konstitusi hmi mpo

165
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM MAJELIS PENYELAMAT ORGANISASI KONSTITUSI HMI MPO HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) HASIL KONGRES KE-29

Upload: aan-pambudi

Post on 04-Jan-2016

936 views

Category:

Documents


376 download

DESCRIPTION

Konstitusi Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) Hasil Kongres ke-29

TRANSCRIPT

Page 1: Konstitusi HMI MPO

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM MAJELIS PENYELAMAT ORGANISASI

KONSTITUSI

HMI MPO

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

HASIL KONGRES

KE-29

Page 2: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Dasar

1

ANGGARAN DASAR

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillahirromanirrahiim

MUQODDIMAH

Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala telah mewahyukan Islam sebagai

ajaran yang haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia berperikehidupan sesuai

dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi, dengan kewajiban mengabdikan diri

semata-mata kehadirat-Nya.

Menurut iradat Allah Subhanahu Wata’ala, kehidupan yang sesuai dengan fitrah

manusia ialah Islam, yakni paduan utuh antara aspek duniawi dan ukhrawi, individu

dan masyarakat, serta iman, ilmu dan amal dalam mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat.

Sesuai dengan fungsi penciptaan manusia, umat Islam berkewajiban

mengemban amanah kekhalifahannya guna mewujudkan masyarakat yang diridhoi

Allah Subhanhu Wata’ala.

Mahasiswa Islam sebagai bagian dari umat Islam yang menyadari akan hak dan

kewajibannya, dituntut peran serta dan tanggung jawabnya dalam mengembangkan

dakwah Islamiyah untuk mewujudkan nlai-nilai aqidah, kemanusiaan yang berdasarkan

pada fitrah, ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah basyariah. Umat

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam musyawarah, serta tegaknya

nilai-nilai kebenaran, keadilan dan kesejahteraan bagi umat manusia dalam rangka

mengabdi kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Meyakini bahwa tujuan itu dapat dicapai dengan hidayah dan taufiq Allah

Subhanahu Wata’ala, serta usaha-usaha yang teratur, terencana dan penuh hikmah

dengan mengharap ridho Allah, kami mahasiswa Islam menghimpun diri dalam satuan

organisasi yang tergerakkan dengan Pedoman Anggaran Dasar sebagai berikut:

Kongres HMI Ke-29

Page 3: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Dasar

2

BAB I

NAMA, WAKTU DAN TEMPAT

Pasal 1 : Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam di singkat HMI.

Pasal 2 : HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan

dengan tanggal 5 Februari 1947, untuk waktu yang tidak ditentukan.

BAB II

ASAS TUJUAN, USAHA DAN SIFAT

Pasal 3 : HMI Berazaskan Islam.

Pasal 4 : Tujuan yang ingin dicapai adalah terbinanya mahasiswa Islam menjadi insan

Ulul Albab yang turut bertanggungjawab atas terwujudnya tatanan

masyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala.

Pasal 5 : Pencapaian tujuan dilakukan dengan usaha organisasi berupa:

a. Membina mahasiswa Islam untuk menuju tercapainya Insan Mu’abbid,

Mujahid, Mujtahid, dan Mujaddid;

b. Mengembangkan potensi kreatif terhadap berbagai aspek kehidupan;

c. Mengambil peran aktif dan mewarnai dunia kemahasiswaan, perguruan

tinggi dan kemasyarakatan dengan inisiatif, partisipasi yang konstruktif,

kreatif sehingga tercapainya nuansa yang Islami;

d. Memajukan kehidupan umat Islam dan masyarakat pada umumnya sebagai

implementasi rahmatan lil’alamin;

e. Membangun kerjasama dengan organisasi Islam lainnya dan organisasi

lainnya yang berlandaskan pada nilai kemanusiaan, kebenaran dan

keadilan;

f. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan asas organisasi dan berguna untuk

mencapai tujuan.

Pasal 6 : Himpunan Mahasiswa Islam bersifat Independen.

Kongres HMI Ke-29

Page 4: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

BAB III

STATUS DAN IDENTITAS

Anggaran Dasar

3

Pasal 7

Pasal 8

Pasal 9

: : :

Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi kemahasiswaan. Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi perkaderan dan perjuangan.

BAB IV

KEANGGOTAAN Anggota HMI terdiri atas Anggota Muda, Anggota Biasa dan Anggota

Kehormatan.

BAB V

STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 10 : HMI berkedudukan di tempat Pengurus Besar.

Pasal 11 : Kekuasaan dipegang oleh Kongres ditingkat pusat, Konferensi di tingkat

cabang dan Rapat Anggota Komisariat ditingkat komisariat;

Pasal 12 : Pimpinan terdiri atas Pengurus Besar, Pengurus Cabang, dan Pengurus

Komisariat;

Pasal 13 : Lembaga Koordinasi merupakan lembaga yang mengkoordinir struktur

pimpinan dalam memastikan akan jalannya kebijakan Pengurus Besar atau

perogram kerja Pengurus Cabang di lingkungan wilayahnya;

Pasal 14 : Lembaga Khusus merupakan lembaga yang menjalankan tugas khusus

organisasi; Pasal 15 : Lembaga Kekaryaan dibentuk untuk meningkatkan dan mengembangkan

keahlian dan bakat para anggota di bidang tertentu;

Pasal 16 : Di tingkat Pengurus Besar dibentuk Majelis Syuro Organisasi dan apabila

dipandang perlu dapat dibentuk di tingkat cabang.;

Kongres HMI Ke-29

Page 5: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Dasar

4

BAB VI

KESEKRETARIATAN

Pasal 17 : Keberadaan organisasi disimbolkan dalam wujud kesekretariatan yang

dilengkapi dengan alat organisasi lainnya berupa sistem administrasi dan

sistem keprotokoleran;

BAB VII

KEUANGAN

Pasal 18 : Sumber-sumber keuangan HMI diperoleh dari:

a. Uang pangkal, iuran, infaq, dan/atau sumbangan anggota;

b. Usaha-usaha yang sah, halal dan tidak mengikat;

BAB VIII

ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 19 : Atribut-atribut Organisasi ditetapkan sebagai simbol-simbol organisasi yang

digunakan dalam aktifitas organisasi.

BAB IX

ATURAN TAMBAHAN

Pasal 20 : Amandemen Anggaran Dasar hanya dilakukan di Kongres melalui prosedur :

a. Pengajuan amandemen oleh struktur pimpinan HMI ditujukan kepada

MSO.

b. Usulan amandemen oleh MSO Pusat diajukan ke Kongres

Kongres HMI Ke-29

Page 6: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Dasar

5

Pasal 21 : a. Dalam Muqadimah alinea 1 dan 2 menjiwai pasal 3, alinea 3 menjiwai

pasal 4 dan 8, alinea 4 menjiwai pasal 6 dan 7 dan alinea 5 menjiwai

pasal-pasal selain yang tercantum diatas.

b. Penjelasan Pasal 3, 4, 5 dan 6 tentang azas, tujuan, usaha dan sifat

disebut Khittoh perjuangan.

c. Penjelasan pasal 7 dan 8 tentang identitas dan status terdapat dalam

pedoman perkaderan (PP).

d. Penjelasan Anggaran Dasar tentang hal-hal diluar huruf a, b dan c diatas

dijelaskan dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

Pasal 22 : Pengesahan ditetapkan pada Kongres ke-3 di Jakarta pada tanggal 4 September

1953, yang diperbaharui pada Kongres ke-4 di Bandung, padatanggal 14 Oktober

1955, Kongres ke-5 di Medan pada tanggal 31 Desember 1957, Kongres ke-6 di

Makassar (Ujung pandang) pada tanggal 20 Juli 1960, Kongres ke-7 di Jakarta

pada tanggal 14 September 1963, Kongres ke-8 di Solo (Surakarta) pada tanggal

17 September 1966, Kongres ke-9 di Malang pada tanggal 10 Mei 1969, Kongres

ke-10 di Palembang pada tanggal 10 Oktober 1971, Kongres ke-11 di Bogor pada

tanggal 12 Mei 1974, Kongres ke-12 di Semarang pada tanggal 16 Oktober 1976,

Kongres ke-13 di Ujung pandang pada tanggal 12 Februari 1979, Kongres ke-14 di

Bandung pada tanggal 30 April 1981, Kongres ke-15 di Medan pada tanggal 26 Mei

1983, Kongres ke-16 di Yogyakarta pada tahun 1986, Kongres ke-17 di Yogyakarta

pada tanggal 5 Juli 1988, Kongres ke-18 di Bogor pada tanggal 10 Oktober 1990,

Kongres ke-19 di Semarang pada tanggal 24 Desember 1992, Kongres ke-20 di

Purwokerto pada tanggal 27 April 1995, Kongres ke-21 di Yogyakarta pada tanggal

28 Juli 1997, kongres ke-22 di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1999, kongres

ke-23 di Makassar tanggal 25 Juli 2001, kongres ke-24 di Semarang tanggal 11

September 2003, kongres ke-25 di Palu tanggal 17 Agustus 2005, kongres ke-26 di

Depok tanggal 16 Agustus 2007, kongres ke-27 di Yogyakarta tanggal 9 Juni 2009,

kongres ke-28 di Pekanbaru tanggal 19 Juni 2011, dan dikukuhkan kembali pada

Kongres ke-29 di Bogor pada tanggal 30 Juni 2013 .

Billahit taufiq walhidayah,

Kongres HMI Ke-29

Page 7: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

1

ANGGARAN RUMAH TANGGA

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillahirrohmanirrahiim

BAB I

KEANGGOTAAN

BAGIAN I : ANGGOTA

Pasal 1 : Anggota Muda ialah mahasiswa Islam yang telah memenuhi syarat

keanggotaan.

Pasal 2 : Anggota Biasa ialah anggota muda yang telah memenuhi syarat untuk menjadi

anggota biasa dan atau mahasiswa Islam yang telah lulus Latihan Kader I yang

dianggap sah oleh Pengurus Cabang.

Pasal 3 : Anggota Kehormatan ialah orang yang dianggap telah berjasa kepada HMI

yang ditetapkan oleh Pengurus Cabang atau Pengurus Besar.

BAGIAN II : TATA CARA KEANGGOTAAN

Pasal 4 : a. Setiap mahasiswa Islam yang ingin menjadi anggota harus menyatakan

persetujuannya terhadap Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,

Khittah Perjuangan serta Pedoman-pedoman lainnya;

b. Bila telah memenuhi apa yang tersebut dalam ayat a, serta pernah

mengikuti aktivitas HMI dan memenuhi syarat keanggotaan, maka yang

bersangkutan dinyatakan sebagai Anggota Muda HMI;

c. Anggota muda yang telah memenuhi syarat untuk menjadi anggota biasa

dan atau mahasiswa Islam yang telah lulus Latihan Kader I berhak

menjadi Anggota Biasa;

d. Syarat untuk menjadi anggota kehormatan ditentukan oleh Pengurus

Cabang berdasarkan aturan-aturan HMI setelah melihat dedikasi,

aktivitas, kontinuitas, dan komitmen perjuangannya terhadap HMI.

Kongres HMI ke-29

Page 8: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

2

BAGIAN III : HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

Pasal 5 : Hak Anggota

a. Anggota Muda berhak mengikuti LK I dan aktivitas-aktivitas lainnya yang

diselenggarakan oleh organisasi;

b. Anggota Muda yang telah memenuhi syarat untuk menjadi Anggota Biasa

dan atau mahasiswa Islam yang telah lulus LK I berhak menjadi Angota

Biasa;

c. Anggota Muda berhak mengikuti kegiatan-kegiatan berdasarkan

ketentuan pimpinan HMI dan berhak mengeluarkan pendapat atau

mengajukan usul, namun tidak mempunyai hak dipilih dan memilih;

d. Anggota Biasa mempunyai hak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul

atau pertanyaan baik dengan lisan maupun tulisan kepada pengurus, serta

mempunyai hak dipilih dan memilih;

e. Anggota kehormatan dapat mengajukan saran atau usul, serta

pertanyaan-pertanyaan kepada Pengurus HMI.

Pasal 6 : Kewajiban Anggota

a. Membayar uang pangkal anggota dan uang iuran anggota yang besarnya

ditentukan oleh masing-masing cabang;

b. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan HMI;

c. Menjaga nama baik organisasi;

d. Terkecuali bagi Anggota Kehormatan tidak berlaku ayat a.

BAGIAN IV : STATUS KEANGGOTAAN

Pasal 7 : Massa Keanggotaan

a. Masa keanggotaan HMI berlaku sejak menjadi anggota HMI hingga 12

tahun dan sesudahnya disebut alumni.;

b. Anggota yang habis masa keanggotaannya disaat masih memegang

amanah kepengurusan, maka usia keanggotaannya diperpanjang hingga

habis masa kepengurusan.

Kongres HMI ke-29

Page 9: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

3

Pasal 8 : Jabatan Rangkap

a. Anggota HMI yang mempunyai kedudukan pada organisasi atau badan-

badan lainnya di luar HMI harus menyesuaika tindakan-tindakannya

dengan AD/ART dan ketentuan-ketentuan lainnya;

b. Pengurus HMI tidak dibenarkan untuk merangkap jabatan di dalam

struktur HMI, kecuali dalam keadaan tertentu dan atas persetujuan

pimpinan HMI sesuai dengan jenjang kepengurusan.

Pasal 9 : Mutasi Anggota

a. Anggota HMI dapat melakukan Mutasi dari satu cabang ke cabang yang

lain jika pindah Perguruan Tinggi pada cabang yang berbeda;

b. Mutasi anggota HMI dari cabang yang satu ke cabang yang lain diwajibkan

membawa Surat Pengantar dan Kartu Anggota dari cabang asal.

BAGIAN V : PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN

Pasal 10 : Anggota diberhentikan keanggotaannya, karena :

a. Meninggal dunia;

b. Atas permintaan sendiri;

c. Diskors (pemberhentian sementara);

d. Dipecat.

Pasal 11 : Anggota dapat diskors atau dipecat, karena :

a. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan HMI;

b. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik HMI.

Pasal 12 : Tata Cara Skorsing/Pemecatan

a. Tuntutan skorsing/ pemecatan dapat diajukan oleh Pengurus Komisariat

kepada Pengurus Cabang;

b. Tata cara skorsing/pemecatan terhadap anggota dilakukan dengan suatu

peringatan terlebih dahulu, sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali peringatan;

Pasal 13 : Pembelaan

a. Anggota yang diskorsing/pemecatan, dapat membela diri dalam

Konferensi atau forum yang ditunjuk MSO untuk itu dan Pengurus Cabang

berkewajiban untuk melaksanakannya;

b. Putusan skorsing/pemecatan yang diambil di dalam Konferensi atau

forum lain yang ditunjuk MSO dianggap sah apabila sekurang-kurangnya

Kongres HMI ke-29

Page 10: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

4

dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah utusan Komisariat yang

seharusnya hadir;

c. Prosedur pembelaan diatur dalam Pedoman Operasional HMI.

BAB II

STRUKTUR ORGANISASI

A. STRUKTUR KEKUASAAN

BAGIAN I : KONGRES

Pasal 14 : Status

a. Kongres merupakan musyawarah utusan cabang-cabang;

b. Kongres memegang kekuasaan tertinggi organisasi;

c. Kongres diadakan 2 (dua) tahun sekali;

d. Kongres dapat diadakan menyimpang dari ayat c jika atas inisiatif 1 (satu)

Cabang, dan disetujui lebih dari separuh jumlah Cabang-cabang.

Pasal 15 : Kekuasaan/Wewenang

a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Besar HMI;

b. Mendengar Laporan Pelaksanaan Tugas Majelis Syuro Organisasi;

c. Menetapkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Khittah

Perjuangan, dan Pedoman-pedoman Operasional HMI;

d. Memilih Ketua Umum HMI yang merangkap sebagai Formateur dan

memilih 4 (empat) Mide Formateur;

e. Menunjuk Majelis Syuro Organisasi.

Pasal 16 : Tata Tertib

a. Peserta Kongres terdiri dari Utusan Cabang dan Peninjau;

b. Utusan Cabang mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara;

c. Peninjau hanya memiliki hak bicara;

d. Peninjau adalah Pengurus Besar yang telah dinyatakan demisioner dan

peninjau dari cabang-cabang;

e. Pimpinan Kongres dipilih dari peserta oleh Utusan Cabang, dan berbentuk

Presidium yang memahami KONSTITUSI HMI dengan baik;

f. Steering Committee Kongres memimpin sidang kongres sebelum

Presidium Kongres terbentuk;

Kongres HMI ke-29

Page 11: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

5

g. Pengurus Besar dinyatakan demisioner setelah pertanggung-jawabannya

dinilai oleh Kongres;

h. Kongres dapat dinyatakan sah apabila telah dihadiri lebih dari separuh

jumlah utusan cabang-cabang;

i. Apabila pada ayat h tidak terpenuhi, maka Kongres diundur selambat-

lambatnya 1 x 24 jam, dan setelah itu dapat dimulai;

j. Jumlah Utusan Cabang dalam Kongres ditentukan dengan rumus:

Sn = a pn-1

Sn : Batas atas Jumlah anggota a : 50

p : Pembanding = 2 n : Jumlah utusan

Contoh Jumlah Anggota

50

100

200

400

800

1600

Dan seterusnya

Utusan

=1

=2

=3

=4

=5

=6

= dst

k. Jumlah peninjau Cabang ditetapkan oleh Panitia Kongres atas

pertimbangan Steering Committe Kongres;

l. Jumlah Utusan dapat ditetapkan oleh Pengurus Besar HMI atas

persetujuan Majelis Syuro Organisasi untuk cabang yang tidak memiliki

kejelasan jumlah anggota.

BAGIAN II : KONFERENSI

Pasal 17 : Status a. Konferensi merupakan musyawarah utusan komisariat-komisariat di

tingkatan cabang;

b. Konferensi memegang kekuasaan tertinggi ditingkat cabang;

c. Konferensi diadakan 1 (satu) kali setahun;

Kongres HMI ke-29

Page 12: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

6

d. Konferensi dapat diadakan menyimpang dari ketentuan b jika atas

inisiatif 1 (satu) komisariat, dan disetujui lebih dari separuh jumlah

utusan komisariat.

Pasal 18 : Kekuasaan/Wewenang

a. Menetapkan Garis Besar Program Kerja sebagai pengejawantahan

Ketetapan-ketetapan Kongres;

b. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Cabang HMI;

c. Memilih Ketua Umum yang merangkap sebagai Formateur dan kemudian

memilih 4 (empat) Mide Formateur;

d. Mendengar Laporan Pelaksanaan Tugas MSO Cabang;

e. Menunjuk anggota MSO Cabang

Pasal 19 : Tata Tertib

a. Peserta Konferensi terdiri dari Utusan Komisariat, dan Peninjau;

b. Utusan Komisariat memiliki Hak Suara dan Hak Bicara;

c. Peninjau hanya memiliki hak bicara;

d. Peninjau adalah Pengurus Cabang yang telah demisioner dan peninjau

dari Komisariat-komisariat;

e. Pimpinan Konferensi dipilih dari peserta oleh Utusan k, dan berbentuk

Presidium yang memahami KONSTITUSI HMI dengan baik;

f. Steering Committee Konfrensi memimpin sidang konferensi sebelum

Presidiun Konferensi terbentuk;

g. Pengurus Cabang dinyatakan demisioner setelah pertanggung-

jawabannya dinilai oleh Konferensi;

h. Konferensi dinyatakan sah bila dihadiri lebih dari separuh utusan

Komisariat;

i. Apabila ayat h tidak terpenuhi, maka Konferensi diundur selambat-

lambatnya 1 x 24 jam, dan setelah itu dianggap sah;

j. Jumlah Utusan Komisariat pada Konferensi disesuaikan dengan pasal 16

ayat j dengan ketentuan a = 10 (sepuluh);

k. Jumlah peninjau dari Komisariat ditentukan oleh Panitia konferensi atas

persetujuan Steering Committe;

l. Jumlah Utusan dapat ditetapkan oleh Pengurus Cabang atas persetujuan

MSO pada komisariat yang tidak memiliki kejelasan jumlah anggota.

Kongres HMI ke-29

Page 13: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

7

m. Untuk cabang yang memiliki kurang dari 3 komisariat, maka utusannya

adalah anggota cabang;

n. Bila point m tidak terpenuhi, sidang ditunda selambat-lambatnya 1 x 24

jam dan setelah itu dianggap sah.

BAGIAN III : RAPAT ANGGOTA

Pasal 20 : Status

a. Rapat Anggota merupakan musyawarah anggota Komisariat;

b. Rapat Anggota memegang kekuasaan tertinggi ditingkat Komisariat;

c. Rapat Anggota diadakan 1 (satu) tahun sekali;

d. Rapat Anggota dapat menyimpang dari ayat a jika atas inisiatif 1 (satu)

anggota dan disetujui lebih dari separuh jumlah anggota pleno

Komisariat.

Pasal 21 : Kekuasaan/Wewenang

a. Menetapkan Garis Besar Haluan Kerja Komisariat sebagai bentuk

pengejawantahan Ketetapan Konferensi;

b. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Komisariat;

c. Memilih Ketua Umum merangkap sebagai Formateur dan kemudian

memilih 4 (empat) Mide Formateur;

Pasal 22 : Tata Tertib

a. Peserta Rapat Anggota adalah Pengurus Komisariat dan Anggota

Komisariat;

b. Anggota Komisariat memiliki Hak Suara dan Hak Bicara;

c. Pengurus Komisariat hanya memiliki Hak Bicara;

d. Pimpinan Rapat Anggota dipilih dari peserta oleh Anggota Komisariat, dan

berbentuk Presidium yang memahami KONSTITUSI HMI dengan baik;

e. Steering Committee Rapat Anggota memimpin sidang rapat anggota

sebelum Presidium rapat anggota terbentuk;

f. Pengurus komisariat dinyatakan demisioner setelah Laporan

pertanggung-jawabannya dinilai oleh Rapat Anggota;

Kongres HMI ke-29

Page 14: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

8

g. Rapat Anggota dinyatakan sah apabila dihadiri lebih dari separuh

anggota;

h. Apabila ayat g tak dapat dipenuhi, Rapat Anggota dapat diundur maskimal

1 x 24 jam dan dinyatakan sah;

B. STRUKTUR PIMPINAN

BAGIAN I : PUSAT

Pasal 23 : Status

a. Pengurus Besar adalah badan tertinggi di struktur kepemimpinan HMI;

b. Masa jabatan Pengurus Besar adalah 2 (dua) tahun;

Pasal 24 : Pengurus Besar

a. Pengurus Besar terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara

Umum. Pengurus Harian, Lembaga koordinasi, Lembaga-lembaga

Kekaryaan dan Lembaga-lembaga Khusus dan para stafnya;

b. Pengurus Besar adalah anggota HMI yang pernah menjadi Pengurus

Cabang, dan telah lulus Latihan Kader II dan senior course;

c. Apabila Ketua Umum berhalangan tetap, maka dapat diangkat Pejabat

Ketua Umum oleh Rapat Presidium Pengurus Besar;

Pasal 25 : Tugas dan Kewajiban :

a. Pengurus Besar Melaksanakan Ketetapan-Ketetapan Kongres;

b. Pengurus Besar menjalankan tugasnya setelah dilakukan serah terima

dari pengurus periode sebelumnya;

c. Pengurus Besar wajib mengumumkan ke seluruh Cabang segala Kebijakan

Strategis HMI;

d. Ketua Umum Pengurus Besar HMI bertanggungjawab pada Kongres.

Pasal 26 : Forum pengambilan keputusan pengurus besar terdiri dari :

a. Rapat pleno, adalah forum pengambilan keputusan untuk mengevaluasi

atas pelaksanaan amanah kongres yang diadakan minimal tiap 6 bulan dan

minimal dihadiri oleh ketua umum, sekretaris jendral, bendahara umum,

dan lebih dari separuh pimpinan lembaga-lembaga HMI;

Kongres HMI ke-29

Page 15: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

9

b. Rapat presidium adalah forum pengambilan keputusan strategis

organisasi yang dihadiri oleh hanya ketua umum, sekretaris jendral,

bendahara umum, dan lebih dari separuh pimpinan lembaga-lembaga

HMI;

c. Rapat harian adalah forum koordinasi yang diadakan secara periodik yang

dipimpin oleh ketua umum atau sekretaris jendral

BAGIAN II : C A B A N G

Pasal 27 : Status

a. Cabang merupakan kesatuan organisasi yang dibentuk oleh Pengurus

Besar di tempat yang ada Perguruan Tinggi pada satu Kabupaten/Kota

atau di beberapa kabupaten/kota;

b. Cabang dapat didirikan dengan sekurang-kurangnya memiliki Ketua

Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum, dan disahkan oleh Ketua

Umum dan Sekretaris Jenderal HMI dengan status cabang persiapan;

c. Cabang persiapan menjadi cabang Penuh jika telah memenuhi 30 anggota

dan telah mendapat bimbingan minimal satu tahun oleh Pengurus Besar;

d. Penetapan Cabang Penuh dilakukan melalui Surat Keputusan Ketua Umum

dan Sekretaris Jendral Pengurus Besar HMI;

e. Pendirian cabang dapat dilakukan oleh Anggota atau Komisariat yang

sebelumnya telah masuk pada satu cabang tertentu yang disetujui oleh

pengurus cabang bersangkutan.

Pasal 28 : Pengurus Cabang

a. Pengurus Cabang adalah badan tertinggi dalam struktur kepemimpinan

HMI ditingkat Cabang;

b. Pengurus Cabang terdiri dari Ketua Umum dan Pengurus Harian,

Koordinator Komisariat, Lembaga-lembaga Khusus, dan

Lembaga-lembaga Kekaryaan;

c. Masa jabatan Pengurus Cabang adalah 1 (satu) tahun;

d. Pengurus Cabang adalah anggota yang pernah menjadi Pengurus

Komisariat dan/atau telah lulus Latihan Kader II;

e. Apabila Ketua Umum Pengurus Cabang berhalangan tetap, dapat diangkat

Pejabat Ketua Umum oleh Rapat Presidium Pengurus Cabang.

Kongres HMI ke-29

Page 16: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

10

Pasal 29 : Tugas dan Kewajiban

a. Pengurus Cabang melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan

Pengurus Besar dan Ketetapan-Ketetapan Konferensi;

b. Pengurus Cabang menjalankan tugasnya setelah dilakukan serah terima

dari kepengurusan periode sebelumnya;

c. Pengurus Cabang harus memberikan laporan kepada Pengurus Besar Tiap

4 (empat) bulan;

d. Ketua Umum Cabang bertanggungjawab pada Konferensi.

Pasal 30 : Forum pengambilan keputusan pengurus cabang terdiri dari :

a. Rapat pleno, adalah forum pengambilan keputusan untuk mengevaluasi

atas pelaksanaan amanah konferensi yang diadakan minimal tiap 3 bulan

dan minimal dihadiri oleh ketua umum, sekretaris umum, bendahara

umum, dan lebih dari separuh pimpinan lembaga-lembaga HMI;

b. Rapat presidium adalah forum pengambilan keputusan strategis

organisasi yang dihadiri oleh hanya ketua umum, sekretaris umum,

bendahara umum, dan lebih dari separuh pimpinan lembaga-lembaga

HMI;

c. Rapat harian adalah forum koordinasi yang diadakan secara periodik yang

dipimpin oleh ketua umum atau sekretaris umum.

BAGIAN III : KOMISARIAT

Pasal 31 : Status a. Komisariat merupakan kesatuan organisasi pada suatu Perguruan

Tinggi/Fakultas/Jurusan, atau beberapa Fakultas/Jurusan pada

perguruan tinggi yang sama yang dibentuk oleh Pengurus Cabang;

b. Pendirian Komisariat dapat dilakukan sekurang-kurangnya harus ada 3

(tiga) anggota komisariat dengan status komisariat persiapan;

c. Komisariat persiapan menjadi komisariat penuh jika telah memenuhi 10

anggota dan telah mendapat bimbingan minimal 6 bulan dari cabang;

d. Pendirian Komisariat dapat dilakukan oleh Anggota HMI yang sebelumnya

telah masuk dalam satu komisariat tertentu dengan mengajukan

Kongres HMI ke-29

Page 17: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

11

permohonan kepada Pengurus Cabang untuk mendapat persetujuan serta

pertimbangan komisariat tersebut.

Pasal 32 : Pengurus Komisariat:

a. Pengurus Komisariat adalah badan tertinggi dalam struktur

kepemimpinan HMI ditingkat Komisariat;

b. Pengurus Komisariat memiliki masa jabatan 1 (satu) tahun;

c. Pengurus Komisariat minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris dan

Bendahara;

d. Pengurus Komisariat merupakan anggota biasa Komisariat;

e. Apabila Ketua Komisariat berhalangan tetap, dapat diangkat Pejabat

Ketua Umum oleh Rapat Koordinasi Pengurus Komisariat.

Pasal 33 : Tugas dan Kewajiban

a. Pengurus Komisariat melaksanakan Keputusan-keputusan Pengurus

Cabang dan Ketetapan-ketetapan Rapat Anggota;

b. Pengurus Komisariat menjalankan tugasnya setelah dilakukan serah

terima dari pengurus periode sebelumnya;

c. Pengurus Komisariat harus memberikan laporan kepada Pengurus Cabang

tiap 4 (empat) bulan;

d. Ketua Umum Komisariat HMI sebagai pemimpin Pengurus Komisariat

bertanggungjawab pada Rapat Anggota.

Pasal 34 : Forum pengambilan keputusan pengurus besar terdiri dari :

a. Rapat pleno, adalah forum pengambilan keputusan untuk mengevaluasi

atas pelaksanaan amanah rapat anggota yang diadakan minimal tiap 3

bulan dan minimal dihadiri oleh ketua umum, sekretaris umum,

bendahara umum, dan lebih dari separuh pimpinan lembaga-lembaga

HMI;

b. Rapat presidium adalah forum pengambilan keputusan strategis

organisasi yang dihadiri oleh hanya ketua umum, sekretaris umum,

bendahara umum, dan lebih dari separuh pimpinan lembaga-lembaga

HMI;

c. Rapat harian adalah forum koordinasi yang diadakan secara periodik yang

dipimpin oleh ketua umum atau sekretaris umum.

Kongres HMI ke-29

Page 18: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

12

BAGIAN IV : PENGURUS HARIAN

A. KOMISI KEBIJAKAN

Pasal 35 : Status

a. Komisi kebijakan adalah bentuk Pengurus Harian dari Pengurus Besar;

b. Komisi kebijakan disusun oleh Formatur dan Mide Formatur dengan

ketetapan Ketua Umum HMI;

c. Formasi Komisi Kebijakan adalah Ketua Komisi Kebijakan dan para

anggota Komisi Kebijakan;

Pasal 36 : Tugas dan Kewajiban

a. Menetapkan kebijakan-kebijakan keorganisasian HMI;

b. Melakukan kerjasama-kerjasama organisasi dengan berbagai pihak;

c. Bertanggungjawab terhadap Ketua Umum HMI;

B. BIDANG KERJA

Pasal 37 : Status

a. Bidang Kerja adalah bentuk Pengurus Harian dari Pengurus Cabang;

b. Bidang Kerja disusun oleh Formatur dan Mide Formatur dengan ketetapan

Ketua Umum Cabang HMI;

c. Formasi Bidang Kerja adalah Ketua Bidang dan para anggota Bidang.

Pasal 38 : Tugas dan Kewajiban

a. Membantu Ketua Umum dalam Menjalankan amanah Konferensi yang

diberikan pada kepengurusan menurut bidang kerjanya;

b. Membantu Ketua Umum dalam menjalankan organisasi:

c. Bertanggungjawab terhadap Ketua Umum Cabang;

C. UNIT AKTIFITAS

Pasal 39 : Status

a. Unit Aktifitas adalah bentuk minimal Pengurus Harian dari Pengurus

Komisariat;

b. Unit Aktifitas disusun oleh Formatur dan Mide Formatur dengan

ketetapan Ketua Umum Komisariat HMI;

c. Formasi Unit Aktifitas adalah Ketua Unit Aktifitas dan para anggota

Anggota Unit aktifitas;

Kongres HMI ke-29

Page 19: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

13

d. Unit Aktifitas dapat dibentuk dalam bentuk Bidang kerja bagi komisariat

yang sehat.

Pasal 40 : Tugas dan Kewajiban

a. Membantu Ketua Umum dalam menjalankan amanah Rapat Anggota yang

diberikan pada kepengurusan;

b. Membantu Ketua Umum dalam menjalankan organisasi:

c. Bertanggungjawab terhadap Ketua Umum Komisariat;

BAGIAN V : LEMBAGA KOORDINASI

A. BADAN KOORDINASI

Pasal 41 : Status

a. Badan Koordinasi adalah Pengurus Besar yang mengkoordinir aktifitas

internal HMI di beberapa cabang dalam satu wilayah tertentu;

b. Pembagian wilayah yang dikoordinir ditetapkan Ketua Umum HMI;

Pasal 42 : Struktur

a. Formasi Pengurus Badan Koordinasi sekurang-kurangnya terdiri dari

Ketua, Sekretaris, dan Bendahara;

b. Pejabat Ketua Badan Koordinasi dapat diangkat oleh Ketua Umum HMI,

jika Ketua Badan Koordinasi tersebut berhalangan tetap, dengan

memperhatikan aspirasi Cabang-cabang;

c. Masa jabatan Pengurus Badan Koordinasi adalah 2 (dua) tahun;

Pasal 43 : Tugas dan Kewajiban

a. Mengkoordinir kebijakan-kebijakan Pengurus Besar oleh cabang-cabang

diwilayah koordinasinya;

b. Menjalankan peran-peran HMI dicabang-cabang wilayahnya;

c. Membentuk Cabang baru di wilayah koordinasinya;

d. Melantik Pengurus Cabang di Wilayah Koordinasinya

e. Memberikan bimbingan, mengkoordinasikan, dan mengawasi kegiatan-

kegiatan Cabang dalam wilayah koordinasinya;

f. Meminta laporan Cabang-Cabang dalam wilayah koordinasinya;

g. Bertanggungjawab terhadap Ketua Umum HMI;

h. Memberikan laporan kerja ke Musyawarah Badan Koordinasi;

Kongres HMI ke-29

Page 20: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

14

i. Melaksanakan segala hal yang diputuskan di Musyawarah Daerah;

j. Mengeluarkan kebijakan di wilayah koordinasinya selama tidak

bertentangan dengan kebijakan pengurus besar HMI

Pasal 44 : Musyawarah Badan Koordinasi

a. Musyawarah Badan Koordinasi adalah musyawarah utusan cabang-cabang

di wilayah Badan Koordinasi yang diadakan 2 (dua) tahun sekali;

b. Kekuasaan dan wewenang Musyawarah Badan Koordinasi adalah memilih

3 (tiga) orang calon Ketua dan menentukan Haluan Kerja Badan

Koordinasi;

c. Ketua Badan Koordinasi ditetapkan Ketua Umum Pengurus Besar HMI dari

nama-nama calon yang diajukan Musyawarah Badan Koordinasi;

d. Jumlah utusan cabang di Musyawarah Badan Koordinasi sesuai pasal 16 j.

B. KOORDINATOR KOMISARIAT

Pasal 45 : Status

a. Koordinator Komisariat adalah Pengurus Cabang yang mengkoordinir

Komisariat di 1 (satu) atau beberapa Perguruan Tinggi;

b. Pembagian komisariat yang dikoordinir ditetapkan Ketua Umum Cabang;

Pasal 46 : Struktur

a. Formasi Pengurus Koordinator Komisariat sekurang-kurangnya terdiri dari

Ketua, Sekretaris dan Bendahara;

b. Pejabat Ketua Koordinator Komisariat dapat diangkat oleh Ketua Umum

Cabang HMI jika Ketua Koordinator Komisariat tersebut berhalangan

tetap, dengan memperhatikan aspirasi komisariat- komisariat;

c. Masa jabatan Pengurus Koordinator Komisariat adalah 1 (satu) tahun.

Pasal 47 : Tugas dan Kewajiban

a. Membimbing dan membina Komisariat-Komisariat di lingkungannya;

b. Mengkoordinasikan dan mengawasi Komisariat dilingkungannya;

c. Mengkoordinir pelaksanaan program kerja kepengurusan cabang di

komisariat-komisariat lingkungannya;

d. Membantu pelaksanaan operasional program Kerja kepengurusan cabang

untuk lingkungannya;

e. Bertanggungjawab terhadap Ketua Umum Cabang HMI;

f. Melaksanakan keputusan Musyawarah Koordinator Komisariat.

Kongres HMI ke-29

Page 21: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

15

g. Mengeluarkan kebijakan di wilayah koordinasinya selama tidak

bertentangan dengan kebijakan pengurus cabang HMI

Pasal 48 : Musyawarah Koordinator Komisariat

a. Musyawarah Koordinator Komisariat adalah musyawarah utusan

komisariat-komisariat di lingkungannya, yang diadakan 1 (satu) tahun

sekali;

b. Memilih maksimal 3 (tiga) orang calon Ketua dan menentukan Garis Besar

Program Kerja Koordinator Komisariat;

c. Ketua Koordinator Komisariat ditentukan oleh Ketua Umum Pengurus

Cabang dari nama-nama calon yang diajukan Musyawarah Koordinator

Komisariat;

d. Jumlah utusan Komisariat yang hadir pada Musyawarah Koordinator

Komisariat disesuaikan dengan pasal 19 ayat j dengan ketentuan a = 30

BAGIAN VI : LEMBAGA KHUSUS

Pasal 49 : Status

a. Lembaga-lembaga Khusus HMI adalah bagian dari struktur pimpinan yang

memiliki peran-peran khusus;

b. Lembaga-lembaga Khusus bersifat semi otonom;

c. Lembaga-lembaga Khusus HMI dibentuk oleh pimpinan HMI sesuai dengan

kebutuhan;

d. Lembaga-lembaga Khusus HMI dapat berupa: Korp HMI-wati (Kohati),

Korp Pengader (KP), dan Pusat Arsip dan lainnya yang dibentuk Pengurus

HMI.

Pasal 50 : Struktur

a. Formasi Pengurus Lembaga-lembaga Khusus HMI sekurang-kurangnya

terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara;

b. Bila diperlukan, pada tingkat pusat dapat dibentuk Koordinator Nasional

lembaga-lembaga khusus.

Pasal 51 : Tugas dan Kewajiban

a. Lembaga-lembaga Khusus bertugas melaksanakan program dan

kewajiban-kewajiban HMI sesuai dengan fungsi dan perannya masing-

masing;

b. Pengurus lembaga-lembaga khusus berkewajiban melaksanakan hasil

Musyawarah lembaga Khusus; Kongres HMI ke-29

Page 22: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

16

c. Pimpinan Lembaga Khusus bertanggungjawab pada Struktur

Kepemimpinan HMI dengan melaksanakan Laporan Pelaksanaan Tugas

dalam lembaganya;

d. Lembaga Khusus memberikan laporan kerja kepada Struktur

Kepemimpinan HMI minimal 2 (dua) kali selama satu periode dan/atau

jika sewaktu-waktu bila diminta Struktur kepemimpinan.

Pasal 52 : Musyawarah

a. Status musyawarah Lembaga Khusus adalah merupakan forum kekuasaan

tertinggi di internal lembaga khusus dengan tanpa bertentangan dengan

ketetapan-ketetapan lembaga kekuasaan HMI ditingkatannya;

b. Musyawarah Lembaga Khusus HMI berhak mengajukan sebanyak-

banyaknya 3 (tiga) calon Pimpinan Lembaga Khusus untuk ditetapkan oleh

pimpinan HMI.

BAGIAN VII : LEMBAGA KEKARYAAN

Pasal 53 : Status

a. Lembaga Kekaryaan adalah bagian dari struktur pimpinan HMI yang

memiliki peran kekaryaan;

b. Lembaga-lembaga kekaryaan bersifat semi otonom;

c. Lembaga-lembaga kekaryaan dibentuk bila ada aspirasi dan kebutuhan

anggota, yang memiliki minat dan bakat di bidang yang sama;

d. Lembaga Kekaryaan memiliki spesifikasi bidang yang mengarah pada

peningkatan keahlian dan profesionalitas tertentu.

Pasal 54 :Struktur

a. Formasi pengurus Lembaga-lembaga Kekaryaan sekurang-kurangnya

terdiri dari Direktur dan Staf Direktur;

b. Bila diperlukan, pada tingkat pusat dapat dibentuk Koordinator Nasional

lembaga-lembaga kekaryaan.

Pasal 55 : Tugas dan Kewajiban

a. Lembaga-lembaga Kekaryaan mempunyai tugas meningkatkan dan

mengembangkan keahlian dan profesionalisme anggota HMI pada bidang

tertentu dalam bentuk kerja kemanusiaan;

b. Pengurus lembaga-lembaga kekaryaan berkewajiban melaksanakan hasil

Musyawarah lembaga kekaryaan;

Kongres HMI ke-29

Page 23: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

17

c. Pimpinan lembaga-lembaga kekaryaan bertanggungjawab pada Struktur

Kepemimpinan HMI dengan melaksanakan pertanggung-jawabannya pada

Struktur Kekuasaan di tingkatannya;

d. Pengurus memberikan laporan kerja kepada pimpinan HMI minimal 2

(dua) kali selama satu periode;

e. Koordinator Nasional berperan dalam usaha mendorong keberhasilan

pencapaian tujuan lembaga kekaryaan ditingkatan Cabang.

