konsep pendidikan islam menurut perspektif kh. ahmad dahlan

26
RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PERSPEKTIF K.H. AHMAD DAHLAN DI ABAD KE-21 Oleh : M u z a d i NIM : 24121410-2 (Mahasiswa Unit 2 Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana IAIN Ar Raniry Banda Aceh) Sebagai Tugas Final Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam A. Pendahuluan Islam sebagai agama universal mengajarkan kepada umat manusia berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrowi. Salah satu diantara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan, karena menurut ajaran Islam pendidikan adalah merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipatuhi, demi mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. 1 1 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 2, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hlm 98

Upload: muzadi-syukri-musa

Post on 03-Jan-2016

1.491 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Sebagai makalah tugas kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PERSPEKTIF

K.H. AHMAD DAHLAN DI ABAD KE-21

Oleh :

M u z a d iNIM : 24121410-2

(Mahasiswa Unit 2 Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana IAIN Ar Raniry Banda Aceh)

Sebagai Tugas Final Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

A. Pendahuluan

Islam sebagai agama universal mengajarkan kepada umat manusia

berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrowi. Salah satu diantara

ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan

pendidikan, karena menurut ajaran Islam pendidikan adalah merupakan kebutuhan

hidup manusia yang mutlak harus dipatuhi, demi mencapai kesejahteraan dan

kebahagiaan dunia dan akhirat.1

Sejak sejarah manusia lahir mewarnai rutinitas kegiatan alam fana ini,

pendidikan sudah merupakan “barang penting” dalam komunitas sosial. Nabi

Adam as yang memulai kehidupan baru di jagad raya ini senantiasa dibekali akal

untuk memahami setiap yang ia temukan dan kemudian menjadikannya sebagai

konsep pegangan hidup.2

1 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 2, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hlm 98

2 Ahmad Barizi dalam A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),hlm v

Page 2: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

Pendidikan menurut pandangan Islam adalah merupakan bagian dari tugas

kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab,

kemudian pertanggungjawaban itu baru bisa dituntut kalau ada aturan dan

pedoman pelaksanaan. Oleh karenanya, Islam tentunya memberikan garis garis

besar tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan konsep-konsep

yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggung jawab manusia untuk

menjabarkan dengan mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam

praktek pendidikan.3

Dengan pendidikan, manusia biasa mempertahankan kekhalifahannnya

sebagaimana pendidikan adalah hal pokok yang membedakan antara manusia

dengan makhluk lainnya. Dan pendidikan yang diberikan atau dipelajari harus

dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagai mediasi nilai-nilai kemanusiaan itu

sendiri. Hal ini dalam agama sangatlah diperhatikan, akan tetapi dalam pengap

likasiannya yang dilakukan umatnya kadang melenceng dari esensi ajaran agama

itu sendiri. Hal inilah yang harus menjadi perhatian dasar pendidikan Islam.

Pendidikan sering dikatakan sebagai seni pembentukan masa depan. Ini

tidak hanya terkait dengan manusia seperti apa yang diharapkan di masa depan,

tetapi juga dengan proses seperti apa yang akan diberlakukan sejak awal

keberadaannya, baik dalam konteks peserta didik maupun proses. Oleh karena itu,

pendidikan Islam perlu memperhatikan realitas sekarang untuk menyusun format

langkah-langkah yang akan dilakukan.

3 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam..., Hlm 148

Page 3: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

Dengan demikian, ajaran Islam sarat dengan nilai-nilai, bahkan konsep

pendidikan. Akan tetapi, semua itu masih bersifat subyektif dan transendental.

Agar menjadi sebuah konsep yang obyektif dan membumi perlu didekati dengan

keilmuan, atau sebaliknya perlu menggunakan paradigma Islam yang sarat dengan

nilai-nilai pendidikan.4

Pemikiran semacam ini kiranya saat ini memiliki momentum yang tepat,

karena dunia pendidikan sering menghadapi krisis konseptual.5 Di samping karena

begitu cepatnya terjadi perubahan sosial yang sulit, maka menjadi tanggung jawab

bagi setiap pakar pendidikan untuk membangun teori pendidikan Islam sebagai

paradigma.

Saat ini ada kecenderungan pendidikan Islam kian mendapat tantangan

seiring berkembangnya zaman. Di satu sisi lain muncul persaingan global dunia

pendidikan Islam. Sedangkan di satu sisi menjanjikan masa depan pembentukan

kualitas anak didik, namun pada sisi lain juga memunculkan kekhawatiran kian

merosotnya kualitas pendidikan yang merusak nilai-nilai pendidikan Islam itu

sendiri.

