konstitusi nasional jepang - digital library uns... · konstitusi nasional jepang (studi tentang...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Konstitusi Nasional Jepang
(Studi Tentang Proses Demokratisasi Jepang tahun 1947-1967)
SKRIPSI
Oleh: Kiswanti
NIM:K4407026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
Konstitusi Nasional Jepang
(Studi Tentang Proses Demokratisasai Jepang tahun 1947-1967)
Oleh : Kiswanti
NIM: K 4407026
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Kiswanti. K4407026. The Japanese National Constitution (A Study on Japanese Democratization Process in 1947-1967). Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, June, 2010.
The objective of research is to describe: (1) Democratic life in Japan before the enactment of National Constitution in 1947, (2) democratic life in Japan with the enactment of National Constitution in 1947, and (3) the effect of Japanese National Constitution enactment in 1947 on Politics sector.
In line with the research method and objective, this research was carried out using historical method with heuristic, critical, interpretation and historiography steps. The data source employed in this research was secondary source. Technique of collecting data used was library study. Technique of analyzing data used was a historical analysis one, by making external and internal criticism.
Considering the result of research, it can be concluded that: (1) democratic life in Japan before the National Constitution enactment in 1948, namely since Meiji Restoration, Japan began to open itself and to make Western Countries as model. Thus, Japan began to imitate all aspects of Western life, including the government system. A series of change had been done by Meiji government to embody its mission of modern state through fukoku kyohei, including to modernize the Japanese Imperial political system. This modernization is imitation of Western system by developing a constitution known Meiji Imperial Constitution, then in 1913-1932 period it was known as Taisho Democratic Period. During Taisho Democratic Period, Japan government was dominated by military in which the Military General becomes the government leader. Although there were political parties and Prime Minister, they had very limited domination and regulated by military government over the Emperor’s power; (2) democratic life in Japan after the enactment of Japanese National Constitution in 1947 was characterized by so many changes in various sectors, including the recreation of political parties eliminated previously, the change in police system, land reform organization, economic deconcentration, labor reformation, zaibatsu merging carried out by Liquidation Commission of Parent Companies, Japanese Youths were no longer bound by totalitarian education and tight control under military national policy, and the protection of basic human rights was guaranteed by the constitution; and (3) the effect of Japanese National Constitution enactment in 1947 on Politics sector is that the supreme power was in people’s hand, the Emperor was only as the symbol of state and people unity. The constitution prohibits firmly the country from stating war. The constitution also established a double-chambers parliament consisting of high chamber and low chamber as the supreme institution in the national power, the members of which were no longer determined by the Emperor, but were elected by the people through the general election.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Kiswanti. K4407026. Konstitusi Nasional Jepang (Studi Tentang Proses Demokratisasai Jepang tahun 1947-1967). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) kehidupan Demokrasi di Jepang sebelum diberlakukannya Konstitusi Nasional tahun 1947 (2) kehidupan demokrasi di Jepang dengan diberlakukannya Konstitusi nasional Jepang 1947 (3) dampak diberlakukannya Konstitusi Nasional Jepang 1947 dalam bidang politik.
Sejalan dengan metode dan tujuan penelitian, maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode historis dengan langkah-langkah heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber sekunder. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis historis, dengan melakukan kritik ekstern dan intern.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) kehidupan demokrasi di Jepang sebelum diberlakukannya Konstitusi Nasional 1947 yaitu dimulai sejak Restorasi Meiji, Jepang mulai membuka diri dan menjadikan negara-negara Barat sebagai panutan. Sehingga Jepang mulai meniru semua aspek kehidupan Barat, termasuk sistem pemerintahan. Serangkaian perubahan dilakukan pemerintahan Meiji untuk mewujudkan visi negara modern melalui fukoku kyohei, diantaranya adalah memodernisasi sistem politik Imperial Jepang. Modernisasi ini dicontoh dari sistem Barat dengan cara membuat undang-undang dasar yang dikenal dengan Konstitusi Imperial Meiji, kemudian Periode antara tahun 1913 sampai tahun 1932 yang dikenal dengan masa Demokrasi Taisho. Pada masa Demokrasi Taisho pemerintahan Jepang dikuasai oleh militer dimana Military General menjadi pemimpin pemerintahan. Meskipun partai politik dan perdana Menteri ada namun memiliki kekuasaan yang sangat terbatas dan diatur oleh pemerintahan militer atas kekuasaan Kaisar; (2) kehidupan demokrasi di Jepang dengan diberlakukannya Konstitusi Nasional Jepang 1947 ditandai dengan banyaknya perubahan dalam berbagai bidang, diantaranya, dibentuknya kembali partai-partai politik yang dulu dihapus, perubahan pada sistem kepolisian, diadakan land reform, dekonsentrasi ekonomi, reformasi ketenagakerjaan dan peleburan zaibatsu yang dilaksaanakan oleh Komisi Likuidasi perusahaan-perusahaan Induk, pemuda Jepang tidak lagi diikat oleh pendidikan totaliter dan pengendalian ketat dibawah kebijaksanaan nasional yang bersifat militer,dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi ; (3) dampak diberlakukannya Konstitusi Nasional Jepang 1947 dalam bidang politik yaitu kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, Kaisar hanya sebagai lambang negara dan persatuan rakyat. Secara tegas konstitusi melarang negara untuk menyatakan perang. Konstitusi juga menetapkan parlemen bermajelis dua yaitu majelis tinggi dan majelis rendah sebagai lembaga tertinggi dalam kekuasaan nasional dimana anggota dari kedua lembaga tersebut tidak lagi ditentukan oleh Kaisar tetapi dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Karena kurang 1 paku, 1 tapal kuda tidak dapat dipasang.
Karena kurang 1 tapal, 1 kuda tidak dapat berlari.
Karena kurang 1 kuda, 1 pesan tidak dapat dikirim.
Karena pesan tidak dapat dikirim, kita kalah perang
(Tokyo Drift)
Kemajuan itu berakar dari rasa cinta pada tradisi
Kemajuan bukan berarti membuang yang lama dan mencari yang baru
Sebuah negeri, berkembang dengan menghimpun adat kebiasaan, dengan
mempersunting kecantingan masa lalu
(Kume Kunitake)
Kami telah selesai menanggung hal yang tak tertahankan dan menderita atas sesuatu yang tak tertahankan (Kaisar Hirohito)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada: 1. Alm Ibu dan Bapak tercinta
2. Mas Heru, Mbak Ayik,Mas Ong,
Mbak Cun dan Mas Nopaku
tersayang
3. Sahabat-sahabatku
4. Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya dapat
diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana
pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu, atas segala bentuk
bantuannya, disampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Surakarta yang telah menyetujui permohonan ijin
penyusunan skripsi
3. Ketua Program Studi Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ijin demi kelancaran penyusunan skripsi
4. Drs. Leo Agung S, M.Pd., selaku Pembimbing Skripsi I yang telah
memberikan nasehat, waktu, serta kritikan yang membangun selama
memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi
5. Musa Pelu, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing Skripsi II yang telah
memberikan waktu, dan motivasi selama memberikan bimbingan dalam
penyusunan skripsi
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini, mohon
maaf atas segala tindakan dan perkataan yang tidak berkenan di hati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Disadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, tetapi
diharapkan penulisan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan mahasiswa Program Pendidikan Sejarah pada khususnya.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i
HALAMAN PENGAJUAN…………………………………………….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iv
HALAMAN ABSTRAK………………………………………………… v
HALAMAN MOTTO…………………………………………………… vi
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………. vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………… viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………….. 1
B. Perumusan Masalah………………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian…………………………………….. 6
D. Manfaat Penelitian……………………………………. 6
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………….. 8
A. Tinjauan Pustaka……………………………………… 8
B. Kerangka Berpikir……………………………………. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………….. 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………… 26
B. Metode Penelitian…………………………………….. 26
C. Sumber Data………………………………………….. 28
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………. 29
E. Teknik Analisis Data………………………………….. 31
F. Prosedur Penelitian……………………………………. 32
BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………………….. 36
A. Kehidupan Demokrasi di Jepang Sebelum Konstitusi
Nasional Jepang Tahun 1947 .....……… …………….. 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
B. Kehidupan Demokrasi di Jepang dengan Diberlakukan-nya
Konstitusi Nasional Jepang 1947....… …………….….. 45
C. Dampak Diberlakukannya Konstitusi Nasional Jepang 1947
dalam Bidang Politik.... ………… ……..……… …... 54
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN………………… 66
A. Kesimpulan………………………………………….. 66
B. Impikasi……………………………………………… 67
C. Saran………………………………………………… 68
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 69
LAMPIRAN…………………………………………………………….. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Struktur Pemerintahan Jepang Masa Meiji
Lampiran 2 : Bagan Struktur Birokrasi Pemerintahan Jepang Masa
Demokrasi Taisho
Lampiran 3 : Bagan Pembagian Kekuasan Pemerintah
Lampiran 4 : Tabel mengenai ketentuan-ketentuan majelis rendah dan majelis tinggi tahun 2007
Lampiran 5 : Tabel sistem pemilihan anggota majelis tinggi dan majelis
rendah Lampiran 6 : Tabel bentuk-bentuk pemerintahan daerah
Lampiran 7 : Bagan struktur pemerintahan Diet
Lampiran 8 : Konstitusi Meiji
Lampiran 9 : Konstitusi Nasional Jepang
Lampiran 10 : Perjanjian pembuatan Konstitusi Nasional Jepang
Lampiran 11 : Gambar : Kaisar Hirohito membacakan penyangkalan Kaisar
sebagai Dewata
Lampiran 12 : Gambar Gedung parlemen Jepang dan Gambar Suasana Rapat Parlemen Jepang
Lampiran 13 : Surat Ijin menyusun Skripsi
Lampiran 14 : Surat keputusan Dekan FKIP tentang ijin penyusunan skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mitologi Jepang diceritakan bahwa kepulauan Jepang semula
dikenal dengan nama “Oyashima”. Pemerintahan yang ada merupakan warisan
dari dewa Amaterasu Omokami (Dewa Matahari). Amaterasi Omikami
mewariskan kepada cucunya yakni Ninigi dan dari Ninigi tahta diserahkan kepada
cicitnya yang bernama Jimmu dan Jimmu inilah yang dianggap sebagai kaisar
pertama Jepang. Bersamaan dengan penyerahan tahta kekaisaran, Ninigi juga
menyerahkan 3 pusaka kepada Jimmu sebagai lambang kekuasaan / pusaka kaisar
yang berupa : kalung batu permata, pedang dan cermin (Dasuki I, tanpa tahun: 8).
Kemudian kaisar selanjutnya di Jepang menganggap dirinya sebagai keturunan
Amaterasu Amikami. Sehingga kaisar sebagai penguasa tertinggi dalam negara
tidak boleh dikecam. Kekuasaan kaisar dianggap suci dan tidak dapat diganggu
gugat.
Masa kuno hingga sekarang ini, mengenai sejarah kekaisaran Jepang baik
mengenai status maupun fungsi kaisar secara kronologis terbagi dalam 3 masa,
yakni : (1) Masa Kuno –runtuhnya politik isolasi, (2) Masa Meiji Restorasi –
Perang Dunia II, (3) Masa sesudah Perang Dunia II – Sekarang.
Sampai tahun 1192, Jepang diperintah oleh banyak keluarga yang saling
berebut pengaruh dan saling menjatuhkan yang disebut sebagai masa Sengoku
Jidai (Perang Saudara), keluarga – keluarga yang saling berebut tersebut di
antaranya ialah : keluarga Mononobe, Soga, Fujiwara, Taira dan keluarga
Minamoto. Integrasi nasional baru terwujud setelah Oda Nobunaga, Toyotomi
Hideyoshi dan Iyeyashu Tokugawa berhasil menyatukan Jepang. Iyeyashu
Tokugawa-lah yang mengorganisir kembali pemerintahan Shogunate
(pemerintahan Bakufu: pemerintahan dengan system feodal-militer) pada masa ini
disebut masa Edo. Setelah berhasil menyatukan Jepang dan membentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pemerintahan Shogunate Tokugawa kemudian mengangkat dirinya sebagai
Shogun pada tahun 1603 yang disetujui oleh Kaisar, sehingga dia merupakan
pucuk pimpinan dari semua kaum feodal militer.
Konsep pemerintahan dan hukum yang dilaksanakan di Jepang sampai
akhir zaman Edo menganut sistem politik model Cina, khususnya sistem
pemerintahan tersentralisasi pada masa pemerintahan Tang (Ryosuke Ishii, 1988:
xiii). Masa pemerintahan keluarga Tokugawa yang dikenal dengan pemerintahan
tangan besi melakukan politik isolasi dan akhirnya berhasil dipatahkan oleh
Commodore Perry dengan adanya Perjanjian Kanagawa pada tanggal 31 Maret
1854. Pada tanggal 8 Nopember 1867 Shogun (Shogun Yoshinabu: Shogun
terakhir) meletakkan jabatan dan menyerahkan kembali kekuasaan kepada kaisar.
Delapan bulan sebelum Shogun terakhir meletakkan jabatan, Kaisar Komei
meninggal yaitu pada 3 Peburari 1867 kemudian digantikan oleh Kaisar Meiji,
dengan demikian berakhirlah pemerintahan keluarga Tokugawa yang telah
berlangsung selama 2,5 abad.
Secara resmi Mutsuhito (Kaisar Meiji) memegang pemerintahan dari 25
Januari 1868 sampai dengan 30 Juli 1912. Meiji Tenno memindahkan pusat
pemerintahannya dari Kyoto ke Edo yang kemudian namanya diubah menjadi
Tokyo yang berarti “ibu kota di timur”. Selanjutnya, sejak 1868 di mulailah
pembangunan Jepang yang dikenal dengan nama Restorasi Meiji (Sayidiman
Suryohadiprojo, 1992: 56). Inti Restorasi Meiji adalah pemulihan kekuasaan
politik dari keluarga Tokugawa (Shogun) kepada Kaisar (Tenno) dan modernisasi
Jepang di semua bidang (Suara Pembaharuan, 26 Juli 1989).
Pada masa Meiji, kedudukan dan fungsi kaisar dicantumkan dalam
konstitusi yang dikenal dengan Konstitusi Meiji yang di dalamnya berisi bahwa:
(1) Kaisar adalah sumber dari segala kekuasaan, (2) Real Power (kekuasaan
riil/praktis) dijalankan badan-badan pemerintahan atas nama kaisar, (3)
Kedudukan kaisar adalah suci dan tidak dapat diganggu gugat. Konstitusi Meiji
ditaati dari tahun 1890 hingga 1931, hal ini dikarenakan ketentuan-ketentuan
didalam Konstitusi Meiji menjunjung tinggi kebebasan untuk mengadakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kontrak-kontrak, menjamin hak milik pribadi yang tidak dapat diganggu gugat,
dan menerapkan asas tanggung jawab perorangan. Sehingga era ini dicirikan
dengan tumbuhnya kapitalisme dan tersebar luasnya paham demokrasi, terutama
setelah Perang Dunia I. Perkembangn demokrasi di Jepang mulai tumbuh subur
pada era ini dan mencapai puncaknya dengan disahkan undang-undang hak
bersuara bagi seluruh kaum pria pada tahun 1925 (Ryosuke Ishii, 1988: 120).
Masa Perang Dunia I memberikan dorongan kepada perkembangan
perdagangan dan industri Jepang. Kaum kapitalis bertambah besar pengaruhnya
dalam bidang politik, di samping itu, kemenangan Negara-negara Demokrasi
barat seperti Inggris, Perancis dan Amerika Serikat dalam Perang Dunia I
menimbulkan kesan bahwa demokrasi melahirkan Negara-negara kuat dan karena
itu demokrasi dianggap lebih unggul dari otokrasi.
Pada waktu yang sama perekonomian Jepang terlibat dalam kancah
depresi dunia sebagai akibat berkembangnya sistem kapitalis dan industrisasi
Jepang, depresi dunia ini memberikan pukulan yang hebat dalam kehidupan
ekonomi Jepang. Hal ini dikarenakan Jepang banyak bergantung pada luar negri
diantaranya ketergantungan akan bahan baku industri. Masalah ini dipersulit lagi
dengan adanya kepadatan penduduk sehingga satu-satunya jalan adalah Jepang
harus mengadakan ekspansi.
Pada masa yang sulit ini, Baron Tanaka sebagai pemimpin kabinet tahun
1927-1929, memberikan suatu dokumen rahasia yang ditujukan kepada Kaisar,
yang dikenal dengan nama Tanaka Memorial yang isinya, bangsa Jepang
dianggap mempunyai tugas suci untuk memimpin bangsa di Asia Timur. Oleh
karena itu akan dibentuk suatu Negara kesemakmuran bersama di Asia Timur
dibawah pimpinan Jepang. Dengan kata lain Tanaka Memorial Ini merukapan
dokumen yang berisikan politik merampas Negara-negara untuk membangun
sebuah kerajaan besar di Asia. Padahal Negara-negara di Asia sendiri kebanyakan
berada dibawah penjajahan Negara Barat. Untuk dapat membangun Negara Asia
Timur Raya ini memaksa Jepang untuk ikut serta dalam kancah peperangan di
Pasifik (Perang Dunia II). (Dasuki,tt:44).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Tahun 1931- 1945 bangsa Jepang mengalami suatu masa kemunduran
Demokrasi yang berkepanjangan yang ditandai dengan tumbuhnya militerisme
dan pemikiran serta tingkah laku berpolitik yang reaksioner. Penekanan pada
pertahanan nasional berkembang menjadi ketiktatoran politik yang pada satu
pihak menekan hak-hak perorangan dan pada pihak lain menekan perekonomian.
Undang–undang sosial yang disahkan hanya untuk meningkatkan kekuatan
militer, asas pemerintahan parlemen lambat laun dikungkung, kemudian disahkan
pula Undang-undang Mobilisasi Umum Nasional tahun 1938 dan Penggabungan
Partai-partai Politik ke dalam Perhimpunan Pendukung Pemerintah Kekaisaran
pada tahun 1940. Akhirnya, pada tanggal 8 Desember 1941 Kaisar Hirohito
menyatakan perang kepada Amerika Serikat dan Inggris yang diawali dengan
pemboman Pearl Harbour.
Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II mengakhiri militerisme dan
fasisme Jepang, disusul dengan pendemokrasian oleh tentara pendudukan sekutu
di bawah komandan General Head Quorter (GHQ), Jenderal Douglas MacArthur.
Sejak inilah secara resmi dimulailah masa pendudukan Jepang oleh Sekutu.
(Dasuki, II, tanpa tahun: 63; Nio Yoe Lan, 1962: 287).
Masa pendudukan dikenal dengan masa pendemokrasian, baik di bidang
politik, ekonomi, maupun sosial. Sebagai simbol adalah ditetapkannya Undang-
Undang Dasar Negara Jepang pada tahun 1947. Sejak itu mulai berlaku institusi
politik model Amerika, dan konsep Negara besar di bawah pengaruh pemikiran
Bismarck dan Undang-Undang Meiji yang mendapat pengaruh Prusia yang sangat
membeda-bedakan hak antara laki-laki dan pemerempuan diganti dengan
pemikiran Negara demokrasi, damai, dan bersahabat dengan semua bangsa.