Pasal 56 : Musyawarah

a. Status musyawarah Lembaga-lembaga Kekaryaan adalah merupakan

rapat anggota yang bertugas untuk merumuskan dan mengevaluasi

program-program kerja lembaga-lembaga kekaryaan;

b. Musyawarah Lembaga Kekaryaan HMI berhak mengajukan satu atau

beberapa calon pimpinan Lembaga Kekaryaan untuk ditetapkan oleh

pimpinan HMI.

C. MAJELIS SYURO ORGANISASI (MSO)

Pasal 57 : Status

a. MSO berstatus sebagai Lembaga Konsultasi dan Lembaga Peradilan HMI;

b. Sidang MSO adalah Majelis yang terdiri dari sebagian besar anggota MSO;

c. Anggota MSO adalah anggota HMI yang telah menjadi Pengurus HMI

maksimal 2 (dua) periode sebelumnya dengan jumlah maksimal 13 orang.

Pasal 58 : Struktur MSO terdiri dari Koordinator dan anggota MSO

Pasal 59 : Tugas dan kewajiban

a. Memberikan pertimbangan dan saran kepada struktur kepemimpinan HMI

untuk menentukan kebijakan-kebijakan;

b. Memberikan keputusan atas konflik yang terjadi dalam struktur

kepemimpinan HMI yang tidak bisa diselesaikan oleh ketua umum struktur

kepemimpinan tersebut melalui proses persidangan;

c. Memberikan Laporan Pelaksanaan Tugas pada Struktur Kekuasaan.

d. MSO Pusat bertugas untuk menampung dan memberikan pertimbangan

terhadap usulan amandemen dari struktur pimpinan HMI untuk diajukan

ke Kongres.

Kongres HMI ke-29

Page 24: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

18

Pasal 60 : Tata Kerja

a. Tata Kerja MSO diselenggarakan oleh Koordinator MSO;

b. Sebelum Koordinator MSO terpilih, sidang MSO pertama diselenggarakan

dan dipimpin oleh struktur kepemimpinan;

c. MSO dapat membuat tim-tim kerja melalui keputusan sidang MSO yang

dihadiri lebih dari separuh jumlah anggota MSO;

d. MSO melaporkan pelaksanaan tugasnya pada struktur kekuasaan.

BAB III

KESEKRETARIATAN

Pasal 61:Kesekretariatan memiliki fungsi dalam menjalankan sistem keadministrasian,

dan sistem keprotokoleran organisasi.

Pasal 62:Sistem administrasi merupakan sistem organisasi dalam mengatur sirkulasi

administrasi.

Pasal 63:Sistem keprotokoleran merupakan sistem organisasi dalam mengatur

prosedur aktifitas elemen-elemen organisasi.

Pasal 64 :Sekretariat berfungsi sebagai tempat domisili tiap Struktur kepemimpinan

HMI yang berperan sebagai sentral koordinasi organisasi dan sarana aktifitas

strukutur keorgansiasian serta alat interaksi lembaga dengan

lingkungannya;

BAB IV

KEUANGAN

Pasal 65 : Sumber Keuangan Internal organisasi berasal dari Uang Pangkal dan Iuran yang diserahkan Anggota.

Pasal 66 :Uang pangkal diberikan Anggota kepada Pengurus Cabang saat ia

mendaftarkan diri jadi Anggota HMI.

Pasal 67 :Iuran anggota diberikan Anggota kepada Pengurus Komisariat secara periodik

selama ia menjadi Anggota HMI.

Pasal 68 :20 (dua puluh) persen iuran anggota yang diterima pengurus Komisariat

adalah hak milik dari Pengurus Cabang dan maksimal 20 (dua puluh) dari

jumlah yang diterima Pengurus Cabang adalah hak milik Pengurus besar.

Kongres HMI ke-29

Page 25: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Anggaran Rumah Tangga

19

Pasal 69 : Tiap Struktur Kepemimpinan, Struktur Kekuasaan dan MSO berhak menerima

dana dari pihak eksternal sesuai dengan pedoman yang berlaku.

Pasal 70 : Pengelolaan Keuangan pada Struktur Kekuasaan, Struktur Pimpinan dan MSO

harus berdasarkan prinsip akuntabilitas dan keadilan.

Pasal 71 : Seluruh kekayaan HMI akan diserahkan pada pihak yang akan ditunjuk oleh

kongres saat pembubaran organisasi.

BAB IV

ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 72 :Atribut-atribut Organisasi yang dipakai dalam operasional organisasi

ditetapkan oleh Kongres.

Pasal 73 : Jenis-jenis Atribut organisasi HMI terdiri dari Lambang HMI, Bendera HMI,

Baret HMI, Muts HMI, Selempang HMI, Himne HMI, dan Mars Hijau Hitam.

Pasal 74 : Lembaga Khusus dapat menentukan jenis dan bentuk atributnya tersendiri

melalui Musyawarah Lembaga Khusus.

BAB V

ATURAN TAMBAHAN

Pasal 75 : Keputusan pembubaran HMI dilakukan di kongres dengan persetujuan

minimal 2/3 utusan-utusan cabang.

Pasal 76 : Anggaran Rumah Tangga merupakan pedoman penjelas Anggaran Dasar HMI

yang kemudian diturunkan dalam pedoman-pedoman operasional berupa:

Pedoman Keanggotaan, Pedoman Struktur Organisasi, Pedoman

Kesekretariatan, Pedoman Keuangan, Pedoman Atribut, dan Pedoman

Lembaga-lembaga yang ditetapkan di Kongres.

Kongres HMI ke-29

Page 26: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keanggotaan

1

PEDOMAN KEANGGOTAAN

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillahirrohmanirrahiim

PENDAHULUAN

Anggota dalam keorganisasian HMI merupakan elemen penting dalam gerak

organisasi. Garis perjuangan organisasi yang melakukan pembentukan individu- individu

menjadi insan ulil albab, menjadikan anggota merupakan sebuah entitas yang utama

dalam pencapaian tujuan organisasi. Garis perjuangan organisasi dalam pembentukan

masyarakat yang diridhoi oleh Allah juga menjadikan anggota sebagai tangan utama

organisasi dalam melakukan perwujudan cita-cita tersebut.

Pada organisasi umumnya anggota diperlakukan sebagai sumber daya yang

harus digunakan organisasi dalam mencapai tujuannya. Namun bagi organisasi yang

bernama Himpunan Mahasiswa Islam anggota juga menjadi sasaran perjuangan

organisasi. Oleh sebab itu segala aturan aturan dasar dan aturan penjelas organisasi

harus lebih diturunkan pada tingkat operasional agar ada kejelasan kapan anggota

menjadi tenaga organisasi dan kapan anggota menjadi sasaran organisasi. Pengaturan

ini di perlukan juga untuk menghindari adanya konflik peran yang terjadi akibat adanya

dua peran anggota yang diberikan organisasi kepadanya.

Kejelasan organisasi mengelola entitas yang bernama anggota merupakan satu

faktor utama yang akan menjadikan organisasi dikatakan berhasil atau gagal dalam

gerak hidupnya. Misi dan visinya serta tujuannya tentu tidak akan lepas dari entitas

yang bernama anggota. Bagi HMI sendiri anggota juga menjadi sebuah kunci regenerasi

atas kehidupan organisasi. Artinya anggotalah yang menentukan apakah organisasi

harus diam, berhenti, atau bergerak. Anggotalah yang menentukan apakah organisasi

memiliki kualitas yang baik atau tidak. Anggotalah yang menentukan apakah organisasi

memiliki potensi yang besar dan dapat disalurkan atau tak meiliki potensi sama sekali.

Pedoman Keanggotaan merupakan sebuah cerminan bagaimana organisasi

memperlakukan anggota dalam hidup organisasi. Dengan demikian akan terlihat apakah

pentingnya anggota bagi organisasi diikuti oleh keseriusan sistem organisasi HMI untuk

hidup bersama entitas yang bernama anggota.

Ditetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 27: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keanggotaan

2

BAB I

ANGGOTA

Anggota Himpunan Mahasiswa Islam adalah semua pihak yang diakui sebagai

individu yang terlibat aktif dalam perjalanan roda organisasi. Individu individu ini

terbagi oleh tiga golongan yaitu: Anggota Muda, Anggota Biasa dan Anggota

Kehormatan. Mahasiswa Islam yang ikut serta secara sukarela dalam aktifitas organisasi

HMI yang telah memiliki syarat yang disahkan oleh struktur pimpinan disebut dengan

anggota muda. Anggota Biasa merupakan mahasiswa Islam yang telah lulus Latihan

Kader I. Sedangkan Anggota Kehormatan adalah orang yang telah berjasa kepada HMI

yang ditetapkan oleh Pengurus Cabang atau Pengurus Besar.

Oleh sebab itu semua mahasiswa Islam, baik itu pada tingkatan diploma (D1

sampai D4), sarjana, atau pasca sarjana (program S2 dan S3) dapat menjadi Anggota

Biasa dengan memenuhi persyaratan keanggotaan yang telah ditentukan. Perguruan

tinggi dan lembaga pendidikan yang sederajat adalah semua lembaga pendidikan yang

berstatus sebagai Universitas, Institut, Akademi dan Sekolah Tinggi dan pondok

pesantren yang setingkat merupakan bentuk-bentuk lembaga pendidikan tinggi yang

diakui HMI. Rekrutmen Anggota Biasa lebih diharapkan dilakukan oleh pihak komisariat.

Hal ini disebabkan karena peran komisariat dalam organisasi adalah sebagai kantong

massa. Sedangkan cabang melakukan legalisasi keanggotan yang dilakukan secara

periodik maupun non periodik. Keputusan legalisasi sebaiknya diumumkan pada

event-event organisasi HMI yang diikuti oleh ritual pelantikan keanggotaan dalam event

tersebut. Event itu dapat berupa Latihan Kader, Training, Seminar, Diskusi, Rihlah,

Rapat Kepengurusan dan lain sebagainya.

Anggota Kehormatan HMI merupakan individu individu yang dinilai berjasa bagi

organisasi yang membantu gerak organisasi pada waktu tertentu. Penilaian dilakukan

oleh Pengurus Cabang dan Pengurus Besar atas dasar permintaan Anggota Biasa atau

permintaan struktur kepemimpinan HMI. Dasar penilaian lainnya adalah sejauh mana

individu tersebut membantu organisasi HMI secara keseluruhan (bukan bagian-bagian

struktur) sehingga terjadi penguatan peran HMI dalam masyarakat dari waktu kewaktu.

Hasil penilaian yang memutuskan keabsahan keanggotaan tersebut dituangkan dalam

sebuah Surat Keputusan Pengurus Cabang atau Pengurus Besar. Pengeluaran Surat

Keputusan ini dapat dilakukan setiap waktu sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Ditetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 28: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keanggotaan

3

Khusus untuk penjaringan anggota muda yang dipersiapkan untuk menjadi

anggota biasa yang secara sah diakui oleh HMI, dapat pula ditangani oleh lembaga-

lembaga khusus maupun kekaryaan di tingkat cabang. Hal ini dimaksudkan sebagai

upaya mengembangkan sayap organisasi, eksperimentasi kelembagaan, dan

memfungsikan lembaga-lembaga tersebut.

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

1. Hak Anggota

Seperti yang tercantum dalam Anggaran Dasar HMI anggota memiliki hak untuk

mengikuti segala bentuk aktifitas HMI seusai dengan aturan-aturan yang ditetapkan.

Namun demikian dalam proses pengambilan keputusan Anggota Biasa mempunyai hak

mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau pertanyaan dengan lisan atau tertulis

kepada Pengurus, serta mempunyai hak dipilih dan memilih dan Anggota Kehormatan

meimiliki hak untuk mengajukan saran atau usul, dan pertanyaan-pertanyaan kepada

Pengurus HMI saja.

Hak memilih anggota biasa berlaku bagi semua struktur kekuasaan (Kongres,

Konferensi, dan Rapat anggota). Akan tetapi hak dipilih bersifat terbatas. Ada

kualifikasi tertentu untuk bisa menjadi pengurus apalagi dicalonkan sebagai ketua

umum. Di komisariat cukup dengan standar kualifikasi LK I, untuk ketua umum HMI

Cabang minimal lulus LK II, Sedangkan untuk menjadi ketua umum PB HMI harus lulus

LK II dan SC.

2. Kewajiban Anggota

Kewajiban anggota yang dituntut organisasi ada tiga peranan yaitu:

1. Peranan pada keuangan organisasi berupa uang pangkal dan iuran anggota

(kecuali Anggota Kehormatan)

2. Peranan pada seluruh aktifitas organisasi, dan

3. Peranan anggota dalam menjaga nama baik organisasi.

Ditetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 29: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keanggotaan

4

Keputusan penentuan besaran iuran anggota ditetapkan oleh cabang

masing-masing. Sedangkan penilaian pelaksanaan kewajiban atas penjagaan nama baik

organisasi dilakukan oleh Pengurus Cabang. Namun yang berperan dalam melakukan

penilaian keaktifan anggota komisariat dalam organisasi adalah masing–masing

komisariat.

BAB III

STATUS KEANGGOTAAN

1. Tata Cara Keanggotaan

Anggota Muda tidak memiliki tata cara khusus keanggotaan. Ia dapat diakui

sebagai angota muda ketika ia merupakan mahasiswa dan mengikuti aktifitas HMI.

Anggota Biasa harus memenuhi 5 syarat yaitu :

1. Mahasiswa

2. Beragama Islam

3. Telah mengikuti Latihan Kader 1 dan dinyatakan lulus

4. Menyatakan kepatuhannya terhadap konstitusi HMI secara lisan dan tertulis

5. Serta mengikuti prosesi pelantikan anggota.

Pelantikan dapat dilakukan Pengurus Cabang di setiap saat, setiap momen atau

setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh cabang.

Atas pemenuhan syarat keanggotaan ini maka cabang wajib Melakukan

Beberapa hal yang bekaitan dengan keanggotaan :

1. Mengeluarkan Surat Keputusan Keanggotaan dan Kartu Anggota.

Surat Keputusan dapat dikeluarkan khusus untuk satu orang atau lebih dari satu

orang. Surat Keputusan juga dapat dikeluarkan secara mingguan, bulanan atau

juga dapat dikeluarkan pada forum-forum LK I atau kegiatan HMI lainnya.

2. Melakukan pengelompokan anggota dalam komisariat-komisariat.

Komisariat anggota adalah komisariat yang sama dengan lingkungan akademis

anggota. Namun demikian anggota dapat memilih aktif di komisariat lainnya

dalam satu cabang atas ijin Pengurus Cabang. Anggota tidak bisa berada dalam

keanggotaan komisariat lebih dari satu. Perpindahan anggota ke komisariat

lainnya dalam satu cabang dilakukan berdasarkan ijin dari Pengurus Cabang.

Namun ketika dalam lingkungan akademisnya tidak terdapat komisariat, maka

DI Tetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 30: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keanggotaan

5

anggota berhak memilih komisariat dengan persetujuan struktur pimpinan

cabang.

Mekanisme Anggota Kehormatan berada pada Pengurus Cabang dan Pengurus

Besar. Prosedur yag harus dilakukan adalah:

1. Rapat Pengurus Cabang atau Pengurus Besar dapat mengeluarkan nama individu

yang akan diusulkan menjadi Anggota Kehormatan.

2. Menanyakan kesediaan calon anggota dan meminta surat pernyataan

kesediaannya.

3. Hasil rapat dan surat kesediaan menjadi dasar organisasi untuk mengangkat

seorang Anggota Kehormatan dalam sebuah Surat Keputusan.

Anggota Kehormatan tidak diwajibkan mengikuti pelantikan keanggotaan, dan

kewajiban keuangan lainnya.

2. Ikrar Pelantikan Anggota HMI

IKRAR PELANTIKAN ANGGOTA

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

انرحمنانرحيم هبسمانم

Dengan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

هأارسوالنمدهش نا الاهل اال اهللا أودهش نّا دمحم

“Aku bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya

Muhammad adalah Utusan Allah”

رباوباالسالمدينوبمحمدنبيورسول هرضيتبانم

“Aku redla Allah Tuhan kami, Islam agama kami, dan Muhammad adalah

Nabi dan Utusan Allah”

DI Tetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 31: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keanggotaan

6

Dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, kami berjanji dan berikrar:

1. Bahwa kami akan selalu memenuhi tugas dan kewajiban yang dibebankan oleh

himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur’an

dan Sunnah Rasul;

2. Bahwa kami akan selalu menjaga nama baik Himpunan Mahasiswa Islam dengan

selalu tunduk dan patuh kepada Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan

Pedoman-pedoman Pokok serta ketentuan-ketentuan lainnya;

3. Bahwa kami akan selalu bertanggungjawab atas terwujudnya tatanan masyarakat

yang diridhai Allah Subhanahu Wata’ala dalam rangka mengabdi kepada-Nya

untuk kesejahteraan Ummat dunia dan akhirat.

ربانعانمين هانصالتيونسكيومحيايومماتيهم

“Sesungguhnya sholatku, perjuanganku, hidup dan matiku hanya untuk Allah

Tuhan seru sekalian alam”.

Billahit tawfiq wal hidayah

3. Masa Keanggotaan HMI

Masa keanggotaan dalam Anggaran Rumah Tangga adalah selama anggota

memiliki status kemahasiswaan selama dua belas tahun. Selama masa itu anggota

memiliki hak dan kewajiban yang sewajarnya atas status keanggotaannya.

4. Jabatan Rangkap

Jabatan rangkap terdiri dari dua jenis yaitu perangkapan jabatan anggota HMI di

lingkungan struktur HMI dan perangkapan jabatan di luar lingkungan struktur HMI.

Jabatan rangkap yang masih di dalam lingkungan satu cabang HMI harus melalui ijin

ketua cabang. Namun jika sudah antar cabang maka jabatan rangkap pada anggota

tidak diperkenankan. Seorang anggota yang telah memiliki posisi struktural di

organisasi lain dapat memiliki posisi struktural di HMI atas ijin Ketua Umum Cabang

begitupun sebaliknya. Pertimbangan ijin yang diberikan Ketua Umum Cabang adalah

sejauh mana indpendensi organisasi tidak terganggu. Ketua Umum Cabang dan

Pengurus Besar yang akan rangkap jabatan harus mendapat ijin dari Pengurus Besar.

DI Tetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 32: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keanggotaan

7

Namun Ketua Umum Pengurus Besar tidak memiliki hak dalam rangkap jabatan dalam

bentuk apapun dan kondisi apapun.

5. Mutasi Anggota

Mutasi anggota hanya terjadi jika status anggota pindah ke lain cabang.

Perpindahan ini dapat diakibatkan oleh keinginan anggota itu sendiri atau

perpindahan studi anggota ke lingkungan lembaga pendidikan lainnya diluar cabang

asal. Anggota harus membuat surat permohonan perpindahan kepada Pengurus

Cabang. Persetujuan Pengurus Cabang atas permohonan ini dituangkan dalam surat

pemberitahuan ke cabang yang dituju mengenai transfer anggota yang dilakukan.

Pihak cabang yang dituju dapat memutuskan menerima atau menolak perpindahan

ini dalam sebuah surat balasan yang ditujukan ke Pengurus Cabang asal. Cabang

penerima transfer anggota harus menerbitkan Surat Keputusan Keanggotaan yang

baru pada anggota yang melakukan perpindahan tersebut.

BAB IV

PEMBERHENTIAN

1. Pemberhentian

Status keanggotaan dinyatakan berhenti atau hilang dapat disebabkan oleh

beberapa hal yaitu: meninggal dunia, atas permintaan sendiri (mengundurkan diri),

diskors (pemberhentian sementara) dan dipecat. Seorang dinyatakan meninggal

dunia jika ada pernyataan dari lembaga yang berwenang. Seorang anggota juga akan

kehilangan status keanggotaannya jika ia mengundurkan diri melalui sebuah surat

pernyataan yang ditujukan ke cabang selanjutnya cabang segera merespon.

Seseorang yang mengundurkan diri tidak dapat kembali lagi menjadi anggota

kecuali ia memulai lagi proses keanggotaannya dari awal. Seorang anggota yang

diskosrs (kehilangan keanggotaan secara sementara) juga merupakan suatu kondisi

dimana anggota tidak memiliki status keanggotaan di HMI dan tidak memiliki Hak dan

kewajiban apapun di HMI untuk sementara waktu. Seorang anggota yang dipecat dari

keanggotaan HMI juga akan mengalami kehilangan status keanggotaan dalam HMI

beserta hak dan kewajibannya untuk selama-lamanya. Anggota yang dipecat dapat

kembali menjadi anggota jika ia memulai kembali proses keanggotaannya dari awal

juga. Namun demikian Anggota yang dipecat dapat kembali lagi secara otomatis

DI Tetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 33: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keanggotaan

8

memiliki status keanggotaan jika ia melakukan pembelaan dan dikabulkan

pembelaannya pada forum pembelaan tersebut.

2. Skorsing dan Pemecatan

Skorsing atau pemecatan adalah kondisi dimana seorang anggota tidak lagi

memiliki status keanggotaan yang mengakibatkan ia tidak lagi memiliki hak dan

kewajiban yang ada di HMi. Skorsing atau Pemecatan dilakukan melalui Surat

Keputusan Ketua Umum Cabang atas dasar:

a. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam HMI;

b. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik HMI.

Skorsing dikenakan pada anggota jika:

a. Terlibat secara tidak langsung dalam pencemaran nama baik organisasi

b. Terlibat tidak langsung dalam aktifitas yang merugikan organisasi HMI

c. Terkena peringatan sebanyak tiga kali atas kasus yang sama ataupun berbeda.

Pemecatan dikenakan ke anggota jika

a. Berbuat kesalahan berkaitan dengan sistem organisasi HMI secara keseluruhan

b. Terlibat langsung dalam pencemaran nama baik organisasi.

c. Terlibat langsung dalam aktifitas yang merugikan HMI secara keseluruhan.

d. Terkena putusan skorsing tiga kali atas kasus yang sama ataupun berbeda

Dalam kondisi normal skorsing atau pemecatan dilakukan berdasarkan

tuntutan skorsing atau pemecatan komisariat dan atau cabang. Atas dasar ini

Pengurus Cabang mengadakan rapat pengurus yang menghasilkan Surat Keputusan

peringatan. Skorsing atau pemecatan diputuskan jika peringatan telah berlangsung

selama tiga kali. Dalam kondisi tidak normal atau keakutan kesalahan yang dibuat

maka skorsing atau pemecatan tidak melalui peringatan. Dalam kondisi inipun

Pengurus Besar HMI dapat melakukan skorsing atau pemecatan seperti halnya

Pengurus Cabang. Penilaian kondisi tidak normal atau keakutan kesalahan yang

dibuat, dilakukan oleh MSO yang ada ditingkat Pusat atau ditingkat Cabang.

Khusus mengenai skorsing, lamanya skorsing yang dikenakan maksimal satu

tahun. Setelah satu tahun Pengurus Cabang berhak menentukan apakah anggota itu

dapat dikenakan skorsing lagi atau tidak. Maksimal skorsing yang dikenakan pada

seorang anggota adalah 3 kali secara berurutan atau pun tidak berurutan, dalam

kasus yang sama atau kasus yang tidak sama. Artinya untuk anggota yang telah

diskorsing 3 kali cuma bisa dipecat atau tidak menghukumnya.

DI Tetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 34: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keanggotaan

9

3. Pembelaan

Ketidaksetujuan keputusan skorsing atau pemecatan dapat diajukan kepada

MSO dalam tempo 3 x 7 hari setelah SK diumumkan ke khalayak anggota. Atas dasar

ini MSO dapat memerintahkan Pengurus Cabang untuk membuat forum pembelaan

yang dihadiri oleh Pengurus Cabang itu sendiri, ketua-ketua komisariat dilingkungan

cabang tersebut, ketua komisariat anggota dan anggota itu sendiri. Dengan adanya

permintaan pembelaan maka masa berlaku keputusan skorsing/pemecatan ditunda

sampai ada keputusan dalam forum pembelaan.

Forum pembelaan ini dipimpin oleh anggota MSO Cabang atau anggota MSO pusat dari

cabang tersebut bagi cabang yang tidak memiliki MSO, atau anggota MSO pusat yang

ditunjuk MSO Pusat bagi cabang yang tak memiliki MSO dan tak memiliki anggota yang

duduk di MSO pusat. Urutannya:

1. Pembukaan.

2. Pembacaan kasus dan latar belakang kasus oleh Pengurus Cabang.

3. Pembacaan Surat Keputusan skorsing atau pemecatan oleh Pengurus Cabang.

4. Pembacaan pembelaan oleh anggota.

5. Tanya jawab oleh pimpinan forum terhadap Pengurus Cabang, anggota dan para

ketua komisariat secara berulang sampai pimpinan forum menyatakan cukup.

6. Penawaran pimpinan forum ke Pengurus Cabang untuk melakukan perubahan SK.

7. Jika Pengurus Cabang bersedia melakukan perubahan maka pimpinan forum

membuat surat perintah untuk merubah SK Pengurus Cabang.

8. Jika Pengurus Cabang tidak bersedia melakukan perubahan, pimpinan forum

dapat bertanya kepada para ketua komisariat yang hadir selain ketua komisariat

anggota yang melakukan banding, apakah SK skorsing/ pemecatan anggota

tersebut dirubah atau tidak.

9. Jika para ketua komisariat menginginkan perubahan maka pimpinan forum

membuat surat perintah ke Pengurus Cabang untuk melakukan perubahan SK

skorsing/pemecatan, dan Pengurus Cabang wajib mematuhinya.

10. Jika Para Ketua Komisariat tidak mengnginkan perubahan atas Surat Keputusan

Cabang maka Pimpinan Forum mengeluarkan keputusan untuk tidak merubah

Surat Keputusan pemecatan atau skorsing atas anggota tersebut.

11. Anggota dapat mengajukan banding ke MSO tingkat pusat atas putusan forum.

DI Tetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 35: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keanggotaan

10

12. Keputusan banding hanya diambil dari para anggota MSO tingkat pusat saja,

setelah MSO melakukan penelaahan ulang atas kasus tersebut.

13. Keputusan MSO tingkat pusat ini harus ditaati oleh Pengurus Cabang dan Anggota.

14. Keputusan MSO tingkat pusat ini bersifat final (tidak dapat diajukan bandingkan).

BAB V

ADMINISTRASI KEANGGOTAAN

1. KARTU ANGGOTA

Bentuk

Warna Kertas

Contoh

: Persegi panjang

: Putih

:

DI Tetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 36: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keanggotaan

11

2. NOMOR ANGGOTA

Pemberian nomor anggota dilakukan oleh Pengurus Cabang melalusi Surat

Keputusan yang ditanda tangani oleh Sekretaris Umum dan Ketua Umum. (Badan

Koordinasi) setelah diterimanya surat permohonan nomor anggota oleh pihak

Pengurus Cabang. Penomoran anggota dilakukan dengan bentuk:

10.112.220305.10753

Keterangan :

Dua angka pertama adalah Sandi status keanggotaan

Dua angka kedua adalah Sandi Cabang

Enam angka ketiga adalah sandi tanggal penomoran dilakukan

menggunakan tahun Hijriyah.

Angka berikutnya adalah sandi nomor urut anggota

Penomoran ini hanya berlaku untuk satu tahun sejak dikeluarkan Surat

Keputusan. Oleh sebab itu cabang harus terus meminta pembaharuan nomor anggota

dan Pengurus besar harus memperbahurui penomoran anggota tersebut dengan

merubah tanggal keluarnya Surat Keputusan Penomoran tetapi tidak boleh merubah

angka yang lain.

Sandi Keanggotan

10

20

Anggota Biasa

Anggota Kehormatan

Sandi Cabang

001

002 003 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116

Medan

Pekan Baru ….. dan cabang berikutnya di Sumatera Jakarta Jakarta Selatan Bekasi Bogor Depok Lebak Bandung Cirebon Jogjakarta Semarang Purwokerto Wonosobo Purworejo Malang Surabaya Sleman

DI Tetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 37: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keanggotaan

12

117 Jombang

118 Jepara 119 ….. dan cabang berikutnya di pulau Jawa 201 Makasar 202 Palu 203 Palopo 204 Pangkep 205 Barru 206 Gorontalo 207 Manado 208 Luwuk Banggai 209 Toli-toli 210 Kendari 211 Bone 212 Bulukumba 213 Majene 214 ……. dan cabang berikutnya di pulau Sulawesi 301 Pontianak 302 …… dan cabang berikutnya di Pulau Kalimantan 401 Jayapura 402 Sorong 403 ……. dan cabang lain yang dibentuk di pulau Papua 501 Ternate 502 ……. dan cabang lain yang dibentuk di kepulauan Maluku 601 ……. dan cabang lain yang dibentuk di Bali dan kepulauan Nusa Tenggara

Sandi Tanggal Penomoran

22 Tanggal penomoran

03 Bulan penomoran

05 Tahun penomoran

Sandi Nomor Urut Anggota

Sesuai dengan urut angka.

DI Tetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 38: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

1

PEDOMAN KEUANGAN

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillahirromanirrahiim

BAB I

PENDAHULUAN

Dua bentuk gerakan Himpunan Mahasiswa diwujudkan dalam bentuk kaderisasi di

dalam organisasi dan perjuangan organisasi dalam pembentukan masyarakat.

Keberhasilan pembentukan individu yang Ulil Albab dan ketercapaian pembentukan

tatanan masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT tergantung dari keseriusan HMI

bergerak dalam lingkaran organisasi Himpunan Mahasiswa Islam. Keseriusan ini dapat

dilihat dari sejauh mana kita telah berusaha untuk berjalan terus kedepan dan sejauh

mana kelengkapan alat yang telah kita miliki dari perjalanan tersebut.

Dasar organisasi berupa asas, tujuan usaha dan identitas, akan menjadi suatu

gambaran bagaimana Himpunan Mahasiswa Islam terus bergerak kedepan. Perangkat

organisasi merupakan sebuah gambaran bagaimana Himpunan Mahasiswa Islam memiliki

kelengkapan alat untuk bergerak dalam perjalanannya diatas. Salah satu kelengkapan

yang harus di miliki oleh organisasi adalah unsur keuangan. Organisasi harus memiliki

kekuatan dalam keuangan untuk menjaga keberlangsungan perjalanan yang mahal

namun harus dijalani. Unsur keuangan yang harus dipersiapkan adalah Pedoman

Keuangan bagi organisasi Himpunan Mahasiswa Islam.

Pedoman Keuangan yang tersusun saat ini merupakan sebuah pedoman pertama

dalam HMI yang mengatur organisasi dalam hal keuangan secara menyeluruh utuh dan

komprehensif. Sebagai pedoman yang disepakati bersama dalam kongres maka

pedoman ini yang akan menjadi dasar bagaimana HMI memakai alat kelengkapannya

berupa uang dan keuangan. Sebagaimana halnya sebuah pedoman yang disusun dan

disepakati dalam kongres, pedoman ini juga harus mengalami penyempurnaan dari

waktu kewaktu dimasa depan.

Kongres HMI ke-29

Page 39: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

2

BAB II

OTORITAS KEUANGAN

Otoritas keuangan merupkan sebuah pedoman awal yang menjelaskan berapa

banyak otoritas yang harus berjalan dalam keorganisasian HMI. Otoritas keuangan yang

dimiliki dalam satu struktur organisasi terdiri dari:

1. Otoritas Pengaturan

2. Otoritas Penerimaan

3. Otoritas Pengeluaran

4. Otoritas Pencatatan

5. Otoritas Pengesahan

Kelima otoritas ini harus dipegang dan dijalankan oleh pihak-pihak yang berbeda dalam

satu struktur kepengurusan HMI. Pemisahan otoritas ini untuk menciptakan sebuah

sistem keuangan yang berdasarkan dua prinsip yaitu: Prinsip transparansi, prinsip

akuntabilitas dan prinsip keadilan.

Prinsip transparansi artinya sistem keuangan organisasi merupakan sebuah sistem

yang mengatur berbagai aktivitas keuangan yang dapat dibuktikan keberadaannya,

kesesuaian nilainya dan kepatuhan akan aturannya. Hal ini cukup penting menjadi dasar

karena tanda ada transparansi maka sebuah pertanggungjawaban pengelolaan

keuangan tidak dapat berjalan dengan baik dan benar. Tanpa ada transparansi maka

sistem keuangan organisasi akan didasarkan pada manipulasi informasi. Oleh sebab itu

untuk menghindari manipulasi informasi dan memegang teguh prinsip transparansi

maka keberdaan bukti dan keakuratan pencatatan akan aktifitas keuangan dalam HMI

merupakan sebuah hal yang sangat penting.

Prinsip akuntabilitas artinya sistim keuangan organisasi yang melaporkan kondisi

keuangan organisasi dengan metode pencatatan keuangan yang bersifat transparan

dengan data-data akurat, yang kemudian pada akhir kepengurusan, laporan keuangan

tersebut akan dilaporkan dalam laporan pertanggungjawaban oleh pimpinan organisasi.

Prinsip akuntabilitas tersebut bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dari pihak lain

yang akan menjadi pertimbangan dalam membangun kerjasama dalam hal keuangan.

Sistem yang adil artinya sistem keuangan Himpunan Mahasiswa Islam disusun dan

dibentuk untuk menegaskan adanya hak dan kewajiban yang dimiliki oleh tiap pihak

dalam satu struktur. Penjabaran hak dan kewajiban dalam otoritas-otoritas merupakan

Kongres HMI ke-29

Page 40: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

3

usaha yang menghindari ketertumpangtindihan peran pada satu posisi struktural.

Dengan demikian sistem keuangan dirancang dengan dasar kesesuaian kemampuan dan

target yang harus dicapai. Tanpa ada pemisahan otoritas maka tidak ada pemisahan

peran sehingga terjadi penumpukan kewajiban kewajiban pada satu pihak. Hal ini tentu

akan memberatkan dan membuat sebuah posisi tidak akan berjalan sebagaimana

mestinya.

1. Otoritas Pengaturan

Pemegang hak regulasi tertinggi dalam HMI adalah kongres HMI. Namun dalam

struktur kepemimpinan pelakasanaan aturan keuangan di tiap lini struktur adalah

Ketua Umum dan Bendahara Umum. Kedua pihak ini memiliki hak regulasi dalam

keuangan organisasi di masing-masing strukturnya. Ia berhak membuat mekanisme

kuangan organisasi di tingkatan strukturnya, baik itu pemasukan maupun pengelolaan

keuangan. Hak lainnya yang dimiliki oleh Ketua Umum dan Bendahara Umum adalah

Hak untuk memeriksa setiap aktifitas keuangan di HMI dan hak untuk menolak atau

menunda setiap aktifitas keuangan dalam HMI.

Oleh sebab itu ketua Umum dan Bendahara Umum merupakan pihak yang

dianggap mengetahui segala jenis aktifitas keuangan organisasi ditingkatan

strukturnya. Tidak ada satu pihakpun yang berhak menutupi segala informasi

keuangan yang ada dalam struktur HMI terhadap Ketua Umum dan Bendahara Umum.

Namun demikian, Ketua Umum dan Bendahara Umum berhak menyimpan informasi

keuangan terhadap anggota HMI kecuali dihadapan struktur kekuasaan HMI (Kongres,

Konferensi, dan Rapat Anggota). Artinya Kedua pihak ini berhak menolak permintaan

segala pihak atas informasi keuangan yang dimilikinya, baik itu dari pihak anggota,

pihak struktur HMI dibawahnya ataupun pihak eksternal. Namun apabila struktur

kekuasaan meminta kedua pihak ini membuka informasi keuangan yang disimpan

maka wajib mkedua pihak ini memberikan informasi sesuai dengan yang diminta.

Oleh sebab itu penanggungjawab keuangan yang paling kompeten adalah Ketua

Umum dan Bendahara Umum HMI.

2. Otoritas Penerimaan

Pada tingkat struktur yang memiliki hak untuk menerima hal-hal yang berkaitan

dengan keuangan dan menyimpannya adalah Bendahara I. Pada tingkat kepanitiaan

dari aktifitas HMI yang memegang hak ini adalah Bendahara Umum Kepanitiaan dan

Kongres HMI ke-29

Page 41: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

4

Bendahara Bidang pada struktur. Sebagian besar keuangan organisasi harus

diusahakan tersimpan pada bank Syari’ah dan sebagian kecil lainnya disimpan oleh

pemegang otoritas penyimpan sebagai kas kecil.

Tanda bukti penerimaan dan informasi nilai uang yang disimpan harus

dilaporkan kepada Bendahara III. Bendahara I berhak menyimpan informasi ini

kepada siapapun kecuali kepada Bendahara Umum, Bendahara III dan Ketua Umum.

Bendahara I tidak berhak mempublikasikan nilai keuangan yang disimpan HMI kepada

khalayak Umum di luar Struktur Kepengurusan, apalagi pihak ekstenal HMI.

Bendahara I tidak berhak mengalihkan hak peyimpanan keuangan ini kepada

siapapun keculi kepada bendahara Umum atas pengetahuan Ketua Umum dan

Sekretaris Umum.

3. Otoritas Pengeluaran

Aktifitas yang berkaitan dengan pengeluaran keuangan HMI dari tempat

penyimpanan Keuangan HMI harus dilakukan oleh bendahara II dimasing-masing

struktur kepemimpinan HMI atau staf bendahara kepanitiaan atau staf bendahara

bidang HMI. Pemegang hak untuk mengeluarkan sejumlah nilai keuangan ini tidak

boleh sama orangnya dengan pemegang hak lainnya.

Tanda bukti pengeluaran sejumlah uang harus diberikan kepada Bendahara III di

setiap waktu. Setiap pengeluaran sejumlah uang, baik itu dalam pengeluaran

program atau pengeluaran non program, harus diketahui oleh Bendahara Umum.

Bendahara II tidak berhak mengalihkan hak pengambilan uang ini kepada pihak lain

kecuali kepada Bendahara Umum atas pengetahuan Ketua Umum dan Sekretaris

Umum. Pengeluaran tanpa tanda bukti harus dibuat sebuah nota pengeluaran yang

disetujui oleh Bendahara Umum sebagai pengganti tanda bukti pengeluaran.

4. Otoritas Pencatatan

Setiap aturan atau kebijakan harus tercatat secara tertulis yang dijadikan

pedoman bagi aktifitas keuangan bagi pengurus dan anggota. Begitu juga dengan

setiap aktifitas penerimaan dan pengeluaran harus memiliki pencatatan keuangan

yang lengkap. Bendahara III memiliki hak untuk memastikan bahwa semua aktifitas

keuangan HMI tercatat dengan baik dan benar, lengkap dengan para pengesahnya.

Kongres HMI ke-29

Page 42: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

5

Bendahara III berhak menerima informasi penerimaan keuangan organisasi dan

pengeluarannya setiap waktu. Informasi penerimaan dan pengeluaran yang diterima

berupa sejarah transaksi tanda bukti atas kedua aktifitas tersebut. Oleh sebab itu ia

berhak meminta informasi/tanda bukti tersebut ke Bendahara I dan Bendahara II.

Informasi yang diterima kemudian dilaporkan ke Bendahara Umum.

5. Otoritas Pengesahan

Setiap aktifitas peneriman dan pengeluaran keuangan dalam struktur HMI harus

disertai tanda bukti yang mencantumkan pengesah aktifitas tersebut, yaitu

Bendahara Umum. Pada tingkat bidang kerja kepengurusan yang menjadi pengesah

aktifitas tersebut adalah ketua bidang, sedangkan pada tingkat kepanitiaan yang

menjadi pengesah adalah ketua panitia. Pengesahan aktifitas keuangan ini

merupakan suatu bentuk atas pemberitahuan informasi keuangan terhadap pihak-

pihak yang bertanggungjawab dalam struktur HMI. Sehingga segala aktifitas

keuangan HMI memiliki penanggungjawabnya masing-masing.

BAB III

PERENCANAAN KEUANGAN

Perencanaan keuangan organisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan

sebagai sebuah gerak awal dalam wilayah keuangan. Perencanaan dilakukan minimal

sekali di awal periode kepengurusan dalam satu peiode kepengurusan perencanaan

berisi:

a. Asumsi asumsi dasar keuangan (internal dan eksternal)

b. Kuantitas dan kualitas aktifitas-aktifitas organisasi yang direncanakan

c. Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan aktifitas tersebut

d. Penentuan sumber-sumber keuangan yang harus diperoleh

e. Penetapan waktu untuk setiap aktifitas pengelolaan keuangan

f. Pengaturan organisasi dalam menjalankan perencanaan keuangan

Tujuan dilakukannya perencanaan adalah untuk menghindari kesulitan keuangan

dalam menjalankan organisasi. Perencanaan dilakukan dengan melibatkan seluruh

Pengurus Harian dan stafnya. Kecuali ditingkat komisariat perencanaan keuangan harus

dilakukan juga dengan melibatkan seluruh pimpinan HMI satu tingkat dibawahnya.

Misalkan Perencanaan keuangan Pengurus Besar harus melibatkan pengurus harian dan

Kongres HMI ke-29

Page 43: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

6

para stafnya dan para ketua cabang. Perencanaan keuangan pengurus cabang harus

melibatkan pengurus harian di cabang tersebut dan para ketua komisariat

dilingkungannya.

