konten 38427.pdf

13
DARI PENDEKATAN SEKTORAL MENUJU KETERPADUAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Etrp,lY 77,t+H 74 r/ ) sejarah Perkembangan Konsep Perencanaan pembangunan Kota Perkembangan konsep perencanaan kota di Indonesia didasarkan pada permasalahan dan tantangan nyatayang dihadapi dalam suatu kurun waktu tertentu. sejak tahun1960an sampai dengan saat ini (1990an), terlihat bahwa permasalahan dan tantangan perkotaan berbeda-beda dari waktu ke waktu. Dengan demikian perumusan program pembangunan perkotaan pun berkembang darisatu konsep ke konsep yang lainsesuai dengan permasalahan dan tantangan yang dihadapi pada kurun waktu tersebut. Pada tahun 1960an, proses urbanisasi secara cepat sudah mulaiterlihat, hal ini diindikasikan dengan makin berkembangnya beberapa kotamenjadi kotabesar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.Proses transformasi kegiatan- kegiatan strategis seperti industri dan perdagangan telah mendorong semakin tumbuh dan berkembangnya kota-kota tersebut. Peran dan fungsi dari kota-kota tersebut sebagai penggerak dalam pembangunan nasional sudah mulai terasa. pada saat itu tuntutan kebutuhan prasarana dasar perkotaan mulai meningkat. Pemerintah lndonesia mulai merasa perluuntuk memenuhi kebutuhan prasarana dasar tersebut, tidak hanyauntuk memenuhi kebutuhan penduduknya, tetapi diperlukan pulauntuk lebihmemantapkan fungsi dan peranan kota-kota tersebut dalam pengembangan lvilayah danpembangunan nasional. Melalui dana APBN (DlP)-Cipta Karya Dep. PU, pemerintah Indonesia membangun prasarana dasar kota, seperti jalan, air minum, pembuangan air limbah dansampah. pada saat itu, pendekatan pembangunan perkotaan dilakukan secara sektoral. Prasarana jalan,

Upload: trankhanh

Post on 26-Jan-2017

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konten 38427.pdf

DARI PENDEKATAN SEKTORAL MENUJU KETERPADUAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN

(Etrp,lY 77,t+H 74 r/ )

sejarah Perkembangan Konsep Perencanaan pembangunan Kota

Perkembangan konsep perencanaan kota di Indonesia didasarkan pada

permasalahan dan tantangan nyata yang dihadapi dalam suatu kurun waktu

tertentu. sejak tahun 1960an sampai dengan saat in i (1990an), ter l ihat bahwapermasalahan dan tantangan perkotaan berbeda-beda dari waktu ke waktu.

Dengan demikian perumusan program pembangunan perkotaan pun berkembang

dari satu konsep ke konsep yang lain sesuai dengan permasalahan dan tantangan

yang dihadapi pada kurun waktu tersebut.

Pada tahun 1960an, proses urbanisasi secara cepat sudah mulai terl ihat, hal ini

diindikasikan dengan makin berkembangnya beberapa kota menjadi kota besar,

seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Proses transformasi kegiatan-

kegiatan strategis seperti industri dan perdagangan telah mendorong semakin

tumbuh dan berkembangnya kota-kota tersebut. Peran dan fungsi dari kota-kota

tersebut sebagai penggerak dalam pembangunan nasional sudah mulai terasa. pada

saat itu tuntutan kebutuhan prasarana dasar perkotaan mulai meningkat.

Pemerintah lndonesia mulai merasa perlu untuk memenuhi kebutuhan prasarana

dasar tersebut, t idak hanya untuk memenuhi kebutuhan penduduknya, tetapi

diperlukan pula untuk lebih memantapkan fungsi dan peranan kota-kota tersebut

dalam pengembangan lv i layah dan pembangunan nasional . Melalui dana APBN(DlP)-Cipta Karya Dep. PU, pemerintah Indonesia membangun prasarana dasar

kota, seperti jalan, air minum, pembuangan air l imbah dan sampah. pada saat itu,

pendekatan pembangunan perkotaan dilakukan secara sektoral. Prasarana jalan,

Page 2: Konten 38427.pdf

air minum dan lain-lain, direncanakan dan dibangun secara sektoral dan

terpisah-pisah, dengan sangat sedikit sekali adanya integrasi, koordinasi, dan

keterpaduan.

