kredit usaha rakyat lagiiii.docx

19
BAB I PENDAHULUAN Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia antara lain jumlahnya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi, menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau. Dalam posisi strategis tersebut, pada sisi lain UMKM masih menghadapi banyak masalah dan hambatan dalam melaksanakan dan mengembangkan aktivitas usahanya. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama ini telah sering diungkapkan, antara lain manajemen, permodalan, teknologi, bahan baku, informasi dan pemasaran, infrastruktur, birokrasi dan pungutan, serta kemitraan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program yang termasuk dalam Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil (klaster 3). Klaster ini bertujuan untuk meningkatkan akses permodalan dan sumber daya lainnya bagi usaha mikro dan kecil. KUR adalah skema kredit atau pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah dan koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif yang usahanya layak (feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan perbankan (belum bankable). KUR merupakan program pemberian kredit atau pembiayaan dengan nilai dibawah 5 (lima) juta rupiah dengan pola penjaminan oleh pemerintah dengan besarnya coverage penjaminan maksimal 70% dari plafon kredit. Lembaga penjaminnya adalah PT. Jamkrindo dan PT. Askrindo. Program KUR dilaksanakan di seluruh 33 Provinsi.

Upload: july-dwijayanti-daeli

Post on 07-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia antara lain jumlahnya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi, menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau. Dalam posisi strategis tersebut, pada sisi lain UMKM masih menghadapi banyak masalah dan hambatan dalam melaksanakan dan mengembangkan aktivitas usahanya. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama ini telah sering diungkapkan, antara lain manajemen, permodalan, teknologi, bahan baku, informasi dan pemasaran, infrastruktur, birokrasi dan pungutan, serta kemitraan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program yang termasuk dalam Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil (klaster 3). Klaster ini bertujuan untuk meningkatkan akses permodalan dan sumber daya lainnya bagi usaha mikro dan kecil. KUR adalah skema kredit atau pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah dan koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif yang usahanya layak (feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan perbankan (belum bankable). KUR merupakan program pemberian kredit atau pembiayaan dengan nilai dibawah 5 (lima) juta rupiah dengan pola penjaminan oleh pemerintah dengan besarnya coverage penjaminan maksimal 70% dari plafon kredit. Lembaga penjaminnya adalah PT. Jamkrindo dan PT. Askrindo. Program KUR dilaksanakan di seluruh 33 Provinsi.BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian dan Tujuan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR adalah kredit atau pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM). Tujuan program KUR adalah mengakselerasi pengembangan kegiatan perekonomian di sektor riil dalam rangka penanggulangan dan pengentasan kemiskinan serta perluasan kesempatan kerja. Secara lebih rinci, tujuan program KUR adalah sebagai berikut : Mempercepat pengembangan sektor riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkanUMKM & Koperasi kepada Lembaga Keuangan Sebagai upaya penanggulangan atau pengentasan kemiskinandan perluasan kesempatan kerjaYang dimaksud dengan usaha produktif, usaha layak dan belum bankable yaitu : Usaha Produktif adalah usaha untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha. Usaha Layak adalah usaha calon debitur yang menguntungkan atau memberikan laba sehingga mampu membayar bunga atau marjin dan mengembalikan seluruh hutang atau kewajiban pokok kredit atau pembiayaan dalam jangka waktu yang disepakati antara bank pelaksana dengan debitur KUR. Belum Bankable adalah UMKMK yang belum dapat memenuhi