Bentuk dari hasil sebah perencanaan keuangan organisasi dalam HMI dikenal

dengan Anggaran Kepengurusan. Anggaran Kepengurusan ini berlaku selama 2 tahun

untuk tingkat Pusat dan 1 tahun untuk tingkat Cabang dan Komisariat. Anggaran

kepengurusan di susun oleh pengurus HMI dan diajukan kepada para ketua cabang untuk

tingkat pusat, kepada ketua komisariat di tingkat cabang dan pada para anggota di

tingkat komisariat, untuk disetujui. Realisasi atas anggaran yang disepakati

dipertanggungjawabkan di kongres untuk Pimpinan Pusat, di Konferca untuk Pengurus

Cabang dan di Rapat Anggota untuk Pengurus Komisariat.

Perubahan realisasi isi Anggaran Kepengurusan harus diketahui pihak-pihak yang

telah menyetujui Anggaran tersebut. Hal itu harus dilakukan pada tiap terjadinya

perubahan dari realisasi Anggaran itu. Tuntutan untuk merubah anggaran dapat

dilakukan oleh pengurus cabang terhadap pelaksanaan anggaran Pengurus Besar.

Begitupun Pengurus Komisariat Terhadap Pengurus Cabang. Namun pihak pelaksana

anggaran dapat memilih untuk tidak mememenuhi tuntutan tersebut tetapi harus

dipertanggungjawabkan pada tingkat Struktur Kekuasaan. Pelaksana harus menjelaskan

dasar-dasar kebijakan atas tindakannya yang tidak mau memenuhi tuntutan atas

perubahan anggaran tersebut. Dasar-dasar kebijakan inilah yang menjadi dasar

penilaian atas kemampuan mengelola keuangan.

BAB IV

SUMBER KEUANGAN

Sumber keuangan organisasi HMI adalah tempat-tempat atau pihak-pihak yang

dapat memberikan pemasukan keuangan bagi organisasi HMI. Satu hal yang perlu diingat

dalam menerima pemasukan keuangan dari sumber-sumber keuangan adalah

“Independensi”. Artinya tuntutan atau sayarat yang menyertai suatu penerimaan

keuangan bagi HMI tidak boleh bertentangan dengan visi, misi dan tujuan HMI. Tuntutan

atau syarat itupun tidak boleh merubah keputusan organisasi HMI dalam menjalankan

kebijakan organisasinya. Kerjasama dengan memberikan kompensasi- kompensasi harus

bersifat wajar dan tidak mengganggu independensi organisasi.

Kongres HMI ke-29

Page 44: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

7

1. Swadaya Anggota

Swadaya anggota merupakan sumber keuangan internal organisasi yang diperoleh

secara periodik dan non periodik. Pemasukan yang diperoleh secara periodik

merupakan pemasukan dalam bentuk iuran anggota. Perolehan keuangan organisasi

secara non periodik dari anggota dapat berbentuk donasi-donasi pada tiap aktifitas-

aktifitas organisasi. Semua pemasukan keuangan dari swadya anggota harus dicatat

dengan lengkap di tiap periode kepengurusan. Hal ini untuk mengukur keterlibatan

anggota dalam membantu keuangan organisasi dari waktu-kewaktu. Pengurus

Komisariat memiliki hak memungut iuran anggota sedangkan Pengurus Cabang

memiliki hak memungut uang pangkal anggota. Maksimal dua puluh persen (20 %) dari

total iuran anggota yang terkumpul oleh Pengurus Komisariat diserahkan ke Pengurus

Cabang setiap bulannya, dua puluh persen (20 %) dari total iuran anggota yang

diserahkan seluruh komnisariat ke Pengurus Cabang harus diberikan ke Pengurus

Besar setiap bulannya.

Anggota memiliki hak mengajukan keberatan atas pengenaan iuran kepada dirinya

setelah semua kewajiban iuran yang telah berjalan diselesaikan. Pengajuan

keberatan anggota ini akan menjadi pertimbangan pembebasan iuran oleh pengurus.

Anggota diputuskan bebas dari kewajiban iuran jika ia dinilai tidak mampu Pengurus

Harian. Keputusan yang tertuang dalam Surat Keputusan kepengurusan ini harus

ditinjau ulang tiap tiga bulan sekali.

2. Donasi

Donasi yang dimaksud adalah pemasukan keuangan yang diperoleh dari pihak

eksternal HMI atau pihak internal HMI yang bukan merupakan iuran anggota dan uang

pangkal anggota tanpa disertai tuntutan atau sayarat apapun. Organisasi HMI

dilarang meminta donasi ke pihak eksternal tanpa disertai pemberitahuan

perencanaan penggunaan uang yang akan diperoleh. Perencanaan ini dapat berupa

proposal kegiatan atau proposal aktifitas kepengurusan dalam satu periode. Semua

Struktur HMI Juga tidak diperkenankan menerima donasi dari pihak-pihak yang

memiliki sumber keuangan dari aktifitas yang tidak halal dan tidak baik, baik itu

secara personal atau organisai organisasi. Oleh sebab itu semua lini HMI harus

mengenal betul siapa yang akan dijadikan sumber penerimaannya.

Kongres HMI ke-29

Page 45: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

8

3. Kerjasama

Kerjasama merupakan sebuah mekanisme untuk mendapatkan sejumlah dana dengan

disertai kompensasi-kompensasi yang diberikan oleh HMI dalam aktifitas kerjasama

tersebut. Aktifitas kerjasama merupakan sebuah aktifitas yang direncanakan dan

dilaksanakan oleh HMI, bukan merupakan aktifitas yang diberikan oleh pemberi dana.

Ini artinya kerjasama terjadi ketika ada aktifitas HMI yang memerlukan kerjasama

untuk mendapatkan dana dari aktifitas tersebut. Pada mekanisme ini kompensasi

yang diberikan HMI tidak boleh mengganggu idependensi HMI. Pihak pihak yang dapat

diajak kerjasama adalah pihak-pihak yang tidak melakukan aktifitas-aktifitas yang

dilarang oleh agama. Periode kerjasama juga tidak boleh lebih dari satu periode

kepengurusan. Setiap aktifitas kerjasama harus berdasarkan persetujuanKetua

Umum tiap Struktur Kepengurusan.

4. Pinjaman

Pinjaman merupakan mekanisme penerimaan dana dari pihak internal HMI atau

eksternal HMI. Pengajuan permohonan pinjaman juga harus disertai sebuah

keterangan atas penggunaan dana yang akan dipinjam dan mekanisme

pengembaliannya. Kepengurusan HMI dilarang melakukan pinjaman dengan jarak

pengembalian melebihi satu periode kepengurusan. Hal ini untuk menghindari

pembebanan keuangan pada kepengurusan yang berikutnya. Dengan demkian, setiap

kepengurusan dilarang memiliki hutang diakhir kepengurusannya jika akhir

kepengurusan ada hutang maka hutang tersebut dibebankan kepada tiap individu

Pengurus Harian Periode kepengurusan tersebut. Jaminan yang diberikan dalam

melakukan pinjaman adalah asset-asset HMI yang tidak menghilangkan eksistensi

organisasi dikemudian hari.

BAB V

PENGELOLAAN KEUANGAN

Pengelolaan keuangan merpakan aktifitas organisasi dalam melakukan

pemakaian keuangan yang telah atau akan dimiliki oleh organisasi. Penggolongan

aktifitas pemakaian keuangan dilakukan untuk mengukur kinerja organisasi secara lebih

realistis, sehingga perubahan posisi keuangan yang terjadi dalam HMI dapat dijelaskan

Kongres HMI ke-29

Page 46: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

9

secara baik dan benar kepada semua pihak yang berkepentingan dalam hal ini.

1. Pembiayaan Kegiatan

Pembiayaan kegiatan merupakan jenis aktifitas yang melakukan pemberian dana

untuk program kerja program kerja yang tidak menghasilkan penambahan asset

organisasi. Program kerja ini antara lain pelatihan-pelatihan, seminar-seminar atau

diskusi diskusi dan jenis lainnya. Pembiayaan yang dilakukan merupakan pengeluaran

dana yang diasumsikan akan habis dipakai. Sisa yang muncul dalam bentuk uang atau

barang barang yang bernilai uang, hak pengelolaannya dimiliki oleh bendahara

umum. Pembiyaan kegiatan dilakukan dengan melalui berbagai prosedur yang

ditentukan.

Prosedur-prosedur tersebut adalah:

a. Kegiatan merupakan kegiatan yang telah ada dalam program kerja kepengurusan.

b. Program kerja kepengurusan tersebut mendapat alokasi dana dari pihak

bendahara yang tertuang dalam perencanaan keuangan struktur.

c. Program kerja memiliki kejelasan penanggungjawab kegiatan berupa ketua

bidang.

d. Pengeluaran dana dilakukan atas dasar permohonan tertulis dari pelaksana

kegiatan atas dasar sepengetahuan penanggungjawab kegiatan.

e. Pengeluaran dana dilakukan minimal dalam dua tahapan maksimal dalam tiga

tahapan.

f. Tahapan kedua pengeluaran keuangan direalisasi setelah ada laporan penggunaan

dana awal dan perencanaan penggunaan dana tahapan kedua oleh pelaksana

kegiatan.

g. Tahapan ketiga direalisasi dengan mekanisme yang sama dengan tahapan kedua.

h. Pembiayaan kegiatan berikutnya dalam satu bidang akan dapat dilakukan jika

kegiatan yang sebelumnya telah membuat laporan akhir secara tertulis.

i. Pembiayaan kegiatan yang tidak ada dalam program kerja dilakukan jika kegiatan

tersebut disetujui oleh Ketua Umum dan ada alokasi dana untuk kegiatan itu.

Kongres HMI ke-29

Page 47: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

10

j. Lembaga Koordinasi, Lembaga Kekaryaan dan Lembaga Khusus memiliki

mekanisme tersendiri berdasarkan kesepakatan Bendahara Umum dan lembaga

tersebut.

2. Penambahan Aset

Penambahan aset merupakan aktifitas pembelian benda-benda yang memiliki usia

lebih dari satu tahun. Benda-benda ini harus dinilai ulang nilai nominalnya di tiap

akhir kepengurusan. Aktifitas ini hanya boleh dilakukan oleh Bendahara Umum atau

atas persetujuan Bendahara Umum. Semua aktifitas penambahan asset harus

merupakan aktifitas yang terjadwal dalam program kerja dan memiliki alokasi dana.

Aktifitas yang tidak terjadwal dapat dilaksanakan atas persetujuan sebagian besar

Pengurus Harian dan mengambil sumber dana dari sumber keuangan organisasi tanpa

mengganggu alokasi dana yang telah ditetapkan. Suatu kepanitian yang memiliki

uang lebih berhak melakukan penambahan aset bagai organisasi HMI harus ada

persetujuan Bendahara Umum.

3. Bantuan Keorganisasian

Bantuan keorganisasian merupakan aktifitas pemberian sejumlah dana atau sejumlah

barang yang memiliki nilai nominal dari organisasi HMI kepada pihak lain diluar HMI.

Bantuan keorganisasian juga harus berdasarkan program kerja yang ditetapkan pada

awal kepengurusan dan sesuai dengan alokasi dana yang telah ditetapkan. Bantuan

keorganisasian yang dilakukan diluar program kerja yang ditetapkan harus melalui

persetujuan sebagian besar pengurus harian dan mengambil alokasi dana yang tidak

mengganggu pengalokasian dana aktifitas lain yang telah ditetapkan. Pihak yang

diberikan bantuan adalah pihak-pihak yang tidak menindas umat islam. Pengurus

harus mengenal secara baik akan latar belakang pihak yang akan diberi bantuan dan

harus yakin bahwa bantuan organisasi tersebut tidak akan diselewengkan. Bantuan

organisasi yang diberikan secara simultan, jangka waktunya tidak boleh melebihi satu

periode kepengurusan.

4. Penyimpanan Keuangan dan Tanda Bukti

Penyimpanan keuangan organisasi harus dilakukan di lembaga keuangan berbentuk

bank syari’ah. Jika tidak ada maka didalam bank milik negara. Penyimpanan uang ke

bank dilakukan setelah penerimaan uang. Pengeluaran keuangan hanya dapat

Kongres HMI ke-29

Page 48: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

11

dilakukan di awal bulan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan keuangan

organisasi dibulan tersebut. pengeluaran keuangan diluar jadwal tersebut harus

melalui persetujuan sebagian besar pegurus harian. Setiap aktifitas keuangan harus

memiliki tanda bukti yang cukup dan sesuai dengan kebijakan organisasi. Tanda bukti

itu dapat terdiri dari pihak eksternal (utama) atau internal HMI. Keberadaan tanda

bukti ini merupakan dasar atas transparansi keuangan HMI.

BAB VI

PELAPORAN KEUANGAN

1. Bentuk Pelaporan

Pelaporan keuangan merupakan aktifitas pemberitahuan atas aktifitas

keuangan orgnaisasi yang dimulai dari awal kejadian transaksi sampai pada proses

pertanggungjawabannya. Bentuk bentuk pelaporan tersebut terdiri dari 3 bentuk

laporan yaitu Laporan Arus Kas, Laporan Aktifitas dan Neraca Aktifitas. Bentuk-

bentuk pelaporan ini berlaku dan harus dilaksanakan oleh setiap jenjang struktur

pimpinan HMI (Pengurus Besar, Pengurus Cabang dan Pengurus Komisariat). Dalam

proses pelaporan ini pihak Majelis syuro Organisasi berhak melakukan audit atas

struktur pimpinan setingkatnya atau dibawahnya.

Laporan Arus Kas adalah sebuah bentuk pelaporan yang menggambarkan

pergerakan uang masuk dan uang keluar pada suatu struktur HMI. Pada Laporan

aktifitas yang terlihat adalah sebuah gambaran pengelolaan keuangan organisasi

yang didasarkan pada aktifitas organisasi. Oleh sebab itu struktur laporan tergantung

dengan penggologan aktifitas yang dijalankan dalam kepengurusan HMI. Terakhir,

Laporan neraca adalah bentuk pelaporan keuangan organisasi HMI yang

menggambarkan posisi kekayaan HMI dalam nilai nominal secara menyeluruh. Bentuk

dan contoh laporan keuangan dapat dilihat pada lampiran.

2. Waktu Pelaporan

Pelaporan keuangan juga harus dibuat dalam waktu-waktu tertentu

(pembagian waktu). Melalui pembagian waktu ini akan memudahkan perangkat

kepengurusan dalam memantau segala aktifitas organisasi, maka ditetapkan adanya

dua periode waktu pelaporan keuangan yaitu: Laporan Tiga Bulanan dan Laporan

Tahunan.

D

Ditetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 49: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

12

Laporan tiga bulanan adalah bentuk pelaporan yang dilakukan dalam periode

tiga bulan. laporan tiga bulanan memuat laporan keuangan dalam bentuk laporan

arus kas, laporan aktifitas ataupun neraca keuangan. Begitu pula pada laporan

tahunan seluruh posisi keuangan harus dijabarkan didalamnya, baik itu laporan arus

kas, laporan aktifitas ataupun neraca keuangan. Bagi unit-unit kerja (seperti

kepantiaan atau tim kerja) yang memiliki waktu aktifitas kurang dari satu tahun

maka mereka di wajibkan membuat laporan pertengahan dan laporan akhir dari

aktifitasnya. Laporan ini di serahkan kepada pimpinan HMI yang membentuk unit ini.

Kongres HMI ke-29

Page 50: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Keuangan

13

Lampiran

Contah Laporan Arus Kas

ARUS KAS

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

(PERIODE 20XX-20XX)

A. SALDO KAS AWAL

1. Kas di Bank

2. Kas di Tangan

Saldo Kas Awal

B. ALIRAN KAS DARI AKTIFITAS PROGRAM

1. Penerimaan Keanggotaan

a. Uang Pangkal

b. Iuran Anggota

c. Donasi Anggota

Total Penerimaan Keanggotaan

2. Penerimaan Program

a. Donasi Program

b. Penerimaan Program

XXXX

XXXX XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX (A) XXXX (B)

Total Penerimaan dari Aktifitas Program

3. Pengeluaran

XXXX (C)

a. Program Ketua Umum

b. Program Sekretaris Umum

c. Program Bendahara Umum

XXXX

XXXX

XXXX

d. Program Dewan Pimpinan/Pengurus Harian XXXX

e. Program Lembaga-lembaga

f. Program MSO

g. Program lainnya

XXXX

XXXX

XXXX

Total Pengeluaran dari aktifitas Program

C. ALIRAN KAS DARI AKTIFITAS NON PROGRAM

1. Penerimaan

(XXXX) (D)

a. Pengembalian Piutang

b. Pendapatan Simpanan di Bank

XXXX

XXXX

Kongres HMI ke-29

Page 51: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

c. Donasi tak terkait program

Pedoman Keuangan XXXX

14

Total Penerimaan dari Aktifitas Non Program

2. Pengeluaran

XXXX (E)

a. Biaya Kesekretariatan

b. Biaya Lingkungan

c. Biaya Lainnya

XXXX

XXXX

XXXX

Total Pengeluaran dari Aktifitas Non Program

D. ALIRAN KAS DARI AKTIFITAS INVESTASI

1. Penerimaan

2. Pengeluaran

E. TOTAL ALIRAN KAS (B+C-D+E+F+G-H)

F. SALDO KAS AKHIR

Contoh Laporan Aktifitas

LAPORAN AKTIFITAS

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

(PERIODE 20XX-20XX)

PENDAPATAN

(XXXX) (F)

XXXX (G)

(XXXX) (H) XXXX (I) XXXX (A+I)

Donasi

Pendapatan Program

Pendapatan Bank

Pendapatan lain-lain

Jumlah Pendapatan

PENGELUARAN

Ketua Umum

Sekretaris Umum

Bendahara Umum

Komisi-Komisi/Bidang-bidang

Lembaga-lembaga

XXXXX

XXXXX

XXXXX

XXXXX

XXXXXX

XXXXX

XXXXX

XXXXX

XXXX

XXXXX

Kongres HMI ke-29

Page 52: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

MSO

Program lainnya

Jumlah pengeluaran

NAIK/(TURUN) KEKAYAAN PERIODE BERJALAN

XXXXX

XXXXX

Pedoman Keuangan

(XXXXX)

XXXXX

15

Contoh Neraca

NERACA

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

(Periode 20xx-20xx)

Aktiva Lancar

AKTIVA

Kewajiban

PASIVA

Kas

Piutang

Aktiva Tetap

Anggota

Sekretariat

Inventaris

Aktiva Lainya

Biaya Ditangguhkan

Total Aktiva

XXXXX

XXXXX

XXXXX

XXXXX

XXXXX

XXXXX

XXXXX

Kewajiban Internal

Kewajiban Eksternal

Pangkal Kekayaan

Anggota

Naik/Turun Kekayaan

Periode lalu

Periode Berjalan Total Pasiva

XXXXX

XXXXX XXXXX XXXXX

XXXXX

XXXXX

Kongres HMI ke-29

Page 53: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

1

PEDOMAN PERKADERAN

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillahirromanirrahiim

BAB I

PENDAHULUAN

Islam merupakan ajaran hidup yang memuat sistem tata nilai kehidupan kesemestaan yang

bersifat paripurna, kosmopolit dan egaliter. Karena itu, Islam di samping sebagai ajaran hidup, sekaligus

merupakan agama (dien) yang menjadi cara pandang (word view) terhadap realitas kesemestaan. Hal ini

termanifestasi dalam kesadaran bahwa alam semesta dengan kehidupan yang inheren di dalamnya

merupakan manifestasi dari keberadaan Allah SWT sebagai zat yang telah menciptakan, memelihara dan

memberi kepercayaan kepada manusia (sebagai khalifah) untuk memanfaatkan alam semesta ini sesuai

dengan fitrahnya. Cara pandang semacam ini, merupakan kerangka landasan bagi HMI dalam merumuskan

tujuan organisasi, yaitu terbinanya mahasiswa Islam menjadi insan ulul albab yang turut bertanggung

jawab atas terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhai Allah SWT (AD HMI pasal 5). Konsekuensinya,

usaha untuk melahirkan kader ulul albab merupakan landasan strategis bagi HMI dalam

mengidentifikasikan dirinya sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan. Tatanan masyarakat yang

diridhai Allah SWT (masyarakat paripurna), diinterpretasikan oleh HMI sebagai “peradaban yang tumbuh

dan berkembang” secara dinamis. Dan kata “turut” dalam tujuan HMI itu, secara sadar menempatkan HMI

merupakan bagian integral dari proses perjuangan umat.

Kehadiran HMI di tengah masyarakat, merupakan realitas kesejarahan yang membawa pesan

perkaderan dan perjuangan untuk mengakselerasi perubahan masyarakat yang konstruktif menuju tata

sosial yang lebih baik. Karena itu, gerak HMI harus selalu mengarah pada cita ideal masyarakat yang

diridhoi Allah SWT., sebagai perwujudan sosiologis tujuan HMI.

Orientasi perjuangan pada gilirannya mensyaratkan adanya kader-kader berkualitas yang relevan

dengan tugas dan tanggung jawabnya. Kader yang harus dikembangkan HMI adalah sosok kader ideal

sebagaimana telah digambarkan dalam Al-Qur’an, yaitu sosok ulul albab. Untuk melahirkan sosok

kader-kader semacam itu dibutuhkan sistem perkaderan yang komprehensif dan dinamis, yang secara

konseptual dan operasional tetap berpijak pada acuan dasar organisasi.

Perkaderan, dengan demikian merupakan salah satu orientasi dasar organisasi yang tidak dapat

dipisahkan dengan orientasi HMI sebagai organisasi perjuangan. Orientasi kepejuangan dan perkaderan

bagi HMI merupakan dua aspek yang saling melengkapi, berproses secara sinergis dan terus menerus

sampai pada tingkat optimum bagi keduanya serta menghasilkan result yang optimum pula.

Kongres HMI ke-29

Page 54: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

2

Dalam konteks ini, maka perkaderan dalam perkembangannya harus selalu dipahami secara dialektis

antara perkembangan dinamika internal organisasi dengan realitas sosio-kultur dan sosio-politik

masyarakat.

Dalam dinamika sejarahnya, sistem perkaderan yang dikembangkan HMI tidak hanya berimplikasi

konstruktif dalam mencapai tujuan HMI. Namun demikian, kadang-kala tidak bisa dipungkiri adanya

distorsi pemahaman, operasionalisasi ataupun manajemen dan metodenya, sehingga perkaderan yang

berlangsung bukannya mendekatkan proses perkaderan pada tujuan HMI, tetapi malah sebaliknya,

destruktif terhadap tujuan organisasi. Karena itu, dalam pelaksanaan sistem perkaderan sangat

diperlukan kajian kritis-inovatif terhadap proses perkaderan, sehingga diharapkan mampu mengantisipasi

terjadinya distorsi.

Dalam kaitannya sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan, maka HMI memiliki dan

menggunakan Pedoman Perkaderan sebagai acuan dalam proses pencapaian tujuannya. Lahirnya

Pedoman Perkaderan 1998 ini, berawal dari proses pergumulan intelektual dan organisasional

kader-kader HMI baik di tingkat internal maupun pertautannya dengan realitas sosio-politik dan

sosio-kultur masyarakat. Karena itu, Pedoman Perkaderan ini yang merupakan hasil Lokakarya

Pedoman Perkaderan di Yogyakarta pada tanggal 16-19 September 1998 dan disahkan oleh Konggres

pada tahun 1999, secara umum merupakan respon positif terhadap tantangan perubahan dinamika

internal dan eksternal HMI. Dan secara khusus, Pedoman Perkaderan ini merupakan penyempurnaan

dari Pedoman Perkaderan hasil Lokakarya Perkaderan Nasional di Jakarta pada tanggal 15-19 Syawal

1412 H/18-22 April 1992 M yang ditetapkan oleh Kongres pada tahun 1994. Dan Pedoman Perkaderan

1994 tersebut merupakan hasil dari perubahan dan penyempurnaan Pedoman Perkaderan 1983.

Pedoman Perkaderan 1999 memuat gagasan-gagasan perubahan mendasar di seputar upaya

pengembangan model perkaderan yang didasarkan pada pemahaman HMI sebagai institusi Islam yang

berada pada lingkaran kosmos gerakan Islam universal. Sekat etnis, geografis-kultural dan berbagai aspek

keindonesiaan tetap dipandang sebagai kisaran strategis dalam pencapaian pengembangan peradaban

Islam. Karenanya, dalam pencapaian perubahan mendasar itu, terdapat beberapa catatan kritis

mengenai Pedoman Perkaderan 1994.

Pertama, Pedoman Perkaderan 1994 cenderung menyentuh pada aspek pengembangan

kualitas ulul albab, sementara gagasan-gagasan pengembangan tatanan masyarakat cita yang

diformulasikan dalam gagasan besar, masyarakat yang diridloi Allah masih menjadi serpihan-serpihan

tematik yang belum menjadi kesatuan wacana pengembangan yang lebih intensif.

Kongres HMI ke-29

Page 55: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

3

Kedua, Pedoman Perkaderan 1994 memahami perubahan global dunia cukup memberikan

peluang bagi terbentuknya hubungan saling mempengaruhi antar berbagai sekat institusional yang tidak

hanya menjadi monopoli institusi negara. Situasi saling mempengaruhi adalah cukup dominan dalam tata

dunia global. Dengan demikian, probabilitas terjadinya pengaruh eksternal terhadap HMI juga kian

meningkat. Karena itu, dalam memproyeksikan perkaderan ke depan dikembangkan tiga model

perkaderan, yaitu model pendidikan, model kegiatan dan model jaringan. Namun, dalam

implementasinya masih cenderung terkonsentrasi pada model pendidikan, sementara dua model lainnya

belum memiliki kerangka penjelas dan implementasi yang sinergis dengan pengembangan kualitas kader

cita dan masyarakat cita HMI.

Ketiga, Pedoman Perkaderan 1994 cenderung menggeneralisasi kualitas potensi kader dalam

satu frame tertentu dengan ukuran kualifikasi seragam untuk setiap peserta kader. Padahal, raw input

kader HMI meliputi berbagai latar belakang pendidikan, tingkat pemahaman keislaman, pengetahuan,

budaya, emosi personal dan sebagainya. Karena itu, pluralitas potensi individual yang memiliki kelebihan

dan kekurangan pada kader HMI tidak bisa dikesampingkan.

Keempat, Pedoman Perkaderan 1994 belum memiliki sistematika yang mendiskripsikan

mekanisme proses perkaderan secara dinamis, khususnya dalam aspek muatan perkaderan, manajerial

dan metodenya.

Dengan beberapa catatan kritis di atas, maka Pedoman Perkaderan 1999 mencoba

mengelaborasi kelebihan dan kekurangan pengalaman hampir satu dasawarsa pelaksanaan Pedoman

Perkaderan 1994. Dengan dorongan semangat pembaharuan dalam berbagai aspek kehidupan

sosio-politik baik di tingkat global maupun nasional, maka Pedoman Perkaderan 1999 ini diharapkan

mampu melahirkan kader-kader kualitas ulul albab yang memiliki daya vitalitas tinggi untuk

mengembangkan tata nilai yang diridloi Allah dalam masyarakat.

Kongres HMI ke-29

Page 56: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

4

BAB II

POKOK-POKOK PERKADERAN

1. Arah Perkaderan

Islam sebagai sebuah cara pandang, merupakan konsep integral antara Tuhan, manusia dan

alam. Pemahaman akan ketiga realitas itu menentukan perilaku manusia terhadapnya. Kerangka

landasan tersebut menjadikan revolusi Islam bukan hanya dalam rangka perlawanan terhadap

patung-patung berhala namun secara substansi pada perlawanan penghambaan manusia terhadap

materi.

Setiap makhluk di alam semesta, termasuk manusia, secara fitrah memiliki kecenderungan pada

nilai-nilai suci yang terkandung di dalam Dienul Islam. Dengan demikian tugas seorang Muslim selaku

khalifah di dunia adalah mengikuti petunjuk suci Dienul Islam dan berkewajiban

mengimplementasikannya dalam bentuk perjuangan (harakah Islamiyah) untuk sebuah peradaban

Islam yang sesuai dengan kehendak Ilahi.

Namun, kondisi realitas menampakkan manusia semakin jauh dari fitrahnya. Orientasi materi

dengan pemajuan kepada indra dan akal menyebabkan adanya perubahan nilai kemanusiaan dan

ideologi sosial. Hal ini sering bertentangan dengan cita-cita kultural dan nilai-nilai Islam. Kebenaran

bukan lagi atas dasar nilai-nilia Islam tetapi dengan paradigma posivistik yang mengakibatkan manusia

mengalami split dan kepincangan dalam mengidentifikasi dan mendefinisikan realitas. Manusia pun

akhirnya menyembah “tuhan-tuhan” buatannya sendiri. Jadi musuh manusia tidak lagi “tuhan” secara

kasat mata seperti pemimpin zalim yang mudah ditaklukkan, namun persepsi atau cara pandangnya

dalam memahami realitas kehidupan.

Banyak bentuk persepsi dan cara pandang yang positivistik telah menghegomoni kehidupan

manusia hingga menjadi makhluk yang tidak merdeka, antara lain feodalisme dan aristokrasi,

kediktatoran dan kolonialisme, kapitaslisme dan materialisme, dan liberalisme dan neo liberalisme.

Semua persepsi dan cara pandang tersebut meniscayakan semakin terlindasnya kaum mustadhafin

secara struktural. Peran institusi masyarakat yang melindungi masyarakat dari kehancuran menjadi

mandul sehingga tiap individu harus bersaing bebas tanpa ada perlindungan. Diperparah dengan

rendahnya peningkatan kapasitas masyarakat untuk hidup, membuat jurang kesenjangan kualitas

hidup semakin lebar dan semakin dalam.

Hal ini dapat dilihat pada sistem pendidikan yang tidak lagi menjadi sistem yang memanusiakan

manusia, malah menjadi sistem pembunuh karakter diri manusia. Mahalnya pendidikan dan dominasi

pragmatisme pada orientasi pendidikan, berdampak pada perubahan orientasi hidup ke arah hegemoni

materialisme. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah digunakan sebagai alat dominasi satu kaum

terhadap kaum lainnya. Alat dominasi si “kuat” dan si “lemah.” Hal tersebut menjadikan kaum-kaum

Kongres HMI ke-29

Page 57: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

5

subordinat semakin jauh dari ilmu dan teknologi itu sendiri. Dan semakin rendah pula ketahanan

kehidupan mereka di muka bumi ini. Dampaknya terlihat pada generasi manusia kontemporer yang

semakin permissif dalam berinteraksi dan berorientasi pada hasil semata daripada proses. Hal ini akan

menyuburkan eksploitasi kehidupan manusia dan alam semesta yang membawa kerusakan di

mana-mana.

Ruh inilah yang menjadi semangat HMI sebagai organisasi perkaderan yang diimplementasikan

dalam Pedoman Perkaderan. Melalui pengelolaan yang terarah, teratur dan sistematis, muatan

ideologi, manajemen dan sistemnya akan menghasilkan kader paripurna dengan komitmen moral yang

mantap, kemampuan intelektual yang berkualitas, sikap keberpihakan yang tegas, kemampuan

manajerial yang baik dan kepemimpinan yang adil dan tangguh dalam menghadapi berbagai orientasi

hidup. Kemampuan ini menjadi senjata ampuh bagi kader dalam menghadapi relitasnya melalui

formula perkaderan yang terdiri dari Pendidkan, Aktifitas, dan Jaringan.

2. Asas Perkaderan

Asas perkaderan adalah prinsip-prinsip yang menjiwai semangat pelaksanaan perkaderan. Beberapa

asas yang harus dikembangkan dalam proses perkaderan:

a. Asas ketaqwaan, artinya perkaderan itu harus meningkatkan ketaqwaan pribadi kader.

b. Asas kepejuangan, artinya bahwa perkaderan itu harus merupakan manifestasi dari perjuangan

untuk menuju keadaan yang lebih baik.

c. Asas keumatan, artinya bahwa perkaderan itu harus dapat memberi manfaat langsun ataupun

tidak langsung terhadap peningkatan kehidupan umat.

d. Asas kesinambungan, artinya perkaderan itu harus memproses secara terus menerus tidak

terbatas pada dimensi ruang dan waktu, sekaligus mampu menopang kesinam-bungan perjuangan

organisasi khususnya dan perjuangan Islam pada umumnya.

e. Asas kemandirian, artinya bahwa perkaderan itu menciptakan kondisi yang dinamis untuk

melahirkan kader-kader yang mandiri dalam bersikap, berfikir dan memutuskan sesuatu

per-soalan pribadi maupun kelembagaan.

f. Asas persaudaraan, artinya bahwa perkaderan itu mampu menciptakan dan memperkuat ikatan

persaudaraan (ukhuwah) di kalangan kader HMI itu sendiri dan dengan sesamanya.

g. Asas keteladanan, artinya bahwa perkaderan itu harus memperhatikan aspek–aspek keteladanan

sebagai faktor penting dalam proses perkaderan pada umumnya dan pelaksanaan asas–asas

perkaderan lain khususnya.

Kongres HMI ke-29

Page 58: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

6

3. Tujuan Perkaderan.

Perkaderan HMI disusun untuk pembentukan Kader Cita HMI. Karateristik ideal tersebut terformulasi

dalam ungkapan Al-Qur’an, ulul albab, dengan kualifikasi sebagai berikut:

a. Hanya takut kepada ALLAH SWT :

o

o

Berjiwa berani dalam menghadapi tantangan dalam bentuk apapun

Tawakal kepada Allah SWT dan hanya mengharap ridha- Nya.

b. Tekun beribadah :

o

o

o

Taat menjalankan ibadah mahdhah yang diajarkan Rasullullah SAW

Rajin mengerjakan amalan–amalan sunnah

Suka bangun dan beribadah ditengah malam.

c. Memiliki ilmu dan hikmah :

o Berpengalaman luas, serta mampu berpikir rasional dan obyektif.

o Memiliki kemampuan konseptual, sehingga dapat memformulasikan dan menjelaskan apa

yang diketahui dan diraskannya.

o

o

Sanggup mengantisipasi keadaan dan siap menghadapi segala perubahan, karena memiliki

daya apresiasi, prediksi dan antisipasi yang tinggi.

Memiliki keterampilan praktikal yang menghasilkan karya–karya nyata.

d. Kritis dan teguh pendirian

o

o

o

Bersikap terbuka dan kritis terhadap berbagai macam pandangan.

Bersikap selektif dan apresiatif terhadap berbagai pandangan, serta inovatif untuk

menciptakan karya-karya baru.

Sanggup sendirian (istiqomah) dan tidak terjebak pada pandangan mayoritas.

e. Progresif dalam berdakwah :

o

o

o

o

Bersedia berdakwah dengan sungguh-sungguh.

Sanggup dan berani menghadapi segala bentuk resiko.

Kreatif dalam strategi dan taktik berdakwah.

Memiliki penampilan dan daya tahan fisik serta psikologis yang tinggi.

Dengan Kualifikasi Insan Ulil Albab itu maka diharapkan kader akan menjadi seorang:

Mu’abid : Kader menjadi insan yang tekun beribadah, mulai dari ibadah yang terkait pada dirinya

maupun terkait pada lingkungannya.

Mujahid : Kader memiliki semangat juang yang tinggi sehingga ia memiliki pemahaman dan

kemampuan berjihad dalam garis agama

Mujtahid : Kader mampu berijtihad sehingga segala tindakannya didasarkan pada pilihan sadar dari

dalam dirinya

Mijadid : Kader menjadi harapan atas usaha organisasi yang memiliki kekamampuan

dalam melakukan pembaharuan dilingkungan sekitarnya.

Kongres HMI ke-29

Page 59: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

7

4. Fungsi Perkaderan

Perkaderan HMI memiliki fungsi sebagai motor penggerak organisasi yang melahirkan usaha-usaha

yang terencana, sistematis, dan berkelanjutan menuju ke arah tercapainya tujuan organisasi. Fungsi

perkaderan, antara lain harus dapat melahirkan kondisi-kondisi sebagai berikuti:

a. Kesinambungan dan peningkatan kualitas perjuangan misi Islam.

b. Kesinambungan dan kedinamisan kepemimpinan HMI.

c. Kesinambungan dan pengembangan perjuangan HMI.

d. Konsistensi pemahaman perjuangan HMI.

e. Peningkatan peran-peran personal kader dan kelembagaan.

5. Ruang Lingkup

Perkaderan sebagai salah satu bagian sistem organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi

memiliki lingkup tersendiri yang berbeda dengan kelengkapan system organisasi lainnya. Ada satu

ruang lingkup dalam Pedoman Perkaderan yang menjadi sat elemen utama dalam kehidupan

organisasi, yaitu “Kader.” Pedoman Perkaderan membentuk kader dalam memposisikan kader

pada beberapa wilayah, yaitu:

a. Kader sebagai pribadi, kader HMI merupakan hamba Allah yang mukhlish, zuhud, dan tawadhu’,

sehingga terimplementasi dalma sosok pribadi paripurna yang memiliki mentalitas mantap,

cerdas, dan bijaksana sebagai manifestasi citra diri ulul albab.

b. Kader sebagai pemuda, kader HMI memiliki sifat perjuangan yang senantiasa peka dan militan

menjawab kehidupan lingkungan di skeitarnya, sehingga mampu tampil menjadi pelopor dan

dinamisator bagi gerakan komunitas kaum muda untuk melakukan usaha amar ma’ruf nahi munkar

secara ikhlas.

c. Kader sebagai warga masyarakat, kader HMI merupakan warga yang selalu peduli dan peka

terhadap aspirasi masyarakatnya, memiliki solidaritas yang tinggi dan senantiasa berpartisipasi

aktif dalam dinamika masyarakat.

d. Kader sebagai mahasiswa, kader HMI adalah orang yang berpendidikan dan memiliki jiwa dan

kemampuan intelektual, dan mampu mendayagunakan untuk mempercepat transformasi

masyarakat pada umumnya dan gerakan mahasiswa pada khususnya.

e. Kader sebagai pemimpin, kader HMI adalah sosok figure yang memilki kemapuan untuk memimpin

organisasi khususnya dan komunitas social pada umumnya, dengan berlandaskan pada sifat

amanah, adil, jujur, dan benar serta penyeru, pengayom, dan penuntun bagi lingkungan social

yang dipimpinnya.

Kongres HMI ke-29

Page 60: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

8

6. Muatan Perkaderan

Muatan perkaderan adalah semangat atau isi yang perlu diinternalisasikan, disosialisasikan

atau dikembangkan dalam setiap bentuk/model perkaderan sesuai dengan proporsinya. Muatan

perkaderan ini, merupakan arahan strategis sebagai derivasi dari tujuan perkaderan itu sendiri.

Muatan perkaderan ini, dijabarkan ke dalam tema-tema, baik yang bersifat teoritis maupun praktis,

dapat dikembangkan secara reatif sesuai dengan bentuk/model dan jenjang perkaderan itu.

Karenanya, muatan ini tidak bersifat membatasi, tetapi justru memberikan arahan dalam

pengembangan sumber daya kader untuk menuju kualitas kader cita yang holistik. Beberapa muatan

perkaderan itu adalah sebagai berikut :

a. Muatan Ideologi

Muatan ini berisi nilai-nilai ideal universal seperti keadilan, persaudaraan persamaan kebebasan,

kasih sayang, kearifan dan sebagainya yang kesemuanya itu merupakan nilai-nilai dasar pesan

ajaran Islam. Muatan ideologi ini menjadi peletak dasar bagi pengembangan berbagai aspek

kehidupan lainnya. Termasuk asumsi–asumsi dasar mengenai ALLAH SWT, manusia, alam

semesta, hari akhir dan sebagainya.

b. Muatan Kepribadian

Muatan ini berisi beberapa aspek yang akan membentuk kepribadian kader seperti sikap,

mentalitas, intelektualitas, kebiasaan dsb-nya. Termasuk dalam hal ini yang mampu

dikembangkan lewat proses perkaderan beserta kendala-kendalanya.

c. Muatan Epistemologi

Muatan epistemologi berisi seputar kaidah-kaidah sains sebagai muatan yang memberikan

landasan keilmuan bagi kader. Karena itu, dengan muatan ini, diharapkan kader HMI mampu

memiliki kerangka analisis yang jelas dan tepat dalam menyikapi, menyiasati dan mencari solusi

ber-bagai persoalan. Dengan demikian, setiap kader HMI mampu bersikap, berpikir dan

berperilaku saintifik serta mampu mengembangkan potensi intelektual dalam bentuk karya-karya

ilmiah secara optimal.

d. Muatan Sosiologis-Politis

Muatan sosiologis-politis berisi seputar berbagai persoalan sosial, budaya, politik, ekonomi,

sejarah dan budaya. Dengan muatan ini, maka kader HMI diharapkan mampu mengembangkan

wawasan sosial yang luas, kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi, apresiatif terhadap

berbagai fenomena sosial kemasyarakatan (keumatan). Lebih dari itu, dengan muatan ini maka

kader HMI diproyeksikan mampu melakukan sosialisasi dan berintegrasi ke tengah komunitas sosial

yang pluralistik, serta mengoptimalkan peran-peran sosial kependidikannya baik secara personal

maupun kelembagaan dalam melakukan perubahan sosial yang kontruktif.