Dengan semakin meningkatnya la ju urbanisasi dan semakin tumbuh dan

berkembangnya kota-kota besar di lndonesia, Pemerintah mulai merasa perlu

merumuskan kebijaksanaan perkotaan untuk mengarahkan pertumbuhan danperkembangan kota-kota besar tersebut secara komprehensif dan berdimensi waktujangka panjang. Maka pada pertengahan awal tahun 1970an, mulai dikembangkan

konsep-konsep "Rencana Induk Kota " yang lebih dikenal dengan sebutan "MasterPlan". Masterplan ini disusun atas dasar kajian-kajian-sosial (demografi), f isik dan

ekonomi serta diproyeksikan untuk jangka waktu panjang (15-20 tahun). Dalam

Masterplan ini, hubungan fungsional antar kegiatan perkotaan dan prinsip efisiensi

dalam pelayanan transportasi dipertimbangkan. Hasil akhir dari Master Plan

tersebut diwujudkan dalam bentuk rencana tata guna lahan (Zoning plan) dari

masing-masing komponen kegiatan perkotaan, seperti industri, perumahan,

perdagangan, rekreasi, dan sebagainya

Pada awal pembangunan jangka panjang | (pJp l), perekonomian lndonesia

tumbuh sangat cepat disebabkan adanya ek5ploi tasi minyak dan gas bumi (oi l

boom). Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun diatas 10 persen.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat tersebut telah mendorong semakin

berkembangnya kota-kota besar. menjadi kota-kota metropolitan. Kegiatan

perkotaan di kota-kota besar saat itu sampai melampui batas-batas wilayah

administrat is. Master Plan t idak dapat dipergunakan untuk mengendal ikan wi layah

metropolitan, karena hanya mengarahkan penggunaan dan pemanfaatan lahan di

kota utama/ int i saja. Oleh karena i tu pemerintah memandang per lu untuk

mengembangkan konsep kebi jaksanaan pembangunan wi layah metropol i tan

dengan menggunakan pr ins ip 'dekonsent ras i p lano log is ' yang d ida lamya

Page 3: Konten 38427.pdf

d

mencakup perencanaan tata ruang kota inti dan kota-kota satelit disekitarnya yang

dipakai sebagai daerah penyangga (buffer zone). Pada saat itu kita mulai mengenal

rencana metropolitan Jabotabek, Bandung Raya, dan Gerbang Kertosusila.

Karena orientasi pembangunan pada saat itu hanya ditujukan pada sasaranpembangunan sektoral, dalam arti keterpaduan pembangunan perkotaan danpedesaan belum mendapat perhatian khusus, maka terjadi kesenjangan antar kota

dan desa. Akibatnya, arus migrasi penduduk dari desa ke kota semakin tinggi. Hal

ini membawa dampak negatif terhadap kehidupan perkotaan yang ditunjukkan

dengan semakin t idak terpenuhinya pelayanan prasarana dan sarana dasarperkotaan, meningkatnya pengangguran, dan makin tumbuhnya sektor informal.

Pada saat itu penduduk miskin kota semakin meningkat yang disertai dengan

semakin berkembangnya perumahan kumuh (slum areas) di kawasan-kawasan

perkotaan.

Untuk menghadapi kemiskinan penduduk perkotaan ini, maka pemerintah

merasa perlu menerapkan kebijaksanaan pemenuhan kebutuhan prasarana dasar(basic need strategy) yang ditujukan untuk pengentasan kemiskinan di perkotaan.

Maka, pada tahun 1973174, kebi jaksanaan tersebut di implementasikan dalam

bentuk "Program Perbaikan Kampung" atau. Kampong lmprovement program

(KlP). dengan mengambil studi kasus DKl. jakarta. KIP pada dasarnya merupakan

program perbaikan dan penyediaan prasarana dasar perkotaan (jalan setapak, air

minum, pengelolaan air l imbah dan persampahan) yang di lakukan secara terpadu

dan terkoordinasi dengan mempertahankan perumahan yang sudah terbangun diperkampungan-perkampungan kum uh.

