konstruksi hukum otoritas keuangan negara - muamar

21
Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara dalam Mewujudkan Industri Perbankan Nasional yang Sehat dan Dinamis. Oleh: H. Muammar Arafat Yusmad Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo E-Mail: [email protected] ABSTRAK Kata Kunci: Otoritas Keuangan Negara dan Industri Perbankan Nasional Kebijakan pada sektor perbankan yang dikeluarkan oleh BI dan OJK pada dasarnya ditujukan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan bank. Bank yang sehat adalah bank yang memenuhi indikator-indikator kesehatan sebuah bank secara terukur secara periodik. Bank yang sehat dapat menjalankan fungsi-fungsinya sebagai sebuah lembaga intermediasi dengan baik dan dapat menjaga kepercayaan dari masyarakat. Konstruksi hukum harus dilakukan secara cermat agar tidak terjadi benturan antar norma hukum (conflict of norm) dan kebijakan yang saling tumpang-tindih. Berdasarkan hasil pembahasan konseptual diperoleh argumen: (1) Konstruksi hukum perbankan nasional harus berpedoman pada UUD 1945 sebagai konstitusi negara; (2) Prosedur yang ditempuh dalam melakukan konstruksi hukum berpedoman pada UURI No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dengan memerhatikan asas hukum keberlakuan, pembentukan dan materi muatan dalam peraturan perundang-undangan (3) Mewujudkan perbankan nasional yang sehat dan dinamis

Upload: bunga-suka-pink

Post on 23-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Konstruksi Hukum Otoritas Negara

TRANSCRIPT

Page 1: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara

dalam Mewujudkan Industri Perbankan Nasional yang

Sehat dan Dinamis.

Oleh:

H. Muammar Arafat Yusmad

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo

E-Mail: [email protected]

ABSTRAK

Kata Kunci: Otoritas Keuangan Negara dan Industri Perbankan Nasional

Kebijakan pada sektor perbankan yang dikeluarkan oleh BI dan OJK pada dasarnya ditujukan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan bank. Bank yang sehat adalah bank yang memenuhi indikator-indikator kesehatan sebuah bank secara terukur secara periodik. Bank yang sehat dapat menjalankan fungsi-fungsinya sebagai sebuah lembaga intermediasi dengan baik dan dapat menjaga kepercayaan dari masyarakat. Konstruksi hukum harus dilakukan secara cermat agar tidak terjadi benturan antar norma hukum (conflict of norm) dan kebijakan yang saling tumpang-tindih.

Berdasarkan hasil pembahasan konseptual diperoleh argumen: (1) Konstruksi hukum perbankan nasional harus berpedoman pada UUD 1945 sebagai konstitusi negara; (2) Prosedur yang ditempuh dalam melakukan konstruksi hukum berpedoman pada UURI No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dengan memerhatikan asas hukum keberlakuan, pembentukan dan materi muatan dalam peraturan perundang-undangan (3) Mewujudkan perbankan nasional yang sehat dan dinamis tidak terlepas dari sistem perbankan nasional yang sehat bagi terciptanya stabilitas dalam sistem keuangan dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional.

Page 2: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

ABSTRACT

Key Words: State Finance Authority and National Banking Industry

The banking sector policies by the BI and OJK are intended to create and maintain the health of banks.The health bank is a bank that meets the indicators with measured periodically and also enable to perform its functions as an intermediary institutions and maintaining trust of the customer. A legal construction must be done carefully to avoid conflict of norm and overlapping policies.

Based on the conceptual discussion, the legal arguments are: (1) The legal construction of national banking should be guided by UUD 1945 as the state constitution; (2) The procedure of the legal construction refers to Act No. 12 Year 2011 on the establishment of legislation by refering of the legal principles: enforceability of rules, the formation and substace of the regulation; (3) Achieving the health and dynamic banks are related on the national bank system for the realization of stability in the financial systems and developing national economic growth.

