konten c6921.pdf

97

Upload: vutruc

Post on 31-Dec-2016

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konten C6921.pdf

Republik Indonesia

Maret 2010

Sektor Limbah

Page 2: Konten C6921.pdf
Page 3: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah

i

Tim Penyusun

Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap – ICCSR

Sektor Limbah

Penasehat

Prof. Armida S. Alisjahbana, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas

Kepala Editor

U. Hayati Triastuti, Deputi Menteri Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas

Koordinator ICCSR

Edi Effendi Tedjakusuma, Direktur Lingkungan Hidup, Bappenas

Editor

Irving Mintzer, Syamsidar Thamrin, Heiner von Luepke, Dieter Brulez

Laporan Sintesis

Koordinator Penyusun untuk Mitigasi:: Hardiv Haris Situmeang

Laporan Sektor Limbah

Penyusun: Asep Sofyan, Enri Damanhuri, Oman Abdurrahman.

Tim Pendukung Teknis

Chandra Panjiwibowo, Indra Ni Tua, Edi Riawan, Hendra Julianto

Tim Administrasi

Altamy Chrysan Arasty, Risnawati, Rinanda Ratna Putri, Siwi Handinah, Wahyu Hidayat, Eko Supriyatno, Rama Ruchyama, Arlette Naomi, Maika Nurhayati, Rachman

Page 4: Konten C6921.pdf
Page 5: Konten C6921.pdf

uCAPAn TeRimA KAsiH

Dokumen Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR) bertujuan untuk memberikan masukan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2009-2014 berkaitan dengan perubahan iklim, serta sebagai masukan pada RPJMN berikutnya hingga tahun 2030. Dokumen ini memberikan arahan detail dalam menghadapi tantangan perubahan iklim di sektor kehutanan, energi, industri, pertanian, perhubungan, daerah pesisir, sumber daya air, limbah, dan kesehatan. Sudah merupakan kebijakan dari Bappenas untuk mengakomodasi peluang dan tantangan di sektor-sektor tersebut melalui perencanaan pembangunan dan koordinasi antara kementerian dan badan terkait secara efektif. Dokumen ini bersifat dinamis dan akan selalu diperbaharui berdasarkan kebutuhan dan tantangan yang timbul dalam menghadapi perubahan ikllim di masa mendatang. Perubahan dan penyempurnaan dari dokumen ini akan dilakukan melalui konsultasi partisipatif antara para pemangku kepentingan.

Penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Armida S. Alisyahbana selaku Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) atas dukungan yang diberikan. Juga kepada Bapak Paskah Suzetta selaku mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappeanas yang menginisiasi dan member dukungan dalam pembuatan dokumen ICCSR, serta kepada Deputi Menteri Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas, yang telah menginisiasikan dan mengkoordinasikan pembuatan dokumen ICCSR ini.

Kepada seluruh anggota komite pengarah, kelompok kerja, dan para pemangku kepentingan di bawah ini, yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berharga dalam pembuatan dokumen ICCSR Sektor Limbah, dedikasi serta kontribusinya sangat dihargai dan diucapkan terima kasih setinggi-tingginya:

Komite Pengarah

Deputi Kerjasama Internasional, Kementerian Koordinasi Perekonomian; Sekretaris Menteri, Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat; Sekretaris Jenderal, Kementerian Pekerjaan Umum; Deputi Bidang Ekonomi, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Kepala Sekretariat Dewan Nasional Perubahan Iklim.

Kelompok Kerja

Kementerian Negara Lingkungan Hidup

Sulistyowati, Haneda Sri Mulyanto, Dadang Hilman, Upik S. Aslia, Agus Gunawan, Yulia Suryanti

ICCSR - SektoR LImbah

iii

Page 6: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

iv v

Kementerian Pekerjaan Umum

Djoko Murjanto, Mochammad Amron, Susmono, A. Hasanudin, Djoko Mursito, Handy Legowo, Setya Budi Algamar, Agus S.K, Adelia Untari.S, Leonardo B, Desfitriana, Devina Suzan, Nur. F. K, Agung. T, Rindy Farrah, Yuke Ratnawulan, Zubaidah. K, Savitri. R

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas

Sriyanti, Yahya R. Hidayat, Bambang Prihartono, Mesdin Kornelis Simarmata, Arum Atmawikarta, Montty Girianna, Wahyuningsih Darajati, Basah Hernowo, M. Donny Azdan, Budi Hidayat, Anwar Sunari, Hanan Nugroho, Jadhie Ardajat, Hadiat, Arif Haryana, Tommy Hermawan, Suwarno, Erik Amundito, Rizal Primana, Nur H. Rahayu, Pungki Widiaryanto, Maraita, Wijaya Wardhana, Rachmat Mulyanda, Andiyanto Haryoko, Petrus Sumarsono, Maliki

Universitas dan Profesional

ITB: Saut Lubis, Retno Gumilang; Asia Carbon: Architrandi Priambodo, Susy Simarangkir

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh staf Deputi Menteri Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas, yang selalu siap membantu dan menfasilitasi baik dalam hal teknis maupun administrasi dalam proses penyelesaian dokumen ini.

Pembuatan dokumen ICCSR ini didukung oleh Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) melalui Study and Expert Fund for Advisory Services in Climate Protection. Atas dukungan tersebut, penghargaan serta terima kasih yang setinggi-tingginya diberikan.

Page 7: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

iv v

Kata Pengantar dari menteri Perencanaan

Pembangunan nasional/ Kepala Bappenas

Kita telah melihat bahwa dengan kemampuannya yang dapat mempengaruhi ekosistem dunia, kehidupan populasi manusia dan pembangunan, perubahan iklim telah menjadi isu kritis paling utama yang mendapat perhatian serius dari para pembuat kebijakan di seluruh dunia. Target utamanya adalah untuk mencegah peningkatan suhu rata-rata global melebihi 2˚C, atau dengan kata lain menurunkan emisi tahunan seluruh dunia hingga separuh dari kondisi sekarang pada tahun 2050. Kita percaya bahwa upaya ini tentunya membutuhkan respon international yang solid – aksi kolektif untuk menghindari konfl ik antara inisiatif kebijakan nasional dan internasional. Pada saat ekonomi dunia sedang dalam tahap pemulihan dan negara-negara berkembang sedang berupaya keras memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya, dampak

perubahan iklim telah ikut serta dalam memperburuk kondisi kehidupan manusia. Untuk itu diperlukan pengintegrasian perubahan iklim sebagai pilar penting dan fokus utama dalam agenda kebijakan pembangunan yang berkelanjutan.

Kita menyadari bahwa perubahan iklim telah banyak diteliti dan dibahas di seluruh dunia. Berbagai solusi telah ditawarkan, program-program telah didanai dan kemitraan telah terjalin. Namun di luar itu semua, emisi karbon masih terus meningkat baik di negara maju maupun di negara berkembang. Karena lokasi geografi snya, kerentanan Indonesia terhadap dampak negatif perubahan iklim harus menjadi perhatian yang serius. Kita akan berhadapan, dan sudah terlihat oleh kita beberapa dampak negatif seperti musim kemarau yang berkepanjangan, banjir, serta meningkatnya intensitas kejadian cuaca ekstrim. Kekayaan keanekaragaman hayati kita juga berada dalam resiko.

Beberapa pihak yang memilih untuk bersikap diam dalam perdebatan isu perubahan iklim atau memperlambat upaya penanggulangannya kini telah termarginalisasi oleh kenyataan saintifi k yang tidak terbantahkan. Puluhan tahun penelitian, analisis dan bukti-bukti nyata yang terjadi telah menunjukkan pada kita bahwa perubahan iklim bukan hanya menjadi isu lingkungan saja, namun juga isu pembangunan secara menyeluruh karena dampaknya akan terasa di semua sektor kehidupan manusia baik sebagai bangsa maupun individu.

Sayangnya, kita tidak dapat mencegah atau menghindar dari beberapa dampak negatif perubahan iklim. Kita dan khususnya Negara-negara maju telah terlalu lama berkontribusi dalam memanaskan bumi ini. Kita harus bersiap oleh karena itu, untuk beradaptasi terhadap perubahan yang akan terjadi, dan dengan

Page 8: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

vi vii

segenap tenaga berusaha untuk memitigasi agar tidak terjadi perubahan lebih lanjut dari iklim global bumi. Kita telah meratifikasi Protokol Kyoto di masa awal serta berkontribusi aktif dalam negosiasi perubahan iklim dunia, dengan menjadi tuan rumah pada pelaksanaan Konvensi Para Pihak ke 13 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), yang telah melahirkan Bali Action Plan pada tahun 2007. Kini, kita mencurahkan perhatian kita pada tantangan untuk mencapai target yang telah dicanangkan oleh Presiden yaitu penurunan emisi sebesar 26% hingga tahun 2020. Aksi nyata sangat penting. Namun sebelum melakukan aksi, kita harus siap dengan analisis yang komprehensif, perencanaan strategis dan penetapan prioritas.

Untuk itu saya mengantarkan dokumen Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap, atau disebut ICCSR, dengan tujuan agar perubahan iklim dapat diintegrasikan ke dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.

Dokumen ICCSR menampilkan visi strategis pada beberapa sektor utama yang terkait perubahan iklim,, yaitu sektor kehutanan, energi, industri, perhubungan, pertanian, daerah pesisir, sumber daya air, limbah, dan kesehatan. Dokumen Roadmap ini telah diformulasikan melalui analisis yang komprehensif. Kita telah melakukan penaksiran kerentanan secara mendalam, penetapan opsi prioritas termasuk peningkatan kapasitas dan respon strategis, dilengkapi dengan analisis keuangan dan dirangkum dalam perencanaan aksi yang didukung oleh kementerian-kementerian terkait, mitra strategis dan para donor.

Saya meluncurkan dokumen ICCSR ini dan mengundang Saudara untuk ikut mendukung komitmen dan kemitraan, serta bekerjasama dalam merealisasikan prioritas pembangunan berkelanjutan yang ramah iklim serta melindungi populasi kita dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Prof. Armida S. Alisjahbana

Page 9: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

vi vii

Kata Pengantar dari Deputi menteri Bidang sumber

Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas

Sebagai bagian dari solusi dalam menghadapi perubahan iklim global, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca secara nasional hingga 26% dari kondisi dasar dalam kurun waktu 10 tahun dengan menggunakan sumber pendanaan dalam negeri, serta penurunan emisi hingga 41% jika ada dukungan international dalam aksi mitigasi. Dua sektor utama yang berkontribusi terhadap emisi adalah sektor kehutanan dan energi, terutama dari kegiatan deforestasi dan pembangkit tenaga listrik, hal ini dikarenakan oleh sebagian pembangkit yang masih menggunakan bahan bakar tidak terbarukan seperti minyak bumi dan batubara, yang menjadi bagian dari intensitas energi kita yang tinggi.

Dengan lokasi geografi snya yang unik, di antara negara-negara di dunia kita termasuk salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Pengukuran terhadap hal ini diperlukan untuk melindungi masyarakat dari potensi bahaya yang ditimbulkan oleh naiknya permukaan air laut, banjir, perubahan curah hujan, dan dampak negatif lainnya. Jika upaya adaptasi tidak segera dilakukan, maka berdasarkan prediksi analisis, Indonesia dapat mengalami kekurangan sumber air, penurunan hasil pertanian, serta hilangnya atau rusaknya habitat di berbagai ekosistem termasuk di daerah pesisir pantai.

Aksi nasional dibutuhkan baik untuk memitigasi perubahan iklim global maupun untuk mengidentifi kasi upaya-upaya adaptasi yang diperlukan. Hal ini menjadi tujuan utama dari dokumen Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap, ICCSR. Prioritas tertinggi dari aksi-aksi tersebut akan diintegrasikan ke dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Untuk itu kita telah berupaya membangun konsensus nasional dan pemahaman mengenai opsi-opsi dalam merespon perubahan iklim. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR) merepresentasikan komitmen jangka panjang untuk menurunkan emisi dan melakukan upaya adaptasi serta menunjukkan kesiapan perencanaan program-program yang inovatif dalam upaya mitigasi dan adaptasi hingga puluhan tahun mendatang.

Deputi Menteri Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

U. Hayati Triastuti

Page 10: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

viii ix

DAFTAR isi

Tim Penyusun i

Ucapan Terima Kasih iii

Kata Pengantar dari Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas iv

Kata Pengantar dari Deputi Menteri Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar xi

Daftar Istilah, Singkatan dan Satuan xii

1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang dan Tujuan 1

1.2 Metodologi Penulisan Laporan 2

1.2.1 Analisis 2

1.2.2 Proses Partisipasi Pemangku Kepentingan 2

1.2.3 Sistematika Penulisan Laporan 3

2 KONDISI SAAT INI DAN TANTANGAN MASA DEPAN 4

2.1 Kondisi Sumber Sampah 4

2.2 Kondisi Pengangkutan 7

2.3 Kondisi Pemrosesan Sampah 9

2.4 Kondisi Reduksi, Daur Ulang, dan Daur Pakai (3R) 12

2.5 Kebijakan dan Peraturan Perundangan 13

2.6 Tantangan Pengelolaan Sampah ke Depan 14

3 POTENSI MITIGASI DI SEKTOR SAMPAH 17

3.1 Metode Perhitungan 17

3.2 Pemanfaatan CH4 dari Landfill menjadi Energi Listrik 20

Page 11: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

viii ix

4 SKENARIO POTENSI MITIGASI DAN ISU-ISU STRATEGIS

DARI PERUBAHAN IKLIM PADA SEKTOR LIMBAH 22

4.1 Skenario Mitigasi Gas Rumah Kaca dari Sektor Sampah 22

4.2 Skenario Mitigasi Gas Rumah Kaca di Perkotaan 23

4.3 Skenario Mitigasi Gas Rumah Kaca di Pedesaan 30

4.4 Hasil Perhitungan Mitigasi Gas Rumah Kaca dari Sektor Sampah 33

4.5 Perhitungan Abatement Cost 41

5 KEBIJAKAN PENANGANAN SAMPAH DAN PENGINTEGRASIAN

MITIGASI PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN SEKTOR LIMBAH 45

5.1 Penyusunan Alternatif Kebijakan Mitigasi berdasarkan Perbedaan Jumlah Pembiayaan 45

5.2 Isu-isu Strategis Perubahan Iklim Pada Sektor Limbah 53

5.2.1 Kelompok Program Inventarisasi Data dan Perencanaan 54

5.2.2 Kelompok Program Regulasi dan Kebijakan 54

5.2.3 Kelompok Program Implementasi 55

5.2.4 Kelompok Program Capacity Program 56

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN A 59

Page 12: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

x xi

DAFTAR TABeL

Tabel 2.1 Kondisi pengelolaan persampahan di Indonesia tahun 2005 9

Tabel 3.1 Faktor Emisi untuk Setiap Kegiatan Pengolahan Sampah 18

Tabel 3.2 Biaya untuk setiap Kegiatan Pengolahan Sampah 19

Tabel 3.3 Asumsi perencanaan landfill, instalasi flaring dan pembangkit listrik 21

Table 4.1 Matriks Perbandingan Skenario Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca

Sektor Sampah di Indonesia untuk wilayah Perkotaan 39

Tabel 4.2 Matriks Perbandingan Skenario Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca

Sektor Sampah di Indonesia untuk wilayah Pedesaan 41

Tabel 5.1 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 1 (BAU) 47

Tabel 5.2 Rekapitulasi asumsi dalam Alternatif 1 (BAU) 48

Tabel 5.3 Asumsi yang digunakan dalam alternatif 2 (Law-Based, Pembiayaan Maksimal) 49

Tabel 5.4 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 2 (Law-Based, Pembiayaan Maksimal) 50

Tabel 5.5 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 3 (Pembiayaan Optimis) 51

Tabel 5.6 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 3 (Pembiayaan Optimis) 52

Tabel 5.7 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 4 (Pembiayaan Moderat) 53

Tabel 5.8 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 4 (Pembiayaan Moderat) 54

Tabel 5.9 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 5 (Pembiayaan Pesimis) 55

Tabel 5.10 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 5 (Pembiayaan Pesimis) 56

Table 5.11 Matriks Aksi Mitigasi Alternatif Kebijakan

(berdasarkan Perbedaan Jumlah Pembiayaan) 50

Page 13: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

x xi

DAFTAR GAmBAR

Gambar 2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Perkotaan dan Pedesaan di Indonesia (2005-2030) 4

Gambar 2.2 Proyeksi Timbulan Sampah Perkapita (2005-2030) 5

Gambar 2.3 Proyeksi Timbulan Sampah di Indonesia (2005-2030) 6

Gambar 2.4 Peta Sebaran Proyeksi Timbulan Sampah Domestik Tahun 2010 6

Gambar 2.5 Peta Sebaran Proyeksi Timbulan Sampah Domestik Tahun 2030 7

Gambar 2.6 Kondisi Pengangkutan Sampah di Indonesia tahun 2005 7

Gambar 2.7 Proyeksi Prosentase Pengangkutan Sampah oleh Pemerintah Daerah 8

Gambar 2.8 Prosentase Kegiatan Pemrosesan Sampah di TPS dan TPA di Indonesia tahun 2005 10

Gambar 2.9 Kegiatan Pengelolaan Sampah yang Tidak Terangkut (Dikelola Sendiri) tahun 2005 11

Gambar 4.1 Timbulan Sampah di Perkapita di Perkotaan untuk Skenario

Reduksi Sampah di Sumber 24

Gambar 4.2 Timbulan Sampah di Perkotaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber 25

Gambar 4.3 Proyeksi Prosentase Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan

Skenario 3R dan Pengomposan 26

Gambar 4.4 Proyeksi Prosentase Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Perkotaan

Skenario 3R dan Pengomposan 26

Gambar 4.5 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan Skenario SL + CL 27

Gambar 4.6 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Perkotaan Skenario SL+CL 28

Gambar 4.7 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan Skenario SL+LFG 29

Gambar 4.8 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Perkotaan Skenario SL+LFG 29

Gambar 4.9 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Pedesaan

Skenario dibakar/ditimbun dimana saja 30

Gambar 4.10 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Pedesaan

Skenario dibakar/ditimbun dimana saja 31

Page 14: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

xii xiii

Gambar 4.11 Timbulan Sampah Perkapita di Pedesaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber 32

Gambar 4.12 Timbulan Sampah di Pedesaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber 32

Gambar 4.13 Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di perkotaan untuk setiap skenario 34

Gambar 4.14 Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di pedesaan untuk setiap skenario 35

Gambar 4.15 Reduksi emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di perkotaan untuk setiap skenario 36

Gambar 4.16 Reduksi emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di pedesaan untuk setiap skenario 36

Gambar 4.17 Biaya Pengelolaan Sampah di perkotaan untuk setiap skenario 37

Gambar 4.18 Biaya Mitigasi (Biaya Skenario – Biaya BAU) di perkotaan 37

Gambar 4.19 Biaya Pengelolaan Sampah di pedesaan untuk setiap skenario 38

Gambar 4.20 Biaya Mitigasi (Biaya Skenario – Biaya BAU) di pedesaan 38

Gambar 4.21 Perhitungan NPV Reduksi Emisi (ton CO2 eq) Setiap Skenario Perkotaan 41

Gambar 4.22 Perhitungan NPV Reduksi Emisi (ton CO2 eq) Setiap Skenario Pedesaan 42

Gambar 4.23 Perhitungan NPV Biaya Mitigasi (USD) Setiap Skenario Perkotaan 42

Gambar 4.24 Perhitungan NPV Biaya Mitigasi (USD) Setiap Skenario Pedesaan 43

Gambar 4.25 Perhitungan Abatement Cost (USD/ton) Setiap Skenario Perkotaan 43

Gambar 4.26 Perhitungan Abatement Cost (USD/ton) Setiap Skenario Pedesaan 44

Gambar 5.1 Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) tiap Alternatif terhadap Alternatif 1 (BAU) 57

Gambar 5.2 Reduksi Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) dibandingkan terhadap Alternatif 1 (BAU) 57

Gambar 5.3 Biaya Mitigasi Tiap Skenario dibandingkan alternatif 1 (BAU) 58

Page 15: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

xii xiii

DAFTAR isTiLAH, sinGKATAn DAn sATuAn

BL Baseline scenario

cap capita

CDM clean development mechanism

CER certified emission reduction

CH4 methane

CL controlled landfill

CO carbon monoxide

CO2 carbon dioxide

CO2 eq carbon dioxide equivalent

DOC degradable organic carbon

DOCF degradable organic carbon dissimilated

EF emission factor

eq equivalent

g gram

Gg gigagram

GHG greenhouse gas

Gt gigatonne

H2 hydrogen

H2O water

ha hectare

IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change

k methane generation rate constant

kg kilogram

kt kilotonne

Page 16: Konten C6921.pdf

kWh kilowatt-hour

L litre

L0 methane generation potential

LFG landfill gas

m metre

m3 cubic metre

MCF methane conversion factor

Mt megatonnes

MSW municipal solid waste

Mt megatonne

mV millivolt

MW megawatt

N nitrogen

N2 nitrogen gas

NA not applicable

N/A not available

N2O nitrous oxide

O2 oxygen

OD open dumping

OECD Organisation for Economic Co-operation and Development

ppb part per billion

ppbv part per billion by volume

ppm part per million

SL sanitary landfill

SO2 sulphur dioxide

SOx sulphur oxides

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

xiv xv

Page 17: Konten C6921.pdf

t tonne

t-km tonne-kilometre

TWh terrawatt-hour

UNFCCC United Nations Framework Convention on Climate Change

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

xiv xv

Page 18: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

xvi 1

Page 19: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

xvi 1ICCSR - SektoR LImbah

1

PenDAHuLuAn

1

Page 20: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

2 3

1.1 Latar Belakang dan Tujuan

Sebagai usaha dalam mitigasi perubahan iklim, di tingkat nasional Indonesia telah melakukan langkah-langkah, diantaranya:

• Pemerintah Indonesia telah meratifikasi United Nations Framework of Climate Change Convention (UNFCCC) melalui Undang-Undang No 6 Tahun 1994

• Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Protokol Kyoto melalui Undang-Undang No 17 tahun 2004.

• Pada 26 November 2007, Kementerian Lingkungan Hidup menyusun Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim (RAN-PI) sebagai komitmen dalam mitigasi gas rumah kaca dan perubahan iklim.

• Sebagai tuan rumah dalam UN Conference of Parties (COP) in Global Warming ke 13 di Bali yang diselenggarakan pada tanggal 3-14 Desember 2007.

• Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkomitmen untuk melakukan pengurangan gas rumah kaca dengan target jangka menengah 26% di tahun 2020 (termasuk penggunaan lahan, perubahan pemanfaatan lahan dan kehutanan) dan jika digabung dengan dukungan internasional, pemerintah Indonesia yakin bahwa emisi gas rumah kaca dapat dikurangi sebanyak 41% [SBY, 2009]. Pemerintah telah menyiapkan keputusan presiden untuk mendukung komitmen ini yang disiapkan pada Januari 2010.

• Pada September 2009, Badan Pengembangan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah meluncurkan Indonesia’s Climate Change Trust Fund [ICCTF, 2009]. Ini merupakan mekanisme pendanaan untuk menjembatani mekanisme internasional untuk perubahan iklim dengan tingkat nasional yang efisien, transparan dan bertanggung-jawab.

Sektor limbah merupakan salah satu sumber emisi gas rumah kaca yang penting. Limbah padat dan cair merupakan sumber signifikan CH4 yang penambahannya di atmosfer berkontribusi terhadap perubahan iklim. Sehingga aksi nasional dalam mitigasi perubahan iklim di sektor limbah sangat penting. Di Indonesia, sampah dapat dianalisis di lebih dari 400 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Penanganan sampah di tingkat pusat merupakan kewenangan dan tanggung jawab Departemen Pekerjaan Umum yaitu dalam bidang teknis, dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup yaitu dalam aspek lingkungan hidup.

Dengan mempertimbangkan latar belakang tersebut, penyusunan Roadmap Perubahan Iklim Sektor Limbah ditujukan untuk memberikan arahan penanganan mitigasi perubahan iklim di sektor limbah padat/sampah, integrasinya ke dalam kebijakan dan program-program pembangunan sektor limbah sehingga mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan. Selain itu, roadmap perubahan iklim sektor limbah ini bertujuan juga untuk memberikan kontribusi terhadap upaya global dalam pengurangan dampak negatif perubahan iklim. Penyusunan roadmap ini menekankan pada program-program yang

Page 21: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

2 3

mungkin dilakukan baik dalam jangka pendek maupun panjang. Pada saat ini sektor yang siap untuk melakukan reduksi CH4 dari sektor limbah adalah dari sektor persampahan sehingga penanganan mitigasi di sektor limbah roadmap ini dibatasi hanya untuk sektor persampahan. Saat ini sektor sampah sebagian besar dikelola oleh Pemerintah Kota/Kabupaten, khususnya untuk lingkungan perkotaan.

1.2 Metodologi Penulisan Laporan

1.2.1 Analisis

Analisis dalam penyusunan roadmap perubahan iklim sektor sampah dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a) Pengumpulan dan kajian dokumen-dokumen terkait sektor sampah dari Departemen Pekerjaan Umum dan juga dari Bappenas seperti Synthesis Report for Indonesia’s Technology Needs Assessment on Climate Change Mitigation, Bappenas-GTZ, Maret 2009.

b) Melakukan kajian literatur dan kajian dasar ilmiah mengenai dampak perubahan iklim terhadap sektor sampah, salah satunya dilakukan dengan mengkaji dokumen-dokumen Guideline IPCC 2006.

c) Melakukan perhitungan timbulan sampah dan emisi GRK untuk sektor sampah.

d) Menyusun skenario emisi GRK sebagai dasar penyusunan program-program mitigasi sampah.

e) Menyusun program-program mitigasi sektor sampah.

1.2.2 Proses Partisipasi Pemangku Kepentingan

Partisipasi pemangku kepentingan diikutsertakan dalam proses penyusunan Roadmap ini melalui beberapa cara di antaranya:

• Konsultasi dan diskusi yang dilakukan dengan pejabat, peneliti dan pakar di instansi terkait khususnya Bappenas, Departemen Pekerjaan Umum, dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

• Penyelenggaraan Forum Group Discussion (FGD), Pra-FGD serta rapat-rapat koordinasi di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum dan instansi terkait yang telah dilaksanakan baik di Bappenas maupun di Departemen Pekerjaan Umum. Dalam FGD ini juga dibahas mengenai isu lintas sektoral.

Page 22: Konten C6921.pdf

1.2.3 Sistematika Penulisan Laporan

Laporan ini terbagi menjadi 5 bab dengan sistematika sebagai berikut:

• Bab 1 menjelaskan latar belakang dan tujuan penulisan laporan

• Bab 2 menjelaskan kondisi pengelolaan sampah di Indonesia

• Bab 3 menjelaskan metode perhitungan gas rumah kaca dari landfi ll dan potensinya di Indonesia. Bab ini juga menjelaskan berbagai asumsi yang dipakai dalam perhitungan.

• Bab 4 menjelaskan berbagai skenario mitigasi gas rumah kaca dari landfi ll. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk membandingkan jenis skenario yang paling efektif dan efi sien dalam mitigasi gas rumah kaca, yaitu dengan membandingkan abatement costnya.

• Bab 5 menjelaskan berbagai alternatif kebijakan berdasarkan asumsi pembiayaan. Alternatif di Bab 5 merupakan gabungan dari berbagai skenario di Bab 4 yang dirangkai secara terpadu dan bertahap. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk membandingkan berbagai alternatif pengelolaan sampah yang dibagi berdasarkan jumlah pembiayaannya. Untuk mengetahui alternatif kebijakan yang paling efektif dan efi sien ditinjau dari pengurangan gas rumah kaca dibandingkan abatement costnya. Bab 5 juga menjelaskan program jangka menengah dan panjang yang merupakan hasil FGD dengan sektor terkait khususnya Departemen Pekerjaan Umum terkait pengurangan gas rumah kaca.

ICCSR - SektoR LImbah

4

Page 23: Konten C6921.pdf

KOnDisi sAAT ini DAn TAnTAnGAn mAsA

DePAn

2

ICCSR - SektoR LImbah

5

Page 24: Konten C6921.pdf

Untuk merencanakan kegiatan mitigasi gas rumah kaca dari sektor sampah perlu ditentukan kondisi baseline sebagai basis perhitungan. Kondisi baseline untuk perhitungan sektor sampah adalah tahun 2005, yaitu periode sebelum diterapkannya UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Selain itu, tahun 2005 dipilih karena data-data penelitian pada tahun 2005 relatif lebih lengkap dibandingkan dengan tahun yang lain. Untuk perhitungan sampah domestik jumlah penduduk diproyeksikan sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1.

Kondisi baseline pengelolaan sampah di Indonesia tahun 2005 dapat dibedakan menjadi (1) kondisi sumber sampah, (2) kondisi pengangkutan sampah, (3) kondisi pemrosesan sampah, (4) kondisi reduksi, daur ulang dan daur pakai (3R), dan (5) kebijakan dan peraturan perundangan.

Gambar 2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Perkotaan dan Pedesaan di Indonesia (2005-2030)

2.1 Kondisi Sumber Sampah

Indonesia pada tahun 2005 memiliki tingkat produksi sampah perkapita 0,6 kg/orang/hari untuk wilayah perkotaan dan 0,3 kg/orang/hari untuk wilayah pedesaan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, produksi sampah perkapita akan terus naik sehingga di tahun 2030 mencapai 1,2 kg/kapita/hari untuk perkotaan dan 0,55 kg/orang/hari untuk pedesaan sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 2.2. Dengan jumlah penduduk sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 2.1, dihasilkan proyeksi timbulan sampah (lihat Gambar 2.3). Sebagai contoh, pada tahun 2005 dengan jumlah penduduk 218,8 juta (BPS, 2006) menghasilkan sampah domestik sekitar 33,5 Megaton.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

6 7

Page 25: Konten C6921.pdf

Gambar 2.2 Proyeksi Timbulan Sampah Perkapita (2005-2030)

Di negara-negara Asia, data komposisi sampah tidak mudah didapatkan pada skala nasional. Sampah organik merupakan komponen utama dalam persampahan. Proporsi sampah organik adalah antara 34-70%, lebih tinggi 20-30% dari kebanyakan negara di Eropa. Saat ini, semakin banyak sampah plastik dan kertas yang dihasilkan di setiap negara di Asia, yang menunjukkan perubahan gaya hidup. Seiring peningkatan transisi ekonomi, komposisi sampah di Indonesia semakin mendekati negara-negara industri, yaitu dengan peningkatan prosentase kertas dan plastik dan penurunan komponen sampah organik.

