strategi dakwah muhammadiyah pada masa kh ahmad dahlan 2003

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Muhammadiyah adalah organisasi pembaharu Islam yang pada waktu itu telah Islam mengalami pendangkalan makna dan banyak dicampuri tradisi Hindu-Budha. KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah adalah seorang mubaligh muda yang dalam setiap berdakwah untuk menyampaikan ide-ide purifikasi islam banyak mengalami tantangan, bahkan dari keluarganya sendiri. Tentunya hal ini menjadi lumrah karena pada saat itu masih dalam era penjajahan dan banyaknya tokoh-tokoh Islam yang menanamkan pemikiran memusuhi setiap perkembangan apalagi yang berkaitan dengan kaum penjajah. Muhammadiyah sejak lahir menjadikan dirinya sebagai organisasi atau Persyarikatan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Dengan demikian maka keseluruhan dari kegiatan Muhammadiyah adalah dakwah Islamiyah, sesuai dengan bidang masing-masing bagian atau lembaga dalam Muhammadiyah Dakwah pada dasarnya adalah suatu proses yang berkesinambungan yang merupakan aktivitas dinamis yang mengarah kepada kebaikan, pembinaan dan pembentukan masyarakat yang bahagia dunia dan akhirat melalui ajakan yang kontinyu kepada kebaikan serta mencegah 1

Upload: princeprastha

Post on 26-Dec-2015

305 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Strategi dakwah muhammadiyah pada masa KH Ahmad Dahlan

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Muhammadiyah adalah organisasi pembaharu Islam yang pada waktu itu telah

Islam mengalami pendangkalan makna dan banyak dicampuri tradisi Hindu-

Budha. KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah adalah seorang

mubaligh muda yang dalam setiap berdakwah untuk menyampaikan ide-ide

purifikasi islam banyak mengalami tantangan, bahkan dari keluarganya sendiri.

Tentunya hal ini menjadi lumrah karena pada saat itu masih dalam era penjajahan

dan banyaknya tokoh-tokoh Islam yang menanamkan pemikiran memusuhi setiap

perkembangan apalagi yang berkaitan dengan kaum penjajah.

Muhammadiyah sejak lahir menjadikan dirinya sebagai organisasi atau

Persyarikatan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Dengan demikian maka

keseluruhan dari kegiatan Muhammadiyah adalah dakwah Islamiyah, sesuai

dengan bidang masing-masing bagian atau lembaga dalam Muhammadiyah

Dakwah pada dasarnya adalah suatu proses yang berkesinambungan yang

merupakan aktivitas dinamis yang mengarah kepada kebaikan, pembinaan dan

pembentukan masyarakat yang bahagia dunia dan akhirat melalui ajakan yang

kontinyu kepada kebaikan serta mencegah mereka dari hal-hal yang mungkar.

Oleh sebab itulah, maka kegiatan dakwah merupakan kewajiban bagi umat Islam

secara keseluruhan, baik secara individu sesuai dengan kapasitas dan

kemampuannya masing-masing maupun secara berkelompok atau kelembagaan

yang diorganisir secara rapi dan modern, dikemas secara apik dan profesional

serta dikembangkan secara terus menerus mengikuti irama dan dinamika

perubahan zaman dan masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dan untuk mencapai keberhasilan

dakwah, maka efektifitas dan efisiensi dalam menyelenggarakan dakwah

merupakan suatu hal yang harus mendapat perhatian dengan diproses melalui

strategi dakwah yang mapan. Untuk memperoleh batasan terhadap pengertian

strategi dakwah.

1

Page 2: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

Perkataan strategi pada mulanya dihubungkan dengan operasi militer dalam

skala besar-besaran. Oleh sebab itu, strategi dapat berarti “ilmu tentang

perencanaan dan pengarahan operasi militer secara besar-besaran”. Disamping itu

dapat pula berarti “kemampuan yang terampil dalam menangani dan

merencanakan sesuatu”. Sedangkan tujuan suatu strategi ialah untuk merebut

kemenangan atau meraih suatu hasil yang diinginkan.

Seperti itu dapat dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Di antaranya surah an-

Nahl ayat 125:

ه�ي� ب�ال�ت�ي م اد�له� و�ج� ن�ة� س� الح� وع�ظ�ة� الم� و� ة� كم� ب�الح� ب�ك� ر� ب�يل� س� إ�ل�ى ادع�

ت�د�ين� ه ب�الم� أ�عل�م� و� و�ه� ب�يل�ه� س� ع�ن ل� ض� ب�م�ن أ�عل�م� و� ه� ب�ك� ر� إ�ن� ن� أ�حس�

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang

baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

1.2 Identifikasi Masalah

Setelah kita mengetahui latar belakang makalah ini, maka didapatkan

identifikasi masalah sebagai berikut :

a. Konsep dasar dan strategi dakwah Muhammadiyah.

b. Strategi dakwah Muhammadiyah pada masa KH. Ahmad Dahlan.

c. Strategi dakwah kultural Muhammadiyah pada masa KH Ahmad Dahlan.

d. Konsep dakwah kultural Muhammadiyah pada masa KH Ahmad Dahlan.

e. Tantangan strategi dakwah Muhammadiyah pada masa KH Ahmad Dahlan.

