dokumen mpo dr. djoti

40
1

Upload: atal-tamara-setiawan

Post on 18-Nov-2015

53 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 1

  • Djoti Atmodjo

  • 3

    Rumah Sakit Pasien

    Peraturan Perundang-undangan

  • 4

    Joint Commission International Accreditation

    Hospital

    S u r v e y P r o c e s s G u i d e4 t h E d i t i o n

    Effective1 January 2011

    Version 2

  • KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

    STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

  • KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 TENTANG

    STANDAR PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT

  • 1

    615 Ind p

  • TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP KESELAMATAN PASIEN

    (PATIENT SAFETY )

    DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

    DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2008

    615.109 2 Ind b

  • KERJASAMA

    DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    dengan

    PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

    PEDOMAN

    CARA PELAYANAN KEFARMASIAN yang BAIK

    (CPFB)

    Good Pharmacy Practice (GPP)

    Editor :

    ALI MASHUDA

    2011

  • PEDOMAN VISITE

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA2011

  • NO Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu

    1 Apakah terdapat laporan lengkap tentang reaksi tersebut sebelumnya?

    +1 0 0

    2 Apakah kejadian yang =dak dikehendaki muncul setelah obat yang dicurigai digunakan?

    +2 -1 0

    3 Apakah ROTD membaik ke=ka obat diberhen=kan atau setelah pemberian suatu antagonis yang spesifik?

    +1 -1 0

    4 Apakah ROTD muncul kembali setelah obatnya digunakan kembali?

    +2 -1 0

    5 Adakah penyebab lain yang dapat menyebabkan reaksi dengan sendirinya?

    -1 +2 0

  • NO Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu

    6 Apakah reaksi muncul kembali setelah pemberian plasebo?

    -1 0 0

    7 Apakah kadar obat dalam darah berada dalam rentang yang dianggap toksik?

    +1 0 0

    8 Apakah reaksi menjadi lebih parah ke=ka dosis obat di=ngkatkan atau menjadi kurang parah ke=ka dosis obat diturunkan?

    +1 0 0

    9 Apakah pasien memiliki reaksi serupa terhadap obat-obatan yang sama atau serupa pada paparan sebelumnya?

    +1 0 0

    10 Apakah ROTD telah dipas=kan dengan suatu buk= yang obyek=f (misal: hasil uji laboratorium, dsb.)?

    +1 0 0

  • 15

    IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker.

    Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang farmasi

    Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan mengawasi pelayanan farmasi

    Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian)

  • 16

    Sistem pelayanan farmasi v seleksi dan pengadaan obat v penyimpanan v pemesanan/peresepan dan pencatatan (transcribe) v persiapan (preparing) dan penyaluran (dispensing) v pemberian dan pemantauan

    Monitoring sebagai hasil perubahan di dalam formularium (formulary), seperti penambahan obat

    Monitoring kesalahan obat (medication error) dan KNC (near misses)

    Setiap edukasi perlu diidentifikasi Pertimbangan untuk praktek berbasis bukti yang baru

  • 17

    a) Sesuai untuk stabilitas produk; b) Bahan yang terkontrol (controlled substances) dilaporkan secara akurat

    sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku c) Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan

    obat diberi label secara akurat menyebutkan isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan;

    d) Elektrolit pekat konsentrat tidak disimpan di unit asuhan kecuali merupakan kebutuhan klinis yang penting

    e) Seluruh tempat penyimpanan obat diinspeksi secara periodik f) Kebijakan rumah sakit menjabarkan cara identifikasi dan penyimpanan

    obat yang dibawa oleh pasien

  • 18

    a) Perbekalan farmasib) Obat emergensic) Produk nutrisid) Radioaktife) Obat sampelf) Narkotik

  • Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8 derajat.Lemari pendingin memiliki suhu antara 2 - 8 derajat sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -20 s/d -10 derajat. Sejuk adalah suhu antara 8 s/d 15 derajat. Kecuali dinyatakan lain harus disimpan pada suhu sejuk dapat disimpan dilemari pendingin. Suhu Kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang diatur antara 15 s/d 30 derajat. Hangat adalah suhu antara 30 s/d 40 derajat Panas berlebih adalah suhu diatas 40 derajat

  • 20

  • 21

    Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

  • 22

    Skrining resep

    persyaratan administratif :

    Nama, SIP dan alamat dokter Tanggal penulisan resep Tanda tangan/paraf dokter penulis resep Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat

    badan pasien Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta Cara pemakaian yang jelas Informasi lainnya.

  • 23

    Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian

    Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).

  • 24

    Do Not Use

    Do Not Use

    U, u (unit) IU (International Unit) Q.D., QD, q.d., qd (daily) Q.O.D., QOD, q.o.d, qod (every other day) Trailing zero (X.0 mg)* Lack of leading zero (.X mg) MS MSO4 and MgSO4

    Use Instead

    Write "unit" Write "International Unit" Write "daily" Write "every other day" Write X mg Write 0.X mg Write "morphine sulfate" Write "magnesium sulfate"

  • 25

    v Sebelum obat diserahkan pada pasien harus di lakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.

    v Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

  • 26

    Pasal 21

    (1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian.

    (2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker.

    (Pasal 20)

    Dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga Teknis Kefarmasian

    PP 51/2009

  • 27

    Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.

    Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang

    harus dihindari selama terapi

  • Apoteker harus pas=:

    right pa=ent right drug right dosage right route right =me

  • Apoteker harus pas=:

    Benar pasien Benar obat Benar dosis Benar cara pemberian Benar waktu pemberian Benar pendokumentasian

  • Apoteker harus pas=:

    Benar pasien Benar indikasi Benar obat Benar dosis Benar cara pemberian Benar waktu pemberian Benar pendokumentasian

    POLIFARMASI

  • adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.

    Kegiatan tersebut mencakup: u pengkajian pilihan obat, u dosis, u cara pemberian obat, u respons terapi, u reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD),dan u rekomendasi perubahan atau alternatif terapi.

  • Kondisi Pasien. v Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi

    penyakit sehingga menerima polifarmasi. v Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika. v Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama

    hati dan ginjal. v Pasien geriatri dan pediatri. v Pasien hamil dan menyusui. v Pasien dengan perawatan intensif.

  • Obat

    a. JenisObat Pasien yang menerima obat dengan risiko tinggi seperti : obat dengan indeks terapi sempit (contoh:

    digoksin, fenitoin), obat yang bersifat nefrotoksik (contoh:

    gentamisin) dan hepatotoksik (contoh: OAT), sitostatika (contoh: metotreksat), antikoagulan (contoh: warfarin, heparin), obat yang sering menimbulkan ROTD

    (contoh: metoklopramid, AINS), obat kardiovaskular (contoh: nitrogliserin).

  • b. Kompleksitas regimen

    Polifarmasi Variasi rute pemberian Variasi aturan pakai Cara pemberian khusus (contoh: inhalasi)

  • 35

  • 36

    Untuk mempermudah pola penyusunan regulasi, dikelompokkan:

    u Regulasi Rumah Sakit u Regulasi Unit Kerja

    u Regulasi Lintas Unit Kerja

    u SPO Pelayanan Kedokteran

  • " Kebijakan pelayanan " Pedoman pengorganisasian

    u Struktur organisasi u Nama jabatan u Uraian tugas u Persyaratan jabatan u Pola ketenagaan u Penilaian kinerja

    " Pedoman Pelayanan " SPO " Program ( Rencana Kerja Tahunan ) " Bukti pelaksanaan " Laporan bulanan " Rapat " Orientasi " Pelatihan

    " Kerangka acuan / TOR " Bukti kegiatan (jadwal, tanda tangan kehadiran) " Pre test dan Post test " Laporan kegiatan

  • KERJASAMA

    DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    dengan

    PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

    PEDOMAN

    CARA PELAYANAN KEFARMASIAN yang BAIK

    (CPFB)

    Good Pharmacy Practice (GPP)

    Editor :

    ALI MASHUDA

    2011

  • 2 PEDOMAN CARA PELAYANAN FARMASI YANG BAIK (CPFB)/GPP

    DAFTAR ISIHalaman

    Daftar Isi . 2

    Kata Pengantar . 4

    BAB I PENDAHULUAN . 5A. Latar Belakang . 5

    B. Tujuan dan Manfaat . 5

    C. Pengertian dan persyaratan CPFB . 6

    D. Ruang Lingkup . 7

    BAB II SISTEM MANAJEMEN MUTU . 9A. Pengertian Sistem Manajemen Mutu . 9

    B. Tahapan Penerapan Sistem Manajemen Mutu . 10

    BAB III SUMBER DAYA MANUSIA . 12A. Persyaratan/Kualifikasi . 12

    B. Seven Star plus . 12

    BAB IV SARANA DAN PRASARANA . 14

    BAB V PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN . 15A. Pemilihan . 15

    B. Pengadaan . 15

    C. Pendistribusian . 17

    D. Penghapusan dan Pemusnahan . 17

    E. Pengendalian . 18

    F. Penarikan Kembali Sediaan Farmasi . 18

    G. Pencatatan dan Pelaporan . 18

    H. Monitoring dan Evaluasi . 18

    BAB VI PELAYANAN FARMASI KLINIK . 19A. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat dan preferensi pasien . 19

    B. Skrining Resep . 20

    C. Penyerahan . 22

    D. Konsultasi Informasidan Edukasi (KIE) . 23

    E. Pemantauan . 24

    F. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Reaksi Obat Tidak Diharapkan (ROTD) . 25

    G. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) . 26

    H. Ronde (Visite) . 26

    BAB VII PENDOKUMENTASIAN . 27A. Pengertian Dokumentasi . 27

    B. Tujuan dan Manfuat Dokumentasi . 27

    BAB VIII STANDAR PROSEDUR OPERASONAL (SPO) . 29

    A. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGELOLAAN SEDIAAN

    FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

    . 37

    1. SPO Perencanaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan . 37

    2. SPO Pengadaan Sediaan Farmasidan Alat Kesehatan Antar Apotek . 38

    3. SPO Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Antar Sarana Pelayanan

    Kefarmasian

    . 39

    4. SPO Penerimaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan . 40

    5. SPO Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan . 41

    6. SPO Pemindahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan . 42

  • BAB V PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN A. Pemilihan B. Pengadaan C. Pendistribusian D. Penghapusan dan Pemusnahan E. Pengendalian F. Penarikan Kembali Sediaan Farmasi G. Pencatatan dan Pelaporan H. Monitoring dan Evaluasi BAB VI PELAYANAN FARMASI KLINIK A. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat dan preferensi pasien B. Skrining Resep C. Penyerahan D. Konsultasi Informasidan Edukasi (KIE) E. Pemantauan F. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Reaksi Obat Tidak Diharapkan (ROTD) G. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) H. Ronde (Visite) BAB VII PENDOKUMENTASIAN A. Pengertian Dokumentasi B. Tujuan dan Manfuat Dokumentasi