fungsi konsumsi
TRANSCRIPT
1
E. Perilaku Ekonomi dan Pola Konsumsi
Perilaku Konsumen (consumer behavior) didefinisikan sebagai studi
tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang
melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa,
pengalaman serta ide-ide. Definisi yang sederhana ini mengandung
sejumlah konsep penting.
Deliarnov (1997; 131-133) menjelaskan pola perilaku orang terikat
dengan masyarakat sekeliling, dan orang dalam tingkah lakunya berusaha
ikut menunjang terhadap perkembangan masyarakat. Orang berusaha
menghindari perbuatan yang akan merugikan orang banyak. Tetapi apa yang
dilihatnya sekarang dalam masyarakat kapitalis finansil di Amerika ialah
orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri saja, dan tiidak terlalu
tertarik dengan kepentingan masyarakat banyak.
Berarti hal yang diperhatikan sekarang hanya uang, orang tidak peduli
apakah perilaku ekonominya merugikan orang lain atau tidak. Orang
berlomba-lomba mencari dan memperebutkan harta tanpa peduli akan cara.
Hal ini disebabkan anggapan bahwa hanya harta yang mampu menaikkan
status, harga diri atau gensi seseorang dalam masyarakat.
Jika harta telah terkumpul, orang yang punya banyak waktu untuk
bersenang-senang (leisure). Dengan demikian pada masa sekarang
2
kemampuan untuk hidup bersenang-senang juga dijadikan sebagai alat
untuk memperlihatkan derajat atau status seseorang. Makin mampu ia tidak
bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan produktif (leisure), makin tinggi derajat
dalam masyarakat. Penyakit seperti ini banyak menghinggapi kaum wanita,
dimana mereka memakai gaun mode mutakhir hanya sekedar untuk
mengumumkan pada orang-orang bahwa ia absen dari pekerjaan produktif.
Penyakit suka pamer ini menurut Veblen cepat berjangkit dalam
masyarakat. Dalam hal ini ia memberi contoh, kalau seorang boss berlibur
selama sebulan menggunakan yacht pribadi ke Bermuda, maka
sekertarisnya dengan segala upaya (mungkin dengan menghabiskan seluruh
tabungannya selama setahun) berusaha agar dapat berlayar selama
seminggu ke Karibia. Kecendrungan perilaku konsumsi seperti ini disebut
Veblen dengan istilah Conspicious consumption, yaitu konsumsi barang-
barang dan jasa-jasa yang bersifat ostentatious (pamer, melagak), yang
dimaksudkan membuat orang kagum. Sebagaimana diungkapkan oleh
Veblen : “Conspicious consumption of value goods is a means of reputability
to the gentlement of leisure”.
Yang jadi incaran konsumsi bagi masyarakat leisure ini terutama
barang-barang sangat mahal, tidak peduli apakah barang itu tidak berguna
bagi kehidupan sehari-hari atau tidak. Manfaat yang diperoleh dari
pengkonsumsian barang-barang mahal tersebut memang tidak diperoleh dari
3
barang itu sendiri, tetapi lewat dampaknya melalui orang lain. Apa yang
dikatakan Veblen tentang perilaku konsumsi bermewah-mewahan di atas,
yang faedahnya tidak diperoleh langsung dari konsumsi barang itu sendiri,
melainkan dari dampaknya terhadap orang lain, Duesenberry
mengembangkan lebih lanjut yang dikenal dengan istilah demonstrations
effects.
Bagi Veblen gambaran di atas sungguh terbalik dengan tesis kaum
Klasik dan Neo-Klasik yang mengatakan bahwa orang akan selalu memilih
alternatif konsumsi terbaik untuk memperoleh kepuasan sebesar-besarnya.
Perilaku tersebut juga bertentangan dengan anggapan kaum Klasik bahwa
tiap keputusan konsumen didasarkan pada rasio, bukan emosi.
Menurut pandangan Veblen orang yang membeli sesuatu barang
yang melebihi proporsi yang wajar jelas tidak rasional, dan yang lebih para
lagi, kadang-kadang tingkah laku konsumsi mereka seperti orang “norak” Hal
seperti ini sering terjadi pada golongan nouve riche, atau di Indonesia
dikenal dengan istilah Orang Kaya Baru (OKB). Golongan ini umumnya
berasal dari orang miskin yang kemudian berhasil meningkatkan status
finansilnya, karena kurang terbiasa dengan pola hidup orang-orang kaya,
maka perilaku konsumsinya menjadi seperti tidak wajar.
4
Veblen melihat bahwa perilaku conspicous consumption, dan
pecuniary emulation semakin menggejala dalam masyarakat kapitalis finansil
liberal Amerika.
Aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam memahami
perilaku konsumen menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1995 ;3) sebagai
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan menyusuli tindakan ini. Perilaku konsumen memiliki
kepentingan khusus bagi orang yang karena pelbagai alasan, berhasrat
mempengaruhi atau mengubah perilaku itu, termasuk mereka yang
kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan dan perlindungan
konsumen, serta kebijaksanaan umum.
Schiffman dan Kanuk (1994 ; 7) “The term consumer behavior refers
to the behavior that consumers display in searching for, purchasing, using,
evaluating, and disposing of products and services that they expect will
satisfy their needs”.
Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan
kebutuhan mereka.
5
Sedangkan Engel, Blackwell dan Miniard (1993 ; 4) mengartikannya
sebagai “We define consumer behavior as those activities directly involved
in obtaining, consuming, and disposing, of products and services, including
the decision processes that precede and follow these action”.” Kami
mendifinisikan perilaku konsumen sebagai suatu tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan
jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan
ini.”
Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “why
consumers do what they do”. Perilaku konsumen adalah semua kegiatan,
tindakan, proses membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa
setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan yang mengevaluasi. Studi
perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang
individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumberdaya yang
tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi).
Secara sederhana , studi perilaku konsumen meliputi hal-hal sebagai berikut:
Apa yang dibeli konsumen ?(what they buy ?), mengapa konsumen
membelinya? (why they buy it ?), kapan mereka membelinya? (when they
buy it ?), di mana mereka membelinya ? (where they buy it ?), berapa sering
mereka membelinya ? (how aften they buy it?), dan berapa sering mereka
menggunakannya ? (how often they use it ?).
6
Proses keputusan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi
produk dan jasa akan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu ; (a) kegiatan
pemasaran yang dilakukan oleh produsen dan lembaga lainnya, (b) faktor
perbedaan individu konsumen (c) faktor lingkungan konsumen. Proses
keputusan konsumen akan terdiri atas tahap pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif pembelian, dan keputusan
konsumen. Pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen akan memberikan pengetahuan kepada pemasar
bagaimana menyusun strategi dan komunikasi pemasaran yang lebih baik
(Sumarwan. 2003 ; 32 –33).
Ketika seseorang lapar atau haus, maka ia akan segera mencari
makanan atau minuman untuk menghilangkan rasa lapar dan haus tersebut.
Rasa lapar dan haus mendorong seseorang untuk mencari makanan dan
minuman. Dorongan tersebut disebut motivasi.
Schifman dan Kanut (2000 ;63) mendefinisak motivasi “Motivation can be described as driving force within individuals that impels them to action. This driving force is produced by state of tension, which exists as tehe rresult of an unfulfilled needs”
Solomon (1999 ; 104) mendefinisikan “Mitivation refers to the processes that cause people to behave as they do, It occurs whwn a need is aroused that the consumer wishes to satisfy. Once a need has been activated, a state of tension exists that drives the consumer to attempt to reduce or elminate the need”.
Mowen dan Minor (1998 ; 160) mendifinisikan “Motivation refers to an activated statate within a person that leads to goal-directed behavior, It
7
consists of the drives, urges, wishes, or desires that initeate the sequence of events leading to a behavior”.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi
muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen.
Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidak nyamanan
(state of tension), antara yang seharusnya dirasakan dan yang
sesungguhnya dirasakan. Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan memenuhi kebutuhan tersebut, inilan
yang disebut motivasi (Sumarwan 2000 ; 35)
Bagaimana motivasi terbentuk bisa dilihat pada gambarr 1. Stimulus
atau ransangan (misalnya rasa lapar) akan menyebabkan pengenalan
kebutuhan (need recognation). Ransangan tersebut bisa datang dari dalam
diri seseorang (kondisi fisiologis). Ransangan terjadi karena adanya gap
antara apa yang dirasakan dengan apa yang seharusnya dirasakan. Gap
inilah yang mengakibatkan adanya pengenalan kebutuhan akan makanan
dan minuman (need recornation : unfulfilled needs, wants, and desires).
8
Belajar
Dan k terpenuhi
Gambar : 2. 1 Model Motivasi Shiffman dan Kanuk
Pengenalan kebutuhan akan menyebabkan tekanan (tension) kepada
konsumen sehingga adanya dorongan pada dirinya (drive state) untuk
melakukan tindakan yang bertujuan (goal-directed behavior). Tindakan
tersebut bisa berbagai macam. Pertama, konsumen akan mencari informasi
mengenai produk, merek atau toko. Kedua konsumen mungkin akan
berbicara kepada teman atau saudara atau mendatangi toko. Ketiga
konsumen mungkin membeli produk, atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Tindakan tersebut akan menyebabkan tercapainya tujuan
konsumen atau terpenuhinyakebutuhan konsumen (goal or fulfillent) atau
Kebutuhan dan Keinginan yang tidak Terpenuhi
Tekanan Dorongan Perilaku
TujuanMemenuhiKebutuhan
ProsesKohnitif
TekananBerkurang
9
konsumen memperoleh insentif (incentive objects atau consumer incentives).
Insentif bisa berbentuk produk, jasa, informasi yang dipandang bisa
memenuhi kebutuhan konsumen. Gambar 1 memperliharkan bagaimana
proses motivasi terjadi.
Kebutuhan yang dirasakan konsumen (felt need) bisa dimunculkan
oleh faktor diri konsumen sendiri (fisiologis), misalnya rasa lapar, haus.
Kebutuhan juga bisa dimunculkan oleh faktor luar konsumen, misalnya
aroma makanan yang datang dari restoran sehingga konsumen teransang
ingin makan. Iklan dan komunikasi pemmasaran lainnya bisa
membangkitkan kebutuhan yang dirasakan konsumen. Kebutuhan yang
datang dari diri seseorang disebut sebagai kebutuhan fisiologis atau
biologis. Misalnya kebutuhan akan makanan air, udara, pakaian rumah.
Kebutuhan tersebut biasa disebut kebutuhan primer. Produk tersebut
dibutuhkan konsumen untuk mempertahankan hidupnya.
Selain kebutuhan primer ada juga kebutuhan sekunder. Kebutuhan
sekunder diciptakan adalah kebutuhan yang muncul sebagai reaksi
konsumen terhadap lingkungan dan budayanya. Kebutuhan tersebut
biasanya bersifat fsiologis karena berasal dari lingkungan konsumen .
Kebutuhan yang dirasakan sering kali dibedakan berdasarkan kepada
manfaat yang diharapkan dari pembelian dan penggunaan produk. Pertama
adalah kebutuhan ultilitarian (ultilitarian needs), yang mendorong konsumen
10
membeli produk karena manfaat fungsional dan karakteristik objektif dari
produk tersebut. Kedua adalah kebutuhan ekspresive atau hedonik
(expressive needs atau hedonic needs), yaitu kebutuhan yang bersifat
psikologis seperti rasa puas, gengsi, emosi, dan perasaan subjektif lainnya.
Kebutuhan ini sering kali muncul untuk memenuhi kebutuhan sosial dan
estetika. Seorang konsumen selalu memakai dasi ketika berada di kantor.
Dasi mungkin tidak memberikan manfaat fungsional bagi tubuh konsumen.
Dasi memberikan manfaat estetika dan tuntutan sosial.
Perilaku (tindakan) adalah berorientasi tujuan (goal-oriented
behavior). Artinya untuk memenuhi kebutuhannya, seorang konsumen harus
memiliki tujuan akan tindakannya. Tujuan adalah suatu cara untuk
memenuhi kebutuhan.
Tujuan ada karena adanya kebutuhan. Tujuan dibedakan kedalam tujuan
generik (generic goals), yaitu kategori umum dari tujuan yang dipandang
sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan.
Seorang konsumen mengatakan bahwa ia ingin memiliki rumah, maka
ia telah manyatakan tujuan generiknya. Rumah akan memberikan
perlindungan fisik dan khusus phikis kepada konsumen, yaitu kebutuhan
akan rasa aman. Kedua tujuan produk khusus (spesific produc goals), yaitu
produk atau jasa dengan merek tertentu yang dipilih oleh konsumen sebagai
tujuannya. Ketika konsumen menyatakan ingin membeli rumahdi komplek
11
Villa Duta Bogor, maka konsumen telah menyatakan spesific product goals.
Para pemasar harus memahami tujuan generik dari seorang konsumen,
kemudian mengarahkannya ke spesific product goals. Misalnya konsumen
haus ia mencari minuman (tujuan generik), maka produk minuman harus
mengarahkan konsumen dengan mengatakan jika anda haus, maka
minumlah teh sosro. Dengan pernyataan seperti ini, maka pemasar telah
mengarahkan konsumen kepada product sfesific goals (Sumarwan, 2003 ;37
–38).
Maslow dalam Sumarwan mengemukakan lima kebutuhan manusia
berdasarkan tingkat kepentigannya mulai dari yang paling rendah, yaitu
kebutuhan biologis (physiological or biogenic needs) sampai paling tinggi
yaitu kebutuhan psikogenik (psyhogenic needs). Menurut teori Maslow
manusia berusaha memenuhi kebutuhan tingkat rendahnya terlebih dahulu
sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Konsumen yang telah bisa
memenuhi kebutuhan dasarnya, maka kebutuhan lainnya yang lebih tinggi
biasanya muncul dan begitulah seterusnya. Model hirarki kebutuhan
Maslow dapat dilihat pada gambar 2 berikut ;
12
Aktualisasi diri (sukses,Kuasa)
Kebutuhan Ego (Status, Percaya Diri, Harga)
Kebutuhan Sosial (Dihormati, Berteman, Rasa Memiliki)
Kebutuhan Rasa aman dan Keamanan Perlindungan, Peraturan, dan Undang-Undang
Kebutuhan Fisiologis(Makanan, Air, Udara, Sex)
Gambar : 2.2 Model Hirarki Kebutuhan Maslow
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia, yaitu
kebutuhan tubuh manusia untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan
tersebut meliputi makanan,air, udara, rumah, pakaian, dan seks. Seorang
13
ekonom yang bernama Engel membuat suatu teori yang terkenal dengan
teori Engel, yang menyatakan bahwa semakin sejahtera seseorang maka
semakin kecil persentase pendapatannya untuk membeli makanan.
Dari data survei susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional, 1999)
diketahui bahwa persentase pengeluaran rata-rata perkapita sebulan untuk
makanan adalah 63 %, sedangkan untuk bukan makanan adalah 37 %.
Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia masih bergelut untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu makanan. Pengeluaran bukan
makananpun sebenarnya sebagian untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
manusia. Jika angka untuk pengeluaran pakaian dan rumah dijumlahkan
kepada pengeluaran makanan, maka angka persentasenya semakin besar.
Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen Indonesia masih
belum sejahtera.
2. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)
Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan tingkat kedua setelah
kebutuhan dasar. Ini merupakan kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia.
Manusia membutuhkan perlindungan dari gangguan kriminalitas, sehingga ia
bisa hidup dengan aman dan nyaman ketika berada di rumah maupun ketika
bepergian. Keamanan secara fisik akan menyebabkan diperolehnya rasa
aman secara psikis, karena konsumen tidak merasa was-was dan khawatir
serta terancam jiwanya di mana saja dia berada.
14
3. Kebutuhan Sosial (Social Needs)
Kebutuhan dasar dan rasa aman terpenuhi, manusia membutuhkan
rasa cinta dari orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, serta diterima oleh
orang-orang sekelilingnya. Inilah kebutuhan tIngkat ketiga dari Maslow, yaitu
kebutuhan sosial. Kebutuhan tersebut berdasarkan kepada perlunya
manusia berhubungan satu dengan yang lainnya. Pernikahan dan keluarga
adalah cermin kebutuhan sosial yang diperaktikkan oleh manusia. Keluarga
adalah lembaga sosial yang mengikat anggota-anggotanya secara fisik dan
emosional. Sesama anggota saling membutuhkan, saling menyayangi, saling
melindungi, dan saling mendukung. Keluarga yang satu akan berhubungan
dengan keluarga lain sehingga membentuk hubungan sosial yang lebih luas,
karena sesama keluarga saling membutuhkan agar bisa diterima dan
berkomunikasi. Sesama individu juga saling membutuhkan untuk
berhubungan karena karena mereka perlu berteman dan bersahabat.