Gambar 2.3 Proyeksi Timbulan Sampah di Indonesia (2005-2030)

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

6 7

Page 26: Konten C6921.pdf

Sebaran sampah hasil proyeksi disampaikan dalam Gambar 2.4 dan Gambar 2.5. Gambar 2.4 menunjukkan sebaran timbulan sampah di Indonesia pada tahun 2010. Sedangkan Gambar 2.5 menunjukkan sebaran timbulan sampah di Indonesia pada tahun 2030.

Gambar 2.4 Peta Sebaran Proyeksi Timbulan Sampah Domestik Tahun 2010

Pada tahun 2030, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.5, volume sampah domestik yang tinggi bukan hanya terjadi di Pulau Jawa tetapi juga di Pulau Sumatera.

Gambar 2.5 Peta Sebaran Proyeksi Timbulan Sampah Domestik Tahun 2030

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

8 9

Page 27: Konten C6921.pdf

2.2 Kondisi Pengangkutan

Di Indonesia sekitar 50% sampah di perkotaan dan 20% sampah di pedesaan diangkut secara kolektif oleh dinas kebersihan, atau lembaga lain yang ditunjuk pemerintah kota/kabupaten (lihat Gambar 2.6). Sampah yang tidak terangkut oleh pemerintah dikelola sendiri oleh masyarakat secara swadaya.

Gambar 2.6 Kondisi Pengangkutan Sampah di Indonesia tahun 2005

Sesuai dengan rencana kerja pemerintah, pengangkutan sampah diproyeksikan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat Gambar 2.7). Secara umum, pekerjaan Dinas Kebersihan adalah mengangkut sampah dari TPS menuju TPA, sementara komunitas perkotaan mengatur pengumpulan sampah dari rumah-rumah ke TPS secara mandiri. Sistem pengumpulan sampah seperti ini masih banyak kelemahan yaitu banyak sampah yang tidak dikumpulkan tetapi dibuang begitu saja di saluran drainase ataupun sungai.

Selain itu, masih ada masalah teknis yang terkait dengan peralatan dan perlengkapan dalam pengelolaan sampah. Secara umum kota/kabupaten di Indonesia mengalami kekurangan kendaraan untuk keperluan pengumpulan dan pengangkutan sampah. Kendaraan yang usianya sudah tua juga memperlambat transportasi sampah, sehingga tidak semua sampah dapat diangkut.

Aspek lain yang tak kalah penting adalah mengenai sumber pembiayaan penanganan limbah padat domestik. Sebagian besar kota di Indonesia menggunakan sumber pembiayaan dari anggaran pembangunan pemerintah dan dalam beberapa kasus adalah berasal dari pinjaman luar negeri. Sumber keuangan lainnya berasal dari retribusi sampah yang dibebankan pada penghasil sampah. Namun sejak krisis ekonomi, pendapatan melalui retribusi menurun seiring dengan berkurangnya kemampuan ekonomi masyarakat. Saat ini masih ditemui kendala untuk menaikkan retribusi, karena masih terbatasnya kemampuan ekonomi masyarakat.

Gambar 2.6 Kondisi Pengangkutan Sampah di Indonesia tahun 2005 Kondisi Pengangkutan Sampah di Indonesia tahun 2005 Kondisi Pengangkutan Sampah di Indonesia tahun 2005

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

8 9

Page 28: Konten C6921.pdf

Gambar 2.7 Proyeksi Prosentase Pengangkutan Sampah oleh Pemerintah Daerah

2.3 Kondisi Pemrosesan Sampah

Sampah yang diangkut secara kolektif oleh pemerintah daerah tidak seluruhnya diproses di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) namun mengalami berbagai proses lain sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 2.8. Secara lengkap kondisi pengelolaan persampahan di Indonesia ditunjukkan melalui Tabel 2.1. Berdasarkan data penelitian di Bandung Raya dan informasi sekunder lainnya dari beberapa tempat di Indonesia, di tahun 2005 (lihat Tabel 2.1), diperoleh data bahwa1 (a) sampah anorganik yang di-recovery sebanyak 3%, (b) sampah organik dikompos sebanyak 1%, (c) sampah dibakar di TPS dan TPA 0,5%; diurug dengan open dumping 45%; dan diurug dengan sanitary landfi ll yang dilengkapi penangkap biogas 0,5%.

Sementara sebagian lagi sampah dikelola oleh masyarakat sendiri dengan komposisi sampah anorganik yang di-recovery sebesar 3%, sampah organik yang dikompos sebanyak 1%, sampah dibakar sebanyak 5%, dibuang ke saluran sungai 1% serta ditimbun dimana saja 40%. Sampah di pedesaan hanya sekitar 20% yang diangkut oleh petugas swadaya masyarakat secara kolektif dan 80% sisanya dikelola sendiri oleh masyarakat. Untuk sampah di pedesaan yang dikelola masyarakat sendiri tersebut, 40% dikelola dengan cara pengomposan sampah organik.

1 Satuan % yang digunakan dalam naskah ini adalah terhadap berat basah sampah. Biasanya data yang disajikan oleh pengelola sampah di

Indonesia adalah berdasarkan % terhadap volume basah yang akan mempunyai densitas berbeda.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

10 11

Page 29: Konten C6921.pdf

Tabel 2.1 Kondisi pengelolaan persampahan di Indonesia tahun 2005

Tahun 2005 Satuan Perkotaan Pedesaan

Timbulan sampah perkapita kg/orang/hari 0,6 0,3Kenaikan timbulan sampah per tahun % 2,5 1Sampah diangkut secara kolektif (Dinas) % 50 20Kenaikan sampah diangkut kolektif per-tahun % 2 - 2,5 1 Sampah dikelola kolektif 2005:

• Anorganik direcovery % 3 0,5• Organik dikomposkan % 1 5,5• Dibakar di TPS dan TPA % 0,5 10• Diurug di open dumping % 45 4• Diurug dengan sanitary landfi ll + penangkap biogas % 0,5 0

Total % 50 20 Sampah dikelola sendiri 2005:

• Anorganik direcovery % 3 5• Organik dikomposkan % 1 40• Dibakar % 5 20• Dibuang ke saluran sungai % 1 5• Timbun dimana saja % 40 10

Total % 50 80

Sumber: Damanhuri, 2008

Gambar 2.8 menunjukkan bahwa dari 50% sampah yang diangkut di perkotaan, 45% diproses di landfi ll open dumping, dan sisanya direcovery, dikomposkan, dibakar, dan diproses di sanitary landfi ll. Selain itu, dari 20% sampah yang diangkut di pedesaan sebagian diurug di open dumping, dikomposkan, dan sebagainya (lihat Gambar 2.8).

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

10 11

Page 30: Konten C6921.pdf

Gambar 2.8 Prosentase Kegiatan Pemrosesan Sampah di TPS dan TPA di Indonesia tahun 2005

Sampah yang tidak terangkut akan dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Gambar 2.9 menunjukkan kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan sendiri oleh masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Gambar 2.9 Kegiatan Pengelolaan Sampah yang Tidak Terangkut (Dikelola Sendiri) tahun 2005

Sistem manajemen persampahan di Indonesia sebagian besar bergantung pada keberadaan landfi ll karena pemrosesan sampah akhir di Indonesia terbanyak menggunakan penimbunan/landfi ll. TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dengan sistem landfi ll menjadi salah satu isu yang sangat penting dalam pengelolaan limbah padat karena pada saat ini baru sebagian kecil landfi ll di Indonesia yang dikelola dengan baik.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

12 13

Page 31: Konten C6921.pdf

Gambar 2.8 Prosentase Kegiatan Pemrosesan Sampah di TPS dan TPA di Indonesia tahun 2005

Sampah yang tidak terangkut akan dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Gambar 2.9 menunjukkan kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan sendiri oleh masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Gambar 2.9 Kegiatan Pengelolaan Sampah yang Tidak Terangkut (Dikelola Sendiri) tahun 2005

Sistem manajemen persampahan di Indonesia sebagian besar bergantung pada keberadaan landfill karena pemrosesan sampah akhir di Indonesia terbanyak menggunakan penimbunan/landfill. TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dengan sistem landfill menjadi salah satu isu yang sangat penting dalam pengelolaan limbah padat karena pada saat ini baru sebagian kecil landfill di Indonesia yang dikelola dengan baik.

Sebagian besar sampah ditransportasikan ke TPA yang diolah melalui open dumping, dan diestimasikan bahwa hanya 10% yang diolah melalui sistem yang lebih baik seperti controlled landfill. Hanya terdapat sedikit perlindungan ataupun pengawasan terhadap air tanah sehingga lindi (leachate) dari sampah dapat mencemari air tanah atau sungai. Selain itu, pondasi TPA biasanya berbatu, berkerikil ataupun area rawa yang sangat sensitif terhadap polusi air (Damanhuri, 2008). Masalah lainnya adalah masyarakat banyak menolak jika lahan atau lingkungannya dipilih untuk dijadikan TPA.

Alasan utama penggunaan open dumping terus diberlakukan di Indonesia adalah karena terbatasnya anggaran operasional. Dengan anggaran operasional yang terbatas, sangat sulit untuk menutup area dengan lapisan tanah dan mengkompaksi sampah lapisan demi lapisan. Pengoperasian open dumping menimbulkan banyak masalah seperti terbentuknya asap, bau dan munculnya lalat. Di banyak kasus, ditemukan sampah yang berasal dari industri dan sampah patogen dari rumah sakit di TPA yang sama, walaupun sejak 1995 pemerintah Indonesia telah mengatur kriteria landfill untuk sampah B3. Karena adanya pencampuran sampah dari berbagai kriteria sampah yang berbeda, maka bahaya yang ditimbulkan oleh landfill menjadi semakin besar.

Selain itu, masalah utama dalam pengelolaan sampah menggunakan landfill adalah ketika landfill telah penuh. Secara pengelolaan juga banyak kelemahan, seperti perhatian hanya diberikan ketika TPA mulai penuh atau terdapat gangguan pada operasional. Selain itu, pengelolaan masih belum dilakukan secara terintegrasi.

2.4 Kondisi Reduksi, Daur Ulang, dan Daur Pakai (3R)

Pada umumnya Solid Waste Management (SWM) di Indonesia sangat bergantung pada keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Pengolahan level menengah sudah dibangun sebagai bentuk usaha untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA. Sampai saat ini, sangat sedikit tempat pemrosesan level menengah yang dikelola secara profesional di Indonesia. Pusat pengolahan komunitas (3R) juga dibentuk sebagai solusi untuk mengurangi jumlah sampah. Kondisi reduksi, daur ulang dan daur pakai pada tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 2.1, Gambar 2.8 dan Gambar 2.9.

Melalui metode 3R (reduce, reuse, dan recycle) beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Semarang dan Yogyakarta mulai mengembangkan pengolahan level menengah dengan mengompos dan mendaur ulang sampah anorganik untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA. Masalah yang dihadapi adalah mahalnya harga pupuk kompos yang dihasilkan yaitu sekitar Rp 300 – Rp. 400/kg, dibandingkan dengan pupuk anorganik yang lebih murah. Sampah anorganik di Indonesia juga didaur ulang dan dilakukan oleh pemulung. Dari segi ekonomi sektor ini memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan.

Komposisi sampah merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pengomposan dan daur ulang. Terdapat dua komposisi utama sampah, yaitu sampah basah atau sampah organik (sampah makanan,

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

12 13

Page 32: Konten C6921.pdf

dsb.) yang dapat dilakukan pengomposan, dan sampah kering atau sampah anorganik (plastik, kertas, gelas, dsb.) yang dapat di daur ulang. Perlu diperhatikan bahwa beberapa komponen dari barang bekas di Indonesia, seperti koran, buku bekas, majalah, baju bekas, komponen elektronik bekas, biasanya tidak dianggap sampah yang harus dibuang ke tempat sampah; dan biasanya dikumpulkan oleh sektor informal seperti tukang loak dan pemulung dijual ke penampungan barang bekas.

Aspek penting lainnya dalam pengelolaan sampah yaitu daur ulang dan peranan sektor informal. Di Indonesia, terdapat dua aliran daur ulang. Aliran pertama, kolektor sebagai sektor informal mengumpulkan bahan-bahan yang dapat didaur ulang di sumber. Aliran kedua, material ini dipisahkan dan didaur ulang oleh kota/kabupaten setelah pengumpulan sampah. Kegiatan daur ulang ini melibatkan ibu rumah tangga, dinas kebersihan, dan pemulung.

Di negara berkembang tingkat daur ulang komponen sampah anorganik adalah cukup tinggi sehingga menimbulkan dampak positif berupa manfaat ekonomi pada masyarakat. Meskipun metode yang digunakan untuk pemilahan/sortasi dan pemisahan sampah di negara-negara berkembang ini dianggap tidak sesuai untuk sistem manajemen sampah seperti yang didefinisikan oleh negara-negara maju, metode yang ada tersebut tidak hanya memberikan arus pendapatan ekonomi kepada ratusan ribu orang yang terlibat dalam sektor informal ini, tetapi juga memberikan kontribusi positif berupa lebih banyaknya sampah yang dapat didaur ulang.

2.5 Kebijakan dan Peraturan Perundangan

Pengelolaan sampah dilakukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, mencegah polusi lingkungan dan melindungi sumber daya air bersih sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32/2009. Pengelolaan sampah diatur secara khusus dalam Undang-Undang No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah. Sebelum UU No.18/2008 dikeluarkan, PP No.16/2005 telah menempatkan masalah perlindungan sumber air akibat pencemaran dari TPA sebagai salah satu fokus yang diatur. PP 16/2005 ini merupakan peraturan di bawah Undang-Undang Sumber Daya Air (UU No.7/2004).

UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah menggariskan bahwa pengelolaan sampah hendaknya berlandaskan hierarki pendekatan (a) pengurangan dan (b) penanganan sampah. Pengurangan (minimasi) sampah dilandaskan atas prinsip (a) pembatasan (reduce), guna-ulang (reuse) dan daur-ulang (recycle) sebagai prioritas pengelolaan sampah, yang dikenal sebagai pendekatan 3R. Makna dari pendekatan ini adalah mengedepankan pengelolaan sampah di hulu yang dimulai dari upaya bagaimana agar sampah sesedikit mungkin dihasilkan (reduce) dari kegiatan sehari-hari, seperti perubahan pola kerja lingkungan industri penghasil dan pengguna pengemas untuk hasil produksinya, agar menghasilkan dan menggunakan pengemas yang ramah lingkungan dengan volume sesedikit mungkin dan kelak setelah tidak digunakan, sampahnya akan mudah didaur-ulang dan ditangani lebih lanjut. Mereka juga digariskan agar tetap

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

14 15

Page 33: Konten C6921.pdf

tidak lepas tangan terhadap pengemas tersebut, yaitu dalam bentuk extended producers responsibility (EPR). Sampah yang dihasilkan kemudian lebih diarahkan agar dikelola di sumber, melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), melalui upaya guna-ulang dan daur-ulang. Sampah atau residu yang masih tersisa selanjutnya ditangani secara baik dan profesional melalui pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pengolahan. Residu dari kegiatan ini kemudian wajib disingkirkan ke lingkungan secara aman, agar tidak mengganggu kesehatan dan lingkungan. Oleh karenanya, UU-18/2008 menggariskan bahwa dalam 5 tahun sejak UU tersebut dikeluarkan, open dumping yang selama ini merupakan cara yang paling banyak dijumpai di Indonesia untuk menyingkirkan sampah, harus sudah digantikan dengan cara landfill yang lebih baik, seperti controlled dan sanitary landfill. Selanjutnya UU tersebut menggariskan tentang penguatan kapabilitas institusi, perbaikan hubungan antar stakeholder sebagai rekan dalam pengelolaan dan peningkatan sumber investasi.

Keinginan pemerintah untuk mengedepankan pendekatan 3R telah secara nyata dikemukakan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 21/PRT/M/2006 yang memfokuskan upaya 3R sebagai strategi nasional yang menggariskan bahwa sampai tahun 2014 pengurangan sampah hendaknya mencapai 20%2. Target strategi nasional pada sektor pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:

1. Mendukung pencapaian tingkat pelayanan pengolahan sampah 60% pada tahun 2010.

2. Mendukung pengurangan jumlah sampah melalui 3R sampai 20% pada tahun 2014.

3. Meningkatkan kualitas landfill:

- Controlled Landfill (CLF) untuk kota kecil dan menengah.

- Sanitary Landfill (SLF) untuk kota besar dan kota metropolitan.

- Penghentian Open Dumping.

4. Mendukung pelaksanaan di tingkat institusi dan kerjasama regional.

Saat ini, implementasi pengelolaan persampahan di tingkat daerah dilaksanakan berdasarkan peraturan pemerintah daerah, berkaitan dengan organisasi pengelola sampah, biaya retribusi dan pengangkutan sampah dari sumber menuju TPA. Kendala terbesar terletak pada kurangnya kekuatan hukum yang menyebabkan lemahnya implementasi peraturan tersebut.

2 Walau tidak tercantum, satuan yang digunakan dapat dipastikan adalah % volume basah. Penggunaan satuan ini, membutuhkan kehati-hatian interpretasi, misalnya dalam klaim keberhasilan upaya daur ulang. Contoh: 1 truk botol plastik kosong mempunyai volume yang sama dengan 1 truk sampah basah, namun mempunyai berat yang berbeda.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

14 15

Page 34: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

16 17

2.6 Tantangan Pengelolaan Sampah ke Depan

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan jumlah volume sampah. Gambar 2.1 menunjukkan hasil perhitungan timbulan sampah perkotaan dan pedesaan di Indonesia yang merupakan hasil proyeksi dari tahun 2005 hingga 2030. Jumlah volume sampah yang terus meningkat ini akan menjadi masalah lingkungan yang serius jika tidak ditangani dengan baik. Sehingga pengelolaan sampah perkotaan yang baik merupakan keharusan.

Pengelolaan Persampahan Domestik (Municipal Solid Waste/MSW) di Indonesia masih menghadapi banyak masalah seperti:

• Mayoritas kota tidak memiliki perencanaan (master plan) yang konsisten dalam penanganan sampah karena Pengelolaan Persampahan masih belum diformalkan;

• Pengelolaan Persampahan belum diberikan prioritas yang cukup dalam peraturan pemerintah daerah sehingga menjadikan anggaran dana untuk pengelolaan sampah sangat terbatas;

• Fasilitas untuk pengumpulan, transportasi, dan penyimpanan sampah juga terbatas;

• Sebagian besar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan open dumping yang menyebabkan polusi air, udara, dan bau tidak sedap.

Untuk menyelesaikan masalah diatas pemerintah kota/kabupaten sebagai penyelenggara pengelolaan sampah di level kota/kabupaten perlu meningkatkan program revitalisasi pengelolaan sampah yang meliputi penyempurnaan institusi pengelola sampah, peraturan perundangan yang terkait, isu-isu teknis pengelolaan sampah, infrastruktur pendukung, alternatif pembiayaan dan investasi, serta peningkatan kesadaran, budaya, dan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik.

Selain itu, pengelolaan sampah ke depan sekurangnya harus menerapkan dua kebijakan utama. Kebijakan pertama adalah pengurangan (reduce) sampah di sumber sebanyak mungkin, digunakan kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle) (3R) sebelum diangkut ke TPA. Kebijakan kedua yaitu pengelolaan sampah harus dilakukan dengan mengintegrasikan partisipasi masyarakat. Dua kebijakan ini digunakan sebagai prinsip dasar pengelolaan sampah sebagaimana yang dideskripsikan di dalam undang-undang pengelolaan sampah. Sementara itu, partisipasi aktif masyarakat dalam program 3R sampah padat dimulai dari tingkat perumahan dengan mengubah kebiasaan masyarakat menjadi lebih bersih dan sehat. Partisipasi industri juga akan dilakukan dengan melaksanakan EPR (Extended Producer Responsibility) yaitu prinsip untuk produsen dan importir sampah B3.

Pengelolaan sampah ke depan harus mulai memperhitungkan konversi sampah menjadi sumber energi. Selain itu, pengelolaan sampah harus terintegrasi dengan kegiatan mitigasi perubahan iklim sehingga terjadi co-benefit yang menguntungkan. Perhatian yang lebih besar baik dari sisi program maupun anggaran merupakan tantangan bagi setiap kota/kabupaten dalam rangka menciptakan pembangunan daerah yang lebih berwawasan lingkungan.

Page 35: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

16 17ICCSR - SektoR LImbah

17

POTensi miTiGAsi Di seKTOR sAmPAH

3

Page 36: Konten C6921.pdf

3.1 Metode Perhitungan

Emisi gas rumah kaca dari sektor persampahan pada umumnya berupa metana (CH4) yang dihasilkan dari TPA dan CO2 yang dihasilkan dari kegiatan pembakaran terbuka. Emisi dari pembakaran terbuka lebih sulit untuk dikontrol dibandingkan emisi dari TPA. Selain itu, pembakaran dan daur ulang kertas dan plastik menghasilkan gas N2O yang jika dikonversikan menjadi CO2 ekuivalen (Eq.) adalah 310 kalinya.

Berdasarkan uraian di Bab 2 bahwa di Indonesia sampah dikelola dengan dikompos, dibakar, dibuang ke sungai, diurug, dibuang ke landfill, dan sebagainya. Potensi gas rumah kaca yang dihasilkan berbeda tergantung dari proses yang terjadi tersebut. Untuk pembakaran terbuka dan dekomposisi natural, proporsi sampah yang dapat terurai secara biologi di Indonesia adalah lebih tinggi. Dalam proses pembakaran terjadi reaksi aerob yang menghasilkan CO2, namun tidak ada gas rumah kaca yang dilepaskan ke udara. Emisi CH4 dari landfill merupakan hasil dekomposisi anaerobik dari materi organik dalam sampah. Sampah dalam landfill terdekomposisi perlahan, dan waktu dekomposisi dapat berlangsung dalam beberapa dekade. Pada dasarnya gas yang terbentuk terdiri atas gas metana dan gas karbondioksida.

Sebelum melakukan mitigasi dari sektor sampah, perlu dilakukan perhitungan emisi CH4 yang dihasilkan dari sampah tersebut. Pada dasarnya perhitungan emisi dari landfill menggunakan IPCC First Order Decay (FOD) model (IPCC, 2006) dengan persamaan dasar untuk mengestimasi emisi CH4 adalah sebagai berikut:

CH4 tahun ke-t (Gg/thn) = ∑x [A ● k ● MSW(t) (x) ● MSW(F) (x) ● Lo (x)) ●e-k(t-x)] Dimana

CH4 = CH4 yang dihasilkan dalam tahun ke-t, Gg/tahunt = tahun perhitungan inventoryx = tahun ketika data dimasukkanA = (1-e-k)/k ; faktor normalisasi untuk mengoreksi hasil perhitunganMSWT(x) = jumlah total sampah yang dihasilkan dalam tahun x (Gg/tahun)MSWF(x) = fraksi jumlah sampah yang diproses di landfill dalam tahun x Lo(x) = potensi CH4 yang dihasilkan (Gg CH4/Gg sampah)

Laju pembentukan CH4 dari landfill sangat spesifik untuk kawasan tertentu karena pembentukannya tergantung kepada jenis sampah yang dibuang, elemen kelembaban, umur sampah dan kondisi iklim lokal. Sehingga untuk laporan ini digunakan data-data penelitian lokal sebagaimana terdapat pada Tabel 3.1.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

18 19

Page 37: Konten C6921.pdf

Tabel 3.1 Faktor Emisi untuk Setiap Kegiatan Pengolahan Sampah

Kegiatan Faktor Emisi Keterangan

1. Transportasi Sampah(Sumber: Alisan Smith et al, 2001: Waste management options and climate change, AEA Techno-Environment)

0,71 kg CO2/km Rata-rata perjalanan ke TPA = 50 km per 2,5 ton sampah

2. Degradasi Sampah di Landfi ll. Dihitung berdasarkan kondisi sampah di Indonesia: kadar air, kadar karbon-organik, dsb.

75 kg CH4/ton sampah Pada Sanitary Landfi ll yang baik, maksimum 90% emisi dapat tertangkap.105 kg CO2/ton sampah

3. Pembakaran Sampah

Kertas dan organik

0,05 kg N2O/ ton sampah

N2O = 310 CO2 dan CH4 = 23 CO2, nantinya disebut sebagai CO2 eq.

Plastik

2.237 kg CO2/ ton sampah

0,05 kg N2O/ ton sampah

4. Pengomposan 210 kg CO2/ton sampah

5. Daur Ulang

Kertas dan organik

0,05 kg N2O/ ton sampah

N2O = 310 CO2 dan CH4 = 23 CO2, nantinya disebut sebagai CO2 eq.

Plastik

2.237 kg CO2/ ton sampah

0,05 N2O/ton sampah

6. Pengelolaan Sampah lainnya

S a m p a h ditimbun dimana saja dan dibuang langsung ke sungai

750 kg CO2/ ton sampah

Sumber: Damanhuri, 2008

Untuk menghitung biaya mitigasi dibuat satuan harga pengoperasian dan pemeliharaan unit pengelolaan sampah seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2. Reduksi emisi adalah selisih antara emisi GRK yang dihasilkan BAU (Business as usual) dengan emisi GRK skenario tertentu. Emisi GRK dibuat dalam satuan CO2 equivalen (CO2 eq). Rumus perhitungan untuk mendapatkan reduksi emisi dalam CO2 eq adalah sebagai berikut:

Rumus Perhitungan Reduksi Emisi GRK (dalam CO2 eq):Reduksi Emisi GRK (dalam CO2 eq) = Emisi GRK BAU – Emisi GRK Skenario

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

18 19

Page 38: Konten C6921.pdf

Tabel 3.2 Biaya untuk setiap Kegiatan Pengolahan Sampah

KegiatanBiaya Operasi dan Pemeliharaan

per Ton Sampah

(Rp)(perkiraan dalam

USD Dollar)1. Pengangkutan 50.000 – 60.000 5 – 62. Sanitary Landfi ll 60.000 – 100.000 6 – 103. Open Dumping 10.000 – 20.000 1 – 24. Controlled Landfi ll 30.000 – 50.000 3 – 55. Pengomposan 15.000 – 20.000 1,5 – 2

Sumber: Damanhuri, 2008

Mitigasi emisi gas rumah kaca dapat dilakukan setelah proses identifi kasi potensi emisi dan sumbernya selesai dilaksanakan. Pada umumnya mitigasi emisi gas rumah kaca dapat dilakukan di tempat di mana sampah terakumulasi (dikumpulkan) dalam volume yang tinggi dan di bawah kondisi anaerob. Untuk sampah, landfi ll adalah sumber pelepas gas rumah kaca yang paling signifi kan. Selain itu, emisi GRK juga dihasilkan mulai dari pengangkutan/transportasi sampah menuju TPA, pembakaran plastik dan kertas serta pengomposan.

Pada tahun 2015, mengacu pada target MDG, 80% sampah di daerah perkotaan dan 50% di daerah pedesaan harus ditrasportasikan ke TPA. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan pengelolaan direncanakan dengan asumsi realistis yang dapat diterapkan di masa yang akan datang.

Biaya mitigasi dihitung berdasarkan biaya investasi dan biaya operasional/pemeliharaan. Interest rate digunakan 12%/tahun. Biaya ACERS (Abatement Cost the Emissions Reduction Scenario) dihitung berdasarkan (Situmeang, 2009):

ACERS =

ACERS = Abatement Cost the Emissions Reduction ScenarioNPV = Net Present Value

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

20 21

Page 39: Konten C6921.pdf

4.2 PemanfaatanCH4dariLandfillmenjadiEnergiListrik

Di Indonesia proyek pemanfaatan CH4 dari lahan landfill untuk menghasilkan energi listrik belum pernah dilaksanakan, walaupun beberapa penelitian lapangan dalam rangka CDM sudah ada yang dilakukan. Padahal di negara maju, landfill telah menjadi sumber energi listrik yang menjanjikan. Secara umum hambatan utama untuk pelaksanaan proyek tersebut adalah permasalahan biaya investasi karena investasi di sektor ini masih dianggap belum menguntungkan. Harga jual listrik dari landfill diatur dalam kebijakan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Nomor : 31 Tahun 2009, tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN (Persero) dari Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan Skaia Kecil dan Menengah atau Kelebihan Tenaga Listrik.

Dalam Peraturan Menteri tersebut, PT PLN (Persero) wajib membeli tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik yang rnenggunakan energi terbarukan skala kecil dan menengah dengan kapasitas sampai dengan 10 MW atau kelebihan tenaga listrik (excess power) dari badan usaha rnilik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat guna memperkuat sistem penyediaan tenaga listrik setempat. Harga pembelian tenaga listrik tersebut ditetapkan sebagai berikut:

a. Rp 656/kWh x F, jika terinterkoneksi pada Tegangan Menengah;

b. Rp 1.004/kWh x F, jika terinterkoneksi pada Tegangan Rendah.

F adalah faktor insentif sesuai dengan lokasi pembelian tenaga listrik oleh PT PLN (Persero) dengan besaran sebagai berikut:

a. Wilayah Jawa dan Bali, F = 1 ;

b. Wilayah Sumatera dan Sulawesi, F = 1,2 ;

c. Wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, F = 1,3 ;

d. Wilayah Maluku dan Papua, F = 1,5.

