konsep dasar imunisasi

Upload: rudy77

Post on 06-Jul-2015

1.424 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep Dasar Imunisasi

2.1.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, yaitu kebal atau resisten. Bayi di imunisasikan berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu (Hidayat, 2008). Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita dengan mencegah penyakit seperti Hepatitis B, Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio dan Campak (Lia Dewi, 2010) Imunisasi adalah Pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu (Mahdiana, 2010). 2.1.2 Tujuan Imunisasi Tujuan dalam pemberian imunisasi (Hidayat, 2008) antara lain : a. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu didunia. b. Melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.

c. Anak menjadi kebal dan terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. d. Menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin didapat eradikasi suatu penyakit. e. Menurunkan angka penderitaan suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bias menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air dan TBC. f. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang.

2.1.3 Manfaat Imunisasi Manfaat imunisasi menurut Marimbi (2010), yaitu : a) Bagi anak Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan kecactan atau kematian. b) Bagi keluarga Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

c) Bagi Negara Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan keluarga.

2.1.4 Jenis-jenis Imunisasi Imunisasi terbagi dalam dua bagian yaitu pasif dan aktif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja (Notoadmodjo, 2003). 1. Imunisasi aktif Imunisasi aktif adalah pemberian satu atau lebih antigen yang infeksiusn pada seorang individu untuk merangsang system imun untuk merangsang antibody yang akan mencegah infeksi. Imunisasi aktif terhadap penyakit infeksi dihasilkan dengan cara inokulasi antigen bakteri, virus, dan parasit, baik dalam bentuk kuman hidup yang dilemahkan atau produk dari organism tersebut. Vaksin diberikan dengan cara disuntikan atau peroral/ melalui mulut. Terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat-zat anti terhadap penyakit bersangkutan, kadar zat-zat dapat diukur dengan pemeriksaan darah.

Pemberian vaksin dengan cara menyuntikan kuman atau antigen murni akan menyebabkan benar-benar menjadi sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan dalam bentuk vaksin, yaitu kuman yang telah dilemahkan. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh untuk membentuk antibody. Dalam Imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya, yaitu : a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagi zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan. b. c. Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan. Preservatif, stabilizer dan antibiotika yang berguna untuk menghindar tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen. Ada lima (5) jenis imunisasi pada anak dibawah 5 (lima) tahun yang harus dilakukan, yaiti : (a) BCG (Bacillus Calmette Geurin) (b) DPT (difteri, pertusis, tetanus) (c) Polio (d) Campak (e) Hepatitis B 2. Imunisasi Pasif Imunisasi pasif adalah perpindahan antibody yang telah dibentuk yang dihasilkan host lain. Antibody ini dapat timbul secara alami atau sengaja

diberikan. Imunisasi pasif diberikan dalam bentuk Gama globulin intravena (IVIG) atau serum binatang, menghasilkan proteksi untuk sementara waktu terhadap infeksi atau penyakit. Imunisasi pasif terdiri dari dua macam, yaitu : a. Imunisasi pasif bawaan Imunisasi bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya selama dalam kandungan, yaitu berupa zat antibody yang melalui jalan darah menebus plasenta. Namun, zat anti tersebut lambat laun akan menghilang/ lenyap dari tubuh bayi. Dengan demikian, sampai umur 5 bulan bayi dapat terhindar dari beberapa oenyakit infeksi, seperti campak, difteri dan lain-lain b. Imunisasi pasif didapat Imunisasi didapat merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2-3 minggu karena zat anti seperti ini akan dikeluarkan kembali dari tubuh anak, misalnya pemberian serum anti tetanus terhadap penyakit tetanus (Anik maryuni, 2010).

2.2

Imunisasi Dasar

2.2.1 Pengertian Imunisasi Dasar Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dan penyakit-penyakit yang berbahaya. Lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), poliomyelitis, campak, dan hepatitis B (Anik maryuni, 2010). Lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun tersebut adalah : a. b. Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan. Imunisasi DPT, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. c. Imunisasi polio, yang diberikan 4 (empat) kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. d. Imunisasi campak, yang diberikan 1 (satu) kali pada usia 9-11 bulan. e. Imunisasi hepatitis B, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 1-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu (Anik maryuni, 2010).

2.2.2 Imunisasi BCG (Bacillius Calmate Guerin) Merupakan imunisasi yang mengandung jenis kuman TBC yang masih hidup tapi telah dilemahkan. Imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC) (Marimbi, 2010). Imunisasi BCG diberikan pada usia kurang dari 2 bulan dengan dosis 0,05 ml, vaksin BCG diberikan secara intrakutan didaerah lengan atas pada insertio M. Deltoideus (Marimbi, 2010). Vaksin BCG memberikan proteksi yang bervariasi antara 50-80% terhadap tubercolosis. Pemberian vaksin BCG sangat bermanfaat bagi anak, sedangkan bagi orang dewasa manfaatnya masih kurang jelas. Vaksinasi BCG tidak terlepas dari efek samping, maka perlu diketahui vaksin ini tidak dianjurkan pada seseorang yang mengalami penurunan status kekebalan tubuh dan tuberculin positif (Cahyono dkk, 2010). 2.2.3 Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) Imunisasi DPT adalah imunisasi yang akan menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin Difteri dibuat dari toksin atau racun kuman difteri yang telah dilemahkan dinamakan toksoid. Vaksin tetanus dibuat dari toksoid tetanus atau toksin/racun kuman tetanus yang sudah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Sedangkan vaksin

pertusis terbuat dari kuman bordetella pertusis yang telah dimatikan selanjutnya dikemas bersama vaksin difteri dan tetanus. Imunisasi DPT diberikan 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan. Namun biasa ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun, imunisasi diberikan melalui suntikan intra muskuler (IM). Imunisasi DPT ditandai dengan gejala-gejala ringan seperti sedikit demam dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan yang akan hilang sendiri dalam bebrapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurunan panas pada bayi. Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bawaan, seperti epilepsy, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak (Anik maryuni, 2010). 2.2.4 Imunisasi Polio Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak (Hidayat, 2008). Imunisasi polio diberikan pada bayi umur 0-11 bulan atau saat lahir (0bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT.

Pemberian imunisasi polio melalui oral/ mulut. Di luar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine / IPV) Imunisasi polio hampir tidak ada efek samping, hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot, kasusnyapun sangat jarang. Imunisasi polio sebaiknya tidak diberikan pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38C). Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak diberikan imunisasi polio (Anik maryuni, 2010). 2.2.5 Imunisasi Hepatitis B Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati (Marimbi, 2010). Hepatitis B disebabkan oleh Virus hepatitis B (VHB), suatu anggota yang family hepadnavirus yaitu suatu virus DNA yang berlapis ganda dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati (hati mengeras dan mengecil) atau kanker hati (Cahyono, 2010).

Imunisasi ini sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir, dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Kemudian dilanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan dan usia 3-6 bulan. Pemberian imunisasi melallui intra muskuler (I.M) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi, penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bias mengurangi efektivitas vaksin. Imunisasi ini umumnya tidak ada efek samping, jika-pun terjadi namun sangat jarang berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan, namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. Imunisasi ini tidak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat (Anik maryuni, 2010). 2.2.6 Imunisasi Campak Penyakit campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis,dan ruam kuli. Campak merupakan penyebab kematian bayi berumur