4. Kebutuhan Ego (Egoistic or Esteem Needs)
Kebutuhan ego atau esteem adalah kebutuhan tingkat keempat, yaitu
kebutuhan untuk berprestasi sehingga mencapai derajat yang lebih tinggi
dari yang lainnya. Manusia tidak hanya puas dengan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar, rasa aman dan sosial. Manusia memiliki ego yang kuat
untuk bisa mencapai prestasi kerja dan karier yang lebih baik untuk dirinya
maupun lebih baik dari orang lain. Manusia berusaha mencapai prestis,
15
reputasi dan status yang lebih baik. Bahkan seorang individu ingin dikenal
sebagai orang yang berprestasi maupun sukses.
5. Kebutuhan Aktualisasi diri (Needs for Self-Actualization)
Derajat tertinggi dari kebutuhan adalah keinginan dari seorang
individu untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai dengan
potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Seorang individu yang ingin
mengekspressikan dirinya dalam suatu aktivitas untuk membuktikan dirinya
bahwa ia mampu melakukan hal tersebut. Seorang yang berbakat menjadi
olah ragawan akan terdorong untuk meraih prestasi tertinggi dalam bidang
olah raga, untuk menjadi juara pada berbagai pesta olah raga yang bergensi
seperti kejuaraan nasional, olimpiade. Kebutuhan aktualisasi diri juga
menggambarkan keinginan seseorang untuk mengetahui, memahami dan
membentuk suatu sistem nilai, sehingga ia bisa mempengaruhi orang lain.
Kebutuhan aktualisasi diri adalah keinginan untuk bisa menyampaikan ide,
gagasam dan sistem nilai yang diyakininya kepada orang lain.
6. Teori Motivasi McClelland
David McClelland mengembangkan suatu teori motivasi yang disebut
sebagai McClelland’s Theory of learned Needs. Teori ini menyatakan bahwa
ada tiga kebutuhan dasar yang memotivasi seorang individu untuk
berperilaku, yaitu (1) Kebutuhan untuk sukses (Needs for Achivement), (2)
16
kebutuhan untuk afiliasi (Needs for Affiliations), dan (3) kebutuhan
kekuasaan (Needs for Power).
Kebutuhan Sukses adalah keinginan manusia untuk mencapai prestasi,
reputasi, dan karier yang baik. Seseorang yang memiliki kebutuhan sukses
akan bekerja keras, tekun dan tabah untuk mencapai cita-cita yang
diinginkannya. Ia akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, mampu
menghadapi segala tantangan dan masalah demi mewujudkan cita-citanya.
Kebutuhan sukses memiliki kesamaan dengan kebutuhan ego dan
kebutuhan aktualisasi diri dari teori Maslow.
Kebutuhan afiliasi adalah keinginan manusia untuk membina hubungan
dengan sesamanya, mencari teman yang bisa menerimanya, ingin dimiliki
oleh orang-orang sekelilingnya, dan ingin memiliki orang-orang yang bisa
menerimanya. Seseorang yang memiliki kebutuhan afiliasi akan terlibat aktif
dalam kegiatan sosial, maupun kegiatan yang melibatkan banyak orang. Ia
akan memilih produk dan jasa yang disenangi atau disetujui oleh teman dan
kerabat dekatnya. Kebutuhan afiliasi memiliki kesamaan dengan kebutuhan
sosial dari Maslow.
Kebutuhan kekuasaan adalah keinginan seseorang untuk bisa
mengontrol lingkungannya, termasuk mempengaruhi orang-orang
disekelilingnya. Tujuannya adalah agar ia bisa mempengaruhi,
mengarahkan, dan mengatur orang lain (Sumarwan, 2003 ; 34 – 42).
17
Budaya menurut Syafar (2001 : 99-100) merupakan suatu pola
kepercayaan dan harapan yang dimiliki bersama oleh para anggota
organisasi. Kepercayaan dan harapan tersebut menghasilkan peraturan
tentang perilaku normal yang secara kuat membentuk perilaku peribadi dan
kelompok organisasi.
Definisi tersebut dapat dilihat bahwa budaya pada dasarnya
membentuk perilaku seseorang baik dalam pergaulan masyarakat maupun
dalam kelompok yang lebih kecil (organisasi). Budaya juga merupakan
motivator yang menggerakkan seseorang atau kelompok tertentu untuk
berkarya atau bekerja bersungguh-sungguh menciptakan sesuatu
(teknologi). Karena itu karsa dan karya manusia merupakan salah satu
wujud kebudayaan. Selanjutnya Koentjaraningrat (1985 : 99-104) dalam
Syafar membagi wujud kebudayaan dalam tiga dimensi yaitu (a) wujud
sebagai suatu kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia, (b) wujud
sebagai suatu kompleks aktivitas, dan (c) wujud sebagai benda.
Dimensi wujud pertama bersifat abstrak karena ia berada dalam alam
pikiran penganutnya. Model kebudayaan ini disebut oleh para antropolog dan
sosiolog sebagai sistem budaya (culture system). Sebagai sistem budaya, ia
mengatur dan mengendalikan perilaku penganutnya. Karena itu konsep
dalam wujud ini bermakna bahwa perilaku seseorang merupakan
pengejawantahan nilai budaya yang dianutnya.
18
Wujud kedua, kebudayaan sebagai kompleks aktivitas yang bersifat
lebih kongkrit dalam mana kebudayaan dapat diamati melalui interaksi
manusia. Dimensi ini disebut oleh para pakar antropologi dan sosiologi
sistem sosial (social system). Sebagai suatu sistem sosial, maka interaksi
manusia tidak muncul begitu saja, akan tetapi merupakan kegiatan yang lahir
dan dikendalikan oleh gagasan atau ide-ide. Interaksi ini memungkinkan
munculnya ide-ide baru yang sebagian dari itu berproses menjadi akar
budaya dari sistem yang bersangkutan.
Kebudayaan fisik yang berwujud sebagai benda-benda, pada
dasarnya merupakan hasil kegiatan interaksi antar manusia di dalam suatu
sistem budaya tertentu. Karena ini menghasilkan suatu karya nyata berupa
benda-benda, maka kebudayaan model ini sangat konkrit dan sering disebut
sebagai “material culture”.
Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa ketiga wujud
kebudayaan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Ide sebagai konsep yang abstrak akan melahirkan karya dalam bentuk
benda-benda melalui interaksi manusia dalam suatu sistem sosial tertentu.
Sistem nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat telah menjadi
pedoman ideal dalam menyikapi obyek tertentu, tidak terkecuali terhadap
pembangunan ekonomi, pembangunan politik, sebagaimana Koencara
ningrat (1991) mengatakan bahwa nilai budaya menentukan sikap seseorang
19
trhadap objek tertentu. Dimana sistem nilai budaya terdiri dari konsep-
konsep yang hidup dalam pikiran mayoritas warga masyarakat.
Berarti sistem nilai budaya dalam masyarakat merupakan ciri khas serta
menjadi aturan sakral bagi perilaku setip orang dalam masyarakat yang
menyebabkan nilai budaya tersebut melekat serta sangat sukar mengalami
perubahan.
Sayogyo (1992) menguraikan pandangan umumnya tentang nilai budaya
bahwa faktor-faktor mental itu adalah pengetahuan mengenai sistem nilai
budaya atas cultural value sistem dan mengenai sikap atau attitudes. Kedua
hal itu menyebabkan timbulnya pola-pola cara berfikir tertentu pada warga
suatu masyarakat dan sebaliknya pola-pola cara berfikir cara inilah yang
mempengaruhi tindakan-tindakan dan kelakuan mereka maupun dalam hal
membuat keputusan-keputusan yang penting dalam hidup.
Sejalan dengan pengertian tersebut, maka sistem nilai budaya bukan
hanya berfungsi sebagai pedoman, tetapi juga sebagai pendorong kelakuan
manusia dalam melakukan aktivitas hidup termasuk dalam melakukan suatu
kegiatan usaha, serta berfungsi sebagai sistem tata kelakuan yang tertinggi
antara lain, seperti hukum, hukum adat, aturan sopan santun dan
sebagainya. Oleh karena itu, meskipun nilai budaya merupakan konsepsi
abstrak namun dapat mempengaruhi tindakan manusia secara langsung dan
20
menyebabkan timbulnya pola cara berfikir tertentu pada individu yang
bersangkutan.
Misalnya, ada nilai budaya yang menganggap penting suatu konsepsi bahwa
dalam kehidupan masyarakat itu orang yang sangat tergantung terhadap
sesamanya. Nilai budaya seperti itu menyebabkan bahwa dalam tindakan-
tindakan ia selalu memberi kunjungan makan kepada tetangga atau kenalan-
kenalannya, kalau dia mempunyai hajat atau selalu memberi oleh-oleh
kepada mereka kalau dia kembali dari suatu perjalanan jauh. Tindakan
seperti itu meskipun kadang-kadang dilakukan dengan pengeluaran-
pengeluaran tambahan yang sebenarnya di luar batas kemampuannya, toh
dirasionalisasikan sebagai suatu cara berfikir yang menganggap bahwa apa
yang telah dikeluarkan itu merupakan suatu harapan bahwa suatu saat
mereka mendapat balasan berupa kemauan baik dari orang yang diberikan,
seperti pertolongan mereka mendapat balasan berupa kemauan baik dari
orang yang diberikan, seperti pertolongan mereka berada dalam kesusahan.
Hal ini dipertegas oleh Sayogyo (1992) dengan menggambarkan bahwa baik
nilai budaya maupun sikap dapat mempengaruhi tindakan manusia.
Secara historis gagasan mengenai Utility (kepuasan) di dalam ilmu
ekonomi, pertama kali di perkenalkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832).
Sumbangan utama Bentham adalah mengembangkan gagasan kepuasan
dan membawa pertimbangan vaksinasi kepuasan ke dalam analisis
21
ekonomi. Kemudian Bentham mendefinisikan prinsip kepuasan sebagai
suatu prinsip moral untuk memaksimalkan kesenangan atau kesenangan
total minus kesedihan total. Bentham berpendapat bahwa semua
kesenangan adalah sama, terlepas dari sember-sumbernya. Kesenangan
yang diperoleh orang miskin adalah sama dengan kesenangan yang
dinikmati oleh orang yang sangat kaya. Walaupun doktrin Utiilitarianisme ini
keraguan sebagai petunjuk moral dan alat kebijaksanaan, namun
menimbulkan pula masalah-masalah yang akan membingunkan banyak ahli
ekonomi generasi selanjutnya, yaitu :
Pertama, meskipun Bentham berjuang untuk mewujudkan gagasan
kepuasan secara konkret, tetap tidak jelas bagaimana
seseorang dalam praktik, dapat mengulur gagasan yang sulit di
pahami ini. Juga tidak jelas bagaimana kita dapat, dalam praktik,
membandingkan atau menjumlahkan kesenangan dan kesedihan
yang dialami oleh orang yang berbeda-beda.
Kedua, banyak orang telah mengkritik Utilitarianisme yang menjadi doktrin
yang tak bermoral, karna mengabaikan pandangan keadilan atau
kejujuran dalam menilai tindakan pemerintah dan individu. Misalnya,
dibawah Utilitarianisme, diskriminasi akan dibenarkan jika bisa
menghasilkan kebahagiaan maksimum dalam negara.
22
Terakhir, ada dugaan terjadi komplik antara pandangan Bentham tentang
sifat manusia dengan pandanganya tentang moralitas.
Terlepas dari kelemahan-kelemahan teorinya ini namun Bentham di juluki
sebagai bapak Utilitarianisme dan juga menjadi pemandu Filosofis bagi
banyak generasi ahli ekonomi yang mengikutinya.(Pressman .2000 : 37 –
42).
Leon Walras (1834-1910) bersama dengan William Stanley Jevons (1835-
1882), Carl Menger (1840-1921) dan Jonh Bates Clark (1847-1938) adalah
beberapa penemuan independen dari gagasan kepuasan marginal (marginal
utility).
William Stanley Jevons terkenal karena usahanya untuk membawa analisis
kepuasan ke dalam ilmu ekonomi. Jevons, JB. Clark dan Menger secara
terpisah, menemukan gagasan kepuasan subyektif dan prinsip,dari
kepuasan marginal yang menurun (diminishing marginal utility). Penemuan
prinsip kepuasan marginal yang menurun tampaknya telah terjadi pada akhir
1850 an ketika Jevons sedang bekerja di Australia. Dan beberapa tahun
kemudian Jevons (1871) mengemukakan dengan lebih tepat perbedaan
penting antara kepuasan total dan kepuasan marginal. Perbedaan ini
menghasilkan perkembangan dari teori perilaku konsumen modern. Jevons
mengatakan bahwa ketika orang-orang mengkonsumsi barang yang semakin
lama semakin banyak, kepuasan total yang mereka peroleh dari konsumsi
23
barang tersebut pada umumnya meningkat. Tetapi ketika konsumsi orang-
orang bertambah banyak, kepuasan yang mereka dapatkan dari sertiap
kuantitas tambahan dari barang tersebut akan menurun, Jevons melangkah
lebih jauh lagi dengan mengatakan bahwa setiap konsumen berada dalam
keseimbangan apabila penambahan dalam pengeluaranya tidak dapat
meningkatkan kepuasan totalnya.selanjunya, Jevons menerapkan gagasan
kepuasan kepada tenaga kerja. Dengan penerapan ini, dia membantu
menunjukkan begaimana upah ditentukan dan bagaimana para tenaga kerja
beroperasi. Jevons mengasumsikan bahwa pekerjaan itu tidak
menyenangkan dan karenanya para buruh mengalami kepuasan negatif atau
ketidak puasan. Di pihak lain pekerjaan juga memberikan kepuasan positif
karena para buruh dibayar untuk pekerjaan mereka dan buruh dapat
menggunakan pendapatannya ini untuk memberi barang. Karena itu individu-
individu ini terus mengembangkan antara ketidak puasan dalam pekerjaan
dengan kepuasan dari penggunaan barang yang dapat mereka beli dengan
uang hasil kerjanya tersebut. Sepanjang kepuasan konsumsi melebihi
ketidak puasan bekerja, maka orang-orang akan terus bekerja. Pada titik
dimana ketidak puasan kerja melebihi kepuasan konsumsi orang-orang akan
berhenti bekerja dan menikmati waktu luangnya. Aplikasi analisis kepuasan
untuk pasar tenaga kerja ini mempunyai beberapa konsekwansi penting,
antara lain :
24
Pertama, perbedaan antara tenaga kerja yang produktif dan tidak, yang
pertama kali dikemukakan Francoisonesnay (1694-1774), tampak
menjadi tidak tepat. Semua tenaga kerja adalah produktif dalam
pengertian bahwa pekerjaan ini menghasilkan kepuasan bagi para
individu pekrja, yang dapat mengambil cek pembayaran mereka
dan membeli barang dengan uang tersebut.
Kedua, dengan masuknya teori kepuasan kedalam studi tenaga kerja
menimbulkan keragu-raguan terhadap teori upah klasik, manusia
tidak berada dalam kenyamanan dengan upah subsistensi ;
penawaran tenaga kerja tergantung kepada upah yang berlaku.
Jika upah telalau rendah, pekerja akan mengundurkan diri dari
pasar dan menikmati kesenangan.
Ketiga, bertentangan dengan David Ricardo (1772-1823) dan Karl Marx
(1818-1883), bagi Javons tidak ada pertentangan antara tenaga kerja
dan modal. Tenaga kerja membuat keputusanya sendiri apakah ia
mau bekerja atau tidak, dengan cermat menyeimbangkan keuntungan
dan kerugian dari pekerjaan. Kapitalis juga membuat keputusan
serupa ketika memutuskan apakah ia akan berinvestasi dan
mempekerjakan lebih banyak pekerja atau tidak. (Pressman. 2000 :
82 – 87).
25
CarlL Menger (1840-1921) adalah salah seorang dari ahli ekonomi
pertama yang menemukan teori keputusan marginal dari nilai dan perinsip
kepuasan marginal yang semakin berkurang. Bertentangan dengan ahli
ekonomi klasik Inggeris, Menger berpendapat bahwa nilai lebih ditentukan
oleh factor subyektif (kepuasan atau permintaan) ketimbang factor obyektif
(biaya produksi atau persediaan). Menurut Menger, nilai berasal dari
kepuasan kebutuhan manusia. Manusia perlu menciptakan permintaan akan
barang-barang, mereka menjadi kekuatan penggerak dari pertukaran
ekonomi dan membantu menentukan harga. Lebih jauh Menger berpendapat
, karena kebutuhan manusia lebih besar dari pada barang yang tersedia
untuk memuaskan kebutuhan ini orang-orang akan memilih secara rasional
diantara semua barang alternatif yang tersedia untuk mereka. Menger juga
mengakui bahwa ketika semakin banyak jumlah barang yang dibeli
seseorang, setiap urutan kuantitas yang dibeli akan mengurangi kepuasan
konsumen. Yaitu, orang akan mengalami kepuasan marginal yang menurun
ketika mereka semakin banyak mengkonsumsi barang. Sayangnya Menger
hanya memberikan sedikit contoh dari barang-barang konsumsi tersebut,
dan juga tidak menjelaskan mengenai apa yang sebenarnya yang diukur
(keinginan atau kepuasan relatif yang diterima dari konsumsi barang-barang)
(Pressman, 2000; 87-92).