Laporan ini menyatakan bahwa sanitary landfill didukung oleh fasilitas flaring. Selain itu, CH4 digunakan sebagai generator listrik yang dapat dijual kepada PT PLN. Untuk perhitungan skala nasional dibuat beberapa asumsi. Asumsi sebagian besar berdasarkan studi kelayakan pemanfaatan CH4 untuk energi listrik di Makassar, Indonesia (Bank Dunia, 2007).

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

20 21

Page 40: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

22 23

Tabel 3.3 Asumsi perencanaan landfi ll, instalasi fl aring dan pembangkit listrik

Parameter Asumsi

Landfi ll:Kapasitas 1 unit Landfi llBiaya investasi 1 unit Sanitary Landfi llBiaya investasi 1 unit Controlled Landfi llBiaya investasi 1 unit Open Dumping

Flaring dan Pembangkit Listrik:Effi siensi dari CH4

Effi ciency dari ElectricityGenerated Electricity (per Unit Sanitary Landfi ll)Biaya investasi Fasilitas Flaring dan Electricity

300 Gg/tahun4.000.000 USD3.000.000 USD2.000.000 USD

50%99%

1 MWh 6.000.000 USD

Page 41: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

22 23ICCSR - SektoR LImbah

23

sKenARiO POTensi miTiGAsi DAn

isu-isu sTRATeGis DARi PeRuBAHAn

iKLim PADA seKTOR LimBAH

4

Page 42: Konten C6921.pdf

4.1 Skenario Mitigasi Gas Rumah Kaca dari Sektor Sampah

Skenario potensi mitigasi dari sektor sampah dibuat berdasarkan mandat UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Sesuai dengan isi UU No. 18/2008 tersebut, usaha-usaha untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor sampah adalah me-recovery LFG (landfill gas) baik dari lahan open dumping yang telah dikonversi menjadi sanitary landfill, maupun dari pembuatan sanitary landfill yang baru. Usaha menutup open dumping dan membangun sanitary landfill dengan LFG teknologi recovery sejalan dengan isi UU No.18/2008, yaitu seluruh lahan open dumping harus ditutup pada tahun 2015. Usaha lainnya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah usaha untuk mereduksi sampah baik di sumber sampah (rumah tangga), TPS (Tempat Penampungan Sementara), maupun TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dengan teknik 3R (reduce, reuse, recycle). Pemrosesan akhir sampah di perkotaan (urban) dan pedesaan (rural) di Indonesia adalah berbeda, di perkotaan menitikberatkan pada teknologi landfill (open dumping, controlled landfill, sanitary landfill), sedangkan di pedesaan teknologi pengomposan. Sedangkan untuk 3R dapat diterapkan baik di perkotaan maupun pedesaan.

Berdasarkan mandat UU No. 18/2008 tersebut, skenario mitigasi gas rumah kaca yang dikembangkan dalam laporan ini adalah sebagai berikut:

Perkotaan:

1) Skenario Open Dumping

Skenario ini merupakan gambaran yang paling dekat dengan kondisi saat ini, yaitu penggunaan open dumping sebagai teknologi pemrosesan akhir sampah di perkotaan.

2) Skenario Reduksi Sampah di Sumber

Skenario ini menerapkan usaha reduksi sampah di sumber seperti melakukan kampanye dan capacity building dalam pengurangan jumlah plastik, kertas, dan kemasan.

3) Skenario 3R dan Pengomposan

Skenario ini menerapkan 3R (reduce, reuse, recycle) di TPS dan TPA. Selain itu dilakukan pula pengomposan.

4) Skenario konversi ke Sanitary Landfill tanpa instalasi LFG

Skenario ini mengkonversi open dumping ke sanitary landfill dan controlled landfill tanpa melakukan pemanfaatan gas CH4 dari landfill untuk energi listrik.

5) Skenario konversi ke Sanitary Landfill dan instalasi LFG

Skenario ini mengkonversi open dumping ke sanitary landfill dan dilakukan pemanfaatan gas CH4 dari landfill untuk energi listrik.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

24 25

Page 43: Konten C6921.pdf

Pedesaan:

1) Skenario dibakar dan ditimbun dimana saja

Skenario ini merupakan gambaran umum kondisi pengelolaan sampah di pedesaan yaitu dibakar dan ditimbun dimana saja.

2) Skenario Reduksi Sampah di Sumber

Skenario ini menerapkan upaya pengurangan jumlah sampah dari sumbernya.

3) Skenario 3R dan Pengomposan

Skenario ini merupakan gabungan antara teknologi pengomposan dan 3R.

4.2 Skenario Mitigasi Gas Rumah Kaca di Perkotaan

Asumsi yang digunakan dalam mitigasi gas rumah kaca di perkotaan untuk masing-masing skenario adalah sebagai berikut.

1) Skenario Open Dumping/Business as Usual (BAU)

Skenario Open Dumping merupakan kondisi BAU yang diproyeksikan sesuai dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Skenario open dumping (BAU) ini telah dijelaskan pada Bab 2 tentang kondisi saat ini. Asumsi yang digunakan untuk skenario open dumping (BAU) adalah sebagai berikut:

• Transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.Tingkat pelayanan meningkat 1-2% per tahun dari tahun 2005 sampai 2020 sehingga mencapai 80% pada tahun 2020 dan pada tahun 2030 menjadi 90%.

• Pembakaran sampah pada daerah perkotaan yang diangkut secara kolektif meningkat dari 0,5% pada 2005 menjadi 0,8% pada 2020 dan menjadi 0,9% pada 2030. Sedangkan pembakaran sampah yang dikelola sendiri menurun dari 24% pada 2005 menjadi 4,8% pada 2030.

• Prosentase timbulan sampah yang dilakukan dikelola sendiri oleh masyarakat untuk sampah yang dibuang kemana saja adalah sebesar 25% pada tahun 2005 dan menurun menjadi 5% pada 2030. Sedangkan untuk sampah yang dibuang ke sungai pada tahun 2005 sebesar 1% dan menurun menjadi 0,2% pada tahun 2030.

• Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping pada daerah perkotaan sekitar 49,5% pada 2005, meningkat hingga 89,10 % pada 2030.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

24 25

Page 44: Konten C6921.pdf

2) Skenario Reduksi sampah di sumber

• Asumsi transportasi atau pengangkutan sampah sama dengan skenario open dumping (BAU) yaitu transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.Tingkat pelayanan meningkat 1-2% per tahun dari tahun 2005 sampai 2020 sehingga mencapai 80% pada tahun 2020 dan pada tahun 2030 menjadi 90%.

• Timbulan sampah untuk perkotaan meningkat dari 0,6 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 1,1 kg/orang/hari pada tahun 2030. Peningkatan timbulan sampah dengan dilakukannya reduksi di sumber sampah dapat diminimasi (meminimasi jumlah sampah yang dihasilkan), sehingga mampu mengurangi timbulan sampah sekitar 20%. Reduksi ju mlah sampah berarti juga reduksi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari sampah.

Gambar 4.1 Timbulan Sampah di Perkapita di Perkotaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

26 27

Page 45: Konten C6921.pdf

Gambar 4.2 Timbulan Sampah di Perkotaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber

3) Skenario 3R dan pengomposan

• Asumsi transportasi atau pengangkutan sampah sama dengan skenario open dumping (BAU) yaitu transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.Tingkat pelayanan meningkat 1-2% per tahun dari tahun 2005 sampai 2020 sehingga mencapai 80% pada tahun 2020 dan pada tahun 2030 menjadi 90%.

• Prosentase timbulan sampah yang diangkut secara kolektif untuk sampah yang dikompos adalah sebesar 2,5% pada tahun 2005 dan meningkat menjadi 4,5% pada 2030. Sedangkan sampah yang dikompos yang dikelola sendiri sebesar 5% pada tahun 2005 dan menurun menjadi 1% pada 2030.

• Sampah plastik yang didaur ulang dan diangkut secara kolektif meningkat dari 2,5% pada 2005 menjadi 4% pada 2020 dan meningkat menjadi 4,5% pada 2030. Sedangkan sampah plastik yang didaur ulang dengan dikelola sendiri sebesar 5% pada tahun 2005 dan menurun menjadi 1% pada 2030. Penurunan ini sebenarnya terkait pengangkutan sampah yang mengalami peningkatan.

• Sampah kertas yang didaur ulang dan diangkut secara kolektif meningkat dari 2.5% pada 2005 dan meningkat menjadi 4,5% pada 2030. Sedangkan sampah kertas yang didaur ulang dan dikelola sendiri menurun dari 5% pada 2005 menjadi 1% pada 2030.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

26 27

Page 46: Konten C6921.pdf

Gambar 4.3 Proyeksi Prosentase Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan Skenario 3R dan Pengomposan

Gambar 4.4 Proyeksi Prosentase Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Perkotaan Skenario 3R dan Pengomposan

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

28 29

Page 47: Konten C6921.pdf

4) Konversi ke Sanitary Landfi ll tanpa instalasi LFG (Landfi ll Gas)

• Asumsi transportasi atau pengangkutan sampah sama dengan skenario open dumping (BAU) yaitu transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.Tingkat pelayanan meningkat 1-2% per tahun dari tahun 2005 sampai 2020 sehingga mencapai 80% pada tahun 2020 dan pada tahun 2030 menjadi 90%.

• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dengan persen timbulan sampah yang dibawa ke Sanitary Landfi ll sebesar 0,5% pada 2005 meningkat menjadi 2,4% pada 2010 pada dan meningkat lagi menjadi 56% pada 2020 dan 63% pada 2030.

• Selain itu, timbulan sampah diproses pula di Controlled Landfi ll mencapai 4% pada 2005 meningkat menjadi 23,4% pada 2020 dan 26,1% pada 2030.

Gambar 4.5 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan Skenario SL + CLGambar 4.5 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan Skenario SL + CL

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

28 29

Page 48: Konten C6921.pdf

Gambar 4.6 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Perkotaan Skenario SL+CL

5) Konversi ke Sanitary Landfi ll dan instalasi LFG (Landfi ll Gas) Penghasil Listrik

• Asumsi transportasi atau pengangkutan sampah sama dengan skenario open dumping (BAU) yaitu transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.Tingkat pelayanan meningkat 1-2% per tahun dari tahun 2005 sampai 2020 sehingga mencapai 80% pada tahun 2020 dan pada tahun 2030 menjadi 90%.

• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dengan persen timbulan sampah yang dibawa ke Sanitary Landfi ll sebesar 4,5% pada 2005 meningkat menjadi 79,2% pada 2020 dan 89,10% pada 2030.

• Selain itu, sanitary landfi ll dilengkapi dengan LFG sehingga dilakukan pula perhitungan revenue dari setiap kWh listrik yang dihasilkan.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

30 31

Page 49: Konten C6921.pdf

Gambar 4.7 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan Skenario SL+LFG

Gambar 4.8 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Perkotaan Skenario SL+LFG

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

30 31

Page 50: Konten C6921.pdf

4.3 Skenario Mitigasi Gas Rumah Kaca di Pedesaan

1) Skenario Dibakar dan ditimbun dimana saja

• Pembakaran sampah pada daerah pedesaan yang diangkut secara kolektif meningkat dari 12% pada 2005 menjadi 19,5% pada 2030. Sedangkan pembakaran sampah yang dikelola sendiri menurun dari 40% pada 2005 menjadi 33,75% pada 2030.

• Prosentase timbulan sampah yang dilakukan dikelola sendiri oleh masyarakat untuk sampah yang dibuang kemana saja adalah sebesar 28% pada tahun 2005 dan menurun menjadi 23,63% pada 2030. Sedangkan untuk sampah yang dibuang ke sungai pada tahun 2005 sebesar 12% dan menurun menjadi 10,13% pada tahun 2030.

Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping pada daerah pedesaan sekitar 8% pada 2005, meningkat hingga 13% pada 2030.

Gambar 4.9 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Pedesaan Skenario dibakar/ditimbun dimana saja

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

32 33

Page 51: Konten C6921.pdf

Gambar 4.10 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Pedesaan Skenario dibakar/ditimbun dimana saja

2) Skenario Reduksi sampah di sumber

• Asumsi pengangkutan sama dengan skenario dibakar dan ditimbun dimana saja yaitu, pembakaran sampah pada daerah pedesaan yang diangkut secara kolektif meningkat dari 12% pada 2005 menjadi 19,5% pada 2030. Sedangkan pembakaran sampah yang dikelola sendiri menurun dari 40% pada 2005 menjadi 33,75% pada 2030.

• Timbulan sampah untuk pedesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 0,5 kg/orang/hari pada tahun 2030.

• Peningkatan hingga 0,5 kg/orang/hari merupakan hasil usaha reduksi (termasuk capacity building) yang sebelumnya mencapai 0,55 kg/orang/hari untuk Business-As-Usual.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

32 33

Page 52: Konten C6921.pdf

Gambar 4.11 Timbulan Sampah Perkapita di Pedesaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber

Gambar 4.12 Timbulan Sampah di Pedesaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

34 35

Page 53: Konten C6921.pdf

3) 3R dan pengomposan

• Asumsi pengangkutan sama dengan skenario dibakar dan ditimbun dimana saja yaitu, pembakaran sampah pada daerah pedesaan yang diangkut secara kolektif meningkat dari 12% pada 2005 menjadi 19,5% pada 2030. Sedangkan pembakaran sampah yang dikelola sendiri menurun dari 40% pada 2005 menjadi 33,75% pada 2030.

• Prosentase timbulan sampah yang diangkut secara kolektif untuk sampah yang dikompos adalah sebesar 5,5% pada tahun 2005 dan meningkat menjadi 19,3% pada 2030. Sedangkan sampah yang dikompos yang dikelola sendiri sebesar 28% pada tahun 2005 dan menurun menjadi 10,5% pada 2030.

• Sampah plastik yang didaur ulang dengan cara diangkut secara kolektif meningkat dari 1% pada 2005 menjadi 3,5% pada 2030. Sedangkan sampah plastik yang didaur ulang dengan dikelola sendiri sebesar 4% pada tahun 2005 dan menurun menjadi 1,5% pada 2030.

• Sampah kertas yang didaur ulang dan diangkut secara kolektif meningkat dari 1% pada 2005 dan meningkat menjadi 3,5% pada 2030. Sedangkan sampah kertas yang didaur ulang dan dikelola sendiri menurun dari 4% pada 2005 menjadi 1,8% pada 2030.

4.4 Hasil Perhitungan Mitigasi Gas Rumah Kaca dari Sektor Sampah

Gambar 3.14 menunjukkan hasil perhitungan emisi gas rumah kaca dari sektor sampah. Emisi terbesar dihasilkan dari BAU (open dumping), disusul oleh skenario lainnya. Skenario reduksi di sumber tidak bisa menurunkan GRK yang cukup signifikan karena kegiatan kampanye dan capacity building dalam rangka mengurangi volume sampah disumber terbatas. Dengan kemajuan ekonomi masyarakat terpacu untuk terus meningkatkan jumlah sampahnya tanpa dapat dihindari. Skenario reduksi di sumber dapat berhasil jika didukung oleh kebijakan dan peraturan perundangan yang mengandung sanksi.

Skenario SL + CL (konversi dari open dumping ke Sanitary Landfill dan Controlled Landfill), memiliki emisi GRK yang lebih tinggi dari 3R(reduce, reuse, recycle) dan pengomposan karena pemrosesan akhir sampah dengan SL dan CL akan meningkatkan proses anaerobik yang menghasilkan CH4 walaupun tidak setinggi open dumping. Sedangkan pengomposan memroses sampah dengan proses aerobik yang tidak menghasilkan CH4. Namun kegiatan 3R, dengan mengolah dan mendaur ulang plastik misalnya, tetap menghasilkan GRK berupa gas CO2 dari proses pembakaran daur ulang. Skenario SL + LFG memiliki emisi GRK yang paling kecil karena adanya proses flaring (pembakaran) CH4 menjadi CO2 dan H2O dan juga konversi gas CH4 menjadi energi listrik.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

34 35

Page 54: Konten C6921.pdf

Gambar 4.13 Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di perkotaan untuk setiap skenario

Gambar 4.14 menunjukkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh pemrosesan sampah di pedesaan. Emisi tertinggi adalah BAU (buang/timbun dimana saja). Emisi dari skenario reduksi di sumber dan juga 3R + pengomposan menghasilkan gas rumah kaca yang lebih sedikit dibandingkan BAU. Untuk pedesaan, kegiatan pengomposan merupakan kegiatan yang sangat direkomendasikan dengan alasan sebagai berikut: (1) komposisi sampah di pedesaan didominasi oleh sampah organik yang sangat cocok untuk pengomposan, (2) kegiatan pengomposan di pedesaan akan berkembang pesat karena lahan masih tersedia luas, (3) pasar tersedia, karena pengguna utama dari kompos adalah sektor pertanian dan perkebunan, (4) pengomposan dapat meningkatkan kualitas tanah, (5) teknologi pembuatan kompos relatif sederhana sehingga mudah dilakukan oleh warga desa. Kendala terbesar adalah masalah persepsi petani yang sudah terbiasa menggunakan pupuk kimia dibandingkan pupuk organik hasil pengomposan. Sehingga diperlukan penyuluhan dan pelatihan untuk menyadarkan petani bahwa penggunaan pupuk kimia dalam jangka waktu panjang dapat menurunkan kualitas tanah. Masalah lainnya adalah bahwa pembuatan pupuk organik memerlukan waktu yang relatif lama. Masalah ini dapat diselesaikan dengan mengembangkan bakteri khusus untuk mempercepat proses pembuatan pupuk organik. Pengembangan bioteknologi terkait pengomposan harus dikembangkan sejalan dengan upaya memasyarakatkan penggunaan pupuk organik.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

36 37

Page 55: Konten C6921.pdf

Gambar 4.14 Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di pedesaan untuk setiap skenario

Gambar 4.15 dan 4.16 menunjukkan reduksi emisi GRK dari setiap skenario. Reduksi emisi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Reduksi Emisi Skenario = Emisi BAU – Emisi Skenario

Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.15, reduksi emisi di perkotaan yang terbesar adalah skenario SL + LFG. Gambar 4.16 menunjukkan reduksi emisi GRK dari setiap skenario di pedesaan.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

36 37

Page 56: Konten C6921.pdf

Gambar 4.15 Reduksi emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di perkotaan untuk setiap skenario

Gambar 4.16 Reduksi emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di pedesaan untuk setiap skenario

Gambar 4.17 menunjukkan biaya pengelolaan sampah. Gambar 4.18 menunjukkan biaya mitigasi, yaitu biaya pengelolaan sampah skenario tertentu dikurangi dengan biaya BAU.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

38 39

Page 57: Konten C6921.pdf

Gambar 4.17 Biaya Pengelolaan Sampah di perkotaan untuk setiap skenario

Gambar 4.18 Biaya Mitigasi (Biaya Skenario – Biaya BAU) di perkotaan

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

38 39

Page 58: Konten C6921.pdf

Gambar 4.19 Biaya Pengelolaan Sampah di pedesaan untuk setiap skenario

Gambar 4.20 Biaya Mitigasi (Biaya Skenario – Biaya BAU) di pedesaan

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

40 41

Page 59: Konten C6921.pdf

Tabl

e 4.

1 M

atrik

s Per

band

inga

n Sk

enar

io M

itiga

si E

misi

Gas

Rum

ah K

aca

Sekt

or S

ampa

h di

Indo

nesia

unt

uk w

ilaya

h Pe

rkot

aan

Sken

ario

Perio

deA

kum

ulas

i R

eduk

si E

mis

i (M

t CO

2)

Tota

l Bia

ya

Miti

gasi

(mily

ar

USD

)

Aba

tem

ent

Cos

t (U

SD/

t CO

2)

Red

uksi

E

mis

i di

band

ingk

an

terh

adap

BAU

(%

)

Keb

ijaka

n ya

ng D

iper

luka

n

Redu

ksi S

umbe

r20

10 –

202

0 1

7,73

0,

137,

615,

12%

(1)M

elak

sana

kan

kajia

n in

vent

arisa

si G

RK d

ari s

ekto

r sa

mpa

h ya

ng

lebi

h le

ngka

p da

n se

mpu

rna

deng

an d

isert

ai r

enca

na p

engu

rang

an

GRK

yan

g sis

tem

atis.

(2

)Men

erap

kan

kebi

jaka

n pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r bi

dang

pe

rsam

paha

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

yang

di

duku

ng

oleh

pe

ngem

bang

an

dan

pene

litia

n te

knol

ogi

tera

pan

berw

awas

an

lingk

unga

n.

20

10 –

203

0 4

5,14

0,13

2,9

11,3

0%

3R +

Pe

ngom

posa

n20

10 –

202

0

143,

56

0,1

6 1,

1437

,32%

(1)M

elak

sana

kan

kajia

n in

vent

arisa

si G

RK d

ari s

ekto

r sa

mpa

h ya

ng

lebi

h le

ngka

p da

n se

mpu

rna

deng

an d

isert

ai r

enca

na p

engu

rang

an

GRK

yan

g sis

tem

atis.

(2

)Men

erap

kan

kebi

jaka

n pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r bi

dang

pe

rsam

paha

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

yang

di

duku

ng

oleh

pe

ngem

bang

an

dan

pene

litia

n te

knol

ogi

tera

pan

berw

awas

an

lingk

unga

n.

(3)M

enge

mba

ngka

n pe

nera

pan

kebi

jaka

n lin

gkun

gan

hidu

p un

tuk

prin

sip 3

R (re

duce,

reus

e, rec

ycle)

dala

m p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han.

(4

)Pen

gura

ngan

sam

pah

(redu

ce) d

ari s

umbe

rnya

seb

anya

k m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

dan

did

aur

ulan

g (re

cycl

e) (

3R)

sebe

lum

di

angk

ut k

e TP

A.

(5)P

emba

ngun

an T

PST

3R d

i sem

ua k

ota/

kab

di In

done

sia.

20

10 –

203

0

211

,17

0,

33

1,57

35,5

8%

SL +

CL

2010

– 2

020

2

8,94

0,9

6 33

,34

7,07

%(1

)Mel

aksa

naka

n ka

jian

inve

ntar

isasi

GRK

dar

i sek

tor s

ampa

h ya

ng

lebi

h le

ngka

p da

n se

mpu

rna

deng

an d

isert

ai re

ncan

a pe

ngur

anga

n G

RK y

ang

siste

mat

is. (2

)Men

erap

kan

kebi

jaka

n pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r bid

ang

pers

ampa

han

berw

awas

an li

ngku

ngan

yan

g di

duku

ng o

leh

peng

emba

ngan

dan

pen

eliti

an te

knol

ogi t

erap

an

berw

awas

an li

ngku

ngan

. (5)

Peng

elol

aan

pers

ampa

han

di T

PAS

dari

open

dum

ping m

enja

di co

ntro

lled

landfi

ll di

kot

a ke

cil d

an m

enen

gah;

sa

nita

ry la

ndfi l

l di k

ota

besa

r dan

met

ropo

litan

.

20

10 –

203

0

35,

77

1

,57

43,8

44,

74%

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

40 41

Page 60: Konten C6921.pdf

Sken

ario

Perio

deA

kum

ulas

i R

eduk

si E

mis

i (M

t CO

2)

Tota

l Bia

ya

Miti

gasi

(mily

ar

USD

)

Aba

tem

ent

Cos

t (U

SD/

t CO

2)

Red

uksi

E

mis

i di

band

ingk

an

terh

adap

BAU

(%

)

Keb

ijaka

n ya

ng D

iper

luka

n

SL +

LFG

2010

– 2

020

159

,18

1,4

9 9,

3542

,28%

(1)M

elak

sana

kan

kajia

n in

vent

arisa

si G

RK d

ari s

ekto

r sam

pah

yang

le

bih

leng

kap

dan

sem

purn

a de

ngan

dise

rtai

renc

ana

peng

uran

gan

GRK

yan

g sis

tem

atis.

(2)M

ener

apka

n ke

bija

kan

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur b

idan

g pe

rsam

paha

n be

rwaw

asan

ling

kung

an y

ang

didu

kung

ole

h pe

ngem

bang

an d

an p

enel

itian

tekn

olog

i ter

apan

be

rwaw

asan

ling

kung

an. (

5)Pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TPA

S da

ri op

en d

umpin

g men

jadi

cont

rolle

d lan

dfi ll

di k

ota

keci

l dan

men

enga

h;

sani

tary

land

fi ll d

i kot

a be

sar d

an m

etro

polit

an. (

6)Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sam

pah

(land

fi ll g

as –

LFG

) mel

alui

pen

gum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au m

elal

ui p

ener

apan

energ

y reco

very s

ystem

.

2

010

– 20

30

2

43,6

7

2

,27

9,33

43,4

6%

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

42 43

Page 61: Konten C6921.pdf

Tabe

l 4.2

Mat

riks P

erba

ndin

gan

Sken

ario

Miti

gasi

Em

isi G

as R

umah

Kac

a Se

ktor

Sam

pah

di In

done

sia u

ntuk

wila

yah

Pede

saan

Sken

ario

Perio

deA

kum

ulas

i R

eduk

si E

mis

i (M

t CO

2)

Tota

l Bia

ya

Miti

gasi

(mily

ar

USD

)

Aba

tem

ent

Cos

t (U

SD/t

C

O2)

Red

uksi

Em

isi

dbib

andi

ngka

n te

rhad

ap B

AU

(%)

Keb

ijaka

n ya

ng D

iper

luka

n

Redu

ksi S

umbe

r20

10 –

202

0

27

,81

0,04

1,56

15,1

5%(1

)Mel

aksa

naka

n ka

jian

inve

ntar

isasi

GRK

dar

i sek

tor s

ampa

h ya

ng le

bih

leng

kap

dan

sem

purn

a de

ngan

dise

rtai

renc

ana

peng

uran

gan

GRK

yan

g sis

tem

atis.

(2)M

ener

apka

n ke

bija

kan

pem

bang

unan

infr

astr

uktu

r bid

ang

pers

ampa

han

berw

awas

an

lingk

unga

n ya

ng d

iduk

ung

oleh

pen

gem

bang

an d

an p

enel

itian

te

knol

ogi t

erap

an b

erw

awas

an li

ngku

ngan

.

20

10 –

203

0

43

,66

0,05

1,17

20,0

2%

3R +

Pe

ngom

posa

n20

10 –

202

0

50,

40

0

,81

16,

1024

,76%

(1)M

elak

sana

kan

kajia

n in

vent

arisa

si G

RK d

ari

sekt

or s

ampa

h ya

ng

lebi

h le

ngka

p da

n se

mpu

rna

deng

an

dise

rtai

re

ncan

a pe

ngur

anga

n G

RK y

ang

siste

mat

is. (

2)M

ener

apka

n ke

bija

kan

pem

bang

unan

inf

rast

rukt

ur b

idan

g pe

rsam

paha

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

yang

did

ukun

g ol

eh p

enge

mba

ngan

dan

pen

eliti

an

tekn

olog

i te

rapa

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan.

(3)

Men

gem

bang

kan

pene

rapa

n ke

bija

kan

lingk

unga

n hi

dup

untu

k pr

insip

3R

(redu

ce,

reuse,

recy

cle)

dala

m p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han.

(4)

Peng

uran

gan

sam

pah

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya s

eban

yak

mun

gkin

, dig

unak

an

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um d

iang

kut

ke T

PA.

(7)P

emba

ngun

an T

PST

3R d

i se

mua

kot

a/ka

b di

In

done

sia.

20

10 –

203

0

64,

14

1

,23

19,2

322

,41%

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

42 43

Page 62: Konten C6921.pdf

4.5 Perhitungan Abatement Cost

Biaya mitigasi dihitung berdasarkan biaya investasi dan biaya operasional/pemeliharaan. Interest rate digunakan 12%/tahun. Biaya ACERS (Abatement Cost the Emissions Reduction Scenario) dihitung berdasarkan (Situmeang, 2009):

ACERS =

ACERS = Abatement Cost the Emissions Reduction ScenarioNPV = Net Present Value

Untuk menghitung akumulasi biaya abatement cost maka dihitung NPV baik untuk emisi maupun untuk biaya mitigasi.

Gambar 4.21 Perhitungan NPV Reduksi Emisi (ton CO2 eq) Setiap Skenario Perkotaan

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

44 45

Page 63: Konten C6921.pdf

Gambar 4.22 Perhitungan NPV Reduksi Emisi (ton CO2 eq) Setiap Skenario Pedesaan

Gambar 4.23 Perhitungan NPV Biaya Mitigasi (USD) Setiap Skenario Perkotaan

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

44 45

Page 64: Konten C6921.pdf

Gambar 4.24 Perhitungan NPV Biaya Mitigasi (USD) Setiap Skenario Pedesaan

Gambar 4.25 menunjukkan abatement cost untuk skenario di perkotaan dan Gambar 4.8 menunjukkan abatement cost untuk skenario di pedesaan.

Gambar 4.25 Perhitungan Abatement Cost (USD/ton) Setiap Skenario Perkotaan

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

46 47

Page 65: Konten C6921.pdf

Gambar 4.26 Perhitungan Abatement Cost (USD/ton) Setiap Skenario Pedesaan

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

46 47

Page 66: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

48 49

Page 67: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

48 49ICCSR - SektoR LImbah

49

KeBiJAKAn PenAnGAnAn sAmPAH

DAn PenGinTeGRAsiAn miTiGAsi PeRuBAHAn

iKLim Ke DALAm PeRenCAnAAn seKTOR

LimBAH

5

Page 68: Konten C6921.pdf

5.1 Penyusunan Alternatif Kebijakan Mitigasi berdasarkan Perbedaan Jumlah Pembiayaan

Dalam Bab 4 telah disampaikan efisiensi dari setiap aksi mitigasi gas rumah kaca dari sektor sampah. Namun demikian, dalam pengelolaan sampah setiap aksi tersebut tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, misalnya 3R saja atau landfill saja. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang terpadu yaitu terdiri dari berbagai aksi mitigasi dan dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan teknis dan pendanaan yang ada. Oleh karena itu, di bab 5 ini akan disampaikan beberapa alternatif kebijakan penanganan sampah untuk mengetahui komposisi kebijakan mana yang paling efisien dari sisi abatement cost.

