skripsi konsep diri remaja dengan konformitas

66
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Perubahan besar yang dimaksud salah satunya adalah ketika masa kanak-kanak dan masa puber terdapat pertentangan dengan lawan jenis, masuk masa remaja berarti mempelajari hubungan baru lawan jenis dengan tujuan bagaimana bergaul dengan lawan jenis dan teman sebaya. Sehingga agar tugas perkembangan remaja dalam hal ini adalah siswa kelas XI SMK Diponegoro 1 Rawamangun Jakarta Timur tersebut optimal maka perlu adanya bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial individu. Syamsu Yusuf (2009:55), salah satunya adalah memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama manusia. Berkaitan dengan hubungan sosial, remaja harus menyesuaikan diri dengan orang di luar lingkungan keluarga, dan kelompok teman sebaya (peer group). Kuatnya pengaruh kelompok sebaya terjadi karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebaya. saling mencontoh atau meniru, bisa saling curhat dan berbagi. Kelompok teman sebaya memiliki aturan dan norma sosial tertentu yang harus dipatuhi oleh remaja sebagai anggota kelompoknya.

Upload: yaskur-kennedy

Post on 30-Dec-2015

949 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar

dalam peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Perubahan

besar yang dimaksud salah satunya adalah ketika masa kanak-kanak dan masa

puber terdapat pertentangan dengan lawan jenis, masuk masa remaja berarti

mempelajari hubungan baru lawan jenis dengan tujuan bagaimana bergaul

dengan lawan jenis dan teman sebaya. Sehingga agar tugas perkembangan

remaja dalam hal ini adalah siswa kelas XI SMK Diponegoro 1 Rawamangun

Jakarta Timur tersebut optimal maka perlu adanya bimbingan dan konseling

yang terkait dengan aspek pribadi-sosial individu. Syamsu Yusuf (2009:55),

salah satunya adalah memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human

relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan,

persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama manusia.

Berkaitan dengan hubungan sosial, remaja harus menyesuaikan diri

dengan orang di luar lingkungan keluarga, dan kelompok teman sebaya (peer

group). Kuatnya pengaruh kelompok sebaya terjadi karena remaja lebih

banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebaya. saling

mencontoh atau meniru, bisa saling curhat dan berbagi. Kelompok teman

sebaya memiliki aturan dan norma sosial tertentu yang harus dipatuhi oleh

remaja sebagai anggota kelompoknya.

Page 2: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

2

Didalam kelompok remaja lebih banyak bergantung dengan aturan

dan norma yang berlaku dalam kelompok, disebabkan oleh adanya motivasi

remaja untuk menuruti ajakan dalam kelompoknya cukup tinggi, karena

menganggap aturan kelompok adalah yang paling benar serta ditandai dengan

berbagai usaha yang dilakukan remaja agar diterima dan diakui

keberadaannya dalam kelompok. Kondisi emosional yang labil pada remaja

juga turut mendorong individu untuk lebih mudah melakukan konformitas.

Kebutuhan untuk diterima dalam kelompok sebaya menyebabkan

remaja melakukan perubahan dalam sikap dan perilaku sesuai dengan

perilaku anggota kelompok teman sebaya. Hal ini disebutkan oleh Hurlock

(1980:213) yang menjelaskan demikian pula bila anggota kelompok mencoba

minum alkohol, obat-obat terlarang atau merokok, maka remaja cenderung

mengikutinya tanpa memperdulikan akibatnya bagi diri mereka sendiri. Hal

tersebut tidak mengherankan, karena terkadang remaja begitu ingin diterima

sehingga akan melakukan apapun sesuai penilaian dan persetujuan dari

kelompok teman sebaya agar diterima dan diakui keberadaannya dalam

kelompok.

Sarwono (2009:106) melakukan tindakan yang sesuai dengan norma

sosial dalam psikologi sosial dikenal sebagai konformitas. Baron dkk. (dalam

Sarwono, 2009:106) Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial

dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan

norma sosial. Dari pengertian konformitas yang disebutkan oleh para ahli

maka dapat disimpulkan bahwa konformitas merupakan perilaku sama

Page 3: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

3

dengan orang lain sesuai dengan norma yang ada. Kiesler & Kiesler (dalam

Sarwono, 2001:173) Adanya konformitas dapat dilihat dari perubahan

perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, baik yang

sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja.

Tekanan yang terjadi didalam kelompok baik langsung maupun tidak

langsung akan menyebabkan perubahan prilaku remaja. perubahan ini terjadi

sebagai usaha remaja untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok.

Remaja yang tidak menyesuaikan diri dengan norma kelompok akan

menyebabkan kesenjangan antar anggota kelompok. Kuatnya pengaruh

norma kelompok pada perilaku remaja memicu munculnya perilaku-perilaku

yang tidak sesuai dengan norma masyarakat.

Agar remaja sebagai peserta didik berkembang sesuai tujuan

pendidikan dibutuhkan suatu upaya mengembangkan dan memfasilitasi

potensi peserta didik. Upaya ini merupakan bagian dari tanggung jawab

bimbingan dan konseling disekolah diorientasikan pada upaya memfasilitasi

perkembangan peserta didik yang meliputi aspek pribadi, sosial, karir dan

belajar.

Havighurst (dalam Hurlock, 1994:220) berpendapat bahwa kelompok

teman sebaya adalah suatu kelompok yang terdiri dari remaja yang

mempunyai usia, sifat, dan tingkah laku yang sama dan ciri-ciri utamanya

adalah timbul persahabatan. Konsep konformitas seringkali digeneralisasikan

untuk masa remaja karena dari banyak penelitian terungkap, salah satunya

adalah penelitian Solomon Asch (dalam Sarwono, 2009:107-108)

Page 4: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

4

menunjukan bahwa orang cenderung melakukan konformitas. Yang kedua

penelitian yang dilakukan oleh Rambe (dalam Sarwono, 2009:111-112)

terkait tawuran remaja yang menunjukan hasil remaja memiliki

kecenderungan untuk melakukan konformitas.

Hal tersebut dapat dimengerti mengingat pada masa remaja proses

pemantapan diri sedang berlangsung sehingga remaja akan lebih rentan

terhadap pengaruh perubahan dan tekanan yang ada di sekitarnya. Dari

beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan Dasar utama dari konformitas

adalah ketika individu melakukan aktivitas dimana terdapat dorongan yang

kuat untuk melakukan sesuatu yang sama dengan yang lainnya, walaupun

tindakan tersebut merupakan cara-cara yang menyimpang. Remaja yang

mempunyai tingkat konformitas tinggi akan lebih banyak tergantung pada

aturan dan norma yang berlaku dalam kelompoknya, sehingga remaja

cenderung mengatribusikan setiap aktivitasnya sebagai usaha kelompok,

bukan usahanya sendiri. Monks, dkk, (2006:283) Apabila kelompok tersebut

dirasa menguntungkan maka remaja akan berbuat sesuai dengan tuntutan

(pemimpin-pemimpin) kelompoknya. maka kecenderungan melakukan

konformitas semakin banyak.

Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat

menjadi positif dan negatif. konformitas remaja yang positif yaitu seperti

keterlibatan remaja dengan kumpulan atau sebuah organisasi yang

mengumpulkan uang untuk kegiatan kemanusiaan, menghabiskan waktu

dengan anggota dari perkumpulan dan dengan mengajak juga terlibat dalam

Page 5: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

5

kegiatan-kegiatan yang positif; sedangkan konformitas remaja yang negatif

yaitu seperti menggunakan bahasa yang asal-asalan, mencuri, coret mencoret,

dan mempermainkan orang tua dan guru.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa teman sebaya

merupakan sumber penghargaan lebih besar daripada ibu dan ayah mereka

Hal ini dapat terjadi karena dalam hubungan dengan teman sebaya tidak

ditemui adanya pengharapan dan tuntutan yang membebani sebagaimana

halnya dari orang tua.

Hubungan dengan teman sebaya yang ditujukan dengan interaksi

yang terus terjalin dengan teman sebaya membuat remaja mempersepsi

dirinya berdasarkan cerminan dari penilaian teman sebaya. Penilaian orang

lain menurut persepsi individu yang bersangkutan dan penilaian diri yang

dilakukan oleh dirinya sendiri mempengaruhi konsep diri remaja

Hurlock (1980) mengemukakan, konsep diri merupakan inti dari pola

perkembangan kepribadian seseorang yang akan mempengaruhi berbagai

bentuk sifat. Jika konsep diri positif, anak akan mengembangkan sifat-sifat

seperti kepercayaan diri, harga diri dan kemampuan melihat dirinya secara

realistis, sehingga akan menumbuhkan penyesuaian yang baik. Sebaliknya

apabila konsep diri negatif, dapat membentuk kepribadian remaja yang tidak

sehat seperti rendah diri, tidak percaya diri, pemalu dan sebagainya. konsep

diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu

individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki.

Page 6: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

6

Menurut pendapat Hurlock diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

Konsep diri sangat mempunyai peranan penting untuk menyeimbangkan

prilaku remaja dengan tatacara perilaku pergaulannya dengan teman

sebayanya. remaja juga tidak terjebak pada prilaku konformitas yang dapat

menyebabkan kerugian pada dirinya. Maka dari itu perlu adanya bimbingan

agar remaja dapat berkembang dan tumbuh secara optimal sehingga dapat

mengetahui bakat dan minatnya.

