v. hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · kemiringan lereng sangat mempengaruhi tingkat...
TRANSCRIPT
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Jenis Tanah
Lokasi Permanent Sample Plot memiliki jenis tanah Tropudult. Tanah
jenis ini termasuk kedalam ordo tanah Ultisol, yaitu tanah–tanah yang mempunyai
tingkat perkembangan cukup lanjut. Tanah Ultisol dicirikan oleh adanya
akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap
air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah
satu kendala fisik pada tanah Ultisol dan sangat merugikan karena dapat
mengurangi kesuburan tanah. Hal ini karena kesuburan tanah Ultisol sering kali
hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas. Bila lapisan ini
tererosi maka tanah menjadi miskin bahan organik dan hara.
Selain itu, tanah Ultisol juga dicirikan oleh reaksi tanah yang masam dan
kejenuhan basa rendah. Menurut Soil Taxonomy, tanah jenis ini mempunyai nilai
kejenuhan basa <35%. Reaksi tanah yang masam berarti nilai pH tanah rendah.
Hal ini menyebabkan ketersediaan hara pada umumnya menurun, perombakan
bahan organik terhambat sehingga proses humufikasi kurang lancar, kegiatan
biologi menurun, dan kemungkinan keracunan Al, Fe, dan Mn meningkat. Data
pada lokasi Permanent Sample Plot yang dipakai dalam penelitian ini
menunjukkan nilai pH 4.5 sehingga tanahnya bersifat masam. Nilai N-total, P2O5,
K2O, C-Org dan kejenuhan basa juga menunjukkan nilai yang rendah dimana nilai
masing-masing di setiap SPT disajikan pada Tabel 3. Nilai kandungan unsur-
unsur hara tersebut ditetapkan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan IPB Bogor.
Tabel 3. Kadar hara tanah pada masing-masing SPT
SPT Kjeldhal Bray I
N NH4OAc pH 7.0
Walkley & Black KB (%)
N-total (%) P (ppm) K (me/100g) C-Org (%) LaK1D3 0.20 5.87 0.08 2.27 10.81 LaK1D4 0.20 6.59 0.09 2.22 15.05 LaK1D5 0.17 7.10 0.08 1.66 8.26 LaK2D3 0.17 7.20 0.10 2.01 12.69 LaK2D4 0.28 7.80 0.07 2.79 13.96 LaK4D3 0.15 5.74 0.10 1.59 12.35 LaK4D4 0.11 4.87 0.08 1.37 7.62 LaK5D3 0.17 4.66 0.15 1.79 11.53 LaK5D4 0.13 8.63 0.30 1.41 16.48 LdK1D3 0.24 4.75 0.15 3.24 10.40 LdK1D4 0.21 4.85 0.15 2.29 9.86 LdK2D4 0.13 3.30 0.05 1.43 13.73 LfK1D3 0.23 6.03 0.12 2.70 9.91 LfK1D5 0.12 7.00 0.10 1.29 11.15 LfK5D3 0.22 3.00 0.10 2.39 7.39
5.2. Penggunaan Lahan
Menurut Malinau Research Forest Map, plot penelitian CIFOR
merupakan hutan campuran bekas HPH P.T. Inhutani II. Plot penelitian CIFOR
ditumbuhi vegetasi dari berbagai family tanaman, antara lain: Anacardiaceae,
Apocynaceae, Araucariaceae, Arecaceae, Bombacaceae, Dipterocarpaceae,
Euphorbiaceae, Fagaceae, Meliaceae, Polygalaceae, dan lain-lain. Dalam hal
status hutannya, seluruh areal penelitian tergolong dalam status Hutan Produksi
(Kuswata Kartawinata et al., 2006).