Program KIP ini sudah direncanakan secara terkoordinir dan terpadu dalam

pembangunan prasarana kota, maka program ini dapat k i ta sebut sebagai"pendekatan generasi pertama" ( the f i rst generat ion approach) dalam

Page 4: Konten 38427.pdf

pembangunan perkotaan secara terpadu, meskipun hanya diterapkan untuk skalakeci l (kampung), dan hanya mencakup pembangunan f is ik saja. pelaksanaan Klpdi DKljakarta mendapat perhatian dari Bank Dunia, terbukti dengan adanya danabantuan untuk Urban Project I untuk mengembangkan Klp dan penyediaanprasarana kota, serta upaya pembentukan "Urban Development Coorporation"yang merupakan cikal bakal perum perumnas.

Keberhasi lan KIP di DKl. Jakarta te lah mendorong pemerintah, denganbantuan dari Bank Dunia, menerapkan KIP ke kota-kota lain, seperti Surabaya,Bandung dan Ujung Pandang. Meskipun KIP telah banyak diakui keberhasi lannya,tetapi KIP juga mendapat beberapa krit ikan, sebagaimana dengan Master plan.

Apabi la penyusunan Master Plan yang di lakukan secara comprehensi f danberdimensijangka panjang, dikrit ik karena tidak dapat mengatasi masalah-masalahspesifik dan darurat, maka KIP yang ditujukan untuk mengatasi masalah spesifikdan nyata, di krit ik karena kurang mempertimbangkan rencana tata ruang yanglebih makro dan comprehensif, serta kurang terintegrasi dengan programpembangunan prasarana perkotaan di bagian wi layah-wi layah la in dalam kotatersebut. Dalam perkembangan program KIP selanjutnya, yang di tangani t idakhanya pembangunan fisik saja namun juga aspek sosialnya, sehingga program Klpbernuansa'comm un i ty development, .

Sejak tahun 1974 sampai dengan 1984, pemerintah dengan bantuan IBRDdan ADB menerapkan pendekatan baru yaitu "program pembangunan Kota,,(Urban Development Project-UDp) untuk mengarahkan pembanguan kota_kotabesar, seperti Jakarta (Urban project 1), Surabaya (Urban project 2), Bandung(BUDP), Medan (MUDP), semarang dan solo (urban project 3) dsb. pada

pr insipnya pendekatan "UDP" in i t idak jauh berbeda dengan pendekatan yangdi terapkan untuk KlP, hanya saja skala maupun keterpaduannya lebih diper luas,antara lain sudah mempertimbangan aspek keterpaduan tata ruang, keterpaduan

Page 5: Konten 38427.pdf

antar sektor, dan keterpaduan sumber-sumber pembiayaannya. Oleh karena itu,pendekatan ini dapat dikategorikan sebagai "pendekatan generasi kedua" (the

second generation approach) dalam pendekatan keterpaduan pembangunan kota.

Upaya pendekatan keterpaduan dalam UDP ini dirasa dapat memberikanefisiensi dan efektif itas tinggi dalam penyediaan prasarana kota. Oleh karena itupemerintah merasa perlu untuk menerapkan UDP ke kota-kota lain secaranasional , serta per lu diper luas dan diperdalam pengeft iannya dan l ingkupkerpaduannya. Usaha untuk memperluas UDP secara nasional tersebut didukungoleh suatu studi dengan bantuan UNDp, yang rebih dikenal dengan NUDS(National Urban Development Strategy) yang menghasilkan; (a) identif ikasi kota-kota metropolitan, besar, menengah dan kecir secara nasional; (b) skenario danstrategi penanganannya; serta (c) memperkirakan jumlah investasi yang dibutuhkanuntuk masing-masing typologi kota tersebut. Hasil dari indentif ikasi kota-kota iniselanjutnya dipakai sebagai pedoman dasar penentuan kota-kota prioritas dalampelaksanaan P3KT. Pelaksanaan NUDS dirakukan melalui "programPembangunan Prasarana Kota Terpadu (p3KT)", yang merupakan pula perluasan

dar i UDP secara nasional . Program ini dapat k i ta k lasi f ikasikan sebagai"pendekatan generasi ketiga" (the third generation approach ) dalam pendekatan

keterpaduan pembangunan prasarana kota.