persyaratan perkreditan atau pembiayaan dari bank.Ada tiga pilar penting dalam pelaksanaan program ini KUR, diantaranya :1. Pemerintah, yaitu Bank Indonesia (BI) dan Departemen Teknis (Departemen Keuangan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, dan Kementerian Koperasi dan UKM). Pemerintah berfungsi membantu dan mendukung pelaksanaan pemberian berikut penjaminan kredit.2. Lembaga penjaminan yang berfungsi sebagai penjamin atas kredit dan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan.3. Perbankan sebagai penerima jaminan berfungsi menyalurkan kredit kepada UMKM dan Koperasi. Bertindak sebagai lembaga penjaminan dalam program ini adalah PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia (PT. Askrindo) dan Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo). Sedangkan pihak ketiga yaitu Bank Penyalur terdiri dari enam Bank Umum dan tiga belas Bank Pembangunan Daerah (BPD).Keenam Bank Umum penyalur KUR sampai saat ini adalah : Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank Bukopin.Adapun 13 BPD penyalur KUR diantaranya adalah : Bank Nagari, Bank DKI, Bank Jatim, Bank Jateng, BPD DIY, Bank Jabar Banten, Bank NTB, Bank Kalbar, Bank Kalteng, Bank Kalsel, Bank Sulut, Bank Maluku dan Bank Papua. Pihak-pihak yang terkait dengan penyaluran KUR di tingkat daerah disesuaikan dengan keberadaan masing-masing bank di daerahnya. Enam bank umum selaku penyalur secara umum berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Untuk bank pembangunan daerah selaku bank penyalur tergantung daerah masing-masing sesuai dengan tugas penyaluran KUR sebagaimana disebutkan sebelumnya. Koordinasi program KUR secara umum dilakukan oleh TKPK Daerah melalui kelompok program Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikto dan Kecil. Peranan perusahaan penjamin dalam KUR adalah memberikan sebagian penjaminan terhadap Bank Pelaksana atas KUR yang diberikan kepada UMKMK. Meski begitu, debitur UMKMK tetap wajib melunasi KUR yang diterima dari Bank Pelaksana.Adapun pihak yang membayar Imbal Jasa Penjaminan (IJP) KUR adalah Pemerintah. Sasaran program KUR adalah kelompok masyarakat yang telah dilatih dan ditingkatkan keberdayaan serta kemandiriannya pada kluster program sebelumnya.Harapannya agar kelompok masyarakat tersebut mampu untuk memanfaatkan skema pendanaan yang berasal dari lembaga keuangan formal seperti Bank, Koperasi, BPR dan sebagainya.Dilihat dari sisi kelembagaan, maka sasaran KUR adalah UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi). Sektor usaha yang diperbolehkan untuk memperoleh KUR adalah semua sektor usaha produktif. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usahaperorangan yang memenuhi criteria : memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasilpenjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar. Kriterianya adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- s/d Rp. 500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memilikihasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- s/d Rp. 2.500.000.000,- Usaha Menengah adalah Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Besar. Kriterianya adalah: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,-s/d Rp. 10.000.000.000,- ( tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,- s/d Rp. 50.000.000.000, Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asaskekeluargaan.UMKMK dapat mendapatkan KUR dari Bank Pelaksana dengan cara sebagai berikut : UMKMK mengajukan surat permohonan KUR kepada Bank dengan melampiri dokumen seperti legalitas usaha, perizinan usaha, catatan keuangan dan sebagainya. Bank mengevaluasi/analisa kelayakan usaha UMKMK berdasarkan permohonanUMKMK tersebut. Apabila menurut Bank usaha UMKMK layak maka Bank menyetujui permohonan KUR. Keputusan pemberian KUR sepenuhnya merupakan kewenangan Bank. Bank dan UMKMK menandatangani Perjanjian Kredit atau Pembiayaan. UMKMK wajib membayar/mengangsur kewajiban pengembalian KUR kepadaBank sampai lunas.Persyaratan umum untuk dapat menerima KUR bagi UMKMK adalah: Tidak sedang menerima