Pendidikan Islam dewasa ini menghadapi banyak tantangan yang berusaha

mengancam keberadaannya. Tantangan tersebut merupakan bagian dari sekian

banyak tantangan global yang memerangi kebudayaan Islam. Tantangan yang

4 Abdurrahman Masud, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Cet 1, ( Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2001), Hlm 19

5 Abdurrahman Masud, dkk, Paradigma Pendidikan Islam..., Hlm 20.

Page 4: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

paling parah yang dihadapi pendidikan Islam adalah krisis moral spiritual

masyarakat, sehingga muncul anggapan bahwa pendidikan Islam masih belum

mampu merealisasikan tujuan pendidikan secara holistik. Di antara tantangan

yang dihadapi pendidikan Islam, antara lain: 1) kebudayaan Islam berhadapan

dengan kebudayaan barat abad ke-20; 2) bersifat intern, tampak pada kejumudan

produktivitas pemikiran keIslaman dan upaya menghalangi produktivitas tersebut;

3) kebudayaan yang dimiliki sebagian pemuda muslim yang sedang belajar di

negeri asing hanya kebudayaan asing; 4) sistem kebudayaan Islam di sebagian

negara Muslim masih terpaku pada metode tradisional dan kurang merespon

perkembangan zaman secara memadai agar generasi muda tidak berpaling kepada

kemewahan kehidupan modern dan kebudayaan barat; 5) kurikulum universal di

sebagian dunia Islam masih mengabaikan kebudayaan Islam; dan 6) berkenaan

dengan pendidikan wanita Muslimah.6 Paradigma pembangunan pendidikan yang

sangat sentralistik telah melupakan keragaman yang sekaligus kekayaan dan

potensi yang dimiliki bangsa ini. Perkelahian, kerusuhan, permusuhan, munculnya

kelompok yang memiliki perasaan bahwa budayanyalah yang lebih dari budaya

lain adalah buah dari pengabaian keragaman tersebut dalam dunia pendidikan kita.

Ada banyak tokoh-tokoh pendidikan Islam, baik klasik dan kontemporer yang

penulis lihat dan klasifikasi dari melihat masa ketika para tokoh trersebut hidup

yang telah menulis hasil pemikirannya tentang pendidikan, diantaranya yang

klasik adalah Ibnu Khaldun, Imam al Ghazali, dan Ibnu Maskawih, dan masih

6 Hery Noer Aly, Dkk, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta : Friska Agung Insani, 2003), Hlm 227-234

Page 5: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

banyak lagi. Sedangkan para tokoh yang kontemporer adalah Muhammad Abduh,

Ki Hajar Dewantara, Hasan Langgulung, dan Naquib al Attas, dan masih banyak

lagi. Kehadiran mereka dapat memfungsikan semua potensi dirinya dan tanggung

jawabnya sebagai khalifah fil Ardh yang membebaskan belenggu kehidupan yang

dapat mengancam keterasingan umat Islam.

Sistem pendidikan sering dipahami sebagai suatu pola menyeluruh dari

proses pendidikan dalam lembaga-lembaga formal, agen-agen, serta organisasi

dengan mentransfer pengetahuan, warisan kebudayaan serta sejarah kemanusiaan

yang mempengaruhi pertumbuhan sosial, spiritual, dan intelektual. Artinya, sistem

pendidikan tidak bisa dipisahkan dari sistem sistem di luarnya, seperti sistem

politik, sistem tata laksana, sistem keuangan, dan sistem kehakiman. Salah satu

Intelektual Muslim atau tokoh pendidikan Islam yang mencoba melakukan

rekonstruksi bangunan paradigma yang dapat dijadikan dasar bagi sistem

pendidikan nasional adalah KH. Ahmad Dahlan. Berawal dari rekontruksi itu lah

dirasa perlu diteliti menurut peneliti sebagai salah satu usaha atau refleksi untuk

menemukan konsep pendidikan Islam. Apakah pemikiran KH. Ahmad Dahlan

mengenaik Pendidikan Islam benar benar relevan dengan keadaan masa kini atau

abad 21 ?