5.3. Kedalaman Solum Tanah
Kedalaman solum tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
damar (Agathis Loranthifolia). Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada
solum yang dalam. Lokasi Permanent Sample Plot memiliki kedalaman solum
tanah bervariasi, yaitu kurang dari 50 cm sampai lebih dari 150 cm. Kedalaman
solum pada lokasi ini disebabkan adanya lapisan padas yang cukup bervariasi
kedalamannya. Kedalaman solum yang memiliki luasan terbesar yaitu kedalaman
solum >150 cm (51.17%), sedangkan kedalaman solum 50-<75 cm memiliki
luasan paling kecil (7.49%). Gambar 1 menunjukkan sebaran kedalaman solum
tanah pada lokasi penelitian dan luasnya tersaji pada Tabel 4.
Gambar 1. Peta Kedalaman Solum Tanah di Lokasi Permanent Sample Plot
Tabel 4. Luas wilayah berdasarkan kedalaman solum tanah
No Kedalaman solum Luas
Ha % 1 <50 cm 105.021 32.15 2 50-<75 cm 24.456 7.49 3 100-<150 cm 30.068 9.20 4 >150 cm 167.162 51.17
Total 326.707 100.00
5.4. Kelas Lereng
Peta kelas lereng di lokasi Permanent Sample Plot dibuat dengan cara
deliniasi data kemiringan lereng yang diperoleh dari CIFOR. Pengubahan nilai
derajat (o) menjadi persen (%) dilakukan dengan perbandingan matematika,
dimana nilai sudut 45o = 100%. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut:
Dimana: a : sudut lereng yang telah diketahui x : nilai lereng yang ingin dicari
Lokasi Permanent Sample Plot memiliki lereng datar hingga sangat curam
dengan kemiringan lerengnya 2% hingga 88%. Sebaran kelas lereng di lokasi
penelitian didominasi datar (<3%) dan sebagian kecil berlereng agak curam (15%-
30%) hingga sangat curam (45%-100%). Dengan kondisi lereng yang seperti ini,
terdapat lokasi yang tidak bisa ditanami oleh tanaman damar (Agathis
Loranthilolia) yaitu pada lereng yang memiliki kemiringan diatas 30%. Dari hasil
deliniasi data kemiringan lereng, diperoleh peta kelas lereng seperti disajikan
Gambar 2 dibawah ini dan luasnya tersaji pada Tabel 5.
Gambar 2. Peta Kelas Lereng di Lokasi Permanent Sample Plot
Tabel 5. Luas wilayah berdasarkan kelas lereng
No Kelas Lereng Luas
Ha % 1 Agak curam (15 – 30%) 7.468 2.29 2 Datar (<3%) 307.634 94.16 3 Sangat curam (45 – 100%) 11.605 3.55
Total 326.707 100.00
Kemiringan lereng sangat mempengaruhi tingkat drainase tanah dan erosi
tanah. Pada lereng dengan kemiringan lereng yang semakin curam, drainase tanah
semakin buruk dan tingkat bahaya erosinya semakin tinggi. Sebaran kelas
drainase di lokasi Permanent Sample Plot disajikan pada Gambar 3 dan luas
sebarannya disajikan pada Tabel 6.
Gambar 3. Peta Kelas Drainase di Lokasi Permanent Sample Plot
Tabel 6. Luas wilayah berdasarkan drainase tanah
No Drainase Luas
Ha % 1 Agak cepat 2.654 0.81 2 Baik 101.911 31.19 3 Sedang 222.142 67.99
Total 326.707 100.00 Dari hasil deliniasi data drainase yang ada, lokasi PSP memiliki drainase
baik seluas 101.911 hektar, drainase sedang seluas 222.142 hektar dan drainase
agak cepat seluas 2.654 hektar. Lokasi PSP didominasi oleh drainase sedang yaitu
67.99% dari luas lahan keseluruhan. Dilihat dari tingkat drainase, lokasi
Permanent Sample Plot cukup sesuai untuk ditanami tanaman damar (Agathis
Loranthifolia). Karena penelitian analisis kesesuaian lahan yang dilakukan dalam
tingkat tinjau, maka untuk tingkat bahaya erosi digunakan kriteria kemiringan
kelas lereng.
