konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni...

89
KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DI INDONESIA DALAM TEORI MASLAHAH MURSALAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: PUPUT NADIA SAPITRI NIM: 11150440000063 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 26-Oct-2019

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DI

INDONESIA DALAM TEORI MASLAHAH MURSALAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

PUPUT NADIA SAPITRI

NIM: 11150440000063

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia
Page 3: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia
Page 4: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia
Page 5: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

iv

ABSTRAK

Puput Nadia Sapitri. Nim 11150440000063. KONSEP KAFA’AH DALAM

PERKAWINAN ANGGOTA TNI DI INDONESIA DALAM TEORI MASLAHAH

MURSALAH. Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. xiii- 64

Halaman + lampiran 23

Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan konsep Kâfa’ah dalam

perkawinan anggota TNI, apakah sesuai dengan hukum Islam, serta analisis

Maslahah Mursalah terhadap konsep Kâfa’ah ini.

Jenis penelitian yang digunakan adalah normatif empiris dan kepustakaan

(Library Research) yaitu dengan mempelajari literatur literatur, peraturan

pengundang-undangan, buku-buku serta tulisan tulisan para sarjana yang berkaitan

dengan skripsi ini.

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi

dokumen dan wawancara. Data yang telah dihimpun dianalisis menggunakan metode

deskriptif analisis dengan pola pikir deduktif.

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa anggota militer mempunyai konsep

tersendiri dalam menentukan Kâfa’ah, yaitu pangkat. Kedudukan pangkat sangat

berpengaruh dalam kedinasan. Pangkat menjadi ukuran yang sangat penting dalam

memilih pasangan hal itu ditunjukan kepada anggota Kowad (Korps Wanita

Angkatan Darat) yang terbentuk dalam suatu aturan bahwasannya “Calon suami yang

berasal dari TNI, harus dalam pangkat yang sama atau lebih tinggi, pada saat

pengajukan izin pernikahan”

Aturan ini dibuat sebagai bentuk kasih sayang dan kepedulian atasan terhadap

bawahannya agar terciptanya kemaslahatan dan mencegah kemudharatan. Agar

anggota Kowad tidak salah dalam memilih calon pendamping hidup, agar mereka

mampu menyamakan visi dan misi dalam mengarungi bahtera rumah tangga

disamping tugasnya yang berat sebagai abdi negara. Serta untuk menjaga harga diri

Page 6: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

v

suami sebagai kepala keluarga yang seharusya menjadi pemimpin keluarga,

mengindari agar istri tidak nusyuz dan untuk mencegah permasalahan yang akan

terjadi dikemudian hari, maka idealnya memang laki-laki harus diatas perempuan.

Baik dalam segi pangkat, pendidikan ataupun gaji.

Tujuan lainnya yaitu agar tercapainya tujuan perkawinan itu sendiri

(membentuk keluarga sakinah, mawadah warahmah), walaupun tujuan perkawinan

tidak mutlak dicapai hanya karena ke kufu’an semata, namun sekufu’ mampu menjadi

penopang utama disamping faktor agama dan akhlak yang baiklah yang jauh lebih

penting yang diutamakan. Hal itu juga untuk mencegah terjadinya kerusakan dalam

perkawinan (perceraian), menjaga keharmonisan rumah tangga prajurit sebab tugas

anggota TNI yang berat harus ditopang oleh keluarga yang kuat dan harmonis.

Aturan ini sejalan dengan teori Maslahah Mursalah ”menolak kerusakan

lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan.” Latar belakang diterapkannya

konsep Kâfa’ah dalam perkawinan adalah untuk menghindari konflik dalam

perkawinan dan dibentuknya aturan ini untuk mencegah terjadinya hal yang tidak

diingkinkan dikemudian hari.

Kata Kunci: Kâfa’ah, Perkawinan, Maslahah Mursalah, keharmonisan,

Pembimbing : Indra Rahmatullah S.H, M.H

Daftar Pustaka : 1994 s.d. 2018

Page 7: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin dimana istilah Arab tersebut belum dapat

diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup penggunaannya masih terbatas.

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

H ha dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis bawah ص

D de dengan garis bawah ض

T te dengan garis bawah ط

Z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Page 8: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

vii

Q Qo ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrop ˋ ء

Y Ya ي

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti bahasa Indonesia, memiliki vokal atau

monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal atau monoftong,

ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

a fathah

i kasrah

u dammah

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

ai a dan i ي

au a dan u و

Page 9: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

viii

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

diimbangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

â a dengan topi di

atas

î i dengan topi di

atas

û u dengan topi di

atas

Kata sandang, dalam bahasa Arab dilambangkan dengan alif dan lam (ال),

dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah atau huruf

qomariyyah. Misalnya:

al-ijtihâd =اإلجتهاد

al-rukhsah, bukan ar-rukhsah =الرخصة

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak berlaku

jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

.al-syuf’ah tidak ditulis asy-syuf’ah =الشفعة

Dalam penulisan ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat

contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbȗtah

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

“t” (te) (lihat contoh 3).

No. Kata Arab Alih Aksara

Page 10: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

ix

syarî’ah شريعة 1

al-syarî’ah al-islâmiyyah الشريعة اإلسالمية 2

muqâranat al-madzâhib مقارنة المذاهب 3

Untuk huruf kapital tidak dikenal dalam tulisan Arab. Tetapi dalam

transliterasi huruf ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diketahui bahwa jika nama diri didahului

oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal

nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh: البخاري= al-Bukhâri

tidak ditulis Al- Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara

ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal. Berkaitan

dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara sendiri,

disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal dari bahasa

Arab, Misalnya: Nuruddin al- Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

Setiap kata, baik kata kerja (fi’il) kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis

secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih akasara dengan berpedoman

pada ketentuan-ketentuan diatas:

No Kata Arab Alih Aksara

الضرورة تبيح المحظورات 1al-darûrah tubîhu al-

mahzûrât

al-iqtisâd al-islâmî االقتصاد اإلسالمي 2

usûl al-fiqh أصول الفقه 3

األصل في األشياء اإلباحة 4al-‘asl fî al-asyya al-

ibâhah

al-maslahah al-mursalah المصلحة المرسلة 5

Page 11: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin segala puji serta syukur dipanjatkan kepada

Allah SWT, tuhan yang mengatur seluruh kehidupan dan penguasa seluruh kehendak

hati manusia. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan selamanya kepada

uswah hasanah kita yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan kepada

umatnya bagaimana memaknai hidup ini sesungguhnya, tak lupa kepada keluarganya,

sahabat dan umatnya yang senantiasa kukuh dan istiqomah dalam memegang

sunnahnya sampai hari pembalasan.

Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar I Program Studi

Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

penulis banyak mendapat bantuan dan sumbangan otivasi dari berbagai pihak,

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, izinkan

penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar besarnya

kepada :

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ibu Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar

Lubis Lc. MA.

2. Bapak Dr. Ahmad Tholabi, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Abdul Halim, M. Ag sebagai Ketua Program Studi Hukum

Keluarga.

4. Bapak Indra Rahmatullah, S.HI, M.H sebagai dosen pembimbing ditengah

kesibukannya beliau telah banyak meluangkan waktu serta memberikan arahan

dan ilmunya selama penulis mengerjakan skripsi ini

5. Bapak Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar, M.A., selaku dosen penasihat akademik

yang selalu menasihati dan membimbing penulis selama kuliah.

6. Segenap dosen, staf perpustakaan, karyawan-karyawan, Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak memberi ilmu dan

memfasilitasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum UIN Jakarta.

Page 12: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

xi

7. Kepada Bapak Heri, Kapten Caj (K) Fitri Handayani, Kolonel Caj Drs. Abu

Haris Mutohar, M.S.I, Mayor. Inf Maspilu S.Ag, , Letkol (K) Diana, Serka (K)

Aprimiyati dan Staf Bintalad yang telah membantu penulis dalam memberikan

wawancara dan memperoleh data yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi

8. Kepada Bapak Ahmad, Ibu Ida, Kakak Desi Lawati dan Dado Muhayar yang

selama ini selalu menjaga, merawat, mendidik dan mendorong serta

membimbing dalam penulisan skripsi. Mereka adalah salah satu alasan bagi

penulis untuk secepatnya menyelesaikan skripsi.

9. Kepada team Napusha yang sangat kompak dan membantu penulis dalam

menjalankan roda perputaran bisnis.

10. Kepada Siti Dzul Rahmat Al Istiqlali dan Alawiyah yang dengan setulus hati

memberikan tempat singgah kepada penulis saat berada di Ciputat.

11. Kepada teman seperjuangan Hukum Keluarga 2015.

12. Kepada sahabat, teman seperjuangan dan sepermainan penulis, Siti Nelly Safitri,

Alfia Rahma Ramadhani, Nada Ulya Qinvi, Asa Hikmatul, Lailatun Najah,

Rahmah Sulistiani, Siti Nurmuhalillah, Muthiarafa Adila, Syahra Irfani, Elliyani

Fikriyah, Vania, Windia, Tasya Annisa, Gusniar Auvina Berty, KUNCI, dan

KKN 45. Terima kasih saya ucapkan atas do’a, dukungan, dan semangat. Serta

rasa bahagia, sedih, dan susah yang selama ini kita tempuh bersama.

Akhirnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan mudah mudahan semua yang

telah penulis lakukan mendapat ridha Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Amin

Jakarta, 10 Mei 2019

Puput Nadia Sapitri

Page 13: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ….......………………………………………….. ii

PENGESAHAN PANITIA UJUAN ………………………………………. iii

ABSTRAK …………………………………………………………………... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ……………………………………………. vi

KATA PENGANTAR …………………….…………………………………. x

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 6

D. Rumusan Masalah .................................................................................. 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 7

F. Kajian Pustaka atau Studi Review Terdahulu ...................................... 7

G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ............................................... 9

H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KAFA’AH ................................... 13

A. Pengertian Kâfa’ah ................................................................................ 13

B. Dasar Hukum Kâfa’ah ........................................................................... 16

C. Ukuran Kâfa’ah dalam Islam ................................................................ 18

D. Implikasi Kâfa’ah Terhadap Tercapainya Tujuan Perkawinan .............. 22

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MASLAHAH MURSALAH .... 25

A. Pengertian Maslahah Mursalah ........................................................... 25

B. Syarat- Syarat Maslahah Mursalah ...................................................... 27

C. Macam- Macam Maslahah Mursalah .................................................... 28

D. Kehujjahan Maslahah Mursalah ........................................................... 33

BAB IV KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA

TNI DI INDONESIA ....................................................................... 35

A. Perkembangan Konsep Kâfa’ah Terhadap Perkawinan Anggota TNI di

Indonesia .............................................................................................. 35

B. Tata Cara Perkawinan Bagi TNI ............................................................ 43

1. Perkawinan di TNI Dalam Peraturan Panglima TNI Nomor 50

Tahun 2014 Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian dan

Page 14: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

xiii

Rujuk .............................................................................................. 43

2. Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit TNI AD Dalam

Buku Petunuk Teknis Nomor Kep/496/VII/2015 ............................ 46

C. Analisis Maslahah Mursalah Terhadap Konsep Kafa’ah dalam

Perkawinan Anggota TNI di Indonesia ................................................. 50

BAB V PENUTUP . ..........................................................................................

A. Kesimpulan .......................................................................................... 58

B. Saran ...................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 61

LAMPIRAN

Page 15: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sangat menganjurkan pernikahan, dengan memenuhi rukun dan

syaratnya serta terhindar dari hal-hal yang dilarang dalam pernikahan seperti telah

diatur dalam al-Quran dan Undang Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan.

Larangan perkawinan adalah larangan untuk kawin antara seorang laki-laki

dan seorang perempuan. Secara garis besar larangan perkawinan antara seorang laki-

laki dan seorang perempuan menurut Syara’ terbagi yaitu larangan abadi dan

sementara. Diantara halangan-halangan abadi yang telah disepkati ada 3 yaitu nasab,

(keturunan), pembesanan dan sesusuan. Halangan sementara ada 9 yaitu halangan

bilangan, halangan pengumpulan, halangan kehambaan, halangan kafir, halangan

ihram, halangan sakit, halangan ‘iddah, halangan perceraian tiga kali bagi suami

yang menceraikan. dan halangan peristrian.1

Dalam Undang Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dilarang

antara dua orang yang: berhubungan darah dalam garis keturunan kebawah atau

keatas, berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara,

antara seorang dengan seorang saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara

neneknya. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/ bapak

tiri. Berhubungan susuan, anak susuan, saudara dan bibi/paman susuan. Berhubungan

saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri dalam hal seorang

suami beristri lebih dari seorang. Yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya

atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin.2

1Abdul Rahman Ghozali, Fiqh munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013), h. 103-

104.

Page 16: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

2

.

Meskipun terdapat larangan dalam pernikahan pada dasarnya agama Islam

sangat menganjurkan pernikahan, begitu juga dengan anggota TNI (Tentara Nasional

Indonesia) sebagai abdi negara, kehidupan prajurit TNI pada umumnya dituntut

dengan kedisiplinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai alat pertahanan negara.

Peran dan tugas anggota TNI yang berat perlu ditunjang oleh keluarga yang

harmonis.

Seorang anggota TNI yang ingin melaksanakan pernikahan harus

mengajukan permohonan kepada pejabat agama yang ditunjuk di lingkungan TNI.

Untuk mendapatkan persetujuan dan bimbingan, permohonan izin pernikahan harus

memenuhi syarat, yaitu: tidak membawa dampak negatif yang merugikan nama baik

satuan/kedinasan dan sehat jasmani maupun rohani bagi kedua calon suami/istri.

Selain persyaratan tersebut, ada juga kelengkapan administrasi yang harus terpenuhi.3

Bimbingan pernikahan dilakukan karrna seorang prajurit dan calon istrinya

harus mempunyai pondasi yang kuat agar tetap saling mendukung dan

mempertahankan rumah tangganya. Karna, tidak sedikit pasangan calon yang

mengalami kekhawatiran tentang apa yang terjadi dalam perkawinan. Mengingat

bahwa tugas bela negara harus didahulukan, baru kemudian istri dan keluarganya.

Semua istri prajurit mau tidak mau harus siap ditinggal kapan saja untuk bertugas,

dan harus siap menerima resiko apapun bahkan paling buruk sekalipun.4

Ketentuan tersebut pada prinsipnya diberlakukan juga pada anggota Kowad

(Korps Wanita Angkatan Darat). Meskipun demikian ada hal khusus yang harus

ditaati oleh Kowad sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis tentang Pembinaan

Korps Wanita Angkatan Darat Nomor KEP/ 1022/XII/2016 Tanggal 14 Desember

2016, yaitu:

3 Buku Petunjuk Teknis tentang tatacara perkawinan, perceraian dan rujuk bagi Anggota TNI

AD yang didapatkan dari Kodim 0503 Grogol 4 Fajar Kurnia Sari, Bimbingan Perkawinan Prajurit TNI AD dalam mewujudkan keluarga

sakinah di kodam I Bukit Barisan” (Skripsi SI Fakultas akwah dan Komunikasi Universitas Islam

Negeri Sumatera Utara,2018), h. 51

Page 17: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

3

.

Ketentuan/persyaratan pengajuan administrasi pernikahan, perceraian dan

rujuk bagi personel Kowad pada prinsipnya sama dengan prajurit TNI AD pada

umumnya dan persyaratan khusus diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

Calon suami yang berasal dari TNI, harus dalam pangkat yang sama atau lebih

tinggi, pada saat pengajukan izin pernikahan. Apabila bukan prajurit TNI, harus

mempunyai pekerjaan tetap, dengan melampirkan surat keterangan dari instansi

dimana calon bekerja dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dan melampirkan NPWP bagi wiraswastawan.5

Dari ketentuan diatas yang menjadi perhatian penulis dalam Petunjuk Teknis

tentang Pembinaan Anggota Korps Wanita Angkatan darat Nomor KEP/

1022/XII/2016 Tanggal 14 Desember 2016 “Calon suami yang berasal dari TNI,

harus dalam pangkat yang sama atau lebih tinggi, pada saat pengajukan izin

pernikahan” Artinya seorang anggota Kowad dilarang menikah dengan anggota TNI

yang pangkatnya lebih rendah darinya, ia hanya diperbolehkan menikah dengan

anggota TNI yang pangkatnya sejajar atau lebih tinggi darinya.

Larangan seorang Kowad menikah dengan calon suami yang pangkatnya

lebih rendah darinya juga tertuang di dalam Peraturan Panglima Tentara Nasional

Indonesia Nomor 50 tahun 2014 tentang Tatacara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk

bagi Prajurit

(1) Prajurit dilarang Hidup bersama dengan wanita/laki-laki tanpa ikatan suami istri

yang sah sesuai dengan peraturan perundang undangan.

(2) Prajurit wanita dilarang melaksanakan perkawinan dengan prajurit pria yang lebih

rendah pangkatnya6

Dalam Buku Petunjuk Teknis Tentang Berlakunya Tata Cara Perkawinan,

Perceraian dan Rujuk Bagi TNI AD Nomor KEP/496/VII/2015 Tanggal 27 Juli 2015

5 Buku Petunjuk Teknis tentang Pembinaan Korps Wanita Angkatan Darat Nomor KEP/

1022/XII/2016 Tanggal 14 Desember 2016 6 Peraturan Panglima tentara Indonesia Nomor 50 tahun 2014

Page 18: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

4

.

yang menyatakan bahwa Prajurit wanita dilarang melaksanakan perkawinan dengan

prajurit pria yang lebih rendah golongan pangkatnya.7

Jika diamati lebih lanjut aturan ini memberikan batasan kepada anggota

Kowad untuk memilih pasangan hidupnya. Padahal memilih pasangan hidup adalah

hak setiap orang selama tidak bertentangan dengan Syariah agama.