Berdasarkan Konstitusi baru yang diumumkan secara resmi pada tanggal 3
November 1946 dan mulai berlaku pada tanggal 3 Mei 1947 dinyatakan bahwa
Kaisar adalah lambang Negara dan simbol kesatuan rakyat Jepang. Di dalam
kehidupan sehari-hari, kaisar tidak mempunyai kekuasaan yang ada kaitannya
dengan pemerintahan. Menurut Konstitusi Nasional 1947 tugas Kaisar ialah :(1)
Melantik Perdana Menteri yang telah ditunjuk (dipilih) oleh diet (Parlemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Jepang), (2) Melantik Ketua Mahkamah Agung, (3) Mengumumkan Undang-
Undang dan perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan negara lain, (4) Memanggil
Diet untuk bersidang dan menganugerahkan penghargaan atas saran dan
persetujuan Kabinet (Suara Karya, 25 April 1981; Harian Angkatan Bersenjata, 11
November 1982).
Perang dingin yang meletus setelah berakhirnya Perang Dunia II, terpaksa
mengubah kebijaksanaan “demiliterisasi” Amerika atas Jepang, dalam upaya
menghadapi ancaman kekuatan komunis. Simbol demiliterisasi adalah Perjanjian
Pertahanan dan Keamanan Jepang-Amerika yang ditandatangani pada tahun 1951
di San Fransisco.
Kabinet-kabinet partai politik, terutama Partai Liberal Demokrat yang
terbentuk pada tahun 1955, merupakan tulang punggung pelaksanaan mekanisme
demokrasi sistem parlementer. Persaingan dengan partai –partai oposisi seperti:
partai sosialis Jepang, Partai Komunis Jepang, Partai Pemerintah Bersih
(Komeito), Partai Sosialis Demokrat, dan partai-partai kecil lainnya merupakan
cermin nyata kehidupan demokrasi Jepang di bawah Undang-Undang Dasar baru
tersebut.
Sistem Demokrasi yang selama ini dicita-citakan rakyat Jepang sejak masa
restorasi Meiji dan berkembang pesat diawal masa restorasi, hingga akhir Perang
Dunia I kemudian pada masa depresi Dunia mengalami kemunduran yang
signifikan membuat harapan rakyat Jepang akan Demokrasi semakin jauh.
Dengan adanya kependudukan Amerika Serikat sebagai akibat dari kekalahan
Jepang dalam Perang Dunia II, dan dengan diberlakukannya Konstitusi Nasional
Jepang 1947, seakan memberi harapan baru yaitu terwujudnya cita-cita rakyat
Jepang akan sistem Demokrasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul “Konstitusi
Nasional Jepang (Studi Tentang Proses Demokratisasai Jepang tahun 1947-
1967)”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kehidupan demokrasi di Jepang sebelum diberlakukannya
Konstitusi Nasional tahun 1947?
2. Bagaimana kehidupan demokrasi di Jepang dengan diberlakukannya
Konstitusi nasional Jepang 1947?
3. Apa dampak diberlakukannya Konstitusi Nasional Jepang 1947 dalam
bidang politik?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penulisan ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana kehidupan Demokrasi di Jepang sebelum
diberlakukannya Konstitusi Nasional tahun 1947
2. Mengetahui bagaimana kehidupan demokrasi di Jepang dengan
diberlakukannya Konstitusi nasional Jepang 1947
3. Mengetahui dampak diberlakukannya Konstitusi Nasional Jepang 1947
dalam bidang politik
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat:
a. Untuk memberikan sumbangan pengetahuan ilmiah yang berguna dalam
rangka pengembangan ilmu sejarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan pada mahasiswa dan
masyarakat tentang Konstitusi National Jepang tahun 1947 dan dampak
dari diberlakukannya Konstitusi Nasional 1947
c. Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan pada mahasiswa dan
masyarakat tentang proses Demokratisasi di Jepang
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat:
a. Untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar sarjana
Kependidikan Program Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. .
b. Untuk menambah koleksi perpustakaan Progam Studi Pendidikan
Sejarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Teori Kekuasaan Negara
a. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau
kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan
yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang
diperoleh untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai
dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo, 2002) atau kekuasaan
merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku
sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti, 1992).
Koentjaraningrat dalam Miriam Budiarjo (1992: 8) menyatakan bahwa
“kekuasaan adalah kemampuan orang atau golongan untuk menguasai orang atau
golongan lain berdasarkan kewibawaan, wewenang, kharisma, dan kekuatan
fisik”. Menurut pengertian tersebut, kekuasaan pemimpin tradisional bersumber
pada kekuatan-kekuatan sakti yang terhimpun dalam benda-benda pusaka yang
melambangkan wewenang kerajaan. Di Jepang sendiri, Kaisar memiliki benda-
benda pusaka sebagai lambang kekuasaan yang diturunkan secara turun temurun
yaitu, berupa kalung batu permata, pedang dan cermin.
Dalam konteks kekuasaan, pemimpin tradisional mempunyai kharisma
sebagai komponen yang penting sehingga merupakan unsur pokok yang
menjamin kontinuitas wewenang kepemimpinan. Seorang raja atau pemimpin
tradisional harus mempunyai kewibawaan yang diperoleh dengan berbuat dan
bersikap sesuai dengan cita-cita dan keyakinan-keyakinan yang dianut oleh
sebagian besar masyarakat. Selain hal tersebut, raja mempunyai kemampuan
untuk mengerahkan kekuatan fisik dan mengorganisasi banyak orang atas dasar
suatu sistem sanksi.
Kekuasaan itu harus secepat mungkin menegakkan kekuasaan hukum.
Dalam hal ini, India, Singapura, Malaysia, sebagai bekas jajahan Inggris,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kekuasaan hukum sudah lama ada. Begitu juga di Jepang, kekuasaan hukum kuat
sekalipun ada militerisme. Bersamaan dengan itu dikembangkan ekonomi rakyat
yang langkah demi langkah menciptakan kesejahteraan meluas. Kekuasaan
hukum amat besar perannya untuk mengembangkan kesejahteraan rakyat. Tetapi,
juga proses politik yang harus menyelenggarakan proses demokrasi demi
kesejahteraan umum. Langkah ini semua yang telah membuat India, Jepang,
Singapura dan kini Malaysia, bukan saja negara demokrasi tetapi juga sejahtera
yang merata.
Kekuasaan memiliki dua sifat, diantaranya:
1). Kekuasaan bersifat positif
Kekuasaan bersifat positif adalah kemampuan yang dianugerahkan
oleh Tuhan kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang
dapat mempengaruhi dan merubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk
melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan
sungguh-sungguh dan bukan karena paksaan baik secara fisik maupun
mental.
2). Kekuasaan bersifat Negatif
Kekuasaan bersifat Negatif merupakan sifat atau watak dari seseorang
yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam mempengaruhi orang lain
atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang
kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental.
Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki
kecerdasan intelektual dan emosional yang baik, mereka hanya berfikir
pendek dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam,
bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak dapat menjalankan segala
perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok yang berada
di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi, dan biasanya
kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan
pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu.
Dikarenakan mereka tidak memiliki kemampuan atau modal apapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang kekuasaan
bersifat negatif tersebut biasanya tidak akan berlangsung lama karena tidak
akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya.
b. Pengertian Negara
Negara adalah organisasi kekuasaan, oleh karenanya dalam setiap
organisasi yang bernama negara selalu dijumpai adanya organ atau alat
perlengkapan yang mempunyai kemampuan untuk memaksakan kehendaknya
kepada siapapun juga yang bertempat tinggal dalam wilayah kekuasaannya.
Secara umum ada dua pembagian bentuk yaitu negara kerajaan dan negara
republik. Negara kerajaan terdiri atas negara kerajaan serikat dan negara kerajaan
kesatuan, di mana negara-negara tersebut terbagi atas negara kerajaan serikat
parlementer dan negara kerajaan kesatuan non Perdana Menteri. Sedangkan
negara republik terdiri atas negara republik serikat dan negara republik kesatuan,
yang terbagi lagi atas negara republik serikat parlementer dan negara republik
serikat presidensil, serta negara republik kesatuan parlementer dan negara
kesatuan presidensil. Jepang dalam hal ini masuk dalam golongan negara kerajaan
kesatuan.
Monarki adalah bentuk pemerintahan yang tertua. Garner (2007:35)
menyatakan bahwa setiap pemerintahan yang didalamnya menerapkan kekuasaan
yang akhir atau tertinggi pada personel atau seseorang, tanpa melihat pada sumber
sifat – sifat dasar pemilihan dan batas waktu jabatannya maka itulah yang disebut
dengan monarki. Pendapat lain menegaskan, monarki merupakan kehendak atau
keputusan seseorang yang akhirnya berlaku dalam segala perkara didalam
pemerintahan. Jellinek (2007:48) menegaskan bahwa monarki adalah
pemerintahan kehendak satu fisik dan menekankan bahwa karakteristik sifat –
sifat dasar monarki adalah kompetensi, untuk memperlihatkan kekuasaan tertinggi
negara.
Suatu negara jika raja hanya sebagai gelar saja, sedangkan kekuatan
sebenarnya terletak pada oknum lainnya, maka realita pemerintahan ini adalah
republik, walau apapun gelar yang diberikan kepada kepala negara, baik sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pemilihan atau sifat- sifat dasar dalam masa jabatannya. Sehingga Jepang pada
masa rezim Tokugawa di mana terjadi duel goverment 1) Kaisar sebagai
pemimpin pemerintahan sipil 2) Shogun sebagai pemimpin pemerintahan militer.
Namun kenyataannya Kaisar hanya sebagai lambang Negara.
Jenis - Jenis Monarki
1) Turun – temurun dan Elektif.
Monarki mungkin saja diklasifikasikan sebagai tahta turun - temurun
dan elektif. Monarki secara turun - menurun adalah tipe yang normal.
Kebanyakan monarki dahulunya dikenal dengan istilah turun -temurun
dan kehidupan dari monarki turun - temurun ini memiliki banyak
karakter. Monarki ala turun - menurun mewarisi tahta sesuai dengan
peraturan rangkaian pergantian tertentu. Ahli waris laki- laki yang
tertua biasanya menjadi raja, menggantikan posisi raja atau ayahnya
sendiri. Rangkaian pergantian bisa juga ditentukan dengan konstitusi.
2) Monarki mutlak dan terbatas.
Monarki juga bisa diklasifikasikan sebagai mutlak dan terbatas.
Garner menyatakan monarki mutlak adalah monarki yang benar –
benar raja. Kehendaknya adalah hukum dalam merespek segala
perkara yang ada. Dia tidak dijilid atau dibatasi oleh apapun kecuali
kemauannya sendiri. Dibawah sistem ini negara dan pemerintahan
tampak identik. Louis XIV raja negara Francis menyatakan dengan
sombongnya bahwa” aku adalah negara. Ini merupakan deskripsi yang
tepat dari posisi monarki yang mutlak. Tsart dari Russia, Raja Prussia
dan Kaisar Ottoman merupakan contoh monarki yang mutlak.
Monarki terbatas memiliki kekuatan yang dibatasi oleh konstitusi yang
tertulis atau dengan prinsip fundamental yang tak tertulis, seperti
monarkinya negara Inggris. Monarki di negara Inggris hanya sebatas
nama saja dalam pemerintahan. Raja adalah pemerintah namun tidak
memerintah. Kekuatan atau kekuasaan merupakan teori saja, namun
pemerintahan dipimpin oleh yang lainnya. Monarki di negara Jepang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
juga terbatas, di sana kaisar tidak memiliki kekuasaan apapun
dipemerintahan, jadi raja adalah simbol negara dan kesatuan rakyat
didalam pengertian yang nyata, monarki yang terbatas hanyalah
bentuk pemerintahan yang demokrasi.
Hubungan pemerintahan dibagi menjadi :
a) Hubungan pemerintahan vertikal adalah hubungan atas bawah antara
pemerintah dengan rakyatnya, dimana pemerintah sebagai pemegang kendali
yang memberikan perintah kepada rakyat, sedangkan rakyat menjalankan
dengan penuh ketaatan. Dalam pola ini dapat pula rakyat sebagai pemegang
otoritas yang diwakili oleh parlemen, sehingga kemudian pemerintah
bertanggungjawab kepada rakyat tersebut.
b) Hubungan pemerintahan horisontal adalah hubungan menyamping kiri kanan
antara pemerintah dengan rakyatnya, dimana pemerintah dapat saja berlaku
sebagai produsen sedangkan rakyat sebagai konsumen karena rakyatlah yang
menjadi pemakai utama barang-barang yang diproduksi oleh pemerintahnya
sendiri, misalnya negara-negara komunis. Sebaliknya, rakyat yang menjadi
produsen sedangkan pemerintah menjadi konsumennya, karena seluruh
industri raksasa milik rakyat dipakai sendiri oleh pemerintahan sendiri
misalnya Jepang. Seluruh industri besar di Jepang yang dijalankan rakyat pada
waktu itu semata-mata hanya untuk keperluan perang.
2. Imperialisme
a. Pengertian Imperialisme
Imperialisme berasal dari kata bahasa latin Imperium yang berarti
memerintah. Kemudian arti ini berubah menjadi hak pemerintah atau kekuasaan
memerintah. Arti inipun mengalami perubahan lagi menjadi daerah dimana
kekuasaan memerintah itu dilakukan oleh seorang Kaisar atau Emperor.
Pendapat Bartstra yang dikutip oleh Darsiti Soeratman (1965:55)
menyatakan bahwa Imperialisme adalah usaha untuk memperoleh kembali
hubungan antara daerah-daerah jajahan Inggris dengan negara induk, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mengadakan hubungan kultur, maupun dengan mengadakan perjanjian-perjanjian
politik dan perjanjian militer. Imperialisme dalam arti luas adalah perluasan
kekuasaan atau pengaruh suatu bangsa terhadap bangsa lain (Ensiklopedia
Umum, 1969:148). Menurut W.J.S Poerwodarminto (1976:27) Imperialisme
adalah politik yang bertujuan untuk menjajah Negara lain.
Imperialisme menurut J.Frankel (1991:47) adalah pemaksaan peraturan-
peraturan sekelompok atau negara satu terhadap negara lain. Sedangkan Robert
D. Heibrouner (1982:39) mengemukakan bahwa imperialisme adalah “campuran
antara militerisme, keborjuisan, mencari pasar dan bahan mentah untuk industri
berat yang baru tumbuh”.
b. Tujuan Imperialisme
Tujuan imperialisme menurut Darsiti Soeratman (1965:48) dapat dilihat
dari dua pengertian imperialisme itu sendiri , yaitu:
1). Imperialisme kuno atau tua yaitu imperialisme yang intinya adalah
Gospel, Gold and Glory yaitu penyebaran agama, kekayaan dan
kejayaan. Sesuatu negara merebut negara lain dalam rangka untuk
menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan dan mendapatkan
kejayaan. Imperialisme kuno atau tua ini berkembang sebelum abad
ke-19.
2). Imperialisme modern yaitu suatu imperialisme yang cenderung pada
penguasaan ekonomi. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Soekarno
(1989:44) yang memberikan pengertian imperialisme adalah suatu
nafsu, suatu sistem untuk mempengaruhi ekonomi suatu bangsa lain
atau negara lain. Imperialisme ini berkembang setelah munculnya
revolusi industri setelah akhir abad ke-19.
Menurut Dahlan Nasution(1984:29) suatu negara melakukan imperialisme
dengan tujuan untuk mendapatkan kekuasaan diantaranya: Kekuasaan atas dunia
(Supreme of world), kekuasaan atas benua (Continental Empire), dan keunggulan
local (Local Prepounderance)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Imperialisme merupakan suatu usaha yang selalu ingin mengadakan
ekspansi terhadap wilayah-wilayah lain, hal ini tergolong dalam bentuk
imperialisme tua. Kejadian semacam ini sering terjadi pada kerajaan-kerajaan
yang telah mengalami puncak kejayaan yang ingin mencapai imperium. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bouman yang menyatakan bahwa imperialisme adalah
hasrat untuk melakukan ekspansi yang tidak terbatas, apabila perlu dengan
kekerasan. Cita-cita dari imperialisme tua adalah persatuan dunia, maksudnya
adalah imperialisme mendekatkan dan mempersatukan manusia dalam hasil dan
tujuan yang sama (Wiliem Ebstein dan Edwin Fogelman, 1987:66).
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
imperialisme adalah untuk meluaskan kekuasaan dan pengaruhnya secara paksa
ke luar batas-batas wilayahnya untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan.
c) Faktor-faktor pendorong Imperialisme
Terjadinya imperialisme didorong oleh beberapa faktor seperti yang
dikemukakan oleh Dahlan Nasution (1984:45), yaitu:
1) Menang Perang (Victorius War)
Negara yang menang perang sering melupakan tujuan perangnya yang
semula, lalu menetapkan status quo baru yang menguntungkan.
2). Kelemahan (Weakness)
Yang artinya yaitu keadaan negara-negara tertentu yang sangat lemah
sehingga ada kekosongan politik dan tidak ada suatu kekuatan yang menonjol.
Hal inilah yang menyebabkan suatu negara mudah diserang.
Adapun sebab-sebab timbulnya imperialisme menurut Sumarsosno
Mustoko (1985:37) adalah:
a) Keinginan untuk menjadi jaya, menjadi negara yang terbesar di seluruh dunia.
b) Perasaan suatu bangsa, bahwa mereka itu adalah bangsa yang istimewa di
dunia ini.
c) Hasrat untuk menyebarkan agama atau ideologi dapat menimbulkan
imperealisme.
d) Letak sesuatu negara yang dianggap secara geografis tidak menguntungkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
e) Sebab-sebab ekonomis, diantaranya adalah:
1) Keinginan untuk mendapatkan kekayan dari suatu Negara lain.
2) Ingin ikut serta dalam perdagangan dunia.
3) Ingin menguasai perdagangan dunia.
4) Keinginan untuk menjamin suburnya industri di dalam negerinya.
Dahlan Nasution (1984:54) mengemukakan bahwa ada tiga metode untuk
menjalankan imperialisme yaitu:
a. Imperialisme militer
Penaklukan militer adalah cara yang paling terang-terangan, paling kuno
dan paling kasar. Setiap penaklukan besar adalah imperialisme besar juga,
tetapi kenyataanya bahwa imperialisme semacam ini tidak dapat stabil,
membuat cara ini cepat jadi tertinggal. Setiap perang dapat juga menang
dapat juga kalah.
b. Imperialisme ekonomi
Metode ini kurang mencolok dan kurang efektif bila dibandingkan dengan
cara militer. Cara ini adalah metode rasional untuk memperoleh kekuasaan
dan merupakan produk jaman modern. Ia nampak pada meluasnya
kekuasaan kaum merkantilis dan kapitalis.
c. Imperialisme kebudayaan
Cara ini sangat stabil dan jika berhasil sangat efektif daripada politik
imperialisme yang lain. Cara ini ialah dengan cara mengubah jalan pikiran
dan budi orang lain untuk menggulingkan hubungan kekuasaan yang telah
ada.