kredit/pembiayaan dari perbankan dan/atau yang tidaksedang menerima Kredit Program dari Pemerintah; Diperbolehkan sedang menerima kredit konsumtif (Kredit Kepemilikan Rumah, KreditKendaraan Bermotor, Kartu Kredit dan kredit konsumtif lainnya); Bagi UMKMK yang masih tercatat Sistem Informasi Debitur BI, tetapi yang sudahmelunasi pinjaman, maka diperlukan Surat Keterangan Lunas dari Bank sebelumnya; Untuk KUR Mikro, tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan Sistem InformasiDebitur Bank Indonesia. Putusan pemberian KUR sepenuhnya menjadi kewenangan Bank Pelaksana, sesuai dengan hasil analisa kelayakan usha calon debitur.Dokumen legalitas dan perizinan yang minimal ada pada saat debitur mengajukanKUR kepada Bank antara lain :1. Identitas diri nasabah, seperti KTP, SIM, Kartu Keluarga, dll.2. Legalitas usaha, seperti akta pendirian, akta perubahan3. Perzinan usaha, seperti SIU, TDP, SK Domisili, dll4. Catatan pembukuan atau laporan keuangan5. Salinan bukti agunan2.2 Mekanisme Pelaksanaan KURMekanisme pelaksanaan KUR dapat digambarkan dalam skema berikut ini : Mekanisme penyaluran KUR terdiri dari:1. Langsung dari Bank Pelaksana ke UMKMK2. Tidak langsung, melalui lembaga linkage dengan pola executing3. Tidak langsung, melalui lembaga linkage dengan pola channeling Skema penyaluran KUR yang dilakukan secara langsung ke UMKMK adalah sebagai berikut:Keterangan :a = Bank melakukan penilaian secara individu terhadap calon debitur KUR. Apabila dinilai layak dan disetujui oleh Bank Pelaksana, maka Debitur KUR menandatangani Perjanjian Kreditb = Bank mengajukan permohonan penjaminan kepada Perusahaan Penjamin Skema penyaluran KUR yang dilakukan secara tidak langsung melalui lembaga linkage dengan pola executing adalah sebagai berikut :Keterangan :a = Lembaga linkage mengajukan permohonan Kredit/Pembiayaan kepada Bank Pelaksanab = Bank Pelaksana melakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur dan analisakelayakan. Apabila dinyatakan layak dan disetujui, maka Bank Pelaksanamenandatangani Perjanjian Kredit/Pembiayaan dengan Lembaga Linkage.c = Bank Pelaksana mengajukan permintaan penjaminan kredit/pembiayaan kepadaPerusahaan Penjamin.d = Lembaga Linkage menyalurkan kredit/pembiayaan yang diterima dari BankPelaksana kepada debitur UMKMK dari Lembaga Linkage.e = Debitur UMKMK melakukan pembayaran kewajiban kredit/pembiayaan kepadaLembaga Linkage.f = Lembaga Linkage bertanggungjawab terhadap pelunasan KUR kepada BankPelaksana. Skema penyaluran KUR yang dilakukan secara tidak langsung melalui lembaga linkage dengan pola channeling adalah sebagai berikut:Keterangan :a = Untuk mendapatkan kredit/pembiayaan dari Bank Pelaksana, UMKMKmemberikan kuasa kepada pengurus Lembaga Linkage untuk mengajukan kreditdan menjaminkan agunan kepada Bank Pelaksana;b = Lembaga Linkage mewakili UMKMK mengajukan permohonan kredit kepadaBank Pelaksana.c = Bank Pelaksana melakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur dan analisakelayakan. Apabila layak dan disetujui maka Bank Pelaksana :Berdasarkan kuasa dari Bank Pelaksana, maka Lembaga Linkagemenandatangani Perjanjian Kredit/Pembiayaan dengan UMKMK atauBerdasarkan kuasa dari UMKMK, maka Lembaga Linkage menandatanganiPerjanjian Kredit/Pembiayaan dengan Bank Pelaksana.d = Bank mengajukan permohonan penjaminan kepada perusahaan penjamin.e = Lembaga Linkage menerus pinjamkan kredit/pembiayaan yang diterima dariBank Pelaksana kepada debitur UMKMK. Debitur UMKMK melakukanpembayaran kewajiban kredit/pembiayaan kepada Bank Pelaksana melalui Lembaga Linkage. UMKMK bertanggung jawab melunasi KUR kepada BankPelaksana. Lembaga Linkage yaitu Koperasi Sekunder, Koperasi Primer (Koperasi Simpan Pinjam, Unit Simpan Pinjam Koperasi), Badan Kredit Desa (BKD), Baitul Mal Wa Tanwil(BMT), Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/BPRS), Lembaga Keuangan Non Bank,Kelompok Usaha, Lembaga Keuangan Mikro Ketentuan penyaluran KUR kepada lembaga linkage dengan pola executing adalah sebagai berikut :1. Lembaga Linkage tersebut diperbolehkan