Dalam Islam terdapat anjuran memilih pasangan yang sekufu’. Agar dapat

menyatukan visi dan misi dalam menjalani kehidupan Kâfa’ah sama dengan setara,

seimbang, sesuai, sederajat, atau sebanding.8

Kâfa’ah atau sekufu’ dalam perkawinan ialah laki laki sebanding dengan

calon istri sama dalam kedudukan, sebanding dalam tingkat sosial dan sederajat

dalam akhlak dan kekayaan. Jadi, tekanan dalam Kâfa’ah adalah keseimbangan,

keharmonisan dan keserasian terutama dalam hal agama yaitu akhlak dan ibadah.9

Realisasi penerapan Kâfa’ah dalam masyarakat mengharuskan kesepadanan

pekerjaan, profesi ataupun kondisi sosial misalnya seorang dokter dengan dokter,

seorang tani dengan tani, keturunan teuku dengan teuku, keturunan sayyid dengan

syarifah.10

Kâfa’ah dianjurkan oleh Islam dalam memilih calon suami/ istri, namun tidak

menentukan sah atau tidaknya perkawinan. Kâfa’ah adalah hak bagi perempuan dan

walinya, karena jika perkawinan tidak serasi dan seimbang maka akan banyak

problematika yang akan dihadapi dikemudian hari dan bisa berakibat pada

perceraian,11 hal ini juga untuk mencegah adanya aib pada istri atau walinya juga

sebagai jaminan keharmonisan dalam rumah tangga. Hal ini karena gaya hidup dan

7 Surat Keputusan Nomor kep/496/VIII/2015 tentang Pengesahan Berlakunya Buku Petunjuk

Teknik Tentang Nikah Talak Cerai Rujuk 8 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh munakahat, h. 96. 9 Abidin Slamet, Fiqih Munakahat 1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 50. 10 Munazirah,” Konsep Kafa’ah Dalam Pernikahan Menurut Ibnu Qayyim Al-Jaujiyyah”,

(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Ar-Rainy Aceh, 2018), h.19. 11 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh munakahat, h. 97.

Page 19: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

5

.

pencaharian keduanya berdekatan dan membuat keduanya bahagia. Tidak

membahayakan salah satu dari mereka bila mengubah kebiasaan.12

Berbeda hal nya dalam ruang lingkup TNI Kâfa’ah menjadi syarat sah

perkawinan. Jika suami dari anggota Kowad berpangkat lebih rendah maka mereka

tidak dapat melangsungkan perkawinan kecuali satu diantara mereka mengundurkan

diri dari anggota TNI.13

Latar Belakang adanya metode penetapan Kâfa’ah dalam Petunjuk Teknis

tentang Pembinaan Korps Wanita Angkatan Darat Nomor KEP/ 1022/XII/2016 agar

Kowad tidak salah memilih pasangan, menjaga kehormatan dan harga diri suami

baik dalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan TNI, menghindari

percecokan dalam rumah tangga, serta menyamakan visi dan misi dalam

menjalankan tugas. Karena dalam ruang lingkup TNI bawahan harus hormat kepada

atasan, suami adalah kepala keluarga, jika seorang istri pangkatnya lebih tinggi dari

suaminya otomatis ia harus hormat kepada istrinya, kesannya akan seperti terbalik.

Dan juga jika istri pangkatnya lebih tinggi memungkinkan ia akan merasa seperti

pemimpin dalam keluarga dan dikhawatirkan akan nusyuz kepada suami. Maka,

untuk menghindari hal itu dibentuklah aturan dalam Petunjuk Teknis tentang

Pembinaan Korps Wanita Angkatan Darat Nomor KEP/ 1022/XII/2016, Peraturan

Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 tahun 2014 Tentang Tatacara

Perkawinan, Perceraian dan rujuk bagi Prajurit TNI AD, dan dalam Buku Petunjuk

Teknis tentang Pengesahan Berlakunya Buku Petunjuk Teknik Tentang Tata Cara

Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi TNI AD Nomor KEP/ VII/2015. Tanggal 27

Juli 2015.14

12 Musthafa al Bugha dkk, Fiqih manhaji, (Yogyakarta: Darul Uswah, 2012), h. 632-633. 13 Maspilu, Kepala Bagian Perawatan dan Rohis, Interview Pribadi, Jakarta 10 Februari

2019. 14 Vina Vindura, "Metode Penetapan Kafa'ah dalam Juklak no 1/II/1986 Persfektif Hukum

Islam". Al Hukma, 6, 2, (2006), h. 341.

Page 20: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

6

.

Dari latar belakang diatas penulis ingin melakukan penelitian dengan judul

“Konsep Kâfa’ah dalam perkawinan anggota TNI di Indonesia dalam teori

Maslahah Mursalah “

B. Identifikasi Masalah

Dari Latar belakang masalah tersebut penulis mengidentifikasikan masalah

sebagai berikut:

1. Apa yang melatar belakangi metode penetapan Kâfa’ah dalam Petunjuk Teknis

tentang Pembinaan Korps Wanita Angkatan Darat Nomor KEP/ 1022/XII/2016,

Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 tahun 2014 Tentang

Tatacara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk bagi Prajurit TNI AD, dan dalam

Buku Petunjuk Teknis tentang Pengesahan Berlakunya buku Petunjuk Teknik

Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi TNI AD Nomor KEP/

VII/2015. Tanggal 27 Juli 2015.

2. Bagaimana Perkembangan Konsep Kâfa’ah terhadap perkawinan anggota TNI di

Indonesia?

3. Bagaimana Konsep Kâfa’ah dalam perkawinan anggota TNI di Indonesia dalam

teori Maslahah Mursalah ?

4. Bagaimana Implementasi Konsep Kâfa’ah dalam perkawinan anggota TNI di

Indonesia dalam membentuk keluarga yang harmonis?

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis

membatasi yang akan dibahas sehingga pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai

yang diharapkan penulis. Penulis akan membahas tentang perkembangan konsep

Kâfa’ah terhadap perkawinan anggota TNI di Indonesia serta bagaimana konsep

Kâfa’ah itu dalam teori Maslahah Mursalah. Penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif dengan pola pikir deduktif.

Page 21: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

7

.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perkembangan Kâfa’ah terhadap perkawinan anggota TNI di

Indonesia?

2. Bagaimana Konsep Kâfa’ah dalam perkawinan anggota TNI di Indonesia dalam

teori Maslahah Mursalah?

E. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan dengan tujuan yaitu :

a. Untuk mengetahui Perkembangan Kâfa’ah terhadap perkawinan anggota TNI

di Indonesia

b. Untuk mengetahui Bagaimana Konsep Kafa’ah dalam perkawinan anggota TNI

di Indonesia dalam teori Maslahah Mursalah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai Input dan referensi bagi mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum

terutama jurusan Hukum Keluarga, untuk mengetahui Konsep Kâfa’ah dalam

perkawinan anggota TNI.

b. Bagi kalangan Civitas Akademisi, diharapkan penelitian ini menjadi tambahan

khazanah ilmu pengetahuan di Universitas Syarif Hidayatullah dan khususnya

Fakultas Syari’ah dan hukum di jurusan Hukum Keluarga

c. Bagi Anggota TNI dan Kowad diharapkan menjadi pengetahuan dan referensi

mengenai konsep Kâfa’ah.

F. Review Kajian Terdahulu

Dalam penulisan karya ilmiah ini, sebelum penulis mengadakan penelitian

lebih lanjut dan menyusun menjadi sebuah karya ilmiah berupa skripsi, maka

sebelumnya penulis akan mengkaji skripsi, thesis, disertasi, jurnal dan artikel yang

mempunyai judul hampir sama dengan penulis. Maksudnya dari pengkajian ini

Page 22: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

8

.

adalah agar dapat kita ketahui bersama bahwa apa yang penulis teliti berbeda dengan

peneliti skripsi sebelumnya.

Berikut judul beberapa karya ilmiah yang hampir sama dengan penulis teliti

diantaranya:

1. Vina Vindura (2006). Penelitian ini menjelaskan apa yang menjadi latar

belakang adanya pembentukan metode Kâfa’ah dalam juklak no 1/II/1986 dan

analisis hukum Islam terhadap pembentukan juklak no 1/II/1986. Persamaan

dalam penelitian kami adalah bahwa kami sama sama membahas Kâfa’ah di

TNI. Perbedaan dalam penelitian ini adalah objek yang kami gunakan berbeda,

dalam penelitian ini data yang digunakan juklak no 1/ II/1986 sedangkan data

yang saya gunakan Juknis tentang Pembinaan Korps Wanita Angkatan Darat

Nomor KEP/ 1022/XII/2016 Tanggal 14 Desember 2016. Perbedaan lain juga

dalam jurnal ini membahas mengenai latar belakang adanya pembentukan

metode Kâfa’ah dalam Juklak no I/II/1986 dengan tujuan mencapai tujuan

perkawinan sebab dalam lingkungan TNI bawahan harus hormat terhadap

atasan. Jika Suaminya pangkatnya dibawah istrinya maka ia harus hormat

kepada istrinya sementara yang menjadi kepala keluarga adalah suami bukan

istri. Maka dari itu juklak no 1/II/1986 dibentuk untuk menghindari

percekcokan yang akan terjadi dikemudian hari dalam rangka membentuk

keluarga harmonis. Perbedaan dalam penelitian ini penulis lebih menitik

beratkan konsep Kâfa’ah dan perkawinan anggota TNI yang akan dibahas lebih

dalam lagi dengan menggunakan teori Maslahah Mursalah.15

2. Rusdiani (2014). Persamaan penelitian kami yaitu pada tema Kâfa’ah namun

objek yang kami teleti berbeda, penelitian penulis objeknya anggota TNI/

Kowad sedangkan dalam skripsi ini objeknya syahid/ syarifah di masyarakat

Sindere. Dalam skripsi ini menjelaskan mengenai konsep Kâfa’ah dalam

perkawinan masyarakat Sayyid. Keturunan sayyid hanya boleh menikah

15 Vina Vindura, "Metode Penetapan Kafa'ah dalam Juklak no 1/II/1986 Persfektif Hukum

Islam". Al Hukma, 6, 2, (2006), h. 369-370.

Page 23: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

9

.

dengan keturunan perempuan sayyid (syarifah). Begitu juga keturunan syarifah

hanya boleh menikah dengan keturunan sayyid. Jika mereka menikah dengan

non syahid maka akan mendapat sanksi dari masyarakat yaitu pengingkaran

dari keluarganya bahwa perempuan tersebut bukan lagi dari keluarga besar

mereka serta perempuan tersebut tidak boleh tinggal dikampung halaman orang

tuanya.16

G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

1. Metode Penelitian

Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara

kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai

upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara

ilmiah dan termasuk keabsahannya, adapun penelitian merupakan proses

pengumpulan dari analisis data yang dilakukan secara sistematis, untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu, pengumpulan dari analisis data dilakukan secara ilmiah,

baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif, eksperimental maupun non-

eksperimental, interaktif maupun non interaktif.17

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai

berikut:

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah Penelitian Normatif Empiris

dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu

penelitian yang objek kajiannya meneliti dengan cara menelaah literatur yang

difokuskan pada bahan-bahan pustaka. Sumber-sumber yang diperoleh dari

16 Rusdiani, “Konsep Kafa’ah dalam Perkawinan Masyarakat Sayyid ditinjau dari Hukum

Islam” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri ALauddin Makassar,

2014), h. 6-7. 17 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,

(Jakarta: Prenada Media Group, 2016), h. 23.

Page 24: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

10

.

berbagai karya tulis buku, artikel, jurnal, majalah, yang secara langsung

maupun tidak langsung, juga dengan wawancara subjek yang diteliti.18

b. Sumber Data

Penulisan skripsi ini menggunakan dua sumber pokok dalam mengumpulkan

data, yakni sumber primer dan skunder, yang secara teknis dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung terhadap

anggota Kowad, anggota TNI dan studi kepustakaan yang mempunyai

relevansi terhadap konsep Kâfa’ah dalam perkawinan anggota TNI.

2) Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data pendukung data primer.

a) Bahan Hukum Primer, berupa peraturan internal TNI, Petunjuk Teknis

tentang Pembinaan Korps Wanita Angkatan Darat Nomor KEP/

1022/XII/2016, Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia

Nomor 50 tahun 2014 Tentang Tatacara Perkawinan, Perceraian dan

Rujuk bagi Prajurit, dan Buku Petunjuk Teknis Tentang Pengesahan

Berlakunya Buku Petunjuk Teknik Tentang Tata Cara Perkawinan,

Perceraian dan Rujuk Bagi TNI AD Nomor KEP/ VII/2015 tanggal 27

Juli 2015

b) Bahan Hukum Sekunder, yang berasal dari buku-buku ushul fiqh,

qawaid fiqhiyah serta semua hasil penelitian berupa jurnal, artikel

yang berkaitan dengan objek penelitian.

c) Bahan Hukum Tersier, kamus hukum.

18 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2016), cet. 12, h. 47.

Page 25: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

11

.

2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan sebagai salah satu proses mendapatkan

data.19 Adapun sumber data yang dilakukan penulis yaitu dengan menggunakan

Teknik diantaranya :

a. Studi Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data dengan mencari konsepsi-konsepi, teori-teori,

pendapat-pendapat, atau penemuan hukum yang berhubungan dengan

permasalahan pada penulisan ini.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat mengumpulkan

data penelitian untuk mengetahui sumber kejadian secara langsung melalui

beberapa narasumber. Dalam penulisan ini penulis melakukan wawancara

terhadap anggota Kowad yang menikah dengan anggota TNI ataupun bukan

Anggota TNI, Kepala Bagian Perawatan dan Rohis dan juga anggota TNI.

3. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis deduktif yaitu metode yang

dilakukan pada proses analisis data yang bersifat umum dan memiliki kesamaan

unsur sehingga dapat digeneralisasikan menjadi kesimpulan khusus, Analisa yang

dilakukan yaitu mengenai Konsep Kâfa’ah dalam Islam secara umum kemudian

ditarik menjadi aturan Perkawinan Anggota TNI di Indonesia dalam teori

Maslahah Mursalah secara khusus.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian skripsi ini dibagi menjadi

lima bab yang saling berkaitan.

Bab pertama dalam penelitian ini berisi pendahuluan yang meliputi latar

belakang yang menjadi dasar mengapa penulisan ini diperlukan, identifikasi masalah,

19 Ulber Silalahi, Metode penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2009), h. 280.

Page 26: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

12

.

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, review studi terdahulu, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, membahas secara umum Kâfa’ah, Pengertian Kâfa’ah, Dasar

Hukum Kâfa’ah, Ukuran Kâfa’ah Implikasi Kâfa’ah terhadap Tecapainya Tujuan

Perkawinan.

Kemudian pada Bab ketiga penulis membahas mengenai Maslahah Mursalah,

Pengertian Maslahah Mursalah, Syarat Syarat Maslahah Mursalah, Macam Macam

Maslahah Mursalah, dan Kehujjahan Maslahah Mursalah.

Selanjutnya pada Bab keempat penulis akan menguraikan hasil analisis yang

didapat dari Perkembangan Konsep Kâfa’ah Terhadap Perkawinan Anggota TNI

dan Analisis teori Maslahah Mursalah dalam Konsep Kâfa’ah dalam perkawinan

anggota TNI di Indonesia

Kemudian pada Bab ke lima yaitu merupakan bab terkahir dari rangkaian

skripsi ini, penulis akan memberikan hasil kesimpulan dan saran, dan pada bab ini

merupakan rangkaian penutup dari skripsi ini.

Page 27: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

13

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KAFA’AH

A. Pengertian Kafa’ah

Kâfa’ah berasal dari Bahasa Arab (كفىء) berarti sama atau setara. Kata ini

terdapat dalam al Qur’an yang berarti setara atau sama. Contoh di dalam Al

Qur’an yang terapat dalam surat Al-Ikhlas ayat 4

ولم يكن له كفوا أحد

Artinya “tidak suatu pun yang sama dengan- Nya”1

Dalam istilah fikih sejodoh disebut juga dengan “Kâfa’ah” yang artinya

sama, setara, seimbang dan serasi.2 Secara etimologi kafa’ah berarti, sepadanan,

seimbang dan setara. Secara terminologi fikih muamalah Kâfa’ah berarti

kesepadanan, keseimbangan dan keserasian antar calon istri dan suami baik

dalam fisik, kedudukan, status sosial, dan kekayaan sehingga keduanya merasa

cocok dan dapat melangsungkan pernikahan untuk mencapai tujuan pernikahan.3

Sumber lain juga mengatakan Kâfa’ah atau kufu’ menurut hukum Islam

adalah keseimbangan dan keserasian antara calon istri dan suami sehingga

masing masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan perkawinan atau

laki-laki sebanding dengan calon istrinya sama dalam kedudukan sebanding

dalam tingkat sosial dan sederajat dalam akhlak dan kekayaan. Jadi tekanan

dalam Kâfa’ah adalah keseimbangan, kesepadanan dan keserasian terutama

dalam hal agama, yaitu akhlak dan ibadah. Sebab jika Kâfa’ah diartikan

persamaan dalam hal harta dan kebangsawanan maka akan terbentuk kasta.

1Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group,2006), cet. 1, h. 140. 2 Tihami dan Sohari, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 56. 3 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta: elSAS,

2008), cet. 1, h. 12.