3. Reformasi
a. Pengertian Reformasi
Menurut etimologi, reformasi berasal dari bahasa Inggris yaitu kata re yang
berarti kembali dan form yang artinya bentuk, sehingga reformasi berarti kembali
pada bentuknya. Secara umum reformasi adalah perubahan radikal yang ditujukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
untuk memperbaiki keadaan dalam bidang politik, ekonomi, agama dan sosial
dalam tatanan masyarakat atau negara (Peter & Yenny Salim, 1991:54).
Reformasi politik adalah pembaharuan sistem politik secara mendasar dan
menyeluruh yang dilaksanakan secara damai dan konstitusional. Reformasi politik
meliputi komponen struktur politik beserta fungsi-fungsi politiknya.
Tujuan dari reformasi politik adalah terwujudnya tata kehidupan politik yang
benar-benar demokratis, berkeadilan sosial dan berperikemanusiaan, sehingga
tercipta sebuah masyarakat yang baik.
Reformasi ekonomi adalah perubahan yang mendasar dan harus dalam arah
pemikiran, sikap perilaku, dan kebijakan di bidang ekonomi dan dunia usaha, baik
di sektor pemerintahan maupun swasta, menuju kearah yang lebih kejiwaan sosial
yang dapat menimbulkan kebersamaan, solidaritas, partisipasi dan dukungan luas
seluruh komponen bangsa.
Reformasi dalam bidang politik dapat berupa revolusi, ataupun sekedar
perombakan struktur pemerintahan. Sedang dalam ekonomi dapat berupa
perubahan sistem perekonomian suatu negara atau masyarakat seperti dari
ekonomi komunis menjadi ekonomi kapital.
b. Faktor –faktor pendorong reformasi
Faktor- faktor pendorong reformasi di Jepang :
1) Kekuasaan Kaisar sering kali dijadikan tameng kesewenang-wenangan
kaum militer. Dengan memanfaatkan sepenuhnya hak istimewa kaisar
sebagai pemimpin tertinggi yang diakui oleh konstitusi meiji, kaum militer
dapat berbuat apa saja yang mereka kehendaki.
2) Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, yang membuat Jepang menjadi
negara yang diduduki Amerika serikat. Membuat kesetiaan rakyat Jepang
menurun terhadap kekuasaan kaisar.
3) Kebijakan- kebijakan sekutu di Jepang ditujukan untuk penghapusan
unsur- unsur feodal dan militer dari masyarakat Jepang serta peningkatan
kebebasan modern dan perdamaian.
c. Pokok - pokok reformasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pokok-pokok reformasi politik antara lain:
1) Tentang Pemilu
Pemilihan Umum dilaksanakan secara periodik dan teratur tanpa adanya
tekanan dan campur tangan pemerintah. Pemilu juga dilaksanakan secara
jujur dan adil.
2) Tentang Partai Politik
Supaya rakyat diberi kesempatan untuk membentuk partai politik sesuai
dengan aspirasi mereka.
3) Tentang Dewan perwakilan
Dewan Perwakilan Rakyat harus dapat berfungsi secara maksimal dalam
mengontrol kinerja eksekutif/pemerintah.
4) Tentang Perdana Menteri
Dalam hal pemilihan perdana menteri, pemilihan dilakukan dengan
pemungutan suara, langsung, bebas dan rahasia.
Pokok-pokok reformasi ekonomi adalah sebagai berikut:
1). Pemerintahan dan pelayanan publik
Sasaran yang hendak dicapai melalui reformasi pada bidang pemerinahan
dan layanan publik adalah terbentuknya pemerintahan yang bersih dan adil
yang mampu menjalankan peranannya dengan efektif dan efisien, baik di
bidang pelayanan publik yang bersifat langsung (pelayanan berbagai
perijinan usaha dan jasa lainnya yang dibutuhkan masyarakat), maupun
peranannya sebagai pengatur di dalam kegiatan ekonomi (produksi,
distribusi dan konsumsi barang dan jasa).
2). Anggaran Negara untuk pemerintahan pusat dan daerah.
Mencapai penerimaan pendapatan Negara dalam jumlah yang optimum
yakni yang mampu menutup seluruh kebutuhan pengeluaran rutin maupun
pengeluaran pembangunan, dari berbagai pos penerimaan yang memiliki
pijakan hukum yang sah dan tetap, serta terpeliharanya rasa keadilan di
dalam alokasi dan pemungutannmya.
3) Keuangan dan moneter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Terbentuknya sektor keuangan yang efisien yang ditandai dengan
murahnya akses ekonomi, terutama golongan ekonomi lemah di pedesaan,
ke sumber-sumber pembiayaan tanpa diskriminasi yang didasarkan pada
kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, sehingga mampu mendorong
sektor riil dalam mendukung berjalannya fungsi produksi, distribusi, dan
konsumsi, atas barang dan jasa (Franz dkk, 1991:45).
Menurut Yoshihara Kunio, 1983 di Jepang sendiri terdapat dua reformasi
diantaranya:
1). Reformasi meiji pada tahun 1868 yang sering dikenal dengan restorasi
meiji. Restorasi meiji ini berusaha menghapus berbagai macam lembaga feodal.
Restorasi ini termasuk dalam reformasi politik. sosial dan ekonomi. Reformasi
meiji dilakukan secara sadar oleh orang-orang Jepang sendiri terutama kaum
terpelajar dari Choshu dan Satsuma, setelah pelabuhan Jepang dibuka oleh
Commodor Perry. Bentuk reformasi sosial adalah penghapusan sistem kelas dan
untuk menyusun suatu masyarakat yang berorientasi pada hasil karya.
Reformasi meiji bersifat revolusioner yang artinya bahwa reformasi ini
menghancurkan sistem feodal dan mempersiapkan jalan untuk sistem ekonomi
dan politik baru.
2). Reformasi yang kedua yaitu reformasi kependudukan tahun 1945,
reformasi ini berusaha untuk menghapus kaum-kaum militer dan lembaga-
lembaga pendukungnya, sebagai penggantinya diwujudkan lembaga-lembaga
demokrasi yang bersifat bukan militer. Reformasi ini termasuk dalam reformasi
politik, ekonomi dan sosial. Dalam bentuk reformasi politik yaitu
ditumbangkannya sistem yang menganggap kaisar sebagai Dewa dan memiliki
kekuasaan militer mutlak. Bentuk reformasi ekonomi yaitu adanya land reform,
dekonsentrasi ekonomi, serta reformasi ketenagakerjaan. Dalam reformasi sosial
yang dimulai dari pendidikan dilaksankan untuk menghentikan ajaran-ajaran yang
mengagungkan pihak militer serta menyembah Kaisar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4. Demokrasi
Menurut etimologis istilah demokrasi barasal dari bahasa Yunani, yaitu
kata “demos” dan “kratein” yang artinya pemerintahan rakyat (Abu Daudbusroh,
1987:47). Menurut W.J.S. Poerwodarminto (1986:39) istilah demokrasi diartikan
politik pemerintahan rakyat; bentuk pemerintahan negara yang segenap rakyatnya
memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya.
Demokrasi menurut Symon Martin (1959:48) adalah suatu sistem politik
yang memberikan kesempatan konstitusional secara berkala bagi pergantian
pejabat pemerintahan dan mekanisme sosial yang membolehkan sebagian besar
masyarakat untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah, dengan cara memilih
orang-orang tertentu untuk jabatan politik.
Menurut Raymond Gettel yang dikutip F. Isjwara (1982:55) menyatakan
bahwa ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemerintahan
Demokrasi, yaitu: (1) Bentuk pemerintahan baru didukung oleh persetujuan
umum, (2) Hukum yang berlaku harus dibuat oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih
melalui pemilihan umum, (3) Kepala Negara dipilih langsung atau tidak langsung
melalui pemilihan umum dan harus bertanggungjawab kepada dewan legislative,
(4) Hak pilih aktif diberikan kepada sejumlah besar rakyat atas persamaan derajat;
(5) Jabatan-jabatan pemerintah harus dapat dipegang oleh segenap lapisan
masyarakat.
Sistem politik demokrasi di Asia sangat berbeda dengan yang ada di Barat,
walaupun sebenarnya sistem demokrasi yang ada di negara-negara Asia
mengadopsi dari negara-negara Barat tetapi pada kenyataannya banyak terjadi
perbedaan. Hal ini dikarenakan bentuk demokrasi yang di jalankan negara-negara
Asia disesuaikan dengan iklim negara masing-masing yang memasukkan
kebudayaan mereka. Ada beberapa dari negara-negara di Asia yang mempunyai
beberapa persamaan dengan karakteristik dari demokrasi liberal seperti di negara-
negara Barat, yang bercirikan pemilu yang bebas dan adil, dengan hak suara
universal. Kemudian kehidupan warga negara yang bebas dari intervensi atau
pengawasan, kebebasan media. Tetapi negara-negara ini terancam menghadapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
perubahan, perkembangan ekonomi, keamanan nasional, dan pemberontakan yang
terjadi didalam negeri. Kemudian negara-negara ini menanggapinya dengan
mengubah atau menambahkan element demokasi ala Asia yang mempunyai
karakteristik antara lain : konfusianisme, patron-client, authority, dominant
political party dan strong-state (negara yang kuat).
Maka yang dimaksud dengan demokrasi ala Asia adalah suatu sistem
politik dimana setiap warga negaranya jauh dari intervensi pemerintah, terdapat
pemilu yang bebas dan adil, terdapat media dengan ruang yang tidak terlalu
dibatasi, dan adanya kelompok-kelompok kepentingan,yang kemudian diadaptasi
ke dalam iklim negara- negara Asia dengan penambahan eleme-elemen demokrasi
seperti, konfusianisme, patron-client, Authority (kewenangan), dominant
political party (Partai politik dominan), dan strong state (negara kuat) (Siti
Daulah Khoirati ,1992: 5).
Dalam kasus di negara Jepang salah satu negara Asia yang menganut
paham demokrasi, dimana terdapat penambahan beberapa unsur elemen-elemen
dalam demokrasi ala Asia yang telah disebutkan, diantaranya:
1). Konfusianisme
Ajaran konfusianisme, pada dasarnya memiliki unsur demokrasi. Hal
ini terlihat dalam konsep “mandat dari surga”, yang menyatakan
bahwa jika seseorang penguasa tidak memerintah secara benar, dengan
kata lain untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat banyak, maka
mandat dari surga bisa hilang dan suatu revolusi akan terjadi.
2). Patron-Client
Hubungan antara patron dan klien ini dapat kita lihat di Jepang dimana
dalam partai LDP terjadi persaingan antar faksi dimanifestasikan oleh
bos-bos faksi. Masing-masing bos politik ini memiliki pengikut setia
dan terikat dalam sebuah hubungan patron dan klien. Selaku patron para
pimpinan faksi bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan dan
kebutuhan politik bagi para kliennya. Bagi setiap klien tersedia
kesempatan dalam bentuk karir politik, jabatan dalam organisasi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
partai, serta jabatan dalam pemerintahan sebagai ganti dukungan yang
telah mereka berikan pada ketua faksi.
3). Authority
Di Asia respek terhadap wewenang dan kedudukan masih sangat besar,
dimana wewenang berasal dari penerimaan seseorang yang
membenarkan hak- hak orang lain untuk membuat peraturan-peraturan
dan mengeluarkan perintah-perintah. wewenang dalam sistem politik
berarti rakyat mau mengikuti peraturan-peraturan, menerima
akibatnya dan patuh kepada keputusan pejabat yang memerintah.
4). Dominant Political Party
Demokrasi di Asia bercirikan dengan adanya sebuah partai politik
yang mendominasi dari partai- partai politik lainnya. Dan di Jepang
partai LDP (Liberal Democratic Party) yaitu sebuah partai Politik
yang sangat mendominasi di Jepang.
5). Strong State (Negara Kuat).
Hampir semua negara-negara Asia di era modern ini sangat kuat
mendominasi atau bekerjasama dengan kelompok-kelompok
independen seperti partai politik, asosiasi bisnis, organisasi petani, dan
persatuan buruh. Negara-negara ini (Strong State) menikmati
legitimasinya karena karakteristik pandangan Asia mengikuti
pemimpinnya dan juga karena warga negaranya melihat keuntungan
yang nyata dari sebuah pemerintahan yang cukup, kuat untuk
menjamin keamanan nasional dalam bahaya lingkungan
internasional. Pemerintah Jepang juga mendominasi urusan-urusan
dalam negrinya untuk menjamin keamanan nasionalnya dan untuk
mengendalikan warga negaranya agar tidak terjebak dalam arus
modernisasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan tradisi bangsa
Jepang.
Demokrasi yang paling penting menurut Miriam Budiarjo (1992:49),
adalah demokrasi konstitusional dan kelompok aliran yang menamakan dirinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
“demokrasi”, tetapi mendasarkan dirinya atas komunisme. Miriam Budiarjo
mengemukakan bahwa ciri demokrasi konstitusional adalah pemerintahan yang
terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap
warga negaranya. Pembatasan-pembatasan atas kekuasaan pemerintah tercantum
dalam konstitusi, maka sering disebut “pemerintahan berdasarkan konstitusi”.
Konstitusi dengan tegas menjamin hak-hak azazi dari warga negara.
Syarat-syarat dasar untuk menyelenggarakan pemerintah yang demokratis
menurut Miriam budiarjo adalah perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa
konstitusi selain menjamin hak-hak individu juga menentukan cara untuk
memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin, badan kehakiman yang
bebas dan tidak memihak; pemilihan umum yang bebas, kebebasan untuk
menyatakan pendapat, kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi, pendidikan
kewarganegaraan.
Henry B. Mayo yang dikutip Miriam Budiarjo (1982:52) mengemukakan
bahwa demokrasi didasari oleh beberapa nilai yaitu:
a) Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga
b) Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah
c) Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur
d) Membatasi penggunaan kekerasan sampai minimum
e) Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman pendapat,
kepentingan, serta tingkah laku
Untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu dibentuk:
1) Pemerintah yang bertanggung jawab
2) Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-golongan
dan kepentingan-kepentingan dalam masyarakat dan dipilih
melalui pemilu yang bebas dan rahasia serta atas dasar sekurang-
kurangnya dua calon untuk setiap kursi
3) Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau beberapa partai
politik. Partai-partai menyelenggarakan hubungan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
berkelanjutan antara masyarakat umumnya dan pimpinan-
pimpinannya
4) Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan
mempertahankan keadilan
Menurut Lyman Sargent (1984:45), suatu negara demokrasi memenuhi
unsur-unsur penting yaitu:
a) Keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan politik
b) Tingkat persamaan hak diantara warga negara
c) Tingkat kebebasan dan kemerdekaan yang diberikan atau
dipertahankan dan dimiliki oleh warga negara
d) Sistem perwakilan
e) Sistem pemilihan ketentuan mayoritas
Ciri khas yang paling fundamental dari setiap sistem demokrasi, sesuai
dengan karakteristiknya ialah pandangan bahwa warga negara atau rakyat harus
dilibatkan dalam pengambilan keputusan politik, baik dengan cara langsung
ataupun melalui perwakilan yang mereka pilih. Kedua pendekatan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1). Demokrasi langsung: rakyat ambil bagian secara pribadi didalam
tindakan-tindakan sengaja dan memberi suara atas masalah-masalah.
Seluruh rakyat ikut serta membahas dan mensahkan semua undang-
undang.
2). Demokrsi perwakilan; rakyat memilih warga lain untuk membahas
dan mensahkan undang-undang.
Keterlibatan rakyat dapat meliputi sejumlah aktifitas lainnya, misalnya
peran serta dalam suatu partai politik atau kelompok. Rakyat memiliki hak
untuk membahas kebijaksanaan negara mengenai hal-hal yang dilakukan atas
nama rakyat. Keterlibatan rakyat dapat secara langsung maupun tidak
langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Kerangka Berpikir
Keterangan :
Jepang mendapat kejayaannya kembali sebagai akibat reformasi disegala
bidang pada masa restorasi meiji. Restorasi Meiji tahun 1868 menandakan titik
awal keterbukaan Jepang terhadap dunia luar dan modernisasi ala Barat dalam
hampir segala bidang. Setelah lebih dari dua abad tertutup dalam isolasi, Jepang
mengejar ketertinggalannya dari Barat dengan berprinsip pada semangat fukoku
kyohei.
Selain mengimpor teknologi dan pemikiran Barat, Jepang juga
mengirimkan putra-putra terbaiknya untuk belajar langsung di tempat ilmu
tersebut berasal. Dari merekalah ilmu-ilmu Barat dibawa pulang yang kemudian
diterjemahkan dan dibukukan dalam bahasa Jepang. Yang menonjol dari hasil
studi para duta pelajar Jepang adalah penerapan dan pengadaptasian sejumlah
sistem kehidupan Barat. Bidang-bidangnya mencakup teknologi, sistem hukum &
pengadilan (Perancis), sistem pendidikan (Perancis & Amerika), sistem militer
(Perancis & Inggris), dan juga sistem politik (Inggris, Jerman, Perancis).
Jepang
Demokratisasi di Jepang
Parlemen
Kekalahan Dalam PD II
Pembentukan Negara Asia Timur Raya
Restorasi Meiji
Pendudukan AS
Reformasi Politik; Konstitusi Nasional
1947
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Serangkaian perubahan pun dilakukan pemerintahan Meiji untuk
mewujudkan visi negara modern melalui fukoku kyohei, diantaranya adalah
memodernisasi sistem politik Imperial Jepang. Modernisasi ini juga dicontoh dari
sistem Barat dengan cara membuat undang-undang dasar yang dikenal dengan
Konstitusi Imperial Meiji, yang kemudian menjadikan Jepang sebagai negara
Monarki Konstitusional. Landasan negara ini merupakan langkah awal bagi
kehidupan perpolitikan modern Jepang, kejayaan ini membuat Jepang ingin
membentuk Negara Asia Timur Raya yang mana sesuai dengan ajaran Shinto
yang selama ini mereka anut. Dalam rangka mewujudkan impiannya Jepang ikut
serta dalam Perang Dunia. Kegemilangan Jepang dalam Perang Dunia I membuat
Jepang merasa sama dengan negara-negara Barat, sayangnya negara-negara Barat
tidak mengakui Jepang sebagai negara yang sederajat dengannya. Sehingga
Jepang ikut terjun langsung dalam Perang Dunia II untuk membuktikan
keunggulannya. Namun Perang Dunia II telah membawa kehancuran di Jepang.
Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II ini membawa Jepang dibawah
pendudukan Amerika serikat, sebagai negara yang kalah, Jepang harus tunduk
dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh Amerika, termasuk perubahan
konstitusi.
Diberlakukannya konstitusi naisonal, terjadi reformasi yang hebat di
Jepang terutama kedudukan kaisar. Kaisar tidak lagi sebagai kekuatan tunggal di
Jepang, kaisar hanya sebagai simbol pemersatu rakyat Jepang.