A. Pendahuluan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 (UUD 1945) mengamanatkan agar perekonomian nasional

diselenggarakan dengan berdasarkan atas demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional.1 Perkembangan perekonomian nasional dewasa ini

bergerak cepat, dinamis, kompetitif dan saling terintegrasi satu

sama lain. Menyikapi kondisi tersebut, diperlukan penyesuaian-

1 Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)

Page 3: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

penyesuaian kebijakan ekonomi termasuk kebijakan pada sistem

perbankan nasional. Salah satu masalah serius yang dihadapi

dalam pembangunan ekonomi Indonesia ialah mempraktikkan

kerangka hukum dan konstitusi dalam pengembangan kebijakan-

kebijakan perekonomian. Menurut Jimly Asshiddiqie, selama ini

persoalan tersebut dianggap tidak penting mengingat praktik

penyelenggaraan ekonomi sejak kemerdekaan telah berjalan

mengikuti saja arus logika pembangunan ekonomi yang

berkembang atas dasar pengalaman empiris di lapangan

ataupun teori-teori dan kisah-kisah sukses di negara lain yang

layak dijadikan contoh.2

Dalam menjalankan fungsi-fungsi intermediasi perbankan,

selain didukung oleh modal yang cukup dan rasional atau rasio

kecukupan modal (capital adequacy ratio) juga harus

dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian bank (prudential

banking) agar dapat menghasilkan profit dan memelihara

likuiditas sehingga bank tersebut tidak mengalami kesulitan

dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Bank juga wajib

mematuhi regulasi di bidang perbankan dan juga keuangan yang

dikeluarkan oleh otoritas keuangan negara yaitu Kementerian

Keuangan, BI dan OJK. Pengawasan terhadap kinerja perbankan

mutlak harus lebih ditingkatkan mengingat maraknya kasus-

kasus pembobolan bank di Indonesia dewasa ini dengan

memanfaatkan kelemahan sistem administrasi dan sumber daya

manusia pada bank tersebut.3

Dari uraian di atas, yang menjadi fokus permasalahan

adalah mengenai (1) Bentuk konstruksi hukum yang dilakukan

oleh Pemerintah dalam penataan perbankan nasional (2)

2 Lihat Jimlly Asshiddiqie: Konstitusi Ekonomi. 2010 (Jakarta: Kompas) hal. vii 3 Muammar Arafat: Aktualisasi Asas-asas Hukum Perbankan Guna Mencegah Tindak Pidana dalam Lingkup Perbankan Syariah. Jurnal Hukum Adil, Volume II No. 2, edisi Agustus 2011. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Yarsi, hal. 219.

Page 4: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan konstruksi

hukum terhadap perbankan nasional (3) Upaya mewujudkan

industri perbankan nasional yang sehat dan dinamis.

B. Pembahasan

Gambaran Umum Perbankan Nasional dan Profil OJK

Ketentuan UURI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana yang telah diubah dengan UURI No. 10 Tahun 1998

menjelaskan beberapa jenis bank berdasarkan jenis usahanya

tanpa mengurangi fungsinya sebagai lembaga penghimpun dan

penyalur dana dari masyarakat. Menurut ketentuan undang-

undang perbankan, secara umum bank terbagi atas dua jenis

yaitu: (1) Bank Umum: yaitu bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran dan (2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR): yaitu bank

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Perbedaan antara kedua jenis bank tersebut terletak pada

kegiatan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selaras dengan itu,

saat ini ekonomi syariah (termasuk perbankan syariah) sebagai

“pendatang baru” dalam industri perbankan juga perlu

dikuatkan. Hal ini disebabkan karena ajaran Islam tentang

ekonomi adalah ajaran yang bersifat integral, yang tidak

terpisahkan, baik dengan ajaran Islam secara keseluruhan

maupun dengan realitas kehidupan.4 Dalam konteks perbankan

syariah misalnya, tidak jarang muncul asumsi bahwa bank

4 Yadi Janwari: Tantangan dan Inisiasi dalam Implementasi Ekonomi Syariah di Indonesia. Jurnal Al-Ahkam, Vol. XII No. 2 edisi Juli 2012, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, hlm. 254.

Page 5: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

syariah itu tidak jauh berbeda dengan bank konvensional.

Asumsi dan statemen ini merupakan indikator bahwa masyarakat

Islam belum memahami betul tentang ekonomi syariah.5

Perbankan syariah berkembang dengan cepat melalui inovasi

produk berbasisi pasar. Inovasi produk ini harus sesuai dengan

aturan yang ditetapkan dalam hukum Islam.6 Di sinilah peran

DSN-MUI, DPS, BI dan OJK penting untuk mengatur dan

mengawasi kegiatan operasional perbankan syariah sehingga

masyarakat tidak “terpedaya” dengan produk-produk bank

syariah yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

UURI No. 21 Tahun 2012 mengamanatkan bahwa terhitung

sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas dan kewenangan

pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan pada

sektor perbankan, beralih dari Bank Indonesia ke OJK. Dengan

momentum peralihan tersebut, maka OJK resmi menjadi lembaga

yang bebas dan mandiri tanpa campur tangan pihak lain dalam

menjalankan perannya sebagai pengatur dan pengawas

lembaga-lembaga penyedia jasa keuangan di Indonesia.

