konsep diri remaja yang tinggal
TRANSCRIPT
KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN
(STUDI KASUS)
Nama : Maria Fatimah Assahhra NPM : 10599139 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Ira Puspitawati S. Psi, M. Psi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui gambaran konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan Yos Sudarso. Dengan melihat gambaran konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan diharapkan mereka dapat memahaminya untuk memasuki masa dewasa dan menjadi anggota masyarakat. Penelitian ini meneliti tentang konsep diri yaitu gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya (Hurlock 1993), berfokus pada komponen konsep diri yang dikemukakan oleh Hurlock (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996) yaitu komponen perceptual adalah image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang lain, komponen konseptual adalah konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus yang dimilikinya baik kemampuan dan ketidakmampuannya, latarbelakang serta masa depannya dan komponen sikap yaitu perasaan seseorang tentang dirinya, sikap terhadap statusnya dan prospeknya di masa depan. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dengan metode wawancara dan observasi, dengan jumlah subjek satu orang remaja yang tinggal di panti asuhan yang berusia 17 tahun. Hasil secara umum memperlihatkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki konsep diri yang cenderung positif dimana konsep diri dipengaruhi oleh peranan faktor sosial dan pengalaman yang dialaminya. Kata kunci : konsep diri, remaja, panti asuhan
PENDAHULUAN
Tahun-tahun pertama dalam
kehidupan seorang anak merupakan
dasar untuk perkembangan diri
selanjutnya, karena itu dalam hal ini
dituntut adanya lingkungan yang
menunjang, tapi kenyataan yang
dapat dilihat sekeliling kita banyak
anak-anak yang terlantar dengan
berbagai sebab misalnya orang tua
yang meninggal sehingga anak tidak
terawat dengan baik atau orang tua
yang memang menelantarkan
anaknya.
Dengan banyak anak yang
tidak memiliki keluarga, maka
pemerintah mendirikan suatu tempat
yang sekiranya dapat memenuhi
kebutuhan jasmani, rohani dan sosial
agar mereka dapat tumbuh dan
berkembang layaknya anak yang
diasuh dalm keluarga yaitu panti
asuhan.
Menurut Departemen Sosial
Republik Indonesia (1989), panti
asuhan adalah suatu lembaga usaha
kesejahteraan sosial yang
mempunyai tanggungjawab untuk
memberikan pelayanan kesejahteraan
sosial kepada anak terlantar serta
melaksanakan penyantunan dan
pengentasan anak terlantar,
memberikan pelayanan pengganti
atau perwalian anak dalam
memenuhi kebutuhan fisik, mental
dan sosial pada anak asuh sehingga
memperoleh kesempatan yang luas,
tepat dan memadai bagi
perkembangan kepribadiannya sesuai
dengan yang diharapkan sebagai
bagian dari generasi penerus cita-cita
bangsa dan sebagai insan yang akan
turut serta aktif dalam bidang
pembangunan nasional.
Anak-anak yang dalam panti
asuhan adalah anak yang usianya
berkisar antara 0 sampai 21 tahun
yang diusia tersebut melewati masa
yang salah satunya adalah masa
remaja (Departemen Sosial Republik
Indonesia 1989). Menurut Gunarsa
(1983) masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Anak remaja berjuang
untuk mendapatkan otonomi atas
dirinya dan berusaha untuk
mendapatkan identitas dirinya. Siapa
saya dan bagaimana sifat saya
merupakan pertanyaan yang sering
menjadi masalah pada remaja.
Dengan kata lain remaja berusaha
membentuk konsep dirinya sesuai
dengan keadaannya.
Monks dkk (1999) menjelaskan
bahwa memasuki usia remaja,
masalah konsep diri menjadi masalah
yang cukup serius. Pada umumnya
remaja mengalami krisis psikososial
yaitu antara menemukan dan
kebingungan atas identitas dirinya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa
sikap remaja saat ini masih dalam
tahap mencari jati diri.
