krakatau steel
TRANSCRIPT
Dian Eka Permatasari/22704
Penyalahgunaan Profesi Wartawan
(Studi Kasus : Krakatau Steel)
Beberapa waktu yang lalu, pemberitaan media sempat ramai dengan adanya
permasalahan yang sedang menimpa perusahaan Krakatau Steel. Permasalahan tersebut
diawali pada saat terjadinya proses penawaran umum saham perdana PT Krakatau Steel Tbk
yang sempat diricuhkan oleh ulah dari beberapa wartawan. Di dalam permasalahan ini, para
wartawan diduga terlibat dalam proses pembelian saham PT Krakatau Steel Tbk.
Dalam hal ini mereka mencoba menggunakan kedudukannya untuk meminta
diberikan kesempatan oleh pihak PT Krakatau Steel untuk membeli saham IPO KS. Para
wartawan yang terlibat diduga mencoba untuk meminta saham perdana sebanyak 1500 lot
yaitu sebanyak 750 lembar dengan nilai kurang lebih sebesar 600 Juta. Namun, kelompok
wartawan tersebut tidak memperolehnya nya melalui prosedur pasar modal yang seharusnya.
Terdapat 5 orang jurnalis yang diduga terlibat di dalam kasus ini. Tidak hanya itu saja,
namun para wartawan ini diduga melakukan pemerasan sebesar 400 juta untuk menutupi
berita miring seputar IPO KS. Ironisnya, kelima wartawan yang diduga terlibat dalam kasus
ini merupakan para wartawan yang bekerja di dalam media nasional yang telah memiliki
nama.
Melihat permasalahan yang sedang terjadi, tentunya keterlibatan pers di dalam
masalah ini membuat kredibilitas jurnalis Indonesia patut untuk dipertanyakan. Karena
seharusnya hal ini tidak sampai terjadi kepada para wartawan. Kasus ini kemudian, sontak
menyita para petinggo-petinggi media massa yang salah satu karyawannya diduga ikut
terlibat di dalam kasus pemerasan tersebut. Hal ini kemudian, berujung pada keputusan
perusahaan tersebut untuk mengambil tindakan tegas dengan memecat pekerja media tersebut
atau memberikan pilihan untuk segera mengundurkan diri dari perusahaan.
Saat ini kasus tersebut sedang diselidiki oleh pihak dewan pers, mereka sedang
mencoba untuk menselidiki kebenaran mengenai laporan dari Pihak Krakatau Steel. Adanya
masalah yang menimpa beberapa wartawan nasional ini tentunya menjadi tamparan besar
untuk para jurnalis di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan para wartawan-wartawan tersebut
dirasa telah merusak prinsip-prinsip kebebasan yang telah diberikan kepada wartawan itu
sendiri. Tidak hanya itu saja apabila kasus ini terbukti benar, artinya mereka telah melanggar
kode etik jurnalistik dan dilakukan sengaja dengan niat buruk.
Melihat masalah yang terjadi antara pihak Krakatau Steel dan pers ini tentunya kita
bisa lebih mendalami kembali sebenarnya kode etik jurnalistik apa yang sedang dilanggar
oleh wartawan tersebut. Kasus ini yang nantinya akan kita bedah dengan berbagai macam
perspektif baik itu dari segi sosial dan moral.
Pembahasan
Saat ini kasus mengenai permintaan jatah saham oleh para wartawan tersebut sedang
diselidiki kebenarannya. Beberapa wartawan yang telah diadukan oleh Kitacomm Henny
Lestari kepada dewan pers yaitu Reinhard Naingggolan (Kompas), ada juga wartawan
Leonard Samosir (Metro TV), Indro Bagus (Detik.com) dan Wisnu (Seputar Indonesia)1.
Selama masalah ini berjalan, beberapa wartawan yang terlibat di dalamnya secara sadar
kemudian langsung mengundurkan diri dari jabatannya. Kemudian, mereka yang terbukti
bersalah juga mendapatkan sanksi pemecatan dari petinggi-petinggi perusahaan media tempat
mereka bekerja.
Setelah dewan pers menyelidiki masalah ini, kemudin merekapun memutuskan bahwa
para wartawan tersebut telah terbukti terlibat di dalam proses jual beli saham. Mereka
terbukti terlibat dalam kasus tersebut telah menggunakan kedudukan dan jaringannya untuk
mendapatkan saham tersebut. Dalam hal ini para wartawan dinilai telah berusaha untuk
mencampur adukan kepentingan pribadinya dengan mencoba untuk memanfaatkan profesi
yang mereka miliki sebagai wartawan. Tentunya, sikap seperti ini merupakan salah satu
contoh pelanggaran wartawan yang memang sudah sepatutnya diberikan sanksi khusu untuk
menanggapi kasus ini.
Terkait, proses penyalagunaan kedudukan para wartawan tersebut untuk meminta
saham IPO Krakatau Steel, maka pelanggaran ini dinilai telah melanggar kode etik jurnalistik
dan dapat kita anggap sebagai sebuah tindakan yang sama sekali tidak profesional. Hal ini
sangat jelas bertentangan dengan kode etik jurnalistik pasal 6 yang menyatakan bahwa
1 http://mediaindependen.com/kabar-media/2010/12/01/terlibat-jual-beli-saham-kras-wartawan-kompas-dipecat.html
wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap2. Akibat dari
pelanggaran yang dilakukan oleh para wartawan ini, memang sudah sebaiknya para wartawan
tersebut diberikan sanksi segera agar kejadian ini tidak dapat terulang lagi.