Realitas yang terjadi dari hasil pengamatan peneliti ketika beberapa

bulan memberikan layanan bimbingan konseling disekolah terjadi venomena

dikalangan remaja dalam hal ini adalah siswa. hasil dari pengamatan tersebut

venomena yang terjadi banyak di kalangan remaja dalam melakukan

hubungan interaksi sosial membentuk kelompok kecil untuk saling berbagi,

bercerita, mengobrol, bercanda, dan lain sebagainya. Uniknya prilaku anggota

kelompok tersebut memiliki kesamaan baik dalam menggunakan bahasa, cara

bercanda, maupun gaya hidup. Seperti : ayo men kita ke kantin, sama Ae

kaya temen gue, speak ae lu, ah dia mah ngehe dan lain sebagainya.

Venomena prilaku tersebut mengantarkan peneliti kedalam pertanyaan

apakah konsep diri yang mendasari remaja untuk melakukan konformitas.

Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti ingin melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Konsep Diri Remaja Dengan

Konformitas Teman Sebaya”

Page 7: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

7

B. Identifikasi Masalah

Dalam rumusan masalah ini peneliti mencoba mengangkat

permasalahan siswa Sekolah Menengah Atas karena merupakan masa remaja

madya dengan segala bentuk perubahan dan permasalahan. terutama dalam

bidang pribadi dan sosial yang harus di hadapi menuju kedewasaan. Adapun

identifikasi masalah ini adalah :

1. Bagaimana gambaran umum perilaku konformitas teman sebaya yang

dilakukan remaja kelas XI SMK Diponegoro 1 Jakarta Timur pada

Tahun Ajaran 2012-2013?

2. Bagaimana gambaran umum konsep diri pada remaja kelas XI SMK

Diponegoro 1 Jakarta Timur pada Tahun Ajaran 2012-2013?

3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri remaja

dengan konformitas teman sebaya di kelas XI SMK Diponegoro 1

Jakarta Timur pada Tahun Ajaran 2012-2013?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka permasalahan yang

dapat dibatasi pada hubungan konsep diri remaja dengan konformitas teman

sebaya di kelas XI SMK Diponegoro 1 Jakarta Timur pada Tahun Ajaran

2012-2013

D. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan konsep diri remaja dengan konformitas teman

sebaya di kelas XI SMK Diponegoro 1 Jakarta Timur pada Tahun Ajaran

Page 8: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

8

2012-2013

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari meneliti masalah ini adalah untuk mengetahui hubungan

konsep diri remaja dengan konformitas teman sebaya di kelas XI SMK

Diponegoro 1 Jakarta Timur pada Tahun Ajaran 2012-2013

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Memperoleh khazanah keilmuan dalam bidang Bimbingan dan

Konseling yang dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang

Bimbingan dan Konseling tentang hubungan konsep diri remaja dengan

konformitas teman sebaya

3. bagi orang tua, penelitian ini dapat digunakan agar dapat memperoleh

gambaran tentang keadaan remaja saat ini dan lebih memberikan

perhatian, penghargaan dan mengarahkan anak kepada hal-hal positif

agar memiliki konsep diri yang positif.

4. bagi siswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bekal pengetahuan

dalam mengenal dan memahami pentingnya konsep diri yang positif

dalam kehidupan sehari-hari sehingga remaja tidak terjebak dan terbawa

oleh pengaruh negatif dari konformitas teman sebaya

Page 9: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

9

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORI

1. KONFORMITAS

a. Pengertian Konformitas

Baron, dkk 2008 (Sarwono: 2009:105) mendefinisikan konformitas

adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap

dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial.

Sedangkan menurut Sarwono (2001:182) berpendapat bahwa

konformitas adalah prilaku sama dengan orang lain yang didorong oleh

keinginan sendiri.

Konformitas terhadap kelompok teman sebaya ternyata merupakan

suatu hal yang paling banyak terjadi pada masa remaja. Agar remaja

dapat diterima dalam kelompok acuan maka penampilan fisik merupakan

potensi yang dimanfaatkan untuk memperoleh hasil yang menyenangkan

yaitu merasa terlihat menarik atau merasa mudah berteman.

Konformitas muncul pada masa remaja awal yaitu antara 13 tahun

sampai 16 atau 17 tahun, yang ditunjukkan dengan cara menyamakan diri

dengan teman sebaya dalam hal berpakaian, bergaya, berperilaku,

berkegiatan dan sebagainya. Sebagian remaja beranggapan bila mereka

berpakaian atau menggunakan aksesoris yang sama dengan yang sedang

diminati kelompok acuan, maka timbul rasa percaya diri dan kesempatan

Page 10: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

10

diterima kelompok lebih besar. Oleh karena itu, remaja cenderung

menghindari penolakan dari teman sebaya dengan bersikap konform atau

sama dengan teman sebaya. seperti yang diungkapkan oleh Shepard

(Kamanto, 2004:175) yang mendefinisikan konformitas merupakan

bentuk interaksi yang di dalamnya seseorang berprilaku terhadap orang

lain sesuai dengan harapan kelompok.

Sears (1985:76) memandang konformitas sebagai bentuk khusus

dari ketaatan yang dilakukan karena adanya tekanan kelompok. Bentuk

tekanan kelompok sebagai motif untuk berprilaku konfrom mencakup

harapan untuk diberi penghargaan dari kelompok atau untuk menghindari

hukuman, Theodore, (1985:321)

Zebua dan Nurdjayadi mengungkapkan Konformitas adalah satu

tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap

anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan

munculnya perilaku-perilaku tertentu pada remaja-anggota kelompok

tersebut (http://abudaud2010.blogspot.com/2010/08/konformitas.html: di

akses pada tanggal 22 Mei 2013).

Sears (1985:76) berpendapat bahwa bila seseorang menampilkan

perilaku tertentu karena disebabkan oleh orang lain menampilkan

perilaku tersebut, disebut konformitas.

Zebua dan Nurdjayadi (Swandono dkk, 2013:9) mengemukakan

bahwa konformitas pada remaja umumnya terjadi karena mereka tidak

ingin dipandang berbeda dengan teman-temannya. Pada remaja, tekanan

teman sebaya lebih dominan. Hal ini disebabkan oleh besarnya keinginan

Page 11: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

11

untuk menjaga harmonisasi dan penerimaan sosial dalam kelompok.

Kiesler & Kiesler (Sarwono, 2001:172) menyatakan bahwa

konformitas adalah perubahan prilaku atau keyakinan karena adanya

tekanan dari kelompok baik yang sungguh-sunggu ada maupun yang

dibayangkan saja.

Dengan demikian secara garis besar konformitas adalah

kecenderungan berperilaku sama dengan orang lain akibat adanya

tekanan individu atau kelompok. Tekanan tersebut dapat berupa tekanan

secara langsung atau tidak langsung dengan tujuan supaya individu

diterima orang lain atau terhindar dari masalah.

b. Teman Sebaya

Hurlock (1980:214) Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia

tempat kawula muda dapat melakukan sosialisasi dalam suasana di mana

nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang

dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya.

Menurut Santoso (1992:82-85) Dalam kelompok sebaya individu

merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainya seperti di bidang

usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok. di antara

anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab di atas

keberhasilan dan kegagalan kelompoknya.

Sedangkan menurut Syamsu Yusuf (2000:60) Teman sebaya adalah

sekelompok anak yang mempunyai kesamaan dalam minat, nilai-nilai,

sifat-sifat kepribadian dan pendapat. Kesamaan inilah yang menjadi

Page 12: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

12

faktor utama pada anak dalam menentukan daya tarik hubungan

interpersonal dengan teman seusianya.

Kelompok teman sebaya disebut juga “peer groups” yakni

kelompok anak sebaya yang dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Dalam

berinteraksi dan bersosialisasi secara tidak langsung remaja akan

menemukan nilai-nilai yang telah lakukan atau disepakati oleh teman

sebayanya.

Teman sebaya yaitu suatu kelompok anak-anak yang memiliki

tingkat usia dan ciri-ciri yang sama dan memiliki kesenangan yang sama.

(http://zaturasmith34.blogspot.com/2013/03/definisi-teman-sebaya.html.

diakses 14 Mei 2013).

Chaplin. J.P. (2000:357) mendefinisikan teman sebaya merupakan

satu kelompok dengan mana anak mengasosiasikan dirinya. Dengan kata

lain teman sebaya merupakan sekelompok kawan yang seusia atau yang

memiliki persamaan, baik secara sah maupun secara psikologi

Dengan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan teman sebaya adalah suatu kelompok baru yang

anggotanya di luar anggota keluarga yang mempunyai kesamaan nilai-

nilai, sifat-sifat, pendapat, minat dan usianya rata-rata sejajar atau relatif

sama. Biasanya mereka sering bertemu sehingga timbul keakraban serta

dapat memberikan rasa aman yang satu dengan yang lainnya.

Page 13: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

13

c. Konformitas Teman Sebaya

Konformitas dapat terjadi dalam beberapa bentuk dan

mempengaruhi aspek-aspek kehidupan remaja. Konformitas (conformity)

muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain di

karenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka.

Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa

remaja.

Konformitas terhadap tekanan teman sebaya, remaja dapat menjadi

positif dan negatif. Remaja terlibat dengan tingkah laku sebagai akibat

dari konformitas yang negatif, seperti menggunakan bahasa yang asal-

asalan, mencuri, coret mencoret, dan mempermaikan orang tua dan guru.

Namun banyak konformitas pada remaja yang tidak negatif dan

merupakan keinginan untuk terlibat dalam dunia teman sebaya, misalnya

berpakaian seperti teman-temannya dan ingin menghabiskan waktu

dengan anggota dari perkumpulan. Keadaan seperti ini dapat melibatkan

aktivitas sosial yang baik, misalnya ketika suatu perkumpulan

mengumpulkan uang untuk alasan yang benar.