sedang memperoleh Kredit/ Pembiayaandari perbankan.2. Lembaga Linkage tersebut tidak sedang memperoleh Kredit Program Pemerintah.3. Plafon KUR yang dapat diberikan oleh Bank Pelaksana kepada Lembaga Linkagemaksimal sebesar Rp. 1.000.000.000,- dengan jangka waktu sesuai ketentuanKUR.4. Suku bunga KUR dari Bank Pelaksana kepada Lembaga Linkage maksimal sebesar14 % efektif pertahun.5. Suku bunga dan plafon kredit/pembiayaan dari Lembaga Linkage kepada UMKMKditetapkan maksimal sebesar 22% efektif per tahun dan maksimal Rp 100 juta perdebitur.6. Lembaga Linkage bertanggung jawab atas pengembalian KUR yang diterima dariBank Pelaksana.7. KUR yang dijamin oleh Perusahaan Penjamin adalah KUR yang diterima olehLembaga Linkage yang masih termasuk dalam kriteria terjamin sesuai denganperjanjian kerjasama Bank Pelaksana dengan Perusahaan Penjamin. Ketentuan penyaluran KUR kepada lembaga linkage dengan pola channeling adalah sebagai berikut :1. Lembaga Linkage diperbolehkan sedang memperoleh Kredit/Pembiayaan dariperbankan maupun Kredit Program Pemerintah.2. Jumlah KUR yang disalurkan oleh Bank Pelaksana adalah sesuai dengan daftarnominatif calon debitur yang diajukan oleh Lembaga Linkage.3. Plafon, suku bunga dan jangka waktu KUR melalui Lembaga Linkage kepadadebitur mengikuti ketentuan KUR Retail dan KUR Mikro.4. Atas penyaluran KUR tersebut, Lembaga Linkage berhak memperoleh fee dari BankPelaksana yang besarnya ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan BankPelaksana.5. Debitur KUR bertanggung-jawab atas pengembalian KUR.6. Jumlah kredit yang dijamin oleh Perusahaan Penjamin adalah sesuai dengan yangditerima oleh Debitur KUR.Plafon KUR yang dapat diperoleh UMKMK yaitu :1. KUR Mikro: KUR yang diberikan dengan plafon sampai dengan Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).2. KUR Ritel: KUR yang diberikan dengan plafon diatas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) Kepada debitur KUR dapat diberikan jangka waktu fasilitas KUR maksimal selama 3tahun untuk modal kerja dan maksimal lima tahun untuk investasi. Pemberian penambahan plafon dapat dilakukan tanpa menunggu pinjaman dilunasi, dengan ketentuan sebagai berikut :1. Debitur yang bersangkutan masih belum dapat dikategorikan bankable.2. Total pinjaman setelah penambahan tidak melebihi Rp 5.000.000,- untuk KURMikro atau tidak melebihi sebesar Rp 500.000.000,- (untuk KUR Ritel atau tidakmelebihi Rp.1.000.000.000 untuk KUR yang diberikan kepada Lembaga Linkagedengan pola executing.3. Ketentuan lainnya, sesuai dengan ketentuan KUR Mikro atau KUR Ritel atau KURmelalui Lembaga Linkage. Suku bunga KUR Mikro maksimal sebesar atau setara 22% efektif per tahun dan suku bunga KUR Ritel maksimal sebesar atau setara 14% efektif per tahun.UMKMK tetap menyerahkan agunan kepada Bank berupa :1. Agunan Pokok yaitu kelayakan usaha dan obyek yang dibiayai.2. Agunan Tambahan sesuai dengan ketentuan pada Bank Pelaksana, misalnya sertifikat tanah, BPKB mobil, dan lain sebagainya.2.3 Mengentaskan Kemiskinan UMKM Dijadikan Satu Atap Dengan penguatan PNPM dan UMKM, kemiskinan diharapkan turun menjadi 12 persen tahun 2010. Penguatan tersebut tidak hanya berdampak pada penciptaan lapangan kerja tetapi Juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendukung pengentasan kemiskinan.Untuk itu. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam waktu dekat akan memberlakukan ketentuan perubahan besar dalam manajerial penguatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi satu atap guna mengkoordinasikan pengembangan dan pembiayaan. Dengan adanya program satu atap, dalam 5 tahun ke depan diharapkan akan menumbuhkan sebanyak 40 juta UMKM di seluruh Indonesia. Sinergitas pengembangan UMKM di seluruh daerah itu akan meningkatkan percepatan penurunan angka kemiskinan. Apalagi UMKM ada linkage-nya dengan program Program Nasional Pem-berdayaan Masyarakat (PNPM) yang kini lebih terkordinir. Sekretaris Utama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Sestama Bappenas Syahrial Loetan mengatakan permasalahan pada