konten 1 dan 2

4
Bioinsektisida merupakan bahan yang mengandung senyawa toksik yang berfungsi untuk membunuh atau menghambat perkembangan spesies insekta yang dapat dihasilkan oleh tumbuhan maupun yang menggunakan organisme hidup seperti virus, bakteri, dan jamur. Bioinsektisida digunakan untuk menggantikan penggunaan insektisida kimia yang telah banyak menimbulkan kerugian bagi lingkungan. Selain itu, pemakaian insektisida kimia dengan dosis dan frekuensi yang tinggi dapat menjadikan serangga target menjadi resisten terhadap insektisida kimia tersebut. Sifat insektisida ini aman terhadap organisme non-target, manusia dan lingkungan. Sampai saat ini telah banyak penelitian untuk memperoleh bioinsektisida yang ampuh dan ramah lingkungan, salah satunya bioinsektisida mikrobial yang diperoleh dari Bacillus thuringiensis yang bersifat aman karena memiliki derajat spesifisitas yang tinggi dan relatif kecil terjadinya resistensi (kekebalan) pada serangga hama. Berbagai isolat Bacillus thuringiensis dengan berbagai jenis kristal protein yang dikandungnya telah teridentifikasi setelah diketahui besarnya potensi dari protein kristal Bacillus thuringiensis sebagai agen pengendali serangga. Sampai saat ini telah diidentifikasi kristal protein yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo serangga yang menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari kristal protein tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai target yang spesifik sehingga tidak mematikan serangga bukan sasaran dan mudah terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan. Perbedaan bionsektisida dengan herbisida dan fungisida adalah herbisida merupakan pestisida untuk mencegah dan membunuh gulma dan tumbuhan pengganggu,

