konsep dan perkembangan anak berbakat (gifted)

17
29 Anak Berbakat (Gifted) A. Pengertian Anak Berbakat Batasan anak berbakat secara umum adalah “mereka yang karena memiliki kemampuan- kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi”. Istilah yang sering digunakan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan kemampuan yang unggul atau anak yang tingkat kecerdasannya di atas rata-rata anak normal, diantaranya adalah; cerdas, cemerlang, superior, supernormal, berbakat, genius, gifted, gifted and talented, dan super. a. Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman (1982; 376) mengemukakan “Besides the word ‘gifted’ a variety of other terms have be en used to describ individuals who are superior in some way : “talented, creative, genius, and precocious, for example”. Precocity menunjukkan perkembangan yang sangat cepat. Beberapa anak gifted memperlihatkan precocity dalam area perkembangan sepert; bahasa, musik, atau kemampuan matematika. b. Martison dalam SC. Utami Munandar (1982; 7) “Anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah yang biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat”. c. David G. Amstrong and Tom V. Savage (1983; 324) mengutip dari Public Law 91-230 (United States Statutes at Large 1971, p. 153) sebagai berikut : “gifted andtalented children” mean, in accordance with objective criteria prescribed by the commissioner, children who hav outstanding intelectual ability or creative talent, the development of which requires special activities or services not ordinarily provided by local educational agencies. d. Coleman (1985) mengemukakan secara konvensional anak berbakat adalah “mereka yang tingkat intellegensinya jauh di atas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ = 120 ke atas”.

Upload: wulan-yulian

Post on 20-Jul-2015

177 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

29

Anak Berbakat

(Gifted)

A. Pengertian Anak Berbakat

Batasan anak berbakat secara umum adalah “mereka yang karena memiliki

kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi”.

Istilah yang sering digunakan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan

kemampuan yang unggul atau anak yang tingkat kecerdasannya di atas rata-rata

anak normal, diantaranya adalah; cerdas, cemerlang, superior, supernormal,

berbakat, genius, gifted, gifted and talented, dan super.

a. Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman (1982; 376) mengemukakan

“Besides the word ‘gifted’ a variety of other terms have be en used to describ

individuals who are superior in some way : “talented, creative, genius, and

precocious, for example”. Precocity menunjukkan perkembangan yang sangat

cepat. Beberapa anak gifted memperlihatkan precocity dalam area

perkembangan sepert; bahasa, musik, atau kemampuan matematika.

b. Martison dalam SC. Utami Munandar (1982; 7)

“Anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional

memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga memberikan prestasi

yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang

berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah yang

biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun

terhadap masyarakat”.

c. David G. Amstrong and Tom V. Savage (1983; 324) mengutip dari Public

Law 91-230 (United States Statutes at Large 1971, p. 153) sebagai berikut :

“gifted andtalented children” mean, in accordance with objective criteria

prescribed by the commissioner, children who hav outstanding intelectual

ability or creative talent, the development of which requires special activities

or services not ordinarily provided by local educational agencies.

d. Coleman (1985) mengemukakan secara konvensional anak berbakat adalah

“mereka yang tingkat intellegensinya jauh di atas rata-rata anggota

kelompoknya, yaitu IQ = 120 ke atas”.

Page 2: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

30

e. Renzulli (1979) melalui teorinyayang disebut “Three Dimensional Model”

atau “Three-ring Conception” tentang keberbakatan. Keberbakatan mencakup

tiga dimensi yang saling berkaitan,yaitu :

(a) kecakapan di atas rata-rata,

(b) kreativitas, dan

(c) komitmen pada tugas.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak

berbakat itu disamping memiliki kemampuan intelektual tinggi, juga

menunjukkan penonjolan kecakapan khusus yang bidangnya berbeda-beda antara

anak yang satu dengan anak lainnya. Anak ini disebut juga “gifted and talented”

yang berarti berbakat intelektual. Di sini kita harus membedakan antara bakat

sebagai potensi bawaan dan bakat yang telah terwujud dalam prestasi yang tinggi.

Semua anak berbakat mempunyai potensi yang ungul, tetapi tidak semuanya telah

berhasil mewujudkan potensi unggul tersebut secara optimal.

