korelasi-regresi ketinggian tempat, kemiringan lereng dan …
TRANSCRIPT
KORELASI-REGRESI KETINGGIAN TEMPAT, KEMIRINGAN LERENG DANSIFAT KIMIA TANAH TERHADAP PRODUKSI KOPI ARABIKA DI
KECAMATAN BONATUA LUNASI
SKRIPSI
OLEH :
LISMA ENITA SIMBOLON140301021
AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA2018
Universitas Sumatera Utara
KORELASI-REGRESI KETINGGIAN TEMPAT, KEMIRINGAN LERENG DANSIFAT KIMIA TANAH TERHADAP PRODUKSI KOPI ARABIKA DI
KECAMATAN BONATUA LUNASI
SKRIPSI
OLEH :
LISMA ENITA SIMBOLON140301021
AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaDi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA2018
Universitas Sumatera Utara
Judul : Korelasi-Regresi Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng dan Sifat KimiaTanah Terhadap Produksi Kopi Arabika di Kecamatan Bonatua Lunasi
Nama : Lisma Enita SimbolonNIM : 140301021Prodi : AgroteknologiMinat Studi : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Ir. Bintang, MP) (Dr. Mariani Br. Sembiring, SP., MP.)NIP. 19600703 198601 2 001 NIP 19740610 200812 2 002
MengetahuiKetua Jurusan Agroteknologi
( Dr. Ir. Sarifuddin, MP )NIP 196509031993031014
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRACTLISMA ENITA SIMBOLON, 2018: Correlations of Elevation, Slope andSoil Chemistry Properties Toward Arabica Coffee Productionin Subdistrict of Bonatua Lunasi. Supervised by Ir. Bintang, MP. andDr. Mariani Br. Sembiring SP, MP. This research aims to determine thecorrelations of elevation, slope and soil chemical properties toward ArabicaCoffee Production in Subdistrict of Bonatua Lunasi. Coffee is one of thecommodities which reaches the world market with a high economic value but haddecreases production in Subdistrict of Bonatua Lunasi where the area hasdifferent land characteristics that are influenced by topographic conditions suchas elevation and slope so the research needs to be conducted. This research wasconducted from June to September 2018. Data was obtained by a survey systemand data samples were taken purposely random sampling. The number of samplesis 32 out of 8 SPL (land map units) through from overlaying of elevation mapsand slope maps with a scale of 1: 80,000. with 6 soil chemical parameters weresoil pH, organic Carbon, Available Phosphate, Cation Exchange Capacity, andBase Saturation (K, Ca, Mg, Na). Data were tested by correlation analysis andlinear regression. The results show that the elevation and slope related toproduction have a significant effect and generally soil chemical properties inrelation to production have no significant effect.Keywords: Arabica Coffee, Elevation, Slope, Soil Chemical Properties, Purposive
Random Sampling.
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRAK
LISMA ENITA SIMBOLON, 2018: Korelasi-Regresi Ketinggian Tempat,Kemiringan Lereng Dan Sifat Kimia Tanah Terhadap Produksi Kopi ArabikaDi Kecamatan Bonatua Lunasi. Dibimbing oleh Ir. Bintang, MP danDr. Mariani Br. Sembiring S.P.,M.P. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikorelasi-regresi ketinggian tempat, kemiringan lereng dan sifat kimia tanahterhadap produksi kopi Arabika di Kecamatan Bonatua Lunasi. Kopi merupakansalah satu komoditas yang mencapai pasar dunia dengan nilai ekonomi yangcukup tinggi namun mengalami penurunan produksi di Kecamatan Bonatua Lunasidimana daerah tersebut memiliki karakteristik lahan yang berbeda-beda yangdipengaruhi oleh kondisi topografi seperti ketinggian tempat dan kemiringan lerengsehingga perlu diadakan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Junisampai dengan bulan September 2018. Data diperoleh dengan sistem survei dansampel data diambil secara acak sengaja (Purposive Random Sampling). Jumlahsampel sebanyak 32 dari 8 SPL (satuan peta lahan) melalui hasil overlay petaketinggian tempat dan peta kemiringan lereng dengan skala 1 : 80.000. dengan 6parameter kimia tanah yaitu pH, C-organik, P-tersedia, KTK dan Kejenuhan Basa(K, Ca, Mg, Na). Data diuji dengan analisis korelasi dan regresi linier. Pada hasilpenelitian menunjukkan bahwa ketinggian tempat dan kemiringan lerenghubungannya terhadap produksi berpengaruh nyata serta sifat kimia tanah secaraumum hubungannya terhadap produksi berpengaruh tidak nyata.Kata kunci: Kopi Arabika, Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng, Sifat Kimia
Tanah, Purposive Random Sampling.
Universitas Sumatera Utara
iii
RIWAYAT HIDUPLisma Enita Simbolon dilahirkan di Tambun Raya pada tanggal 29 April
1996. Anak terakhir dari 4 (empat) bersaudara. Lisma dari Ayah Allen Simbolon
dan Ibu Lesteria Purba.
Tahun 2014 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Pematangsiantar dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui ujian tertulis Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Program Studi Agroekoteknologi,
dan memilih minat Ilmu Tanah pada semester VII, Departemen Agroteknologi,
Fakultas Pertanian.
Selama memulai perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan; Anggota Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia
(FOKUSHIMITI); Anggota Ikatan Mahasiswa Agroekoteknologi
(HIMAGROTEK) FP USU. Selain itu penulis juga mengikuti Seminar Nasional
seperti Soil Quality for Life Quality, Industrialisasi Pertanian Sebagai Strategi
Menghadapi MEA dan Ketahanan Pangan, Erupsi Gunung Berapi dan Upaya
Penanggulangannya terhadap Lahan Pertanian Indonesia, serta pernah menjadi pantia
pelaksana kegiatan Pertemuan Wilayah Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa
Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSHIMITI) Wilayah I yang dilaksanakan di Medan.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Socfindo Kebun
Negeri Lama pada bulan Juli 2017.
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
begitu besar Kasih Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun judul dari Skripsi ini adalah “Korelasi-Regresi Ketinggian
Tempat, Kemiringan Lereng Dan Sifat Kimia Tanah Terhadap Produksi
Kopi Arabika Di Kecamatan Bonatua Lunasi”. Tujuan dari Penelitian ini
adalah untuk mengetahui korelasi-regresi Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng
dan sifat kimia tanah terhadap produksi kopi Arabika di Kecamatan Bonatua
Lunasi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Ir. Bintang, MP selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu
Dr. Mariani Br. Sembiring S.P.,M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
usulan penelitian ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pihak yang membutuhkan.
Medan, November 2018
Penulis
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
ABSTRACT ..................................................................................................... i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
PENDAHULUANLatar Belakang ........................................................................................ 1Tujuan Penelitian .................................................................................... 2Kegunaan Penulisan ................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKATanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.)....................................................... .4
Sifat Kimia Tanah .................................................................................. 5pH ........................................................................................................... 5C-Organik................................................................................................ 6Kapasitas Tukar Kation (KTK) ............................................................... 7P-Tersedia................................................................................................ 8Kejenuhan Basa....................................................................................... 9
Analisis Kimia Tanah.......................................................................................... 10Analisis Data ....................................................................................................... 11
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAHAN DAN METODETempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 13Bahan dan Alat .................................................................................................... 13Metode Penelitian................................................................................................ 13Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................ 15
Persiapan ................................................................................................. 15Pelaksanaan di Lapangan ........................................................................ 15
Parameter Yang Diamati ..................................................................................... 16Analisis Data ....................................................................................................... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ........................................................................................................ 21Produksi Kopi Arabika .................................................................. 21Sifat Kimia Tanah.......................................................................... 21Analisis Korelasi............................................................................ 22Analisis Regresi Linear.................................................................. 25
Pembahasan............................................................................................. 27
Universitas Sumatera Utara
vi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................. 31
Saran........................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1 Kelas Kandungan C-Organik 8
2 Nama-Nama Desa di Setiap Satuan Peta Lahan (SPL) yangDitanami Kopi Arabika di Kecamatan Bonatua Lunasi
14
3 Berat Rata-rata 100 Butir Biji Merah dan Berat 100 Butir BijiKering Kopi Arabika di Kecamatan Lumban Julu, KabupatenToba Samosir
21
4 Data Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah Kecamatan BonatuaLunasi, Kabupaten Toba Samosir
22
5 Notasi Korelasi Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng danSifat Kimia Tanah Terhadap Produksi Kopi Arabika diKecamatan Bonatua Lunasi, Kabupaten Toba Samosir
24
6 Analisis Regresi Linear Ketinggian Tempat, KemiringanLereng dan Sifat Kimia Tanah Terhadap Berat 100 Biji MerahKopi Arabika
25
7 Analisis Regresi Linear Ketinggian Tempat, KemiringanLereng dan Sifat Kimia Tanah Terhadap Berat 100 Biji KeringKopi Arabika
26
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1 Peta Administrasi Kecamatan Bonatua Lunasi 14
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Peta Administrasi Kecamatan Bonatua Lunasi 35
2 Peta Ketinggian Tempat di Kecamatan Bonatua Lunasi 36
3 Peta Kemiringan Lereng di Kecamatan Bonatua Lunasi 37
4 Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan Bonatua Lunasi 38
5 Peta Lokasi Pengambilan Sampel Sesuai Satuan Peta Lahan(SPL) Kecamatan Bonatua Lunasi
39
6 Regresi Linear Ketinggian Tempat dengan Berat 100 Butir BijiMerah
40
7 Regresi Linear Ketinggian Tempat dengan Berat 100 ButirBiji Kering
41
8 Regresi Linear Kemiringan Lereng dengan Berat 100 ButirBiji Merah
42
9 Regresi Linear Kemiringan Lereng dengan Berat 100 Butir BijiKering
43
10 Regresi Linear pH dengan Berat 100 Butir Biji Merah 44
11 Regresi Linear pH dengan Berat 100 Butir Biji Kering 45
12 Regresi Linear C-Organik dengan Berat 100 Butir Biji Merah 46
13 Regresi Linear C-Organik dengan Berat 100 Butir Biji Kering 47
14 Regresi Linear K dengan Berat 100 Butir Biji Merah 48
15 Regresi Linear K dengan Berat 100 Butir Biji Kering 49
16 Regresi Linear Ca dengan Berat 100 Butir Biji Merah 50
17 Regresi Linear Ca dengan Berat 100 Butir Biji Kering 51
18 Regresi Linear Mg dengan Berat 100 Butir Biji Merah 52
19 Regresi Linear Mg dengan Berat 100 Butir Biji Kering 53
20 Regresi Linear Na dengan Berat 100 Butir Biji Merah 54
21 Regresi Linear Na dengan Berat 100 Butir Biji Kering 55
22 Regresi Linear P-Tersedia dengan Berat 100 Butir Biji Merah 56
23 Regresi Linear P-Tersedia dengan Berat 100 Butir Biji Kering 57
24 Regresi Linear KTK dengan Berat 100 Butir Biji Merah 58
25 Regresi Linear KTK dengan Berat 100 Butir Biji Kering 59
26 Regersi Linear Kejenuhan Basa dengan Berat 100 Butir BijiMerah
60
27 Regersi Linear Kejenuhan Basa dengan Berat 100 Butir BijiKering
61
Universitas Sumatera Utara
x
28 Nilai Statistik Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng, SifatKimia Tanah dan Produksi Kopi Arabika Kecamatan BonatuaLunasi
62
29 Data Produksi Kopi Arabika Kecamatan Bonatua Lunasi. 63
30 Data Kondisi Lahan Kopi Arabika Kecamatan Bonatua Lunasi. 64
31 Data Hasil Analisis Tanah 65
32 Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah 69
33 Gambar Kegiatan Penelitian 70
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas yang mencapai pasar
dunia dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi serta menjadi salah satu sumber
devisa negara Indonesia. Namun kenyataannya, saat ini terjadi deplesi produksi
kopi khususnya kopi arabika. BPK Pertanian Kecamatan Bonatua Lunasi
mencatat bahwa terjadi penurunan produksi tanaman kopi yang disebabkan
karena terjadinya penurunan luas lahan untuk pertanaman kopi Arabika
dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2016 hanya tersisa 25,7 Ha
(BPS Kapubaten Toba Samosir, 2017)
Pertanaman kopi Arabika di Kabupaten Bonatua Lunasi terdapat pada
kawasan dengan ketinggian tempat yang beragam antara 924-1.600 m dpl dengan
produksi yang bervariasi di semua lokasi (BPS Kapubaten Toba Samosir, 2017).