Berdasarkan kebutuhan operasional sektor terkait (Departemen Pekerjaan Umum) dan tahapan pembangunan yang selama ini dilakukan oleh Indonesia, asumsi yang digunakan dalam penyusunan alternatif kebijakan ini adalah adanya perbedaan jumlah pembiayaan. Dikembangkan alternatif dengan jumlah pembiayaan maksimal, optimis, moderat, pesimis, dan minimal dimana pembiayaan tertinggi adalah maksimal dan pembiayaan terendah adalah minimal. Untuk alternatif 1 digunakan asumsi BAU (Business As Usual) yaitu kondisi yang saat ini dilakukan oleh Indonesia dan diproyeksikan tidak banyak perubahan kebijakan, diantaranya kebijakan open dumping masih menjadi teknologi pemrosesan akhir sampah yang terbanyak sampai tahun 2030. Selain alternatif 1, dibuat 4 alternatif kebijakan lainnya berdasarkan besarnya pembiayaan sebagai berikut:

1) Alternatif 1 adalah kondisi saat ini di Indonesia (pembiayaan minimal), sehingga bisa disebut sebagai kondisi BAU (Business As Usual).

2) Alternatif 2 adalah alternatif kebijakan yang paling ideal yaitu mencapai target UU 18/2008, dimana di tahun 2015 seluruh open dumping telah dikonversi menjadi sanitary/controlled landfill. Alternatif ini merupakan alternatif pembiayaan maksimal, alternatif ini disebut juga dengan alternatif based-law.

3) Alternatif 3 adalah alternatif kebijakan yang targetnya lebih rendah dari alternatif 2, sehingga pembiayaannya pun lebih rendah dari pembiayaan alternatif 2 (pembiayaan maksimal), alternatif ini disebut juga dengan alternatif optimis.

4) Alternatif 4 adalah alternatif kebijakan yang targetnya lebih rendah dari alternatif 3, sehingga pembiayaannya pun lebih rendah dari pembiayaan alternatif 3 (pembiayaan optimis), alternatif ini disebut dengan alternatif moderat.

5) Alternatif 5 adalah alternatif kebijakan yang targetnya lebih rendah dari alternatif 4, sehingga pembiayaannya pun lebih rendah dari pembiayaan alternatif 4 (pembiayaan moderat), alternatif ini disebut dengan alternatif pesimis.

Alternatif 1 (BAU) tidak menerapkan kebijakan reduksi di sumber, tetapi Alternatif 2 sampai 5 menerapkan kebijakan reduksi di sumber sampah (skala rumah tangga) secara bertahap dengan prosentase reduksi

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

50 51

Page 69: Konten C6921.pdf

yang beragam yang tergantung dari pembiayaan. Alternatif 2 dengan pembiayaan maksimal (terbesar) memiliki prosentase reduksi sampah di sumber terbesar, disusul oleh Alternatif 3 (optimis) dan Alternatif 4 (moderat). Alternatif 5 (pesimis) memiliki prosentase reduksi sampah di sumber yang terkecil.

Secara rinci alternatif kebijakan yang dibuat adalah sebagai berikut:

1) Alternatif 1 (atau kondisi BAU), merupakan alternatif kebijakan yang mencerminkan timbulan sampah saat ini dan proyeksi akan datang dengan tanpa melibatkan tindakan reduksi. Asumsi yang digunakan adalah, sejalan dengan meningkatnya kemampuan penganggaran PEMDA, maka akan meningkat pula kemampuan pengelolaan sampah. Namun cara pandang pengelola sampah tidak berubah, yaitu tetap menggunakan prinsip kumpul-angkut-buang, yang penting kota terlihat tampak bersih. Sampah yang berhasil dikumpulkan seluruhnya akan dibawa ke TPA dengan operasi utama pengurugan dalam open dumping.

2) Alternatif 2 (untuk memenuhi UU 18/2008 atau based-law, dan pembiayaan maksimal), adalah skenario yang mencerminkan timbulan sampah saat ini dan proyeksi di masa yang akan datang dengan mengedepankan hierarhi pengelolaan sampah melalui (a) pengurangan sampah dengan prinsip 3R, dan (b) penanganan sampah dari mulai pewadahan sampai final disposal secara baik, termasuk penggunaan sanitary landfill untuk pengolahan sampah perkotaan. Alternatif kebijakan ini berusaha menjalankan ketentuan yang diatur dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Salah satu amanat UU No.18/2004 adalah konversi Sanitary Landfill menjadi Open Dumping tercapai 100% pada tahun 2014.

3) Alternatif 3 (asumsi pembiayaan optimis), merupakan alternatif kebijakan yang didasarkan hasil FGD dengan Departemen Pekerjaan Umum tanggal 18 November 2009, yaitu melibatkan tindakan reduksi berupa konversi rata-rata 30 Open Dumping per tahun secara bertahap menjadi Sanitary Landfill dan Controlled Landfill.

4) Alternatif 4 (asumsi pembiayaan moderat) adalah alternatif kebijakan yang didasarkan hasil FGD dengan Departemen Pekerjaan Umum tanggal 18 November 2009 dengan target konversi Open Dumping menjadi Sanitary Landfill yang lebih rendah dibandingkan skenario optimis dan ditambah dengan pemrosesan sampah menggunakan Controlled Landfill.

5) Alternatif 5 (asumsi pembiayaan minimal atau pesimis) adalah alternatif kebijakan yang didasarkan hasil FGD dengan Departemen Pekerjaan Umum tanggal 18 November 2009 dengan target konversi Open Dumping menjadi Sanitary Landfill yang lebih rendah dibandingkan alternatif pembiayaan moderat dan ditambah dengan pemrosesan sampah menggunakan Controlled Landfill dengan target lebih rendah dibandingkan alternatif pembiayaan moderat.

Secara rinci asumsi yang digunakan, tahapan program, dan target-target tiap alternatif dijelaskan dalam Tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.10 berikut ini.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

50 51

Page 70: Konten C6921.pdf

Tabel 5.1 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 1 (BAU)

Komponen Pengelolaan Sampah Asumsi yang Digunakan

1)Transpor tas i/peng angkutan sampah

• Transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.

• Pada tahun 2020 tingkat pelayanan meningkat 2% per tahun sehingga mencapai 80%

• Sedangkan dari 2020 tingkat pelayanan meningkat 1% sehingga pada tahun 2030 menjadi 90%.

2)Reduksi sampah

• 3R bersifat anjuran, tidak disertai kebijakan publik yang memadai dari Pemerintah Pusat/Daerah, seperti target 3R yang ingin dicapai dsb.

• Timbulan sampah untuk perkotaan meningkat dari 0,6 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 1,2 kg/orang/hari pada tahun 2030.

• Timbulan sampah untuk pedesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 0,55 kg/orang/hari pada tahun 2030.

3)Pemrosesan akhir

• Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping sekitar 45% pada 2005, meningkat hingga 76,5% pada 2030.

• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dari 0,5% pada tahun 2005, diasumsikan hanya meningkat menjadi 3,2% pada 2020 dan 3,6% pada 2030.

4)Kegiatan Pengelolaan Sampah Lain

• Praktek penanganan sampah secara informal seperti pembakaran dsb tetap berlangsung dengan penurunan prosentase yang tidak signifi kan.

Tabel 5.2 Rekapitulasi asumsi dalam Alternatif 1 (BAU)

2005 2010 2020 2030

Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urban RuralUnit: % (prosentase)

Timbulan sampah yang diangkut ke landfi ll 50 20 60 22.5 80 27.5 90 32.5

Sampah dikelola kolektif:Daur ulang plastik 1.5 0.25 1.8 0.45 2.4 0.83 3.6 0.98Daur ulang kertas 1.5 0.25 1.8 0.45 2.4 0.83 3.6 0.98Organik dikomposkan 1 5.5 1.2 6.3 2.4 8 2.7 9.8Dibakar di TPS dan TPA 0.5 10 0.6 9.68 0 8.25 0 7.8

Diurug di open dumping 45 4 53.4 5.63 69.6 9.63 76.5 13

Diurug dengan sanitary landfi ll + biogas captured 0.5 - 1.2 - 3.2 - 3.6 -

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

52 53

Page 71: Konten C6921.pdf

2005 2010 2020 2030

Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urban RuralSampah dikelola sendiri:Daur ulang plastik 1.5 2.4 1.2 2.33 0.6 2.18 0.3 2.03Daur ulang kertas 1.5 4 1.2 3.88 0.6 3.63 0.3 3.38Organik dikomposkan 1 40 0.8 38.8 0.4 36.3 0.2 33.8Dibakar 5 20 4 19.38 2 18.13 1 16.88Dibuang ke saluran sungai 1 4 0.8 3.88 0.4 3.63 0.2 3.38

Timbun dimana saja 40 9.6 32 9.3 16 8.7 8 8.1

Tabel 5.3 Asumsi yang digunakan dalam alternatif 2 (Law-Based, Pembiayaan Maksimal)

Komponen Pengelolaan Sampah Asumsi yang Digunakan

1)Transportasi/pengangkutan sampah

• Transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan

50%.

• Tingkat pelayanan meningkat 2% per tahun sehingga pada tahun 2020

mencapai 80% dan pada 2030 menjadi 90%.

2)Reduksi sampah

• Terjadi reduksi sampah.

• Timbulan sampah untuk perkotaan meningkat dari 0,6 kg/orang/hari

pada 2005 menjadi 1 kg/orang/hari pada tahun 2030.

• Timbulan sampah untuk pedesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada

2005 menjadi 0,45 kg/orang/hari pada tahun 2030.

3)Pemrosesan akhir

• Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping sekitar 45%

pada 2005, menurun hingga menjadi 0% pada 2030.

• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dengan

persen timbulan sampah yang dibawa ke Sanitary Landfi ll sebesar 0,5%

pada 2005 menjadi 56% pada 2020 dan 63% pada 2030. Sanitary landfi ll

diasumsikan dapat menangkap emisi sebesar 90%.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

52 53

Page 72: Konten C6921.pdf

Komponen Pengelolaan Sampah Asumsi yang Digunakan

4)Kegiatan Pengelolaan Sampah Lain

• Prosentase timbulan sampah yang dikompos di urban meningkat dari 1 %

pada 2005 menjadi 6.4% pada 2020 dan 7.2% pada 2030.

• Plastik didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005 menjadi 4,80% pada

2020 dan 5,40% pada 2030.

• Kertas didaur ulang meningkat dari 2,4% pada 2005, pada 2020 mencapai

3,7% dan pada 2030 mencapai 4,6%.

• Pembakaran sampah menurun dari 0.5% pada 2005 menjadi 0% pada

2020 dan 0% pada 2030.

Tabel 5.4 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 2 (Law-Based, Pembiayaan Maksimal)

2005 2010 2020 2030

Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urban RuralUnit: % (prosentase)Timbulan sampah yang diangkut ke landfi ll

50 20 60 30 80 50 90 70

Sampah dikelola kolektif:Daur ulang plastik 1.5 0.25 1.8 1.2 4.8 2.5 5.4 4.2Daur ulang kertas 1.5 0.25 1.8 1.2 4.8 2.5 5.4 4.2O r g a n i k dikomposkan 1 5.5 2.4 9 6.4 20 7.2 35

Dibakar di TPS dan TPA 0.5 10 0.6 12 0 12 0 9.1

Diurug di open dumping 45 4 48 6.6 0 13 0 17.5

Diurug dengan sanitary landfi ll + biogas captured

0.5 - 2.4 - 56 - 63 -

Diurug dengan controlled landfi ll + biogas captured

0 - 3 - 8 - 9 -

Sampah dikelola sendiri:Daur ulang plastik 1.5 2.4 1.6 2.8 1.2 3 0.7 2.4Daur ulang kertas 1.5 4 1.6 4.9 1.2 4 0.8 2.4O r g a n i k dikomposkan 1 40 1.6 42 2 36.5 1.2 23.7

Dibakar 5 20 3.2 10.5 0.6 2.5 0.3 0Dibuang ke saluran sungai 1 4 0.8 2.8 0.2 1 0 0.3

Timbun dimana saja 40 9.6 31.2 7 14.8 3 7 1.2

*) Reduksi emisi CO2 eq menyatakan selisih antara emisi yang dikeluarkan oleh skenario BAU (lihat Tabel 5) dengan

Alternatif 2 (Pembiayaan Maksimal)

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

54 55

Page 73: Konten C6921.pdf

Tabel 5.5 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 3 (Pembiayaan Optimis)

Komponen Pengelolaan Sampah Asumsi yang Digunakan

1)Transportasi/ pengangkutan

sampah

• Transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.

• Tingkat pelayanan meningkat 2 % per tahun sehingga pada tahun 2020 mencapai

80% dan pada 2030 menjadi 90,1%.

2)Reduksi sampah

• Terjadi reduksi sampah.

• Timbulan sampah untuk perkotaan meningkat dari 0,6 kg/orang/hari pada 2005

menjadi 1,05 kg/orang/hari pada tahun 2030.

• Timbulan sampah untuk pedesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada 2005

menjadi 0,48 kg/orang/hari pada tahun 2030.

3)Pemrosesan akhir

• Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping sekitar 45% pada 2005,

menurun menjadi 0% pada tahun 2030.

• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dengan persen

timbulan sampah yang dibawa ke Sanitary Landfi ll sebesar 0,5% pada 2005 menjadi

44% pada 2020 dan 49.5% pada 2030. Selain itu, dilakukan pula konversi Open

Dumping menjadi Controlled landfi ll dari 0% pada tahun 2005 menjadi 20% pada

2020 dan 22.5% pada tahun 2030. Sanitary landfi ll dan Controlled landfi ll yang

digunakan, diasumsikan dapat menangkap emisi sebesar 75 %. Skenario optimis ini

melibatkan hasil FGD pada tanggal 18 November 2009 dengan Departemen PU,

yaitu konversi 30 Open Dumping per tahun menjadi Sanitary Landfi ll.

4)Kegiatan Pengelolaan Sampah

Lain

• Prosentase timbulan sampah yang dikompos meningkat dari 1% pada 2005 menjadi

6.4% pada 2020 dan 7.2% pada 2030.

• Plastik didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005 menjadi 4.8% pada 2020 dan

5.4% pada 2030.

• Kertas didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005, pada 2020 mencapai 4.8% dan

pada 2030 mencapai 5,4%.

• Pembakaran sampah menurun dari 0.5% pada 2005 menjadi 0% pada 2030.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

54 55

Page 74: Konten C6921.pdf

Tabel 5.6 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 3 (Pembiayaan Optimis)

2005 2010 2020 2030Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urban Rural

Unit: % (prosentase)Timbulan sampah yang diangkut ke landfi ll 50 20 60 30 80 50 70 45

Sampah yang diangkut kolektif:Daur ulang plastik 1.5 0.25 1.8 1.2 4.8 2.5 5.4 4.2Daur ulang kertas 1.5 0.25 1.8 1.2 4.8 2.5 5.4 4.2Organik dikomposkan 1 5.5 2.4 9 6.4 20 7.2 31.5Dibakar di TPS dan TPA 0.5 10 0.6 12 0 12 0 9.1

Diurug di open dumping 45 4 48 6.6 0 13 0 21

Diurug dengan sanitary landfi ll + biogas captured 0.5 - 1.8 - 44 - 49.5 -

Diurug dengan controlled landfi ll + biogas captured

0 - 3 - 20 - 22.5 -

Sampah dikelola sendiri:Daur ulang plastik 1.5 2.4 1.6 2.8 1.2 3 0.7 2.4Daur ulang kertas 1.5 4 1.6 4.9 1.2 4 0.7 2.4Organi dikomposkan 1 40 1.6 42 1.2 36.5 0.9 23.7Dibakar 5 20 3.2 10.5 1.4 2.5 0.7 0Dibuang ke saluran sungai 1 4 0.8 2.8 0.2 1 0 0.3

Timbun dimana saja 40 9.6 31.2 7 14.8 3 7 1.2

*) Reduksi emisi CO2 eq menyatakan selisih antara emisi yang dikeluarkan oleh skenario BAU (lihat Tabel 5.5) dengan alternatif 3 (pembiayaan Optimis)

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

56 57

Page 75: Konten C6921.pdf

Tabel 5.7 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 4 (Pembiayaan Moderat)

Komponen Pengelolaan Sampah Asumsi yang Digunakan

1)Transportasi/pengangkutan sampah

• Transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.

• Tingkat pelayanan meningkat 2 % per tahun sehingga pada tahun 2020 mencapai 80% dan pada 2030 menjadi 90%.

2)Reduksi sampah

• Terjadi reduksi sampah.

• Timbulan sampah untuk perkotaan meningkat dari 0,6 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 1,1 kg/orang/hari pada tahun 2030.

• Timbulan sampah untuk pedesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 0,5 kg/orang/hari pada tahun 2030.

3)Pemrosesan akhir

• Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping sekitar 45% pada 2005, menurun menjadi 18% pada tahun 2020 dan 0% pada 2030.

• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dengan persen timbulan sampah yang dibawa ke Sanitary Landfi ll sebesar 0,5% pada 2005 menjadi 19,39% pada 2020 dan 28,8% pada 2030. Selain itu, timbulan sampah diproses pula di Controlled Landfi ll mencapai 30.4% pada 2020 dan 45.9% pada 2030. Sanitary landfi ll dan Controlled landfi ll yang digunakan, diasumsikan dapat menangkap emisi sebesar 50%. Alternatif 4 (Pembiayaan Moderat) ini mengakomodasi hasil FGD pada tanggal 18 November 2009 dengan Departemen PU.

4)Kegiatan Pengelolaan Sampah Lain

• Prosentase timbulan sampah yang dikompos meningkat dari 1% pada 2005 menjadi 5.6% pada 2020 dan 7% pada 2030.

• Plastik didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005 menjadi 3.2% pada 2020 dan 4.5% pada 2030.

• Kertas didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005, pada 2020 mencapai 3.2% dan pada 2030 mencapai 4.5%.

• Pembakaran sampah menurun dari 0.5% pada 2005 menjadi 0% pada 2030.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

56 57

Page 76: Konten C6921.pdf

Tabel 5.8 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 4 (Pembiayaan Moderat)

2005 2010 2020 2030Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urban Rural

Unit: % (prosentase)

Timbulan sampah yang diangkut ke landfi ll 50 20 60 25 80 35 90 45

Sampah yang dikelola kolektif:Daur ulang plastik 1.5 0.25 1.8 0.5 3.2 1.75 4.5 2.7Daur ulang kertas 1.5 0.25 1.8 0.5 3.2 1.75 4.5 2.7Organik dikomposkan 1 5.5 2.4 7.5 5.6 12.3 6.3 18

Dibakar di TPS dan TPA 0.5 10 0.6 10 0 8.4 0 5.85

Diurug di open dumping 45 4 40.5 6.5 18 10.85 0 15.75

Diurug dengan sanitary landfi ll + biogas captured 0.5 - 5.28 - 19.39 - 28.8 -

Diurug dengan controlled landfi ll + biogas captured 0 - 7.8 - 30.4 - 45.9 -

Sampah dikelola sendiri:Daur ulang plastik 1.5 2.4 1.6 3 1.2 3.9 0.7 3.85Daur ulang kertas 1.5 4 1.6 3.75 1.2 3.9 0.7 4.4Organik dikomposkan 1 40 1.6 41.3 1.2 42.3 0.8 38.5Dibakar 5 20 3.2 16.5 1.4 9.75 0.7 5.5Dibuang ke saluran sungai 1 4 0.8 3 0.2 1.3 0 0.55Timbun dimana saja 40 9.6 31.2 7.5 14.8 3.9 7.1 2.2

*) Reduksi emisi CO2 eq menyatakan selisih antara emisi yang dikeluarkan oleh aternatif BAU (lihat Tabel 5) dengan Alternatif

4 (Pembiayaan Moderat)

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

58 59

Page 77: Konten C6921.pdf

Tabel 5.9 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 5 (Pembiayaan Pesimis)

Komponen Pengelolaan Sampah Asumsi yang Digunakan

1)Transportasi/pengangkutan sampah

• Transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.

• Tingkat pelayanan meningkat 2 % per tahun sehingga pada tahun 2020 mencapai 80% dan pada 2030 menjadi 90%.

2)Reduksi sampah

• Terjadi reduksi sampah.

• Timbulan sampah untuk perkotaan meningkat dari 0,6 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 1,15 kg/orang/hari pada tahun 2030.

• Timbulan sampah untuk pedesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 0,53 kg/orang/hari pada tahun 2030.

3)Pemrosesan akhir

• Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping sekitar 45% pada 2005, menurun menjadi 36.8 % pada tahun 2020 dan 32.4 % pada 2030.

• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dengan persen timbulan sampah yang dibawa ke Sanitary Landfi ll sebesar 0% pada 2005 menjadi 16.8 % pada 2020 dan 23.4% pada 2030. Selain itu, timbulan sampah diproses pula di Controlled Landfi ll mencapai 12.8% pada 2020 dan 18.9 % pada 2030. Sanitary landfi ll dan Controlled landfi ll yang digunakan, diasumsikan dapat menangkap emisi sebesar 40%. Alternatif 5 (Pembiayaan Pesimis) ini mengakomodasi hasil FGD pada tanggal 18 November 2009 dengan Departemen PU.

4)Kegiatan Pengelolaan Sampah Lain

• Prosentase timbulan sampah yang dikompos meningkat dari 1% pada 2005 menjadi 5.6% pada 2020 dan 6.3% pada 2030.

• Plastik didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005 menjadi 4% pada 2020 dan 4.5% pada 2030.

• Kertas didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005, pada 2020 mencapai 4% dan pada 2030 mencapai 4.5%.

• Pembakaran sampah menurun dari 0.5% pada 2005 menjadi 0% pada 2030.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

58 59

Page 78: Konten C6921.pdf

Tabel 5.10 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 5 (Pembiayaan Pesimis)

2005 2010 2020 2030Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urban Rural

Unit: % (prosentase)Waste transported collectively 50 20 60 22.5 80 27.5 90 32.5

Sampah dikelola kolektif:Daur ulang plastik 1.5 0.25 1.8 0.45 4 1.1 4.5 1.63Daur ulang kertas 1.5 0.25 1.8 0.45 4 1.1 4.5 1.63Organik dikomposkan 1 5.5 2.4 6.3 5.6 9.35 6.3 11.05Dibakar di TPS dan TPA 0.5 10 0.6 9.45 0 7.43 0 6.83

Diurug di open dumping 45 4 43.2 5.85 36.8 8.53 32.4 11.38

Diurug dengan sanitary landfi ll + biogas captured 0 - 6.6 - 16.8 - 23.4 -

Diurug dengan controlled landfi ll + biogas captured

0.5 - 3.6 - 12.8 - 18.9 -

Sampah dikelola sendiri:Daur ulang plastik 1.5 2.4 1.6 3.1 1 4.35 0.5 4.05Daur ulang kertas 1.5 4 1.6 3.88 0.8 4.35 0.7 4.05Organik dikomposkan 1 40 1.6 41.1 1.6 43.5 0.8 43.9Dibakar 5 20 3.2 18.6 1.6 14.5 0.8 12.15Dibuang ke saluran sungai 1 4 0.8 3.1 0.2 1.45 0 0.68

Timbun dimana saja 40 9.6 31.2 7.75 14.8 4.35 7.2 2.7

*) Reduksi emisi CO2 eq menyatakan selisih antara emisi yang dikeluarkan oleh alternatif BAU (lihat Tabel 5) dengan alternative

5 (pembiayaan Pesimis)

Hasil perhitungan dari tiap skenario di atas kemudian disajikan dalam Gambar 5.1, 5.2, dan 5.3 untuk melihat trend emisi CO2, reduksi emisi, dan biaya mitigasi terhadap Business As Usual (BAU).

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

60 61

Page 79: Konten C6921.pdf

Gambar 5.1 Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) tiap Alternatif terhadap Alternatif 1 (BAU)

Gambar 5.2 Reduksi Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) dibandingkan terhadap Alternatif 1 (BAU)

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

60 61

Page 80: Konten C6921.pdf

Gambar 5.3 Biaya Mitigasi Tiap Skenario dibandingkan alternatif 1 (BAU)

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

62 63

Page 81: Konten C6921.pdf

Tabl

e 5.

11 M

atrik

s Aks

i Miti

gasi

Alte

rnat

if K

ebija

kan

(ber

dasa

rkan

Per

beda

an Ju

mla

h Pe

mbi

ayaa

n)

Alte

rnat

ifPe

riode

Aku

mul

asi

Red

uksi

E

mis

i (M

t C

O2)

Tota

l Bia

ya

Miti

gasi

(ju

ta U

SD)

Aba

tem

ent

Cos

t (U

SD/

t CO

2)

Red

uksi

E

mis

i di

band

ingk

an

dena

gn B

AU

(%)

Keb

ijaka

n ya

ng D

iper

luka

n

Law

- Ba

sed

2010

– 2

020

113

,67

3.72

110

7,20

19,0

4%(1

)Mel

aksa

naka

n ka

jian

inve

ntar

isasi

GRK

dar

i se

ktor

sam

pah

yang

leb

ih l

engk

ap d

an

sem

purn

a de

ngan

dise

rtai

renc

ana

peng

uran

gan

GRK

yan

g sis

tem

atis.

(2

)Men

erap

kan

kebi

jaka

n pe

mba

ngun

an i

nfra

stru

ktur

bid

ang

pers

ampa

han

berw

awas

an

lingk

unga

n ya

ng d

iduk

ung o

leh

peng

emba

ngan

dan

pen

eliti

an te

knol

ogi t

erap

an b

erw

awas

an

lingk

unga

n.

(3)M

enge

mba

ngka

n pe

nera

pan

kebi

jaka

n lin

gkun

gan

hidu

p un

tuk

prin

sip 3

R (re

duce,

reus

e, rec

ycle)

dala

m p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han.

(3)M

enge

mba

ngka

n pe

nera

pan

kebi

jaka

n lin

gkun

gan

hidu

p un

tuk

prin

sip 3

R (re

duce,

reus

e, rec

ycle)

dala

m p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han.

(4

)Pen

gura

ngan

sam

pah

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya s

eban

yak

mun

gkin

, dig

unak

an k

emba

li (re

use)

dan

did

aur u

lang

(rec

ycle

) (3R

) seb

elum

dia

ngku

t ke

TPA

. 5)

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll g

as –

LFG

) mel

alui

pen

gum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au m

elal

ui p

ener

apan

energ

y reco

very s

ystem

. (6

)Pem

bang

unan

TPS

T 3R

di s

emua

kot

a/ka

b di

Indo

nesia

.

20

10 –

203

0 4

12,0

6 5.

130

49,2

726

,74%

Opt

imis

2010

– 2

020

9

1,54

4.

117,

56

166,

9815

,34%

(1)M

elak

sana

kan

kajia

n in

vent

arisa

si G

RK d

ari

sekt

or s

ampa

h ya

ng l

ebih

len

gkap

dan

se

mpu

rna

deng

an d

isert

ai re

ncan

a pe

ngur

anga

n G

RK y

ang

siste

mat

is.

(2)M

ener

apka

n ke

bija

kan

pem

bang

unan

inf

rast

rukt

ur b

idan

g pe

rsam

paha

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

yang

did

ukun

g ole

h pe

ngem

bang

an d

an p

enel

itian

tekn

olog

i ter

apan

ber

waw

asan

lin

gkun

gan.

(3

)Men

gem

bang

kan

pene

rapa

n ke

bija

kan

lingk

unga

n hi

dup

untu

k pr

insip

3R

(redu

ce, re

use,

recycl

e) da

lam

pen

gelo

laan

per

sam

paha

n.

(4)P

engu

rang

an s

ampa

h (re

duce

) da

ri su

mbe

rnya

seb

anya

k m

ungk

in, d

igun

akan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um d

iang

kut k

e TP

A.

5)Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l gas

– L

FG) m

elal

ui p

engu

mpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

mel

alui

pen

erap

an en

ergy r

ecover

y syst

em.

(6)P

emba

ngun

an T

PST

3R d

i sem

ua k

ota/

kab

di In

done

sia.

20

10 –

203

0 3

39,3

9 5

.554

,50

72,1

222

,03%

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

62 63

Page 82: Konten C6921.pdf

Alte

rnat

ifPe

riode

Aku

mul

asi

Red

uksi

E

mis

i (M

t C

O2)

Tota

l Bia

ya

Miti

gasi

(ju

ta U

SD)

Aba

tem

ent

Cos

t (U

SD/

t CO

2)

Red

uksi

E

mis

i di

band

ingk

an

dena

gn B

AU

(%)

Keb

ijaka

n ya

ng D

iper

luka

n

Mod

erat

2010

– 2

020

5

0,90

3.

169,

98

190,

128,

53%

(1)M

elak

sana

kan

kajia

n in

vent

arisa

si G

RK d

ari

sekt

or s

ampa

h ya

ng l

ebih

len

gkap

dan

se

mpu

rna

deng

an d

isert

ai re

ncan

a pe

ngur

anga

n G

RK y

ang

siste

mat

is.

(2)M

ener

apka

n ke

bija

kan

pem

bang

unan

inf

rast

rukt

ur b

idan

g pe

rsam

paha

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

yang

did

ukun

g ole

h pe

ngem

bang

an d

an p

enel

itian

tekn

olog

i ter

apan

ber

waw

asan

lin

gkun

gan.

(3

)Men

gem

bang

kan

pene

rapa

n ke

bija

kan

lingk

unga

n hi

dup

untu

k pr

insip

3R

(redu

ce, re

use,

recycl

e) da

lam

pen

gelo

laan

per

sam

paha

n.

(4)P

engu

rang

an s

ampa

h (re

duce

) da

ri su

mbe

rnya

seb

anya

k m

ungk

in, d

igun

akan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um d

iang

kut k

e TP

A.

5)Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l gas

– L

FG) m

elal

ui p

engu

mpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

mel

alui

pen

erap

an en

ergy r

ecover

y syst

em.