KH. Ahmad Dahlan merupakan tipe man of action sehingga sudah pada

tempatnya apabila cukup mewariskan banyak amal usaha bukan tulisan. Dengan

usaha beliau di bidang pendidikan, beliau dapat dikatakan sebagai suatu "model"

dari bangkitnya sebuah generasi yang merupakan "titik pusat" dari suatu

pergerakan yang bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi

Page 6: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

golongan Islam yang berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan dan

kejumudan paham agama Islam. Berbeda dengan tokoh-tokoh nasional pada

zamannya yang lebih menaruh perhatian pada persoalan politik dan ekonomi, KH.

Ahmad Dahlan mengabdikan diri sepenuhnya dalam bidang pendidikan. Titik

bidik pada dunia pendidikan pada gilirannya mengantarkannya memasuki jantung

persoalan umat yang sebenarnya.

Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka penulis tedorong untuk

mengadakan suatu kajian dengan mengambil judul “RELEVANSI KONSEP

PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN DI

ABAD KE 21 “.

B. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang Konsep Pendidikan Islam

Secara umum, ide-ide pembaharuan KH. Ahmad Dahlan dapat

diklasifikasikan kepada dua dimensi, yaitu : Pertama, berupaya memurnikan

ajaran Islam dari khurafat, tahayul, dan bid’ah yang selama ini telah bercampur

dalam akidah dan ibadah umat Islam. Kedua, mengajak umat Islam untuk keluar

dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin Islam

dalam rumusan dan penjelasan yang diterima rasio.7

Pemikiran dan perjuangannya memang banyak mengadopsi pemikiran dan

perjuangan tokoh-tokoh Islam yang berasal dari Timur Tengah. Di antara para

7 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Hlm 103-104.

Page 7: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

pemikir Islam Timur Tengah yang menjadi motivator dan inspirator bagi KH.

Ahmad Dahlan dalam mengambil kesimpulan adalah Ibnu Taimiyah, Muhammad

Abduh, dan Muhammad Rasid Ridha. Selain itu, beliau mendapat pula inspirasi

dan motivasi dari Jamaluddin al Afghani asal Afganistan dan Kiai Saleh darat dari

Semarang.8

KH. Ahmad Dahlan adalah tokoh yang tidak banyak meninggalkan

tulisan. KH. Ahmad Dahlan lebih menampilkan sosoknya sebagai manusia amal

atau praktisi dari pada filosof yang banyak melahirkan pemikiran dan gagasan

tetapi sedikit amal. Sekalipun demikian tidak berarti bahwa KH. Ahmad Dahlan

tidak memiliki gagasan. Amal usaha Muhammadiyah merupakan refleksi dan

manisfestasi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan dan

keagamaan.

Istilah pendidikan di sini dipergunakan dalam konteks yang luas tidak hanya

terbatas pada sekolah formal tetapi mencakup semua usaha yang dilaksanakan

secara sistematis untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan, nilai dan

keterampilan dari generasi terdahulu (tua) kepada generasi muda. Dalam konteks

ini termasuk dalam pengertian pendidikan adalah kegiatan pengajian, tabligh, dan

sejenisnya.

Pada bagian ini akan dibahas pemikiran pendidikan Islam KH. Ahmad

Dahlan sebagaimana yang dikemukakan dalam ceramah dan pengajian yang

8Adi Nugraha, K.H. Ahmad Dahlan Biografi Singkat (1869-1923) Cetakan III, (Yogyakarta: Garasi House Of Book, 2000), Hlm 43.

Page 8: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

tercermin dalam amal usaha Muhammadiyah terutama pendidikan (sekolah,

madrasah, dan pesantren). Dalam pemikirannya terhadap pendidikan Islam, KH.

Ahmad Dahlan lebih menitikberatkan pemikirannya pada konsep tujuan

pendidikan Islam dan konsep tehnik penyelenggaraannya saat itu. Cita-cita atau

tujuan KH. Ahmad Dahlan dalam pendidikan adalah KH. Ahmad Dahlan ingin

membentuk manusia muslim yang :9

a. Alim dalam ilmu agama.

b. Berpandangan luas, dengan memiliki pengetahuan umum.

c. Siap berjuang, mengabdi untuk Muhammadiyah dalam menyantuni nilai-nilai

keutamaan pada masyarakat.

KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna

adalah melahirkan individu yang utuh, yakni menguasai ilmu agama dan ilmu

umum, material dan spiritual serta dunia akhirat. 10

C. Relevansi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam Konteks Pendidikan Islam di Abad 21

Pendidikan adalah amal usaha Muhammadiyah yang diadakan pertama

kali oleh KH. Ahmad Dahlan, bahkan sebelum Muhammadiyah lahir dan

berkembang oleh pendirinya sendiri. Kini setelah lebih dari tujuh puluh tahun,

pendidikan itulah yang merupakan amal usaha yang paling besar, banyak dan

berpengaruh, di samping usaha dakwah melalui jalan non formal seperti pengajian

9Adi Nugraha, K.H. Ahmad Dahlan ..., Hlm 74

10Adi Nugraha, K.H. Ahmad Dahlan ,Hlm 122.

Page 9: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

rutin, jumlahnya agak jauh lebih besar dari amal usaha Muhammadiyah melalui

sekolahan tersebut. Amal usaha ini merupakan warisan terbesar dari hasil

pemikiran KH. Ahmad Dahlan, hingga kini berbagai amal usaha, khususnya di

bidang pendidikan berkembang dan meluas.11 Zaman selalu maju dan berubah,

demikian pula manusia tak hentihentinya mencari yang baru, guna

menyempurnakan hidupnya. Agama Islam diyakini ajarannya cocok untuk segala

zaman. Oleh karena itu, memerlukan pembaharuan cara memahaminya. Di antara

usaha yang telah dilakukan KH. Ahmad Dahlan melalui pendidikan

Muhammadiyah dan tarjih, di samping muktamar Muhammadiyah selalu berusaha

mendapatkan cara-cara baru dalam melaksanakan ajaran Islam, sehingga bisa

lebih dipahami dan diamalkan oleh umat Islam Indonesia.12 Apalagi dalam

kehidupan abad 21 telah menuntut manusia unggul dan hasil karya unggul juga.

Hal ini disebabkan karena masyarakat abad 21 adalah masyarakat terbuka yang

memberikan berbagai jenis kemungkinan pilihan. Dengan sendirinya, hanya

manusia unggul yang dapat survive dalam kehidupan yang penuh persaingan dan

menuntut kualitas kehidupan.

KH. Ahmad Dahlan adalah pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa

yang tersirat dalam Tafsir al Manar (karya tulis Muhammad Abduh). Sehingga,

meskipun KH. Ahmad Dahlan tidak punya latar belakang pendidikan Barat, beliau

membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas melalui ajaran Islam sendiri,

11 Abdul Munir Mulkhan, Warisan Intelektual dan Amal Usaha Muhammadiyah, Op Cit, hlm 94

12 207 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm 97.

Page 10: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

menyerukan ijtihad dan menolak taqlid. KH. Ahmad Dahlan dapat dikatakan

sebagai suatu ”model” dari bangkitanya sebuah generasi yang merupakan titik

pusat dari suatu pergerakan yang bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan

yang dihadapi golongan Islam yang berupa ketertinggalan dalam sistem

pendidikan dan kejumudan paham agama Islam.13

Pendidikan di Indonesia saat itu terpecah menjadi dua. Yaitu, pendidikan

sekolah-sekolah barat yang sekuler, yang tak mengenal ajaranajaran yang

berhubungan dengan agama, dan pendidikan di pesantren yang hanya mengajar

ajaran-ajaran yang berhubungan dengan agama. Dihadapkan pada dualisme sistem

pendidikan ini, KH. Ahmad Dahlan gelisah dan bekerja keras sekuat tenaga untuk

mengintegrasikan, atau paling tidak mendekatkan kedua sistem pendidikan itu.

Cita-cita pendidikan yang digagas Dahlan adalah lahirnya manusiamanusia

yang baru yang mampu tampil sebagai ulama intelek atau antelek ulama, yaitu

seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani

dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem

pendidikan tersebut, KH. Ahmad Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus, yaitu

memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Barat yang sekuler, dan mendirikan

sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum bersama-sama

diajarkan.14

13 Adi Nugraha, K.H. Ahmad Dahlan ..., hlm 121

14 Adi Nugraha, K.H. Ahmad Dahlan, hlm 122

Page 11: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

Kedua tindakan itu di abad 21, sudah menjadi fenomena umum, yang

pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak dilakukan oleh

yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide KH. Ahmad Dahlan tentang model

pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama intelek masih

terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya

warisan yang mesti dieksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang dan waktu,

masalah tehnik pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu

pendidikan atau psikologi perkembangan.15

Dalam rangka menjamin kelangsungan sekolahan yang KH. Ahmad

Dahlan dirikan, maka beliau mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada

1912. Ini lah warisan dari pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang berkembang

hingga abad 21. Metode pembelajaran yang dikembangkan KH. Ahmad Dahlan

bercorak kontekstual melalui proses penyadaran. Contoh klasik adalah ketika KH.