Perbedaan hasil produksi tanaman kopi sangat didukung oleh mutu fisik biji. Pada
beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa ketinggian tempat, kemiringan
lereng dan teknologi budidaya yang dilakukan mempengaruhi produksi kopi
Arabika. Pada ketingian dan kemiringan lereng yang berbeda terjadi perbedaan
faktor iklim yang mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah yang produktivitas
tanaman (Supriadi dkk, 2016).
Sifat kimia tanah mempengaruhi produksi tanaman kopi. Berkurangya
aktifitas ion dalam tanah dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi hara yang
dapat menyebabkan tanaman kopi mengalami penurunan produksi. Sifat kimia
tanah tersebut dapat dianalisis dan diuji dengan menggunakan bahan-bahan kimia
sehingga dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam budidaya tanaman. Dengan
Universitas Sumatera Utara
2
demikian pengelolaan dan teknik budidaya tanaman kopi dapat lebih efisien
(Wilson dkk, 2015).
Produksi tanaman kopi dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan
tumbuh. Faktor lingkungan tumbuh tanaman meliputi kandungan sifat kimia
tanah, unsur hara tanah dan karakteristik lahan termasuk dalam faktor lingkungan
tumbuh. Beberapa sifat kimia dan hara tanah seperti pH, C- organik, K, Ca, Mg,
Na, P-Tersedia dan KTK akan dianalisis di laboratorium sehinggan dapat
ditentukan apakah hal tersebut mempengaruhi mutu fisik biji kopi
(Martins et al, 2016).
Tanaman kopi memiliki kebutuhanunsur hara yang tinggi, terutama untuk
berbunga dan penetapan buah, ketidakseimbangan hara akan sangat
mempengaruhi hasil biji dan produksi tanaman. Informasi mengenai sifat kimia
tanah dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan lokasi penanaman kopi dan
menentukan dosis pupuk yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tanaman
(Pascawijaya dkk, 2015).
Dari hasil penelitian Supriadi dkk (2016) telah membuktikan pengaruh
sifat kimia tanah terhadap mutu fisik kopi maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian hubungan korelasi sifat kimia tanah terhadap mutu fisik biji kopi
arabika di Kecamatan Bonatua Lunasi dengan metode survey.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahuikorelasi ketinggian tempat dan sifat kimia tanah
terhadap mutu fisik biji kopi Arabika di Kecamatan Bonatua Lunasi
Universitas Sumatera Utara
3
Kegunaan Penulisan
- Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
4
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabicaL.)
Kopi arabika (Coffea arabicaL.) merupakan kopi yang paling banyak di
kembangkan di dunia maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini termasuk ke
dalam genus Coffea dengan famili Rubiaceae (suku kopi – kopian) yang ditanam
pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 m dari
permukaan laut dengan suhu rata-rata 15-24ºC. Sedangkan di Indonesia sendiri
kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 800 – 1750 m dari
permukaan laut (Sihombing, 2011).
Kondisi lingkungan tanaman kopi yang paling berpengaruh terhadap
produktivitas adalah ketinggian tempat. Penanaman kopi arabika pada lahan
dataran rendah produktivitasnya akan menurun dan lebih rentan terhadap penyakit
karat daun, dan tipe curah hujan. Sebab itu, jenis tanaman kopi yang ditanam
harus disesuaikan dengan kondisi tinggi tempat dan curah hujan di daerah
setempat (Ernawati, dkk, 2008).
Ketinggian tempat mempengaruhi kondisi iklim dan lingkungan
sekitarnya. Semakin tinggi permukaan suatu wilayah maka suhu jadi lebih rendah
atau lebih dingin. Pada kondisi dingin, suhu yang relatif tinggi pada musim panas
dapat merangsang inisiasi bunga.Fungsi suhu pada kondisi ini yaitu mematahkan
dormansi kuncup sehingga mempengaruhi produksi akhir yang dihasilkan oleh
tanaman. Dengan banyaknya jumlah bunga yang dihasilkan maka produksi kopi
akan semakin banyak (Karim dan Hifnalisa, 2008).
Kemiringan lereng sangat mempengaruhi produksi tanaman. Lahan
dengan lereng yang semakin curam makin berpotensi besar mengalami pengikisan
Universitas Sumatera Utara
5
permukaan tanah (erosi) dikarenakan kecepatan aliran air permukaan yang sangat
besar. Pada umumnya lereng dengan kemiringan <25% akan mendukung
pertumbuhan tanaman kopi, sebaliknya lereng dengan kemiringan >25% akan
mudah mengalami erosi karena kekuatan aliran permukaan yang besar. Kekuatan
aliran permukaan yang besar menyebabkan volume air yang mengalir menjadi
semakin besar yang dapat mengikis tanah. Pengikisan tanah secara terus menerus
dapat merusak kandungan hara tanah, karena material-material tanah yang
terangkut oleh air. Material tanah yang mengandung hara tanah, bahan organik
maupun serasah yang ada di permukaan tanah yang diperlukan oleh tanaman akan
terangkut sehingga kondisi tanah tidak mendukung untuk pertumbuhan tanaman.
Hal ini tentunya akan mengurangi produksi kopi (Kustantini, 2014).
Tanaman kopi Arabika menghendaki tanah gembur, subur, dan kaya bahan
organik. Kopi Arabika dapat tumbuh baik pada tanah dengan kelerengan kurang
dari 45%, kedalaman efektif lebih dari 100 cm, tekstur tanah lempung berpasir
(loamy) dengan struktur lapisan atas remah. Selain itu tanaman kopi Arabika juga
menghendaki tanah dengan sifat kimia seperti Kadar bahan organik > 3,5% atau
kadar C > 2%; Nisbah C/N 10-12; Kapasitas Tukar Kation (KTK) > 15 me-1100 g
tanah; pH tanah 5,5 - 6,5 (PPKKI, 2008)
Tanaman kopi Arabika mulai berbuah pada umur 2,5-3 tahun dimana
dalam buah tersebut berisi 2 bakal biji. Secara umum karakteristik biji kopi
Arabika memiliki rendemen lebih kecil dari jenis kopi lain (18-20%), bentuk yang
agak memanjang dengan bidang cembung tidak terlalu tinggi, ujung biji mengilap
tetapi apabila dikeringkan secara berlebihan akan menjadi retak atau pecah dan
Universitas Sumatera Utara
6
celah tengah (center cut) di bagian datar (perut) tidak lurus memanjang kebawah
tetapi berlekuk (Rukmana, 2014).
Mutu biji kopi dinilai atas dasar keseragaman yang meliputi aspek-aspek
seperti warna rata (egaal), segar dan tidak boleh mengandung biji berkulit ari
(huidig); ukuran biji masing-masing sortimen seragam dengan penggolongan biji
besar ( >7,00 mm), biji sedang ( 6,25-7,00 mm), biji kecil (5,35-6,25 mm) dan biji
kriel (5,25 mm) (Rukmana, 2014).
Sifat Kimia Tanah
pH
pH tanah cenderung dikaitkan dengan kumpulan dari berbagai kondisi
tanah, salah satunya adalah dapat menjadi indikator ketersediaan unsur hara,
ketersediaan unsur mikro, mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas organisme
dalam tanah. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor pengaruh, salah satunya adalah derajat kemasaman tanah.Untuk
mengetahui derajat kemasaman tanah dapat dilakukan dengan mengukur pH tanah
(Mukhlis dkk, 2011).
Pertumbuhan dan produksi optimal dari tanaman menghendaki pH
tertentu, dan sangat jarang menemukan pH tanah yang sesusai dengan kebutuhan
tanaman.Tetapi pH tanah tidak dapat diubah dengan mudah, karena tanah
memiliki sanggaan (buffer), yang merupakan suatu sifat umum dari campuran
asam basa dengan garamnya.Tanaman kopi menghendaki reaksi yang agak
masam dengan pH 5,5-6,5. Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanah
yang lebih masam, dengan catatan keadaan fisiknya baik.Pada umumnya tanah
yang lebih masam kandungan mineralnya lebih rendah (Cibro dkk, 2012).
Universitas Sumatera Utara
7
Reaksi tanah (pH) dapat dijadikan indikator kesuburan tanah. Kondisi pH
tanah optimum untuk ketersediaan unsur hara adalah sekitar 6,0−7,0. Pada pH
kisaran 7 semua unsur hara makro dapat tersedia secara maksimum dan unsur hara
mikro tersedia tidak maksimum. Unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang
relatif sedikit sehingga pada pH kisaran 7,0 akan menghindari toksisitas. Pada
reaksi tanah (pH) di bawah 6,5 akan terjadi defisiensi P, Ca, Mg dan toksisitas B,
Mn, Cu dan Fe. Sementara itu pada pH 7,5 akan terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn,
Cu, Zn, Ca, Mg dan toksisitas B juga Mo (Hanafiah, 2004).
Terdapat dua jenis kemasaman tanah, yaitu kemasaman potensial dan
kemasaman aktif. Kemasaman potensial adalah kemasaman yang berasal dari ion-
ion H+ yang terjerap oleh kompleks liat yang dapat dipertukarkan dan
menyebabkan terbentuknya kemasaman potensial, sedangkan ion H+ yang dapat
dipertukarkan berdisosiasi menjadi ion H+ bebas yang merupakan sumber
kemasaman aktif. Kemasaman aktif inilah yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman (Sutedjo, 2008).
C-Organik
C-organik tanah menunjukkan kadar bahan organik yang terkandung
didalam tanah. Jumlah kandungan bahan organik yang terdapat dalam tanah tanah
sangat menentukan interaksi yang terjadi dalam ekosistem tanah. Bahan organik
tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pada
kesuburan tanah, serta sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi yang secara langsung
maupun tidak langsung dipengaruhi pula oleh bahan organik tanah (Istomo 1994).
Kandungan bahan organik dalam bentuk C-Organik di tanah harus
dipertahankan tidak kurang dari 2 persen agar kandungan bahan organik dalam
Universitas Sumatera Utara
8
tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi.
Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK
(kapasitas tukar kation) serta dapat meningkatkan KTK tanah (Musthofa, 2007).