Konstruksi Hukum dalam Peraturan Perundang-undangan

Dalam melakukan konstruksi hukum bidang perbankan

nasional, terdapat beberapa lembaga yang secara integratif

menumbuhkan iklim perbankan yang sehat dan dinamis antara

lain adalah:

1) Kementerian keuangan dalam hal kebijakan fiskal;

2) BI dalam hal kebijakan moneter dan menjaga stabilitas

mata uang rupiah;

3) OJK dalam hal pengaturan dan pengawasan perbankan;

5 Ibid, hlm. 566 Ibrahim Siregar: Legal Aspect of “Gold Farming” Islamic Banking Product. Jurnal Al-

Ahkam, Vol. XIV No. 2 edisi Juli 2014, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, hlm. 165.

Page 6: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

4) Dewan Komisaris selaku pengawas kegiatan perbankan

sebagai badan hukum sesuai dengan undang-undang

Perseroan Terbatas;

5) Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang menurut UURI No. 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah berfungsi untuk

menjadi penasihat direksi dan mengawasi bank agar sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah;

6) Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-

MUI) yang mengeluarkan fatwa-fatwa atas sebuah produk

perbankan syariah. Peranan DSN-MUI terbatas hanya pada

bank syariah dan bank konvensional yang memiliki unit

usaha syariah (UUS).

Konstruksi hukum yang dilakukan harus memperhatikan

asas hukum keutamaan keberlakuan peraturan perundang-

undangan yaitu: lex superiori derogat legi generale atau

peraturan yang lebih tinggi derajatnya harus lebih diutamakan

daripada peraturan yang lebih rendah. Olehnya itu, dalam

menetapkan peraturan perundang-undangan terkait perbankan

nasional harus dihindari pengaturan yang saling bertentangan

antara sebuah peraturan dan peraturan lainnya termasuk

menghindari adanya tumpang-tindihnya kewenangan antar

lembaga terkait. Konstruksi hukum yang dilakukan harus

berpedoman pada UUD 1945 sebagai konstitusi negara, sehingga

secara tata urutan (hierarkhie) peraturan terkait perbankan

nasional adalah:

1) UUD 1945 pada Bab VIII Hal Keuangan, Pasal 23 D;

2) UURI No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UURI

No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

3) UURI No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UURI

No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;

Page 7: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

4) UURI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

5) UURI No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;

6) UURI No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan;

7) Peraturan Bank Indonesia No. 3/10/PBI/2001 tentang

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (know your

customer principles);

8) Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang

Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum;

9) Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang

Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah;

10) Peraturan Bank Indonesia No. 15/2/PBI/2013 tentang

Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank

Konvensional;

11) Peraturan Bank Indonesia No. 15/13/PBI/2013

tentang Perubahan atas PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang

Bank Umum Syariah;

12) Peraturan OJK No. 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan;

13) Surat Edaran Gubernur Bank Indonesia No.

12/13/DPbS tentang Pelaksanaan Prinsip Good

Corporate Governance bagi Bank Syariah dan Unit

Usaha Syariah.

Konstruksi hukum tersebut dibuat dengan memperhatikan

harmonisasi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Khusus bagi bank umum syariah (BUS), bank konvensional yang

mempunyai unit usaha syariah (UUS) dan bank perkreditan

rakyat syariah (BPRS) harus memperhatikan fatwa-fatwa DSN-

MUI. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh

Page 8: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

produk-produk perbankan syariah tersebut telah sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah.

Bagan 1. Kerangka Metodologis Konstruksi Hukum dalam

Bidang Perbankan

Prosedur yang Ditempuh dalam Melakukan Konstruksi

Hukum.