26
Pendekatan kedua untuk menjelaskan perilaku konsumen dalam
upaya mencapai maksimisasi kepuasan (utility maximization) adalah
pendekatan ordinal atau pendekatan kurve indiferens. Pendekatan kurve
indiferens ini pertama kali ditemukan oleh Francis Ysidro Edgeworth.
Sumbangan penting dari Francis Ysidro Edgworth (1845 – 1926) adalah
gagasan tentang kepuasan yang semakin bertambah. Edgeworth
memindahkan focus perhatian ahli ekonomi dari kepuasan pokok (cardinal)
menuju kepada kepuasan ordinal, yang menyangkut pengurutan preferensi
konsumen berdasarkan kepuasan yang diperoleh dari masing-masing
barang. Kepuasan ordinal tidak terlalu sulit dibandingkan dengan kepuasan
cardinal, karena kepuasan ordinal mensyaratkan konsumen cukup
mengetahui bahwa mereka lebih menyukai barang A dari pada barang B,
atau sebaliknya, atau bahwa mereka tidak tertarik dengan kedua barang
tersebut. Edgeworth kemudian menggunakan pandangan kepuasan ordinal
untuk mengembangkan gagasan kurve indiferens. Kurve ini adalah
serangkaian titik yang merepresentasikan kombinasi dari dua barang yang
memberi jumlah yang sama dari kepuasan untuk individu tertentu.
Edgeworth mengasumsikan bahwa kurve indiferens tidak akan berbentuk
garis lurus namun berbentuk garis cekung dari titik origin. Hal ini disebabkab
adanya kepuasan marginal yang menurun (diminishing marginal utility)
Edgeworth kemudian mengaplikasikan alat jurve indiferens ini untuk
27
menganalisis pertukaran antara dua orang (batter), dan kemudian
dikembangkan lagi oleh para ahli ekonomi kontenporer untuk menganalisis
perdagangan antar dua negara (Pressman, 2000; 99 – 105).
Senada dengan Edgeworth, Vilredo Pareto (1848 – 1923) juga
mengubah focus ahli-ahli ekonomi dari kepuasan kardinal (pokok) menjadi
kepuasan ordinal. Pareto berpendapat bahwa kepuasan ordinal seharusnya
membentuk basis analisis ekonomi ketimbang kepuasan pokok. Dengan
mengukur dalam konteks kepuasan ordinal, konsumen individu diasumsikan
mengetahui bahwa barang A lebih disukai ketimbang barang B, dan juga
mengetahui berapa banyak barang A yang lebih disukai ketimbang barang
B . Karena itu menurut Pareto, dengan memindahkan focus kepada
kepuasan ordinal dapat menggunakan ilmu ekonomi lebih realistis dalam
menggambarkan perilaku manusia. Dan juga dengan memindahkan
kepuasan ordinal kita tidak perlu lagi risau tentang bagaimana kepuasan
diukur atau bagaimana agar dapat membandingkan kepuasan dari orang
yang berbeda (Pressmann,2000;111-116).
Hasil penelitian Saleh (1984; 374) bahwa proporsi pendapatan
rumah tangga yang dikonsumsi makin mengecil searah dengan makin
sempitnya tanah sawah yang dimiliki oleh rumah tangga tersebut. Dan
sebaliknya rata-rata pengeluaran konsumsi perkapita makin membesar
searah dengan makin luasnya sawah yang dimiliki oleh rumah tangga.
28
Selain itu ada kecendrungan pada setiap rumah tangga desa
bahwa proporsi pengeluaran perkapita untuk beras makin mengecil, dan
dilain pihak pengeluaran perkapita untuk makanan non beras makin
membesar dengan makin besarnya jumlah pengeluaran rumah tangga
perbulan.
Bentuk dan kondisi rumah di pedesaan tampaknya semakin
membaik. Perubahan bentuk dan kondisi rumah terjadi terutama pada
golongan petani bertanah luas dan golongan pedagang atau pengusaha. Di
desa-desa contoh terlihat adanya hubungan positif antara pemilik sepeda
motor, mobil, dan televisi dengan rata-rata pendapatan perkapita.
Engel menyimpulkan bahwa untuk rumah tangga miskin sebagian
besar pengeluarannya untuk makanan, berbeda hanya dengan rumah
tangga yang tergolong kaya. Hal ini juga berlaku baik rumah tangga besar
maupun rumah tangga kecil untuk tingkat pengeluaran yang yang sama. Hal
ini menandakan bahwa besarnya proporsi yang dikeluarkan untuk makanan
dapat dijadikan indikator indikator tidak langsung terhadap kesejahteraan.
Dengan demikian, maka dua rumah tangga yang mempunyai proporsi
pengeluaran yang sama besar untuk makanan seharusnya mempunyai
pendapatan riel yang sama pula tanpa menghiraukan banyaknya anggota
keluarga (Deaton,1983 :193) dan (Philips, 1974 : 100 – 105).
29
F. Pendapatan Rumah Tangga
Melalui berbagai kebijakan, setiap pemerintah menginginkan
peningkatan pendapatan yang lebih tinggi bagi seluruh penduduknya,
sekaligus menghendaki agar distribusi pendapatan yang diperoleh lebih
merata atau lebih adil. Sebagian kebijakan pemerintah, seperti pengadaan
sistem kesejahteraan (negara berperan langsung membantu penduduknya
yang kurang beruntung) dan asuransi pengangguran, secara khusus
ditujukan untuk memperbaiki keseimbangan dengan secara langsung
membantu penduduk yang kurang mampu (Mankiw, 2000; 5).
2. Pendapatan dan Pola Konsumsi Rumah-tangga
Untuk menguji hipotesis dua digunakan analisis regresi double-
double-logarithmic yang dikembangkan oleh Prais dan Hothaker yang
menggunakan spesifikasi berikut (phlips): log qi = ai + bi log y
di mana qi = pixi adalah permintaan terhadap jenis barang-barang dan jasa-
jasa tertentu, y adalah pengeluaran total. logarithmic yang dikembangkan
oleh Prais dan Hothaker yang menggunakan spesifikasi berikut (phlips): log
qi = ai + bi log y
di mana qi = pixi adalah permintaan terhadap jenis barang-barang dan jasa-
jasa tertentu, y adalah pengeluaran total. Dalam teori ekonomi ada berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang konsumsi
30
ialah harga barang itu sendiri, harga barang lain, selera konsumen, tingkat
pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, umur anggota keluarga,
pendapatan sekarang dan pendapatan yang diperkirakan pada masa yang
akan datang. Namun yang paling besar pengaruhnya adalah pendapatan
yang diperoleh keluarga. Pola pengeluaran untuk konsumsi yang bersifat
umum dapat dibuat. Hukum inilah yang dikenal dengan hukum Engel, sesuai
dengan nama penemunya yaitu Christian Lorenz Ernst Engel seorang
statistisian jerman abad 19 yang mencoba melihat hubungan antara tingkat
pendapatan dengan tingkat konsumsi rumah-tangga.
Engel menyimpulkan bahwa untuk rumahtangga miskin sebagian
besar pengeluarannya untuk makanan, berbeda halnya dengan rumah-
tangga yang tergolong kaya. Hal ini menandakan bahwa besarnya porsi
yang dikeluarkan untuk makanan dapat menjadi indikator terhadap tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat.
Hipotesis Pendapatan Absolut dikembangkan oleh Keynes yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang apriori antara konsumsi dan
pendapatan.Untuk itu Keynes mengemukakan tiga proposisi pokok yaitu :
1. Konsumsi riil adalah merupakan fungsi dari pendapatan riil
2. Marginal propensiti to consume (MPC) bersifat positif tetapi nilainya
lebih rendah dari satu.
0 MPC 1
31
1. Marginal propensity to consume lebih kecil dari average propensity to
consume (APC) yang bermakna bahwa APC menurun waktu pendapatan
(Y) naik tetapi MPC tetap tidak berubah apabila pendapatan naik.
C = a + bY
CAPC =
Y
dAPC a = - 0 dY Y2
APC berbanding terbalik dengan tingkat pendapatan
dCMPC = = b dY
Sebagai illustrasi baiklah dikemukakan contoh fungsi konsumsi dan
perubahan-perubahannya. Misalnya mula-mula fungsi konsumsi adalah :
C = 100 + 0,8 Y
MPC = 0,8
Jika Y = 600, maka C = 580, APC = 0,97, MPC = 0,8
Kesimpulan : Pada waktu Y naik, APC menurun dan MPC tidak berubah.
3. Untuk menguji Hipotesis tiga digunakan analisis cross tabulations antara
proporsi konsumsi masyarakat transmigran dengan pendapatan
masyarakat transmigran.
4. Untuk menguji hipotesis empat digunakan analisis path (path Analysis)
32
E. Definisi Operasional
Batasan-batasan operasional yang digunakan dalam penelitian
mencakup pengertian-pengertian untuk menjelaskan beberapa istilah yang
digunakan sebagai berikut :
1. Transmigran adalah perpindahan penduduk secara sukarela, untuk
meningkatkan kesejahteraan dan menetap di wilayah pengembangan
transmigran, atau lokasi pemukiman transmigran.
2. Transmigran umum adalah Transmigran yang biaya pelaksanaannya
ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. dengan petunjuk,
bimbingan dari pemerintah.
3. Budaya adalah norma-norma dan nilai-nilai budaya yang dimiliki dan
mempengaruhi perilaku masyarakat transmigran dalam kegiatan
produksi dan konsumsi.
4. Motivasi adalah dorongan seorang individu untuk berperilaku.
5. Pendidikan adalah tingkat pendidikan yang ditammatkan melalui
institusi formal.
6. Latihan adalah kegiatan yang dilakukan transmigran melalui kursus-
kursus
7. Perilaku ekonomi adalah kegiatan yang dilakukan transmigran melalui
usaha produksi dan konsumsi rumah-tangga transmigran di
Kabupaten Parigi Moutong.
33
8. Pemukiman Transmigran dengan Usaha Pokok Tanaman Pangan
Adalah pemukiman transmigran yang sejak awal dirancang untuk
sebagian besar transmigrannya berusaha dan memperoleh
pendapatan usahatani tanaman pangan secara bekesinambungan.
9. Tanaman Pangan adalah tanaman yang terdiri dari padi-padian,
palawija, dan tanaman hortikultura.
10.Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah produksi
usaha tani rumah-tangga transmigran dinilai dengan rupiah.
11. Input yang digunakan dalam produksi usaha tani dikelompokkan ke
dalam tiga bagian yaitu lahan pertanian, Tenaga kerja, dan modal
dalam mengelola usaha tani.
12. Lahan pertanian yang merupakan input kegiatan produksi dihitung
menurut luasnya dalam Ha.
13. Tenaga kerja yang merupakan input dalan kegiatan produksi dihitung
dalam satuan hari Orang kerja (HOK), tenaga kerja wanita, anak-
anak dan hewan pekerja dikompersi kedalam hari kerja orang
dewasa.
14. Modal dalam usaha tani adalah sarana produksi dan biaya-biaya
yang terlibat dalam proses-proses produksi dalam satu musim tanam.
34
15.Tingkat pendidikan Kepala rumah-tangga adalah variabel kualitatif
yang dapat dikuantifikasi dengan memberikan skor berdasarkan
tingkat pendidikannya.
16.Tingkat pendapatan rumah-tangga dinyatakan dalam rupiah untuk
jangka waktu satu tahun.
17.Jumlah anggota rumah-tangga adalah termasuk semua orang yang
menetap dalam sebuah rumah-tangga dimana kehidupan ekonominya
diatur oleh kepala rumah-tangga.
18.Jenis pekerjaan pokok kepala rumah-tangga yakni pekerjaan yang
pendapatan bersihnya paling besar dan merupakan pekerjaan pokok.
Terdiri dari :
- pekerjaan pertanian
- usaha dagang dan
- usaha jasa
19. Pengeluaran untuk konsumsi adalah jumlah uang yang merupakan
bagian pendapatan rumah-tangga untuk membeli barang-barang
konsumsi keperluan rumah-tangga.
20.Kekayaan rumah-tangga transmigran dinyatakan dalam rupiah
dengan perhitungan seluruh barang-barang tidak bergerak yang
dimiliki kepala rumah-tangga, termasuk di dalamnya uang, rumah,
lahan pertanian, dan barang-barang bergerak termasuk kendaraan
35
dan peralatan produksi dan sejumlah surat-surat berharga yang telah
dimiliki oleh kepala rumah-tangga.
21.Kesejahteran kehidupan ekonomi rumah-tangga adalah kepuasan
yang diperoleh dari berbagai hasil kegiatan ekonomi yang telah
dilaksanakan oleh rumah-tangga. Kesejahteraan kehidupan ekonomi
bersifat sangat subyektif. Walaupun faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan kehidupan ekonomi rumah-tangga
dapat diperkirakan, seperti pendapatan rumah-tangga, kekayaan
rumah-tangga, kesehatan rumah-tangga, pendidikan kepala rumah-
tangga, keadaan lingkungan yang memberikan harapan untuk
memperoleh kesempatan untuk hidup lebih baik pada masa yang
akan datang, tetapi yang paling berhak memberikan penilaian
mengenai kesejahteraan kehidupan ekonomi rumah-tangga ialah
kepala rumah-tangga itu sendiri. Dengan demikian, maka kepala
rumah-tangga sendiri yang akan diberi kesempatan untuk
memberikan skor mengenai keadaan kesejahteraan kehidupan
ekonomi rumah-tangganya.
Penentuan skor dengan menyediakan sepuluh jenjang tingkat
kesejahteraan yang diberi nomor mulai dari bawah ke atas dari angka 1
sampai dengan angka, pada daftar pernyataan penelitian, dan diperlihatkan
kepada responden waktu diadakan wawancara.
36
Pertama-tama dijelaskan kepada responden bahwa ini adalah
“gambar tangga”dengan 10 buah anak tangga yang diberi nomor dimulai dari
paling bawah nomor 1, di atas nomor 2, diatasnya lagi nomor 3, sampai
dengan nomor 10.
“Kalau sekiranya kemungkinan kesejahteraan kehidupan ekonomi
rumah-tangga bapak yang paling jelek berada pada anak tangga paling
bawah, dan kemungkinan kesejahteraan kehidupan ekonomi rumah-tangga
bapak yang paling baik berada pada anak tangga paling atas (sambil
menunjuk gambar) , kira-kira dijenjang manakah keadaan kesejahteraan
kehidupan ekonomi rumah-tangga bapak sekarang ini?”
Kalau responden masih ragu-ragu memberikan jawaban,maka perlu
diberikan penjelasan lebih banyak lagi mengenai hal ini. Kalau responden
menunjuk anak tangga ke 6, maka skor keejahteraan kehidupan ekonomi
rumah-tangga tersebut diberi skor dengan angka 6.
Kemudian dilanjutkan.
Kesehatan anggota rumah-tangga dalam hubungannya dengan
kesejahteraan kehidupan ekonomi rumah-tangga akan dinilai dengan angka
skor. Karena tanggung jawab terhadap kesejahteraan rumahtangga berbeda,
Bapak sebagai kepala rumah-tangga yang keadaan kesehatannya sangat
berpengaruh terhadap kesejahteraan kehidupan rumahtangga diberi bobot 5,
isteri kepala rumahtangga diberi bobot 2 dan masing-masing anggota rumah-
37
tangga lainnya diberi bobot 1. Jenis penyakit juga diberi bobot. Penyakit
yang dianggap keras atau sampai menyebabkan kematian diberi bobot 10,
penyakit sedang diberi bobot 5 dan penyakit ringan deberi bobot 1. Skor
kesehatan rumahtangga dihitung dengan rumus {100 – Σ(Ri x Pj)}, Ri adalah
bobot anggota rumahtangga ke-i,Pj adalah keadaan penyakit ke-j. Dengan
demikian maka rumahtangga yang tidak pernah mengalami gangguan
kesehatan selama penelitian diberi skor 100, dari {100 – (0 x 0)}. Kalau
kepala rumah-tangga sakit keras, isteri kepala rumahtangga sakit sedang
dan seorang anak sakit ringan, maka skor untuk kesehatan rumah-tangga
adalah {100 – (5 x 10) – (2 x 5) – (1x1)} = 39. Penentuan penyakit berat,
sedang dan ringan di samping memperhatikan jenis penyakit, juga
mempertimbangkan lamanya penyakit tersebut diderita oleh anggota
rumahtangga (Madukallang;1999).
