konsumsi oksigennnnn
TRANSCRIPT
Konsumsi Oksigen
Evi Harta Justytia , Dosma Marbun, Meylan Isni Siregar, Tiodora Adelina Br.Ginting
Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Medan
Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate
ABSTRAK
Bernapas artinya melakukan proses pertukaran gas, yaitu
mengambil oksigen (O2) dan mengeluarkan Karbondioksisa (CO2). Dalam
percobaan ini digunakan KOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar
organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah
jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin benar-benar hanya
disebabkan oleh konsumsi oksigen. Dalam percobaan ini digunakan KOH
yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak
menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan
pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi
oksigen.Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur laju
konsumsi oksigen pada jangkrik dengan menggunakan
mikroespirometer,mengukur kecepatan pernapasan serangga,
membuktikan co2 sisa pernapasan,serta untuk membuktikan bahwa
dalam proses respirasi dihasilkan H2O.Praktikum ini juga diharapkan
dapat bermanfaat sebagai pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mengetahui bagaimana proses respirasi pada hewan khususnya
serangga.
Kata Kunci:katak, Rana sp., saraf, medulla oblongata, inhibisi, spinal
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Laju metabolisme berkaitan erat
dengan respirasi karena respirasi
merupakan proses ekstraksi energi dari
molekul makanan yang bergantung pada
adanya oksigen).Oksigen merupakan zat
yang sangat penting untuk setiap
kehidupan. Berbagai makhluk hidup
sangat memerlukan oksigen bagi
kelangsungan hidupnya. Bahkan
kepompong kupu-kupu yang tampak tidak
bergerak juga memerlukan oksigen,
sehingga apabila sekelilingnya dilapisi cat,
kepompong akan mati. Pertukaran gas O2
dengan CO2 dapat berlangsung melalui
proses difusi.
Proses respirasi pada
serangga, sama dengan pada organisme
lain, merupakan proses pengambilan
oksigen (O2), untuk diproses dalam
mitokondria. Baik serangga terestrial
maupun akuatik membutuhkan O2 dan
membuang CO2, namun pada keduanya
terdapat perbedaan jelas: di udara terdapat
kurang lebih 20% oksigen, sedang di air
10%. Oleh karenanya kecepatan difusinya
juga berbeda, di air 3x lebih kecil daripada
kecepatan difusi O2 di udara.
Serangga mempunyai alat
pernapasan khusus berupa sistem trakea,
yang terbuat dari pipa yang becabang di
seluruh tubuh, merupakan salah satu
variasi dari permukaan respirasi internal
yang melipat-lipat dan pipa yang terbesar
itulah yang disebut trakea. Bagi seekor
serangga kecil, proses difusi saja dapat
membawa cukup O2 dari udara ke sistem
trakea dan membuang cukup CO2 untuk
mendukung sistem respirasi seluler.
Serangga yang lebih besar dengan
kebutuhan energi yang lebih tinggi
memventilasi sistem trakeanya dengan
pergerakan tubuh berirama (ritmik) yang
memampatkan dan mengembungkan pipa
udara seperti alat penghembus (Campbell,
2005).
Laju metabolisme adalah jumlah
total energi yang diproduksi dan dipakai
oleh tubuh per satuan waktu (Seeley,
2002). Laju metabolisme berkaitan erat
dengan respirasi karena respirasi
merupakan proses ekstraksi energi dari
molekul makanan yang bergantung pada
adanya oksigen (Tobin, 2005). Secara
sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam
respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O +
ATP
Menurut Logler (1977) konsumsi
oksigen dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor,yaitu:
1.Intensitas dari metabolism
oksidatif dalam sel.
2. Kecepatan pertukaran yang
mengkontrol perpindahan air disekitar
insang yang berdifusi melewatinya.
3.Factor internal yaitu kecepatan sirkulasi
darah dan volume darah yang dibawa
menuju insang
4.Afinitas oksigen dari haemoglobin.