Pengertian keberbakatan dalam pengembangannya telah mengalami berbagai

perubahan, dan kini pengertian keberbakatan selain mencakup kemampuan

intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan kreatif., bahkan menurut

Clark (1986) dalam Conny Semiawan (1994), kreativitas adalah ekpresi tertinggi

keberbakatan. Keberbakatan dipengaruhi oleh berbagai unsur kebudayaan, bahkan

bagi sementara ahli sifat-sifat anak berbakat tersebut bercirikan “cultur bound”

(dibatasi oleh batasan kebudayaan). Dengan demikian ada dua petunjuk kunci

dalam mengamati dan mengerti keberbakatan tersebut yaitu :

1). Keberbakatan itu adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang

dibawa sejak lahir maupun yang merupakan hasil interaksi dari pengaruh

lingkungannya.

2). Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh kebutuhan maupun kecenderungan

kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup. (Conny semiawan; 1994 :

40).

B. Klasifikasi dan Karakteristik Anak Berbakat

Page 3: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

31

Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984;

29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius. Ketiga kelompok anak tersebut memiliki

peringkat ketinggian intellegnsi yang berbeda.

1. Genius :

Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat

menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Intelligence Quotien-nya (IQ)

berkisar antara 140 sampai 200. Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai

berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis,

sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat

positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya; cenderung hanya mementingkan

dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi

(emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk melakukan

penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.

2. Gifted :

Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang tingkat

kecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ

tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti ; bakat seni musik, drama,

dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki

karakteristik; mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya

kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.

3. Superior

Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai dengan 125

sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik

sebagai berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat membaca lebih awal, dapat

mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat perhatian dari teman-

temannya.

James H. Bryan and Tanis H. Bryan (1979; 302) mengemukakan bahwa

karakteristik anak berbakat itu (gifted) meliputi; physical, personal, and social

characteristics. Sedangkan David G. Amstrogn and Tom V. Savage (1983; 327)

mengemukakan; “Gifted and talented students are individuals who are

Page 4: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

32

characteristized by a blaned of (1) high intelligence, (2) high task comitment, and

(3) high creativity. Secara umum hampir semua pendapat itu sama, bahwa anak

berbakat memiliki kemampuan yang tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak

pada umumnya. Hasil studi lain menemukan bahwa “Anak-anak berbakat

memiliki karakteristik belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Mereka

cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosa kata dan menggunakannya

secara luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan

pelajaran, cepat dalam memahami hubungan antar fakta, mudah memahami dalil-

dalil dan formula-formula, tajam kemampuan analisisnya, membaca banyak bahan

bacaan (gemar membaca), peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya,

kritis dan memiliki rasa ingin yang sangat besar” (Renzuli, 1979, Fahrle dkk.;

1985, Galagher, 1985, Maker; 1982) dalam Dedi Supriadi (1992; 9).

C. Terminologi yang digunakan

Dibawah ini terminology yang digunakan bagi anak berbakat :

1. Child Prodigy

2. Precocious

3. Gifted

4. Highly Talented

5. Creative

6. Superior

7. Talented

8. Supernormal Child

9. Bright

10. Genius

11. Ambitious

12. Diknas : Cerdas Istimewa Bakat Istimewa

D. Perkembangan Anak Berbakat

1. Perkembangan Kognitif

Page 5: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

33

Anak berbakat menurut konsep dari Renzulli ialah anak yang memiliki

kecerdasan diatas rata-rata, kreatifitas dan task commitment yang tinggi.

Kecerdasan berhubungan erat dengan kognitif. Namun ada perbedaan antara

proses konitif dan inteligensi, yaitu proses kognitif adalah proses terbentuknya

pengertian melalui pengalaman/belajar dengan melibatkan pengindraan dan

persepsi visual, auditori, kinestetik dan taktual. Sedangkan Inteligensi adalah

emampuan yang bersifat potensial dalam memcahkan masalah (primary mental

abilities). Anak berbakat memiliki intelektual diatas rata-rata dan berdampak pada

kognitifnya yang lebih cepat dari pada teman-teman sebayanya.