GAMBARAN UMUM DAERAH PANELITIAN
Kabupaten Parigi Moutong mempunyai luas wilayah 6.231,85
kilometer persegi, Batas wilayah administrasi Kabupaten Parigi Moutong,
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buol, Kabupaten Toli – Toli
dan Propinsi Gorontalo. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Poso dan Propinsi Sulawesi Selatan. Sebelah barat berbatasan dengan Kota
Palu dan Kabupaten Donggala serta sebelah timur berbatasan dengan Teluk
Tomini.
38
Keadaan Geologi Kabupaten Parigi Moutong secara umum tidak
sama untuk setiap kecamatan yang terdiri dari batuan gunung berapi dan
batuan terobosan yang tidak membeku (Inncous intrusiverooks). Selain itu
pula batu-batuan metamorfosis sedimen. Dataran-dataran yang diperkirakan
cocok untuk pertanian intensif adalah :
Dataran Tomini-Moutong, tekstur tanah kemungkinan sedang yang
diselingi tekstur kasar dengan drainase yang umumnya baik.
Topograpi dataran ini adalah datar sampai berombak-ombak dengan
sedikit bagian yang berbukit. Luas dataran ini terbagi menjadi 3
bagian yaitu dua buah dtaran rendah yang dipisahkan oleh dataran
tinggi.
Dataran Parigi, seperti halnya dilembah Palu maka dataran Parigi juga
terdiri dari metamorfosis yang telah membeku. Tanahnya rata-rata
bertekstur sedang dengan drainase yang agak baik. Topograpi mulai
dari datar sampai berombak lembut.
Dataran Ampibabo-Donggulu, mempunyai geologi tanah yang berasal
dari alluvial dan sedimen laut yang lebih tua, tanahnya bertekstur
sedang dengan drainase yang agak baik. Topograpi mulai dari datar
sampai berombak.
Dataran Tambarana terbagi dua daerah yaitu dataran yang termasuk
daerah administratif Kabupaten Parigi Moutong seluas dua pertiga
39
bagian dan yang lainnya di Kabupaten Poso. Tanahnya bertekstur
sedang dengan drainase mulai dari lambat sampai agak baik,
topografi datar sampai berombak kasar.
A. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk
Tabel 1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kabuapaten Parigi Moutong Menurut Kecamatan Tahun 2003.
KecamatanLuas
Wilayah(km2)
JumlahPenduduk
(jiwa)
Kepadatan(Jiwa/km2)
Jumlah RumahTangga
(RT)1. Sausu
2. Parigi
3. Ampibabo
4. Tinombo
5. Tomini
6. Moutong
1.060,73
565,06
895,68
984,02
995,56
1.730,80
49.789
56.788
55.962
50.293
52.932
85.200
47
101
62
51
53
49
10.784
11.947
15.276
11.022
12.958
17.638
6.231,85 350.964 56 79.625
Sumber ; Kabupaten Moutong dalam Angka Tahun 2003
Jarak antara ibu kota Kabupaten Parigi Moutong dengan ibu kota kecamatan
dapat ditempuh melalui jalan darat: adalah sebagai berikut :
Parigi – Sausu jaraknya 52 km,
Parigi – Ampibabo jaraknya 15 km.
Parigi – Tinombo jaraknya 132 km.
Parigi – Tomini jaraknya 149 km.
Parigi – Moutong jaraknya 258 km.
40
Masyarakat transmigran yang menjadi obyek penelitian di Kecamatan
Moutong ditempuh perjalanan kurang lebih 8 jam dari kota Palu.
B. Iklim
1. Suhu dan Kelembaban Udara
Sebagaimana dengan daerah-daerah lain di Indonesia, Kabupaten
Parigi Moutong memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan.
Musim panas terjadi antara bulan April – September, sedangkan musim
hujan terjadi pada bulan Oktober – Maret.
Hasil pencatatan suhu udara pada stasium udara Mutiara Palu Tahun
2003 bahwa suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober
(35,9oC)dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada bulan Juni
(31,1oC). Sementara itu suhu udara minimum tertinggi juga terjadi pada
bulan Oktober 24,3o C, sedang suhu udara minimum terendah terjadi pada
bulan April dan Mei yang mencapai 22,6o C.
Kelembaban udara yang dicatat pada stasiun yang sama berkisar
antara 66 – 82 persen. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada
bulan juni yang mencapai 82 persen, sedangkan kelembaban udara rata-rata
terendah terjadi pada bulan Oktober yaitu 66 persen.
41
2. Curah Hujan dan Keadaan Angin
Curah hujan tertinggi yang tercatat pada Stasiun Mutiara Palu Tahun
2003 terjadi pada bulan April yaitu 125 mm3, dan diikuti pada bulan
Nopember 115 mm3, sedang curah hujan terendah terjadi pada bulan juli dan
Oktober yaitu 2 mm3. Sementara itu kecepatan angin rata-rata berkisar
antara 5 – 7 knots dan kecepatan angin maksimum mencapai 15 hingga 21
knots. Arah angin terbanyak pada tahun 2003 berada pada posisi 315o.
C. Karakteristik Responden
Usahatani merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian besar
masyarakat transmigran di Kabupaten Parigi Moutong. Dalam
pelaksanaannya, usahatani yang dijalankan beragam mengikuti kondisi
wilayah, musim tanam dan latar belakang individu masyarakat transmigran.
Kondisi wilayah dan musin tanam menentukan pola tanam dan pemilihan
komoditas, sedangkan latar belakang masyarakat transmigran terkait dengan
aspek pengelolaan usahatani yang sedang dilakukan.
Karakteristik masyarakat transmigran yang terkait dengan kegiatan
usahatani antara lain meliputi produksi, Luas lahan, tenaga kerja dan
penggunaan modal yang digunakan petani dan tingkat umur petani,
pengalaman berusaha tani kepala keluarga, jumlah tanggungan keluarga.
42
Kegiatan Ekonomi Rumah-tangga masyarakat transmigran
Barang dan Jasa Barang dan Jasa Pasar
Brang dan Jasa
Gambar 5.1 Alur Kegiatan Ekonomi Rumah-tangga Transmigran dan Masyarakat sekitar
Alur bagian atas memperlihatkan aliran barang dan jasa dari produsen ke
konsumen, dari alur tersebut dapat dilihat bahwa konsumen dapat
mempergunakan produksi yang dihasilkan oleh rumah-tangganya sendiri
atau membeli dari pasar barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
rumah-tangganya. Pembelian barang-barang dan jasa-jasa yang dibeli
PasarFaktor Produksi
Masyarakat transmigran
sebagai produsen
UANG UANG
FAKTOR PRODUKSI FAKTOR PRODUKSI
Lingkungan luar transmigran
Lingkungan luar transmigran
Masyarakat transmigran
sebagai Konsumen
UANG UANG
43
konsumen di pasar barang dan jasa, maka dengan demikian terjadilah aliran
uang dari konsumen ke pada produsen.
Ada dua kegiatan yang terjadi pada perilaku ekonomi menurut gambar
di atas yaitu proses kegiatan produksi dan proses kegiatan konsumsi. Kedua
kegiatan tersebut dihubungkan oleh aliran faktor-faktor produksi dari
konsumen sebagai pemilik sumberdaya kepada produsen, diimbangi dengan
aliran barang-barang dan jasa-jasa dari produsen kepada konsumen. Aliran
faktor-faktor produksi maupun aliran barang-barang dan jasa-jasa tersebut
diimbangi dengan aliran balik dalam bentuk uang sebagai balas jasa dari
faktor produksi dan harga dari barang dan jasa. Dengan adanya hubungan
kepasar, maka terbukalah jalan bagi rumah-tangga transmigran untuk
memanfaatkan kesempatan spesialisasi dan efisiensi.
Terbukanya masyarakat transmigran terhadap dunia luar
menyebabkan terbukanya kesempatan masyarakat berusaha lebih giat untuk
memenuhi kebutuhannya yang semakin meningkat karena perubahan pola
konsumsi yang disebabkan oleh masuknya barang-barang dan jasa-jasa dari
luar masyarakat transmigran. Dalam keadaan yang demikian, masyarakat
transmigran telah mempunyai kesempatan untuk meningkatkan
kesejahteraan kehidupan ekonominya.
Kalau perilaku ekonomi masyarakat transmigran dilihat dari kegiatan
produksi, maka dapat diketahui bahwa pada kegiatan produksi ini terjadi
44
suatu proses dimana faktor-faktor produksi yang berasal dari sumberdaya
manusia, sumberdaya alam dan sumber daya modal diolah untuk
menghasilkan berbagai jenis barang-barang dan jasa-jasa. Jumlah dan mutu
sumber daya yang dipergunakan dalam proses produksi juga menentukan
jumlah dan kualitas barang-barang dan jasa-jasa yang di produksi. Kalau
sumber daya yang dipergunakan dalam proses produksi sudah tertentu
jumlahnya, maka partisipasi tenaga kerja yang lebih besar dan alokasi
sumberdaya yang lebih baik sangat menentukan jumlah produksi yang
dihasilkan.
Untuk analisis data, sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
masyarakat transmigran yang lamanya bertransmigran minimal 5 tahun,
jumlah sampel yang dipergunakan 146 responden. Adapun karakteristik
responden sebagai berikut:
1. Jenis kelamin
Responden pada penelitian ini didominasi oleh pria. Dari 146 sampel
yang dianalisis sebanyak 144 responden (98 %) diantaranya adalah pria
dan selebihnya yaitu 2 responden (2 %) adalah wanita.
2. Umur
Sebagian besar responden yang menjadi obyek penelitian pada
transmigran asal Bali termasuk dalam kelompok umur 31 - 40 tahun
sebanyak 28 orang (38,35 %), kemudian kelompok umur 17 – 30 tahun
45
sebanyak 25 orang (34,25 %), dan terakhir adalah kelompok umur diatas 41
tahu sebanyak 20 orang ( 27,39 %). Selanjutnya responden yang berasal
dari transmigran jawa dengan jumlah 73 orang termasuk dalam kelompok
umur 41 – 50 tahun sebanyak 35 orang (47,94%), kemudian 51 tahun ke
atas sebanyak 24 orang (32,88 %), selebihnya umur 27 – 40 tahun sebanyak
14 orang (19,18 %).
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh responden berasal dari
bali didominasi tingkat sekolah dasar sebanyak 42 orang (57,53%),
kemudian tingkat Sekolah lanjutan pertama sebanyak 22 orang (30,14%),
disusul tingkat pendidikan SMA atau sederajat 9 orang (12,33%). Pendidikan
responden transmigran asal jawa didominasi tingkat sekolah dasar sebanyak
48 orang (65,8 %). Diikuti tingkat sekolah lanjutan pertama 19 orang ( 26%),
tingkat Sekolah lanjutan Atas 4 orang (5,4 %) dan tingkat sarjana muda 2
orang (2,8 %).
4. Jenis Pekerjaan
Seluruh responden didominasi oleh petani baik transmigran asal Bali
maupun Jawa. Pekerjaan sampingannya adalah, buruh tani, berkebun,
tukang kayu dan pedagang (penjual eceran).
46
5. Jumlah Anggota Rumah-tangga
Pada umumnya responden yang berasal dari transmigran Bali jumlah
anggota rumah-tangga didominasi oleh 5 orang sebanyak 29 responde
(39,73%), kemudian 4 orang sebanyak 25 responden (34,25%), diikuti oleh 3
orang sebanyak 12 responden (16,44%), kemudian 6 orang sebanyak 4
responden (5,48%), terakhir 7 orang sebanyak 3 responden (4,11%).
Demikian pula responden asal Jawa jumlah anggota rumah-tangga
didominasi oleh 6 orang sebanyak 22 responden (30,1 %), disusul 4 orang
sebanyak 18 responden (24,7 %), 5 orang sebanyak 15 responden (20,5%),
3 dan 7 orang masing-masing 8 responden ( 11 % ), disusul 2 dan 8 anggota
rumah-tangga masing-masing 1 responden (1,4%).
6. Lamanya menjadi petani
Pada umumnya responden transmigran asal Bali pekerjaan pokoknya
adalah petani, didominasi lamanya bertani 11 - 15 tahun sebanyak 28
responden (38,35%), kemudian 5 – 10 tahun sebanyak 25 responden
(34,25%). Diikuti 16 - 25 tahun sebanyak 20 responden (27,39%).. Berbeda
halnya dengan responden asal Jawa didominasi oleh responden 16 – 25
tahun sebanyak 47,94%, kemudian 26 – 40 tahun sebanyak 32,88%, diikuti
oleh 10 - 15 tahun sebanyak 19,18%.
47
7. Tingkat Pendapatan
Pendapatan responden transmigran asal Bali didominasi oleh
kelompok pendapatan Rp. 5. – 10 juta sebanyak 39 orang (53,42%), disusul
kelompok yang berpendapatan Rp. 10 – 15 juta sebanyak 29 orang
(39,73%), diikuti kelompok berpendapatan Rp. 15 – 24 juta sebanyak 5
orang (6,85%).
Pendapatan responden trnsmigrasi asal Jawa didominasi oleh kelompok
pendapatan Rp. 10 – 15 juta sebanyak 35 orang (47,945), disusul kelompok
pendapatan Rp. 4 – 10 juta sebanyak 32 orang (43,84%), dan kelompok
pendapatan Rp. 15 – 24 juta sebanyak 6 orang (8,22%).
5. Hasil Perhitungan Pola Konsumsi Transmigran
di Kabupaten Parigi Moutong
Untuk menguji hipotesis dua dan tiga digunakan analisis regresi
double logaritmic dan analisis persentase. Pola konsumsi rumah-tangga
berhubungan erat dengan jumlah pendapatan yang dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan terhadap barang maupun jasa. Dari pola konsumsi
masyarakat dapat diperkirakan keterlibatannya dalam kegiatan pasar.
Rumah-tangga dengan pendapatan rendah, pertama-tama berusaha
memenuhi kebutuhan primernya, seperti kebutuhan perumahan, kebutuhan
bahan makanan, kebutuhan pakaian, sesudah itu baru berusaha memenuhi
kebutuhan sekunder dan kebutuhan lainnya.
48
Pendapatan 146 rumah-tangga Masyarakat Transmigran di
Kabupaten Parigi Moutong adalah sebesar Rp. 1 525. 011 000, terdiri dari
73 responden asal Bali dengan jumlah anggota rumah-tangga 326 orang dan
73 responden asal Jawa dengan jumlah anggota rumah-tangga 369 orang.
Jumlah pendapatan untuk transmigran asal Bali adalah Rp. 758.042.000,.
Dengan demikian, maka pendapatan rata-rata untuk transmigran asal Bali
untuk setiap rumah-tangga Rp. 10.384.137,- dan pendapatan perkapita Rp
2.325.282,21. Sedangkan untuk Transmigran asal Jawa pendapatan 73
rumah-tangga responden yang terdiri dari 369 orang, jumlah pendapatan
transmigran asal Jawa adalah Rp.766.969.000,-. Dengan demikian untuk
pendapatan rumah-tangga sebesar Rp. 10.506.424,66 dan pendapatan
perkapita Rp. 2.078.506,78.
Sebagai pembanding, Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per kapita
Sulawesi Tengah Tahun 2004 menurut harga berlaku sebesar Rp.
5.893.679,- dan harga konstan sebesar Rp. 1.289.679,- Kalau pendapatan
perkapita Transmigran asal Bali dan Jawa di daerah penelitian, maka
pendapatan perkapita asal Bali 2,53 kali baru sama dengan pendapatan
perkapita masyarakat Sulawesi Tengah. Sedangkan pendapatan perkapita
Transmigran asal Jawa 2,83 kali baru dapat menyamai pendapatan
perkapita Sulawesi Tengah. Berdasarkan harga berlaku tahun 2004. Jika
dibandingkan dengan pendapatan perkapita sulawesi Tengah berdasarkan
49
harga konstan, maka pendapatan perkapita transmigran asal Jawa lebih
tinggi sebanyak 1,61 kali pendapatan perkapita Sulawesi Tengah.
Berdasarkan harga beras rata-rata Rp. 2.500,- per kg pada waktu
diadakan penelitian, maka konversi beras atas pendapatan rumah-tangga
transmigran asal Bali 4.153,65 kg dan pendapatan perkapita 930,11 kg
beras. Demikian juga Transmigran asal Jawa, dengan harga beras rata-rata
Rp. 2500 per kg, maka konversi beras atas pendapatan rumah-tangga
4.202,57 kg, dan pendapatan perkapita 831,40 kg beras.