Tingkat karbon organik tanah dikendalikan oleh berbagai faktor, yaitu
iklim, tanah, vegetasi dan waktu dan dapat mencapai tingkat ekuilibrium dalam
kondisi lingkungan tertentu (keseimbangan lingkungan). Perubahan dalam
penyimpanan karbon organik tanah dikendalikan oleh keseimbangan antara input
dan kehilangan karbon (kehilangan melalui mineralisasi karbon dioksida, dan
erosi). Perbedaan antara karbon organik tanah pada tingkat keseimbangan
lingkungan dan tingkat kehilangan saat ini adalah penyerapan karbon organik
tanah potensial, yaitu, C potensial, karena secara teoritis jumlah ini dapat
dikembalikan ke tanah (Izzuddin, 2012).
Tabel Kelas Kandungan C-Organik
Kelas C-organik NilaiSangat Rendah < 1 0Rendah 1 – 2 1Sedang 2,1 – 3 2Tinggi 3,1 – 5 3Sangat Tinggi >5 (gambut) 4
Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation tanah adalah kemampuan koloid tanah dalam
menjerap dan mempertukarkan kation. Kapasitas tukar kation total adalah jumlah
muatan negatif tanah dari permukaan koloid tanah yang merupakan situs
pertukaran kation-kation. Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam miliekuivalen
per 100 gram tanah (Tan, 1991).
Universitas Sumatera Utara
9
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Nilai KTK tanah sangat beragam serta
tergantung pada sifat dan ciri tanah tersebut. Besar kecilnya KTK tanah
dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan
organik, dan pengapuran atau pemupukan (Hardjowigeno, 2003).
Nilai KTK suatu tanah dipengaruhi oleh tingkat pelapukan tanah,
kandungan bahan organik tanah dan jumlah kation basa dalam larutan
tanah.Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi memiliki KTK yang lebih
tinggi, demikian pula tanah-tanah muda dengan tingkat pelapukan baru dimulai
dari tanah-tanah dengan tingkat pelapukan lanjut mempunyai nilai KTK rendah
(Eviati dan Sulaeman, 2008).
P-Tersedia
P tersedia merupakan unsur hara P dalam tanah yang dapat larut dalam air
dan asam sitrat. Bentuk P dalam tanah dapat dibedakan berdasarkan kelarutan dan
ketersediaannya di dalam tanah, P yang dapat larut dalam air adalah bentuk P
yang dapat diserap tanaman. Fosfor yang ada di dalam tanah dalam bentuk
organik dan anorganik. Bentuk organik P ditemukan dalam bahan organik dan
humus. Fosfor dalam bahan organik dilepaskan melalui proses mineralisasi
melibatkan organisme tanah. Aktivitas mikroba ini sangat dipengaruhi oleh
kelembaban tanah dan suhu. Fosfor anorganik bermuatan negatif di sebagian besar
tanah. Fosfor bereaksi dengan besi (Fe) bermuatan positif, aluminium (Al), dan
kalsium (Ca) untuk membentuk zat relatif tidak larut (Sutedjo, 2008).
Universitas Sumatera Utara
10
Ketersediaan fosfor didalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi
yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah, fosfor akan
bereaksi dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau
aluminium fosfat yang sukar larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh
tanaman (Damanik dkk, 2010).
Pada tanah ber pH tinggi, fosfor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi
ini membentuk ion kalsium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat
digunakan oleh tanaman. Dengan demikian, tanpa memperhatikan pH tanah
pemupukan fosfat tidak akan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman
(Hartatik dan Idris, 2008).
Kejenuhan Basa
Nilai kejenuhan basa (KB) tanah merupakan presentase dari total KTK
yang diduduki oleh kation-kation basa, yaitu Ca, Mg, Na, dan K. Nilai KB sangat
penting untuk mempertimbangkan pemupukan dan memprediksi kemudahan
unsur hara tersedia bagi tanaman.Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap
tanah menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut. Kation-
kation basa merupakan unsur yang diperlukan tanaman. Kejenuhan basa selalu
dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah. Kemudahan
dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat
kejenuhan basa. Di samping itu basa-basa umumnya mudah tercuci, sehingga
tanah dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut
belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur
(Hardjowigeno, 2007).
Universitas Sumatera Utara
11
Nilai KB berhubungan erat dengan pH dan tingkat kesuburan tanah.
Kemasaman akan menurun dan kesuburan akan meningkat dengan meningkatnya
KB. Laju pelepasan kation terjerap bagi tanaman tergantung pada tingkat
kejenuhan basa tanah. Kejenuhan basa tanah berkisar 50% - 80% tergolong
mempunyai kesuburan sedang dan dikatakan tidak subur jika kurang dari 50%.
Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan
membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan
kejenuhan basa 50% (Simanjuntak dkk, 2015).
Analisis Kimia Tanah
Analisis tanah merupakan salah satu cara untuk menilai status hara dalam
menilai kesuburan hara, yang mempunyai konsep bahwa tanaman akan respon
terhadap pemupukan bila kadar hara tersebut kurang atau jumlah yang tersedia
tidak cukup untuk pertumbuhan yang optimal, sehingga dari analisa ini akan
diperoleh hasil yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk memonitor sistem
produksi, mengukuer kecenderungan dan rekomendasi pemupukan. Analisis tanah
dapat dilakukan di laboratorium (Suganda et al, 2006).
Sifat kimia tanah berhubungan dengan ketersediaan unsur hara dalam
tanah. Parameter kimia tanah secara umum dapat diukur secara kuantitatif sepertu
pH tanah, kapasitas tukar kation tanah, kejenuhan basa dan kandungan unsur hara
dalam tanah. Hasil pengukurannya diinterpretasikan berdasarkan kriteria yang
berlaku dalam standar penilaian sifat kimia tanah. Hasil penilaiannya bisa
dikelompokkan dalam kriteria rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kriteria
ini sangat penting terkait dengan upaya pengelolaan yang harus dilakukan
(Nurhidayati, 2017).
Universitas Sumatera Utara
12
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat menawarkan metode intepretasi
tanah didasarkan pada kombinasi data data hasil uji seperti pH, N-total, P-tersedia,
Kapasitas Tukar Kation, C-organik, Ketersediaan unsur hara lainnya seperti K,
Na, Mg lalu dilakukan uji korelasi atau hubungan antara hasil uji dengan respon
tanaman (Winarso, 2005).
Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dan korelasi
menggunakan software SPSS 16.0.Data diuji dengan menggunakan analisis korelasi
untuk melihat hubungan antara sifat kimia tanah dengan produksi kopi dan hubungan
antara sifat kimia tanah tersebut, dengan menggunakan rumus :
T0 = Rxy √n-2√(1-R2
xy)
Dengan :
T0 = nilai korelasi; Rxy = koefiesien korelasi; n = jumlah sampel
Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap Y,
sementara analisis korelasional bertujuan untuk mengetahui tingkat keeratan
hubungan variabel X terhadap Y. Tingkat hubungan tersebut dapat dibagi menjadi
tiga kriteria, yaitu mempunyai hubungan positif, mempunyai hubungan negatif dan
tidak mempunyai hubungan. Model yang diasumsikan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2
Dengan:
Y = variabel respon
a = intersep dari garis sumbu Y
b = koefisien regresi linear
X = variabel bebas (ketinggian tempat dan sifat kimia tanah).
Universitas Sumatera Utara
13
Produksi yaitu berupa berat 100 biji merah (g) dan berat 100 biji kering (g)
merupakan variabel respon dalam persamaan menggunakan SPSS dengan kata lain
(Y), ketinggian tempat merupakanvariabel bebas dengan kata lain (X1), sifat kimia
tanah merupakan variabel bebas (X2). Analisis korelasi berfungsi nuntuk
mengetahui hubunganantara dua atau lebih variabel independen (x1,x2,x3)
terhadap variabel dependen (y) secara serentak. Besarnya nilai R berkisar antara
0-1 yang berarti semakin kecil besarnya R, maka hubungan kedua variabel
semakin lemah. Sebaliknya jika R semakin mendekati 1, maka hubungan kedua
variable semakin kuat. Metode analisis data yang digunakan untuk nilai R yang
menunjukkan tingkat atau kategori pengaruh X terhadap Y (Pramesti, 2013).
Hasil analisis korelasi dan regresi dapat berlawanan dengan fakta
sebenarnya. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan dalam pengambilan contoh
tanah atau data, keadaan tanah pada lahan sampel masih memiliki sifat dan
karakteristik tanah yang beragam, lahan yang berlereng, keadaan lahan sampel
masih membutuhkan konservasi yang lebih lanjut dan kurangnya sampel data
yang dibutuhkan untuk analisis hubungan regresi (Wilson, 2015).
Metode analisis data yang digunakan untuk nilai R yang menunjukkan
tingkat atau kategori pengaruh X terhadap Y, Sugiyono (2007) memberi nilai
sebagai berikut :
0,00 - 0,199 = Sangat rendah
0,20 - 0,399 = Rendah
0,40 - 0,599 = Sedang
0,60 - 0,799 = Kuat
0,80 - 1,000 = Sangat kuat
Universitas Sumatera Utara
14
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Kecamatan Bonatua Lunasi memiliki luas wilayah 57,74 km² berada pada
2°29’- 2°39’ Lintang Utara dan 99°02’ - 99°15’ Bujur Timur. Kecamatan Bonatua
Lunasi berada diatas sekitar 922 hingga 1.600 meter dari permukaan laut.
Adapun daerah-daerah yang berbatasan dengan Kecamatan Bonatua
Lunasi adalah :
Sebelah Utara : Kabupaten Simalungun
Sebelah Selatan : Kecamatan Porsea
Sebelah Barat : Kecamatan Lumban Julu
Sebelah Timur : Kecamatan Porsea dan Kecamatan Parmaksian
Dari total luas wilayah Kecamatan Bonatua Lunasi, sekitar 21,25 persen
merupakan areal persawahan dan selebihnya merupakan tanah kering,
bangunan/perumahan dan pekarangan penduduk.
Gambar 3.1. Peta Administrasi Kecamatan Bonatua LunasiSumber: BPS Kabupaten Toba Samosir, 2017
Universitas Sumatera Utara
15
Tabel 3.1. Nama-Nama Desa Setiap Satuan Peta Lahan (SPL) yang DitanamiKopi Arabika di Kecamatan Bonatua Lunasi
SPL Keterangan Desa
I Inceptisol, 922-1000, 0-3%Silamosik, Sidabihon, Naga TimbulTimur, Lumban Sangkalan
II Inceptisol, 922-1000, 3-8%Silamosik, Sidabihon, Naga TimbulTimur, Lumban Sangkalan, LumbanLobu
III Inceptisol, 922-1000, 8-15%Silamosik, Sidabihon, Naga TimbulTimur, Lumban Sangkalan, LumbanLobu, Partoruan Lumban Lobu
IV Inceptisol, 922-1000,15-30%Sidabihon, Naga Timbul Timur,Lumban Sangkalan, Harungguan
V Inceptisol, 1000-1100, 3-8%Lumban Sangkalan, Lumban Lobu,Partoruan Lumban Lobu, Silombu,Sinar Sabungan, Sibadihon
VI Inceptisol, 1000-1100, 8-15 %
Sidabihon, Naga Timbul, NagaTimbul Timur, Lumban Sangkalan.Harungguan, Pardolok LumbanLobu, Lumban Lobu, PartoruanLumban Lobu, Silombu, SinarSabungan, Sibadihon
VII Inceptisol, 1000-1100, 15-30 %
Sidabihon, Naga Timbul, NagaTimbul Timur, Lumban Sangkalan.Harungguan, Pardolok LumbanLobu, Lumban Lobu, PartoruanLumban Lobu, Silombu, SinarSabungan, Sibadihon
VIII Inceptisol, 1100-1200, 15-30 %
Sidabihon, Naga Timbul,Harungguan, Pardolok LumbanLobu, Silombu, Sinar Sabungan,Sibadihon
Universitas Sumatera Utara
16
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di areal lahan kopi Arabika yang berlokasi di
Kecamatan Bonatua Lunasi, Kabupaten Toba Samosir yang berada pada
2029’- 2039’ Lintang Utara dan 990 02’- 99015’ Bujur Timur dengan ketinggian
tempat 922 - 2124m di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April 2018 sampai dengan Juli 2018.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah: peta lokasi
penelitian, sampel tanah yang di ambil dari lokasi penelitian, buah kopi arabika
yang diambil dari lokasi penelitian dan bahan – bahan kimia untuk analisa di
laboratorium.
