konsep diri remaja yang tinggal

13
KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDI KASUS) Nama : Maria Fatimah Assahhra NPM : 10599139 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Ira Puspitawati S. Psi, M. Psi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui gambaran konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan Yos Sudarso. Dengan melihat gambaran konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan diharapkan mereka dapat memahaminya untuk memasuki masa dewasa dan menjadi anggota masyarakat. Penelitian ini meneliti tentang konsep diri yaitu gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya (Hurlock 1993), berfokus pada komponen konsep diri yang dikemukakan oleh Hurlock (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996) yaitu komponen perceptual adalah image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang lain, komponen konseptual adalah konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus yang dimilikinya baik kemampuan dan ketidakmampuannya, latarbelakang serta masa depannya dan komponen sikap yaitu perasaan seseorang tentang dirinya, sikap terhadap statusnya dan prospeknya di masa depan. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dengan metode wawancara dan observasi, dengan jumlah subjek satu orang remaja yang tinggal di panti asuhan yang berusia 17 tahun. Hasil secara umum memperlihatkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki konsep diri yang cenderung positif dimana konsep diri dipengaruhi oleh peranan faktor sosial dan pengalaman yang dialaminya. Kata kunci : konsep diri, remaja, panti asuhan PENDAHULUAN Tahun-tahun pertama dalam kehidupan seorang anak merupakan dasar untuk perkembangan diri selanjutnya, karena itu dalam hal ini dituntut adanya lingkungan yang menunjang, tapi kenyataan yang dapat dilihat sekeliling kita banyak

Upload: vuongquynh

Post on 15-Jan-2017

251 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL

KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

(STUDI KASUS)

Nama : Maria Fatimah Assahhra NPM : 10599139 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Ira Puspitawati S. Psi, M. Psi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui gambaran konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan Yos Sudarso. Dengan melihat gambaran konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan diharapkan mereka dapat memahaminya untuk memasuki masa dewasa dan menjadi anggota masyarakat. Penelitian ini meneliti tentang konsep diri yaitu gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya (Hurlock 1993), berfokus pada komponen konsep diri yang dikemukakan oleh Hurlock (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996) yaitu komponen perceptual adalah image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang lain, komponen konseptual adalah konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus yang dimilikinya baik kemampuan dan ketidakmampuannya, latarbelakang serta masa depannya dan komponen sikap yaitu perasaan seseorang tentang dirinya, sikap terhadap statusnya dan prospeknya di masa depan. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dengan metode wawancara dan observasi, dengan jumlah subjek satu orang remaja yang tinggal di panti asuhan yang berusia 17 tahun. Hasil secara umum memperlihatkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki konsep diri yang cenderung positif dimana konsep diri dipengaruhi oleh peranan faktor sosial dan pengalaman yang dialaminya. Kata kunci : konsep diri, remaja, panti asuhan

PENDAHULUAN

Tahun-tahun pertama dalam

kehidupan seorang anak merupakan

dasar untuk perkembangan diri

selanjutnya, karena itu dalam hal ini

dituntut adanya lingkungan yang

menunjang, tapi kenyataan yang

dapat dilihat sekeliling kita banyak

Page 2: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL

anak-anak yang terlantar dengan

berbagai sebab misalnya orang tua

yang meninggal sehingga anak tidak

terawat dengan baik atau orang tua

yang memang menelantarkan

anaknya.

Dengan banyak anak yang

tidak memiliki keluarga, maka

pemerintah mendirikan suatu tempat

yang sekiranya dapat memenuhi

kebutuhan jasmani, rohani dan sosial

agar mereka dapat tumbuh dan

berkembang layaknya anak yang

diasuh dalm keluarga yaitu panti

asuhan.

Menurut Departemen Sosial

Republik Indonesia (1989), panti

asuhan adalah suatu lembaga usaha

kesejahteraan sosial yang

mempunyai tanggungjawab untuk

memberikan pelayanan kesejahteraan

sosial kepada anak terlantar serta

melaksanakan penyantunan dan

pengentasan anak terlantar,

memberikan pelayanan pengganti

atau perwalian anak dalam

memenuhi kebutuhan fisik, mental

dan sosial pada anak asuh sehingga

memperoleh kesempatan yang luas,

tepat dan memadai bagi

perkembangan kepribadiannya sesuai

dengan yang diharapkan sebagai

bagian dari generasi penerus cita-cita

bangsa dan sebagai insan yang akan

turut serta aktif dalam bidang

pembangunan nasional.