2

Page 3: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

1.3 Rumusan Masalah

Maka setelah didapat identifikasi masalah, kita akan mengetahui rumusan

masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana konsep dasar dan strategi dakwah Muhammadiyah ?

b. Apa strategi dakwah Muhammadiyah pada masa KH. Ahmad Dahlan ?

c. Bagaimana strategi dakwah kultural Muhammadiyah pada masa KH Ahmad

Dahlan ?

d. Bagaimana konsep dakwah kultural Muhammadiyah pada masa KH Ahmad

Dahlan ?

e. Apa tantangan strategi dakwah Muhammadiyah pada masa KH Ahmad

Dahlan ?

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini diantaranya adalah :

a. Untuk mengetahui konsep dasar dan strategi dakwah Muhammadiyah.

b. Untuk mengetahui strategi dakwah Muhammadiyah pada masa KH. Ahmad

Dahlan.

c. Untuk mengetahui strategi dakwah kultural Muhammadiyah pada masa KH

Ahmad Dahlan.

d. Untuk mengetahui konsep dakwah kultural Muhammadiyah pada masa KH

Ahmad Dahlan.

e. Untuk mengetahui tantangan strategi dakwah Muhammadiyah pada masa KH

Ahmad Dahlan.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Diharapkan mahasiswa agar dapat lebih mengetahui tentang strategi dakwah

Muhammadiyah pada masa KH Ahmad Dahlan.

b. Diharapkan agar para mahasiswa mengetahui konsep dasar Muhammadiyah.

3

Page 4: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar dan Strategi Dakwah Muhammadiyah

2.1.1 Konsep dasar strategi dakwah Muhammadiyah

Dakwah pada dasarnya adalah suatu proses yang berkesinambungan yang

merupakan aktivitas dinamis yang mengarah kepada kebaikan, pembinaan dan

pembentukan masyarakat yang bahagia dunia dan akhirat melalui ajakan yang

kontinyu kepada kebaikan serta mencegah mereka dari hal-hal yang mungkar.

Oleh sebab itulah, maka kegiatan dakwah merupakan kewajiban bagi umat Islam

secara keseluruhan, baik secara individu sesuai dengan kapasitas dan

kemampuannya masing-masing maupun secara berkelompok atau kelembagaan

yang diorganisir secara rapi dan modern, dikemas secara apik dan profesional

serta dikembangkan secara terus menerus mengikuti irama dan dinamika

perubahan zaman dan masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dan untuk mencapai keberhasilan

dakwah, maka efektifitas dan efisiensi dalam menyelenggarakan dakwah

merupakan suatu hal yang harus mendapat perhatian dengan diproses melalui

strategi dakwah yang mapan. Untuk memperoleh batasan terhadap pengertian

strategi dakwah.

2.1.2 Strategi dakwah

Untuk kepentingan dakwah ke depan, di samping secara terus menerus

mengoptimalkan aktivitas yang sudah ada, beberapa pilihan dapat dilakukan

Muhammadiyah untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah, diantaranya :

1. Melakukan revitalisasi keluarga. Al-Qur’an surat al-Hasyr (66) ayat 7

menegaskan keharusan memelihara dan menjaga diri dan keluarga. Artinya,

perintah untuk melakukan revitalisasi dakwah secara terus menerus dan

berkelanjutan dari diri dan keluarga. Keluarga, sebagimana dipandukan dalam

4

Page 5: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah, difungsikan sebagai a. media

sosialisasi nilai-nilai ajaran Islam b. kaderisasi; sebagai pelansung dan

penyempurna gerakan da’wah, c. sebagai media pemberian keteladanan dan

pembiasaan amal Islami, dan d. media penciptaan suasa dan kehidupan islami

dalam bentuk membangun pergaulan yang saling mengasihi, menyayangi,

saling menghargai dan menghormati, memelihara persamaan hak dan

kewajiban.

2. Optimalisasi mesin persyarikatan dalam bentuk pemberdayaan ranting dan

amal usaha secara maksimal sebagai media dakwah. Pimpinan persyarikatan

dan pimpinan amal usaha baik bidang pendidikan, kesehatan dan sosial secara

aktif dan sungguh-sungguh berkerja sama mengefektifkan gerakan dakwah di

ranting dan amal usaha. Diprogramkan secara sistemik, amal usaha, terutama

yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial untuk menjadikan peserta

didiknya sebagai kader-kader Islam yang dipersiapkan untuk mewujudkan

masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

3. Sebagai telah diungkapkan di atas tentang kedahsyatan pengaruh media

elektronik dan teknologi informasi dalam membentuk pola pikir dan prilaku

masyarakat, merupakan keniscayaan dakwah Muhammadiyah memanfaatkan

media elektronik dan teknologi informasi. Saatnya Muhammadiyah mulai

berdakwah melalui dunia maya sumpama lewat facebook, bolgger dan

sebangsanya. Dalam pemanfaatan media elektronik, mungkin Muhammadiyah

dapat mengambil bagian dalam mengisi acara tertentu di televisi lokal yang

pada masa mendatang akan banyak dikembangkan.