Adapun alat yang di gunakan untuk penelitian ini adalah GPS (Global
Position System) untuk mengetahui titik koordinat lokasi penelitian, cangkul atau
bor tanah untuk mengambil sampel tanah, ember plastik untuk mengaduk tanah,
kantong plastik sebagai tempat sampel tanah, karet gelang untuk mengikat
kantongan, karung goni sebagai tempat seluruh sampel daun, timbangan untuk
mengukur berat buah kopi, spidol untuk menandai sampel tanah, kamera serta alat
tulis untuk keperluan tulis menulis.
Metode Penelitian
Metodeyang digunakandalam penelitian ini adalah Metode Surveidengan
purposive sampling yang diuji dengan uji korelasional dengan mengidentifikasi
hubungan antara variabel dengan produksi kopi Arabika.Untuk penentuan jumlah
sampel dalam penelitian ini, lokasi pengambilan sampel dilapangan didasarkan
Universitas Sumatera Utara
17
pada kelas ketinggian tempat, kemiringan lahan sebagai dasar penentuan SPL
(Satuan Peta Lahan) dalam pengambilan sampel tanah dan biji tanaman kopi di
Kecamatan Bonatua Lunasi.
Terdapat 3 kelas ketinggian tempat sebagai berikut:
T1 : 922-1000 m dpl
T2 : 1000-1100 m dpl
T3 : 1100- 1200 m dpl
Untuk kemiringan lereng (Slope) dengan4 kelas yaitu:
L1 : 0-3 % (datar)
L2 : 3-8 % (sangat landai)
L3 : 8-15 % (landai)
L4 : 15-30 % (agak curam)
Maka diperoleh sebanyak 8 SPL, dimana setiap SPL akan diwakili oleh 2
kebun petani yang berbeda dan setiap kebun akan diwakili oleh 2 sampel tanah
dan biji kopi. Dengan demikian diperoleh jumlah banyaknya sampel (n) yang
diambil dari lapangan adalah 32 sampel sudah memenuhi syarat untuk mengitung
korelasi.
Universitas Sumatera Utara
18
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksaan penelitian ini di lakukan beberapa tahapan. Adapun
tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu di lakukan
konsultasi dengan komisi pembimbing , penyusunan usulan penelitian, pengadaan
peralatan, pengadaan peta, studi literatur dan penyusunan rencana kerja yang
berguna untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga di dapatkan
hasil sesuai yang di harapkan.
2. Pelaksanaan di Lapangan
Pekerjaan di mulai dengan survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan
orientasi lapangan untuk menentukan lokasi pelaksanaan penelitian, di lanjutkan
dengan pelaksanaan survei utama dengan pengambilan contoh tanah dan buah
kopi .
Penentuan Pohon Sampel
Ditentunkan pohon tanaman kopi yang umur dan pengelolaannya relatif
seragam, dan masih berproduksi dengan baik kemudian pengambilan
sampel dilakukan secara acak.
Pengambilan Buah Kopi
Pengambilan buah kopi yang telah matang (merah) dilakukan dari setiap
titik sampel sebanyak 100 biji kemudian di timbang menjadi berat basah
dari setiap titik sampel pengamatan. Buah yang telah di kumpulkan
dibersihkan dari kulit lalu dikeringkan untuk penentuan persen berat
keringnya.
Universitas Sumatera Utara
19
Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit pada tiap kelas yang
ditentukan. Pengambilan sampel tanah dibawah tajuk tanaman kopi pada
kedalaman 0 – 20 cm. Metode yang digunakan yaitu random sampling,
Urutan kerjanya sebagai berikut:
1. Ditentukan titik pengambilan contoh tanah secara acak.
2. Sampel tanah diambil dengan bor tanah, cangkul, atau sekop pada
kedalaman 0-20 cm. Contoh tanah diaduk merata dalam ember plastik.
3. Sampel tanah dibersihkan dari tanaman, akar dan binatang yang
terbawa.
4. Sampel tanah yang sudah siap untuk dianalisis dimasukkan kedalam
kantongan plastik sebanyak yang dibutuhkan.
Parameter yang Diukur
1. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang akan diukur adalah
- pH Tanah, metode Elektrometri
- C-Organik, metode metode Ammonium Asetat pH 7
- Kapasitas Tukar Kation (KTK), metode Ammonium Asetat pH 7
- Basa dapat ditukarkan (Ca, Mg, K, dan Na), metode Ammonium Asetat pH 7
- P- tersedia, metode Spectrophotometry
- Kejenuhan Basa
Universitas Sumatera Utara
20
2. Mutu Fisik Biji Kopi
Mutu fisik biji kopi yang akan diukur adalah
- Berat basah 100 biji kopi (g)
Berat 100 biji kopi berwarna merah ditimbang dalam berat basah
- Berat kering 100 biji kopi (g)
Berat 100 biji kopi ditimbang dalam berat kering setelah dibersihkan dari
kulit.
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan analisis korelasi dan regersi
menggunakan SPSS.
Universitas Sumatera Utara
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Produksi Kopi Arabika
Dari hasil pengamatan dilapangan, di peroleh data produksi kopi Arabika
di Kecamatan Bonatua Lunasi, Kabupaten Toba Samosir seperti pada Tabel 5.1
berikut ini.
Tabel 5.1. Berat Rata-rata 100 Butir Biji Merah dan Berat 100 Butir Biji KeringKopi Arabika di Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir.
SPLRata-rata jumlah biji merah dan berat 100 butir biji kering
Berat 100 Butir Biji Merah (g) Berat 100 Butir Biji Kering (g)I 173,50 68,36II 158,72 62,43III 151,54 60,21IV 151,41 52,88V 174,46 68,64VI 172,61 67,19VII 154,52 60,07VIII 166,72 62,72
Dari Tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa produksi kopi Arabika
tertinggi terdapat pada Satuan Peta Lahan (SPL) V dengan berat 100 butir biji
merah sebesar 174,46 gram dan berat 100 butir biji kering kopi Arabika sebesar
68,64 gram. Untuk produksi kopi Arabika terendah terdapat pada Satuan Peta
Lahan (SPL) IV dengan berat 100 butir biji merah sebesar 151,41 gram dan berat
100 butir biji kering kopi Arabika sebesar 52,88 gram.
Sifat Kimia Tanah
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisis sifat kimia tanah yang
telah dilakukan di laboratorium, diperoleh hasil seperti pada Tabel 5.2 berikut.
Universitas Sumatera Utara
2222
Tabel 5.2. Data Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah Kecamatan Bonatua Lunasi, Kabupaten Toba Samosir
SPL KeteranganSifat Kimia Tanah
pHC-Organik
(%)K
(me/100g)Ca
(me/100g)Mg
(me/100g)Na
(me/100g)P Tersedia
(mg/kg)KTK
(me/100g)KejenuhanBasa (%)
IInceptisol, 922-1000,0-3%
3,72 0,22 0,14 0,27 0,33 0,2 53,81 10,12 0,093
IIInceptisol, 922-1000,3-8%
3,84 0,58 0,21 0,44 0,29 0,19 49,36 9,51 0,119
III Inceptisol, 922-1000,8-15%
3,63 1,47 0,56 0,13 0,47 0,24 32,68 17,61 0,080
IVInceptisol, 922-1000,15-30%
3,71 0,85 1,66 0,46 0,71 0,21 154,05 10,69 0,284
VInceptisol, 1000-1100,3-8%
3,81 0,82 0,51 0,51 0,68 0,2 169,71 11,5 0,165
VIInceptisol, 1000-1100,8-15 %
4,06 1,3 0,11 0,31 0,3 0,18 60,73 14,04 0,064
VIIInceptisol, 1000-1100,15-30 %
4,03 1,71 0,3 1,35 0,8 0,2 40,81 21,36 0,124
VIIIInceptisol, 1100-1200,15-30 %
4,11 1,24 0,4 2,36 0,81 0,23 17,52 22,19 0,171
Universitas Sumatera Utara
23
Dari Tabel 5.2 di atas dapat diketahui nilai hasil analisis sifat kimia tanah
yakni pH tertinggi terdapat pada Satuan Peta Lahan (SPL) VIII sebesar 4,11 dan
terendah pada SPL III sebesar 3,63; C-Organik tertinggi terdapat pada Satuan Peta
Lahan (SPL) VII sebesar 1,71% dan terendah pada SPL I sebesar 0,22%; K
tertinggi terdapat pada Satuan Peta Lahan (SPL) IV sebesar 1,66 me/100g dan
terendah pada SPL VI sebesar 1,66 me/100g; Ca tertinggi terdapat pada Satuan
Peta Lahan (SPL) VIII sebesar 2,36 me/100g dan terendah pada SPL III sebesar
0,13 me/100g; Mg tertinggi terdapat pada Satuan Peta Lahan (SPL) VIII sebesar
0,81 me/100g dan terendah pada SPL II sebesar 0,29 me/100g.
Nilai Na tertinggi terdapat pada Satuan Peta Lahan (SPL) III sebesar 0,24
me/100g dan terendah pada SPL VI sebesar 0,18 me/100g; P-Tersedia tertinggi
terdapat pada Satuan Peta Lahan (SPL) V sebesar 169,71 mg/kg dan terendah
pada SPL VIII sebesar 17,52 mg/kg; KTK tertinggi terdapat pada Satuan Peta
Lahan (SPL) VIII sebesar 22,19 me/100g dan terendah pada SPL II sebesar 9,51
me/100g. Kejenuhan basa tertinggi terdapat pada Satuan Peta Lahan (SPL) IV
sebesar 0,284% dan terendah pada SPL VI sebesar 0,064%.
Analisis Korelasi
Dari hasil analisis SPSS diperoleh nilai korelasi ketinggian tempat,
kemiringan lereng dan sifat kimia tanah terhadap berat 100 butir biji merah kopi
arabika serta berat 100 butir biji kering kopi arabika di Kecamatan Bonatua
Lunasi Kabupaten Toba Samosir. Melalui nilai signifikasi yang ada pada masing
masing tabel koefisien korelasi (lampiran 6-29), maka dapat dilihat signifikasi
nyata dan tidak nyata pada Tabel 5.3 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
24
Tabel 5.3. Notasi Korelasi Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng dan SifatKimia Tanah Terhadap Produksi Kopi Arabika di KecamatanBonatua Lunasi, Kabupaten Toba Samosir.