Ada tiga fase gerakan pernafasan
serangga, yaitu:
•Inspirasi kurang ¼ detik, pada awal
inspirasi katub spirakel terbuka
• Fase pertukaran selama 1 detik, baik
spirakel pada toraks atau abdomen
menutup.
• Fase ekspirase, dan spirakel abdomen
membuka.
Serangga merupakan hewan
terestial yang tidak memiliki paru-paru
tetapi menggunakan system trakea untuk
pertukaran gas. Kulit pada serangga
terletak dikedua sisi bagian toraks dan
abdomen, memiliki sederatan paru-paru
atau disebut juga spirakel, yang tersusun
pada setiap segmen dan behubungan
dengan system saluran trakea spirakel
dilindungi katub atau rambut-rambut untuk
mencegah evaporasi yang berlebihan lewat
pori-pori ini. Trakea tersusun dengan
teratur, sebagian berjalan longitudinal
dan sebagian lagi tranpersal. Diameter
trakea yang besar berkisar sekitar 1mm
dan selalu terbuka dengan penebalan
berbentuk spiral dan melingkar, terbentuk
dari khitin yang keras, merupakan suatu
bahan yang juga terdapat pada kutikula
(Darmadi Goenarso,2005)
Trakea merupakan invaginasi
(lekukan kedalam)dari ectoderm dan
umumnya mempunyai lubang keluar yang
disebut spirakel. Bentuknya berupa
pembuluh yang silindris yang mempunyai
lapisan kitin (chitin). Lapisan kitin ini
mempunyai penebalan seperti spiral.
Spirakel terdapat sepasang tiap ruas tubuh
yang kadang-kadang mempunyai katup
untuk menjaga penguapan air. Trakea
mempunyai cabang-cabang dan cabang
yang terkecil yang menembus jaringan
disebut trakeolus dengan diameter 1-24.
Trakeolus tidak mempunyai lapisan kitin
dan dibentuk oleh sel yang disebut
trakeoblas, trakeolus pada serangga
ujungnya buntu dan berisi udara atau
kadang-kadang berisi cairan
(DjamhurWinatasasmita,1985).
Alat pernapasan pada serangga berupa
trakea, udar masuk dan keluar melalui
lubang kerut yang disebut spirakel atau
stigma yang terletak di kanan kiri
tubuhnya. Dari stigma udara terus masuk
ke pembuluh trakea memanjang dan
sebagian ke kantung hawa halus yang
masuk ke seluruh jaringan tubuh. Pada
system trakea ini pengangkutan oksigen
dan karbon dioksida tidak memerlukan
bantuan system transportasi
khususnya darah. (Cartono,2005)
Fungsi spirakel dan trakea untuk
memungkinkan lewatnya udara
kepercabangan saluran yang disebut
trakeol, yang merupakan saluran lembut
intraseluler dengan diameter sekitar 1μm.
Jumlahnya sangat banyak dan berada
diberbagai jaringan, terutama otot.
Berbeda dengan trakease, saluran-saluran
lembut ini tidak dilapisi dengan kutikula,
pertukaran gas terjadi dengan mudah
melewati dinding saluran ini. System
pernapasan pada serangga melalui
sejumlah percabangan saluran udara pada
system trakea. Oksigen langsung dibawa
ke jaringan, jadi tidak dilaksanakan
melewati aliran darah. Distribusi oksigen
dan pengeluaran karbondioksida tidak
dilakukan lewat system peredaran. Pada
kebanyakan serangga dengan difusi saja
sudah tercukupi oleh karena itu tubuh
serangga pada umumnya berukurab kecil.