4. Menjadikan maal sebagai obyek dakwah. Munculnya maal baru sesungguhnya

memberikan peluang untuk berdakwah, sekurang-kurangnya untuk membantu

pengunjung maal melaksanakan shalat jum’at. Bagi Muhammadiyah, ini

merupakan lahan dakwah yang relatif strategis. Di antara jama’ah, ada

berasalah dari kalangan menengah atas. Dari mereka dapat dikembangkan

jaringan di kalangan masyarakat menengah atas yang belakangan banyak

dikuasai oleh kelompok lain.

5

Page 6: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

5. Melakukan sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga di lingkungan

Muhammadiyah. Sebenarnya Muhammadiyah mempunyai obyek dakwah

yang tidak pernah kering. Mereka datang ke Muhammadiyah, baik ketika sakit

yang ditampung oleh balai pengobatan Muhammadiyah, atau sekolah dan

perguruan tinggi Muhammadiyah. Selama ini, mereka belum secara maksimal

dijadikan sebagai obyek dakwah betapapun Muhammadiyah telah menegaskan

semua amal usaha yang dimiliki adalah media dakwah Muhammadiyah.

Sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga dapat membantu

terselenggaranya aktivitas dakwah secara maksimal. Wallâhu A’lam bi al-

Shawâb

Seperti itu dapat dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Di antaranya surah an-

Nahl ayat 125

ه�ي� ب�ال�ت�ي م اد�له� و�ج� ن�ة� س� الح� وع�ظ�ة� الم� و� ة� كم� ب�الح� ب�ك� ر� ب�يل� س� إ�ل�ى ادع�

ن ب�م� أ�عل�م� و� ه� ب�ك� ر� إ�ن� ن� أ�حس�

ت�د�ين� ه ب�الم� أ�عل�م� و� و�ه� ب�يل�ه� س� ع�ن ل� ض�

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

6

Page 7: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

2.2 Strategi Dakwah Muhammadiyah pada Masa KH. Ahmad Dahlan

Strategi dakwah Muhammadiyah yang didirikan K.H Ahmad Dahlan dalam

dakwah Islam menggunakan strategi yang berpusat pada pembaharuan (tajdid)

serta menjaga kemurnian Islam (purifikasi). Dalam rangka kegiatan pembaharuan

dan pemurnian itu, selain dengan pemasyarakatan tajdid (dengan menggerakkan

telaah ulang atas sistim mazhab dan taklid buta), Muhammadiyah juga

mengadakan gerakan pemberantasan TBC (takhyul, bid’ah, dan churafat). Untuk

itu, dakwah Muhammadiyah banyak diarahkan untuk memberantas segala hal

yang berbau TBC (Weinata Sairin, 2005: 48-50).

Ada dua prinsip dasar yang menjadi acuan dakwah yang dikembangkan

pendiri Muhammadiyah, K.H Ahmad Dahlan; pertama, adalah pembebasan, yakni

membebaskan manusia dari belenggu kebodohan, dan yang kedua, adalah

penghargaan atas harkat dan martabat kemanusiaan. Dalam upaya untuk

membebaskan masyarakat dari kolonialisme asing yang membodohkan, K.H

Ahmad Dahlan melakukan lompatan kultural dengan mengadopsi aspek-aspek

positif dari budaya asing, seperti mendirikan lembaga pendidikan, panti asuhan,

dan balai pengobatan. Sementara itu, untuk membebaskan manusia dari belenggu

budaya dan kepercayaan, K.H Ahmad Dahlan mengembangkan pendidikan yang

berbasis pada pengembangan akal dan rasionalitas. Sebagai implikasi dari

lompatan dakwah yang berbasis pengembangan akal dan rasionalitas itulah K.H

Ahmad Dahlan sering dipersepsikan anti budaya lokal (Abdurrahim Ghazali,

2003: 9-11).

Dengan dikenalkan dakwah kultural di lingkungan Muhammadiyah

mengindikasikan adanya aktualisasi penyikapan atas segala budaya lokal di

lingkungan persyarikatan Muhammadiyah. Organisasi ini semakin menyadari

tentang pentingnya budaya local sebagai media dakwah, walaupun mungkin

sekarang masih dalam proses memilih, dan memilah dengan ’hati-hati’ berbagai

7

Page 8: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

macam budaya lokal agar tidak bertabrakan dengan doktrin-doktrin yang sudah

mapan di Muhammadiyah

2.3 Strategi Dakwah Kultural Muhammadiyah pada Masa KH Ahmad

Dahlan

Dakwah kultural adalah upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh

dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia

sebagai makhluk budaya secara luas, dalam rangka mewujudkan masyarakat

Islam yang sebenar-benarnya. Ciri-ciri dakwah cultural adalah dinamis, kreatif

dan inovatif (Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2004: 26).