(6)P

emba

ngun

an T

PST

3R d

i sem

ua k

ota/

kab

di In

done

sia.

20

10 –

203

0 2

36,2

0 4

.407

,16

74,0

815

,33%

Pesim

is20

10 –

202

0

28,

30

2

.770

,80

333,

634,

74%

(1)M

elak

sana

kan

kajia

n in

vent

arisa

si G

RK d

ari

sekt

or s

ampa

h ya

ng l

ebih

len

gkap

dan

se

mpu

rna

deng

an d

isert

ai re

ncan

a pe

ngur

anga

n G

RK y

ang

siste

mat

is.

(2)M

ener

apka

n ke

bija

kan

pem

bang

unan

inf

rast

rukt

ur b

idan

g pe

rsam

paha

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

yang

did

ukun

g ole

h pe

ngem

bang

an d

an p

enel

itian

tekn

olog

i ter

apan

ber

waw

asan

lin

gkun

gan.

(3

)Men

gem

bang

kan

pene

rapa

n ke

bija

kan

lingk

unga

n hi

dup

untu

k pr

insip

3R

(redu

ce, re

use,

recycl

e) da

lam

pen

gelo

laan

per

sam

paha

n.

(4)P

engu

rang

an s

ampa

h (re

duce

) da

ri su

mbe

rnya

seb

anya

k m

ungk

in, d

igun

akan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um d

iang

kut k

e TP

A.

(5)P

enin

gkat

an m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sam

pah

(land

fi ll g

as –

LFG

) mel

alui

pen

gum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au m

elal

ui p

ener

apan

energ

y reco

very s

ystem

. (6

)Pem

bang

unan

TPS

T 3R

di s

emua

kot

a/ka

b di

Indo

nesia

.

20

10 –

203

0

159,

62

4.0

57,0

6 10

1,16

10,3

6%

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

64 65

Page 83: Konten C6921.pdf

5.2 Isu-isu Strategis Perubahan Iklim Pada Sektor Limbah

Isu peraturan sebagai payung hukum untuk seluruh aktivitas terkait pengelolaan sampah di Indonesia memfokuskan pada peraturan pengelolaan sampah yang baru, yaitu UU No.18/2008, sehingga pengelolaan sampah di seluruh Indonesia harus mengikuti peraturan tersebut. Mengacu pada peraturan tersebut, aktivitas pengelolaan sampah berdasar pada pelayanan publik oleh pemerintah daerah yang menetapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) dan mendukung EPR (Extended Producer Responsibility).

Strategi penting lainnya yang tercantum dalam peraturan baru tersebut adalah regulasi untuk pemerintah daerah agar menutup TPA dengan sistem open dumping dan menggantinya dengan controlled landfill untuk kota kecil dan menengah serta sanitary landfill untuk kota besar dan metropolitan pada tahun 2015. Selain itu, pemerintah daerah harus memonitor dan mengontrol penutupan TPA sampai 20 tahun.

Strategi pendanaan pada umumnya berkaitan dengan fakta bahwa alokasi dana pemerintah daerah untuk pengelolaan sampah masih rendah (< 3 %). Di masa yang akan datang, diharapkan pengelolaan sampah di Indonesia berdasarkan inisiatif pendanaan mandiri, seperti perusahaan sanitasi lokal atau Badan Layanan Umum (BLU). Selain itu, isu pendanaan ini berkaitan juga dengan porsi alokasi dana tahunan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta dengan jumlah retribusi yang didapatkan dari masyarakat untuk pengelolaan sampah.

Dari berbagai strategi yang telah disebutkan di atas, strategi paling penting adalah aspek sosial yaitu partisipasi masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat, semua rencana aktivitas pengelolaan sampah ini tidak akan terlaksana. Pendekatan signifikan terhadap masyarakat harus dilakukan untuk mendukung program pemerintah terkait pengelolaan sampah ini.

Dalam hal mitigasi sampah di Indonesia dapat dilakukan upaya-upaya mitigasi dengan berbagai alternatif strategi, seperti di bawah ini:

- Melaksanakan kajian inventarisasi GRK dari sektor sampah yang lebih lengkap dan sempurna dengan disertai rencana pengurangan GRK yang sistematis.

- Menerapkan kebijakan pembangunan infrastruktur bidang persampahan berwawasan lingkungan yang didukung oleh pengembangan dan penelitian teknologi terapan berwawasan lingkungan.

- Mengembangkan penerapan kebijakan lingkungan hidup untuk prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dalam pengelolaan persampahan.

- Mengembangkan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan (dengan menjaga keseimbangan 3 pilar pembangunan, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan) dengan mengurangi emisi GRK (Gas Rumah Kaca) dan meningkatkan penyerapan karbon

- Menyelenggarakan pembangunan infrastruktur bidang persampahan yang lebih memperhatikan aspek peningkatan kapasitas (capacity building) SDM dan institusi termasuk kompetensi dan

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

64 65

Page 84: Konten C6921.pdf

kemandirian pemda dalam pembangunan infrastruktur yang berwawasan lingkungan serta mendorong peran sektor swasta dan masyarakat.

- Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan antisipatif terhadap perubahan iklim.

- Mengembangkan penerapan EPR (Extended Producer Responsibility) untuk produsen dan importir limbah B3.

- Mengembangkan teknologi peningkatan kualitas landfill:

o Controlled Landfill (CLF) untuk kota kecil dan menengah,

o Sanitary Landfill (SLF) untuk kota besar dan kota metropolitan

o Penghentian Open Dumping

Strategi-strategi kebijakan di atas dijabarkan dalam program-program prioritas terkait mitigasi perubahan iklim yang terbagi dalam empat kelompok utama strategi yaitu:

- kelompok program inventarisasi data dan perencanaan

- kelompok program regulasi dan kebijakan

- kelompok program implementasi

- kelompok program capacity program (penguatan institusi pemda, swasta, dan masyarakat)

5.2.1 Kelompok Program Inventarisasi Data dan Perencanaan

Kelompok program inventarisasi data dan perencanaan ini hanya dilaksanakan pada lima tahun awal perencanaan (2010-2014) yaitu berupa kajian inventarisasi dan pengurangan GRK (Gas Rumah Kaca) dari sektor sampah.

5.2.2 Kelompok Program Regulasi dan Kebijakan

Regulasi dan kebijakan mitigasi sampah terbagi dalam empat periode program. Untuk periode tahun 2010-2014, strategi yang akan diterapkan untuk setiap pulau adalah sebagai berikut:

• Penguatan pendekatan kebijakan lingkungan hidup untuk pengelolaan dan standardisasi persampahan (stepwise approach).

• Penerbitan produk pengaturan pengembangan persampahan oleh pemerintah kabupaten/kota yang sesuai NSPK.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

66 67

Page 85: Konten C6921.pdf

• Penyelesaian peraturan di bidang persampahan

• Penyiapan NSPM bidang persampahan.

• Pengaturan, pembinaan, pengawasan, pengembangan sumber pembiayaan dan pola investasi dalam pengelolaan persampahan

• Penyediaan pedoman pengawasan persampahan.

• Pembuatan NSPK bidang persampahan

• Penyediaan Bantek, Bimtek dan pendampingan (SSK) pengelolaan persampahan

Periode lima tahun berikutnya (2015-2019) mencanangkan dua program unggulan yaitu:

• Pengawasan dan pengembangan sumber pembiayaan dan pola investasi dalam pengelolaan persampahan

• Pengawasan produk pengaturan pengembangan persampahan oleh pemerintah kabupaten/kota yang sesuai NSPK.

Program utama dalam regulasi dan kebijakan pada periode tahun 2020-2024 dan 2025-2030 adalah pengawasan dan evaluasi produk pengaturan pengembangan persampahan oleh pemerintah kabupaten/kota yang sesuai NSPK. Program lainnya pada periode 2020-2024 adalah perancangan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership) dalam pengelolaan persampahan. Sementara untuk periode akhir perancangan roadmap, dilakukan evaluasi implementasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership) dalam pengelolaan persampahan.

5.2.3 Kelompok Program Implementasi

Kelompok Program Implementasi memiliki program-program utama yang sama bagi 7 pulau utama di Indonesia hanya dengan proporsi pembagian kabupaten/kota yang berbeda dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran B (matriks rekomendasi program implementasi mitigasi sektor sampah). Di bawah ini adalah program-program implementasi mitigasi sektor limbah secara umum:

• Pelaksanaan KPS pengembangan persampahan di kabupaten/kota.

• Pengelolaan persampahan di TPAS dari open dumping menjadi controlled landfill di kota kecil dan menengah; sanitary landfill di kota besar dan metropolitan.

• Pengurangan sampah (reduce) dari sumbernya sebanyak mungkin, digunakan kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle) (3R) sebelum diangkut ke TPA.

• Peningkatan metoda pengelolaan gas sampah (landfill gas – LFG) melalui pengumpulan dan

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

66 67

Page 86: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

68 69

pembakaran atau melalui penerapan energy recovery system.

• Pengadaan replikasi bantek pengembangan persampahan di kabupaten/kota.

• Penyediaan infrastruktur persampahan di kab/kota di setiap pulau di Indonesia

• Penyediaan fasilitas TPA CDM di kota metropolitan

• Penyediaan fasilitas pengelolaan persampahan

• Pengangkutan sampah di kota/kab di tiap pulau diIndonesia

• Pengangkutan sampah di tiap pulau di Indonesia

• Pembangunan TPST 3R di semua kota/kab di Indonesia.

5.2.4 Kelompok Program Capacity Program

Pemberdayaan masyarakat menjadi aspek penting dalam mitigasi sektor limbah di Indonesia, maka perlu direncanakan program-program yang berkaitan terutama dengan program kemitraan antara masyarakat dan pemerintah daerah serta pengelola persampahan, seperti dijabarkan di bawah ini:

• Penguatan kemitraan pemerintah dan masyarakat.

• Penguatan institusi pemerintah daerah dalam pengelolaan persampahan.

• Pengadaan kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja pengembangan pengelolaan persampahan

• Pengadaan fasilitas bagi kegiatan pengembangan sumber pembiayaan dan pola investasi bidang persampahan melalui kerjasama pemerintah dunia usaha dan masyarakat

Page 87: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

68 69

DAFTAR PusTAKA

1. Interg IPCC, Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, S. Solomon, D. Qin, M.Manning, Z. Chen, M.Marquis, K, 2007

2. IPCC, Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of WorkingGroup I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, S. Solomon, D. Qin, M.Manning, Z. Chen, M.Marquis, K, 2007

3. Damanhuri, Enri. 2008. A Future Prospect Of Municipal Solid Waste Management in Indonesia. The 5th Asian-Pacific Landfill Symposium in Sapporo, Japan.

4. Damanhuri Enri. 2005. Some Principal Issues On Municipal Solid Waste Management In Indonesia. Expert Meeting on Waste Management in Asia-Pacific Islands, Japan.

5. AEA Technology (1998) Options to reduce nitrous oxide emissions. Report to DG XI of the European Commission.

6. United Nations Framework Convention on Climate Change (1995) – the Kyoto Protocol.

http://www.unfccc.int/resource/process/components/response/respkp.html

7. OECD 1999, ‘OECD Environmental Data 1999’, Chapter 7, Waste.

8. APME (Association of Plastics Manufacturers in Europe) (1999) Information system on plastic consumption and waste management in Western Europe. European overview – 1997 data. Report by Taylor Nelson Sofres Consulting.

9. BPS (2004); Statistik Perumahan dan Permukiman, Modul SUSENAS 2004.

10. BPPT; Kajima & Tohoku Corp. (2006); Jelekong Landfill Gas Collection and Energy Recovery CDM Project

11. BPPT (2008) ; Studi Neraca Gas Rumah Kaca di Indonesia, Laporan Akhir

12. Ditjen Cipta Karya -DPU (2007); Sasaran Pembangunan Nasional 2009 dan Strategi Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) 2015

13. Hansen, J. & Sato, M., 2001. Trends of measure climate forcing agents. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 98(26), pp. 14778-14783.

14. Mikaloff Fletcher, S., Tans, P., Bruhwiler, L., Miller, J. & Heimann, M., 2004b. CH4 sources estimated

Page 88: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

70 71

from atmospheric observations of CH4 and its 13C/12C isotopic ratios: 2. Inverse modeling of CH4 fl uxes from geograpgical regions. Global Biogeochem. Cycles 18, GB4005, doi:10.1029/2004GB002224.

15. NOAA, 2005. Radiative climate forcing by long-lived greenhouse gases: the NOAA annual greenhouse gas index (aggi). NOAA Earth System Research Laboratory, R/GMD, 325 Broadway, Boulder, USA. http://www.cmdl.noaa.gov/aggi/

16. World Bank, Feasibility Study of Makassar Gas Project, (November 16, 2007)

Page 89: Konten C6921.pdf

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

70 71ICCSR - SektoR LImbah

71

LAmPiRAn

Page 90: Konten C6921.pdf

LAM

PIRA

N A

RE

KO

ME

ND

ASI

ST

RA

TE

GI

MIT

IGA

SI P

ER

UB

AH

AN

IK

LIM

SE

KT

OR

LIM

BA

H1.

Pu

lau

Sum

ater

a

Kaj

ian

Das

ar S

aint

ifi k

Rek

omen

dasi

unt

uk A

ltern

atif

Str

ateg

i M

itiga

siPr

iorit

as P

rogr

am P

ulau

Sum

ater

a

Inve

ntar

isas

i GR

KSt

atus

Em

isi

2010

– 2

014

2015

– 2

019

2020

– 2

024

2024

– 2

029

- E

misi

GRK

dar

i se

ktor

lim

bah

pada

t pe

rkot

aan

beru

pa

met

ana

(CH

4) ya

ng

diha

silka

n da

ri TP

A

dan

CO

2 ya

ng

diha

silka

n da

ri ke

giat

an

pem

baka

ran

terb

uka.

- Ti

ngka

t tim

bula

n sa

mpa

h do

mes

tik

sebe

sar

0,6

kg/o

rang

/ha

ri un

tuk

perk

otaa

n da

n 0,

3 kg

/ora

ng/h

ari

untu

k pe

desa

an.

- Se

cara

ke

selu

ruha

n,

hany

a 21

%

dari

tota

l lim

bah

pada

t te

rseb

ut

yang

ditr

aspo

rtas

ikan

ke

TPA

(Dep

PU,

200

9).

- Po

tens

i tim

bula

n sa

mpa

h do

mes

tik

yang

di

hasil

kan

Pula

u Su

mat

era

pada

tah

un

2010

(8.8

93 G

g/ta

hun)

, 201

5 (1

0.93

0 G

g/ta

hun)

, 20

20

(13.

138

Gg/

tahu

n),

2025

(1

6.38

8 G

g/ta

hun)

, dan

203

0 (1

9.09

1 G

g/ta

hun)

.-

Berd

asar

kan

Sken

ario

Bus

iness

A

s U

sual

(BA

U),

pote

nsi

emisi

CO

2 eku

ival

en d

i Pul

au

Sum

ater

a pa

da

tahu

n 20

10

(9,3

juta

ton)

, 201

5 (1

1,4

juta

to

n),

2020

(1

3,7

juta

to

n),

2025

(17,

1 ju

ta to

n) d

an 2

030

(19,

9 ju

ta to

n)

- M

elak

sana

kan

kajia

n in

vent

arisa

si G

RK d

ari s

ekto

r lim

bah

pada

t yan

g le

bih

leng

kap

dan

sem

purn

a de

ngan

di

sert

ai r

enca

na p

engu

rang

an G

RK

yang

sist

emat

is.-

Men

erap

kan

kebi

jaka

n pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r bi

dang

pe

rsam

paha

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

yang

di

duku

ng

oleh

pe

ngem

bang

an

dan

pene

litia

n te

knol

ogi

tera

pan

berw

awas

an

lingk

unga

n.-

Men

gem

bang

kan

pene

rapa

n ke

bija

kan

lingk

unga

n hi

dup

untu

k pr

insip

3R

(redu

ce, re

use,

recycl

e) da

lam

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n.-

Men

gem

bang

kan

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

yang

be

rkel

anju

tan

(den

gan

men

jaga

kes

eim

bang

an 3

pi

lar

pem

bang

unan

, yai

tu e

kono

mi,

sosia

l, da

n lin

gkun

gan)

de

ngan

m

engu

rang

i em

isi

GRK

(G

as

Rum

ah

Kac

a)

dan

men

ingk

atka

n pe

nyer

apan

kar

bon

- M

enye

leng

gara

kan

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

bida

ng p

ersa

mpa

han

yang

le

bih

mem

perh

atik

an a

spek

pe

ning

kata

n ka

pasit

as

(capa

city

build

ing)

SDM

dan

inst

itusi

term

asuk

ko

mpe

tens

i dan

kem

andi

rian

pem

da

dala

m p

emba

ngun

an i

nfra

stru

ktur

ya

ng b

erw

awas

an l

ingk

unga

n se

rta

men

doro

ng

pera

n se

ktor

sw

asta

da

n m

asya

raka

t.-

Men

gem

bang

kan

tekn

olog

i pe

ngel

olaa

n sa

mpa

h ya

ng

ram

ah

lingk

unga

n da

n an

tisip

atif

terh

adap

pe

ruba

han

iklim

.-

Men

gem

bang

kan

tekn

olog

i pe

ning

kata

n ku

alita

s lan

dfi ll

: (1

) C

ontro

lled

Land

fi ll (

CLF

) un

tuk

kota

ke

cil

dan

men

enga

h,(2

) Sa

nita

ry

Land

fi ll

(SLF

) un

tuk

kota

bes

ar d

an k

ota

met

ropo

litan

(3

) Pe

nghe

ntia

n O

pen

Dum

ping

.-

Men

gem

bang

kan

pene

rapa

n E

PR

(Ext

ende

d Pr

oduc

er R

espo

nsib

ility

) un

tuk

prod

usen

da

n im

port

ir lim

bah

B3

Kel

ompo

k pr

ogra

m in

vent

aris

asi d

ata

dan

pere

ncan

aan

- K

ajia

n in

vent

arisa

si da

n pe

ngur

anga

n G

RK d

ari

sekt

or

limba

h pa

dat.

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

- Pe

ngua

tan

pend

ekat

an k

ebija

kan

lingk

unga

n hi

dup

untu

k pe

ngel

olaa

n da

n st

anda

rdisa

si pe

rsam

paha

n (st

epwi

se ap

proa

ch).

- Pe

nerb

itan

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh p

emer

inta

h k

abup

aten

/kot

a ya

ng se

suai

N

SPK

.-

Peny

eles

aian

per

atur

an d

i bid

ang

pers

ampa

han

- Pe

nyia

pan

NSP

M b

idan

g pe

rsam

paha

n.-

Peng

atur

an,

pem

bina

an,

peng

awas

an,

peng

emba

ngan

su

mbe

r pe

mbi

ayaa

n da

n po

la in

vest

asi d

alam

pen

gelo

laan

pe

rsam

paha

n-

Peny

edia

an p

edom

an p

enga

was

an p

ersa

mpa

han.

- Pe

mbu

atan

NSP

K b

idan

g pe

rsam

paha

n-

Peny

edia

an

Bant

ek,

Bim

tek

dan

pend

ampi

ngan

(S

SK)

peng

elol

aan

pers

ampa

han

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

- Pe

laks

anaa

n K

PS

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n di

ka

bupa

ten/

kota

.-

Peng

elol

aan

pers

ampa

han

di

TPA

S da

ri op

en

dump

ing

men

jadi

cont

rolle

d lan

dfi ll

di k

ota

keci

l dan

men

enga

h; sa

nita

ry

landfi

ll di

kot

a be

sar d

an m

etro

polit

an s

ebes

ar 1

0%.

- Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya s

eban

yak

mun

gkin

, dig

unak

an k

emba

li (re

use)

da

n di

daur

ula

ng (

recy

cle)

(3R

) se

belu

m d

iang

kut

ke T

PA

sebe

sar 2

0%.

- Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l gas

LFG

) mel

alui

pen

gum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au m

elal

ui

pene

rapa

n en

ergy r

ecover

y syst

em se

bany

ak 5

%.

- Pe

ngad

aan

repl

ikas

i ba

ntek

pen

gem

bang

an p

ersa

mpa

han

di k

abup

aten

/kot

a.-

Peny

edia

an in

fras

truk

tur p

ersa

mpa

han

di 4

1 ka

b/ko

ta d

i Pu

lau

Sum

ater

a.-

Peny

edia

an fa

silita

sTPA

CD

M d

i 6 k

ota

met

ropo

litan

- Pe

nyed

iaan

fasil

itas p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han

seba

nyak

41

1 un

it-

Peng

angk

utan

sam

pah

di 4

1 ko

ta/k

ab d

i Pul

au S

umat

era.

- Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pul

au S

umat

era

sebe

sar 3

0%.

- Pe

mba

ngun

an T

PST

3R d

i sem

ua k

ota/

kab

di P

ulau

Su

mat

era.

Kel

ompo

k pr

ogra

m c

apac

ity b

uild

ing

(pen

guat

an i

nstit

usi

pem

da, s

was

ta, d

an m

asya

raka

t)

- Pe

ngua

tan

kem

itraa

n pe

mer

inta

h da

n m

asya

raka

t.-

Peng

uata

n in

stitu

si pe

mer

inta

h da

erah

dal

am p

enge

lola

an

pers

ampa

han.

- Pe

ngad

aan

kegi

atan

mon

ev

kine

rja

peng

emba

ngan

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n -

Peng

adaa

n fa

silita

s ba

gi k

egia

tan

peng

emba

ngan

sum

ber

pem

biay

aan

dan

pola

inve

stas

i bid

ang

pers

ampa

han

mel

alui

ke

rjasa

ma

pem

erin

tah

duni

a us

aha

dan

mas

yara

kat

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

- Pe

ngaw

asan

dan

pen

gem

bang

an

sum

ber

pem

biay

aan

dan

pola

in

vest

asi

dala

m

peng

elol

aan

pers

ampa

han

- Pe

ngaw

asan

pro

duk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh p

emer

inta

h k

abup

aten

/kot

a ya

ng se

suai

NSP

K.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si-

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di T

PAS

dari

open

du

mpin

g m

enja

di c

ontro

lled

landfi

ll di

ko

ta

keci

l da

n m

enen

gah;

sa

nita

ry l

andfi

ll di

kot

a be

sar

dan

met

ropo

litan

seb

esar

20%

- Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik (r

educ

e) d

ari s

umbe

rnya

se

bany

ak

mun

gkin

, di

guna

kan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ul

ang

(recy

cle)

(3R

) se

belu

m d

iang

kut

ke T

PA se

bany

ak 3

0%.

- Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l gas

– L

FG)

mel

alui

pe

ngum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au

mel

alui

pe

nera

pan

energ

y rec

over

y sys

tem

seba

nyak

20%

. -

Pem

bang

unan

pr

oyek

pe

rcon

toha

n (3

R,

CD

M,

biog

as)

- Pe

nyed

iaan

infr

astr

uktu

r pe

rsam

paha

n di

86

kab/

kota

.-

Pem

bang

unan

fasil

itas

peng

elol

aan

pers

ampa

han

seba

nyak

453

uni

t-

Pem

bang

unan

fasil

itas T

PA

CD

M d

i 2 K

ota

Met

ropo

litan

-

Peng

angk

utan

sam

pah

di 8

6 ko

ta/k

ab

- Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pul

au

Sum

ater

a se

besa

r 45%

.-

Pem

elih

araa

n TP

ST 3

R di

se

mua

kab

/kot

a di

Pul

au

Sum

ater

a.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

- Pe

ranc

anga

n pe

ratu

ran

peru

ndan

g-un

dang

an

yang

te

rkai

t de

ngan

ke

mitr

aan

pem

erin

tah-

swas

ta

(pub

lic

priva

te pa

rtners

hip)

da

lam

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n-

Peng

awas

an

dan

eval

uasi

prod

uk

peng

atur

an pe

ngem

bang

an pe

rsam

paha

n ol

eh p

emer

inta

h k

abup

aten

/kot

a ya

ng

sesu

ai N

SPK

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

- Pe

ning

kata

n pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TPA

S da

ri op

en d

umpin

g m

enja

di

contro

lled

landfi

ll di

ko

ta

keci

l da

n m

enen

gah;

sani

tary

land

fi ll d

i kot

a be

sar

dan

met

ropo

litan

seb

esar

30%

- Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya

seba

nyak

m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

da

n di

daur

ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um

dian

gkut

ke

TPA

seba

nyak

40%

.-

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll

gas

– LF

G)

mel

alui

pe

ngum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au

mel

alui

pen

erap

an e

nerg

y rec

over

y sys

tem

seba

nyak

30%

. -

Pem

elih

araa

n in

fras

truk

tur

dan

peni

ngka

tan

pelay

anan

pe

rsam

paha

n di

41

kab/

kota

di

Pula

u Su

mat

era.

- Pe

mba

ngun

an fa

silita

s TP

A C

DM

di

3 K

ota

besa

r -

Peng

adaa

n fa

silita

s pen

gelo

laan

pe

rsam

paha

n se

bany

ak 4

98 u

nit

- Pe

ngem

bang

an p

elay

anan

pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

41

kab/

kota

di P

ulau

Sum

ater

a.-

Peng

angk

utan

sam

pah

di P

ulau

Su

mat

era

sebe

sar 6

0%.

- E

valu

asi,

pem

elih

araa

n, d

an

peng

emba

ngan

proy

ek p

erco

ntoh

an

(3R,

CD

M, b

ioga

s)

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

ins

titus

i pe

mda

, sw

asta

, da

n m

asya

raka

t)-

Pem

bent

ukan

ikl

im y

ang

kond

usif

ba

gi d

unia

usa

ha (s

was

ta) u

ntuk

turu

t be

rper

anse

rta

seca

ra

aktif

da

lam

m

embe

rikan

pel

ayan

an p

ersa

mpa

han,

ba

ik

dala

m

hand

ling-t

rans

porta

tion

mau

pun

dala

m p

enge

lola

an T

PA.

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

- Pe

ngaw

asan

da

n ev

alua

si pr

oduk

pe

ngat

uran

pe

ngem

bang

an

pers

ampa

han

oleh

pe

mer

inta

h

kabu

pate

n/ko

ta

yang

se

suai

NSP

K.

- E

valu

asi i

mpl

emen

tasi

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

yan

g te

rkai

t den

gan

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(pub

lic

priva

te pa

rtners

hip)

dal

am p

enge

lola

an

pers

ampa

han.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

- Pe

ning

kata

n pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TP

AS

dari

open

dum

ping

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di k

ota

keci

l dan

men

enga

h; sa

nita

ry

landfi

ll di

ko

ta

besa

r da

n m

etro

polit

an

sebe

sar 5

0%-

Peng

uran

gan

limba

h pa

dat

dom

estik

(re

duce

) dar

i sum

bern

ya se

bany

ak m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

dan

did

aur u

lang

(re

cycl

e) (

3R)

sebe

lum

dia

ngku

t ke

TPA

se

bany

ak 5

0%.

- Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

mel

alui

pe

nera

pan

energ

y rec

over

y sys

tem

seba

nyak

50

%.

- Pe

mel

ihar

aan

infr

astr

uktu

r dan

pe

ning

kata

n pe

layan

an p

ersa

mpa

han

di 8

6 ka

b/ko

ta

- Pe

mba

ngun

an fa

silita

s TP

A C

DM

di 3

ko

ta b

esar

- Pe

ngad

aan

fasil

itas

peng

elol

aan

pers

ampa

han

seba

nyak

548

uni

t-

Peng

emba

ngan

pel

ayan

an p

enga

ngku

tan

Sa

mpa

h di

86

kota

/kab

.-

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll

gas

– LF

G)

mel

alui

pe

ngum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au m

elal

ui

pene

rapa

n en

ergy

recov

ery

system

se

bany

ak

70%

.-

Eva

luas

i, pe

mel

ihar

aan,

dan

pe

ngem

bang

an m

,pro

yek

perc

onto

han

(3R,

C

DM

, bio

gas)

- Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pul

au S

umat

era

sebe

sar 7

5%.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

in

stitu

si

pem

da,

swas

ta,

dan

mas

yara

kat)

- Pe

ning

kata

n ke

sada

ran

selu

ruh

stak

ehol

ders

te

rhad

ap

pent

ingn

ya

peni

ngka

tan

pelay

anan

per

sam

paha

n.

- Pe

ngem

bang

an

iklim

ya

ng

kond

usif

ba

gi d

unia

usa

ha (

swas

ta)

untu

k tu

rut

berp

eran

sert

a se

cara

ak

tif

dala

m

mem

berik

an

pelay

anan

pe

rsam

paha

n,

baik

dal

am h

andli

ng-tr

ansp

orta

tion

mau

pun

dala

m p

enge

lola

an T

PA.

- Pe

ning

kata

n pe

rans

erta

se

luru

h st

akeh

olde

r da

lam

upa

ya m

enca

pai s

asar

an

pem

bang

unan

per

sam

paha

n.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

72 73

Page 91: Konten C6921.pdf

2. Pu

lau

Jaw

a, P

ulau

Mad

ura,

Pul

au B

ali

Kaj

ian

Das

ar S

aint

ifi k

Rek

omen

dasi

unt

uk A

ltern

atif

Str

ateg

i M

itiga

siPr

iorit

as P

rogr

am P

ulau

Jaw

a, M

adur

a, d

an B

ali

Inve

ntar

isas

i GR

KSt

atus

Em

isi

2010

– 2

014

2015

– 2

019

2020

– 2

024

2024

– 2

029

Em

isi G

RK d

ari

sekt

or l

imba

h pa

dat

perk

otaa

n be

rupa

met

ana

(CH

4) ya

ng

diha

silka

n da

ri TP

A

dan

CO

2 ya

ng

diha

silka

n da

ri ke

giat

an

pem

baka

ran

terb

uka.

Ting

kat

timbu

lan

sam

pah

dom

estik

se

besa

r 0,

6 kg

/ora

ng/h

ari

untu

k pe

rkot

aan

dan

0,3

kg/o

rang

/har

i unt

uk

pede

saan

.�

Se

cara

ke

selu

ruha

n,

hany

a 21

%

dari

tota

l lim

bah

pada

t te

rseb

ut

yang

di

trasp

orta

sikan

ke

TP

A

(Dep

PU

, 20

09).