Dibawah ini merupakan Human Primary Mental Abilities (Luis L Thurstone

1887-1955) :

1. Verbal Comprehension

2. Verbal Fluency

3. Number or Arithmetic Ability

4. Memory (Short Term Memory and Long Term Memory)

5. Perceptual Speed

6. Spatial Visualisation

Dari enam kemampuan itu, anak berbakat memiliki kemampuan lebih cepat

dari anak-anak seusianya. Berikut karakteristik kognitif anak berbakat.

1. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak

lazim, pikiran-pikiran kreatif.

2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu

konsep yang utuh.

3. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.

4. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang

sederhana dan mudah dipahami.

5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.

6. Menunjukkan daya imajinasi yang luar bisaa.

Page 6: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

34

7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu

mengartikulasikannya dengan baik.

8. Bisaanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai

kata-kata.

9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.

10. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.

11. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.

12. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.

13. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.

14. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.

15. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu

yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.

2. Perkembangan Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,

sebagai kemampuan memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan

dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat

hubunganhubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Telah

diketahui bahwa salah satu aspek dalam konsep keberbakatan menurut Renzulli

adalah kreatifitas. Renzulli yang memandang keberbakatan dengan multi-dimensi

mencetuskan konsep awal yang dikenal dengan the three ring theory, dimana

aspek kreatifitas bersinergi secara langsung dengan kecerdasan dan task

commitment. Jelas, kretifitas merupakan salah satu kriteria utama anak dengan

keberbakatan.

Dimensi Kreatif dalam Konsep Keberbakatan. Sumber : Clark, B, 1986,

Growing up Gifted

Page 7: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

35

Guilford (1950) : “Creativity refers the abilities that are characteristics of

creative people”.

Lebih diperinci, kriteria pada aspek kreatifitas sendiri mencakup:

1. Fluency (banyak gagasan)

2. flexibility (banyak pemecahan masalah/pendekatan)

3. originality (asli)

4. elaboration (mengurai secara rinci)

5. redefinition (perspektif berbeda)

b. Ciri-ciri Kreatifitas

1. Memiliki rasa ingin tahu yg mendalam

2. Sering mengajukan pertanyaan yg berbobot

3. Memberikan banyak usul/gagasan terhadap suatu masalah

4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan

5. Menghargai rasa keindahan

6. Menonjol dalam satu atau lebih bidang studi

7. Dapat mencari pemecaha masalah dari berbagai segi

8. Memiliki rasa humor

9. Mempunyai daya inajinasi

Krreativitas

Intuisi

Perasaan

Talen cipta

(bakat)

Ras io

Page 8: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

36

10. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan, pemecahan masalah yg berbeda dari

oranglain (orisinil)

11. Kelancaran dalam menghasilkan gagasan

12. Mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandang

Setiap anak dilahirkan dengan kreatifitas yang beragam. Umunya seiring

berjalan waktu kreatifitas ini menjadi semakin tumpul. Metode belajar yang kaku

misalnya, membuat anak terbatas untuk menuangkan ide-ide mereka dan akhirnya

menhambat perkembangan kreatifitas anak. Begitu pula anak berbakat, meski

memang mereka memiliki kreatifitas lebih tinggi jika dibanding anak

lainnya.Karena itu, salah satu kebutuhan khusus anak dengan keberbakatan adalah

program yang mampu memicu perkembangan kratifitas mereka.

3. Perkembangan Motivasi (Task Commitment)

Definisi anak berbakat tidak terikat hanya dengan kecerdasan saja,

ternyata terdapat faktor bukan kognitif yang tidak kalah penting. Karena

menurut Renzulli (1981) dalam teori The Three Ring Conception

mendefiniskan anak yang dikatakan berbakat apabila seorang anak memiliki

kecakapan dalam mengembangkan tiga gabungan sifat dasar manusia yaitu

kognitif, kreativitas dan task commitment lalu mengaplikasikannya dalam

tindakan yang bernilai. Banyak anak-anak dengan taraf kecerdasan yang

tinggi, yang sebenarnya berpotensi untuk berprestasi bagus, namun justru

memiliki prestasi rendah, karena beberapa faktor yang mendukung untuk

berprestasi yang tidak dimilikinya, seperti task commitment (Urhahne, 2011).

Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat dipahami

sebagai motivasi dari dalam diri atau moti-vasi internal yang dapat menjadi

daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki.

Rendahnya keterikatan terhadap tu- gas dapat memunculkan kesenjangan

antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang ditunjukkannya

(Hawadi, 2002).

Page 9: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

37

Siswa yang memiliki task commitment tinggi menunjukkan prilaku

yang positif terhadap semua tugas-tugasnya sebagai pelajar (Urhahne, 2011).

Siswa tidak merasa terbebani dengan tugas yang diberikan, berusaha dengan

keras, ulet dan kontinu untuk menghasilkan pekerjaan yang sebaik-baiknya.

Selain itu siswa yang memiliki task commitment tinggi tidak mudah puas

dengan pekerjaan yang apa adanya, harapannya tinggi untuk menyelesaikan

tugas dengan cepat, tepat waktu serta hasil yang maksimal. Menurut Hawadi

(2002) berkurangnya komitmen anak terhadap tugas akan berakibat

berkurang pula kesempatan bagi guru untuk mengembangkan potensi anak.

Karena komitmen terhadap tugas (task commitment) merupakan motivasi

internal yang dapat menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan

potensi yang dimiliki.

Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat

dipahami sebagai motivasi dari dalam diri atau motivasi internal yang dapat

menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki.

Rendahnya keterikatan terhadap tugas dapat me- munculkan kesenjangan

antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang ditunjukkan- nya

(Hawadi, 2002; Urhahne, 2011). Task Commitment atau pengikatan diri

terhadap tugas adalah kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk tekun dan ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan

dan hambatan dalam melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi

tang- gung jawabnya (Munandar, 2002).

Task commitment atau pengikatan diri terhadap tugas atau tanggung

jawab terhadap tugas adalah suatu bentuk halus dari motivasi. Hawadi (2002)

menyatakan bahwa “motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu proses

energi umum yang merupakan faktor pemicu pada organisme, tanggung

jawab energi tersebut ditampilkan pada tugas yang spesifik”. Motivasi

tersebut menjadi factor penting pada siswa untuk membangun prilaku positif

dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi (Abd-el-fattah, & Patrick, 2011).

Task commitment sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai komitmen

Page 10: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

38

pada tugas. Prilaku aktual dari task commitment adalah sebagai bentuk

ketekunan, keuletan kerja keras, latihan yang terus-menerus, percaya diri dan

suatu keyakinan dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan

pekerjaan penting (Renzulli, 1978:4) menurut Fakhrudin (2010:12) bahwa

ciri-ciri siswa yang memiliki komitmen terhadap tugas (task commitment)

yang tinggi adalah (a) tangguh dan ulet (tidak mudah menyerah), (b) mandiri

dan bertanggung jawab, (c) menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan

resiko sedang, (d) suka belajar dan mempunyai orientasi pada tugas yang

tinggi, (e) konsentrasi baik, (f ) mempunyai hasrat untuk meningkatkan

diri, (g) mempunyai hasrat untuk bekerja sebaik-baiknya, (h) mempunyai

hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Terhadap Tugas

Komitmen terhadap tugas merupakan suatu bentuk individu yang dapat

dipengaruhi faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang mampu

mempengaruhi komitmen siswa dalam mengerjakan tugas menurut

Dimyanti, dkk (dalam Widayanti, 2005:14-15) sebagai berikut :

1) Cita-cita atau aspirasi siswa. Cita-cita akan memotivasi memperkuat

motivasi belajar, baik intrinsik maupun ekstinsik. Sebab dengan

tercapainya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.

2) Kemampuan siswa. Kemampuan akan memperkuat tanggung

jawab anak untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dari

sekolah. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan

perkembangan atau kecapakan untuk mencapainya.

3) Kondisi siswa. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan

rohani mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengerjakan

tugas. Sisw yang sedang marah, lapar sakit akan mengganggu

perhatian belajar begitupun sebaliknya.

4) Kondisi lingkungan. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam,

lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan

masyarakat.oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat,

Page 11: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

39

kerukunan hidup, ketertiban pergaulan dan hubungan antara anak

orang tua perlu untuk ditingkatkan mutunya.