Kalau dibanding dengan garis kemiskinan Sajogyo untuk desa 240 kg
ekuivalen nilai tukar beras/orang/tahun dan untuk kota 360 kg
beras/orang/tahun, maka pendapatan masyarakat Transmigran asal Bali dan
asal Jawa sudah berada di atas garis kemiskinan (Sajogyo, 1990:189).
Namun demikian angka perkapita dalam bentuk rata-rata pendapatan, perlu
diwaspadai, sebab biasanya diatasnya dalam jumlah yang sedikit, tetapi
lebih banyak lagi yang berada di bawahnya.
Untuk mengetahui hubungan antara perubahan tingkat pendapatan
dengan pola konsumsi rumah-tangga, dipergunakan pendekatan yang
bertolak dari kurva Engel yang diteruskan oleh Prais dan Houthakker (dalam
Madukallang, 1999) dengan mempergunakan fungsi non linier “double-
logarithmic.” Dengan model ini dihitung besarnya elastistisitas pengeluaran
untuk makanan, pakaian, pendidikan, kesehatan dan pengeluaran lainnya
50
terhadap perubahan pendapatan atau pengeluaran secara keseluruhan
(Lampiran . 5.1).
Hasil perhitungan besarnya elastisitas pengeluaran untuk bahan
makanan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan pengeluaran lainnya
terhadap perubahan pendapatan atau pengeluaran rumah-tangga secara
keseluruhan (Y) dengan mempergunakan fungsi non linier “double-
logarithmic”, adalah sebagai berikut (Lampiran 5.1)
Log Y = log a + log 0,676 X1 + log 0.006 D
0.676 0,006 (1) Makanan Y = 93,325 X1 D
R2 = 0,571; F = 95,039 ; Sig=0,000
t1 = 13,746 Sig = 0,000; td = 0,423; sig = 0,673
0,490 0,022(2) Pakaian Y = 174,984 X2 D
R2 = 0.088; F = 6,894; Sig = 0,001
t2 = 3,638; Sig=0,000; td = 0,577 ; Sig = 0,565
2,735 - 0,114(3) Pendidikan Y = 1,300. 10-13 X3 D
R2 = 0.516; F = 76,081; Sig=0,000
t3 = 0,12,271; Sig = 0,000; td = - 1,825; Sig = 0,07
0,490 0,022(4) Kesehatan Y = 0,350 X4 D
R2 = 0.088; F = 6,894; Sig = 0,001
51
t4 = 3,638; Sig=0,000; td = 0,577; Sig = 0,565
1,506 - 0,016(5) Peng. Lainnya Y = 4,425 X5 D
R2=0.305; F = 31,430; Sig = 0,000
t5 = 7,928; Sig = 0,000; td = - 0,310; Sig = 0,757
Persamaan-persamaan tersebut memberikan gambaran yang lebih
jelas, mengenai pola konsumsi masyarakat transmigran di Kabupaten Parigi
Moutong.
Tabel 6. 8. Hasil Perbandingan Proporsi Pengeluaran Makanan dari
dua Kategori Pendapatan Transmigran
Uraian
Masyarakat Transmigran
Bali-Jawa
<12 jt >=12jt Total
Proporsi pengeluaran makanan < 50%
8 26 34
5,48 % 17,81 % 23,29 %
Proporsi pengeluaran makanan > 50%
75
51,37 %
37
25,34 %
112
76,71 %
Total 83
56,85 %
63
43,15 %
146
100 %
Lampiran 5.6
Menelaah hasil kategori pengeluaran makanan dari dua golongan
pendapatan menunjukkan bahwa 23,29 % masyarakat transmigran konsumsi
untuk makanan kurang dari 50 %, 5,48 persen dilakukan oleh kelompok
berpendapatan rendah. Selanjutnya mereka yang tergolong pendapatan
52
tinggi pengeluaran untuk konsumsi makanan di bawah 50 % adalah 17,81 %.
Sedangkan yang proporsi pengeluaran untuk makanan lebih dari 50 %
sebanyak 76,71 persen mereka yang berpendapatan rendah 51,37 dan
untuk masyarakat yang berpendapatan tinggi 25,34 persen. Fenomena ini
relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Engel yang mengatakan bahwa
makin rendah pendapatan masyarakat, maka porsi pengeluaran makanan
makin besar.
Implikasi dari temuan ini adalah bahwa masyarakat yang
berpendapatan rendah akan menemui kendala di dalam akumulasi modal
sebagai masukan produksi karena pendapatan yang mereka terima dari
suatu proses produksi habis untuk dikonsumsi. Sebaliknya, mereka yang
berpendapatan tinggi akan lebih mudah melakukan akumulasi modal (capital
accumulation) untuk diinvestasikan kembali. Implikasi lebih lanjut akibat
fenomena ini akan terjadi kesenjangan pendapatan antara mereka yang
berpendapatan rendah dan yang berpendapatan tinggi pada tingkat petani
transmigran.
Bila dilihat dari perspektif perbedaan asal suku transmigran, maka
ditemukan bahwa porsi pengeluaran makanan bagi yang berpendapatan
rendah dan yang berpendapatan tinggi memperlihat illustrasi fenomena
sebagai berikut.
53
Tabel 6. 9 Hasil Perbandingan Proporsi Pengeluaran Untuk Makanan
dari dua Kategori Pendapatan Transmigran asal Bali dan Jawa
Uraian
Masyarakat transmigran
Bali Jawa
<12 jt >=12jt Total <12 jt >=12jt Total
Proporsi pengeluaran makanan < 50%
4 18 22 4 8 12
5,48 24,66 30,14 5,48 10,96 16,44
Proporsi pengeluaran makanan > 50%
25
34,24
26
35,62
51
69,86
50
68,49
11
15,07
61
83,56
29
39,73
44
67,27
73
100
54
73,97
19
26,03
73
100
Lampiran ; 5.3
Fungsi konsumsi Masyarakat Transmigran di Kabupaten Parigi
Moutong ditunjukkan oleh persamaan yang dikemukakan oleh Keynes
C = a + bY
C = 678445,4 + 0,767 Y dimana MPC = 0,768
MPS = 1 – MPC = 1 – 0,767 = 0,233
Dari hasil penelitian untuk Pendapatan responden 1 dengan pendapatan
sejumlah Rp. 7.200.000 pertahun, maka jumlah yang dikonsumsi dapat
dihitung sebagai berikut:
C = 678445,4 + 0,767 (7.200.000 ) = 678445,4 + 5529600
C = 6.208.045,40
54
Berarti dari pendapatan Rp. 7.200.000,- dikonsumsi untuk rumah-tangga
sejumlah Rp. 6.208.045,40 setiap tahun, berarti :
Rp. 7.200.000 – Rp. 6.208.045,40 = Rp. 991.954,60 dapat ditabung dan
diinvestasikan untuk musim tanam yang akan datang.
C C = 678.445,40 + 0,768 Y
0 Y
Gambar 6.1 Fungsi konsumsi Transmigran di Kabupaten Parigi Moutong
Fungsi konsumsi Masyarakat transmigran asal Bali, ditunjukkan oleh
persamaan yang dikemukakan oleh Keynes C = a + bY
C = 1155422 + 0,712 Y dimana MPC = 0,712
MPS = 1 – MPC = 1 – 0,712 = 0,288
Dari hasil penelitian Pendapatan responden 1 Rp. 6.800.000 pertahun
C = 1155422 + 0,712 Y (6.800.000 ) = 1155422 + 4.841.600
C = 5.997.022
Berarti apabila pendapatan responden satu setiap tahun sejumlah Rp.
6.800.000,- maka akan dikonsumsi sejumlah Rp. 5.997.022,- sisanya
55
sejumlah Rp.802.978,- untuk di tabung untuk diinvestasikan pada musim
tanam berikutnya.
C
C =1155422 + 0,712 Y
0 YGambar 6.2 Fungsi konsumsi Transmigran asal Bali
Fungsi konsumsi Masyarakat Transmigran asal Jawa, ditunjukkan
oleh persamaan yang dikemukakan oleh Keynes C = a + bY
C = 248846,04 + 0,817 Y dimana MPC = 0,817
MPS = 1 – MPC = 1 – 0,817 = 0,183
Dari hasil penelitian Pendapatan responden 1 Rp. 8.500.000 pertahun
C = 248846,04 + 0,817 (8.500.000 ) = 248846,04 +6.944.500
C = 7.193.346,04
Berarti bahwa apabila pendapatan transmigran asal Jawa sejumlah
Rp. 8.500.000,- akan dikonsumsi sejumlah Rp. 7.193.346,04. maka sisanya
Rp. 1.306.653,96 dapat diinvestasikan untuk musim tanam yang akan
datang.
56
C C = 248846,04 + 0,817 Y
0 Y
Gambar 6.3 Fungsi konsumsi Transmigran asal Jawa.
4. Pola Konsumsi Masyarakat Transmigran Di Kabupaten Parigi
Moutong
Untuk menguji hipotesis dua dan tiga digunakan analisis regresi
double logaritmic dan analisis persentase. Pola konsumsi rumah-tangga
berhubungan erat dengan besarnya pendapatan yang dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan terhadap barang maupun jasa. Dari pola konsumsi
masyarakat dapat diperkirakan keterlibatannya dalam kegiatan pasar.
Rumah-tangga dengan pendapatan rendah, pertama-tama berusaha
memenuhi kebutuhan primernya, seperti kebutuhan perumahan, kebutuhan
bahan makanan, kebutuhan pakaian, sesudah itu baru berusaha memenuhi
kebutuhan sekunder dan kebutuhan lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh
Maslow yaitu kebutuhan fisiologis (Physiological needs) adalah kebutuhan
57
dasar manusia untuk mempertahankan hidup, kebutuhan tersebut meliputi
makanan, air, udara, rumah pakaian dan seks. Seorang ekonom yang
bernama Engel membuat suatu teori yang terkenal dengan teori Engel yang
menyatakan bahwa semakin sejahtera seseorang maka semakin kecil
persentase pendapatannya untuk membeli makanan. Diperkirakan bahwa
untuk rumah-tangga Transmigran di Kabupaten Parigi Moutong, sebagian
besar dari pengeluarannya adalah untuk bahan makanan. Sebaliknnya
dengan rumah-tangga kaya, sebagian besar pendapatannya dibelanjakan
untuk membeli berbagai jenis barang mewah.
Pendapatan rata-rata rumah-tangga Masyarakat Transmigran di
Kabupaten Parigi Moutong adalah sebesar Rp. 10.445.280,82 terdiri dari
pendapatan rata-rata transmigran asal Bali adalah Rp. 10.384.137,- dan
pendapatan perkapita Rp 2.325.282,21. Sedangkan untuk Transmigran asal
Jawa jumlah pendapatan rata-rata adalah Rp. 10.506.424,66 dan
pendapatan perkapita Rp. 2.078.506,78
Sebagai pembanding, Pendapatan domestik Bruto (PDB) per kapita
Sulawesi Tengah Tahun 2004 menurut harga berlaku sebesar Rp.
5.893.679,- dan harga konstan sebesar Rp. 1.289.679,- Kalau pendapatan
perkapita Transmigran asal Bali dan Jawa di daerah penelitian, maka
pendapatan perkapita asal Bali 2,53 kali baru sama dengan pendapatan
perkapita masyarakat Sulawesi Tengah berdasarkan harga berlaku,
58
sedangkan pendapatan perkapita Transmigran asal Jawa 2,83 kali baru
dapat menyamai pendapatan perkapita Sulawesi Tengah berdasarkan harga
berlaku tahun 2004.
Dengan harga beras rata-rata Rp. 2.500,- per kg pada waktu diadakan
penelitian, maka konversi beras atas pendapatan rumah-tangga transmigran
asal Bali 4.153,65 kg dan pendapatan perkapita 930,11 kg beras. Demikian
juga Transmigran asal Jawa, dengan harga beras rata-rata Rp. 2500 per kg,
maka konversi beras atas pendapatan rumah-tangga 4.202,57 kg, dan
pendapatan perkapita 831,40 kg beras.
Kalau dibandingkan dengan garis kemiskinan Sajogyo untuk desa 240
kg ekuivalen nilai tukar beras/orang/tahun dan untuk kota 360 kg
beras/orang/tahun, maka pendapatan masyarakat Transmigran asal Bali dan
asal Jawa sudah berada di atas garis kemiskinan (Sajogyo, 1990:189).
Namun demikian angka perkapita dalam bentuk rata-rata pendapatan, perlu
diwaspadai, sebab biasanya diatasnya dalam jumlah yang sedikit, tetapi
lebih banyak lagi yang berada di bawahnya.
Untuk mengetahui hubungan antara perubahan tingkat pendapatan
dengan pola konsumsi rumah-tangga, dipergunakan pendekatan yang
bertolak dari kurva Engel yang diteruskan oleh Prais dan Houthakker dengan
mempergunakan fungsi non linier “double-logarithmic.” Dengan model ini
dihitung besarnya elastistisitas pengeluaran untuk makanan, pakaian,
59
pendidikan, kesehatan dan pengeluaran lainnya terhadap perubahan
pendapatan (Lampiran .5.1).
Hasil perhitungan besarnya elastisitas pengeluaran untuk bahan
makanan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan pengeluaran lainnya
terhadap perubahan pendapatan atau pengeluaran rumah-tangga secara
keseluruhan (Y) dengan mempergunakan fungsi non linier “double-
logarithmic”, adalah sebagai berikut (Lampiran 5.1)
Log Y = log a + log 0,676 X1 + log 0.006 D
0.676 0,006 (1) Makanan Y = 93,325 X1 D
0,490 0,022(2) Pakaian Y = 174,984 X2 D
2,735 - 0,114(3) Pendidikan Y = 1,300. 10-13 X3 D
0,490 0,022(4) Kesehatan Y = 0,350 X4 D
1,506 - 0,016(5) Peng. Lainnya Y = 4,425 X5 D
Persamaan-persamaan tersebut memberikan gambaran yang lebih
jelas, mengenai pola konsumsi masyarakat transmigran di Kabupaten Parigi
Moutong. Proporsi pengeluaran yang paling besar ialah untuk makanan
(53,41 %) elastisitas 0,676 + 0,006 = 0,682; t 1= 13,746; Sig = 0,000 td =
0,423; Sig = 0,673; R2 = 0,571. Berarti bahwa pengeluaran untuk bahan
makanan mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan tingkat
60
pendapatan (Sig = 0,000). Dengan demikian bahan makanan untuk
transmigran di Kabupaten Parigi Moutong adalah barang normal. Kalau
pendapatan (pengeluaran) bertambah, maka pengeluaran untuk bahan
makanan juga bertambah tetapi dengan proporsi yang lebih kecil.
Pengeluaran yang porsinya lebih kecil adalah pengeluaran lainnya
(17,69 %) elastisitas 1,506 – 0.016 = 1,490 ; t5 = 7,928; Sig =0,000; td = -
0,310; Sig = 0,757. Kemudian menyusul pengeluaran untuk pendidikan
(17,6 %) dengan elastisitas 2,735 – 0,114 = 2,621; t3 = 0,12,271; Sig =
0,000; td = - 1,825; Sig = 0,07 . Berati pengeluaran untuk pendidikan dan
pengeluaran lainnya merupakan barang superior bagi masyarakat
transmigran di Kabupaten Parigi Moutong baik transmigran asal Bali maupun
Jawa, karena elastisitasnya lebih besar dari satu yang menunjukkan bahwa
apabila terjadi peningkatan pendapatan, akan menyebabkan perubahan
pengeluaran untuk pendidikan dan pengeluaran lainnya termasuk kebutuhan
perumahan, biaya listrik dan pembeli rokok proporsinya lebih besar dari
proporsi peningkatan pendapatan.
Pengeluaran untuk kesehatan (5,9 %) elastisitas 0,490 + 0,022 =
0,512; t4 = 3,638; Sig=0,000; td = 0,577; Sig = 0,565 yang terakhir adalah
pengeluaran untuk pakaian (5,4 %) elastisitas 0,490 + 0,022 = 0,512;
t4 = 3,638; Sig=0,000; td = 0,577; Sig = 0,565 berarti pengeluaran untuk
kesehatan dan pakaian merupakan barang normal bagi masyarakat
61
transmigran di Kabupaten Parigi Moutong baik transmigran asal Bali maupun
transmigran Jawa, karena dengan menggunakan variabel dummy
perbedaannya tidak signifikan.
Barang normal (normal good) menurut Mankiw adalah sebuah barang
yang jika pendapatan meningkat akan mendorong peningkatan tehadap
permintaan barang tersebut, dengan menganggap hal lainnya tetap.
(Mankiw.1998;79).