Pote

nsi

timbu

lan

sam

pah

dom

estik

ya

ng d

ihas

ilkan

Pul

au J

awa,

Mad

ura,

Bali

pada

tah

un 2

010

(24.

754

Gg/

tahu

n),

2015

(2

9.56

9 G

g/ta

hun)

, 20

20

(34.

588

Gg/

tahu

n),

2025

(4

1.94

0 G

g/ta

hun)

dan

203

0 (4

7.45

5 G

g/ta

hun)

.�

Be

rdas

arka

n Sk

enar

io

Busin

ess

As

Usu

al (B

AU

), po

tens

i em

isi C

O2

di

Pula

u Ja

wa,

Mad

ura,

Bali

pada

tahu

n 20

10 (

25,8

juta

ton

), 20

15 (

30,8

juta

to

n), 2

020

(36,

1 ju

ta to

n), 2

025

(43,

7 ju

ta to

n).d

an 2

030

(49,

5 ju

ta to

n).

Mel

aksa

naka

n ka

jian

inve

ntar

isasi

GRK

dar

i se

ktor

lim

bah

pada

t ya

ng

lebi

h le

ngka

p da

n se

mpu

rna

deng

an

dise

rtai

re

ncan

a pe

ngur

anga

n G

RK

yang

sist

emat

is.�

M

ener

apka

n ke

bija

kan

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

bida

ng

pers

ampa

han

berw

awas

an lin

gkun

gan

yang

did

ukun

g ol

eh

peng

emba

ngan

da

n pe

nelit

ian

tekn

olog

i te

rapa

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan.

Men

gem

bang

kan

pene

rapa

n ke

bija

kan

lingk

unga

n hi

dup

untu

k pr

insip

3R

(re

duce,

reu

se, r

ecycle

) da

lam

pen

gelo

laan

pe

rsam

paha

n.�

M

enge

mba

ngka

n pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r ya

ng

berk

elan

juta

n (d

enga

n m

enja

ga k

esei

mba

ngan

3 p

ilar

pem

bang

unan

, ya

itu e

kono

mi,

sosia

l, da

n lin

gkun

gan)

den

gan

men

gura

ngi

emisi

GRK

(G

as R

umah

Kac

a) d

an

men

ingk

atka

n pe

nyer

apan

kar

bon

Men

yele

ngga

raka

n pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r bi

dang

pe

rsam

paha

n ya

ng

le

bih

mem

perh

atik

an

aspe

k pe

ning

kata

n ka

pasit

as

(capa

city

build

ing)

SDM

dan

ins

titus

i te

rmas

uk

kom

pete

nsi

dan

kem

andi

rian

pem

da

dala

m

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

yang

be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

sert

a m

endo

rong

per

an s

ekto

r sw

asta

da

n m

asya

raka

t.�

M

enge

mba

ngka

n te

knol

ogi

peng

elol

aan

sam

pah

yang

ra

mah

lin

gkun

gan

dan

antis

ipat

if t

erha

dap

peru

baha

n ik

lim.

Men

gem

bang

kan

tekn

olog

i pe

ning

kata

n ku

alita

s lan

dfi ll

: (4

) C

ontro

lled

Land

fi ll

(CLF

) un

tuk

kota

ke

cil

dan

men

enga

h,(5

) Sa

nita

ry

Land

fi ll

(SLF

) un

tuk

kota

bes

ar d

an k

ota

met

ropo

litan

(6

) Pe

nghe

ntia

n O

pen

Dum

ping

.�

M

enge

mba

ngka

n pe

nera

pan

EPR

(E

xten

ded

Prod

ucer

Re

spon

sibili

ty)

untu

k pr

odus

en d

an i

mpo

rtir

limba

h B3

Kel

ompo

k pr

ogra

m

inve

ntar

isas

i da

ta

dan

pere

ncan

aan

Kaj

ian

inve

ntar

isasi

dan

peng

uran

gan

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t.

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

Peng

uata

n pe

ndek

atan

keb

ijaka

n lin

gkun

gan

hidu

p un

tuk

peng

elol

aan

dan

stan

dard

isasi

pers

ampa

han

(step

wise

appr

oach

).�

Pe

nerb

itan

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

per

sam

paha

n ol

eh p

emer

inta

h ka

bupa

ten/

kota

yan

g se

suai

NSP

K.

Peny

eles

aian

pe

ratu

ran

di

bida

ng

pers

ampa

han

Peny

iapa

n N

SPM

bid

ang

pers

ampa

han.

Peng

atur

an,

pem

bina

an,

peng

awas

an,

peng

emba

ngan

sum

ber

pem

biay

aan

dan

pola

in

vest

asi d

alam

pen

gelo

laan

per

sam

paha

n�

Pe

nyed

iaan

pe

dom

an

peng

awas

an

pers

ampa

han.

Pem

buat

an N

SPK

bid

ang

pers

ampa

han

Peny

edia

an

Bant

ek,

Bim

tek

dan

pend

ampi

ngan

(S

SK)

peng

elol

aan

pers

ampa

han

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Pela

ksan

aan

KPS

pe

ngem

bang

an

pers

ampa

han

di k

abup

aten

/kot

a.�

Pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TPA

S da

ri op

en

dump

ing

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di k

ota

keci

l da

n m

enen

gah;

san

itary

lan

dfi ll

di k

ota

besa

r da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 1

0%.

Peng

uran

gan

limba

h pa

dat d

omes

tik (r

educ

e)

dari

sum

bern

ya se

bany

ak m

ungk

in, d

igun

akan

ke

mba

li (re

use)

dan

did

aur u

lang

(rec

ycle

) (3R

) se

belu

m d

iang

kut k

e TP

A se

besa

r 20%

. �

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l gas

– L

FG) m

elal

ui p

engu

mpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

m

elal

ui

pene

rapa

n en

ergy

recov

ery s

ystem

seba

nyak

5%

.�

Pe

ngad

aan

repl

ikas

i ba

ntek

pen

gem

bang

an

pers

ampa

han

di k

abup

aten

/kot

a.�

Pe

nyed

iaan

infr

astr

uktu

r per

sam

paha

n di

42

kab/

kota

di P

ulau

Jaw

a, Ba

li, d

an M

adur

a�

Pe

nyed

iaan

fasil

itasT

PA C

DM

di 1

2 ko

ta

met

ropo

litan

Peny

edia

an fa

silita

s pen

gelo

laan

pe

rsam

paha

n se

bany

ak 4

11 u

nit

Peng

angk

utan

sam

pah

di 4

2 ko

ta/k

ab d

i Pu

lau

Jaw

a, Ba

li, d

an M

adur

a�

Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pul

au Ja

wa,

Bali,

da

n M

adur

a�

se

besa

r 30%

.�

Pe

mba

ngun

an T

PST

3R d

i sem

ua k

ota/

kab

di P

ulau

Jaw

a, M

adur

a, Ba

li.

Kel

ompo

k pr

ogra

m ca

paci

ty b

uild

ing

(pen

guat

an

inst

itusi

pem

da, s

was

ta, d

an m

asya

raka

t)

Peng

uata

n ke

mitr

aan

pem

erin

tah

dan

mas

yara

kat.

Peng

uata

n in

stitu

si pe

mer

inta

h da

erah

dal

am

peng

elol

aan

pers

ampa

han.

Peng

adaa

n ke

giat

an

m

onev

ki

nerja

pe

ngem

bang

an p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han

Peng

adaa

n fa

silita

s ba

gi

kegi

atan

pe

ngem

bang

an

sum

ber

pem

biay

aan

dan

pola

inv

esta

si bi

dang

per

sam

paha

n m

elal

ui

kerja

sam

a pe

mer

inta

h du

nia

usah

a da

n m

asya

raka

t

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

Peng

awas

an

dan

peng

emba

ngan

su

mbe

r pe

mbi

ayaa

n da

n po

la

inve

stas

i da

lam

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n�

Pe

ngaw

asan

pr

oduk

pe

ngat

uran

pe

ngem

bang

an

pers

ampa

han

oleh

pe

mer

inta

h

kabu

pate

n/ko

ta

yang

se

suai

N

SPK

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si�

Pe

ning

kata

n pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TPA

S da

ri op

en d

umpin

g m

enja

di c

ontro

lled

landfi

ll di

kot

a ke

cil

dan

men

enga

h; s

anita

ry

landfi

ll di

ko

ta

besa

r da

n m

etro

polit

an

sebe

sar 2

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce) d

ari s

umbe

rnya

seba

nyak

mun

gkin

, di

guna

kan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ula

ng

(recy

cle)

(3R

) se

belu

m d

iang

kut

ke T

PA

seba

nyak

30%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

mel

alui

pe

nera

pan

energ

y rec

over

y sys

tem

seba

nyak

20

%.

Pem

bang

unan

pro

yek

perc

onto

han

(3R,

C

DM

, bio

gas)

Peny

edia

an in

fras

truk

tur p

ersa

mpa

han

di

65 k

ab/k

ota.

Pem

bang

unan

fasil

itas p

enge

lola

an

pers

ampa

han

seba

nyak

453

uni

t�

Pe

mba

ngun

an fa

silita

s TPA

CD

M d

i 5

Kot

a M

etro

polit

an

Peng

angk

utan

sam

pah

di 6

5 ko

ta/k

ab

Peng

angk

utan

sam

pah

di P

ulau

Jaw

a, M

adur

a, Ba

li se

besa

r 45%

.�

Pe

mel

ihar

aan

TPST

3R

di se

mua

kab

/kot

a di

Pul

au Ja

wa,

Bali,

dan

Mad

ura

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

Pera

ncan

gan

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

yan

g te

rkai

t de

ngan

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(pu

blic p

rivat

e pa

rtners

hip)

da

lam

pen

gelo

laan

per

sam

paha

n�

Pe

ngaw

asan

da

n ev

alua

si pr

oduk

pe

ngat

uran

pe

ngem

bang

an

pers

ampa

han

oleh

pe

mer

inta

h

kabu

pate

n/ko

ta

yang

se

suai

NSP

K.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di

TPA

S da

ri op

en d

umpin

g m

enja

di c

ontro

lled

landfi

ll di

kot

a ke

cil d

an m

enen

gah;

sani

tary

lan

dfi ll

di

kota

be

sar

dan

met

ropo

litan

se

besa

r 30%

Peng

uran

gan

limba

h pa

dat

dom

estik

(re

duce

) dar

i sum

bern

ya se

bany

ak m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

dan

did

aur u

lang

(re

cycl

e) (

3R)

sebe

lum

dia

ngku

t ke

TPA

se

bany

ak 4

0%.

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll

gas

– LF

G)

mel

alui

pe

ngum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au m

elal

ui

pene

rapa

n en

ergy

recov

ery

system

se

bany

ak

30%

. �

Pe

mel

ihar

aan

infr

astr

uktu

r dan

pe

ning

kata

n pe

layan

an p

ersa

mpa

han

di 4

2 ka

b/ko

ta d

i Pul

au Ja

wa,

Mad

ura,

Bali.

Pem

bang

unan

fasil

itas

TPA

CD

M d

i 15

Kot

a be

sar

Peng

adaa

n fa

silita

s pen

gelo

laan

pe

rsam

paha

n se

bany

ak 4

98 u

nit

Peng

emba

ngan

pel

ayan

an

peng

angk

utan

sam

pah

di 4

2 ka

b/ko

ta

di Ja

wa,

Bali,

dan

Mad

ura

Peng

angk

utan

sam

pah

di P

ulau

Jaw

a, M

adur

a, Ba

li se

besa

r 60%

.�

E

valu

asi,

pem

elih

araa

n, d

an

peng

emba

ngan

proy

ek p

erco

ntoh

an

(3R,

CD

M, b

ioga

s)

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

in

stitu

si

pem

da,

swas

ta,

dan

mas

yara

kat)

Pem

bent

ukan

ik

lim

yang

ko

ndus

if

bagi

dun

ia u

saha

(sw

asta

) un

tuk

turu

t be

rper

anse

rta

seca

ra

aktif

da

lam

m

embe

rikan

pe

layan

an

pers

ampa

han,

ba

ik d

alam

han

dling

-tran

spor

tatio

n m

aupu

n da

lam

pen

gelo

laan

TPA

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

Peng

awas

an

dan

eval

uasi

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kabu

pate

n/ko

ta y

ang

sesu

ai N

SPK

.�

E

valu

asi i

mpl

emen

tasi

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

yan

g te

rkai

t de

ngan

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(p

ublic

priv

ate p

artn

ershi

p) d

alam

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di

TPA

S da

ri op

en

dump

ing

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di

kota

ke

cil

dan

men

enga

h; sa

nita

ry la

ndfi l

l di k

ota

besa

r da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 5

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya

seba

nyak

m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

da

n di

daur

ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um

dian

gkut

ke

TPA

seba

nyak

50%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

m

elal

ui p

ener

apan

ene

rgy

recov

ery

system

se

bany

ak 5

0%.

Pem

elih

araa

n in

fras

truk

tur d

an

peni

ngka

tan

pelay

anan

per

sam

paha

n di

65

kab

/kot

a �

Pe

mba

ngun

an fa

silita

s TP

A C

DM

di 4

ko

ta b

esar

Peng

adaa

n fa

silita

s pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n se

bany

ak 5

48 u

nit

Peng

emba

ngan

pel

ayan

an

peng

angk

utan

Sam

pah

di 6

5 ko

ta/k

ab.

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll

gas

– LF

G)

mel

alui

pe

ngum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au

mel

alui

pen

erap

an e

nerg

y rec

over

y sys

tem

seba

nyak

70%

.�

E

valu

asi,

pem

elih

araa

n, d

an

peng

emba

ngan

m,p

roye

k pe

rcon

toha

n (3

R, C

DM

, bio

gas)

Peng

angk

utan

sam

pah

di P

ulau

Jaw

a, Ba

li, d

an M

adur

a�

se

besa

r 75%

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

ins

titus

i pe

mda

, sw

asta

, da

n m

asya

raka

t)�

Pe

ning

kata

n ke

sada

ran

selu

ruh

stak

ehol

ders

te

rhad

ap

pent

ingn

ya

peni

ngka

tan

pelay

anan

per

sam

paha

n.

Peng

emba

ngan

ikl

im y

ang

kond

usif

ba

gi d

unia

usa

ha (s

was

ta) u

ntuk

turu

t be

rper

anse

rta

seca

ra

aktif

da

lam

m

embe

rikan

pel

ayan

an p

ersa

mpa

han,

ba

ik

dala

m

hand

ling-t

rans

porta

tion

mau

pun

dala

m p

enge

lola

an T

PA.

Peni

ngka

tan

pera

nser

ta

selu

ruh

stak

ehol

der

dala

m

upay

a m

enca

pai

sasa

ran

pem

bang

unan

per

sam

paha

n.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

72 73

Page 92: Konten C6921.pdf

3. Pu

lau

Kal

iman

tan

Kaj

ian

Das

ar S

aint

ifi k

Rek

omen

dasi

unt

uk A

ltern

atif

Str

ateg

i Miti

gasi

Prio

ritas

Pro

gram

Pul

au K

alim

anta

nIn

vent

aris

asi G

RK

Stat

us E

mis

i20

10 –

201

420

15 –

201

920

20 –

202

420

24 –

202

9

Em

isi

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t pe

rkot

aan

beru

pa m

etan

a (C

H4)

yang

di

hasil

kan

dari

TPA

dan

CO

2 ya

ng d

ihas

ilkan

dar

i keg

iata

n pe

mba

kara

n te

rbuk

a. �

Ti

ngka

t tim

bula

n sa

mpa

h do

mes

tik

sebe

sar

0,6

kg/

oran

g/ha

ri un

tuk

perk

otaa

n da

n 0,

3 kg

/ora

ng/h

ari u

ntuk

pe

desa

an.

Seca

ra

kese

luru

han,

ha

nya

21%

da

ri to

tal

limba

h pa

dat

ters

ebut

ya

ng

ditra

spor

tasik

an

ke

TPA

(D

ep P

U, 2

009)

.

Pote

nsi

timbu

lan

sam

pah

dom

estik

yan

g di

hasil

kan

Pula

u K

alim

anta

n pa

da t

ahun

201

0 (2

.381

Gg/

tahu

n), 2

015

(2.9

75

Gg/

tahu

n),

2020

(3.

631

Gg/

tahu

n), 2

025

(4.5

83 G

g/ta

hun)

da

n 20

30 (5

.394

Gg/

tahu

n).

Berd

asar

kan

Sken

ario

Bus

iness

A

s U

sual

(BA

U),

pote

nsi e

misi

C

O2 d

i Pul

au K

alim

anta

n pa

da

tahu

n 20

10 (2

,5 ju

ta to

n), 2

015

(3,1

jut

a to

n),

2020

(3,

8 ju

ta

ton)

, 20

25 (

4,8

juta

ton

) da

n 20

30 (5

,6 ju

ta to

n).

Mel

aksa

naka

n ka

jian

inve

ntar

isasi

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t ya

ng l

ebih

len

gkap

dan

se

mpu

rna

deng

an d

isert

ai r

enca

na p

engu

rang

an

GRK

yan

g sis

tem

atis.

Men

erap

kan

kebi

jaka

n pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r bi

dang

per

sam

paha

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

yang

did

ukun

g ol

eh p

enge

mba

ngan

da

n pe

nelit

ian

tekn

olog

i te

rapa

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan.

Men

gem

bang

kan

pene

rapa

n ke

bija

kan

lingk

unga

n hi

dup

untu

k pr

insip

3R

(redu

ce, r

euse,

rec

ycle)

dala

m p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han.

Men

gem

bang

kan

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

yang

be

rkel

anju

tan

(den

gan

men

jaga

ke

seim

bang

an

3 pi

lar

pem

bang

unan

, ya

itu

ekon

omi,

sosia

l, da

n lin

gkun

gan)

de

ngan

m

engu

rang

i em

isi G

RK (G

as R

umah

Kac

a) d

an

men

ingk

atka

n pe

nyer

apan

kar

bon

Men

yele

ngga

raka

n pe

mba

ngun

an i

nfra

stru

ktur

bi

dang

per

sam

paha

n ya

ng l

ebih

mem

perh

atik

an

aspe

k pe

ning

kata

n ka

pasit

as

(capa

city

build

ing)

SDM

dan

ins

titus

i te

rmas

uk k

ompe

tens

i da

n ke

man

diria

n pe

mda

da

lam

pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r ya

ng

berw

awas

an

lingk

unga

n se

rta

men

doro

ng

pera

n se

ktor

sw

asta

dan

mas

yara

kat.

Men

gem

bang

kan

tekn

olog

i pen

gelo

laan

sam

pah

yang

ram

ah li

ngku

ngan

dan

ant

isipa

tif te

rhad

ap

peru

baha

n ik

lim.

Men

gem

bang

kan

tekn

olog

i pen

ingk

atan

kua

litas

la

ndfi l

l: (7

) C

ontro

lled

Land

fi ll

(CLF

) un

tuk

kota

ke

cil d

an m

enen

gah,

(8)

Sani

tary

La

ndfi l

l (S

LF)

untu

k ko

ta

besa

r dan

kot

a m

etro

polit

an

(9)

Peng

hent

ian

Ope

n D

umpi

ng.

Men

gem

bang

kan

pene

rapa

n E

PR

(Ext

ende

d Pr

oduc

er R

espo

nsib

ility

) un

tuk

prod

usen

dan

im

port

ir lim

bah

B3

Kel

ompo

k pr

ogra

m

inve

ntar

isas

i da

ta

dan

pere

ncan

aan

Kaj

ian

inve

ntar

isasi

dan

peng

uran

gan

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t.

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

Peng

uata

n pe

ndek

atan

keb

ijaka

n lin

gkun

gan

hidu

p un

tuk

peng

elol

aan

dan

stan

dard

isasi

pers

ampa

han

(step

wise

appr

oach

).�

Pe

nerb

itan

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pers

ampa

han o

leh p

emer

inta

h ka

bupa

ten/

kota

yan

g se

suai

NSP

K.

Peny

eles

aian

pe

ratu

ran

di

bida

ng

pers

ampa

han

Peny

iapa

n N

SPM

bid

ang

pers

ampa

han.

Peng

atur

an,

pem

bina

an,

peng

awas

an,

peng

emba

ngan

sum

ber p

embi

ayaa

n da

n po

la

inve

stas

i dal

am p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han

Peny

edia

an

pedo

man

pe

ngaw

asan

pe

rsam

paha

n.�

Pe

mbu

atan

NSP

K b

idan

g pe

rsam

paha

n�

Pe

nyed

iaan

Ba

ntek

, Bi

mte

k da

n pe

ndam

ping

an

(SSK

) pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Pela

ksan

aan

KPS

pe

ngem

bang

an

pers

ampa

han

di k

abup

aten

/kot

a.�

Pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TPA

S da

ri op

en

dump

ing

men

jadi

cont

rolle

d lan

dfi ll

di k

ota

keci

l da

n m

enen

gah;

san

itary

land

fi ll d

i kot

a be

sar

dan

met

ropo

litan

seb

esar

10%

.�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya s

eban

yak

mun

gkin

, di

guna

kan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ul

ang

(recy

cle)

(3

R)

sebe

lum

di

angk

ut

ke

TPA

se

besa

r 20%

. �

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sam

pah

(land

fi ll

gas

– LF

G)

mel

alui

pen

gum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au

mel

alui

pe

nera

pan

energ

y reco

very s

ystem

seba

nyak

5%

.�

Pe

ngad

aan

repl

ikas

i ba

ntek

pen

gem

bang

an

pers

ampa

han

di k

abup

aten

/kot

a.�

Pe

nyed

iaan

infr

astr

uktu

r per

sam

paha

n di

41

kab/

kota

di P

ulau

Kal

iman

tan.

Peny

edia

an fa

silita

s pen

gelo

laan

pe

rsam

paha

n se

bany

ak 4

11 u

nit

Peng

angk

utan

sam

pah

di 4

1 ko

ta/k

ab d

i Pu

lau

Kal

iman

tan.

Peng

angk

utan

sam

pah

di P

ulau

Kal

iman

tan

sebe

sar 3

0%.

Pem

bang

unan

TPS

T 3R

di s

emua

kot

a/ka

b di

Pul

au K

alim

anta

n.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

in

stitu

si

pem

da,

swas

ta,

dan

mas

yara

kat)

Peng

uata

n ke

mitr

aan

pem

erin

tah

dan

mas

yara

kat.

Peng

uata

n in

stitu

si pe

mer

inta

h da

erah

dal

am

peng

elol

aan

pers

ampa

han.

Peng

adaa

n ke

giat

an

m

onev

ki

nerja

pe

ngem

bang

an p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han

Peng

adaa

n fa

silita

s ba

gi

kegi

atan

pe

ngem

bang

an

sum

ber

pem

biay

aan

dan

pola

inv

esta

si bi

dang

per

sam

paha

n m

elal

ui

kerja

sam

a pe

mer

inta

h du

nia

usah

a da

n m

asya

raka

t

Kel

ompo

k pr

ogra

m r

egul

asi

dan

kebi

jaka

n �

Pe

ngaw

asan

da

n pe

ngem

bang

an

sum

ber

pem

biay

aan

dan

pola

in

vest

asi

dala

m

peng

elol

aan

pers

ampa

han

Peng

awas

an

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh p

emer

inta

h ka

bupa

ten/

kota

ya

ng

sesu

ai

NSP

K.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

impl

emen

tasi

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di

TPA

S da

ri op

en d

umpin

g m

enja

di c

ontro

lled

landfi

ll di

ko

ta

keci

l da

n m

enen

gah;

sa

nita

ry l

andfi

ll di

ko

ta b

esar

dan

met

ropo

litan

se

besa

r 20%

Peng

uran

gan

limba

h pa

dat

dom

estik

(re

duce

) da

ri su

mbe

rnya

seba

nyak

mun

gkin

, di

guna

kan

kem

bali

(reus

e) d

an

dida

ur

ulan

g (re

cycl

e)

(3R)

se

belu

m

dian

gkut

ke

TP

A

seba

nyak

30%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan d

an pe

mba

kara

n at

au m

elal

ui p

ener

apan

ene

rgy

recov

ery s

ystem

seba

nyak

20%

. �

Pe

mba

ngun

an

proy

ek

perc

onto

han

(3R,

C

DM

, bi

ogas

)�

Pe

nyed

iaan

infr

astr

uktu

r pe

rsam

paha

n di

15

kab/

kota

.�

Pe

mba

ngun

an fa

silita

s pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n se

bany

ak 4

53 u

nit

Peng

angk

utan

sam

pah

di 1

5 ko

ta/k

ab

Peng

angk

utan

sam

pah

di

Pula

u K

alim

anta

n se

besa

r 45

%.

Pem

elih

araa

n TP

ST 3

R di

se

mua

kab

/kot

a di

Pul

au

Kal

iman

tan.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

Pera

ncan

gan

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

ya

ng

terk

ait

deng

an

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(p

ublic

pr

ivate

partn

ershi

p)

dala

m

peng

elol

aan

pers

ampa

han

Peng

awas

an

dan

eval

uasi

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kabu

pate

n/ko

ta y

ang

sesu

ai N

SPK

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di T

PAS

dari

open

dum

ping

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di

kota

ke

cil

dan

men

enga

h; sa

nita

ry la

ndfi l

l di k

ota b

esar

da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 3

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya

seba

nyak

m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

da

n di

daur

ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um

dian

gkut

ke

TPA

seba

nyak

40%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

m

elal

ui p

ener

apan

ene

rgy

recov

ery

system

se

bany

ak 3

0%.

Pem

elih

araa

n in

fras

truk

tur

dan

peni

ngka

tan

pelay

anan

pe

rsam

paha

n di

41

kab/

kota

di

Pula

u K

alim

anta

n.�

Pe

mba

ngun

an fa

silita

s �

Pe

ngad

aan

fasil

itas p

enge

lola

an

pers

ampa

han

seba

nyak

498

uni

t�

Pe

ngem

bang

an p

elay

anan

pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

41

kab/

kota

di P

ulau

Kal

iman

tan.

Peng

angk

utan

sam

pah

di P

ulau

K

alim

anta

n se

besa

r 60%

.�

E

valu

asi,

pem

elih

araa

n, d

an

peng

emba

ngan

proy

ek p

erco

ntoh

an

(3R,

CD

M, b

ioga

s)

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

ins

titus

i pe

mda

, sw

asta

, da

n m

asya

raka

t)�

Pe

mbe

ntuk

an i

klim

yan

g ko

ndus

if

bagi

dun

ia u

saha

(sw

asta

) unt

uk tu

rut

berp

eran

sert

a se

cara

ak

tif

dala

m

mem

berik

an p

elay

anan

per

sam

paha

n,

baik

da

lam

ha

ndlin

g-tra

nspo

rtatio

n m

aupu

n da

lam

pen

gelo

laan

TPA

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

Peng

awas

an

dan

eval

uasi

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kabu

pate

n/ko

ta y

ang

sesu

ai N

SPK

.�

E

valu

asi i

mpl

emen

tasi

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

yan

g te

rkai

t de

ngan

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(p

ublic

priv

ate p

artn

ershi

p) d

alam

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di

TPA

S da

ri op

en

dump

ing

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di

kota

ke

cil

dan

men

enga

h; sa

nita

ry la

ndfi l

l di k

ota

besa

r da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 5

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya

seba

nyak

m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

da

n di

daur

ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um

dian

gkut

ke

TPA

seba

nyak

50%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

m

elal

ui p

ener

apan

ene

rgy

recov

ery

system

se

bany

ak 5

0%.

Pem

elih

araa

n in

fras

truk

tur d

an

peni

ngka

tan

pelay

anan

per

sam

paha

n di

15

kab

/kot

a �

Pe

ngad

aan

fasil

itas

peng

elol

aan

pers

ampa

han

seba

nyak

548

uni

t�

Pe

ngem

bang

an p

elay

anan

pe

ngan

gkut

an S

ampa

h di

15

kota

/kab

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

m

elal

ui p

ener

apan

ene

rgy

recov

ery

system

se

bany

ak 7

0%.

Eva

luas

i, pe

mel

ihar

aan,

dan

pe

ngem

bang

an m

,pro

yek

perc

onto

han

(3R,

CD

M, b

ioga

s)�

Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pul

au

Kal

iman

tan

sebe

sar 7

5%.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

ins

titus

i pe

mda

, sw

asta

, da

n m

asya

raka

t)�

Pe

ning

kata

n ke

sada

ran

selu

ruh

stak

ehol

ders

te

rhad

ap

pent

ingn

ya

peni

ngka

tan

pelay

anan

per

sam

paha

n.

Peng

emba

ngan

ikl

im y

ang

kond

usif

ba

gi d

unia

usa

ha (s

was

ta) u

ntuk

turu

t be

rper

anse

rta

seca

ra

aktif

da

lam

m

embe

rikan

pel

ayan

an p

ersa

mpa

han,

ba

ik

dala

m

hand

ling-t

rans

porta

tion

mau

pun

dala

m p

enge

lola

an T

PA.

Peni

ngka

tan

pera

nser

ta

selu

ruh

stak

ehol

der

dala

m

upay

a m

enca

pai

sasa

ran

pem

bang

unan

per

sam

paha

n.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

74 75

Page 93: Konten C6921.pdf

4. Pu

lau

Sula

wes

i

Kaj

ian

Das

ar S

aint

ifi k

Rek

omen

dasi

unt

uk A

ltern

atif

Str

ateg

i Miti

gasi

Prio

ritas

Pro

gram

Pul

au S

ulaw

esi

Inve

ntar

isas

i GR

KSt

atus

Em

isi

2010

– 2

014

2015

– 2

019

2020

– 2

024

2024

– 2

029

Em

isi G

RK d

ari s

ekto

r lim

bah

pada

t per

kota

an b

erup

a m

etan

a (C

H4)

yang

dih

asilk

an d

ari T

PA

dan

CO

2 ya

ng d

ihas

ilkan

dar

i ke

giat

an p

emba

kara

n te

rbuk

a. �

Ti

ngka

t tim

bula

n sa

mpa

h do

mes

tik se

besa

r 0,6

kg/

oran

g/ha

ri un

tuk

perk

otaa

n da

n 0,

3 kg

/ora

ng/h

ari u

ntuk

ped

esaa

n.�

Se

cara

kes

elur

uhan

, han

ya 2

1%

dari

tota

l lim

bah

pada

t te

rseb

ut

yang

ditr

aspo

rtas

ikan

ke

TPA

(D

ep P

U, 2

009)

.