Melihat kasus pelanggaran yang terjadi pada wartawan ini, maka kita dapat melihat
bahwa tidndakan yang dilakukan oleh para insan pers itu telah menimbulkan konflik
kepentingan. Konflik kepentingan yang ada disini berkaitan dengan adanya usaha untuk
mencampur adukan kepentingan dengan proses jual beli saham, padahal para wartawan ini
bekerja untuk meliputan seluruh kegiatan yang ada di bursa efek indonesia. Hal ini tentunya
bisa mengakibatkan pemberitaan yang tidak objektif, apabila wartawan itu sendiri memiliki
saham di dalam bursa efek Indonesia. Padahal sebagai insan pers, para wartawan harus bisa
memberitakan segala informasi dengan berimbang, objektif dan akurat.
Apabila kita melihat melalui aspek sosial yang ada, maka sebetulnya tindakan
wartawan tersebut dengan meminta jatah saham tidak melalui prosedur yang merupakan
bentuk pelanggaran. Hal ini telah melanggar fungsi pers itu sendiri dalam menjalankan
kontrol sosialnya. Selain itu ditambah lagi dnegan, melihat sikap wartawan yang mencoba
untuk melakukan pemerasan kepada pihak krakatau steel untuk bisa mnedapatkan saham
mereka, maka secara sosial mereka telah melanggar norma-norma yang ada. Pelanggaran
yang mereka lakukan ini nantinya akan berdampak secara sosial dapat mempengaruhi
masyarakat.
Kasus yang berkaitan tentang dugaan pemerasan dan pembelian saham Krakatau Steel
ini telah mempermalukan banyak insan media. Apalagi, di dalam masalah ini telah terbukti
para wartawan dengan sengaja menggunakan posisinya dan profesinya untuk bisa
mendapatkan saham tersebut tidak melalui prosedur penjualan saham di pasar modal tersebut.
Apabila kita melihat masalah ini melalui aspek moral, maka kita dapat mengatakan bahwa
para wartawan tersebut sangatlah tidak memiliki moral. Karena, tidak seharusnya seorang
wartawan dengan sengaja memanfaatkan posisinya untuk semata-mata memenuhi
kepentingan pribadinya. Didalam konteks moral ini, wartawan memanfaatkan kedudukannya
hanya untuk mencari keuntungan secara personal. Hal ini tentunya sangatlah tidak bermoral.
Karena seorang wartawan tentunya harus bisa bekerja untuk kebenaran dan keadilan.\
2 http://nasional.kompas.com/read/2010/12/01/15465919/Bagir.Ada.Pelanggaran.Kode.Etik.-8
Penutup
Kejadian ini seharusnya bisa menjadi pelajaran untuk para insan media di tanah air
agar hal seperti ini tidak terulang kembali. Betapa memalukan mengingat faktanya pihak-
pihak yang terlibat didalamnya berasal dari media-media nasional yang kredibilitasya telah
diakui oleh masyarakat. Kegiatan pelanggran kode etik jurnalisrtik ini sangatlah mencoreng
muka seluruh para pekerja media. Pelanggaran kode etik jurnalistik yang menylahgunakan
profesi sebagai kepentingan pribadi ini akan berdampak sangat luas.
Untuk itu agar kejadian ini tidak terulang kembali, sudah seharusnya pers bisa
memahami dan merealisasikan betu-betul kode etik jurnalistik yang berlaku. Karena dari
situlah pedomen pers dalam melakukan seluruh pekerjaannya. Hal ini dilakukan agar segala
hal yang dikerjakan oleh pers berkenaan dengan profesinya dapat berjalan sesuai dengan
etika komunikasi. Karena pers merupakan sumber informasi yang dipercayai oleh
masyarakat, sehingga segala bentuk pemberitaannya akan sangat ditunggu-tunggu oleh
masyarakat.
Namun, sepertinya tidak cukup hanya dengan kode etik yang ada saat ini tetapi perlu
juga dibuatnya kode etik peliputan khusus untuk tempat-tempat yang konflik kepentingan
tinggi. Seperti yang dikatakan oleh Nezar Patria selaku Ketua AJI yaitu “ Tempat liputan
tinggi konflik kepentingannya perlu diatur seperti di pasar bursa, parlemen, kementrian
perdagangan dan lain-lain.3 Hal ini tentunya sangat diperlukan agar tidak terjadi konflik
kepentingan didalamnya yang dapat berakibat fatal bagi insan pers itu sendiri.
3 http://nasional.kompas.com/read/2010/11/19/17215754/Perlu.Code.of.Conduct.Peliputan
DAFTAR PUSTAKA
http://nasional.kompas.com/read/2010/11/19/17215754/Perlu.Code.of.Conduct.Peliputan
http://nasional.kompas.com/read/2010/12/01/15465919/Bagir.Ada.Pelanggaran.Kode.Etik.-8
http://mediaindependen.com/kabar-media/2010/12/01/terlibat-jual-beli-saham-kras-wartawan-
kompas-dipecat.html