Sebagaimana telah diuraikan pada sub-bab terdahulu bahwa hasil
peritungan fungsi konsumsi pada masyarakat transmigran Kabupaten Parigi
Moutong, baik yang berasal dari Bali maupun yang berasal dari Jawa adalah
sebagai berikut:
Fungsi konsumsi Masyarakat Transmigran di Kabupaten Parigi
Moutong ditunjukkan MPC sebesar 0,768 dan MPS sebesar 0,232 .
Sedangkan fungsi konsumsi Transmigran yang berasal dari Bali
menghasilkan MPC sebesar 0,712 dan MPS sebesar 0,288. Sementara
untuk transmigran asal Jawa MPC-nya sebesar 0,817 dan MPS-nya sebesar
0,183.
Dari hasil ini terlihat ada perbedaan antara Hasrat untuk konsumsi
antara masyarakat transmigran yang berasal dari Bali dan dari Jawa.
Perbedaan ini mengindikasikan bahwa walau pun kedua komunitas ini sama-
sama transmigran namun berbeda dalam hasrat konsumsi dan dengan
62
sendirinya berbeda dalam hasrat untuk menabung yang tercermin pada
perbedaan MPC (Marginal Propensity to consume) dan MPS (Marginal
Propensity to Save) kedua komunitas ini. MPC masyarakat Bali lebih rendah
daripada masyarakat Jawa. Sedang MPS transmigran Bali lebih besar
daripada MPS transmigran Jawa
Masyarakat yang tingkat konsumsinya lebih rendah dan hasrat
menabungnya lebih tinggi akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk
mendorong pendapatan dan kesejateraannya ketingkat yang lebih tinggi
karena ia dapat melakukan akumulasi kapital untuk investasi dalam usaha
yang digelutinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa transmigran asal
Jawa yang MPC-nya lebih tinggi ketimbang MPC transmigran asal Bali jelas
menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk konsumsi rumah-
tangga.
Hal ini didukung oleh hasil uji beda kebiasaan konsumsi masyarakat
transmigran asal Bali dan Jawa berbeda sangat signifikan, karena kebiasaan
konsumsi transmigran asal Bali didominasi berdasarkan pendapatan yang
diperoleh (61,6%), diikuti berdasarkan budaya (30,1%) dan mengikuti
kemampuan. Sedangkan trnsmigran asal Jawa didominasi kebiasaan
konsumsi berdasarkan kemampuan (52,1%), diikuti konsumsi yang
berasarkan pendapatan yang diperoleh petani (46,6%) dan kebiasaan
konsumsi dari budaya asal (1,4%) (lampiran 11).
63
Besarnya MPC masyarakat Jawa tidak terlepas dari besarnya jumlah
tanggungan dalam rumah-tangga, yang mana rata-rata jumlah anggota
rumah-tangga masyarakat Jawa lebih besar daripada masyarakat Bali.
Demikian pula, pengaruh pendapatan pada kedua komunitas ini. Hasil
penelitian memperlihatkan, walaupun rata-rata pendapatan rumah-tangga
transmigran asal Bali lebih rendah daripada pendapatan rumah-tangga
transmigran asal Jawa. Namun dilihat dari sudut pendapatan per kapita
kedua komunitas transmigran ini, ternyata pendapatan per kapita
transmigran asal Bali lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan perkapita
transmigran asal Jawa. Dengan demikian, jelaslah terlihat bahwa jumlah
tanggungan keluarga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah-tangga.
Demikian pula kalau dikaitkan dengan pola pengeluaran kedua
komunitas asal transmigran ini. Yaitu pola pengeluaran antara transmigran
asal Bali dan transmigran asal Jawa. Pengeluaran masyarakat Bali teralokasi
pada: makanan sebesar 53,35 %, pakaian sebesar 5,56 %, pendidikan
sebesar 17,5 %, kesehatan sebesar 5,57 %, dan pengeluaran lainnya
sebesar 18,01 %. Sedangkan pengeluaran masyarakat Jawa tercurah pada:
makanan sebanyak 53,46 %, Pakaian sebanyak 5,24 %, pendidikan
sebanyak 17,7 %, kesehatan sebanyak 6,23 %, dan pengeluaran lainnya
sebanyak 17,37 %. Dari hasil lapang ini juga terungkap bahwa pengeluaran
untuk makanan kedua komunitas ini cukup besar dibandingkan dengan
64
pengeluaran untuk keperluan lain. Keduanya mempunyai pengeluaran lebih
dari 53 %, namun demikian terungkap pula bahwa pengeluaran makanan
transmigran Jawa lebih besar daripada pengeluaran untuk makanan
transmigran Bali.
Proporsi pengeluaran makanan (pangan) jauh melampaui
pengeluaran lainnya rupanya telah menjadi fenomena tersendiri masyarakat
tani di Pedesaan, sebagaimana terungkap dari hasil penelitian Suryana dan
Djauhari (1988) yang mengatakan bahwa pengeluaran pangan per kapita di
pedesaan Jawa Barat menghabiskan sekitar 70 % dari total pengeluaran
konsumsi. Demikian pula di daerah penghasil padi di pedesaan Jawa Timur,
yang mana total pengeluaran pangan dilaporkan sebesar 53 % dari
pengeluaran total konsumsi dan pengeluaran untuk padi-padian sebesar 30
% dari pengeluaran pangan (Hernanto dan Andriati, 1986). Sedang di
Sumatera barat, seperti yang diungkapkan Mewa dan Simatupang (1988)
bahwa pengeluaran pangan sebesar 58 % dari pengeluaran total konsumsi.
65
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan mengacu pada paparan seperti yang telah diuraikan pada
bab-bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Motivasi afiliasi transmigran asal Bali diterapkan dalam budaya
bercocok tanam sistim Subak Abian, jika dikaitkan dengan koefisien
regresi tenaga kerja, ternyata transmigran asal Bali dengan koefisien
48,33 % lebih tinggi daripada koefisien regresi transmigran asal Jawa
(25,48 %). Konsekuensi dari keofisien regresi tersebut adalah apabila
ada penambahan tenaga kerja 10 % menyebabkan produksi
meningkat lebih tinggi transmigran asal Bali (4,83 %) daripada Jawa
(2,55%).
2. Berdasarkan pendekatan efisiensi teknik, secara empirik ternyata,
kedua komunitas baik yang berasal dari Bali maupun Jawa belum
efisien. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh angka rata-rata efisiensi,
masyarakat transmigran Bali sebesar 0,98 (belum efisien) dan
transmigran asal Jawa memperlihatkan angka rata-rata 1,01 (tidak
efisien). Namun demikian, peluang untuk meningkatkan produksi baik
bagi masyarakat Bali maupun Jawa masih dapat dilakukan bila
penggunaan kapasitas produksi ditingkatkan. Sedang dengan
menggunakan pendekatan efisiensi ekonomi dan efisiensi harga,
kedua transmigran (Bali dan Jawa) sama-sama belum efisien. Kedua
66
komunitas mendapatan angka: Bali senilai 0,92 (untuk efisiensi
ekonomi) dan 0,94 (untuk efisiensi harga) sedang Jawa mendapatkan
nilai 0,88 (untuk efisiensi ekonomi) dan 0,87 (untuk efisiensi harga).
3. Perbedaan besarnya porsi pengeluaran untuk konsumsi rumah
tangga transmigran asal Bali yang pendapatannya untuk makanan >
50 persen adalah 69,86 persen sebesar 30,14 persen pengeluaran
untuk makanan kurang dari 50 persen, sedangkan transmigran asal
Jawa pengeluaran pendapatan untuk makanan
> 50 % adalah 83,56 dan 16,44 persen proporsi pengeluaran untuk
makanan < 50 %.
4. Terdapat perbedaan pola konsumsi makanan bagi masyarakat
transmigran asal Bali (53,41%) dan Jawa (54,41%) dengan elastisitas
0,682 dengan uji t yang sangat nyata (sig 0,000) hal ini menandakan
bahwa bahan makanan merupakan barang normal, berarti apabila
terjadi peningkatan pendapatan akan menyebabkan peningkatan
pengeluaran untumk makanan yang proporsinya lebih kecil dari
peningkatan pendapatan. Proporsi pengeluaran untuk makanan lebih
dari 50 % sebanyak 76,71 persen mereka yang berpendapatan
rendah 51,37 dan untuk masyarakat yang berpendapatan tinggi 25,34
persen. Fenemona ini relevan dengan teori yang dikemukakan Engel
bahwa makin rendah pendapatan masyarakat, maka porsi
67
pengeluaran makanan makin besar.
5. Terdapat perbedaan proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan
bagi masyarakat transmigran asal Bali dan Jawa di Kabupaten Parigi
Moutong sebesar 53,41 %,untuk pakaian 5,4%, untuk pendidikan
17,6%, untuk kesehatan 5,9% dan pengeluaran lainnya 17,69%.
6. MPC Transmigran asal Bali lebih kecil yaitu 0,712 dibanding MPC
transmigran asal Jawa 0,817 sehingga kemampuan untuk menabung
juga berbeda. Hal ini berkaitan dengan hasil uji beda yang diperoleh
bahwa terdapat perbedaan sangat signifikan antara kebiasaan
konsumsi transmigran asal Bali dan Jawa.
7. Kesejahteraan kehidupan ekonomi rumah tangga transmigran asal
Bali dan Jawa dipengaruhi oleh variabel pendidikan kepala rumah
tangga, kekayaan, kesehatan dan pendapatan anggota rumah tangga.
Dari ke empat variabel tersebut di atas yang mempunyai pengaruh
signifikan adalah kekayaan rumah tangga, artinya secara signifikan
kekayaan rumah tangga apabila disertai dengan penyediaan lapangan
kerja, akan menyebabkan peningkatan pendapatan rumah tangga
karena pendapatan rumah tangga mempunyai pengaruh langsung
yang signifikan dengan kesejahteraan kehidupan ekonomi rumah
tangga masyarakat transmigran di Kabupten Parigi Moutong.
68
Saran
Dengan mencermati kesimpulan seperti yang tersari di atas, maka
penting dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Transmigran asal Bali dan Jawa masih mempunyai peluang
untuk mmeningkatkan efisiensi teknik, efisiensi ekonomi dan efisiensi
harga melalui penggunaan faktor-faktor produksi secara optimal yang
dibarengi dengan bimbingan berusaha tani.
2. Transmigran Bali dan Jawa perlu melakukan penghematan terutama
untuk kegiatan konsumtif sehingga peluang untuk meningkatkan
tabungan untuk investasi pada musim tanam yang akan datang
menjadi lebih besar.
3. Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi Rumah Tangga
masyarakat transmigran asal Bali dan Jawa perlu menyisihkan
sebahagian pendapatannya untuk menambah asset yang produktif,
sehingga menjadi modal untuk meningkatkan pendapatan Rumah
Tangga.
4. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui perilaku ekonomi
rumah-tangga yang telah mencapai efisiensi ekonomi.
69
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Sri. 1999. Ekonomi Mikro. Penerbit BPFE Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Anonim, 1991. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Transmigran. Penerbit Departemen Transmigran Pusat Penelitian dan Pengembangan Transmigran Jakarta.
..........., 1996. Strategi Pembinaan Usha Ekonomi Daerah Transmigran Melalui Kerja sama Dunia Usaha Dalam Rangka Peningktan Kesejahteraan Transmigran. Penerbit Departemen Transmigran dan Pemukiman Perambah Hutan Jakarta.
.........., 1996. Pembangunan Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan, Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Jakarta.
Arbuckle, J, L., 1999. Amos Users’ Guide, Version 3. 6. Chicago : Smallwaters Corporation.
Arief, Sritua, 1996. Teori Ekonomi Mikro dan Makro Lanjutan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.
Banoewidjojo, Moeljadi. 1983. Pembangunan Pertanian. Penerbit Usaha Nasional Surabaya.
Basri, Hasan. 1999. Pembangunan Ekonomi Rakyat di Pedesaan Sebagai Strategi Penanggulangan Kemiskinan. Penerbit Bina Rena Pariwara.Jakarta.
Beattie, Bruce R. & Robert Taylor. 1996. Ekonomi Produksi (Terjemaha). Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta
BPS. 2000. Sulawesi Tengah Dalam Angka.Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tengan.
...........2002. Sulawesi Tengah Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tengah.
70
...........2004, Sulawesi Tengah Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tengah.
...........2002. Kabupaten Parigi Moutong Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tengah.
.......,2004. Kabupaten Parigi Moutong Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tengah.
........2004 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kota Menurut lapangan Usaha di Sulawesi tengah. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tengah.
Deliarnov,1997. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Edisi Revisi. Penerbit Raja Grapindo Persada.Jakarta.
Departemen Transmigran dan PPH. 1997. Proyek Dukungan Teknis Perencanaan Pemukiman dan Prasarana Transmigran Pusat. Laporan akhir. PT. Saran Widya Sempurna. Jakarta.
Engel, James F. Blackwell Roger D. Miniard Paul W. 1994. Perilaku Konsumen jilid I (Terjemahan). Penerbit Binarupa Aksara Jakarta.
Deaton, A. J. Muellbaner. 1984. Economics and Consumer Behaviour. Cambridge University Press, London.
Nurland, F., 1993. Alokasi Waktu dan Pengeluaran Rumah Tangga Etnit Bugis, Makassar dan Mandar dalam Masyarakat Nelayan di Sulawesi Selatan. Disertasi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Universitas Hasanuddin Ujung Pandang.
Fattah, M.. 1999. Perilaku Ekonomi Masyarakat Pedesaan Studi kasus Dua Tipe Desa Masyarakat Suku Tolare Di Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah. Disertasi S3 pada Fakultas Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
Fatmawati, 1998. Perilaku Petani dalam pemanfaatan Lahan Sawah,
Suatu analisis Antropologis di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang. Universitas Hasanuddin, Tesis tidak dipublikasikan.
71
Ferdinand, Augusty, 2002. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen :Aplikasi Model-Model Rumit Dalam Penelitian Untuk Tesis Magister & Disertasi Doktor, BP UNDIP Semarang.
Gujarati, Damodar. 1993. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. Four edition Penerbit Mc Graw Hill New York.
Hamid, Edy Suandi. 2003. Asumsi Homo Ekonomikus dan Manusia Rasional Dipertanyakan Sumber utama tulisan ini dari “Biviourist at the gates” dalam the Economict. Penerbit Pusat Studi ekonomi Pancasila Universitas Gajah mada.
Hanson.A.J. 1981. Transmigran dan Pengembangan Wilayah Marginal.Yayasan Obor Indonesia. Gramedia Jakarta.
Hair, J.F. Anderson, R. E. Tatham, R. L. And Black W. C. 1992. Multivariate Data Analisys. New York: McMillan Publishing Company.
Hartono, Jogiyanto. 1999. Teori Ekonomi Mikro Analisis Matematis. Penerbit Andi Yogyakarta.
Hayami, Yujiro dan Kikuchi Masao, 1987. Dilema Ekonomi Desa Suatu Pendekatan Ekonomi Terhadap Perbahan Kelembagaan di Asia. Penerbit Yayasan Obor Indonesia Jakarta.
Hermanto dan Audriati,1986. Pola Konsumsi Dalam F. Kasrino (eds.) Profil Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Pedesaan Jawa Timur.Pusat Penelitian Agroekonomi, Bogor.
Ibrahim Indrawijaya,1989. Perilaku Organisasi. Penerbit Sinar Baru
Bandung.
Jogianto, Hartono. 1999. Teori Ekonomi Mikro, Analisis Matematis. Edisi pertama Yogyakarta.
Kasryno. Faisal. 1984. Prospek Pembanguna Ekonomi Pedesaan Indonesia. Penerbit Yayasan Obor Indonesia Jakarta.
72
Kerlinger, Fred N. 2000. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Koentjaraningrat, 1991. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
_____________, 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Komite Penanggulangan Kemiskinan. 2002. Pedoman Komite Penanggulangan Kemiskinan. Sekretariat Komite penanggulangan Kemiskinan Jakarta.
Koutsoyiannis, A. 1979. Modern Microeconomics second edition. Macmillan Education ltd, Printed in Hongkong.
Levang, Patrice. 2003. Ayo Ketanah Sabrang Transmigran di Indonesia (Terjemahan). Penerbit Gramedia Jakarta.
Mankiw, N. Gregory.2000. Principles of economics (terjemahan). Penerbit Erlangga.
Meier, Gerald M. 1976. Leading Issues in Economic Development third edition. Penerbit On Ford University Press. New York.
Mewa, dan Simatupang, P., 1988. Pola Konsumsi dan kecukupan Gizi Rumah Tangga di Pedesaan Sumatera Barat, Pusat Penelitian Agro-ekonomi, Bogor.
Mowen, John C. / Minor Michael. 2001. Perilaku Konsumen (Terjemahan). Penerbit Erlangga.