Lingkungan dimana anak
dibesarkan, dididik, diberikan
bimbingan serta pengalaman-
pengalaman yang di alami oleh
seorang anak, semua itu akan turut
berperan dalam perkembangan diri
anak, termasuk perkembangan
konsep dirinya. Lingkungan yang
baik dan pendidik akan dapat
membuat segala kemampuan yang
ada dalam diri anak untuk
berkembang karena anak diberikan
kesempatan untuk
mengaktualisasikan segala
kemampuan yang dimilikinya.
Lingkungan dimana anak dibesarkan,
dibimbing, dan dididik tidak lain
berawal dari lingkungan dimana ia
tinggal.
Dari penjelasan tersebut
diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti permasalahan tentang
konsep diri remaja yang tinggal di
panti asuhan. Untuk itulah, maka
peneliti ingin mencoba
menggambarkan bagaimana konsep
diri remaja yang tinggal dipanti
asuhan dan faktor-faktor apa yang
mempengaruhi konsep diri remaja
yang tinggal dipanti asuhan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Konsep Diri
Konsep diri menurut Hurlock
(1993) adalah gambaran yang
dimiliki seseorang tentang dirinya.
Brook (dalam Rahmat 1996)
mengatakan bahwa konsep diri
merupakan persepsi mengenai diri
sendiri, baik yang bersifat fisik,
sosial maupun psikologis yang
diperoleh melalui pengalaman
individu dalam interaksinya dengan
orang lain. Taylor (dalam Rahmat
1996) mendefinisikan konsep diri
sebagai segala sesuatu yang
dipikirkan dan dirasakan tentang diri
sendiri, yang mencangkup
serangkaian keyakinan dan sikap
tentang diri individu sendiri.
Menurut Rini (2002) konsep
diri dapat didefinisikan secara umum
sebagai keyakinan, pandangan atau
penilaian seseorang terhadap dirinya.
Menurut Rini (2002) konsep diri
terbentuk melalui proses belajar
sejak masa pertumbuhan seseorang
dari kecil hingga dewasa.
Lingkungan, pengalaman dan pola
asuh orang tua turut memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap
konsep diri yang terbentuk.
Felker (1974) menjelaskan
bahwa konsep diri adalah sejumlah
persepi yang dimiliki seseorang
mengenai dirinya. Konsep diri dapat
merupakan perasaan-perasaan, sikap
dan nilai-nilai yang berlaku terhadap
dirinya sendiri. Dari pengamatan
individu terhadap dirinya ada suatu
penilaian terhadap dirinya sendiri,
kemudian dari penelitian itu muncul
sikap dan perasaan terhadap diri
sendiri termasuk kepribadian, sikap,
perasaan dan penilaian terhadap
tingkah laku dan kemampuannya.
Konsep diri juga mengenai cara
memandang kepribadian sendiri
karena dengan konsep diri inilah
seseorang dapat menilai apakah
dirinya cantik, pintar dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa
konsep diri merupakan gambaran
seseorang tentang diri sendiri, baik
yang bersifat fisik, sosial maupun
psikologis serta pengharapannya di
masa yang akan datang, yang
terbentuk dari interaksinya dengan
lingkungan sekitarnya serta
pengalamannya.
Komponen Konsep Diri
Hurlock (dalam Ritandiyono dan
Retnaningsih 1996) mengatakan
bahwa konsep diri memiliki tiga
komponen utama yaitu :
a. Komponen perceptual
b. Komponen konseptual
c. Komponen sikap
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Konsep Diri
Mead (dalam Ritandiyono dan
Retnaningsih 1996) menyebutkan
bahwa konsep diri merupakan
produk sosial, yang dibentuk melalui
proses internalisasi dan organisasi
pengalaman-pengalaman psikologis.
Pengalaman-pengalaman psikologis
ini merupakan eksplorasi terhadap
lingkungan fisik dan refleksi dari
dirinya yang diterima dari orang-
orang penting disekitarnya. Oleh
karena itu banyak faktor yang
mempengaruhi konsep diri
seseorang, diantaranya yaitu :
a. Peran Orang Tua
b. Peranan Faktor Sosial
c. Belajar
Dimensi Konsep Diri
Menurut Caulhoun (dalam
Ritandiyono dan Retnaningsih 1996)
konsep diri memiliki tiga dimensi,
yaitu : pengetahuan tentang diri
sendiri, harapan terhadap diri sendiri
dan evaluasi diri.
Konsep Diri Negatif dan Konsep
Diri Positif
Brook dan Emmert (dalam
Ritandiyono dan Retnaningsih 1996)
menyebutkan ciri-ciri orang yang
memiliki konsep diri negatif, antara
lain :
1). Peka terhadap kritik
2). Responsive terhadap pujian,
meskipun Ia pura-pura
menghindarinya
3). Hiperkritik terhadap orang lain
4). Merasa tidak disenangi oleh
orang lain, sehingga sulit
menciptakan kehangatan dan
keakraban dengan orang lain
5). Pesimis terhadap kompetisi
Berlawanan dengan ciri-ciri orang
yang memiliki konsep diri negatif
yang dikemukakan oleh Brook dan
Emmert (dalam Ritandiyono dan
Retnaningsih 1996) maka ciri-ciri
orang yang meiliki konsep diri
positif antara lain ;
1). Yakin akan kemampuannya
untuk mengatasi suatu masalah
2). Merasa setara dengan orang lain
3). Menerima pujian dengan tanpa
rasa malu
4). Menyadari bahwa setiap orang
memiliki berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang
tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat
5). Mampu memperbaiki diri, karena
ia sanggup mengungkapkan
aspek-aspak keperibadian yang
tidak disenanginya dan berusaha
untuk merubahnya.
Uraian diatas menunjukkan
bahwa konsep diri mempunyai
peranan penting dalam menentukan
dan mengarahkan seluruh prilaku.
Hal ini ditunjukkan dengan
kenyataan bahwa setiap individu
selalu berusaha memperoleh
keseimbangan dalam dirinya, selalu
dihadapkan pada pengalaman-
pengalaman hidup, dan dipengaruhi
oleh kebutuhan untuk mencapai
prestasi.
Tempat Tinggal
Menurut Ali (1995) tempat
tinggal adalah tempat orang diam
(tinggal) yang biasa berbentuk rumah
atau bidang, tempat tinggal dapat
berupa bangunan, seperti rumah,
panti, asrama.
Panti Asuhan
Menurut Departemen Sosial
Republik Indonesia (1989), panti
asuhan adalah suatu lembaga usaha
kesejahteraan sosial yang
mempunyai tanggungjawab untuk
memberikan pelayanan kesejahteraan
sosial kepada anak terlantar serta
melaksanakan penyantunan dan
pengentasan anak terlantar,
memberikan pelayanan pengganti
atau perwalian anak dalam
memenuhi kebutuhan fisik, mental
dan sosial pada anak asuh sehingga
memperoleh kesempatan yang luas,
tepat dan memadai bagi
perkembangan kepribadiannya sesuai
dengan yang diharapkan sebagai
bagian dari generasi penerus cita-cita
bangsa dan sebagai insan yang akan
turut serta aktif dalam bidang
pembangunan nasional.
Panti asuhan yaitu suatu
lembaga untuk mengasuh anak,
menjaga dan memberikan bimbingan
dari pimpinan kapada anak dengan
tujuan agar mereka menjadi manusia
yang cakap dan berguna serta
bertanggungjawab atas dirinya dan
terhadap masyarakat dikemudian
hari. Panti asuhan sebagai pengganti
orang tua, sehubungan dengan orang
tua anak tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dalam
mendidik dan mengasuh anak
(Sandrianny 2002).
Tujuan Panti Asuhan
Tujuan panti asuhan menurut
Departemen Sosial Republik
Indonesia (1989) ialah memberikan
pelayanan berdasarkan profesi
pekerja sosial kepada anak terlantar
dengan cara membantu dan
membimbing mereka kearah
perkembangan pribadi yang wajar
serta kemampuan ketrampilan kerja,
sehingga mereka menjadi anggota
masyarakat yang dapat hidup layak
dan penuh tanggungjawab baik
terhadap dirinya, keluarga dan
masyarakat.
Sasaran Garapan Panti Asuhan
Sasaran garapan panti asuhan
meliputi :
1). Anak yatim, piatu, yatim-piatu,
terlantar usia 0-21 tahun
2). Anak terlantar adalah anak yang
karena suatu sebab anak yang
orang tuanya melalaikan
kewajiban, sehingga kebutuhan
anak tidak dapat terpenuhi
dengan wajar baik secara rohani,
jasmani maupun sosial, antara
lain keluarga retak sehingga ada
relasi sosial yang harmonis
3). Anak yang tidak mampu adalah
anak yang karena suatu sebab
tidak dapat
terpenuhi kebutuhan-
kebutuhannya, baik secara
rohani, jasmani maupun sosial
dengan wajar antara lain salah
satu orang tua dan atau keduanya
sakit kronis, terpidana dan
meninggal sehingga anak tidak
ada yang merawat
Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan
masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa yakni
antara usia 12 sampai dengan 21
tahun. Masa remaja disebut juga
masa pubertas yang meliputi masa
peralihan dari masa anak sampai
tercapainya kematangan fisik, yakni
usia 12 sampai 15 tahun. Pada masa
ini terlihat perubahan-perubahan
jasmani berkaitan dengan proses
kematangan jenis kelamin, terlihat
pula adanya perkembangan
psikososial berhubungan dengan
fungsi seseorang dalam lingkungan
sosialnya, yakni dengan melepaskan
diri dari ketergantungan pada orang
tua, pembentukan rencana hidup dan
pembentukan sistem nilai-nilai
(Gunarsa dan Gunarsa1983).
METODELOGI PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini,
pendekatan yang digunakan adalah
metode kualitatif pendekatan studi
kasus. Menurut Moleong (2004)
studi kasus adalah studi yang
berusaha memahami isu –isu yang
rumit atau objek untuk dapat
memperluas pengalaman atau
menambah kekuatan terhadap apa
yang telah dikenal melalui hasil
penelitian yang lalu. Lebih lanjut
dikatakan bahwa studi kasus
menekan pada rincian analisis atau
kontekstual tentang sejumlah kecil
kejadian atau kondisi dan hubungan-
hubungan yang ada padanya.
Subjek Penelitian
Pada penelitian ini ditentukan
sejumlah karakteristik bagi subjek
penelitian, antara lain :
Subjek penelitian yang akan dipakai
tidak ada ketentuan jenis kelamin,
baik pria maupun wanita adalah
remaja berusia 12 sampai 21 tahun
yang tinggal dipanti asuhan di
Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini
diambil satu orang subjek remaja
yang tinggal di panti asuhan.
Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Wawancara adalah
percakapan tanya jawab yang
diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu (Poerwandari 2001).
2. Metode Observasi Dalam
penelitian ini metode observasi yang
digunakan untuk memperoleh data
tentang hal-hal yang karena berbagai
sebab tidak diungkapkan oleh subjek
penelitian secara terbuka dalam
wawancara. Observasi juga
memungkinkan peneliti untuk
merefleksi dan bersikap introspeksi
terhadap penelitian yang
dilakukannya.
Alat Bantu Pengumpulan Data
Alat bantu yang digunakan
dalam proses pengumpulan data
terdiri dari pedoman wawancara,
pedoman observasi, alat perekam dan
alat tulis.
Keabsahan dan Keajegan
Penelitian
Yin (2002) mengajukan empat
kriteria keabsahan dan keajegan yang
diperlukan dalam suatu penelitian
kualitatif, empat hal tersebut adalah :
1. Keabsahan Konstruk (Construct
Validity)
Keabsahan bentuk batasan
berkaitan dengan suatu kepastian
bahwa yang terukur benar-benar
merupakan variabel yang ingin
diukur.
2. Keabsahan Internal (Internal
Validity)
Keabsahan internal merupakan
konsep yang mengacu pada
seberapa jauh kesimpulan hasil
penelitian menggambarkan
keadaan sesungguhnya.
3. Keabsahan Eksternal (External
Validity)
Keabsahan eksternal mengacu
pada sebarapa jauh hasil penelitian
dapat di generalisasikan pada
kasus lain.
4. Keajegan (Reliability)
Peneliti memperhitungkan
perubahan-perubahan yang
mungkin terjadi menyangkut
fenomena yang diteliti juga
perubahan dalam desain sebagai
hasil dari pemahaman yang lebih
mendalam tentang setting yang
diteliti (Poerwandari 2001).
HASIL DAN ANALISIS
Hasil Wawancara dan Observasi
Pelaksanan observasi
Wawancara dilakukan dipanti
asuhan Yos Sudarso Jl. Lapangan
Tembak Marinir Cilandak Jakarta
Selatan. Wawancara pertama
dilakukan pada hari Selasa tanggal
21 Juni 2005 pada pukul 14.55-16.45
WIB. Wawancara kedua dilakukan di
sekolah subjek yaitu di SMKN Pasar
Minggu Jakarta Selatan, pada hari
selasa tanggal 11 Oktober 2005 pada
pukul 12.00-13.30 WIB, dan
observasi ketiga dilakukan saat
subjek melakukan kegiatan buka
bersama di sekolah pada hari Sabtu
Tanggal 15 Oktober 2005 pada pukul
17.00-18.30 WIB. Observasi ini
dilakukan ketika peneliti melakukan
pengambilan data dengan
mewawancarai subjek. Peneliti
melakukan observasi di tempat
tinggal subjek yaitu dipanti asuhan,
selain itu penulis juga melakukan
observasi terhadap prilaku subjek
juga setting tempat tinggal subjek.
Hasil Observasi
1. Setting
Sebelum melakukan
penelitian, peneliti meminta ijin
kepada pihak panti asuhan Yos
Sudarso untuk mengadakan
penelitian di yayasan tersebut,
setelah mendapatkan persetujuan dari
pihak panti asuhan, peneliti membuat
surat keterangan ijin melakukan
penelitian yang diperoleh dari
Universitas Gunadarma.
Sebelum melakukan
wawancara peneliti membuat
kesepakatan terlebih dahulu dengan
subjek penelitian. Peneliti melakukan
wawancara berdasarkan pedoman
yang telah dibuat dan selama
wawancara dengan subjek, peneliti
melakukan pencatatan lapangan yang
telah disesuaikan dengan keadaan
yang terjadi selama wawancara
berlangsung.
2. Subjek
Subjek adalah seorang pelajar
yang berperawakan tidak terlalu
tinggi dan memiliki tubuh yang
sedang (tidak gemuk dan tidak
kurus) dengan berat badan 40 dan
tinggi badan 155. Berkulit kuning
langsat dengan rambut hitam, lurus,
panjang dan diikat. Subjek memiliki
bentuk wajah lonjong/oval dengan
hidung yang mancung. Ketika
wawancara berlangsung subjek
menggunakan kaos biru dan celana
panjang jeans berwarna biru. Secara
keseluruhan penampilan subjek
sangat baik dan rapih.
3. Significant Other
Peneliti melakukan observasi
dan wawancara pada significant
other dalam hal ini ibu asrama panti
asuhan yang berinisial S yang mana
termasuk salah seorang yang dekat
dengan subjek.
Pembahasan
Subjek memiliki konsep
diri yang positif berkaitan dengan
komponen perceptual yaitu
penampilan fisik, subjek memiliki
proporsi tubuh yang normal dan
subjek menampilkan kesan yang
ramah dan supel terhadap orang lain.
Hal ini terlihat dari cara subjek
bersosialisasi dengan teman-
temannya di sekolah maupun di panti
asuhan.
Berkaitan dengan
komponen konseptual subjek
memiliki kejujuran yang dibekali
dari pembinaan mental rohani yang
ada di panti asuhan. Kepercayaan
diri subjek terpupuk dari pembinaan
pelatihan ketrampilan yang diberikan
pihak panti asuhan kepada anak
asuhnya diharapkan agar anak asuh
dapat hidup tanpa bergantung pada
orang lain. Kemandirian yang
dimiliki subjek tumbuh dari
kehidupan subjek sehari-hari yang
ditanamkan sejak dini dipanti
asuhan. Hal ini dapat terlihat dari
tugas sehari-hari yang dilakukan
subjek di panti asuhan.
Sikap terhadap statusnya
terlihat dari cara subjek hidup
bermasyarakat karena di panti
asuhan ini dilibatkan secara langsung
dalam kegiatan sosial dengan warga
masyarakat sekitar panti asuhan, hal
ini terlihat dari diadakannya kegiatan
bazaar setiap enam bulan sekali
dilingkungan panti asuhan.
Sedangkan faktor yang
mempengaruhi konsep diri subjek
menjadi positif didasari oleh peranan
orang tua dimana subjek merasa
dekat dan nyaman dengan orang tua
pengganti dalam hal ini ibu panti
asuhan, peranan faktor sosial yaitu
subjek dapat bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar baik didalam
panti asuhan maupun di sekolah dan
di masyarakat. Serta proses belajar
dimana subjek belajar dari
pengalaman-pengalaman yang
membuatnya berpikir lebih positif.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
oleh Rini (2002) bahwa orang yang
dengan konsep diri yang positif akan
mampu menghargai dirinya dan
mampu melihat hal-hal yang positif
yang dapat dilakukan demi
keberhasilan dimasa yang akan
datang. Subjek dapat menerima dan
memahami berbagai kenyataan
tentang dirinya, menerima
pengalaman yang telah dialami oleh
subjek. Subjek dapat menampung
selutuh pengalaman tentang dirinya,
sehingga hasil evaluasi subjek
mengarah kearah yang lebi positif.
Hal ini ssuai dengan yang dikatakan
oleh Pudjijogyanti (1991)
mengemukakan bahwa konsep diri
bukan merupakan faktor yang
dibawa sejak lahir, melainkan faktor
yang dipelajari dan dibentuk dari
pengalaman individu dalam
berhubungan dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, L. (1995). Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Pustaka
Depertemen Sosial Republik Indonesia. (1989). Petunjuk teknis pelaksanaan, penyantunan dan pengentasan anak terlantar melalui panti asuhan anak. Jakarta.
Felker, S. (1974). Theoritical of self concept. USA : Mc. Graw Hill. Gunarsa dan Yulia. G. (1983). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Hurlock, E. B. (1993). Perkembangan anak jilid II. Jakarta: Erlangga.
Monks, F. J. Knoers, A. M..P & Haditono, S. R. (1999). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Perss.
Moleong, L. J. (2004). Metodelogi penelitian. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya.
Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia.
Pudjijogyanti, C. R. (1991). Konsep diri dalam pendidikan. Jakarta: Arcan.
Rahmat, J. (1996). Psikologi komunikasi (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ritandiyono dan Retnaningsih. (1996). Aktualisasi diri (seri diktat kuliah). Jakarta: Gunadarma.
Rini, J. F. (2002). Konsep diri. www.e-psikologi.com
Sandrianny, N. (2002). Perbedaan harga diri antara anak yang tinggal bersama keluarga dan yang tinggal di panti asuhan. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Atma Jaya.
Yin R. K. (2002). Studi kasus (desain dan metode). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.