Parameter Berat 100 Butir Biji Merah Berat 100 Butir Biji KeringKetinggian Tempat 0.372* 0.371*Kemiringan Lereng -0.792** -0.792**
pH 0.288 tn 0.285 tn
C-Organik -0.395* -0.397*K -0.515* -0.510*Ca 0.012 tn 0.011 tn
Mg -0.253 tn -0.252 tn
Na -0.415* -0.412*P-Tersedia 0.114 tn 0.117 tn
KTK -0.224 tn -0.226 tn
Kejenuhan Basa -0.294 tn -0.296 tn
Dari Tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa ketinggian tempat berkorelasi
positif dan nyata pada taraf uji 0.05 terhadap berat 100 butir biji merah dan berat
100 butir biji kering kopi arabika dengan koefisien korelasi sebesar 0.372 dan
0.372 digolongkan rendah. Sebaliknya kemiringan lereng berkorelasi negatif dan
nyata pada taraf uji 0.01 terhadap berat 100 butir biji merah dan berat 100 butir
biji kering kopi dengan koefisien korelasi sebesar -0.792 digolongkan kuat.
Dari Tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa beberapa sifat kimia tanah
berkorelasi nyata dan sebagian berkorelasi tidak nyata terhadap berat 100 butir biji
merah kopi dan berat 100 butir biji kering kopi arabika. pH berkorelasi positif
tidak nyata terhadap berat 100 butir biji merah dan berat 100 butir biji kering kopi
dengan koefisien korelasi sebesar 0.288 dan 0.285 digolongkan rendah.
C-Organik berkorelasi negatif dan nyata pada taraf uji 0.05 terhadap berat 100
butir biji merah dan berat 100 butir biji kering kopi dengan koefisien korelasi
sebesar -0.395 dan -0.397 digolongkan rendah.
Keterangan :* = Korelasi nyata taraf uji 0,05** = Korelasi sangat nyata taraf uji 0,01tn = Tidak Nyata
Universitas Sumatera Utara
25
Dari Tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa beberapa sifat kimia tanah
berkorelasi nyata dan sebagian berkorelasi tidak nyata terhadap berat 100 butir biji
merah kopi dan berat 100 butir biji kering kopi arabika. Hara K berkorelasi
negatif sangat nyata pada taraf Uji 0.01 terhadap berat 100 butir biji merah dan
berat 100 butir biji kering kopi dengan koefisien korelasi sebesar -0.515 dan
-0.510 digolongkan sedang. Ca berkorelasi tidak nyata terhadap berat 100 butir
biji merah dan berat 100 butir biji kering kopi dengan koefisien korelasi sebesar
0.012 dan 0.011 digolongkan sangat rendah. Mg berkorelasi negatif tidak nyata
terhadap berat 100 butir biji merah dan berat 100 butir biji kering kopi dengan
koefisien korelasi sebesar -0.253 dan -0.252 digolongkan rendah. Na berkorelasi
negatif nyata pada taraf uji 0.05 terhadap berat 100 butir biji merah dan berat 100
butir biji kering kopi dengan koefisien korelasi sebesar -0.415 dan -0.412
digolongkan sedang.
Dari Tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa beberapa sifat kimia tanah
berkorelasi nyata dan sebagian berkorelasi tidak nyata terhadap berat 100 butir biji
merah kopi dan berat 100 butir biji kering kopi arabika. P-Tersedia berkorelasi
tidak nyata terhadap berat 100 butir biji merah dan berat 100 butir biji kering kopi
dengan koefisien korelasi sebesar 0.114 dan 0.117 digolongkan sangat rendah.
KTK berkorelasi negatif tidak nyata terhadap berat 100 butir biji merah dan berat
100 butir biji kering kopi dengan koefisien korelasi sebesar -0.224 dan -0.226
digolongkan rendah.Kejenuhan Basa berkorelasi negatif tidak nyata terhadap berat
100 butir biji merah dan berat 100 butir biji kering kopi dengan koefisien korelasi
sebesar -0.294 dan -0.291 digolongkan rendah.
Universitas Sumatera Utara
26
Analisis Regresi Linear Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng dan SifatKimia Tanah Terhadap Berat 100 Butir Biji Merah Kopi Arabika
Pada hasil penelitian analisis regresi linear ketinggian tempat, kemiringan
lereng dan sifat kimia tanah hubungannya terhadap berat 100 butir biji merah kopi
arabika (lampiran) dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut
Tabel 5.4. Analisis Regresi Linear Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng danSifat Kimia Tanah Terhadap Berat 100 Biji Merah Kopi Arabika
Data R R2 F SigKetinggian Tempat 0.372 0.139 4.825 0.036Kemiringan Lereng 0.792 0.627 50.500 0.000
pH 0.288 0.083 2.712 0.110C-Organik 0.395 0.156 5.542 0.025
K 0.515 0.265 10.810 0.003Ca 0.012 0.00014 0.004 0.948Mg 0.253 0.064 2.050 0.163Na 0.415 0.172 6.246 0.018
P-Tersedia 0.114 0.013 0.397 0.533KTK 0.224 0.050 1.589 0.217
Kejenuhan Basa 0.294 0.087 2.843 0.102
Berdasarkan hasil analisis regresi linear pada Tabel 5.4 dapat dilihat nilai R
square tertinggi terdapat pada nilai kemiringan lereng sebesar 0.627 yang berarti
kemiringan lereng mempengaruhi sebesar 62,7% produksi kopi dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain; untuk karakteristik lahan dan pada hara K sebesar
0.265 atau sebesar 2,65% mempengaruhi produksi kopi untuk sifat kimia tanah.
Sedangkan nilai R square terendah terdapat pada nilai ketinggian tempat sebesar
0.139 atau sebesar 13,9% mempengaruhi produksi kopi untuk karakteristik lahan
dan pada hara Ca sebesar 0.00014 atau sebesar 0,014% mempengaruhi produksi
kopi untuk sifat kimia tanah. Hal ini dapat dipengaruhi karena setiap daerah
sampel memiliki kemampuan tanah dan kandungan unsur hara serta faktor
lingkungan yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
27
Berdasarkan hasil analisis regresi linear pada Tabel 5.4 dapat dilihat nilai
bahwa nilai F tertinggi adalah Kemiringan Lereng sebesar 50.500 untuk
karakteristik lahan dan pada hara K sebesar 10.810 untuk sifat kimia tanah.
Sedangkan nilai F terendah terdapat pada nilai ketinggian tempat sebesar
4.825untuk karakteristik lahan dan pada hara Ca sebesar 0.004 untuk sifat kimia
tanah. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemiringan lereng dan hara K lebih besar
pengaruhnya terhadap berat 100 butir biji merah kopi dibandingkan karakteristik
lahan sifat kimia tanah lainnya.
Analisis Regresi Linear Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng dan SifatKimia Tanah Terhadap Berat 100 Butir Biji Kering Kopi Arabika
Pada hasil penelitian analisis regresi linear ketinggian tempat, kemiringan
lereng dan sifat kimia tanah hubungannya terhadap berat 100 butir biji kering kopi
arabika (lampiran) dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut
Tabel 5.4. Analisis Regresi LinearKetinggian Tempat, Kemiringan Lereng danSifat Kimia Tanah Terhadap Berat 100 Biji Kering Kopi Arabika
Data R R2 F SigKetinggian Tempat 0.371 0.138 4.785 0.037Kemiringan Lereng 0.792 0.627 50.478 0.000
pH 0.285 0.081 2.644 0.114C-Organik 0.397 0.158 5.610 0.024
K 0.510 0.260 10.566 0.003Ca 0.011 0.00012 0.003 0.953Mg 0.252 0.064 2.041 0.163Na 0.412 0.170 6.133 0.019
P-Tersedia 0.117 0.014 0.415 0.524KTK 0.226 0.051 1.613 0.214
Kejenuhan Basa 0.291 0.085 2.777 0.106
Berdasarkan hasil analisis regresi linear pada Tabel 5.5 dapat dilihat nilai R
square tertinggi terdapat pada nilai kemiringan lereng sebesar 0.627 yang berarti
kemiringan lereng mempengaruhi sebesar 62,7% produksi kopi dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain; untuk karakteristik lahan dan pada hara K sebesar
Universitas Sumatera Utara
28
0.260 atau sebesar 2,6% mempengaruhi produksi kopi untuk sifat kimia tanah.
Sedangkan nilai R square terendah terdapat pada nilai ketinggian tempat sebesar
0.138 atau sebesar 13,8% mempengaruhi produksi kopi untuk karakteristik lahan
dan pada hara Ca sebesar 0.00012 atau sebesar 0,012% mempengaruhi produksi
kopi untuk sifat kimia tanah. Hal ini dapat dipengaruhi karena setiap daerah
sampel memiliki kemampuan tanah dan kandungan unsur hara serta faktor
lingkungan yang berbeda.
Berdasarkan hasil analisis regresi linear pada Tabel 5.5 dapat dilihat nilai
bahwa nilai F tertinggi adalah Kemiringan Lereng sebesar 50.478 untuk
karakteristik lahan dan pada hara K sebesar 10.566 untuk sifat kimia tanah.
Sedangkan nilai Fterendah terdapat pada nilai ketinggian tempat sebesar 4.785
untuk karakteristik lahan dan pada hara Ca sebesar 0.003 untuk sifat kimia tanah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kemiringan lereng dan hara K lebih besar
pengaruhnya terhadap berat 100 butir biji kering kopi dibandingkan karakteristik
lahan sifat kimia tanah lainnya.
Pembahasan
Berdasarkan tabel korelasi menunjukkan bahwa variabel ketinggian
tempat terhadap berat biji 100 merah dan berat 100 biji kering adalah
berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05 dan berhubungan.
Hal ini membuktikan bahwa adanya linearitas pada hubungan dua variabel
tersebut, yang berarti semakin tinggi permukaan tanah, maka produksi tanaman
kopi akan semakin tinggi pula. Perbedaan ketinggian tempat mempengaruhi
kondisi iklim dan lingkungan sekitarnya. Semakin tinggi permukaan suatu
wilayah maka suhu jadi lebih rendah atau lebih dingin sehingga mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
29
produksi tanaman kopi. Menurut Ernawati, dkk (2008) jenis tanaman kopi yang
ditanam harus disesuaikan dengan kondisi tinggi tempat dan curah hujan di daerah
setempat, dimana semakin tinggi permukaan suatu wilayah maka suhujadilebih
rendah dan dapat merangsang inisiasi bunga sehingga mempengaruhi produksi
akhir.
Perbedaan ketinggian tempat juga mempengaruhi sifat kimia tanah. Dari
hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa sifat kimia tanah cenderung
meningkat ketika ketinggian tanah juga semakin tinggi seperti pH, C-Organik, dan
KTK namun beberapa sifat kimia lainnya seperti cenderung menurun seiring
dengan meningkatnya ketinggian tanah atau bahkan memiliki nilai yang bervariasi
untuk semua ketinggian tempat. Dalam Sipahutar dkk, (2014) dijelaskan bahwa
ketinggian tempat memberikan pengaruh terhadap beberapa komponen iklim
seperti suhu, kelembapan udara, dan curah hujan sehingga komponen iklim
tersebut mempengaruhi keadaan tanah baik proses pelapukan maupun reaksi di
dalam tanah.