Page 28: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

14

Sementara Islam tidak membenarkan adanya kasta, karena pada dasarnya

manusia disisi Allah sama, hanya taqwa yang membedakannya.4

Menikah berarti mengikat sesorang untuk menjadi pasangan atau teman

hidup, maka dari itu hendaknya hati hati dan bersungguh sungguh dalam memilih

pasangan agar tidak menyesal dikemudian hari. Memilih calon suami dan istri

penting, sebab pada proses inilah yang akan menentukan sukses atau tidaknya

mengarungi bahtera rumah tangga hingga sampai pada tujuannya.5

Oleh sebab itu sebelum menikah, seseorang harus memilih orang yang

pantas untuk menjadi pasangan hidupnya. Sehingga keluarga pasangannya pantas

menjadi keluarganya dan menantu menjadi anaknya sehingga bangunan yang

didirikannya menjadi kokoh, tegak berdiri. Tentang hal ini Rasulullah

memberikan nasihat : “Pilihlah calon pasangan hidupmu dari orang yang bersih

karena unsur negatif bisa menurun ke Anak”6

Untuk membangun bangun yang kokoh orang akan memilih bahan

bangunan yang berkualitas tinggi, letak yang strategis dan baik demi menjamin

kekuatan dan kekokohannya. Sama halnya dengan membangun rumah tangga

Islam telah meletakan garis panduan untuk memilih pasangan hidup yang sesuai

menurut ajarannya.7

Dalam memilih pasangan hidup, penting sekali untuk memperhatikan

masalah Kâfa’ah. seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Kufu’ yaitu

sepadan atau seimbang antara seorang istri dan suami baik dari status sosial,

pendidikan, akhlak maupun harta.8 atau kufu’. dewasa ini Kâfa’ah mencakup

beberapa hal:

4 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013), h. 96-

97. 5 Gus Arifin, Menikah Untuk Bahagia, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2010), h. 16-17. 6 Mahmud Ash-shabbagh, Keluarga bahagia Dalam Islam, (Yogyakarta: CV Pustaka

Mantiq), h. 62. 7 Huzaemah T Yanggo, Hukum keluarga dalam Islam, (Palu: Yamiba, 2013), cet.1, h. 168. 8 Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2017), cet. 2, h. 16.

Page 29: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

15

a. Agama dan Kebaikan

Orang Fasik tidak sekufu’ dengan orang yang menjaga diri dari perbuatan

dosa dan saleh. Allah Swt berfirman:

أفمن كان مؤمنا كمن كان فاسقا لا يستوۥن

Artinya: ”Apakah Orang beriman sama dengan orang orang yang fasik ?

Mereka tidak sama” (Qs. As- Sajadah [32]: 18)

b. Mata Pencaharian

Orang yang memiliki mata pencaharian rendah, seperti tukang sapu, tukang

bekam, pengembala, penjaga wc tidak sekufu’ dengan seorang guru, hakim,

dokter atau pedagang.

c. Tidak memiliki cacat permanen, yang bisa dijadikan alasan untuk

membatalkan perkawinan. Jadi orang yang gila atau yang memiliki penyakit

belang tidak sekufu’ dengan orang yang sehat.9

Kesepadanan antara suami dan istri akan lebih menjamin

keharmonisan serta dapat terhindar dari kerusakan rumah tangga hal ini

mengingat bahwa pernikahan merupakan upaya penyatuan dua

kecenderungan yang berbeda semakin banyak persamaan maka semakin

mudah pula untuk meneguhkan kebersamaan dan persatuan antara keduanya.

Semakin banyak perbedaan maka akan semakin sulit untuk meneguhkan

kebersamaan serta akan banyak konflik yang akan dihadapi kedepannya.10

Secara umum sudut pandang yang membenarkan adanya stratifikasi di

bidang perkawinan tetap memprioritaskan aspek keagamaan, artinya dalam

soal agama itu sangat penting untuk dijadikan sebagai tolak ukur dalam

menentukan suatu keputusan yang berkaitan dengan perkawinan11

9 Musthafa al Bugha dkk, Fiqih manhaji, (Yogyakarta: Darul Uswah, 2012), h. 632. 10Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, cet.1, h. 12-13. 11Syarifah Gustiawati dan Novi Lestari “Aktualisasi Konsep Kafa'ah dalam membangun

keharmonisan Rumah Tangga”. Mizan, 4,1, (2016), h. 37.

Page 30: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

16

B. Dasar Hukum Kafa’ah

Kâfa’ah disyariatkan atau diatur dalam perkawinan hukum Islam namun

dalil yang mengaturnya tidak ada yang jelas dalam Al-Qur’an maupun hadist

Nabi maka Kâfa’ah menjadi perbincangan diantara kalangan ulama baik

mengenai kedudukannya dalam Al-Qur’an maupun kriteria dalam penentuan

Kâfa’ah.

Kâfa’ah yang menjadi perbincangan di hampir semua kitab fikih tidak

disinggung dalam undang undang perkawinan di Indonesia, hanya larangan

perkawinan antar agama, itu berarti terdapat penerapan Kâfa’ah dalam aspek

agama. KHI juga memaparkan sedikit tentang pencegahan perkawinan dan yang

diakui sebagai kriteria Kâfa’ah adalah hanya kualitas keberagamaan yang telah

menjadi kesepakatan ulama.12

Pasal 61 “Tidak Se-kufu tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah

perkawinan, kecuali tidak se-kufu karena perbedaan agama atau ikhtilafu al-

dien” 13

Allah telah meletakan prinsip prinsip yang benar untuk memilih calon

suami atau istri, untuk itu Al-Qur’an Al Karim menjadikan unsur ketaqwaan

sebagai ukuran bagi prinsip yang kuat yang tidak bisa digantikan dengan ukuran

yang lain:

كم شعوبا وقبائل لتعارفوا نأكرمكم عند ٱللا كم م ن ذكر وأنثى وجعلن أيها ٱلنااس إناا خلقن ي

عليم خبير أتقىكم إنا ٱللا

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling

12 Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, cet. 1, h.140-144. 13 Kompilasi Hukum Islam

Page 31: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

17

takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal”.

Prinsip utama yang diletakkan oleh Islam untuk menerima calon

mempelai wanita maupun pria adalah memandang agama si calon. Jika agama si

calon itu baik, maka tinggal mempertimbangkan kekayaan, keturunan dan

kecantikan (Bentuk tubuh). Sebaliknya jika agamanya tidak ada maka tidak ada

lamaran atau perkawinan14

Dasar hukum mengenai Kâfa’ah juga terdapat dalam hadist :

أبي ن ع أبيه عن سعيد أبي دبن سعي ني حدث قال: هللا، عبيد عن يحيى حدثنا مسدد حدثنا

لمالها لربع المرأة ح تنك قال سلام و ه علي اللاهم صلاى النابي عن عنهم اللاهم رضي هريرة

ين بذات فاظفر اولدينه وجمالها ولحسبها اك يد ت رب ت الد

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah SAW bersabda:

“Perempuan dikawini karena empat hal, yaitu karena hartanya, karena

keturunannya/kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya,

hendaklah engkau memilih yang beragama. Pastilah engkau bahagia”. (HR.

Bukhari Muslim).15

Pertimbangan Kâfa’ah dalam memilih pasangan juga diriwayatkan

oleh Aisyah r.a Rasulullah SAW Bersabda

ت خياروالنطفكم وانكحواالكفاء وأنكحواإلي ه م

Artinya: "Pilihlah wanita sebagai wadah untuk menumpahkan nutfahmu, carilah

mereka yang sekufu' denganmu dan kawinilah mereka".

Dalam hal kedudukannya dalam perkawinan terdapat perbedaan pendapat

diantara ulama. Jumhur ulama termasuk Malikiyah, Syafi’iyah dan Ahlu Ra’yi

(Hanafiyah) dalam satu riwayat dari Imam Ahmad berpendapat bahwa Kâfa’ah

14 Mahmud Ash-Shabbagh,. Keluarga Bahagia dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Mantiq,

1993), cet. 5, h. 63. 15 Amir dan Taat Nasution, Rahasia Perkawinan dalam Islam (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

1994), Cet. 3, h. 36.

Page 32: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

18

bukan merupakan syarat dalam perkawinan, dalam arti bahwa Kâfa’ah hanya

anjuran saja, dan tetap sah perkawinan antar orang yang tidak se-kufu (Ibnu

Qudomah ) sebagaimana firman Allah :

أن أكر مكم ع ن د هللا أ ت ق ا ك م

Artinya “ yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah yang paling

bertakwa diantara kamu”16

Sebagian ulama termasuk satu riwayat dari Ahmad mengatakan bahwa Kâfa’ah

termasuk syarat sah perkawinan.jadi perkawinan yang tidak sekufu’ tidak sah.

Dalil yang digunakan oleh kelompok ulama ini adalah sepotong hadist nabi yang

diriwayatkan oleh al-Dar Quthiny yang dianggap lemah oleh kebanyakan

ulama.

ل ت ن ك ح و ا الن س اء ا لا م ن ال ك ف اء و ل ت ز و ج و ه ن أ لا م ن ال و ل ي اء

Artinya : “Jangan lah kamu mengawinkan perempuan kecuali dari yang sekufu’

dan jangan mereka dikawinkan kecuali dari walinya “ 17

C. Ukuran Kafa’ah

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan ukuran Kâfa’ah

1. Ibnu Hazm berpendapat bahwa tidak adanya ukuran Kâfa’ah dalam

pernikahan selama bukan pezina dan Kâfa’ah tidak dijadikan

pertimbangan dalam melangsungkan pernikahan. Ia berpendapat bahwa

semua orang Islam adalah saudara dan ia juga berpendapat bahwasanya

setiap muslim selama tidak melakukan zina boleh menikah dengan

perempuan muslim, siapapun orangnya asal bukan perempuan pezina.

Ibnu Hazm juga berpendapat bahwa perkawinan seorang budak hitam

dengan perempuan keturunan khalifah Hasyimi tidak lah haram. Seorang

muslim yang fasik asal tidak melakukan zina adalah sekufu dengan

16 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh munakahat, h. 101. 17 Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, cet. 1, h.141.

Page 33: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

19

perempuan yang fasik dengan syarat perempuan tersebut tidak melakukan

zina18

2. Kalangan Malikiyah berpendapat bahwa Kâfa’ah harus dijadikan

pertimbangan dalam melangsungkan pernikahan, yang menjadi ukuran

seseorang dikatakan sekufu’ dalam kalangan Malikiyah adalah agama.

Seseorang yang istiqomah dalam menjalankan ajaran agama dan akhlak.

Unsur lain seperti kekayaan, kedudukan, pekerjaan dan sebagainya tidak

dijadikan sebagai pertimbangan.19

Di kalangan Malikiyah tidak diperbolehkan apabila seorang gadis

dikawinkan oleh ayahnya dengan seorang peminum khamar (pemabuk)

atau orang fasik, maka gadis tersebut berhak menolak perkawinan

tersebut. Begitu pula jika seorang anak perempuan menikah dengan laki-

laki yang memiliki harta haram atau dengan orang yang sering

bersumpah dengan kata-kata talak.20

3. Kalangan ulama Syafi’iyah yang menjadi kriteria Kâfa’ah adalah

a. Kebangsawanan , suku bangsa atau nasab

b. Kualitas Keberagamaan

c. Kemerdekaan diri

d. Usaha atau profesi, status sosial21

Suku Bangsa didunia ini terbagi menjadi 2, yaitu suku bangsa Arab

dan non Arab. Suku bangsa Arab dibagi menjadi suku Quraisy dan bukan

Quraisy. Setiap nasab diperhitungkan kepada bangsa dari ayahnya. Misalnya

perempuan Arab baik dari suku Quraisy ataupun bukan Quraisy tidak sekufu’

dengan orang Indonesia

18 Syafruddin Yudowibowo, ”Tinjauan Hukum Perkawinan di Indonesia Terhadap Konsep

Kafa'ah Dalam Hukum Perkawinan Islam”. Yustisia, 1,2, (2012), h. 102-103. 19 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, cet. 1, h. 13. 20 Tihami dan Sohari, Fiqih Munakahat, h. 58. 21 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, cet. 1 h. 140.

Page 34: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

20

Identitas agama dalam memilih jodoh bukan semata mata pemeluk

agama Islam namun bagaimana dia mengamalkan ajaran agama Islam. Maka

dari itu perempuan shalehah yang baik dan ta’at dalam mengamalkan ajaran

yang disyariatkan agama Islam tidak sekufu’ dengan laki-laki fasik yang suka

berzina, berjudi dan minum minuman keras.

Identitas merdeka juga menjadi pertimbangan dalam memilih jodoh,

yaitu bahwa perempuan yang merdeka sekufu’ dengan laki laki merdeka

Demikian juga dengan perempuan yang status sosialnya terhormat,

misalnya seorang dokter tidak sekufu’ dengan tukang parkir, tukang sapu

jalan raya. Seorang anak ulama tidak sekufu dengan pedagang, perempuan

bangsawan atau keturunan darah biru tidak sekufu’ dengan laki laki awam22

4. Kalangan Ulama Hanafiyah sepakat yang menjadi ukuran Kâfa’ah

adalah:

a. Nasab, yaitu keturunan atau kebangsaan

b. Islam, yaitu dalam silsilah kerabatnya banyak yang beragama Islam.

c. Hirfah, yaitu profesi dalam kehidupan

d. Kemerdekaan

e. Kualitas Keberagamaan

f. Kekayaan

5. Menurut Ulama Hanabilah yang menjadi kriteria Kâfa’ah itu adalah:

a. Kualitas Keberagamaan

b. Usaha/ Profesi

c. Kekayaan

d. Kemerekaan diri

e. Kebangsawanan atau Nasab23

22 Muhammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta:

Darussalam Perum Griya Suryo Astri, 2004), cet.1, h. 149-150. 23 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, cet. 1, h.140.

Page 35: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

21

Para ulama sepakat menempatkan agama sebagai dasar pertimbangan

dalam Kâfa’ah. Agama yang dimaksud ialah pemahaman yang benar

terhadap ajaran Syariah Islam sekaligus mempraktikannya. Perempuan yang

shalehah adalah perempuan yang senantiasa berpegang teguh pada agama

Allah dan tidak mengabaikan tanggung jawabnya terhadap Allah serta dapat

menghindarkan diri dari nafsu lawamah. Oleh sebab itu Allah menganjurkan

agar memilih calon istri yang berpegang kepada agama agar dapat

melaksanakan kewajiban terhadap suami dan pendidikan anak anak.24

Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:

ين ترب ت يداك تنكح المرأة لربع لمالها ولحسبها وجماله ا ولدينه ا فاظفر بذات الد

Artinya “Wanita dinikahi karena empat sebab: Karena Hartanya,

keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Dan pilihlah wanita yang

berpegang teguh pada agama agar kamu selamat “(Riwayat Al Bukhari dan

Muslim dari Abi Hurairah)

Jumhur ulama berpendapat bahwa Kâfa’ah dalam pernikahan sangat

penting. Unsur Kâfa’ah tidak hanya terbatas pada keistiqomahan dalam

menjalankan ajaran agama dan akhlak tetapi juga Nasab, profesi, kekayaan

dan kesejahteraan.

Para ulama juga berbeda pendapat mengenai hak dalam Kâfa’ah

tersebut. Jumhur ulama berpendapat bahwa Kâfa’ah menjadi hak perempuan

dan para wali. Karenanya, seseorang wali tidak boleh menikahkan seorang

perempuan dengan seorang laki-laki yang tidak sekufu’ ( Sepadan) kecuali

dengan persetujuannya. Menurut Syafi’iyah Kâfa’ah itu menjadi hak

perempuan dan wali yang mempunyai hak pada saat itu.25 meskipun bukan

menjadi syarat sah pernikahan, tetapi sangat dianjurkan karena untuk

mencegah adanya aib pada istri atau walinya juga sebagai jaminan

keharmonisan dalam rumah tangga. Hal ini karena gaya hidup dan

24 Huzaemah T Yanggo, Hukum keluarga dalam Islam, cet 1, h. 168-169. 25 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, cet. 1, h. 13.

Page 36: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

22

pencaharian keduanya berdekatan dan bisa membuat keduanya bahagia.

Tidak membahayakan salah satu dari mereka bila mengubah kebiasaan.26

D. Implikasi Kafa’ah Terhadap Tercapainya Tujuan Perkawinan

Pada pembahasan sebelumya telah dijelaskan mengenai ukuran Kâfa’ah

menurut fuqoha. Namun pada kenyataanya tidak ada manusia yang sempurna

setiap manusia pasti mempunyai kekurangan. Namun, jika dalam kriteria yang

telah disebutkan tadi tidak ada maka agamalah yang diutamakan sebab agama

dapat mencapai derajat kebahagiaan dalam rumah tangga27 tanpa penghayatan

dan pengamalan agama keluarga akan hampa dan gersang, sunyi dari rahmat dan

berkah Allah. Rumah tangga menjadi sangat jauh dari ketenangan dan

kedamaian28

Dalam KHI walaupun penekanan Kâfa’ah hanya pada agama aspek lain

juga mampu menunjang tercapainya tujuan perkawinan, seperti nasab atau

keturunan juga berpengaruh , misalnya seorang perempuan keturunan ningrat jika

menikah dengan seorang laki-laki yan dari keturunan biasa saja akan terjadi

kesenjangan yang dikemudian hari akan akan berakibat tidak berbahagia dalam

kehidupan suami istri.29 Seperti pendapat M. Quraisy Syihab di dalam bukunya

yang berjudul wawasan Al- Quran, bahwa perbedaan tingkat pendidikan, budaya

dan agama antara suami istri seringkali menjadi penyebab timbulnya konflik

yang mengarah pada kegagalan rumah tangga.30

Adapun tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi

petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan

bahagia. Tujuan perkawinan dapat dikembangkan menjadi 5 yaitu:

26 Musthafa al Bugha, Musthafa Al- khan, Ali al- syurbaji, Fiqih manhaji, h. 632-633 27 Tihami dan Sohari, Fiqih Munakahat, h. 61 28 Huzaemah T Yanggo, Hukum keluarga dalam Islam, cet 1, h. 120 29 Amir taat nasution, Rahasia Perkawinan dalam Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994)

cet. 3 h. 38 30 M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Quran, (Bandung: Mizan, 1999), h. 197

Page 37: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

23

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan

2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan

menumpahkan kasih sayangnya

3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan

4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggungjawab menerima hak

serta kewajiban juga bersungguh sungguh untuk memperoleh harta

kekayaan halal

5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram

atas dasar cinta dan kasih sayang.31

Dalam Undang Undang Perkawinan (UU No 1 Tahun 1974) Tentang

Perkawinan, tujuan perkawinan dalam Pasal (1) sebagai rangkaian dari

pengertian Perkawinan, yakni “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami istri. Dengan tujuan membentuk

keluarga ( Rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang

Maha Esa”.32

Dengan demikian jika melihat dari tujuan perkawinan tersebut, Kâfa’ah

dalam perkawinan dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut. Latar belakang

diterapkannya konsep Kâfa’ah dalam perkawinan adalah untuk menghindari

konflik dalam perkawinan. Sebab, semakin banyak persamaan, semakin sedikit

konflik yang akan dihadapi, pun sebaliknya semakin banyak perbedaan semakin

banyak konflik yang akan dihadapi kedepannya. Persamaan tersebuat baik dari

faktor agama, keturunan, pekerjaan, ekonomi, pendidikan, sosial, maupun

budaya. Tujuan perkawinan dapat tercapai apabila kerjasama antara suami istri

berjalan dengan baik sehingga tercipta suasana damai, bahagia dan sejahtera.