Anak-anak yang dalam panti

asuhan adalah anak yang usianya

berkisar antara 0 sampai 21 tahun

yang diusia tersebut melewati masa

yang salah satunya adalah masa

remaja (Departemen Sosial Republik

Indonesia 1989). Menurut Gunarsa

(1983) masa remaja merupakan masa

peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa. Anak remaja berjuang

untuk mendapatkan otonomi atas

dirinya dan berusaha untuk

mendapatkan identitas dirinya. Siapa

saya dan bagaimana sifat saya

merupakan pertanyaan yang sering

menjadi masalah pada remaja.

Dengan kata lain remaja berusaha

membentuk konsep dirinya sesuai

dengan keadaannya.

Monks dkk (1999) menjelaskan

bahwa memasuki usia remaja,

masalah konsep diri menjadi masalah

yang cukup serius. Pada umumnya

remaja mengalami krisis psikososial

yaitu antara menemukan dan

kebingungan atas identitas dirinya.

Page 3: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL

Secara umum dapat dikatakan bahwa

sikap remaja saat ini masih dalam

tahap mencari jati diri.

Lingkungan dimana anak

dibesarkan, dididik, diberikan

bimbingan serta pengalaman-

pengalaman yang di alami oleh

seorang anak, semua itu akan turut

berperan dalam perkembangan diri

anak, termasuk perkembangan

konsep dirinya. Lingkungan yang

baik dan pendidik akan dapat

membuat segala kemampuan yang

ada dalam diri anak untuk

berkembang karena anak diberikan

kesempatan untuk

mengaktualisasikan segala

kemampuan yang dimilikinya.

Lingkungan dimana anak dibesarkan,

dibimbing, dan dididik tidak lain

berawal dari lingkungan dimana ia

tinggal.

Dari penjelasan tersebut

diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti permasalahan tentang

konsep diri remaja yang tinggal di

panti asuhan. Untuk itulah, maka

peneliti ingin mencoba

menggambarkan bagaimana konsep

diri remaja yang tinggal dipanti

asuhan dan faktor-faktor apa yang

mempengaruhi konsep diri remaja

yang tinggal dipanti asuhan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Konsep Diri

Konsep diri menurut Hurlock

(1993) adalah gambaran yang

dimiliki seseorang tentang dirinya.

Brook (dalam Rahmat 1996)

mengatakan bahwa konsep diri

merupakan persepsi mengenai diri

sendiri, baik yang bersifat fisik,

sosial maupun psikologis yang

diperoleh melalui pengalaman

individu dalam interaksinya dengan

orang lain. Taylor (dalam Rahmat

1996) mendefinisikan konsep diri

sebagai segala sesuatu yang

dipikirkan dan dirasakan tentang diri

sendiri, yang mencangkup

serangkaian keyakinan dan sikap

tentang diri individu sendiri.

Menurut Rini (2002) konsep

diri dapat didefinisikan secara umum

sebagai keyakinan, pandangan atau

penilaian seseorang terhadap dirinya.

Menurut Rini (2002) konsep diri

terbentuk melalui proses belajar

sejak masa pertumbuhan seseorang

dari kecil hingga dewasa.

Page 4: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL

Lingkungan, pengalaman dan pola

asuh orang tua turut memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap

konsep diri yang terbentuk.

Felker (1974) menjelaskan

bahwa konsep diri adalah sejumlah

persepi yang dimiliki seseorang

mengenai dirinya. Konsep diri dapat

merupakan perasaan-perasaan, sikap

dan nilai-nilai yang berlaku terhadap

dirinya sendiri. Dari pengamatan

individu terhadap dirinya ada suatu

penilaian terhadap dirinya sendiri,

kemudian dari penelitian itu muncul

sikap dan perasaan terhadap diri

sendiri termasuk kepribadian, sikap,

perasaan dan penilaian terhadap

tingkah laku dan kemampuannya.