P3KT pada dasarnya mengubah dan menggeser pendekatan pembangunanprasarana kota dari pendekatan sektoral dan terpusat (a sectoral and centralized

approach) ke pendekatan keterpaduan dan desentralisasi (a more integrated anddecentralized approach). Pada prinsipnya pendekatan p3KT merupakan

keterpaduan pembangunan sektoral dan keterpaduan sumber-sumber pembiayaan.

Penerapan konsep P3KT merupakan upaya untuk lebih mendorong proses

desentral isasasi dan pengembangan otonomi Dat i l l dalam pembangunan

Page 6: Konten 38427.pdf

q

prasarana kota, sepert i d iamanatkan dalam tJU no.5/1974. Proses penyusunan

P3KT di lakukan oleh Pemda Tingkat l l dengan mendapatkan bantuan teknis dar ipemerintah pusat dan Dat i l . Dimensi waktu P3KT adalah jangka menengah 5-Ztahun dan program tahunan yang disusun berdasarkan pr insip bergul i r ( ro l l ing

plan) yang per lu terus disesuaikan dengan tuntutan perkembangan kota.

Dalam Program Jangka Menengah (pJM-p3KT) selain dihasi lkan program_program investasi prasarana, juga dihasi lkan anal isa kemampuan keuangan dankelembagaan Dat i l l yang kemudian di lanjutkan dengan penyusunan "Rencana

Tindakan Peningkatan Pendapatan" (Revenue tmprovement Action plan-RlAp).

Pemerintah Daerah TK l l bertanggung jawab daram penyusunan RlAp in i ,

sedangkan pembinaan dan pengarahan penyusunan dilakukan oleh Ditjen. Bangda

Departemen Dalam Negeri . Selain i tu di lakukan pula penyusunan "Rencana

Tindakan Pengembangan Kelembagaan Daerah" (local Institutional Development

Act ion Plan-LIDAP) oleh Pemerintah Tinkat l l , dengan memperoleh pembinaan

dan pengarahan dari Ditjen PUOD, Departemen Dalam Negeri. Dengan demikianP3KT tidak hanya menghasilkan program investasi prasarana, tetapi yang lebihpent ing lagi adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan daerah (Dat i l l )

dalam menyusun dan melaksanakan program pembangunan prasarana perkotaan

yang merupakan implementasi dar i pelaksanaan kebi jaksanaan desentral isasi danpengembangan otonomi di Dat i l l .

P3KT sudah di laksanakan sejak tahun 19g4 (Repel i ta l l l ) . Sampai saat in i

te lah disusun PJM-P3KT di seki tar 300 kota, yang tersebardi seluruh lndonesia.

Sebagaian besar dokumen PJM-P3KT telah dijabarkan dalam program-program

yang layak untuk mendapatkan dana bantuan dari luar negeri, sebagai contoh Bank

Dunia untuk paket jawa Timur dan Bal i , Sulalvesi dan l r ian Jaya, Kal imantan dan

Semarang, Surakarta, dan Surabaya. Sedangkan dari ADB untuk paket Jawa Barat

dan sumatra, Jawa Tengah dan Yogya, lndonesia Timur, Bogor dan palembang,

Page 7: Konten 38427.pdf

dan Bandar Lampung.

Pendekatan "Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu" (P3KT) ini

t idak terlepas dari krit ikan seperti masih belum terpadunya pembangunan antara

komponen prasarana ke Cipta Karya-an P3KT dengan komponen lainnya. Hal ini

disebabkan karena program P3KT kegiatannya hanya terbatas pada 7 komponen

prasarana dasar ke Cipta-Karya-an (air minum, persampahan, air l imbah, drainase,jalan kota, KlP, MIP), padahal komponen-komponen perkotaan lain masih banyak

yang per lu dipadukan - sepert i jar ingan l is t r ik dan telekomunikasi , manajemen

transportasi dan perhubungan, pariwisata, kawasan-kawasan industri, serta fasil i tas

kesehatan dan pendidikan - baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun

dalam pembiayaannya. Diperkirakan komponen-komponen/sektor-sektor

perkotaan tersebut akan semakin meningkat jumlahnya sejalan dengan semakin

meningkatnya laju urbanisasi dan kompleksnya kegiatan ekonomi perkotaan pada

masa mendatang. Keterpaduan antar seluruh sektor perkotaan sangat cliperlukan

bi la k i ta menghendaki penanganan pembangunan perkotaan secara ef is ien dan

efektif serta berkelan i utan.