pengembangan UMKM terbentur pada tiga hal. Pertama, akses ke permodalan yang harus segera diperbaiki. Kedua, kebutuhan untuk peningkatan kapasitas pelaku UMKM agar lebih terampil menjalankan proses bisnis. Ketiga, kemampuan manajemen keuangan dan skill marketingnya. Jika saat ini pengembangan UMKM masih tersebar dikhawatirkan ada tumpang tindih pembinaan.2.4 Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UMKM Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bap-penas Prasetyono Widjojo Malang Joedo mengatakan, pemberdayaan UMKM wajib dilakukan dengan mengikuti metode PNPM yang bersinergi dengan seluruh wilayah di Indonesia, baik pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Tidak berjalan sendiri-sendiri seperti yang terjadi selama ini. Widjojo mengakui, saat ini, pengembangan potensi. UMKM tersebar di berbagai instansi sehingga efekvitas kinerjanya kurang bisa dihitung parameter keber

Analisis kredit merupakan penelitian yang dilakukan oleh account officer terhadap kelayakan perusahaan,kelayakan usaha nasabah, kebutuhan kredit, kemampuan menghasilkan laba, sumber pelunasan kredit sertajaminan yang tersedia untuk meng-cover permohonan kredit. Analisis kredit bertujuan untuk memperoleh danmeyakinkan apakah usaha nasabah layak, nasabah memiliki kemampuan dan kemauan memenuhi kewajibannyakepada bank secara baik, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya sesuai dengan kesepakatandengan bank (Rivai dkk, 2013 : 217).

Prinsip Dasar Kredit Secara UmumUU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapatdipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihaklain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watku tertentu denganpemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit maka ia akan dikenakan bunga tagihan. Kreditmerupakan sumber utama pendapatan bank dan sekaligus sumber resiko bisnis terbesar. Pemberian suatu kreditmerupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dankelangsungan usaha bank. Unsur unsur yang yang terkandung dalam pemberian suatu kredit menurutToejekam (dalam Fitria dan Sari, 2012 : 90) unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit antaralain yaitu waktu, kepercayaan, penyerahan , risiko, persetujuan/perjanjian.Analisis kredit merupakan penelitian yang dilakukan oleh account officer terhadap kelayakan perusahaan,kelayakan usaha nasabah, kebutuhan kredit, kemampuan menghasilkan laba, sumber pelunasan kredit sertajaminan yang tersedia untuk meng-cover permohonan kredit. Analisis kredit bertujuan untuk memperoleh danmeyakinkan apakah usaha nasabah layak, nasabah memiliki kemampuan dan kemauan memenuhi kewajibannyakepada bank secara baik, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya sesuai dengan kesepakatandengan bank (Rivai dkk, 2013 : 217).Walean (1990 : 267-271) menerangkan prinsip dasar dan umum didalam penilaian/analisa kreditmerupakan prinsip klasik adalah prinsip yang dikenal dengan Prinsip 5 C, yang terdiri dari :1. Character (Watak). Character adalah watak dan sifat dari peminjam baik dalam kehidupan pribadi maupundalam lingkungan usaha.2. Capacity (Kecakapan atau Kemampuan). Capacity yaitu kemampuan yang dimiliki peminjam untukmembuat rencana dan mewujudkan rencana itu menjadi kenyataan termasuk kemampuan dalammenjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan.3. Capital (Modal). Capital merupakan dana yang dimiliki peminjam untuk menjalankan dan memeliharakelangsungan usahanya.4. Collateral (Jaminan). Collateral merupakan barangbarang yang akan diserahkan peminjam sebagaijaminan terhadap kredit yang diterimanya.5. Condition of Economy (Kondisi Perekonomian). Condition of economy merupakan keadaan/ kondisiperekonomian pada suatu saat yang dapat mempengaruhi maju mundurnya perusahaan.Selain 5 (lima) C, Rivai dkk (2013 : 219225) menyebutkan aspekaspek analisis kredit terdiri dari aspekyuridis, aspek pemasaran, aspek manajemen dan organisasi, aspek teknis, aspek keuangan, aspek jaminan danaspek sosial ekonomi dan analisis dampak lingkungan (AMDAL). Sedangkan Triandaru