Pembentukan parlemen dan keikutsertaanya wanita dalam dunia politik
Jepang sebagai akibat dari konstitusi nasional merupakan salah satu simbol yang
menandakan Jepang telah memasuki dunia baru yaitu dunia demokrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul “Konstitusi Nasional Jepang (Studi
Tentang Proses Demokratisasai Jepang tahun 1947-1967)”, penulis melakukan
teknik pengumpulan data melalui studi pustaka. Adapun perpustakaan yang
digunakan sebagai berikut:
a. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
c. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
d. Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
e. Perpustakaan Monumen Pers Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah sejak pengajuan judul
skripsi yaitu bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Juni 2011.
B. Metode penelitian
Dalam suatu penelitian, peranan metode ilmiah sangat penting karena
keberhasilan tujuan yang akan dicapai tergantung dari penggunaan metode yang
tepat. Kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos yang berarti cara atau
jalan. Sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara
kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan (Koentjaraningrat, 1977 : 16). Menurut Helius Syamsuddin (1996 :
6), yang dimaksud dengan metode adalah suatu prosedur teknik atau cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
melakukan penyelidikan yang sistematis yang dipakai oleh suatu ilmu (sains),
seni atau disiplin ilmu yang lain.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha merekonstruksikan,
mendiskripsikan dan memaparkan proses demokrasi di Jepang setelah Konstitusi
Nasional 1947. Mengingat peristiwa yang menjadi pokok penelitian adalah
peristiwa masa lampau, maka metode yang digunakan adalah metode historis atau
sejarah. Dengan melihat peristiwa di masa lampau sehingga dapat menghasilkan
historiografi sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Hadari Nawawi (1998 : 78-79) mengemukakan bahwa metode penelitian
sejarah adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu
atau peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan
yang berlangsung pada masa lalu dan terlepas dari keadaan masa sekarang.
Gilbert J. Garraghan yang dikutip Dudung Abdurrahman (1999 : 43)
mengemukakan bahwa metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan
prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif,
menilai secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam
bentuk tertulis.
Menurut Louis Gottshalck (1986: 21) menjelaskan metode sejarah sebagai
proses menguji dan menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data yang
otentik dan dapat dipercaya, serta usaha sintesis atas data semacam itu menjadi
kisah sejarah yang dapat dipercaya. Menurut Helius Syamsuddin (1996: 61), yang
dimaksud metode sejarah adalah proses menguji dan mengkaji kebenaran
rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau dengan menganalisis secara
kritis bukti-bukti dan data-data yang ada sehingga menjadi penyajian dan ceritera
sejarah yang dapat dipercaya.
Nugroho Notosusanto (1971:47) mengatakan bahwa metode penelitian
sejarah merupakan proses pengumpulan, menguji, menganalisis secara kritis
rekaman-rekaman dan penggalian-penggalian masa lampau menjadi kisah sejarah
yang dapat dipercaya, metode ini merupakan proses merekonstruksi peristiwa-
peristiwa masa lampau, sehingga menjadi kisah yang nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian sejarah adalah kegiatan pemecahan masalah dengan mengumpulkan
sumber-sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji.
Sehingga dapat memahami kejadian pada masa lalu kemudian menguji dan
menganalisa secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil yang dicapai dalam
bentuk tertulis dari sumber sejarah tersebut, agar dapat dijadikan suatu cerita
sejarah yang obyektif, menarik dan dapat dipercaya.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sejarah. Sumber data sejarah sering disebut juga data sejarah. Menurut
Kuntowijoyo (1995 : 94) kata “data” merupakan bentuk jamak dari kata tunggal
datum (bahasa latin) yang berarti pemberitaan.
Menurut Dudung Abdurrachman (1999 : 30), data sejarah merupakan
bahan sejarah yang memerlukan pengolahan, penyeleksian, dan pengkategorian.
Menurut Helius Syamsuddin dan Ismaun (1996 : 61) sumber sejarah ialah bahan-
bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa
yang terjadi pada masa lampau.
Helius Syamsuddin ( 1994: 73) mengemukakan tentang pengertian sumber
sejarah, yaitu:
Segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan kepada kita tentang sesuatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lalu (past actuality). Sumber sejarah merupakan bahan-bahan mentah (raw materials) sejarah yang mencakup segala macam evidensi (bukti) yang telah ditinggalkan oleh manusia yang menunjukkan segala aktivitas mereka di masa lalu yang berupa kata-kata yang tertulis atau kata-kata yang diucapkan (lisan).
Dalam usaha untuk mengunpulkan data, penulis menggunakan sumber
tertulis. Menurut Lexy J.Moleng (1989 :31) sumber tertulis dapat berupa buku-
buku, majalah ilmiah, arsip dan dokumen resmi (dikeluarkan oleh pemerintah)
dan dokumen pribadi. Sumber tertulis dibedakan menjadi dua, yaitu sumber
tertulis primer dan sumber tertulis sekunder. Louis Gottshalck (1986: 35)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mengemukakan bahwa sumber tertulis primer adalah kesaksian dari seorang saksi
dengan mata kepala sendiri. Sumber tertulis primer juga dapat diartikan sebagai
data yang didapatkan dari masa yang sejaman dan berasal dari orang yang
sejaman. Sedangkan sumber tertulis sekunder merupakan kesaksian dari pada
siapapun yang bukan merupakan saksi mata, yakni dari seseorang yang tidak hadir
di peristiwa yang dikisahkannya. Sumber tertulis sekunder juga dapat diartikan
sebagai data yang ditulis oleh orang yang tidak sejaman dengan peristiwa yang
dikisahkannya.
Sumadi Suryabrata (1998: 17) berpendapat bahwa penelitian historis
tergantung kepada dua macam data, yaitu data primer dan sekunder. Namun
dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan data sekunder, hal ini
dikarenakan kajian dalam penelitian ini tidak memungkinkan penulis untuk
melakukan observasi langsung, dan tidak adanya data yang ditulis oleh orang
yang sejaman ataupun yang ditulis pada waktu peristiwa terjadi sehingga penulis
dalam menulis penelitian ini hanya menggunakan data sekunder. Data sekunder
diperoleh dari sumber sekunder, yaitu penulis melaporkan hasil observasi orang
lain tetapi orang tersebut bukan berada di tempat kejadian ataupun sejaman.
Dalam skripsi ini sumber-sumber yang digunakan adalah surat kabar dan
beberapa literatur lain, baik buku maupun artikel mengenai Jepang pasca
Konstitusi Nasional. Salah satu sumber tersebut yaitu Ryosuke Ishi. Sejarah
Institusi Politik Jepang (1988), Nio Joe Lan. Djepang Sepanjang Masa (1962),
Sayidiman Suryohadiprojo. Manusia dan Masyarakat Jepang Dalam Perjoangan
Hidup (1987). Yosihara Konio. Perkembangan Ekonomi Jepang (1983), artikel
yang ditulis oleh Umeda, Sayuri (2006) (PDF). Jepang: Pasal 9 dari Konstitusi
Law Library of Congress p. 18. Kesemua sumber data tersebut dikaji, kemudian
dianalisis maka diperoleh data yang digunakan untuk menyusun cerita sejarah
yang obyektif.
D. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
dalam melakukan teknik pengumpulan data digunakan teknik kepustakaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
atau studi pustaka. Studi pustaka berperan penting sebagai proses bahan
penelitian, tujuannya sebagai pemahaman secara menyeluruh tentang topik
permasalahan yang sedang dikaji. Studi pustaka adalah suatu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data atau
fakta sejarah, dengan cara membaca buku-buku literatur, majalah, dokumen
atau arsip, surat kabar atau brosur yang tersimpan di dalam perpustakaan
(Koentjaraningrat, 1983: 3).
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan studi pustaka menurut
Koentjaraningrat (1986: 18) ada 4 yaitu:
(1) Memperdalam kerangka teoritis yang digunakan sebagai landasan teori
pemikiran
(2) Memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti
(3) Mempertajam konsep yang digunakan, sehingga mempermudah dalam
perumusannya
(4) Menghindari terjadinya pengulangan suatu penelitian
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan sebagai
berikut:
(1) Pencarian dan pengumpulan sumber-sumber data yang dibutuhkan baik itu
sumber primer maupun sumber sekunder mengenai sejarah konstitusi Jepang.
Peneliti berusaha mengumpulkan sumber- sumber sejarah yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti yaitu mengadakan studi referensi yang ada di
Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Perpustakaan Monumen Pers Surakarta .
(2) Membaca dan mencatat sumber primer maupun sekunder mengenai Konstitusi
Jepang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
(3) Penggalian terhadap bahan-bahan pustaka lainnya seperti buku, majalah,
artikel, yang dilakukan di perpustakaan yang dianggap penting dan relevan
dengan masalah yang diteliti.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik
analisis historis. Menurut Kuntowijoyo (1995 : 94), interpretasi atau penafsiran
sejarah seringkali disebut dengan juga analisis sejarah. Analisis sendiri berarti
menguraikan, dan secara terminologis berbeda dengan sintesis yang berarti
menyatukan. Analisis dan sintesis, dipandang sebagai metode-metode utama
dalam interpretasi. Menurut Helius Syamsuddin (1996: 89) teknik analisis data
historis adalah analisis data sejarah yang menggunakan kritik sumber sebagai
metode untuk menilai sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan sejarah.
Menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999: 64),
analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh
dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta
itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Menurut Sartono Kartodirdjo
(1992: 2) mengatakan bahwa analisis sejarah ialah menyediakan suatu kerangka
pemikiran atau kerangka referensi yang mencakup berbagai konsep dan teori yang
akan dipakai dalam membuat analisis itu. Data yang telah diperoleh
diinterpretasikan, dianalisis isinya dan analisis data harus berpijak pada kerangka
teori yang dipakai sehingga menghasilkan fakta-fakta yang relevan dengan
penelitian.
Di dalam penelitian ini setelah dilakukan pengumpulan data, peneliti
melakukan analisis data. Analisis data merupakan langkah penting yang dimulai
dari mengumpulkan data kemudian melakukan kritik ekstern dan intern untuk
mencari otensitas dan kredibilitas sumber yang didapatkan. Dari langkah ini dapat
diketahui sumber yang benar-benar dibutuhkan dan relevan dengan materi
penelitian. Selain itu, membandingkan data dari sumber-sumber sejarah yang
telah dikumpulkan, dengan bantuan seperangkat kerangka teori dan metode
penelitian sejarah, kemudian didapati data mana yang akurat dan relevan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Histoiografi
disebut dengan fakta sejarah. Agar memiliki makna yang jelas dan dapat
dipahami, fakta tersebut ditafsirkan dengan cara merangkaikan fakta satu dengan
fakta-fakta yang lain menjadi suatu cerita yang kronologis dan masuk akal,
sehingga didapatkan bahan penulisan penelitian yang utuh dalam sebuah karya
ilmiah.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah penelitian awal yaitu
persiapan pembuatan proposal sampai pada penulisan hasil penelitian. Karena
penelitian ini menggunakan metode historis, maka ada empat tahap yang harus
dipenuhi. Empat langkah itu terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan
historiografi. Prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Heuristik Kritik Interpretasi
Fakta Sejarah Cerita Sejarah
Keterangan :
a. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani yang artinya memperoleh. Dalam
pengertiannya yang lain adalah suatu teknik yang membantu kita untuk mencari
jejak-jejak sejarah. Menurut G. J Rener (1997:37), heuristik adalah suatu teknik,
suatu seni dan bukan suatu ilmu. Heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan
umum, dan sedikit mengetahui tentang bagian-bagian yang pendek. Sidi Gazalba
(1981 :15) mengemukakan bahwa heuristik adalah kegiatan mencari bahan atau
menyelidiki sumber sejarah untuk mendapatkan hasil penelitian. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
demikian heuristik adalah kegiatan pengumpulan jejak-jejak sejarah atau dengan
kata lain kegiatan mencari sumber sejarah.
Pada tahap ini peneliti berusaha mencari dan menemukan sumber-
sumber tertulis berupa buku-buku serta bentuk kepustakaan lain yang relevan
dengan penelitian. Sumber tertulis berupa buku-buku dan literatur yang diperoleh
dari beberapa perpustakaan diantaranya: Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas
Maret, Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Perpustakaan
Program Studi Sejarah FKIP UNS, Perpustakaan Monumen Pers Surakarta
b. Kritik
Setelah mengumpulkan data atau bahan, tahap berikutnya adalah langkah
verifikasi atau kritik untuk memperoleh keabsahan sumber. Menurut Helius
Syamsuddin (1884 :103) keabsahan sumber dicari melalui pengujian mengenai
kebenaran atau ketetapan sumber. Kritik terhadap sumber data dilakukan dengan
dua cara yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Menurut Dudung Abdurrahman
(1999: 58) kritik ekstern yaitu menguji suatu keabsahan tentang keaslian sumber
(otentisitas) sedangkan kritik intern menguji keabsahan tentang kesahihan sumber
(kredibilitas).
Kritik ekstern pada sumber tertulis dilihat dari pengarangnya. Kritik
ekstern yaitu kritik terhadap keaslian sumber (otensitas) yang berkenaan dengan
segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan, seperti bahan (kertas atau tinta) yang
digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa, hurufnya, dan segi penampilan yang lain.
Sebagai contoh kritik ekstern penulis menggunakan artikel yang ditulis oleh
Sayuri Umeda (2006) Jepang: Pasal 9 dari Konstitusi yang masih menggunakan
bahasa inggris.
Kritik intern dilakukan dengan membandingkan antara isi sumber yang
satu dengan isi sumber yang lain sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya
dan dapat memberikan sumber yang dibutuhkan. Hal tersebut dilaksanakan agar
dapat mengetahui bagaimana isi sumber sejarah dan relevansinya dengan masalah
yang dikaji. Kritik intern sumber terhadap data tertulis dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dilakukan dengan mengidentifikasi gaya, tata bahasa, dan ide yang digunakan
penulis, sumber data, dan permasalahannya kemudian dibandingkan dengan
sumber data lainnya. Kritik ini bertujuan untuk menguji apakah isi, fakta dan
cerita dari suatu sumber sejarah dapat dipercaya dan dapat memberikan informasi
yang diperlukan.
Dalam hal ini, penulis mengambil contoh buku yang ditulis oleh Prof.
Ryosuke Ishii seorang ahli sejarah Jepang terkemuka yang berjudul Sejarah
Isntitusi politik Jepang. Buku ini diterjemahkan secara bergotong royong oleh
mahasiswa UI dengan diskusi-diskusi yang panjang, kemudian penulis
membandingkan isi buku tersebut dengan buku yang ditulis oleh Yoshihara Kunio
yang berjudul Perkembangan Ekonomi Jepang. Sehingga didapatkan data yang
akurat.
c. Interpretasi
Dalam penelitian ini, interpretasi dilakukan dengan cara menghubungkan
atau mengaitkan sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah lain, sehingga
dapat diketahui hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa masa lampau yang
menjadi obyek penelitian. Kemudian sumber tersebut ditafsirkan, diberi makna
dan ditemukan arti yang sebenarnya sehingga dapat dipahami makna tersebut
sesuai dengan pemikiran yang logis berdasarkan obyek penelitian yang dikaji.
Dengan demikian dari kegiatan kritik sumber dan interpretasi tersebut dihasilkan
fakta sejarah atau sintesis sejarah.
Untuk mendapatkan data yang akurat, penulis mencoba membaca
peristiwa-peristiwa masa lampau sehingga menjadi sebuah kisah yang tidak
melupakan unsur kebenarannya, yaitu dengan mengaitkan isi antara satu sumber
dengan sumber yang lainnya misalnya buku Ryosuke Ishii yang berjudul Sejarah
Institusi Politik Jepang dengan buku yang ditulis Sayidiman Suryohadiprojo yang
berjudul Manusia dan Masyarakat Jepang Dalam Perjoangan Hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
d. Historiografi
Langkah terakhir prosedur penelitian dalam metode sejarah adalah
historiografi. Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan
hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan (Dudung Abdurrahman, 1999: 67).
Dalam tahap ini seorang penulis harus dapat mengungkapkan hasil penelitiannya
dengan bahasa yang baik dan benar, menyajikan data-data yang akurat dan
membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara jelas oleh pemikiran
pembaca. Selain itu penulis harus mengungkapkan hasil penelitiannya secara
kronologis dan sistematis. Dalam proses historiografi ini diperlukan imajinasi
dari penulis agar fakta-fakta yang diperoleh dapat dirangkaikan menjadi sebuah
kisah yang menarik untuk dibaca dan dapat dipercaya kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kehidupan Demokrasi di Jepang sebelum diberlakukannya
Konstitusi Nasional tahun 1947
1. Masa Restorasi Meiji
Restorasi Meiji tahun 1868 menandakan titik awal keterbukaan Jepang
terhadap dunia luar dan modernisasi ala Barat dalam hampir segala bidang.
Setelah lebih dari dua abad tertutup dalam politik isolasi, Jepang mengejar
ketertinggalannya dari Barat dengan berprinsip pada semangat fukoku kyohei yang
artinya negara sejahtera, tentara kuat. Kaisar meiji (Matsuhito) yang memegang
kekuasaan pada saat itu memindahkan pusat pemerintahan dari kyoto ke Edo yang
kemudian namanya diubah menjadi Tokyo yang berarti ”ibu kota dari timur”
(Sayidiman Suryohadiprojo,1982:54).
Serangkaian perubahan pun dilakukan pemerintahan Meiji untuk
mewujudkan visi negara modern melalui fukoku kyohei, diantaranya adalah
memodernisasi sistem politik Imperial Jepang. Modernisasi ini dicontoh dari
sistem Barat dengan cara membuat undang-undang dasar yang dikenal dengan
Konstitusi Imperial Meiji, yang kemudian menjadikan Jepang sebagai negara
Monarki Konstitusional
Latar belakng Restorasi ialah dibukanya pelabuhan Jepang secara paksa
oleh Commodor Perry, yang akhirnya membuat rakyat Jepang tidak percaya lagi
pada kekuatan Shogun, kemudian rakyat menuntut agar kekuasaan dikembalikan
kepada Kaisar yang ditandai dengan dibentuknya tiga jabatan baru yang secara
langsung derada di bawah Kaisar yaitu: Sosai (Perdana Menteri), Giyo (Anggota
Dewan Penasihat Senior), dan San-yo (Anggota Dewan Penasihat Muda). Pada
tanggal 6 April 1868, Kaisar mengeluarkan sumpah jabatan yang terdiri dari lima
pasal, yang menggambarkan garis besar asas-asas yang harus dianut oleh
pemerintahannya, yaitu:
1. Dewan-dewan musyawarah akan dibentuk secara luas dan tiap-tiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
kebijaksanaan akan ditetapkan berdasarkan musyawarah
2. Golongan tinggi dan rendah harus bersatu dalam melaksanakan rencana-
rencana bangsa dengan penuh gairah
3. Semua kelas masyarakat akan diperbolehkan memenuhi cita-cita mereka
dengan adil dan mendapat rasa puas
4. Adat-istiadat masa lalu yang tidak baik harus dihapus, dan asas-asas yang
adil dan wajar haruslah menjadi dasar kebijaksanaan
5. Pengetahuan harus dicari di seluruh dunia agar kesejahteraan kerajaan
dapat ditingkatkan (Ryosuke Ishii,1988:126).