5.5. Satuan Lahan Homogen
Peta Satuan Lahan Homogen dihasilkan dari overlay beberapa peta, yaitu:
peta penggunaan lahan, peta jenis tanah, peta kedalaman solum tanah, peta
drainase tanah, dan peta lereng. Peta jenis tanah diperoleh dari hasil digitasi peta
Landsistem lembar Malinau 1819 skala 1:250.000, sedangkan peta kedalaman
solum tanah, peta drainase tanah, dan peta lereng diperoleh dari hasil deliniasi
data tanah yang ada. Dari hasil deliniasi dan overlay diperoleh beberapa satuan
penggunaan lahan, yatu:
1 LaK1D3 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng datar (0%-3%), solum
>150cm, dan drainase sedang.
2 LaK1D4 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng datar (0%-3%), solum
>150cm, dan drainase baik.
3 LaK1D5 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng datar (0%- %), solum
>150cm,dan drainase agak cepat.
4 LaK2D3 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng datar (0%-3%), solum 100 -
<150cm, dan drainase sedang.
5 LaK2D4 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng datar (0%-3%), solum 100 -
<150cm, dan drainase baik.
6 LaK4D3 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng datar (0%- %), solum 50 -
<75cm, dan drainase sedang.
7 LaK4D4 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng datar (0%-3%), solum 50 -
<75cm, dan drainase baik.
8 LaK5D3 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng datar (0%-3%), solum
<50cm, dan drainase sedang.
9 LaK5D4 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng datar (0%-3%), solum
<50cm, dan drainase baik.
10 LdK1D3 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng agak curam (15%-30%),
solum >150cm, dan drainase sedang.
11 LdK1D4 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng agak curam (15%-30%),
solum >150cm, dan drainase baik.
12 LdK2D4 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng agak curam (15%-30%),
solum 100 - <150cm, dan drainase baik.
13 LfK1D3 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng sangat curam (45%-100%),
solum >150cm, dan drainase sedang.
14 LfK1D5 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng sangat curam (45%-100%),
solum >150cm, dan drainase agak cepat.
15 LfK5D3 Jenis tanah Tropudult, hutan produksi, lereng sangat curam (45%-100%),
solum <50cm, dan drainase sedang.
Gambar 4. Peta Satuan Penggunaan Tanah Permanent Sample Plot
Tabel 7. Luas wilayah berdasarkan satuan lahan
No Satuan Lahan Luas Ha %
1 LaK1D3 66.288 20.29 2 LaK1D4 82.792 25.34 3 LaK1D5 0.932 0.29 4 LaK2D3 19.853 6.08 5 LaK2D4 9.776 2.99 6 LaK4D3 21.868 6.69 7 LaK4D4 2.588 0.79 8 LaK5D3 98.82 30.25 9 LaK5D4 4.717 1.44 10 LdK1D3 5.43 1.66 11 LdK1D4 1.597 0.49 12 LdK2D4 0.441 0.13 13 LfK1D3 8.398 2.57 14 LfK1D5 1.723 0.53 15 LfK5D3 1.484 0.45
Total 326.707 100.00
Keterangan :
Lereng : Drainase : Kedalaman Solum :
La : Datar D0 : Sangat jelek K1 : >150 cm
Lb : Agak landai D1 : Terhambat K2 : 100 - <150 cm
Lc : Landai D2 : Agak terhambat K3 : 75 - <100 cm
Ld : Agak curam D3 : Sedang K4 : 50 - <75 cm
Le : Curam D4 : Baik K5 : <50 cm
Lf : Sangat curam D5 : Agak cepat
Lg : Terjal D6 : Cepat
Lh ; Sangat terjal
Lokasi Permanent Sample Plot memiliki luas 326.707 Hektar, lokasi yang
memiliki luasan paling luas adalah pada SPT LaK5D3 yaitu seluas 98.82 Ha
(30.25% dari luas total) dan yang memiliki luasan paling kecil pada SPT LdK2D4
seluas 0.441 Ha (0.13% dari luas total).