31 Abdul Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat, cet. 1 h. 22-24. 32 Undang Undang Nomor 1 tahun 1974

Page 38: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

24

Tujuan Perkawinan tidak mutlak dicapai hanya karena ke kufu’an semata,

tetapi hal tersebut sebagai penopang utama walupun faktor agama dan akhlak

yang baiklah yang jauh lebih penting dan diutamakan.

Pasangan suami istri yang mengikuti aturan agama dalam hidup

berumah tangga dengan menjunjung aturan aturan yang telah ditetapkan Allah,

niscaya dalam rumah tangganya akan mendapatkan keridhoan dari Allah serta

mendapat ketenangan dan mendapat suatu kebahagiaan yang hakiki di dunia

maupun di akhirat.33

33 Jaiz dkk, Ragam Berkeluarga Serasi Tapi Sesat, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar. 1994), h. 48.

Page 39: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

25

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG MASLAHAH MURSALAH

A. Pengertian Maslahah Mursalah

Maslahah Mursalah menurut istilah terdiri dari dua kata yaitu Maslahah dan

Mursalah. Menurut bahasa kata Maslahah berarti “Manfaat” dan Mursalah berarti

“lepas”. Jadi menurut istilah seperti yang dikemukakan menurut Abdul Wahhab

Khallaf yaitu “Sesuatu yang dianggap Maslahah namun tidak ada ketegasan hukum

untuk merealisasikan dan tidak pula ada dalil tertentu baik yang mendukung ataupun

yang menolaknya” sehingga hal ini disebut Maslahah Mursalah (Maslahah yang

lepas dari dalil secara khusus).1

Sumber lain juga mengatakan Maslahah (’مصلحة( berasal dari kata Shalaha

”dengan penambahan “alif” di awal yang berarti “baik” lawan dari kata “buruk )صلح(

atau rusak. Ia adalah mashdar dengan arti kata shalah )صال ح( yaitu “manfaat” atau

“terlepas dari padanya kerusakan”.2 Fuqoha Hanabillah menetapkan bahwa

Maslahah adalah suatu dasar dari dasar dasar Tasyri’. Ibnul Qayyim menetapkan

demikian juga.3

Pengertian Maslahah dalam arti Arab berarti “Perbuatan perbuatan yang

menuju kepada kebaikan manusia”. Dalam artinya yang umum adalah setiap segala

sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, baik dalam arti menarik atau menghasilkan

seperti menghasilkan keuntungan atau kesenangan, atau dalam arti menolak atau

menghindari seperti menolak kemadharatan atau kerusakan. Jadi setiap yang

mengandung manfaat patut disebut Maslahah.4

Seluruh yang Maslahat diperintahkan oleh Syariah dan seluruh yang

Mafsadah dilarang oleh Syariah. Sebab, setiap kemaslahatan mempunyai tingkat

1 Satria Effendi M Zein. Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017), cet. 7, h. 135-136. 2 Amir Syafiruddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2008), cet. 4, h.

323. 3Ashshiddieqy, dan Teungku Muhammad Hasbi, Pokok Pokok Pegangan Imam Madzhab,

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), Cet. 1, h. 305. 4 Amir Syafiruddin, Ushul Fiqh, h. 324.

Page 40: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

26

tingkat tertentu tentang kebaikan dan manfaatnya. Dan setiap kemafsadatan juga

memiliki tingkat tingkatannya dalam keburukan dan kemudharatan5

Maslahah Mursalah menurut bahasa artinya kebaikan yang dikirimkan atau

kebaikan yang terkandung. Maslahah Mursalah yang dimaksud oleh ahli ushûl fiqh

adalah

ه ي ل ع ق ف ت م ل ص ا د ج و ي ل و ال ق ع ب ا س ن م م ك ح ا ل ب ر ع ش ى ي ن ع م د ج و ي ن ا

Artinya “Bahwa terdapat satu makna yang dirasa ketentuan itu cocok dengan akal

sedang dalil yang disepakati tentang (hal tersebut) tidak terdapat”.6

Al Maslahah sebagai dalil hukum mengandung arti bahwa Al Maslahah

menjadi landasan dan tolak ukur dalam penetapan hukum. Dengan kata lain hukum

masalah tertentu ditetapkan sedemikian rupa karena kemashlahatan menghendaki

agar hukum tersebut ditetapkan pada masalah tertentu.

Secara mutlak Maslahah Mursalah diartikan oleh ahli Ushûl Fiqh sebagai

suatu kemaslahatan yang secara hukum tidak disyariatkan oleh Syari’, serta tidak ada

dalil Syar’i yang menerangkan atau membatalkannya. Maslahah ini disebut mutlak

sebab tidak terikat oleh dalil yang membatalkannya. Misalnya kemaslahatan yang

diambil para sahabat dalam mensyariatkan adanya penentuan pajak penghasilan,

pengadaan penjara, percetakan mata uang, penetapan hak milik tanah pertanian, atau

hal-hal lain yang termasuk kemaslahatan yang dituntut dalam keadaan darurat,

kebutuhan atau kebaikan namun belum di syariatkan hukumnya. 7

Dengan demikian di dalam hukum Islam terdapat dua macam kaidah. Yang

pertama kaidah Ushûl Fiqh dan yang kedua kaidah kaidah fikih. Kaidah Ushûl Fiqh

yang ditemukan di dalam kitab-kitab Ushûl Fiqh di gunakan untuk mengeluarkan

hukum (Takhrîj al-ahkâm) dari sumbernya baik Al-Qur’an ataupun Al Hadis. Yang

kedua kaidah-kaidah fikih yaitu kaidah yang disimpulkan secara umum dari materi

5 A Djajuli, Kaidah Kaidah Fiqih, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), cet. 2, h.

27. 6 Basiq Djalil. Ilmu Ushul Fiqih Satu & dua, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010),

cet. 1, h. 163. 7 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang: Dina Utama, 2014), cet.2, h. 139.

Page 41: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

27

fikih dan kemudian digunakan pula untuk menentukan hukum dari kasus kasus baru

yang muncul, yang tidak jelas hukumnya di dalam Nash.8

B. Syarat Syarat Mashlahah Mursalah

1. Maslahah itu harus hakikat bukan dugaan. Ahlul hilli wal aqdi dan mereka yang

mempunyai disiplin ilmu tertentu memandang bahwa pembentukan hukum itu

untuk membawa kemanfaatan dan menolak kerusakan.

2. Maslahah harus bersifat umum dan menyeluruh, tidak khusus untuk orang

tertentu dan tidak khusus untuk beberapa orang dalam jumlah sedikit.

3. Maslahah itu harus sejalan dengan tujuan hukum yang dituju oleh Syar’i.

Maslahah tersebut harus Maslahah yang di didatangkan oleh Syar’i. Jika tidak ada

dalil tertentu yang mengakuinya maka Maslahah tersebut tidak sejalan dengan

yang dituju oleh islam dan tidak dapat dikatakan Maslahah.

4. Maslahah itu bukan Maslahah yang tidak benar. Dimana nash yang sudah ada

tidak membenarkannya dan tidak menganggap salah.9

Imam Malik adalah Imam Madzhab yang menggunakan dalil Maslahah Mursalah.

Untuk menerapkan dalil ini, ia mengajukan tiga syarat:

a. Adanya persesuaian antara Maslahah yang dipandang sebagai sumber dalil yang

berdiri sendiri dengan tujuan tujuan Syari’ah (Maqashid As- Syari’ah)

b. Maslahah itu harus masuk Akal (Rationable), mempunyai sifat sifat yang sesuai

dengan pemikiran rasional, dimana seandainya diajukan kepada kelompok

rasional akan diterima

c. Penggunaan dalil Maslahah ini adalah dalam rangka menghilangkan kesulitan

yang mesti terjadi (Rafu Haraj Lazim). Dalam pengertian, seandainya maslahat

yang dapat diterima akal itu tidak dambil, niscaya manusia akan mengalami

kesulitan.10

8 A Djajuli, Kaidah Kaidah Fiqih, h.,4. 9 Chaerul Umam dkk, Ushul Fiqih 1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), cet. 2, h. 137-138. 10 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016), cet.9, h. 454.

Page 42: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

28

C. Macam Macam Maslahah Mursalah

1. Dari segi ada tidaknya kesaksian Syara’ (Syâhdah asyari) terhadapnya baik

kesaksiannya mengakui/melegitimasi sebagai Al Maslahah ataupun tidak. Jumhur

ulama membanginya kedalam tiga bagian:

a. Al Maslahah yang terdapat kesaksian Syara’ dalam mengakui keberadaannya

(mâ syahid asy-syar’lii’tibârihâ)

Al Maslahah dalam bentuk pertama ini menjelma menjadi landasan

dalam Al Qiyâs (analogi). Maslahah ini biasa disebut dengan Al Maslahah Al

Mu’tabarah. semua ulama sepakat Al Maslahah ini merupakan Hujjah

(landasan hukum). seperti contoh keharaman perasan kurma yang memabukan

yang tidak terdapat nash-nya kepada keharaman meminum perahan anggur

yang memabukan yang terdapat nashsh-nya di dalam Al-Qur’an dan Sunnah11

b. Al Maslahah yang terdapat dalam kesaksian Syara’ dalam mengakui

keberadaannya (mâ syahid asy-syar’li buthlânihâ)

Al Maslahah kedua ini adalah bathil, dalam arti tidak dapat dijadikan

sebagai hujjah karena ia bertentangan dengan Nash. Bentuk Maslahah yang

kedua ini biasa disebut dengan Al-Maslahah al-mulghâ. Sebagai contoh: pada

zaman dahulu seorang ulama pernah mengeluarkan fatwa, bahwa terhadap

seorang raja yang kaya yang melakukan hubungan

Suami istri pada siang hari di bulan Ramadhan maka dikenakan

kifarat puasa dua bulan berturut turut, tanpa boleh memilih antara

memerdekakan budak atau puasa berturut turut atau memberi makan enam

puluh orang miskin.

Dasar pemikirannya adalah agar memberikan efek jera bagi orang

yang melakukan pelanggaran dalam ibadah. Jika raja yang kaya tersebut boleh

memilih antara memberi makan 60 orang miskin atasu memerdekakan budak

11 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), cet.2, h. 207.

Page 43: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

29

tentu ia akan mudah untuk melakukannya karena ia kaya dan ini tidak

memberikan efek jera kepadanya. Jika hukumannya berpusa selama dua bulan

berturut turut tentu ia akan kewalahan melakukannya dan diharapkan dapat

memberikan efek jera dan tidak mengulanginya lagi.

Bentuk fatwa seperti ini tidak dibenarkan karena bertentangan dengan

Syara’ dan berarti mengubah ketentuan hukum Syara’ berdasarkan nalar murni.

Jika sekiranya ketentuan Syara’ membenarkan pola penetapan seperti ini, maka

tentulah Rasulullah menetapkan hukum dengan pola yang sama.12

c. Al Maslahah yang tidak dapat kesaksian Syara’ baik yang mengakuinya

maupun yang menolaknya dalam bentuk Nash tertentu (mâ lam yasyhad asy-

syar’lâ libuthlânihâ wa lâ lii’tibârihâ nashsh mu’ayyan).

1) Al Maslahah al-gharîbah

Yaitu Maslahah yang sama sekali tidak terdapat kesaksian Syara’

terhadapnya, baik yang mengakui maupun menolaknya. dalam

kenyataannya Maslahah bentuk ini hanya ada dalam teori tetapi tidak

ditemukan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.13

2) Al Maslahah al mulâ’imah

Yaitu Al Maslahah yang meskipun terdapat didalam Nash yang

mengakuinya namun sejalan dengan tujuan Syara’ dalam lingkup yang

umum (al-ushûl al-khamsah). Tujuan Syara’ dipahami dari makna umum

yang terkandung di dalam Al- Quran, hadis dan al-Ijmâ Maslahah inilah

yang biasa disebut dengan istilah Maslahah Mursalah.14

2.Dari segi kekuatannya sebagai Hujjah dalam menetapkan hukum:

12 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, cet.2 h. 208. 13 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, cet.2 h. 209. 14 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, cet.2 h. 209-210.

Page 44: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

30

a. Maslahah Dharuriyah ( الضرورية المصلحة)

Dharuriyah adalah perkara-perkara yang menjadi tempat tegaknya

kehidupan manusia, yang bila ditinggalkan maka rusaklah kehidupan,

merajalela kerusakan, timbulah fitnah, dan kehancuran yang hebat.15

Maslahah Dharuriyah juga berarti kemaslahatan yang keberadaannya

sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia artinya kehidupan manusia tidak

ada artinya jika salah satu prinsip dari yang lima tidak ada. Segala usaha yang

secara langsung menjamin atau menuju pada keberadaan lima prinsip tersebut

adalah baik atau Maslahah dalam tingkat dharuri. Dan segala sesuatu usaha

atau tindakan yang secara langsung menyebabkan lenyap atau rusaknya satu

diantara lima unsur pokok tersebut adalah buruk, karena Allah melarangnya.

Dalam hal ini Allah melarang murtad untuk memelihara agama, melarang

membunuh untuk memelihara jiwa, melarang minum minuman keras untuk

memelihara akal, melarang berzina untuk memelihara keturunan, dan

melarang mencuri untuk memelihara harta.16

b. Maslahah Hâjiyah ( المصلحة الحا جية )

Maslahah Hajiyah adalah kemashlahatan yang tingkat kebutuhan

hidup manusia kepadanya tidak berada pada tingkat dharuri. bentuk

kemashlahatan tidak secara langsung bagi pemenuhan kebutuhan pokok yang

lima (dharuri). Tetapi secara tidak langsung memberi kemudahan bagi

pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Maslahah Hajiyah juga jika tidak

terpenuhi dalam kehidupan manusia, tidak sampai secara langsung

menyebabkan rusaknya lima unsur pokok tersebut, tetapi secara tidak

langsung mnemang bisa mengakibatkan perusakan. Contoh Maslahah hajiyah

adalah menuntut ilmu agama untuk tegaknya agama, maka untuk

kelangsungan hidup, mengasah otak sempurnanya akal, melakukan jual beli

15 Chaerul Umam, dkk, Ushul Fiqih, h. 138-139. 16 Amir Syafiruddin, Ushul Fiqh, h. 327.

Page 45: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

31

untuk mendapatkan harta. Semua itu merupakan perbuatan baik atau

Maslahah dalam tingkat haji.

c. Maslahah Tahsîiniyah (المصلحة التحسينية)

Maslahah Tahsiniyah adalah Maslahah yang kebutuhan manusia

kepadanya tidak sampai tingkat Dharuri, juga tidak sampai tingkat Haji.

Namun kebutuhan tersebut perlu dipenuhi dalam rangka memberi

kesempurnaan dan keindahan bagi hidup manusia. Maslahah dalam bentuk

tahsini tersebut, juga berkaitan dengan lisma kebutuhan pokok manusia.

Tiga bentuk Maslahah tersebut, secara berurutan secara berurutan

menggambarkan tingkatan peringkat kekuatannya. yang kuat adalah Maslahah

Dharuriyah, kemudian di bawahnya adalah Maslahah hajiyah dan berikutnya

Maslahah Tahsiniyah. Dharuriyah yang lima itu juga berbeda tingkat

kekuatannya, yang secara berurutan adalah: Agama, jiwa, akal keturunan dan

harta.

3. Ditinjau dari maksud usaha mencari dan menetapkan hukum, Maslahah itu

disebut juga dengan munasib atau keserasian maslahah dengan tujuan hukum.

Terbagi menjadi 3:

a. Al Maslahah Al- Mutabarah ( المصلحة المعتبرة )

Maslahah yang telah diakui oleh Syariah dan telah ditetapkan

ketentuan ketentuan hukum untuk merealisasikannya. Contohnya ijtihad untuk

memelihara agama, diwajibkan hukum qishash untuk menjaga kelestarian

jiwa, ancaman hukuman atas peminum khamar untuk memelihara akal,

ancaman hukuman zina untuk memelihara kehormatan dan keturunan serta

ancaman hukuman mencuri untuk menjaga harta.

b. Al Maslahah Al- Mulgoh ( المصلحة الملغاة)

Sesuatu yang dianggap Maslahah namun bertentangan dengan

ketentuan Syariah. Misalnya pembagian waris 1:1 antara laki laki dan

perempuan yang dianggap untuk kemaslahatan, namun hal ini bertentangan

Page 46: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

32

dengan ketentuan Syariah dalam hal ini Surah An-Nisaa ayat 11. Yang

menegaskan bahwa pembagian anak laki-laki dua kali pembagian anak

perempuan. Adanya pertentangan itu berarti apa yang dianggap Maslahah itu

bukan Maslahah disisi Allah.

c. Al Maslahah Al Mursalah (المصلحة المرسلة )

Seperti yang telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya ini Al

Maslahah ini Maslahah muamalah yang belum ada ketegasan hukumnya dan

tidak pula ada bandingannya. Contohnya undang-undang mengenai lalu lintas.