Pada beberapa spesies difusi ini dibantu
dengan gerakan ritmiks toraks
atauabdomen. Cara mengalirkan udara
(ventilsi) seperti itu, pada belalang spirakel
dibuka dan ditutup bergantian, sehingga
udara dapat masuk ke tubuh lewat spirakel
toraks dan keluar tubuh lewat spirakel
abdomen. Selain itu serangga dapat
mengendalikan laju masuknya oksigen ke
jaringan. Bila terjadi peningkatan otot (saat
terbang ) akan terjadi penumpukan asam
laktat di jaringan. Akibatnya tekanan
osmosis cairan jaringan meningkat
sehingga cairan di trakeol terserap masuk,
sehingga jalan udara lebih leluasa
mencapai jaringan dan difusi oksigen ke
jaringan lebih cepat (Darmad i Goenarso
dkk, 2005).
BAHAN DAN METODE
Mikrospirometer
Semua komponen dari mikrospirometer
disusun.
- Kapas kecil dimasukkan ke dalam
tabung specimen
- Larutan KOH 20%
- Kawat kasa dimasukkan ke dalam
tabung specimen
- Kemudian hewan percobaan
(jangkrik)
- Timbangan
- Kran tiga saluran diatur agar
saluran antara syringe ke dalam
tabung kapiler berskala secara
perlahan hingga panjangnya
mencapai kira-kira 1 cm. Setelah
itu, pergeseran posisi larutan
Brodie dapat diamati.
Jika tetesan Brodie telah bergerak
mencapai panjang maksimum dari tabung
kapiler berskala, maka tetesan tersebut
dapat dikembalikan keposisi semula.Kran
diatur agar saluran A dan B terbuka
(Saluran C tertutup). Kemudian syringe
ditekan denagn hati-hati,dan tetesan
Brodie akan terdorong kembali ke posisi
awal. Mula-mula kran tiga saluran akan
diatur diatur ke posisi B agar saluran A
dan C terbuka lalu saluran akan diatur ke
posisi C agar saluran A dan B terbuka, lalu
plunger dari syringe ditarik hingga skala
0,5 ml.
Metode Winkler
Botol percobaan atau erlen meyer
dengan volume 2 liter disusun. Botol
kemudian diisi dengan air secukupnya,
dan ikan yang telah diukur beratnya
dapat dimasukkan kedalamnya. Setelah
itu botol itu ditutup dan air dialirkan
kedalamnya melalui saluran masuk
(SM) hingga melimpah keluar melalui
saluran keluar (SK). Selain itu, untuk
mengurangi gangguan terhadap ikan
akibat akibat aktivitas manusia.
Air yang keluar dari dari SK akan
ditampung ke dalam botol Winkler 250
ml. Air dibiarkan meluap beberapa
saat, kemudian botol Winkler ditutup
tanpa ada gelombang udara. Winkler
ini ditentukan dengan titrasi Winkler
sebagai kadar oksigen pada t=0. 30
menit setelah t=0.
Dalam metode titrasi Winkler,
pertama-tama air didalam botol
Winkler ditambahkan dengan 1 ml
larutan MnSO4. Penambahan
dilakukan dengan cara memasukkan
ujung pipet ukur ke dasar botol.
Setelah itu, botol dibolak-balik selama
lima menit agar terjadi pengikatan
oksigen secara sempurna. Setelah itu, 2
ml larutan dipermukaan atas botol
dibuang, dan selanjutnya di dalam
botol ditambahkan dengan 1 ml H2SO4
pekat. Botol ditutup kembali, lalu
dibolak-balik hingga larutan menjadi
berwarna kuning cokelat dan seluruh
endapan larut. Sebanyak 100 ml
larutan kemudian dipindahkan kedalam
labu titrasi (Erlenmeyer).
Titrasi 100 ml larutan di dalam
Erlenmeyer dilakukan 2 kali (duplo)
dengan menggunakan larutan Na2S2O3
hingga terjadi perubahan warna
menjadi kuning-muda. Setelah itu,
larutan amilum 1 % ditambahkan ke
dalam Erlenmeyer sebanyak 4-5 tetes
sehingga warna larutan menjadi biru
tua. Kemudian titrasi dilanjutkan
kembali hingga warna biru tepat
hilang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini digunakan
kristal KOH yang berfungsi mengikat CO2
yang berada di dalam tabung respirometer,
sehingga pergerakan yang disebabkan dari
tinta eosin itu benar-benar karena yang
berada dalam tabung tersebut.