Kongres HMI ke-29

Page 61: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

9

e. Muatan Organisatoris

Muatan organisatoris berisi berbagai aspek yang berkaitan dengan seluk beluk keorganisasian HMI

khususnya, misalnya mengangkat perkem-bangan dan peran-peran kesejarahan perjuangannya,

dinamika organisasinya, konstitusinya, perkaderannya dan sebagainya. Dengan pemahaman

muatan ini maka kader HMI diproyeksikan memiliki sense of belonging, rasa memiliki dan sadar

sepenuhnya untuk berjuang lewat HMI.

f. Muatan Skill-Profesionalitas

Muatan ini berisi pengetahuan praktis yang bersifat strategis atau pun teknis yang mampu

membekali kader guna mengembangkan profesi secara profesional yang berdaya bagi

pengembangan organisasi dan masa depan pribadi kader, misalnya jurnalistik, kewirausahaan,

teknologi informasi dan sebagainya.

7. Model Pekaderan HMI

HMI mengembangkan tiga model perkaderan yang diharapkan mampu menciptakan standar kader cita

HMI (Insan Ulil Albab), yang pada akhirnya, kualitas kader tersebut akan menjadi sumber kekuatan

efektif bagi organisasi dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang diridloi Allah SWT.

a. Model pendidikan

o

o

Pengertian

Model pendidikan merupakan peletakan dasar-dasar pem-binaan dan pengembangan potensi

kader melalui proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai yang membentuk pola pikir, sikap,

mentalitas dan perilaku kader. Aplikasi model pendidikan ini meliputi aspek kognitif dan

afeksi kader serta aspek psikomotorik.

Tujuan

Tujuan model pendidikan adalah untuk menginternalisasikan nilai-nilai Islam dalam

pembinaan sikap dan mentalitas kader. Sehingga kader bisa mempertegas citra, identitas dan

peran-peran diri yang dibentuk untuk mencapai tujuan HMI.

b. Model Kegiatan

o Pengertian

Perkaderan model kegiatan menekankan pada pemetaan potensi kader dan aktualisasinya

dalam aktivitas struktural HMI. Hal ini diwujudkan dalam aktifitas formal dan nonformal

struktur HMI tingkat Komisariat sampai pusat.

Kongres HMI ke-29

Page 62: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

10

o Tujuan

Tujuan model kegiatan adalah untuk mengaktualisasikan potensi kreatif kader ke dalam

pengalaman-pengalaman nyata ke dalam bentuk karya nyata baik secara personal maupun

kelembagaan.

c. Model Jaringan

o Pengertian

Model jaringan atau kemitraan adalah kegiatan yang dilakukan secara kelembagaan dengan

lembaga lain, yang diproyeksikan sebagai media sosialisasi visi dan misi HMI dengan

mengembangkan strategi organisasi yang merupakan implementasi pemahaman pluralitas dan

inklusivitas HMI.

o Tujuan

Tujuan model jaringan adalah untuk mem-pertegas keberadaan kader-kader HMI khususnya

dan organisasi HMI pada umumnya, di tengah pluralitas lembaga-lembaga lain dan mengakses

informasi yang bermanfaat bagi organisasi.

Ketiga model perkaderan ini bukanlah model yang lineir. Namun model yang terus tersambung satu

sama lainnya. Sehingga keberadaan satu model perkaderan tidak bisa lepas atas keberadaan dua

model lainnya. Artinya keberhasailan HMI dalam mewujudkan kader berkualifikasi insan ulil albab

dengan satu model tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh dua model perkaderan lainnya. Berikut

gambaran sederhana atas keterkaitan ketiga model perkaderan tersebut.

Kongres HMI ke-29

Page 63: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

11

Skema Model Perkaderan

Kongres HMI ke-29

Page 64: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan Kongres HMI ke-29

12

Page 65: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

13

BAB III

PENGELOLAAN MODEL PENDIDIKAN

1. Gambaran Umum

Pendidikan merupakan proses pembentukan pribadi manusia, pewarisan dan penciptaan nilai,

pengetahuan dan keterampilan sehingga pribadi tersebut dapat mengembangkan diri secara optimal

untuk menghadapi kehidupan nyata. Maka perkaderan pendidikan HMI diorientasikan pada

pengembangan integritas pribadi kader secara menyeluruh sehingga mampu menjadi pemimpin yang

adil dan progresif-inovatif. Sehingga perkaderan Model Pendidikan ini menyentuh aspek pemahaman

dan pengamalan Islam yang termanifestasikan dalam sikap, mentalitas dan perilaku pribadi muslim,

wawasan intelektual, kepekaan sosial, kemampuan dan keberanian memecahkan persoalan (pribadi,

kemasyarakatan).

Perkaderan model pendidikan meliputi tiga jenis. Pertama adalah Pendidikan Keluarga.

Pendidikan jenis ini menekankan pada nilai kebersamaan atau jama’ah yang menumbuhkan sikap

saling bertanggungjawab dan saling menolong antara satu dengan lainya. Kedua adalah jenis

Pendidikan Pelatihan Umum. Pendidikan jenis kedua ini menekankan pada penggalian dan

pengembangan potensi kreatif kader dengan memberikan prinsip dasar keislaman, kepribadian,

keilmuan, sosial kemasyarakatan dan keorganisasian melalui proses atau forum pelatihan. Jenis

pendidikan yang ketiga adalah Pendidikan Pelatihan Khusus. Pendidikan Pelatihan Khusus adalah jenis

pendidikan yang melalui proses atau forum pelatihan yang menekankan pada peningkatan keahlian di

wilayah minat dan bakat serta tanggungjawab pada diri dari seorang kader.

Pendidikan model Pendidikan keluarga akan efektif jika dilakukan dengan tingkat frekwensi

komunikasi yang tinggi, sehingga kader terjaga dari waktu kewaktu dan akhirnya meminimalisir

kemungkinan disorientasi kader. Namun pada Pelatihan Umum, keefektifan akan tercipta jika

pelaksanaan melalui pengasramaan, sehingga kader diharapkan benar-benar berproses dan belajar

bersosialisasi dalam kelompok. Interaksi antar pribadi yang dinamis akan mampu memotivasi dan

mempercepat perkembangan diri kader menuju integritas pri-badi yang matang, mandiri, progresif

dan inovatif dengan dasar moralitas. Efektifitas pengkaderan model pendidikan Pelatihan Khusus

terletak pada proses setelah pelatihan itu berjalan. Artinya pendampingan dan latihan diluar waktu

pelatihan menjadi faktor penting dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.

Kongres HMI ke-29

Page 66: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

14

2. Model Pendidikan Keluarga

a. Pendidikan Keluarga Semester Pertama

o Tujuan

Tujuan Pendidikan Keluarga semester pertama adalah mempererat tali ukhuwah antar kader

dlam satu angkatan LK I dan dalam satu komisariat. Harapannya semua kader HMI yang telah

lulus LK I dapat terjaga semangatnya, kebersamaannya dan ghiroh perjuangan dalam sistem

organisasi. Pada akhirnya semua lulusan kader dapat beraktifitas di Komisariat secara utuh.

Materinya:

1. Syahadat 9. Mukhlis

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Sholat

Shaum

Zakat

Haji

Muslim Kaffah

Mu’min

Muhsin

10. Ukhuwah

11. Ikhtiar dan Jihad

12. Insan Ulil Albab

13. Teologi dan Eskatologi

14. Kosmologi dan Sosiologi

15. Rasul sebagai Uswatun Hasanah

O

Pelaksanaan

Pendidikan Keluarga semester I dilaksanakan Komisariat yang dikoordinir oleh pendamping

yang ditunjuk Komisariat atau cabang (bagi yang tidak memiliki Komisariat). Sasaran didik

pendidikan keluarga adalah Lulusan LK I yang terbagi dalam kelompok-kelompok. Bentuk

acara dapat dilaksa-nakan sesuai keinginan peserta. Bentuk dapat berupa forum diskusi kecil,

Rihlah, Silaturahmi atau aktifitas lain yang dirancang oleh peserta dan pendamping. Namun

harus terdiri dari pembukaan, tilawah, pembahasan hadis Arbain, materi, Qodlya (sharing

antar individu) dan penutup.

o Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan Peserta berupa tingkat kemampuan komunikasi pendamping.

Pendamping mengevaluasi peserta berupa perkembangan tingkat komunikasi antar sesama

peserta. Pengurus Komisariat melakukan evaluasi berupa kemampuan pendamping dalam

menjaga keutuhan kader dalam HMI.

o

Administrasi

Administrasi dalam pendidikan ini tidaklah diperlukan selain administrasi yang mengukur

kehadiran peserta dan administrasi evaluai deskriptif pendamping atas tingkat komunikasi

antar sesama kader.

Kongres HMI ke-29

Page 67: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

15

b. Pendidikan Keluarga Semester Kedua

o Tujuan

Tujuan Pendidikan Keluarga semester pertama adalah mempererat tali ukhuwah antar kader

dalam satu lingkungan cabang. Setelah tali ukhuwah satu komisariat terbentuk maka

pembentukan komunitas dalam satu kesatuan cabang menjadi hal penting berikutnya.

Harapan lainnya adalah munculnya penggerak penggerak baru dalam aktifitas HMI tingkat.

o

o

o

o

Meteri pendidikan keluarga semester kedua terdiri dari:

1. Sejarah Islam

2. Idiologi idiologi dunia

3. Pemikiran tokoh-tokoh Islam

4. Umat Islam dalam Dunia Politik

5. Umat Islam dalam Dunia Sosial Budaya

6. Umat Islam dalam Dunia Pendidikan

7. Umat Islam dalam Dunia Hukum

8. Umat Islam dalam Dunia Ekonomi

9. Umat Islam dalam kelangsungan kelestarian ekologi

Pelaksanaan

Pendidikan Keluarga semester II dilaksanakan Komisariat yang dikoordinir oleh para

pendamping yang ditunjuk Komisariat atau cabang (bagi yang tidak memiliki Komisariat).

Sasaran didik pendidikan keluarga adalah anggota HMI yang telah melalui Pendidikan Keluarga

semester pertama. Pembagian kelompok dapat dirubah atau tetap, juga pendampingnya.

Bentuk acara dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan peserta namun unsurnya sama

dengan Pendidikan keluarga semester pertama.

Evaluasi

Evaluasi yang dilaksanakan dilakukan oleh Peserta berupa tingkat kemampuan komunikasi

pendampingnya. Pendamping melakukan evaluasi peserta berupa perkembangan tingkat

pemahaman peserta atas nilai-nilai keislaman dan tingkat komitmen keorganisasiannya.

Pengurus Komisariat melakukan evaluasi berupa kemampuan pendamping dalam menjaga

keutuhan kader dalam organisasi HMI.

Administrasi

Administrasi dalam pendidikan ini tidaklah diperlukan selain administrasi yang mengukur

kehadiran peserta dan administrasi evaluai deskriptif pendamping atas tingkat kebersamaan

kader dalam berinteraksi antar sesama angkatannya ataupun dengan selain angkatanya.

Kongres HMI ke-29

Page 68: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

16

c. Pendidikan Keluarga Lanjutan

o Tujuan

Tujuan Pendidikan Keluarga Lanjutan adalah mempererat tali ukhuwah antar kader di

lingkungan HMI. Pada tingkatan ini kader diharapkan tidak lagi terkooptasi struktur sosial

dan budaya lingkangannya. Kemampuan interaksi pada berbagai lingkungan menjadi output

yang diharapkan.

o

Materi

Materi pendidikan keluarga terdiri dari:

1. Model dan Metodologi Penelitian

2. Analisis Sosial

3. Network Actifity Method

4. Pengelolaan Keuangan Organisasi

5. Pengeloaan Struktur Organisasi

6. Media dan Jurnalistik

7. Strategi dan Teknik Rekayasa.

8. Manajemen Konflik

9. dl

o Pelaksaan

Pendidikan Keluarga Lanjutan dilaksanakan Komisariat, dikoordinir para pendamping yang

ditunjuk Komisariat atau cabang (bagi yang tidak memiliki Komisariat). Sasaran didik

Pendidikan Keluarga Lanjutan adalah anggota HMI yang telah melalui Pendidikan Keluarga

Semester Kedua. Pembagian kelompok dapat dirubah atau tetap, juga pendampingnya.

Bentuk acara dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan peserta namun tetap harus terdiri

dari pembuka, tilawah, pembahasan hadis Arbain, penyampaian materi, Qodlya (sharing antar

individu) dan penutup.

o Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan Peserta berupa tingkat kemampuan komunikasi pendampingnya.

Pendamping mengevaluasi peserta pada perkembangan tingkat pemahaman nilai-nilai

keislaman dan komitmen keorganisasian-nya. Pengurus Komisariat melakukan evaluasi

pendamping dalam menjaga keutuhan kader dalam organisasi HMI.

o Administrasi

Administrasi harus mampu mengukur kemampuan peserta dalam bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungan diluar komisariat dan diluar HMI-nya. Admisnitrasi inilah yang

perlu dipersiapkan oleh pendamping.

Kongres HMI ke-29

Page 69: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

17

3. Model Pendidikan Pelatihan Umum

a. Latihan Kader I

o Tujuan

Latihan Kader I (Basic Training) bertujuan untuk mengembangkan potensi kreatif mahasiswa

agar memiliki kesadaran berproses menjadi seorang muslim yang Kaffah dan mempertegas

jati diri sebagai mahasiswa.

o Materi

1. Materi Dasar Keislaman : a. Keyakinan Muslim

b. Wawasan Keilmuan

c. Wawasan Sosial

d. Kepemimpinan

d. Etos Perjuangan

e. Hari Kemudian

2. Materi Pelengkap Keislman : a. Shirah Nabawiah

b. Sejarah Peradaban dan Perjuangan Islam

c. Dasar-Dasar Amaliah

3. Materi Ke HMI an :

4. Materi Alat :

a. Sejarah HMI

b. KONSTITUSI HMI

c. HMI dalam Gerakan Kemahasiswaan

d. Dasar-Dasar Organisasi

e. Keskretariatan dan Atribut HMI

f. Azaz Tujuan Usaha dan Independensi

a. Pengantar Logika

b. Adab Majelis

5. Materi Lokal

o Pelaksanaan

Latihan Kader I dilakukan oleh Komisariat minimal satu kali dalam satu tahun Elemen

pelaksananya:

1. Panitia sebagai penyelenggara teknis ditetapkan oleh Komisaraiat atau cabang yang

dilengklapi dengan sebuah propsal kegiatan

2. Pemandu dan Pemateri yang ditugaskan cabang mengelola forum. Pemandu LK I adalah

kader HMI lulusan Senior Course dan Pemateri adalah kader yang memiliki pengalaman

dalam memandu LK I.

3. Peserta merupakan mahasiswa islam yang berkeinginan masuk HMI.

4. Pengurus Komisariat atau cabang merupakan elemen penanggungjawab dari pelaksanaan

LK I. Inilah letak tanggungjawab akhir atas pelaksanakaan LK I.

Kongres HMI ke-29

Page 70: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

18

o Administrasi

1. Administrasi dalam LK I terdiri dari:

Administrasi kepanitiaan berupa:

a. Surat menyurat kegiatan

b. Laporan pertanggungjawaban kegiatan

2. Administrasi Kepemanduan, buku rekam proses kegiatan yang berisi:

a. Gambaran perkaderan HMI

b. Gambaran Latihan Kader I

c. Biodata Peserta

d. Absensi Peserta

e. Rekam Proses Materi

f. Lembar evaluasi pemandu, pemateri dan panitia

g. Surat Keputusan Kelulusan peserta dalam hal kelulusan LK I

3. Administrasi Kepengurusan Komisariat/Cabang yang terdiri dari:

a. Surat Keputusan Pembentukan Panitia

b. Proposal kegiatan

c. Surat Permohonan Pemandu dan Pemateri

d. Surat Keputusan Pengangkatan Anggota HMI (hanya oleh cabang)

o Evaluasi Pelaksanaan

1. Evaluasi dilakukan oleh:

2. Peserta, terdiri dari: Evaluasi Pemandu, Pemateri dan Panitia

3. Panitia, meliputi Evaluasi Pemandu dan Pengurus

4. Tim Pemandu, evaluasi peserta LK I

5. Pengurus Komisariat, evaluasi panitia dan peserta

6. Pengurus Cabang, evaluasi kualitas pemandu, pemateri dalam satu musim LK I

b. Latihan Kader II (Intermediate Traning)

o Tujuan

Latihan Kader II (Intermediate Training) merupakan LK tingkat lanjut yang merupakan media

aktualisasi dan pengembangan potensi kreatif secara mandiri dengan berpedoman pada nilai

dasar keislaman untuk menumbuhkan kemampuan analitis dalam merespon persoalan

keumatan dengan ketegasan sikap.

o Materi

1. Materi Teoritik

a. Dasar-Dasar Filsafat

b. Dialektika Ideologi

c. Pembentukan Masyarakat Kontemporer

Kongres HMI ke-29

Page 71: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

19

2. Materi Realita Keislaman

a. Implementasi Tauhid Dalam Wacana Keumatan

b. Islam Dan Problematika Sains Kontemporer

c. Telaah Kritis Sistem Sosial Islam

3. Materi Gerakan Pembaharuan

a. Gerakan Pembaharuan Ummat Islam Dunia

b. Dinamika Kehidupan Ummat Islam Indonesia

c. Gerakan Dakwah Lokal

4. Materi ke-HMI-an

a. Khittah Gerakan sebagai paradigma gerakan

b. HMI dalam setting gerakan umat

c. Relevansi perjuangan HMI

5. Materi Alat

a. Strategi dan taktik pemberdayaan masyarakat

b. Metodologi penelitian sosial

c. Media dalam dialektika opini masayarakat

o Pelaksanaan

Latihan Kader II sebaiknya dilakukan oleh Pengurus Cabang minimal sekali satu tahun.

Elemen pelaksananya:

1. Panitia sebagai penyelenggara teknis ditetapkan oleh cabang yang dilengkapi dengan

sebuah propsal kegiatan

2. Pemandu ditugaskan cabang untuk menentukan tema, pemateri dan menseleksi peserta

LK II serta mengelola forum. Pemandu LK II adalah pemateri LK I yang telah mengisi

Materi LK I dalam jumlah tertentu.

3. Pemateri dalam LK II merupakan pihak-pihak yang kompeten dalam penyampaian materi

baik itu dari kader HMI maupun dari luar HMI.

4. Peserta merupakan kader HMI yang telah lulus LK I dan telah lulus dalam proses seleksi

peserta LK II oleh tim pemandu LK II.

5. Pengurus Cabang merupakan elemen penanggungjawab dari pelaksanaan LK II. Disinilah

letak tanggungjawab akhir atas semua bentuk pelaksanakaan LK II secara kualitas

maupun kuantitas.

o Administrasi

Administrasi dalam LK II terdiri dari:

1. Administrasi kepanitiaan berupa:

a. Surat menyurat kegiatan

b. Laporan pertanggungjawaban kegiatan

Ditetapkan dalam KONGRES HMI Ke 27

Page 72: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

20

2. Administrasi Kepemanduan, buku rekam proses kegiatan yang berisi:

a. Gambaran Perkaderan HMI dan Latihan Kader II

b. Biodata dan absensi Peserta

c. Rekam Proses Materi

d. Lembar evaluasi pemandu dan panitia

3. Administrasi Kepengurusan Cabang yang terdiri dari:

a. Surat Keputusan Pembentukan Panitia

b. Proposal kegiatan

c. Surat Permohonan Pemandu dan Pemateri

o Evaluasi

Evaluasi dilakukan oleh:

a. Peserta, terdiri dari: Evaluasi Pemandu dan Panitia

b. Panitia, meliputi Evaluasi Pemandu dan Pengurus

c. Tim Pemandu, evaluasi peserta LK II

d. Pengurus Cabang, evaluasi kualitas pemandu

c. Latihan Kader III (Advanced Traning)

o Tujuan

Latihan Kader III (Advanced Training) adalah jenjang pembinaan dan pengem-bangan kader

dalam memformulasikan gagasan-gagasan kreatifnya (konsepsional dan operasional) dan

dalam mengantisipasi berbagai persoalan keumatan sehingga yang akhirnya mampu memberi

solusi alternatif pada rekayasa masa depan umat. Atas dasar tersebut maka LK III di format

dalam bentuk eksperimentasi. Eksperimentasi ini dapat berupa penelitian maupun simulasi

lapangan. Materi yang hadir hanya untuk membangkitkan memori peserta atas pembacaan

mereka terhadap lingkungan sekitar sebagai dasar lahirnya gagasan-gagasan perubahan.

o Materi

1. Materi Konsepsi Realitas

a. Konsepsi Politik

b. Konsepsi Ekonomi

c. Konsepsi Pendidikan

d. Konsepsi Hukum

e. Konsepsi Lingkungan

2. Tema Konsepsi Alat

a. Metodologi Penelitian

b. Analisis Lingkungan

c. Metodologi Gerakan

Kongres HMI ke-29

Page 73: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

21

o Pelaksanaan

Pelaksanaan LK III dilakukan oleh Pengurus Besar minimal sekali dalam dua tahun. Elemen

pelaksananya:

1. Panitia sebagai penyelenggara teknis adalah dari cabang yang ditetapkan oleh Pengurus

Besar.

2. Pemandu ditugaskan PB untuk menentukan tema, pemateri dan menseleksi peserta serta

mengelola forum LK III. Pemandu LK III adalah kader HMI yang telah menjadi pemandu LK

II dan lulus LK III. Peran pemandu dalam LK III hanya sebagai fasilitator. Sehingga peran

peserta mendapat porsi yang lebih besar dalam pengelolaan forum.

3. Pemateri dalam LK III merupakan pihak-pihak yang kompeten dalam penyampaian,

materi baik itu dari kader HMI maupun dari luar HMI.

4. Peserta merupakan kader HMI yang telah lulus LK II dan telah lulus dalam proses seleksi

peserta LK III oleh tim pemandu LK III.

5. Pengurus Besar merupakan penanggungjawab dari pelaksanaan LK III secara kualitas

maupun kuantitas.

o Administrasi

Administrasi pelaksanaan Latihan Kader III terdiri dari:

1. Administrasi kepanitiaan berupa:

a. Surat menyurat kegiatan

b. Laporan pertanggungjawaban kegiatan

2. Administrasi Kepemanduan, buku rekam proses kegiatan yang berisi:

a. Gambaran Perkaderan dan Latihan Kader III HMI

b. Biodata dan Absensi Peserta

c. Rekam Proses Materi

d. Lembar evaluasi pemandu dan panitia

3. Administrasi Kepengurusan Cabang yang terdiri dari:

a. Surat Keputusan Pembentukan Panitia

b. Proposal kegiatan

c. Surat Permohonan Pemandu dan Pemateri

o Evaluasi Kegiatan

Evaluasi dilakukan oleh:

1. Peserta, terdiri dari: Evaluasi Pemandu dan Panitia

2. Panitia, meliputi Evaluasi Pemandu dan Pengurus

3. Tim Pemandu, evaluasi peserta LK III

4. Pengurus Besar, evaluasi kualitas pemandu dan peserta

Kongres HMI ke-29

Page 74: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

22

4. Model Pendidikan Pelatihan Khusus

a. Kursus Keorganisasian

1. Tujuan

Kursus Korganisasian bertujuan meningkatkan keahlian atau kemampuan kader dalam

pengelolaan organisasi, baik dalam peran-peran tertentu maupun secara keseluruhan.

Tujuan Akhir dari Kursusu ini tidak lain adalah peningkatan kualitas pengelolaan organisasi

HMI dari waktu kewaktu. Peningkatan melalui kursus diperlukan karena HMI memiliki siklus

dan pergantian kader dari waktu kewaktu dalam pengelolaan organisasi. Sehingga perlu

transfer kemampuan dari pihak generasi awal ke generasi berikutnya. Kursus ini adalah salah

satu wahana terbaik dalam melakukan transformasi keahlian ini. Namun demikian karena

kursus ini bisa bersifat terbuka untuk umum maka tanpa menghilangkan kepentingan kader,

maka tujuan kusrus dapat diarahkan untuk masyarakat luas.

2. Bentuk

Bentuk bentuknya berupa kursus yang berkaitan dengan keorganisasian baik itu

keorganisasian HMI maupun keorganisasi secara umum. Contohnya:

a) Kursus Manajemen Organisasi

b) Kursus Administrasi Organisasi

c) Kursus Keuangan Organisasi

d) Kursus Manajemen Massa

3. Pelaksanaan

Kursus keorganisasian lebih ditekankan bagi para pengurus HMI, mulai dari tingkat

Komisariat sampai tingkat pusat. Sehingga pelaksanaannya lebih baik atas inisiatif dari

struktur kepengursan HMI, walaupun peserta yang dilibatkan terbuka untuk kader HMI dan

umum. Elemen kegiatan berupa pemandu atau pemateri dapat diambil dari luar Kader HMI.

4. Administrasi

Administrasi yang dipersiapkan sama dengan administrasi Latihan Kader II namun disesuaikan

dengan bentuk dan kepentingan kursus.

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan oleh:

a) Peserta: Evaluasi Pemandu dan Panitia serta Bentuk Kegiatan

b) Panitia, meliputi Evaluasi Pemandu dan Pengurus

c) Tim Pemandu, evaluasi peserta

d) Pengurus evaluasi kualitas pemandu dan peserta

Kongres HMI ke-29

Page 75: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

23

b. Kursus Keahlian

1. Tujuan

Kursus keahlian bertujuan meningkat kaasitas kader dalam bentuk keterampilan diri.

Harapannya kader memiliki alat dalam melakukan gerak perjuangan di lingkungan

masyarakat luas. Namun demikian karena kursus ini bisa bersifat terbuka maka tanpa

menghilangkan kepentingan kader, kursus ini dapat ditujukan bagi masyarakat luas lainnya

juga.

2. Bentuk

Bentuknya berupa training keahlian dan training tematik, antara lain:

a. Training Manajemen Dakwah

b. Training Jurnalistik

c. Training Politik

d. Tarining Lingkungan

e. Training Ekonomi dan kewirausahaan

f. Training Advokasi

g. Training Pelaksanaan Penelitian

3. Pelaksanaan

Kursus keahlian lebih ditekankan untuk para kader HMI yang memiliki keaktifandalam

lembaga kekaryaan HMI ataupun lembaga masyarakat lainnya. Sehingga pelaksanaannya

didasarkan pada kecendrungan minat dan bakat kader baik yang sudah tersalurkan maupun

masih potensial. Elemen kegiatan berupa pemandu atau pemateri dapat diambil dari luar

Kader HMI kecuali jika Kursus memiliki jumlah peserta yang lebih banyak (dominan) dari

internal HMI dibandingkan jumlah peserta dari luar HMI atau jika kursus dilaksanakan untuk

menjalankan kepentingan khusus organisasi HMI.

4. Administrasi

Seperti halnya administrasi yang dimiliki Kursus Keorganisasian, kusrus keahlianpun perlu

menyiapkan administrasi yang sama dengan administrasi Latihan Kader II namun disesuaikan

dengan bentuk dan kepentingan kursus keahlian itu sendiri.

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan oleh:

a. Peserta, Evaluasi Pemandu dan Panitia serta Bentuk Kegiatan

b. Panitia, meliputi Evaluasi Pemandu dan Pengurus

c. Tim Pemandu, evaluasi peserta

d. Pengurus, evaluasi kualitas pemandu dan peserta

Kongres HMI ke-29

Page 76: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

24

c. Kursus Kedirian

1. Tujuan

Kursus Kedirian bertujuan meningkatkan kapasitas pengendalian diri dana aktualiasasi

potensi diri yang belum terwujudkan. Harapannya kader mampu bersikap dengan benar dan

tepat dalam menghadapi lingkungan sekitar dirinya. Kursus kedirian ini juga dapat juga

bertujuan meningkatkan kemampuan pengendalian diri masyarakat selain kader HMI.

2. Bentuk

Bentuk bentuknya berupa training keahlian dan training tematik-tematik. Beberapa

contohnya adalah sebagai berikut:

a. Training Kepemimpinan

b. Training Pengenalan Diri

c. Achievement Motivation Training

d. Training Kecerdasan emosional

e. Training Kecerdasan Sipiritual

f. Training Manajemen Konflik

g. Anger Management Training

h. Training Pemetaan Potensi Diri

3. Pelaksanaan

Kursus kedirian ini dapat ditujukan bagi semua kelompok kader yang ada, sehingga

pelaksanaannya lebih baik berdasarkan keinginan kader sendiri bukan merupakan paksaan

struktur HMI. Pemandu atau pematerinya dapat diambil dari luar Kader HMI baik itu

sebagaian atau secara keseluruhan.

4. Administrasi

Administrasi yang dipersiapkan sama dengan administrasi Latihan Kader III namun

disesuaikan dengan bentuk dan kepentingan kursus.

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan oleh:

a. Peserta, Evaluasi Pemandu dan Panitia serta Bentuk Kegiatan

b. Panitia, meliputi Evaluasi Pemandu dan Pengurus

c. Tim Pemandu, evaluasi peserta

d. Pengurus evaluasi kualitas pemandu dan peserta

Kongres HMI ke-29

Page 77: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

25

BAB IV

PENGELOLAAN MODEL KEGIATAN

1. Gambaran Umum

Kegiatan adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka meningkatkan dan

mengembangkan potensi diri kader baik secara sendiri maupun bersama. Model kegiatan ini bertujuan

untuk memberikan alternatif aktivitas sebagai bagian dari perkaderan yang secara strategis

memberikan peluang dan kesempatan bagi anggota untuk mengembangkan dirinya dalam skala lebih

luas.

Satu hal yang sangat perlu dipersiapkan oleh berbagai pihak terutama pengurus struktural HMI

dalam menjalankan pengelolaan perkaderan dalam bentuk Kegiatan adalah pemetaan Kader.

Pemetaan Kader ini mencakup pemetaan potensi yang belum atau sudah terlihat, pemetaan komitmen

kader dengan organisasi HMI, pemetaan kesesuaian wadah aktifitas yang ada dilingkungan sekitar

dengan minat dan bakat kader. Pemetaan yang deprlukan juga adalh pemetaan kemampuan organisasi

untuk mengelola kader dalam bentuk kegiatan pada titik yang diharapkan dan ditentukan melalui

mekanisme pengambilan keputusan organisasi.

Pemetaan ini sangat perlu dilakukan agar pengelolaan kader dalam prosesperkaderan bentuk

kegiatan berjalan secara efektif dan efisian. Pengelolaan model Kegiatan ini sendiri dapat

diorientasikan pada:

a. Peningkatan keshalehan

Yaitu suatu upaya meningkatkan dan mengem-bangkan kualitas diri secara individual dan

senantiasa dzikrullah, baik dalam keadaan duduk, berdiri atau berbaring untuk mencapai

level/maqam ketaqwaan, sehingga mampu memahami dan mencerap kebenaran ayat-ayat

qauliyah dan kauniyah.

b. Mempertegas eksistensi dan jati diri

Yaitu suatu proses pendewasaan atau pema-angan diri sehingga terbangun eksistensi dan jati diri

yang mantap sebagai perwujudan kepribadian kader yang ideal, sebagaimana terformulasi dalam

kader cita ulul al-baab.

c. Profesionalitas

Yaitu upaya meningkatkan keahlian seorang kader menuju profesionalisme sesuai dengan

kemampuan dan keahlian setiap anggota baik dalam hal epemimppinan, keeorganisasian,

kemahasiswaan, maupun keilmuan.

d. Pengembangan diri

Yaitu upaya untuk berperan aktif dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan profesionalitas

diri di kehidupan kampus dan masyarakat.

Kongres HMI ke-29

Page 78: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

26

2. Bentuk Kegiatan

Pengelolaan perkaderan dengan model kegiatan memiliki ragam dan varisasi bentuknya. Jika

dilihat dari jumlah kader yang terlibat maka pengelolaan perkaderan dengan model kegiatan dapat

dibagi menjadi 2 bentuk yaitu Kegiatan kolektif dan Kegiatan Individu. Jika dilihat dari wahana

kegiatan tersebut maka pengelolaan perkaderan dengan model kegiatanpun dapat dibagi menjadi

Kegiatan dalam bentuk Kepengurusan dan dalam bentuk kepanitiaan serta dalam bentuk forum.

a. Kegiatan Individu

o Tujuan

Tujuan kaderisasi model kegiatan dalam bentuk Kegiatan Individu adalah pembentukan

Kualitas personal pada kader dalam kesehariannya. Kualitas ini berupa Kualitas Belajar,

Kualitas Berinteraksi, dan Kualitas Bersikap. Tujuan tersebut dapat dibahasakan berupa

peningkatan aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan menguatkan IQ, EQ dan SQ.

o

o

o

Bentuk

1. Muhasabah

2. Tadzkiyatun Nafs

3. Mengikuti berbagai kegiatan yang meningkatkan kualitas diri

Pelaksanaan

Kegiatan indvidu yang dimaksud disini adalah segala aktifitas individual sehari-hari. Akibatnya

pada tingkat teknis sang kader memiliki wilayah otoritas yang tidak bisa dimasuki oleh

perkaderan organisasi. Besarnya wilayah pada aktifias keseharaian kader yang bisa masuk

dalam format kaderisasi organisasi tergantung kesepakatan antara pendamping kader dan

kader itu sendiri. Namun demikian satu hal yang harus dipegang adalah aktifias kader tidak

boleh bertentang atau bahkan merugikan aktifitas organisasi. Peran pendamping adalah

pemberi tauladan dalam beraktifitas di keseharian. Artinya sang pendampinglah yang selalu

mengajak, mendorong dan menemani kader dalam perjalanan aktifitas individu keseharaian

menuju nilai-nilai yang diyakini baik.

Administrasi dan Evaluasi

Pada aktifitas Individu adminitrasi yang perlu disiapkan hanyalah berita acara pendampingan

yang disusun oleh sang pendamping. Berita acara ini akan memantau sejauh mana peningkatan

kualitas hidup sang kader atas ajakan dan dorongan sang Pendamping dengan baik dan benar.

Evaluasi ini akan menjadi bahan penilaian Pengurus Komisariat dalam menentukan tingkat

kualitas kader dalam pengelolaan dirinya.

Kongres HMI ke-29

Page 79: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

27

b. Kegiatan Kolektif (Bersama)

o Tujuan

Tujuan kaderisasi model kegiatan dalam bentuk Kegiatan Kolektif atau bersama juga untuk

membentuk Kualitas personal pada kader dalam kesehariannya. Kualitas ini berupa

Kemampuan berinteraksi dengan lingkungan yang didasari atas kemampuan memberi nilai

tambah dalam dinamika lingkungannya. Tujuan lainnya adalah menumbuhkembangkan daya

kreasi dan inovasi kader dalam memberikan solusi atas problematika lingkungan sosialnya.

o

o

o

Bentuk

Sebenarnya banyak bentuk kegiatan yang dapat dilakukan secara bersama (lebih dari satu

orang. Namun kita dapat mengambil beberapa contoh yang sering dilakukan oleh kader HMI

selama ini secara bersama-sama

1. Kajian.

2. Bakti Sosial

3. Advokasi

4. Out Bound

5. Penelitian

6. dan lain sebagainya

Pelaksanaan

Pada dasarnya kegiatan Kolektif (bersama) yang dimaksud disini adalah segala aktifitas yang

melibatkan lebih dari satu individu. Memang akibatnya bentuk kegiatan yang dapat dilihat

sangatlah banyak. Namun dapat diambil titik fokus pada wilayah kesepakatan atas

pelaksanaan kegiatan tersebut. Pedoman Perkaderan akan berbicara semua bentuk

kegiatan bersama yang disepakati dalam forum struktur HMI.

Sehingga pelaksanaan kegiatan bersama harus melibatkan unsur struktur organisasi dan ada

pemantuan atas pelaksanaan kegiatan yang dijalankan atas dasar kesepakatan tersebut.

Memperbanyak jumlah atau varian kegiatan bersama sangatlah penting dalam membuat

kesepakatan dan dalam menjalankan kegiatan kolektif ini. Hal ini untuk menstimulus daya

kreasi kader dalam beraktifitas dan menekan rasa jenuh dalam beraktifitas di HMI.

Administrasi dan Evaluasi

Pada aktifitas Kolektif adminitrasi yang perlu disiapkan adalah administasi yang mampu

mengukur tingkat keterlibatan peserta dan administrasi evaluasi atas daya inovasi dan kerasi

para kader. Semua administrasi ini dipersiapkan oleh para pengurus yang memimpin

pelaksanaan kegiatan.

Kongres HMI ke-29

Page 80: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

28

c. Kegiatan Pada Kepengurusan

1. Tingkat Komisariat

o Tujuan

Tujuan Kederisasi model kegiatan dalam bentuk Kepengurusan ditingkat Komisariat adalah

untuk memunculkan kekuatan kader dalam berinteraksi dan beororganisasi di lingkungan

struktur Komisariat. Ciri khas kekuatan berinteraksi dan berorganisasi yang ada pada

tingkat komisariat adalah semangat kekeluargaan. Artinya kemmpuan berinteraksi dan

berorganisasi bukan atas dasar persaingan yang saling menyingkirkan namun atas dasar

saling tolong menolong, saling menghormati dan saling mengasihi dengan semangat

kekeluargaan.

o

o

Bentuk

Kegiatan kegiatan yang dibuat dalam aktifitas Komisariat memiliki bentuk yang sangat

variatif dengan warna kekeluargaan yang dominan. Akhirnya mekanisme-mekanisme yang

berjalanpun dalam berbagai kegiatan di Komisariat juga lebih banyak mekanisme

pendekatan kekluargaan. Bentuk kegiatan yang diperuntukan bagi kader di Komisariat

antara lain:

1. Rihlah,

2. Silaturahmi,

3. Diskusi kecil,

4. Belajar Bersama,

5. Kajian rutin.

Pelaksanaan

Memastikan keikutsertaan kader dalam berbagai kegiatan Komisariat adalah

tanggungjawab pendamping kelompok kader, sedangkan pihak yang bertanggungjawab

atas keterlaksanaannya adalah Pengursu Komisariat.

Bentuknya lebih ditekankan pada usulan kader begitupun pengelolaannya. Intinya mereka

melakukan sesuatu untuk mereka. Pendamping kelompok memastikan semua kader ikut

dan Pengurus Komisariat memastikan peaksanaannya berjalan dengan baik melalui

dukungan struktural.

o

Administrasi dan evaluasi

Administrasi yang diutamakan dalam kaderisasi dalam model kegiatan terdiri dari tiga

bagian yaitu laporan aktifitas yang dibuat kader, laporan aktifitas dibuat pendamping dan

laporan kegiatan yang dibuat pengurus Komisariat. Semua laporan ini dievaluasi secara

bersama oleh kader, pendamping dan Pengurus Komisariat secara bersama di forum

Komisariat.

Kongres HMI ke-29

Page 81: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

29

2. Tingkat Cabang

o Tujuan

Tujuan Kederisasi model kegiatan dalam bentuk Kepengurusan ditingkat Cabang memiliki

tujuan untuk memunculkan kekuatan kader dalam berinteraksi dan berorganisasi di

lingkungan struktur Cabang. Berbeda dengan komisariat pada lingkungan cabang ciri khas

yang muncul adalah warna dan suasana formalitas dan kebakuan dalam pola-pola kerja

struktur. Sehingga segala sesuatu yang dilakukan pada tingkat cabang harus berdasarkan

pedoman-pedoman organisasi yang berlaku. Bahkan dalam menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang muncul di anjurkan melalui mekanisme peradilan bukan

mekanisme kompromi.

o

Bentuk

Kegiatan kegiatan dalam aktifitas Cabang merupakan kegiatan-kegiatan yang telah

terencana dalam mekanisme struktur organisasi cabang. Akhirnya mekanisme-mekanisme

yang berjalanpun lebih banyak melalui pendekatan formal yang baku dan sistematis.

Bentuk kegiatannya antara lain:

1. Seminar,

2. Training,

3. Advokasi,

4. Media,

5. Kajian terkurikulum.

o Pelaksanaan

Memastikan keikutsertaan kader dalam berbagai kegiatan Cabang secara baik dan benar

adalah tanggungjawab pendamping kelompok dan pengurus Komisariat bagi para kader

yang sudah melewati masa pendampingan. Pihak yang bertanggungjawab atas kepastian

terlaksananya kegiatan adalah Pengurus Cabang. Bentuk-bentuk kegiatan lebih

ditekankan pada kegiatan yang sudah tersusun dalam perencanaan Cabang.

Keikutsertaan para kader yang tidak masuk dalam struktur Pengurus Cabang memiliki

peran sebagai pelaksana kegiatan dan para kader yang masuk dalam struktur Pengurus

Cabang memiliki peran perencana kegiatan.

o

Administrasi dan Evaluasi

Administrasi yang diutamakan dalam kaderisasi dalam model kegiatan terdiri dari dua

bagian yaitu laporan kualitas aktifitas kader yang dibuat oleh Pengurus Cabang laporan

kualitas aktifitas kader yang dibuat oleh pendamping kelompok kader dan pengurus

Komisariat.