Muhammadiyah yang didirikan KH Ahmad Dahlan, strategi dakwahnya

berpusat pada pembaharuan (tajdid) serta menjaga kemurnian Islam (purifikasi).

Dalam rangka kegiatan pembaharuan dan pemurnian itu, selain dengan

pemasyarakatan tajdid (dengan menggerakkan telaah ulang atas sistim mazhab

dan taklid buta), Muhammadiyah juga mengadakan gerakan pemberantasan TBC

(takhyul, bid’ah, dan churafat). Untuk itu, dakwah Muhammadiyah banyak

diarahkan untuk memberantas segala hal yang berbau TBC.

Dengan datangnya ‘pembaharuan’ dan ‘purifikasi’ yang dibawa

Muhammadiyah sudah barang tentu berbenturan dengan faham keagamaan yang

sudah lama berkembang di masyarakat yang notabene dalam ‘beberapa amaliah’

sudah mendapatkan pembenaran dari ulama tradisionil. Oleh karena itu, dalam

sidang Tanwir Muhammadiyah di Denpasar, Bali, tahun 2002, memberikan PR

besar bagi warga Muhamamdiyah untuk menerobos wacana baru, yaitu “dakwah

kultural”. Wacana ini memang sangat kontraversial di kalangan Muhammadiyah.

Namun melalui pengkajian secara intensif oleh beberapa tokoh di kalangan

Muhamamdiyah, akhirnya dicapai kata sepakat untuk mengagendakan dakwah

kultural ke depan. Pada sidang tanwir Muhammadiyah di Makassar, tahun 2003,

telah direkomendasikan dakwah kultural sebagai pendekatan sekaligus metode

dalam berdakwah di Muhammadiyah (Mu’arif, 2005: 164-165).

8

Page 9: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

Tegasnya gerakan dakwah kultural ini cenderung mempertanyakan kebenaran

statement yang mengatakan bahwa gerakan dakwah dipandang belum sungguh-

sungguh memperjuangkan Islam, ketika belum secara terus-menerus

memperjuangkan negara berdasarkan syariat Islam. Dakwah kultural

mempertanyakan validitas tesis tersebut, apakah benar dakwah umat yang berada

di luar kekuasaaan, adalah dakwah yang tidak lengkap, dan sempurna.

Sebagai ormas Islam, Muhammadiyah sangat kental dengan predikat

‘pemurnian’, sehingga kesannya angker, sebab banyak dari warga pedesaan

khususnya, merasa segala aktifitas berkesenian dilarang. Muhammadiyah

dianggap anti kesenian. Padahal tidak semua kesenian bertentangan dengan ajaran

Islam. Menurut Ahmadun Y Herfanda (budayawan dan wartawan), melihat

fenomena kebudayaan sekarang ini, Muhammadiyah sebaiknya memiliki strategi

yang jitu untuk mengakomodir berbagai budaya yang berkembang dalam

masyarakat, sekaligus menyaring seni dan budaya yang sesuai dengan kepribadian

dalam Muhammadiyah (Suara Muhammadiyah, 2006: 6-9). Hal itu juga sesuai

dengan gagasan ‘dakwah kultural’. Kalau selama ini dakwah Muhamamdiyah

terkonsentrasi pada kalangan abangan dan masyarakat perkotaan semata, maka

dengan adanya perubahan dan gerak zaman yang begitu cepat, perlu adanya

rumusan yang jelas menyangkut segmen pedesaan untuk menjadi sasaran dakwah

Muhammadiyah ke depan (Din Syamsuddin, 2005: v).

Untuk mengatasi problematika umat tersebut, maka aktivitas dakwah

Muhammadiyah harus difokuskan pada beberapa hal. Pertama, pengentasan

kemiskinan. Kedua, persiapan suplai elit muslim ke berbagai jalur kepemimpinan

bangsa sesuai dengan skillnya masing-masing. Ketiga, mapping sosial umat

sebagai langkah pengembangan dakwah. Keempat, pengintegrasian wawasan

etika, estetika, logika, dan budaya dalam berbagai planning dakwah, Kelima,

pendirian pusat-pusat studi dan informasi umat secara profesional yang

berorientasi pada dinamisasi iptek. Keenam, menjadikan masjid sebagai pusat

aktivitas ekonomi, kesehatan, dan syia’ar Islam. Ketujuh, menjadikan Islam

sebagai pelopor yang profetis, humanis, dan transformatif (Usman Jasad, 2004:

9

Page 10: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

38-39). Dengan bahasa lain, dakwah Islam tidak boleh dijadikan obyek dan alat

legitimasi bagi pembangunan yang semata-mata bersifat ekonomis-pragmatis

(Muhammad Azhar, 2003: 12-13). Langkah-langkah tersebutlah yang akan

membawa Islam menjadi sebuah gerakan dakwah yang progresif dan inklusif.