Kesimpulannya, konformitas teman sebaya merupakan ide yang

umum dalam kehidupan remaja. Kekuatannya dapat diamati pada hampir

tiap sisi kehidupan remaja, pilihan mereka atas baju yang ingin dipakai,

musik yang ingin didengarkan, bahasa, nilai-nilai, aktivitas liburan dan

lain-lain. Orang tua, guru dan orang dewasa lainnya dapat membantu

remaja untuk menghadapi tekanan teman sebaya.

Page 14: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

14

d. Jenis Konformitas

Menurut Myers (Sarwono, 2009:111) terdapat dua jenis

konformitas, yaitu compliance dan acceptance.

1). Compliance

Individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan kelompok,

sementara secara pribadi ia tidak menyetujui tingkah laku tersebut.

2). Acceptance

Tingkah laku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan

kelompok yang diterimanya.

e. Aspek-Aspek Konformitas

Konformitas sebuah kelompok acuan dapat mudah terlihat dengan

adanya ciri-ciri yang khas. Sears (1985:85-87) mengemukakan secara

eksplisit bahwa konformitas remaja ditandai dengan adanya tiga hal

sebagai berikut:

1). Kekompakan

Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan

remaja tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya

hubungan remaja dengan kelompok acuan disebabkan perasaan suka

antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari

keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu

terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk

memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin

Page 15: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

15

besar kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok

tersebut. Kekompakan tersebut dapat dipengaruhi oleh hal-hal

sebagai berikut:

a). Penyesuaian Diri

Kekompakan yang tinggi menimbulkan tingkat

konformitas yang semakin tinggi. Alasan utamanya adalah

bahwa bila orang merasa dekat dengan anggota kelompok lain,

akan semakin menyenangkan bagi mereka untuk mengakui kita,

dan semakin menyakitkan bila mereka mencela kita.

kemungkinan untuk menyesuaikan diri akan semakin besar bila

kita mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggota

sebuah kelompok tertentu.

b). Perhatian terhadap Kelompok

Peningkatan konformitas terjadi karena anggotanya

enggan disebut sebagai orang yang menyimpang. Seperti yang

telah kita ketahui, penyimpangan menimbulkan resiko ditolak.

Orang yang terlalu sering menyimpang pada saat-saat yang

penting diperlukan, tidak menyenangkan, dan bahkan bias

dikeluarkan dari kelompok. Semakin tinggi perhatian seseorang

dalam kelompok semakin serius tingkat rasa takutnya terhadap

penolakan, dan semakin kecil kemungkinan untuk tidak

meyetujui kelompok.

Page 16: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

16

2). Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan

kuat sehingga remaja harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya

dengan pendapat kelompok. Kesepakatan tersebut dapat di pengaruhi

oleh hal-hal sebagai berikut:

a). Kepercayaan

Penurunan melakukan konformitas yang drastis

karena hancurnya kesepakatan disebabkan oleh faktor

kepercayaan. Tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan

menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun orang yang

berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan

anggota lain yang membentuk mayoritas. Bila seseorang sudah

tidak mempunyai kepercayaan terhadap pendapat kelompok,

maka hal ini dapat mengurangi ketergantungan individu

terhadap kelompok sebagai sebuah kesepakatan.

b. Persamaan Pendapat

Bila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja tidak

sependapat dengan anggota kelompok yang lain maka

konformitas akan turun. Kehadiran orang yang tidak sependapat

tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan yang dapat

berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok. Jadi

dengan persamaan pendapat antar anggota kelompok maka

konformitas akan semakin tinggi.

Page 17: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

17

c. Penyimpangan terhadap pendapat kelompok

Bila orang mempunyai pendapat yang berbeda dengan

orang lain dia akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang

yang menyimpang, baik dalam pandangannya sendiri maupun

dalam pandangan orang lain. Bila orang lain juga mempunyai

pendapat yang berbeda, dia tidak akan dianggap menyimpang

dan tidak akan dikucilkan. Jadi kesimpulan bahwa orang yang

menyimpang akan menyebabkan penurunan kesepakatan

merupakan aspek penting dalam melakukan konformitas.

3). Ukuran Kelompok

Serangkaian eksperimen menunjukan bahwa konformitas akan

meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat

setidak-tidaknya sampai tingkat tertentu,

Eksperimen yang dilakukan oleh Asch (1951) yang mengubah

ukuran mayoritas dari dua sampai 16 orang untuk melakukan aktifitas

yang sama dan pada waktu yang bersamaan menghasilkan. tingkat

konformitas yang paling tinggi ukuran kelompok yang optimal adalah

tiga atau empat orang. Asch (Sears, 1985:88-89). Dengan demikian

berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Asch menyimpulkan

bahwa tingkat konformitas yang paling kuat terjadi antara tiga sampai

empat orang. lebih dari tiga sampai empat orang tingkat konformitas

tidak sekuat tiga atau empat orang.

Page 18: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

18

Berbeda dengan Penelitian yang dilakukan oleh Wilder (1977)

yang berbanding terbalik dari penelitian Asch. Wilder memberikan

kejelasan bahwa yang menimbulkan perbedaan konformitas yang terjadi

bukan jumlah orang semata-mata. Hasil penelitian Wilder menyimpulkan

bahwa pengaruh kelompok pada konformitas tidak terlalu besar akan

tetapi yang menjadi pengaruh utamanya adalah jumlah pendapat lepas

(independent opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari individu,

Wilder (Sears, 1985:90)

Dengan demikian hasil penelitian Wilder menjelaskan ukuran

kelompok diatas tiga atau empat orang hanya sedikit mempengaruhi

konformitas bila kelompok bertindak sebagai suatu kesatuan jumlah

individu dalam kelompok tersebut tidak akan menimbulkan pengaruh.

Akan tetapi penilaian lepas dari orang di luar kelompok dapat

meningkatkan konformitas.

f. Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas

Ada empat faktor yang perlu diperhatikan yang dapat

mempengaruhi konformitas (Baron dan Byrne, 2003:56-57), yaitu:

1). Kohesivitas

Kohesivitas dapat didefinisikan sebagai derajat ketertarikan

yang dirasa individu terhadap suatu kelompok. Semakin besar

kohesivitas, maka akan tinggi keinginan individu untuk melakukan

konformitas terhadap kelompok. Sebaliknya jika kohesivitas rendah

tekanan terhadap konformitas juga rendah. Sarwono (2001:182-185)

Page 19: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

19

menambahkan kohesivitas adalah perasaan keterpaduan, antar

anggota kelompok. Semakin besar keterpaduan atau cohesiveness

maka semakin besar pula pengaruhnya pada perilaku individu.

Dengan demikian kohesivitas memunculkan efek yang kuat terhadap

konformitas

2). Ukuran kelompok

Sehubungan dengan hal ini masih terdapat perdebatan

mengenai besar kecilnya jumlah anggota dalam suatu kelompok

yang mempengaruhi konformitas. Namun jika jumlah anggota

melebihi tiga orang akan meningkatkan konformitas. Besarnya

kelompok, kelompok yang kecil lebih memungkinkan melakukan

konformitas daripada kelompok yang besar. Sarwono (2001:183).

Sedangkan Winder, 1977 (Sears, 1985:90) berkesimpulan bahwa

pengaruh ukuran kelompok terhadap konformitas tidak terlalu besar.

Jumlah pendapat lepas dari kolompok berbeda atau dari individu

merupakan faktor pengaruh utama. Bond dan Smith, 1996 (Baron

dan Byrne, 2003:57) mengungkapkan studi-studi terkini menemukan

bahwa konformitas cenderung meningkat seiring dengan

meningkatnya ukuran kelompok. jadi semakin besar kelompok

tersebut maka semakin besar pula kecenderungan kita untuk ikut

serta.

3). Norma Sosial

Ada dua macam norma sosial yaitu norma deskriptif dan

Page 20: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

20

norma injungtif. Norma deskriptif adalah norma yang

mendeskirpsikan apa yang sebagian besar orang lakukan dan norma

injungtif adalah norma yang menetapkan apa yang harus dilakukan.

(Sears dkk, 2009: 259) pengaruh normatif terjadi ketika kita

mengubah prilaku kita untuk menyesuaikan diri dengan norma

kelompok atau standar kelompok agar kita diterima secara sosial.

Individu sering menyesuaikan prilkunya sesuai dengan norma yang

ada agar individu tersebut diterima dengan baik oleh lingkungan

sekitarnya. Theodore (1985:321) mengungkapkan sebagian besar

konformitas muncul kerena adanya norma-norma

2. KONSEP DIRI

a. Pengertian Konsep Diri

Menurut Burns (Clara R. P, 1988:2) konsep diri adalah hubungan

antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri sedangkan menurut

Wrightsman, dkk 1993 (Sarlito, 2009:53) mengemukakan bahwa konsep

diri merupakan sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai

dirinya. Perasaan dan keyakinan seseorang berkaitan dengan bakat,

minat, kemampuan, penampilan dan lain sebagainya. Seseorang yang

memiliki keyakinan dengan mempunyai handphone tidak bagus tidak

dapat dihargai oleh orang lain maka ketika ia mengeluarkan

handphonenya orang tersebut akan hilang kepercayaan dirinya karena

takut tidak dihargai orang lain.

Sarlito W. Sarwono (2009:54) Konsep diri pada dasarnya

Page 21: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

21

merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan yang terorganisasi mengenai

sesuatu yang kita gunakan untuk menginterpretasikan pengalaman.

Sedangkan Clara R. P (1988:3) berpendapat bahwa konsep diri

merupakan sikap dan pandangan individu terhadap seluruh keadaan

dirinya. Hal ini berkaitan dengan intropeksi diri dan persepsi diri. ketika

telah melakukan sesuatu atau melihat sesuatu yang akhirnya menjadikan

apa yang dilihat dan dirasakan sebagai pembelajaran diri.