Kongres HMI ke-29

Page 82: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

30

3. Tingkat Pusat

o Tujuan

Tujuan Kederisasi model kegiatan dalam bentuk Kepengurusan ditingkat Pusat adalah

memunculkan kekuatan kader dalam berinteraksi dan beororganisasi di lingkungan struktur

Pengurus Besar. Cirikhas yang dimilikinya adalah warna aktifitas dengan dominasi bentuk

pembuatan kebijakan dan jaringan. Sehingga aktifitas akan selalu merupakan sebuah

bentuk strategi atas nama organisasi dalam dataran konsep maupun pada datran teknis.

Akibatnya perhitungan untung rugi yang didasarkan atas pembacan realitas lingkungan luar

akan menjadi sangat dominan.

o

o

Bentuk

Kegiatan kegiatan yang dibuat dalam aktifitas tingkat Pusat merupakan

kegiatan-kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal dalam bentuk

penciptaan kebijakan-kebijakan dan jaringan-jaringan. Akhirnya keikutsertaan kader

dalam aktifitas kader bersifat tetap dalam jangka waktu tertentu. Bentuk kegiatan yang

diperuntukan bagi kader ditingkat kepengurusan cabang antara lain:

1. Penyusunan Kebijakan,

2. Penelitian dan pengembambangan,

3. Koordinasi Keorganisasian,

4. Pembangunan Jaringan Kerja,

Pelaksanaan

Memastikan keaktifan kader dalam kerja struktur Pengurus Besar secara baik dan benar

adalah tanggungjawab Pengurus Cabang, namun kualitas kegiatan adalah tanggungjawab

Pengurus Besar. Bentuk kegiatan lebih ditekankan pada pembuatan regulasi dan

kebijakan hubungan organisasi dengan dunia luar. Oleh sebab itu kader di biasakan

membuat kebijakan dengan lingkungan eksternal yang mudah berubah dan penuh

manipulasi. Kader harus ditekankan atas kesesuaian antara arah gerak dan tujuan

organisasi dengan arah kebijakan dari kebijakan itu sendiri.

o

Administrasi dan Evaluasi

Administrasi pada model kegiatan dalam kepengurusan tingkat pusat terdiri dari laporan

kualitas aktifitas kader di PB yang dibuat Pengurus Besar dan Pengurus Cabang yang

bersangkutan dengan kader. Oleh sebab itu laporan aktifitas kader di PB harus diberikan

kepada cabang secara periodik dan adminitrasi laporan kualitas kader tersebut di letakan

di LPJ.

Kongres HMI ke-29

Page 83: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

31

d. Kegiatan Kepanitiaan

o Tujuan

Tujuan Kederisasi model kegiatan dalam bentuk Kepanatian adalah pembentukan kapasitas

diri kader dalam pengambilan peran dan pembuatan keputusan dalam suatu lingkungan

aktifitas yang terorganisir. Keluaran akhirnya adalah kemampuan kader dalam menjalankan

tanggungjawab yang diemban sesuai dengan peran yang diambilnya.

o

Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dalam wujud kepanitian memiliki ciri khas adanya jangka waktu yang

ditentukan, sumber daya yang dialokasikan dan yang dicarikan serta spesifikasi aktifitas yang

terjelaskan. Oleh sebab itu pelibatan kader dalam kegiatan kepanitian harus memperhatikan

waktu luang yang dimiliki sang kader, kemampuan teknis yang telah ada dan kapasitas mental

yang terbentuk. Ketiga hal ini akan menjadi faktor pertimbangan utama dalam pemberian

peran dalam kepanitian bagi sang kader. Penanggungjawab utama dalam ketepatan

pembagian peran pada keder terletak pada Pengurus Komisariat yang menentukan

Kepanitiaan ini. Sedangkan pendamping kader hanya bertanggungjawab atas pemberian

dorongan dan konsultasi aktifitas pada kader

o Administrasi dan Evaluasi

Administrasi ini berbentuk pendeskripsian kegiatan kepanitian yang cukup jelas bagi kader.

Tanpa ada kejelasan pendeskripsian ini, pelaksanaan peran dan tanggungjawab oleh kader

tidak akan ada optimal. Pengurus Komisariat mengevaluasi kemampuan kader menyelesaikan

tanggungjawabnya.

Pendamping Kader mengevaluasi atas kemampuan kader dalam mengatasi konflik-konflik

peran yang kemudian muncul selama kepantiaan. Kader sendiri melakukan evaluasi atas

pelaksanaan kepanitian yang dijalankan.

Kongres HMI ke-29

Page 84: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

32

BAB V

PENGELOLAAN MODEL JARINGAN

1. Gambaran Umum

Jaringan adalah bentuk-bentuk hubungan organisasi HMI dengan organisasi-organisasi diluar HMI

atau bentuk-bentuk hubungan kader HMI dengan lembaga lain melalui partisipasi anggota HMI

dilembaga tersebut. Organisasi-organisasi diluar HMI tersebut dapat dibedakan secara garis besar

berdasarkan cakupan wilayah seperti lokal, nasional dan internasional. Namun demikian, dapat juga

diuraikan menurut relasi kekuasaan kontemporer yakni Negara, masyarakat sipil, dan kelompok

pemodal. Prespektif lain untuk membedakan jaringan adalah menurut sektor yaitu politik, ekonomi

dan sosial budaya.

Model jaringan atau kemitraan bagi HMI adalah kegiatan yang dilakukan secara kelembagaan

dalam kaitannya dengan lembaga lain yang diproyeksikan sebagai media sosialisasi visi dan misi

dengan mengembangkan strategi organisasi sebagai implementasi atas pemahaman pluralitas dan

inklusifitas organisasi HMI. Turunan atas pemahaman itu dalam khasanah organisasi HMI adalah

bentuk-bentuk aktifitas kader dalam kegiatan organisasi untuk mewujudkan tujuan perkaderan dan

perjuangan HMI, sehingga hubungan kader HMI dan organisasi HMI dengan lembaga lain memiliki

hubungan yang erat dan sinergis dengan proses perkaderan dan perjuangan HMI.

2. Tujuan

Pengeloalaan jaringan sebagai media perkaderan diperlukan karena dua alasan, yaitu karena

kader dituntut untuk mengenal dan mampu menggerakan lingkungannya dan karena organisasi

menuntut terwujudnya tujuan-tujuan HMI di lingkungan kehidupannya. Ketika berfokus pada kader

maka pengeloaan perkaderan dengan media jaringan dijalankan agar kapasitas diri kader berkembang

tanpa harus teralianasi oleh perjalanan dinamika lingkungannya. Maka jika ada dukungan dari

lingkungan perguruan tinggi dan masyarakat sekitarnya terhadap akatifitas kader-kader HMI ataupun

aktiftas organisasi HMI merupakan indikasi bahwa kader HMI dan organisasi HMI memberikan manfat

baik kepada lingkungannya. Maka wajar jika kader-kader HMI pada tingkatan cabang harus berusaha

untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang diridlai Allah SWT. Oleh sebab itu pengelolaan

perkaderan HMI model jaringan memiliki tujuan:

a.

b.

c.

Mendiseminasikan visi misi HMI

Meningkatkan Daya Survivalitas kader dalam berinteraksi di masyarakat luas.

Alat rekayasa pembentukan masyarakat yang diridlai Allah SWT.

Kongres HMI ke-29

Page 85: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

33

3. Bentuk Jaringan

Jaringan dalam organisasi HMI dapat dilihat dari tiga perspektif dan kemudian terbagi lagi

dalam bentuk dan pola jaringan. Ketiga perspektif tersebut adalah perspektif keterlibatan, perspektif

kewilayahan dan perspektif sasaran.

a. Dari persefektif keterlibatan, HMI membagi jaringan menjadi:

o

o

Jaringan Kesertaan Kader

Jaringan ini terbentuk ketika HMI telah mengidentifikasi atas keterlibatan kadernya pada

organisasi laian yang memiliki potensi untuk bekerjasama dengan organisasi HMI atau untuk

menjadi wadah latihan kader atas potensi yang ia miliki, dimana potensi tersebut adalah

potensi yang berguna bagi HMI.

Jaringan Pengutusan Kader

Jaringan ini terbentuk ketika HMI melakukan kerjasama dengan lembaga lain dan

menyebabkan harus mengutus kader HMI untuk ikut serta dalam aktifitas kerjasama tersebut

sebagai duta HMI

b. Dari persefektif Kewilayahan, HMI membagi jaringan menjadi:

o

o

o

Jaringan Lokal

Jaringan Lokal merupakan jaringan yang terbentuk dalam wilayah cabang HMI. Jaringan ini

dibentuk dan dijalankan oleh cabang-cabang HMI itu sendiri.

Jaringan Nasional

Jaringan Nasional merupakan jaringan yang terbentuk dalam cakupan wilayah kerja lebih dari

satu cabang HMI. Artinya jaringan ini dibentuk dan dijalankan oleh Pengurus Besar HMI dan

dapat dengan melibatkan kader-kader yang ada di cabang-cabang HMI diwilayah tersebut.

Jaringan Internasional

Jaringan Internasional merupakan jaringan yang terbentuk dalam cakupan lintas negara.

Jaringan ini dibentuk dan dijalankan oleh Pengurus Besar HMI dan dapat dengan melibatkan

kader-kader yang ada di seluruh cabang HMI.

c. Dari persefektif objek sasaran, HMI membagi jaringan menjadi:

o

o

Jaringan Kemahasiswaan

Jaringan kemahasiswaan merupakan jaringan yang dibentuk atas kesamaan status, yaitu

status sebagai mahasiswa. Namun ruang lingkup aktifitasnya dapat berupa apa saja.

Jaringan Mayarakat non kemahasiswaan

Jaringan Mayarakat non kemahasiswaan merupakan jaringan yang dibentuk atas kesamaan

status, yaitu status sebagai mahasiswa. Namun ruang lingkup aktifitasnya dapat berupa apa

saja yang sesuai dengan visi dan misi HMI.

Kongres HMI ke-29

Page 86: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

34

4. Strategi Pembentukan Jaringan

Jaringan dapat dibentuk pada level apapun dan dengan pihak manapun dengan memperhatikan

asas-asas sebagai berikut :

a.

b.

c.

d.

e.

f.

Jaringan merupakan bentuk perwujudan operasional atas segala bentuk peraturan-peraturan

dan pedoman-pedoman HMI

Menjunjung tinggi asas independensi, artinya jaringan dibangun dengan tanpa mengorbankan

nilai dan idealitas yang dibangun organisasi HMI.

Membawa maslahat untuk kehidupan keumatan dan bagi perjuangan pembebasan kaum

mustadhafien

Mampu nenunjukan nilai-nilai moral perjuangan dan pergerakan yang dimiliki oleh organisasi

HMI.

Mampu menegakan nilai-nilai keadilan.

Dijalankan secara legal bagi organisasi HMI dan transpran bagi struktur HMI.

Dasar pembentukan jaringan tersebutlah yang harus dipegang ditiap waktu saat kader atau

lembaga HMI beraktifitas dalm lingkungan kerja jaringan organisasi. Atas dasar pegangan diatas

barulah HMI bisa secara organisatoris menggerakan kadernya dalam proses pembentukan dan

penjalanan jaringan kerja yang diinginkan. Pengorganisasian kader dalam proses perkaderan di

jaringan HMI dapat dijalankan dengan langkah-langkah:

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

Memetakan jaringan-jaringan yang dapat diciptakan atas dasar kemampuan memperjuangkan

nilai-nilai yang dipegang.

Melakukan kerjasama dengan jaringan yang dituju dalam lingkup terbatas ataupun lingkup yang

luas.

Pemetaan minat dan bakat kader baik yang masih tersimpan ataupun yang telah terlihat.

Mengutus kader-kader berpotensi untuk berpartisipasi aktif dalam jaringan yang telah dibentuk

untuk menjalankan peran sebagai duta organisasi sehingga misi dan visi HMI tersampaikan pada

publik.

Menempatkan para kader-kader untuk berpartisipasi aktif dalam jaringan yang telah dibentuk

dalam menjalankan peran sebagai duta organisasi sesuai dengan minat dan bakat yang

dimilikinya untuk meningkatkan profesionalitas kader dan daya tahan kader atas lingkungan

sekitarnya.

Mensuport kader-kader berpotensi yang telah berpartisipasi aktif dalam lembaga lain dimana

potensi tersebut dibutuhkan juga bagi HMI di kemudian waktu.

Melakukan evaluasi atas efektifitas jaringan dalam meningkatkan kualitas diri kader dan

komitemen diri kader terhadap organisasi HMI.

Kongres HMI ke-29

Page 87: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

35

5. Jaringan HMI pada lembaga Lainya

Pembentukan jaringan HMI antar lembaga dalam konteks Perkaderan diakukan dengan

mekanisme pengutusan kader dalam menwujudkan atau menjalankan kerjasama yang telah

ditetapkan oleh organisasi. Seorang kader HMI yang diutus ke lembaga-lembaga jaringan HMI harus

melalu seleksi dan penunjukan resmi melalu Surat Keputusan atau keputusan rapat pengurus. Dengan

demikian sosok kader yang diutus dalam menjalankan kerjasama pada jaringan tersebut menjadi tepat

dan bermanfaat.

Mekanisme ini tentunya memiliki keterbatasan waktu sehingga tiap waktu harus ditinjau ulang

apakah aktifitas jaringan dapat dilanjutkan atau dihentikan atau apakah kader yang di utus dapat

diganti atau tidak diganti. Pemilihan figur kader tersebut harus berdasarkan syarat atas kemampuan

kader dalam menunjukan identitas organisasi dan kemampuan kader dalam menjalankan kerjasama

tersebut. Kriteria atau syarat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Merupakan figur yang tidak tercela dalam organisasi HMI

Mampu memberikan pengenalan identitas HMI

Mampu bergerak dengan idependen seperti yang ditetapkan organisasi

Mampu menjalankan peran dan fungsi yang diamanahkan.

Mampu membuat laporan tertulis pada struktur kepengurusan secara periodk atau pada saat

diminta pimpinan HMI

Perkaderan dengan mekanisme utusan memiliki dampak postif bagai kader yaitu berupa

peningkatan kualitas diri kader dalam hal kemampuan kader menjalankan peran dan fungsi yang

diberikan dari eksternal dirinya. Oleh sebab itu kader akan melakukan peran yang ditentukan oleh

lingkungannya dan mengisi ruang kosong yang telah tersedia pula. Kualitas ini merupakan bekal kader

dalam menjalankan aktifitas dalam suatu struktur masyarakat tertentu. Jika sebelumnya kader hanya

mampu beraktifitas dalam lingkungan kultural saja maka mekanisme pengutusan ini akan

meningkatkan kemampuan kader dalam beraktifitas dalam lingkungan struktural. Kader pada

mekanisme ini harus mampu untuk memisahkan kepentingan pribadi dan kepentingan lingkungannya.

Bahkan kader harus mampu memilih dan memetakan kepentngan mana yang harus dijalankan dan

kepentingan mana yang tidak harus dijalankan.

Pengelolaan perkaderan dengan model jaringan melalui mekanisme pengutusan memiliki

konsekwensi atas pelibatan kader tertentu saja. Tidak semua kader dapat dan mampu untuk terlibat

dalam mekanisme perkaderan ini. Oleh sebab itu struktur Hmi juga perlu memiliki mekanisme yang

mampu melibatkan semua elemen kader tanpa batasan. Mekanisme ini adalah meknisme jaringan HMI

berdasarkan atas pengekuan dan pendukungan Aktifitas Kader HMI pada lembaga Lainnya

Kongres HMI ke-29

Page 88: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

36

6. Jaringan Aktifitas Kader HMI pada lembaga Lainnya

Pengelolaan Perkaderan jaringan dengan mekanisme pengakuan dan pendukungan aktifitas

kader HMI pada lembaga lainnya merupakan mekanisme yang mampu memfasilitasi kader secara lebih

luas. Pengakuan aktifitas kader tersebut dapat dilakukan untuk semua kader namun tidak untuk

pengurus HMI yang tidak mendapat ijin rangkap jabatan. Namun untuk pendukungan kader haruslah

dipilih sesuai dengan kemampuan struktur dalamnedukungnya dan tujuan yang ingin dicapai struktur.

Pendukungan kader dalam beraktifitas dilembaga lain merupakan bentuk pemberian wadah

bagi kader untuk aktualisasi atau untuk pembelajaran kader. Sehingga kader memiliki kelengkapan

ruang dalam mengaktualisasi potensi dirinya yang tidak terbatas pada ruang-ruang yang disediakan

oleh struktur HMI. Dengan demikian HMI dapat fokus dalam penyediaan ruang dialog yang

menghadirkan keragaman figur kader yang telah terbentuk dalam ruang-ruang eksternal.

Pendukungan kader dalam beraktifitas atas dasar keterbatasan kemampuan organisasi HMI akan

mengakibatkan ada beberapa kader yang memiliki aktifitas di lembaga lain namun tidak didukung.

Kewajiban pengurus untuk mendukung aktifitas kader melekat pada aktifitas kader yang

berkualifikasi:

a. Aktifitas kader sesuai dengan visi dan misi organisasi HMI

b. Aktifitas kader memiliki dampak positif secara langsung atau tidak langsung bagi pencapaian

tujuan organisasi.

c. Struktur HMI mampu menyediakan sumber daya untuk mendukung aktifitas kader.

Pengelolaan perkaderan jaringan dengan mekanisme pengakuan dan pendukungan aktifitas

kader pada lembaga lainnya akan menambah kekuatan kader dalam belajar atau beraktualisasi di

suatu lingkungan yang ia pilih. Pada pola ini kader juga akan menjalankan peran dan fungsi yang ia

pilih sendiri, namun dengan tambahan dukungan struktural yang memadai. Kaderpun akan memiliki

kemampuan untuk beraktifitas dalam tim. Selain itu kadern akan diajarkan akan pentingnya sikap

saling mendukung adalam beraktifitas yang memlliki tujuan dan arah yang sama.

Kaderpun dituntut untuk mampu beraktifitas dalam lingkungan kulturalnya dengan dukungan

struktural. Kesadaran akan perlunya dukungan struktural dalam aktifitas kultural juga akan terbentuk

pada dir kader. Pada mekanisme ini kader cukup konsentrasi atas pemanfaatan potensi diri dan

potensi lingkungan yang ada. Dengan demikian kader akan belajar mengelola sumber daya yang ia

miliki dan sumber daya yang ia dapatkan dari lingkungan sekitarnya dalam belajar dan beraktualisasi.

Kemampuan pengelolaan sumber daya ini menjadi titik utama atas kualitas diri kader dalam

mekanisme pendukungan aktifitas dalam pengelolaan perkaderan jaringan.

Kongres HMI ke-29

Page 89: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

37

7. Sasaran Pembentukan Jaringan

Pada dasarnya, sasaran atas jaringan yang harus dibentuk organisasi untuk meningkatkan

kualitas diri kader dapat berupa apa saja dan dimana saja. Namun demikian organisasi HMI juga

memiliki kepentingan untuk menyampaikan pesan dan nilai-nilai perjuangan yang dimilikinya melalui

aktifitas kadernya di suatu lingkungan. Oleh sebab itu wajarlah jika dianggap perlu untuk membuat

skala prioritas atas sasaran jaringan. Dengan penentuan ini maka HMI secara organisatoris dituntut

untuk mendorong kadernya beraktiftas pada jaringan tersebut dengan dikelola secara baik menurut

prosedur keorganisasian.

Secara garis besar ada dua kelompok yang bisa dijadikan sasaran bagi organisasi HMI untuk

dijadikan aktualisasi potensi diri kader dan wadah penyampaian nilai dan pesan perjuangan organisasi.

Kelompok tersebut adalah Jaringan msyarakat kampus dan jaringan masyarakat non kampus.

a. Jaringan Masyarakat Kampus

o Lembaga Dakwah Kampus

Keberadaan jaringan Lembaga Dakwah Kampus diperlukan bagi kader-kader HMI yang ingin

mengoptimalkan pemahaman dakwah Islam lingkungan akademiknya. Bagi Kader, jaringan ini

akan membentuk kekuatan bernilai dakwah di segala aktifitas kader dilingkungan

akademisnya. Dengan demikian gerakan kader adalah gerakan yang berdasar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara simbolis dan substansi keagamaan. Jaringan lembaga Dakwah

Kampus ini juga akan memperkenalkan kader atas pemahaman keislaman yang beragam di

lingkungan sekitarnya sehingga ia tidak akan kaget dan terkejut dalam menghadapinya.

o Lembaga Politik Kampus

Keberadaan jaringan dalam bentuk lembaga ini diperlukan bagi kader-kader HMI yang ingin

melatih dirinya dalam dunia politik praktis kemahasiswaan. Pada lingkungan ini kader akan

dilatih bagaimana mengelola dan menjalankan aktifitas politik praktis dengan membawa visi

dan misi HMI. Salah satu yang akan dilatih dalam lingkungan ini adalah bagaimana kader bisa

membuat kebijaksanaan yang dapat diterima oleh mahasiswa secara luas dengan segala

keterbatasan yang ia miliki. Bagi organisasi jaringan ini akan memperkuat pengaruh HMI dalam

kebijakan- kebijakan pendidikan tinggi dan kemahasiswaan di suatu Institusi pendidikan

tinggi. Oleh sebab itu HMI harsu mendorong dan mendukung aktifitas politik yang dilakukan

oleh kader-kader HMI di lingkungan institusi pendidikan tingginya, selama kader tersebut

mampu menyampaikan nilai-nilai dan pesan-pesan organisasi.

Kongres HMI ke-29

Page 90: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

38

o Lembag Pers Kampus

Keberadaan jaringan dalam bentuk lembaga ini diperlukan bagi kader-kader HMI yang

ingin meningkatkan kemampuan diri dalam dunia Pers Kemahasiswaan. Bagi organisasi jaringan

ini akan membantu atas pembentukan opini publik agar kondusif bagi perjuangan organisasi

HMI. Selain itu keberadaan jaringan Pers Kampus akan mempermudah publikasi organisasi

kekhalayak mahasiswa, baik itu dalam hal simbol keorganisasian ataupun dalam hal susbtansi

gerakan organisasi. Dengan demikian akan lebih banyak pihak yang mengerti, memahami dan

mendukung perjuangan organisasi.

Pada lingkungan ini kader akan dilatih bagaimana membentuk dan mengelola opini publik

secara baik, sehingga nilai-nilai dan pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan

oleh mahsiswa secara umum. Usaha atas penyampaian nilai-nilai dan pesan-pesan tersebut juga

termasuk didalamnya nilai-nilai pesan-pesan yang dimiliki organisasi HMI.

o Lembaga Keilmuan Kampus

Keberadaan jaringan dalam bentuk lembaga ini diperlukan bagi kader-kader HMI yang

ingin mengoptimalkan kapasitas akademiknya. Bagi organisasi jaringan ini akan membantu

dalam hal kekuatan akademis di segala gerakan HMI. Dengan demikian gerakan organisasi

adalah gerakan yang berdasar dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Pada

lingkungan ini kader akan dibentuk untuk memperjelas keberpihakan akademisnya dalam

menghadapi problematika dan dinamika keumatan. Sehingga kader merupakan aktifis gerakan

yang memiliki kekuatan akdemis yang baik dan memiliki keberpihakan yang jelas yaitu

keberpihakan atas perjuangan dalam garis Islam.

b. Jaringan Masyarakat non kampus

o Lembaga Dakwah Masyarakat

Keberadaan jaringan lembaga Dakwah masyarakat diperlukan bagi kader-kader HMI yang ingin

mengoptimalkan pemahaman dan peran dakwah Islam lingkungan sosialnya. Bagi Kader,

jaringan ini akan membantu kader dalam beraktualisasi akan perjuangan atas pembentukan

pemahaman keislaman yang baik dilingkungannya.

Dengan demikian kader tidak akan kehilangan akar kehidupan sosialnya ketika ia melakukan

gerakan dakwah pada lingkungan sekitarnya. Keberagaman pemahaman keislaman yang ada

dalam masyarakat tidak akan menjadi penghalang bagi kader dalammelakukan gerakan

dakwahnya. Justru kader didorong harus menjadi figur yang mampu hidup dan berinteraksi

dalam berbagai lingkungan yang memiliki pemahaman keislaman berbeda.

Kongres HMI ke-29

Page 91: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

39

o Lembaga Politik Masyarakat

Aktifitas Politik masyarakat tentunya memiliki wahana-wahana yang beragam.

Keragaman ini bisa dalam bentuk idiologi ataupun dalam bentuk tradisi politiknya. Pada

dasarnya kader dapat secara bebas memilih wahana aktifitas politik kemsayarakatannya

dalam bentuk apa saja dan dimana saja. Organisasipun harus memberi dukungan atas aktifitas

kader tersebut selama ia bisa menjaga nama baik organisasi dan tidak melanggar

ketentuan-ketentuan organisasi. Hal ini karena perjuangan HMI juga harus tersampaikan ke

masyarakat luas dan lembaga politik masyarakat adalah wahana yang efektif dalam mencapai

tujuan tersebut. Namun demikian kader yang menjadi pengurus dalam struktur HMI (pada

tingkat apapun) tidak diperkenankan berpartisipasi aktif atau hanya sekedar menjadi anggota

dalam lembaga politik masyarakat yang berbentuk partai.

o

o

Lembaga Pers Masyarakat

Sama halnya dengan Lembaga pers Mahasiswa, keberadaan jaringan dalam bentuk

lembaga ini juga diperlukan bagi kader-kader HMI yang ingin meningkatkan kemampuan diri

dalam dunia Pers. Bagi organisasi jaringan ini akan membantu atas pembentukan opini publik

agar kondusif bagi perjuangan organisasi HMI. Jaringan ini juga dapat memberi nilai tambah

yang positif dalam bentuk publikasi HMI atas segala aktifitasnya. Pada lingkungan ini kader

akan dilatih bagaimana membentuk dan mengelola opini publik secara baik, sehingga

nilai-nilai dan pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan oleh khalayak

umum. Usaha atas penyampaian nilai-nilai dan pesan-pesan tersebut juga termasuk

didalamnya nilai-nilai pesan-pesan yang dimiliki organisasi HMI.

Lembaga Sosial Masyarakat

Wahana atas kepedulian sosial kader terhadap dinamika lingkungan yang lebih luas

dapat diwujudkan dalam berbagai lembaga sosial masyarakat. Pada wahanan ini kader akan

diajarkan bagaimana mengelola kepedulan sosialnya tanpa menunjukan status sosialnya.

Kader juga akan di latih dalam berintaksi dan hidup secara bersama dengan masyarakat umum

yang ada dilingkungannya dengan mendorong perubahan yang baik atas lingkungannya

tersebut. Kepentingan organisasi atas dukungn kader yang beraktifitas dalam wahana ini

selain meningkatkan kualitas kader juga untuk membentuk image positif atas lembaga

melalui figur-figur kader yang tampil dalam masyarakat umum. Oleh sebab itu dukungan organisai bagi

kader yang beraktifitas dilingkungannya dengan baik harus tetap ada dan terjaga.

Kongres HMI ke-29

Page 92: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

40

8. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan atas pelaksanaan perkaderan model Jaringan adalah mengevaluasi

capaian-capaian 3 tujuan perkaderan model jaringan ini. Evaluasi ini harus dijalankan secara perodik

dan oleh berbagai tingkatan HMI. Evelauasi secara periodik diperlukan agar gerak perkembangan

capaian tujuan dapat di pantau dari waktu kewaktu pula dan evaluasi oleh seluruh elemen struktur

HMI diperlukan untuk mendeskripsikan sejauh mana kekuatan kader dalam hal jaringan diseluruh

bagian HMI.

Berfokus pada kualtas diri kader strukttur kepemimpinan HMI dapat melakukan evaluasi dalam 4

hal, yaitu latar belakang kesertaan kader dalam jaringan, Daya analisis kader, Kemampuan interaksi

kader dan peran kader dalam dinamika perubahan lingkungannya.

a. Latar belakang kesertaan kader dalam jaringan

Evaluasi atas latar belakang kesertaan kader diperlukan untuk mengetahui bagamaina struktur

menciptakan dorongan yang terus menerus dalam peningkatan kualitas diri kader selama interaksi

kader jaringan tersebut. Evaluasi ini dapat dipetakan menjadi:

o

o

o

Pelarian

Pembelajaran

Aktualisasi

b. Daya analisis kader terhadap lingkungan jaringannya

Kemampuan kader dalam daya analisis lingkungan ini diperlukan karena dalam jaringan diperlukan

pengenalan lingkungan sebelum berinteraksi ke dalamnya. Daya analisis ini dapat diklasifikasikan

atas beberapa tingkat kualitas:

o

o

o

o

Mengenal bentuk dan pola dinamika lingkungannya

Tidak mengenal lingkungannya

Mengenal bentuk dan pola dinamika lingkungannya

Mampu memetakan subjek dan objek serta arah dinamika lingkungannya

c. Kemampuan interaksi kader terhadap lingkungannya

Evaluasi kemampuan kader dalam hal kemampuannya berinteraksi pada lingkungan sekitarnya

diperlukan karena interaksi adalah inti dari sebuah pengakuan apakah seorang kader masuk dalam

jaringan atau tidak. Tingkat kemampuan kader ini dapat dipetakan menjadi:

o

o

o

o

Teralianasi atas dinamika mayor pada lingkungannya

Ikut dalam dinamika mayor pada lingkungannya

Berperan aktif dalam dinamika mayor pada lingkungannya

Mampu mengarahkan dinamika lingkungannya

Kongres HMI ke-29

Page 93: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

41

d. Peran kader dalam dinamika perubahan lingkungannya

o

o

o

o

Pihak yang tidak mengenal dinamika perubahan lingkungannya

Pengamat dinamika perubahan Lingkungannya

Pelaku yang bukan utama atas dinamika perubahan lingkungannya

Pelaku utama atas dinamika perubahan lingkungannya

Pada struktur organisasi HMI evaluasi ini harus dijalankan oleh masing-masing struktur

pimpinan. Struktur ini mulai dari Komisariat, Cabang dan Pusat.

a. Pada tingkat komisariat

Pada saranya evaluasi pengelolaan perkaderan melalu jaringan ini dilakukan pada tingkat cabang.

Namun demikian, bagi komisariat yang mapan, komisariat dapat melakukan evaluasi atas

keberhasilan sturkturnya dalam peningkatan kualitas Kader melalui media perkaderan jaringan.

Evaluasi ini harus dilakukan pada forum Rapat Pimpinan Komisariat kepada Pengurus Cabang dan

pada forum Struktur Kekuasaan yang bernama Rapat Anggota sebagai bentuk pertanggungjawaban

struktur Pengurus Komisariat kepada anggotanya.

b. Pada tingkat Cabang

Pengurus cabang tanpa terkecuali, harus mampu melakukan evaluasi dan pemetaan kualitas diri

kader-kadernya sebagai akibat pengelolaan sistem perkaderan pada cabang tersebut dengan

menggunakan jaringan. Evaluasi ini harus rutin dilaporkan kepada Pengurus Besar setiap empat

bulan dan harus dipertanggungjawabkan pada forum Konferensi Cabang tersebut dihadapan para

utusan Komisariat.

c. Pada tingkat Pusat

Pengurus Besar (Badan Koordinasi) harus mampu memberi evaluasi dan pemetaan atas kemampuan

struktur cabang mampu mengelola dan meningkatkan kualitas kader-kadernya secara baik dan

benar dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi HMI. Evaluasi ini didasari oleh laporan

cabang-cabang yang diterimanya secara periodik. Pemetaan ini huga harus diungkapkan dalam

kongres sebagai bentuk pertanggungjawaban di hadapan para utusan cabang-cabang.

.

Kongres HMI ke-29

Page 94: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

42

Lampiran-lampiran Skema

Skema Jaringan Aktifitas Kader HMI Pada Lembaga Lain

Kongres HMI ke-29

Page 95: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan

43

Skema Jaringan Lembaga HMI Pada Lembaga Lain

Kongres HMI ke-29

Page 96: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Perkaderan Kongres HMI ke-29

44

Page 97: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

1

PEDOMAN STRUKTUR ORGANISASI

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillahirromanirrahiim

BAB I

PENDAHULUAN

Organisasi bagi HMI merupakan alat dalam menyusun barisan perjuangan untuk

membentuk insan ulil albab dan masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT. Hal ini

berdasarkan sebuah kesadaran bahwa berjuang secara bersama mempunyai nilai lebih

daripada sendiri. Oleh sebab itu mulai dari pembentukan individu (kader) sampai

menggerakkannya di masyarakat umum, HMI lakukan dengan alat yang disebut

organisasi. Struktur merupakan fokus utama selain kultur ketika membicarakan

organisasi untuk mencapai tujuan dan keberlanjutan perjuangan HMI.

Pencapaian tujuan tersebut tentunya harus dilakukan dengan manajemen

organisasi yang berkualitas. Oleh sebab itu pembentukan dan pemakaian struktur

organisasi di tiap lini atau tiap tingkatan harus berdasarkan pada 3 komponen, yaitu

Fleksibel, Responsif, dan Visioner. Makna yang terkandung dalam faktor Fleksibel

adalah; struktur HMI dituntut untuk tidak kaku dan mampu memacu semua kadernya

melakukan kreatitivitas-kreativitas individu dalam lingkungan kerjasama organisasi

tanpa lepas dari pedoman yang berlaku. Responsif, merupakan sebuah dasar bagi

struktur HMI untuk menjawab segala tantangan dan hambatan dalam HMI serta

mengambil kesempatan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan organisasi.

Hal ini perlu karena struktur HMI dibentuk untuk bergerak kedepan walau bentuk

struktur merupakan hasil kesepakatan yang diambil berdasarkan pertimbangan masa

lalu. Visioner, struktur HMI merupakan sebuah gambaran organisasi tentang masa

depan bukan masa lalu. Dengan demikian organisasi punya tujuan yang dapat ia lihat

dan jalani dari waktu ke waktu. Jika salah satu komponen ini tidak ada, maka struktur

organisasi akan pincang bahkan lumpuh dalam gerak organisasinya.

Ketiga hal di atas akan terlihat bermakna ketika struktur didesain dan

dijalankan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dasar yang ditetapkan oleh organisasi

Kongres HMI ke-29

Page 98: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

2

dengan pertimbangan sisi kemanuisaan. Tidak seperti dasar organisasi pada umumnya,

tiga dasar ini menyatakan bahwa HMI merupakan organisasi yang tidak didasarkan atas

kekuasaan semata namun atas dasar kesepakatan bersama dengan komitmen bersama

pula. Pola ini merupakan pola masyarakat yang punya tingkat kesadaran tinggi untuk

berjuang bukan kesadaran tinggi untuk berkuasa dan menguasai. Kita akan banyak

melihat proses-proses dimana semua pihak berhak dan dapat beraktualisasi dalam

kerangka kerjasama yang sebenar-benarnya.

Bagan Struktur Organisasi merupakan sebuah skema kendali organisasi dengan

tingkatan tingkatannya (Pusat, Cabang dan Komisariat). Tiap tingkatan bagan struktur

terdiri dari Manajemen Puncak (Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum)

tingkat Manajemen Menengah (Pengurus Harian, Pimpinan Lembaga Koordinasi,

Pimpinan Lembaga Khusus, Pimpinan Lembaga Kekaryaan), tingkat manajemen bawah

(staf atau panitia).

HMI memiliki tiga strukutur organisasi, yaitu Struktur Kekuasaan dan Struktur

pimpinan serta Majelis Syuro Organisasi. Struktur Kekuasaan adalah tempat keluarnya

amanah-amanah untuk aktifitas lembaga, Struktur ini terdiri dari Kongres, Konferensi

dan Rapat Anggota. Struktur pimpinan adalah pihak yang melaksanakan amanah.

Struktur pimpinan ini terdiri dari Pengurus Besar, Pengurus Cabang dan Pengurus

Komisariat. Adapun Majelis Syuro Organisasi merupakan struktur peradilan dan

konsultasi bagi organisasi yang terdiri dari MSO tingkat Pusat dan MSO tingkat cabang.

Kongres HMI ke-29

Page 99: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

3

BAB II

STRUKTUR KEKUASAAN

HMI dalam strukturnya hanya memiliki tiga tingkatan struktur kekuasaan. Ketiga

tingkatan itu terdiri dari tingkat pusat, tingkat cabang dan tingkat komisariat. Pada

tingkat pusat, Kongres menjadi forum pengambilan keputusan tertinggi dalam orgnisasi

HMI, pada tingkat cabang HMI mengenal Konferensi dan Rapat Anggota sebagai forum

pengambilan keputusan tertinggi yang ada pada tingkat Komisariat.

1. Kongres

Kongres merupakan struktur kekuasaan yang berbentuk forum dan dilaksanakan

setiap dua tahun sekali diakhir periode Pengurus Besar. Pelaksanaan diluar waktu ini

dapat diadakan atas pengajuan satu cabang yang kemudian disepakati oleh sebagian

besar cabang lainnya pelaksanaan diluar waktu normal, tanggungjawabnya dipegang

oleh cabang pengusul dan yang menyetujuinya. Kongres pada dasarnya memiliki

beberapa kekuasaan atau wewenang utama yang dapat dipakai, yaitu:

a. Menetapkan Pedoman Dasar (Anggaran Dasar), Pedoman Penjelas (Aanggaran

Rumah Tangga, Khittah Perjuangan) dan Pedoman Operasional (Pedoman

Perkaderan, Pedoman Keanggotaan, Pedoman Struktur Organisasi, Pedoman

Kesekretariatan, Pedoman Keuangan, Pedoman Atribut dan Pedoman lembaga-

lembaga.

b. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Besar HMI.

c. Memilih Ketua Umum HMI yang merangkap sebagai Formatur.

d. Memilih 4 (empat) Mide Formatur yang bertugas membantu Formatur dalam

pembentukan struktur kepengurusan. Mide Formatur akan bubar dengan

sendirinya saat Pengurus yang dibentuk dilantik.

e. Menunjuk Majelis Syuro Organisasi atas usulan cabang-cabang. Masing-masing

cabang cukup menunjuk 3 nama calon dan kongres menetapkan maksimal 13 orang

bersuara terbesar menjadi bagian dari MSO.

f. Melakukan pembubaran organisasi.

g. Melakukan Pelaksanaan Banding tingkat akhir atas keputusan cabangdalam

memecat anggotanya.

h. Menentukan agenda-agenda organisasi yang lainnya.

Kongres HMI ke-29

Page 100: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

4

Forum kongres dihadiri oleh utusan-utasan cabang dengan jumlah menurut

perhitungan utusan dalam Anggaran Rumah Tangga. Pada tingkatan teknis prosedur

yang harus dilakukan dalam hal utusan ini adalah:

1. PB HMI memberikan data mutakhir anggota HMI Cabang di seluruh Indonesia

kepada Steering Committee kongres.

2. SC Kongres memverifikasi jumlah anggota dan kemudian menentukan jumlah

utusan untuk setiap cabang.

3. Cabang mengirimkan nama-nama utusan sejumlah yang ditentukan SC sehari

sebelum kongres dibuka.

4. Jika terjadi keterlambatan, SC berhak menolak kehadiran utusan cabang dan tak

ada satu pihakpun yang berhak menggantikan utusan cabang tersebut,

5. Dalam keadaaan darurat pergantian utusan dalam suatu cabang dimungkinkan

dengan syarat harus diberitahukan secara resmi dan disahkan oleh Steering

Committee kongres.

6. Jumlah peninjau yang dapat hadir mewakili suatu cabang ditentukan oleh panitia

kongres setelah mendapat pertimbangan dari SC Kongres.

Pelaksanaan kongres dilakukan tiap dua tahun dengan waktu pelaksanaannya

diputuskan dalam Pleno III PB HMI. Kongres yang dilakukan diluar jangka waktu

tersebut dinamakan Kongres Luar Biasa. Kongres luar biasa ini memiliki wewenang

dan kekuasaan yang sama dengan kongres yang biasa. Namun Kongres luar biasa ini

dapat dilakukan dengan prosedur:

1. Satu cabang memberikan usulan Kongres luar biasa kepada pihak Majelis Syuro

Organisasi.

2. Dalam waktu satu bulan pihak pengusul harus menyerahkan surat persetujuan

untuk melaksanakan Kongres dari cabang-cabang lain yang berjumlah separuh

tambah satu dari cabang-cabang HMI yang ada kepada MSO.

3. Dalam kurun waktu satu bulan pihak-pihak yang menyetujui kongres Luar Biasa

harus dapat memembentu Steering Comitee dan Panitia Kongres luar biasa dan

menyerahkannya kepada MSO.

4. MSO berhak menyatakan pembatalan kongres Luar Biasa jika tenggang waktu

diatas tidak terpenuhi dan pihak pengusul dan pihak yang menyetujui tidak berhak

melakukan tindaan apapun yang mengarah pada Kongres Luar Biasa.

5. Ketua Umum PB HMI wajib hadir dan melakukan pertanggungjawaban dalam

Kongres luar biasa jika diminta.

Kongres HMI ke-29

Page 101: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

5

6. Segala keputusan yang lahir dalam Kongres luar biasa dapat menggantikan

keputusan Kongres sebelumnya.

2. Konferensi

Konferensi merupakan struktur kekuasaan tertinggi pada tingkatan cabang yang

waktu pelaksanaannya diputuskan di pleno terakhir pengurus cabang HMI.