Efektifitas dakwah mempunyai dua strategi yang saling mempengaruhi

keberhasilannya. Pertama, peningkatan kualitas keberagamaan dengan berbagai

cakupannya seperti di atas, dan kedua, mampu mendorong perubahan sosial. Ini

berarti memerlukan pendekatan partisipatif di samping pendekatan kebutuhan.

Dakwah bukan lagi menggunakan pendekatan yang hanya direncanakan sepihak

oleh pelaku dakwah dan bukan pula hanya pendekatan tradisional, mengutamakan

besarnya massa.

Suasana seperti itulah yang membuat dai dan mad’u terlibat diskusi secara

dialogis tentang dakwah Islam itu sendiri. Dengan demikian pola pikir antar

keduanya dapat disatukan dan dimodifikasikan untuk menjadi pola pikir dan aksi

secara konsisten. Pandangan seperti ini sejalan dengan statemen Benedict dalam

Theories of Man and Culture (Elvin Hatch, 1973: 29), di mana ia menyatakan:

All thought a culture is the chance accumulation of so many disparate

elements for tuitously assembled from all direction by diffusion, the constituent

elements a remodified to form a more or less consistent pattern of thought and

action.

“Semua pikiran adalah suatu kultur akumulasi yang memberi kesempatan

sangat banyak bagi unsur-unsur yang berlainan untuk dirakit dari semua arah

difusi, unsur-unsur yang konstituen dapat dimodifikasi kembali untuk membentuk

suatu contoh pola aksi dan pikiran konsisten yang lebih besar”.

Pada dasarnya semua manusia yang sudah baligh, laki-laki maupun

perempuan diperintahkan oleh Allah untuk saling menopang demi terlaksana dan

tegaknya amar ma’ruf dan nahi munkar. Penegakkan amar ma’ruf dan nahi

munkar akan menjadi parameter kualitas khaira ummah. Menurut Ibnu Katsir

10

Page 11: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

Umat yang terbaik adalah umat yang terbaik bagi manusia dari sisi kemanfaatan

mereka (Aunur Rahim Faqih, 2006: 52). Dengan kata lain, kebaikan umat itu

hanya ada pada implementasi dakwah yang berwujud amar ma’ruf dan nahi

munkar secara konsisten dan berkesinambungan.

Imam Abdullah an-Nasafi (2001: 194) dalam kitabnya Tafsir an-Nasafi

menjelaskan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar yang artinya sebagai

berikut:

“Al-Ma’ruf adalah apa yang dinyatakan baik oleh syara’ dan akal, sedangkan

al-munkar adalah apa yang dinyatakan buruk oleh syara’ dan akal. Bisa juga, al-

ma’ruf ialah sesuatu yang bersesuain dengan al-kitab dan as-sunnah, sedangkan

al-munkar adalah yang berseberangan dengan keduanya. Atau bisa juga al-ma’ruf

adalah ketaatan kepada Allah, sementara al-munkar adalah kemaksiatan kepada-

Nya”.

Menurut Zakiyudin Baidawy, tokoh muda Muhammadiyah, berbeda dari dua

model dakwah Muhammadiyah sebelumnya yang anti- TBC, dakwah kultural

Muhammadiyah adalah dakwah pro-TBC. Yakni: 1) dakwah yang memanfaatkan

dan membangkitkan kemampuan imajinatif (takhayyul) individu dan masyarakat

agar kehidupan semakin estetik (indah), holistik, simbolik (dalam arti beradab),

dan cerdas; 2) dakwah yang mendorong, memotivasi, dan mengkondisikan

individu dan masyarakat untuk mencipta (kreatif) dan menemukan (inovatif)

berbagai hal baru (bid’ah) baik dalam ide (pemikiran, wacana, teori dalam

Muhammadiyah, dan masyarakat), aktivitas (praksis, gerakan Muhammadiyah),

dan bentuk kebudayaan (amal-amal usaha Muhammadiyah); 3) serta dakwah yang

mengeksplorasi seluruh kemampuan untuk meredefinisi “mitos” (baca: cita-cita

sosial, meminjam istilah Mohammed Arkoun), mereproduksi, bahkan

memproduksi mitos baru (khurafat) untuk mambangun citra keberagamaan,

keberislaman, dan keber-muhammadiyah-an dalam rangka menuju masyarakat

utama.

11

Page 12: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

Untuk itu, dakwah kultural tidak hanya difokuskan pada penyikapan atas

budaya lokal, tapi perlu diarahkan pada dakwah pengembangan masyarakat

dengan harus memperhatikan beberapa prinsip dasar, yaitu; pertama, orientasi

pada kesejahteraan lahir dan batin masyarakat luas. Dakwah tidak hanya sekedar

merumuskan keinginan sebagian masyarakat saja, tapi direncanakan sebagai usaha

membenahi kehidupan sosial bersama masyarakat, agar penindasan,

ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan tidak lagi hidup di tengah-tengah

mereka. Skala makro yang menjadi sasaran dakwah bukan berarti meninggalkan

skala mikro kepentingan individu anggota masyarakat. Kedua, dakwah

pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah upaya melakukan rekayasa

sosial untuk mendapatkan perubahan tatanan kehidupan sosial yang lebih baik.