Nangoi, Ronald, 1993. Transmigran IndusriDimensi baru Berpotensi. PT. Rajgrafindo Persada. Jakarta.
Philips, L. 1974. Applied Consumption Analysis. North-Holland Publishing Company, Amsterdam-Oxford.
Pressman, Steven. 2000. Lima Puluh Pemikir Ekonomi Dunia. Penerbit Raja grapindo Persada. Jakarta.
73
P, Robins Stephen, 2001. Perilaku Organisasi jilid 1 Edisi Kedelapan. Penerbit Prenhallindo Jakarta.
Pusat Pembinaan Sumberdaya Manusia. 1980. Pemantapan Usaha Pembangunan di Daerah Transmigran. Penerbit YTKI friedrich Eberto Stiftung. Jakarta Selatan
Saleh, Chaerul. 1984. Pola Pengeluaran Rumah Tangga dan Penguasaan Modal bukan Tanah, hal. 357-376. Dalam Kasryno F. ed. ”Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia”. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Saleh, A. Karim. 1982. Peranan Transmigran dalam Pembangunan Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan (Studi kasus penggunaan model input-output). Disertasi S3 pada Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sajogyo, 1982. Bunga Rampai Perekonomian Desa. Penerbit Yayasan Obor Indonesia dan Institut Pertanian Bogor.
Saefudin, AM. 1983. Pengkajian pemasaran komoditi pertanian. Pascasarjana IPB. Bogor.
Saragih, Bungaran. 2001. Suara Dari Bogor Membangun Sistim Agribisnis. Penerbit Pustaka Wirausaha Muda (Edisi kedua).
Schumacher, E.F. 1979. Kecil Itu Indah Ilmu ekonomi yang mementingkan rakyat kecil. Penerbit LP3ES. Jakarta.
Scott, James C. 1989. Moral Ekonomi Petani (Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara). Penerbit LP3ES.
S, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan. Penerbit PT. Raja Grapindo Persada. Jakarta.
............... 2001. Statistik Teori dan Aplikasi jilid 2 edisi keenam. Penerbit. Erlangga Jakarta.
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Penerbit Rajagrapindo Persada Jakarta.
74
Soekartawi, A.Soeharjo, John L. Dillon, J. Brian Hardaker, 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit. Universitas Indonesia.
…………1995. Analisis Usaha Tani. Penerbit Universitas Indonesia UI Press Jakarta.
………..1987. Perinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. Edisi Pertama. Penerbit CV. Rajawali. Jakarta.
Soemitro, Remi Sutyastie dan Tjiptoherianto Prijono, 2002 Kemiskinan dan Ketidak merataan di Indonesia. Edisi Indonesia Inggeris. Penerbit Rineka Cipta Jakarta.
Sumarwan Ujang, 2003. Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya
dalam Pemasaran). Penerbit Ghalia Indonesia.
Sumodiningrat, Gunawan. 2000. Pembangunan Ekonomi Melalui Pengembangan Pertanian, Penerbit PT. Bina Rena pariwara. Jakarta.
……….. 2001 Menuju Swasembada Pangan Revolusi Hijau II Introduksi Manajemen dalam Pertanian. Penerbit RBI Jakarta.
Suparmoko, M. 1996. Metode Penelitian Praktis Edisi ke-3. Penerbit BPFE Universitas Gajah mada Yogyakarta.
Supranto, J. 1984. Ekonometrik buku dua. Penerbit Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Suryana, A. Dan Ahmad Jauhari, 1988. Konsumsi Makanan Jadi Rumah Tangga Pedesaan jawa barat. Penerbit EKI, Vol XXXVI No. 4 UI Jakarta.
Swasono, Sri-Edi, Dan Singarimbun Masri, 1985, Sepuluh Windu Transmigran di Indonesia. Penerbit Universitas Indonesia.
Syafar, Abdul Wahid, 1995. Studi Empirik Faktor-Faktor Kultural Dalam Gaya Kepemimpinan Dikalangan Ponggawa-Sawi Bugis Makassar, Disertasi Doktor Institut Teknologi Bandung.
............................., 2001. Kepemimpinan Teori, Gaya dan Analisis Perspektif Budaya. Universitas Tadulako Press. Palu.
75
Tjiptoherianto, Prijono. 1997. Prospek Perekonomian Indonesia Dalam Rangka Globalisasi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Winardi, 1991. Marketing Dan Perilaku Konsumen. Penerbit Mandar Maju Bandung.
Weiner, Myron. 1980. Modernisasi dinamika Pertumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yudohusodo, Siswono. 1998. Transmigran Kebutuhan Negara Kepulauan Berpenduduk Heterogen Dengan Persebaran Yang Timpang. Penerbit Aksara Grafika Jakarta.
76
Lampiran 5Data Konsumsi Transmigran di Kabupaten Parigi MoutongX1= Makanan; X2= Pakaian; X3= Pendidikan; X4=Kesehatan; X5 =Pengeluaran lain
No. X1 X2 X3 X4 X5
1. 4176000 430000 540000 440000 460000 2. 5490000 460000 1176000 600000 3600003. 5580000 415000 420000 620000 3500 4. 4086000 325000 1704000 420000 90000 5. 4608000 355000 360000 64000 180000 6. 5130000 340000 864000 484000 180000 7. 5130000 445000 372000 600000 144000 8. 4680000 370000 660000 360000 1980000 9. 5040000 390000 1080000 360000 1980000 10. 4590000 270000 420000 360000 180000 11. 5532000 360000 240000 1200000 900000 12. 3480000 335000 624000 360000 384000 13. 3384000 390000 60000 300000 300000 14. 5388000 450000 1504000 450000 240000 15. 4230000 330000 1980000 140000 480000 16. 3924000 395000 1140000 480000 300000 17. 7800000 590000 2400000 480000 36000018. 5040000 450000 10560000 720000 240500019. 5112000 550000 2424000 670000 186000020. 8736000 730000 1950000 620000 306000021. 5040000 395000 1200000 2400000 695000 22. 4968000 395000 1740000 620000 231500023. 2510000 530000 3600000 720000 2510000 24. 5040000 450000 1056000 620000 810000 25. 3252000 470000 1680000 670000 770000 26. 4896000 405000 744000 520000 76500027. 5040000 470000 3108000 620000 710000 28. 4860000 460000 744000 520000 700000 29. 5040000 390000 1368000 620000 1920000 30. 5400000 580000 3420000 460000 256000031. 4662000 460000 2484000 560000 238000032. 5040000 460000 1860000 340000 2260000 33. 2880000 260000 60000 520000 1580000 34. 3060000 390000 744000 310000 2130000 35. 3060000 350000 1740000 670000 2870000 36. 4932000 400000 744000 620000 2380000 37. 5562000 610000 2484000 560000 297000038. 4788000 440000 1368000 340000 680000 39. 4788000 540000 2484000 300000 1040000 40. 3510000 440000 1368000 440000 1690000 41. 2808000 380000 744000 290000 620000 42. 2760000 320000 804000 420000 1340000 43. 4410000 450000 1860000 620000 1650000 44. 2988000 320000 804000 420000 1155000
77
45. 2808000 320000 768000 400000 570000 46. 2988000 380000 2484000 440000 1430000 47. 3888000 390000 1368000 500000 1440000 48. 4410000 380000 1360000 600000 2060000 49. 4788000 440000 1368000 520000 800000 50. 3960000 330000 760000 340000 2010000 51. 3636000 550000 2052000 420000 1660000 52. 4788000 450000 1992000 340000 1560000 53. 4860000 460000 60000 340000 1660000 54. 4338000 390000 60000 240000 780000 55. 4338000 380000 60000 340000 620000 56. 4410000 380000 2676000 340000 224000057. 4860000 440000 1860000 340000 2180000 58. 4865000 450000 1860000 320000 2370000 59. 2808000 320000 804000 220000 2180000 60. 3438000 380000 744000 420000 1050000 61. 3864000 390000 2400000 300000 362400062. 5640000 360000 2172000 420000 312000063. 6660000 455000 1200000 500000 224000064. 5064000 970000 3108000 300000 218000065. 4758000 570000 1380000 420000 2660000 66. 5478000 410000 1740000 210000 304000067. 5460000 465000 120000 420000 2660000 68. 4860000 4000000 2484000 210000 302000069. 3060000 335000 744000 420000 2320000 70. 7524000 520000 1560000 500000 278000071. 3438000 380000 744000 420000 1050000 72. 2808000 320000 804000 220000 2180000 73. 6828000 400000 1860000 320000 230000074. 3528000 815000 120000 480000 2070000 75. 4932000 450000 1200000 500000 2360000 76. 4608000 375000 624000 480000 510000 77. 1620000 425000 96000 480000 2280000 78. 2340000 285000 30000 300000 300000 79. 2340000 125000 30000 200000 300000 80. 2728000 435000 120000 500000 360000 81. 4328000 725000 480000 350000 1740000 82. 4350000 520000 900000 600000 2316000 83. 3408000 670000 684000 195000 420000 84. 5040000 335000 2400000 200000 560000 85. 5833000 570000 1950000 560000 264000086. 3060000 290000 120000 360000 186000087. 5580000 790000 3420000 560000 190000088. 3060000 420000 1860000 480000 126000089. 4164000 415000 7680000 360000 24500090. 4920000 460000 1128000 148000 24000091. 3672000 565000 1200000 250000 148000092. 4680000 610000 120000 400000 182000093. 2900000 435000 1080000 410000 186000094. 5720000 905000 2202000 1200000 97000095. 5400000 510000 1740000 400000 360000
78
96. 4608000 580000 60000 300000 60000097. 5328000 550000 2220000 200000 180000098. 2692000 270000 30000 320000 120000099. 3528000 335000 1260000 200000 360000
100. 5016000 295000 1116000 300000 240000 101. 9900000 570000 5100000 750000 2660000102. 4848000 605000 120000 200000 2160000103. 5352000 645000 1200000 1000000 1260000104. 5328000 735000 480000 100000 1440000105. 3636000 435000 720000 300000 1200000106. 3888000 335000 1740000 780000 1800000107. 3888000 560000 1860000 480000 2080000108. 4500000 515000 1680000 660000 300000109. 4608000 455000 1608000 720000 600000 110. 4884000 635000 1800000 600000 790000 111. 5532000 585000 2916000 2000000 3600000112. 2880000 470000 360000 420000 120000 113. 3780000 345000 946000 560000 1920000 114. 4224000 375000 2364000 600000 360000 115. 3480000 415000 1080000 200000 1980000 116. 6120000 480000 1440000 840000 300000 117. 4470000 550000 2400000 600000 420000 118. 4320000 295000 30000 720000 240000 119. 6096000 450000 6816000 2040000 2460000120. 4488000 565000 120000 1440000 2040000 121. 5280000 330000 2160000 420000 360000 122. 2736000 285000 1620000 1200000 1980000 123. 6768000 435000 792000 720000 480000124. 5760000 680000 700000 500000 2790000125. 3660000 285000 1740000 420000 1860000 126. 2700000 205000 30000 1200000 480000127. 5580000 485000 1080000 1200000 1935000128. 5280000 390000 1080000 1200000 630000 129. 5160000 355000 1800000 1200000 1260000 130. 5280000 425000 3900000 540000 785000131. 7650000 475000 3250000 480000 2520000132. 5760000 34000 900000 300000 1860000133. 5964000 490000 2280000 540000 560000134. 3864000 390000 2400000 300000 3384000135. 5640000 360000 2172000 420000 3120000136. 6660000 455000 1200000 500000 2240000137. 5064000 470000 3108000 300000 2180000138. 4758000 570000 3180000 420000 2660000139. 5478000 410000 1740000 210000 2820000140. 5460000 465000 120000 210000 2660000141. 4860000 400000 2484000 210000 3020000142. 3060000 335000 744000 420000 2320000143. 7524000 520000 1560000 500000 2780000144. 5640000 455000 2172000 500000 3120000145. 6660000 470000 3108000 360000 2108000146. 6828000 400000 120000 180000 2300000
79
Lampiran 5.1 Data Konsumsi dan Pendapatan Transmigran asal Bali
No. makanan pakaian pendidikan kesehatan lainnya Ttl.pengel. pendapatan1 4176000 430000 540000 440000 460000 6046000 72000002 5490000 460000 1176000 600000 360000 8086000 95400003 5580000 415000 420000 620000 350000 7385000 90000004 4086000 325000 1704000 420000 90000 6625000 84000005 4608000 355000 360000 64000 180000 5567000 72000006 5130000 340000 864000 484000 180000 6998000 84000007 5130000 445000 372000 600000 144000 6691000 78000008 4680000 370000 660000 360000 1980000 8050000 96000009 5040000 390000 1080000 360000 1980000 8850000 10560000
10 4590000 270000 420000 360000 180000 5820000 696000011 5532000 360000 240000 1200000 900000 8232000 996000012 3480000 335000 624000 360000 384000 5183000 600000013 3384000 390000 60000 300000 300000 4434000 540000014 5388000 450000 1504000 450000 240000 8032000 960000015 4230000 330000 1980000 140000 480000 7160000 840000016 3924000 395000 1140000 480000 300000 6239000 720000017 7800000 590000 2400000 480000 360000 11630000 2400000018 5040000 450000 10560000 720000 2405000 19175000 2280000019 5112000 550000 2424000 670000 1860000 10616000 1200000020 8736000 730000 1950000 620000 3060000 15096000 1800000021 5040000 395000 1200000 2400000 695000 9730000 1170000022 4968000 395000 1740000 620000 2315000 10038000 1200000023 2510000 530000 3600000 720000 2510000 9870000 1200000024 5040000 450000 1056000 620000 810000 7976000 950000025 3252000 470000 1680000 670000 770000 6842000 840000026 4896000 405000 744000 520000 765000 7330000 900000027 5040000 470000 3108000 620000 710000 9948000 1200000028 4860000 460000 744000 520000 700000 7284000 840000029 5040000 390000 1368000 620000 1920000 9338000 1140000030 5400000 580000 3420000 460000 2560000 12420000 1440000031 4662000 460000 2484000 560000 2380000 10546000 1200000032 5040000 460000 1860000 340000 2260000 9960000 1200000033 2880000 260000 60000 520000 1580000 5300000 640000034 3060000 390000 744000 310000 2130000 6634000 800000035 3060000 350000 1740000 670000 2870000 8690000 1050000036 4932000 400000 744000 620000 2380000 9076000 1090000037 5562000 610000 2484000 560000 2970000 12186000 1450000038 4788000 440000 1368000 340000 680000 7616000 890000039 4788000 540000 2484000 300000 1040000 9152000 1100000040 3510000 440000 1368000 440000 1690000 7448000 900000041 2808000 380000 744000 290000 620000 4842000 600000042 2760000 320000 804000 420000 1340000 5644000 680000043 4410000 450000 1860000 620000 1650000 8990000 10800000
80
44 2988000 320000 804000 420000 1155000 5687000 680000045 2808000 320000 768000 400000 570000 4866000 600000046 2988000 380000 2484000 440000 1430000 7722000 900000047 3888000 390000 1368000 500000 1440000 7586000 900000048 4410000 380000 1360000 600000 2060000 8810000 1066000049 4788000 440000 1368000 520000 800000 7916000 960000050 3960000 330000 760000 340000 2010000 7400000 900000051 3636000 550000 2052000 420000 1660000 8318000 1020000052 4788000 450000 1992000 340000 1560000 9130000 1080000053 4860000 460000 60000 340000 1660000 7380000 900000054 4338000 390000 60000 240000 780000 5808000 700000055 4338000 380000 60000 340000 620000 5738000 680000056 4410000 380000 2676000 340000 2240000 10046000 1200000057 4860000 440000 1860000 340000 2180000 9680000 1150000058 4865000 450000 1860000 320000 2370000 9865000 1200000059 2808000 320000 804000 220000 2180000 6332000 760000060 3438000 380000 744000 420000 1050000 6032000 760000061 3864000 390000 2400000 300000 3624000 10578000 1250000062 5640000 360000 2172000 420000 3120000 11712000 1400000063 6660000 455000 1200000 500000 2240000 11055000 1300000064 5064000 970000 3108000 300000 2180000 11622000 1406200065 4758000 570000 1380000 420000 2660000 9788000 1180000066 5478000 410000 1740000 210000 3040000 10878000 1300000067 5460000 465000 120000 420000 2660000 9125000 1100000068 4860000 4000000 2484000 210000 3020000 14574000 1760000069 3060000 335000 744000 420000 2320000 6879000 850000070 7524000 520000 1560000 500000 2780000 12884000 1560000071 3438000 380000 744000 420000 1050000 6032000 720000072 2808000 320000 804000 220000 2180000 6332000 760000073 6828000 400000 1860000 320000 2300000 11708000 14000000
MIN 2510000 260000 60000 64000 90000 4434000 5400000MAX 8736000 4000000 10560000 2400000 3624000 19175000 24000000RATA 4562397.3 476164.4 1496958.9 475178.082 1540780.8 8551479.5 10384137jumlah 333055000 34760000 109278000 34688000 112477000 624258000 758042000
Lampiran 5.2Data Konsumsi dan Pendapatan Transmigran asal Jawa
No. makanan pakaian pendidikan kesehatan p. lainnya Ttl.pengel. pendapatan
81