Konstruksi hukum perbankan nasional harus memiliki

sebuah epistimologi yang tepat. Landasan yuridis dalam sebuah

proses pengkonstruksian hukum tersebut yaitu UURI No. 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

melakukan sebuah konstruksi hukum adalah:

1) Tata urutan peraturan perundang-undangan nasional;

UURI No. 12 Thn 20011 ttg Pembentukan Peraturan Per-uu-an

Proses Konstruksi

Landasan Yuridis

ASAS-ASASHUKUMTERKAIT

UUD 1945(KONSTITUSI)

UNDANG-UNDANGTERKAIT

PERATURANBANK INDONESIA

DANPERATURAN OJK

SURAT EDARANBI DAN OJK

ATURAN INTERNALKomisaris, DireksiDPS (Bank Syariah) FATWA-FATWA

DSN-MUITERKAIT PERBANAS

(Khusus Bank Syariah)

B

A

N

K

Page 9: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

2) Asas-asas hukum tentang keberlakuan peraturan

perundang-undangan;

3) Asas-asas hukum dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan;

4) Asas-asas hukum dalam materi muatan sebuah

peraturan perundang-undangan;

5) Materi muatan dalam peraturan perundang-undangan.

6) Pengaturan tentang kewenangan antar lembaga.

Urgensi dari pengaturan aspek-aspek yuridis tersebut

adalah untuk menghindari terjadinya benturan antar norma

hukum (conflict of norm), ketidakjelasan norma yang dapat

menimbulkan multitafsir dan tumpang tindihnya kewenangan

antar lembaga dan pembuat kebijakan. Guna mewujudkan

Indonesia sebagai negara hukum sebagaimana yang

diamanatkan konstitusi7

Sebagai dasar yuridis dalam melakukan konstruksi hukum,

UURI No. 12 Tahun 2011 adalah pelaksanaan dari perintah UUD

1945 Pasal 22 A yang menyatakan bahwa “Ketentuan lebih lanjut

mengenai tata cara pembentukan undang-undang diatur lebih

lanjut dalam undang-undang. Proses konstruksi hukum yang

dilakukan harus dilakukan secara komprehensif, integratif dan

berkelanjutan.

7 . NKRI sebagai negara hukum (rechtstaat) diatur dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945

Page 10: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

Bagan 2. Konstruksi Hukum Terkait dengan Substansi

dalam

Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan Sektor

Perbankan

Mewujudkan Industri Perbankan Nasional yang Sehat dan

Dinamis

BI dan OJK dalam upaya mewujudkan industri perbankan

yang sehat dan dinamis mengeluarkan berbagai peraturan

sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya masing-masing

untuk mengatur kegiatan-kegiatan dalam sektor perbankan:

MATERI MUATAN

PERATURAN PER-UU-AN

SEKTOR PERBANKAN

UNDANG-UNDANG:1. Pengaturan lebih lanjut

ttg amanat UU;2. Perintah UU agar

diatur dlm UU;3. Pengesahan perj int’l;4. Pemenuhan kebutuhan

hukum masyarakat

UUD 1945:

Mengatur ttg hal-hal pokok yang secara

konstitusional merupakan kewajiban negara.

PBI & PERATURAN OJK:PBI dan Per-OJK berisi peraturan pelaksanaan

dari ketentuan UU

SURAT EDARANS.E berisi ttg edaran ke perbankan ttg petunjuk

teknis untuk melaksanakan suatu kebijakan tertentu.

B

A

N

K

Page 11: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

1) PBI No. 3/PBI/10/2001 tentang Penerapan Prinsip

Mengenal Nasabah (know your customer principles).

Prinsip ini diterapkan oleh bank untuk mengetahui

identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah

dan melaporkan transaksi mencurigakan pada Pusat

Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Bila

calon nasabah tidak memenuhi syarat sesuai ketentuan

dalam PBI tentang prinsip pengenalan nasabah, maka

bank dilarang untuk melakukan hubungan usaha dengan

calon nasabah tersebut.8;

2) PBI No. 6/10/2004 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan

Bank Umum. Tingkat kesehatan bank adalah hasil

penilaian secara kualitatif terhadap faktor-faktor yang

memengaruhi kegiatan operasional sebuah bank yang

mencakup: Permodalan, kualitas aset, manajemen,

rentabilitas, likuiditas, sensitifitas terhadap risiko pasar.