Tidak ada dalil khusus yang mengaturnya, baik dalam Al-Qur’an dan Hadist.

Namun hal ini sejalan dengan tujuan Syariah dalam hal ini memelihara jiwa

dan harta.17

4. Dilihat dari segi kandungan Maslahah, Para Ulama Ushûl Fiqh membaginya

kepada

a. Maslahah Al Ammah ( المصلحة العا مة )

Yaitu kemaslahatan untuk kepentingan orang banyak. Kemaslahatan

itu tidak berarti untuk kepentingan semua orang tetapi bisa berbentuk

kepentingn mayoritas umat atau kebanyakan umat. Misalnya para ulama

membolehkan membunuh penyebar bid’ah yang merusak ‘aqidah umat karena

menyangkut kepentingan orang banyak.

b. Maslahah Al Khâshshah ) المصلحة الخا صة )

Yaitu kemaslahatan pribadi, dan ini jarang sekali. Seperti

kemaslahatan yang berkaitan dengan pemutusan hubungan perkawinan

seseorang yang dinyatakan (hilang atau maqfud). Pentingnya pembagaian

kedua kemaslahatan ini berkaitan dengan prioritas mana yang harus

didahulukan apabila antara kemaslahatan umum bertentangan dengan

kemaslahatan pribadi. Dalam pertentangan dua kemaslahatan ini maka yang

harus didahulukan adalah kemaslahatan umum.

17 Satria Effendi M Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017), cet. 7, h.136.

Page 47: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

33

5. Dilihat dari segi berubah atau tidaknya Maslahah, menurut Muhammad Musthafa

Al Syalabi, guru besar Ushûl Fiqh di Universitas al Azhar Mesir, ada dua bentuk,

yaitu:

a. Maslahah al Tsâbitah ( المصلحة الثا بتة )

Yaitu kemaslahatan yang bersifat tetap, tidak berubah sampai akhir

zaman. Misalnya, berbagai kewajiban ibadah, seperti shalat, puasa, zakat dan

haji.

b. Maslahah al Mutaghayyirah (المصلحة المتغيرة )

Kemaslahatan yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan tempat,

waktu dan subjek hukum. Kemaslahatan seperti ini berkaitan dengan

permasalahan mu’amalah dan adat kebiasaan, seperti dalam masalah makanan

yang berbeda beda antara satu daerah dengan daerah lain. Perlunya pembagian

ini menurut Musthafa Al Syalabi dimaksudkan untuk memberikan batasan

kemaslahatan mana yang bisa berubah dan yang tidak.18

D. Kehujjahan Maslahah Mursalah

Dalam Kehujjahan Maslahah Mursalah, terdapat perbedaan pendapat dikalangan

ulama ushul di antaranya:

1. Maslahah Mursalah tidak bisa menjadi hujjah/ dalil menurut menurut Ulama

Syafi’iyyah, ulama Hanafiyyah dan sebagian ulama Malikiyah seperti ibnu Hajib

dan Ahli Zahir.19

Ada beberapa argumen yang dikemukakan oleh mereka:

a. Maslahah ada yang dibenarkan oleh Syara’ atau hukum Islam, ada yang ditolak

dan ada yang diperselisihkan atau tidak ditolak dan tidak pula dibenarkan.

b. Memandang Maslahah Mursalah sebagai Hujjah menodai kesucian hukum

Islam dengan memperturutkan hawa nafsu dengan dalih maslahah.

18 Nasrun Haroen. Ushul Fiqh 1, (Ciputat: Logos Publishing House, 1996), cet.1, h., 116. 19 Chaerul.Umam dkk, Ushul fiqh 1, h. 141.

Page 48: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

34

c. Hukum Islam telah lengkap dan sempurna. Artinya jika kita memandang

Maslahah Mursalah sebagai Hujjah secara tidak langsung kita menganggap Al-

Qur’an belum lengkap dan sempurna. Memandang Maslahah Mursalah sebagai

Hujjah akan membawa dampak bagi terjadinya perbedaan hukum di suatu

daerah karena perbedaan situasi dan kondisi.20

2. Maslahah Mursalah dapat menjadi Hujjah / dalil menurut Ulama Malikiyah dan

Hanabillah, bahkan mereka dianggap sebagai ulama fikih yang paling banyak dan

paling luas menerapkannya. Menurut mereka Maslahah Mursalah merupakan

induksi dari logika sekumpulan nash, bukan dari nash dari nash yang rinci seperti

yang berlaku dalam Qiyâs.21 selain digunakan oleh penganut madzhab ini,

Maslahah Mursalah juga digunakan oleh kalangan ulama non madzhab

sebagaiamana yang disampaikan oleh Al Syatibi dalam kitab al-Istishan. Juga

digunakan oleh kalangan ulama non Maliki seperti diutarakan oleh Ibnu

Qudomah, Al-Raji, al- Ghazali dalam kitabnya.22

Ada beberapa argumen yang dikemukakan oleh mereka yaitu:

a. Praktek para sahabat yang telah menggunakan Maslahah Mursalah

b. Adanya Maslahah sesuai dengan Maqasid as-Syari (tujuan-tujuan Syar’i)

artinya dengan mengambil maslahah sama dengan merealisasikan Maqasid

as-Syari. Sedangkan mengesampingkan Maslahah berarti mengesampingkan

Maqasid as-Syari.

c. Seandainya Maslahah tidak diambil pada setiap kasus yang jelas

mengandung Maslahah selama berada dalam konteks Maslahah Syar’iyyah,

maka orang orang mukallaf akan mengalami kesulitan dan kesempitan.23

20 Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan

UIN Jakarta Press, 2006), cet.1, h. 106-107. 21 Nasrun, Haroen. Ushul Fiqh 1, cet 1. h. 116. 22 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, h. 335-336. 23, Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, cet.9, h. 455-456.

Page 49: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

35

BAB IV

KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DI

INDONESIA

A. Perkembangan Konsep Kafa’ah Terhadap Perkawinan Anggota TNI

Dalam Islam terdapat anjuran memilih pasangan yang Sekufu’. Agar dapat

menyatukan visi dan misi dalam menjalani kehidupan. Kâfa’ah sama dengan setara,

seimbang, sesuai, sederajat, atau sebanding.1 Kâfa’ah atau sekufu’ dalam perkawinan

ialah laki-laki sebanding dengan calon istri sama dalam kedudukan, sebanding

dalam tingkat sosial dan sederajat dalam akhlak dan kekayaan. Jadi, tekanan dalam

Kâfa’ah adalah keseimbangan, keharmonisan dan keserasian terutama dalam hal

agama yaitu akhlak dan ibadah.2 Realisasi penerapan Kâfa’ah dalam masyarakat

mengharuskan kesepadanan pekerjaan, profesi ataupun kondisi sosial misalnya

seorang dokter dengan dokter, seorang tani dengan tani, keturunan teuku dengan

teuku, keturunan sayyid dengan syarifah.3

Untuk membangun bangunan yang kokoh orang akan memilih bahan

bangunan yang berkualitas tinggi, letak yang strategis dan baik demi menjamin

kekuatan dan kekokohannya, Sama halnya dengan membangun rumah tangga Islam

telah meletakan garis panduan untuk memilih pasangan hidup yang sesuai menurut

ajarannya.4

Dalam proses memilih pasangan dianjurkan untuk memilih yang sekufu’,

sepadan, sebanding dan sederajat. Meskipun bukan suatu keharusan dan ini hanya

sebagai anjuran saja namun hal ini bisa meminimalisir terjadinya konflik yang akan

dihadapi dikemudian hari. Karena seringkali kegagalan dalam membina rumah

1 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh munakahat (Jakarta: Kencana Prenada Group , 2013), h. 96. 2 Abidin Slamet, Fiqih Munakahat 1 (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 50. 3 Munazirah,” Konsep Kafa’ah dalam pernikahan menurut ibnu Qayyim Al-Jaujiyyah”,

(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Ar-Rainy Aceh, 2018), h. 19. 4 Huzaemah T Yanggo, Hukum keluarga dalam Islam (Palu: Yamiba, 2013,), cet. 1, h. 168.

Page 50: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

36

tangga disebabkan oleh perbedaan yang mencolak baik dari segi agama ataupun

strata sosial.5

Kafa’ah dalam perkawinan merupakan faktor yang dapat mendorong

terciptanya kebahagian dan keharmonisan antara suami dan istri serta lebih

menjamin keselamatan dari kegagalan rumah tangga serta terhindar dari kerusakan.

hal ini mengingat bahwa pernikahan merupakan upaya penyatuan dua kecenderungan

yang berbeda semakin banyak persamaan maka semakin mudah pula untuk

meneguhkan kebersamaan dan persatuan antara keduanya. Semakin banyak

perbedaan maka akan semakin banyak konflik yang akan dihadapi kedepannya.6

Kâfa’ah dianjurkan oleh Islam dalam memilih calon suami/ istri, namun tidak

menentukan sah atau tidaknya perkawinan. Kâfa’ah adalah hak bagi perempuan dan

walinya, karena jika perkawinan tidak serasi dan seimbang maka akan banyak

problematika yang akan dihadapi dikemudian hari dan bisa berakibat pada

perceraian7 hal ini juga untuk mencegah adanya aib pada istri atau walinya juga

sebagai jaminan keharmonisan dalam rumah tangga. Sebab, jika gaya hidup dan

pencaharian keduanya berdekatan dan membuat keduanya bahagia. Tidak

membahayakan salah satu dari mereka bila mengubah kebiasaan.8

Berbeda halnya dalam ruang lingkup TNI Kâfa’ah menjadi syarat dalam

mengajukan izin perkawinan. Jika suami dari anggota Kowad berpangkat lebih

rendah maka mereka tidak dapat melangsungkan perkawinan kecuali satu diantara

mereka mengundurkan diri dari anggota TNI.9

Pada dasarnya perkawinan anggota TNI sama dengan warga sipil, namun

demikian ada beberapa perbedaan yaitu berupa penambahan aturan khusus dalam

5Ahmad Royani, "Kafa’ah dalam Perkawinan Islam Tela’ah Kesederajatan Agama dan

Sosial". Al Akhwal, 5, 1, (2013), h. 105. 6Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga (Jakarta: elSAS,

2008), cet.1, h. 12-13. 7Abdul Rahman Ghozali, Fiqh munakahat, h. 97. 8 Musthafa al Bugha dkk, Fiqih manhaji, (Yogyakarta: Darul Uswah, 2012), h.632-633. 9 Maspilu, Kepala Bagian Perawatan dan Rohis, Interview Pribadi, Jakarta 12 Februari 2019.

Page 51: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

37

instansi TNI. Kendati demikian landasan aturan yang dibuat tetap merujuk kepada

Undang Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974.

Seiring dengan berjalannya waktu ada perubahan dinamika sosial terutama di

lingkungan TNI sendiri bahwa pangkat telah menjadi ukuran Kâfa’ah. Konsep

Kâfa’ah yang lama berbeda dengan konsep Kâfa’ah di TNI. Dalam hal ini, di dalam

ruang lingkup Perkawinan TNI konsep Kâfa’ah telah melalui perkembangan, bukan

lagi soal agama, keturunan, kekayaan, profesi namun juga kepangkatan. Sehingga

harus ada ijtihad yang baru, harus ada terobosan hukum baru yang harus

dikembangkan untuk merespon masalah yang disebabkan oleh perkembangan zaman

ini. Pada dasarnya aturan yang dibuat tak lain tujuannya untuk kemaslahatan,

memperkuat, melanggengkan dan membentuk keluarga harmonis.

Hal ini juga diperkuat melalui wawancara yang penulis lakukan dengan

anggota TNI yang menurutnya bahwa kepangkatan sangat berpengaruh di dalam

kehidupan militer sehingga bukan hanya berlaku di ruang lingkup ketika dinas

namun juga di luar dinas. Sementara kehidupan suami istri ini akan bersama sama

terus menerus baik di dinas maupun di luar dinas.10

Istri yang pangkatnya lebih tinggi, secara tidak langsung gaji yang didapatkan

juga lebih tinggi dari suami. Hal ini memang bukan merupakan penyebab yang

dominan namun bisa menjadi salah satu penyebab percekcokan atau bahkan tidak

menutup kemungkinan hal ini bisa membuat istri merasa semena mena terhadap

suami.11

Kedudukan pangkat memang sangat berpengaruh dalam kehidupan militer.

Penghormatan terhadap atasan yang pangkatnya lebih tinggi juga telah terbentuk dan

melekat bahkan ketika hendak shalat jum’at. Siapa yang datang lebih awal

seharusnya ia berbondong bondong mengisi shaf paling depan. Banyak hadist yang

10 Abu Haris, Kepala sub Dinas Pembinaan dan Fungsi, Interview Pribadi, Jakarta 28 Januari

2019. 11 Abu Haris, Kepala sub Dinas Pembinaan dan Fungsi, Interview Pribadi, Jakarta 28 Januari

2019.

Page 52: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

38

mengatakan bahwa sangat besar pahala shalat Jum’at di shaf paling depan. Namun

prakteknya di TNI ketika jendralnya belum masuk tidak akan ada yang mengisi shaf

paling depan di belakang imam. Hal itu bukan merupakan aturan tertulis namun

suatu bentuk penghormatan terhadap seseorang yang pangkatnya lebih tinggi yang

mereka segani dan hormati.

Suami yang lebih rendah pangkatnya akan berpengaruh terhadap kedinasan.

Tetapi ada pengecualian ketika seseorang calon suami dan istri pangkatnya sama

namun setelah menikah pangkatnya si istri lebih tinggi di kemudian hari, hal itu tidak

bermasalah. Kemudian, jika mereka ingin tetap melangsungkan pernikahan

walaupun terdapat larangan dalam hal menikah dengan TNI yang pangkatnya lebih

rendah, maka salah satu dari mereka harus mengundurkan diri dari Dinas TNI.

Namun pada kenyataannya jarang dijumpai suatu kasus yang demikian. Secara psikis

laki laki TNI berfikir untuk tidak mencintai anggota Kowad yang pangkatnya lebih

tinggi karena ia sudah mengetahui aturan itu.12

Walaupun Kowad tentara tetapi tetap saja Kowad adalah wanita, wanita yang

akan berkeluarga dan idealnya laki-laki harus pangkatnya lebih tinggi karena ia yang

nantinya akan menjadi kepala keluarga. “Laki laki adalah pemimpin bagi

perempuan”. Jika Kowad sebagai ibu rumah tangga dan suaminya sebagai kepala

keluarga, idealnya laki-laki berada diatas perempuan. Hal ini cenderung dengan adat

istiadat ketimuran disamping memang aturannya seperti itu.

Aturan ini dibentuk tak lain untuk kebaikan anggota TNI sendiri. Agar

Kowad tidak salah pilih dalam mencari pendamping hidup. Jika suami pangkatnya

lebih rendah dari istrinya maka secara tidak langsung akan menurunkan martabat

suaminya. Logikanya seperti ini jika suaminya lebih rendah pangkatnya saat sedang

menggunakan pakaian dinas istrinya meminta jemput, atau membawakan tas, dia

harus berkata “siap bu, siap komandan” sembari membungkukan badan, hal itu

sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada atasan. karena setiap 1 kali bertemu

12 Abu haris, Kepala Sub Dinas Pembinaan dan fungsi, Interview Pribadi, Jakarta 28 Januari

2019.

Page 53: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

39

saja dengan atasan maka harus salam dan hormat. Maka akan terlihat tidak pantas

jika suaminya seperti itu. Maka dari itu aturan itu dibuat untuk melindungi harga diri

suami sebagai kepala keluarga yang seharusya dihormati oleh istri.

Kepangkatan memang sangat berpengaruh di dalam ruang lingkup TNI dan

menurut saya aturan ini dapat memberikan dampak positif baik dalam kehidupan

kedinasan ataupun rumah tangga. Sebaiknya istri memang mencari yang sejajar atau

yang lebih tinggi darinya, baik dari pendidikan ataupun yang lain13

Selama ini tidak ada pertentangan dari anggota TNI mengenai aturan ini,

semua anggota TNI menerimanya. Sebab bagi mereka jika mereka siap menjadi

anggota TNI itu artinya mereka siap dengan segala aturan dan segala

konsekuensinya. Pada prinsipnya setiap prajurit itu taat pada aturan, tidak ada yang

coba-coba melanggar aturan karena sudah tahu sanksi yang akan ia dapatkan ketika

melanggar peraturan.14

Dewasa ini pembaharuan konsep Kâfa’ah juga berkembang dalam aspek

pendidikan. Pendidikan dapat membangun pola komunikasi yang baik, karna

komunikasi merupakan salah satu hal yang penting yang dibutuhkan dalam keluarga

yang akan berpengaruh terhadap laju kehidupan berumah tangga yang mana ini

merupakan salah satu aspek yang mampu membentuk keluarga yang harmonis.15

Seorang perempuan dikatakan sepadan dengan seorang laki laki yang

pendidikannya setara atau lebih tinggi darinya. Bisa kita bayangkan jika seorang

perempuan lulusan S2 menikah dengan seorang laki-laki lulusan SMP maka mereka

akan sulit berjalan berdampingan, menyatukan perspektif dan dikhawatirkan akan

banyak konflik yang terjadi kedepannya, bahkan bisa menyebabkan perceraian.