5.6. Analisis Kelas Kesesuaian Lahan
Penilaian kesesuaian lahan dapat dibuat berdasarkan keadaan lahan
sekarang (actual suitability) atau berdasarkan keadaan lahan setelah diadakan
perbaikan (potential suitability), yang mengubah karakteristik lahan secara
signifikan dan cukup stabil yang hasil pengubahannya dapat bertahan selama lebih
dari 10 tahun. (Brinkman & Smyth, 1973; FAO, 1977). Penilaian kesesuaian
lahan dilakukan dengan membandingkan karakteristik lahan dengan kriteria
kesesuaian lahan untuk tanaman Damar (Agathis loranthifolia). Karakteristik
lahan pada masing – masing SPT tersaji pada Lampiran 1. Dari hasil proses
matching antara karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk
tanaman damar (Agathis loranthifolia), diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual
seperti disajikan pada Gambar 5 dimana pada Tabel 8 menunjukkan luas
sebarannya.
Gambar 5. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Permanent Sample Plot
Tabel 8. Luas wilayah berdasarkan kelas kesesuaian lahan actual
No Kesesuaian lahan aktual Luas
Ha % 1 S3fe 7.468 2.29 2 S3f 179.641 54.99 3 N1r 24.457 7.49 4 N2re 1.484 0.45 5 N2r 103.536 31.69 6 N2e 10.121 3.10
Total 326.707 100.00
Keterangan :
Kelas kesesuaian lahan : Faktor penghambat :
S1 : Sangat sesuai t : Temperatur
S2 : Cukup sesuai w : Ketersediaan air
S3 : Sesuai marginal r : Media perakaran
N1 : Tidak sesuai saat ini f : Retensi hara
N2 : Tidak sesuai selamanya x : Toksisitas
n : Hara tersedia
p : Penyiapan lahan
e : Tingkat bahaya erosi
b : Bahaya banjir
Pada keadaan sekarang (aktual), Lokasi Permanent Sample Plot (PSP)
mempunyai kelas sesuai marginal seluas 187.109 hektar (57.27%), tidak sesuai
saat ini seluas 24.457 hektar (7.49%) dan tidak sesuai selamanya seluas 115.141
hektar (35.24%). Faktor pembatas terberat pada lokasi PSP diantaranya adalah
retensi hara (pH rendah), media perakaran (solum yang dangkal) dan tingkat erosi
(lereng yang curam). Dengan adanya teknologi dan biaya yang cukup, faktor-
faktor pembatas tersebut dapat diperbaiki. Kelas kesesuaian lahan yang diperoleh
setelah diadakan usaha–usaha perbaikan lahan disebut kelas kesesuaian lahan
potensial. Kelas Kesesuaian Lahan dan usaha perbaikan yang dapat dilakukan
untuk masing-masing satuan lahan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial serta jenis perbaikan yang dapat dilakukan pada tingkat pengelolaan sedang
No Satuan Lahan
Kesesuaian Aktual Jenis Perbaikan Kesesuaian
Potensial 1 LaK1D3 S3f - Sistem irigasi/pengairan S2tf - Pengapuran 2 LaK1D4 S3f - Sistem irigasi/pengairan S2tf - Pengapuran 3 LaK1D5 S3f - Sistem irigasi/pengairan S2trf - Pengapuran 4 LaK2D3 S3f - Sistem irigasi/pengairan S2trf - Pengapuran 5 LaK2D4 S3f - Sistem irigasi/pengairan S2trf - Pengapuran 6 LaK4D3 N1r - Sistem irigasi/pengairan N1r - Pengapuran 7 LaK4D4 N1r - Sistem irigasi/pengairan N1r - Pengapuran 8 LaK5D3 N2r - Sistem irigasi/pengairan N2r - Pengapuran 9 LaK5D4 N2r - Sistem irigasi/pengairan N2r - Pengapuran
10 LdK1D3 S3fe - Sistem irigasi/pengairan S2tfe - Pengapuran - usaha pengurangan laju erosi pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah
11 LdK1D4 S3fe - Sistem irigasi/pengairan S2tfe - Pengapuran - usaha pengurangan laju erosi pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah
12 LdK2D4 S3fe - Sistem irigasi/pengairan S2trfe - Pengapuran - usaha pengurangan laju erosi pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah
Lanjutan Tabel 9
No Satuan Lahan
Kesesuaian Aktual Jenis Perbaikan Kesesuaian
Potensial 13 LfK1D3 N2e - Sistem irigasi/pengairan N1e - Pengapuran - usaha pengurangan laju erosi pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah
14 LfK1D5 N2e - Sistem irigasi/pengairan N1e - Pengapuran - usaha pengurangan laju erosi pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah
15 LfK5D3 N2re - Sistem irigasi/pengairan N2r - Pengapuran - usaha pengurangan laju erosi pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah
Keterangan :
Lereng : Drainase : Kedalaman Solum :
La : Datar D0 : Sangat jelek K1 : >150 cm
Lb : Agak landai D1 : Terhambat K2 : 100 - <150 cm
Lc : Landai D2 : Agak terhambat K3 : 75 - <100 cm
Ld : Agak curam D3 : Sedang K4 : 50 - <75 cm
Le : Curam D4 : Baik K5 : <50 cm
Lf : Sangat curam D5 : Agak cepat
Lg : Terjal D6 : Cepat
Lh ; Sangat terjal Kelas kesesuaian lahan : Faktor penghambat :
S1 : Sangat sesuai t : Temperatur
S2 : Cukup sesuai w : Ketersediaan air
S3 : Sesuai marginal r : Media perakaran
N1 : Tidak sesuai saat ini f : Retensi hara
N2 : Tidak sesuai selamanya x : Toksisitas
n : Hara tersedia
p : Penyiapan lahan
e : Tingkat bahaya erosi
b : Bahaya banjir
1. LaK1D3
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah, sehingga masuk dalam sub-kelas S3f. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan pemberian kapur agar pH tanah
meningkat. Usaha pemberian kapur ini hanya mampu meningkatkan kelas
kesesuaian lahan satu tingkat menjadi S2tf. Pada kelas kesesuaian lahan potensial
muncul satu pembatas baru yaitu temperatur dan faktor ini tidak dapat diperbaiki.
2. LaK1D4
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah, sehingga masuk dalam sub-kelas S3f. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan pemberian kapur agar pH tanah
meningkat. Usaha pemberian kapur ini hanya mampu meningkatkan kelas
kesesuaian lahan satu tingkat menjadi S2tf. Pada kelas kesesuaian lahan potensial
muncul satu pembatas baru yaitu temperatur dan faktor ini tidak dapat diperbaiki.
3. LaK1D5
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah, sehingga masuk dalam sub-kelas S3f. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan pemberian kapur agar pH tanah
meningkat. Usaha pemberian kapur ini hanya mampu meningkatkan kelas
kesesuaian lahan satu tingkat menjadi S2trf. Pada kelas kesesuaian lahan potensial
muncul dua pembatas baru. Faktor pembatas ini adalah temperatur dan media
perakaran yaitu drainasenya agak cepat. Kedua faktor ini tidak dapat diperbaiki.
4. LaK2D3
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah, sehingga masuk dalam sub-kelas S3f. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan pemberian kapur agar pH tanah
meningkat. Usaha pemberian kapur ini hanya mampu meningkatkan kelas
kesesuaian lahan satu tingkat menjadi S2trf. Pada kelas kesesuaian lahan potensial
muncul dua pembatas baru. Faktor ini adalah temperatur dan media perakaran
yaitu kedalaman tanah. Faktor temperatur tidak dapat diperbaiki, sedangkan
kedalaman tanah hanya dapat dilakukan pada tingkat pengelolaan yang tinggi
dengan cara membongkar lapisan padas yang hanya dapat dilakukan dengan biaya
yang tinggi.