Pote

nsi

timbu

lan

sam

pah

dom

estik

ya

ng

diha

silka

n Pu

lau

Sulaw

esi

pada

ta

hun

2010

(3

.007

G

g/ta

hun)

, 20

15

(3.6

41

Gg/

tahu

n),

2020

(4.3

16 G

g/ta

hun)

, 202

5 (5

.302

Gg/

tahu

n) d

an 2

030

(6.0

73 G

g/ta

hun)

.�

Be

rdas

arka

n Sk

enar

io B

usin

ess

As

Usu

al (B

AU

), po

tens

i em

isi C

O2

di P

ulau

Sul

awes

i pa

da

tahu

n 20

10

(3,1

ju

ta

ton)

, 201

5 (3

,8 ju

ta to

n), 2

020

(4,5

juta

ton

), 20

25 (

5,5

juta

to

n) d

an 2

030

(6,3

juta

ton)

.

Mel

aksa

naka

n ka

jian

inve

ntar

isasi

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t ya

ng l

ebih

len

gkap

dan

se

mpu

rna

deng

an d

isert

ai re

ncan

a pe

ngur

anga

n G

RK y

ang

siste

mat

is.�

M

ener

apka

n ke

bija

kan

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

bida

ng p

ersa

mpa

han

berw

awas

an

lingk

unga

n ya

ng d

iduk

ung

oleh

pen

gem

bang

an

dan

pene

litia

n te

knol

ogi

tera

pan

berw

awas

an

lingk

unga

n.�

M

enge

mba

ngka

n pe

nera

pan

kebi

jaka

n lin

gkun

gan

hidu

p un

tuk

prin

sip 3

R (re

duce,

reu

se,

recycl

e) da

lam

pen

gelo

laan

per

sam

paha

n.�

M

enge

mba

ngka

n pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r ya

ng

berk

elan

juta

n (d

enga

n m

enja

ga

kese

imba

ngan

3

pila

r pe

mba

ngun

an,

yaitu

ek

onom

i, so

sial,

dan

lingk

unga

n)

deng

an

men

gura

ngi e

misi

GRK

(Gas

Rum

ah K

aca)

dan

m

enin

gkat

kan

peny

erap

an k

arbo

n�

M

enye

leng

gara

kan

pem

bang

unan

inf

rast

rukt

ur

bida

ng p

ersa

mpa

han

yang

leb

ih m

empe

rhat

ikan

as

pek

peni

ngka

tan

kapa

sitas

(ca

pacit

y bu

ildin

g) SD

M d

an i

nstit

usi

term

asuk

kom

pete

nsi

dan

kem

andi

rian

pem

da

dala

m

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

yang

be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

sert

a m

endo

rong

per

an s

ekto

r sw

asta

da

n m

asya

raka

t.�

M

enge

mba

ngka

n te

knol

ogi p

enge

lola

an sa

mpa

h ya

ng ra

mah

ling

kung

an d

an a

ntisi

patif

terh

adap

pe

ruba

han

iklim

.�

M

enge

mba

ngka

n te

knol

ogi p

enin

gkat

an k

ualit

as

land

fi ll:

(10)

C

ontro

lled

Land

fi ll (

CLF

) un

tuk

kota

ke

cil d

an m

enen

gah,

(11)

Sa

nita

ry

Land

fi ll

(SLF

) un

tuk

kota

be

sar d

an k

ota

met

ropo

litan

(1

2)

Peng

hent

ian

Ope

n D

umpi

ng.

Men

gem

bang

kan

pene

rapa

n E

PR

(Ext

ende

d Pr

oduc

er R

espo

nsib

ility

) un

tuk

prod

usen

dan

im

port

ir lim

bah

B3

Kel

ompo

k pr

ogra

m

inve

ntar

isas

i da

ta

dan

pere

ncan

aan

Kaj

ian

inve

ntar

isasi

dan

peng

uran

gan

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t.

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

Peng

uata

n pe

ndek

atan

keb

ijaka

n lin

gkun

gan

hidu

p un

tuk

peng

elol

aan

dan

stan

dard

isasi

pers

ampa

han

(step

wise

appr

oach

).�

Pe

nerb

itan

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kab

upat

en/k

ota

yang

ses

uai

NSP

K.

Peny

eles

aian

pe

ratu

ran

di

bida

ng

pers

ampa

han

Peny

iapa

n N

SPM

bid

ang

pers

ampa

han.

Peng

atur

an,

pem

bina

an,

peng

awas

an,

peng

emba

ngan

sum

ber p

embi

ayaa

n da

n po

la

inve

stas

i dal

am p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han

Peny

edia

an

pedo

man

pe

ngaw

asan

pe

rsam

paha

n.�

Pe

mbu

atan

NSP

K b

idan

g pe

rsam

paha

n�

Pe

nyed

iaan

Ba

ntek

, Bi

mte

k da

n pe

ndam

ping

an

(SSK

) pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Pela

ksan

aan

KPS

pe

ngem

bang

an

pers

ampa

han

di k

abup

aten

/kot

a.�

Pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TPA

S da

ri op

en

dump

ing m

enja

di co

ntro

lled

landfi

ll di

kot

a ke

cil

dan

men

enga

h; sa

nita

ry la

ndfi l

l di k

ota

besa

r da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 1

0%.

Peng

uran

gan

limba

h pa

dat

dom

estik

(re

duce

) dar

i sum

bern

ya s

eban

yak

mun

gkin

, di

guna

kan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ul

ang

(recy

cle)

(3R

) se

belu

m d

iang

kut

ke T

PA

sebe

sar 2

0%.

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll

gas

– LF

G)

mel

alui

pe

ngum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au m

elal

ui

pene

rapa

n en

ergy r

ecover

y syst

em se

bany

ak 5

%.

Peng

adaa

n re

plik

asi

bant

ek p

enge

mba

ngan

pe

rsam

paha

n di

kab

upat

en/k

ota.

Peny

edia

an in

fras

truk

tur p

ersa

mpa

han

di

39 k

ab/k

ota

di P

ulau

Sul

awes

i.�

Pe

nyed

iaan

fasil

itas p

enge

lola

an

pers

ampa

han

seba

nyak

411

uni

t�

Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

39

kota

/kab

di

Pula

u Su

mat

era.

Peng

angk

utan

sam

pah

di P

ulau

Sul

awes

i se

besa

r 30%

.�

Pe

mba

ngun

an T

PST

3R d

i sem

ua k

ota/

kab

di P

ulau

Sum

ater

a.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

in

stitu

si

pem

da,

swas

ta,

dan

mas

yara

kat)

Peng

uata

n ke

mitr

aan

pem

erin

tah

dan

mas

yara

kat.

Peng

uata

n in

stitu

si pe

mer

inta

h da

erah

da

lam

pen

gelo

laan

per

sam

paha

n.�

Pe

ngad

aan

kegi

atan

mon

ev

kine

rja

peng

emba

ngan

pen

gelo

laan

per

sam

paha

n �

Pe

ngad

aan

fasil

itas

bagi

ke

giat

an

peng

emba

ngan

su

mbe

r pe

mbi

ayaa

n da

n po

la i

nves

tasi

bida

ng p

ersa

mpa

han

mel

alui

ke

rjasa

ma

pem

erin

tah

duni

a us

aha

dan

mas

yara

kat

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

Peng

awas

an

dan

peng

emba

ngan

su

mbe

r pe

mbi

ayaa

n da

n po

la

inve

stas

i da

lam

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n�

Pe

ngaw

asan

pr

oduk

pe

ngat

uran

pe

ngem

bang

an

pers

ampa

han

oleh

pe

mer

inta

h k

abup

aten

/kot

a ya

ng

sesu

ai N

SPK

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si�

Pe

ning

kata

n pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TP

AS

dari

open

du

mpin

g m

enja

di c

ontro

lled

landfi

ll di

ko

ta k

ecil

dan

men

enga

h; s

anita

ry

landfi

ll di k

ota b

esar

dan

met

ropo

litan

se

besa

r 20%

Peng

uran

gan

limba

h pa

dat

dom

estik

(re

duce

) da

ri su

mbe

rnya

se

bany

ak

mun

gkin

, di

guna

kan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ul

ang

(recy

cle)

(3R

) se

belu

m d

iang

kut

ke

TPA

seba

nyak

30%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui p

engu

mpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

mel

alui

pen

erap

an

energ

y reco

very s

ystem

seba

nyak

20%

. �

Pe

mba

ngun

an pr

oyek

perc

onto

han

(3R,

CD

M, b

ioga

s)�

Pe

nyed

iaan

infr

astr

uktu

r pe

rsam

paha

n di

31

kab/

kota

.�

Pe

mba

ngun

an fa

silita

s pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n se

bany

ak 4

53 u

nit

Peng

angk

utan

sam

pah

di 3

1 ko

ta/k

ab

Peng

angk

utan

sam

pah

di P

ulau

Su

lawes

i seb

esar

45%

.�

Pe

mel

ihar

aan

TPST

3R

di se

mua

ka

b/ko

ta d

i Pul

au S

ulaw

esi.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

Pera

ncan

gan

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

yang

terk

ait

deng

an

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(pu

blic

priva

te pa

rtners

hip)

da

lam

pen

gelo

laan

per

sam

paha

n�

Pe

ngaw

asan

dan

eva

luas

i pro

duk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kabu

pate

n/ko

ta

yang

se

suai

N

SPK

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di T

PAS

dari

open

du

mpin

g m

enja

di c

ontro

lled

landfi

ll di

ko

ta

keci

l da

n m

enen

gah;

sa

nita

ry la

ndfi l

l di k

ota

besa

r da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 3

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik (r

educ

e) d

ari s

umbe

rnya

se

bany

ak

mun

gkin

, di

guna

kan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ul

ang

(recy

cle)

(3R

) se

belu

m d

iang

kut

ke T

PA se

bany

ak 4

0%.

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll

gas

– LF

G)

mel

alui

pe

ngum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au

mel

alui

pe

nera

pan

energ

y rec

over

y sys

tem

seba

nyak

30%

. �

Pe

mel

ihar

aan

infr

astr

uktu

r da

n pe

ning

kata

n pe

layan

an

pers

ampa

han

di 3

9 ka

b/ko

ta

di P

ulau

Sul

awes

i.�

Pe

ngad

aan

fasil

itas

peng

elol

aan

pers

ampa

han

seba

nyak

498

uni

t�

Pe

ngem

bang

an p

elay

anan

pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

39

kab/

kota

di P

ulau

Sul

awes

i.�

Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pu

lau

Sulaw

esi s

ebes

ar 6

0%.

Eva

luas

i, pe

mel

ihar

aan,

da

n pe

ngem

bang

anpr

oyek

pe

rcon

toha

n (3

R, C

DM

, bi

ogas

)

Kel

ompo

k pr

ogra

m ca

paci

ty b

uild

ing

(pen

guat

an in

stitu

si p

emda

, sw

asta

, da

n m

asya

raka

t)�

Pe

mbe

ntuk

an

iklim

ya

ng

kond

usif

ba

gi

duni

a us

aha

(sw

asta

) un

tuk

turu

t be

rper

anse

rta

seca

ra

aktif

da

lam

mem

berik

an p

elay

anan

pe

rsam

paha

n,

baik

da

lam

ha

ndlin

g-tra

nspo

rtatio

n m

aupu

n da

lam

pen

gelo

laan

TPA

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

Peng

awas

an

dan

eval

uasi

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kabu

pate

n/ko

ta y

ang

sesu

ai N

SPK

.�

E

valu

asi i

mpl

emen

tasi

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

yan

g te

rkai

t de

ngan

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(p

ublic

priv

ate p

artn

ershi

p) d

alam

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di

TPA

S da

ri op

en

dump

ing

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di

kota

ke

cil

dan

men

enga

h; sa

nita

ry la

ndfi l

l di k

ota

besa

r da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 5

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya

seba

nyak

m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

da

n di

daur

ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um

dian

gkut

ke

TPA

seba

nyak

50%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

m

elal

ui p

ener

apan

ene

rgy

recov

ery

system

se

bany

ak 5

0%.

Pem

elih

araa

n in

fras

truk

tur d

an

peni

ngka

tan

pelay

anan

per

sam

paha

n di

31

kab

/kot

a �

Pe

ngad

aan

fasil

itas

peng

elol

aan

pers

ampa

han

seba

nyak

548

uni

t�

Pe

ngem

bang

an p

elay

anan

pe

ngan

gkut

an S

ampa

h di

31

kota

/kab

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

m

elal

ui p

ener

apan

ene

rgy

recov

ery

system

se

bany

ak 7

0%.

Eva

luas

i, pe

mel

ihar

aan,

dan

pe

ngem

bang

an m

,pro

yek

perc

onto

han

(3R,

CD

M, b

ioga

s)�

Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pul

au

Sulaw

esi s

ebes

ar 7

5%.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

ins

titus

i pe

mda

, sw

asta

, da

n m

asya

raka

t)�

Pe

ning

kata

n ke

sada

ran

selu

ruh

stak

ehol

ders

te

rhad

ap

pent

ingn

ya

peni

ngka

tan

pelay

anan

per

sam

paha

n.

Peng

emba

ngan

ikl

im y

ang

kond

usif

ba

gi d

unia

usa

ha (s

was

ta) u

ntuk

turu

t be

rper

anse

rta

seca

ra

aktif

da

lam

m

embe

rikan

pel

ayan

an p

ersa

mpa

han,

ba

ik

dala

m

hand

ling-t

rans

porta

tion

mau

pun

dala

m p

enge

lola

an T

PA.

Peni

ngka

tan

pera

nser

ta

selu

ruh

stak

ehol

der

dala

m

upay

a m

enca

pai

sasa

ran

pem

bang

unan

per

sam

paha

n.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

74 75

Page 94: Konten C6921.pdf

5. K

epul

auan

Nus

a Te

ngga

ra

Kaj

ian

Das

ar S

aint

ifi k

Rek

omen

dasi

unt

uk A

ltern

atif

Str

ateg

i M

itiga

siPr

iorit

as P

rogr

am K

epul

auan

Nus

aten

ggar

aIn

vent

aris

asi G

RK

Stat

us E

mis

i20

10 –

201

420

15 –

201

920

20 –

202

420

24 –

202

9

Em

isi

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t pe

rkot

aan

beru

pa m

etan

a (C

H4)

yang

di

hasil

kan

dari

TPA

dan

CO

2 ya

ng d

ihas

ilkan

dar

i keg

iata

n pe

mba

kara

n te

rbuk

a. �

Ti

ngka

t tim

bula

n sa

mpa

h do

mes

tik

sebe

sar

0,6

kg/

oran

g/ha

ri un

tuk

perk

otaa

n da

n 0,

3 kg

/ora

ng/h

ari u

ntuk

pe

desa

an.

Seca

ra

kese

luru

han,

ha

nya

21%

da

ri to

tal

limba

h pa

dat

ters

ebut

ya

ng

ditra

spor

tasik

an

ke

TPA

(D

ep P

U, 2

009)

.

Pote

nsi

timbu

lan

sam

pah

dom

estik

ya

ng

diha

silka

n Pu

lau

Nus

a Te

ngga

ra

pada

ta

hun

2010

(1.6

20 G

g/ta

hun)

, 20

15 (

1,97

4 G

g/ta

hun)

, 202

0 (2

.351

Gg/

tahu

n), 2

025

(2.9

03

Gg/

tahu

n) d

an 2

030

(3.3

41

Gg/

tahu

n).

Berd

asar

kan

Sken

ario

Bus

iness

A

s Usu

al (B

AU

), po

tens

i em

isi

CO

2 di

Pul

au N

usa

Teng

gara

pa

da ta

hun

2010

(1,7

juta

ton)

, 20

15 (

2,1

juta

ton

), 20

20 (

2,5

juta

ton

), 20

25 (

3,0

juta

ton

) da

n 20

30 (3

,5 ju

ta to

n).

Mel

aksa

naka

n ka

jian

inve

ntar

isasi

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t ya

ng

lebi

h le

ngka

p da

n se

mpu

rna

deng

an d

isert

ai

renc

ana

peng

uran

gan

GRK

ya

ng

siste

mat

is.�

M

ener

apka

n ke

bija

kan

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

bida

ng

pers

ampa

han

berw

awas

an l

ingk

unga

n ya

ng d

iduk

ung

oleh

pe

ngem

bang

an

dan

pene

litia

n te

knol

ogi

tera

pan

berw

awas

an

lingk

unga

n.�

M

enge

mba

ngka

n pe

nera

pan

kebi

jaka

n lin

gkun

gan

hidu

p un

tuk

prin

sip

3R

(redu

ce, r

euse,

recy

cle)

dala

m p

enge

lola

an

pers

ampa

han.

Men

gem

bang

kan

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

yang

be

rkel

anju

tan

(den

gan

men

jaga

kes

eim

bang

an 3

pila

r pe

mba

ngun

an,

yaitu

ek

onom

i, so

sial,

dan

lingk

unga

n)

deng

an

men

gura

ngi

emisi

G

RK

(Gas

Ru

mah

K

aca)

da

n m

enin

gkat

kan

peny

erap

an k

arbo

n�

M

enye

leng

gara

kan

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

bida

ng p

ersa

mpa

han

yang

le

bih

mem

perh

atik

an a

spek

pen

ingk

atan

ka

pasit

as

(capa

city

build

ing)

SDM

da

n in

stitu

si te

rmas

uk

kom

pete

nsi

dan

kem

andi

rian

pem

da d

alam

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

yang

be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

sert

a m

endo

rong

pe

ran

sekt

or sw

asta

dan

mas

yara

kat.

Men

gem

bang

kan

tekn

olog

i pen

gelo

laan

sa

mpa

h ya

ng

ram

ah

lingk

unga

n da

n an

tisip

atif

terh

adap

per

ubah

an ik

lim.

Men

gem

bang

kan

tekn

olog

i pen

ingk

atan

ku

alita

s lan

dfi ll

: (1

3)

Con

trolle

d Lan

dfi ll

(CLF

) unt

uk

kota

kec

il da

n m

enen

gah,

(14)

Sa

nita

ry

Land

fi ll

(SLF

) un

tuk

kota

be

sar

dan

kota

m

etro

polit

an

(15)

Pe

nghe

ntia

n O

pen

Dum

ping

.�

M

enge

mba

ngka

n pe

nera

pan

EPR

(E

xten

ded

Prod

ucer

Re

spon

sibili

ty)

untu

k pr

odus

en d

an im

port

ir lim

bah

B3

Kel

ompo

k pr

ogra

m

inve

ntar

isas

i da

ta

dan

pere

ncan

aan

Kaj

ian

inve

ntar

isasi

dan

peng

uran

gan

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t.

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

Peng

uata

n pe

ndek

atan

keb

ijaka

n lin

gkun

gan

hidu

p un

tuk

peng

elol

aan

dan

stan

dard

isasi

pers

ampa

han

(step

wise

appr

oach

).�

Pe

nerb

itan

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kab

upat

en/k

ota

yang

ses

uai

NSP

K.

Peny

eles

aian

pe

ratu

ran

di

bida

ng

pers

ampa

han

Peny

iapa

n N

SPM

bid

ang

pers

ampa

han.

Peng

atur

an,

pem

bina

an,

peng

awas

an,

peng

emba

ngan

sum

ber p

embi

ayaa

n da

n po

la

inve

stas

i dal

am p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han

Peny

edia

an

pedo

man

pe

ngaw

asan

pe

rsam

paha

n.�

Pe

mbu

atan

NSP

K b

idan

g pe

rsam

paha

n�

Pe

nyed

iaan

Ba

ntek

, Bi

mte

k da

n pe

ndam

ping

an

(SSK

) pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Pela

ksan

aan

KPS

pe

ngem

bang

an

pers

ampa

han

di k

abup

aten

/kot

a.�

Pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TPA

S da

ri op

en

dump

ing m

enja

di co

ntro

lled

landfi

ll di

kot

a ke

cil

dan

men

enga

h; sa

nita

ry la

ndfi l

l di k

ota

besa

r da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 1

0%.

Peng

uran

gan

limba

h pa

dat

dom

estik

(re

duce

) dar

i sum

bern

ya s

eban

yak

mun

gkin

, di

guna

kan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ul

ang

(recy

cle)

(3R

) se

belu

m d

iang

kut

ke T

PA

sebe

sar 2

0%.

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll

gas

– LF

G)

mel

alui

pe

ngum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au m

elal

ui

pene

rapa

n en

ergy r

ecover

y syst

em se

bany

ak 5

%.

Peng

adaa

n re

plik

asi

bant

ek p

enge

mba

ngan

pe

rsam

paha

n di

kab

upat

en/k

ota.

Peny

edia

an in

fras

truk

tur p

ersa

mpa

han

di

sem

ua k

ab/k

ota

di P

ulau

Nus

a Te

ngga

ra.

Peny

edia

an fa

silita

s pen

gelo

laan

pe

rsam

paha

n se

bany

ak 4

11 u

nit

Peng

angk

utan

sam

pah

di se

mua

kot

a/ka

b di

Pul

au N

usa

Teng

gara

.�

Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pul

au N

usa

Teng

gara

sebe

sar 3

0%.

Pem

bang

unan

TPS

T 3R

di s

emua

kot

a/ka

b di

Pul

au N

usa

Teng

gara

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

in

stitu

si

pem

da,

swas

ta,

dan

mas

yara

kat)

Peng

uata

n ke

mitr

aan

pem

erin

tah

dan

mas

yara

kat.

Peng

uata

n in

stitu

si pe

mer

inta

h da

erah

da

lam

pen

gelo

laan

per

sam

paha

n.�

Pe

ngad

aan

kegi

atan

mon

ev

kine

rja

peng

emba

ngan

pen

gelo

laan

per

sam

paha

n �

Pe

ngad

aan

fasil

itas

bagi

ke

giat

an

peng

emba

ngan

su

mbe

r pe

mbi

ayaa

n da

n po

la i

nves

tasi

bida

ng p

ersa

mpa

han

mel

alui

ke

rjasa

ma

pem

erin

tah

duni

a us

aha

dan

mas

yara

kat

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

Peng

awas

an

dan

peng

emba

ngan

su

mbe

r pe

mbi

ayaa

n da

n po

la i

nves

tasi

dala

m p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han

Peng

awas

an

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kab

upat

en/k

ota

yang

ses

uai

NSP

K.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si�

Pe

ning

kata

n pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TP

AS

dari

open

du

mpin

g m

enja

di

contro

lled

landfi

ll di

ko

ta

keci

l da

n m

enen

gah;

san

itary

land

fi ll d

i ko

ta b

esar

da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 2

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya

seba

nyak

m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

da

n di

daur

ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um

dian

gkut

ke

TPA

seba

nyak

30%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

m

elal

ui p

ener

apan

ene

rgy

recov

ery

system

se

bany

ak 2

0%.

Pem

bang

unan

pr

oyek

pe

rcon

toha

n (3

R, C

DM

, bio

gas)

Peny

edia

an in

fras

truk

tur

pers

ampa

han

di se

mua

kab

/kot

a.�

Pe

mba

ngun

an fa

silita

s pen

gelo

laan

pe

rsam

paha

n se

bany

ak 4

53 u

nit

Peng

angk

utan

sam

pah

di se

mua

ko

ta/k

ab

Peng

angk

utan

sam

pah

di P

ulau

Nus

a Te

ngga

ra se

besa

r 45%

.�

Pe

mel

ihar

aan

TPST

3R

di se

mua

ka

b/ko

ta d

i Pul

au N

usa

Teng

gara

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

Pera

ncan

gan

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

ya

ng

terk

ait

deng

an

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(p

ublic

pr

ivate

partn

ershi

p)

dala

m

peng

elol

aan

pers

ampa

han

Peng

awas

an

dan

eval

uasi

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kabu

pate

n/ko

ta y

ang

sesu

ai N

SPK

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di T

PAS

dari

open

dum

ping

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di

kota

ke

cil

dan

men

enga

h; sa

nita

ry la

ndfi l

l di k

ota b

esar

da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 3

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya

seba

nyak

m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

da

n di

daur

ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um

dian

gkut

ke

TPA

seba

nyak

40%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

m

elal

ui p

ener

apan

ene

rgy

recov

ery

system

se

bany

ak 3

0%.

Pem

elih

araa

n in

fras

truk

tur

dan

peni

ngka

tan

pelay

anan

pe

rsam

paha

n di

sem

ua k

ab/k

ota

di

Pula

u N

usa

Teng

gara

.�

Pe

ngad

aan

fasil

itas p

enge

lola

an

pers

ampa

han

seba

nyak

498

uni

t�

Pe

ngem

bang

an p

elay

anan

pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

sem

ua

kab/

kota

di P

ulau

Nus

a Te

ngga

ra.

Peng

angk

utan

sam

pah

di P

ulau

N

usa

Teng

gara

sebe

sar 6

0%.

Eva

luas

i, pe

mel

ihar

aan,

dan

pe

ngem

bang

anpr

oyek

per

cont

ohan

(3

R, C

DM

, bio

gas)

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

ins

titus

i pe

mda

, sw

asta

, da

n m

asya

raka

t)�

Pe

mbe

ntuk

an i

klim

yan

g ko

ndus

if

bagi

dun

ia u

saha

(sw

asta

) unt

uk tu

rut

berp

eran

sert

a se

cara

ak

tif

dala

m

mem

berik

an p

elay

anan

per

sam

paha

n,

baik

da

lam

ha

ndlin

g-tra

nspo

rtatio

n m

aupu

n da

lam

pen

gelo

laan

TPA

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

Peng

awas

an d

an e

valu

asi

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kabu

pate

n/ko

ta

yang

se

suai

N

SPK

.�

E

valu

asi i

mpl

emen

tasi

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

yan

g te

rkai

t den

gan

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(pub

lic p

rivat

e pa

rtners

hip)

dal

am p

enge

lola

an

pers

ampa

han.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di T

PAS

dari

open

du

mpin

g m

enja

di

contro

lled

landfi

ll di

ko

ta

keci

l da

n m

enen

gah;

sa

nita

ry l

andfi

ll di

kot

a be

sar

dan

met

ropo

litan

seb

esar

50%

Peng

uran

gan

limba

h pa

dat

dom

estik

(re

duce

) da

ri su

mbe

rnya

se

bany

ak

mun

gkin

, di

guna

kan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ul

ang

(recy

cle)

(3R

) se

belu

m d

iang

kut

ke

TPA

seba

nyak

50%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui p

engu

mpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

mel

alui

pen

erap

an

energ

y reco

very s

ystem

seba

nyak

50%

.�

Pe

mel

ihar

aan

infr

astr

uktu

r da

n pe

ning

kata

n pe

layan

an

pers

ampa

han

di se

mua

kab

/kot

a �

Pe

ngad

aan

fasil

itas

peng

elol

aan

pers

ampa

han

seba

nyak

548

uni

t�

Pe

ngem

bang

an p

elay

anan

pe

ngan

gkut

an S

ampa

h di

sem

ua

kota

/kab

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui p

engu

mpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

mel

alui

pen

erap

an

energ

y reco

very s

ystem

seba

nyak

70%

.�

E

valu

asi,

pem

elih

araa

n, d

an

peng

emba

ngan

m,p

roye

k pe

rcon

toha

n (3

R, C

DM

, bio

gas)

Peng

angk

utan

sam

pah

di P

ulau

N

usa

Teng

gara

sebe

sar 7

5%.

Kel

ompo

k pr

ogra

m c

apac

ity b

uild

ing

(pen

guat

an i

nstit

usi

pem

da,

swas

ta,

dan

mas

yara

kat)

Peni

ngka

tan

kesa

dara

n se

luru

h st

akeh

olde

rs te

rhad

ap p

entin

gnya

pe

ning

kata

n pe

layan

an

pers

ampa

han.

Pe

ngem

bang

an

iklim

ya

ng

kond

usif

ba

gi

duni

a us

aha

(sw

asta

) unt

uk tu

rut b

erpe

rans

erta

se

cara

akt

if d

alam

mem

berik

an

pelay

anan

pe

rsam

paha

n,

baik

da

lam

ha

ndlin

g-tra

nspo

rtatio

n m

aupu

n da

lam

pen

gelo

laan

TPA

.�

Pe

ning

kata

n pe

rans

erta

se

luru

h st

akeh

olde

r da

lam

up

aya

men

capa

i sa

sara

n pe

mba

ngun

an

pers

ampa

han.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

76 77

Page 95: Konten C6921.pdf

6. K

epul

auan

Mal

uku

Kaj

ian

Das

ar S

aint

ifi k

Rek

omen

dasi

unt

uk A

ltern

atif

Str

ateg

i Miti

gasi

Prio

ritas

Pro

gram

Kep

ulau

an M

aluk

uIn

vent

aris

asi G

RK

Stat

us E

mis

i20

10 –

201

420

15 –

201

920

20 –

202

420

24 –

202

9

Em

isi

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t pe

rkot

aan

beru

pa

met

ana

(CH

4) ya

ng d

ihas

ilkan

dar

i TP

A

dan

CO

2 ya

ng d

ihas

ilkan

da

ri ke

giat

an p

emba

kara

n te

rbuk

a. �

Ti

ngka

t tim

bula

n sa

mpa

h do

mes

tik

sebe

sar

0,6

kg/o

rang

/har

i un

tuk

perk

otaa

n da

n 0,

3 kg

/ora

ng/h

ari

untu

k pe

desa

an.