dan Budisantoso (2007 :114-115) menerangkan, dalam pemberian kredit bank wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yangmendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya. Mengingat haltersebut diatas dan adanya prinsip kehati-hatian, maka pihak bank selalu ingin mengetahui segala sesuatu tentangkemampuan dan kemauan debiturnya. Hal-hal tersebut terdiri dari perijinan dan legalitas, karakter, pengalamandan manajemen, kamampuan teknis, pemasaran, sosial, keuangan, dan agunan.Prinsip Dasar Kredit Usaha Rakyat (KUR)KUR adalah kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKMK yang feasible tapi belumbankabl. Pada tanggal 5 November 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meluncurkan KUR denganfasilitas penjaminan kredit dari Pemerintah melalui PT Askrindo dan Perum Jamkrindo. Berikut pihak-pihakdalam pelaksanaan serta penyaluran KUR yang tertera pada Kumpulan Peraturan Terbaru KUR (Mantik, 2010).Pihak pertama sebagai Pelaksana Teknis Program yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian,Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, KementerianKoperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pihak keduasebagai Perusahaan Penjamin yakni PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) dan PerusahaanUmum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo) serta perusahaan lainnya yang secara suka relamengikatkan diri dan tunduk kepada Nota Kesepahaman Bersama untuk melakukan dan memberikan sebagianpenjaminan kredit/ pembiayaan secara otomatis bersyarat (conditional automatic cover) kepada Bank Pelaksana.Pihak ketiga sebagai Bank Pelaksana KUR, adalah bank yang ikut menandatangani Nota Kesepahaman Bersamatentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada UMKMK, yang terdiri dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), BankNegara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Syariah Mandiri (BSM), BankBukopin, Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah) dan seluruh Bank Pembangunan Daerah (BPD) yangtersebar di Indonesia.Sumber dana penyaluran KUR ini adalah 100% bersumber dari dana Bank Pelaksana. KUR disalurkanoleh Bank Pelaksana dijamin secara otomatis oleh Perusahaan Penjamin dengan nilai penjaminan sebesar 70%dari plafon KUR. Putusan pemberian KUR sepenuhnya menjadi wewenang Bank Pelaksana. Terdapat duaagunan dalam pemberian KUR, yang pertama agunan pokok yaitu kalayakan usaha dan obyek yang dibiayai.Kedua, agunan tambahan sesuai dengan ketentuan Bank Pelaksana. Persyaratan umum bagi UMKM-K untukdapat menerima KUR yang tertera dalam Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro Dan KeuanganKementrian Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan PenjaminanKredit/ Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Nomor : KEP-01/D.I.M.EKON/01/2010, yakni :1. Tidak sedang menerima kredit/pembiayaan modal kerja dan/ atau investasi dari perbankan dan/atau yangtidak sedang menerima Kredit Program dari Pemerintah, yang dibuktikan dengan hasil Sistem InformasiDebitur Bank Indonesia pada saat permohonan kredit/ pembiayaan diajukan.2. Dapat sedang menerima kredit konsumtif (Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor, KartuKredit dan kredit konsumtif lainnya).3. Dalam hal UMKM-K masih memiliki baki debet yang tercatat pada Sistem Informasi Debitur BankIndonesia, tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, maka diperlukan Surat KeteranganLunas/Roya dengan lampiran cetakan rekening dari Bank Pelaksana/ pembiayaan sebelumnya.4. Untuk UMKM-K yang akan meminjam KUR Mikro, baik yang disalurkan secara langsung maupun tidaklangsung, tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia.Bank sebagai pihak pelaksana KUR pada hakikatnya memiliki kewajiban kewajiban serta peraturanyang harus ditaati. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 22/PMK.05/2010 Tentang Fasilitas PenjaminanKredit Usaha Rakyat (Mantik, 2010) Pasal 4 berbunyi sebagai berikut :1. Bank Pelaksana menyediakan dan menyalurkan dana untuk KUR.2. Bank Pelaksana wajib menatausahakan KUR secara terpisah dengan program kredit lainnya.3. Bank Pelaksana dapat mengambil tindakantindakan yang diperlukan untuk menyediakan dan menyalurkanKUR secara tepat jumlah dan tepat waktu sesuai dengan program yang ditetapkan oleh Pemerintah, sertamematuhi semua ketentuan yang berlaku.4. Bank Pelaksana memutuskan pemberian KUR berdasarkan penilaian terhadap kelayakan usaha sesuaidengan asasasas perkreditan yang sehat, serta dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.5. Bank Pelaksana dapat menyalurkan KUR secara langsung kepada UMKM-K dan/atau tidak langsungmelalui Lembaga linkage dengan pola executing dan/atau pola channeling.Strategi dan Kebijakan Kredit dalam Manajemen BankDi dalam dunia bisnis dengan tingkat persaingan yang ketat dan lingkungan yang dinamis, strategimerupakan kunci dari pencapaian keunggulan bersaing dan keberhasilan sebuah bisnis. Begitu juga bank, jugaharus siap bersaing. Siagian (dalam Respati, 2008 : xxvi) mengungkapkan bahwa manajemen stratejik adalahserangkaian keputusan dan tidakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan olehseluruh jajaran suatu organisasi tersebut. Pemilihan strategi merupakan fokus utama dari top manajemen. Salahsatu metode untuk mengembangkan alternatif strategi adalah SWOT Matrix. Dalam bukunya ManajemenPerkreditan, Mulyono (1990:82-87), SWOT merupakan perencanaan perkreditan melalui pendekatan pasar.Orientasi perencanaan kredit ini disebut dengan customer oriented dan pola pemasarannya pun berubah dariseller market ke buyer market. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan kredit melaluipendekatan pasar ini adalah corak pemasaran, corak persaingan, corak dari para nasabah, dan corak dari produk.Setelah menganalisis faktor-faktor tersebut, maka dapatlah dibuat SWOT analysis, yaitu Strengthness (kekuatanbank dalam menerobos pasar yang dapat diukur dari jumlah cabang sebagai sales force yang dimiliki, jumlahdana yang siap dipasarkan, nasabah debitur yang telah dikuasai, dll), Weaknesses (letak kelemahan dariperkreditan bank yang bersangkutan), Opportunities (letak peluang usaha uang dapat dimanfaatkan dalammenerobos pasar), Threat analysis (siapa saja yang menjadi ancaman persaingan berapa market share yang telahdimiliki yang harus dipertahankan).Selain perencanaan kredit berdasarkan pendekatan pasar, ada pula pendekatan perencanaan kreditberdasarkan sumber dana, anggaran, dan peraturan moneter. Pendekatan perencanaan kredit melalui pendekatansumbersumber dana didasarkan atas jumlah dana yang dapat dikumpulkan, pendekatan ini pada hakekatnyamerupakan production oriented pada suatu perusahaan industri fabrikasi. Sudah tentu cara ini tidak sesuai untukkegiatan perbankan yang kompetitif, dan hanya cocok untuk kegiatan perkreditan dimana jumlah permintaandana jauh lebih besar dari pihakpihak yang menawarkan. Dengan demikian agar pendekatan ini dapatbermanfaat perlu dikombinasikan dengan pendekatanpendekatan yang lain karena bagaimanapun juga dalamsetiap kegiatan usaha faktorfaktor produksi tidak dapat diabaikan begitu saja.Dalam pendekatan anggaran ini pola berfikir yang dipakai adalah sesuai dengan pengertian anggaran itusendiri yaitu sesuai rencana kerja yang dimanifestasikan dalam bentuk kesatuan mata uang. Pendekatan initerdiri dari 7 tahap. Tahap satu perumusan kebijaksanaan, kedua tahap pengenalan faktorfaktor usaha yang akanterlibat dalam pencapaian obyektif, ketiga penetapan critical point, tahap keempat penetapan target usaha dalamperencanaan kredit, tahap kelima penyusunan penetapan planning assumption, keenam diadakan perhitungantarif biaya dan pendapatan yang menyangkut kegiatan perkreditan, dan tahap terakhir menyusun anggaran(perencanaan kredit). Perencanaan kredit tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhanmanajemen misalnya perencanaan kredit per wilayah, dsb.Pendekatan perencanaan kredit terakhir berdasarkan pendekatan pada peraturan moneter yang ada.Beberapa model ketentuan moneter dibidang perkreditan yang dapat terjadi dan caracara