5. LaK2D4
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah, sehingga masuk dalam sub-kelas S3f. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan pemberian kapur agar pH tanah
meningkat. Usaha pemberian kapur ini hanya mampu meningkatkan kelas
kesesuaian lahan satu tingkat menjadi S2trf. Pada kelas kesesuaian lahan potensial
muncul dua pembatas baru. Faktor pembatas ini adalah temperatur dan media
perakaran yaitu kedalaman tanah. Faktor temperatur tidak dapat diperbaiki,
sedangkan kedalaman tanah hanya dapat dilakukan pada tingkat pengelolaan yang
tinggi dengan cara membongkar lapisan padas yang hanya dapat dilakukan
dengan biaya yang tinggi.
6. LaK4D3
Kondisi aktual termasuk kelas N1 dengan faktor penghambat media
perakaran yaitu kedalaman tanah yang dangkal, sehingga masuk dalam sub-kelas
N1r. Faktor pembatas ini tidak dapat dilakukan perbaikan dengan usaha perbaikan
pada tingkat sedang, sehingga tidak ada peningkatan dalam kelas kesesuaian
lahannya. Untuk memperbaiki faktor kedalaman tanah diperlukan pengkelolaan
pada tingkat tinggi yang membutuhkan biaya yang besar.
7. LaK4D4
Kondisi aktual termasuk kelas N1 dengan faktor penghambat media
perakaran yaitu kedalaman tanah yang dangkal, sehingga masuk dalam sub-kelas
N1r. Faktor pembatas ini tidak dapat dilakukan perbaikan sehingga tidak terjadi
kenaikan kelas kesesuaian lahan.
8. LaK5D3
Kondisi aktual termasuk kelas N2 dengan faktor penghambat media
perakaran yaitu kedalaman tanah yang dangkal, sehingga masuk dalam sub-kelas
N2r. Faktor pembatas ini tidak dapat dilakukan perbaikan sehingga tidak terjadi
kenaikan kelas kesesuaian lahan.
9. LaK5D4
Kondisi aktual termasuk kelas N2 dengan faktor penghambat media
perakaran yaitu kedalaman tanah yang dangkal, sehingga masuk dalam sub-kelas
N2r. Faktor pembatas ini tidak dapat dilakukan perbaikan sehingga tidak terjadi
kenaikan kelas kesesuaian lahan.
10. LdK1D3
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah dan Tingkat bahaya erosinya sedang, sehingga masuk dalam
sub-kelas S3fe. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan
pemberian kapur agar pH tanah meningkat dan untuk pengurangan tingkat erosi
dapat diperbaiki dengan cara usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras,
penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah. Dengan usaha perbaikan
tersebut, kelas kesesuaian lahan meningkat satu tingkat menjadi S2tfe. Pada kelas
kesesuaian lahan potensial muncul satu pembatas baru yaitu temperatur dan faktor
ini tidak dapat diperbaiki.
11. LdK1D4
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah dan Tingkat bahaya erosinya sedang, sehingga masuk dalam
sub-kelas S3fe. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan
pemberian kapur agar pH tanah meningkat dan untuk pengurangan tingkat erosi
dapat diperbaiki dengan cara usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras,
penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah. Dengan usaha perbaikan
tersebut, kelas kesesuaian lahan meningkat satu tingkat menjadi S2tfe. Pada kelas
kesesuaian lahan potensial muncul satu pembatas baru yaitu temperatur dan faktor
ini tidak dapat diperbaiki.