Untuk itu, landasan berpikir pada dai dalam melihat problem yang dihadapi

masyarakat adalah sebuah permasalahan sosial, yang mestinya pemecahannya

dilaksanakan dalam skala kehidupan sosial (Abdul Halim, 2005: 15-16). Dengan

dikenalkan dakwah kultural di lingkungan Muhammadiyah mengindikasikan

adanya ’aktualisasi’ penyikapan atas budaya lokal di lingkungan

Muhammadiyah.Organisasi ini semakin menyadari tentang pentingnya budaya

lokal sebagai media dakwah, walaupun mungkin sekarang masih dalam proses

memilih, dan memilah dengan ’hati-hati’ berbagai macam budaya lokal agar tidak

bertabrakan dengan doktrin-doktrin yang sudah mapan di Muhammadiyah.

12

Page 13: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

2.4 Konsep Dakwah Kultural Muhammadiyah pada Masa KH Ahmad

Dahlan

1. Dakwah kultural dalam konteks budaya local

Dakwah Muhammadiyah dalam  konteks budaya lokal berarti mencari bentuk

pemahaman dan upaya yang lebih empatik dalam mengapresiasi kebudayaan

masyarakat yangakan menjadi sasaran dakwh dan mengaktualisasikan  gerakan

dakwah Islam dalam realitas kebudayaan masyarakat Indonesia secara terus

menerus dan berproses sehingga nilai-nilai Islam mempengaruhi, membingkai,

dan membentuk kebudayaan yang Islami. khususnya di kalngan umat Islam,

melalui pendekatan dan strategi yang tepat

2. Dakwah kultural dalam konteks budaya global

Muhammadiyahperlu mengkaji  secara mendalam titik-titik silang antara Islam

dan budaya global, baik secara teoritik maupu empirik, untuk keberhasilan

dakwah , seperti : memperhatikan substansi atau pesan dakwah, memperhatikan

pendekatan dan strategi dakwah, memperhatikan media atau wahana dakwah dan

memperhatikan pelaku atau subjek dakwah.  Maka dari itu Muhammadiyah perlu

memperluas khazanah dakwahnya agar sesuai dengan pola perkembangan budaya

global.

3. Dakwah kultural melalui apresiasi seni

Budaya termasuk seni khususnya  adalah ekspresi dari perasaan sosial  yang

bersifat kolektif sehingga merupakan ungkapan yang sesungguhnya  dari hidup

dan kehidupan masyarakat. Muhammadiyah mengembangkan dakwah kultural

melalui apresiasi seni, dengan pengembangan seni yang ma’ruf untuk kepentingan

dakwah Islam. Adapun untuk seni yang belum makruf maka perlu dilakukan

melalui tahap seleksi  dan pemilahan secara syar’I, tahap intervensi nilai dan

13

Page 14: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

rekayasa isi, tahappenguatan dan pengembangan seni sehingga bisa menjadi seni

yang ma’ruf. Maka dakwah kultural Muhammadiyah bisa berperan untuk

melahirkan inovasi dan kreasi.

4. Dakwah kultural melaui media

Dakwah melalui multimedia merupakan aktivitas dakwah dengan

memanfaatkan berbagai bentuk tekhnologi informasi dan komunikasi sebagai

media atau wahana pencapaian tujuan dakwah. Dakwah lewat multimedia dapat

melalui media cetak, media elektronik, media virtual atau internet.  Adapun

agenda yang perlu dilakukan Muhammadiyah  menyangkut aspek persepsi atau

wawasan, aspek sumberdaya manusia, dan kelembagaan, serta aspek kegiatan /

program .

5. Dakwah kultural gerakan jamaah dan dakwah jamaah

Dakwah kultural sebenarnya merupakan kelanjutan dari program Gerakan

Jamaah dan Dakwah Jamaah. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah bisa menjadi

media bagi dakwah kultural dengan fokus pemberdayaan dan pengembangan

masyarakat melalui pembentukan jamaah sebagai satuan sosial (komunitas),

menjadi penting dan mendesak untuk direalisasikan.

2.5 Tantangan Strategi Dakwah Muhammadiyah pada Masa KH Ahmad

Dahlan

Adapun tantangan yang dihadapi oleh KH Ahmad Dahlan dalam melaksanakan

strategi dakwah Muhammadiyah, diantaranya adalah :

1. Tantangan dari anggota Muhammadiyah sendiri

Muhammadiyah telah mengalami perkembangan yang sangat pesat baik

perkembangan dalam hal amal usaha maupun perkembangan secara kuantitas

14

Page 15: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

Muhammadiyah. Perkembangan selama satu abad ini, Muhammadiyah tetap exis

dalam mengurangi setiap perubahan zaman, perubahan era pemimpin dan banyak

perubahan-perubahan lainnya. Tentunya hal ini bukan sesuatu yang mudah

dilakukan oleh organisasi yang banyak mengalami tantangan dan teror yang

dilakukan oleh berbagai pihak.