Berdasarkan tabel korelasi menunjukkan bahwa variabel kemiringan
terhadap berat biji 100 merah dan berat 100 biji kering adalah berpengaruh nyata
pada taraf uji 0.01 dan berhubungan negatif. Hal ini membuktikan bahwa adanya
linearitas pada hubungan dua variabel tersebut, yang berarti semakin besar
kemiringan lereng, maka produksi tanaman kopi akan semakin menurun hal ini
didukung dalam Kustantini (2014) yang menyatakan bahwa lahan dengan lereng
yang semakin curam makin berpotensi besar mengalami pengikisan permukaan
tanah (erosi) dikarenakan kecepatan aliran air permukaan yang sangat besar.
Pengangkutan material tanah oleh air akan mengurangi kandungan tanah termasuk
Universitas Sumatera Utara
30
hara dalam tanah yang mendukung untuk pertumbuhan dan produksi tanaman
kopi.
Namun pada beberapa hasil analisis peningkatan kemiringan lereng justru
diikuti dengan peningkatan nilai sifat kimia seperti pH, C-Organik dan KTK, hal
ini dapat terjadi pada batas kemiringan lereng tertentu (< 30%) juga dipengaruhi
oleh vegetasi kondisi lahan. Pada lahan penelitian, diikuti dengan jarak yang
semakin dekat ke areal hutan dan lahan daerah tersebut didominasi oleh tanaman
tahunan, tanah yang dekat dengan kawasan hutan selalu mendapat suplai bahan
organik secara terus menerus dan perakaran dari tanaman tahunan mengurangi
pengikisan lapisan tanah sehingga pengangkutan lapisan permukaan tanah oleh air
rendah dan hara tanah tetap tersedia.
Berdasarkan tabel korelasi menunjukkan bahwa variabel pH terhadap berat
biji 100 merah dan berat 100 biji kering adalah berhubungan postitif namun
berpengaruh tidak nyata. Hal berarti bahwa semakin tinggi pH tanah, maka
produksi tanaman kopi akan semakin tinggi pula. Pengaruh yang tidak nyata dapat
terjadi karena nilai pH tanah pada lahan sampel tidak memenuhi nilai pH optimal
untuk pertumbuhan dan produktivitas kopi. Hal ini sejalan dengan literatur
Hanafiah (2004) yang menyatakan bahwa lahan yang memenuhi pH optimal
sangat mendukung untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman kopi
menghendaki reaksi yang agak masam dengan pH 5,5-6,5.
C-Organik berpengaruh nyata pada taraf 0.05 dan berhubungan negatif
terhadap berat biji 100 merah dan berat 100 biji kering. Hal ini membuktikan
bahwa adanya linearitas pada hubungan dua variabel tersebut, yang berarti
semakin tinggi C-Organik tanah maka produksi tanaman kopi akan semakin
Universitas Sumatera Utara
31
menurun. Masalah seperti ini dapat terjadi disebabkan karena lahan pengambilan
sampel masih memiliki karakteristik sifat kimia yang sama atau homogen serta
jumlah bahan organik yang sangan rendah secara menyeluruh pada lahan
pengambilan sampel (sebesar 0.22-1.71 pada hasil analisis). Istomo (1994)
menyatakan bahwa C-organik tanah menunjukkan kadar bahan organik yang
terkandung didalam tanah.Jumlah kandungan bahan organik yang terdapat dalam
tanah tanah sangat menentukan interaksi yang terjadi dalam ekosistem tanah.
P-Tersedia berhubungan positif namun berpengaruh tidak nyata terhadap
berat biji 100 merah dan berat 100 biji kering namun garis regresi pada grafik
yang mengarah ke kanan atas. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kandungan
P-Tersedia pada tanah, maka produksi tanaman kopi akan semakin tinggi pula.
Hubungan yang tidak nyata bisa terjadi karena salah satu faktor ketersediaan
fosfor di dalam tanah yang paling penting yakni pH tanah dimana kondisi pH
tanah di lokasi pengambilan sampel yang rendah. Pada pH yang rendah unsur Al,
Fe dan Mn meningkat yang akhirnya dapat mengikat P dan menjadi bentuk yang
tidak tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Hartatik dan Idris
(2008) yang menyatakan bahwa tanpa memperhatikan pH tanah pemupukan fosfat
tidak akan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman.
KTK berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata terhadap berat biji
100 merah dan berat 100 biji kering. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi KTK
pada tanah, maka produksi tanaman kopi akan semakin menurun. KTK tanah
tidak dapat dipakai untuk mengukur kesuburan tanah, hal ini sesuai dengan
literatur Mukhlis et al. (2011) menyatakan bahwa semakin besar KTK suatu tanah
maka semakin besar pula aktivitas koloidnya untuk mengadsorpsi dan
Universitas Sumatera Utara
32
mempertukarkan kation. Namun nilai KTK suatu tanah tidak dapat dipakai untuk
mengukur kesuburan tanah dikarenakan ion yang terjerap dan dipertukarkan
belum tentu adalah ion yang dibutuhkan oleh tanaman kopi pada lahan sampel.
Oleh sebab itu digunakan kejenuhan basa sebagai parameter untuk menentukan
tingkat kesuburan tanah.
Kejenuhan Basa berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata
terhadap berat biji 100 merah dan berat 100 biji kering. Hal ini berarti bahwa
semakin tinggi Kejenuhan Basa pada tanah, maka produksi tanaman kopi akan
semakin menurun. Hubungan yang tidak nyata dimungkinkan karena
pengaplikasian pupuk yang belum mengikuti kaidah pemupukan, akibat
ketidakseimbangan pemupukan ini menyebabkan nilai kejenuhan basa tanah tidak
berimbang serta terjadi dikarenakan jika tingkat kesuburan tanah daerah penelitian
rendah. Hal ini sesuai dengan literatur Wilson (2015) yang menyatakan bahwa
keadaan tanah pada lahan sampel masih memiliki sifat karakteristik tanah yang
beragam, lahan yang berlereng, keadaan lahan sampel masih membutuhkan
konservasi yang lebih lanjut dapat menyebabkan sifat kimia tanah khususnya
P-Tersedia tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kopi.
Analisis regresi linear menunjukan kemiringan lereng menjadi karateristik
lahan yang paling besar mempengaruhi berat 100 butir biji merah dan berat 100
butir biji kering kopi arabika serta hara K menjadi sifat kimia tanah yang paling
besar mempengaruhi berat 100 butir biji merah dan berat 100 butir biji kering
kopi arabika. Hal ini menunjukan bahwa kemiringan lereng dan hara K sangat
berperan penting terhadap produksi kopi Arabika karena kemiringan lereng akan
mempengaruhi kondisi lapisan permukaan tanah untuk penyerapan hara oleh
Universitas Sumatera Utara
33
tanaman dan hara Ksangat mempengaruhi produksi tanaman sebagai salah satu
unsur hara essential bagi tanaman.
Beberapa sifat kimia tanah berhubungan negatif dan tidak nyata terhadap
berat 100 biji merah dan berat 100 biji kering kopi arabika padahal pada
kenyataannya unsur hara tanah tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
kopi. Hal ini dapat disebabkan karena terdapat kesalahan dalam pengambilan data
jumlah produksi atau pada lahan tersebut memiliki keragaman pada karakteristik
kimia tanah yang cukup tinggi serta faktor-faktor lainnya seperti perbedaan umur
tanaman yang beragam, karakteristik lahan seperti ketinggian tempat dan
kemiringan lereng yang cukup tinggi serta perbedaan faktor lingkungan. Hal ini
sesuai dengan literature Wilson et al. (2015) yang mengatakan faktor-faktor yang
dapat terjadi sehingga sifat kimia tanah tidak berpengaruh nyata terhadap produksi
kopi yaitu terjadinya kesalahan dalam pengambilan contoh tanah atau data,
keadaan tanah pada lahan sampel masih memiliki sifat dan karakteristik tanah
yang beragam, lahan yang berlereng, keadaan lahan sampel masih membutuhkan
konservasi yang lebih lanjut dan kurangnya sampel data yang dibutuhkan untuk
analisis hubungan regresi.
Universitas Sumatera Utara
34
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Karakteristik lahan yang paling berpengaruh terhadap produksi kopi Arabika
adalah kemiringan lereng sebesar 62% sementara ketinggian tempat hanya
berpengaruh sebesar 13%
2. Sifat kimia tanah yang paling berpengaruh terhadap produksi kopi Arabika
adalah ketersediaan unsur hara K sebesar 26% dan di dukung dengan sifat
kimia lainya berupa Na 17%, C-Organik 15%, pH dan Kejenuhan Basa 8%,
Mg 6%, KTK 5%, P-Tersedia 1% serta Ca sebesar 0,14 %
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk menghitung produktivitas
kopi arabika (Ton/Ha/Tahun) dengan penambahan jumlah sampel untuk penelitian
sifat kimia tanah pada lahan pertanaman Kopi Arabika di Kecamatan Bonatua
Lunasi.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir, 2017. Kecamatan Bonatua LunasiDalam Angka 2017.
Barus, B. J. A., Razali, dan Gantar, S. 2015. Evaluasi Kesesuaian Lahan untukTanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) DiKecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Fakultas Pertanian USU,Medan. Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3.No.4 (528) :1459 – 1467
Cibro, G. F., Purba, M., dan Mukhlis. 2012. Kesesuaian Lahan Untuk TanamanJeruk (Citrus Sp.) Dan Kopi Arabika (Coffea Arabica) Di KecamatanSiempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat. Fakultas Pertanian USU,Medan. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol. 1, No. 1
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin dan H. Hanum. 2010.Kesuburan Tanah dan Pemupukkan. Universitas Sumatera Utara.Medan.
Ernawati, R. R., Arief, R. W., dan Slameto. 2008. Teknologi Budidaya KopiPoliklonal. BPPP. Bogor.
Eviati dan Sulaeman. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk.Balai Penelitian Tanah, Bogor. ISBN 978-602-8039-21-5.http://balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses pada 29 Januari 2018.
Hanafiah, K.A., 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Palembang.
Izzuddin. 2012. Perubahan Sifat Kimia Dan Biologi Tanah Pasca KegiatanPerambahan Di Areal Hutan Pinus Reboisasi Kabupaten HumbangHasundutan Provinsi Sumatera Utara. [Skripsi]. Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor.
Karim dan Hifnalisa. 2008. Kajian Awal Varietas Kopi Arabika BerdasarkanKetinggian Tempat di Dataran Tinggi Gayo. Agrista1.
Martins, L.D., Wagner, N.R., Lindomar, S.M., Sebastião, B.B., Tafarel, V.C.,Daniel, S.F., Adan, D.C., Márcio, A.P., Paulo, E.T., Marcelo, A.T.,José, F.T., Fabio, L.P., and José, C.R., 2016. Genotypes of coniloncoffee can be simultaneously clustered for efficiencies of absorptionand utilization of N, P and K. African Journal of Agricultural Research.