` Berdampingan dengan dikumandangkannya Semboyan golongan-
golongan yang mendukung kasiar fukoku kyohei dikumandangkan pula
semboyang yang berbunyi Sonno joi yang artinya hormati kaisar dan usir kaum
biadab (orang-oarng asing). Meskipun semboyan ini dikumandangkan keseluruh
rakyat jepang, namun para daimyo (pemilik tanah) yang telah mengunjungi Eropa
dan Amerika Serikat menyadari bahwa pengusiran bangsa asing harus dengan cara
yang tepat. Para daimyo ini berpendapat bahwa Eropa dan Amerika Serikat dapat
menguasai Asia oleh karena keunggulan mereka dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, bahkan dengan keunggulan itu mereka dapat menundukkan
Cina yang di mata Jepang merupakan sumber kebudayaan dan pengetahuan.
Karena itu para daimyo menarik kesimpulan bahwa hanya kalau Jepang dapat
mencapai tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang sama dengan dunia Barat,
kelangsungan hidupnya akan terjamin dari ancaman dunia barat (Sayidiman
Suryohadiprojo,1982:25).
Para oligarki berpendapat bahwa hanya melalui penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi Barat dapat dibangun industri dan ekonomi Jepang
yang maju, dan kemudian atas landasan itulah dapat disusun kekuatan militer
yang mampu mengusir bangsa asing, sehingga mulai saat itu bangsa Jepang
sungguh-sungguh bergerak untuk meniru segala aspek kehdupan barat. Pemuda-
pemuda Jepang mulai dikirim ke Inggris, Perancis dan Jerman untuk belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dalam berbagai bidang, dan sebaliknya didatangkan pula guru-guru dari luar
untuk mengajar orang Jepang di rumah.
Fukuzawa Yukichi yang saat itu dianggap sebagai bapak pendidikan
modern Jepang menganjurkan bangsa Jepang untuk meninggalkan cara-cara Asia
dan menoleh ke Barat. Jepang juga tidak ragu-ragu melakukan westernisasi hal ini
dikarenakan mereka berpendapat bahwa hanya melalui westernisasi kelangsungan
hidup mereka dapat dijamin. Dipihak lain para oligarki tidak takut kehilangan Ke-
Jepangan-annya karena mereka berpendapat bahwa identitas Jepang termasuk
salah satu yang harus dijamin kelangsungan hidupnya.
Para oligarki di bawah pimpinan Okubo Toshimichi juga mengambil
langkah-langkah yang drastis dalam masyarakat untuk merealisasikan semboyan
Fukoku Kyohei. Langkah pertama adalah pengahapusan golongan samurai dan
tembok pemisah antara golongan petani, tukang serta pedagang. kemudian
wilayah Jepang dibagi dalam provinsi-provinsi yang dipimpin oleh para gubernur
(Sayidiman Suryohadiprojo, 1982:26). Petani juga dibebaskan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan diluar dunia pertanian yang akan meningkatkan pendapatan
mereka, sedangkan bagi saudagar peraturan-pertauran feodal yang mewajibkan
mereka untuk ikut dalam perhimpunan-perhimpunan profesi dan membatasi
persaingan dihapuskan (Yoshihara Kunio, 1983:94).
Kebijaksanaan fundamental lainnya yang diambil oleh para oligarki adalah
diadakannya pendidikan wajib dan bebas bagi seluruh rakyat Jepang selama 4
tahun dan dibukanya berbagai macam sekolah dengan tingkat rendah hingga pada
tingkat universitas, dengan demikian rakyat Jepang merasa diberikan kesempatan
untuk berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga muncul
perasaan dan keyakinan bahwa siapapun sekarang dapat memperoleh kemajuan
asalkan ia menunjukkan kemauan belajar. Di masa Tokugawa sudah ada
pendidikan untuk rakyat yang umumnya dilakukan dikuil-kuil Budha, tetapi pada
masa itu tidak ada kepastian bahwa seseorang yang pandai dapat memperoleh
kemajuan yang berarti dalam posisi kehidupan kecuali kalau ia termasuk golongan
samurai. Dalam masa meiji hal ini berubah, tidak ada pembatasan golongan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
semua orang dapat menduduki profesi apapun dan itulah yang memberikan
dorongan kepada semua orang untuk balajar keras.
Bersamaan dengan itu, sistem pendidikan ini dimanfaatkan pula untuk
mendidik sifat-sifat yang terkandung dalam ajaran Bushido kepada seluruh rakyat,
patriotisme dan kesetiaan kepada kaisar merupakan ajaran yang terpenting. Maka
melalui penyebaran menyeluruh atau demokrastisasi pendidikan para oligarki
memperoleh tiga hal sekaligus pertama, meningkatnya mutu seluruh rakyat, kedua
tumbuhnya kesetiaan kepada negara dan pemerintahan, ketiga digerakkannya
semangat untuk orang-orang agar mau belajar (Sayidiman Suryohadiprojo,
1982:28).
Demokrasi ala Barat pertama kali diterapkan di Jepang saat diajukannya
petisi tahun 1874, oleh delapan orang pejabat pemerintahan Meiji yang menolak
kebijakan penyerangan Korea. Petisi ini berisi tuntutan kepada pemerintah untuk
mendirikan sebuah dewan perwakilan. Konsep ini berdasarkan rancangan
Fukuzawa Uruo yang mengadakan perjalanan ke Eropa dan mendalami Konstitusi
pemerintahan Barat. Pendukung perencanaan pembentukan dewan perwakilan ini
hampir semuanya berasal dari bekas keluarga samurai di daerah Tosa dan Hizen.
Hal tersebut dapat dipahami karena mereka menentang penguasaan pemerintah
yang dimonopoli oleh klan dari Satsuma dan Chosu.
Dokumen yang disampaikan para pendukung petisi ini menandakan
periode gerakan demokrasi rakyat zaman Meiji. Dalam perjalanannya, tuntutan ini
menimbulkan banyak pro kontra dan serangkaian konflik namun, pada akhirnya
pemerintah berjanji akan membentuk pemerintahan Konstitusional secara
bertahap. Adapun langkah-langkah tersebut antara lain disusunnya kembalin
admnistrasi sistem Tripartite dengan genro-in (senat) sebagai majelis tinggi, chiho
kan kaigi sebagai majelis rendah dan daishin-in sebagai pengadilan tinggi, yang
pada akhirnya Kaisar mengeluarkan dokumen yang menjanjikan pembentukan
majelis umum ( Sayidiman Suryohadiprojo, 1982:55).
Pengumuman pembentukan majelis umum yang didasarkan atas pemilihan
ini, membantu muncul dan berkembangnya partai-partai yang mendukung hak-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
hak sipil. Partai yang terbentuk diantaranya adalah Jiyuto (Partai Liberal) pada
tahun 1881, yang terpengaruh oleh falsafah revolusioner Perancis yang
menginginkan perubahan dengan cepat. Partai lainnya adalah Rikken Kaishinto
(Partai Konstitusional Progresif) yang didirikan tahun 1882. Rikken Kaishinto
menjadi bandingan bagi partai Jiyuto, dan partai ini menginginkan penerapan
sistem Inggris moderat. Namun, pemimpin konservatif pemerintahan berpendapat
bahwa undang-undang dasar model Prusia lebih cocok diterapkan di Jepang
karena mereka menginginkan kedaulatan negara yang lebih besar dibandingkan
yang berlaku dalam sistem Inggris ( Sayidiman Suryohadiprojo,1982:57)
Tokoh paling menonjol dalam proses ini adalah Ito Hirobumi yang
menyelidiki undang-undang dasar Barat di Austria dan Jerman (1882). Ia
mempersiapkan undang-undang dasar Jepang dan membuat susunan
kebangsawanan baru (1884) yang meliputi lima pangkat (kazoku). Dalam kazoku
ini terdiri dari para bangsawan lama, daimyo, dan juga pejabat negara tingkat atas
yang mendukung restorasi.
Akhir tahun 1885 bentuk pemerintahan dajokan yang dulu masih
digunakan Kaisar pada masa awal Meiji yaitu sistem pemerintahan terpusat
diganti dengan sistem kabinet, dan Ito Hirobumi menggantikan Sanjo Sanetomi
menjadi perdana menteri. Setelah kepemimpinan Ito, muncul kecenderungan
perdana menteri selanjutnya berasal dari anggota kazoku (bangsawan baru).
Pada masa Imperial ini, terdapat dewan penasihat kekaisaran (badan
tertinggi penasihat kekaisaran) yang membahas secara detail konsep kasar UUD
yang diajukan oleh Ito Hirobumi. Undang-undang ini diproklamasikan pada
tanggal 11 Februari 1889 sebagai UUD Kekaisaran Jepang (disebut juga
Konstitusi Meiji). Konstitusi Meiji secara umum mencontoh bentuk Monarki
Konstitusional yang ada pada abad 19. Tidak seperti Konstitusi modern Jepang
1947, Konstitusi Meiji menjamin peran politik Kaisar secara nyata, walaupun
pada praktiknya kekuasaan dan kekuatan Kaisar diarahkan oleh kelompok
oligarki yang disebut sebagai genro. Konstitusi Meiji memberikan kekuasaan
yang luas, kekuasaan diplomatik kepada Kaisar dan menjadikan Kaisar sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
panglima angkatan bersenjata, sehingga Kaisar tidak perlu mengadakan
perundingan dengan dewan perwakilan kekaisaran apabila hendak memberikan
perintah kepada angkatan bersenjata (Daulah K, Siti, 2006:29). Selain itu,
dibentuk pula lembaga legislatif modern Jepang yang pertama yaitu Imperial
Diet (teikoku gikai) yang dibentuk berdasarkan Konstitusi Meiji (1889 – 1947).
Bentuk Diet diambil dari model Reichstag Jerman dan sebagian lainnya diambil
dari sistem Inggris. Anggota Imperial Diet mengadakan siding pertama kali pada
tanggal 29 November 1890. Kata “Diet” berasal dari bahasa Latin yang lazim
digunakan sebagai nama majelis di Jerman.
Imperial Diet terdiri dari House of Representatives / majelis rendah
(dewan perwakilan) dan House of Peers/majelis tinggi (dewan bangsawan/Kizoku-
in). The House of Peers mirip seperti House of Lords di Inggris, yang terdiri dari
golongan bangsawan kelas atas. House of Peers terdiri dari anggota keluarga
kekaisaran, anggota bangsawan baru, orang yang membayar tinggi pajak dan
orang yang ditunjuk Kaisar, serta anggota khusus yang dipilih secara terbatas.
Dapat dikatakan bahwa House of Peers ini merupakan badan bangsawan yang
cenderung pada politik konservatif (http://en.wikipedia.org/wiki/Diet_of_Japan.
Diakses tanggal 25 November 2010). Anggota House of Representatives dipilih
berdasarkan pemilihan yang dilakukan oleh laki-laki yang berumur 25 tahun atau
lebih, dan telah membayar pajak penghasilan yang pajaknya berjumlah minimal
15 yen. Jumlah kelompok ini tidak lebih dari 1 persen dari populasi. Hanya kaum
laki-laki yang diperbolehkan mengikuti pemilihan dan masih minimnya
pengalaman dalam pemilihan dan pemahaman terhadap institusi parlemen,
menjadikan sistem demokrasi tahun 1890 tersebut diragukan kedemokratisannya.
Selain Kaisar dan badan oligarki/genro, terdapat pula kabinet menteri
pemerintah di bawah perdana menteri yang menggunakan sistem kabinet gaya
Barat, namun tentu saja anggota kabinet tersebut diatur oleh pihak Kekaisaran.
Empat tahun pertama selama Diet hadir dalam perpolitikan Imperial Jepang,
merupakan periode perang terbuka dimana terjadi banyak kericuhan dan
konfrontasi antar anggota parlemen dari partai yang berbeda, maupun antara Diet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
dengan pemerintah. Pemerintah melakukan pembubaran parlemen, menyogok
anggota parlemen dan ikut campur dalam pemilihan umum. Selain itu,
keterbatasan Imperial Diet dapat dilihat dalam pembuatan undang-undang atau
hukum dan amandemen konstitusi, dimana mereka harus mendapatkan
persetujuan dari Kaisar. Hal ini berarti bahwa ketika Kaisar tidak dapat
mengeluarkan dekrit, Kaisar masih dapat melakukan veto terhadap Diet dan kaisar
juga memiliki kebebasan mutlak untuk memilih perdana Menteri dan kabinetnya.
1. Masa Demokrasi Taisho
Masa setelah perang mengantarkan kepada kesejahteraan yang belum pernah
terjadi sebelumnya. Jepang mengikuti konferensi perdamaian di Versailles tahun
1919 sebagai salah satu kekuatan industri dan militer terkuat di dunia dan
menerima pengakuan resmi sebagai salah satu dari anggota baru “Lima Besar”,
kelompok negara terkuat di dunia internasional. Tokyo ditawari kursi dalam
Dewan Liga Bangsa-Bangsa dan perjanjian damai yang menegaskan pemindah
tanganan hak kuasa Jerman di Shandong, sebuah ketetapan yang mengundang
munculnya kerusuhan anti Jepang dan gerakan politik massa di seluruh Cina.
Tidak jauh berbeda dengan hal tersebut, pulau-pulau yang sebelumnya dikuasai
Jerman di Pasifik ditempatkan di bawah mandat Jepang. Jepang juga terlibat
dalam intervensi Sekutu di Rusia pascaperang dan menjadi kekuatan Sekutu.
Meskipun hanya memiliki peran kecil dalam Perang Dunia I (dan terdapat
penolakan pihak Barat terhadap penawarannya tentang persamaan ras dalam
perjanjian damai), Jepang muncul sebagai pelaku besar dalam pentas politik
internasional pada penutupan perang.
Sistem politik dua partai yang sedang berkembang di Jepang sejak pergantian
abad, akhirnya muncul kegemilangannya setelah Perang Dunia I, dan melahirkan
nama kecil dari zaman itu, Demokrasi Taisho. Pada tahun 1918, Hara Takashi,
anak didik Saionji dan seorang yang berpengaruh besar di kabinet Seiyukai pada
masa praperang, menjadi rakyat jelata pertama yang menduduki jabatan perdana
menteri. Dia mengambil kesempatan dari hubungan baiknya yang dia jalin dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
orang-orang di pemerintahan, lalu meraih banyak dukungan dari Majelis Tinggi
dan genro yang masih bertahan, serta membawa menteri angkatan darat Tanaka
Giichi, yang memiliki keinginan lebih besar dibanding pendahulunya terhadap
hubungan militer sipil yang baik, masuk ke dalam kabinetnya. Meskipun begitu,
masalah besar menanti Hara diantaranya inflasi, kebutuhan akan perbaikan
kondisi perekonomian Jepang pascaperang, arus pola pikir Barat yang leluasa
masuk, dan munculnya gerakan buruh. Hara bekerja untuk meyakinkan mayoritas
Seiyukai dengan menggunakan metode yang telah teruji, seperti perundang-
undangan pemilihan umum yang baru dan pemetaan kembali wilayah pemilihan,
serta peningkatan program kerja sektor riil yang dibiayai pemerintah (matulada,
1979:158)
Masyarakat menjadi sangat kecewa karena utang negara semakin banyak dan
perundang-undangan pemilihan umum yang baru, yang mengubah batas
pembayaran pajak minimal yang lama bagi para pemilih. Teriakan dari bawah
semakin kencang mengenai hak pilih umum dan pembongkaran jaringan partai
politik lama. Para siswa, profesor, dan jurnalis, dengan dukungan persatuan buruh
serta kelompok demokrasi, komunis, sosialis, anarkis dan kelompok pemikir ala
Barat lain, melakukan demonstrasi besar-besaran pada tahun1919 dan 1920.
Mereka yang terpaksa menerima standar hidup yang lebih rendah, menjadi
cemburu, iri hati dan memusuhi mereka yang mampu mencapai kesempatan hidup
mewah dalam cara modern. Maka kembali lagi Jepang ditentukan nasibnya oleh
kaum militer yang mendapat dukungan kuat dari kaum ultranasionalis yang amat
fanatik. Kaum Muda Militer yang tergabung dalam gerakan-gerakan
ultranasionalis yang amat fanatik ini, menuduh orang-orang terkemuka Jepang
yang duduk dalam kekuasaan telah dicekoki oleh pengaruh Barat. Sedangkan
pengusaha kaya, Zaibatsu, dituduh menghalang-halangi dan menolak ekspansi
militer, karena mereka hanya tertarik pada keuntungan pribadi, tidak untuk
kejayaan Jepang. Orang-orang politisi dan kaum usahawan diancam dan pada
tahun 1923 terdapat usaha untuk membinasakan Putra Mahkota, Pangeran
Hirohito
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Ditengah gejolak masyarakat tentang kepemimpinan Hara Pemilihan umum
yang baru masih tetap memberi kursi mayoritas kepada Seiyukai, walaupun dalam
lingkungan pergaulan politik masa itu terdapat pengembangbiakan partai-partai
baru, termasuk partai-partai sosialis dan komunis. Pada tahun 1921 Hara dibunuh
oleh seorang pekerja rel kereta yang merasa kecewa. Hara digantikan oleh seorang
perdana menteri nonpartai dan kabinet koalisi. Ketakutan akan semakin
melebarnya daerah pemilihan, kubu sayap kiri, dan perubahan sosial yang
berkembang akibat arus budaya popular dari Barat, membawa kepada jalan
terciptanya Hukum Pemeliharaan Perdamaian pada tahun 1925, yang melarang
adanya perubahan dalam struktur politik atau penghapusan kepemilihan pribadi.
Koalisi yang tidak stabil dan terpecah-belahnya Diet mengarah pada
bergabungnya Kenseikai (Asosiasi Pemerintahan Konstitusional) dan Seiyuu
Hontou (Seiyūkai Sejati) pada tahun 1927. Program partai Rikken Minseito
mengikat kepada sistem parlementer, politik demokratis, dan perdamaian dunia.
Kemudian, hingga tahun 1932, Seiyukai dan Rikken Minseito berubah-ubah
posisinya sebagai partai terkuat pertama dan kedua.
Meskipun Depresi Besar yang melanda dunia di akhir tahun 1920an hingga
awal tahun 1930an tidak terlalu berpengaruh besar terhadap perekonomian
Jepang, namun dikarenakan krisis ekonomi dalam negeri yang mengganggu
stabilitas setiap partai yang berkuasa menimbulkan rasa ketidaksenangan yang
semakin meningkat dan berakibat semakin banyak pula usaha pembunuhan
terhadap perdana menteri Osachi Hamaguchi yang diusung Rikken Minseito pada
tahun 1930. Meski Hamaguchi selamat dari kematian akibat penyerangan dan
berusaha melanjutkan pekerjaannya, dia tetap dituntut untuk segera mundur dari
jabatan di tahun berikutnya dan meninggal tak lama kemudian.