Menurut Quraisy Shihab konsep sepadan dalam melihat calon pasangan dapat

diukur dari lima Faktor:

13 Fitri Handayani, Pasianev dan Orgas Setdisbintad, Interview Pribadi, Jakarta 12 Februari

2019. 14 Maspilu, Kepala Bagian Perawatan dan Rohis, Interview pribadi, Jakarta 12 Februari 2019.

15Ahmad Royani,” Kafa’ah dalam Perkawinan Islam (Tela’ah Kesederajatan Agama dan

Sosial)”. Al Hukma, 5, 1, (2013), h. 118.

Page 54: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

40

1. Kesepadanan dalam hal Agama

2. Kesepadanan dalam hal Akhlak dan moral

3. Faktor kesepadanan dalam pendidikan, sebaiknya pendidikan suami lebih tinggi

dari pada isteri atau sekurang kurangnya sama.

4. Faktor kesepadanan dalam hal keturunan

5. Faktor kesepadanan dalam Usia16

Perkembangan zaman menuntut adanya perkembangan akan pemahaman

fikih untuk merespon masalah baru hal ini kita sebut sebagai fikih sosial. Fikih sosial

yaitu usaha memaknai fikih agar sesuai dengan konteks (ruang dan waktu) yang

dihadapi. Karena konteks sekarang tidak sama dengan konteks dulu sehingga harus

memberikan pemahaman baru terhadap konteks sekarang, lengkap dengan tantangan

dan dinamika yang mengiringinya. Maka perlu diadakannya pembaharuan hukum

Islam.17

Pembaharuan hukum Islam adalah upaya yang dilakukan secara serius untuk

mengembangkan hukum Islam dengan cara tertentu berdasarkan kaidah-kaidah

dalam istinbath/ijtihad yang dibenarkan untuk menjadikan hukum Islam lebih segar

dan modern, tentunya oleh orang-orang yang mempunyai kompetensi dalam hal itu.18

Pemikiran tentang perlunya pembaharuan hukum Islam juga digagas oleh

Nurcholis Madjid, Harun Nasution dari kelompok Modernisasi, Munawir Sjadzali,

Ibrahim Hoesen, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH. Ali Yafie dan KH MA

Sahal Mahfudh dari kelompok tradisional. Sebelum periode mereka pembaharuan

hukum Islam dengan konsisten dan konsern yang tinggi dilakukan Prof. Hasby Ash-

Shiddieqy dan Prof. Hazarin. Kedua tokoh ini melakukan pendekatan yang berbeda,

jika hasby mengacu dan ingin menghidupkan kembali kemampuan metodologi

16 Quraiys Shihab, Pengantin al Qur’an kalung permata buat anak- anaku, (Jakarta: Lentera

Hati, 2007), h. 81. 17 Jamal Ma’mur Asmani, Mengembangkan Fiqih Sosial KH. A. Sahal Mahfudh Elaborasi

Lima Ciri Utama, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015), h. 6-7 18 Jamal Ma’mur Asmani, Mengembangkan Fiqih Sosial KH. A. Sahal Mahfudh Elaborasi

Lima Ciri Utama, h.172.

Page 55: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

41

hukum Islam yang dirintis para ulama terdahulu. Maka Hazarin cenderung

menginginkan Konstitusionalisasi hukum Islam melalui kodifikasi dan unifikasi.

Pada awalnya gagasan-gagasan yang dikembangkan oleh mereka kurang

mendapatkan respon dan apresiasi. setelah memalui perjuangan yang panjang dan

ditindak lanjuti oleh para sarjana dan ulama sesudahnya, akhirnya membuahkan

hasil. Salah satu karakteristik hukum Islam di Indonesia yaitu bahwa ia tidak sama

dan sebangun dengan Syariah. Ungkapan al-syari’ mutahaddidah wa al-waqai’

mutajaddidah. (Syariah itu terbatas dan peristiwa peristiwa akan selalu baru),

menunjukan bahwa hukum Islam diharapkan dapat merespon modernisasi dengan

segala dampaknya, maka reinterprestasi dan reformasi hukum tidak bisa dihindarkan

(conditiosine quanon)19

Hal ini sesuai dengan kaidah fikih

ن ة و ة ن ك م ل ير ا غ ات ب م اك ح ل ا ر ي غ ت م اال و ا ل ز و ن و د ت ل ام ع م ل و ت ا د الع ل ا ج م ي ف ل خ

ة د اب لع ا

Artinya :”Perubahan hukum itu disebabkan oleh perubahan tempat, waktu dan

kondisi dalam kebiasaan (adat) dan muamalah, bukan disebabkan ibadah”20

Seorang manusia dalam menjalani kewajiban atau menjauhi yang di larangan

oleh agama, tidak tetap dalam suatu keadaan tertentu oleh karenanya penerapan

hukumnya pun berbeda. Perubahan itu bisa berubah karena disebabkan oleh kejadian

kejadian alam ataupun usaha usaha manusia itu sendiri. Adapun bentuk perubahan

perubahan itu Ibnu Qayyim menyimpulkan dengan ungkapannya:

د ئ و ع ال و ات ي الن و ال و ح ال و ة ن ك م ال و ة ن م ز ل ار يخ ت ب س ح ا ب ه ف ل ت اخ ى و و ت ا لف ر يغ ت ي ف

19 Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan LSM Damar Semarang,

2004), cet.1, h. 20-21. 20 Jamal Ma’mur Asmani, Mengembangkan Fiqih Sosial KH. A. Sahal Mahfudh Elaborasi

Lima Ciri Utama, h. 7.

Page 56: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

42

Artinya : “Fatwa berubah dan berbeda sesuai dengan perubahan waktu, tempat,

keadaan, niat an adat kebiasaan”21

Salah satu tokoh yang menggagas fikih sosial adalah Kiyai Sahal Mahfudh.

Integrasi keilmuan yang digagas oleh Kiyai Sahal harus didukung oleh seluruh

elemen, sebab dengan integrasi keilmuan ini akan terumus bagunan pemikiran yang

utuh yang bisa merespon masalah secara matang dan komprehensif yang bisa

diaplikasikan dalam konteks dunia modern yang penuh tantangan ini.

Kontekstualisasi teks-teks fikih menjadi pelajaran berharga bagi para ahli

hukum Islam untuk memahami teks teks fikih agar sesuai dengan dinamika zaman

yang berjalan secara dinamis, kompetitif dan produktif.22

Fikih sosial adalah kacamata fikih dalam merespon fenomena-fenomena

social sehingga dituntut tidak hanya sekedar menghukumi realitas dengan hitam

putih, halal haram tapi memberi arahan agar masalah sosial baik moral, ekonomi,

budaya dan politik bisa berjalan sesuai dengan koridor fikih. Disini fikih dituntut

untuk dinamis, progresif, produktif dan solutif terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.23

Pemahaman sekarang tentu berbeda dengan pemahaman dulu saat persoalan

belum kompleks dulu cukup memahami yang tersurat dan tersirat pada “Al- Qur’an

kecil” yang teksnya ada dalam mushaf 30 Juz. Sekarang dengan persoalan yang

begitu kompleks, paham “Al- Qur’an kecil” belum cukup. Perlu paham “Al- Qur’an

besar” yang teksnya ada pada jagat raya berikut mekanisme dan hukum- hukumnya,

“sunatullah”.

21 A. Djazuli, Kaidah Kaidah Fikih, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 109. 22 Jamal Ma’mur Asmani, Mengembangkan Fiqih Sosial KH. A. Sahal Mahfudh Elaborasi

Lima Ciri Utama, h., 20-21. 23 Jamal Ma’mur Asmani, Mengembangkan Fiqih Sosial KH. A. Sahal Mahfudh Elaborasi

Lima Ciri Utama, h. 250

Page 57: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

43

Yang memahami sebagian “sunatullah “adalah para ilmuan alam, social dan

budaya serta praktisi dari segala bidang. Berserta ahli agama dan negarawan.

Mereka harus duduk dan bekerja sama dalam satu majlis merumuskan fikih social.24

Sama halnya dengan konsep Kâfa’ah di TNI yang telah melalui

perkembangan. Rasanya sudah tidak relevan lagi memasukan budak (merdeka)

sebagai kategori ukuran Kâfa’ah karena di zaman sekarang sudah tidak ada lagi

budak. Perlu adanya pembaharuan dan menjadikan pendidikan, pangkat sebagai

ukuran Kâfa’ah. Namun, Kâfa’ah ini bukanlah suatu keharusan, kafa’ah hanya

anjuran untuk terciptanya tujuan perkawinan itu sendiri. Agar terbentuknya

kemaslahatan dalam perkawinan sehingga diharapkan akan membentuk keluarga

yang harmonis.

B. Tata Cara Perkawinan Bagi TNI

1. Perkawinan di TNI Dalam Peraturan Panglima TNI Nomor 50 Tahun 2014

Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk.

Peran dan tugas pokok TNI adalah menegakan kedaulatan negara,

mempertahankan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang

berdasarkan Pancasila dan UUD RI tahun 1945. Tugasnya yang berat perlu

ditunjang oleh keluarga yang harmonis.

Pada dasarnya aturan mengenai perkawinan anggota TNI sama dengan warga

sipil. Aturannya pun merujuk kepada Undang Undang No 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan. Namun ada beberapa aturan tambahan bagi anggota TNI.

Seorang Prajurit di lingkungan TNI baik pria/ wanita hanya diizinkan

mempunyai seorang istri/ suami. Artinya anggota TNI dilarang poligami. Prajurit

wanita dilarang melaksanakan perkawinan dengan prajurit pria yang lebih rendah

golongan pangkatnya. Setiap prajurit yang hendak melaksanakan perkawinan terlebih

dahulu mengajukan permohonan izin secara tertulis kepada Komandan/ Atasan yang

24 Jamal Rahman, Wacana Baru Fiqih social 70 tahun K.H. Ali Yafie, (Jakarta: Mizan, 1997),

h. 88-89.

Page 58: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

44

berwenang di satuan masing masing. Calon suami/ istri wajib menghadap

Komandan/Atasan dan pejabat Agama yang disatuan masing-masing untuk

menerima petunjuk / bimbingan dalam perkawinan yang akan dilakukan.

a. Tata Cara Perkawinan

Pada dasarnya pelaksanaan perkawinan anggota TNI sama dengan warga

sipil namun terdapat aturan internal yang diberlakukan bagi setiap prajurit. Prajurit

yang akan melaksanakan perkawinan harus mendapatkan izin tertulis terlebih

dahulu dari komandan/atasan yang berwenang. Izin kawin hanya diberikan apabila

perkawinan yang akan dilakukan itu tidak melanggar hukum agama yang dianut

setelah ada bukti tertulis berupa surat Pendapat Pejabat Agama (SPPA), dan Izin

kawin pada prinsipnya diberikan kepada prajurit jika perkawinan itu

memperlihatkan prospek kebahagiaan dan kesejahteraan bagi calon suami/ istri

yang bersangkutan dan tidak akan membawa pengaruh negatif yang berakibat

dapat merugikan kedinasan.25

Perkawinan anggota TNI juga harus tercatat secara resmi di Kantor Urusan

Agama (KUA) bagi yang beragama Islam, dikantor kependudukan dan Catatan

Sipil bagi yang beragama Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu.26

Surat Izin Kawin (SIK) yang diberikan oleh atasan hanya berlaku selama

enam bulan terhitung mulai tanggal dikeluarkan. Dalam hal izin kawin telah

diberikan, sedangkan perkawinan tidak jadi dilakukan maka yang bersangkutan

harus segera melapor pembatalan itu kepada atasan yang memberikan izin tersebut

disertai dengan alasan secara tertulis. Apabila surat izin kawin telah diberikan

namun dalam jangka waktu enam bulan perkawinan tidak jadi dilaksanakan maka

prajurit tersebut harus mengajukan permohonan kembali dari awal. Setelah

perkawinan dilangsungkan, maka Salinan surat kawin dari lembaga yang

25 Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2014 Tentang Tata Cara

Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit, Pasal 8. 26 Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2014 Tentang Tata Cara

Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit, Pasal 9.

Page 59: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

45

berwenang, serta salinan surat izin kawin harus diserahkan oleh yang

bersangkutan kepada pejabat personalia di kesatuannya, guna menyelesaikan

administrasi personel dan keuangan.27

Penolakan pemberian izin atas permohonan kawin dilakukan oleh pejabat

yang berwenang dengan pemberitahuan kepada yang bersangkutan secara tertulis

dengan disertai alasan alasannya. Penolakan pemberian izin dilakukan apabila

tabiat, kelakuan dan reputasi calon suami/istri yang bersangkutan tidak sesuai

dengan kaidah-kaidah (norma) kehidupan bersama yang berlaku dalam masyrakat,

perkawinan itu patut diduga dapat merendahkan martabat TNI atau

mengakibatkan kerugian terhadap nama baik TNI ataupun negara baik langsung

maupun tidak langsung serta persyaratan kesehatan tidak terpenuhi.28

b. Administrasi Permohonan Izin Kawin

Surat Permohonan izin kawin diajukan kepada Komandan/ Atasan yang

bersangkutan melalui saluran hierarki setelah memperoleh pendapat Pejabat

Agama Kesatuan secara tertulis dengan disertai Lampiran Surat Keterangan

tentang nama, tanggal dan tempat lahir, agama, pekerjaan dan tempat tinggal

calon suami/ istri, apabila salah seorang atau keduanya pernah kawin agar

mencantumkan nama istri atau suami terdahulu. Surat Keterangan tentang nama,

agama, pekerjaan dan tempat tinggal orang tua calon suami/ istri. Surat

kesanggupan dari calon istri/ suami untuk menjadi istri prajurit dan mematuhi

norma kehidupan berkeluarga di TNI.29

Surat keterangan dari yang berwenang bahwa calon suami telah

mencapai usia dua puluh satu tahun dan calon istri سembilan belas tahun. Surat

persetujuan dari pengadilan atau pejabat yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak

calon suami maupun pihak calon istri, dalam hal calon suami/ istri belum

27 Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2014 Tentang Tata Cara

Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit, Pasal 10. 28 Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2014 Tentang Tata Cara

Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit, Pasal 11. 29 Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2014 Tentang Tata Cara

Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit, Pasal 12.

Page 60: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

46

mencapai usia tersebut maka harus ada surat persetujuan ayah / wali calon istri,

surat keterangan pejabat personalia mengenai status belum/ pernah kawin dari

prajurit yang bersangkutan, surat keterangan status belum pernah kawin/

janda/duda dari Pejabat yang berwenang.30

Surat keterangan cerai/ kematian suami dari calon istri atau surat

keterangan cerai/ kematian istri dari calon suami apabila mereka sudah janda/

duda, surat keterangan catatan kepolisian dari polisi setempat tentang tingkah laku

calon suami/ istri yang bukan prajurit, surat keterangan dokter TNI tentang

kesehatan prajurit yang bersangkutan dan calon suami/ istri, enam lembar pas foto

ukuran 4x6 anggota yang bersangkutan dari calon istri/ suami, dan Surat

keterangan Baptis atau Sidi dari Pejabat Gereja yang bersangkutan bagi yang

beragama Protestan dan surat Pemandian yang tidak lebih tua dari 6 (enam) bulan

bagi yang beragama Katolik dan surat keterangan sudhi wadani bagi yang

beragama Hindu.31

Jangka waktu paling singkat yang diperlukan sebagai persiapan untuk

menyelesaikan hal hal yang menyangkut administrasi perkawinan adalah 15 hari

(Lima belas) hari sebelum tanggal pelaksanaan perkawinan.

2. Perkawinan Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit TNI AD Dalam Buku

Petunjuk Teknis Nomor Kep/496/VII/2015

a. Pengurusan Perkawinan.

1) Perencanaan.

Dalam tahap perencanaan perkawinan yang harus direncanakan

adalah merencanakan tempat dan waktu pelayanan, merencanakan pejabat

agama yang meneliti persyaratan keagamaan dan memberi nasehat,

30 Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2014 Tentang Tata Cara

Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit, Pasal 12. 31 Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 Tahun 2014 Tentang Tata Cara

Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit, Pasal 12.

Page 61: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

47

merencanakan materi bimbingan dan nasehat perkawinan, merencanakan teknis

penelitian persyaratan administrasi, merencanakan pengarsipan produk

administrasi pengurusan perkawinan dan menyusun rencana pelaksanaan

kegiatan.32

2) Persiapan

Dalam tahap persiapan yang harus disiapkan adalah menyiapkan

tempat dan peranti pendukung pengurusan perkawinan, menyiapkan materi

bimbingan dan nasehat perkawinan, penelitian administrasi serta persyaratan

perkawinan, menyiapkan pejabat agama yang berwenang memberi

bimbingan/nasehat dan meneliti persyaratan perkawinan serta menerbitkan

Surat Pendapat Pejabat Agama (SPPA), menyiapkan dukungan administrasi

pelayanan pengurusan perkawinan berupa blanko/formulir SPPA, surat-surat

untuk koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan melaksanakan koordinasi

internal dan eksternal dengan pihak-pihak terkait dalam pengurusan

perkawinan.33

3) Pelaksanaan

Pengurusan surat permohonan izin kawin diajukan kepada

Komandan/Atasan yang bersangkutan melalui saluran hirarki setelah

memperoleh surat pendapat Pejabat Agama Kesatuan secara tertulis dengan

disertai lampiran: Surat keterangan tentang nama, tanggal dan tempat lahir,

agama, pekerjaan dan tempat tinggal calon suami/istri, apabila salah seorang

atau keduanya pernah kawin agar mencantumkan nama istri atau suami

terdahulu oleh Kepala Desa/Lurah. 34

Surat keterangan tentang nama, agama, pekerjaan dan tempat tinggal

orang tua calon suami/istri oleh Kepala Desa/Lurah. Surat kesanggupan dari

32 Petunjuk Teknis Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian, dan Rujuk Bagi Prajurit TNI

AD Nomor Kep/496/VII/2015, h. 14. 33 Petunjuk Teknis Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian, dan Rujuk Bagi Prajurit TNI

AD Nomor Kep/496/VII/2015, h.14. 34 Petunjuk Teknis Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian, dan Rujuk Bagi Prajurit TNI

AD Nomor Kep/496/VII/2015, h. 14.