Dengan demikian konsep diri dapat diartikan secara umum

sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan

pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter,

maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri merupakan penentu

sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung

berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan

yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Hal ini sependapat

dengan dengan Fitts (Agustiani, 2009:139) yang mengatakan bahwa

konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang.

Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja

mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Monks (2006:22) berpendapat

bahwa konsep diri (self-concep) dan harga diri (self-esteem) akan turun

bila seseorang tidak dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan

baik.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa pengertian konsep diri dapat meliputi:

Page 22: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

22

1). Siapa individu menurut individu

2). Dalam posisi mana individu berada

3). Apa yang baik dan yang tidak baik yang dilakukan Individu

Konsep diri positif cenderung menyenangi dan menghargai diri

mereka sendiri menghadapi suatu permasalahan dengan berfikir positif

dan menerima perbedaan. Individu dengan konsep diri yang positif juga

memiliki rasa aman dan percaya diri yang tinggi, memiliki kepercayaan

dan keyakinan diri untuk menanggulangi masalah dengan jiwa besar.

Sedangkan individu yang memiliki konsep diri yang negatif hanya

memperhatikan dirinya sendiri sepanjang waktu, tidak pernah puas, takut

kehilangan sesuatu,, takut tidak diakui, iri kepada mereka yang memiliki

kelebihan

Dalam konteks pendidikan terdapat karakter siswa yang memiliki

konsep diri yang positif dan negatif. Hurlock mengemukakan bahwa ciri-

ciri konsep diri siswa yang menunjukan kecenderungan positif dalam hal

kesadaran hubungan dengan lingkungan, perbedaan penampilan antara

laki-laki dalan perempuan, peduli akan penampilan diri, sikap

bertanggung jawab, memiliki kepercayaan diri, dan melihat sesuatu lebih

objektif dan realistis.

Sedangkan ciri-ciri konsep diri yang negatif tampak pada

perasaan rendah diri sehingga cenderung menyesuaikan diri secara

berlebihan, berusaha memperoleh persetujuan lingkungan, egosentrik,

Page 23: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

23

mengabaikan peraturan dan hukum-hukum yang diharapkan untuk

dipatuhi, tidak mampu mempelajari apa yang benar dan apa yang salah,

serta tidak dapat bertanggung jawab.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang

yang memiliki konsep diri yang positif ditandai oleh penilaian diri secara

realistis, bersikap positif pada diri sendiri dan orang lain, percaya diri

(self-confidence), memiliki ketegasan dan spontan, optimistis, mampu

menangani masalah atau konflik pribadi secara efektif, tampil bebas,

memiliki kehangatan dalam hubungan sosial, memiliki harapan hidup,

dan mampu merencanakan sesuatu untuk perwujudan harapan-harapan

hidupnya secara positif dan dinamis.

pemahaman individu tentang segala potensi, memahami

kelebihan dan kelemahan yang dimiliki akan membantu individu dalam

menghadapi tuntutan jaman, sehingga tidak terbawa arus, mampu

menyesuaikan diri dan pada akhirnya mampum hidup di masyarakat

dengan memiliki konsep diri yang positif

b. Aspek-Aspek Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh

seorang individu memiliki tiga aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki

individu mengenai dirinya sendiri, pengharapan yang dimiliki individu

untuk dirinya sendiri serta penilaian mengenai diri sendiri (Calhoun dan

Acocella, 1990:67-71).

Page 24: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

24

1). Pengetahuan

Dimensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan.

Pengetahuan yang dimiliki individu merupakan apa yang individu

ketahui tentang dirinya. Hal ini mengacu pada istilah-istilah

kuantitas seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan dan lain-

lain dan sesuatu yang merujuk pada istilah kualitas, seperti individu

yang egois, baik hati, tenang, dan bertemparemen tinggi.

Pengetahuan bisa diperoleh dengan membandingkan diri individu

dengan kelompok pembandingnya. Pengetahuan yang dimiliki

tidaklah menetap sepanjang hidupnya. Pengetahuan bisa berubah

dengan cara merubah tingkah laku individu tersebut atau dengan cara

mengubah kelompok pembanding.

2). Harapan

Dimensi kedua dari konsep diri adalah harapan. Selain

individu mempunyai satu set pandangan tentang dirinya, individu

juga memiliki apa di masa mendatang. Rogers dalam Calhoun dan

Acocella (1990:71). Singkatnya, setiap individu mempunyai

pengahrapan bagi dirinya sendiri dan pengharapan tersebut berbeda-

beda pada setiap individu.

3). Penilaian

Dimensi terakhir dari konsep diri adalah penilaian terhadap diri

sendiri. Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya

sendiri setiap hati, penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran

Page 25: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

25

individu tentang keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya

dapat dan terjadi pada dirinya. Berdasarkan uaraian di atas dapat

disimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki setiap individu terdiri

dari tiga aspek, yaitu pengetahuan tentang diri sendiri, harapan

mengenai diri sendiri dan penilaian mengenai diri sendiri.

Dengan demikian dapat disimpulkan pengetahuan adalah apa

yang individu ketahui tentang dirinya baik dai segi kualitas maupun

kuantitas, pengetahuan ini bisa diperoleh dengan membandingkan diri

dengan kelompok pembanding dan pengetahuan yang dimiliki individu

bisa berubah-ubah. Harapan adalah apa yang individu inginkan untuk

dirinya di masa yang akan datang dan harapan bagi setiap orang

berbedabeda. Sedangkan penilaian adalah pengukuran yang dilakukan

individu tentang keadaan dirinya saat ini dengan apa yang menurut

dirinya dapat terjadi.

c. Jenis Konsep Diri

Proses perkembangan individu dalam kehidupannya akan

memepengaruhi konsep dirinya sehingga membentuk dua jenis konsep

diri yang pertama adalah konsep diri positif dan konsep diri negatif. R.B.

Bruns 1993 (Hutagalung, 2007:23) konsep diri terbagi atas konsep diri

negatif dan konsep diri yang positif. Menurut James F. Calhoun, dkk

(1990: 72-73) konsep diri negatif adalah satu pandang seseorang tentang

dirinya sendiri benar-benar tidak teratur. Dia tidak memiliki perasaan

kesetabilan dan keutuhan diri. Dia benar-benar tidak tau siapa dia apa

Page 26: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

26

kekuatan dan kelemahannya. F. Calhoun, dkk (1990: 72-74) dasar konsep

diri positif adalah berupa penerimaan diri dan juga dapat memahami dan

menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya

sendiri.

Hutagalung, (2007:25) indivdiu yang memiliki konsep diri negatif

cenderung tidak dapat mengarahkan kasih sayangnya kepada orang lain

karena pada permukaannya mereka banyak sekali mencurahkan

waktunya untuk mencintai diri mereka sendiri. Sedangakn Konsep diri

positif cenderung menyenangi dan menghargai diri mereka sendiri

sebagaimana sikap mereka terhadap orang lain mereka juga termasuk

orang yang terbuka dan orang yang tidak mengalami hambatan untuk

berbicara dengan orang lain.

Secara garis besar individu yang memiliki konsep diri yang

positif yaitu individu yang dapat memahami dan menerima segala

sesuatu yang ia miliki serta mempunyai cara pandang yaang positif dari

segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya sehingga mereka dapat

menumbukan penyesuaikan sosial yang baik. Sedangkan individu yang

memiliki konsep diri negatif tidak dapat memahami dan menerima

segala sesuatu yang ia miliki serta mempunyai cara pandang yang tidak

realisitis sehingga dalam kehidupannya mereka mengalami penyesuaikan

sosial yang kurang baik.

Page 27: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

27

Syamsu Yusuf (2009:146) Berpendapat Ciri-ciri pribadi dan

prilaku orang yang memiliki konsep diri yang positif dan negatif adalah

sebagai berikut.

1). Ciri konsep diri yang positif.

a). Merasa yakin dan percaya diri untuk mengatasi masalah yang

dihadapai pada dirinya

b). Merasa setara dengan orang lain tidak merasa rendah diri dan

tidak sombong dalam bersosialisasi

c). Tidak mengharapkan pujian dari orang lain dan menerima pujian

dengan sewajarnya

d). Mampu bangkit kembali dan memperbaiki diri ketika mengalami

kegagalan

e). Memiliki solidaritas dan kepedulian sosial yang tinggi

2). Ciri konsep diri negatif

a). Marah ketika dikritik oleh orang lain dan tidak mau dikritik

b). Senang dipuji dan berharapa mendapat pujian dari orang lain

c). Bersikap sombong Suka mencela dan meremehkan orang lain

d). Kurang bisa akrab dengan teman karena merasa kurang

disenangi dan merasa diremehkan oleh temannya

e). Bersikap pesimis dan kurang percaya diri

Page 28: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

28

d. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Fitts (Agustiani, 2009:139) mengemukakan bahwa perkembangan

konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain:

1). Pengalaman

Pengalaman interpersonal yang memunculkan perasaan

positif dan perasaan berharga. Pengalaman ini mengacu pada

hubungan interpersonal yang dilakukan oleh individu tersebut,

terutama hubungan-hubungan interpersonal dengan keluarga. Hal ini

disebabkan karena hubungan interpersonal pertama yang dilakukan

oleh individu dimulai dalam keluarga. Fitt (Agustiani, 2009:142) diri

keluarga menunjukan perasaan dan harga diri seseorang dalam

kedudukannya sebagai anggota keluarga. Di dalam keluarga inilah

individu mulai merasakan dirinya diterima atau ditolak, dan mulai

membentuk harapan-harapan terhadap suatu tujuan hidup juga

terhadap tingkah laku

2). Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.