Nasionalisme Cina yang muncul, kemenangan komunis di Rusia, dan
kehadiran Amerika Serikat di Asia Timur, semuanya melawan kehendak Jepang
dalam kebijakan luar negerinya. Hanya dengan praktik bisnis yang lebih
kompetitif, yang didukung pertumbuhan ekonomi yang lebih jauh, serta
modernisasi industri, yang diakomodasi oleh pertumbuhan zaibatsu, yang bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
membangkitkan kembali harapan untuk menjadi kekuatan dominan di Asia.
Amerika Serikat, selama menjadi sumber dari banyak barang-barang impor dan
pinjaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, terlihat sebagai rintangan besar
bagi tujuan imperialisme Jepang.
Secara keseluruhan, selama tahun 1920an, Jepang mengganti arah politiknya
menjadi sistem pemerintahan demokrasi. Namun, pemerintahan parlementer tidak
benar-benar mengakar untuk bertahan di bawah tekanan politik dan ekonomi pada
tahun 1930an, selama pemimpin-pemimpin militer memiliki pengaruh yang
makin lama makin kuat. Pergantian kekuasaan ini dimungkinkan oleh ambiguitas
dan ketidaktepatan konstitusi Meiji, yang secara khusus disusun sebagai
penghormatan terhadap posisi Kaisar dalam hubungannya dengan konstitusi.
Sehingga banyak pihak yang mengatasnamakan Kaisar untuk melakukan hal-hal
yang sesuai dengan kepentingannya, baik kepentingan perorangan maupun
kepentingan suatu kelompok
2. Kehidupan Demokrasi di Jepang dengan diberlakukannya Konstitusi
Nasional Jepang 1947
1. Latar belakang dibentuknya konstitusi Nasional Jepang 1947
Jepang memperoleh kemajuan yang besar dalama Perang Dunia I antara
tahun 1914-1918. Hal ini dikarenakan dalam Perang Dunia I, negara-negara
Eropa tidak mampu memproduksi brang-barang untuk daerah jajahannya di Asia,
karena mereka semua terfokus pada perang di dunia Barat, sedangkan industri
Amerika Serikat sendiri belum terlalu ekspansi di luar pasarannya sendiri yaitu
Eropa. Padahal saat itu industri Jepang sudah dapat merebut pasaran di Asia yang
setelah perang Dunia I sulit direbut kembali oleh bangsa-bangsa Eropa. Hal ini
disebabkan, Jepang dapat berproduksi dengan harga murah, dengan ongkos
pengangkutan yang murah karena menggunakan kapal-kapal yang sudah dibuat
sendiri dan memang barang-barang buatannya ditujukan kepada rakyat kecil
(Sayidiman Suryohadiprojo, 1982:34).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Sejak tahun, 1868 hingga 1941, Jepang telah mencapai kemajuan besar
dalam modernisasi. Dari keadaan terisolasi dan jauh tertinggal dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi, Jepang pada tahun 1941 harus diakui oleh
negara-negara Eropa dan Amerika sebagai negara yang setingkat dengan mereka.
Karena memang itulah tujuan restorasi meiji dengan semboyannya Sonno joi dan
fukoku kyohei. Kelangsungan hidup Jepang dengan demikian sudah aman dari
niat negara-negara Barat untuk menjajahnya seperti bagian-bagian negara Asia
yang lain, walaupun sebenarnya negara-negara Eropa dan Amerika masih tidak
rela untuk menerima Jepang sebagai sesamanya. Hal itu nampak dalam berbagai
tindakan maupun sikap mereka terhadap Jepang. Dalam segala hal, Jepang
dicemoohkan sebagai bangsa peniru yang licik dengan hasil tiruannya yang
inferior. Dalam persetujuan kekuatan angkatan laut antara Amerika Serikat,
Inggris dan Jepang yang ditandatangani setelah Perang Dunia I, Jepang tidak
diperbolehkan untuk membangun angkatan laut sebesar Amerika Serikat dan
Inggris, dan harus tunduk pada perbandingan 5:5:3 yang artinya angkatan laut
Jepang maksimal hanya boleh dibangun sebesar tiga perlima angkatan laut
Inggris dan Amerika Serikat. Dunia Barat tidak menghendaki Jepang tergolong
atau sama seperti mereka, bagaimanapun Jepang berusaha dan menunjukkan
kemampuannya untuk menyamai dalam bidang-bidang mereka sendiri. Dunia
Barat tidak rela nenerima Jepang dan justru berusaha menekannya, agar kembali
pada kemampuan yang inferior. Hal Ini juga merupakan sebab dari timbulnya
agressivitas Jepang, sehingga Jepang kehilangan keseimbangan dan
membawanya terjun dalam Perang Dunia II (Sayidiman Suryohadiprojo,
1982:36).
Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II dan harus menjadi
bangsa pertama di dunia yang mengalami pemboman jenis bom nuklir. Salah
satu penyebab kekalahan Jepang yaitu adanya persaingan dalam tubuh angkatan
perang Jepang, antara angkatan darat dan angkatan laut. Kekalahan Jepang dalam
Perang Dunia II berakibat pada lepasnya daerah kekuasaan ekspansi Jepang di
Asia, dan Jepang terpaksa tunduk pada Amerika Serikat yang merupakan pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
pemenang perang. Salah satu cara penjegalan Amerika, agar Jepang tidak
melakukan ekspansi militer lagi adalah dengan menghapuskan sumber semangat
ultranasionalisme Jepang, yaitu Konstitusi Meiji yang sangat menjunjung tinggi
Kaisar yang kemudian digantikan dengan Konstitusi Nasional 1947.
Pembentukan konstitusi nasional Jepang yang baru berdasarkan pada pasal
X Deklarasi Postdam yang berbunyi : Pemerintah Jepang harus membuang
semua hambatan menuju suatu kebangkitan kembali dan usaha memperkuat
gejala demokrasi dalam kalangan rakyat Jepang. Kebebasan berbicara, beragama,
dan berfikir serta sikap hormat terhadap hak-hak asasi manusia haruslah
ditegakkan ( Ryosuke Isihii, 1988:169).
Asas-asas tersebut, digabungkan dengan suatu penegasan baru tentang
kaisar sebagai suatu lambang bangsa Jepang, yang bukan sebagai dewa, hal ini
menjadi garis besar utama bagi suatu konstitusi nasional Jepang yang
demokratis. Rancangan konstitusi berasal dari Markas Besar Penguasa
Pendudukan, dan rancangan ini mengalami perbaikan-perbaikan kecil di tangan
pemerintah Jepang. Untuk mengeluarkannya, Komandan Tertinggi Pasukan
Pendudukan Sekutu (SCAP-Supreme Commander For The Allied Powers)
memutuskan untuk memperlakukan anggaran dasar itu sebagai suatu perubahan
resmi Konstitusi Meiji, maka akibatnya semua pihak yang ikut serta dalam
penyusunan konstitusi lama diikut sertakan. Setelah diperoleh persetujuan resmi
dari Kaisar, konstitusi baru itu diajukan kepada Dewan Pertimbangan Agung
(Privy Council ) untuk diperiksa. Lalu setelah diperbaiki konstitusi baru itu
dikirimkan kembali ke Dewan Pertimbangan Agung untuk disetujui dan dikirim
lagi ke Kaisar untuk direstui. Akhirnya konstitusi diterima baik pada tanggal 3
November 1946 dan mulai berlaku tepat enam bulan kemudian. Walaupun
melalui proses yang cukup menyakitkan bagi Jepang, Konstitusi Nasinal Jepang
1947 inilah yang menjadikan sistem politik Jepang lebih demokratis.
Berbagai tindakan Amerika Serikat yang sebenarnya dimaksudkan untuk
kepentingannya sendiri, yang akhirnya membawa kemajuan Jepang antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
1. Konstitusi baru yang didesakkan Amerika Serikat kepada Jepang.
Dalam konstitusi ini disebutkan bahwa jepang tidak lagi menggunakan
perang sebagai instrumen politik luar negeri. Karena itu jepang tidak
akan membangun kekuatan militer. Amerika Serikatlah yang
mengambil tanggungjawab pertahanan atas Jepang. Dengan demikian
biaya besar yang biasanya bersangkutan dengan pertahanan tidak perlu
dikeluarkan oleh Jepang. Maka kemampuan finansial Jepang pun dapat
dikonsentrasikan untuk membangun ekonominya
2. Di hidupkannya keadaan yang demokratis, dimana kaisar hanya
menjadi simbol negara dan kekuasaan ada di tangan pemerintah yang
dipilih oleh rakyat, dan tidak adanya pemisahan-pemisahan kelas
dalam masyarakat. Keadaan ini mendorong rakyat untuk terus
meningkatkan dirinya, pendidikan umum menjadi semakin maju,
sehingga menghasilkan tenaga manusia yang semakin tinggi mutunya.
(Sayidiman Suryohadiprojo, 1982:38).
Dasuki (t.th), menjelaskan bahwa pada tanggal 10 April 1946 atas perintah
SCAP diadakan pemilihan umum di Jepang yang memberikan hak pilih kepada
kaum laki-laki dan kaum wanita, hak pilih bagi kaum wanita merupakan reformasi
besar dalam kehidupan demokrasi di Jepang.
2. Akibat Diberlakukannya Konstitusi Nasional Jepang 1947
Konstitusi Nasinal Jepang memiliki panjang sekitar 5.000 kata. Terdiri
dari pembukaan dan 103 pasal yang dikelompokkan ke dalam sebelas bab
diantaranya:
• Bab I tentang Kaisar, tercantum dalam pasal 1-8
• Bab II tentang Penolakan Perang, tercantum dalam pasal 9
• Bab III tentang Hak dan Kewajiban Rakyat, tercantum dalam pasal 10-40
• Bab IV tentang Diet, tercantum dalam pasal 41-64)
• Bab V tentang Kabinet, tercantum dalam pasal 65-75
• Bab VI tentang Peradilan, tercantum dalam pasal 76-82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
• Bab VII tentang Keuangan, tercantum dalam pasal 83-91
• Bab VIII tentang Pemerintah Daerah, tercantum dalam pasal 92-95
• Bab IX tentang Revisi, tercantum dalam pasal 96
• Bab X tentang Hukum Agung, tercantum dalam pasal 97-99
• Bab XI tentang Ketentuan Tambahan, tercantum dalam pasal 100-103
Kekuasaan tertinggi dalam masalah-masalah kenegaraan berada di tangan
rakyat, sedangkan Kaisar hanya dipandang sebagai lambang negara dan persatuan
rakyat. Konstitusi itu menetapkan hak-hak asasi manusia dalam suatu Undang-
undang Hak Asasi Manusia dan secara gamblang mengharamkan hak kedaulatan
negara untuk menyatakan perang. Konstitusi baru itu menetapkan parlemen
bermajelis dua yaitu majelis tinggi dan majelis rendah sebagai organ tertinggi
dalam kekuasaan nasional, mejelis rendah yang disebut sebagai Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota kedua mejelis tidak lagi ditentukan oleh Kaisar tetapi
melalui pemilihan yang dipilih oleh rakyat. Kekuasaan eksekutif berada ditangan
kabinet yang bertanggung jawab kepada parlemen sedangkan cabang Yudikatif
terpisah dari kedua badan lainnya dalam sutu sistem pengadilan yang bebas, yang
artinya tidak terikat dengan cabang eksekutif maupun legislatif. (Ryosuke Ishii,
1988:45).
Setelah diberlakukannya Konstitusi Nasional 1947 pemimpin-pemimpin
partai politik menyusun kembali partainya dengan nama baru, dalam beberapa
minggu, partai yang dulu terkenal seperti Seyukai dan Minseito diaktifkan lagi
dan berganti nama. Seyukai menjadi Partai Liberal dibawah pimpinan Ichiro
Hatoyama dan Shigeru Yoshida. Minseito menjadi Partai Progresif (Partai
Demokrat) dibawah pimpinan Hotoshi Ashida. Disamping itu berdiri Partai Sosial
Demokrat dibawah pimpinan Tetsu Katayama (J.A.A. Stockwin, 1984:56).
Perubahan juga diadakan pada sistem kepolisian, menurut Ryosuke Ishii
(1988), kepolisian dibatasi hanya pada tugas-tugas yang dengan tegas telah
digariskan, dan dilarang melibatkan diri dalam tugas-tugas pengawasan yang luas
dalam kegiatan politik, yang selama masa Perang Dunia II menakuti rakyat.
Dalam kepolisian dilakukan tindakan untuk memajukan desentralisasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
demokratisasi, sistem sentral yang lama dihapus dan semua kota baik kota besar
maupun kota kecil dan desa yang berpenduduk lima ribu orang atau lebih,
diperintahkan agar membentuk sendiri kepolisian mereka.
Dalam bidang ekonomi, diadakan land reform, dekonsentrasi ekonomi dan
reformasi ketenagakerjaan. Land reform telah dipikirkan oleh pemerintah Jepang
sebelum pendudukan sekutu, dalam Aneka Jepang (September,1983) dijelaskan
bahwa pengkajian-pengkajian mengenai reformasi tanah untuk meningkatkan
produksi telah dimulai sebelum perang, sedangkan survei-survei menyeluruh atas
kondisi sebenarnya telah dilakukan, serta rencana-rencana yang didasarkan pada
survei-survei itu juga telah disusun. Namun rencana ini belum terlaksana hingga
Perang Dunia II. Persiapan-persiapan ini menjadikan reformasi tanah yang
dilakukan pemerintah setelah perang, sejalan dengan kondisi sebenarnya dari
masyarakat Jepang. Unsur hakiki dalam land reform adalah pemindahan hak milik
atas tanah ke tangan petani yang menggarap, land reform ini merupakan
perubahan penting dan diharapkan dapat meningkatkan produksi. Dalam Aneka
Jepang (September, 1983) dinyatakan bahwa sebelum Perang Dunia II,
menurunnya laju pertumbuhan pertanian di Jepang merupakan masalah besar dan
penyebabnya ternyata bukan kesalahan teknik melainkan ketimpangan struktural.
Oleh karena itu patut dicatat bahwa apabila petani penyewa memperoleh tanahnya
sendiri melalui land reform diharapkan akan dapat meningkatkan produksi.
Pemerintah pendudukan beranggapan bahwa salah satu penyebab yang
sesungguhnya dibelakang imperialisme Jepang adalah pemusatan kekayaan dan
kekuasaan industri yang berlebihan di tangan zaibatsu (gabungan perusahaan-
perusahaan Jepang), yang juga dianggap menyebabkan tumbuhnya politik luar
negeri Jepang yang agresif. Oleh sebab itu tindakan terutama dari reformasi
ekonomi adalah peleburan zaibatsu yang dilaksaanakan oleh Komisi Likuidasi
Perusahaan-perusahaan Induk. Menurut Yoshihara Kunio (1983), zaibatsu besar
yang dibubarkan adalah Mitsubishi, Mitsui, Sumimoto, dan Yassuda, disamping
itu masih ada zaibatsu nasional yang lebih kecil serta zaibatsu lokal yang juga
dibubarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Komisi tersebut memerintahkan 83 perusahaan raksasa dan 57 keluarga
zaibatsu untuk menyerahkan saham-saham mereka yang berjumlah seluruhnya
233 juta saham, dan melepaskan kembali dengan jalan menjual kepada
perorangan. Dalam proses ini perusahaan induk dibubarkan, sedang perusahaan
yang sebelumnya berada dibawah kekuasaan mereka menjadi merdeka dan
keluarga-keluarga zaibatsu kehilangan kekuasaan ekonomi (Yoshihara Kunio,
1983: 107).
Dari semua ketentuan itu, yang sangat mengesankan ialah ketentuan-
ketentuan yang berkaitan dengan hak-hak asasi manusia. Pemuda Jepang tidak
lagi diikat oleh pendidikan totaliter dan pengendalian ketat dibawah
kebijaksanaan nasional yang bersifat militer. Dalam membahas soal pemuda
Jepang sejak Perang Dunia II tidak saja ditekankan bahwa mereka telah lepas dari
tradisi militer, yang lebih penting disini bahwa dengan perubahan-perubahan
dalam kehidupan masyarakat yang disebabkan pembaharuan untuk memajukan
demokrasi, telah mengubah tingkah laku serta pandangan hidup pemuda Jepang.
Menurut Hisao Naka (1980), kaum muda setelah perang memiliki kebebasan
berpikir, berbicara, beragama, dan berserikat. Hak-hak pekerjaan dijamin dan
persamaan hak antara pria dan wanita diakui. Orang-orang muda yang sudah
dewasa bebas memilih sendiri teman hidupnya dalam perkawinan.
Menurut Ryosuke Ishii (1988), hak perorangan serta persamaan hak dalam
kehidupan keluarga bagi pria dan wanita dijamin secara hukum. Sistem hak waris
lama yang turun kepada anak sulung, yang diberi kedudukan istimewa sebagai
kepala rumah tangga ditolak secara hukum, dan asas hak waris yang dapat dibagi-
bagikan telah diberi dasar hukum. Konstitusi baru memberikan jaminan
sepenuhnya bagi kebebasan pribadi, termasuk hak untuk hidup, menerima
pendidikan, mempunyai pekerjaan, dan berorganisasi. Dengan demikian reformasi
dalam konstitusi tersebut telah menjangkau jauh kedalam kehidupan pribadi
rakyat Jepang.