Ahmad Dahlan menjelaskan surat al Maun kepada santri-santrinya secara

berulang-ulang sampai santri itu menyadari bahwa surat itu menganjurkan supaya

manusia itu harus saling memperhatikan dan menolong fakir miskin, dan harus

mengamalkan isinya. Setelah santri-santri itu mengamalkan perintah itu, baru

diganti surat berikutnya. Ada semangat yang mesti dikembangkan oleh pendidik

Muhammadiyah, yaitu bagaimana merumuskan sistem pendidikan ala al Maun

sebagaimana dipraktikkan KH. Ahmad Dahlan. 16

15 Adi Nugraha, K.H. Ahmad Dahla,  hlm 122

16 Adi Nugraha, K.H. Ahmad Dahlan...,  Hlm. 123

Page 12: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

Anehnya, yang diwarisi oleh warga Muhammadiyah adalah tehnik

pendidikannya, bukan cita-cita pendidikan, sehingga tidak aneh apabila ada yang

tidak mau menerima inovasi pendidikan. Inovasi pendidikan dianggap sebagai

bid’ah. Sebenarnya, yang harus ditangkap dari KH. Ahmad Dahlan adalah

semangat untuk melakukan perombakan atau etos pembaruan, bukan bentuk atau

hasil ijtihadnya.17

Usia pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang digagas dalam bentuk

pendidikan Muhammadiyah kini hampi satu abad. Dalam rentang waktu yang

cukup panjang itu, pendidikan Muhammadiyah yang didalamnya terdapat gagasan

pemikiran KH. Ahmad Dahlan menghadapi berbagai gelombang perubahan;

perubahan sosial-budaya dan perubahan sosial ekonomi.

Perubahan-perubahan itu dari waktu ke waktu kian cepat dan tidak jarang

mengejutkan. Karena itu, pendidikan Muhammadiyah dituntut selalu siap

mengantisipasi segala kecenderungan global yang terjadi di luar lingkungan

lembaga pendidikannya.18 Oleh karena itu, KH. Ahmad Dahlan tidak

meninggalkan pemikiran dalam bentuk tulisan, karena dikhawatirkan kelak warga

Muhammadiyah hanya berpegang teguh pada apa yang ditulisnya tanpa

mengembangkan inisiatif dalam mencari yang terbaik terhadap berbagai segi

kehidupan umat Islam.

17 Adi Nugraha, K.H. Ahmad Dahlan...,  Hlm. 123

18 Khozin, Menggugat Pendidikan Muhammadiyah, (Malang : UMM Press, 2005), hlm 53.

Page 13: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

Ada indikasi bahwa pendidikan Muhammadiyah mengalami kebekuan

(jumud) dalam tiga dasawarsa terakhir ini. Spirit pembaruan yang dulu diwariskan

KH. Ahmad Dahlan tidak lagi dihidupkan. Dengan perkataan lain, bahwa telah

terjadi diskontinuitas pembaruan dalam tubuh pendidikan Muhammadiyah. Yang

berjalan saat ini, di abad 21 adalah sekedar melanjutkan gagasan awal pendidikan.

Gagasan-gagasan segar yang berusaha melakukan pembaruan dalam ukuran

tertentu memang sudah ada, tetapi sering hanya berhenti pada tataran pemikiran,

belum sampai pada aksi seperti yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan.19

Usaha-usaha yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan meski diakui sangat

terbatas, tetapi gerakannya dalam rangka memperbarui sistem pendidikan boleh

dikatakan sebagai revolusi besar dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia. Di

abad 21, usaha-usaha pembaruan KH. Ahmad Dahlan secara praktisnya sebagai

berikut; memindahkan model pendidikan langgar dan pesantren ke sekolah-

sekolah, yaitu dengan memperkenalkan ruangan yang memakai kursi, bangku,

kurikulum yang terdiri dari pengetahuan umum dan agama.20

Dalam abad 21, boleh dikatakan hampir tidak ada kekhasan yang

membedakan antara pendidikan Muhammadiyah dengan pendidikan lain.