Seseorang tidak dapat begitu saja menilai bahwa ia memiliki

fisik yang baik tanpa adanya reaksi dari orang lain yang

memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang menarik. Begitu juga

seseorang tidak dapat menilai bahwa ia memiliki diri pribadi yang

baik tanpa adanya reaksi orang lain disekitarnya yang menunjukan

bahwa ia memiliki pribadi yang baik.

Page 29: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

29

3). Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi

yang sebenarnya.

Menurut Willey (Calhoun dan Acocella, 1990:76) dalam

perkembangan konsep diri yang digunakan sebagai sumber pokok

informasi adalah interaksi individu dengan orang lain. Baldwin dan

Holmes (Calhoun dan Acocella, 1990:77) juga mengatakan bahwa

konsep diri adalah hasil belajar individu melalui hubungannya

dengan orang lain. Yang dimaksud dengan “orang lain” menurut

Calhoun dan Acocella (1990:77-78) yaitu:

a). Orang tua

Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal yang

dialami oleh seseorang dan yang paling kuat. Informasi yang

diberikan oleh orang lain dan berlangsung hingga dewasa

(Copersmith dalam Cahoun dan Acocella, 1990:77),

mengatakan bahwa anak-anak yang tidak memiliki orangtua,

disia-siakan oleh orangtua akan memperoleh kesukaran dalam

mendapatkan informasi tentang dirinya sehingga hal ini akan

menjadi penyebab utama remaja memiliki konsep diri yang

negatif.

b). Teman Sebaya

Kawan sebaya menempati posisi kedua setelah orangtua

dalam mempengaruhi konsep diri. Peran yang diukur dalam

Page 30: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

30

kelompok sebaya sangat berpengaruh terhadap pandangan

individu mengenai jati dirinya sendiri.

c). Masyarakat

Masyarakat sangat menentukan fakta-fakta yang ada

pada seorang anak, seperti siapa bapaknya, ras dan lain-lain

sehingga hal ini berpengaruh terhadap konsep diri yang dimiliki

seorang individu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

individu tidak lahir dari konsep diri. Konsep diri terbentuk seiring dengan

perkembangan individu. konsep diri adalah interaksi individu dengan

orang lain, yaitu orangtua, kawan sebaya serta masyarakat.

e. Konsep Diri Remaja

Menurut Hurlock (1980:235) pada masa remaja terdapat 8 kondisi

yang mempengaruhi konsep diri yang dimilkinya, yaitu:

1). Usia kematangan

Remaja yang matang lebih awal diperlukan hampir sama

seperti orang dewasa akan mengembangkan konsep diri yang

menyenagkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Tetapi

apabila remaja matang terlambat dan diperlukan seperti anak-anak

akan merasa bernasib kurang baik sehingga kurang bisa

menyesuaikan diri.

Page 31: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

31

2). Penampilan diri

Penampilan diri yang berbeda bisa membuat remaja merasa

rendah diri. Daya tarik fisik yang dimiliki sangat mempengaruhi

dalam pembuatan penilaian tentang ciri kepribadian seorang remaja.

3). Kepatutan gender

Kepatutan gender dalam penampilan diri, minat dan perilaku

membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidak patutan

gender membuat remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk

pada perilakunya.

4). Nama dan julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman

sekelompoknya menilai namanya buruk atau bila mereka memberi

nama dan julukan yang bernada cemoohan.

5). Hubungan keluarga

Seorang remaja yang memiliki hubungan yang dekat dengan

salah satu anggota keluarga akan mengidentifikasi diriya dengan

orang tersebut dan juga ingin mengembangkan pola kepribadian

yang sama.

6). Teman-teman sebaya

Ketika kanak-kanak, konsep diri yang terbentuk lebih banyak

dipengaruhi oleh lingkungan terdekatnya yaitu keluarga, namun

ketika memasuki masa remaja, ia mempunyai hubungan yang lebih

luas daripada hanya sekedar hubungan dalam lingkungan

Page 32: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

32

keluarganya. Ia mempunyai lebih banyak teman, lebih banyak

kenalan dan sebagai akibatnya, ia mempunyai lebih banyak

pengalaman. Semakin banyak interaksi remaja dengan teman

sebayanya, maka konsep diri pun akan semakin berkembang.

Akhirnya anak akan memperoleh konsep diri yang baru dan berbeda

dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan rumahnya.

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja

dalam dua cara, yaitu: a) konsep diri remaja merupakan cerminan

dari anggapan tentang konsep teman-temannya tentang dirinya, dan

b) ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri

kepribadian yang diakui oleh kelompok. Dalam interaksinya,

kelompok teman sebaya memiliki “syarat-syarat” yang harus

dipenuhi, yang dapat menyebabkannya diterima atau justru ditolak

oleh kelompoknya.

Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam

dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari

anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya. Kedua,

seorang remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-

ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.

7). Kreativitas

Remaja yang semasa kanak-kanak didorong untuk kreatif

dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembalikan

perasaan individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang

Page 33: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

33

baik pada konsep dirinya, sebaliknya, remaja yang sejak awal masa

kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan

kurang mempunyai pasangan identitas dan individualitas.

8). Cita-cita

Bila seseorang remaja memiliki cita-cita yang realistik, maka

akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan

tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana remaja tersebut akan

menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistis

pada kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan

daripada kegagalan. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan

kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang

lebih baik.

f. Pengertian Remaja dan Ciri-Cirinya

1). Pengertian Remaja

Menurut Hurlock (1980:206) masa remaja adalah usia dimana

individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa usia dimana anak

tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan

berada dalam tingkatan yang sama.

Monks (2006:259) mengatakan bahwa anak remaja sebetulnya

tidak mempunyai tempat yang jelas ia tidak termasuk golongan anak

tetapi ia juga tidak termasuk golongan orang dewasa atau golongan

tua, remaja berada di antara anak dan orang dewasa.

Page 34: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

34

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-

kanak menuju masa dewasa sehingga remaja tidak memperoleh

status orang dewasa dan juga tidak lagi memiliki status kanak-kanak.

Remaja masih harus menemukan tempat dalam masyarakat. Pada

umumnya remaja masih belajar di sekolah menengah maupun di

perguruan tinggi adapaun yang bekerja mereka tidak memiliki

pekerjaan yang tetap.

Konopka (Agustiani, 2009:9) membagi masa remaja menjadi

tiga bagian, yaitu:

a). Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu berfokus pada penerimaan bentuk

dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan

teman sebaya.

b). Masa remaja pertengahan (15-19 tahun)

Pada masa ini ditandai dengan berkembangnya

kemampuan berfikir yang baru. Dimasa ini teman sebaya

memepunyai peranan penting namun individu mampu

mengarahkan diri sendiri.

c). Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Pada masa ini remaja menjadi lebih matang dan

mempunyai keinginan yang kuat untuk diterima dalam

kelompok teman sebaya dan orang dewasa.

Page 35: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

35

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

remaja dari sisi psikologis, remaja adalah masa di mana remaja

mengalami perubahan usia, perubahan emosi dan hal-hal yang

bersifat abstrak. Dari sisi fisik, remaja adalah usia di mana remaja

mengalami perubahan beberapa organ fisiknya. Sedangakan ditinjau

dari sisi biologis, remaja adalah mereka yang berusia 12-22 tahun.

2). Ciri-Ciri Masa Remaja

Adapun mengenai ciri-ciri masa remaja, menurut Hurlock

(1992:207) adalah sebagai berikut:

a). Masa remaja sebagai periode yang penting

Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting,

namun kadar pentingnya berbeda-beda. Ada periode yang

penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat

psikologis. Pada periode remaja, kedua-duanya sama-sama

penting.

Pada awal masa remaja, perkembangan fisik yang cepat

disertai dengan perkembangan mental yang cepat. Semua

perkembangan ini berdampak pada perlunya penyesuaian

mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.

b). Masa remaja sebagai periode peralihan

Periode peralihan tidak berarti terputus dengan atau

berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan

sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap

Page 36: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

36

perkembangan berikutnya, berarti apa yang telah terjadi

sekarang dan yang akan datang.

Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah

jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan.

Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan

seorang dewasa. Status remaja yang tidak jelas ini juga

menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk

mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola

perilaku, nilai, dan sifat yang sesuai bagi dirinya.

c). Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa

remaja, sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama masa

awal remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat,

perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat, demikian

pula sebaliknya. Ada empat perubahan yang bersifat universal

yaitu:

1) Intensitas meningginya emosi bergantung pada tingkat

perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

2) Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh

kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah

baru.

3) Dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai

juga berubah.

Page 37: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

37

4) Sebagian remaja bersikap ambivalen terhadap setiap

perubahan.

d). Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya tersendiri, namun

masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi

baik oleh laki-laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan

berkaitan dengan kesulitan tersebut yaitu pertama, sepanjang

masa kanak-kanak, masalah sebagian diselesaikan oleh orang

tua dan guru-guru sehingga sebagian remaja tidak

berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para

remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi

masalahnya sendiri, dan menolak bantuan orang tua dan guru-

guru.

e). Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri

dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan

perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas

diri dan tidak puas lagi dengan kesamaan dengan teman-teman

dalam segala hal seperti sebelumnya.

f). Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan bagi

orang dewasa

Majeres (Hurlock, 1992:208) mengungkapkan bahwa

“banyak anggapan populer tentang remaja yang mempunyai arti

Page 38: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

38

yang bernilai, dan sayangnya banyak diantaranya yang bersifat

negatif”. Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-

anak yang tidak rapih, tidak dapat dipercaya dan cenderung

merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing

dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung

jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja

yang normal. Stereotip popular juga mempengaruhi konsep diri

dan sikap remaja terhadap dirinya.

g). Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,

terlebih dalam hal cita-cita. Dengan bertambahnya pengalaman

pribadi dan pengalaman sosial, meningkatnya kemampuan untuk

berfikir rasional, remaja yang lebih besar memandang diri

sendiri,keluarga, teman-teman, dan kehidupan pada umumnya

secara lebih realistis. Dengan demikian, remaja tidak terlampau

banyak mengalami kekecewaan seperti ketika masih lebih muda.

Ini adalah salah satu kondisi yang menimbulkan kebahagiaan

yang lebih besar pada remaja.

h). Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin dekatnya usia kematangan, para remaja

menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan

untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

Page 39: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

39

Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata

belumlah cukup, oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri

pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa. Mereka

menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang

mereka inginkan.

3) Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan pada batas tertentu memiliki sifat yang

khas disetiap kehidupan seseorang hal ini sependapat dengan Monks

(2006:21) yang mengungkapkan bahwa perkembangan dilukiskan

sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola

tingkah laku yang lebih tinggi. Lebih tinggi berarti mengandung

lebih banyak differensiasi lebih luas dan lebih banyak kemungkinan-

kemungkinannya. Havighurst (Monks, 2006:260-261) menjelaskan

tugas perkembangan remaja berdasarkan penelitian lintas-budaya

pada masa usia 12-18 tahun adalah sebagai berikut:

a). Perkembangan aspek-aspek biologis

b). Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan

masyarakat sendiri

c). Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan atau

orang dewasa yang lainnya

d). Mendapatkan pandangan hidup sendiri

e). Merealisasi suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan

partisipasi dalam kebudayaan pemuda sendiri

Sedangkan Hurlock (180:209) berpendapat tugas

perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam

Page 40: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

40

sikap dan pola prilaku anak. Perubahan besar yang dimaksud salah

satunya adalah ketika masa kanak-kanak dan masa puber terdapat

pertentangan dengan lawan jenis, masuk masa remaja berarti

mempelajari hubungan baru lawan jenis dengan tujuan bagaimana

bergaul dengan lawan jenis dan teman sebaya. Hal ini tidaklah

mudah bagi proses masa perkembangan remaja. Blos (Sarlito W.

Sarwono, 2003:24) berpendapat bahwa perkembangan pada

hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri untuk secara aktif

mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah

dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan.

Selanjutnya Hurlock (1980:209) menjelaskan tentang beberapa

tugas perkembangan remaja yang seharusnya bisa dilakukan oleh

remaja adalah sebagai berikut:

a). Menerima keadaan fisik

Seringkali remaja sulit menerima keadaan fisiknya.

Karena merasa kecewa dengan pertumbuhan fisiknya yang tidak

sesuai dengan harapannya. Diperlukan waktu untuk

memperbaiki persepsi tersebut dan dengan interaksi sosialnya

diharapkan remaja dapat mempelajari cara-cara memperbaiki

penampilan diri.

b). Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat

Pada anak laki-laki tidak banyak ditemui kesulitan.

Mereka telah didorong sejak awal masa kanak-kanak. Tapi anak

Page 41: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

41

perempuan membutuhkan dorongan untuk memainkan peran

sederajat, sehingga mereka mampu menyesuaikan dirinya dalam

masyarakat.

c). Mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui hal ihwal jenis dan

bagaimana harus bergaul dengan lawan jenis.

d). Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab

Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman

sebayanya, tetapi hal ini sering diperoleh dengan perilaku yang

oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab.

e). Persiapan perkawinan

Kecenderungan kawin muda menyebabkan persiapan

perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling

penting dalam tahun-tahun remaja.

Sarlito w. Sarwono (2003:24-25) ada tiga tahap perkembangan

remaja :

a). Remaja Awal

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan

dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Perubahan

fisik yang terjadi membuat remaja mudah terangsang terhadap

lawan jenis. Kepekaan yang berlebihan ini yang ditambah

dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan

Page 42: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

42

remaja awal sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang

dewasa

b). Remaja Madya

Pada tahap ini remaja merasa senang kalau banyak teman

yang menyukainya dan ada kecenderungan untuk “narsis” serta

menyukai teman yang memiliki sifat yang sama dengan dirinya.

Selain itu ia juga berada dalam kondisi kebingungan dalam

kondisi emosi yang terjadi dalam dirinya.

c). Remaja Akhir

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa

dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu:

1). Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

2). Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain

dalam pengalaman baru

3). Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi

4). Egosentrisme (Terlalu mementingkan diri sendiri dibanding

dengan orang lain)

5). Muncul persepsi yang membatasi diri pribadinya dengan

masyarakat umum

B. Kerangkan Berfikir

Kerangka berfikir merupakan tahapan yang harus ditempuh untuk

merumuskan hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antarvariabel

penelitian dimana setelah hubungan variabel tersebut didukung oleh teori yang

Page 43: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

43

dirujuk setelah itu dilakukan perumusan hipotesis. Adapun kerangka pemikiran

dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Kerangka Berfikir

C. Hipotesis

Hipotesis atau hipotesa merupakan jawaban sementara yang masih

praduga dalam suatu masalah. Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini

adalah hipotesis asosiatif atau hubungan. Sugiyono (2012:89) Hipotesis

asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukan dugaan tentang hubungan

antara dua variabel atau lebih. Adapun pada hipotesis penelitian ini adalah

sebagai berikut:

KONFORMITAS

- Kohesivitas

- Ukuran Kelompok

- Norma Sosial

KONSEP DIRI

Konsep diri + Konsep diri -

Percaya diri Tidak mau dikritik

Tidak merasa

rendah diri

Senang dipuji

Tidak

mengharapkan

pujian dari orang

lain

Sombong

Dapat

memperbaiki diri

dalam kegagalan

Tidak bisa

berteman akrab

karena minder

Memiliki

solidaritas tinggi

Tidak percaya diri

Page 44: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

44

H a. Ada hubungan positif dan signifikan antara konsep diri remaja dengan

konformitas teman sebaya

H o. Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara konsep diri remaja

dengan konformitas teman sebaya

Page 45: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Sugiyono (2012:04) mengemukakan variabel

bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi. Sedangkan variabel

terikat adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat. Adapun variabel

pada penelitian ini adalah konsep diri sebagai variabel bebas dan konformitas

sebagai variabel terikat.

B. Definisi Operasional Variabel

1. Konsep diri remaja

Konsep diri remaja merupakan sekumpulan keyakinan dan

penilaian terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter,

penampilan diri maupun sikap yang dimiliki oleh remaja dalam hal ini

yang dimaksud remaja adalah siswa SMK 1 Diponegoro Jakarta Timur

2. Konformitas teman sebaya

Konformitas teman sebaya adalah kecenderungan berprilaku sama

dengan orang lain akibat adanya tekanan individu atau kelompok. Tekanan

Page 46: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

46

tersebut dapat berupa tekanan secara langsung atau tidak langsung dengan

tujuan supaya individu diterima orang lain atau terhindar dari masalah.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang hubungan konsep diri remaja dengan konformitas

teman sebaya dilaksanakan di SMK Diponegoro 1, Jalan Sunan Giri No.01

Rawamangun Jakarta Timur. Waktu penelitian dimulai dari bulan januari-juli

2013 yang diawali dengan pembuatan proposal penelitian yang kemudian

dilanjutkan proses penelitian dan laporan akhir penelitian.

Adapun hal yang menjadi dasar dalam pemilihan tempat penelitian

yang pertama adalah karena dalam penelitian ini yang menjadi objek

penelitian adalah remaja yang berstatus sebagai pelajar yang kedua SMK

Diponegoro 1 Jakarta Timur dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga

hal ini dapat memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

D. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah metode

penelitian kuantitatif suatu metode yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme. Metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu

konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Sugiyono

(2010:13).

Page 47: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

47

Sugiyono (2010:27) Proses penelitian kuantitatif bersifat linier dimana

langkahnya jelas mulai dari rumusan masalah, berteori, berhipotesis,

mengumpulkan data, analisis data, membuat kesimpulan dan saran. Dengan

demikian penelitian kuantitatif berangkat dari suatu kerangka teori, ataupun

gagasan para ahli yang kemudian menjadi permasalahan beserta

pemecahanya dalam bentuk data empiris dilapangan. Dalam menggunakan

penelitian kuantitatif dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan

data, penafsiran terhadap data yang diperoleh, dan penampilan dari hasil data.

menurut Arikunto, (2010:27) Kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila

disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar atau penampilan lain.

E. Populasi dan Sempel

1. Populasi

Sugiyono (2012:61) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu. Sehingga peneliti dapat mempelajarinya dan kemudian dapat

ditarik kesimpulan. Sedangkan menurut Arikunto (2010:173) Populasi

adalah keseluruhan objek penelitian. Objek penelitan adalah siswa kelas

XI SMK Diponegoro 1 Jakarta Timur, adapun jumlah spesifikasi populasi

siswa kelas XI SMK Diponegoro 1 Jakarta Timur sebayak 97 siswa. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 48: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

48

Tabel 3.1

Populasi penelitian

No Kelas Jumlah Siswa

1 XI Multi Media 29 Siswa

2 XI Akuntansi 19 Siswa

3 XI Administrasi Perkantoran 29 Siswa

4 XI Tekhnik Komputer dan Jaringan 20 Siswa

Total 97 Siswa

2. Sampel

Sempel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

Arikunto (2010:174). Penelitian sempel apabila peneliti bermaksud untuk

menggeneralisasikan hasil kesimpulan penelitan bagi populasi. Adapun

cara pengambilan sample yang digunakan adalah teknik proportional

random sampling yang berarti pengambilan sampel dari anggota populasi

secara acak dan berstrata secara proposional. Sampel ini dilakukan ketika

anggota populasinya hetergen (tidak sejenis). populasi penelitan tidak

semuanya menjadi sample penelitian melainkan hanya perwakilan dari

jumlah populasi.

Pengambilan sample penelitian peneliti merujuk pada hasil

pengembangan Isaac dan Michael. Untuk tingkat kesalahan, 1%, 5%, dan

10% . Populasi SMK Diponegoro 1 Jakarta Timur kelas XI berjumlah 97

siswa maka berdasarkan tabel Isaac dan Michael sample yang dapat

dijadikan sebagai penelitian sebanyak. 71 siswa dengan tingkat kesalahan

10% . Sugiyono, (2012:71). Jumlah pengambilan sampel secara random

sampling dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 49: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

49

Tabel 3.2

Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa Sampel

1 XI Multi Media 29 Siswa 29/97 X 71 = 21

2 XI Akuntansi 19 Siswa 19/97 X 71 = 14

3 XI Administrasi Perkantoran 29 Siswa 29/97 X 71 = 21

4 XI Tekhnik Komputer dan Jaringan 20 Siswa 20/97 X 71 = 15

Total 97 Siswa 71 Siswa

F. Teknik Pengumpulan data

Untuk memperoleh data tentang gambaran konsep diri remaja dan

konformitas teman sebaya diperlukan teknik untuk mengungkapnya. Teknik

pengungkapan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data angket tertutup. Dimana responden diminta untuk memilih

satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara

memberikan tanda (X) atau tanda checklist (√). Riduwan (2011:72)

Model skala pengukuran yang digunakan pada pengungkapan data

penelitian dengan menggunakan skala likert. Riduwan (2011:87) sekala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang. Likert

menggunakan alternatif respons pernyataan subjek skala 5 (lima). Kelima

alternatif respons tersebut diurutkan dari kemungkinan kesesuaian tertinggi

sampai dengan kemungkinan kesesuaian terendah. yaitu :

Page 50: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

50

Tabel 3.3

Skoring Skala Likert

No Jawaban Skor

+ -

1 Sangat Sering (SS) 5 1

2 Sesuai (SE) 4 2

3 Kadang-Kadang (KD) 3 3

4 Tidak Sesuai (TS) 2 4

5 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 5

Adapun kreteria jawaban adalah sebagai berikut:

1. Sangat Sesuai (SS), berarti terjadi dari 81-100%

2. Sesuai (SE), berarti terjadi dari 61%-80%

3. Kadang-Kadang (KD), berarti terjadi dari 41%-60%

4. Tidak Sesuai (TS), berarti terjadi dari 21%-40%

5. Sangat Tidak Sesuai (STS), berarti terjadi dari 0%-20%

G. Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen

Rancangan butir pengungkap yang akan disusun untuk instrumen

dapat digambarkan melalui kisi-kisi instrumen yang terdiri dari berbagai

aspek dan indikator penelitian. Untuk lebih jelasnya kisi-kisi instrumen dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tebel 3.4

Kisi-kisi Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas

Faktor Indikator No. Item + -

Kohesivitas - Mencerminkan drajat

ketertarikan individu

- Terdapat rasa keterpaduan

atau kesamaan

1, 5, 8,

9,13,

1, 5, 8, 1

Page 51: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

51

Ukuran

Kelompok

- Memiliki jumlah anggota

kelompok lebih 3 orang

- Memiliki keinginan yang

sama antar anggota

kelomok.

12, 6, 3,7 12, 3 6

Norma

Sosial

- Menuruti kesepakatan

kelompok

- Terbuka terhadap tekanan

sosial yang terjadi

- Mendapat dukungan untuk

menolak pendapat anggota

kelompok yang lain.

10, 2, 4,

11,14,15

2,4 10,11

Selanjutnya kisi-kisi instrumen penelitian konsep diri dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Konsep Diri

Faktor Indikator No item + -

Konsep diri

Positif

- Memiliki keyakinan dalam

mengatasi masalah

- Mudah bergaul, Rendah diri

dan tidak sombong

- Tidak mengharapkan pujian

dari orang lain

- Mampu memotivasi diri

dalam keterpurukan dan

berintropeksi diri

- Memiliki kepekaan sosial

7, 14

2, 17

10, 19

4, 12

16, 3

7

2

10, 19

4, 12

16

14

17

-

-

3

Konsep diri

negatif

- Tidak suka mendapat

kritikan

- Berharap mendapat pujian

dari orang lain

- Sombong dan meremehkan

orang lain

- Kurang bisa menjalin

keakraban dengan teman

- Pesimis dan kurang percaya

diri

5, 11

15, 6

13, 20

8, 18

19, 1

5, 11

15, 6

13

8

19

-

-

20

18

19

Page 52: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

52

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan analisis

Product Moment dengan rumus. Sugiyono (2012:228) :

(∑ ) (∑ ) (∑ )

√* ∑ (∑ ) + * ∑ (∑ ) +

Dimana :

r = koefisien korelasi

n = banyaknya sampel penelitian

x = lingkungan keluarga

y = pilihan karir

Sugiyono, (2012:373) Jika hasil korelasi Product Moment butir

pernyataan tersebut lebih besar dari 0,306 dengan N=71 maka butir

pernyataan tersebut valid. Sebaliknya jika korelasi butir pernyataan lebih

kecil dari 0,306 maka butir pernyataan tersebut tidak valid. Berikut ini

disajikan hasil uji coba validitas instrumen.

Tabel 3.6

Nomor Item Valid dan Tidak Valid

Instrumen Konformitas

No. Item yang Valid No. Item yang Tidak Valid

2,3,4,5,7,8,9,10,11,12 1, 6

Page 53: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

53

Tabel 3.7

Nomor Item Valid dan Tidak Valid

Instrumen Konsep Diri

No. Item yang Valid No. Item yang Tidak Valid

1,2,4,5,6,8,9,10,11,12,14,16

,18,19,20

3,7,13,15,17

2. Uji Realibilitas Instrumen

Apabila hasil uji reliabilitas seluruh butir instrumen sebesar 0,600

(Sugiyono, 2012:231) maka instrumen tersebut adalah reliabel. Artinya

instrumen tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data yang

akan menghasilkan jawaban yang konsisten.

Tabel 3.8

Koefiseinsi Realibilitas

Interval Koefisiensi Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199

0,20 - 0,399

0,40 - 0,599

0,60 - 0,799

0,80 - 1,000

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat Kuat

Dari hasil perhitungan data dengan menggunakan software SPSS

17 pada 12 item pernyataan konformitas diperoleh sebesar 958

(terlampir) berdasarkan pada tabel 3.7 diatas maka dapat disimpulkan

instrumen tersebut reliabel. Sedangkan untuk 15 item pernyataan konsep

diri diperoleh sebesar 934 (terlampir) berdasarkan pada tabel 3.7

Page 54: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

54

diatas maka dapat disimpulkan instrumen tersebut reliabel. Hal ini

menunjukan bahwa kedua instrumen pernyataan tersebut layak

digunakan sebagai alat ukur penelitian.

I. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data yang diperoleh peneliti menggunakan teknik

Spearman Rank. Sugiyono (2012:245) dengan rumus:

p = 1 – 6 ∑ d2

n ( n2

– 1 )

keterangan :

p = Koefesien korelasi Spearman Rank

∑ d2 = Total kuadrat slisih antar ranking

N = Jumlah sampel penelitian

Page 55: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian peneliti, menggambarkan karakteristik responden

berdasrkan jenis kelamin gambaran tersebut dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.1

Jenis kelamin responden

Siswa kelas XI SMK Diponegoro 1 Jakarta Timur

No Jenis Kelamin Siswa

Laki-Laki Perempuan

1 20 Siswa 51 Siswa

2 Jumlah keseluruhan 71 Siswa

Jumlah keseluruhan responden penelitian 71 siswa yang terdiri dari

20 laki-laki dan 51 perempuan dimana jumlah responden tersebut terbagi

dalam kelas Tekhnik Komputer dan Jaringan, Multimedia, Akuntasi, dan

Administrasi Perkantoran.

Page 56: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

60

2. Deskripsi Data Konsep Diri dan Konformitas

Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada responden diperoleh

data X (konsep diri remaja) dan Y (konformitas teman sebaya) dengan

hasil skor total jawaban responden sebagai berikut :

Tabel 4.2

Skor Hasil Instrumen

Variabel X (Konsep Diri Remaja) dan Y (Konformitas)

Siswa Kelas XI SMK Diponegoro 1 Jakarta Timur

No Responden Skor Variabel

X Y

1 A 63 53

2 B 59 41

3 C 62 49

4 D 70 56

5 E 62 48

6 F 62 51

7 G 61 52

8 H 63 50

9 I 62 51

10 J 63 54

11 K 57 50

12 L 58 42

13 M 61 49

14 N 69 55

15 O 58 46

16 P 60 49

17 Q 66 53

18 R 63 52

19 S 63 51

20 T 61 53

21 U 69 56

22 V 61 49

23 W 64 50

24 X 64 53

25 Y 66 51

26 Z 50 38

27 AA 61 48

28 AB 62 52

Page 57: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

61

29 AC 58 50

30 AD 58 49

31 AE 69 53

32 AF 61 50

33 AG 59 45

34 AH 61 49

35 AI 57 51

36 AJ 55 44

37 AK 62 50

38 AL 59 47

39 AM 66 53

40 AN 67 56

41 AO 66 48

42 AP 60 50

43 AQ 63 49

44 AR 60 47

45 AS 66 52

46 AT 70 56

47 AU 60 47

48 AV 60 46

49 AW 59 46

50 AX 55 43

51 AY 62 50

52 AZ 66 49

53 BA 61 46

54 BB 63 49

55 BC 63 46

56 BD 64 48

57 BE 70 55

58 BF 55 44

59 BG 64 52

60 BH 57 46

61 BI 55 44

62 BJ 56 47

63 BK 55 46

64 BL 58 43

65 BM 58 46

66 BN 64 47

67 BO 66 51

68 BP 64 52

69 BQ 65 51

70 BR 63 48

71 BS 61 47

Page 58: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

62

Setelah didapat skor akhir variabel X (konsep diri remaja) dan Y

(konformitas teman sebaya) maka dapat di ketahui nilai range, mean,

standard deviasi dan varian sebagai berikut :