Konsep diri juga mengenai cara

memandang kepribadian sendiri

karena dengan konsep diri inilah

seseorang dapat menilai apakah

dirinya cantik, pintar dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian

diatas dapat disimpulkan bahwa

konsep diri merupakan gambaran

seseorang tentang diri sendiri, baik

yang bersifat fisik, sosial maupun

psikologis serta pengharapannya di

masa yang akan datang, yang

terbentuk dari interaksinya dengan

lingkungan sekitarnya serta

pengalamannya.

Komponen Konsep Diri

Hurlock (dalam Ritandiyono dan

Retnaningsih 1996) mengatakan

bahwa konsep diri memiliki tiga

komponen utama yaitu :

a. Komponen perceptual

b. Komponen konseptual

c. Komponen sikap

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Konsep Diri

Mead (dalam Ritandiyono dan

Retnaningsih 1996) menyebutkan

bahwa konsep diri merupakan

produk sosial, yang dibentuk melalui

proses internalisasi dan organisasi

pengalaman-pengalaman psikologis.

Pengalaman-pengalaman psikologis

ini merupakan eksplorasi terhadap

lingkungan fisik dan refleksi dari

dirinya yang diterima dari orang-

orang penting disekitarnya. Oleh

karena itu banyak faktor yang

mempengaruhi konsep diri

seseorang, diantaranya yaitu :

a. Peran Orang Tua

b. Peranan Faktor Sosial

c. Belajar

Page 5: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL

Dimensi Konsep Diri

Menurut Caulhoun (dalam

Ritandiyono dan Retnaningsih 1996)

konsep diri memiliki tiga dimensi,

yaitu : pengetahuan tentang diri

sendiri, harapan terhadap diri sendiri

dan evaluasi diri.

Konsep Diri Negatif dan Konsep

Diri Positif

Brook dan Emmert (dalam

Ritandiyono dan Retnaningsih 1996)

menyebutkan ciri-ciri orang yang

memiliki konsep diri negatif, antara

lain :

1). Peka terhadap kritik

2). Responsive terhadap pujian,

meskipun Ia pura-pura

menghindarinya

3). Hiperkritik terhadap orang lain

4). Merasa tidak disenangi oleh

orang lain, sehingga sulit

menciptakan kehangatan dan

keakraban dengan orang lain

5). Pesimis terhadap kompetisi

Berlawanan dengan ciri-ciri orang

yang memiliki konsep diri negatif

yang dikemukakan oleh Brook dan

Emmert (dalam Ritandiyono dan

Retnaningsih 1996) maka ciri-ciri

orang yang meiliki konsep diri

positif antara lain ;

1). Yakin akan kemampuannya

untuk mengatasi suatu masalah

2). Merasa setara dengan orang lain

3). Menerima pujian dengan tanpa

rasa malu

4). Menyadari bahwa setiap orang

memiliki berbagai perasaan,

keinginan dan perilaku yang

tidak seluruhnya disetujui oleh

masyarakat

5). Mampu memperbaiki diri, karena

ia sanggup mengungkapkan

aspek-aspak keperibadian yang

tidak disenanginya dan berusaha

untuk merubahnya.

Uraian diatas menunjukkan

bahwa konsep diri mempunyai

peranan penting dalam menentukan

dan mengarahkan seluruh prilaku.

Hal ini ditunjukkan dengan

kenyataan bahwa setiap individu

selalu berusaha memperoleh

keseimbangan dalam dirinya, selalu

dihadapkan pada pengalaman-

pengalaman hidup, dan dipengaruhi

oleh kebutuhan untuk mencapai

prestasi.

Tempat Tinggal

Menurut Ali (1995) tempat

tinggal adalah tempat orang diam

(tinggal) yang biasa berbentuk rumah

Page 6: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL

atau bidang, tempat tinggal dapat

berupa bangunan, seperti rumah,

panti, asrama.

Panti Asuhan

Menurut Departemen Sosial

Republik Indonesia (1989), panti

asuhan adalah suatu lembaga usaha

kesejahteraan sosial yang

mempunyai tanggungjawab untuk

memberikan pelayanan kesejahteraan

sosial kepada anak terlantar serta

melaksanakan penyantunan dan

pengentasan anak terlantar,

memberikan pelayanan pengganti

atau perwalian anak dalam

memenuhi kebutuhan fisik, mental

dan sosial pada anak asuh sehingga

memperoleh kesempatan yang luas,

tepat dan memadai bagi

perkembangan kepribadiannya sesuai

dengan yang diharapkan sebagai

bagian dari generasi penerus cita-cita

bangsa dan sebagai insan yang akan

turut serta aktif dalam bidang

pembangunan nasional.