Sebagaimana halnya Kongres, konferensipun berbentuk forum, namun dilaksanakan

tiap tahun pada akhir periode Pengurus Cabang. Konferensi ini dihadiri oleh utusan

komisariat-komisariat. Jumlah utusan komisariat ditentukan dalam rumusan yang

terdapat dalam Anggaran Rumah Tangga HMI. Prosedur teknis dalam hal utusan

komisariat adalah:

1. Pengurus cabang yang menangani pendataan anggota memberikan anggota data

mutakhir pada steering committee Konferensi.

2. SC Konferensi memverifikasi jumlah anggota lalu menentukan jumlah utusan.

3. Komisariat mengirimkan nama-nama utusannya, paling lambat sehari sebelum

konferensi dibuka.

4. Jika terjadi keterlambatan, SC berhak menolak kehadiran utusan dan tak ada satu

pihakpun yang berhak menggantikan utusan tersebut,

5. Pergantian nama utusan harus diketahui oleh SC konferensi.

6. Jumlah peninjau yang dapat hadir mewakili suatu komisariat ditentukan oleh

panitia konferensi setelah mendapat pertimbangan dari SC Konferensi.

Konferensi dapat dilaksanakan jika utusan yang hadir pada acara pembukaan

Konferensi lebih dari separuh jumlah utusan yang telah terdaftar oleh panitia

Konferensi. Jika jumlah tersebut (quota) tidak tercapai maka Konferensi dapat

dundur maksimal 1 x 24 jam. Konferesi pada dasarnya memiliki beberapa kekuasaan

atau wewenang utama, yaitu:

1. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Cabang.

2. Menentukan Garis Besar Haluan Kerja pengurus Cabang.

3. Memilih Ketua Umum HMI yang merangkap sebagai Formatur.

4. Memilih 4 (empat) Mide Formatur yang bertugas membantu Formatur dalam

pembentukan struktur kepengurusan. Mide Formatur akan bubar dengan

sendirinya saat Pengurus yang dibentuk dilantik.

5. Menunjuk Majelis Syuro Organisasi atas usulan Komisariat jika diperlukan. Pada

Konferensi, komisariat-komisariat cukup menunjuk 3 nama calon dan konferensi

menetapkan maksimal 7 orang bersuara terbesar menjadi bagian dari MSO.

Kongres HMI ke-29

Page 102: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

6

6. Anggota MSO yang dipilh menjadi Pengurus Cabang harus diganti oleh Koordinator

MSO atas persetujuan anggota MSO lainnya.

7. Melakukan proses banding atas keputusan cabang dalam memecat anggotanya.

8. Menentukan agenda-agenda organisasi yang lainnya.

Konferensi yang dilakukan diluar periode satu tahun dinamakan Konferensi Luar

Biasa. Prosedur yang harus dilakukan adalah:

1. Satu komisariat memberikan usulan Konferensi Luar Biasa kepada Majelis Syuro

Organisasi Cabang.

2. Ketika cabang tidak memiliki MSO maka komisariat mengirimkan usulan

Konferensi Luar Biasa ke MSO pusat.

3. Dalam waktu satu bulan pihak pengusul harus menyerahkan surat persetujuan

untuk melaksanakan Konferensi dari Komisariat lain yang berjumlah separuh

tambah satu dari seluruh Komisariat HMI yang ada kepada MSO Cabang atau MSO

pusat jika cabang yang bersangkutan tidak memiliki MSO.

4. Dalam kurun waktu satu bulan pihak-pihak yang menyetujui Konferensi Luar

Biasa harus dapat memebentuk Steering Comitee dan Panitia Konferensi Luar

Biasa dan menyerahkan daftar namanya kepada MSO cabang atau MSO pusat jika

cabang yang bersangkutan tidak memiliki MSO.

5. MSO cabang atau MSO pusat berhak menyatakan pembatalan Konferensi Luar

Biasa jika tenggang waktu di atas tidak terpenuhi dan pihak pengusul dan pihak

yang menyetujui tidak berhak melakukan tindakan apapun yang mengarah pada

Konferensi Luar biasa.

6. Ketua Umum Cabang HMI wajib hadir dan melakukan pertanggungjawaban dalam

Koferensi Luar Biasa jika diminta.

7. Segala keputusan yang lahir dalam Konferensi Luar Biasa dapat menggantikan

keputusan Konferensi sebelumnya.

3. Rapat Anggota

Pada tingkat kekuasaan terendah Rapat Anggota merupakan forum yang dihadiri

oleh semua anggota komisariat yang diadakan tiap tahun. Wewenang dan kekuasaan

yang dimiliki oleh Rapat Anggota adalah :

1. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Komisariat.

2. Menetapkan Garis Besar Program Kerja Komisariat.

3. Memilih Ketua Umum HMI yang merangkap sebagai Formatur.

Kongres HMI ke-29

Page 103: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

7

4. Memilih 4 (empat) Mide Formatur yang bertugas membantu Formatur dalam

pembentukan struktur kepengurusan. Mide Formatur akan bubar dengan

sendirinya saat Pengurus yang dibentuk dilantik.

5. Menentukan agenda-agenda komisariat lainnya.

Peserta yang hadir dalam Rapat Anggota terdiri dari Pengurus Komisariat,

Anggota Komisariat, dan Undangan Pengurus Komisariat. Anggota komisariat

memiliki hak untuk bicara dan hak suara sedangkan undangan memiliki hak bicara

atas ijin dari pimpinan sidang Rapat Anggota. Berbeda dengan kongres dan konferensi

pengurus komisariat memiliki hak untuk bicara dan hak suara setelah ia telah

menyelesaikan pertanggungjawabannya dan dinyatakan demisioner. Itu artinya ia

menjadi anggota biasa dalam Rapat Anggota setelah pertanggungjawaban.

Rapat Anggota dapat dimulai ketika dihadiri oleh lebih dari separuh anggota

komisariat. Jika tidak dapat terpenuhi maka acara dapat diundur maksimal 1 x 24

jam. Jika tetap tidak terpenuhi rapat anggota tetap bisa dilanjutkan dan dianggap

sah. Proses pemilihan pimpinan sidang Rapat Anggota sama dengan Kongres dan

Konferensi dalam bentuk presidium.

Rapat Anggota Luar Biasa merupakan rapat anggota yang dilakukan dalam

kondisi menyimpang. Rapat Anggota luar biasa dapat dilakukan jika lebih dari

separuh Pengurus komisariat setuju untuk melakukannya. Prosedur Rapat anggota

luar biasa yang harus dijalankan adalah:

1.

2.

3.

Satu anggota melakukan pengusulan Rapat Anggota Luar Biasa kepada Ketua

Umum Komisariat.

Jika usulan ini disetujui oleh sebagain besar pengurus, maka pengusul memimpin

pembentukan Panitia dan Steering Comite pelaksanaan Rapat Anggota Luar

biasa.

Pembentukan ini harus terbentuk dalam waktu 1 bulan setelah pengusulan Rapat

Anggota luar biasa. Jika dalam waktu satu bulan belum terbentuk maka Rapat

Anggota Luar Biasa tidak boleh dilaksanakan.

Kongres HMI ke-29

Page 104: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

8

BAB III

STRUKTUR PIMPINAN

Struktur Pimpinan merupakan struktur yang memiliki peran dalam menjalankan

amanah yang dihasilkan oleh struktur kekuasaan. Dalam HMI ada tiga bentuk Struktur

Pimpinan, yaitu Pengurus Besar, Pengurus Cabang dan Pengurus Komisariat.

1. Tingkatan Struktur Organisasi

A. Pengurus Besar

Pengurus Besar merupakan sebuah struktur perwujudan HMI itu sendiri yang

dipimpin oleh Ketua Umum. Artinya sentral keberadaan HMI adalah Pengurus Besar

itu sendiri. Pada Pengurus Besar Ketua Umum memimpin struktur yang terdiri dari

Sekretaris Jendral, Bendahara Umum, Pengurus Harian Ketua-Ketua Komisi

Kebijakan, Ketua-ketua Lembaga koordinasi yang bernama Badan Koordinasi,

kepala lembaga-lembaga Kekaryaan dan Pimpinan Lembaga-lembaga Khusus.

Formasi struktur Pengurus Besar ditentukan oleh Formatur Kongres (Ketua

Umum), dibantu oleh para Mide Formatur sebagai pemberi saran. Formaturiat

(formatur dan mide Formatur) dapat menerima saran dari cabang-cabang dan

dapat juga menolaknya. Pada Lembaga Koordinsai dan Lembaga Kekaryaan,

forumatur (Ketua Umum) hanya dapat memilih 1 diantara 3 orang yang diusulkan

oleh forum musyawarah lembaga tersebut sebagai Ketua Lembaga. Dan ketua

lembaga memiliki wewenang menentukan sendiri aparatur lembaganya dengan

status yang sama sebagai Pengurus Besar.

Ketua Umum dalam kondisi tidak mampu mengendalikan strukutur Pengurus

Besar dalam jangka waktu tertentu dapat menunjuk Pejabat Sementara Ketua

Umum. Jangka Waktu penunjukan Pejabat Sementara Ketua Umum ini maksimal

dalam waktu 3 bulan atau setengah jarak antar rapat Pleno. Jika Melebihi Jangka

Waktu tersebut maka Ketua Umum harus diganti secara permanen. Pengganti

Ketua Umum ini bernama pejabat Ketua Umum. Penggantian ini bisa dilakukan

dengan penunjukan oleh Ketua Umum atau dengan keputusn Rapat Pleno PB.

Hal yang sama juga berlaku bagi Sekretaris Jendral, Ketua Lembaga-

Lembaga, dan Ketua Komisi Kebijakan. Bagi staf Sekretaris Jendral, Bendahara

Umum, Komisi-komisi Kebijakan dapat diganti oleh Ketua Umum sewaktu-waktu.

Kongres HMI ke-29

Page 105: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

9

Staf yang masuk dalam lembaga-lembaga hanya dapat diganti oleh Ketua lembaga

tersebut atau dengan keputusan Rapat Pleno Pengurus Besar.

Pengurus Besar memiliki peran eksekutor atas hasil Kongres. Oleh sebab itu

Ketua Umum sebagai kader yang diberi Amanah oleh Kongres dan sebagai

pemimpin atas pelaksanaan amanah tersebut harus mempertanggungjawabkan

perjalanan Pengurus Besar dalam satu periode. Pembeda peran struktur Pengurus

Besar dan struktur pimpinan lainnya adalah sifat kerjanya. Pengurus Besar dalam

HMI lebih bersifat sebagai pengambil kebijakan (regulator). Pengurus Besar hanya

membuat kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu bagi HMI dalam kehidupannya

dengan organ lainnya dan kebijakan-kebijakan HMI dalam kehidupannnya sendiri.

Kebijakan-kebijakan organisasi yang bersifat strategis, yaitu: kebijakan yang

mempengaruhi warna dan pola gerak organisasi, harus dikemukakan ke organ HMI

lainnya secara baik. Hal ini dijalankan agar tingkat kesepahaman seluruh elemen

organisasi mencapai pada tingkat yang bisa terhindar dari kesalahan komunikasi.

Ada beberapa ciri utama yang bisa dikatakan sebagai sebuah kebijakan strategis

yaitu:

1. Melibatkan struktur cabang atau struktur komisariat secara menyeluruh dalam

pelaksanaannya

2. Mempengaruhi posisi organisasi diantara posisi organisasi lainnya ditingkat

nasional ataupun internasional.

3. Melibatkan sumber daya yang lebih besar dari sumber daya yanga ada di

Pengurus Besar selama satu semeter, baik itu sumber daya Manusia ataupun

sumber daya finansial.

Ciri khas nomer 1 dan 2 merupakan ciri khas yang tidak terpisahkan sedangkan

nomer 3 merupakan ciri khas yang bisa diambil dan bisa juga tidak. Dengan kata

lain ada 2 kondisi dimana suatu kebijakan Pengurus Besar disebut dengan

kebijakan strategis yaitu kondisi yang memiliki unsur nomer 1 dan 2 atau juga dan

3 dan kondisi yang yang memiliki unsur nomer 3 saja.

Kebijakan strategis yang diambil oleh Pengurus Besar ini dalam pola

komunikasinya harus dikemukakan dalam Rapat pimpinan cabang. Pada forum

inilah Pengurus Besar diwajibkan bertukar pikiran atas kebijakan strategis yang

diambilnya. Pada dasarnya rapat pimpinan cabang tidak bisa menolak atau

Kongres HMI ke-29

Page 106: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

10

memveto kebijakan strategis yang diambil Pengurus Besar karena hubungan antara

PB dan pimpinan cabang dalam rapat pimpinan ini adalah hubungan konsultasi

dimana kehadran PB ada jika ada yang perlu dikonsultasikan atau

dikomunikasikan. Namun demikian sikap penolakan para pimpinan cabang akan

menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan kebijakan strategis Pengurus Besar.

B. Pengurus Cabang

Pengurus Cabang merupakan sebuah struktur pimpinan dari sebuah cabang

yang dibentuk oleh Pengurus Besar. Pembentukan Cabang dilakukan jika:

1. Adanya sumber daya yang dipandang mampu menggerakkan cabang selama

kurun waktu minimal 2 tahun.

2. Adanya sarana komunikasi yang dapat menciptakan kondisi transfer informasi

antara cabang dan Pengurus Besar dan dengan cabang-cabang lainnya.

3. Pembentukan cabang didasarkan atas pertimbangan dan kemampuan elemen

Pengurus Besar yang bernama Badan Koordinasi dalam menjaga eksistensi

cabang minimal selama 2 tahun.

4. Pembentukkan cabang baru oleh disuatu kota atau kabupaten yang sudah ada

cabangnya harus seizin cabang yang bersangkutan.

Suatu Cabang dapat ”diberikan sanksi” oleh Pengurus Besar jika Pengurus

Cabang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kebijakan Pengurus Besar

atau melakukan pelanggaran-pelanggaran konstitusi. Tahapannya adalah:

Teguran 1 :

Teguran 2 :

Teguran 3 :

Sanksi :

Dalam waktu maksimal 3 bulan cabang harus melakukan tindakan

sesuai dengan yang diminta Pengurus Besar. Teguran ini hanya

diketahui oleh Cabang dan Pengurus Besar.

Dalam waktu maksimal 3 bulan berikutnya cabang harus melakukan

tindakan sesuai dengan yang diminta Pengurus Besar. Teguran ini

dapat diketahui oleh cabang lain di satu wilayah Badan

Koordinasinya.

Dalam waktu maksimal 3 bulan berikutnya cabang harus melakukan

tindakan sesuai dengan yang diminta Pengurus Besar. Teguran ini

dapat diketahui oleh cabang lain diseluruh Indonesia.

Penurunan status cabang dari status cabang penuh ke cabang

persiapan,kemudian cabang diberi waktu maksimal 3 bulan

Kongres HMI ke-29

Page 107: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

11

untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan permintaan Pengurus

Besar.

Pembekuan : Jika cabang tetap tidak mengikuti kebijakan Pengurus Besar maka

Pengurus Besar berhak membekukan pengurus cabang tersebut dan

menggantinya dengan kepengurusan baru melalui penunjukan

langsung. Masa pembekuan sampai terbentuknya Pengurus Cabang

baru ini dilakukan maksimal selama 2 tahun. Dalam kurun waktu ini,

Badan Koordinasi melakukan pemulihan kondisi agar kebijakan PB

dapat diikuti atau pelanggaran konstitusi dapat diatasi dan agar

syarat-syarat cabang dapat terpenuhi.

Pembubaran: Jika dalam kurun waktu 2 tahun tidak ada tanda-tanda kedua kondisi

diatas dapat dipenuhi secara menyeluruh maka PB dapat melakukan

pembubaran Cabang.

Cabang yang dibekukan tidak memiliki hak apapun dalam kongres dan

forum-forum lainnya kecuali hak untuk hadir dan hak mendapatkan informasi atas

segala hal yang berkaitan dengan HMI. Aktifitas keanggotaan dapat terus

berlangsung dengan kendali ketua Badan Koordinasi sebagai pimpinan cabang.

Namun aktifitas eksternal tidak dapat dilakukan sama sekali.

Cabang yang dibentuk dari status ”tidak ada cabang” atau Cabang yang

dipulihkan dari status ”Cabang dibekukan” adalah Cabang yang berstatus

”Persiapan”. Perbedaan status ini hanya memiliki perbedaan pada hak jumlah

utusan yang bisa dikirim ke kongres. Utusan bagi cabang persiapan maksimal hanya

1 utusan saja walaupun jumlah anggotanya melebihi dari porsi 1 utusan cabang.

Status cabang Persiapan dapat berlaku maksimal dalam waktu 1 tahun.

Pengurus Cabang terdiri dari Pengurus Harian, Pimpinan Lembaga

Koordinasi, Pimpinan Lembaga Khusus dan Pimpinan Lembaga Kekaryaan serta

semua stafnya. Pengurus Harian dipilih oleh Formatur dan ditetapkan oleh Ketua

Umum, sedangkan Pimpinan Lembaga Koordinasi, Lembaga Khusus dan Lembaga

Kekaryaan ditetapkan oleh Ketua Umum berdasarkan usulan musyawarah

Lembaga. Staf yang ada dikepengurusan ditetapkan oleh Ketua Umum.

Pengurus cabang memiliki peran yang berbeda dengan Pengurus Besar.

Pengurus cabang memiliki fungsi Mobilisator organisasi. Hal ini mengakibatkan

Kongres HMI ke-29

Page 108: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

12

wilayah kerjanya yang berbeda dengan PB. Wilayah kerja Pengurus Cabang adalah;

1. Melaksanakan kebijakan Pengurus Besar

2. Melaksanakan Keputusan Konferensi

3. Mengangkat dan memberhentikan Kader.

4. Menggerakan Kader HMI dalam menjalankan kebijakan Pengurus Besar.

5. Meningkatkan kapasitas Kader HMI.

6. Melibatkan anggota dalam partisipasi dinamika masyarakat di wilayahnya.

Dari gambaran diatas maka akan terlihat bahwa kemampuan yang dituntut

dalam diri seorang Pengurus Cabang atau sekelompok Pengurus Cabang adalah :

1. Mengkonsep sebuah aktifitas dalam sebuah tahapan beserta target dan tujuan

selama satu periode kepngurusan.

2. Kemampuan mengajak Kader dalam beraktifitas dalam sebuah Tim.

3. Menjadi figur tauladan bagi struktur dibawahnya yaitu komisariat.

4. Mampu menggerakan organisasi HMI dalam dinamika lingkungan sekitarnya.

C. Pengurus Komisariat

Pengurus Komisariat merupakan sebuah struktur Pimpinan di bawah

tingkatan cabang yang dibentuk oleh Pengurus Cabang. Pembentukan Komisariat

dilakukan jika memenuhi beberapa syarat utama yaitu:

1. Adanya institusi pendidikan tinggi yang jelas dapat dikelompokan dalam satu

komisariat atau lebih.

2. Adanya sumber daya yang dipandang mampu menggerakan Komisariat selama

kurun waktu minimal 1 tahun.

3. Letak geografis institusi pendidikan tinggi dengan sekretariat cabang yang

berjarak 5 Kilometer.

4. Pembentukan Komisariat didasarkan atas pertimbangan dan kemampuan

elemen Pengurus Cabang yang bernama Koordinasi Komisariat atau Bidang

kerja yang memiliki fungsi dan peran internal (bagi cabang yang tidak

memiliki Koordinator Komisariat) dalam menjaga eksistensi Komisariat

minimal selama 1 tahun.

Suatu Komisariat dapat ”diberikan sanksi” oleh Pengurus Cabang jika

Pengurus Komisariat melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kebijakan

Kongres HMI ke-29

Page 109: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

13

Pengurus Cabang atau melakukan pelanggaran-pelanggaran konstitusi.

Tahapannya sanksi terebut adalah:

Teguran 1 :

Teguran 2 :

Teguran 3 :

Sanksi :

Dalam waktu maksimal 3 bulan Komisariat harus melakukan

tindakan sesuai dengan yang diminta Pengurus Cabang. Teguran ini

hanya diketahui oleh Komisariat dan Pengurus Cabang.

Dalam waktu maksimal 3 bulan berikutnya Komisariat harus

melakukan tindakan sesuai dengan yang diminta Pengurus Cabang.

Teguran ini dapat diketahui oleh Komisariat lain di satu wilayah

Badan Koordinasinya.

Dalam waktu maksimal 3 bulan berikutnya Pengurus Komisariat

harus melakukan tindakan sesuai dengan yang diminta Pengurus

Cabang. Teguran ini dapat diketahui oleh Komisariat lain diseluruh

Cabang.

Penurunan status Komisriat dari status Komisariat penuh ke

komisariat persiapan, kemudian pengurus komisariat diberi waktu

maksimal 3 bulan untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan

permintaan pengurus cabang.

Pembekuan : Jika Pengurus Komisariat tetap tidak mengikuti kebijakan Pengurus

Cabang maka Pengurus cabang berhak membekukan Kepengurusan

Komisariat tersebut dan menggantinya dengan kepengurusan baru

melalui penunjukan langsung. Masa pembekuan sampai

terbentuknya Pengurus Komisariat baru ini dilakukan maksimal

selama 2 tahun. Dalam kurun waktu ini, Koordinator Komisariat

melakukan pemulihan kondisi agar kebijakan Pengurus Cabang

dapat diikuti atau pelanggaran konstitusi dapat diatasi dan agar

syarat Komisariat terpenuhi.

Pembubaran: Jika dalam kurun waktu 2 tahun tidak ada tanda-tanda kedua

kondisi diatas dapat dipenuhi secara menyeluruh maka Pengurus

Cabang dapat melakukan pembubaran Komisariat.

Komisariat yang dibekukan tidak memiliki hak apapun dalam Konferensi

dan forum-forum HMI lainnya kecuali hak untuk hadir dan Hak mendapatkan

informasi atas segala hal yang berkaitan dengan HMI. Aktifitas keanggotaan dapat

terus berlangsung dengan kendali ketua Koordinator Komisariat sebagai pimpinan

cabang. Namun aktifitas eksternal tidak dapat dilakukan. Kongres HMI ke-29

Page 110: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

14

Komisariat yang dibentuk dari status ”tidak ada Komisariat” atau

Komisariat yang dipulihkan dari status “Komisariat dibekukan” adalah komisariat

yang berstatus ”Persiapan”. Perbedaan status ini hanya memiliki perbedaan pada

hak jumlah utusan yang bisa dikirim ke Konferensi. Utusan bagi Komisariat

persiapan maksimal hanya 1 utusan saja walaupun jumlah anggotanya melebihi

dari porsi 1 utusan. Status Komisariat Persiapan dapat berlaku maksimal dalam

waktu 1 tahun.

Pengurus Komisariat minimal terdiri dari pimpinan Komisariat yang

bernama ”Ketua Komisariat” dan Sekretaris Komisariat. Kemudian Ketua

Komisariat dapat membentuk struktur dibawahnya atau tidak sama sekali. Seperti

halnya Pengurus Cabang, Pengurus Komisariat memiliki peran yang berbeda

dengan Struktur pimpinan lainnya. Pengurus Komisariat memiliki fungsi sebagai

kantong massa. Hal ini mengakibatkan wilayah kerjanya yang berbeda dengan

Pengurus Cabang. Wilayah kerja Pengurus Komisariat adalah;

1. Melaksanakan Kebijakan Pengurus Cabang

2. Melaksanakan Keputusan Rapat Anggota

3. Melindungi Kader HMI dalam aktifitas dilingkungannya

4. Menjaga kekerabatan antar anggota HMI.

5. Melibatkan kader agar berpartisipasi dalam dinamika lingkungan akademisnya.

2. Struktur Organisasi Tiap Tingkatan

A. Formatur dan Mide Formatur

Formatur adalah pimpinan HMI pada tingkatannya yang belum memiliki

pengurus dalam menjalankan amanah yang diebrikan oleh struktur kekuasaannya.

Tugas utama formatur adalah membentuk kepengurusan. Dalam menjalankan

tugas ini ia dibantu oleh Mide Formatur. Setelah kepengurusan terbentuk dan

dilantik maka formatur dan mide formatur bubar secara sendirinya.

Namun ia memiliki batasan waktu dalam penyelesaian tugas ini. Formatur

maksimal harus mampu membentuk suatu kepengurusan (sampai pengurus itu

dilantik) selama-lamanya 6 bulan untuk tingkat Pusat dan 3 bulan untuk tingkat

cabang, komisariat dan untuk lembaga khusus dan lembaga kekaryaan di

tingkatannya. Jika dalam batasan waktu ini formatur tidak dapat membentuk

kepengurusan maka satu atau beberapa cabang dapat memulai untuk melakukan

Kongres HMI ke-29

Page 111: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

15

Kongres Istimewa (untuk tingkat Pusat) atau Konferensi Luar Biasa (untuk tingkat

Cabang) atau Rapat Anggota luar biasa (untuk tingkat Komisariat). Dan untuk

lembaga khusus dan lembaga kekaryaan diserahkan kepada kebijakan struktur

pimpinan.

Formatur dapat mengambil segala tindakan atas segala hal yang diperlukan

untuk menjaga eksistensi lembaga terhadap lingkungan eksternalnya ataupun

terhadap lingkungan internalnya. Dengan kata lain formatur dapat melakukan

segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh Ketua Umum. Namun hal ini tida berlaku

bagi mide formatur.

B. Ketua Umum

Pimpinan HMI dikenal sebagai Ketua Umum. Pada Pengurus Besar, Pimpinan

HMI adalah ”Ketua Umum HMI”. Bagi pimpinan Lembaga-lembaga HMI disebut

dengan ”Ketua”. Ketua Umum HMI, adalah kader yang dipilih melalui Kongres

untuk memimpin organisasi HMI secara mnyeluruh. Ia-lah yang akan diminta

pertanggung-jawabannya atas gerak organsasi HMI selama satu periode

kepengurusan. Pada perjalanan organisasi ia memimpin sebuah tim kerja yang

bernama Pengurus Besar untuk menjalankan amanah-amanah Kongres. Tim kerja

inilah yang berhak memakai segala perangkat struktur HMI lainnya baik itu cabang

atau komisariat untuk mencapai tujuan yang ditentukan dalam Kongres.

Pimpinan Komisi Kebijakan dan Bidang Kerja hanya dapat menggunakan kata

”ketua” saja dalam dokumen organisasi. Karena Pimpinan Komisi Kebijakan

merupakan pimpinan HMI yang berada di bawah Ketua Umum. Namun ketua

lembaga lainnya menggunakan istilah Ketua Badko (untuk Lembaga Koordinasi

tingkat Pusat) dan Istilah Ketua Korkom (untuk Lembaga Koordinasi tingkat

cabang). Bagi pimpinan lembaga khusus dan lembaga kekaryaan, mereka dapat

menggunakan istilah lain (selain ”Ketua Umum HMI”) sesuai dengan ketetapan

lembaganya.

Para Ketua Komisi Kebijakan dan bidang kerja hanya boleh membubuhkan

tanda tangan dalam administrasi surat menyurat Kepengurusan HMI ketika di

dampingi oleh bubuhan tanda tangan Sekretaris Jenderal HMI disisi kanan Surat.

Namun hal ini tidak berlaku bagi Lembaga Koordinasi dan Lembaga Kekaryaan

serta Lembaga Khusus yang diberi wewenang dalam kebijakan administrasi

kelembagaannya. Kongres HMI ke-29

Page 112: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

16

Khusus bagi Ketua Umum, baik itu pada tingkat Pusat, Cabang ataupun

Komisariat, harus mendelegasikan kekuasaannya untuk sementara waktu kepada

salah satu ketua dibawahnya atau sekretaris (sekjen atau sekum) atau Bendahara

Umum, jika ia tidak mampu menjalankan tugas dalam kurun waktu minimal 14 hari

sampai 6 bulan (untuk Pengurus Besar) atau 3 bulan (untuk Pengurus Cabang).

Ketua yang menerima pendelegasian ini disebut Pejabat Sementara Ketua Umum.

Jika lebih dari 6 bulan bagi Ketua Umum PB HMI atau lebih dari 3 bulan bagi

Ketua Umum Cabang atau Komisariat tidak mampu menjalankan aktifitas

keorganisasian maka Ketua Umum dapat digantikan secara tetap dengan salah satu

ketua yang ada dibawahnya melalui Rapat Pleno. Pengganti Ketua Umum ini

dinamakan sebagai ”Pejabat Ketua Umum”. Pejabat Ketua Umum dapat

meneruskan periode kepengurusan sampai habis dengan segala wewenang dan

tanggungjawab yang sama dengan yang dimiliki Ketua Umum.

C. Sekretaris Jenderal atau Sekretaris Umum

Sekretaris Jenderal atau Sekretaris Umum merupakan bagian dari Struktur

Kepemimpinan yang memiliki peran membantu Ketua Umum dalam menjaga

kestabilan gerak Struktur Kepemimpinan. Pada tingkat Pengurus Besar skeretaris

bernama Sekretaris Jendaral namun pada tingkat Pengurus Cabang dan Pengurus

Komisariat seretaris bernama Sekretaris Umum. Peran Sekretaris Jenderal atau

Sekretaris Umum sendiri ada tiga macam yaitu:

1.

2.

3.

Fasilitator bagi seluruh perangkat HMI dalam menjalankan aktifitasnya

Protokol atas semua bagian Struktur Kepemimpinan

Administratur Struktur Kepemimpinan dalam gerak aktifitasnya.

Sekretaris Jendral dan Sekretaris Umum ditentukan dan ditetapkan oleh

Formatur dan Mide Formatur. Namun para staf sekretaris ditentukan oleh

Sekeretaris Jendral atau Sekretaris Umum dengan Surat Keputusan Ketua Umum

Struktur Kepemimpinan HMI. Dengan demikian sekeretaris dan seluruh stafnya

bertanggungjawab kepada Ketua Umum. Pada diri mereka selama menjadi

(Sekretaris Jenderal atau Sekretaris Umum atau staf) melekat kewajiban untuk

membantu Ketua Umum saat diminta ataupun tidak diminta.

Sekretaris Jenderal pada tingkat Pengurus Besar dan Sekretaris Umum pada

tingkat Cabang, harus mendelegasikan kekuasaannya untuk sementara waktu

kepada salah satu ketua dibawahnya jika ia tidak mampu menjalankan tugas

Kongres HMI ke-29

Page 113: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

17

dalam kurun waktu minimal 14 hari sampai 6 bulan (untuk Pengurus Besar) atau 3

bulan (untuk Pengurus cabang). Ketua yang menerima pendelegasian ini disebut

sebagai Pejabat Sementara Sekretaris Jendral (pada Pengurus Besar) atau Pejabat

Sementara Sekeretaris Umum (pada Pengurus Cabang atau Pengurus Komisariat).

Jika lebih dari 6 bulan bagi Sekretaris Jenderal Pengurus Besar HMI atau lebih

dari 3 bulan bagi Sekretaris Umum Pengurus Cabang atau Komisariat tidak mampu

menjalankan aktifitas keorganisasian maka Sekretaris Jenderal atau Sekretaris

Umum dapat digantikan secara tetap dengan salah satu ketua yang ada

dibawahnya melalui Rapat Pleno. Pengganti Sekretaris Jenderal atau Sekretaris

Umum ini dinamakan sebagai ”Pejabat Sekretaris Jenderal” bagi Pengurus Besar

dan ”Pejabat Sekretaris Umum” bagi Pengurus Cabang dan Komisariat. ”Pejabat

Sekretaris Jenderal” dan ”Pejabat Sekretaris Umum” dapat meneruskan periode

kepengurusan sampai habis dengan memiliki wewenang dan tanggungjawab yang

sama dengan Sekretaris Jendral dan Sekretaris Umum

D. Bendahara Umum

Bendahara Umum merupakan bagian dari Struktur Kepemimpinan yang

memiliki peran membantu Ketua Umum dalam wilayah keungan Organisasi.

Wewenang Bendahara Umum sendiri ada beberapa yaitu :

1. Melakukan regulasi atas penggunaan segala aset yang dimiliki oleh HMI.

2. Menentukan distribusi keuangan ke tiap elemen struktur Kepemimpinan.

3. Mengontrol penggunaan aset HMI oleh seluruh elemen Struktur Kepemimpinan.

4. Mencari dan mengelola sumber keuangan HMI baik itu dari lingkungan

eksternal dan lingkungan internal HMI.

Bendahara Umum ditentukan dan ditetapkan oleh Formatur dan Mide

Formatur. Namun para staf Kebendaharaan ditentukan oleh Bendahara Umum

dengan SK Ketua Umum Struktur Kepemimpinan HMI. Dengan demikian Bendahara

Umum dan seluruh stafnya bertanggungjawab kepada Ketua Umum.

Sebagaimana halnya Ketua Umum, Bendahara Umumpun baik itu pada

tingkat Pusat, Cabang ataupun Komisariat, harus mendelegasikan kekuasaannya

untuk sementara waktu kepada salah satu Ketua atau Sekretaris (sekjen atau

sekum) jika ia tidak mampu menjalankan tugas dalam kurun waktu minimal 14 hari

sampai 6 bulan (untuk Pengurus Besar) atau 3 bulan (untuk Pengurus cabang).

Kongres HMI ke-29

Page 114: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

18

Bendahara yang menerima pendelegasian ini disebut ”Pejabat Sementara

Bendahara Umum”.

Jika lebih dari 6 bulan bagi Bendahara Umum PB HMI atau lebih dari 3 bulan

bagi Bendahara Umum Cabang atau Komisariat masih belum mampu menjalankan

aktifitas keorganisasian maka Ketua Umum dapat digantikan secara tetap dengan

salah satu ketua yang ada dibawahnya melalui Rapat Pleno. Pengganti Ketua

Umum ini dinamakan sebagai ”Pejabat Bendahara Umum”. Pejabat Bendahara

Umum dapat meneruskan periode kepengurusan sampai habis dengan segala

wewenang dan tanggungjawab yang sama dengan yang dimiliki Bendahara Umum.

E. Pengurus Harian

1. Komisi Kebijakan

Komisi Kebijakan adalah bagian dari Struktur Kepemimpinan HMI ditingkat

pusat yang membantu Ketua Umum dalam menjalankan Amanah Kongres.

Komisi Kebijakan berfungsi sebagai pengambil kebijakan pada tubuh HMI dan

tidak mengambil fungsi kerja teknis dalam HMI. Dengan demikian Komisi

kebijakan menjadi regulator penentu sikap HMI atas dirinya sendiri dan

dinamika masyarakat luas.

Pembentukan dan pembagian Komisi Kebijakan dilakukan oleh Formatur

dan Mide Formatur. Tiap Komisi Kebijakan dikoordinir oleh Ketua Komisi

Kebijakan dan kesemua Ketua Komisi Kebijakan dipimpin oleh Ketua Umum dan

Sekretaris Jendral HMI. Ketua Komisi inilah inilah yang kemudian memilih

anggota komisinya dengan ketetapan Ketua Umum Pengurs Besar HMI. Jumlah

anggota Komisi Kebijakan ditentukan oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jendral

dalam jumlah angka bilangan prima. Anggota Komisi Kebijakan dapat

diberhentikan dan diganti serta ditambah atas Keputusan Rapat Pleno Pengurus

Besar.

2. Bidang Kerja

Bidang kerja adalah bagian dari pengurus HMI ditingkat cabang dan

komisariat yang mempunyai tugas untuk membantu Ketua Umum dalam

menjalankan amanah Konferensi dalam pembagian bidang-bidang kerja. Bidang

kerja ini tidak sama halnya Komisi Kebijakan pada Pengurus Besar. bidang kerja

memiliki wewenang dalam melakukan aktifitas internal organisasi dan aktifitas

eksternal organisasi. Dengan kata lain wewenang kerjanya lebih luas daripada

Kongres HMI ke-29

Page 115: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

19

Komisi Kebijakan Pengurus Besar yang berada pada wilayah eksternal HMI.

Pembentukan dan pembagian Bidang Kerja dilakukan oleh Formatur dan

Mide Formatur. Bidang-bidang Kerja ini dikoordinir oleh Ketua ketua bidang,

dan para ketua bidang dipimpin langsung oleh Ketua Umum. Pemilihan

Ketua-ketua bidang ini dilakukan oleh Formatur dan Mide Formatur dan jika ada

pergantian maka pergantian dilakukan oleh Presidium Kepengurusan.

Ketua-ketua Bidang ditetapkan oleh Ketua Umum dan bertanggungjawab

kepada Ketua Umum.

Staf yang dimiliki Bidang Kerja semuanya ditentukan oleh masing-masing

Ketua Bidang melalui ketetapan Ketua Umum. Di tingkatan cabang seluruh

personel Pengurus Harian diharapkan minimal telah melalui jenjang latihan

Kader II. Standar kualitas kader ini diharapakan agar cabang mampu

menjalankan aktifitas berupa aktualisasi lembaga atau kader HMI di lingkungan

masyarakat lokalnya. Sehingga keberadaan Pengurus Cabang dirasakan

manfaatnya pada lingkungan sekitarnya.

3. Unit Aktifitas

Pada tngkat Komisariat Unit Aktifitas adalah bagian dari struktur

kepengurusan. Elemen struktur ini mempunyai tugas untuk membantu Ketua

Umum dalam menjalankan amanah Rapat Anggota. Bentuk struktur unti

aktifitas dapat berupa unit kerja yang memiliki jangka waktu kurang dari satu

periode atau bidang kerja yang memiliki waktu satu periode. Fleksibilitas ini

untuk menekankan agar beban struktural tidak terlalau berat dipikul pada

tingkat Komisariat. Namun yang akan menjadi fokus dari komisariat adalah

menjaga kebersamaan kader dalam lingkungan strukturnya.

Sehingga aktifitas organisasi pada tingkat Komisariat tidak memerlukan

banyak aktifitas formal dan struktur formal pula. Pengutamaan penciptaan

kondisi kebersamaan kader membuat struktur pada tingkatan komisariat tidak

perlu baku dan tetap. Ketua Umum Komisariat dapat merancang bentuk

struktur yang cocok dalam lingkungan komisariatnya. Mulai dari unit aktifitas

yang paling sederhana sampai unit aktifitas dalambentuk bidang kerja.

Kongres HMI ke-29

Page 116: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

20

Pimpinan Unit Aktifitas dapat diberi nama apapun oleh formatur dan mide

formatur. Pimpinan unit aktifitas ini dipilih dan ditetapkan oleh Formatur dan

Mide Formatur namun para stafnya dapat dipilih langsung oleh para pimpinan

Unit Aktifitas dengan Surat Keputusan Ketua Umum. Pergantian pimpinan Unit

Aktifitas dan para stafnya dapat dilakukan dalam Rapat Presidium Komisariat

namun tetap dengan Surat Keputusan Ketua Umum. Oleh sebab itu para

pimpinan Unit Aktifitas beserta para stafnya harus bertanggungjawab pada

Ketua Umum atas segala aktifitas keorganisasiannya.

F. Lembaga Koordinasi

1. Badan Koordinasi

Lembaga Koordinasi pada tingkat Pusat dinamakan Badan Koordinasi.

Badan Koordinasi ini memiliki sifat yang Semi Otonom dari struktur Pengurus

Besar. Semi Otonom artinya:

a. Badan Koordinasi melalui Musyawarah Badan Kordinasi Badan Koordinasi

(Musbadko) diberi hak untuk menentukan calon ketuanya dengan

mengusulkan 3 calon ketua untuk dipilih 1 diantaranya oleh Ketua Umum

Pengurus Besar.

b. Ketua Badan Koordinasi diberi hak untuk mengangkat staf

kepengurusannya secara sepihak dimana staf-staf tersebut memiliki status

yang sama sebagai Pengurus Besar.

c.

d.

e.

f.

Badan Koordinasi diberi otonomi dalam menentukan agenda kerjanya

diluar forum rapat penentuan agenda kerja Pengurus Besar.

Badan Koordinasi diberi hak penuh dalam mengelola cabang-cabang HMI

yang ada dalam wilayah kerjanya.

Ketua Umum PB berhak memveto seluruh bagian yang dilahirkan oleh

Badan Koordinasi, Termasuk memberhentikan dan menggantikan posisi

Ketua Badan Koordinasi atas persetujuan Rapat Pleno PB. Catatannya,

pengganti yang ditetapkan diutamakan dari 2 diantara 3 calon (selain

Ketua Badko yang akan diganti) yang diajukan oleh Musbadko terakhir

dan untuk formatur diserahkan kepada kebijakan struktur pimpinan.

Ketua Badan Koordinasi tetap bertanggungjawab atas segala aktifitasnya

kepada Ketua Umum Pengurus Besar.

Kongres HMI ke-29

Page 117: Konstitusi HMI MPO

Awas Bina Sehat Kuat Mapan

Perkaderan

Latihan Kader

Pengader

Senior Course

Kemandirian

+ +

+

+

+

+

+

+

+

+

Kepengurusan

Regenerasi + + + +

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

21

Sifat kerja yang mengambil peran internal dan eksternal antar elemen

dalam HMI dan membantu pelaksanaan amanah menjadi hal yang membedakan

sifat kerjanya dengan lembaga lainnya. Badan Koordinasi juga bertugas

melakukan pembentukan dan penyehatan cabang. Tugas ini dilakukan dengan

membuat sarana dan prasarana yang memungkinkan cabang hidup dengan baik

dan mandiri. Akibatnya ia memiliki kewenangan atas prosesi pelantikan

Pengurus Cabang dan menjamin keberlangsungan kesehatan perkaderan di

cabang-cabang wilayahnya. Namun SK Pembentukan cabang dan Surat

keputusan pelantikan Pengurus Cabang tetap dikeluarkan oleh Ketua Umum dan

Sekjen PB HMI.