Oleh karena itu, banyak organisasi yang secara sedikit demi sedikit hanya

meninggalkan sejarah, contohnya Boedi Utomo, Sarekat Dagang islam, atau

sarekat Islam. Muhammadiyah dalam memasuki abad ke 2 ini tentunya banyak

hal yang harus dibenahi agar tetap exis selama-lamanya. Salah satu hal yang patut

dilakukan adalah menjadikan Muhammadiyah menjadi organisasi yang bukan

hanya menginginkan banyaknya anggota, akan tetapi harus juga menjadi

organisasi yang berkualitas secara kualitas, terutama kuaitas anggota-anggotanya.

Tentunya ini bukanlah sekedar omong kosong belaka. Karena ternyata banyak

fenomena yang terjadi di kalangan Muhammadiyah.Orang dengan begitu

mudahnya masuk menjadi anggota Muhammadiyah hanya dengan dibuktikan

dengan memiliki kartu anggota Muhammadiyah yang saat ini ternyata semakin

mudah didapatkan dengan tidak memandang siapa mereka dan apa yang sudah

mereka lakukan untuk perkembangan dakwah Muhammadiyah dan bahkan

mungkin, juga dalam kehidupan keseharian mereka sama sekali tidak

mencerminkan pribadi-pribadi Muhammadiyah seperti yang diinginkan oleh para

pendiri dan para pejuang Muhammadiyah di generasi awal.

Yang paling mengecewakan dan menyesakan hati adalah mereka kebanyakan

menjadi anggota Muhammadiyah hanya karena ingin masuk dan bekerja di amal

usahaMuhammadiyah. Dan tentunya ini terjadi di semua bagian negara Indonesia.

Ini adalah hal yang sangat riskan dan bisa menjadikan Muhammadiyah kehilangan

banyak aset amal usaha. Banyak khasus yang telah terjadi, sekolah

Muhammadiyah beralih nama, masjid dikuasai oleh pihak lain, dan yang pastinya

banyak yang lainnya yang banyak tidak kita ketahui.

Kejadian-kejadian nyata ini harus segera ditanggulangi jika kita tidak ingin

mendengar nanti atau entah berapa tahun lagi bahwa Muhammadiyah telah

menjadi sejarah dan tidak lagi mampu mengukir sejarah peradaban bangsa.

15

Page 16: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

2. Tantangan dari Organisasi Lain

Perkembangan Muhammadiyah yang sangat pesat tentunya akan menjadikan

banyak organisasi lain meniru untuk melakukan hal yang serupa. Minimal mereka

akan belajar bagaimana menjadi seperti Muhammadiyah. Muhammadiyah yang

memiliki ribuan sekolah mulai dari sekolah dasar dan menengah (SDM/MIM,

SMPM/MTsM, SMA/MAM/SMEAM, dan STMM) sampai pada Perguruan

Tinggi Muhammadiyah menjadi hal yang menarik untuk diteliti dan dikaji untuk

kemudian diterapkan di organisasi mereka.

Selain tantangan dari organisasi yang menjadikan Muhammadiyah sebagai

partner mereka, tentunya masih banyak tantangan dari organisasi lain yang tidak

suka dengan tindakan Muhammadiyah dari tahun ke tahun telah menjadi rahasia

umum bahwa Muhammadiyah telah membaha paham Wahabi (Muhammad bin

Abdul wahab) yang sangat dibenci dan ditakuti oleh kaum tradisionalis yang anti

pati terhadap berbagai macam pembaharuan atau purivikasi ajaran Islam yang

telah banyak dicampuri oleh berbagai ritual-ritual agama lain.

Muhammadiyah dengan jargon dakwah Amal Ma’ruf Nahi Munkar

menjadikannya sebagai organisasi yang sangat semangat memerangi ajaran yang

sangat berbau tahayul, bid’ah, dan khurafat (TBC). Hal inilah yang menjadikan

Muhammadiyah banyak dimusuhi oleh masyarakat Indonesia khususnya kaum

tradisionalis yang banyak dianut oleh kebanyakan umat Islam Indonesia.Mereka

menganggap bahwa dakwah Muhammadiyah akan mengancam existensi mereka

dan pengaruh mereka di kalangan kaum muslim.

Tentunya hal ini hanyalah salah satu dari berbagai cobaan yang dihadapi oleh

Muhammadiyah. Saat-saat ini kita sering mendengar di Indonesia banyak

diberitakan tentang gerakan-gerakan pencucian otak yang diklaim oleh gerakan

Negara Islam Indonesia (NII). Selain itu banyak juga kaum-kaum sempala yang

mengaku Islam tetapi tidak menjalankan ajaran Islam dan bahkan mereka

merubah-rubah syariat Islam yang telah sempurna dibawa oleh Rasululloh

16

Page 17: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

Muhammad SAW. Dan yang lebih buruk lagi adalah banyaknya orang-orang yang

mengaku menjadi nabi dan mendapatkan wahyu dari Allah SWT dan ada satu lagi

yang mengaku sebagai malaikat jibril dan mendirikan kerajaan tuhan (Lia Eden).