Page 62: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

48

calon istri/suami untuk menjadi istri/suami prajurit dan mematuhi norma

kehidupan berkeluarga di TNI oleh istri/suami prajurit. Surat keterangan dari

yang berwenang bahwa calon suami telah mencapai usia dua puluh satu tahun

dan calon istri sembilan belas tahun oleh Kepala Desa/Lurah. Surat persetujuan

dari pengadilan atau pejabat yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak calon

suami maupun pihak calon istri, dalam hal calon suami/istri belum mencapai

usia tersebut oleh pengadilan.35

Surat persetujuan ayah/wali calon istri oleh ayah/wali calon istri.

Surat keterangan pejabat personalia mengenai status belum/pernah kawin, dari

prajurit yang bersangkutan oleh pejabat personel satuan. Surat keterangan

status belum pernah kawin/janda/ duda dari Pejabat yang berwenang, bagi yang

sudah pernah menikah dan memiliki anak, disertakan surat kesanggupan

merawat anak tiri oleh calon suami/istri, oleh Kepala Desa/Lurah dan calon

suami/istri.36

Surat keterangan cerai/kematian suami dari calon istri atau surat

keterangan cerai/kematian istri dari calon suami apabila mereka janda/duda

oleh Kepala Desa/Lurah dan Pengadilan Agama. Surat Keterangan Catatan

Kepolisian dari kepolisian setempat tentang tingkah laku calon istri/suami yang

bukan prajurit oleh Kepolisian domisili calon istri/suami. Surat Keterangan

Dokter TNI tentang kesehatan prajurit yang bersangkutan dan calon istri/suami

oleh Dokter yang ditugaskan dalam PPBP AD. Surat keterangan hasil litpers

dari pejabat yang berwenang di kesatuan oleh Staf Pengamanan/Intel satuan.

Foto copy akta kelahiran, KTP, KK calon suami/istri; yang telah dilegalisir

35 Petunjuk Teknis Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian, dan Rujuk Bagi Prajurit TNI

AD Nomor Kep/496/VII/2015, h.15. 36 Petunjuk Teknis Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian, dan Rujuk Bagi Prajurit TNI

AD Nomor Kep/496/VII/2015, h.15.

Page 63: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

49

oleh Kepada Desa/Lurah. Pas foto berwarna berdampingan ukuran 4x6 satu

lembar berpakaian PDH dan PSK oleh calon istri/suami.37

Langkah selanjutnya adalah Pengurusan Surat Pendapat Pejabat

Agama (SPPA) yang pada intinya untuk meneliti ada tidaknya hal yang

menghalangi perkawinan tersebut berdasarkan aturan/ketentuan agama Islam

dan norma yang berlaku serta memberikan bimbingan, nasehat dan petunjuk

perkawinan berisi tentang kehidupan keprajuritan, terkait dengan kesanggupan

calon istri/suami menjadi pendamping prajurit dalam menjalankan aktivitas

kehidupan. Kehidupan rumah tangga, terkait dengan tugas dan tanggung jawab

istri/suami dalam membina rumah tangga agar terbentuk rumah tangga yang

bahagia, sakinah, mawaddah dan rahmah dan kehidupan keagamaan, terkait

dengan pentingnya melaksanakan perintah agama dalam kehidupan berumah

tangga untuk kelanggengan hidup berumah tangga. Mencatat hal-hal

khusus/menonjol di antaranya Status wali bagi anak perempuan yang lahir dari

istri yang dinikahi dalam keadaan hamil, wali nikah bagi calon mempelai

wanita yang muallaf dan wali nikah bagi calon mempelai yang pindah agama.38

Pengurusan surat izin kawin. Setelah surat permohonan izin kawin

lengkap selanjutnya: Calon suami/istri menghadap pejabat berwenang,

kemudian pejabat yang berwenang menandatangani Surat Izin Kawin (SIK).39

Pengurusan buku nikah. Perkawinan harus tercatat secara resmi di

KUA setempat. Pendaftaran sepuluh hari sebelum akad nikah dilaksanakan

terlebih dahulu didaftarkan di Kantor Urusan Agama (KUA) dengan

melampirkan Surat Izin Kawin. Akad nikah dilaksanakan pada hari, tanggal

dan tempat yang telah disepakati, dengan memenuhi persyaratan wali nikah,

37 Petunjuk Teknis Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian, dan Rujuk Bagi Prajurit TNI

AD Nomor Kep/496/VII/2015, h.15. 38 Petunjuk Teknis Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian, dan Rujuk Bagi Prajurit TNI

AD Nomor Kep/496/VII/2015, h.16. 39 Petunjuk Teknis Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian, dan Rujuk Bagi Prajurit TNI

AD Nomor Kep/496/VII/2015, h.16.

Page 64: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

50

dua orang saksi dan maskawin/mahar, Buku nikah diberikan selesai acara akad

nikah, Salinan buku nikah dan surat izin kawin diserahkan kepada pejabat

personel kesatuannya dan Bagi personel TNI AD bertugas di luar struktur TNI

AD agar mengirimkan salinan buku nikah ke Spersad (Staf personalia

angkatan darat).40

4) Pengakhiran.

Pejabat Agama/Pabintal/kabintal Satuan melakukan evaluasi hasil

pelaksanaan kegiatan administrasi perkawinan dari anggota, Pejabat

Agama/Pabintal/kabintal melaporkan hasil kegiatan berupa berapa jumlah

anggota yang sudah melaksanakan pernikahan kepada komandan satuan dan

setelah anggota menikah akan dipantau oleh Komandan Satuan, Pejabat

Personalia dan Pejabat Agama Satuan. Agar perjalanan rumah tangganya

berjalan dengan baik dan aman-aman saja dan jika ada persoalan atau

permasalahan dalam rumah tangganya supaya mendapatkan solusi terbaik

dalam penyelesaiannya.41

C. Analisis Maslahah Mursalah Terhadap Konsep Kafa’ah dalam Perkawinan

Anggota TNI di Indonesia.

Arus globalisasi yang melanda dunia dewasa ini juga telah banyak merubah

aspek kehidupan manusia. Terutama pada negara-negara berkembang seperti

Indonesia. Perubahan itu juga diikuti oleh perubahan hukum, karena kebutuhan

masyarakat akan berubah. Permasalahan yang timbul dalam perubahan hukum itu

adalah sejauh mana hukum bisa sesuai dengan perubahan tersebut dan bagaimana

agar tatanan hukum itu tidak tertinggal dengan perubahan masyarakat.42

40 Petunjuk Teknis Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian, dan Rujuk Bagi Prajurit TNI

AD Nomor Kep/496/VII/2015, h.16-17. 41 Petunjuk Teknis Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian, dan Rujuk Bagi Prajurit TNI

AD Nomor Kep/496/VII/2015, h.17 42 Abdul Manan, Aspek Aspek Pengubah Hukum, (Jakarta: Kencana, 2016), cet. 3, h. 63-64.

Page 65: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

51

Sebab apabila telah terjadi kesenjangan antara hukum dengan keadaan itu

artinya hukum berjalan sudah tidak efektif lagi. Oleh karena itu harus segera

diadakan perubahan. Menurut Hugo Sinzheimer bahwa perubahan senantiasa

dirasakan perlu dimulai sejak adanya kesenjangan antara keadaan-keadaan, peristiwa

- peristiwa serta hubungan masyarakat dengan hukum yang mengaturnya. Bagaimana

pun kaidah-kadah hukum tidak dapat dilepas dari hal hal yang diaturnya, sehingga

ketika hal-hal yang diaturnya ini telah mengalami perubahan, tentu saja dituntut

perubahan hukum untuk menyesuaikan diri agar hukum dapat bekerja efektif dalam

pengaturannya.43

Hukum senantiasa berubah sesuai situasi dan kondisi, bukan hanya karena

globalisasi, aspek-aspek pengubah hukum lainnya yaitu seperti sosial budaya, politik,

ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta supermasi hukum juga

merupakan aspek-aspek yang menjadi pengubah hukum.44

Hukum selalu berubah dari umat yang satu ke umat yang lain, hukum juga

berbeda dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam teori ilmu hukum Islam (Ushûl

Fiqh) selain disebabkan karena tempat dan keadaan. Perubahan hukum sangat

bergantung pada ‘illatul hukm (alasan logis) yang melatar belakangi penetapannya.

Menurut sebagian ulama, diantaranya Ibnu Qudamah dan Ibnu Taymiyyah.

Perubahan hukum dimungkinkan berdasarkan hikmah, dampak hukum yang

ditimbulkan dari pensyariatan hukum itu sendiri. Kedua tokoh ini dikenal dengan:

Binaul-hukmi ‘alal-hikmati, (Pembentukan hukum yang didasarkan atas hikmah).45

Jika membicarakan perubahan dalam masyarakat yang berorientasi kepada

proses pembentukan hukum itu berarti mengkaji perubahan kehidupan sosial dalam

masyarakat yang berorientasi kepada proses pembentukan dan tujuan Hukum. Oleh

karenanya objek pembahasan berfokus pada An Engineering Interpretation atau

43 Abdul Manan, Aspek Aspek Pengubah Hukum, h. 93-94. 44 Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), cet. 2, h. 41. 45 Muhammad Amin Suma, Hukum keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004), cet.1, h. 6.

Page 66: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

52

interprestasi terhadap adanya norma hukum seehingga fungsi hukum sebagai social

control dan social engineering dapat terwujud.46

Pada dasarnya hukum diciptakan dengan tujuan mengatur tata tertib dalam

masyarakat. Walaupun para ahli berbeda pendapat tentang apa yang menjadi tujuan

hukum. Ada ahli yang menyatakan bahwa tujuan hukum untuk melindungi

kepentingan masyarakat dan juga tujuan hukum untuk mengatur tata tertib didalam

masyarakat dan lainnya.47

Hukum diperlukan untuk penghidupan di dalam masyarakat untuk mencapai

kebaikan dan ketentraman bersama. Hukum mengutamakan masyarakat bukan

perorangan atau golongan. Hukum juga menjaga dan melindungi hak hak serta

menentukan kewajiban kewajiban anggota masyarakat agar tercapai suatu kehidupan

masyarakat yang teratur, damai dan makmur.

Menurut teori Utilitarianisme tujuan hukum ialah kemanfaatan atau

kebahagiaan masyarakat atau manusia semata mata. Para penggantinya yaitu J.

Bentham, J. Austin dan J.S Mills bersemboyan “the greatest happiness for the

greatest number”. Dalam teori Gemengde (Teori Gabungan) juga menyebutkan

bahwa tujuan hukum ialah bukan hanya keadilan tetapi juga kemanfaatan.48

Maslahah atau kemaslahatan dikenal dalam ajaran fikih sebagai suatu prinsip

dasar yang menjiwai seluruh kawasan ajaran tersebut yang dijabarkan dan diterapkan

dalam bagian bagiannya secara terperinci. Mengenai ajaran fikih yang di ajarkan oleh

Imam Ghazali r.a, Syatibi r.a dan Imam Amidi r.a bahwa menyimpulkan bahawa

kemaslahatan berkisar pada dua hal pokok yaitu mewujudkan manfaat atau kegunaan

(Jalbul Manfa’ah) dan menghindarkan kemelaratan (daf’i madharrah).49

Seperti kaidah dalam Ushûl Fiqh

د اس ف الم ف ع د و ح ال ص الم ب ل ج

46 Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, cet. 2, h. 41. 47 Salim, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 41. 48 Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), cet.1, h.52-53. 49 Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial, (Bandung: Mizan, 1994), h. 148.

Page 67: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

53

Artinya “Meraih yang maslahat dan menolak yang mafsadah”50

ح ال ص لم ا ب ل ى ج ل ع م د ق م د ا س ف الم ء ر د

Artinya “menolak Kerusakan lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan”51

Maslahah Maslahah juga diartikan sebagai sesuatu yang dianggap Maslahah

namun tidak ada ketegasan hukum untuk merealisasikan dan tidak pula ada dalil

tertentu baik yang mendukung ataupun yang menolaknya.52 Al Maslahah sebagai

dalil hukum mengandung arti bahwa al Maslahah menjadi landasan dan tolak ukur

dalam penetapan hukum. Dengan kata lain hukum masalah tertentu ditetapkan

sedemikian rupa karena kemashlahatan menghendaki agar hukum tersebut ditetapkan

pada masalah tertentu.

Dalam hal Kâfa’ah sendiri tidak ada aturan yang secara khusus mengaturnya,

Kâfa’ah hanyalah produk dari imam madzhab. Konsep Kafa’ah ini bisa berubah

sesuai situasi dan kondisi. Kâfa’ah juga bukan merupakan syarat sah perkawinan,

namun Kâfa’ah ini hanya sebuah anjuran agar setelah menikah dapat tercapainya

tujuan perkawinan yang memberikan Maslahah kepada kedua belah pihak yakni

suami/ istri.

Syarat dari Maslahah Mursalah itu adalah hakikat, bukan dugaan.

Pembentukan hukum itu harus membawa kemanfaatan dan menolak kerusakan.53

Dalam hal ini adanya aturan berupa larangan anggota Kowad menikah dengan

anggota TNI yang pangkatnya lebih rendah darinya adalah untuk menolak kerusakan

dalam arti mencegah perceraian

Salah satu ulama yang mengedepankan Maslahah Mursalah dalam ijtihadnya

adalah Kiyai Sahal Mahfudh. Kiyai Sahal Mahfudh melakukan lompatan pemikiran

yang tajam dan cepat dari mainstream fikih pesantren. Ia mengintrodusir konsep

50 A Djazuli, Kaidah Kaidah Fiqih, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), cet.1, h.

6. 51 Nashr Farid Muhammad Washil W dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa’id

Fiqhiyyah (Jakarta: Amzah, 2009), cet. 1, h. 21. 52 Satria Effendi M Zein, dkk, Ushul Fiqh, h. 135-136. 53 Chaerul Umam dkk, ushul fiqh 1 (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), cet. 2, h. 137-138.

Page 68: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

54

kemaslahatan secara mantap dan meyakinkan, mengenalkan teori-teori sosial dalam

kajian fikih, dan mengadopsi kajian filsafat dalam merespons aspek sosial dan

budaya.54

Pada prinsipnya tujuan Syariah Islam yang dijabarkan secara terperinci oleh

ulama dalam ajaran fikih (Fikih Sosial) ialah penataan hal ikhwal manusia dalam

kehidupan duniawi dan ukhrawi, kehidupan individual, bermasyarakat dan

bernegara. Adapun lima tujuan prinsip dalam Syariah Islam (Maqashid al- syariah)

yaitu memelihara agama, akal, jiwa, nasab ( Keturunan ) dan benda (harta ).55

Dalam konteks sosial yang ada ajaran Syariah yang tertuang dalam fikih

seringkali terlihat tidak searah dengan bentuk kehidupan praktis sehari hari. Hal ini

disebabkan oleh pandangan fikih yang terlalu formalistik. Titik tolak kehidupan yang

kian hari cenderung teologis menjadi tidak berbanding dengan konsep legal-

formalisme yang ditawarkan oleh fikih. Teologi disini bukan berarti pembuktian Ke-

Esaan tuhan namun teologi mengenai pandangan hidup yang menjadi titik tolak

seluruh kegiatan kaum muslimin.56

Sebuah pernikahan bila dilihat dari aspek hukum merupakan suatu perjanjian

yang sangat kuat, al-Qur’an mengistilahkannya dengan mistaāqan galizan artinya

ikatan yang sangat kuat, karena ikatan tersebut melibatkan berbagai aturan ketetapan

syara mulai dari syarat dan rukun dalam menegakannya sampai tatacara

memutuskannya (syiqāq, fasākh, talak).57

Pada dasarnya aturan yang tertuang dalam Petunjuk Teknis Tentang

Pembinaan Korps Wanita Angkatan Darat Nomor KEP/ 1022/XII/2016 Tanggal 14

Desember nomor 2.8.4.2.1.1.3 Jo Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia

Nomor 50 tahun 2014 tentang Tatacara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk bagi

Prajurit pasal 5 (2) Jo Buku Petunjuk Teknis tentang Pengesahan Berlakunya buku

54 Jamal Ma’mur Asmani, Mengembangkan Fiqih Sosial KH. A. Sahal Mahfudh Elaborasi

Lima Ciri Utama, h. 171. 55 Sahal, Mahfud, Nuansa Fiqih Sosial, (Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 1994), h. 5. 56 Sahal, Mahfud, Nuansa Fiqih Sosial, h. 21. 57 Iffatin Nur, “Pembaharuan konsep Kesepadanan kualitas (kafa'ah) dalam Al Quran dan

Hadist”. Kalam Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam,6, 2, (2012), h. 430.

Page 69: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

55

Petunjuk Teknik Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi TNI AD

Nomor KEP/496/VII/2015 Tanggal 27 Juli 2015 bagian keterangan poin D yang

menyatakan bahwa prajurit wanita dilarang melaksanakan perkawinan dengan

prajurit pria yang lebih rendah golongan pangkatnya adalah bentuk kasih sayang dan

tanggung jawab atasan terhadap anggotanya. Yang tak lain untuk kebaikan mereka

semua.58 Agar anggota Kowad lebih selektif dalam memilih calon pendamping

hidup. Sehingga kehidupan rumah tangganya harmonis dan mereka mampu

menyamakan visi dan misi dalam mengarungi bahtera rumah tangga disamping

tugasnya yang berat sebagai abdi negara tanpa dibebani oleh masalah rumah

tangga.59

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kepangkatan sangat

berpengaruh di lingkungan TNI, maka aturan itu dibentuk yang tak lain untuk

menjaga harga diri suami sebagai kepala keluarga yang seharusya menjadi pemimpin

keluarga dan dihormati oleh istri, dan menurut saya aturan ini dapat memberikan

dampak positif baik dalam kehidupan kedinasan ataupun rumah tangga. Pada

prinsipnya aturan ini dibentuk agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan

dikemudian hari.