Adapun frekuensi untuk variabel X (konsep diri) dan Y (konformitas

teman sebaya) dapat juga digambarkan dalam bentuk diagram yaitu

sebagai berikut :

Grafik 4.1

Diagram Variabel X (Konsep Diri Remaja)

Tabel 4.3

Deskriptif Statistik Variabel X dan Y

N Range Mean Std. Deviation Variance

KonsepDiri 71 20.00 61.7042 4.09318 16.754

Konformitas 71 18.00 49.1549 3.73267 13.933

Valid N

(listwise)

71

Page 59: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

63

Grafik 4.2

Diagram Variabel Y (Konformitas Teman Sebaya)

B. Analisis Data

Hasil analisi data variabel X (konsep diri remaja) dan Y (konformitas

teman sebaya) dapat diketahui pada tebel berikut ini :

Tabel 4.4

Hasil Analisis Korelasi Variabel X dan Y

VAR00001 VAR00002

Konsep Diri Product 1 .789**

Sig. (2-tailed) .000

N 71 71

Konformitas Product .789** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 71 71

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 60: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

64

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut dapat diinterpretasikan

terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri remaja dengan

konformitas teman sebaya, karena berdasarkan tabel di atas signifikasi

korelasi menunjukan nilai 789 sama dengan 0,789 lebih besar dari

pada nilai 0,227 dengan taraf signifikansi 5%. Dengan demikian maka

Ho berada pada daerah penolakan dan Ha diterima artinya terdapat hubungan

yang positif dan signifikan antara konsep diri remaja dengan konformitas

teman sebaya.

Untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi dapat dihitung

menggunakan uji t sebagai berikut :

0,789 √

0,789 √

0,789 √

Hasil perhitungan uji t diatas diperoleh 3,82 lebih besar dari

pada 1,980 dengan taraf kesalahan 5% uji dua fihak dan dk 69,

sehingga Ha diterima yang berarti terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara konsep diri remaja dengan konformitas teman sebaya.

Page 61: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

65

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan analisa koefesien

korelasi dimana nilai korelasinya 0.789 maka diketahui sebesar 0,622

artinya kontribusi konsep diri terhadap konformitas sebanyak 62%, dan 38%

ditentukan oleh faktor lain seperti pola asuh orang tua. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hubungan konsep diri remaja dengan konformitas teman

sebaya pada siswa kelas XI di SMK Diponegoro 1 Rawamangun Jakarta Timur

terdapat hubungan yang positif dan signifikan.

Konsep diri dapat diartikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan

atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya

yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu

Calhoun dan Acocella (1990:77-78) mengemukakan bahwa salah satu

faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja adalah teman sebaya begitu juga

dengan ungkapan Hurlock (1980:235) yang menyatakan konsep diri remaja

selain di pengaruhi oleh lingkungan terdekatnya yaitu keluarga di pengaruhi

juga oleh teman sebanya. Semakin banyak interaksi remaja dengan teman

sebayanya maka konsep diri pun akan semakin berkembang.

Sedangkan teman sebaya memiliki kecenderungan kesamaan dalam

minat, nilai-nilai, sifat-sifat kepribadian dan pendapat. Kesamaan inilah yang

menjadi daya tarik hubungan interpersonal dengan teman seusianya. Sehingga

memiliki kecendrungan untuk berprilaku konfromitas sangat mudah dilakukan.

Hal ini sesuai dengan penjelasan Shepard (Kamanto, 2004:175), yang

Page 62: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

66

mendefinisikan konformitas merupakan bentuk interaksi sosial yang di

dalamnya seseorang berprilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan

kelompok.

Interaksi sosial juga berdampak terhadap perkembangan konsep diri

individu. Sehingga remaja yang melakukan konformitas salah satunya didasari

oleh konsep dirinya. Mengapa demikian, karena alasan remaja melakukan

konformitas mempunyai keterpaduan dengan ciri-ciri konsep diri remaja.

Zebua dan Nurdjayadi (Swandono dkk, 2013:9), konformitas pada

remaja umumnya terjadi karena mereka tidak ingin dipandang berbeda dengan

teman-temannya. Pandangan ini muncul untuk melakukan konformitas karena

adanya penilaian diri. Sedangkan penilaian diri menurut Calhoun dan Acocella,

(1990:67-71) merupakan aspek dari konsep diri. Sehingga konsep diri memiliki

peranan atau kontribusi dalam individu untuk melakukan konformitas.

Dengan demikian prilaku konformitas teman sebaya dapat dilakukan oleh

remaja yang memiliki jenis konsep diri yang positif maupun konsep diri yang

negatif. Adapun kuatnya kecenderungan prilaku konformitas teman sebaya

yang bersifat positif maupun negatif pada remaja yang memiliki konsep diri

yang positif dan negarif perlu adanya penelitan lebih lanjut.

Page 63: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMK Diponegoro 1

Rawamangun Jakarta Timur dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Konsep diri remaja adalah konsep diri yang semakin berkembang baik

yang dihasilkan dari interaksinya dengan keluarga maupun dengan

interaksinya diluar keluarganya, baik itu teman-temannya maupun

pengalaman-pengalamannya.

2. Konformitas teman sebaya, remaja dapat menjadi positif dan negatif.

Seperti remaja terlibat dengan tingkah laku sebagai tidak baik adalah

akibat dari konformitas yang negatif. Begitupun sebaliknya.

3. Sebagaimana hasil perhitungan korelasi antara konsep diri remaja dan

konformitas teman sebaya diperoleh hasil pengolahan data

adalah 0.789 dan adalah 0.277, dapat di sebut juga lebih

besar daripada dengan taraf signifikasi 5%. Dengan demikian

hasil penelitian mendukung hipotesis (Ha) yang menyatakan terdapat

hubungan positif dan signifikan antara konsep diri remaja dengan

konformitas teman sebaya pada siswa kelas XI SMK Diponegoro 1

Rawamangun Jakarta Timur.

Page 64: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

68

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan, maka peneliti memberikan saran sebagai

berikut :

1. Bagi Guru

Penelitian ini dapat membantu guru khususnya guru bimbingan dan

konseling untuk lebih memberikan layanan pribadi dan sosial kepada

siswa dan mengarahkan siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan

ekstrakulikuler pelayanan yang diberikan dapat mengembangkan

kreatifitas siswa. Kegiatan ekstrakulikuler juga dapat membantu siswa

untuk mengembangkan konsep diri yang positif dan membantu siswa

terhindar dari prilaku konformitas yang negatif.

2. Bagi Orangtua

Diharapkan pada orang tua agar selalu menanamkan nilai-nilai agama,

norma dan etika disertai dengan rasa penuh kasih sayang dan perhatian

kepada anak agar terbentuk pada anak memiliki konsep diri yang

positif, mamapu berprilaku sesuai norma dan dapat bermasyarakat

dengan baik tanpa melakukan prilaku konformitas yang tidak baik.

3. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa sebagai bekal

pengetahuan dalam mengenal dan memahami pentingnya konsep diri

yang positif dalam kehidupan sehari-hari sehingga remaja tidak terjebak

dan terbawa konformitas yang bersifat negatif.

Page 65: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

69

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriyanti. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika

Aditama

Ali, Muhammad dan Asrori, Muhammad. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta:

Bumi Aksara

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Baron, Robert A & Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Cahoun, J.F. and Acocella, J.R. (1990). Psikologi tentang penyesuaian dan

Hubungan Kemanusiaan (Terjemahan). Edisi 3. Semarang: IKIP

Semarang Press.

Chaplin, C.P. (2000). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Hurlock, Elizabeth. (1997). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hutagalung, Inge. (2007). Pengembangan Kepribadian. Jakarta: PT. Macana Jaya

Cemerlang

Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S.R. (1991). Psikologi Perkembangan:

Pengantar dalam berbagai bagiannya (cetakan ke-7). Yogya: Gajah

Mada University Press

Newcomb, Theodore M. dkk (1985). Psikologi Sosial. Edisi 3. Bandung: CV.

Diponegoro.

Pudjijogyanti, Clara R. (1988). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: ARCAN

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta

Santoso, Slamet. (1992). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara

Sarwono, Sarlito W. dan Meinarno Eko A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika

Page 66: skripsi Konsep Diri Remaja dengan Konformitas

70

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2003). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2001). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka

Sears, David O. dkk (2009). Psikologi Sosial. Edisi 15. Jakarta: Prenada Media

Grup

Sears, Davis O. dkk (1985). Psikologi Sosial (Terjemahan). Jilid 2. Jakarta:

Erlangga

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia

Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Swandono. dkk (2013). Konformitas Dalam Novel Teenlit Rahasia Bintang Karya

Dyan Nuranindya. Surakarta: Jurnal Penelitian BASASTRA

Yusuf L.N, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Yusuf L.N, Syamsu. (2009). Program Bimbingan Konseling di Sekolah. Bandung:

RIZQI Press

http://abudaud2010.blogspot.com/2010/08/konformitas.html

http://zaturasmith34.blogspot.com/2013/03/definisi-teman-sebaya.html