Upload: lathifah-nurul

Post on 27-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bioinsektisida

TRANSCRIPT

Bioinsektisida merupakan bahan yang mengandung senyawa toksik yang berfungsi untuk membunuh atau menghambat perkembangan spesies insekta yang dapat dihasilkan oleh tumbuhan maupun yang menggunakan organisme hidup seperti virus, bakteri, dan jamur. Bioinsektisida digunakan untuk menggantikan penggunaan insektisida kimia yang telah banyak menimbulkan kerugian bagi lingkungan. Selain itu, pemakaian insektisida kimia dengan dosis dan frekuensi yang tinggi dapat menjadikan serangga target menjadi resisten terhadap insektisida kimia tersebut. Sifat insektisida ini aman terhadap organisme non-target, manusia dan lingkungan. Sampai saat ini telahbanyak penelitian untuk memperoleh bioinsektisida yang ampuh dan ramah lingkungan, salah satunya bioinsektisida mikrobial yang diperoleh dari Bacillus thuringiensis yang bersifat aman karena memiliki derajat spesifisitas yang tinggi dan relatif kecil terjadinya resistensi (kekebalan) pada serangga hama.Berbagai isolat Bacillus thuringiensis dengan berbagai jenis kristal protein yang dikandungnya telah teridentifikasi setelah diketahui besarnya potensi dari protein kristal Bacillus thuringiensis sebagai agen pengendali serangga. Sampai saat ini telah diidentifikasi kristal protein yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo serangga yang menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari kristal protein tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai target yang spesifik sehingga tidak mematikan serangga bukan sasaran dan mudah terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan. Perbedaan bionsektisida dengan herbisida dan fungisida adalah herbisida merupakan pestisida untuk mencegah dan membunuh gulma dan tumbuhan pengganggu, misalnya eceng gondok, rumput teki, dan alang-alang, sedangkan fungisida untuk memberantas jamur (fungi).Mikroba yang digunakan dalam pembuatan bioinsektisida adalahBacillus thuringiensis yaitu bakteri bersel vegetatif berbentuk batang, gram positif, bersifat aerob tapi umumnya anaerob fakultatif, mempunyai flagela dan membentuk spora. Koloni Bacillus thuringiensisberbentuk bulat dengan tepian berkerut, memiliki diameter 5-10 milimeter, berwarna putih, elevasi timbul danpermukaan koloni kasa. Banyak strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Spora yang dibentuk olehBacillus thuringiensis berbentuk oval, berwarna hijau kebiruan dan berukuran 1.0-1.3 mikrometer. Bacillus thuringiensis membentuk kristal protein (-endotoksin) bersamaan dengan terbentuknya spora. Bakteri ini mempunyai endospora subterminalberbentuk oval dan selama sporulasi menghasilkan satu kristal protein dalam setiap selnya (Gill et a1992). Proses toksisitas kristal protein sebagai bahan aktif bioinsektisida dimulai dengan termakannya kristal protein oleh serangga. Kristal protein ini akan dipecah oleh enzim protease pada kondisi basa dalam usus tengah serangga sehingga melepaskan -endotoksin yang bersifat toksin. Toksin ini akan berinteraksi dengan reseptor-reseptor pada sel-sel epithelium usus tengah larva serangga yang rentan. Setelah toksin ini bereaksi, maka akan menyebabkan terbentuknya lubang-lubang pada membran sel sehingga dapat mengganggu keseimbangan osmotik sel dan mengakibatkan terjadinya pembengkakan yang menyebabkan larva berhenti makan dan mati (Gill et al. 1990). Apabila serangga target tersebut tidak rentan terhadap aksi -endotoksin secara langsung, maka dampak dari pertumbuhan spora di dalam tubuh serangga tersebut yang akan menyebabkan kematiannya. Spora tersebut akan berkecambah dan menyebabkan membran usus serangga rusak. Replikasi dari spora akan membuat jumlah spora dalam tubuh serangga semakin banyak dan menyebabkan perluasan infeksi di dalam tubuh serangga yang pada akhirnya menyebabkan serangga tersebut mati (Swadener 1994).Keunggulan bioinsektisida menurut Behle et al (1999) yaitu spesifik terhadap hama serangga, aman dan ramah lingkungan, dan tidak mengakibatkan residu pada hasil pertanian dan tanah. Proses infeksi bakteri Bacillus thuringiensis pada hama tanaman dimulai dengan larva ulat memakan tanaman yang telah mengandung spora dan kristal protein Bacillus thuringiensis. Lalu dalam beberapa menit kristal protein berikatan dengan reseptor spesifik pada dinding usus dan ulat berhenti makan. Beberapa menit kemudian dinding usus pecah sehingga spora dan bakteri masuk ke dalam jaringan tubuh, toksin pun larut dalam darah, maka dalam 1-2 hari ulat akan mati. Bioinsektisida memiliki kelebihan dan kelemahan dibanding dengan insektisida kimia. Kelebihan tersebut diantaranya aktifitas dengan spektrum luas, tidak memberikan efek negatif pada vertebrata termasuk manusia serta tanaman, mudah diproduksi, memiliki respon cepat terhadap serangga target, sifat relatif stabil selama penyimpanan, dan sejauh ini belum dilaporkan adanya resistensi. Sementara kelemahan bioinsektisida dibanding dengan insektisida kimia yaitu tidak tahan terhadap sinar ultraviolet dan spora dan kristal harus termakan agar berefek insektisida.

DAFTAR PUSTAKA

Behle, et all. 1999. Makalah Formulations Forum 99. Formulating Bionsecticides To Improve Residual Activity. University Peoria. IllinoisGill, S. S., E. A. Cowles, dan P. V, Pietrantonio. 1992. The Mode of Action of Bacillus thuringiensis. Endotoxin. Annu, Rev. Entomol. 37 : 615 636Swadener, C. 1994. Bt. Journal of Pesticides Reform vol. 14. No.3 : 13 20. Northwest Coalition for Alternative to Pesticides. Canada.

SIMPULAN

Bioinsektisida merupakan bahan yang berfungsi untuk membunuh atau menghambat perkembangan spesies insekta yang dapat dihasilkan oleh tumbuhan maupun yang menggunakan organisme hidup seperti virus, bakteri, dan jamur. Insektisida ini mengandung senyawa toksik yang secara spesifik akan menyerang serangga yang menjadi sasaran dan tidak menyerang serangga lainnya. Oleh karena itu bioinsektisida aman terhadap organisme non-target, manusia dan lingkungan. Bioinsektisida memilki efektivitas yang sama dengan pestisida yang berbasis bahan kimia. Maka dari itu, dengan penggunaan bioinsektisida diharapkan dapat mengurangi pemakaian insektisida kimia yang telah banyak menimbulkan kerugian bagi lingkungan.