Dibawah ini isi dari beberapa pasal dalam Konstitusi Nasional Jepang
1947 halaman 2-4 yang mengatur mengenai hak-hak asasi individu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
“Pasal 10: Kondisi yang diperlukan untuk menjadi seorang warga negara Jepang yang baik dijamin oleh hukum. Pasal 11: Hak-hak asasi manusia dijamin dengan Konstitusi, hak-hak ini harus diberikan pada rakyat Jepang saat ini hingga rakyat generasi masa depan sebagai hak yang kekal dan terhormat. Pasal 12: Kebebasan dan hak rakyat yang dijamin oleh Konstitusi ini harus dipelihara. Rakyat harus mencegah adanya penyalahgunaan kebebasan dan kebebasan ini harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Pasal 14: 1) Semua orang sama di mata hukum dan tidak akan ada diskriminasi dalam ekonomi, sosial, politik yang dikarenakan perbedaan ras, kepercayaan, jenis kelamin, status sosial atau asal keluarga. 2) Kekuasaan dan silsilah tidak diakui). 3 hak istimewa Tidak akan menyertai suatu penghargaan, tidak akan ada penghargaan yang berlaku seumur hidup. Pasal 15: 1) rakyat memiliki hak mutlak untuk memilih pejabat publik mereka dan untuk memberhentikan mereka. 2) Semua pejabat publik adalah pelayan seluruh masyarakat. 3) rakyat dewasa dijamin hak pilihnya sehubungan dengan pemilihan pejabat publik. 4) Dalam semua pemilihan, kerahasiaan pemungutan suara tidak boleh dilanggar. Pasal 18: Tidak seorang pun akan di perbudakan kecuali sebagai hukuman atas kejahatan. Pasal 19: Kebebasan berfikir dan hati nurani tidak boleh dilanggar. Pasal 20: 1) organisasi keagamaan tidak boleh dicampuri kepentingan Negara maupun otoritas politik. 2) Tidak seorangpun akan dipaksa untuk ambil bagian dalam setiap tindakan agama, perayaan,dan ritual. 3) Negara harus menahan diri dari pendidikan agama atau kegiatan keagamaan lainnya. Agar tidak mencampuri pendidikan agama dengan tujuan politik. Pasal 21: 1) Kebebasan berkumpul dan berserikat serta berbicara, pers dan berbagai bentuk ekspresi dijamin oleh hukum. 2) Tidak ada sensor, dan tidak ada kerahasiaan dari setiap sarana komunikasi. Pasal 22:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
1) Setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih dan berpindah tempat tinggalnya dan memilih pekerjaan sejauh hal itu tidak mengganggu kesejahteraan publik. 2) Kebebasan dari semua orang untuk pindah ke negara asing dan untuk melepaskan diri dari kebangsaan dijamin dengan hukum. Pasal 23: Kebebasan akademik dijamin. Pasal 24: 1).Perkawinan harus didasarkan hanya pada kesepakatan kedua jenis kelamin dan harus dipelihara melalui kerjasama dengan persamaan hak suami dan istri. 2) Sehubungan dengan pilihan pasangan, hak milik, warisan, pilihan domisili, perceraian dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga, hukum akan berlaku dari sudut pandang martabat individu dan kesetaraan dari kedua jenis kelamin. Pasal 26: 1) Semua orang berhak untuk menerima koresponden pendidikan yang sama dengan kemampuan mereka, sebagaimana ditentukan oleh hukum. 2) Semua orang wajib untuk memiliki anak laki-laki maupun perempuan, anak-anak tersebut di bawah perlindungan mereka dan menerima pendidikan biasa sebagaimana diatur oleh hukum. Pasal 27 1) Semua orang memiliki hak dan kewajiban untuk bekerja.2) Standar untuk upah, jam, istirahat dan kondisi kerja lainnya harus ditetapkan oleh hukum. 3) Anak-anak tidak boleh dieksploitasi. Pasal 28: Hak pekerja untuk berorganisasi, untuk berunding dan bertindak secara kolektif dijamin” (http://www.Diet_perpustakaan nasional_jepang/Konstitusi Nasional.co.id/diakses pada 3 oktober 2010). Setelah Perang Dunia II, muncul UU Penyiaran pada tahun 1950, yang
pada dasarnya digunakan untuk mempertahankan pengontrolan atas frekuensi
penyiaran di dalam kekuasan birokrasi pemerintah (Japan Press, Media, TV,
Radio, Newspapers” http://www.pressreference.com/Gu-Ku/Japan.html.diakses
pada desember 2010).
Di Jepang, media memelihara hubungan baik dan nyaman dengan
pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar melalui sistem kisha kurabbu (club
press) atau kartel informasi, yang terdiri dari klub pers, asosiasi industri dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
konglomerasi media. Klub-klub pers menyalurkan informasi dari lembaga-
lembaga pemerintah kepada organisasi-organisasi media. Walaupun Jepang
dipandang secara umum sebagai negara yang mengedepankan demokrasi ternyata,
telah lama berkembang di dalam suatu sistem media dimana akses kepada
sumber-sumber berita dan informasi resmi hanya terbatas pada sejumlah kecil
media, yaitu surat kabar dan stasiun penyiaran nasional yang memiliki hubungan-
hubungan semacam kartel informasi di antara mereka sendiri. Yang dimaksud
dengan kartel ini adalah aturan-aturan dan hubungan-hubungan terlembaga yang
menjadi pedoman bagi pelaku pers terhadap sumber dan terhadap sesama mereka,
serta menjadi pembatas terhadap jenis berita yang dapat dilaporkan, jumlah dan
siapa yang bisa menjadi reporter (Freeman, 2003:88). Dengan adanya kartel
informasi ini, terjadi semacam monopoli dalam hal pemberian informasi kepada
masyarakat, yaitu bahwa hanya informasi yang sudah mendapat restu dari
lembaga-lembaga besar yang tergabung dalam kisha kurabbun itulah yang sah
untuk disampaikan kepada masyarakat.
Dalam masyarakat budaya Timur seperti halnya Jepang, yang dipengaruhi
oleh falsafah hidup Konfusius, kekuatan negara dianggap lebih penting daripada
keuntungan perusahaan, daya tahan dan kemakmuran bangsa merupakan prioritas
dalam kehidupan nasionalnya. Pemerintah dan keluarga kerajaan merupakan
simbol bangsa yang harus dihargai dan dihormati. Di Jepang, secara resmi sensor
dilarang dalam konstitusi, dan kebebasan pers sudah merupakan hal yang tidak
perlu dipertanyakan lagi. Campur tangan terbuka pemerintah dalam media sangat
jarang, dan jika sampai terjadi akan mendapat protes keras masyarakat luas
maupun media (Yin. 2003 dalam<http:www.inma.org/subscribers/ papers/2003-
Yin. Diakses pada januari 2011).
3. Dampak diberlakukannya Konstitusi Nasional Jepang 1947 dalam
Bidang Politik
1. Politik dalam Negeri
a. Kedudukan Kaisar
Suatu perubahan yang mendasar terjadi pada sistem kemaharajaan Jepang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tenno-isme, yaitu sistem yang menganggap kaisar sebagai dewa dan memiliki
kekuasaan militer mutlak yang telah digunakan untuk mendukung supremasi
militer telah ditumbangkan (Yoshihara Kunio, 1983:). Hal ini tampak sekali
perbedaannya dengan kedudukan kaisar sebelum Perang Dunia II, dimana kaisar
merupakan pusat dari kekuasaan Jepang. Kekuasaan kaisar yang istimewa
berhubungan erat dengan agama Shinto. Berdasarkan agama tersebut, kaisar
Jepang dipandang sebagai keturunan Amaterasu Omikami (Dewi Matahari) (Nio
You Lan, 1962:13).
Konstitusi baru menyatakan bahwa kaisar akan menjadi lambang negara
dan lambang persatuan rakyat, yang mendapat kedudukannya dari kehendak
rakyat, dimana rakyatlah yang mempunyai kekuasaan kedaulatan. Sehubungan
dengan itu Diet akan menjadi badan kekuasaan negara tertinggi, dan akan
menjadi badan negara pembuat undang-undang. Perdana menteri akan dipilih
oleh Diet, dan sebagian besar kabinetnya harus anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat. Dalam konstitusi nasional 1947 halaman 1-2 disebutkan
beberapa pasal yang menerangkan tentang kaisar diantaranya:
“Pasal 1: Kaisar merupakan lambang negara dan kesatuan rakyat, yang mendapat kedudukan dari kehendak rakyat yang memegang kedaulatan tertinggi. Pasal 2: Tahta kekaisaran merupakan kedinastian dan diwariskan sesuai dengan Undang-undang istana kekaisaran yang dikeluarkan oleh Diet. Pasal 3: Saran dan persetujuan dari kabinet harus diminta bagi segala tindakan-tindakan dari kaisar di dalam hal-hal mengenai Negara, dan kabinet harus bertanggungjawab mengenai hal tersebut. Pasal 4: 1) Kaisar hanya akan melakukan tindakan seperti dalam hal negara sebagaimana yang diatur dalam Konstitusi ini dan ia tidak boleh memiliki kekuasaan yang terkait dengan pemerintah. 2) Kaisar dapat melimpahkan pelaksanaan tindakan-tindakannya di dalam hal mengenai negara sebagaimana yang diatur dalam undang-undang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Pasal 6: Kaisar akan mengangkat Perdana Menteri yang ditunjuk oleh Diet. Kaisar harus menunjuk Hakim Ketua Mahkamah Agung yang ditetapkan oleh Kabinet. Pasal 7: Kaisar harus, dengan saran dan persetujuan dari Kabinet, melakukan tindakan-tindakan berikut dalam hal negara atas nama rakyat; (1) pengumuman prubahan-perubahan konstitusi, undang-undang, peraturan-peraturan kabinet, dan perjanjian-perjanjian (2) mengundang sidang Diet (3) Pembubaran Majelis Rendah. (4) pengumuman pemilihan umun dari anggota-anggota Diet. (5) menyetujui pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri Negara dan pejabat-pejabat lainnya sebagaimana diatur dengan undang-undang, dan mengenai surat-surat kepercayaan dan kekuasaan penuh duta-duta besar dan menteri-menteri. (6) Pemberian penghargaan. (7) mensahkan instrumen ratifikasi dan dokumen diplomatik lainnya sebagaimana diatur oleh hukum. (8) Menerima duta besar asing dan kunjungan lainnya. (9) pelaksanaan fungsi upacara Pasal 8: Tidak ada hak milik dapat diberikan, atau diterima oleh kaisar, Gedung Imperial, juga tidak dibuat darinya, tanpa persetujuan dari Diet” (http://www.Diet_perpustakaan nasional_jepang/Konstitusi Nasional.co.id/diakses pada 3 oktober 2010). Sesuai dengan Konstitusi Nasional Jepang, hubungan antara kaisar dan
lembaga-lembaga kekuasaan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Keterangan: A = membubarkan parlemen B = mengangkat perdana menteri C = mengawasi eksekutif apakah berjalan sesuai dengan konstitusi D = menunjuk ketua majelis agung dan hakim agung E = mengawasi jalannya legislatif F = Impeachment
b. Kedudukan Diet ( Parlemen )
Dalam arti kata yang luas, pemerintah meliputi segi-segi legislatif
(membuat undang-undang), Yudikatif (kehakiman), dan Eksekutif
(melaksanakan), dengan undang-undang dasarnya yang baru, Jepang mengalami
perubahan mengenai strukturnya, kepentingan kedudukannya dan fungsinya.
Dibawah undang-undang dasar Meiji, Diet mempunyai kekuasaan-
kekuasaan tertentu, yang memberi kesempatan kepada rakyat untuk mencampuri
urusan pemerintah. Akan tetapi jika yang berkuasa suatu pemerintahan yang kuat,
dan parlemennya lemah, maka pengaruh Diet sangat terbatas terhadap
kebijaksanaan pemerintah. Pemerintah yang bertindak atas nama Kaisar sering
memerintah tanpa campur tangan Diet. Masalah hak-hak dan kewajiban-
kewajiban rakyat ditetapkan dalam undang-undang, akan tetapi pemerintah bisa
mempergunakan amanat-amanat kerajaan diantaranya:
1) Dalam hal-hal yang bersifat darurat Kaisar bisa mengeluarkan dekrit untuk
mengganti undang-undang.
2) Anggaran belanja harus disetujui oleh Diet, akan tetapi pemerintah bisa
bertindak dengan tiada persetujuannya, jika ia memutuskan untuk
mengikuti anggaran dari tahun fiskal yang lain.
3) Kaisar mempunyai hak untuk menyuruh Diet berkumpul.
4) Dibawah undang-undang dasar Meiji, Diet bukannya lembaga negara yang
tertinggi, akan tetapi menempati kedudukan kedua, dan hanya mempunyai
kekuasaan-kekuasaan yang terbatas dibandingkan dengan kekuasaan
pemerintah yang diketuai oleh Kaisar (Parada Harahap:1955:57).
Dibawah undang-undang baru, keadaan menjadi terbalik, Diet menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
lembaga negara yang tertinggi, dan mewakili keadulatan rakyat. Asas ini menjadi
sumber dari berbagi kesimpulan, diantaranya :
1) Diet sebagai lembaga negara tertinggi, mempunyai pengaruh luas terhadap
kebijaksanaan pemerintah. Kabinet tersusun atas partai, atau partai-partai
yang mempunyai suara terbanyak dalam Diet, sehingga pengaruh Diet
terasa dalam kabinet.
2) Hak-hak Prerogratif Kaisar dihapuskan, sehingga kaisar tidak bisa
membuat undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengikat rakyat.
3) Hak membuat perjanjian-perjanjian adalah ditangan pemerintah, akan
tetapi persetujuan harus pula didapat dari Diet.
4) Mengenai anggaran belanja, Diet mempunyai kekuasaan sepenuhnya.
Kekuasaan untuk menyelenggarakan keuangan dilakukan menurut
keputusan-keputusan Diet.
5) Kabinet diwajibkan minta Diet berkumpul dan mengadakan rapat-rapat
darurat jika seperempat dari jumlah anggota memintanya.
6) Diet adalah satu-satunya dewan pembuat undang-undang dalam negara.
7) Diet terdiri atas dua dewan, yakni Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Senat. Sistem dua kamar ini sama dengan tatkala masih dipergunakan
undang-undang dasar Meiji, akan tetapi antara sistem dahulu dengan
sekarang ada perbedaan yang radikal yaitu Jika Senat dahulu terdiri atas
orang-orang bangsawan, anggota-anggota yang diangkat dan pembayar-
pembayar pajak yang tinggi, maka sekarang kedua dewan tersebut terdiri
atas anggota-anggota yang terpilih, wakil-wakil dari seluruh rakyat.
Dewan Perwakilan Rakyat kedudukannya lebih tinggi daripada Dewan
Senat dalam empat hal; (1) suatu rencana undang-undang yang telah
disetujui Dewan Perwakilan Rakyat yang tidak disetujui dengan Dewan
Senat, akan menjadi undang-undang jika untuk kedua kalinya disetujui
oleh duapertiga atau lebih dalam dewan perwakilan rakyat, (2) pemberian
suara kepada anggaran belanja, (3) mengangkat seorang perdana menteri,
(4) mengadakan perjanjian-perjanjian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
8) Banyak ketentuan-ketentuan lain dalam undang-undang dasar yang
bermaksud untuk memperkuat kekuasaan Diet.
9) Mengenai pemilihan-pemilihan anggota Diet.
10) Diet terdiri dari 446 anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, 250
anggota-anggota Dewan Senat.
Daerah-daerah pemilihan untuk anggota-anggota Dewan Perwakilan
Rakyat jumlahnya ada 117. Mengenai Dewan Senat jumlahnya ada 250 dengan
rincian 100 anggota dipilih dari daerah pemilihan nasional, sedangkan 150 dari
daerah pemilihan setempat. Warga negara Jepang yang melewati umur 20 tahun
mempunyai hak memilih sedangkan yang telah mempunyai umur 25 tahun
memiliki hak dipilih untuk menjadi Dewan Perwakilan Rakyat, yang melampaui
umur 30 tahun mempunyai hak dipilih untuk menjadi Dewan senat. Pemilihan
dilakukan dibawah pengawasan Panitia Pemilihan yang didirikan dalam setiap
residen dan kotapraja.
Kekuasaan eksekutif negara ditangan kabinet. Dibawah Undang-undang
dasar Meiji, kabinet adalah suatu lembaga yang ada secara de facto, akan tetapi
tidak merupakan lembaga yang sah yang diakui oleh undang-undang Dasar,
Dalam Undang-undang dasar baru, Kabinet diakui secara sah sebagai suatu
Dewan Menteri-menteri. Kekuasaan eksekutif ada di tangan Kabinet, Kabinet
terdiri atas Perdana menteri yang menjadi ketuanya, dan menteri-menteri lainnya.
Kedudukan Perdana Menteri adalah penting dalam Kabinet, ia
mengangkat menteri-menteri lainnya, ia mengajukan rencana undang-undang
kepada Diet dan memberikan laporan kepada Diet mengenai hubungan-hubungan
luar negri, ia memimpin dan mengawasi semua cabang administrasi, dengan tiada
persetujuannya, menteri-menteri lainnya tidak bisa menjalankan tindakan-
tindakan yang mempunyai kekuatan hukum.
Kabinet bertanggungjawab kepada Diet dan ia harus mengundurkan diri
jika ia tidak dipercayai lagi oleh Diet. Jika Dewan Perwakilan Rakyat menerima
suatu mosi tidak percaya, atau menolak mosi kepercayaan, Kabinet akan
mengundurkan diri serentak, kecuali jika Dewan Perwakilan Rakyat dibubarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dalam waktu 10 hari. Kabinet, sebagaimana dilukiskan diatas mempunyai
kekuasaan-kekuasaan eksekutif dan melaksanakannya dengan merdeka. Tugas-
tugas Kabinet diperinci dalam Undang-Undang dasar, disamping tugas
administrasi umumnya tugas kabinet yakni: 1) melaksanakan Undang-undang
Dasar dengan sebaik-baiknya, mengurus soal-soal negara.2) melaksankan urusan-
urusan luar negeri. 3). Mengadakan perjanjian-perjanjian.4) memimpin tatapraja,
sesuai dengan taraf dan ukuran yang dicantumkan dalam undang-undang. 5)
merencanakan anggaran belanja, dan mengajukan kepada Diet.6) memutuskan
amnesti umum, amnesti khusus, pengurangan hukuman, penjabutan atau
pemulihan hak-hak.
Undang-undang Dasar mengandung berbagai ketentuan-ketentuan lainnya,
yang mengakui hak Kabinet yaitu untuk mengangkat Ketua Mahkamah Tertinggi,
untuk minta Dewan Senat rapat dalam masa darurat nasional jika Dewan
Perwakilan Rakyat dibubarkan, mengangkat hakim-hakim dari mahkamah
tertinggi dan pengadilan-pengadilan lainnya, untuk mengadakan dana cadangan.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang dasar ini, Undang-
undang mengenai kabinet telah diumumkan pada tanggal 16 januari 1947 untuk
memberi peraturan-peraturan yang terperinci kepada Kebinet. Kekuasaan
eksekutif ini dilaksankan oleh berbagai alat-alat administrasi. Menteri-menteri
Negara adalah pemimpin dari cabang-cabang administrasi, dan beberapa orang
dari mereka menjadi anggota dari Kabinet.
Berbagai cabang administrasi itu diatur oleh Undang-undang Organisasi
Nasional, yang diumumkan dalam bulan juli 1948. Undang-undang ini
mengandung asas-asas umum yang diperuntukan kepada semua cabang
administrasi. Alat-alat administrasi masing-masing diletakkan dibawah saksi-saksi
undang-undang yang terpisah, sebagai contoh Undang-undang Pembentukan
Kemenetrian Keuangan dan lain-lain. Alat-alat administrasi itu dibagi dalam
jawatan-jawatan pada tingkat kementrian itu sendiri. Tugas administrasi ini
dilaksanakan oleh tatapraja.
Tatapraja disusun secara modern dibawah Undang-undang Dasar Meiji,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
pengangkatan, pengujian, gaji, pensiunan, jaminan kedudukan dan lain-lainnya
dilaksankan secara teratur. Undang-undang dasar meiji telah memberi hak kepada
kaisar untuk mengangkat pegawai-pegawai pemerintah, dan sebagai pegawainya
mereka menjalankan tugasnya kepada rakyat. Sedangkan untuk mengabdi kepada
kaisar, yakni soal-soal kepegawaian tidak ada undang-undang yang khusus
mengaturnya. Sistem ini seperti bentuk pemerintahan otokrasi namun dibawah
suatu pemerintahan yang Demokrasi. Semua pegawai tatapraja adalah abdi-abdi
seluruh rakyat dan tidak mengabdi sebagian darpadanya. Ini adalah dasar yang
dicantumkan dalam undang-undang dasar. rakyat mempunyai hak yang tidak bisa
diganggu gugat untuk memilih pegawai-pegawai tataprajanya dan hak untuk
memecatnya. Semua pegawai dengan demikian berada dibawah kemauan rakyat,
dan harus mengabdi kepada rakyat.