Hal ini juga diperkuat dengan wawancara yang sudah penulis lakukan dengan

bapak Maspilu sebagai ketua bagian Rohis bahwa dalam tataran kemiliteran ada

sebuah hirarki, ketika terjadi suatu persoalan anggota TNI tidak boleh melawan

kepada atasan (harus hormat) walaupun dalam urusan rumah tangga jika sudah

menikah tidak ada pangkat dan jabatan, namun ketika melihat dinas kemiliteran akan

tetap ada, sehingga untuk menghindari hal hal yang tidak inginkan dikemudian hari

dan juga untuk menjaga martabat dan harga diri suami maka dibentuklah aturan

bahwa seorang Kowad harus menikah dengan anggota TNI yang pangkatnya diatas

58 Maspilu, Kepala Bagian Perawatan dan Rohis, Interview Pribadi, Jakarta 12 Februari

2019. 59Ahmad Royani,” Kafa’ah dalam Perkawinan Islam (Tela’ah Kesederajatan Agama dan

Sosial)”. Al Hukma, 5, 1, (2013). h.58.

Page 70: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

56

dia atau minimal sejajar yang tertuang dalam Peraturan Panglima TNI Nomor 50

tahun 2014 tentang Tatacara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk bagi Prajurit dan

Petunjuk Teknis tentang Pembinaan Korps Wanita Angkatan Darat Nomor KEP/

1022/XII/2016 Tanggal 14 Desember 2016.

Pada dasarnya aturan ini dibentuk untuk mencapai dari pada tujuan

perkawinan itu sendiri (membentuk keluarga sakinah, mawadah warahmah) dan

untuk mencegah terjadinya perceraian, dan juga tujuan lain adanya aturan ini adalah

untuk menjaga keharmonisan rumah tangga prajurit, karena seperti tadi itu jika

berbicara mengenai aturan kedinasan, saat pangkat istri lebih tinggi, mau tidak mau

suami harus taat/ hormat kepada istri tetapi jika sudah dalam rumah tangga sudah

hilang aturanya. Jadi aturan ini untuk menjaga keharmonisan hubungan antara suami

dengan istri, untuk kebaikan kedua belah pihak dan tentunya untuk kebaikan

kesatuan TNI.

Karena secara tidak langsung jika pangkatnya lebih tinggi, otomatis

gaji/kesejahteraannya juga lebih tinggi. Untuk menghindari permasalahan yang akan

terjadi dikemudian hari, maka idealnya memang laki-laki harus berada diatas

perempuan, baik dalam segi pangkat, pendidikan ataupun gaji.60 walaupun beberapa

anggota Kowad merasa bahwa setelah menikah ia merasa kepangkatan hanya dalam

kedinasan saja sedangkan di dalam rumah tanggga tidak ada kepangkatan.

Menurutnya pula gaji bukanlah sebuah pengaruh. sebab menurutnya setinggi apapun

jabatan atau pangkat istri, sepanjang apapun gelar pendidikan istri sebanyak apapun

penghasilannya takdir perempuan di hadapan Islam adalah makmum61 namun itu

hanya pemikiran beberapa anggota Kowad saja yang beragama Islam dan memahami

ajaran Islam, yang menempatkan takdirnya sebagai makmum. Masih ada banyak

anggota Kowad dari lima agama yang berbeda yang harus disatukan dalam satu

perspektif.

60 Maspilu, Kepala Bagian Perawatan dan Rohis, Interview Pribadi, Jakarta 12 Februari

2019. 61 Aprimiyanti, Turyandos Bagperlog Setbintalad, Interview Pribadi, Jakarta 28 Januari

2019.

Page 71: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

57

Hal lain yang penting yang dipertimbangkan, ketika pangkat calon suaminya

lebih rendah maka ia yang harus hormat kepada calon istrinya dalam kedinasan, hal

ini tidak sesuai sebab laki laki adalah pemimpin bagi perempuan, dan masih banyak

faktor- faktor lain yang bisa menyebabkan percekcokan yang berakibat timbulnya

kerusakan atau bahkan perceraian maka berdasarkan hal itu aturan ini berpijak pada

kaidah ushul fikih “menolak Kerusakan lebih diutamakan daripada menarik

kemaslahatan”.

Page 72: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anggota militer mempunyai konsep tersendiri dalam menentukan

Kâfa’ah, yaitu pangkat. Kedudukan pangkat sangat berpengaruh dalam kedinasan.

Pangkat menjadi ukuran yang sangat penting dalam memilih pasangan hal itu

ditunjukan kepada anggota Kowad (Korps Wanita Angkatan Darat) yang terbentuk

dalam suatu aturan bahwasannya anggota Kowad dilarang menikah dengan angota

TNI yang pangkatnya dibawahnya. Ia hanya boleh menikah dengan anggota TNI

jika pangkatnya sejajar atau diatasnya.

Aturan yang tertuang dalam Petunjuk Teknis Tentang Pembinaan Korps

Wanita Angkatan Darat Nomor KEP/ 1022/XII/2016 Tanggal 14 Desember nomor

2.8.4.2.1.1.3 Jo Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 50 tahun

2014 tentang Tatacara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk bagi Prajurit pasal 5 (2)

Jo Buku Petunjuk Teknis Tentang Pengesahan Berlakunya Buku Petunjuk Teknik

Tentang Tata Cara Perkawinan, Perceraian dan Rujuk Bagi TNI AD Nomor

KEP/496/VII/2015 Tanggal 27 Juli 2015 bagian keterangan poin D yang

menyatakan bahwa prajurit wanita dilarang melaksanakan perkawinan dengan

prajurit pria yang lebih rendah golongan pangkatnya, yang tak lain adalah bentuk

kasih sayang, kepedulian dan tanggung jawab atasan terhadap bawahannya. Aturan

ini dibuat untuk kebaikan mereka semua. Agar anggota Kowad tidak salah dalam

memilih calon pendamping hidup. Agar mereka mampu menyamakan visi dan misi

dalam mengarungi bahtera rumah tangga disamping tugasnya yang berat sebagai

abdi negara.

Kepangkatan sangat berpengaruh di lingkungan militer, dalam tataran

kemiliteran ada sebuah hirarki, ketika terjadi suatu persoalan anggota TNI tidak

boleh melawan kepada atasan (harus hormat) walaupun dalam urusan rumah tangga

jika sudah menikah tidak ada pangkat dan jabatan, namun ketika melihat dinas

Page 73: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

59

kemiliteran akan tetap ada maka aturan itu dibuat untuk menjaga harga diri suami

sebagai kepala keluarga yang seharusya menjadi pemimpin keluarga dan juga

mengindari agar istri tidak nusyuz karna secara tidak langsung jika pangkatnya

lebih tinggi, otomatis gaji/kesejahteraannya juga lebih tinggi. Untuk menghindari

permasalahan yang akan terjadi dikemudian hari, maka idealnya memang laki-laki

harus diatas perempuan. Baik dalam segi pangkat, pendidikan ataupun gaji.

Pada dasarnya aturan ini dibuat untuk mencapai dari pada tujuan

perkawinan itu sendiri. (membentuk keluarga sakinah, mawadah warahmah)

walaupun tujuan perkawinan tidak mutlak dicapai hanya karena ke kufuan’ semata,

tetapi hal tersebut sebagai penopang utama dan faktor agama serta akhlak yang

baiklah yang jauh lebih penting dan diutamaka. Juga untuk mencegah terjadinya

kerusakan dalam perkawinan (perceraian), untuk menjaga keharmonisan rumah

tangga prajurit sebab tugas anggota TNI yang berat harus ditopang oleh keluarga

yang kuat dan harmonis.

Aturan ini sejalan dengan teori Maslahah Mursalah ”menolak Kerusakan

lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan” Latar belakang diterapkannya

konsep Kâfa’ah dalam perkawinan adalah untuk menghindari konflik dalam

perkawinan. Dan adanya aturan ini untuk mencegah terjadinya hal yang tidak

diingkinkan dikemudian hari.

B. Saran

Berdasarkan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan penulis ini. Maka penulis

perlu untuk memberikan saran-saran sebagai bahan pertimbangan di kemudian

hari. Saran saran tersebut penulis tuju kepada:

1. Konsep Kâfa’ah sudah mengalami perkembangan dan akan selalu

berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Dewasa ini Pendidikan dan

Pangkat merupakan aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam

memilih calon pendamping hidup. Seperti halnya di dalam lingkungan TNI.

Maka untuk anggota Kowad seharusnya lebih selektif dalam memilih calon

Page 74: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

59

pendamping hidupnya dan untuk Anggota TNI laki-laki sebaiknya memang

mencari calon pendamping hidup yang dibawahnya dan tidak melirik anggota

Kowad yang lebih tinggi pangkatnya. Dan juga lebih memahami hikmah dan

tujuan dibuatnya aturan tersebut.

2. Untuk pembaca semoga lebih terbuka lagi pemahamannya mengenai Kâfa’ah

dan mencari calon pendamping hidup yang sekufu’ walaupun kufu’ bukan

merupakan syarat sah perkawinan namun memilih pasangan yang sekufu’

mampu menjamin keselamatan dalam mengarungi rumah tangga. Sebab

semakin banyak persamaan akan semakin sedikit konflik yang akan dihadapi,

semakin banyak perbedaan akan semakin banyak konflik yang akan di hadapi

kedepannya.

3. Untuk Akademisi, penelitian ini bisa dijadikan landasan untuk melakukan

penelitian selanjutya. Penulis melihat hal hal yang bisa diteliti pada tema

penelitian ini adalah meneliti dampak perkawinan yang sekufu’ dan tidak

sekufu’ terhadap angka perceraian.

Page 75: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ghozali, Abdul,Rahman, Fiqh munakahat. Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013.

Slamet, Abidin. Fiqih Munakahat 1. Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.

Yanggo, T Huzaemah. Hukum keluarga dalam Islam. cet. 1. Palu: Yamiba, 2013.

Bugha, Musthafa al dkk. Fiqih manhaji. Yogyakarta: Darul Uswah, 2012.

Sholeh, Asrorun Ni’am. Fatwa fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. Jakarta:

elSAS, 2008.

Efendi, Jonaedi dan Johnny Ibrahim. Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris.

Jakarta: Prenada Media Group, 2016.

Yusuf, A muri, Metode Penelitian, cet. 1. Jakarta: Prenadamedia Group, 2014,

Silalahi, Ulber. Metode penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2009.

Ali, Zainudin. Metode Penelitian Hukum. cet. 12. Jakarta: Kencana, 2016.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. cet. 1. Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group,2006.

Ash-shabbagh, Mahmud. Keluarga bahagia Dalam Islam, cet. 5. Yogyakarta: CV

Pustaka Mantiq, 1993.

Tihami dan Sohari. Fiqih Munakahat. Jakarta: Rajawali Press, 2010.

Arifin,Gus. Menikah Untuk Bahagia. Jakarta: Kompas Gramedia, 2010.

Mardani. Hukum Keluarga Islam di Indonesia. cet. 2. Jakarta: Kencana, 2017.

Amir dan taat nasution. Rahasia Perkawinan dalam Islam. Cet. 3. Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 1994.

Asmawi, Muhammad. Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan. cet. 1.

Yogyakarta: Darussalam Perum Griya Suryo Astri, 2004.

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al- Quran. Bandung: Mizan :1999.

Jaiz, Hartono Ahmad dan Mulyawati yasin, Ragam Berkeluarga Serasi Tapi Sesat.

Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1994.

Zein, Satria Effendi M. Ushul Fiqh. cet. 7. Jakarta: Kencana, 2017.

Page 76: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

62

Syafiruddin, Amir. Ushul Fiqh. cet.4. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2008.

Dahlan, Abd. Rahman. Ushul Fiqh. cet.2. Jakarta: Amzah, 2011.

Ashshiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Pokok Pokok Pegangan Imam Madzhab.

cet. 1. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997.

Djajuli A, Kaidah Kaidah Fiqih. cet. 2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2006.

Djalil, Basiq. Ilmu Ushul Fiqih Satu & dua. cet. 1. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010.

Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh. cet.2. Semarang: Dina Utama, 2014.

Umam, Chaerul dkk.Ushul Fiqih 1. cet. 2. Bandung: CV Pustaka Setia, 2000.

Zahrah,, Muhammad Abu. Ushul Fiqh. cet. 9. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016.

Haroen, Nasrun. Ushul Fiqh 1. cet. 1. Ciputat: Logos Publishing House, 1996.

Asmawi. Perbandingan Ushul Fiqh. cet 1. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta

dengan UIN Jakarta Press, 2006.

Shihab, Quraiys. Pengantin al Qur’an kalung permata buat anak- anaku. Jakarta:

Lentera Hati, 2007.

Asmani, Jamal Ma’mur. Mengembangkan Fiqih Sosial KH. A. Sahal Mahfudh

Elaborasi Lima Ciri Utama, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015.

Rahman, Jamal. Wacana Baru Fiqih social 70 tahun K.H. Ali Yafie. Jakarta: Mizan,

1997.

Manan, Abdul. Aspek Aspek Pengubah Hukum, cet. 3. Jakarta: Kencana, 2016.

Nashr Farid Muhammad Washil W dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa’id

Fiqhiyyah. cet. 1., Jakarta: Amzah, 2009.

Mahfud, Sahal. Nuansa Fiqih Sosial, Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 1994.

Ali, Zainuddin. Sosiologi Hukum. cet. 2. Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Salim. Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum. Jakarta: Rajawali Press, 2012.

Syarifin, Pipin. Pengantar Ilmu Hukum. cet. 1. Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.

Yafie, Ali. Menggagas Fiqih Sosial, Bandung: Mizan, 1994.

Page 77: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

63

Suma, Muhammad Amin, Hukum keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004.

Rofiq, Ahmad, Fiqh Kontekstual, cet.1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan LSM

Damar Semarang, 2004.

Undang Undang

Undang Undang nomor 1 tahun 1974

Peraturan Panglima Tentara Indonesia Nomor 50 Tahun 2014 Tentang Tata Cara

Nikah Talak Cerai Rujuk

Surat Keputusan Nomor kep/496/VIII/2015 Tentang Pengesahan Berlakunya buku

Petunjuk Teknik Tentang Nikah Talak Cerai Rujuk

Petunjuk Teknis tentang Pembinaan Korps Wanita Angkatan Darat Nomor KEP/

1022/XII/2016 Tanggal 14 Desember 2016

Skirpsi

Munazirah, “Konsep Kafa’ah dalam pernikahan menurut ibnu Qayyim Al-Jaujiyyah”

Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri ar-rainy

Aceh, 2018.

Sari, fajar Kurnia, “Bimbingan Perkawinan Prajurit TNI AD dalam mewujudkan

keluarga sakinah di kodam I Bukit Barisan” Skripsi SI Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2018.

Rusdiani, “Konsep Kafa’ah dalam Perkawinan Masyarakat Sayyid ditinjau dari

Hukum Islam” Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri ALauddin Makassar, 2014.

Mubarok, Fathi, “Analisis Hukum Islam Terhadap Ijin Perkawinan Bagi anggota

Kowad” Skripsi S-1 Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri

Walisongo, 2009.

Page 78: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

64

Referensi Jurnal

Yudowibowo, Syafruddin. “Tinjauan Hukum Perkawinan di Indonesia Terhadap

Konsep Kafa'ah Dalam Hukum Perkawinan Islam”. Yustisia, Vol.1,2, (2012).

Vindura, Vina. “Metode Penetapan Kafa'ah dalam Juklak no 1/II/1986 Persfektif

Hukum Islam”. Al Hukma, Vol 06, 2, (2016).

Gustiawati, Syarifah, dan Novi Lestari. “Aktualisasi Konsep Kafa'ah dalam

Membangun Keharmonisan Rumah Tangga”. Mizan. Vol. 4,1 (2016).

Nur, Iffatin, “Pembaharuan konsep Kesepadanan kualitas (kafa'ah) dalam Al Quran

dan Hadist”. Kalam Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol 06, 2,

(2012).

Royani, Ahmad,” Kafa’ah dalam Perkawinan Islam (Tela’ah Kesederajatan Agama

dan Sosial)”. Al Hukma. Vol. 5, 1, (2013).

Wawancara

Interview Pribadi, dengan Maspilu sebagai Kepala Bagian Perawatan dan Rohis,

Jakarta 12 Februari 2019.

Interview Pribadi dengan Abu Haris, Kepala Sub Dinas Pembinaan dan Fungsi,

Jakarta 28 Januari 2018.

Interview Pribadi dengan Fitri Handayani. Pasianev dan Orgas Setdisbintad, Jakarta

12 Februari 2019

Interview Pribadi dengan Aprimiyanti, Turyandos Bagperlog Setbintalad, Jakarta

28 Januari 2018.

Page 79: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

Bersama Ibu Kapten Caj (K) Fitri Handayani,

Bersama Serka (K) Aprimiyati

Page 80: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia

Bersama Kolonel Caj Drs. Abu Haris Mutohar, M.S.I,

Bersama Mayor. Inf Maspilu S.Ag

Page 81: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia
Page 82: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia
Page 83: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia
Page 84: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia
Page 85: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia
Page 86: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia
Page 87: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia
Page 88: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia
Page 89: KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN ANGGOTA TNI DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46493/1/PUPUT NADIA...konsep kafa’ah dalam perkawinan anggota tni di indonesia