Pendidikan Muhammadiyah sangat konvensional dan kehilangan daya

pembaruannya. Hal ini jelas terlihat dari sikap konservatif yang mengukur

pembaruan pendidikan dari format pembaruan yang dilakukan Sang Suhu (KH.

Ahmad Dahlan), dan bukan pada spirit pembaruannya. Akibatnya, pendidikan

19 Khozin, Menggugat .., hlm 54

20 Khozin, Menggugat ..., hlm 55

Page 14: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

Muhammadiyah kurang mampu merespon dinamika eksternal karena tidak

mampu menawarkan solusi kreatif terutama pada tingkat kelembagaan dan

kurikuler.

Format pembaruan pendidikan yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan

memang tergolong modern dan kreatif untuk masa itu, tetapi semuanya segera

menjadi usang seiring dengan perkembangan waktu yang sudah modern. Isyarat

kecenderungan global yang senatiasa berubah cepat ini sebenarnya sudah

didengungkan oleh KH. Ahmad Dahlan kepada generasi awal Muhammadiyah.

Dalam kaitan ini sebagaimana dikutip oleh Khozin dalam bukunya ”Menggugat

Pendidikan Muhammadiyah”, disini dinyatakan bahwa KH. Ahmad Dahlan

menasihatkan: Muhammadiyah sekarang ini lain dengan Muhammadiyah yang

akan datang. Maka teruslah kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan di

mana saja. Jadilah guru, kembalilah kepada Muhammadiyah, jadilah meester,

insinyur, dan lain-lain dan kembalilah kepada Muhammadiyah.21

D. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut :

1. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam dapat

terlihat pada usaha beliau yang menampilkan wajah pendidikan Islam

21 Khozin, Menggugat ...,57-58

Page 15: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

sebagai suatu sistem pendidikan yang integral. Pemikiran KH. Ahmad

Dahlan yang hendak mengintegrasikan dikotomi ilmu pengetahuan,

menjaga keseimbangan, bercorak intelektual, moral dan religius dapat

terlihat pada aspek pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang meliputi : a)

tujuan pendidikan Islam; beliau berpendapat bahwa tujuan pendidikan

Islam yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh, dapat

menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spiritual; b) materi

atau kurikulum pendidikan Islam; beliau melakukan dua tindakan

sekaligus, yaitu memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda

yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan

pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Materi pendidikan Islam

menurut KH. Ahmad Dahlan itu meliputi pendidikan moral, pendidikan

individu, dan pendidikan kemasyarakatan; dan c) metode atau tehnik

pengajaran; beliau lebih banyak mengadopsi sistem pendidikan sekolah

Barat yang sudah maju.

2. Relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan pada konteks pendidikan Islam

di abad 21 nampak sebagiannya masih ada yang sesuai dan sebagian

lainnya ada yang perlu disempurnakan jika diaplikasikan di abad 21. Di

antara pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang memiliki keterkaitan dalam

pendidikan Islam abad 21 adalah aspek tujuan pendidikan Islam dan

kurikulum pendidikan Islam, karena pemikiran KH. Ahmad Dahlan

hendak menyinergikan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Apalagi di abad 21, arah pendidikan Islam itu sendiri tidak hanya

Page 16: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

menjadikan manusia memiliki kemampuan secara kognitif, afektif, dan

psikomotorik tetapi dalam diri seseorang harus tertanam sikap dan pribadi

yang berakhlak karimah. Dan pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang

konsep pendidikan Islam sarat dengan ide-ide yang berkenaan dengan

upaya menanamkan nilai-nilai kepribadian, etika, dan moral dalam diri

anak didik. Walaupun pemikiran KH. Ahmad Dahlan telah ada sejak masa

penjajahan, namun tak mengurangi para generasinya untuk

mengembangkan dan melanjutkan semangat pembaharuan KH. Ahmad

Dahlan.

Referensi :

A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005

Adi Nugraha, K.H. Ahmad Dahlan Biografi Singkat (1869-1923) Cetakan III, Yogyakarta: Garasi House Of Book, 2000.

Abdul Munir Mulkhan, Warisan Intelektual dan Amal Usaha Muhammadiyah, Yogyakarta : PT. Percetakan Persatuan, 1990.

Abdurrahman Masud, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Cet 1, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2001.

Hery Noer Aly, Dkk, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2003.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995.

Khozin, Menggugat Pendidikan Muhammadiyah, Malang : UMM Press, 2005

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Page 17: Konsep Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan

Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 2, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.