pemanfaatannya dapatdiberikan ilustrasi seperti pada pemberian kredit ke sektor ekonomi yang diprioritaskan, akan dapat memberikanmanfaat bagi bank komersiil karena adanya kredit likuiditas dari bank sentral dengan suku bunga yang rendah,dan adanya bantuan share dana dari pemerintah; dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan perbaikandistribusi pendapatan, maka arah pemberian kredit kepada perusahaan yang padat karya; dalam rangkapengembangan usaha golongan ekonomi lemah, maka arah pemberian kredit ditujukan kepada kepada pengusahakecil, dalam rangka peningkatan kesempatan memperoleh keahlian dan pengetahuan, maka arah pemberiankredit ditujukan pada usaha dibidang pendidikan, atau kepada mahasiswa, dan lainlain.Sedangkan menurut Sutojo (1997 : 223232) sebagian besar bank merasa perlu memiliki kebijaksanaankredit yang jelas dan komprehensif. Kebijaksanaan kredit bank yang komprehensif terdiri dari 3 bagian, yaitu :1. Kebijaksanaan Umum.Kebijaksanaan umum kredit meliputi lima hal yaitu sasaran yang ingin dicapai, strategi pokokpenyaluran kredit, daerah pemasaran, standar mutu kredit dan jaminan, dan batasan wewenangpemberian persetujuan kredit.2. Prosedur Pemberian Dan Pengawasan Kredit.Disamping kebijaksanaan umum, kebijaksanaan kredit memuat pedoman umum tentang prosedurpemberian dan pengawasan kredit yang wajib dipenuhi, baik oleh bank maupun oleh debitur. Pedomanprosedur pemberian dan pengawasan kredit terdiri dari standar dokumentasi kredit, perlindunganasuransi, dan pengawasan kredit.3. Pedoman Khusus Penanganan Kredit TertentuCara penanganan kredit yang disalurkan ke sektor ekonomi yang berbeda sering kali tidak sama, karenasetiap sektor ekonomi mempunyai kondisi khusus yang tidak sama dengan sektor ekonomi yang lain.Hal yang sama berlaku dalam penanganan kredit yang dipergunakan untuk tujuan yang berbeda.Potensi dan Resiko Penyaluran KUR MikroJika dilihat dari plafon yang disalurkan untuk KUR Mikro yakni sebesar 20juta, kredit ini merupakankredit yang ditujukan untuk usaha kecil dan mikro. Adapun menurut Triandaru dan Budisantoso (2007 : 121-122) karakteristik kredit kepada usaha kecil dan mikro ini secara umum adalah sebagai berikut :1. Memerlukan persyaratan penyerahan agunan yang lebih lunak.2. Memerlukan metode monitoring kredit yang khusus.3. Cenderung menimbulkan biaya pelayanan kredit yang relatif lebih tinggi.4. Memerlukan persyaratan persetujuan kredit yang lebih sederhana.UMKM merupakan sektor yang berpotensi. Pada ASEAN Economic Community (AEC), UMKMmerupakan sektor yang sangat diperlukan untuk mendukung dan menjadi peluang besar untuk memperbesarsayap bisnis pengusaha Indonesia. Dalam ekonomi makro salah satu yang menjadi pokok permasalahan adalahpengangguran dan membahas tentang pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini UMKMmemainkan perannya, diantaranya memberi kontribusi dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dan mengurangipengangguran. UMKM telah berperan aktif menyerap tenaga kerja, yang secara tidak langsung mengurangitingkat pengangguran di Indonesia. Namun demikian UMKM bukannya tanpa kendala, UMKM juga memilikiberbagai kendala umum sebagaimana yang di identifikasikan oleh Badan Pusat Statistik (Hening, 2013) antaralain kurang permodalan, kesulitan pemasaran, persaingan usaha ketat, kesulitan bahan baku, kurang teknisproduksi dan keahlian, keterampilan manajerial kurang, kurang pengetahuan manajemen keuangan, iklim usahayang kurang kondusif (perijinan, aturan/perundangan). Kendala yang utama yang dihadapi oleh UMKM yaknipermodalan. Modal merupakan akses utama dalam suatu usaha. Kredit dari perbankan lah yang bisa membantuUMKM dan memberi solusi pada kendala permodalan tersebut. Saat ini sudah banyak kredit/pembiayaan yangdikucurkan untuk UMKM dari perbankan. Kredit Usaha Rakyat merupakan skema kredit/ pembiayaan modalkerja dan atau investasi yang khusus diperuntukkan bagi UMKM-K di bidang usaha produktif yang usahanyalayak (feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan Perbankan(belum bankable).