Panti asuhan yaitu suatu

lembaga untuk mengasuh anak,

menjaga dan memberikan bimbingan

dari pimpinan kapada anak dengan

tujuan agar mereka menjadi manusia

yang cakap dan berguna serta

bertanggungjawab atas dirinya dan

terhadap masyarakat dikemudian

hari. Panti asuhan sebagai pengganti

orang tua, sehubungan dengan orang

tua anak tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya dalam

mendidik dan mengasuh anak

(Sandrianny 2002).

Tujuan Panti Asuhan

Tujuan panti asuhan menurut

Departemen Sosial Republik

Indonesia (1989) ialah memberikan

pelayanan berdasarkan profesi

pekerja sosial kepada anak terlantar

dengan cara membantu dan

membimbing mereka kearah

perkembangan pribadi yang wajar

serta kemampuan ketrampilan kerja,

sehingga mereka menjadi anggota

masyarakat yang dapat hidup layak

dan penuh tanggungjawab baik

terhadap dirinya, keluarga dan

masyarakat.

Sasaran Garapan Panti Asuhan

Sasaran garapan panti asuhan

meliputi :

1). Anak yatim, piatu, yatim-piatu,

terlantar usia 0-21 tahun

2). Anak terlantar adalah anak yang

karena suatu sebab anak yang

orang tuanya melalaikan

Page 7: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL

kewajiban, sehingga kebutuhan

anak tidak dapat terpenuhi

dengan wajar baik secara rohani,

jasmani maupun sosial, antara

lain keluarga retak sehingga ada

relasi sosial yang harmonis

3). Anak yang tidak mampu adalah

anak yang karena suatu sebab

tidak dapat

terpenuhi kebutuhan-

kebutuhannya, baik secara

rohani, jasmani maupun sosial

dengan wajar antara lain salah

satu orang tua dan atau keduanya

sakit kronis, terpidana dan

meninggal sehingga anak tidak

ada yang merawat

Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan

masa peralihan dari masa kanak-

kanak menuju masa dewasa yakni

antara usia 12 sampai dengan 21

tahun. Masa remaja disebut juga

masa pubertas yang meliputi masa

peralihan dari masa anak sampai

tercapainya kematangan fisik, yakni

usia 12 sampai 15 tahun. Pada masa

ini terlihat perubahan-perubahan

jasmani berkaitan dengan proses

kematangan jenis kelamin, terlihat

pula adanya perkembangan

psikososial berhubungan dengan

fungsi seseorang dalam lingkungan

sosialnya, yakni dengan melepaskan

diri dari ketergantungan pada orang

tua, pembentukan rencana hidup dan

pembentukan sistem nilai-nilai

(Gunarsa dan Gunarsa1983).

METODELOGI PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini,

pendekatan yang digunakan adalah

metode kualitatif pendekatan studi

kasus. Menurut Moleong (2004)

studi kasus adalah studi yang

berusaha memahami isu –isu yang

rumit atau objek untuk dapat

memperluas pengalaman atau

menambah kekuatan terhadap apa

yang telah dikenal melalui hasil

penelitian yang lalu. Lebih lanjut

dikatakan bahwa studi kasus

menekan pada rincian analisis atau

kontekstual tentang sejumlah kecil

kejadian atau kondisi dan hubungan-

hubungan yang ada padanya.

Subjek Penelitian

Pada penelitian ini ditentukan

sejumlah karakteristik bagi subjek

penelitian, antara lain :

Page 8: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL

Subjek penelitian yang akan dipakai

tidak ada ketentuan jenis kelamin,

baik pria maupun wanita adalah

remaja berusia 12 sampai 21 tahun

yang tinggal dipanti asuhan di

Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini

diambil satu orang subjek remaja

yang tinggal di panti asuhan.

Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Wawancara adalah

percakapan tanya jawab yang

diarahkan untuk mencapai tujuan

tertentu (Poerwandari 2001).

