinggi dan tidak dapat dipenuhi oleh produksi domestik dengan demikian guna menghindari kerawanan pangan dan efek sosial berganda lainnya pemerintah memenuhi kebutuhan pangan domestik sepenuhnya dengan mengandalkan pada komoditi impor.

2. Shortage Produksi dan Kenaikan Harga Pangan Internasional Melambungnya harga minyak mentah dunia yang sudah menyentuh level US$ 110,20 per barel yang disebabkan oleh tidak berimbangnya permintaan dan produksi minyak dunia, krisis ekonomi dan pelemahan Dollar AS yang berpengaruh pada krisis ekonomi global, dan sentimen negatif pasar menimbulkan dampak yang cukup mengganggu terhadap pola perdagangan dan ekonomi internasional. Shortage produksi pangan Internasional juga terjadi sebagai akibat krisis ekonomi yang terjadi di AS yang diperkirakan paling cepat baru akan berakhir pada Triwulan III 2008. maka akibatnya terjadi tren kenaikan harga pangan internasional. Akibatnya harga-harga komoditas pangan yang sebagian besar diimpor menjadi naik drastis. Karena kenaikan drastis dan ketidaksiapan pemerintah untuk mengantisipasi kenaikan tersebut maka yang terjadi adalah kelangkaan pangan di dalam negeri. 5 Release Pemprop Jatim Februari 2008

Page 6: Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik

umihanik.blogspot.com

umihanik.blogspot.com

Gambar 5

Perkembangan Harga Minyak Mentah Internasional Desember 2006 – Januari 2008

(US$/Barrel)

Sumber : Nota Keuangan RAPBN-P 2008 Selain karena masalah shortage dan inflasi, umumnya harga komoditi pangan di luar negeri lebih menarik dibanding pasar domestik. Oleh karena itu sebagian besar produsen akan cenderung untuk menjual komoditasnya di luar negeri. *) Penulis adalah pemerhati kebijakan publik

Page 7: Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik

Email Address : [email protected] Instant Messaging (with appointment) : [email protected] Online Page : http://umihanik.blogspot.com/ Facebook : http://www.facebook.com/umi.hanik1 Twitter : http://twitter.com/umihanik Citizenship : Indonesian

Professional Histories 1. The World Bank, Jakarta Office, May 2009 – Present; Monitoring & Evaluation (M&E)

Specialist for BOS KITA (Knowledge Improvement for Transparency and Accountability) Program 2. The House Of Representatives (DPR RI), November 2007 – June 2009; Expert Staff for

Commission VI, XI, and Budget Committee, In charge for National Awakening Party 3. National Development Planning Agency (Bappenas), April 2008 – March 2009; M&E Specialist

as a Technical Assistance for the Deputy of Development Performance Evaluation (DPE); under the AusAID-World Bank and GRS II CIDA activities

4. National Development Planning Agency (Bappenas), February 2006 – February 2008; M&E Specialist for PMU (Project Management Unit) of PNPM SPADA (Support for Poor and Disadvantage Area) Program

5. PT. Sinergi Pakarya Sejahtera (Sinergi Consulting), November 2005 – present; Associate Researcher for strategic project concerning planning and public policy research

6. National Development Planning Agency (Bappenas), March 2002 – October 2005; Assistant Specialist for State Minister Advisor on Macro Economics Studies

Educational Background Aug 1997 - Nov 2001, Bachelor of Economics, Faculty of Economics, University of Jember Aug 2007-Jan 2010, Master of Economics, Faculty of Economics, University of Indonesia

Summary Of Economics Legislation Advisory 1. Government Budget-Adjustment 2008 (APBN-P 2008) Law Draft, 2008 2. Transformation of Indonesian Export Bank to Export Financing Board (LPEI) Law Draft, 2008 3. Interruption material submission for the legislators during the interpellation of BLBI, 2008 4. Research development to support the inisiation of the interpellation for food inflation, 2008 5. Tax Package Draft Law (RUU KUP, PPh, PPN and PPn BM), 2008 6. Economic Crisis Mitigation Package Draft Law (Perpu 2, 3, 4/2008), 2008 7. RAPBN 2009 Law Draft, 2008 8. Fiscal stimulus package Law Draft to mitigate the economic crisis for the budget year of 2009 9. Free Trade Zone Law Draft, 2009 10. Research development to support the substance of interpellation for BBM subsidy issue in the

Budget Year of 2009, 2009 11. Other research and writing activities to support press conferences, discussion, public hearing.

Organization Background, Social And Community Involvement 1. 2009 – Present, Board of Forming Committee for the Indonesian Development Evaluation

Community (InDEC) 2. 2009-present, member of Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) 3. 2009–present, Treasurer for Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Hidayah Batu 4. 2004-present, Tresurer for The University of Jember Alumni Association, Jakarta Branch 5. March 2008-Present, Committee for the Indonesian Moslem Student Movement (PMII) Alumni

Association, National Committee 6. April 2008-June 2009, General Secretary for Expert Forum FKB DPR RI (FORTA) 7. August 2000–July2001, Chairman of Student Executive Board Faculty of Economic (FoE),

University of Jember (UoJ) 8. 2000-2001, Member of Indonesian Economics Student Senate Association (ISMEI) 9. 2000–2001, Head of External Affairs for the University Student English Forum (USEF), UoJ 10. 1999–2000, Head of Women Empowerment, Indonesian Moslem Student Movement (PMII),

Economics Branch, UoJ 11. 1998–2001, Reporter and writer for Campus Magazine ‘Tegalboto’ and News Paper ‘Tawang

Alun’, UoJ 12. 1997–2000, Presidium Committee for Islam and Environment Research Forum, FoE, UoJ

Personal Information Single, Moslem, Interested in writing, teaching, blogrolling-walking, and listening to top 40 music