Seca

ra k

esel

uruh

an, h

anya

21

%

dari

tota

l lim

bah

pada

t te

rseb

ut

yang

di

trasp

orta

sikan

ke

TP

A

(Dep

PU,

200

9).

Pote

nsi

timbu

lan

sam

pah

dom

estik

ya

ng

diha

silka

n Pu

lau

Mal

uku

pada

ta

hun

2010

(41

3 G

g/ta

hun)

, 20

15

(510

Gg/

tahu

n),

2020

(61

6 G

g/ta

hun)

, 20

25 (

773

Gg/

tahu

n) d

an 2

030

(903

Gg/

tahu

n).

Berd

asar

kan

Sken

ario

Bus

iness

A

s U

sual

(BA

U),

pote

nsi

emisi

CO

2 di

Pul

au M

aluk

u pa

da t

ahun

201

0 (0

,43

juta

), 20

15 (

0,53

jut

a to

n),

2020

(0

,64

juta

ton

), 20

25 (

0,81

ju

ta to

n) d

an 2

030

(0,9

4 ju

ta

ton)

.

Mel

aksa

naka

n ka

jian

inve

ntar

isasi

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t yan

g le

bih

leng

kap

dan

sem

purn

a de

ngan

di

sert

ai

renc

ana

peng

uran

gan

GRK

yan

g sis

tem

atis.

Men

erap

kan

kebi

jaka

n pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r bi

dang

pe

rsam

paha

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

yang

di

duku

ng

oleh

pe

ngem

bang

an

dan

pene

litia

n te

knol

ogi t

erap

an b

erw

awas

an li

ngku

ngan

.�

M

enge

mba

ngka

n pe

nera

pan

kebi

jaka

n lin

gkun

gan

hidu

p un

tuk

prin

sip

3R

(redu

ce,

reuse,

rec

ycle)

dala

m

peng

elol

aan

pers

ampa

han.

Men

gem

bang

kan

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

yang

be

rkel

anju

tan

(den

gan

men

jaga

ke

seim

bang

an

3 pi

lar

pem

bang

unan

, ya

itu

ekon

omi,

sosia

l, da

n lin

gkun

gan)

de

ngan

m

engu

rang

i em

isi

GRK

(G

as

Rum

ah

Kac

a)

dan

men

ingk

atka

n pe

nyer

apan

kar

bon

Men

yele

ngga

raka

n pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r bi

dang

pe

rsam

paha

n ya

ng

lebi

h m

empe

rhat

ikan

asp

ek p

enin

gkat

an

kapa

sitas

(ca

pacit

y bu

ildin

g) SD

M

dan

inst

itusi

term

asuk

ko

mpe

tens

i da

n ke

man

diria

n pe

mda

dal

am p

emba

ngun

an

infr

astr

uktu

r ya

ng b

erw

awas

an li

ngku

ngan

se

rta

men

doro

ng p

eran

sek

tor s

was

ta d

an

mas

yara

kat.

Men

gem

bang

kan

tekn

olog

i pe

ngel

olaa

n sa

mpa

h ya

ng

ram

ah

lingk

unga

n da

n an

tisip

atif

terh

adap

per

ubah

an ik

lim.

Men

gem

bang

kan

tekn

olog

i pe

ning

kata

n ku

alita

s lan

dfi ll

: (1

6)

Con

trolle

d La

ndfi l

l (C

LF)

untu

k ko

ta k

ecil

dan

men

enga

h,(1

7)

Sani

tary

La

ndfi l

l (S

LF)

untu

k ko

ta b

esar

dan

kot

a m

etro

polit

an

(18)

Pe

nghe

ntia

n O

pen

Dum

ping

.�

M

enge

mba

ngka

n pe

nera

pan

EPR

(E

xten

ded

Prod

ucer

Res

pons

ibili

ty) u

ntuk

pr

odus

en d

an im

port

ir lim

bah

B3

Kel

ompo

k pr

ogra

m

inve

ntar

isas

i da

ta

dan

pere

ncan

aan

Kaj

ian

inve

ntar

isasi

dan

peng

uran

gan

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t.

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

Peng

uata

n pe

ndek

atan

ke

bija

kan

lingk

unga

n hi

dup

untu

k pe

ngel

olaa

n da

n st

anda

rdisa

si pe

rsam

paha

n (st

epwi

se ap

proa

ch).

Pene

rbita

n pr

oduk

pen

gatu

ran

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh p

emer

inta

h k

abup

aten

/kot

a ya

ng se

suai

NSP

K.

Peny

eles

aian

per

atur

an d

i bid

ang

pers

ampa

han

Peny

iapa

n N

SPM

bid

ang

pers

ampa

han.

Peng

atur

an,

pem

bina

an,

peng

awas

an,

peng

emba

ngan

sum

ber

pem

biay

aan

dan

pola

in

vest

asi d

alam

pen

gelo

laan

per

sam

paha

n�

Pe

nyed

iaan

pe

dom

an

peng

awas

an

pers

ampa

han.

Pem

buat

an N

SPK

bid

ang

pers

ampa

han

Peny

edia

an B

ante

k, B

imte

k da

n pe

ndam

ping

an

(SSK

) pen

gelo

laan

per

sam

paha

n

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Pela

ksan

aan

KPS

pen

gem

bang

an p

ersa

mpa

han

di k

abup

aten

/kot

a.�

Pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TPA

S da

ri op

en

dump

ing

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di k

ota

keci

l da

n m

enen

gah;

sani

tary

land

fi ll d

i kot

a be

sar d

an

met

ropo

litan

seb

esar

10%

.�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik (

redu

ce)

dari

sum

bern

ya s

eban

yak

mun

gkin

, di

guna

kan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ul

ang

(recy

cle)

(3R)

se

belu

m d

iang

kut k

e TP

A se

besa

r 20%

. �

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

mel

alui

pen

erap

an e

nerg

y rec

over

y syst

em se

bany

ak 5

%.

Peng

adaa

n re

plik

asi

bant

ek

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n di

kab

upat

en/k

ota.

Peny

edia

an in

fras

truk

tur p

ersa

mpa

han

di 1

1 ka

b/ko

ta d

i Pul

au M

aluk

u.�

Pe

nyed

iaan

fasil

itas p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han

seba

nyak

411

uni

t�

Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

11

kota

/kab

di P

ulau

M

aluk

u.�

Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pul

au M

aluk

u se

besa

r 30%

.�

Pe

mba

ngun

an T

PST

3R d

i sem

ua k

ota/

kab

di

Pula

u M

aluk

u.

Kel

ompo

k pr

ogra

m c

apac

ity b

uild

ing

(pen

guat

an

inst

itusi

pem

da, s

was

ta, d

an m

asya

raka

t)

Peng

uata

n ke

mitr

aan

pem

erin

tah

dan

mas

yara

kat.

Peng

uata

n in

stitu

si pe

mer

inta

h da

erah

dal

am

peng

elol

aan

pers

ampa

han.

Peng

adaa

n ke

giat

an

m

onev

ki

nerja

pe

ngem

bang

an p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han

Peng

adaa

n fa

silita

s bag

i keg

iata

n pe

ngem

bang

an

sum

ber

pem

biay

aan

dan

pola

inv

esta

si bi

dang

pe

rsam

paha

n m

elal

ui

kerja

sam

a pe

mer

inta

h du

nia

usah

a da

n m

asya

raka

t

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

Peng

awas

an d

an p

enge

mba

ngan

su

mbe

r pe

mbi

ayaa

n da

n po

la

inve

stas

i da

lam

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n�

Pe

ngaw

asan

pro

duk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

ka

bupa

ten/

kota

yan

g se

suai

NSP

K.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si�

Pe

ning

kata

n pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TPA

S da

ri op

en

dump

ing

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di

kota

ke

cil

dan

men

enga

h;

sani

tary

land

fi ll d

i kot

a be

sar

dan

met

ropo

litan

seb

esar

20%

Peng

uran

gan

limba

h pa

dat

dom

estik

(re

duce

) da

ri su

mbe

rnya

seb

anya

k m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

dan

di

daur

ul

ang

(recy

cle)

(3

R)

sebe

lum

di

angk

ut

ke

TPA

se

bany

ak 3

0%.

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll

gas

– LF

G)

mel

alui

pe

ngum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au

mel

alui

pe

nera

pan

energ

y rec

over

y syst

em se

bany

ak 2

0%.

Pem

bang

unan

pr

oyek

pe

rcon

toha

n (3

R,

CD

M,

biog

as)

Peny

edia

an in

fras

truk

tur

pers

ampa

han

di 7

kab

/kot

a.�

Pe

mba

ngun

an fa

silita

s pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n se

bany

ak 4

53 u

nit

Peng

angk

utan

sam

pah

di 7

ko

ta/k

ab

Peng

angk

utan

sam

pah

di

Pula

u M

aluk

u se

besa

r 45%

.�

Pe

mel

ihar

aan

TPST

3R

di

sem

ua k

ab/k

ota

di P

ulau

M

aluk

u.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

Pera

ncan

gan

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

ya

ng

terk

ait

deng

an

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(pu

blic

priva

te pa

rtners

hip)

dal

am p

enge

lola

an

pers

ampa

han

Peng

awas

an

dan

eval

uasi

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kabu

pate

n/ko

ta y

ang

sesu

ai N

SPK

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di

TPA

S da

ri op

en

dump

ing

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di

kota

ke

cil

dan

men

enga

h;

sani

tary

lan

dfi ll

di k

ota

besa

r da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 3

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya

seba

nyak

m

ungk

in, d

igun

akan

kem

bali

(reus

e)

dan

dida

ur

ulan

g (re

cycl

e)

(3R)

se

belu

m d

iang

kut

ke T

PA s

eban

yak

40%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l gas

– L

FG)

mel

alui

pe

ngum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au

mel

alui

pen

erap

an en

ergy r

ecover

y syst

em

seba

nyak

30%

. �

Pe

mel

ihar

aan

infr

astr

uktu

r da

n pe

ning

kata

n pe

layan

an

pers

ampa

han

di 1

1 ka

b/ko

ta d

i Pu

lau

Mal

uku.

Peng

adaa

n fa

silita

s pen

gelo

laan

pe

rsam

paha

n se

bany

ak 4

98 u

nit

Peng

emba

ngan

pel

ayan

an

peng

angk

utan

sam

pah

di 1

1 ka

b/ko

ta d

i Pul

au M

aluk

u.�

Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pul

au

Mal

uku

sebe

sar 6

0%.

Eva

luas

i, pe

mel

ihar

aan,

da

n pe

ngem

bang

anpr

oyek

pe

rcon

toha

n (3

R, C

DM

, bio

gas)

Kel

ompo

k pr

ogra

m c

apac

ity b

uild

ing

(pen

guat

an

inst

itusi

pe

mda

, sw

asta

, da

n m

asya

raka

t)�

Pe

mbe

ntuk

an ik

lim y

ang

kond

usif

ba

gi d

unia

usa

ha (

swas

ta)

untu

k tu

rut

berp

eran

sert

a se

cara

ak

tif

dala

m

mem

berik

an

pelay

anan

pe

rsam

paha

n, b

aik

dala

m h

andli

ng-

trans

porta

tion

mau

pun

dala

m

peng

elol

aan

TPA

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

Peng

awas

an

dan

eval

uasi

prod

uk

peng

atur

an p

enge

mba

ngan

per

sam

paha

n ol

eh p

emer

inta

h k

abup

aten

/kot

a ya

ng

sesu

ai N

SPK

.�

E

valu

asi i

mpl

emen

tasi

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

yan

g te

rkai

t de

ngan

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(p

ublic

priv

ate p

artn

ershi

p) d

alam

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di

TPA

S da

ri op

en d

umpin

g m

enja

di c

ontro

lled

landfi

ll di

kot

a ke

cil d

an m

enen

gah;

sani

tary

lan

dfi ll

di k

ota

besa

r da

n m

etro

polit

an

sebe

sar 5

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce) d

ari s

umbe

rnya

seba

nyak

mun

gkin

, di

guna

kan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ula

ng

(recy

cle)

(3R

) se

belu

m d

iang

kut

ke T

PA

seba

nyak

50%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

mel

alui

pe

nera

pan

energ

y rec

over

y sys

tem s

eban

yak

50%

.�

Pe

mel

ihar

aan

infr

astr

uktu

r dan

pe

ning

kata

n pe

layan

an p

ersa

mpa

han

di 7

ka

b/ko

ta

Peng

adaa

n fa

silita

s pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n se

bany

ak 5

48 u

nit

Peng

emba

ngan

pel

ayan

an p

enga

ngku

tan

Sa

mpa

h di

7 k

ota/

kab.

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll

gas

– LF

G)

mel

alui

pe

ngum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au m

elal

ui

pene

rapa

n en

ergy

recov

ery

system

seb

anya

k 70

%.

Eva

luas

i, pe

mel

ihar

aan,

dan

pe

ngem

bang

an m

,pro

yek

perc

onto

han

(3R,

CD

M, b

ioga

s)�

Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pul

au M

aluk

u se

besa

r 75%

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

in

stitu

si

pem

da,

swas

ta,

dan

mas

yara

kat)

Peni

ngka

tan

kesa

dara

n se

luru

h st

akeh

olde

rs

terh

adap

pe

ntin

gnya

pe

ning

kata

n pe

layan

an p

ersa

mpa

han.

Pe

ngem

bang

an

iklim

ya

ng

kond

usif

ba

gi d

unia

usa

ha (

swas

ta)

untu

k tu

rut

berp

eran

sert

a se

cara

ak

tif

dala

m

mem

berik

an

pelay

anan

pe

rsam

paha

n,

baik

dal

am h

andli

ng-tr

ansp

orta

tion

mau

pun

dala

m p

enge

lola

an T

PA.

Peni

ngka

tan

pera

nser

ta

selu

ruh

stak

ehol

der d

alam

upa

ya m

enca

pai s

asar

an

pem

bang

unan

per

sam

paha

n.

ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah

76 77

Page 96: Konten C6921.pdf

7. Pu

lau

Papu

a

Kaj

ian

Das

ar S

aint

ifi k

Rek

omen

dasi

unt

uk A

ltern

atif

Str

ateg

i M

itiga

siPr

iorit

as P

rogr

am P

ulau

Pap

uaIn

vent

aris

asi G

RK

Stat

us E

mis

i20

10 –

201

420

15 –

201

920

20 –

202

420

24 –

202

9

Em

isi

GRK

da

ri se

ktor

lim

bah

pada

t pe

rkot

aan

beru

pa m

etan

a (C

H4)

yang

di

hasil

kan

dari

TPA

dan

CO

2 ya

ng d

ihas

ilkan

dar

i keg

iata

n pe

mba

kara

n te

rbuk

a. �

Ti

ngka

t tim

bula

n sa

mpa

h do

mes

tik

sebe

sar

0,6

kg/

oran

g/ha

ri un

tuk

perk

otaa

n da

n 0,

3 kg

/ora

ng/h

ari u

ntuk

pe

desa

an.

Seca

ra

kese

luru

han,

ha

nya

21%

dar

i to

tal

limba

h pa

dat

ters

ebut

yang

ditr

aspo

rtas

ikan

ke

TPA

(Dep

PU,

200

9).

Pote

nsi t

imbu

lan

sam

pah

dom

estik

yan

g di

hasil

kan

Pula

u Pa

pua

pada

tah

un

2010

(5

02

Gg/

tahu

n),

2015

(6

32

Gg/

tahu

n),

2020

(7

75

Gg/

tahu

n),

2025

(9

81

Gg/

tahu

n),

dan

2030

(1

.158

G

g/ta

hun)

.�

Be

rdas

arka

n Sk

enar

io

Busin

ess A

s U

sual

(BA

U),

pote

nsi

emisi

C

O2

di

Pula

u Pa

pua

pada

tah

un

2010

(0,5

2 ju

ta to

n), 2

015

(0,6

6 ju

ta to

n), 2

020

(0,8

1 ju

ta to

n), 2

025

(1,0

2 ju

ta

ton)

, dan

203

0 (1

,21

juta

to

n).

Mel

aksa

naka

n ka

jian

inve

ntar

isasi

GRK

dar

i se

ktor

lim

bah

pada

t ya

ng

lebi

h le

ngka

p da

n se

mpu

rna

deng

an

dise

rtai

ren

cana

pen

gura

ngan

GRK

ya

ng si

stem

atis.

Men

erap

kan

kebi

jaka

n pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r bi

dang

pe

rsam

paha

n be

rwaw

asan

lin

gkun

gan

yang

di

duku

ng

oleh

pe

ngem

bang

an

dan

pene

litia

n te

knol

ogi

tera

pan

berw

awas

an li

ngku

ngan

.�

M

enge

mba

ngka

n pe

nera

pan

kebi

jaka

n lin

gkun

gan

hidu

p un

tuk

prin

sip

3R

(redu

ce, r

euse,

recy

cle)

dala

m p

enge

lola

an

pers

ampa

han.

Men

gem

bang

kan

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

yang

be

rkel

anju

tan

(den

gan

men

jaga

kes

eim

bang

an 3

pila

r pe

mba

ngun

an,

yaitu

eko

nom

i, so

sial,

dan

lingk

unga

n) d

enga

n m

engu

rang

i em

isi G

RK (

Gas

Rum

ah K

aca)

dan

m

enin

gkat

kan

peny

erap

an k

arbo

n�

M

enye

leng

gara

kan

pem

bang

unan

in

fras

truk

tur

bida

ng

pers

ampa

han

yang

lebi

h m

empe

rhat

ikan

as

pek

peni

ngka

tan

kapa

sitas

(ca

pacit

y bu

ildin

g) SD

M d

an i

nstit

usi

term

asuk

ko

mpe

tens

i da

n ke

man

diria

n pe

mda

da

lam

pe

mba

ngun

an

infr

astr

uktu

r ya

ng

berw

awas

an

lingk

unga

n se

rta

men

doro

ng p

eran

sek

tor

swas

ta

dan

mas

yara

kat.

Men

gem

bang

kan

tekn

olog

i pe

ngel

olaa

n sa

mpa

h ya

ng

ram

ah

lingk

unga

n da

n an

tisip

atif

ter

hada

p pe

ruba

han

iklim

.�

M

enge

mba

ngka

n te

knol

ogi

peni

ngka

tan

kual

itas l

andfi

ll:

(19)

C

ontro

lled

Land

fi ll

(CLF

) un

tuk

kota

ke

cil

dan

men

enga

h,(2

0)

Sani

tary

La

ndfi l

l (S

LF)

untu

k ko

ta b

esar

dan

kot

a m

etro

polit

an

(21)

Pe

nghe

ntia

n O

pen

Dum

ping

.�

M

enge

mba

ngka

n pe

nera

pan

EPR

(E

xten

ded

Prod

ucer

Re

spon

sibili

ty)

untu

k pr

odus

en d

an im

port

ir lim

bah

B3

Kel

ompo

k pr

ogra

m

inve

ntar

isas

i da

ta

dan

pere

ncan

aan

Kaj

ian

inve

ntar

isasi

dan

peng

uran

gan

GRK

dar

i se

ktor

lim

bah

pada

t.

Kel

ompo

k pr

ogra

m re

gula

si d

an k

ebija

kan

Peng

uata

n pe

ndek

atan

keb

ijaka

n lin

gkun

gan

hidu

p un

tuk

peng

elol

aan

dan

stan

dard

isasi

pers

ampa

han

(step

wise

appr

oach

).�

Pe

nerb

itan

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

ka

bupa

ten/

kota

ya

ng se

suai

NSP

K.

Peny

eles

aian

per

atur

an d

i bid

ang

pers

ampa

han

Peny

iapa

n N

SPM

bid

ang

pers

ampa

han.

Peng

atur

an,

pem

bina

an,

peng

awas

an,

peng

emba

ngan

su

mbe

r pe

mbi

ayaa

n da

n po

la

inve

stas

i dal

am p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han

Peny

edia

an p

edom

an p

enga

was

an p

ersa

mpa

han.

Pem

buat

an N

SPK

bid

ang

pers

ampa

han

Peny

edia

an

Bant

ek,

Bim

tek

dan

pend

ampi

ngan

(S

SK) p

enge

lola

an p

ersa

mpa

han

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Pela

ksan

aan

KPS

pen

gem

bang

an p

ersa

mpa

han

di

kabu

pate

n/ko

ta.

Peng

elol

aan

pers

ampa

han

di T

PAS

dari

open

dum

ping

men

jadi

cont

rolle

d lan

dfi ll

di k

ota

keci

l dan

men

enga

h;

sani

tary

lan

dfi ll

di

kota

be

sar

dan

met

ropo

litan

se

besa

r 10%

.�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik (

redu

ce)

dari

sum

bern

ya s

eban

yak

mun

gkin

, di

guna

kan

kem

bali

(reus

e) d

an d

idau

r ul

ang

(recy

cle)

(3R

) se

belu

m

dian

gkut

ke

TPA

sebe

sar 2

0%.

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll

gas

– LF

G)

mel

alui

pen

gum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au m

elal

ui p

ener

apan

ene

rgy

recov

ery

system

seba

nyak

5%

.�

Pe

ngad

aan

repl

ikas

i ba

ntek

pe

ngem

bang

an

pers

ampa

han

di k

abup

aten

/kot

a.�

Pe

nyed

iaan

infr

astr

uktu

r per

sam

paha

n di

13

kab/

kota

di P

ulau

Pap

ua.

Peny

edia

an fa

silita

s pen

gelo

laan

per

sam

paha

n se

bany

ak 4

11 u

nit

Peng

angk

utan

sam

pah

di 1

3 ko

ta/k

ab d

i Pul

au

Papu

a.�

Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pul

au P

apua

sebe

sar

30%

.�

Pe

mba

ngun

an T

PST

3R d

i sem

ua k

ota/

kab

di

Pula

u Pa

pua.

Kel

ompo

k pr

ogra

m c

apac

ity b

uild

ing

(pen

guat

an

inst

itusi

pem

da, s

was

ta, d

an m

asya

raka

t)

Peng

uata

n ke

mitr

aan

pem

erin

tah

dan

mas

yara

kat.

Peng

uata

n in

stitu

si pe

mer

inta

h da

erah

da

lam

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n.�

Pe

ngad

aan

kegi

atan

mon

ev k

iner

ja p

enge

mba

ngan

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n �

Pe

ngad

aan

fasil

itas

bagi

keg

iata

n pe

ngem

bang

an

sum

ber

pem

biay

aan

dan

pola

in

vest

asi

bida

ng

pers

ampa

han

mel

alui

ker

jasa

ma

pem

erin

tah

duni

a us

aha

dan

mas

yara

kat

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

Peng

awas

an d

an p

enge

mba

ngan

su

mbe

r pe

mbi

ayaa

n da

n po

la

inve

stas

i da

lam

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n�

Pe

ngaw

asan

pro

duk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh p

emer

inta

h k

abup

aten

/kot

a ya

ng se

suai

NSP

K.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si�

Pe

ning

kata

n pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n di

TPA

S da

ri op

en

dump

ing

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di

kota

ke

cil

dan

men

enga

h;

sani

tary

land

fi ll d

i ko

ta b

esar

dan

m

etro

polit

an s

ebes

ar 2

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya

seba

nyak

m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

dan

di

daur

ul

ang

(recy

cle)

(3

R)

sebe

lum

di

angk

ut

ke

TPA

se

bany

ak 3

0%.

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll

gas –

LFG

) mel

alui

pen

gum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au

mel

alui

pe

nera

pan

energ

y rec

over

y sys

tem

seba

nyak

20%

. �

Pe

mba

ngun

an

proy

ek

perc

onto

han

(3R,

C

DM

, bi

ogas

)�

Pe

nyed

iaan

infr

astr

uktu

r pe

rsam

paha

n di

17

kab/

kota

.�

Pe

mba

ngun

an fa

silita

s pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n se

bany

ak 4

53 u

nit

Peng

angk

utan

sam

pah

di 1

7 ko

ta/k

ab

Peng

angk

utan

sam

pah

di

Pula

u Pa

pua

sebe

sar 4

5%.

Pem

elih

araa

n TP

ST 3

R di

se

mua

kab

/kot

a di

Pul

au

Papu

a.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

Pera

ncan

gan

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

ya

ng

terk

ait

deng

an

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(p

ublic

pr

ivate

partn

ershi

p)

dala

m

peng

elol

aan

pers

ampa

han

Peng

awas

an

dan

eval

uasi

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kabu

pate

n/ko

ta y

ang

sesu

ai N

SPK

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di T

PAS

dari

open

dum

ping

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di

kota

ke

cil

dan

men

enga

h; sa

nita

ry la

ndfi l

l di k

ota b

esar

da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 3

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya

seba

nyak

m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

da

n di

daur

ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um

dian

gkut

ke

TPA

seba

nyak

40%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

m

elal

ui p

ener

apan

ene

rgy

recov

ery

system

se

bany

ak 3

0%.

Pem

elih

araa

n in

fras

truk

tur

dan

peni

ngka

tan

pelay

anan

pe

rsam

paha

n di

13

kab/

kota

di

Pula

u Pa

pua.

Peng

adaa

n fa

silita

s pen

gelo

laan

pe

rsam

paha

n se

bany

ak 4

98 u

nit

Peng

emba

ngan

pel

ayan

an

peng

angk

utan

sam

pah

di 1

3 ka

b/ko

ta d

i Pul

au P

apua

.�

Pe

ngan

gkut

an sa

mpa

h di

Pul

au

Papu

a se

besa

r 60%

.�

E

valu

asi,

pem

elih

araa

n, d

an

peng

emba

ngan

proy

ek p

erco

ntoh

an

(3R,

CD

M, b

ioga

s)

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

ins

titus

i pe

mda

, sw

asta

, da

n m

asya

raka

t)�

Pe

mbe

ntuk

an i

klim

yan

g ko

ndus

if

bagi

dun

ia u

saha

(sw

asta

) unt

uk tu

rut

berp

eran

sert

a se

cara

ak

tif

dala

m

mem

berik

an p

elay

anan

per

sam

paha

n,

baik

da

lam

ha

ndlin

g-tra

nspo

rtatio

n m

aupu

n da

lam

pen

gelo

laan

TPA

.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

regu

lasi

da

n ke

bija

kan

Peng

awas

an

dan

eval

uasi

prod

uk

peng

atur

an

peng

emba

ngan

pe

rsam

paha

n ol

eh

pem

erin

tah

kabu

pate

n/ko

ta y

ang

sesu

ai N

SPK

.�

E

valu

asi i

mpl

emen

tasi

pera

tura

n pe

rund

ang-

unda

ngan

yan

g te

rkai

t de

ngan

kem

itraa

n pe

mer

inta

h-sw

asta

(p

ublic

priv

ate p

artn

ershi

p) d

alam

pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n.

Kel

ompo

k pr

ogra

m im

plem

enta

si

Peni

ngka

tan

peng

elol

aan

pers

ampa

han

di T

PAS

dari

open

dum

ping

men

jadi

con

trolle

d lan

dfi ll

di

kota

ke

cil

dan

men

enga

h; sa

nita

ry la

ndfi l

l di k

ota

besa

r da

n m

etro

polit

an s

ebes

ar 5

0%�

Pe

ngur

anga

n lim

bah

pada

t do

mes

tik

(redu

ce)

dari

sum

bern

ya

seba

nyak

m

ungk

in,

digu

naka

n ke

mba

li (re

use)

da

n di

daur

ula

ng (r

ecyc

le) (

3R) s

ebel

um

dian

gkut

ke

TPA

seba

nyak

50%

.�

Pe

ning

kata

n m

etod

a pe

ngel

olaa

n ga

s sa

mpa

h (la

ndfi l

l ga

s –

LFG

) m

elal

ui

peng

umpu

lan

dan

pem

baka

ran

atau

m

elal

ui p

ener

apan

ene

rgy

recov

ery

system

se

bany

ak 5

0%.

Pem

elih

araa

n in

fras

truk

tur d

an

peni

ngka

tan

pelay

anan

per

sam

paha

n di

17

kab

/kot

a �

Pe

mba

ngun

an fa

silita

s TP

A C

DM

di

3 ko

ta b

esar

Peng

adaa

n fa

silita

s pe

ngel

olaa

n pe

rsam

paha

n se

bany

ak 5

48 u

nit

Peng

emba

ngan

pel

ayan

an

peng

angk

utan

Sam

pah

di 1

7 ko

ta/k

ab.

Peni

ngka

tan

met

oda

peng

elol

aan

gas

sam

pah

(land

fi ll

gas

– LF

G)

mel

alui

pe

ngum

pula

n da

n pe

mba

kara

n at

au

mel

alui

pen

erap

an e

nerg

y rec

over

y sys

tem

seba

nyak

70%

.�

E

valu

asi,

pem

elih

araa

n, d

an

peng

emba

ngan

m,p

roye

k pe

rcon

toha

n (3

R, C

DM

, bio

gas)

Peng

angk

utan

sam

pah

di P

ulau

Pap

ua

sebe

sar 7

5%.

Kel

ompo

k pr

ogra

m

capa

city

bu

ildin

g (p

engu

atan

ins

titus

i pe

mda

, sw

asta

, da

n m

asya

raka

t)�

Pe

ning

kata

n ke

sada

ran

selu

ruh

stak

ehol

ders

te

rhad

ap

pent

ingn

ya

peni

ngka

tan

pelay

anan

per

sam

paha

n.

Peng

emba

ngan

ikl

im y

ang

kond

usif

ba

gi d

unia

usa

ha (s

was

ta) u

ntuk

turu

t be

rper

anse

rta

seca

ra

aktif

da

lam

m

embe

rikan

pel

ayan

an p

ersa

mpa

han,

ba

ik

dala

m

hand

ling-t

rans

porta

tion

mau

pun

dala

m p

enge

lola

an T

PA.

Peni

ngka

tan

pera

nser

ta

selu

ruh

stak

ehol

der

dala

m

upay

a m

enca

pai

sasa

ran

pem

bang

unan

per

sam

paha

n.

ICCSR - SektoR LImbah

78

Page 97: Konten C6921.pdf