Oleh karena itu "Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu" (P3KT)

per lu lebih dikembangkan dan diper luas jenis kegiatannya, t idak hanya mel iput i

prasarana dasar ke-Cipta Karya-an saja, tetapi akan meliputi seluruh kegiatan

perkotaan. Dengan demikian program tersebut akan menjadi ,,program

Pembangunan Kota Terpadu" (lntegrated Urban Development program).

Program tersebut akan merupakan "pendekatan generasi keempat', (the fourth

generation approach) dalam keterpaduan pembangunan perkotaan. Permasalahan

yang akan t imbul bi la program ini akan di terapkan adalah: meskipun

implement ing agency tetap Pemerintah Daerah Tingkat l l , namun execut ing

agency t idak dapat di lakukan oleh Cipta Karya, Dep. pU, mengingat Cipta Karya

PU tidak mempunyai otoritas atau kewenangan untuk mengkoordinir sektor-sektor

Page 8: Konten 38427.pdf

la in di luar sektor ke-Cipta Karya-an. Oleh karena i tu dirasakan per lunya sebuahexecuting agency baru (seperti Menteri Negara pembangunan perkotaan danPerumahan), yang mempunyai kewenangan untuk mengkoordinir danmengarahkakan pembangunan seluruh sektor perkotaan secara terpadu, efektif,efisien, serta berkelani utan.

2, Keterpaduan antara Pembangunan Perkotaan dan Perumahan Merupakan

Keharusan

Dengan la ju dan t ingkat urbanisasi yang t inggi maka Indonesia memasuki

era kota (masyarakat perkotaan). Pada akhir PJP ll diperkirakan jumlah penduduk

perkotaan akan ber jumlah seki tar 155 juta, atau hampir 60 persen dar i jumlah

penduduk (260 juta). Kawasan-kawasan perkotaan akan memberikan sumbanganyang sangat berart i bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial . Lebih dar i 60 persen

dari PDB nonmigas akan berasal dari kawasan-kawasan perkotaan. Hampir semualokasi industri manufaktur berada di perkotaan begitu pula bisnis eceran, pusat

bisnis modern, pelayanan kesehatan, serta kegiatan-kegiatan yang sarat clenganinovasi teknologi serta kesenian kebudayaan. Keunggulan relat i f ekonomiperkotaan yang dibarengi dengan peningkatan pendapatan per kapitamenimbulkan tuntutan yang lebih besar akan sarana dan prasarana perkotaan.

Cuna mengantisipasi era kota tersebut, pembangunan prasarana dan saranaperkotaan harus dapat di laksanakan melalui s istem penyediaan yang terpadu,

terutama dalam kaitannya dengan pengembangan kemitraan antara pemerintah,

dunia usaha dan masyarakat dalam pembangunan kota, termasuk kota baru

maupun pembangunan perumahan dan permukiman dalam skala besar. Si tuasi

dalam PJP l l in i juga akan banyak diwarnai dengan upaya untuk melaksanakan

pembangunan yang berwawasan l ingkungan. lmpl ikasinya terhadap program

perumahan dan permukiman dapat di l ihat dar i aspek pelestar ian l ingkungan

Page 9: Konten 38427.pdf

d

hidup. sebagai contoh, pengembangan program perumahan dan permukiman

makin d iarahkan untuk upaya konservasi ; program daur u lang a i r bers ih /a i r l imbah

dan persampahan; pelaksanaan konservasi air baku sudah sangat mendesak guna

mengamankan penyediaan a i r yang berkelanjutan bagi keper luan rumah tangga,

industr i , dan kegiatan jasa la innya; sef ta pengembangan perumahan dan

permukiman yang d iarahkan untuk menciptakan kondis i l ingkungan yang nyaman

dan sehat mela lu i pembangunan l ingkungan terbangun misalnya program

perbaikan kampung, peremajaan kota dan kawasan, pemugaran rumah, penataan

bangunan dan kawasan, sef ta program dra inase dan pengendal ian banj i r . Per lu