2. Metode Observasi Dalam

penelitian ini metode observasi yang

digunakan untuk memperoleh data

tentang hal-hal yang karena berbagai

sebab tidak diungkapkan oleh subjek

penelitian secara terbuka dalam

wawancara. Observasi juga

memungkinkan peneliti untuk

merefleksi dan bersikap introspeksi

terhadap penelitian yang

dilakukannya.

Alat Bantu Pengumpulan Data

Alat bantu yang digunakan

dalam proses pengumpulan data

terdiri dari pedoman wawancara,

pedoman observasi, alat perekam dan

alat tulis.

Keabsahan dan Keajegan

Penelitian

Yin (2002) mengajukan empat

kriteria keabsahan dan keajegan yang

diperlukan dalam suatu penelitian

kualitatif, empat hal tersebut adalah :

1. Keabsahan Konstruk (Construct

Validity)

Keabsahan bentuk batasan

berkaitan dengan suatu kepastian

bahwa yang terukur benar-benar

merupakan variabel yang ingin

diukur.

2. Keabsahan Internal (Internal

Validity)

Keabsahan internal merupakan

konsep yang mengacu pada

seberapa jauh kesimpulan hasil

penelitian menggambarkan

keadaan sesungguhnya.

3. Keabsahan Eksternal (External

Validity)

Keabsahan eksternal mengacu

pada sebarapa jauh hasil penelitian

dapat di generalisasikan pada

kasus lain.

4. Keajegan (Reliability)

Peneliti memperhitungkan

perubahan-perubahan yang

mungkin terjadi menyangkut

fenomena yang diteliti juga

Page 9: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL

perubahan dalam desain sebagai

hasil dari pemahaman yang lebih

mendalam tentang setting yang

diteliti (Poerwandari 2001).

HASIL DAN ANALISIS

Hasil Wawancara dan Observasi

Pelaksanan observasi

Wawancara dilakukan dipanti

asuhan Yos Sudarso Jl. Lapangan

Tembak Marinir Cilandak Jakarta

Selatan. Wawancara pertama

dilakukan pada hari Selasa tanggal

21 Juni 2005 pada pukul 14.55-16.45

WIB. Wawancara kedua dilakukan di

sekolah subjek yaitu di SMKN Pasar

Minggu Jakarta Selatan, pada hari

selasa tanggal 11 Oktober 2005 pada

pukul 12.00-13.30 WIB, dan

observasi ketiga dilakukan saat

subjek melakukan kegiatan buka

bersama di sekolah pada hari Sabtu

Tanggal 15 Oktober 2005 pada pukul

17.00-18.30 WIB. Observasi ini

dilakukan ketika peneliti melakukan

pengambilan data dengan

mewawancarai subjek. Peneliti

melakukan observasi di tempat

tinggal subjek yaitu dipanti asuhan,

selain itu penulis juga melakukan

observasi terhadap prilaku subjek

juga setting tempat tinggal subjek.

Hasil Observasi

1. Setting

Sebelum melakukan

penelitian, peneliti meminta ijin

kepada pihak panti asuhan Yos

Sudarso untuk mengadakan

penelitian di yayasan tersebut,

setelah mendapatkan persetujuan dari

pihak panti asuhan, peneliti membuat

surat keterangan ijin melakukan

penelitian yang diperoleh dari

Universitas Gunadarma.

Sebelum melakukan

wawancara peneliti membuat

kesepakatan terlebih dahulu dengan

subjek penelitian. Peneliti melakukan

wawancara berdasarkan pedoman

yang telah dibuat dan selama

wawancara dengan subjek, peneliti

melakukan pencatatan lapangan yang

telah disesuaikan dengan keadaan

yang terjadi selama wawancara

berlangsung.

2. Subjek

Subjek adalah seorang pelajar

yang berperawakan tidak terlalu

tinggi dan memiliki tubuh yang

sedang (tidak gemuk dan tidak

kurus) dengan berat badan 40 dan

Page 10: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL

tinggi badan 155. Berkulit kuning

langsat dengan rambut hitam, lurus,

panjang dan diikat. Subjek memiliki

bentuk wajah lonjong/oval dengan

hidung yang mancung. Ketika

wawancara berlangsung subjek

menggunakan kaos biru dan celana

panjang jeans berwarna biru. Secara

keseluruhan penampilan subjek

sangat baik dan rapih.

3. Significant Other

Peneliti melakukan observasi

dan wawancara pada significant

other dalam hal ini ibu asrama panti

asuhan yang berinisial S yang mana

termasuk salah seorang yang dekat

dengan subjek.