Mukhlis. 2014. Analisis Tanah Tanaman. Edisi Kedua. USU Press. Medan
Mukhlis., Sariffudin dan H. Hanum. 2011. Kimia Tanah Teori dan Aplikasi.Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Universitas Sumatera Utara
Nurhidayati. 2017. Kesuburan dan Kesehatan Tanah, Suatu Pengantar PenilaianKualitas Tanah Menuju Pertanian Berkelanjutan. Intrans Publishing.Malang
Pascawijaya, R., Darsiharjo, dan Jupri. 2015. Evaluasi Kesesuaian Lahan UntukTanaman Kopi (Coffea Arabica) Di Desa Sirnajaya. DepartemenPendidikan Geografi, UPI. Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2
Pinatih, I. D. A., Tati, B. K., dan Ketut, D. S. 2015. Evaluasi Status KesuburanTanah Pada Lahan Pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. FakultasPertanian, Universitas Udayana, Denpasar. E-Jurnal AgroekoteknologiTropika ISSN: 2301-6515 Vol. 4, No. 4
Pramesti, G. 2013. Aplikasi SPSS dalam penelitian. Elex Media Komputindo.Jakarta.
Purba, A. H. R., Posma, M., dan Asmarlaili, S. H. 2013. Evaluasi KesesuaianLahan Pada Tanah Entisol Di Kecamatan Lintong Nihuta KabupatenHumbang Hasundutan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica).Fakultas Pertanian USU Medan. Jurnal Online Agroekoteknologi ISSNNo. 2337- 6597 Vol.2, No.1: 1-12
Rayes, M.L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi.Yogyakarta.
Rukmana, H.R. 2014. Untung Selangit dari Agribisnis Kopi. Lily Publisher.Yogyakarta.
Sembiring, S. A., Posma, M., dan Kemala, S. L. 2015. Kajian Jumlah Biji Basahdan Berat Bji Basah Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) PadaBeberapa Ketinggian, Kemiringan Lereng dan Jenis Tanah diKecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi. Fakultas PertanianUSU, Medan. Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597 Vol.4.No.1 (580) :1857- 1864
Sihite, L., Posma, M., dan Supriadi. 2015. Hubungan Ketinggian Tempat DanKemiringan Lereng Tehadap Produksi Kopi Arabika Sigarar Utang DiKecamatan Lintong Nihuta. Fakultas Pertanian USU, Medan. JurnalOnline Agroekoteaknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.2 : 666-673.
Silaban, S. H., Bintang, S., dan Posma, M. 2016. Evaluasi Kesesuaian Lahanuntuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica), Kentang (Solanumtuberosum L.) Kubis (Brassica oleraceae L.) Dan Jeruk (Citrus Sp.) DiKecamatan Harian Kabupaten Samosir. Fakultas Pertanian USU,Medan. Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597 Vol.4. No.3(602) :2055 – 2068
Universitas Sumatera Utara
Simanjuntak, C., Posma, M., dan Mariani, S. 2015. Evaluasi Kesesuaian Lahandengan Metode Limit untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)dan Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) di Kecamatan SilimaPungga-pungga Kabupaten Dairi. Fakultas Pertanian USU, Medan.Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.2 :433 – 445
Sinaga, M. I. H., Hardy, G., dan Alida, L. Hubungan Ketinggian Tempat dan C-organik Tanah Dengan Infeksi FAM Pada Perakaran Tanaman Kopi(Coffea Sp) di Kabupaten Dairi. Fakultas Pertanian USU, Medan.Jurnal Online Agroekoteknologi. E-ISSN No. 2337- 6597 Vol.3. No.4(543) :1575- 1584
Sipahutar, A.H., Marbun, P., & Fauzi. (2014). Kajian C-organik, N dan Phumitropepts pada ketinggian tempat yang berbeda di KecamatanLintong Nihuta. Fakultas Pertanian USU, Medan. Jurnal OnlineAgroekoteknologi, 2(4), 1332–1338.
Suganda, H. Rachman, A. Sutono. 2006. Petunjuk pengambilan contoh tanahdalam sifat fisika tanah dan metode analisisnya. Balai BesarSumberdaya lahan pertanian. Bogor.
Supriadi, H., Enny, R., dan Juniaty, T. 2016. Korelasi Antara Ketinggian Tempat,Sifat Kimia Tanah, Dan Mutu Fisik Biji Kopi Arabika Di DataranTinggi Garut. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar.J-TIDP 3(1),45–52. http://balittri.litbang.pertanian.go.id/korelasi-antara-ketinggian-tempat-sifat-kimia-tanah-dan-mutu-fisik-biji-kopi-arabika-di-dataran-tinggi-garut. Diakses pada 29 Januari 2018.
Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Rineka Cipta
Wilson, Supriadi, Hardy, G. 2015. Evaluasi Sifat Kimia Tanah pada Lahan Kopidi Kabupaten Mandailing Natal. Fakultas Pertanian USU, Medan.Jurnal Online Agroekoteknologi 2337- 6597 Vol.3, No.2 : 642- 648
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah; Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. EdisiPertama. Penerbit Gava Media. Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
35
Lampiran 1. Peta Administrasi Kecamatan Bonatua Lunasi
LA
MP
IRA
N
Universitas Sumatera Utara
36
Lampiran 2. Peta Ketinggian Tempat di Kecamatan Bonatua Lunasi 36
Universitas Sumatera Utara
37
Lampiran 3. Peta Kemiringan Lereng di Kecamatan Bonatua Lunasi
37
Universitas Sumatera Utara
38
Lampiran 4. Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan Bonatua Lunasi
38
Universitas Sumatera Utara
39
Lampiran 5. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Sesuai Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan Bonatua Lunasi 39
Universitas Sumatera Utara
40
Lampiran 6. Regresi Linear Ketinggian Tempat dengan Berat 100 Butir BijiMerah
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .372a .139 .110 .66715 .111
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: Ketinggian Tempat
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 2.147 1 2.147 4.825 .036a
Residual 13.353 30 .445
Total 15.500 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: Ketinggian Tempat
Coefficients
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) -2.672 1.960 -1.363 .183
Berat 100 Butir BijiMerah
.026 .012 .372 2.197 .036
a. Dependent Variable: Ketinggian Tempat
Universitas Sumatera Utara
41
Lampiran 7. Regresi Linear Ketinggian Tempat dengan Berat 100 Butir BijiKering
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .371a .138 .109 .66753 .112
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: Ketinggian Tempat
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.132 1 2.132 4.785 .037a
Residual 13.368 30 .446
Total 15.500 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: Ketinggian Tempat
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) -2.639 1.953 -1.351 .187
Berat 100 Butir BijiKering
.067 .031 .371 2.187 .037
a. Dependent Variable: Ketinggian Tempat
Universitas Sumatera Utara
42
Lampiran 8. Regresi Linear Kemiringan Lereng dengan Berat 100 Butir BijiMerah
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .792a .627 .615 .70491 .448
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: Kemiringan Lereng
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression 25.093 1 25.093 50.500 .000a
Residual 14.907 30 .497
Total 40.000 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: Kemiringan Lereng
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 17.190 2.071 8.301 .000
Berat 100 Butir BijiMerah
-.090 .013 -.792 -7.106 .000
a. Dependent Variable: Kemiringan Lereng
Universitas Sumatera Utara
43
Lampiran 9. Regresi Linear Kemiringan Lereng dengan Berat 100 Butir BijiKering
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .792a .627 .615 .70500 .455
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: Kemiringan Lereng
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression 25.089 1 25.089 50.478 .000a
Residual 14.911 30 .497
Total 40.000 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: Kemiringan Lereng
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 17.128 2.063 8.304 .000
Berat 100 Butir BijiKering
-.230 .032 -.792 -7.105 .000
a. Dependent Variable: Kemiringan Lereng
Universitas Sumatera Utara
44
Lampiran 10. Regresi Linear pH dengan Berat 100 Butir Biji MerahModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .288a .083 .052 .16741 .160
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: pH
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression .076 1 .076 2.712 .110a
Residual .841 30 .028
Total .917 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: pH
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 3.055 .492 6.212 .000
Berat 100 Butir BijiMerah
.005 .003 .288 1.647 .110
a. Dependent Variable: pH
Universitas Sumatera Utara
45
Lampiran 11. Regresi Linear pH dengan Berat 100 Butir Biji KeringModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .285a .081 .050 .16758 .162
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: pH
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression .074 1 .074 2.644 .114a
Residual .843 30 .028
Total .917 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: pH
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 3.068 .490 6.257 .000
Berat 100 Butir BijiKering
.012 .008 .285 1.626 .114
a. Dependent Variable: pH
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 12. Regresi Linear C-Organik dengan Berat 100 Butir Biji MerahModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .395a .156 .128 .43841 .294
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: C-Organik
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1.065 1 1.065 5.542 .025a
Residual 5.766 30 .192
Total 6.831 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: C-Organik
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 4.050 1.288 3.145 .004
Berat 100 Butir BijiMerah
-.019 .008 -.395 -2.354 .025
a. Dependent Variable: C-Organik
Universitas Sumatera Utara
47
Lampiran 13. Regresi Linear C-Organik dengan Berat 100 Butir Biji KeringModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
1 .397a .158 .129 .43798 .297
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: C-Organik
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.076 1 1.076 5.610 .024a
Residual 5.755 30 .192
Total 6.831 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: C-Organik
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 4.053 1.281 3.163 .004
Berat 100 Butir BijiKering
-.048 .020 -.397 -2.369 .024
a. Dependent Variable: C-Organik
Universitas Sumatera Utara
48
Lampiran 14. Regresi Linear K dengan Berat 100 Butir Biji MerahModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .515a .265 .240 .41576 .385
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: K
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.869 1 1.869 10.810 .003a
Residual 5.186 30 .173
Total 7.054 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: K
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 4.495 1.221 3.680 .001
Berat 100 Butir BijiMerah
-.025 .007 -.515 -3.288 .003
a. Dependent Variable: K
Universitas Sumatera Utara
49
Lampiran 15. Regresi Linear K dengan Berat 100 Butir Biji KeringModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .510a .260 .236 .41701 .387
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: K
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.837 1 1.837 10.566 .003a
Residual 5.217 30 .174
Total 7.054 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: K
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 4.445 1.220 3.643 .001
Berat 100 Butir BijiKering
-.062 .019 -.510 -3.250 .003
a. Dependent Variable: K
Universitas Sumatera Utara
50
Lapiran 16. Regresi Linear Ca dengan Berat 100 Butir Biji MerahModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .012a .000144 -.033 .72976 .150
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: Ca
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression .002 1 .002 .004 .948a
Residual 15.976 30 .533
Total 15.979 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: Ca
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) .588 2.144 .274 .786
Berat 100 Butir BijiMerah
.001 .013 .012 .066 .948
a. Dependent Variable: Ca
Universitas Sumatera Utara
51
Lapiran 17. Regresi Linear Ca dengan Berat 100 Butir Biji KeringModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .011a .000121 -.033 .72977 .150
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: Ca
ANOVAb
ModelSum ofSquares
df Mean Square F Sig.
1
Regression .002 1 .002 .003 .953a
Residual 15.977 30 .533
Total 15.979 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: Ca
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) .603 2.135 .282 .780
Berat 100 Butir BijiKering
.002 .033 .011 .059 .953
a. Dependent Variable: Ca
Universitas Sumatera Utara
52
Lampiran 18. Regresi Linear Mg dengan Berat 100 Butir Biji MerahModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .253a .064 .033 .21122 .298
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: Mg
ANOVAb
ModelSum ofSquares
df Mean Square F Sig.