Bersumberkan ketentuan undang-undang dasar ini, diadakanlah undang-
undang istimewa untuk mengatur semua hal yang mengenai pegawai-pegawai
pemerintah. Undang-undang Dasar Tatapraja Nasional diumumkan pada tanggal
21 oktober 1947. Tujuannya ialah untuk menjamin adanya administrasi yang
demokratis dan efisien, dengan membentuk susunan ukuran-ukuran asasi yang
dikenakan kepada semua kedudukan resmi, baik tempat penerimaan pegawai
dalam tatapraja nasional ataupun mengadakan ketentuan bahwa pegawai-pegawai
dipilih dan dipimpin sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan praktek-prakek
demokrasi dan supaya tercapai efisiensi setinggi-tingginya dalam melaksankan
tugas-tugas umum.
Untuk menjamin tercapainya tujuan, Panitia Pegawai Nasional dibentuk
dibawah undang-undang. Panitia ini adalah suatu alat administrasi yang dalam
beberapa hal berdiri bebas terhadap cabang eksekutif dari pemerintah. Tugas dan
kewajibannya adalah:
1) Menghimpun dan mengkoordinasi pembagian kedudukan,
pengangkatan dan pemecatan pegawai, mengenai gaji, pensiun, dan
lain-lain soal-soal administrasi.
2) Hal-hal yang mengenai pengajuan pegawai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3) Hal-hal lainnya yang ditaruh dibawah yuridiksinya diatas dasar
undang-undang (Parada Harahap: 1955: 89)
c. Partai Politik dan Pemilihan Umum
Pada tahun1940 partai-partai politik Jepang telah dibubarkan dan anggota-
anggotanya dimasukkan kedalam Perhimpunan Bantuan Pemerintahan Kaisar
yang kemudian beralih menjadi Perhimpunan Politik Bantuan Pemerintah Kaisar.
Setelah Jepang menyerah dengan resmi, para pemimpin-pemimpin partai
kemudian menghidupkan partai mereka lagi.
Pada tanggal 10 April 1946 atas perintah SCAP, didakan pemilihan umum
berdasarkan undang-undang pemilihan baru yang memberikan hak pilih kepada
kaum laki-laki dan kaum wanita. Menjelang pemilihan umum itu kaum komunis
mengadakan kampanye agitasi dikalangan rakyat. Dalam suatu rapat terbuka
dilapangan Hibaya di Tokyo, rakyat dibakar semangatnya oleh agitator politik dan
disuruh menyerbu tempat kediaman perdana Menteri Baron Shiderata. Dalam
bulan mei pemilihan umum itu selesai. Ternyata Partai Komunis, yang kendatipun
telah mengadakan kampanye sensasional itu, hanya mempunyai populeritas
sangat kecil dikalangan rakyat, hanya mendapat 5 kursi dari 446 kursi dalam
parlemen. Partai Liberal mendapat 141 kursi. Partai Progresif 93, Sosial Demokrat
92, selebihnya oleh golongan non partai dan partai-partai kecil. Pada tanggal 22
mei terbentuklah kabinet koalisis Liberal-Progresif. awalnya yang menjadi
Perdana Menteri adalah Ishiro Hatoyama, pemimpin Partai Liberal, tetapi ia kena
pembersihan sebagi penjahat perang oleh SCAP dan diganti oleh Shigeru Yoshida,
yang juga dari Partai Liberal. Seperti Shiderata juga Yoshida adalah seorang
veteran parlemen, ia pernah menjadi seorang diplomat yang berkarier baik, tetapi
antara tahun 1930 dan 1940 ia tidak lagi disukai, hal ini dikarenakan ia tidak
menyetujui politik luar negeri dari golongan ekstremis. Tahun 1945 ia masuk
penjara atas tindakan mengadakan komplotan untuk mengakhiri peperangan. Hal
itu menguntungkan baginya, sehingga ia menjadi orang yang disukai oleh SCAP.
Kedua partai yang memegang pemerintahan itu adalah partai-partai kanan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
anak emas Amerika (Dasuki Soeratman, 1965:89).
Pada bulan April 1947 diadakan pemilihan umum untuk kedua majelis
parlemen, partai-partai kanan mencapai kelebihan suara dalam majelis tinggi,
tetapi dalam majelis rendah suara terbanyak didapat oleh Partai Sosial Demokrat.
pada bulan Mei oleh parlemen terpilih Tetsu Katayama untuk memimpin kabinet
koalisi Partai Sosial dan Partai Progresif. Tetapi kabinet itu jatuh pada bulan
febuari 1948, hal ini dikarenakan terjadi perselisihan dalam Partai Sosialis itu
sendiri. Kabinet baru ini tidak lama umurnya, dalam bulan oktober sudah jatuh
karena anggota-anggotanya tersangkut kedalam skandal keuangan dan diganti
oleh kabinet Yoshida dari partai Liberal. Dalam pemilihan umum pada tnggal 23
Januari 1949 kelihatan dengan nyata pergeseran ke kanan. Partai Liberal
mendapat kelebihan suara mutlak, Partai Komunis juga bertambah kuat. Sampai
tahun 1954 Yoshida memimpin kabinet, yaitu kabinet satu partai dari Partai
Liberal.
2. Politik Luar Negri
Sebelum Restorasi Meiji, politik luar negeri Jepang menolak semua
pengaruh dari bangsa di dunia, mereka menutup diri yaitu ketika shogun
Tokugawa melakukan politik isolasi. Tidak ada bangsa lain yang diizinkan
masuk Jepang, kecuali Belanda yang masih diperbolehkan membuka perwakilan
dagang di pulau Deshima teluk Nagasaki dan China sebagai Negara acuan
budaya. Politik isolasi bermaksud untuk menolak pengaruh dari luar negeri
terhadap Jepang, khususnya terhadap perluasan agama Kristen. Ketika itu Jepang
tidak hanya menutup pintu bagi orang luar, tetapi juga tidak bergerak keluar.
Setelah Restorasi Meiji dan runtuhnya Shogun Tokugawa, politik isolasi
tidak dapat berlangsung lagi. Mula-mula politik luar negeri ditujukan untuk turut
menyelenggarakan semboyan sonno joi dan fukoku kyohei, hal ini masih
merupakan politik yang bersifat defensif, yaitu bagaimana menghilangkan hak-
hak ekstratorial bangsa-bangsa Eropa dan Amerika serikat di bumi Jepang dan
membuka kemungkinan bagi Jepang, agar dapat memperoleh ilmu pengetahuan
dan teknologi dunia barat, tetapi lambat laun sikap defensif tidak lagi dirasakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
cukup. Jepang mulai merasa perlu juga untuk memiliki daerah-derah jajahan
seperti negara-negara Eropa yang menjadi model tiruannya. Alasannya adalah
untuk memperoleh sumber-sumber bahan untuk industrinya dan sebagai pasaran
untuk hasil poduksinya.
Politik luar negeri Jepang sesudah Perang Dunia II sangat berbeda dengan
sebelumnya, hal ini dikarenkan Jepang kalah dalam Perang Dunia II dan sebagai
pihak yang kalah mau tidak mau Jepang harus tunduk pada pemerintahan
pendudukan (Amerika Serikat). Maka Amerika Serikatlah yang berpengaruh
terhadap politik luar negeri Jepang. Dalam perkembangannya di dalam negeri
Jepang setelah memperoleh pengakuannya kembali sebagai Negara yang
berpemerintahan sendiri, kaum konservatif senantiasa berhasil memegang
pemerintahan kecuali ketika Partai Sosialis yang hanya berkuasa dalam waktu
singkat yaitu pada tahun 1947-1948. Perkembangan internasional sesudah Perang
Dunia II dan kekuasaan kaum konservatif juga membawa kepentingan Jepang
dekat dengan politik luar negeri Amerika Serikat. Ketika terjadi perang dingin
antara blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan blok komunis dibawah
pimpinan Uni Soviet, Jepang memihak dan bergabung dengan blok Barat.
Bahkan ketika dunia meihat perkembangan multipolarisasi yang membawa sikap
lebih bebas dalam unsur-unsur blok Barat dan blok Komunis, Jepang tetap
sepenuhnya mengikuti Amerika serikat. Beberapa orang mengatakan bahwa pada
hakekatnya setelah Perang Dunia II Jepang tidak memiliki politik luar negeri
sendiri.
Ketika Jepang dilepaskan dari kekuasaan pendudukan pada tahun 1952,
maka dapat diduga sebelumnya bahwa politik luar negeri akan disesuaikan
dengan sikap Amerika Serikat dalam arena internasional. Hal ini dikarenakan
Jepang sengaja menempuh jalan itu untuk membangun kekuatannya sendiri.
Dengan menempatkan diri sepenuhnya di belakang Amerika Serikat, Jepang
diberikan kesempatan dan kemungkinan untuk tumbuh kembali, sebab Amerika
Serikat berkepentingan untuk menjadikan Jepang Negara yang kuat yang
nantinya menjadi sekutunya yang setia menghadapi Uni Soviet dan RRC, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
itulah dalam persetujuan pertahanannya dengan Jepang, Amerika Serikat
memberikan jaminan bantuan terhadap Jepang apabila mendapat serangan dari
luar. Dengan begitu Jepang dapat memusatkan diri kepada pembangunan ke
dalam, khususnya membangun kembali keadaan ekonomi dan sosialnya.
Sejak tahun 1956 Jepang sudah menjadi anggota PBB dan kemudian
menjadi anggota dewan keamanan PBB. Maka posisi dan prestis Jepang telah
sepenuhnya pulih kembali, bahkan jauh lebih tinggi dari masa-masa sebelumnya.
Tetapi politik luar negeri Jepang bukannya tanpa masalah, yang menjadi masalah
yaitu karena adanya pendudukan empat pulau di utara Jepang oleh Uni Soviet.
Namun pada hakekatnya masalah politik luar negeri yang paling pelik untuk
Jepang justru terjadi dengan Amerika Serikat dan Sekutu-sekutunya di Eropa
Barat. Hal ini dikarenakan makin kuatnya ekonomi Jepang disatu pihak dan
kemunduran ekonomi Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa Barat dilain
pihak.
Persoalan politik lain terjadi dengan negara-negara Asia Tenggara,
khususnya yang tergabung dalam ASEAN. Dampak kekuatan ekonomi Jepang ke
Asia Tenggara dirasakan oleh bangsa-bangsa anggota ASEAN, sebagai
pengulangan dari gerakan militer Jepang dalam perang dunia II, namun sekarang
kekuatan ekonomi sebagai pengganti kekuatan militer. Persoalan utama yang
dikemukakan bangsa-bangsa Asia Tenggara adalah sikap dan kelakuan
perusahaan-perusahaan dan orang-orang Jepang yang bergerak di Asia Tenggara,
yaitu suatu gerakan untuk mencari keuntungan sendiri tanpa menghiraukan
aspirasi-aspirasi bangsa Asia Tenggara.
Ketika telah menjadi kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia (hanya
dikalahkan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet), maka Jepang tidak dapat lagi
menjalankan politik luar negerinya yang hanya mengikuti Amerika Serikat
belaka. Ditambah dengan ketergantungan Jepang akan impor minyak dan sumber
energi lainnya jauh melampaui Amerika, maka politik luar negeri Jepang yang
berorientasi energi denagn sendirinya membawa Jepang kepada kepentingan
yang berlainan dengan Amerika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Pada tahun 1979 Jepang telah mengemukakan konsep tentang
pembentukan masyarakat wialayah pasifik. Dalam konsep itu Jepang
mengemukakan bahwa wilayah pasifik menjadi semakin penting dan akan makin
penting dimasa yang akan datang, baik dari sudut ekonomi maupun politik, maka
kerjasama antara bangsa-bangsa yang hidup diwilayah tersebut sangat penting
dan menunjang perkembangan yang akan datang ( Sayidiman Surhadiprojo,
1982:273)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Kesimpulan
1. Proses demokratisasi di Jepang sudah dimulai sejak masa Restorasi Meiji,
dimana Jepang mulai membuka diri dan menjadikan negara-negara Barat
sebagai panutan. Jepang mulai meniru semua aspek kehidupan Barat, begitu
juga dengan sistem pemerintahan. Dengan disahkannya Konstitusi Meiji pada
tahuh 1889 dan Parlemen Kekaisaran bersidang untuk pertama kalinya dalam
tahun 1890. Pada tahun 1899 dibuatlah perjanjian internasional dengan
negara-negara Barat, yang menempatkan Jepang sejajar dengan negara-
negara Barat. Dalam kurun waktu 1931-1945 Jepang mengalami masa
darurat yang berkepanjangan, demokrasi semakin menurun. Hal ini
dikarenakan Jepang mulai dikuasai oleh militer yang menggunakan
kekuasaan atas nama Kaisar, masa ini disebut sebagai masa Demokrasi
Taisho. Hal lain yang menandakan berkurangnya demokrasi di Jepang yaitu
adanya penyatuan partai-partai politik dalam satu wadah Perhimpunan
Pendukung Pemerintah Kekaisaran pada tahun 1940.
2. Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, mengakhiri militerisme dan
fasisme Jepang, yang kemudian disusul dengan pendemokrasian oleh
pendudukan sekutu, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial. Sebagai
simbol demokrasi, muncullah Undang-Undang Dasar Negara Jepang tahun
1947. Sejak itu, mulailah berlaku institusi politik modern Amerika. Muncul
Kabinet yang diusung dari partai politik, terutama Partai Liberal Demokrat
yang terbentuk tahun 1955, merupakan tulang punggung pelaksanaan
mekanisme demokrasi sistem parlementer. Pertarungan partai-partai yang ada
saat itu merupakan bukti nyata terjadinya demokrasi di Jepang. Ketika
Jepang dilepaskan dari kekuasaan pendudukan pada tahun 1952, maka dapat
diduga sebelumnya bahwa politik luar negeri akan disesuaikan dengan sikap
Amerika Serikat dalam arena internasional. Sedangkan pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
ekonomi Jepang yang sangat tinggi sejak tahun 1950-an, merupakan akibat
sampingan dari pembendungan komunis oleh Amerika Serikat yang
mencipkatan kondisi dimana Jepang berada pada posisi keberuntungan
sebagai penerima “boom ekonomi” akibat Perang Korea (1950-1953).
Kemajuan, ekspansi ekonomi dan industri Jepang ke luar negeri sejak tahun
1960-an, mendatangkan masalah tersendiri bagi Amerika yang diwarnai
dengan friksi ekonomi antara AS-Jepang sejak akhir dasawarsa 1970 sampai
dewasa ini. Friksi ekonomi tersebut tidak dapat dipisahkan dengan masalah
pertanahan Jepang-AS yang dituangkan dalam perjanjian keamanan dan
perdamaian Jepang-AS.
3. Sebagai sebuah negara demokrasi, Jepang tergolong ”tidak normal” karena
jalannya proses politik jarang disorot dan mendapat perhatian dari
masyarakat umum. Sedangkan di negara demokrasi pada umumnya, isu
publik yang penting akan dibahas secara gencar di berbagai media. Sebuah
keputusan kebijakan dibuat melalui proses yang panjang dan menghabiskan
banyak waktu, termasuk proses dalam konsultasi dan negosiasi antara agen-
agen pemerintah dengan kelompok kepentingan terkait. Dalam beberapa
kasus, dialog politik yang terangkat ke publik dimana dalam prosesnya
mengalami kegagalan dalam pembangunan konsensus, dapat memunculkan
debat dan demonstrasi massa yang berujung pada aksi kekerasan / anarkis.
Oleh karena itulah, di Jepang jarang terjadi aksi demo massa dan aksi anarkis
karena proses politik jarang diekspos.
B. Implikasi
1. Teori
Jepang memang mengambil nilai-nilai demokrasi dari negara Barat tetapi
kemudian nilai-nilai itu diadaptasikan dengan iklim bangsa Jepang sendiri untuk
menetralisir nilai-nilai yang tidak sesuai bagi negara Jepang sendiri, yang
dimaksud sebagai demokrasi di Jepang yaitu suatu sistem politik dimana setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
warga negaranya jauh dari intervensi pemerintah, terdapat Pemilu yang bebas dan
adil, terdapat media dengan ruang yang tidak terlalu dibatasi, dan adanya
kelompok-kelompok kepentingan, yang kemudian diadaptasi ke dalam iklim
negara-negara Asia dengan penambahan eleme-elemen demokrasi seperti,
konfusianisme, patron-client comunitarisme, Authority (kewenangan),
Personalism (kebebasan individu), dominant political party (Partai politik
dominan),dan strong state (negara kuat).
2. Praktis
Demokrasi di Jepang mulai dirasakan secara merata di seluruh kalangan
rakyat, dengan tidak adanya garis pemisah antar golongan-golongan yang selama
ini membelenggu mereka. Baik golongan strata antara Samurai dan rakyat biasa,
anak pedagang tidak selalu menjadi pedagang, mereka bisa menjadi pejabat
pemerintah ketika mereka memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, ataupun garis
pembeda antara pria dan wanita sehingga seluruh rakyat Jepang memiliki
kedudukan yang sama dalam hukum.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran-saran yang dapat penulis kemukakan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi para pembaca
Bagi para pembaca, terutama pendidik dan pelajar, penelitian ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan mengenai sejarah Demokrasi Jepang khususnya
setelah disahkannya Konstitusi Nasional 1947. Dalam perkembangan pendidikan
sejarah, belum banyak materi yang membahas tentang Demokrasi di Jepang
sehingga dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif materi
pengayaan yang disampaikan kepada siswa. Terutama mengenai bagaimana kiat-
kiat Jepang dalam mempertahankan kebudayaannya dalam proses modernisasi
sehingga bangsa Indonesia dapat juga melindungi kebudayaannya dalam
menghadapi proses globalisasi. Dalam mempelajari sejarah Jepang kita juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
mendapatkan pengetahuan mengenai menejemen gaya Jepang dan juga semangat
etos kerja Jepang yang sangat membantu kita dalam menghadapi tantangan
globalisasi.
2. Bagi para peneliti
Bagi para peneliti, diharapkan ada yang tertarik untuk meneliti lebih jauh
mengenai Jepang dari berbagai sudut pandang yang berbeda baik ekonomi,
politik, sosial, budaya maupun pendidikan. Mengingat bahwa penelitian yang
membahas mengenai Jepang khususnya Demokratisasi Jepang setelah
diberlakukannya Konstitusi Nasional 1947 masih terbatas. Bagi mahasiswa yang
tertarik untuk melakukan penelitian tentang demokrasi Jepang dapat
mengumpulkan sumber-sumber dari berbagai media, baik buku, koran, majalah
maupun internet. Ditambah lagi Jepang pada tahun 2000an telah membuka
dokumen-dokumen rahasianya untuk umum yang dapat diaksses di website resmi
Jepang, hal ini sangat mempermudah kita untuk mendapatkan sumber yang kita
butuhkan.