Pembahasan

Subjek memiliki konsep

diri yang positif berkaitan dengan

komponen perceptual yaitu

penampilan fisik, subjek memiliki

proporsi tubuh yang normal dan

subjek menampilkan kesan yang

ramah dan supel terhadap orang lain.

Hal ini terlihat dari cara subjek

bersosialisasi dengan teman-

temannya di sekolah maupun di panti

asuhan.

Berkaitan dengan

komponen konseptual subjek

memiliki kejujuran yang dibekali

dari pembinaan mental rohani yang

ada di panti asuhan. Kepercayaan

diri subjek terpupuk dari pembinaan

pelatihan ketrampilan yang diberikan

pihak panti asuhan kepada anak

asuhnya diharapkan agar anak asuh

dapat hidup tanpa bergantung pada

orang lain. Kemandirian yang

dimiliki subjek tumbuh dari

kehidupan subjek sehari-hari yang

ditanamkan sejak dini dipanti

asuhan. Hal ini dapat terlihat dari

tugas sehari-hari yang dilakukan

subjek di panti asuhan.

Sikap terhadap statusnya

terlihat dari cara subjek hidup

bermasyarakat karena di panti

asuhan ini dilibatkan secara langsung

dalam kegiatan sosial dengan warga

masyarakat sekitar panti asuhan, hal

ini terlihat dari diadakannya kegiatan

bazaar setiap enam bulan sekali

dilingkungan panti asuhan.

Sedangkan faktor yang

mempengaruhi konsep diri subjek

menjadi positif didasari oleh peranan

orang tua dimana subjek merasa

dekat dan nyaman dengan orang tua

pengganti dalam hal ini ibu panti

asuhan, peranan faktor sosial yaitu

Page 11: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL

subjek dapat bersosialisasi dengan

lingkungan sekitar baik didalam

panti asuhan maupun di sekolah dan

di masyarakat. Serta proses belajar

dimana subjek belajar dari

pengalaman-pengalaman yang

membuatnya berpikir lebih positif.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan

oleh Rini (2002) bahwa orang yang

dengan konsep diri yang positif akan

mampu menghargai dirinya dan

mampu melihat hal-hal yang positif

yang dapat dilakukan demi

keberhasilan dimasa yang akan

datang. Subjek dapat menerima dan

memahami berbagai kenyataan

tentang dirinya, menerima

pengalaman yang telah dialami oleh

subjek. Subjek dapat menampung

selutuh pengalaman tentang dirinya,

sehingga hasil evaluasi subjek

mengarah kearah yang lebi positif.

Hal ini ssuai dengan yang dikatakan

oleh Pudjijogyanti (1991)

mengemukakan bahwa konsep diri

bukan merupakan faktor yang

dibawa sejak lahir, melainkan faktor

yang dipelajari dan dibentuk dari

pengalaman individu dalam

berhubungan dengan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, L. (1995). Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Pustaka

Depertemen Sosial Republik Indonesia. (1989). Petunjuk teknis pelaksanaan, penyantunan dan pengentasan anak terlantar melalui panti asuhan anak. Jakarta.

Felker, S. (1974). Theoritical of self concept. USA : Mc. Graw Hill. Gunarsa dan Yulia. G. (1983). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta:

BPK Gunung Mulia.

Hurlock, E. B. (1993). Perkembangan anak jilid II. Jakarta: Erlangga.

Monks, F. J. Knoers, A. M..P & Haditono, S. R. (1999). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Perss.

Moleong, L. J. (2004). Metodelogi penelitian. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya.

Page 12: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL

Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia.

Pudjijogyanti, C. R. (1991). Konsep diri dalam pendidikan. Jakarta: Arcan.

Rahmat, J. (1996). Psikologi komunikasi (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ritandiyono dan Retnaningsih. (1996). Aktualisasi diri (seri diktat kuliah). Jakarta: Gunadarma.

Rini, J. F. (2002). Konsep diri. www.e-psikologi.com

Sandrianny, N. (2002). Perbedaan harga diri antara anak yang tinggal bersama keluarga dan yang tinggal di panti asuhan. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Atma Jaya.

Yin R. K. (2002). Studi kasus (desain dan metode). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 13: KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL