konsep dasar promosi kesehatan.doc
DESCRIPTION
konsep dasar promkesTRANSCRIPT
DEWA GEDE DYSKA ADI PUTRA
P07120012031
2.1 REGULER
A. SEJARAH SINGKAT PROMOSI KESEHATAN
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai
dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi
Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun
1965. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat
definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada
waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah
yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul
dan populer istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi),
Social Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.
Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai
Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva datang melakukan kunjungan
ke Indonesia. Sebagai seorang direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa negara
termasuk Indonesia salah satunya. Pada waktu itu pula Kepala Pusat Penyuluhan
Kesehatan Depkes juga baru diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH., yang menggantikan
Dr.IB Mantra yang telah memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya
tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan pertemuan dengan pimpinan Depkes pada
waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan kesehatan maupun eksternal dengan
lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI, bahkan sempat pula Kickbush
mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung.
Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama
kunjungan lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion
(Promosi Kesehatan). Barangkali karena sangat terkesan dengan kunjungannya
ke Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu usulan. Usulan itu diterima oleh
pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu
kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva
lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa kali, untuk mematangkan
persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes
berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya
di Indonesia.
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesiatersebut
dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO
baik di Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi
unit Health Promotion. Nama organisasi profesi Internasional juga mengalami
perubahan menjadi International Union For Health Promotion and Education (IUHPE).
Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan
pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.
B. KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN
Beberapa definisi promosi kesehatan telah dikemukakan, salah satunya definisi
Ottawa Charter, bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan
individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Termasuk didalamnya adalah sehat
secara fisik, mental dan sosial sehingga individu atau masyarakat dapat merealisasikan
cita-citanya, mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, serta mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Kesehatan adalah sumberdaya kehidupan bukan hanya objek untuk
hidup. Kesehatan adalah suatu konsep yang positif yang tidak dapat dilepaskan dari
social dan kekuatan personal. Jadi promosi kesehatan tidak hanya bertanggungjawab
pada sektor kesehatan saja, melainkan juga gaya hidup untuk lebih sehat. (Keleher,et.al,
2007).
Disisi lain Nutbeam dalam Keleher, et.al (2007) menerangkan bahwa promosi
kesehatan adalah proses sosial dan politis yang menyeluruh, yang tidak hanya
menekankan pada kekuatan ketrampilan dan kemampuan individu , tetapi juga
perubahan sosial, lingkungan dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kesehatan
individu dan masyarakat. Jadi promosi kesehatan adalah proses untuk memungkinkan
individu mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan mengembangkan
kesehatan individu dan masyarakat.
WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategi inti untuk
pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang berkembang dan
berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu dan masyarakat.
Dari beberapa definisi diatas, promosi kesehatan mempunyai beberapa level pengertian,
sehingga konsep promosi kesehatan adalah semua upaya yang menekankan pada
perubahan sosial, pengembangan lingkungan, pengembangan kemampuan individu dan
kesempatan dalam masyarakat, dan merubah perilaku individu, organisasi dan sosial
untuk meningkatkan status kesehatan individu dan masyarakat. (Keleher,et.al, 2007).
Berlandaskan konsep dasar tersebut, maka area promosi kesehatan pun tidaklah
sempit, menurut Keleher,et.al, (2007) terdapat 10 (sepuluh) area tindakan promosi
kesehatan, yaitu :
1. Membangun kebijakan kesehatan public
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan
3. Memberdayakan masyarakat
4. Mengembangkan kemampuan personal
5. Berorientasi pada layanan kesehatan
6. Promote social responbility of health
7. Meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social
8. Meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan
9. Memberdayakan masayarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat.
10. Infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan
Di saat melakukan promosi kesehatan dalam area-area tersebut maka dibutuhkan
suatu strategi atau pendekatan-pendekatan tertentu supaya hasil yang didapatkan efektif
dan tepat. Keleher, et.al (2007) menyampaikan 5 (lima ) strategi (pendekatan) sebagai
berikut :
1. Primary care / pencegahan penyakit
2. Pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku
3. Partisipasi pendidikan kesehatan
4. Community action
5. Socio-ecological health promotion.
Masing-masing dari pendekatan tersebut mempergunakan metode-metode /
teknik yang berbeda-beda, misalnya kita akan melakukan suatu promosi kesehatan yang
berkelanjutan (area no 4) maka strategi yang dapat digunakan salah satunya adalah
dengan pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku. Bilamana mempergunakan
strategi ini maka media informasi kesehatan, kelompok-kelompok diskusi,
pengembangan ketrampilan personal akan lebih tepat sebagai metodenya. Dan tentunya
pemilihan pendekatan atau metode selalu didahului dengan community analysis, karena
menurut Dignan & Carr (1992) bahwa dalam setiap upaya promosi kesehatan melalui
langkah-langkah berikut ini : Community analysis, targeted assessment, program plan
development, implementation, evaluation.
Sebagai bentuk kesinambungan promosi kesehatan maka langkah-langkah
peromosi kesehatan tidak bisa dilepaskan dari monitoring dan evaluasi. Suatu
monitoring adalah Berikut ini tipe-tipe evaluasi (Fertman & Allensworth, 2010) :
1. Formative evaluation, menekankan pada informasi dan materi-materi selama
program perencanaan dan pengembangan.
2. Process evaluation, berkenaan dengan evaluasi pada informasi sistematis yang
didapat selama implementasinya.
3. Impact evaluation, menekankan pada efek atau isi mengenai tujuan yang akan
dicapai.
4. Outcome evaluation, menekankan apakah program ini dapat emmberikan hasil
sampai sejauh mana perubahan perilaku yang didapatkan.
C. VISI DAN MISI PROMOSI KESEHATAN
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang
jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa yang
ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-
program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi
kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun
1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun
program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang
harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan
merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian
suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada
para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang
spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk
mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai
dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama
dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait.
Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership)
dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan
kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor
kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah
kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang
penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara
serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian
keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan
keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka
kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan
meningkat.
Selanjutnya, perlu disadari bahwa upaya promosi kesehatan merupakan
tanggungjawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata, melainkan
juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan perlu didukung
oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Kesamaan pengertian,
efektifitas kerjasama dan sinergi antara aparat kesehatan pusat, provinsi,
kabupaten/kota dan semua pihak dari semua komponen bangsa adalah sangat
penting dalam rangka mencapai visi, tujuan dan sasaran promosi kesehatan secara
nasional. Semuanya itu adalah dalam rangka menuju Indonesia Sehat, yaitu
Indonesia yang penduduknya hidup dalam perilaku dan budaya sehat, dalam
lingkungan yang bersih dan kondusif dan mempunyai akses untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga dapat hidup sejahtera dan produkti.
Setiap tahap perjalanan penyakit dapat menjadi awal bagi tahapan
selanjutnya. Untuk mencegah berjalannya penyakit ke tahapan yang lebih lanjut
lagi, diperlukan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, yaitu pelayanan kesehatan
yang meliputi usaha-usaha berikut ini:
1. Pendekatan holistik yang melaksanakan pelayanan kesehatan untuk semua aspek
kehidupan pasien yang meliputi jasmani, mental, dan sosial.
2. Melihat faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyakitnya, yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial.
3. Memberikan pelayanan berdasarkan 5 tingkat pencegahan penyakit (five level of
prevention) dari Leavell & Clark, 1953 sesuai dengan pemanfaatannya, yaitu:
a) Promosi Kesehatan (health promotion). Pada tingkat ini dilakukan tindakan
umum untuk menjaga keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan,
sehingga dapat menguntungkan manusia dengan cara meningkatkan daya
tahan manusia dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada
seseorang yang sehat. Misalnya, promosi kesehatan tentang perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), kesehatan olahraga, dan lain sebagainya.
b) Perlindungan khusus (special protection), yaitu tindakan yang masih
dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi bibit
penyakit pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah
pada penyakit tertentu.Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat
tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu. Misalmya, Pemberian
Imunisasi, Keluarga Berencana (KB).
c) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment),
merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan
penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.
d) Pembatasan cacat (disability limitation), dimana dilakukan penatalaksanaan
terapi yang adekuat pada pasien penyakit yang telah lanjut untuk mencegah
penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien serat mengurangi
kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.
e) Rehabilitasi (rehabilitation). Tindakan ini dimaksudkan untuk mengembalikan
pasien ke masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau
agar tidak menjadi beban orang lain.