Larutan eosin berfungsi sebagai indicator
oksigen yang dihirup oleh organism
(jangkrik) dalam respirometer sederhana.
Larutan eosin selama percobaan selalu
bergerak mendekati botol respirometer
sederhana karena organisme dalam
percobaan (jangkrik) dalam respirometer
dapat menghhirup udara O2 melalui pipa
sederhana sehingga larutan eosin yang
berwarna dapat bergerak.
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecepatan pernapasan adalah
respirometer. Prinsip kerja alat ini adalah
bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam
pernafasan ada oksigen yang digunakan
oleh organisme ada karbondioksida yang
dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang
bernapas itu disimpan dalam ruang
tertutup itu diikat, maka penyusutan udara
Kecepatan penyusutan udara dalam ruang
itu dapat diamati pada pipa kapiler
berskala.
Tabel 1. Hasil Pengamatan
No. BB ( mg) Konsumsi
Oksigen/menit
1.
2.
0,5
0,6
0,18 ml
0,28 ml
Dari tabel hasil pengamtan diatas
didapat, jangkrik yang berat tubuhnya 0,6
mg lebih banyak mengkonsumsi oksigen
dilihat dari konsumsi oksigen sebesar 0,28
ml per menit. Sedangkan untuk jangkrik
yang berat tubuhnya 0,5 mg
mengkonsumsi oksigen sebesar 0,18
ml/menit. Hal imi membuktikan bahwa
berat tubuh mempengaruhi laju
pernapasan pada hewan. Selain itu factor-
faktor yang mempengaruhi system
respirasi adalah: ukuran tubuh, aktivitas
tubuh,suhu tubuh dan usia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
respirasi:
1. Jenis Kelamin
Jangkrik jantan dan jangkrik betina
memiliki kecepatan respirasi yang
berbeda.
2. Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan.
Makin tinggi daratan, maki rendah O2,
sehingga makin sedikit O2 yang dihirup
serangga. Sebagai akibatnya serangga pada
daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan yang meningkat, juga
kedalaman pernapasan yang meningkat.
3. Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan Oksigen akan mempengaruhi
laju respirasi, namun besarnya pengaruh
tersebut berbeda bagi masing-masing
spesies dan bahkan berbeda antara organ
pada hewan yang sama. Fluktuasi normal
kandungan oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi karena jumlah
oksigen yang dibutuhkan hewan untuk
berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen
yang tersedia di udara.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan
yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa jangkrik yang
memiliki berat tubuh lebih besar
memerlukan konsumsi oksigen lebih
banyak dibandingkan dengan jangkrik
yang berat tubuhnya labih kecil. Hal ini
disebabkan jangkrik yang berat tubuhnya
lebih besar mengeluarkan energy lebih
banyak sehingga konsumsi oksigennya pun
lebih banyak dibandingkan dengan
jangkrik yang berat tubunya lebih kecil.
REFERENSI
Cambell, N.A, Jane B.R & Lawrence G.M. 2004. Biologi Edisi ke-5, Jilid 3. Penerbit Erlangga, Jakarta
Darmadi Goenarso, 2005. Fisiologi Hewan.UT
Djamhur Winattol asasmita, 1985.Materi Pokok Fisiologi Hewan dan Tumbuhan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. UT
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.
Yogyakarta: Kansius
Kimball, J. W.2009. Biologi Jilid 1 dan 2.
Edisi 5. Erlangga. Jakarta
Kumar, Abdul. 2003. Penglihatan dan
Panca Indra. Sitia Pribadi: Medan.