d i ingat pu la, bahwa pembangunan perkotaan atau perumahan dan permukiman

seyogyanya t idak hanya mengangani aspek f isik saja, tetapi perlu pula penantanan

aspek sosial-ekonomi penduduknya. Penanganan aspek sosial sangat penting untuk

mengatas i dan menanggulangi masalah-masalah yang k in i banyak muncul seper t i

kejahatan perkotaan (urban crime), kejahatan remaja, penelantaran anak-anak dan

sebagainya. Sela in dar i pada i tu tak ka lah pent ingnya adalah masalah kesehatan

masyarakat , d isamping kesehatan l ingkungan. penanganan aspek ekonomi

perkotaan mel iput i pengembangan kesempatan ker ja , termasuk penyiapan

masyarakat untuk dapat memanfaatkan kesempatan kerja ini. Tak kalah

pent ingnya pula adalah upaya-upaya untuk meningkatkan investas i d i perkotaan

yang pada g i l i rannya dapat meningkatkan kegiatan ekonomi perkotaan.

Kesemuanya in i per lu d i lakukan secara terpadu. Dar i gambaran tersebut je las

f p r l i h : i h o f r n r n o n f i n a n ' r r l . ^ ^ . A i ^! u , , , , , q L u s L a p d p e n l l n g n / d f O O r O l n a S i a n t a r a p e m b a n g u n a n p e r k O t a a n d a n

perumahan. Pembangunan perkotaan dan perumahan t idak dapat lagi d i lakukan

secara terpisah, tetapi harus di lakukan dalam satu s istem yang menyeluruh dan

terpadu.

3. Departemen atau rl lenteri Negara Pembangunan Perkotaan dan Perumahan?

Upaya untuk dapat mengembangkan perkotaan ser ta suatu s is iem

Page 10: Konten 38427.pdf

penyediaan prasarana dan sarana perkotaan termasuk perumahan per lu terus

di lakukan dengan memobi l isasi segenap daya dan upaya yang ada, sef ta

mendorong pergeseran vertikal (pusat ke daerah) dan pergeseran horizontal(pemerintah ke dunia usaha dan masyarakat). Program pembangunan perkotaan

dan perumahan sesuai dengan PP No. 14 tahun 1982 dan sejalan denganpelaksanaan UU No.5 tahun 1974 sert .a PP No.45 tahun 1992, harus meruoakan

tanggung jawab Pemerintah Dat i l l .

Dengan demikian pemerintah Kabupaten dan Kotamadya menjadi aktor

utama pembangunan, sedangkan Pemerintah Pusat dan Dat i I d iper lukan untuk

melaksanakan fungsi koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengaturan melalui

pengarahan kebijaksanaan-kebijaksanaan, ketimbang fungsi penyediaan seperti

yang dilakukan selama ini. Pengembangan kemitraan (pergeseran horizontal) perlu

terus dikembangkan dengan mendorong peran akt i f dunia usaha dan masyarakat

dalam pembangunan perkotaan dan perumahan. Untuk in i semua yang per lu

di lakukan oleh pemerintah pusat dalam pembangunan perkotaan dan perumahan

adalah fungsi koordinasi, penyusunan kebijaksanaan, pembinaan, pemberclayaan

dan bukan penyedia prasarana dan sarana perkotaan. Oleh karena i tu Menter i

Negara Pembangunan Perkotaan dan Perumahan lebih tepat daripada Depatemen

Pembangunan Perkotaan dan Perumahan. Lembaga semacam ini sebetulnya sudah

dibentuk di negara-negara maju, sepert i jerman dengan The Ministry of Housing,

Physical Planning, and Urban Development; Belanda dengan The Nat ional

Ministry of Housing, Physical Planning and Environment; Amerika dengan the

Department of Housing and urban DeVelopment; yang bertanggung jawab untuk

pembangunan perkotaan dan perumahan. Demikian pula di negara-negara

berkembang, seperti India, lran, Nepal, dan Sri Langka, masing-masing mempunyai

suatu kementr ian yang secara khusus menangani pembangunan perkotaan.