Hal-hal tersebut menjadi lahan dakwah Muhammadiyah untuk dapat

membentengi umat Islam agar tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran sesat mereka.

3. Tantangan dari eksternal umat islam (agama lain)

Indonesia memiliki azaz Pancasila dan menganut paham demokrasi telah

menjadikan negara yang mayoritas Islam ini harus mengakui lima agama lainnya

(Khatolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu). Dan satu kepercayaan kepada

Tuhan (aliran kepercayaan).

Dakwah Muhammadiyah yang mengIslamkan umat Islam juga bagaimana

mampu mengIslamkan orang yang belum Islam atau dakwah kepada orang-orang

non Islam. Begitupun umat agama lain pasti akan melakukan hal-hal yang serupa

untuk menyebar luaskan ajaran agama mereka. Lebih fokus saat ini adalah

bagaimana Muhammadiyah harus bisa menekan gerakan Kristenisasi yang banyak

merambah di berbagai daerah umat-umat Islam.

Kristenisasi yang telah lama dilakukan di Indonesia mulai dari zaman

penjajahan dengan konsep 3G (Gold, Glory dan Gospel). Sampai sekarang ini

masih berjalan. Banyak kasus Kristenisasin yang telah terjadi di setiap sudut kota

maupun di desa, baik secara terang-terangan maupn gerakan terselubung dalam

melakukan gerakan permurtadan, contohnya adalah pendirian gereja di daerah

Bekasi. Dan tentunya lebih banyak lagi kejadian yang tidak kita ketahui.

Melihat hal semacam ini Muhammadiyah harus lebih mengintensifkan

terutama di kantong-kantong masyarakat yang masih labil keimanannya,

contohnya adalah di desa-desa miskin dan sudut-sudut kumuh di kota. Karena di

daerah tersebut menjadi lahan empuk para misionaris yang melakukan gerakan

Kristenisasi. Dengan menawarkan berbagai macam bantuan-bantuan.

17

Page 18: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

Dan hal ini sangat mendapat sambutan dari kaum muslim yang miskin dan

menggadaikan keimanan mereka karena kemiskinan. Dan ternyata banyak umat

Islam tidak mempedulikan hal ini. Muhammadiyah yang juga sebagai gerakan

sosial seperti yang dulu dicontohkan oleh K.H.Ahmad Dahlan harus semakin

merespon hal ini dengan memberikan berbagai macam bantuan kepada mereka,

baik bantuan secara spiritual untuk semakin memperkokoh keimanan mereka juga

mampu memberikan bantuan secara materi (pekerjaan). Sehingga dengan

memberi bantuan kepada mereka makan mereka akan merasa dipedulikan oleh

saudara sesama muslim mereka dan mereka tidak akan menggadaikan keimanaan

mereka dengan keimanan lain karena merasa berhutang budi kepada para

misioneris Kristen.

18

Page 19: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Jika strategi dakwah Muhammadiyah bertujuan untuk memberikan warna

kehidupan budaya bangsa dengan nilai-nilai Islam yang handal dan berkualitas

tinggi, maka saatnya sudah bagi kita sekarang untuk mengkaji ulang terhadap

keberadaan, kiprah dan cara pandang strategi dakwah yang dibangun oleh KH

Ahmad Dahlan. Posisi sebagai rakyat kecil tidak pernah efektif menentukan nasib

masa depan suatu bangsa. Bagaimana mengubah posisi demikian itu agar menjadi

posisi yang berwibawa dalam sejarah merupakan kerja dakwah dalam makna yang

benar dan komprehensif.

19

Page 20: Strategi Dakwah Muhammadiyah Pada Masa KH Ahmad Dahlan 2003

Daftar Pustaka

Ma’arif, A. Strategi Dakwah Muhammadiyah (Masa lalu, Kini dan Masa

Depan), diakses pada tanggal 29 Maret 2014. Dari [http:// nbasis.wordpress.

com /2010/12/22/ strategi- dakwah-muhammadiyah-masa- lalu-kini-dan-

masa-depan-dalam-prespektif-kebudayaan/]

Tyana, U. 2013. Tantangan Dakwah Muhammadiyah pada Masa KH Ahmad

Dahlan, diakses pada tanggal 29 Maret 2014. Dari

[http://ukhtyan.blogspot.com/2013/09/tantangan-dakwah-

muhammadiyah.html]

Aziz, T. 2012. Strategi Dakwah Kultural Muhammadiyah, diakses pada

tanggal 29 Maret 2014. Dari [http://tarqumaziz.blogspot.com/2012/03/strategi-

dakwah-kultural-muhammadiyah.html]

Muthola’ah. 2012. Strategi Dakwah Muhammadiyah dalam berbagai bidang

pada Masa KH Ahmad Dahlan, diakses pada tanggal 29 Maret 2014. Dari

[http:// alfablackid.blogspot.com/2012/01/strategi-dakwah-muhammadiyah-

dalam.html]

20