Selain bertanggungjawab kepada Ketua Umum Pengurus Besar HMI Ketua

Badan Koordinasi wajib melaporkan segala aktifitas kepengurusannya ke

Musyawarah Daerah dalam sebuah Laporan Pelaksanaan Tugas. Forum

Musyawarah Daerah tidak memiliki hak dalam penilaian namun memiliki hak

bertanya atas laporan tersebut.

Pada dasarnya tugas utama dari Badan Koordinasi adalah meningkatkan

kualitas kesehatan cabang. Pada pelaksanaannya ia perlu melakukan

pengidentifikasian terlebih dahulu. Tugas pengidentifikasian kesehatan cabang

inilah yang melekat dalam tubuh Badan Koordinasi. Berikut pola kesehatan

cabang:

Identifikasi Kesehatan Cabang

Kongres HMI ke-29

Page 118: Konstitusi HMI MPO

Proses Pengambilan Kebijakan

Kesekretariatan dan Kualitas

Struktur

Laporan

+ +

+

+

+

+

Aktifitas

Kajian

Kepanitian

Kegiatan Regional

Kegiatan Nasional

+ +

+

+

+

+

+

+

+

+

Jaringan

Pengakuan

Intra Kampus

Organisasi masyarakat

Organisasi keNegaraan

+ +

+

+

+

+

+

+

+

+

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

22

+ : Unsur yang harus ada dalam kualifikasi kesehatan cabang.

Dari pengidentifikasian itu lahirlah perlakuan dalam bentuk:

1. Pada status Beku

Petugas :

Tugas :

Otoritas :

Waktu :

Seluruh Pengurus Badan Koordinasi

- Menunjuk Ketum, Sekum, Bendum.

- Membubarkan cabang jika dipandang perlu.

Otoritas penuh dari Pengurus Besar. Namun semua Surat

Keputusan tetap dari Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal PB.

Selama masih ada anggota tercatat atau anggota belum

semuanya dimutasi ke cabang lain

2. Pada status Pengawasan

Petugas :

Tugas :

Seluruh Pengurus Badan Koordinasi.

- Melaksanakan rekruitmen anggota.

Kongres HMI ke-29

Page 119: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

23

- Membekukan cabang jika dipandang perlu.

Otoritas

Waktu

: Penuh atas nama Cabang, sepengetahuan Ketum Cabang.

: 2 periode kepengurusan cabang.

3. Pada status Pembinaan

Petugas

Tugas

Otoritas

Waktu

: Tim Asistensi Khusus (Ketua Tim tidak boleh rangkap

jabatan).

: Melakukan pendampingan dengan memberi bantuan teknis.

: Otoritas penuh namun Cabang dapat memveto kebijakan tim.

: 2 periode kepengurusan cabang.

4. Pada status Sehat

Petugas :

Tugas :

Otoritas :

Waktu :

1 orang konsultan dapat ditambah tim asistensi saat tertentu.

- Memberi konsultasi

- Memberi bantuan teknis jika diminta

Terbatas pada permintaan cabang saja.

2 periode kepengurusan cabang.

5. Pada status Kuat

Petugas

Tugas

Otoritas

Waktu

: 1 orang Pemantau

: Memberi motivasi kultural

: Terbatas pada permintaan Pengurus Besar saja.

: 2 periode kepengurusan cabang.

6. Pada status Mapan

Petugas

Tugas

Otoritas

Waktu

: Seluruh Pengurus Besar

: menjadikan cabang sebagai model bagi cabang lainnya

: tidak ada.

: selama masih berstatus mapan.

Kongres HMI ke-29

Page 120: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

24

2. Koordinator Komisariat

Lembaga Koordinasi pada tingkat Cabang dinamakan Koordinator

Komisariat. Koordinator Komisariat ini juga memiliki sifat yang Semi Otonom

dari struktur Pengurus Cabang. Semi Otonom artinya:

a. Koordinator Komisariat melalui Musyawarah Koordinasi Komisariat

(Muskom) diberi hak untuk menentukan calon ketuanya dengan

mengusulkan 3 calon ketua untuk dipilih 1 diantaranya oleh Ketua Umum

Pengurus Cabang.

b.

c.

d.

Ketua Koordinator Komisariat diberi hak untuk mengangkat staf

kepengurusannya secara sepihak dimana staf-staf tersebut memiliki

status yang sama sebagai Pengurus Cabang.

Koordinator Komisariat diberi otonomi dalam menentukan agenda

kerjanya diluar forum rapat penentuan agenda kerja Pengurus Cabang.

Koordinator Komisariat diberi hak penuh dalam mengelola

Komisariat-komisariat HMI yang ada dalam wilayah kerjanya.

e. Ketua Umum pengurus HMI berhak memveto seluruh bagian yang

dilahirkan oleh Koordinator Komisariat. Ketua Umum Pengurus Cabang

juga berhak memberhentikan dan menggantikan posisi Ketua Koordinator

Komisariat atas persetujuan Rapat Pleno Pengurus Cabang.

Catatannya, pengganti yang ditetapkan diutamakan dari 2 diantara 3 calon

(selain Ketua Korkom terpilih) yang diajukan oleh Muskom terakhir.

f. Ketua Koordinator Komisariat tetap bertanggungjawab atas segala

aktifitasnya kepada Ketua Umum Pengurus Cabang.

Sama seperti halnya Badan Koordinasi, sifat kerja Koordinator

Komisariat mengambil peran internal antar elemen dalam HMI dan membantu

pelaksanaan amanah menjadi hal yang membedakan sifat kerjanya dengan

lembaga lainnya. Koordinator Komisariat juga bertugas melakukan

pembentukan dan penyehatan Komisariat. Akibatnya ia memiliki kewenangan

atas prosesi pelantikan Pengurus Komisariat dan menjamin keberlangsungan

kesehatan perkaderan di cabang-cabang wilayahnya. Namun SK Pembentukan

Komisariat dan Surat Keputusan pelantikan Pengurus Komisariat tetap

dikeluarkan oleh Ketua Umum dan Sekum Pengurus Cabang.

Kongres HMI ke-29

Page 121: Konstitusi HMI MPO

Awas Bina Sehat Kuat Mapan

Perkaderan

Forum Perkenalan

Latihan Kader I

Rutinitas Silaturahim sesama

anggota

Pengader

+ +

+

+

+

+

+

+

+

+

Kepengurusan

Regenerasi

Proses Pengambilan Kebijakan

Kesekretariatan dan Kualitas

Struktur

Laporan

+ +

+

+

+

+

+

+

+

+

Aktifitas

Kajian

Kepanitian

Kegiatan Wilayah

+ +

+

+

+

+

+

+

+

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

25

Selain bertanggungjawab kepada Ketua Umum Pengurus Cabang, Ketua

Koordinator Komisariat wajid melaporkan segala aktifitas kepengurusan ke

Musyawarah Komisariat dalam sebuah Laporan Pelaksanaan Tugas. Forum

Musyawarah Komisariat tidak memiliki hak dalam penilaian namun memiliki hak

bertanya atas laporan tersebut.

Sama halnya dengan tugas utama Badan Koordinasi, tugas utama

Koordinator Komisariat juga adalah meningkatkan kualitas kesehatan

Komisariat. Pengidentifikasian perlu dilakukan. Berikut gambaran

pengidentifikasian yang menjadi acuan peningkatan kualitas nantinya:

Identifikasi Kesehatan Komisariat

Kongres HMI ke-29

Page 122: Konstitusi HMI MPO

Kegiatan Cabang +

Jaringan

Pengakuan

Intra Kampus

Organisasi masyarakat

Organisasi keNegaraan

+ +

+

+

+

+

+

+

+

+

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

26

+ : Unsur yang harus ada dalam kualifikasi kesehatan komisariat.

Dari pengidentifikasian itu lahirlah perlakuan dalam bentuk:

1. Pada status Beku

Petugas

Tugas

Otoritas

Waktu

: Seluruh Pengurus Koordinator Komisariat.

: - Menunjuk Ketum, Sekum, Bendum.

- Membubarkan Komisariat jika dipandang perlu.

: Otoritas penuh dari Pengurus Cabang. Namun semua Surat

Keputusan tetap dari Ketum dan Sekum Cabang.

: Selama masih ada anggota tercatat.

2. Pada status Pengawasan

Petugas

Tugas

Otoritas

Waktu

: Seluruh Pengurus Koordinator Komisariat.

: - Melaksanakan rekruitmen anggota.

- Membekukan Komisariat jika dipandang perlu.

: Penuh atas nama Komisariat, sepengetahuan Ketua Umum

Komisariat.

: 2 periode kepengurusan Komisariat.

3. Pada status Pembinaan

Petugas

Tugas

Otoritas

Waktu

: Tim Asistensi Khusus (Ketua Tim tidak boleh rangkap

jabatan).

: Melakukan pendampingan dengan memberi bantuan teknis.

: Otoritas penuh tapi Komisariat dapat memveto kebijakan

tim.

: 2 periode kepengurusan Komisariat.

Kongres HMI ke-29

Page 123: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

4. Pada status Sehat

Pedoman Struktur Organisasi

27

Petugas

Tugas

Otoritas

Waktu

: 1 orang konsultan dapat ditambah tim asistensi saat

tertentu.

: - Memberi konsultasi

- Memberi bantuan teknis jika diminta

: Terbatas pada permintaan Komisariat saja.

: selama masih berstatus sehat.

5. Pada status Kuat

Petugas

Tugas

Otoritas

Waktu

: 1 orang Pemantau

: Memberi motivasi kultural

: Terbatas pada permintaan Pengurus Cabang saja.

: selama masih berstatus kuat.

6. Pada status Mapan

Petugas

Tugas

Otoritas

Waktu

: Seluruh Pengurus Cabang

: menjadikan Komisariat sebagai model bagi Komisariat lainnya

: tidak ada.

: selama masih berstatus mapan.

G. Lembaga Khusus

Keberadaan Lembaga Khusus tidak lain untuk melaksanakan tugas-tugas

kewajiban dalam bidang khusus yang tidak dapat tertampung pada struktur

lainnya. Lembaga ini juga bersifat Semi Otonom dari Struktur Pimpinan, artinya:

a. Lembaga Khusus melalui Musyawarah Lembaga diberi hak untuk menentukan

calon pimpinannya dengan mengusulkan 3 calon ketua untuk dipilih 1

diantaranya oleh Ketua Umum Pengurus Besar untuk tingkat Pusat dan

pengurus Cabang pada tingkat cabang.

b.

c.

Pimpinan Lembaga Khusus diberi hak untuk membentuk struktur dan

mengangkat staf kepengurusannya secara sepihak dimana staf-staf tersebut

memiliki status yang sama (Pengurus Besar untuk tingkat pusat dan

Pengurus Cabang untuk tingkat Cabang).

Lembaga Khusus diberi otonomi dalam menentukan agenda kerjanya diluar

forum rapat penentuan agenda kerja Struktur Pimpinan.

Kongres HMI ke-29

Page 124: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

28

d.

e.

f.

Lembaga ini dapat memiliki Pedoman Lembaganya sendiri yang harus

disetujui oleh Ketua Umum Pengurus Besar.

Ketua Umum Pengurus Besar berhak memveto seluruh bagian yang

dilahirkan oleh Lembaga Khusus. Ketua Umum Pengurus Besar juga berhak

memberhentikan dan menggantikan posisi pimpinan Lembaga Khusus atas

persetujuan Rapat Pleno Pengurus Besar. Catatannya, pengganti yang

ditetapkan diutamakan dari 2 diantara 3 calon (selain Pimpinan Lembaga

Khusus terpilih) yang diajukan oleh Musyawarah Lembaga Khusus terakhir

dan untuk formatur diserahkan kepada kebijakan struktur pimpinan.

Ketua Lembaga Khusus tetap bertanggungjawab atas segala aktifitasnya

kepada Ketua Umum Pengurus Besar.

Keberadaan Lembaga Khsusus tidak wajib pada tiap struktur Pimpinan.

Keberadaannya tergantung atas kebutuhan yang ada. Bentuknyapun

disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan wilayah masing-masing.

Lembaga khusus dapat bekerjasama dengan pihak eksternal dengan

diketahui Ketua Pengurus Besar atau Pengurus Cabang. Contoh dari Lembaga

Khusus antara lain, Kohati, Korps Pengader Cabang, Pusat Arsip dan lainnya.

Lembaga ini dapat memiliki pedoman operasionalnya sendiri.

g. Pimpinan Lembaga Khusus juga diwajibkan membuat sebuah Laporan

Pelaksanaan Tugas pada Musyawarah Lembaga Khusus. Laporan Pelaksanaan

Tugas pada dasarnya sama dengan pertanggungjawaban. Perbedaannya

terletak pada forum dan bentuk pelaksanaannya. Laporan Pelaksanaan Tugas

merupakan proses evaluasi yang dilaksanakan di musyawarah Lembaga

khusus dimana prosesnya dilakukan tanpa ada tahapan penilaian. Oleh sebab

itu forum ini hanya berupa forum pengumuman pelaksanaan tugas dengan

tanya jawab tanpa proses penilaian.

H. Lembaga kekaryaan

Lembaga kekaryaan hadir untuk melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban

dalam meningkatkan dan mengembangkan keahlian dan profesionalisme anggota

dibidang tertentu. Lembaga Kekaryaan juga memiliki sifat Semi Otonom dari

Struktur pimpinan. Semi Otonom artinya:

a. Lembaga kekaryaan melalui Musyawarah Lembaga diberi hak untuk

menentukan calon pimpinannya dengan mengusulkan 3 calon ketua untuk

dipilih 1 diantaranya oleh Ketua Umum Pengurus Besar.

Kongres HMI ke-29

Page 125: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

29

b.

c.

d.

e.

f.

Pimpinan Lembaga Kekaryaan diberi hak untuk membentuk struktur dan

mengangkat staf kepengurusannya secara sepihak dimana staf-staf tersebut

memiliki status yang sama Pengurus Besar untuk tingkat Pusat dan Pengurus

Cabang untuk tingkat Cabang.

Lembaga Kekaryaan diberi otonomi dalam menentukan agenda kerjanya

diluar forum rapat penentuan agenda kerja Struktur Pimpinan.

Lembaga Kekaryaan dapat membuat nama lembaganya secara khusus atas

persetujuan Ketua Umum Struktur Pimpinan.

Ketua Umum struktur Pimpinan berhak memveto seluruh bagian yang

dilahirkan oleh lembaga Kekaryaan. Ketua Umum Struktur Pimpinan juga

berhak memberhentikan dan menggantikan posisi pimpinan Lembaga

Kekaryaan atas persetujuan Rapat Pleno. Catatannya, pengganti yang

ditetapkan diutamakan dari 2 diantara 3 calon (selain Pimpinan Lembaga

Kekaryaan terpilih) yang diajukan oleh Musyawarah Lembaga terakhir dan

untuk formatur diserahkan kepada kebijakan struktur pimpinan.

Pimpinan Lembaga Kekaryaan tetap bertanggungjawab atas segala

aktifitasnya kepada Ketua Umum Struktur Pimpinan.

Keberadaan Lembaga Kekaryaan tidak wajib pada tiap struktur Pimpinan.

Keberadaannya tergantung atas kebutuhan yang ada. Bentuknyapun disesuaikan

dengan kebutuhan dan kepentingan wilayah masing-masing. Lembaga Kekaryaan

dapat bekerjasama dengan pihak eksternal dengan diketahui Ketua Umum.

Pimpinan Lembaga Kekaryaan juga diwajibkan membuat sebuah Laporan

Pelaksanaan Tugas pada Musyawarah Lembaga. Laporan Pelaksanaan Tugas pada

dasarnya sama dengan pertanggungjawaban. Perbedaannya terletak pada forum

dan bentuk pelaksanaannya. Lapaoran Pelaksanaan Tugas merupakan proses

evaluasi yang dilaksanakan di musyawarah Lembaga dimana prosesnya dilakukan

tanpa ada tahapan penilaian. Oleh sebab itu forum ini hanya berupa forum

pengumuman pelaksanaan tugas dengan tanya jawab tanpa proses penilaian.

I. Panitia atau Tim Kerja

Untuk melakukan kegiatan kegiatan organisasi yang bersifat jangka pendek,

maka Struktur Pimpinan dapat membentuk Panitia atau Tim kerja. Hal serupa juga

dapat dilakukan oleh Lembaga-Lembaga Khusus dan lembaga Lembaga Kekaryaan.

Khusus untuk Lembaga Koordinasi ditingkat cabang atau komisariat. Namun

Pengurus Besar dengan segala elemen struktur didalamnya tidak bisa membuat Kongres HMI ke-29

Page 126: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

30

sebuah kepanitiaan kecuali Panitia Kongres. Jika ada aktifitas yang membutuhkan

kepanitiaan maka Pengurus Besar harus menunjuk satu cabang sebagai pelaksana,

dan kemudian cabang tersebutlah yang membentuk kepanitiaan.

Perbedaan antara panitia dan tim kerja ada pada strukturnya. Panitia

memiliki struktur yang sama dengan struktur Pimpinan. Dimana seluruh panitia

bertanggungjawab pada ketua panitia dan ketua panitia bertanggungjawab

kepada Struktur Pimpinan. Tim Kerja memiliki anggota yang sama-sama harus

bertanggung-jawab kepada Struktur Pimpinan. Tim memiliki seorang koordinator

yang mengkoordinir aktifitas anggota tim lainnya namun ia bukanlah pimpinan.

Perbedaan lainnya adalah pada pembagian peran. Pembagian peran pada

kepanitian sudah tertuang jelas dalam sebuah surat keputusan pengangkatan

panitia. Namun pada Tim Kerja, pembagian peran baru ada dan muncul saat tim

kerja mulai beraktifitas (tidak ditentukan dan dituangkan dalam sebuah surat

Keputusan pengangkatan Tim Kerja.

Konsekwensinya Kepanitian memiliki kejelasan dan keterbatasan aktifitas

sebagaimana yang ada dalam Surat Keputusan pengangkatan panitia. Sedangkan

Tim Kerja memiliki fleksibilitas gerak atas tugas yang ia dapatkan. Kepanitaiaan

memang cenderung melibatkan individu yang lebih banyak dari pada Tim Kerja

karena kepanitiaan menuntut profesionalitas dan keahlian spesifik saat

menjalankan tugas yang diberikan. Keterlibatan individu dalam Tim Kerja yang

sedikit, karena Tim kerja memiliki arahan kerja yang sederhana dan hanya

dituntut untuk bersikap luwes dalam berbagi peran untuk menyelesaikan amanah

yang diberikan.

Sebagai bahan evaluasi terhadap kinerja, Panitia atau Tim Kerja diwajibkan

untuk membuat laporan kegiatan pada setiap akhir kegiatannya. Waktu kerja yang

dimiliki oleh Panitia atau Tim Kerja tidak boleh melewati masa kepengurusan. Hal

ini dikarenakan mekanisme pertanggungjawaban kepanitiaannya akan sangat

tidak jelas. Jika kerja panitia atau setingkat panitia pada suatu kepengurusan

belum selesai diperiode kepengurusan tersebut maka panitia atau setingkat

panitia tersebut harus dibubarkan terlebih dahulu lalu dilakukan evaluasi

kepanitiaan keudian dapat dibentuk lagi setelah kepengurusan baru terbentuk

Kongres HMI ke-29

Page 127: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

31

oleh pengurus baru tersebut, yang akhirnya diikuti evaluasi kepanitiaan yang baru

pula.

3. Mekanisme Kerja Struktur

A. Pengambilan Keputusan.

Tiap struktur organisasi pasti memiliki sebuah mekanisme dalam

pengambilan keputusan. Pada HMI mekanisme pengambilan keputusan dilakukan

melalui farum yang bernama Rapat. Mekanisme pengambilan keputusan melalui

Rapat diperlukan untuk menjamin berjalannya amanah yang diemban struktur

kekuasaan. Mekanisme ini dilakukan untuk menurunkan amanah-amanah yang

lahir dari keputusan struktur organisasi ketingkat aktifitas keseharian. Adapun

bentuk-bentuk rapat yang ada dalam HMI adalah:

1. Rapat Pleno adalah forum tertinggi kepengurusan HMI untuk mengambil

berbagai kebijakan organisatoris baik internal maupun eksternal meliputi:

a. Rapat Pleno Pengurus Besar adalah rapat pleno yang dihadiri oleh seluruh

Pengurus Besar sebagai pengambil kebijakan.

b. Rapat Pleno Cabang adalah rapat pleno yang dihadiri oleh seluruh Pengurus

Cabang sebagai pengambil kebijakan.

c. Rapat Pleno Komisariat adalah rapat pleno yang dihadiri oleh seluruh

Pengurus Komisariat.

2. Rapat Presidium adalah rapat untuk mengambil kebijakan organisatoris yang

penting sebagai derivasi kebijakan pleno yang dihadiri pemimpin HMI dalam

satu kepengurusan yang terdiri dari Ketua Umum, Pengurus Harian, Pimpinan

Lembaga Koordinasi, Pimpinan Lembaga Khusus dan Pimpinan Lembaga

Kekaryaan.

3. Rapat Pimpinan adalah Rapat yang dihadiri oleh para pimpinan HMI untuk

mengambil kebijakan yang berhubungan dengan permasalahan bersama,

meliputi :

Rapim Cabang adalah rapat pimpinan para pimpinan cabang.

Rapim Komisariat adalah rapat pimpinan para pimpinan komisariat.

4. Rapat Harian adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh fungsionaris HMI guna

menjabarkan kerangka operasional program kerja, evaluasi program kerja,

dan hal hal teknis lainnya.

5. Rapat Bidang adalah rapat yang dihadiri oleh anggota bidang (staf atau

Kongres HMI ke-29

Page 128: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

32

departemen dibawahnya) yang bersangkutan untuk menjabarkan teknis dari

program kerja bidang yang telah ditetapkan oleh kepengurusan.

B. Acuan Kerja

Acuan kerja merupakan sebuah susunan agenda aktifitas yang dimiliki

oleh Struktur Pimpinan dalam satu periode. Acuan kerja dalam sebuah organisasi

kerja memiliki unsur waktu pelaksanaan, target capaian dan alat yang dipakai.

Struktur Pimpinan dalam HMI sebagai pengemban amanah Struktur Kekuasaan

memiliki banyak perbedaan ditiap tingkatannya. Antara lain adalah perbedaan

sifat dan peran struktur Pimpinan ditiap tingkatan yang mengakibatkan bentuk

dan warna acuan kerja juga berbeda ditiap tingkatan.

Pengurus Besar punya peran sebagai Regulator, oleh sebab itu Pengurus

Besar dalam melakasanakan aktifitasnya memilki apa yang dinamakan “Kerangka

Kebijakan”. Kerangka Kebijakan ini dilahirkan dalam Rapat Pleno Pengurus Besar

dengan mengacu pada pedoman pedoman HMI dan rekomendasi yang dilahirkan

di Kongres. Aktifitas kerja teknis tingkat pusat lebih banyak dilakukan oleh

lembaga-lembaga (lembaga kekaryaan, lembaga khusus dan lembaga koordinasi)

yang ada di tingkat pusat. Namun demikian aktifitas teknis yang dilaksanakan

hanya bersifat penguatan sistem internal organisasi bukan penguatan

keanggotaan.

Kepengurusan Cabang punya peran sebagai mobilisator, sehingga

aktifitasnya berupa penindaklanjutan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan

Pengurus Besar untuk keseluruhan cabang atau untuk cabang yang terkait. Maka

dari itu pada tingkat Pengurus Cabang Acuan Kerja yang dimiliki adalah “Program

Kerja” yang dihasilkan oleh Rapat Pleno Pula. Namun dasar pertimbangan yang

ada dalam program kerja adalah Kebijakan Pengurus Besar yang berjalan dan

Garis Besar Haluan Kerja yang dihasilkan dalam Konferensi Cabang.

Peran kepengurusan tingkat Komisariat adalah pembentuk komunitas

sehingga aktifitas kerjanya terdiri dari aktifitas-aktifitas yang bertujuan menjaga

keutuhan kebersamaan di komisariatnya. Acuan kerja tingkat Komisariat dapat

disebut sebagai ”Rencana Kerja”. Rencana Kerja ini memiliki dasar atas Program

Kerja yang ditentukan cabang dan Garis Besar Rencana Kerja” Komisariat.

Karena peran komisariat adalah sebagai pembentuk dan penjaga kantong

massa maka aktifitas-aktifitas yang ada dalam Rencana Kerja merupakan

Kongres HMI ke-29

Page 129: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

33

aktifitas bersifat kekeluargaan akan lebih dominan dalam tingkat komisariat.

Selain itu aktifitas komisariat juga fokus dalam hal pembekalan anggota secara

langsung atas pemahaman keagamaan dan pemahaman perjuangan. Selain itu

komisariat juga melakukan aktifitas dalam bentuk pembekalan intelektualitas

kader yang dilakukan tiap saatnya.

C. Evaluasi Organisasai.

Ada dua topik yang menjadi fokus dalam evaluasi organisasi yaitu Evaluasi

Kinerja Struktur dan Mekanisme Evaluasi dalam Struktur Organisasi. Evaluasi

Struktur Organisasi. Evaluasi Kinerja Struktur adalah evaluasi untuk melihat

sebarapa jauh pengurus bisa bergerak dalam struktur organisasi dalam

melakukan perjuangannya, dan seberapa jauh perjuangan yang dilakukannya

itu tepat dalam beberapa aspek. Sedangkan Mekanisme Evaluasi dalam Struktur

Organisasi berisi bagaimana Struktur melakukan evaluasinya.

I. Evaluasi Kinerja Struktur:

1. Tingkat Pengurus Besar

a. Jumlah kebijakan internal dan eksternal dari waktu ke waktu

b. Ketepatan kebijakan yang dikeluarkan terhadap lingkungan yang ada

c. Kemampuan menggerakan cabang dalam menjalankan kebijakan HMI

d. Keberhasilan Pengurus Besar dalam menjalankan amanah Kongres

e. Kesesuaian laporan pertanggungjawaban dengan aturannya

2. Tingkat Pengurus Cabang

a. Kemampuan menindaklanjuti keputusan keputusan Pengurus Besar

b. Tingkat keikutsertaan komisariat pada kegiatan cabang

c. Jumlah Latihan Kader dan yang dijalankan

d. Kelengkapan administrasi organisasi

e. Aktifitas Lembaga Khusus, Lembaga Kekaryaan dan Lembaga

Koordinasi.

f. Tingkat keberhasilan Pengurus dalam menjalankan amanah Konferensi

g. Kesesuaian laporan pertanggungjawaban sesuai dengan aturan

3. Tingkat pengurus Komisariat

a. Pertambahan anggota dari waktu kewaktu

b. Komposisi angkatan dan kelompok akademis dari waktu kewaktu

Kongres HMI ke-29

Page 130: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

34

c. Tingkat partisipasi dan pemerataannya anggota dalam aktifitas HMI

d. Jumlah iuran dan sumbangan yang diberikan kader dari waktu kewaktu

e. Frekwensi komisariat dalam beraktifitas pada agenda Cabang dan atau

Pusat

f. Rasio antar kader yang lulus LK I, LK II, LK III

g. Aktifitas dari Lembaga lembaga Khusus dan Lembaga lembaga

Kekaryaan.

h. Tingkat keberhasilan Pengurus menjalankan amanah Rapat Anggota.

i. Kemampuan membuat laporan pertanggungjawaban sesuai dengan

aturan.

II. Mekanisme evaluasi struktur organisasi HMI:

Mekanisme evaluasi struktur organisasi HMI dikenal dengan

pertanggungjawaban. HMI cuma mengenal dua bentuk pertanggungjawaban

yaitu Pertanggungjawaban Pengurus dan Pertanggungjawaban Panitia atau

setingkat panitia. Selain mekanisme pertanggungjawaban juga ada

mekanisme laporan pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh Lembaga

Koordinasi, Lembaga Khusus dan Lembaga Kekaryaan dalam musyawarahnya.

1. Pertanggungjawaban Pengurus

Pertanggungjawaban Pengurus dalam lingkungan HMI terdapat di

Kongres untuk Pengurus Besar, Konferensi untuk Pengurus Cabang dan

Rapat Anggota bagi Pengurus Komisariat. Disitulah pengurus

mempertanggungjawabkan segala aktifitas atau kebijakan yang

dilakukannya. Prosesnya adalah laporan pelaksanaan amanah, tanya

jawab dan penilaian atas laporan tersebut. Keputusan yang akan diambil

terdiri dari Diterima atau Ditolak. Keputusan “Diterima” artinya

penghargaan atas yang dilakukan kepengurusan dan atas kelayakan

Laporan Pertanggungjawaban. Keputusan “Ditolak” artinya pengurus

tidak bisa mengemukakan apa yang dilakukannya selama kepengurusan

secara jelas dan bertanggungjawab. Keputusan ini kepengurusan dapat

memperbaiki LPJ untuk perbaikan penilaian atau tidak memperbaikinya

dengan penilaian yang tetap.

Kongres HMI ke-29

Page 131: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

35

Dasar penilaian yang dilakukan dalam proses pertanggung

jawaban hanya terdiri dari kesesuaian pengungkapan laporan

pertanggungjawaban yang dibuat pengurus dengan realita yang terjadi

selama kepengurusan dan kesesuaian dengan aturan penyusunan

Laporan Pertanggungjawaban Pengurus yang berlaku.

2. Pertanggujawaban panitia atau setingkat panitia

Pertanggungjawaban panitia atau setingkat panitia merupakan

proses pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas yang dilakukan

panitia atau setingkat panitia pada Pengurus Harian, Pimpinan Lembaga

Khusus,Pimpinan Lembaga Kekaryaan. Pelaksanaan pertanggungjawaban

dapat dilakukan di Rapat Pleno atau Rapat Harian atau pada momen

khusus untuk pertanggungjawaban panitia. Seperti halnya

pertanggungjawaban Struktur Kepemimpinan, ppertanggungjawaban

inipun boleh dilaksanakan setelah semua kewajibannya terhadap pihak

lain selesai.

Kongres HMI ke-29

Page 132: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

36

4. Ikrar Pelantikan Kepengurusan

IKRAR PELANTIKAN PENGURUS

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

انرحمنانرحيم هبسمانم

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

أدهش نا الاهل اال اهللا أودهش نّا دمحمراوسالهللا

“Aku bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya

Muhammad adalah Utusan Allah”

رباوباالسالمدينوبمحمدنبيورسول هرضيتبانم

“Kami redla Allah Tuhan kami, Islam agama kami, dan Muhammad adalah

Nabi dan Utusan Allah”

Dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, kami pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat/

Cabang/ Pengurus Besar __________________________________ periode ___________ H/ _________ M,

dengan ini berjanji dan berikrar:

1. Bahwa kami dengan kesungguhan hati akan melaksanakan keputusan-keputusan Rapat Anggota/

Konferensi Cabang _______________________________/ Kongres Himpunan Mahasiswa Islam ke

_______ sebagai amanah yang dibebankan kepada kami;

2. Bahwa kami akan selalu menjaga nama baik Himpunan Mahasiswa Islam dengan selalu tunduk dan

patuh kepada Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Pedoman-Pedoman Pokok serta

ketentuan-ketentuan lainnya;

3. Bahwa apa yang kami kerjakan dalam kepengurusan ini adalah untuk mencapai tujuan Himpunan

Mahasiswa Islam dalam rangka mengabdi kepada Allah Subhanahu Wata’ala, untuk kesejahteraan

Ummat di dunia dan di akhirat

ربانعانمين هانصالتيونسكيومحيايومماتيهم

“Sesungguhnya sholatku, perjuanganku, hidup dan matiku hanya untuk Allah

Tuhan seru sekalian alam”.

Billahitaufiq walhidayah.

Kongres HMI ke-29

Page 133: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

37

BAB IV

MAJELIS SYURO ORGANISASI

Majelis Syuro Organisasi (MSO) merupakan Badan Konsultasi yang dapat

dilahirkan sesuai dengan kebutuhan Pengurus Besar atau Pengurus Cabang. MSO

memiliki tugas memberikan pertimbangan atau saran kepada Pengurus Besar (untuk

MSO tingkat pusat) atau Pengurus Cabang (untuk MSO tingkat Cabang). Tugas ini dapat

dilaksanakan dengan inisiatif lembaga atau atas permintaan pengurus. MSO juga

memiliki tugas untuk membantu pengurus untuk mempersiapkan draft-draft kongres

untuk tingkat Pusat dan draft-draft konferensi untuk tingkat cabang.

Anggota MSO merupakan anggota atau alumni HMI yang memiliki kualifikasi

tertentu dan pernah menjadi Pengurus HMI minimal 1 (satu) periode sebelumnya.

Anggota MSO jumlahnya maksimal 13 orang dimana merupakan usulan ketua ketua

cabang (tingkat Pusat) dalam forum kongres dan usulan usulan ketua komisariat

(tingkat Cabang) dalam konferensi.

Masa keanggotaan yang dimiliki MSO adalah sama dengan masa kepengurusan

tiap tingkatan. Aktifitas awal MSO dalam bentuk persidangan rapat dipimpin oleh

Ketua Umum dan kemudian dilanjuti oleh ketua MSO sampai akhir periode

kepengurusan. Peran struktur MSO yang berperan sebagai konsultan maka segala

keputusan yang dikeluarkan dapat dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh

kepengurusan. Peran ini dapat bertambah pada wilayah peradilan keanggotaan

dimana MSO menjadi moderator sidang dengan menunjuk satu atau lebih anggotanya.

Seluruh aktifitas kerja ini harus dilaporkan dalam Kongres atau konferensi dalam

bentuk laporan pelaksanaan tugas.

Jika anggota Majelis Syuro Organisasi mengundurkan diri maka mekanisme

penggantian diserahkan pada pimpinan HMI.

Kongres HMI ke-29

Page 134: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Struktur Organisasi

38

Lampiran 1

GAMBARAN HIRARKI STRUKTUR ORGANISASI

STRUKTUR KEKUASAAN

STRUKTUR KEPEMIMPINAN

KONGRES

KONFERENSI

MSO MSO

PENGURUS BESAR

KETUA UMUM

KOMISI KEBIJAKAN

L KEKARYAAN L KHUSUS L KOORDINASI

INTERNAL

EKSTERNAL

PENGURUS CABANG

KETUA CABANG

RAPAT ANGGOTA

BIDANG KERJA L KEKARYAAN L KHUSUS L KOORDINASI PENGURUS KOMISARIAT

KETUA KOMISARIAT

UNIT AKTIFITAS

: Garis Pengembanan Amanah

L KHUSUS L KEKARYAAN

: : Garis Koordinasi Kerja Kongres HMI ke-29

Page 135: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

1

PEDOMAN KESEKRETARIATAN

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillahirromanirrahiim

BAB I

SEKRETARIAT

Agar seluruh administrasi organisasi dalam segala tingkatan (pusat hingga

komisariat) dapat berjalan secara efektif dan efisien diperlukan sekretariat organisasi

atau kantor organisasi. Sekretariat organisasi berfungsi sebagai:

1. Pusat kendali aktifitas organisasi;

2. Pusat komunikasi organisasi;

3. Pusat kegiatan administrasi;

4. Wahana interaksi dengan masyarakat sekitar.

Dengan mengingat begitu urgennya sekretariat bagi organisasi, maka

pengadaan sekretariat HMI hendaknya memperhatikan lokasi sekretariat, kebutuhan

ruang bagi terselenggaranya kegiatan organisasi dan tata ruang sekretariat.

Lokasi sekretariat hendaknya terletak pada tempat yang strategis dipandang

dari segala segi sehingga memperlancar komunikasi dengan anggota, dan interaksi

organisasi dengan masyarakat sekitar yang mampu menjamin ketenangan dan

kesehatan sehingga memungkinkan bagi fungsionaris (pengurus) organisasi dapat

bekerja dan menunaikan tugasnya di sekretariat.

Kebutuhan ruang bagi sekretariat HMI pada prinsipnya disesuaikan dengan

kebutuhan setiap unit organisasi baik itu Pengurus Besar, Pengurus Cabang, maupun

Pengurus Komisariat. Paling tidak setiap sekretariat memiliki :

1. Ruang administrasi;

2. Ruang Sholat;

3. Ruang tamu;

4. Ruang sidang;

5. Ruang pelatihan;

6. Ruang dapur.

Kongres HMI ke-29

Page 136: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

2

Pengaturan tata ruang dalam sekretariat hendaknya memperhatikan hubungan antar

ruangan yang satu dengan yang lain. Sehingga mampu menjamin kelancaran komunikasi

antar bagian.

Dalam mengusahakan gedung sekretariat, sedapat mungkin sekretariat

mempunyai fungsi ganda yaitu di samping kantor organisasi juga berfungsi sebagai

tempat tinggal fungsionaris organisasi (Wisma HMI/ Markas HMI) sehingga semua

fungsionaris HMI dapat menjalankan tugas organisasi setiap saat.

Sekretariat organisasi diharuskan memiliki papan pengenal organisasi atau

papan nama HMI. Papan nama HMI ini berfungsi sebagai pengenal organisasi dan sebagai

penunjuk atas keberadaan fungsionaris HMI dalam melakukan aktifitas organisasi.

Berikut bentuk Papan Nama HMI

Ukuran : panjang : lebar = 2 : 1

Warna Dasar : Putih

Warna Tulisan : Hijau Hitam,

Contoh :

SEKRETARIAT

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students)

CABANG MEDAN

SUMATERA UTARA

Jl Durung no 158 Medan 20222 Telp (061) 4552139

e-mail: [email protected]

Kongres HMI ke-29

Page 137: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

3

BAB II

ADMINISTRASI HMI

A. Surat Menyurat

Administrasi surat-menyurat adalah suatu proses dan rencana teratur dari

pengolahan surat-menyurat. Mulai dari ide sampai pada penyelesaian dan

penyimpanan sebagaimana mestinya. Administrasi surat-menyurat bagi suatu

organisasi merupakan sesuatu yang penting dan merupakan bagian tugas lapangan

pekerjaan administrasi kesekretariatan. Administrasi surat-menyurat

(ketatausahaan) mempunyai ciri-ciri utama sebagai berikut :

1. Bersifat pelayanan;

2. Bersifat menetes ke seluruh bagian atau aparat organisasi, dan;

3. Dilaksanakan semua pihak dalam organisasi.

Ciri yang pertama berarti bahwa ketatausahaan service work (pekerjaan

pelayanan) berfungsi memudahkan (facilitating function), dilakukan untuk

membantu pekerjaan-pekerjaan lain agar dapat berjalan lebih efektif. Sebagai

service work, ketatausahaan memberikan pelayanan ke pelbagai bagian atau aparat

organisasi. Konsekuensinya, ia tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa terkait dengan

pekerjaan operatif atau fungsi substantif lainnya.

Administrasi berupa surat menyurat merupakan bentuk ketatausahaan yang

diperlukan di mana-mana, dan dilaksanakan dalam seluruh organisasi. Ketatausahaan

dapat dijumpai pada pucuk pimpinan tertinggi (aparat tertinggi organisasi) sampai

pada satuan organisasi terendah bentuk ini merupakan ciri khas dari administrasi

surat menyurat yang kedua.

Surat pada hakikatnya adalah bentuk penuangan ide atau kehendak seseorang

dalam bentuk tulisan yang kemudian menjadi bukti sejarah. Artinya surat merupakan

jembatan pengertian dan alat komunikasi bagi seorang dengan orang lain. Surat Juga

merupakan potret sejarah yang akan dibaca dari satu generasi kegenerasi berikunya.

Dari satu masa ke masa lainnya. Karena sifat yang demikian maka surat-surat disusun

secara singkat dan padat, tetapi jelas dan tegas. Bahasa yang dipakai harus mudah

dimengerti sederhana dan teratur. Kertas yang digunakan dalam melakukan surat

menyurat resmi adalah kertas HVS warna putih ukuran F 4 dengan berat 70 gr. Bagi

organisasi, surat berfungsi sebagai:

Kongres HMI ke-29

Page 138: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

4

1. Alat komunikasi;

2. Dokumen organisasi;

3. Tanda bukti (alat pembuktian ).

1. Kepala Surat;

Ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam kepala surat adalah :

a. Surat-surat organisasi ditulis di kertas putih berkop (berkepala);

b. Format Kop Surat Lembaga Kekaryaan dan Lembaga Khusus ditetapkan oleh

musyawarah lembaga;

c. Nama Pengurus Besar diletakan di baris pertama, selain itu nama institusi

diletakkan di baris ketiga setelah tulisan Himpunan Mahasiswa Islam dan

tulisan Association of Islamic University Students;

d. Nama lembaga hanya diperkenankan satu baris. Sehingga penggunaan

singkatan atau akronim dapat diperkenankan

e. Panitia pelaksana kegiatan dapat menentukan format kop suratnya atas

persetujuan ketua umum struktur pimpinan, kecuali pantia pelaksanan

Kongres, Konferensi dan Rapat Anggota.

f. Contoh Kop surat HMI sebagai berikut:

PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

(Association Of Islamic University Students )

Sekretariat : Jl. Mesjid Baru No. 18 Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510 Telp. 021-7992750, SMS-Center 0815-84148020, Fax. 00 62 21 7992750

e-mail : [email protected] , http://www.hminews.com

Contoh Kop Surat Pengurus besar

Kongres HMI ke-29

Page 139: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

5

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students )

MAJELIS SYURO ORGANISAS I Sekretariat : Jl. Mesjid Baru No. 18 Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510

Contoh Kop Surat MSO

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students )

BADAN KOORDINASI INDONESIA BAGIAN BARAT Sekretariat : Jl. Mesjid Baru No. 18 Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510

Contoh Kop Surat Badan Koordinasi

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students )

CABANG YOGYAKARTA Sekretariat : Karangkajen MG III/966 Yogyakarta 55252Telp. 0274-6567900, ,

e-mail : [email protected]

Contoh Kop Surat HMI Cabang

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students )

MAJELIS SYURO ORGANISASI CABANG SORONG Sekretariat : Jl.