10

Page 11: Konten 38427.pdf

4. Penutup dan Rekomendasi

a- lndonesia sedang mengalami masa transformasi ekonomi dan demografi yang

mengarah kepada kehidupan perkotaan. wilayah perkotaan makinmembutuhkan penanganan yang lebih besar dimana pada tahun 2020 seki tar60 olo penduduk Indonesia merupakan penduduk perkotaan. Demikian juga

peran wilayah perkotaan sebagai pusat kegiatan (ekonomi, sosial budaya, dsb)makin pent ing dalam era global isasi ekonomi. Keunggulan relat i f ekonomiperkotaan akan dibarengi dengan peningkatan pendapatan yang pada

gi l i rannya menimbulkan tuntutan yang lebih besar akan sarana dan prasarana

perkotaan. Menghadapi tantangan ini,keterl ibatan berbagai aktorpembangunan (stakeholders) makin dibutuhkan dalam upaya-upaya

desentralisasi, kemitraan pemerintah-swasta-masyarakat serta keberhasilannya

di tuntut untuk menunjang kehidupan dan pembangunan yang berkelanjutan.

b. Pada saat ini peran pemerintah pusat dalam penanganan pembangunan

perkotaan masih dilakukan secara sektoral dan bersifat partial. Pembangunan

prasarana dasar perkotaan ditangani oleh Cipta Karya Dep. pU, pembangunan

perumahan rakyat oleh Menpera, manajemen transportasi oleh Departemen

Perhubungan, perencanaan jar ingan telekomunikasi dan par iwisata oleh

Departemen Telekomunikasi dan Par iwisata, sementara i tu prasarana dan

sarana la in di tangani o leh sektor la in. Padahal pembangunan perkotaan

sebenarnya bukan merupakan. pembangunan sektoral , yang dapat di tangani

secara terpisah-pisah, tanpa adanya keterpaduan. Sebagai contoh penanganan

perumahan (Menpera) yang sebenarnya merupakan bagian dar i komponen

perkotaan, tetapi saat ini penanganannya masih dilakukan secara terpisah serta

belum terkai t dengan sistem perkotaan secara menyeluruh dirasakan

mengalami berbagai kendala serta kurang efekt i f dan ef is ien bahkan

menimbulkan masalah baru, yakni beban tambahan antara la in pada prasarana

t 1

Page 12: Konten 38427.pdf

{

c.

perkotaan sepefti transportasi . Perlu disadari bahwa Pembangunan Perkotaan

merupakan pembangunan l intas sektor, d imana tugas utamanya adalah

mengkoordinasikan antar sektor-sektor terkait dalam suatu kesatuan

pembangunan perkotaan. Oleh karena itu sudah saatnya untuk dibentuk suatu

lembaga yang dapat mengkoord i nasi kan pembangunan sektor-sektor perkotaan

tersebut secara terpadu, efektif dan efisien, misalnya di dalam suatu Kantor

Menteri Negara Perumahan dan Pembangunan Perkotaan.

Kantor Menteri Negara Perumahan dan Pembangunan perkotaan diperlukan

sebagai lembaga yang mempunyai peran untuk mengkoordinasikan sektor-

sektor perkotaan, termasuk didalamnya sektor perumahan, baik dalam

penyusunan kebijaksanaan, perencanaan, pembangunan, pembiayaan, maupun

penyusunan peraturan-peraturan yang diper lukan dalam pembangunan

perkotaan, jadi bukan sebagai penyedia prasarana dan sarana perkotaan.

Penyediaan prasarana dan sarana perkotaan tetap merupakan tanggung jarvab

Pemerintah Daerah Tingkat l l .

12

Page 13: Konten 38427.pdf

Kepada

Dari

Perihal

Yth.:

.

' s779 / r{}i / re

MEMORAI{DUMNo. : 4091D .\trL\/ l0l 1997

Bapak. Menneg PPN/I(etua Bappenas

Deputi Bidang Kerjasam a Luar Negeri

Beberapa Pemikiran Mengenai Pembangunan

Perkotaan.

Tanggal

Bersama ini disampaikan dengan hormat, beberapa pemikiranmengenai pembangunan perkotaan yang terpadu.

Demikian , atas perhatian Bapak diucapkan terima kasih.

k V-r!r,fr".2a

xw2

ft** fr,fi.^^*W

A^4Sl^?

V*ppr,,,*-.

9 a,.", ?uro *reL,^Aarp.*,*

n' P' r q1+l>h0.9- . >o04^,