12. LdK2D4
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah dan Tingkat bahaya erosinya sedang, sehingga masuk dalam
sub-kelas S3fe. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan
pemberian kapur agar pH tanah meningkat dan untuk pengurangan tingkat erosi
dapat diperbaiki dengan cara usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras,
penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah. Dengan usaha perbaikan
tersebut, kelas kesesuaian lahan meningkat satu tingkat menjadi S2trfe. Pada kelas
kesesuaian lahan potensial muncul dua pembatas baru. Fator pembatas ini adalah
temperatur dan media perakaran yaitu kedalaman tanah. Kedua faktor pembatas
ini tidak dapat diperbaiki.
13. LfK1D3
Kondisi aktual termasuk kelas N2 dengan faktor penghambat tingkat
bahaya erosi sangat berat, sehingga masuk dalam sub-kelas N2e. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan cara usaha pengurangan laju erosi,
pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah.
Dengan usaha perbaikan tersebut, kelas kesesuaian lahan meningkat satu tingkat
menjadi N1e.
14. LfK1D5
Kondisi aktual termasuk kelas N2 dengan faktor penghambat tingkat
bahaya erosi sangat berat, sehingga masuk dalam sub-kelas N2e. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan cara usaha pengurangan laju erosi,
pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah.
Dengan usaha perbaikan tersebut, kelas kesesuaian lahan meningkat satu tingkat
menjadi N1e.
15. LfK5D3
Kondisi aktual termasuk kelas N2 dengan faktor penghambat tingkat
bahaya erosi sangat berat dan media perakaran yaitu kedalaman tanah yang
dangkal, sehingga masuk dalam sub-kelas N2re. Usaha perbaikan yang dapat
dilakukan di SPT ini adalah dengan cara usaha pengurangan laju erosi, pembuatan
teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah. Untuk faktor
kedalaman tanah hanya bisa dilakukan pada tingkat pengelolaan yang tinggi dan
membutuhkan biaya yang besar. Dengan usaha perbaikan tersebut, pada lokasi ini
hanya mengurangi faktor pembatas kelas kesesuaian lahan menjadi N2r.
Dengan usaha perbaikan pada tingkat pengelolaan sedang, diperoleh 7
sub-kelas kesesuaian lahan potensial. Sebaran sub-kelas kesesuaian lahan
potensial pada Permanen Sample Plot tersaji pada Gambar 6 dan luas masing-
masing dapat dilihat pada Tabel 10.
Gambar 6. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Permanent Sample Plot
Tabel 10. Luas wilayah berdasarkan kelas kesesuaian lahan potensial
No Kesesuaian lahan potensial Luas Ha %
1 S2trfe 0.441 0.13 2 S2trf 30.560 9.35 3 S2tfe 7.028 2.15 4 S2tf 149.081 45.63 5 N1r 24.456 7.49 6 N1e 10.121 3.10 7 N2r 105.020 32.15
Total 326.707 100.00 Keterangan :
Kelas kesesuaian lahan : Faktor penghambat :
S1 : Sangat sesuai t : Temperatur
S2 : Cukup sesuai w : Ketersediaan air
S3 : Sesuai marginal r : Media perakaran
N1 : Tidak sesuai saat ini f : Retensi hara
N2 : Tidak sesuai selamanya x : Toksisitas
n : Hara tersedia
p : Penyiapan lahan
e : Tingkat bahaya erosi
b : Bahaya banjir
Dari peta kelas kesesuaian lahan potensial di lokasi PSP terlihat bahwa
terjadi perubahan kelas kesesuaian lahan yaitu kelas S3 berubah menjadi kelas S2.
Untuk kelas N2, terjadi pengurangan luas menjadi 105.020 hektar (32.15%) dan
terjadi penambahan luas pada kelas N1 menjadi 34.578 hektar (10.59%). Dari
luasan kelas ini dapat dilihat bahwa sebagian kelas N2 berubah menjadi kelas N1.
Selain terdapat perubahan kelas kesesuaian lahan juga muncul faktor pembatas
baru yaitu temperatur, dimana faktor pembatas ini tidak dapat diperbaiki oleh
manusia.