1 3528000 815000 120000 480000 2070000 7013000 85000002 4932000 450000 1200000 500000 2360000 9442000 114000003 4608000 375000 624000 480000 510000 6597000 79500004 1620000 425000 96000 480000 2280000 4901000 60000005 2340000 285000 30000 300000 300000 3255000 40000006 2340000 125000 30000 200000 300000 2995000 40000007 2728000 435000 120000 500000 360000 4143000 50000008 4328000 725000 480000 350000 1740000 7623000 95000009 4350000 520000 900000 600000 2316000 8686000 1050000010 3408000 670000 684000 195000 420000 5377000 600000011 5040000 335000 2400000 200000 560000 8535000 1030000012 5833000 570000 1950000 560000 2640000 11553000 1400000013 3060000 290000 120000 360000 1860000 5690000 650000014 5580000 790000 3420000 560000 1900000 12250000 1440000015 3060000 420000 1860000 480000 1260000 7080000 900000016 4164000 415000 7680000 360000 245000 12864000 1550000017 4920000 460000 1128000 148000 240000 6896000 840000018 3672000 565000 1200000 250000 1480000 7167000 840000019 4680000 610000 120000 400000 1820000 7630000 900000020 2900000 435000 1080000 410000 1860000 6685000 780000021 5720000 905000 2202000 1200000 970000 10997000 1380000022 5400000 510000 1740000 400000 360000 8410000 1020000023 4608000 580000 60000 300000 600000 6148000 750000024 5328000 550000 2220000 200000 1800000 10098000 1140000025 2692000 270000 30000 320000 1200000 4512000 540000026 3528000 335000 1260000 200000 360000 5683000 650000027 5016000 295000 1116000 300000 240000 6967000 850000028 9900000 570000 5100000 750000 2660000 18980000 2400000029 4848000 605000 120000 200000 2160000 7933000 900000030 5352000 645000 1200000 1000000 1260000 9457000 1140000031 5328000 735000 480000 100000 1440000 8083000 950000032 3636000 435000 720000 300000 1200000 6291000 720000033 3888000 335000 1740000 780000 1800000 8543000 1020000034 3888000 560000 1860000 480000 2080000 8868000 1020000035 4500000 515000 1680000 660000 300000 7655000 890000036 4608000 455000 1608000 720000 600000 7991000 920000037 4884000 635000 1800000 600000 790000 8709000 1078900038 5532000 585000 2916000 2000000 3600000 14633000 1740000039 2880000 470000 360000 420000 120000 4250000 500000040 3780000 345000 946000 560000 1920000 7551000 840000041 4224000 375000 2364000 600000 360000 7923000 920000042 3480000 415000 1080000 200000 1980000 7155000 840000043 6120000 480000 1440000 840000 300000 9180000 1080000044 4470000 550000 2400000 600000 420000 8440000 1080000045 4320000 295000 30000 720000 240000 5605000 600000046 6096000 450000 6816000 2040000 2460000 17862000 21000000
82
47 4488000 565000 120000 1440000 2040000 8653000 1008000048 5280000 330000 2160000 420000 360000 8550000 1020000049 2736000 285000 1620000 1200000 1980000 7821000 920000050 6768000 435000 792000 720000 480000 9195000 1020000051 5760000 680000 700000 500000 2790000 10430000 1200000052 3660000 285000 1740000 420000 1860000 7965000 900000053 2700000 205000 30000 1200000 480000 4615000 540000054 5580000 485000 1080000 1200000 1935000 10280000 1230000055 5280000 390000 1080000 1200000 630000 8580000 1020000056 5160000 355000 1800000 1200000 1260000 9775000 1140000057 5280000 425000 3900000 540000 785000 10930000 1280000058 7650000 475000 3250000 480000 2520000 14375000 1740000059 5760000 34000 900000 300000 1860000 8854000 1020000060 5964000 490000 2280000 540000 560000 9834000 1150000061 3864000 390000 2400000 300000 3384000 10338000 1200000062 5640000 360000 2172000 420000 3120000 11712000 1380000063 6660000 455000 1200000 500000 2240000 11055000 1380000064 5064000 470000 3108000 300000 2180000 11122000 1320000065 4758000 570000 3180000 420000 2660000 11588000 1320000066 5478000 410000 1740000 210000 2820000 10658000 1200000067 5460000 465000 120000 210000 2660000 8915000 1065000068 4860000 400000 2484000 210000 3020000 10974000 1380000069 3060000 335000 744000 420000 2320000 6879000 920000070 7524000 520000 1560000 500000 2780000 12884000 1540000071 5640000 455000 2172000 500000 3120000 11887000 1420000072 6660000 470000 3108000 360000 2108000 12706000 1500000073 6828000 400000 120000 180000 2300000 9828000 12000000
MIN 1620000 34000 30000 100000 120000 2995000 4000000MAX 9900000 905000 7680000 2040000 3600000 18980000 24000000RATA 3228000 412500 350000 406666.67 1303333.333 5700500 6975000Jumlah 344679000 33754000 114090000 40193000 111993000 644709000 766969000
Lampiran 5.3Hubungan antara Pengeluaran Makanan dgn Total Pengeluaran Rumah Tangga
Variables Entered/Removed(b)
83
Model Variables Entered Variables Removed Method1 Wilayah Penelitan,
Log Total Konsumsi(a)
. Enter
a All requested variables entered.b Dependent Variable: Log Pengeluaran Makanan
Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .755(a) .571 .565 .08313 1.859
a Predictors: (Constant), Wilayah Penelitan, Log Total Konsumsib Dependent Variable: Log Pengeluaran Makanan
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regressio
n1.313 2 .657 95.039 .000(a)
Residual .988 143 .007
Total 2.302 145
a Predictors: (Constant), Wilayah Penelitan, Log Total Konsumsib Dependent Variable: Log Pengeluaran Makanan
Coefficients(a)
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
BStd. Error Beta
1 (Constant) 1.970 .340 5.796 .000 Log Total
Konsumsi .676 .049 .754 13.746 .000
Wilayah Penelitan
.006 .014 .023 .423 .673
a Dependent Variable: Log Pengeluaran Makanan
Hubungan antara Pengeluaran Pakaian dgn Total Konsumsi Rt
Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered Variables Removed Method
84
1Wilayah Penelitan,
Log Total Konsumsi(a). Enter
a All requested variables entered.b Dependent Variable: Log Pengeluaran Kesehatan
Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .297(a) .088 .075 .22773 1.500
a Predictors: (Constant), Wilayah Penelitan, Log Total Konsumsib Dependent Variable: Log Pengeluaran Kesehatan
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regression .715 2 .358 6.894 .001(a) Residual 7.416 143 .052 Total 8.131 145
a Predictors: (Constant), Wilayah Penelitan, Log Total Konsumsib Dependent Variable: Log Pengeluaran Kesehatan
Coefficients(a)
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.243 .931 2.410 .017 Log Total
Konsumsi.490 .135 .291 3.638 .000
Wilayah Penelitan
.022 .038 .046 .577 .565
a Dependent Variable: Log Pengeluaran Kesehatan
Hubungan antara Pengeluaran Pendidikan dgn Total Pengeluaran RtVariables Entered/Removed(b)
Model Variables EnteredVariables Removed Method
85
1 Wilayah Penelitan, Log Total
Konsumsi(a). Enter
a All requested variables entered.b Dependent Variable: Log Pengeluaran Pendidikan
Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .718(a) .516 .509 .37673 1.801
a Predictors: (Constant), Wilayah Penelitan, Log Total Konsumsib Dependent Variable: Log Pengeluaran Pendidikan
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regressio
n21.596 2 10.798 76.081 .000(a)
Residual 20.295 143 .142
Total 41.891 145
a Predictors: (Constant), Wilayah Penelitan, Log Total Konsumsib Dependent Variable: Log Pengeluaran Pendidikan
Coefficients(a)
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) -12.886 1.540 -8.367 .000 Log Total
Konsumsi2.735 .223 .715 12.271 .000
Wilayah Penelitan
-.114 .062 -.106 -1.825 .070
a Dependent Variable: Log Pengeluaran Pendidikan
Hubungan antara Pengeluaran Kesehatan dgn Total Konsumsi Rt
Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered Variables Removed Method
86
1 Wilayah Penelitan, Log Total
Konsumsi(a). Enter
a All requested variables entered.b Dependent Variable: Log Pengeluaran Kesehatan
Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .297(a) .088 .075 .22773 1.500
a Predictors: (Constant), Wilayah Penelitan, Log Total Konsumsib Dependent Variable: Log Pengeluaran Kesehatan
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regressio
n.715 2 .358 6.894 .001(a)
Residual 7.416 143 .052
Total 8.131 145
a Predictors: (Constant), Wilayah Penelitan, Log Total Konsumsib Dependent Variable: Log Pengeluaran Kesehatan
Coefficients(a)
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
BStd. Error Beta
1 (Constant) 2.243 .931 2.410 .017 Log Total
Konsumsi.490 .135 .291 3.638 .000
Wilayah Penelitan
.022 .038 .046 .577 .565
a Dependent Variable: Log Pengeluaran Kesehatan
Hubungan antara Pengeluaran Lainnya dgn Total Konsumsi RtVariables Entered/Removed(b)
Model Variables EnteredVariables Removed Method
87
1Wilayah Penelitan,
Log Total Konsumsi(a). Enter
a All requested variables entered.b Dependent Variable: Log Pengeluaran Lainnya
Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .553(a) .305 .296 .32121 1.349
a Predictors: (Constant), Wilayah Penelitan, Log Total Konsumsib Dependent Variable: Log Pengeluaran Lainnya
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regressio
n6.486 2 3.243 31.430 .000(a)
Residual 14.754 143 .103
Total 21.240 145
a Predictors: (Constant), Wilayah Penelitan, Log Total Konsumsib Dependent Variable: Log Pengeluaran Lainnya
Coefficients(a)
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
BStd. Error Beta
1 (Constant) -4.354 1.313 -3.316 .001 Log Total
Konsumsi1.506 .190 .553 7.928 .000
Wilayah Penelitan
-.016 .053 -.022 -.310 .757
a Dependent Variable: Log Pengeluaran Lainnya
Lampiran 5.4CrosstabsTransmigran di Kabupaten Parigi Moutong
88
Case Processing Summary
146 100.0% 0 .0% 146 100.0%Kategori ProporsiPengeluaran Makanan *Kategori dua Pendapatan
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Kategori Proporsi Pengeluaran Makanan * Kategori dua Pendapatan Crosstabulation
8 26 34
23.5% 76.5% 100.0%
9.6% 41.3% 23.3%
75 37 112
67.0% 33.0% 100.0%
90.4% 58.7% 76.7%
83 63 146
56.8% 43.2% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
Count
% within KategoriProporsi PengeluaranMakanan
% within Kategori duaPendapatan
Count
% within KategoriProporsi PengeluaranMakanan
% within Kategori duaPendapatan
Count
% within KategoriProporsi PengeluaranMakanan
% within Kategori duaPendapatan
< 50%
> 50%
Kategori ProporsiPengeluaran Makanan
Total
< 12 Jt >= 12Jt
Kategori duaPendapatan
Total
89
Chi-Square Tests
20.059b 1 .000
18.327 1 .000
20.438 1 .000
.000 .000
19.922 1 .000
146
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-LinearAssociation
N of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is14.67.
b.
Lampiran 5.5Crosstabs Transmigran asal Bali
Case Processing Summary
73 100.0% 0 .0% 73 100.0%Kategori ProporsiPengeluaran Makanan *Kategori dua Pendapatan
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
90
Kategori Proporsi Pengeluaran Makanan * Kategori dua Pendapatan Crosstabulation
4 18 22
18.2% 81.8% 100.0%
13.8% 40.9% 30.1%
25 26 51
49.0% 51.0% 100.0%
86.2% 59.1% 69.9%
29 44 73
39.7% 60.3% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
Count
% within KategoriProporsi PengeluaranMakanan
% within Kategori duaPendapatan
Count
% within KategoriProporsi PengeluaranMakanan
% within Kategori duaPendapatan
Count
% within KategoriProporsi PengeluaranMakanan
% within Kategori duaPendapatan
< 50%
> 50%
Kategori ProporsiPengeluaran Makanan
Total
< 12 Jt >= 12Jt
Kategori duaPendapatan
Total
Chi-Square Tests
6.104b 1 .013
4.884 1 .027
6.552 1 .010
.019 .012
6.021 1 .014
73
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-LinearAssociation
N of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is8.74.
b.
91
Lampiran 5.6Crosstabs Transmigran asal Jawa
Case Processing Summary
73 100.0% 0 .0% 73 100.0%Kategori ProporsiPengeluaran Makanan *Kategori dua Pendapatan
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Kategori Proporsi Pengeluaran Makanan * Kategori dua Pendapatan Crosstabulation
4 8 12
33.3% 66.7% 100.0%
7.4% 42.1% 16.4%
50 11 61
82.0% 18.0% 100.0%
92.6% 57.9% 83.6%
54 19 73
74.0% 26.0% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
Count
% within KategoriProporsi PengeluaranMakanan
% within Kategori duaPendapatan
Count
% within KategoriProporsi PengeluaranMakanan
% within Kategori duaPendapatan
Count
% within KategoriProporsi PengeluaranMakanan
% within Kategori duaPendapatan
< 50%
> 50%
Kategori ProporsiPengeluaran Makanan
Total
< 12 Jt >= 12Jt
Kategori duaPendapatan
Total
92
Chi-Square Tests
12.319b 1 .000
9.922 1 .002
10.861 1 .001
.001 .001
12.150 1 .000
73
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-LinearAssociation
N of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is3.12.
b.
93
Lampiran 6.1Regression Fungsi Konsumsi Masyarakat Transmigran asal Bali
Variables Entered/Removed(b)
ModelVariables Entered
Variables Removed Method
1 Pendapatan(a) . Enter
a All requested variables entered.b Dependent Variable: Total Konsumsi
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
1 .940(a) .883 .882 908600.430
a Predictors: (Constant), Pendapatan
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 443771553541
571.0001
443771553541571.000
537.543 .000(a)
Residual 58614386677607.200
71825554741938.1
30 Total 502385940219
178.00072
a Predictors: (Constant), Pendapatanb Dependent Variable: Total Konsumsi
Coefficients(a)
Model Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 1155422.434 336260.717 3.436 .001 Pendapatan .712 .031 .940 23.185 .000
a Dependent Variable: Total Konsumsi
Lampiran 6.2.
94
Regression Fungsi Konsumsi Masyarakat Transmigran asal Jawa
Variables Entered/Removed(b)
ModelVariables Entered
Variables
Removed Method
1 Pendapatan(a) . Enter
a All requested variables entered.b Dependent Variable: Total Konsumsi
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
1 .994(a) .989 .988 320202.958
a Predictors: (Constant), Pendapatan
ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.1 Regressio
n633025655685633.0
001
633025655685633.000
6174.057 .000(a)
Residual 7279625328065.240 71 102529934198.102 Total 640305281013698.0
0072
a Predictors: (Constant), Pendapatanb Dependent Variable: Total Konsumsi
Coefficients(a)
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 248846.04
1115480.579 2.155 .035
Pendapatan .817 .010 .994 78.575 .000
a Dependent Variable: Total Konsumsi
Lampiran 6.3.
95
Regression Fungsi Konsumsi Masyarakat Transmigran di Kabupaten Parigi Moutong
Variables Entered/Removedb
Pendapatana . EnterModel1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Total Konsumsib.
Model Summary
.968a .937 .937 708343.775 .937 2149.9 1 144 .000Model1
RR
Square
AdjustedR
Square
Std. Errorof the
Estimate
RSquareChange
FChange df1 df2
Sig. FChange
Change Statistics
Predictors: (Constant), Pendapatana.
ANOVAb
1.08E+15 1 1.079E+15 2149.874 .000a
7.23E+13 144 5.018E+11
1.15E+15 145
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Pendapatana.
Dependent Variable: Total Konsumsib.
Coefficientsa
668435 181737 3.678 .000
.768 .017 .968 46.367 .000 .968 .968 .968
(Constant)
Pendapatan
Model1
BStd.Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.Zero-order Partial Part
Correlations
Dependent Variable: Total Konsumsia.
96