Contoh Kop Surat MSO CABANG

Kongres HMI ke-29

Page 140: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

6

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students )

KORKOM UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA Sekretariat : Jl.

Contoh Kop Surat Badan Koordinasi

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students )

KOMISARIAT FISIP UNHAS Sekretariat : Jl. Kompleks perumah Dosen Unhas Tamalanrea Blok I No.3 Makassar 12510

Telp. 021-7992750, Fax. 00 62 21 7900099, e-mail : [email protected]

Contoh Kop Surat HMI Komisariat

PANITIA PELAKSANA KONGRES KE 27

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students) Sekretariat : Karangkajen MG III/966 Yogyakarta 55252Telp. 0274-6567900, ,

e-mail : [email protected]

Contoh Kop Surat HMI Panitia Pelaksana Kongres

PANITIA PELAKSANA KONFERENSI KE 2

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students)

CABANG LAMPUNG Sekretariat : Jl. Kompleks perumah Dosen Unhas Tamalanrea Blok I No.3 Makassar 12510

Telp. 021-7992750, Fax. 00 62 21 7900099, e-mail : [email protected] ,

Contoh Kop Surat HMI Panitia Pelaksana Konferensi

Kongres HMI ke-29

Page 141: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

7

PANITIA PELAKSANA RAPAT ANGGOTA KE 34

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students)

KOMFAK AGAMA ISLAM UMY Sekretariat : Jl. Kompleks perumah Dosen Unhas Tamalanrea Blok I No.3 Makassar 12510

Telp. 021-7992750, Fax. 00 62 21 7900099, e-mail : [email protected]

Contoh Kop Surat HMI Panitia Pelaksana Rapat Anggota

Keterangan :

1. (PENGURUS……) menggunakan huruf kapital berwarna hitam dengan

jenis huruf Times New Roman dan ukuran huruf 24;

2. (CABANG..../KOMISARIAT.....) dengan huruf kapital hijau tua, dengan

jenis huruf Times New Roman dan ukuran huruf 24;

3. (HIMPUNAN.....) menggunakan hruf kapital berwarna hijau tua, dengan

jenis huruf Arial dan ukuran huruf 24;

4. (Association……………) menggunakan huruf kecil berwarna hitam dengan

jenis huruf Times New Roman dan ukuran huruf 18 cetak miring;

5. (Sekretariat :……...) menggunakan huruf kecil berwarna hitam, dengan

jenis huruf Times New Roman dan ukuran huruf 10;

6. (e-mail……………) menggunakan huruf kecil berwarna hitam, ukuran 10;

7. Garis pembatas kop surat berwarna hitam dengan ukuran 4,5 pt (dua

garis atas tipis, bawah tebal) dan bentuk tulisan basmalah harus sesuai

dengan kop PB berwarna hitam;

8. Susunan kalimat kop surat Pengurus Besar, MSO, Lembaga Koordinasi,

Lembaga Kekaryaan dan Lembaga Khusus PB, seperti pada contoh kop

surat Pengurus Besar

9. Susunan kalimat kop surat Pengurus Cabang, MsO, Lembaga Koordinasi,

Lembaga Kekaryaan dan Lembaga Khusus ditingkat cabang seperti pada

contoh kop surat Pengurus Cabang

10. Susunan kalimat kop surat Pengurus Komisariat, Lembaga Kekaryaan

dan Lembaga Khusus seperti pada contoh kop surat Pengurus koisariat

Kongres HMI ke-29

Page 142: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

8

11. Jenis surat (kertas), F4 dengan margin:

-

-

-

-

Top : 2,0 cm

Buttom: 0 cm

Left: 2,5 cm

Right: 2,0 cm

Surat resmi HMI terdiri dari

a. Surat Biasa ( Lampiran 2);

b. Surat Mandat/Tugas (Lampiran 3);

c. Surat Keterangan (Lampiran 4)

d. Surat Keputusan/Ketetapan (Lampiran 5).

2. Isi Surat

a. Surat Biasa

(1) Penomoran

a. Penomoran surat menggunakan satu buku registrasi surat keluar yang

dilakukan oleh Sekjen/Sekum struktur pimpinan, MSO, Lembaga

Koordinasi, lembaga kekaryaan dan khusus.

b. Nomor untuk surat yang ditujukan untuk intern HMI menggunakan kode

A setelah nomor registrasi surat keluar (.../A/SEK/nomor urut bulan

Hijriyah/tahun Hijriyah);

c. Nomor untuk surat yang ditujukan kepada ekstern HMI kode B setelah

nomor registrasi surat keluar (……./B/SEK/ nomor urut bulan Hijriyah/

tahun Hijriyah);

d. Pengeluar surat baik interen maupun eksteren harus disingkat maksimal

dalam 3 huruf saja.

Pengeluar Surat Ketua Umum: (…/B/KU/nomor urut bulan

Hijriyah/ tahun Hijriyah)

Pengeluar Sekjen atau Sekum: (…../A/SEK/ nomor urut bulan

Hijriyah/ tahun Hijriyah)

Pengeluar Ketua Komisi Hubungan Internasional: (…/B/KHI/nomor

urut bulan Hijriyah/ tahun Hijriyah)

Pengeluar Ketua Bidang Pelatihan: (…../A/KBP/nomor urut bulan

Hijriyah/ tahun Hijriyah)

Kongres HMI ke-29

Page 143: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

9

Pengeluar Ketua Panitia Konferensi Cabang : (…../B/PKC/nomor

urut bulan Hijriyah/ tahun Hijriyah)

e. Nomor surat keluar, surat mandat, surat keterangan semuanya urut

menurut waktu terbitnya, tidak sendiri sendiri, kecuali surat

keputusan.

f. Lamp. diisi jika srat disertai lampiran;

g. Hal : menerangkan isi singkat surat;

h. Letak Nomor : Lamp: dan Hal: dalam surat lurus dengan sudut lancip

sebelah kiri bawah gambar/lambang HMI

(2) Alamat surat (tujuan surat dikirim);

(3) Kalimat pendahuluan

Kalimat pendahuluan seharusnya tidak lebih dari satu alinea, yang berisi

ucapan syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang diberikannya dan

pujian rasul dan keluarganya.

(4) Kalimat Isi

Kalimat isi surat hendaklah menggunakan bahasa yang lugas, jelas,

sehingga tidak menimbulkan salah persepsi dari teks yang tertulis. Kalimat

isi merupakan uraian persoalan pokok, harus:

a.

b.

c.

Tidak berbelit-belit;

Singkat dan tidak terputus-putus;

Menggunakan kalimat-kalimat yang sopan dan wajar

(5) Kalimat penutup

Untuk kesopanan diperlukan adanya kalimat penutup seperti:

Demikianlah harap maklum.

Atas perhatian Saudara kami haturkan terima kasih.

Jazakumullah khairan katsiiraa.

Sekian dan terima kasih. Dsbnya.

Kongres HMI ke-29

Page 144: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

10

(6) Tempat tanggal surat

Contoh:

Palopo, 05 Dzulkaidah 1425 H

17 Desember 2004 M

(7) Pengirim Surat

Nama lembaga pada pengirim surat maksimal terdiri dari tiga baris,

dimana baris pertama adalah Himpunan Mahassiawa Islam, baris kedua

dan ketiga adalah institusi lembaga.

(8) Tanda Tangan

Penandatangan harus terdiri dari dua unsur saja yaitu unsur

pengeluar surat dan unsur pemberi legalitas surat. Surat Keputusan

kelulusan Latihan Kader harus ditanda tangani seluruh pemandu LK. Surat

Keputusan Kongres, Konferensi, Rapat Anggota dan Musyawarah Lembaga

harus ditanda tangani seluruh pimpinan sidang. Surat yang dikeluarkan

Ketua Umum harus ditandatangani oleh Sekjen/Sekum sebagai pihak yang

mengetahui (bukan pemberi legalitas). Tanda tangan menggunakan tinta

berwarna hitam. Contoh :

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PENGURUS BESAR

Stempel...

MASHUDI MUQOROBBIN

KETUA UMUM

ABDUL HADY

SEKRETARIS JENDERAL

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

MAJELIS SYURO ORGANISASI Stempel...

SYAFINUDIN AL MANDARI

KOORDINATOR

M SYIFA AMIN WIDIGDO

SEKRETARIS

Kongres HMI ke-29

Page 145: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

11

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

BADAN KOORDINASI

INDONESIA BAGIAN TIMUR

Stempel...

H. M. AQIL RAHMAN

KETUA UMUM

NANANG MAS’UD

KETUA UMUM

HARIMAN

KETUA UMUM

SUSANTO

KETUA UMUM

Stempel...

Stempel... Stempel...

MUHAMMAD KASMAN

SEKRETARIS UMUM HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

CABANG PALOPO FIRMANSYAH ARFAN

SEKRETARIS UMUM HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

KOMISARIAT FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS HASANUDIN HARTONO

SEKRETARIS UMUM HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PANITIA LATIHAN KADER I

KOMFAK AA YKPN LIBBIE ANATAGIA

SEKRETARIS UMUM

Kongres HMI ke-29

Page 146: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

TIM PEMANDU LATIHAN KADER II

CABANG JAKARTA SELATAN

12

MARTADINATA

PEMANDU

TENTY NOVARI

PEMANDU

W MUZAKIR

PEMANDU

IMROATUSHOLIHAH

PEMANDU

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

TIM PEMANDU LATIHAN KADER I

CABANG YOGYAKARTA

MARTADINATA

PEMANDU

TENTY NOVARI

PEMANDU

W MUZAKIR

PEMANDU

IMROATUSHOLIHAH

PEMANDU

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PIMPINAN SIDANG KONFERENSI

CABANG SEMARANG

MARTADINATA

PIMPINAN

SIDANG

TENTY NOVARI

PIMPINAN SIDANG

W MUZAKIR

PIMPINAN

SIDANG

IMROATUSHOLIHAH

PIMPINAN SIDANG

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PIMPINAN SIDANG KONGRES KE 25

MARTADINATA

PIMPINAN

SIDANG

TENTY NOVARI

PIMPINAN SIDANG

W MUZAKIR

PIMPINAN

SIDANG

IMROATUSHOLIHAH

PIMPINAN SIDANG

Kongres HMI ke-29

Page 147: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

13

(9) Stempel surat

Pihak-pihak yang berhak mengeluarkan Stempel Surat adalah

Struktur Pimpinan, Lembaga Koordinasai, dan Majelis Syuro Organisasi

serta panitia pelaksana. Bagi lembaga Koordinasi, Lembaga Kekaryaan dan

Panitia Pelaksana (selain kongres, Konferensi, dan Rapat Anggota) dapat

menentukannya sendiri atas persetujuan Ketua Umum Struktur pimpinan.

Stempel diletakkan/ dibubuhkan di tengah-tengah antara Ketua dan

Sekretaris dan berbaris sejajar dengan nama ketua dan nama sekretaris.

Stempel diusahakan agar menyentuh Tanda tangan ketua dan sekretaris

atau mengenai tanda tangan sekretaris saja. Jika stempel menggunakan

tinta satu warna maka warnanya hijau tua. Jika warna stempel

menggunakan warna multi warna maka warna stempel warna hitam dan

hijau tua. Stempel dianggap sah apabila dibubuhkan dengan menggunakan

stempel basah. Ukuran besar stempel sesuai dengan kebijakan cabang

masing-masing sebagaimana dibawah ini:

Stempel struktur pimpinan dan lembaga

Stempel panitia

PANITIA RAPAT ANGGOTA

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

KOMFAK PERTANIAN INSTIPER

CABANG YOGYAKARTA

Kongres HMI ke-29

Page 148: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

14

(10) Tembusan Surat

Tembusan surat merupakan sebuah keterangan yang menunjukkan

bahwa surat tersebut dibuat rangkap. Rangkap ini terdiri dari surat asli

yang dikirim sesuai dengan alamat dimana surat itu ditujukan dan surat

tembusan yang disampaikan kepada beberapa instansi atau pihak yang

terkait atas dibuatnya surat tersebut.

Apabila surat dari komisariat ditujukan kepada Pengurus Besar HMI,

maka tembusan suratnya ditujukan kepada

1. Pengurus koordinator komisariat dimana komisariat berada (jika

ada);

2. Pengurus HMI cabang dimana komisariat berada;

3. Pengurus HMI Badko dimana cabang bergabung;

4. Arsip.

Apabila surat dibuat oleh Pengurus Komisariat dan ditujuakan untuk

Pengurus Komisariat dalam wilayah Cabang yang berbeda, namun tetap

dalam satu Wilayah Koordinasi, maka tembusan surat yang dibuat harus

ditujukan kepada:

1. Pengurus HMI Badan Koordinasi;

2. Pengurus HMI Cabang dimana komisariat berada;

3. Pengurus HMI Cabang di Komisariat yang dituju;

4. Arsip.

Apabila surat dibuat oleh Pengurus HMI Komisariat ditujukan

Pengurus HMI Komisariat dalam wilayah Cabang dan Badko yang berbeda,

maka tembusan suratnya ditujukan kepada:

1. Pengurus koordinator komisariat dimana komisariat berada (jika

ada);

2. Pengurus HMI Cabang dimana Komisariat yang membuat

bergabung;

3. Pengurus HMI Cabang dimana Komisariat yang dituju;

4. Arsip

5. Dan lain sebagainya

Kongres HMI ke-29

Page 149: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

15

Dengan demikian setiap surat tidak lagi membutuhkan legalisasi yang

dikeluarkan oleh instansi yang lebih tinggi (misalnya adanya kata

mengetahui, dilegalisasi oleh, dll).

b. Surat Keputusan

Isi surat keputusan dibanding surat biasa terdapat persamaan yaitu

tentang dimana surat keputusan ditetapkan, tanggal ditetapkannya surat

keputusan, nomor dan stempel surat. Secara spesifik isi surat keputusan

sebagai berikut:

(1) Nomor surat : …../KPTS/A/No. urut bl Hijriyah /Th Hijriyah;

(2) Uraian singkat isi surat keputusan;

(3) Instansi pengambil keputusan (PB, PC, PK,dll);

(4) Konsideran (latar belakang dikeluarkannya surat keputusan);

(5) Landasan yuridis dikeluarkannya surat keputusan);

(6) Landasan-landasan lainnya dari surat keputusan;

(7) Diktum (muatan surat keputusan)

Pada bagian akhir diktum diharuskan terdapat klausa “Surat Keputusan

ini mulai berlaku sejak ditetapkan dan akan ditinjau kembali jika terdapat

kekeliruan di kemudian hari.” Surat Keputusan Hanya bisadikeluarkan Oleh

Ketuam Umum (PB< PC dan PK) saja. Sehingga yang bertanda tangan adalah

hanya Ketua Umumdan Sekretaris (Jendral atau Umum) saja.

c. Surat Mandat/Tugas

(1) Nomor surat keterangan sama dengan surat biasa, karenanya merupakan

urutan dari surat biasa;

(2) Surat mandat/tugas berisi penugasan atau mandat yang ditujukan pada

seorang kader.

(3) Surat keterangan memuat identitas dan keperluan yang diberi

mandat/tugas/keterangan, (dalam rangka apa surat diberikan);

(4) Pemberi surat mandat/tugas kepada yang diberi mandat/tugas.

Kongres HMI ke-29

Page 150: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Catatan :

1. Nomor urut Bulan-bulan Hijriyah

Pedoman Kesekretariatan

16

1. Muharram

2. Shafar

3. Rabi’ul Awal

4. Rabi’ul Akhir

5. Jumadil Awal

6. Jumadil Akhir

7. Rajab

8. Sya’ban

9. Ramadhan

10. Syawal

11. Dzulqo’idah

12. Dzul Hijjah

2. Bulan-bulan nomor surat ditulis denngan angka Arab, bukan angka Romawi.

3. Amplop Surat

Ukuran amplop

: 22 cm x 11 cm atau 25 cm x 35 cm

Jenis dan ukuran huruf : (pengurus…) menggunakan huruf kapital, ukuran 18

times new roman bold. (fakultas…) menggunakan huruf kapital pada setiap awal

kata, ukuran 18 times new roman. (secretariat…) menggunakan huruf kecil,

ukuran 12.

Warna Dasar : Putih atau Coklat

Contoh :

PENGURUS KOMISARIAT HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Fakultas Ekonomi Universitas Teknologi Yogyakarta

Janturan UH 4/384 Rt 15/04 Yogyakarta 55281

PENGURUS KOMISARIAT HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Fakultas Eksakta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dsn. Gatak no. 47 Rt 01/03 Kasihan Bantul Yogyakarta 55281

Kongres HMI ke-29

Page 151: Konstitusi HMI MPO

No Tgl terima Identifikasi surat masuk

Asal surat Isi Petugas Nomor Tanggal

1 15-12-1423 124/MA/12/1423 10-12-1423 HMI Cabang semarang

Pengutusan anggota

Arif

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

17

4. Sirkulasi Surat

a. Surat Masuk

Surat masuk adalah surat yang diterima dari luar yang kemudian akan

mulai perjalanannya sampai dengan dimasukkannya surat ke file-file (arsip)

organisasi. Surat yang baru diterima diagendakan terlebih dahulu dilampiri

kartu disposisi yang berbentuk :

SURAT DISPOSISI

Nomor Surat

: Yang tercantum dalam surat

Tanggal Terima :

Asal Surat

Ditujukan

Catatan

: Nama Penerima

: Bidang yang akan menangani surat

: Kebutuhan atas perlakuan surat

Kemudian surat yang baru masuk diterima diagendakan pada Agenda Surat

Masuk PB HMI. Pada Agenda Surat Masuk dibuat kolom-kolom :

a. Surat Keluar

Surat keluar adalah surat yang kita keluarkan untuk mengemukakan

kehendak, pemikiran dan maksud kita kepada pihak lain. Surat keluar melalui

sirkulasi sebagai berikut:

Kongres HMI ke-29

Page 152: Konstitusi HMI MPO

Nomor Tanggal Isi Surat Tujuan Petug as

25/KPTS/A/7/1423 12/7/1423 Susunan SC LK III Anggota SC LK III Arif

26/SEK/7/1423 13/7/1423 Pemberitahuan LK III Cabang-cabang HMI

Rahma

27/SEK/7/1423 14/7/1423 Tugas cari informasi DPRD Nugroho

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

18

Konsep surat terlebih dahulu dimintakan clearence kepada pengurus

yang berkepentingan agar tidak terjadi perbedaan tentang isi dan reaksi

surat tersebut;

Konsep yang telah mendapat clearence, kemudian diberikan nomor

verbal, yang terdapat pada agenda buku verbal.

.

5. Surat Elektronik

Surat elektronik merupakan surat yang dibuat dengan media elektronik

seperti internet, mesin fax, dan pesan melalui telepon. Surat elektronik melalui

internet harus memenuhi prosedur dibawah ini:

1. Format surat seperti format biasa yang dikirmkan dalam bentuk PDF.

2. Surat tetap memuat tanda tangan yang berwenang walau tanpa stempel

organisasi

3. Alamat e-mail pihak pengirim dan pihak yang dituju merupakan alamat yang

terdaftar dalam organisasi (ditetapkan melalui Surat Ketetapan dari Struktur

Kepemimpinan) sebagai alamat yang berwenang melakukan pengirIman surat

via internet.

Pengiriman surat dengan memakai mesin fax harus melalui prosedur:

1. Format surat sama dengan format yang biasa (lengkap dengan tanda tangan

dan stempel organisasi).

2. Nomor fax pihak pengirim dan pihak yang dituju merupakan alamat yang

terdaftar dalam organisasi (ditetapkan melalui Surat Ketetapan dari Struktur

Kepemimpinan) sebagai nomor yang berwenang.

3. Pihak pengirim harus mengirimkan dokumen aslinya kepada pihak yang dituju

setelah melakukan pengiriman surat melalui fax selambat-lambatnya 3 x 24

Jam.

Pengriman pesan melalui pelayanan pesan singkat (Short Messege Services) harus

melalui nomor telepon yang telah ditetapkan sebagai nomor telepon

Kongres HMI ke-29

Page 153: Konstitusi HMI MPO

Tanggal Kirim Tujuan Nomor surat Paraf Penerima Keterangan

12/7/1423 Anggota SC

Adi,Dian

25/KPTS/A/7/1423 Adi

Dian

Langsung

kirim

12/7/1423 Anggota SC

Umar

25/KPTS/A/7/1423 - Via email

14/7/1423 Cabang Palu 26/SEK/7/1423 - Via Pos

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

19

yang berwenang nelakukan pengiriman pesan, baik dari pihak pengirim maupun

pihak penerima. Semua pesan yang dikirim maupun diterima harus dicatat ulang

dalam sebuah berita acara bulanan.

6. Buku Ekspedisi

Setelah surat telah diketik sesuai dengan jumlah yang dikehendaki, ditulis

nomor, dan diagendakan dan telah mendapat legalitas (tanda tangan Ketua,

Sekretaris, dan stempel) maka surat siap dikirim. Untuk pengiriman surat ini

diagendakan dalam Buku Ekspedisi dengan kolom-kolom.

B. Dokumen Organisasi

Dokumen adalah semua tanda bukti yang sah menurut hukum dari peristiwa-

peristiwa atau kejadian-kejadian dan kemudian disimpan. Sedangkan Dokumentasi

adalah segala upaya untuk pencarian, pengumpulan, penyimpanan, serta

pengawetan dokumen-dokumen organisasi. Bentuk-bentuk dokumen beserta

aturannya adalah sebagai berikut:

Surat-surat disusun menurut urutan nomor dan jilid tiap periodenya.

Laporan-laporan pertanggungjawaban tiap periode;

Dokumen lainnya yang dijilid (kalau memungkinkan) terdiri dari

1. Kliping-kliping media tulis ataupun elektronik;

2. Naskah-naskah kepengurusan tiap periode;

3. Berita acara aktifitas kepengurusan;

4. Bukti-bukti keuangan organisasi;

5. Tulisan-tulisan penting;

Gambar-gambar dan foto-foto; disusun berdasarkan waktu dengan

mencantumkan tanggal dan jenis kegiatan yang dilakukan pada foto.

Kongres HMI ke-29

Page 154: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

20

Semua dokumen organisasi kecuali surat harus dibuat dan atau disusun dalam kertas

ukuran kwarto 70 gr. Benda-benda berharaga dan bernilai; disusun dengan aman dan

rapi didalam sekretariat kepengurusan dalam betuk media penyimpanan yang mudah

disimpan dan mudah diakses.

C. Penyimpanan/Pengarsipan

Arsip adalah kumpulan dokumen yang disimpan secara sistematis.

Pengarsipan yang sempurna apabila semua surat dan dokumen-dokumen lainnya

tersimpan pada suatu tempat tertentu dan teratur rapi dan apabila diperlukan

mudah dilacak kembali. Pengarsipan yang baik sangat berguna dalam membantu

kelancaran dan kerapihan organisasi.

Dokumen-dokumen organisasi HMI pada prinsipnya harus disimpan di

sekretariat atau kantor. Sangatlah tidak dibenarkan dan dilarang apabila terjadi

penyimpanan surat-surat dan dokumen-dokumen organisasi di luar sekretariat atau

kantor HMI, terutama jika penyimpanan dilakukan oleh individu-individu pengurus

ataupun bukan pengurus. Hal ini untuk mengurangi resiko kerusakan, kehilangan dan

penyalah gunaan dokumen organisasi HMI. Sistem pengarsipan yang harus dilakukan

oleh HMI adalah:

1. Chronological filling

2. Geographical filling

3. Subject filling

4. Numerical filling

5. Alphabetic filling

Artinya setiap dokumen-dokumen HMI harus disusun sesuai dengan periode

kepengurusannya yang kemudian diikuti berdasarkan wilayahnya. Urutan penyusunan

berikutnya berdasarkan subjek atau bidang, kemudian diikuti oleh nomor surat atau

alphbet dokumen non surat. Pengarsipan secara elektornik harus dilakukan juga

sehingga semua dokumen terjaga kelestarian-nya dari waktu ke waktu. Namun

format yang digunakan adalah format yang tidak memungkinkan seseorang

mengganti atau merubah isi dokumen tersebut.

Semua arsip harus dilakukan penjilidan tiap periode kepengurusan. Berikan

penjildan atau pembatas warna putih untuk LPJ, hijua muda untuk Kumpulan surat

masuk dan keluar dan warna hijua tua untuk dokumen lainnya. Pengarsipan secara

Kongres HMI ke-29

Page 155: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

21

elektornik dapat dengan wadah Compact Disc (untuk pengarsipan tiap periode), atau

dalam web (untuk pengarsipan dalam waktu lama). Pengarsipan dokumen secara

elektronik harus dijamin bahwa dokumen itu asli dan sama seperti bentuk fisiknya.

Dengan demikian orisinalitas dokumen dalam media elektronik benar benar

diperhatikan.

D. Tingkat Kerahasiaan

1. Rahasia Utama

Informasi atau dokumen hanya boleh diketahui oleh Ketua Umum PB HMI,

Sekretrasi jendral PB HMI, Bendahara Umum PB HMI, dan Koordinator MSO PB HMI.

Informasi atau dokumen rahasia ini harus dimusnahkan segera setelah keempat

pihak tersebut mengetahuinya. Ke empat pihak tersebut dilarang

menyebarluaskan informsai dan dokumen tersebut kepada pihak lain seumur

hidupnya.

2. Rahasia Utama Terbatas

Informasi atau dokumen hanya boleh diketahui oleh Ketua Umum Cabang,

Sekretrasi Umum Cabang, Bendahara Umum Cabang, Koordinator MSO Cabang dan

Ketua Umum PB HMI, serta satu pihak yang bersangkutan (individu atau Pengurus

Terkait) Informasi atau dokumen rahasia ini harus dimusnahkan segera setelah

kelima pihak tersebut mengetahuinya. Kesemanya dilarang menyebarluaskan

informasi dan dokumentasi tersebut kepada pihak lain seumr hidupnya.

3. Sangat Rahasia

Informasi atau dokumen yang hanya boleh diketahui oleh Presidium dan

Koordinator MSO. Infomasi dan dokumen ini harus disimpan (baik itu milik PB atau

cabang) oleh Sekretaris jendral PB HMI. Hanya dapat diturunkan satu tingkat

dalam waktu 25 tahun kedepan. Begitu seterusnya dalam penurunan tingkat

kerahasiaannya.

4. Rahasia

Informasi atau dokumen yang hanya boleh diketahui oleh Pengurus dan MSO.

Infomasi dan dokumen ini harus disimpan (baik itu milik PB atau cabang) oleh

Sekretaris jendral PB HMI. Hanya dapat diturunkan satu tingkat dalam waktu 25

tahun kedepan. Begitu seterusnya dalam penurunan tingkat kerahasiaannya.

Kongres HMI ke-29

Page 156: Konstitusi HMI MPO

No anggota Nama Tempat/tanggal

lahir

Komisariat Masuk HMI Tahun

1555/YK/1416 Murni Ambon/27/04/1975 Kehutanan/

Instiper

Semester ganjil

1996

1585/PLP/1430 Firmansyah Sumenep/15/06/1985 Syariah/

IAIN/Palopo

Semester genap

2009

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

22

5. Terbatas

Informasi atau dokumen yang hanya boleh diketahui oleh Pengurus Besar, MSO,

Ketua Cabang dan koordinator MSO cabang. Infomasi dan dokumen ini harus

disimpan (baik itu milik PB atau cabang) oleh Sekretaris jendral PB HMI. Hanya

dapat diturunkan satu tingkat dalam waktu 25 tahun kedepan. Begitu seterusnya

dalam penurunan tingkat kerahasiaannya.

6. Terbuka

Informasi atau dokumen yang hanya boleh diketahui oleh Kader HMI saja. Hanya

dapat diturunkan satu tingkat dalam waktu 25 tahun kedepan. Infomasi dan

dokumen ini harus disimpan oleh Sekretaris Jendral/Umum.

7. Publik

Informasi atau dokumen yang dapat diketahui oleh saja.

E. Administrasi Keanggotaan

Anggota HMI merupakan sasaran kerja, pembinaan dan perkaderan organisasi

sehingga perlu ada administrasi yang rapi tentang anggota HMI yang kongkrit dan

terarah. HMI adalah organisasi kader sehingga HMI selalu menerima anggota baru,

selanjutnya melalui proses/jenjang perkaderan dan akhirnya melepaskan diri sebagai

alumni HMI.

Setiap anggota HMI (baik itu anggota biasa ataupun anggota kehormatan)

berhak mendapat Kartu Anggota setelah melewati prosesi pelantikan anggota.

Pengurus Cabang merupakan pihak yang paling berhak mengeluarkan kartu

keanggotaan tersebut kepada anggota HMI. Format kartu anggota yang digunakan

oleh pengurus cabang untuk anggotanya memakai format yang telah diputuskan

dalam Kongres HMI. Semua anggota tersebut juga berhak untuk dicatat dalam buku

daftar anggota. Hal ini dilakukan pada tingkatan cabang. Buku daftar anggota

memuat kolom-kolom sebagai berikut.

Kongres HMI ke-29

Page 157: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

23

Setiap satu tahun sekali diadakan pendaftaran ulang (heregristasi) anggota

HMI. Pendaftran ulang dilakukan dengan melakukan penggantian kartu anggota yang

lama menjadi kartu anggota yang baru yang dikeluarkan oleh pengurus cabang.

Sedangkan nomor anggota tetap sebagai nomor induk yang lama. Pelaksanaan

heregristasi cukup dilakukan dengan mengisi formulir permohonan pendaftaran ulang

keanggotaan kepada Penngurus Cabang. Pengurus Cabang kemudian melakukan

penerbitan kartu anggota yang baru dengan nomor anggota yang tetap atas nama

anggota yang melakukan heregristasi. Pendaftran ulang keanggotaan dilakukan agar

jumlah anggota di tiap cabang dapat diketahui secara pasti dari waktu-kewaktu.

Sehingga naik turunnya keaktifan anggota dapat juga terdeteksi dari waktu kewaktu.

F. Inventarisasi Organisasi

1. Inventarisasi adalah upaya untuk mendata semua kekayaan organisasi;

2. Inventarisasi dilakukan pada benda permanen dan benda tidak permanen;

3. Benda permanen ialah kekayaan yang tidak habis dalam satu periode;

4. Benda tidak permanen adalah kekayaan yang habis dalam satu periode;

5. Inventarisasi organisasi dibukukan dalam daftar inventaris yang memuat tanggal

penerimaan, nama dan jumlah barang, pemakaian dan keterangan.

G. Alat komunikasi.

Segala jenis alat komunikasi manusia dapat dijadikan sebagai alat komunikasi

dalam keorganisasian HMI dengan syarat alat itu memungkinkan untuk verifikasi dan

klarifikasi atas penyampaian dan penerimaan informasi. Sehingga informasi yang

diberikan atau diterima dapat dijadikan dasar atas aktifitas organisasi. Informasi

yang diberikan dalam pertukaran informasi harus ada identitas struktur penyampai

informasi, dan identitas individu penyampai informasi (nomor anggota, asal cabang,

asal komisariat) serta waktu dan lokasi informasi disampaikan.

Kongres HMI ke-29

Page 158: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

24

H. Perpustakaan

Perpustakaan yang ideal bagi HMI meliputi buku-buku atau dokumen bentuk

lainnya yang diperlukan oleh anggota dalam rangka peningkatan kualitas anggota

HMI. Oleh karena itu perpustakaan HMI berisi koleksi buku-buku atau dokumen

bentuk lainnya, seperti:

Data Data dan informasi yang menunjang aktifitas organisasi;

Jurnal-jurnal sosial kemsayarakatan;

Media-media elektronik yang berisi liputan aktifitas HMI;

Media-media elektronik yang berisi sesuatu penting bagi aktifitas HMI;

Buku buku atau media-media elektronik dalam topik kemahasiswaan,

keorganisasian dan ke-HMI-an;

Buku atau media elektronik dalam topik Ideologi, kemasyarakatan,

kenegaraan, politik, ekonomi, pendidikan dsbnya

Penyelenggaraan administrasi perpustakaan sebaiknya diserahkan kepada seorang

anggota pengurus/ lembaga yang bertanggungjawab secara khusus.

Kongres HMI ke-29

Page 159: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

25

BAB VII

KEPROTOKOLERAN

Keprotokoleran HMI merupakan segala aktifitas yang berhubungan dengan

penyelenggaraan suatu prosedur acara (upacara) di dalam organisasi HMI. Agar sasaran

suatu aktifitas dapat dicapai secara optimal diperlukan penanggung jawab

penyelenggara dan pembagian tugas di dalam penyelenggaraannya. Jika

penyelenggaraan suatu aktifitas tidak ada panitia penyelenggara/project officer, maka

pengelolaan, penataan, dan penyelenggaraannya dapat langsung di bawah

tanggungjawab Sekretaris. Namun demikian kesemuanya itu masih membutuhkan

tambahan unsur penyelenggara seperti pengantar acara, penerima tamu, pengatur

perlengkapan, konsumsi, kesenian, dan segala hal yang berhubungan dengan

keacaraan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suatu upacara:

Tempat/gedung (lay out, pengaturan kursi);

Waktu acara

Tamu/undangan (disediakan tempat khusus);

Jenis acara;

Pengantar acara;

Susunan acara.

Khusus yang terakhir, jika ada kata sambutan, maka urutan pemberi sambutan

adalah dari instansi terendah kemudian menuju ke instansi yang lebih tinggi. Untuk

lebih jelasnya, berikut contoh susunan acara :

1. Pembukaan,

2. Pembacaan ayat suci Al Qur’an,

3. Himne HMI dan Mars Hijau Hitam

4. Laporan Panitia

5. Sambutan-sambutan

a. Tuan Rumah

b. Pengurus HMI Komisariat Pertanian UNTAD;

c. Pengurus HMI Cabang Palu;

d. Pengurus Besar HMI.

6. Acara lainnya,

Kongres HMI ke-29

Page 160: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

26

7. Doa

8. Penutup

Susunan acara diatas selalu diterapkan untuk memulai dan mengakhiri 2

ritual organisasi HMI. 2 (dua) ritual itu menjadi sebuah prosedur (formal) yaitu:

1. Pelantikan

Pelantikan merupakan sebuah protokoler yang digunakan untuk pengesahan

pengurus dan pengesahan keanggotaan. Pelantikan merupakan sebuah pengumuman

legalitas yang didapat oleh struktur atau anggota untuk memulai aktifitas dalam

system organisasi dengan segala hak dan kewajibannya. Pada pelantikan pengurus

atau anggota elemen yang ada dalam acara pelantikan, Petugas Pelantikan dan

Pengurus atau anggota yang dilantik.

Acara pelantikan minimal terdiri dari Ikrar Janji Pengurus dan Pembacaan

Surat Keputusan atas susunan kepengurusan yang dikeluarkan oleh institusi

kepemimpinan yang lebih atas dari pengurus yang dilantik. Petugas pelantik

dilakukan oleh struktur kepemimpinan yang lebih tinggi dari Pengurus yang dilantik

atau perwakilan forum yang mengangkat pengurus. Pengurus yang dilantik minimal

terdiri dari tiga orang dan satu diantaranya adalah ketua kepengurusan.

2. Pembukaan dan Penutupan Acara

Setiap acara yang dilakukan oleh HMI dapat diadakan suatu ritual yang

dinamakan Pembukaan dan Penutupan Acara. Pembukaan dan Penutupan Acara

mempunyai makna bahwa sebuah institusi dalam HMI mempunyai sebuah kegiatan.

Sifat memperjelas pelaksana kegiatan inilah yang menjadi tujuan dalam sebuah

Pembukaan Acara. Pembuka dan penutup acara dapat dilakuakan oleh Ketua Panitia/

yang mewakili atau Ketua Struktur Pemimpinan Pelaksana Acara/ yang mewakili atau

Ketua Struktur Pemimpinan yang lebih atas.

Kongres HMI ke-29

Page 161: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

27

Lampiran 1

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students )

KOMFAK ADAB UIN SUNAN KALIJAGA Sekretariat : wisma marakom, Jl. Tri Dharma No. 354 Baciro Yogyakarta 55225

Telp. 0274-565126. e-mail: [email protected]

Nomor : 26/A/SEK/7/1423

Lamp : Pemberitahuan LK III

Hal : 1 lembar (sejajar) Kepada yang kami hormati:

______________________

Di

______________________

(2 spasi)

Assalamu’alaikum wr wb

(1 spasi)

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

(1 spasi)

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

(1 spasi)

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

(1 spasi)

Billahi taufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum wr wb

(2 spasi)

Jakarta, 05

17

Dzulkaedah

Desember

1425

2005

H

M

(1 spasi)

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

KOMISARIAT FAKULTAS ADAB

UIN SUNAN KALIJAGA

(3 spasi)

ADE RAHMAN

KETUA UMUM

SULASMI

SEKRETARIS UMUM

Tembusan : 1. __________________

Kongres HMI ke-29

Page 162: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

28

Lampiran 2

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students )

KOMFAK TEKHNIK UNY Sekretariat : Padepokan HMI, Jalan Komojoyo No. 16 B Yogyakarta 55281

E mail: [email protected]

Surat Mandat/Tugas

Nomor: 27/SEK/7/1423

(2 spasi)

_______________________________________

_______________________________________

(2 spasi)

Nama

Nomor Anggota

Jabatan

Alamat

Keperluan

Keterangan

: ___________________________________________________________

: ___________________________________________________________

: ___________________________________________________________

: ___________________________________________________________

: ___________________________________________________________

: ___________________________________________________________

(1 spasi

__________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________

___________________________________________________________________________

(1 spasi)

Bilahit tawfiq wal hidayah

Jakarta, 05

17

Dzulkaedah

Desember

1425

2005

H

M

(2 spasi)

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

KOMISARIAT FAKULTAS TEKHNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(3 spasi)

M. MASHUR ROMANSYAH

KETUA UMUM

SULASMI

SEKRETARIS UMUM

Kongres HMI ke-29

Page 163: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

29

Lampiran 3

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (Association Of Islamic University Students )

CABANG PALOPO Sekretariat : Jl. Cengkeh 3 Balandai Kota Palopo Telp (0471) 4850101

Email : [email protected], http//www.hmi-palopo.org

Surat Keterangan

Nomor: 28/A/SEK/2/1434

(2 spasi)

Assalamua’alaikum wr wb

__________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________

(2 spasi)

Nama : ___________________________________________________________

No Identitas : ___________________________________________________________

Alamat : ___________________________________________________________

Tpt/ Tgl Lahir : ___________________________________________________________

(1 spasi)

__________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________

Bilahit tawfiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum wr wb

(1 spasi)

Jakarta, 04

17

Shafar

Desember

1434

2012

H

M

(2 spasi)

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

CABANG PALOPO

(3 spasi)

NANANG MAS’UD

KETUA UMUM

FIRMANSYAH ARFAN

SEKRETARIS UMUM

Kongres HMI ke-29

Page 164: Konstitusi HMI MPO

KONSTITUSI HMI

Pedoman Kesekretariatan

30

Lampiran 4

PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

(Association Of Islamic University Students ) Sekretariat : Jl. Mesjid Baru No. 18 Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510

Telp. 021-7992750, SMS-Center 0815-84148020, Fax. 00 62 21 7900099

e-mail : [email protected] , http://www.hminews.com

SURAT KEPUTUSAN

Nomor : 29/ A/KPTS/ 7/1425 (1 spasi)

Tentang (1 spasi)

SUSUNAN STRERING COMITEE LATIHAN KADER III

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (2 spasi)

_________________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________________

(1 spasi) Menimbang : ______________________________________________________________

______________________________________________________________ (1 spasi)

Mengingat : ______________________________________________________________ ______________________________________________________________

(1 spasi) Memperhatikan : ______________________________________________________________

______________________________________________________________ (1 spasi)

Memutuskan (1 spasi)

Menetapkan : ______________________________________________________________ ______________________________________________________________

(1 spasi) Billahit tawfiq wal hidayah

(2 spasi)

Ditetapkan di Pada tanggal

: J AKARTA : 05 Dzulkaedah 1425 H 17 Desember 2005 M

(2 spasi)

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM PENGURUS BESAR

(3 spasi)

CAHYO PAMUNGKAS M SYIFA AMIN WIDOG KETUA UMUM SEKRETARIS JENDRAL

I Kongres HMI ke-29

Page 165: Konstitusi HMI MPO