Setelah melakukan penilaian terhadap kinerja bank

dengan menilai secara kualitatif faktor-faktor dimaksud,

selanjutnya BI menetapkan peringkat komposit dengan

skala 1 sampai 5. Peringkat komposit 1 (PK-1)

mencerminkan bahwa bank tergolong sangat baik dan

mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi

perekonomian dan industri keuangan. Peringkat komposit

5 (PK-5) mencerminkan bahwa bank tergolong tidak baik

dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi

perekonomian dan industri keuangan serta mengalami

kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.

8 Pelarangan bagi bank untuk melakukan hubungan usaha dengan calon nasabah yang tidak memenuhi syarat adalah dimaksudkan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko-risiko usaha sebagaimana tujuan prinsip pengenalan nasabah dalam PBI No. 3/10/PBI/2010.

Page 12: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

3) PBI No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. PBI

ini pada dasarnya sama dengan PBI No. 6/10/PBI/2004,

tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum.

Perbedaanya adalah pada sistem operasional perbankan

yang dinilai yaitu bank umum berdasarkan prinsip syariah.

Peringkat kompositnya juga sama yaitu ditetapkan

dengan skala PK-1 sampai PK-5;

4) PBI No. 15/2/PBI/2013 tentang Penetapan Status dan

Tindak lanjut Pengawasan Bank Umum Konvensional.

Peraturan BI ini dibuat pada saat masa tugas BI dalam

kewenangannya mengawasi bank segera berakhir.

Terhitung sejak 31 Desember 2013, pengawasan

perbankan akan beralih ke OJK. Namun demikian

peraturan pelaksanaan yang ada masih tetap berlaku

sepanjang belum diadakan yang baru oleh lembaga yang

berwenang. Menurut PBI ini, status pengawasan terhadap

bank terdiri atas pengawasan normal, pengawasan

intensif dan pengawasan khusus.

5) Peraturan OJK No.1/POJK.7/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan. OJK telah

menyiapkan sistem pelayanan dan mekanisme

pengaduan bagi konsumen yang dirugikan oleh pelaku

usaha pada sektor perbankan dan memfasilitasi

pengaduan nasabah bank. Contohnya, debitur telah

melunasi cicilan namun agunan masih ditahan oleh bank.

Apabila masalah antara nasabah dan bank belum selesai,

maka nasabah dapat melaporkannya pada layanan

konsumen OJK. Pengaduan dapat dikirim melalui Pos, fax,

telepon atau membuka website OJK dan mengirimkan e-

Page 13: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

mail pengaduan. OJK hanya akan memproses pengaduan

dengan informasi dari konsumen yang jelas dan akurat

seperti adanya bukti penyampaian pengaduan nasabah

pada bank, identitas diri pelapor, deskripsi pengaduan

dan dokumen pendukung yang diperlukan.

Dalam upaya mewujudkan industri perbankan nasional

yang sehat dan dinamis, BI menetapkan enam pilar yang saling

terkait satu sama lain yaitu: 9

1) Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat

dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan

mendorong pembangunan ekonomi nasional yang

berkesinambungan;

2) Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank

yang efektif dan mengacu pada standar internasional;

3) Menciptakan industri perbankan yang kuat dan berdaya

saing tinggi serta tahan terhadap risiko-risiko perbankan;

4) Menciptakan good corporate governance dalam rangka

memperkuat kondisi internal perbankan nasional;

5) Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk

mendukung terciptanya industri perbankan yang sehat;

dan

6) Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.

D. Penutup

9 http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Perbankan_Indonesia. Akses tanggal 26 April 2015

Page 14: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

Setelah permasalahan yang menjadi topik penelitian ini

diuraikan dan dianalisis, selanjutnya dibangun sebuah argumen

hukum :

1) Konstruksi hukum yang dilakukan oleh Pemerintah

terhadap perbankan nasional harus berpedoman pada

UUD 1945 yang merupakan konstitusi negara sebagai

sumber hukum tertinggi bangsa Indonesia. Konstitusi R.I

mengatur tentang Hal Keuangan khususnya yang

mengatur tentang Pajak, Keuangan Negara dan Bank

Indonesia yang termaktub dalam Bab VIII pada Pasal

23A, 23C dan 23D. Indonesia memiliki sebuah bank

sentral yang tugas dan kewenangannya telah diatur

dalam UURI No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas

UURI No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI).

Berlakuknya UURI No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas

Jasa Keuangan menjadikan tugas dan tanggung jawab

pengawasan perbankan beralih dari BI ke OJK.