4. Pelayanan rujukan
D. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang
penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan
kesadaran, kemauan dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang
penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi)
yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang
penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya
untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan
kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan
peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai
keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community
organization), pengembangan masyarakat (community development),
penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(community empowerment), dll.
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo,
ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi aspek
pelayanan kesehatan, dan b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi
kesehatan.
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni:
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi
menjadi dua aspek, yakni :
a) Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b) Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran
kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok
yang sakit.
2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a) Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari
Leavel and Clark.
a) Promosi Kesehatan.
b) Perlindungan khusus (specific protection).
c) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
d) Pembatasan cacat (disability limitation)
e) Rehabilitasi (rehabilitation).
E. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi
pendidikan/promosi kesehatan tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah
beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam promosi kesehatan :
1. Strategi Global (Global Strategy)
a) Advokasi (advocacy)
b) Dukungan sosial (social support)
c) Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (OttawaCharter)
Konfrensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986 telah
menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya adalah rumusan
strategi promosi kesehatan yang telah dikelompokkan menjadi lima bagian
diantaranya :
a) Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).
b) Lingkungan yang medukung (supportive environment)
c) Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).
d) Keterampilan individu (personal skill).
e) Gerakan masyarakat (community action).
F. SASARAN PROMOSI KESEHATAN
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam
tiga kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target.
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk
masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja
dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh
penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan
promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau
kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat
sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini
dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh
bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi
advokasi (advocacy)
G. STRATEGI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
Ditinjau dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari dalam promosi kesehatan, pada
pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah strategi atau upaya peningkatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sebagai suatu bentuk operasional setidaknya
merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan
dalam pertemuan baik internal, pusat penyuluhan kesehatan maupun eksternal secara
lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan organisasi profesi, FKM UI dan LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat).
Adapun beberapa hal yang disarikan tentang pokok-pokok promosi kesehatan
(health promotion) atau PHBS yang merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia
ini adalah bahwa:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the
process of enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari
Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/
Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan
merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.
2. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya
perubahan atau perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya
perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya
mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap
perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi
Kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan atau menjual
yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan “sesuatu”
yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan
masyarakat.
4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif,
sedangkan pada promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya
pendekatan edukatif yang banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strata
primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan pemberdayaan
masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya advokasi, terutama
untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau kebijakan) dan bina suasana
(social support), khususnya untuk strata sekunder (yaitu mereka yang
dikategorikan sebagai para pembuat opini). Maka dikenalah strategi ABG, yaitu
Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan/pemberdayaan Masyarakat.
5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui
atau dikenali masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang
dirasa penting/perlu diatasi oleh masyarakat); Pada PHBS, masyarakat diharapkan
dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang ditandai dengan sekitar 10 perilaku
sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi apa dan
bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian mengenali keadaan diri dan
lingkungannya serta mengukurnya seberapa sehatkah diri dan lingkungannya itu.
Pendekatan ini kemudian searah dengan paradigma sehat, yang salah satu dari tiga
pilar utamanya adalah perilaku hidup sehat.
6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di
masyarakat (melalui pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi
kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan: yaitu di rumah/tempat tinggal (where
we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-
tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where
we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat, sekolah
sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat, dan lain-lain yang mengarah pada
kawasan sehat seperti : desa sehat, kota sehat, kabupaten sehat, sampai ke
Indonesia Sehat.
7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi
oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat
(mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan
masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas
program dan lintas sektor.
8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya
juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti
hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil
kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat.
Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti:
advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain. Karena dituntut
untuk dapat mengukur hasil kegiatannya, maka promosi kesehatan mengaitkan
hasil kegiatan tersebut pada jumlah tatanan sehat, seperti: rumah sehat, sekolah
sehat, tempat kerja sehat, dan seterusnya.
REFERENSI :
Dignan MB., Carr PA., 1992. Program Planning for Health Education and Promotion. Second Edition. USA : Lea & Febiger.
Fertman, Cl., & Allensworth, DD.2010. Health Promotion Program. San Francisco, US : A Wiley Imprint.
Keleher, H., MacDougall, C., & Murphy, B. 2007. Understanding Health Promotion. Victoria, Australia : Oxford University Press.
www.who.int. 1998
http://www.permataindonesia.ac.id/2012/konsep-dasar-promosi-kesehatan.html (diakses pada tanggal 3 September 2013 pukul 16.00 wita)