5) Unsur- unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Setiap siswa

memiliki perasan, kemmpuan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran

yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidupnya. Dengan

demikian maka unsur-unsur yang bersifat labil ersebut sangatlah

mudah untuk dipengaruhi.

6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa. Guru adalah pendidik

profesional yang selalu bergaul dengan siswa. Intensitas dalam

pergaulan dan bimbingan guru tersebut mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan jiwa siswa. Sehingga sebagai seorang profsional,

guru harus mampu membelajarkan siswa secara bijaksana.

Salah satu faktor terbesar yang dapat mempengaruhi kemempuan siswa

dalam mengerjakan tugas adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial

merupakan lingkungan dimana siswa bergaul dan melakukan berbagai

aktivitas sosial, seperti berinteraksi dengan teman sebaya maupun dengan

orang tua atau keluarga.

4. Perkembangan Sosial Emosi Anak Berbakat

Kita harus mengetahui terlebih dahulu konsep perkembangan sosial dan

emosi. Dalam modul yang disusun Pudji Asri, Hurlock (1999) menyatakan bahwa

perkembangan sosial adalah suatu proses yang dijalani individu yang sejak lahir

sudah memiliki bermacam-macam potensi yang diarahkan untuk mengembangkan

tingkah laku sosial yang sesuai dengan kebiasaan yang dapat diterima sesuai

dengan standar yang berlaku dalam kelompok tertentu.

Masih dalam modul yang sama Pudji Asri menyatakan emosi adalah suatu

keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir

keseluruhan diri individu. Ada juga yang mengatakan merupakan suatu warna

rasa yang muncul pada setiap individu, yang ditimbulkan oleh suatu stimulus baik

dari dalam diri maupun dari luar diri.

Page 12: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

40

Pada umumnya anak berbakat tampak cenderung bahagia, disukai teman

sebaya dan menjadi pemimpin social, tetapi ada juga yang mengalami ketidak

stabilan mental, tidak dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial dan

emosional. Sedangkan perkembangan emosinya cenderung menunjukkan

kekukuhan dalam pendirian yang berarti adanya kepercayaan diri yang kuat, peka

terhadap keadaan sekitar dan sering terhadap hal-hal baru, disamping itu juga

mudah tersinggung, sikap egois, sulit dalam penyesuaian diri.

Beberapa permasalahan yang dapat terjadi pada anak berbakat adalah:

a. Kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan

(skeptis),baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

b. Pemberian label/ sebutan pada anak berbakat bahwa dirinya berbakat dapat

menimbulkan harapan terhadap kemampuan anak dan dapat menimbulkan

beban mental pada dirinya dan kadang mengakibatkan frustasi.

c. Resiko dan tekanan yang menyertai potensi intelegensi tinggi dan sering

mengarahkan anak yang berpotensi tinggi untuk menjadi anak yang bersikap

defensif.

d. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa

menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas

rutin.

e. Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus ke keinginan untuk

memaksakan atau mempertahankan pendapatnya

f. Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung

atau peka terhadap kritik

g. Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat

kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika

kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung

h. Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka

membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan

mengembangkan minatnya

i. Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta

kebutuhannya akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak

Page 13: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

41

mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua,

sekolah, atau temantemannya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang

dimengerti oleh lingkungannya.

j. Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang

diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya.

Zikrayati dan Putri dalam penelitiannya mengungkapkan kemampuan

bersosialisasi pada anak berbakat berada pada posisi rata-rata. Hal ini sesuai

dengan pendapat Whitmore (dalam Munandar, 2002) yang mengatakan bahwa ada

anak berbakat yang sulit menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya.

Mereka lebih banyak menyendiri dan dapat dihinggapi rasa kesendirian dan

kesunyian. Di pihak lain ada pula anak berbakat yang ingin populer dan menjadi

pemimpin, hal ini dapat mengarah ke kecendrungan untuk mendominasi

kelompoknya.

Anak-anak berbakat ini secara sosial kemampuan dalam mengorganisasikan

kelompok atau kemampuan untuk bekerjasama dalam kelompok cenderung

kurang. Apabila dilihat dari deskripsi subjek berdasarkan organisasi juga terlihat

bahwa anak-anak berbakat yang masuk organisasi adalah anak-anak yang

cenderung tidak terampil dalam sosialisasi jika dibandingkan dengan anak-anak

yang tidak masuk organisasi. Dari data diketahui bahwa anak-anak berakat ini

lebih banyak yang tidak berminat mengikuti organisasi jika dibandingkan dengan

mereka yang mau ikut organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Munadar (2002)

yang mengatakan bahwa anak berbakat memiliki kerentanan terhadap masalah

yang dapat menganggu kesehatan mental mereka. Kerentanan ini tampak pada

semua anak-anak berbakat, tetapi sebagian dari mereka mampu menggunakan

kekuatan intelektualnya yang unggul dalam menyesuaikan diri secara efektif. Hal

lain yang juga mungkin cukup berpengaruh dari kemampuan anak dalam

menyelesaikan masalah adalah adanya faktor dukungan dari orang tua, sekolah

dan lingkungan sehingga membuat mereka dapat berfungsi secara efektif

(Munandar, 2002).

Page 14: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

42

Selain itu, ternyata rata-rata stres paling tinggi terdapat pada subjek berjenis

kelamin wanita dari pada pria. Hasil ini mungkin disebabkan karena karakteristik

pada wanita yang sering dianggap manja, tergantung, lemah, penuh kasih sayang,

kelembutan, sensitif danmalu-malu, sedangkan pria dianggap memiliki

karakteristik seperti agresif, ambisius, kemampuan memimpin, mandiri, dan keras

(Munandar, 2002).

Karakteristik Emosi

a. Sangat peka perasaannya.

b. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran

dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan

orang lain).

c. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan

sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).

d. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.

e. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma,

cahaya).

f. Pada umumnya introvert.

g. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.

h. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru

i. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.

j. Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup

k. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).

1. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan

orang lain.

m. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.

n. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak

terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self

driven).

o. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna

hidup.

Page 15: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

43

p. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami

orang lain.

q. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang

dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .

r. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.

s. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.

5. Perkembangan Belajar Anak Berbakat

Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan

kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku

yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan

belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai

(Sardiman, 2000).

Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004) menyatakan

bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan

siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat

mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang

memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan,

membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi

belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan

yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari

bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung

pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang

menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan

strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2004).

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Page 16: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

44

Menurut Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi

motivasi belajar siwa, yaitu:

1) Harapan guru

2) Instruksi langsung

3) Umpanbalik (feedback) yang tepat

4) Penguatan dan hadiah

5) Hukuman

Sebagai pendukung kelima faktor di atas, Sardiman (2000) menyatakan bahwa

bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam

kegiatan belajar adalah:

Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan

tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.

1) Persaingan/kompetisi.

2) Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar

merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.

3) Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat

belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.

4) Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar,

terutama kalau terjadi kemajuan.

5) Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini

merupakan bentuk penguatan positif.

b. Motivasi Belajar pada Anak Berbakat

Menurut Heward (1996), karakteristik perilaku belajar dengan motivasi tinggi

yang dimiliki oleh anak berbakat, yaitu:

1) Konsisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya.

2) Senang mengerjakan tugas secara independen dimana mereka hanya

memerlukan sedikit pengarahan.

Page 17: Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)

45

3) Ingin belajar, menyelidiki, dan mencari lebih banyak informasi.

4) Memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal pembelajaran, seperti mudah

menangkap pelajaran, memiliki ketajaman daya nalar, daya konsentrasi baik,

dan lain sebagainya.

c. Ciri-ciri Belajar

1) Mudah menangkap pelajaran

2) Mudah mengingat kembali pelajaran

3) Memiliki perbendaharaan kata yang luas

4) Penalaran tajam

5) Daya konsentrasi baik

6) Memiliki pengetahuan umum yg luas

7) Gemar membaca

8) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan secara lisan/tertulis

9) Mampu mengamati dengan cermat

10) Mempunyai rasa ingin tahu yg besar terhadap hal-hal intelektual

11) Mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesa, menguji gagasan

dan mencapai kesimpulan sahih