Konstruksi hukum perbankan nasional harus menjaga

harmonisasi antar peraturan perundang-undangan

mulai dari konstitusi, undang-undang, peraturan BI dan

OJK serta peraturan lainnya yang saling terkait;

2) Prosedur yang ditempuh dalam melakukan konstruksi

hukum terhadap perbankan nasional berpedoman pada

UURI No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan. Konstruksi hukum yang

dilakukan harus memperhatikan asas hukum

keberlakuan peraturan perundang-undangan antara

lain: lex superiori derogat legi generale atau peraturan

yang lebih tinggi derajatnya harus lebih diutamakan

daripada peraturan yang lebih rendah, lex specialis

Page 15: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

derogat legi generale atau peraturan yang bersifat

khusus lebih diutamakan daripada peraturan yang

bersifat umum dan lex posteriori derogat legi priori atau

peraturan yang terbaru lebih diutamakan daripada

peraturan yang lama sepanjang masih berlaku. Urgensi

dari pengaturan aspek-aspek yuridis tersebut adalah

untuk menghindari terjadinya benturan antar norma

hukum (conflict of norm), ketidakjelasan norma yang

dapat menimbulkan multitafsir dan tumpang tindihnya

kewenangan antar lembaga dan pembuat kebijakan;

3) Mewujudkan perbankan nasional sebagai sebuah

industri yang sehat dan dinamis tidak terlepas dari

kehadiran sebuah sistem perbankan nasional yang

sehat sebagai syarat bagi terciptanya stabilitas dalam

sistem keuangan dan meningkatnya pertumbuhan

ekonomi nasional. Bank perlu menerapkan prinsip-

prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good

corporate governance) dalam upaya melaksanakan

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan pada sektor perbankan dan untuk

mengantisipasi berbagai kemungkinan terjadinya risiko-

risiko perbankan yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abad Badruzaman. Dari Illah ke Maqasid: Formula Dinamisasi Hukum Islam di Era Kekinian Melalui Pengembangan Konsep Maqasid. Jurnal Ijtihad, Vol. 14, No. 1 Edisi Juni 2014, Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

Ardhiwisastra, Yudha Bhakti. Penafsiran dan Konstruksi Hukum. Alumni Bandung. 2000.

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi Ekonomi. Kompas Jakarta. 2010

Page 16: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

Dewi, Gemala. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia. Kencana Prenada Media Group Jakarta. 2006

Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI (Jilid 1 dan 2) Diterbitkan atas kerjasama Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI dan Bank Indonesia. 2010

Fatwa, A.M. Potret Konstitusi Pasca Amandemen UUD 1945. Kompas Jakarta. 2009

Firdaus, Muhammad N.H. et al. Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah. Renaisan Jakarta. 2005.

Henny van Greuning, et al; Adhi, M. Ramdhan (Ed) Analisis Resiko Perbankan (Analyzing Banking Risk). Salemba Empat Jakarta. 2009

Ibrahim, Johnny. Pendekatan Ekonomi Terhadap Hukum. ITS Press, Surabaya. 2009.

Ibrahim Siregar. Legal Aspect of “Gold Farming” Islamic Banking Product. Jurnal Al-Ahkam, Vol. XIV No. 2 edisi Juli 2014, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.

Machmud, Amir, et al. Bank Syariah, Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia. Erlangga Jakarta. 2010

Muammar Arafat. Aktualisasi Asas-asas Hukum Perbankan Guna Mencegah Tindak Pidana dalam Lingkup Perbankan Syariah. Jurnal Hukum Adil, Volume II No. 2, edisi Agustus 2011. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Yarsi

Yadi Janwari. “Tantangan dan Inisiasi dalam Implementasi

Ekonomi Syariah di Indonesia” Jurnal Al-Ahkam, Vol. XII No. 2 Edisi Juli 2012, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Peraturan Perundang-undangan

Page 17: Konstruksi Hukum Otoritas Keuangan Negara - Muamar

Republik Indonesia. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

Republik Indonesia. Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;

Republik Indonesia. Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Republik Indonesia. Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia. Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Republik Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No. 3/10/PBI/2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah

Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum

Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah;

Republik Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

Republik Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 15/2/PBI/2013 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Konvensional.

Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 15/13/PBI/2013 tentang Perubahan atas PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah.

Republik Indonesia. Peraturan OJK No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.