1
Regression .091 1 .091 2.050 .163a
Residual 1.338 30 .045
Total 1.430 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: Mg
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 1.436 .621 2.314 .028
Berat 100 Butir BijiMerah
-.005 .004 -.253 -1.432 .163
a. Dependent Variable: Mg
Universitas Sumatera Utara
53
Lampiran 19. Regresi Linear Mg dengan Berat 100 Butir Biji KeringModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .252a .064 .032 .21126 .300
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: Mg
ANOVAb
ModelSum ofSquares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .091 1 .091 2.041 .163a
Residual 1.339 30 .045
Total 1.430 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: Mg
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 1.430 .618 2.314 .028
Berat 100 Butir BijiKering
-.014 .010 -.252 -1.429 .163
a. Dependent Variable: Mg
Universitas Sumatera Utara
54
Lampiran 20. Regresi Linear Na dengan Berat 100 Butir Biji MerahModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .415a .172 .145 .01754 .536
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: Na
ANOVAb
ModelSum ofSquares
df Mean Square F Sig.
1
Regression .002 1 .002 6.246 .018a
Residual .009 30 .000
Total .011 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: Na
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) .335 .052 6.497 .000
Berat 100 Butir BijiMerah
.0001 .0001 -.415 -2.499 .018
a. Dependent Variable: Na
Universitas Sumatera Utara
55
Lampiran 21. Regresi Linear Na dengan Berat 100 Butir Biji KeringModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .412a .170 .142 .01757 .539
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: Na
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression .002 1 .002 6.133 .019a
Residual .009 30 .000
Total .011 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: Na
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) .333 .051 6.485 .000
Berat 100 Butir BijiKering
-.002 .001 -.412 -2.476 .019
a. Dependent Variable: Na
Universitas Sumatera Utara
56
Lampiran 22. Regresi Linear P-Tersedia dengan Berat 100 Butir Biji MerahModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .114a .013 -.020 54.69754 .313
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: P-Tersedia
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1189.221 1 1189.221 .397 .533a
Residual 89754.631 30 2991.821
Total 90943.852 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: P-Tersedia
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) -28.796 160.695 -.179 .859
Berat 100 Butir BijiMerah
.621 .984 .114 .630 .533
a. Dependent Variable: P-Tersedia
Universitas Sumatera Utara
57
Lampiran 23. Regresi Linear P-Tersedia dengan Berat 100 Butir Biji KeringModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .117a .014 -.019 54.68155 .312
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: P-Tersedia
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1241.684 1 1241.684 .415 .524a
Residual 89702.168 30 2990.072
Total 90943.852 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: P-Tersedia
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) -30.575 159.986 -.191 .850
Berat 100 Butir BijiKering
1.616 2.507 .117 .644 .524
a. Dependent Variable: P-Tersedia
Universitas Sumatera Utara
58
Lapiran 24. Regresi Linear KTK dengan Berat 100 Butir Biji MerahModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .224a .050 .019 4.82101 .223
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: KTK
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression 36.935 1 36.935 1.589 .217a
Residual 697.265 30 23.242
Total 734.200 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: KTK
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 32.450 14.164 2.291 .029
Berat 100 Butir BijiMerah
-.109 .087 -.224 -1.261 .217
a. Dependent Variable: KTK
Universitas Sumatera Utara
59
Lampiran 25. Regresi Linear KTK dengan Berat 100 Butir Biji KeringModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .226a .051 .019 4.81919 .225
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: KTK
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression 37.463 1 37.463 1.613 .214a
Residual 696.737 30 23.225
Total 734.200 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: KTK
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 32.503 14.100 2.305 .028
Berat 100 Butir BijiKering
-.281 .221 -.226 -1.270 .214
a. Dependent Variable: KTK
Universitas Sumatera Utara
60
Lampiran 26. Regersi Linear Kejenuhan Basa dengan Berat 100 Butir Biji MerahModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .294a .087 .056 .06490 .507
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: Kejenuhan Basa
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression .012 1 .012 2.843 .102a
Residual .126 30 .004
Total .138 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Merah
b. Dependent Variable: Kejenuhan Basa
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) .457 .191 2.398 .023
Berat 100 Butir BijiMerah
-.002 .001 -.294 -1.686 .102
a. Dependent Variable: Kejenuhan Basa
Universitas Sumatera Utara
61
Lampiran 27. Regresi Linear Kejenuhan Basa dengan Berat 100 Butir Biji KeringModel Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .291a .085 .054 .06497 .507
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: Kejenuhan Basa
ANOVAb
ModelSum ofSquares
df Mean Square F Sig.
1
Regression .012 1 .012 2.777 .106a
Residual .127 30 .004
Total .138 31
a. Predictors: (Constant), Berat 100 Butir Biji Kering
b. Dependent Variable: Kejenuhan Basa
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) .452 .190 2.380 .024
Berat 100 Butir BijiKering
-.005 .003 -.291 -1.666 .106
a. Dependent Variable: Kejenuhan Basa
Universitas Sumatera Utara
62
Lampiran 28. Nilai Statistik Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng, Sifat KimiaTanah dan Produksi Kopi Arabika Kecamatan Bonatua Lunasi.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Ketinggian Tempat 1.6250 .70711 32
Kemiringan Lereng 2.5000 1.13592 32
pH 3.8638 .17197 32
C-Organik 1.0238 .46942 32
K .4863 .47703 32Ca .7287 .71794 32
Mg .5488 .21477 32
Na .2063 .01897 32
P-Tersedia 72.3338 54.16339 32
KTK 14.6275 4.86661 32
Kejenuhan Basa .1362 .06680 32
Berat 100 Butir Biji Merah 1.6293E2 9.97898 32
Berat 100 Butir Biji Kering 63.6981 3.91740 32
Universitas Sumatera Utara
63
Lampiran 29. Data Produksi Kopi Arabika Kecamatan Bonatua Lunasi.No
SPLKoordinat
No SampelTanaman
Berat 100 BijiMerah (g)
Berat 100 BijiMerah Rata-rata (g)
Berat 100 Bijikering (g)
Berat 100 Bijikering rata-rata (g)
SPLI
N02'30.122'E099'07.812'
1 169,32
173,5
66,05
68,36
N02'30.255'E099'07.798'
2 177,26 69,34
N02'31.706'E099'07.551'
3 178,75 70,09
N02'31.610'E099'07.523'
4 168,67 65,97
SPLII
N02'30.246'E099'07.322'
5 161,22
158,72
62,99
62,43
N02'30.362'E099'07.231'
6 155,87 60,84
N02'31.594'E099'06.932'
7 159,36 62,33
N02'31.704'E099'06.894'
8 158,43 61,88
SPLIII
N02'30.694'E099'06.417'
9 148,23
151,54
58,14
60,21
N02'30.826'E099'06.343'
10 150,07 58,60
N02'30.571'E099'08.122'
11 154,88 60,48
N02'30.632'E099'08.255'
12 152,98 59,74
SPLIV
N02'31.062'E099'08.049'
13 152,04
151,41
59,37
52,88
N02'31.070'E099'08.191'
14 148,69 58,32
N02'30.571'E099'08.122'
15 151,74 59,27
N02'31.964'E099'07.702'
16 153,17 59,90
SPLV
N02'32.019'E099'05.987'
17 179,11
174,46
69,91
68,64
N02'32.116'E099'06.054'
18 177,26 69,26
N02'32.196'E099'04.887'
19 170,57 66,71
N02'32.122'E099'04.775'
20 170,9 67,01
SPLVI
N02'31.292'E099'05.993'
21 172,58
172,61
67,51
67,19
N02'31.388'E099'05.672'
22 169,88 66,27
N02'32.563'E099'05.162'
23 173,46 68,03
N02'32.686'E099'05.209'
24 174,52 68,15
SPLVII
N02'31.405'E099'05.128'
25 155,26
154,52
60,63
60,07
N02'31.324'E099'05.222'
26 151,23 59,06
N02'30.936'E099'08.701'
27 152,17 59,42
N02'31.026'E099'08.778'
28 159,42 62,29
SPLVIII
N02'31.210'E099'09.403'
29 165,78
166,72
64,70
62,72
N02'31.243'E099'09.496'
30 162,89 63,71
N02'32.299'E099'07.364'
31 169,75 66,30
N02'32.426'E099'07.379'
32 168,46 66,07
Universitas Sumatera Utara
64
Lampiran 30. Data Kondisi Lahan Kopi Arabika Kecamatan Bonatua Lunasi.
NoSPL Nama Petani
JarakTanam (m)
LuasLahan(m2)
PopulasiTanaman Kopi
Umur Tanaman(Tahun)
Riwayat PenggunaanPupuk Kimia
SPL I
Ibu br. Hutauruk1,5x1,5 301,76 134 10 Organik
Pak AgnesSimangunsong 1,5x1,5 1005,85 447 10 Organik
SPLII
E. Aritonang1,5x1,5 301,76 134 10 Organik
RomantiButar-Butar 1,5x1,5 704,1 313 10 Organik
SPLIII
BerlianaButar-Butar 1,5x1,5 301,76 134 7 Organik
AgamSitumorang 1,5x1,5 301,76 134 7 Organik
SPLIV
Ibu br. Sitorus1,5x1,5 301,76 134 8 Organik
Ibu br. Sitorus1,5x1,5 402,34 179 8 Organik
SPLV
Bp. Sirait1,5x1,5 301,76 134 7 Organik
Ibu br. Siahaan1,5x1,5 301,76 134 7 Organik
SPLVI
Ibu br. Siagian1,5x1,5 301,76 134 10 Organik
Bp. Tambun1,5x1,5 301,76 134 10 Organik
SPLVII
Ibu br. Manurung1,5x1,5 301,76 134 7 Organik
Ibu br. Manurung1,5x1,5 301,76 134 7 Organik
SPLVIII
Bp. Siahaan1,5x1,5 301,76 134 7 Organik
Ibu br. Manurung1,5x1,5 402,34 179 7 Organik
Universitas Sumatera Utara
65
Lampiran 31. Data Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah Kecamatan Bonatua Lunasi, Kabupaten Toba Samosir
65
Universitas Sumatera Utara
662
266
Universitas Sumatera Utara
6767
Universitas Sumatera Utara
6868
Universitas Sumatera Utara
69
Lampiran 32. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah
(Sumber: Balai Penelitian Tanah, 2009)
Universitas Sumatera Utara
70
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 1. Salah Satu Lahan Kopi Arabika Kecamatan Bonatua Lunasi
Gambar 2. Pengambilan Titik Koordinat Pengambilan sampel menggunakan GPS
Universitas Sumatera Utara
71
Gambar 3. Pengambilan Sampel Biji Kopi
Universitas Sumatera Utara
72
Gambar 4. Pengambilan Sampel Tanah
Gambar 5. Pencampuran/Pengkompositan Sampel Tanah
Gambar 6. Penimbangan Berat Biji Merah Kopi
Universitas Sumatera Utara
73
Gambar 7. Proses Penggilingan Biji Merah
Gambar 8. Pengeringan Biji yang sudah dibersihkan dari Kulit Merah
Universitas Sumatera Utara
74
Gambar 9. Penimbangan Biji Kering Kopi
Gambar 10. Foto Bersama Salah Satu Petani Kopi di Kecamatan Bonatua Lunasi
Universitas Sumatera Utara